Anda di halaman 1dari 137

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT


GAGAL GINJAL KRONIS (GGK) DI RUANG EDELWIS
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

OLEH :

ALDINA AGUSTIANI

P07220119002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALTIM

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2022
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT


GAGAL GINJAL KRONIS (GGK) DI RUANG EDELWIS
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada Jurusan


Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

OLEH :

ALDINA AGUSTIANI

P07220119002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALTIM

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI
UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL 22 Juni 2022

Oleh

Pembimbing

Ns. Indah Nur Imamah, SST., M. Kes.


NIDN : 4018078501

Pembimbing Pendamping

Ns. Diah Setiani, SST., M. Kes.


NIDN : 4010088601

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Andi Lis Arming Gandini., M. Kep


NIP.196803291994022001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)
DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Telah Diuji

Pada Tanggal 22 Juni 2022

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji,

Dr. H. Supriadi B., S, Kp., M. Kep (………………..…….…….)


NIDN. 4005016903

Penguji Anggota :

1. Ns. Indah Nur Imamah., SST., M. Kes. (...……….……….…….…)


NIDN. 4011088501

2. Ns. Diah Setiani.,SST.,M.Kes (.....……………...……...…)


NIDN. 4010088601

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D- III Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Kalimantan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur,
Timur,

Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M. Kes NS. Andi Lis Arming G., S. Kep., M.Kep
NIP. 196803291994022001 NIP. 196508251985032001

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan

bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari karya tulis Ilmiah orang lain untuk

memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun

baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia

menerima sanksi ssesuai ketentuan yang berlaku

Samarinda, 22 juni 2022


Yang menyatakan

Aldina Agustiani
P07220119002

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA DIRI

1. Nama : Aldina Agustiani

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat,Tanggal, Lahir : Batuah. 01 juli 2001

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Mahasiswi

6. No. Telpon : 085705482702

7. Alamat Email : aldinaagsti@gmail.com

8. Alamat : Dusun Tani Baru, Desa Tani Harapan Rt.12

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN 028 LOA JANAN 2007-2013

2. SMPN 06 LOA JANAN 2013 – 2016

3. SMK PURWAJAYA 2016 – 2019

4. Mahasiswi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kaltim Tahun 2019

Sampai sekarang

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan kasih karunia-

Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dalam rangka memenuhi persyaratan ujian akhir program Diploma III

keperawatan Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan Kelas A Samarinda

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronis

Yang Dirawat Di Rumah Sakit “

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya banyak mengalami kesulitan dan

hambatan akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan bantuan dari berbagai

pihak baik materi maupun teori. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Supriadi B, S.Kp., M. Kep, Selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Dr. David Hariadi Masjhoer, selaku Direktur RSUD Abdul Wahab

Syahranie.

3. Ns. Sentot, S.Kep, selaku Kepala Ruangan Ruangan Edelwies.

4. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M. Kes, Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

5. Ns. Andi Lis Arming Gandini, S. Kep., M. Kep, Selaku Ketua Prodi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan

Timur.

vi
6. Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.Kes, Selaku Pembimbing I dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Ns. Diah Setiani, SST., M.Kes, Selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah.

8. Orang Tua saya Terima Kasih banyak sudah selalu mendukung dan

mendoakan saya tanpa hentinya.

9. Teman – teman angkatan Prodi D-III Keperawatan kelas samarinda yang

selalu mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,

saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa kita kembalikan semua urusan dan

semoga dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak dan bernilai

ibadah dihadapan Tuhan.

Samarinda, 22 Juni, 2022

Penulis

vii
ABSTRAK
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS
DI RSUD. ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA”
Aldina Agustiani
Pembimbing 1 Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.Kes
Pembimbing 2 Ns. Diah Setiani, SST., M.Kes

Pendahuluan : Gagal Ginjal Kronis merupakan suatu kondisi kerusakan ginjal


dimana terjadi penurunan fungsi ginjal progresif dan irreversible yang
menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang produk sisa dan
mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan secara
komperhensif pada pasien dengan gagal ginjal kronis.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam studi
kasus dengan asuhan keperawatan. Subyek yang digunakan yaitu sebanyak 2
pasien dilakukan diruang Edelweis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan hasil keperawatan yang telah dilakukan,
masalah yang muncul pada pasien gagal ginjal kronis yaitu pola napas tidak
efektif, perfusi perifer tidak efektif, hypervolemia, nausea, risiko infeksi,
ketidakpatuhan, risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah.
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa masalah yang muncul pada pasien 1 dan
2 terdapat masalah yang sama dan berbeda, masalah yang teratasi pada kedua
pasien yaitu pola napas tidak efektif, dan masalah yang belum teratasi pada kedua
pasien yaitu : perfusi perifer tidak efektif, hypervolemia, nausea, pada pasien 1
risiko infeksi, dan pasien 2 ketidakpatuhan, serta risiko ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah.
Saran : Diharapkan kedepannya bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan
keterampilan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan penyakit gagal
ginjal kronis.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Penyakit Gagal Ginjal Kronis

viii
ABSTRACT
“NURSING CARE IN PATIENTS OF CHRONIC RENAL FAILURE IN
RSUD. ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA”
Aldina Agustiani
Advisor 1 Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.Kes
Advisor 2 Ns. Diah Setiani, SST., M.Kes

Introduction: Chronic Kidney Failure is a condition of kidney damage in which


there is a progressive and irreversible decline in kidney function that causes the
kidneys to be unable to remove waste products and maintain fluid and electrolyte
balance. This study aims to provide comprehensive nursing care in patients with
chronic kidney failure.
Methods: This study uses descriptive research methods in case studies with
nursing care. The subjects used were 2 patients carried out in the Edelweis room
at Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda.
Results and Discussion: Based on the nursing results that have been carried out,
the problems that arise in patients with chronic kidney failure are ineffective
breathing patterns, ineffective peripheral perfusion, hypervolemia, nausea, risk of
infection, non-compliance, risk of unstable blood glucose levels.
Conclusion: It can be concluded that the problems that arise in patients 1 and 2
are the same and different problems, the problems resolved in both patients are
ineffective breathing patterns, and problems that have not been resolved in both
patients, namely: ineffective peripheral perfusion, hypervolemia, nausea , in
patient 1 the risk of infection, and patient 2 non-adherence, and the risk of
unstable blood glucose levels.
Suggestion: It is hoped that in the future health workers will be able to improve
nursing skills and provide nursing care for chronic kidney failure.

Keywords: Nursing Care, Chronic Kidney Failure

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan


Halaman Sampul Dalam........................................................................................i
Halaman Persetujuan.............................................................................................ii
Halaman Pengesahan.............................................................................................iii
Surat Pernyataan....................................................................................................iv
Daftar Riwayat Hidup............................................................................................v
Kata pengantar.......................................................................................................vi
Abstrak..................................................................................................................ix
Daftar Isi................................................................................................................x
Daftar Tabel……………………………………………………………………..xiii
Daftar Gambar…………………………………………………………………...xiv
Daftar Bagan..........................................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti..........................................................................................5
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian.........................................................................5
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal Kronis..................................................6
2.1.1 Definisi..................................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi..............................................................................................7
2.1.3 Etiologi..................................................................................................9

x
2.1.4 Faktor Resiko .......................................................................................10
2.1.5 Patofisiologi...........................................................................................13
2.1.6 Pathway.................................................................................................14
2.1.7 Manifestasi Klinis..................................................................................15
2.1.8 Komplikasi…………………………………………………………....16
2.1.9 Penatalaksanaan.....................................................................................16
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………
19
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan…………………………………... ..................21
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................21
2.2.2 Diagnosis Keperawatan…………………………………………….....26
2.2.3 Perencanaan Keperawatan.....................................................................27
2.2.4 Implementasi Keperawatan……………………...................................48
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................49
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................51
3.1 Desain Penelitian.............................................................................................51
3.2 Subyek Penelitian............................................................................................51
3.3 Batasan Istilah.................................................................................................51
3.4 Lokasi dan Waktu Penulisan...........................................................................52
3.5 Prosedur Penulisan..........................................................................................52
3.6 Metode Penelitian............................................................................................52
3.7 Keabsahan Data...............................................................................................54
3.8 Analisa Data....................................................................................................55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................56
4.1 Hasil Studi Kasus............................................................................................56
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian.................................................................56
4.1.2 Data Asuhan Keperawatan....................................................................57
4.1.2.1 Pengkajian.................................................................................57
4.1.2.2 Diagnosis Keperawatan............................................................65
4.1.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................66

xi
4.1.2.4 Implementasi Keperawatan.......................................................69
4.1.2.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................75
4.2 Pembahasan.....................................................................................................90
4.2.1 Pola Napas Tidak Efektif.............................................................90
4.2.2 Perfusi Perifer Tidak Efektif........................................................92
4.2.3 Hipervolemia................................................................................94
4.2.4 Nausea..........................................................................................95
4.2.5 RIsiko Infeksi...............................................................................97
4.2.6 Ketidakpatuhan............................................................................98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….....100
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………….100
5.2 Saran………………………………………………………………………...100
Daftar Pustaka…………………………………………………………………104
Lampiran………………………………………………………………….……107

xii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Klasifikasi Etiologi PGK.......................................................................7


Tabel 2.2 Stadium Gagal Ginjal Kronis................................................................8
Tabel 2.3 Rencana Asuhan Keperawatan..............................................................27
Tabel 4.1 Pengkajian.............................................................................................64
Tabel 4.2 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................65
Tabel 4.3 Balance Cairan Pasien Tn. A.................................................................65
Tabel 4.4 Balance Cairan Pasien Ny. H................................................................66
Tabel 4.5 Penatalaksanaan Terapi Pasien..............................................................66
Tabel 4.6 Diagnosis Keperawatan.........................................................................67
Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan.........................................................................68
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan Pasien Tn. A.............................................71
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Pasien Ny. H.............................................74
Tabel 4.10 Evaluasi Keperawatan Pasien Tn. A...................................................78
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Pasien Ny. H...................................................85

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ginjal……………………………………..…………………………7

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway PGK……………………………………………………….14

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronis merupakan suatu kondisi kerusakan ginjal dimana

terjadi penurunan fungsi ginjal progresif dan irreversible yang menyebabkan

ketidakmampuan ginjal untuk membuang produk sisa dan mempertahankan

keseimbangan cairan serta elektrolit (Rizqiea et al., 2017).

World Health Organization (2017) melaporkan bahwa pasien yang

menderita gagal ginjal kronis telah meningkat 5% dari tahun sebelumnya,

secara dunia peristiwa gagal ginjal kronis lebih dari 500 juta orang dan yang

harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisa) ialah

1,5 juta orang. Gagal ginjal kronis termasuk 12 penyebab kematian umum

pada dunia, terhitung 1,1 juta kematian dampak gagal ginjal kronis yang telah

semakin tinggi sebanyak 31,7% dari tahun 2010 sampai 2015 (Neuen et al.,

2017).

Berdasarkan Riskerdas atau Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi

gagal ginjal kronis yaitu prevalensi tertinggi di DKI Jakarta 38,7% Sementara

yang terendah ada di Sulawesi Utara sebesar 2% lalu di provinsi Kalimantan

timur didapatkan 15,2%. Sedangkan prevalensi pada penderita gagal ginjal

kronis pada kelompok umur 15 - 24 tahun (1,33%), 25 - 34 tahun (2,28%),

umur 35 - 44 tahun (3,31%), umur 45 - 54 (5,64%), umur 55 - 64 tahun

(7,21%) dan tertinggi pada kelompok unur ≥75 tahun (7,48%).

(RISKESDAS, 2018).

1
2

Hal ini sesuai dengan penelitian Eva S. dan Sri I. tahun 2015 yang

menyatakan bahwa usia, jenis kelamin, kegemukan, sosial ekonomi, gaya

hidup kurang sehat dan penyakit penyebab seperti diabetes melitus dan

tekanan darah tinggi dapat menyebabkan Gagal Ginjal Kronis. Gagal Ginjal

Kronis juga menyebabkan berbagai masalah, termasuk nyeri akut, pertukaran

gas terbatas, perfusi perifer tidak efektif, hipervolemia, penurunan eliminasi

urin, intoleransi aktivitas, defisiensi nutrisi, kecemasan, dan banyak lagi.

Masalah-masalah ini perlu segera diatasi untuk menghindari penurunan

kesehatan dan komplikasi lainnya.

Masalah lain yang muncul adalah pembengkakan pembiayaan pasien

rawat inap, ketika pasien lama dirawat di rumah sakit dan seringnya penyakit

Gagal Ginjal Kronis menyebabkan keadaan semakin memburuk dan

menimbulkan berbagai komplikasi. (Tim Pokja SDKI, 2017). Komplikasi

yang disebabkan oleh Gagal Ginjal Kronis antara lain hiperkalemia atau

kelebihan kalium dalam tubuh, edema paru, asidosis, osteodistrofi ginjal,

anemia, gagal jantung, dan banyak lagi. (Nurarif & Kusuma, 2015)

Pada intinya Gagal Ginjal Kronis dapat dicegah dengan mengontrol faktor

resikonya. Bagi penderita, untuk tidak memperburuk keadaan, tidak

menimbulkan komplikasi, dan meminimalkan resiko kematian, diperlukan

perawatan yang benar dan sesuai. Upaya keperawatan yang dapat dilakukan

yaitu dengan menjaga tekanan darah, menjaga dan membatasi asupan cairan

ke dalam tubuh, menjaga diet asupan nutrisi seperti rendah protein, rendah

kalium dan rendah natrium, yang bertujuan untuk meringankan beban kerja
3

ginjal. Upaya lain yang dapat dilakukan guna mempertahankan fungsi ginjal

yaitu dengan upaya kolaboratif yaitu melakukan terapi pengganti ginjal atau

hemodialisis, yang dapat mencegah kematian namun tidak dapat

menyembuhkan atau memulihkan fungsi ginjal secara keseluruhan. Selain itu,

pengobatan yang diperlukan yaitu transplantasi ginjal dan dialisis peritoneal

Berdasarkan uraian diatas tergambar bahwa penyakit Gagal Ginjal Kronis

merupakan masalah serius baik di Indonesia maupun dunia. Hal tersebut

kemudian mendasari penulis untuk memilih Penyakit Gagal Ginjal Kronik

sebagai kasus kelolaan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang ditunjang

dengan data penelitian yang cukup, studi literatur yang luas, serta tempat

penelitian yang memadai.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan di latar belakang, penulis menilai

bahwa prevalensi dari Penyakit Ginjal Kronis masih cukup tinggi di Indonesia

khususnya di Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda,

Kalimantan Timur?
4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Penyakit Gagal

Ginjal Kronis di RSUD Abdul Wahab Syahranie”

1.3.2 Tujuan Khusus

Penulis mampu memahami gambaran Asuhan Keperawatan dengan

Penyakit Ginjal Kronis.

1.3.2.1 Mengkaji pasien penyakit Gagal Ginjal Kronis

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien penyakit Gagal

Ginjal Kronik

1.3.2.3 Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien penyakit Gagal

Ginjal Kronis.

1.3.2.4 Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan

penyakit Gagal Ginjal Kronis.

1.3.2.5 Mengevaluasi pasien penyakit ginjal kronik setelah memberikan

tindakan keperawatan pada pasien penyakit Gagal Ginjal Kronis.


5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan

ilmu pengetahuan dan wawasan dalam menyusun Asuhan Keperawatan

Penyakit Gagal Ginjal Kronis.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tempat

penelitian dalam memelihara dan meningkatkan tindakan untuk

mengurangi atau menghilangkan masalah yang muncul pada pasien Dan

sebagai bahan referensi bagi pihak Rumah Sakit dalam menyusun

Panduaan Asuhan Keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronis.

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

informasi dan menambah pengetahuan perawat tentang penyakit ginjal

kronis sehingga perawat lebih aktif dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien penyakit Gagal Ginjal Kronis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronis

2.1.1 Definisi

Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan

cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min

(Sudoyo, et al, 2015).

Ginjal merupakan organ yang bertujuan untuk menjaga dan

mempertahankan kondisi fisik dengan mengatur cairan tubuh, keseimbangan

elektrolit, dan pengeluaran produk metabolisme (Lucida, Trisnawati, & Suardi,

2011), karena itu penting bagi manusia untuk memperhatikan kesehatan ginjal.

Salah satu penyakit ginjal yang paling serius adalah gagal ginjal kronis (Satoso,

AE, & Asbullah, 2016)

Penyakit Gagal Ginjal kronik didefinisikan sebagai penurunan fungsi

ginjal yang terjadi dalam waktu 3 bulan berupa kelainan struktural dan

fungsional ginjal dengan atau tanpa disertai penurunan laju filtrasi glomerulus

(LFG) dengan manifestasi kelainanan patofisiologis yang ditandai dengan

adanya tanda-tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan komposisi kimia darah,

urin, dan kelainan radiologis, (Smeltzer & Bare, 2015).

6
7

Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan

fungsi ginjal yang irreversible sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal

secara terus menerus berupa cuci darah atau transplantasi ginjal. Salah satu

sindrom klinis yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. hal ini disebabkan

oleh penurunan fungsi ginjal (Rahman, et al, 2013).

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal


Sumber : (Rahman, et al, 2013)

2.1.2 Klasifikasi

Berdasarkan pendapat dari Nurarif & Kusuma di tahun 2015, Etiologi

Gagal Ginjal Kronis dapat diklasifikasikan menjadi :

Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi Gagal Ginjal Kronis


Klasifikasi Penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tubulointerstisial Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif Nefroskelrosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan ikat Lupus erternatosus sistemik
Poliarteritis nodosa
Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik Asisdosis tubulus
ginjal
Penyakit metabolic Diabetes mellitus
Goat
hiperparatiroidisme
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik Nefropati timah
Nefropati obstruksi Traktus urinarius bagian atas : batu,
8

neoplasma, fibrosis retroperitoneal.


Traktus urinarius bagian bawah : hipertrofi
prostat struktur uretra, anomaly congenital,
leher vesika urinaria dan uretra.

Menurut the kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KOQI) of

National Kidney Foundation (NKF) tahun 2016 terdapat 5 stage pada penyakit

gagal ginjal kronik. Berdasarkan adanya kerusakan ginjal dan laju filtrasi

glomerulus (GFR), yang merupakan ukuran dari tingkat fungsi ginjal.

Glomerular Filtration Rate (GFR) =

(140 - Usia ) x Berat Badan (*)


72 x Kreatinin Serum

(*) Dikalikan 0,85 bila perempuan

Tabel 2.2 Stadium Gagal Ginjal Kronis

Stadium Definisi LFG (mL/menit/1.73 m2 )


1 Fungsi ginjal normal, tetapi pada pemeriksaan ≥ 90
urin terdapat abnormalitas struktur atau cirri
genetic yang menunjukkan adanya penyakit
ginjal.
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan terdapat 60 – 89
temuan lain (seperti pada stadium 1)
menunjukkan adanya penyakit ginjal.
3a Penurunan sedang fungsi ginjal 45 – 59
3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30 – 44
4 Penurunan fungsi ginjal berat 15 – 29
5 Gagal ginjaL ˂ 15
Sumber : KOQI dan NKF 2016
9

2.1.3 Etiologi

Terdapat tiga kategori utama penyebab penyakit gagal ginjal kronis

Menurut Smeltzer & Bare, 2015. adalah sebagai berikut :

1. Prarenal (Hipoperfusi Ginjal)

Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah atau pembuluh darah

akibat perfusi ginjal yang tidak mencukupi dan penurunan laju filtrasi

glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume

(hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal),

vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), serta gangguan fungsi jantung

(hipertensi, infark miokardium, gagal jantung kongestif, atau syok

kardiogenik) dan gangguan metabolic (diabetes mellitus,

hiperparatiroidisme).

2. Intrarenal (Kerusakan Aktual Jaringan Ginjal)

Penyebab intrarenal adalah kerusakan struktur glomerulus atau

tubulus ginjal. Kondisi seperti luka bakar, cedera syok dan infeksi, dan

agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubular akut (ATN) dan

gagal ginjal. Luka bakar dan cedera benturan mengakibatkan pelepasan

hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot saat

terjadi cedera), mengakibatkan keracunan ginjal, iskemia, atau

keduanya. Reaksi transfusi yang parah juga mengakibatkan gagal

intrarenal, Hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis

melalui membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal

sebagai faktor penting dalam produksi hemoglobin. Infeksi yang terjadi


10

di area ginjal juga dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis, seperti

infeksi saluran kemih, glomerulonefritis, dan pielonefritis.

3. Pascarenal (Obstruksi Aliran Urin)

Pascarenal umumnya berasal dari obstruksi dibagian distal ginjal.

Yang menyebabkan tekanan di tubulus ginjal semakin tinggi sehingga

laju filtrasi glomerulus (LFG) mengalami peningkatan, contohnya

yaitu; obstruksi traktus urinarius, batu pada saluran urin, tumor,

hyperplasia prostat jinak, serta bekuan darah.

2.1.4 Faktor Resiko

Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit ginjal

kronis, Menurut Eva dan Sri 2015 diantaranya adalah :

1. Usia yang lebih tua mempunyai resiko Gagal Ginjal Kronisyang lebih

besar dibanding usia yang lebih muda. Penurunan LFG merupakan

proses “normal aging” dimana ginjal tidak dapat meregenerasikan

nefron yang baru, sehingga terjadi kerusakan ginjal, atau proses

penuaan terjadi penurunan jumlah nefron. Pada usia 40 tahun jumlah

nefron yang berfungsi berkurang sekitar 10% setiap 10 tahun dan pada

usia 80 tahun, hanya 40% nefron yang berfungsi

2. Jenis Kelamin Laki – laki memiliki resiko lebih besar mengalami Gagal

Ginjal Kronis. Hal ini disebabkan karena pengaruh perbedaan hormon


11

reproduksi, gaya hidup seperti konsumsi protein, garam, rokok, dan

konsumsi alkohol pada laki – laki dan perempuan.

3. Penyakit Diabetes melitus dan hipertensi merupakan faktor resiko

terjadinya gangguan fungsi ginjal. Hasil analisis menunjukkan bahwa

penderita DM beresiko 2,5 kali lebih besar untuk terjadinya Gagal

Ginjal Kronis dibandingkan yang tidak menderita penyakit DM. hal ini

dikarenakan kadar gula dalam darah tinggi yang akan mempengaruhi

struktur ginjal, merusak pembuluh darah halus diginjal. Sedangkan

penderita penyakit hipertensi beresiko 3,7 kali lebih besar untuk

terjadinya Gagal Ginjal Kronis dibandingkan yang tidak menderita

penyakit hipertensi. Hubungan antara Gagal Ginjal Kronis dan

hipertensi adalah siklik, penyakit ginjal dapat menyebabkan tekanan

darah naik dan sebaliknya hipertensi dalam waktu lama dapat

menyebabkan gangguan ginjal.

2.1.5 Patofisiologi

Meskipun penyakit Gagal Ginjal Kronis terus berlanjut, namun jumlah

zat terlarut yang harus disekresi oleh ginjal untuk mempertahankan

homeostasis (kondisi ideal dalam tubuh saat seluruh fungsi berjalan

dengan sempurna) tidaklah berubah, meskipun jumlah nefron sudah

menurun secara progresif (Suharyanto & madjid, 2013).

Sisa nefron (nefron adalah fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri

atas glomeruli dan tubuli ginjal) yang ada mengalami hipertrofi


12

(penambahan diameter serabut-serabut otot jantung) dalam usahanya untuk

mempertahankan atau melaksanakan seluruh bagian beban kerja ginjal.

Terjadi peningkatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus

(reabsorbsi dari beberapa zat terlarut dapat diatur secara bebas terpisah

dari yang lain, terutama melalui mekanisme pengontrolan hormonal)

dalam setiap nefron, meskipun GFR diseluruh massa nefron turun dibawah

normal. (Suharyantoo & madjid, 2013).

Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis beragam, tergantung proses

penyakit penyebab. Menguraikan proses patofisiologi umum yang

menyebabkan kerusakan nefron, dan gagal ginjal. Penyebab dari gagal

ginjal kronik adalah nefropati, diabetes, hipertensi, glomerulonofritis,

penyakit ginjal kritis. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis

dan inflamasi interstial dan fibrosis adalah ciri khas dari Gagal Ginjal

Kronis dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Seluruh unit nefron

secara bertahap hancur. Nefron fungsional yang masih ada mengalami

hipertrofi (penambahan diameter serabut-serabut otot jantung).

Aliran kapiler glomerulus dan tekanan meningkat dalam nefron ini

dan lebih banyak partikel zat terlarut disaring untuk mengkompensasi

massa ginjal yang hilang. Kebutuhan yang meningkat ini akan

menyebabkan nefron mengalami sklerosis atau jaringan parut, glomerulus

akan menimbulkan kerusakan nefron. Proteinuria (terdapat adanya 300 mg

atau lebih protein per 24 jam atau 30 mg/dl dalam ginjal) akan
13

mengakibatkan kerusakan glomerulus di duga menjadi penyebab cedera

tubulus yang mengakibatkan gagal ginjal. (Priscilla,2017).

Pada gagal ginjal kronik, fungsi ginjal menurun secara drastic yang

berasal dari nefron. Insifisiensi dari gagal ginjal tersebut akan mengalami

sekitar 20% sampai dengan 50% dalam hal GFR. Pada penurunan fungsi

rata-rata 50%, biasanya akan muncul tanda dan gejala azotemia sedang,

poliuria (sering buang air kecil), hipertensi dan sesekali terjadi anemia

pada gagal ginjal. Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal kronik

hampir sama dengan gagal ginjal akut, namun persamaan waktunya saja

yang membedakan. Perjalanan dari Gagal Ginjal Kronis tersebut akan

membawa dampak yang sangat sistemik terhadap seluruh system yang ada

didalam tubuh dan sering akan mengakibatkan komplikasi yang sangat

bertahap.
14

2.1.6 Pathway

Bagan 2.1 Pathway gagal ginjal kronik (Nurarif & Kusuma, 2015)
15

2.1.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit gagal ginjal kronis menurut Smeltzer &

Bare, 2015 sebagai berikut :

1) Manifestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi, yang diakibatkan oleh

retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renninangiostensin-

aldosteron, gagal jantung kongestif, perikarditis yang diakibatkan iritasi

pada lapisan pericardium oleh toksik uremik, edema pulmonal, edema

periorbital, edema pada ekstremitas dan pembesaran vena jugularis yang

diakibatkan oleh cairan berlebih.

2) Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekels, sputum kental dan liat,

napas dangkal serta pernapasan kussmaul.

3) Gejala dermatologi yang sering mencakup gatal – gatal hebat (pruritis)

yang diakibatkan oleh penumpukan kristal ureum dibawah kulit, saat ini

jarang terjadi karena penanganan dini. Warna kulit abu – abu mengkilat,

kulit kering bersisik, ekimosis, kulit kering dan bersisik, serta rambut

menjadi tipis dan rapuh.

4) Gejala gastrointestinal juga sering terjadi, mencakup anoreksia, mual,

muntah, dan cegukan, penurunan aliran saliva, penurunan kemampuan

pengecapan dan penciuman, perdarahan pada saluran GI, konstipasi dan

diare.

5) Gejala neurologi mencakup kelemahan dan keletihan, perubahan tingkat

kesadaran, tidak mampu berkonsenterasi, kedutan otot, kejang.


16

6) Gejala musculoskeletal mencakup kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur

tulang dan foot drop.

7) Gejala reproduksi mencakup amenor dan atrofi testikuler.

2.1.8 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronis


Menurut Jenifer (2011) komplikasi dari gagal ginjal kronik adalah :

1) Anemia

2) Neuroperifer

3) Komplikasi kardiopulmoner

4) Komplikasi gastrointestinal

5) Disfungsi seksual

6) Paresthesia

7) Disfungsi saraf seperti foot drop dan paralis flasid

8) Hiperkalemia

2.1.9 Penatalaksanaan

1) Terapi farmakologis

(1) Antasida

Hyperphosphatemia dan hipokalsemia memerlukan antasida

yang merupakan zat senyawa aluminium yang mampu mengikat

fosfor pada makanan didalam saluran pencernaan. Kekhawatiran

jangka Panjang tentang potensi toksisitas aluminium dan asosiasi

telah menyebabkan beberapa dokter untuk meresepkan kalsium

karbonat ditempat dosis tinggi antasida berbasis aluminium. Obat


17

ini mengikat fosfor dalam saluran usus dan memungkinkan

penggunaan dosis antasida yang lebih kecil. Kalsium karbonat dan

fosforbinding, keduanya harus diberikan dengan makanan yang

efektif. Antasida berbasis magnesium harus dihindari untuk

mencegah keracunan magnesium (Smeltzer & Bare, 2014)

(2) Antihipertensi

Hipertensi dapat dikelola dengan mengontrol volume cairan

intravaskular dan berbagai obat antihipertensi. (Smeltzer & Bare)

(3) Agen antisezure

Kelainan neurologis dapat terjadi, sehingga pasien harus

diamati jika terdapat kedutan untuk fase awalnya, sakit kepala,

delirium, atau aktivitas kejang. Diazepam intravena (valium) atau

phenytoin (dilantin) biasanya diberikan untuk mengendalikan

kejang. (Smeltzer & Bare, 2014)

(4) Eritropoetin

Anemia berhubungan dengan gagal ginjal kronis diobati

dengan eritropoetin manusia rekombinan (Epogen). Pasien pucat

(hematocrit kurang dari 30%) diperlukan 2-6 minggu untuk

meningkatkan hematokrit. (Smeltzer & Bare,2014).

2) Terapi gizi

Intervensi diet pada pasien gagal ginjal kronis cukup kompleks

asupan cairan dikurangi untuk mengurangi cairan yang tertimbun dalam

tubuh. Asupan nutrisi juga perlu diperhatikan untuk menyeimbangkan


18

retensi natrium dalam darah, natrium yang dianjurkan adalah 40-90

mEq/hari (1-2 gr natrium), dan pembatasan kalium. Pada saat yang

sama, asupan kalori dan vitamin harus adekuat. Protein juga dibatasi

karena urea,asam urat, dan asam organik hasil pemecahan makanan dan

protein menumpuk dalam darah ketika ada gangguan pembersihan di

ginjal. (Smeltzer & Bare,2014)

3) Terapi dialisis

Hemodialisis merupakan proses terapi sebagai pengganti ginjal yang

menggunakan selaput membran semipermeable berfungsi sebagai nefron

sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolism dan mengoreksi

gangguan keseimbangan cairan maupun elektrolit pada pasien gagal

ginjal.

Hemodialisis yang dijalani oleh pasien dapat mempertahankan

kelangsungan hidup sekaligus merubah pola hidup pasien. Perubahan

yang akan terjadi mencakup diet pasien, tidur dan istirahat, penggunaan

obat-obatan, dan aktivitas sehari-hari. Komplikasi terapi dialisis

mencakup beberapa hal seperti hipotensi, emboli udara, nyeri dada,

gangguan keseimbangan dialysis, dan pruritus.

Persiapan pasien sebelum hemodalisa adalah menimbang berat

badan, mengatur posisi pasien, observasi kunjungan ulang, observasi

tanda-tanda vital. (Smeltzer & Bare, 2014).


19

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan laboraturium antara lain,

(1) Hematologi

Melihat konsentrasi hemoglobin dan hematokrit pada penderita

penyakit ginjal kronis, dimana biasanya penderita mengalami

komplikasi berupa anemia dimana terjadi penurunan kadar

hemoglobin dan hematokrit di dalam darah yang diakibatkan

penurunan produksi eritropioetin, penurunan usia sel maupun akibat

dari perdarahan gastrointestinal.

(2) Kimia Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar nitrogen dalam darah (Blood Urea

Nitrogen (BUN)), dan kreatinin serum, dimana pada

pemeriksaannya mengalami peningkatan di dalam darah yang

menandakan adanya penurunan dari fungsi ginjal dalam

mengekskresi kedua zat yang bersifat toksik didalam tubuh.

(3) Kreatinin serum

Merupakan indikator kuat bagi fungsi ginjal, dimana bila terjadi

peningkatan tiga kali lipat kreatinin, maka menandakan penurunan

fungsi ginjal sebesar 75%. Serum kreatinin juga digunakan dalam

memperkirakan LFG.
20

(4) Analisa Gas Darah (AGD)

Digunakan untuk melihat adanya asidosis metabolik yang

ditandai dengan penurunan pH plasma. (Smeltzer & Bare, 2015)

2) Pemeriksaan Urin

Dilakukan pemeriksaan urinalisis yaitu untuk melihat adanya sel

darah merah, protein, glukosa, dan leukosit didalam urin. Pemeriksaan

urin juga untuk melihat volume urin yang biasanya < 400 ml/jam atau

oliguria atau urin tidak ada/anuria, perubahan warna urin bisa

disebabkan karena ada pus, darah, bakteri, lemak, partikel koloid,

miglobin, berat jenis < 1.015 menunjukkan gagal ginjal, osmolalitas <

350 menunjukkan kerusakan tubular. (Corwin, 2009)

3) Pemeriksaan Radiologis

Terdapat beberapa pemeriksaan radiologi antara lain ; sistokopi

(melihat lesi pada kandung kemih dan batu), voiding

cystourethrography (kateterisasi kandung kemih yang digunakan untuk

melihat ukuran dan bentuk kandung kemih), ultrasound ginjal

(mengidentifikasi adanya kelainan pada ginjal diantaranya kelianan

struktural, batu ginjal, tumor, dan massa yang lain), urografi intravena

(melihat aliran pada glomerulus atau tubulus, refluks vesikouter, dan

batu), KUB foto(untuk menunjukkan ukuran ginjal), arteriogram ginjal

(mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa).

(Corwin, 2009, Nuari, 2017)


21

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita

gagal ginjal kronik menurut Doeges (2000), dan Smeltzer dan Bare (2002)

ada berbagai macam, meliputi:

1) Identitas diri : Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, suku atau bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit,

tanggal pengkajian, nomor rekam medis, diagnosis medis dan alamat.

2) Riwayat penyakit dahulu : riwayat infeksi saluran kemih, penyakit

peradangan, vaskuler hipertensif, gangguan saluran penyambung,

gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik

dan neropati obstruktif.

3) Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit vaskuler hipertensif,

penyakit metabolik, riwayat menderita penyakit ginjal kronik.

4) Pola kesehatan fungsional

(1) Pemeliharaan kesehatan Personal hygiene kurang, konsumsi

toksik, konsumsi makanan tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat,

protein, kebiasaan minum suplemen, kontrol tekanan darah dan

gula darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan

diabetes mellitus.

(2) Pola nutrisi dan metabolik : perlu dikaji adanya mual, muntah,

anoreksia, intake cairan inadekuat, peningkatan berat badan cepat


22

(edema), penurunan berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa

metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),

penggunanan diuretik, demam karena sepsis dan dehidrasi.

(3) Pola eliminasi : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal

tahap lanjut), abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan

warna urin.

Balance Cairan

Merupakan hasil pemantauan terhadap intput dan output

cairan selama 24 jam. Balance cairan menunjukkan keseimbangan

antara intake dan output khususnya untuk pasien yang

membutuhkan pengawasan terhadap kelebihan cairan. Contohnya

Gagal Ginjal Kronis.

Rumus balance cairan :

Balance cairan : intake – output + IWL

Intake : cairan infus, minum, makan, volume obat-obatan,

Output : urine, muntah, feses, IWL

Rumus IWL

IWL : 15 x BB / 24 jam

(4) Pola aktivitas dan latihan : kelemahan ekstrim, kelemahan,

malaise, keterbatasan gerak sendi.

(5) Pola istirahat dan tidur : gangguan tidur (insomnia/gelisah atau

somnolen)
23

(6) Pola persepsi sensori dan kognitif : rasa panas pada telapak kaki,

perubahan tingkah laku, kedutan otot, perubahan tingkat

kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki

(memburuk pada malam hari), perilaku berhati-hati/distraksi,

gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom, rasa kebas pada

telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah

(neuropati perifer), gangguan status mental, contoh penurunan

lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan

memori, kacau.

(7) Persepsi diri dan konsep diri : perasaan tidak berdaya, tak ada

harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah,

mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan menentukan

kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi

peran.

(8) Pola reproduksi dan seksual : penurunan libido, amenorea,

infertilitas, impotensi dan atropitestikuler.

5) Pengkajian Fisik

(1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.

(2) Tingkat kesadaran kompos mentis sampai koma.

(3) Pengukuran antropometri : berat badan menurun, lingkar lengan

atas (LILA) menurun

(4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi

lemah, disritmia, pernapasan kusmaul, tidak teratur.


24

(5) Kepala : simetris, tidak ada lesi.

(6) Mata : simetris, konjungtiva anemis, mata merah, berair,

penglihatan kabur.

(7) Rambut : rambut mudah rontok, tipis dan kasar,

(8) Hidung : simetris, kebersihan baik, tidak ada lesi, pernapasan

cuping hidung.

(9) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada

perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.

(10) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher

tidak ada, nyeri telan.

(11) Paru - Paru :

Inspeksi : Inspeksi kesimetrian bentuk, dan kembang kempis dada

Palpasi : Terdapat pembesaran pada jantung, dada berdebar-

debar, Ada tidaknya nyeri tekan

Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi (sonor)

Auskultasi : terdengar suara tambahan pada paru (ronkhi basah).

(12) Jantung :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak, tidak ada sianosis

Palpasi : iktus kordis teraba dan akral dingin

Perkusi : menentukan batas jantung

Auskultrasi : bunyi jantung normal

(13) Abdomen :

Inspeksi : Inspeksi bentuk dan ada tidaknya pembesaran


25

Auskultasi : Auskultasi ada tidaknya bising usus

Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan

Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi, tidak ada asites, pada

ginjal tidak ada nyeri ketuk

(14) Genital: kelemahan dalam limbido, ejakulasi dini, impotensi.

(15) Ekstremitas : edema, reflek, kekuatan otot

Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada

sendi.

Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan

gravitasi.

Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan

tekanan pemeriksaan.

Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi

kekuatanya berkurang.

Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan

kekuatan penuh.

(16) Kulit : ekimosis, kulit kering, bersisik, warna kulit abu-abu,

mengkilat atau hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan

rapuh, memar (purpura), edema. (Nuari, Nian A. 2017)


26

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gagal

ginjal kronik yaitu:

1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan cairan, dibuktikan dengan,

Ortopnea, Dispnea, Berat badan meningkat dalam waktu singkat

(D.0022)

2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran

arter/vena, penurunan konsentrasi hemoglobin dibuktikan dengan, CRT

> 3 detik, Nadi perifer menurun/tidak teraba, Akral teraba dingin,Warna

kulit pucat, Turgot kulit menurun (D.0009)

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler dibuktikan

dengan, Dispnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, Takikardi,

pH arteri meningkat/menurun, Bunyi nafas tambahan (D.0003)

4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

nutrient, ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis

(keengganan untuk makan) dibuktikan dengan, Berat badan menurun

minimal 10% dibawah rentang ideal (D.0019)

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2, kelemahan dibuktikan dengan, Frekuensi

jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat (D.0056)


27

6) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume

cairan, perubahan sirkulasi dibuktikan dengan, Kerusakan jaringan atau

lapisan kulit (D.0129)

7) Risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan

afterload, perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung

(D.0011)

8) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi, kekhawatiran

mengalami kegagalan dibuktikan dengan, tampak bingung, merasa

gelisah (D.0080)

(Sumber Nurarif & Kusuma, 2015, Tim Pokja SDKI, 2017)

2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana keperawatan pada klien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronis

seperti pada tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Penyakit Gagal Ginjal Kronis

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Hipervolemia berhubungan Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
dengan gangguan L.03020 I.03114
mekanisme regulasi, Setelah dilakukan tindakan Observasi
kelebihan asupan cairan, keperawatan selama 3 x 24 1.1 Periksa tanda dan
kelebihan asupan cairan jam diharapkan keseimbangan gejala hipervolemia
dibuktikan dengan. cairan meningkat dengan (mis. Ortopnea,
(D.0022) Kriteria hasil: dispnea, edema,
1. Asupan cairan meningkat (5) JVP/CVP meningkat,
Data Mayor 2. Haluaran urin meningkat (5) refleks hepatojugular
DS : 3. kelembaban membran positif, suara npas
1. Ortopnea mukosa meningkat (5) tambahan)
2. Dispnea 4. Asupan makanan meningkat 1.2 Identifikasi penyebab
3. Paroxymal nocturnal (5) hipervolemia
dyspnea(PND) 5. Edema menurun (5) 1.3 Monitor status
DO : 6. Dehidrasi menurun (5) hemodinamik (mis.
28

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Edema anasarka dan/atau 7. Asites menurun (5) frekuensi jantung,
edema perifer 8. Konfusi menurun (5) tekanan darah, MAP,
2. Berat badan meningkat 9. Tekanan darah membaik (5) CVP, PAP, PCWP,
dalam waktu singkat 10. Denyut nadi radial membaik CO, CI),
3. Jugular venous pressure (5) jika tersedia
(JVP) dan/atau Central 11. Tekanan arteri rata-rata 1.4 Monitor intake dan
Venous Pressure (CVP) membaik (5) output cairan
meningkat 12. Membran mukosa membaik 1.5 Monitor tanda
4. Refleks hepatojugular (5) hemokonsentrasi
positif 13. Mata cekung membaik (5) (mis. kadar natrium,
Data Minor 14. Turgor kulit membaik (5) BUN, hematokrit, berat
DS : - 15. Berat badan membaik (5) jenis urine)
DO : 1.6 Monitor tanda
1. Distensi vena jugularis peningkatan tekanan
2. Terdengar suara nafas onkotik plasma (mis.
tambahan kadar protein dan
3. Hepatomegali albumin meningkat)
4. Kadar Hb/Ht menurun 1.7 Monitor keceptan infus
5. Oliguria secara ketat
1.8 Monitor efek samping
6. Intake lebih banyak
diuretik (mis. Hipotensi
daripada output (balans
ortostatik, hipovolemia,
cairan positif) hipokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik
1.9 Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
1.10 Batasi asupan cairan
dan garam
1.11 Tinggikan kepala
tempat tidur 3040°
Edukasi
1.12 Anjurkan melapor jika
haluaran urin < 0,5
mL/kg/jam dalam 6
jam
1.13 Anjurkan melapor jika
BB bertambah > 1 kg
dalam sehar
1.14 Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
1.15 Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
1.16 Kolaborasi pemberian
29

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
diuretik
1.17 Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik
1.18 Kolaborasi pemberian
continous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu

Pemantauan Cairan
I.03121
Observasi
1.1 Monitor frekuensi dan
kekuatas nadi
1.2 Monitor frekuensi
napas
1.3 Monitor tekanan darah
1.4 Monitor berat badan
1.5 Monitor waktu
pengisian kapiler
1.6 Monitor elastisitas atau
turgor kulit
1.7 Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
1.8 Monitor kadar albumin
dan protein total
1.9 Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
1.10 Monitor intake dan
output cairan
1.11 Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia (mis.
frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membran
mukosa kering, volume
urin menurun,
hematokrit meningkat,
haus, lemah,
konsentrasi urine
meningkat, berat badan
30

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
menurun dalam waktu
singkat)
1.12 Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia (mis.
dispnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
1.13 Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
1.14 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
1.15 Dokumentasikan hasil
Edukasi
1.16 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
1.17 Informasikan hasil
pemantauan,

2 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi Perifer L.02011 Perawatan Sirkulasi


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan I.02079
penurunan aliran keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
arter/vena, penurunan maka diharapkan perfusi perifer 2.1 Periksa sirkulasi periver
konsentrasi hemoglobin meningkat dengan kriteria hasil : (mis. Nadi perifer,
dibuktikan dengan. 1. Denyut nadi perifer edema, pengisian
(D.0009) meningkat (5) kapiler, warna, suhu,
2. Penyembuhan luka ankle brachial index)
Data Mayor meningkat (5) 2.2 Identifikasi faktor resiko
DS : - 3. Sensasi meningkat (5) gangguan sirkulasi
DO : 4. Warna kulit pucat menurun ( mis. Diabetes,
1. CRT > 3 detik (5) perokok, orang tua
2. Nadi perifer 5. Edema perifer menurun (5) hipertensi dan kadar
menurun/tidak teraba 6. Nyeri ekstermitas menurun kolestrol tinggi)
3. Akral teraba dingin (5) 2.3 Monitor panans,
31

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
4. Warna kulit pucat 7. Parastesia menurun (5) kemerahan, nyeri atau
5. Turgot kulit menurun 8. Kelemahan otot menurun (5) bengkak pada ekstermitas
Data Minor 9. Kram otot menurun (5) Teraupetik
DS : 10.Bruit femoralis menurun (5) 2.4 Hindari pemasangan
1. Parastesia 11.Nekrosis menurun (5) infus atau pengambilan
2. Nyeri ekstremitas 12.Pengisian kapiler membaik darah di daerah
DO : (50 keterbatasan perfusi
1. Edema 13.Akral membaik (5) 2.5 Hindari pengukuran
2. Penyembuhan luka lama 14.Turgor kulit membaik (5) tekanan darah pada
15.Tekanan darah sistolik ekstermitas dengan
3. Bruit femoralis
membaik (5) keterbatasan perfusi
16.Tekanan darah diastolic 2.6 Hindari penekanan dan
membaik (5) pemasangan tourniquet
17.Tekanan arteri rata-rata pada area yang cidera
membaik (5) 2.7 Lakukan pencegahan
18.Indeksankle-brachial infeksi
membaik (5) 2.8 Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
2.9 Anjurkan berhenti
merokok
2.10 Anjurkan berolah raga
rutin
2.11 Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
2.12 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah,
antikoagulan,dan
penurun kolestrol, jika
perlu
2.13 Anjurkan minum obat
pengontrl tekanan darah
secara teratur
2.14 Anjurkan menggunakan
obat
penyekat beta
2.15 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi ( mis.
Rendah lemak jenuh,
minyak ikam omega
3)
2.16 Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
32

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
dilaporkan (mis.
Raasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
Manajemen Sensasi
Perifer I.06195
Observasi
2.1 Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
2.2 Identifikasi penggunaan
alat pengikat,
prosthesis, sepatu, dan
pakaian
2.3 Periksa perbedaan
sensasi tajam dan
tumpul
2.4 Periksa perbedaan
sensasi panas dan
dingin
2.5 Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi
dan tekstur benda
2.6 Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
2.7 Monitor perubahan kulit
2.8 Monitor adanya
tromboflebitis dan
trombemboli vena
Teraupetik
2.9 Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
2.10 Anjurkan penggunaan
thermometer untuk
menguji suhu air
2.11 Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
2.12Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
2.13 Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
33

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
2.14 Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu

3 Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas l.01003 I.01014 Pemantauan


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Respirasi
ketidakseimbangan ventilasi- keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
perfusi, perubahan maka pertukaran gas meningkat 3.1 Monitor frekuensi, irama
membrane alveolus-kapiler dengan kriteria hasil kedalaman dan upaya
dibuktikan dengan. (D.0003) 1.Tingkat kesadaran meningkat napas
(5) 3.2 Monitor pola napas
Data Mayor : 2.Dispnea menurun (5) (seperti bradipnea,
DS : 3.Bunyi napas tambahan takipnea, hiperventilasi,
1. Dispnea menurun (5) Kussmaul, Cheyne-
DO : 4.Pusing menurun (5) Stokes, Biot, ataksik)
1. PCO2 meningkat/menurun 5.Penglihatan kabur menurun 3.3 Monitor kemampuan
2. PO2 menurun (5) batuk efektif
3. Takikardi 6.Diaforesis menurun (5) 3.4 Monitor adanya produksi
4. pH arteri 7.Gelisah menurun (5) sputum
meningkat/menurun 8.Napas cuping hidung menurun 3.5 Monitor adanya
5. Bunyi nafas tambahan (5) sumbatan jalan napas
9.PCO2 membaik (5) 3.6 Palpasi kesimetrisan
Data Minor 10. PO2 membaik (5) ekspansi paru
DS : 11. Takikardia membaik (5) 3.7 Auskultasi bunyi napas
1. Pusing 12. pH arteri membaik (5) 3.8 Monitor saturasi oksigen
2. Penglihatan kabur 13. Sianosis membaik (5) 3.9 Monitor nilai AGD
DO : 14. Pola napas membaik (5) 3.10 Monitor hasil x-ray
1. Sianosis 15. Warna kulit membaik (5) toraks
2. Diaforesis Terapeutik
3. Gelisah 3.11 Atur interval
4. Nafas cuping hidung pemantauan respirasi
5. Pola nafas abnormal sesuai kondisi pasien
(cepat/lambat, 3.12 Dokumentasikan hasil
reguler/irreguler,dalam/dang pemantauan
kal )
6. Warna kulit abnormal Edukasi
(pucat, kebiruan) 3.13 Jelaskan tujuan dan
7.Kesadaran menurun prosedur pemantauan
3.14 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen I.01026


Observasi
3.1 Monitor kecepatan aliran
oksigen
3.2 Monitor posisi alat terapi
oksigen
3.3 Monitor aliran oksigen
secara periodik dan
34

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
3.4 Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
3.5 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
3.6 Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelaktasis
3.7 Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
3.8 Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Terapeutik
3.9 Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
3.10 Pertahankan kepatenan
jalan napas
3.11 Siapkan dan atur
peralatan

4 Defisit nutrisi Status Nutrisi I.03030 Manajemen Nutrisi


berhubungan Setelah dilakukan tindakan I.03119
ketidakmampuan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
mengabsorbsi nutrient, diharapkan status nutrisi 4.1 Identifikasi status
ketidakmampuan membaik dengan kriteria hasil: nutrisi
mencerna makanan, factor 1. Porsi makanan yang 4.2 Identifikasi alergi dan
psikologis (keengganan dihabiskan meningkat (5) intoleransi makanan
untuk makan) dibuktikan 2. Kekuatan otot pengunyah 4.3 Identifikasi makanan
dengan. (D.0019) meningkat (5) yang disukai
3. Kekuataan otot menelan 4.4 Identifikasi kebutuhan
Data Mayor meningkat (5) kalori dan jenis nutrient
DS : - 4. Serum albumin meningkat 4.5 Monitor asupan
DO : (5) makanan
1. Berat badan menurun 5. Verbalisasi keinginan untuk 4.6 Monitor berat badan
minimal 10% dibawah meningkatkan nutrisi 4.7 Monitor hasil
rentang ideal meningkat (5) pemeriksaan
Data Minor 6. Pengetahuan tentang pilihan laboratorium
DS : makanan yang sehat
1. Cepat kenyang Teraupetik
meningkat (5)
setelah makan 4.8 Lakukaoral hygiene
7. Pengetahuan tentang pilihan
2. Kram/nyeri abdomen sebelum
minuman yang sehat
3. Nafsu makan makan, jika perlu
meningkat (5)
menurun 4.9 Fasilitasi menentukan
8. Pengetahuan tentang standar
35

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
DO : asupan nutrisi yang tepat pedooman diet (mis.
1. Bising usus hiperaktif meningkat (5) Piramida makanan)
2. Otot pengunyah lemah 9. Penyiapan dan penyimpanan 4.10 Sajikan makanan
3. Otot menelan lemah makanan yang aman secara menarik dan
4. Membran mukosa pucat meningkat (5) suhu yang sesuai
5. Sariawan 10.Penyiapan dan penyimpanan 4.11 Berikan makanan
6. Serum albumin menururun minuman yang aman tinggi serat untuk
meningkat (5) mencegah konstipasi
7. Rambut rontok berlebihan
11. Sikap terhadap makanan 4.12 Berikan makanan
8. Diare
atau meningkat sesuai tinggi kalori dan
dengan tujuan kesehatan tinggi protein
meningkat (5) 4.13 Berikan makanan
12. Perasaan cepat kenyang rendah protein
menurun (5)
13. Nyeri abdomen menurun (5) Edukasi
14. Sariawan menurun (5) 4.14 Anjurkan posisi dusuk,
15. Rambut rontok menurun (50 jika mampu
16. Diare menurun (5) 4.15 Anjurkan diet yang
17. Berat badan membaik (5) diprogramkan
18. Indeks masa tubuh (IMT) Kolaborasi
membaik (5) 4.16 Kolaborasi
19. Frekuensi makan membaik pemberian medikasi
(5) sebelum makan (mis.
20. Nafsu makan membaik (5) Pereda nyeri,
21. Bising usus membaik (5) antiemetic), jika perlu
22. Tebal lipatan kulit trisep 4.17 Kolaborasi dengan
membaik (5) ahli gizi menentukan
23. Membran mukosa membaik jumlah kalori dan
(5) jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

Promosi Berat Badan


I03136
1. Observasi
4.1 Identifikasi
kemungkinan penyebab
BB kurang
4.2 Monitor adanya mual
muntah
4.3 Monitor jumlah kalori
yang dikonsumsi sehari-
hari
4.4 Monitor berat badan
4.5 Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum
Teraupetik
4.6 Berikan perawatan
36

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
mulut sebelum
pemberian makan, jika
perlu
4.7 Sediakan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis.
Makanan dengan
tekstur halus, makanan
yang diblender,
makanan cair yang
diberikan melalui NGT
atau gastrostomy, total
parenteral nutrition
sesuai indikasi)
4.8 Hidangkan makanan
secara menarik
4.9 Berikan suplemen, jika
perlu
4.10 Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai
Edukasi
4.11 Jelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap
terjangkau
4.12 Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
5 Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas L.05047 Manajemen Energi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan I.05178
ketidakseimbangan antara keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
suplai dan kebutuhan O2, diharapkan toleransi aktivitas 5.1 Identifikasi gangguan
kelemahan (D.0056) membaik dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang
1. Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan
Data Mayor : (5) kelelahan
DS : - 2. Saturasi oksigen meningkat 5.2 Monitor kelelahan fisik
DO (5) dan emosional
1. Frekuensi jantung 3. Kemudahan dalam 5.3 Monitor pola dan jam
meningkat >20% dari melakukan aktivitas sehari- tidur
kondisi istirahat hari meningkat (5) 5.4 Monitor lokasi dan
4. Kecepatan berjalan ketidaknyamanan
Data Minor meningkat (5) selama melakukan
DS : 5. Jarak berjalan meningkat (5) aktivitas
1. Dispnea saat/setelah 6. Kekuatan tubuh bagian atas Terapeutik
beraktivitas meningkat (5) 5.5 Sediakan lingkungan
2. Merasa tidak nyaman 7. Kekuatan tubuh bagian nyaman dan rendah
setelah beraktivitas 3. bawah meningkat (5) stimulus (mis. cahaya,
37

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Merasa lemah 8. Toleransi dalam menaiki suara, kunjungan)
DO : tangga meningkat (5) 5.6 Lakukan latihan rentang
1. Tekanan darah berubah 9. keluhan kelelahan menurun gerak pasin dan/atau
>20% (5) aktif
dari kondisi istirahat 10. Dispnea saat aktivitas 5.7 Berikan aktivitas
2. Gambaran EKG menurun (5) distraksi yang
menunjukkan aritmia 11. Dispnea setelah aktivitas menenangkan
saat/setelah aktivitas menurun (5) 5.8 Fasilitasi duduk di sisi
Sianosis 12. Perasaan lemah menurun (5) tempat tidur, jika tidak
13. Aritmia saat beraktivitas dapat berpindah atau
menurun (5) berjalan
14. Aritmia setelah beraktivitas
Edukasi
menurun (5)
5.9 Anjurkan tirah baring
15. Sianosis menurun (5) 5.10 Anjurkan melakukkan
16. Warna kulit membaik (5) aktivitas secara
17. Tekanan darah membaik (5) bertahap
18. EKG iskemia membaik (5) 5.11 Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
5.12 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1.13 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asuhan
makanan

Terapi Aktivitas I.05186


Observasi
5.1 Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
5.2 Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi
dalam aktivitas
tertentu
5.3 Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
5.4 Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
5.5 Identifikasi makna
38

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu
luang
5.6 Monitor respons
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
5.7 Fasilitasi fokus pada
kemampuan, buka
defisit yang dialami
5.8 Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
5.9 Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
5.10 Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
5.11 Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
5.12 Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
5.13 Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
5.14 Fasilitasi aktivitas
fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi,
dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
5.15 Fasilitasi ativitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
5.16 Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
5.17 Tingkatan aktivitas
39

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
5.18 Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
5.19 Fasilitasi aktivitas
dengan komonen
memori implisit dan
emosional (mis.
kegiatan keagamaan
khusus) untuk pasien
demensia
5.20 Libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
5.21 Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan
kecemasan (mis.
vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging, berenang,
tugas sederhana,
permainan sederhana,
tugas rutin, tugas
rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka-teki dan kartu)
5.22 Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
5.23 Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
5.24 Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
5.25 Jadwalkan aktvitas
dalam rutinitas sehari-
hari
5.26 Berikan penguatan
positif atas partisipasi
40

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
dalam aktivitas
Edukasi
5.27 Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
5.28 Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
5.29 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
5.30 Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau terapi,
jika sesuai
5.31 Anjutkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
5.32 Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
5.33 Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu

6 Gangguan integritas kulit Integritas Kulit dan Perawatan Integritas


berhubungan dengan Jaringan L.14125 Kulit I.11353
kelebihan volume cairan, Setelah dilakukan tindakan Observasi
perubahan sirkulasi keperawatan selama 3 x 24 jam 6.1 Identifikasi penyebab
dibuktikan dengan diharapkan integritas kulit gangguan integritas
(D.0129) jaringan meningkat kulit (mis. perubahan
Dengan kriteria hasil: sirkulasi, perubahan
Data Mayor 1. Elastisitas meningkat (5) status nutrisi, penurunan
DS : - 2. Perfusi meningkat (5) kelembaban, suhu
DO : 3. Kerusakan jaringan menurun lingkungan ekstrem,
1. Kerusakan jaringan (5) penurunan mobilitas)
dan/atau lapisan kulit 4. Kerusakan lapisan kulit
Terapeutik
menurun (5)
Data Minor 6.2 Ubah posisis tiap 2 jam
5. Nyeri menurun jika tirah baring
DS : - 6. Perdarahan menurun (5)
DO : 6.3 Lakukan pemijatan
7. Kemerahan menurun (5) pada area penonjolan
41

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri 8. Hematoma menurun (5) tulang, jika perlu
2. Perdarahan 9. Pigmentasi abnormal 6.4 Bersihkan perineal
3. Kemerahan menurun (5) dengan air hangat,
4. Hematoma 10.Jaringan parut menurun (5) terutama selama periode
11.Nekrosis menurun (5) diare
12.Abrasi kornea menurun (5) 6.5 Gunakan produk
13.Suhu kulit membaik (5) berbahan petrolium
14.Sensasi membaik (5) atau minyak pada kulit
15.Tekstur membaik (5) kering
16.Pertumbuhan rambut 6.6 Gunakan produk
membaik (5) berbahan ringan atau
alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
6.7 Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi
6.8 Anjurkan menggunakan
pelembab
(mis. lotion, serum)
6.9 Anjurkan minum air
yang cukup
6.10 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6.11 Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
6.12 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
6.13 Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal 30
saat berada di luar
rumah
6.14 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Perawatan Luka I.4564
Observasi
1.14 Monitor karakteristik
luka (mis. drainase,
warna, ukuran, bau)
6.16 Monitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik
6.17 Lepaskan balutan dan
42

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
plester secara perlakah
6.18 Cukur rambut di
sekitar daerah luka,
jika perlu
6.19 Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
6.20 Bersihkan jaringan
nekrotik
6.21 Berikan salep yang
sesuai kulit/lesi, jika
perlu
6.22 Pasang balutan sesuai
jenis luka
6.23 Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
6.24 Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
6.52 Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
6.26 Berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-
1,5g/kgBB/hari
6.27 Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis. vitamin A,
vitami C, Zinc, asam
amino), sesuai indikasi
6.28 Berikan terapi TENS
(stimulasi sarap
transkutaneus), jika
perlu
Edukasi
6.29 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
6.30 Anjurkan
mengonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
6.31 Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
ssmandiri
43

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
6.32 Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
6.33 Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
7 Risiko penurunan curah Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung
jantung dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan (I.02075)
(D.0011) keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan curah jantung Observasi
Faktor Resiko meningkat 7.1 Identifikasi tanda/ gejala
1. Perubahan afterload Dengan kriteria hasil : primer penurunan curah
2. Perubahan frekuensi 1. Kekuatan nadi perifer jantung
Jantung meningkat (5) 7.2 Monitor tekanan darah
3. Perubahan irama 2. Bradikardi/Takikardi 7.3 Monitor intake dan
jantung menurun (5) output cairan
4. Perubahan 3. Gambaran EKG aritmia 7.4 Monitor saturasi oksigen
kontraktilitas menurun (5) 7.5 Monitor keluhan nyeri
5. Perubahan preload 4. Lelah menurun (5) dada
5. Dyspnea menurun (5) 7.6 Monitor EKG 12
6. Paroxysmal nocturnal sadapan
dyspnea menurun (5) 7.7 Monitor aritmia
7. Ortopnea menurun (5)
8. Batuk menurun (5) Terapeutik
9. Suara jantung S3 menurun 7.8 Posisikan pasien semi
(5) fowler/fowler dengan
10. Suara jantung S4 menurun posisi yang nyaman
(5) 7.9 Berikan diet jantung
11. Berat badan menurun (5) yang sesuai
12. Sianosis menurun(5) 7.10 Berikan dukungan
13. Murmur jantung menurun emosional dan spiritual
(5)
14. Pulmonary vascular Edukasi
resistance (pvr) menurun 7.11 Anjurkan beraktifitas
(5) fisik sesuai toleransi
15. Pulmonary artery wedge
pressure (PAWP) membaik Kolaborasi
(50 7.12 Kolaborasi
16. Central Venous Pressure pemberian obat
Membaik (5)
17. Tekanan darah membaik(5) Perawatan Jantung Akut
18. Edema menurun (5) (I.02076)

Observasi
7.1 Identifikasi
karakteristik nyeri dada
44

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
7.2 Monitor EKG 12
sadapan
7.3 Monitor aritmia
7.4 Monitor eliktrolit yang
dapat meningkatkan
risiko aritmia
7.5 Monitor enzim jantung
7.6 Monitor saturasi
oksigen
7.7 Identifikasistrafikasi
pada syndrome coroner
akut

Terpeutik
7.8 Pertahankan tirah
baring minimal 12 jam
7.9 Pasang akses intravena
7.10 Puaskan hingga bebas
nyeri
7.11 Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan
cemas
7.12 Sediakan lingkungan
yang kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
7.13 Siapkan menjalani
intervensi coroner
perkutan, jika perlu
7.14 Berikan dukungan
emosiona dan spiritual

Edukasi
7.15 Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
7.16 Anjurkan menghindari
maneuver valsava (mis.
Mengedan saat BAB
atau Batuk)
7.17 Jelaskan tindakan
yang dijalani pasien
7.18 Ajarkan teknik
menurunkan kecemasan
dan ketakutan

Kolaborasi
7.19 Kolaborasi pemberian
45

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
antiplatet, jika perlu
7.20 Kolaborasi pemberian
antiangina (mis.
Nitrogliserin, beta
blocker calcium channel
blocker)
7.21 Kolaborasi pemberian
morfin, jika perlu
7.22 kolaborasi pemberian
inotropic, jika perlu
7.23 Kolaborasi pemberian
obat untuk mencegah
maneuver valsava (mis.
Pelunak tinja,
antjemetik)
7.24 Kolaborasi
pencegahan trombus
dengan antikoagulan,
jika perlu
7.25 Kolaborasi
pemeriksaan x-ray dada,
jika perlu

8 Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas


dengan kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan (I.09314)
informasi, kekhawatiran keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
mengalami kegagalan, diharapkan Tingkat Ansietas 1.1 Identifikasi saat tingkat
dibuktikan dengan (D.0080) menurun/membaik ansietas berubah (mis.
Dengan kriteria hasil : Kondisi, waktu,
Data Mayor 1. Verbalisasi kebingungan stressor)
DS : (5) 1.2 Identifikasi kemampuan
1. Merasa bingung 2. Verbalisasi khawatir akibat mengambil keputusan
2. Merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi (5) 1.3 Monitor tanda-tanda
akibat dari kondisi yang 3. Perilaku gelisah (5) ansietas (verbal dan non
dihadapi 4. Perilaku tegang (5) verbal)
3. Sulit berkonsentrasi 5. Keluhan pusing (5)
DO : 6. Anoreksia (5) Terapeutik
1. Tampak gelisah 7. Palpitasi (5) 1.4 Ciptakan suasana
2. Tampak tegang 8. Frekuensi pernapasan (5) terapeutik untuk
3. Sulit tidur 9. Frekuensi nadi (5) menumbuhkan
10. Tekanan darah (5) kepercayaan
Data Minor 11. Diaforesis (5) 1.5 Temani pasien untuk
DS : 12. Tremor (5) mengurangi kecemasan
1. Mengeluh pusing 13. Pucat (5) 1.6 Pahami situasi yang
2. Anoreksia
14. Konsentrasi (5) membuat ansietas
3. Palpitasi
15. Pola tidur (5) dengarkan dengan
4. Merasa tidak berdaya
16. Perasaan keberdayaan (5) penuh perhatian
DO :
17. Kontak mata (5) 1.7 Gunakan pendekatan
1. Frekuensi napas
46

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
meningkat 18. Pola berkemih (5) yang tenang dan
2. Frekuensi nadi meningkat 19. Orientasi (5) meyakinkan
3. Tekanan darah meningkat 1.8 Tempatkan barang
4. Diaphoresis pribadi yang
5. Tremor memberikan
6. Muka tampak pucat kenyamanan
7. Suara bergetar 1.9 Motivasi
8. Kontak mata buruk mengidentifikasi situasi
9. Sering berkemih yang memicu
10. Berorientasi dengan masa kecemasan
lalu 1.10 Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang

Edukasi
1.11 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
1.12 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
1.13 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
1.14 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
1.15 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
1.16 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
1.17 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
1.18 Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
1.19 Kolaborasi
pemberian obat
antlantsietas

Terapi Relaksasi (I.09326)


Observasi
8.1 Identifikasi penurunan
47

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
8.2 Identifikasi Teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
8.3 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumya
8.4 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
8.5 Monitor respons
terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
8.6 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
8.7 Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
8.8 Gunakan pakaian
longgar
8.9 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
8.10 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
8.11 Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan , dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis. Musik,
meditasi , napas dalam,
relaksasi otot progresif)
8.12 Jelaskan secara rinci
48

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
intervensi relaksasi yang
dipilih
8.13 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
8.11 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
8.12 Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
8.13 Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. Napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbimg)

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan.

Implementasi melibatkan pelaksanaan rencana asuhan yang dikembangkan selama

fase perencanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tahap implementasi

membutuhkan dasar pengetahuan klinis yang luas, perencanaan yang cermat,

pemikiran dan analisis kritis, dan pengkajian yang tepat dari perawat. Meskipun

diidentifikasikan sebagai langkah keempat dari proses keperawatan, fase

implementasi dimulai dengan pengkajian dan terus berinteraksi dengan tahapan

lainnya dalam proses keperawatan untuk mencerminkan perubahan kebutuhan

klien dan respon perawat terhadap kebutuhan tersebut (Pangkey et al.,2021)

Tujuan implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai hasil

kesehatan yang diharapkan, memenuhi kebutuhan pasien yang menghasilkan


49

promosi kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen penyakit, atau pemulihan

kesehatan dalam berbagai pengaturan termasuk perawatan akut, perawatan

kesehatan dirumah, atau klinik rawat jalan. Implementasi juga melibatkan

pendelegasian tugas dan dokumentasi intervensi keperawatan. Fokus utama dalam

implementasi adalah bahwa perawat memperhatikan respon pasien terhadap

kesehatan dan penyakit serta kemampuan perawat untuk memenuhi kebutuhan

dasar manusia. Sementara profesional perawatan kesehatan lain focus pada aspek

tertentu dari rejimen pengobatan pasien (pangkey et al.,2021)

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah

dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur

keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan

dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap yang menentukan

apakah tujuan tercapai (Dianarti & Mulyanti, 2017)

Evaluasi keperawatan dapat menentukan respon klien terhadap

implementasi yang telah dilakukan serta mengetahui sejauh mana tujuan telah

tercapai. Evaluasi juga merupakan penilaian ulang dalam menginterprestasikan

data baru yang berkelanjutan untuk mengetahui apakah tujuan tercapai

seluruhnya, tercapai sebagian, atau bahkan tujuan tidak tercapai. Evaluasi

memastikan bahwa klien menerima perawatan dengan baik sehingga kebutuhan

diri terpenuhi. (Siregar et al.,2021)


50

Untuk memperoleh perawat dalam mengevaluasi atau memantau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP (Purba,2019). Pengertian

SOAP yaitu :

1) S artinya data subjektif. Perawat dapat menuliskan keluhan pasien yang

masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

2) O artinya data objektif. Data objektif yaitu data berdasarkan hasil

pengukuran atau hasil observasi perawat secara langsung pada klien dan

yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

3) A artinya analisis. Intervensi dari data subjektif dan data objektif.

Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang

masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah diagnostik baru yang

terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi

datanya dalam data subjektif dan objektif.

4) P artinya planning. Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,

dihentikan, dimodifikasi atau perencanaan yang ditambahkan dari

rencana tindakan yang telah ditentukan sebelumnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan (Desain Penelitian)

Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dalam

bentuk studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan klien dengan Penyakit gagal ginjal coroner di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dua orang responden yang

terdiagnosa Penyakit Ginjal Kronis di Ruang Edelwis Rumah Sakit Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda.

3.3 Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam

praktek Memberikan perawatan langsung kepada klien dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan, dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan

Menggunakan metode proses keperawatan, yang berpedoman pada praktik standar

Keperawatan, berdasarkan etika dan etika keperawatan, serta tanggung jawab

perawatan.

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal

mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
52

dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan

cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau

produksi urin (NKF. 2016). Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang

disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung

progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari

50 mL/min (Sudoyo, et al, 2015).

3.4 Lokasi dan Waktu Penulisan

Penulisan studi kasus ini akan di lakukan di Ruang Rawat Inap Edelwis

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dengan waktu

pelaksanaan selama 3 hingga 6 hari.

3.5 Prosedur Penelitian

Penulisan diawali dengan penyusunan usulan penulisan dengan

menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka

penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data penelitian berupa

hasil pengukuran, observasi, wawancara terhadap kasus yang dijadikan subyek

penelitian.

3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

Dalam studi kasus ini, penulis mengumpulkan data dengan cara

mewawancarai langsung sumber data utama (responden) sehingga teknik

ini dapat segera memberikan hasil. Data tambahan juga dapat diperoleh
53

dari sumber data lain, seperti keluarga klien, perawat, dan rekam medis.

Hasil wawancara adalah riwayat kesehatan yang menunjukkan identitas

klien, identitas orang tua, alasan masuk rumah sakit, keluhan terpenting

yang dirasakan klien saat wawancara, riwayat kesehatan klien. riwayat

penyakit (sekarang - dahulu - keluarga), genogram, riwayat sosial,

kebutuhan dasar seperti nutrisi. , aktivitas, personal hygiene, ekskresi,

pemeriksaan fisik dan mental.

2) Observasi / Memonitor dan Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Auskultasi,

Palpasi, Perkusi)

Dalam studi kasus ini, observasi merupakan salah satu teknik

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dan lengkap

terhadap responden untuk menemukan perubahan atau hal-hal yang akan

diteliti atau hal-hal yang menyimpang. Teknik observasi ini juga

melakukan pemeriksaan fisik dengan metode IAPP (Inspeksi, Auskultasi,

Palpasi, Perkusi) pada seluruh sistem tubuh klien. Tujuan pemeriksaan

fisik ini adalah untuk mengetahui status kesehatan klien, mengidentifikasi

masalah klien dan memperoleh data dasar untuk menentukan intervensi

dalam kegiatan keperawatan.

3) Dokumentasi

Dalam studi kasus ini, data diperoleh dari wawancara, observasi, dan

pemeriksaan fisik yang ditulis dalam format Keperawatan Medikal Bedah.

Dokumentasi harus diberikan setiap hari setelah klien diberikan asuhan


54

keperawatan, sebagai bukti bahwa prosedur keperawatan telah dilakukan

dan untuk melihat keberhasilan prosedur keperawatan yang diberikan.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Pada studi kasus ini, alat atau instrument pengumpulan data yang

digunakan adalah format asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan pengkajian keperawatan.

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data dan informasi

yang diperoleh dalam studi kasus sehingga menghasilkan data yang akurat. Data

dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu :

3.7.1 Data dasar

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari klien

yang dapat memberikan informasi lengkap tentang masalah kesehatan yang

dialaminya. Pengumpulan data ini dapat dilakukan melalui wawancara,

observasi dan pemeriksaan penunjang dengan pendekatan IAPP (inspeksi,

auskultasi, palpasi, perkusi).

3.7.2 Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari orang-orang

terdekat klien, seperti orang tua, kerabat atau pihak lain, yang memahami

keadaan dan kondisi klien saat ini.


55

3.7.3 Data tersier

Data tersier adalah sumber data yang diperoleh dari rekam medis atau

rekam medis, riwayat kesehatan, hasil tes diagnostik, dari perawat lain dan

mungkin dari perpustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah

klien.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari

hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi

oleh penelitian dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterprestasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil

pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum

penelitian yaitu ruangan Edelweis RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 19-21 mei 2022 dengan jumlah sempel

sebanyak dua pasien adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai berikut :

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Edelweis RSUD Abdul Wahab

Syahranie Samarinda yang terletak di Jl. Palang Merah Indah No. 01, kelurahan

Sidodadi Kecamatan Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. RSUD Abdul

Wahab Syahranie adalah rumah sakit tipe A sebagai Rumah Sakit rujukan terdapat

fasilitas pelayanan IGD 24 jam, Poliklinik Spesialis, Laboraturium. Instalasi

Radiologi, Instalasi Bedah Sentral, Apotek, Instalasi Gizi, Histologi atau Kamar

Jenazah, Fisioterapi, Ruang Kemoterapi, CSSD, Ruang Intensif Terpadu, Ruang

Hemodialisa, Ruang Bersalin/VK, Gedung Pravilium, Instalasi Rawat Inap (Kelas

I, II, III, dan VIP)

Dalam studi kasus ini peneliti melakukan studi kasus pada tanggal 19

sampai 20 mei 2022 diruang Edelweis yaitu ruang rawat inap kelas 2 sampai 3

dan pasien diterima langsung dari IGD atau dari poliklinik. Tenaga keperawatan
57

diruang edelweis terdiri dari 41 orang dengan kasus penyakit meliputi diantaranya

pasien dengan penyakit Diabetes Melitus, CKD, CA, Fraktur dan penyakit dalam

lainnya. Adapun ruangannya terdiri dari 23 Ruang kamar dengan 53 kapasitas

tempat tidur, 23 kamar mandi pasien, 2 kamar mandi perawat, 1 ruang kepala

ruangan, 1 ruang obat, 2 nurse station.

4.1.2 Data Asuhan Keperawatan

4.1.2.1 Pengkajian

Table 4.1 Pengkajian Pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis di Ruang
Edelweis RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda tahun 2022
No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
1 Pasien bernama Tn. A, Pasien bernama Ny. H
berjenis kelamin laki-laki berjenis kelamin perempuan
dengan tanggal lahir 21 dengan tanggal lahir 02
januari 1958 berusia 64 februari 1966 berusia 56
tahun, bersuku bangsa tahun, bersuku
Identitas Pasien Kutai/Indonesia, Pasien Bugis/Indonesia, Pasien
beragama islam, pendidikan beragama islam, pendidikan
terakhir pasien SMP, pasien terakhir SD, pasien tidak
tidak bekerja, dan beralamat bekerja dan beralamat di
di Desa Embalut Rt. 08 No Muara Badak, No Register
Register 40.90.XX 01.05.14.XX
2 Diagnosa Medis CKD St. V On HD CKD St. V
3 Pasien mengeluh Sesak Pasien mengeluh Sesak
Keluhan Utama
Napas Napas
Pada saat pengkajian pasien Pada saat pengkajian pasien
mengeluh sesak napas dan mengeluh sesak napas dan
nyeri kepala sejak 05 mei batuk berdahak sejak 14 mei
2022, bentuk dada simetris, 2022, Bentuk dada simetris
4 terdapat asites pada terdapat asites pada
Riwayat abdomen frekuensi napas 28 abdomen frekuensi napas 27
Penyakit x/menit terdapat pernapasan x/menit tidak ada
Sekarang cuping hidung dan pernapasan cuping hidung,
penggunaan otot bantu terdapat penggunan otot
pernapasan, terpasang nasal bantu pernapasan,
kanul 3 lpm Terpasang nasal kanul 2 lpm

Riwayat Pasien pernah dirawat pada Pasien menderita hipertensi


58

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
bulan lalu dengan diagnosa ± 5 tahun dan menderita
ckd dengan riwayat kontrol diabetes melitus ±2 tahun.
hemodialisa setiap rabu dan Pasien merupakan penderita
5 sabtu, pasien sudah hipertensi terkontrol dengan
melakukan hemodialisa riwayat penggunaan obat
Penyakit
selama 7 tahun, pasien tidak yaitu amlodiphine 1x10 mg
Dahulu
memiliki riwayat alergi, dan jika gula darah tidak
pasien melakukan operasi terkontrol maka diberikan
pada tanggal 10 untuk insulin 4 unit
pemasangan selang pericard
dan pleura
15 Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
Riwayat
tidak ada riwayat penyakit jika orang tua pasien
Penyakit
menderita penyakit
Keluarga
hipertensi dan rematik.
16

Genogram
: Laki-laki : Laki-laki
: Perempuan : Perempuan
X : Meninggal X : Meninggal
: Pasien : Pasien
17 Posisi pasien semi fowler, Posisi pasien semi fowler,
terpasang IVFD disebelah terpasang IVFD disebelah
Keadaan Umum kiri yang juga terhubung ke kiri, keadaan umum sedang.
syringe pump, keadaan
umum sedang.
18 Kesadaran pasien Compos Kesadaran pasien Compos
Kesadaran Mentis dengan GCS : 15 Mentis dengan GCS : 15
E4M6V5 E4M6V5
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Masalah keperawatan
keperawatan keperawatan
19 Pemeriksaan tanda – tanda Pemeriksaan tanda – tanda
vital pasien didapatkan vital pasien didapatkan
tekanan darah : 100/70 tekanan darah : 110/80
Tanda – Tanda mmHg, mmHg, nadi : 82 x/menit,
Vital nadi : 107x/menit, RR : RR : 27x/menit, suhu : 36,4 ̊
28x/menit, suhu : 36,2 ̊ C, C, saturasi oksigen : 98 %,
saturasi oksigen : 99%, MAP : 90 mmHg
MAP : 80 mmHg
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan
20 Kenyamanan/ Pasien tidak merasakan Pasien tidak merasakan
Nyeri nyeri nyeri
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
59

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
Keperawatan keperawatan keperawatan
21 Kategori tingkat Kategori tingkat
Status Fungsional ketergantungan pasien ketergantungan pasien
Barthel Indeks adalah ketergantungan adalah ketergantungan
ringan dengan Total skor 13 ringan dengan Total skor 14
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan
22 Kepala : Kepala :

Hasil dari pemeriksaan Hasil dari pemeriksaan


kepala didapatkan bentuk kepala didapatkan bentuk
kepala Simetris, kulit kepala Simetris, kulit kepala bersih,
bersih, penyebaran rambut penyebaran rambut tidak
tidak merata, warna rambut merata, warna rambut hitam
putih beruban dan tidak ada dan beberapa beruban dan
kelainan. tidak ada kelainan.

Mata : Mata :

Hasil dari pemeriksaan mata Hasil dari pemeriksaan mata


didapatkan, Warna Sklera didapatkan, Warna Sklera
putih, konjungtiva anemis, putih, konjungtiva anemis,
ada reflek cahaya , pupil ada reflek cahaya, pupil
isokor. isokor.

Hidung : Hidung :
Pemeriksaan
Kepala Hasil dari pemeriksaan Hasil dari pemeriksaan
hidung didapatkan, Terdapat hidung didapatkan, Terdapat
pernapasan cuping hidung penggunaan otot bantu
dan penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan
pernapasan, posisi septum cuping hidung tidak ada,
nasal simetris, lubang posisi septum nasal simetris,
hidung bersih, tidak ada lubang hidung bersih, tidak
penurunan ketajaman ada penurunan ketajaman
penciuman dan tidak ada penciuman dan tidak ada
kelainan. kelainan.

Rongga Mulut dan Lidah : Rongga Mulut dan Lidah :

Hasil dari pemeriksaan Hasil dari pemeriksaan


rongga mulut dan lidah rongga mulut dan lidah
didapatkan, Warna bibir didapatkan, Warna bibir
pucat, mukosa kering, pucat, mukosa kering,
ukuran toksil normal, letak ukuran toksil normal, letak
uvula simetris ditengah dan uvula simetris ditengah dan
tidak ada kelainan. tidak ada kelainan.
MasalahKeperawatan Perfusi perifet tidak efektif Perfusi perifer tidak efektif
60

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
23 Pasien mengeluh sesak Pasien mengeluh sesak
napas, tidak ada batuk dan napas terdapat batuk tidak
tidak ada nyeri saat berdahak dan tidak ada
bernapas. nyeri saat bernapas.

Pada inspeksi ditemukan Pada inspeksi ditemukan


bentuk dada simetris Bentuk dada simetris,
frekuensi napas 28x/menit frekuensi napas 27x/menit
irama napas pendek dan irama napas teratur, terdapat
dalam, terdapat pernapasan penggunaan otot bantu
cuping hidung dan pernapasaan, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan cuping hidung,
pernapasan pasien terpasang pasien terpasang O2 nasal
O2 nasal kanual 3 lpm kanual 2 lpm dengan posisi
dengan posisi semi fowler, semi fowler.
Pemeriksaan dan terpasang WSD jenis
Thorax pericard dan pleura. Pada palpai ditemukan vocal
fremitus teraba diseluruh
Pada palpasi ditemukan lapang paru, ekspansi paru
vocal fremitus teraba simetris di paru kanan dan
diseluruh lapang paru, kiri.
ekspansi paru simetris di
paru kanan dan kiri Pada perkusi ditemukan
suara sonor batas paru hepar
Pada perkusi ditemukan terletak di ICS 5 dextra.
suara sonor batas paru hepar
terletak di ICS 5 dextra. Pada auskultrasi ditemukan
suara napas vesikuler, suara
Pada auskultrasi ditemukan ucapan bersih tidak ada
suara napas vesikuler, suara suara napas tambahan
ucapan bersih tidak ada
suara napas tambahan.
Masalah Pola napas tidak efektif Pola napas tidak efektif
Keperawatan Resiko Infeksi
24 Tidak ada keluhan nyeri Tidak ada keluhan nyeri
dada dada

Pada inspeksi didapatkan Pada inspeksi didapatkan


CRT 3 detik, tidak ada CRT 3 detik, tidak ada
sianosis dan tidak ada jari sianosis dan tidak ada jari
tabuh. tabuh.

Pada palpasi didapatkan Pada palpasi didapatkan


Pemeriksaan ictus cordis teraba pada ICS ictus cordis teraba pada ICS
Jantung 5 midline clavicula sinistra, 5 midline clavicula sinistra,
akral teraba hangat. akral teraba hangat.

Pada perkusi didapatkan Pada perkusi didapatkan


61

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
batas atas berada di ICS 2 batas atas berada di ICS 2
parasternal dextra, batas parasternal dextra, batas
bawah berada di ICS 5 bawah berada di ICS 5
midline clavicula sinistra, midline clavicula sinistra,
batas kanan berada di ICS 3 batas kanan berada di ICS 3
parasternal dextra, batas kiri parasternal dextra, batas kiri
berada di ICS 3 parasternal berada di ICS 3 parasternal
sinistra sinistra

Pada auskultrasi didapatkan Pada auskultrasi didapatkan


BJ II Aorta terdengar dup, BJ II Aorta terdengar dup,
regular dengan intensitas regular dengan intensitas
kuat, BJ II Pulmonal kuat, BJ II Pulmonal
terdengar dup, regular, terdengar dup, regular,
dengan intensitas kuat, BJ I dengan intensitas kuat, BJ I
Triskuspid terdengar lup, Triskuspid terdengar lup,
regular dengan intensitas regular dengan intensitas
kuat, BJ I Mitral terdengar kuat, BJ I Mitral terdengar
lup, regular dengan lup, regular dengan
intensitas kuat dan tidak intensitas kuat dan tidak
didapatkan bunyi jantung didapatkan bunyi jantung
tambahan serta kelainan tambahan serta kelainan
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan
25 Pemeriksaan Sistem pencernaan dan Sistem pencernaan dan
Sistem nutrisi nutrisi
Pencernaan dan
Status Nutrisi Dari pengkajian didapatkan Dari pengkajian didapatkan
hasil, BB : 70 kg, TB : 175 hasil, BB : 60 kg, TB : 162
cm, IMT : 22,8 kg m2 , cm, IMT : 22,9 kg m2 , BAB
BAB 1x/ hari dengan 1x/ hari dengan konsistensi
konsistensi lunak, jenis diet lunak, jenis diet pasien Jenis
pasien diet Rendah Protein diet DM 1700 Kkal, Rendah
(RP) : 0,8 gr/KgBB, Rendah Protein (RP) : 1 gr/KgBB,
Garam (RG) : 400 mg Na, pemberian secara oral,
dan Kalori : 35 Kkal/KgBB, bentuk makanan lunak,
pemberian secara oral frekuensi makan 3 x/hari,
bentuk makanan lunak, dengan sekali makan hanya
frekuensi makan 3 x/hari, menghabiskan 4-5 sendok
dengan sekali makan hanya dikarenakan rasa mual,
menghabiskan 2-5 sendok muntah dan tidak nafsu
dikarenakan rasa mual dan makan.
tidak nafsu makan.

Abdomen :
Abdomen :
Pada inspeksi didapatkan
bentuk abdomen bulat, tidak Pada inspeksi didapatkan
62

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
terlihat bayangan vena, tidak bentuk abdomen bulat, tidak
ada benjolan atau massa, terlihat bayangan vena, tidak
tidak ada luka operasi, dan ada benjolan atau massa,
tidak tepasang drain pada tidak ada luka operasi, dan
abdomen tidak tepasang drain pada
abdomen
Pada auskultasi didapatkan
peristaltic usus 8x/menit Pada auskultasi didapatkan
peristaltic usus 8x/menit
Pada palpasi didapatkan
tidak ada nyeri tekan, tidak Pada palpasi didapatkan
ada massa dan tidak ada tidak ada nyeri tekan, tidak
pembesaran hepar, lien ada massa dan tidak ada
maupun ginjal. pembesaran hepar, lien
maupun ginjal.
Pada perkusi didapatkan
terdapat asites pada Pada perkusi didapatkan
abdomen, dan tidak ada terdapat asites pada
nyeri ketuk pada ginjal, abdomen, dan tidak ada
terdengar pekak. nyeri ketuk pada ginjal,
terdengar pekak.
Masalah Nausea Nausea
Keperawatan
26 Pemeriksaan Pasien dapat mengingat Pasien dapat mengingat
Sistem Syaraf kejadian yang terjadi kejadian yang terjadi
sebulan yang lalu dan dapat sebulan yang lalu dan dapat
mengulang perkataan yang mengulang perkataan yang
telah disampaikan, dengan telah disampaikan, dengan
bahasa yang baik, Kognisi : bahasa yang baik, Kognisi
Baik, Orientasi Baik Baik, Orientasi Baik
(Terhadap orang, tempat, (Terhadap orang, tempat,
dan waktu) dan waktu)
a. Refleks fisiologis a. Refleks fisiologis
- Patella : 2 - Patella : 2
(Normal) (Normal)
- Achilles : 2 - Achilles : 2
(Normal) (Normal)
- Bisep : 2 (Normal) - Bisep : 2 (Normal)
- Brankioradialis : 2 - Brankioradialis : 2
(Normal) (Normal)
b. Terdapat keluhan b. Terdapat keluhan
pusing pusing
c. Istirahat/tidur 5 c. Istirahat/tidur 6
jam/hari jam/hari
d. Pemeriksaan syaraf d. Pemeriksaan syaraf
kranial kranial
- N1(olfaktorius) : - N1 (olfaktorius) :
Normal (Pasien Normal (Pasien
63

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
mampu mampu
membedakan bau membedakan bau
minyak kayu putih minyak kayu putih
dan alcohol) dan alcohol)
- N2 (optikus) : - N2 (optikus) :
Normal (Pasien Normal (Pasien
mampu melihat mampu melihat
dalam jarak 30 cm) dalam jarak 30 cm)
- N3 (okulomotor) : - N3 (okulomotor) :
Normal (pasien Normal (pasien
mampu mampu
mengangkat mengangkat
kelopak mata) kelopak mata)
- N4(troklearis) : - N4 (troklearis) :
Normal (Pasien Normal (Pasien
mampu mampu
menggerakkan bola menggerakkan bola
mata ke bawah) mata ke bawah)
- N5 (trigeminus) : - N5 (trigeminus) :
Normal (Pasien Normal (Pasien
mampu mampu
mengunyah) mengunyah)
- N6 (abdusen) : - N6 (abdusen) :
Normal (Pasien Normal (Pasien
mampu mampu
menggerakkan menggerakkan
mata ke samping) mata ke samping)
- N7 (fasialis) : - N7 : (fasialis)
Normal (pasien Normal (pasien
mampu tersenyum mampu tersenyum
dan mengangkat dan mengangkat
alis mata alis mata
- N8 (akustikus) : - N8 (akustikus) :
Normal (pasien Normal (pasien
mampu mendengar mampu mendengar
dengan baik) dengan baik)
- N9 - N9
(glossopharyngeal) (glossopharyngeal)
: Normal (pasien : Normal (pasien
mampu mampu
membedakan rasa membedakan rasa
manis dan asam manis dan asam
- N10 (vagus) : - N10 (vagus) :
Normal (pasien Normal (pasien
mampu menelan) mampu menelan)
- N11(aksesorius) : - N11(aksesorius) :
Normal (pasien Normal (pasien
mampu mampu
64

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
mengerakkan bahu mengerakkan bahu
dan melawan dan melawan
tekanan) tekanan)
- N12 (hipoglossus) : - N12 (hipoglossus) :
Normal (pasien Normal (pasien
mampu mampu
menjulurkan lidah menjulurkan lidah
dan menggerakkan dan menggerakkan
lidah ke berbagai lidah ke berbagai
arah) arah)
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan
27 Area genetalia bersih, Area genetalia bersih,
kemampuan berkemih kemampuan berkemih
secara spontan, tidak ada secara spontan, tidak ada
Pemeriksaan keluhan kencing, produksi keluhan kencing, produksi
Sistem urine 850 ml/hari, berwarna urine 600 ml/hari, berwarna
Perkemihan kuning keruh, berbau khas kuning keruh, berbau khas
urine, tidak ada pembesaran urine, tidak ada pembesaran
dan nyeri tekan pada dan nyeri tekan pada
kandung kemih. kandung kemih.
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan
28 Pergerakkan sendi pada Pergerakkan sendi pada
pasien didapatkan pasien didapatkan
keterbatasan bebas. keterbatasan bebas,
Kekuatan otot pasien 5 pada Kekuatan otot pasien 5 pada
semua ekstermitas,tidak ada semua ekstermitas, Tidak
kelainan ekstermitas,Tidak ada kelainan ekstremitas,
ada kelainan tulang Tidak ada kelainan tulang
belakang, Tidak ada fraktur belakang, Tidak ada fraktur
dan tidak terpasang traksi, dan tidak terpasang traksi,
Pemeriksaan
Kulit berwarna coklat, Kulit berwarna coklat,
Sistem
Turgor kulit kembali dalam Turgor kulit kembali dalam
Muskuloskeletas
3 detik, Tidak ada luka ulkus 3 detik, Tidak ada luka ulkus
dan Integumen
diabetic, Terdapat edema diabetic, Terdapat edema
pada ekstermitas bawah pada kedua sekitar mata dan
pasien (femur sebelah kaki kiri, Terdapat pitting
kanan), Terdapat Pitting edema pada Ekstermitas
edema pada Ekstermitas Bawah, RU : (+1). Nilai
Bawah, RL : (+1), Nilai risiko dekubitus 14, pasien
risiko dekubitus 15, pasien dalam kategori risiko rendah
dalam kategori resiko rendah untuk mengalami dekubitus
untuk mengalami dekubitus
Masalah keperawatan Hipervolemia Hipervolemia
29 Pemeriksaan Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
Sistem Endokrin kelenjar tiroid, tidak ada kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah pembesaran kelenjar getah
65

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
benih, tidak ada tanda dan benih, terdapat tanda dan
gejala trias DM, tidak gejala trias DM, GDS : 118,
terdapat luka gangrene, tidak terdapat luka gangrene,
pasien tidak memiliki pasien tidak memiliki
riwayat luka sebelumnya riwayat luka sebelumnya
dan tidak memiliki riwayat dan tidak memiliki riwayat
amputasi. amputasi
Masalah Tidak ada masalah Risiko ketidakstabilan kadar
Keperawatan keperawatan glukosa darah
30 Pasien tidak memiliki Pasien tidak memiliki
masalah pada prostat dan benjolan pada Payudara,
Seksualitas dan
tidak ditemui kelainan tidak sedang hamil. Pasien
Reproduksi
lainnya. juga tidak memiliki flour
albus dan prolapse urteri.
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan
31 Total skor dari hasil Total skor dari hasil
penilaian dengan penilaian dengan
Keamanan
menggunakan Morse Fall menggunakan Morse Fall
Lingkungan
Scale didapatkan skor pasien Scale didapatkan skor pasien
35 dengan kategori sedang. 35 dengan kategori sedang.
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan
32 Persepsi klien terhadap Persepsi klien terhadap
penyakitnya adalah penyakitnya adalah
merupakan cobaan tuhan, merupakan cobaan tuhan,
Ekspresi klien terhadap Ekspresi klien terhadap
penyakit terlihat penyakit adalah
murung/diam, Pasien murung/diam, Pasien
kooperatif saat interaksi, kooperatif saat interaksi,
Pasien tidak mengalami Pasien tidak mengalami
Pengkajian
gangguan konsep diri gangguan konsep diri,
Psikososial
Pasien baru mengetahui
penyakitnya dan disarankan
untuk melakukan
hemodialisa atau cuci darah,
Namun pasien dan keluarga
menolak melakukan
hemodialisa karena merasa
takut.
Massalah Tidak ada masalah Ketidakpatuhan
keperawatan keperawatan
33 Personal Hygiene Pasien mandi 1x/ hari Pasien mandi 1x/ hari
dibantu keluarga untuk dibantu keluarga untuk
ketoilet, selama dirawat ketoilet, selama dirawat
pasien belum ada keramas, pasien belum ada keramas,
kuku pasien dipotong kuku pasien dipotong
1x/minggu, pasien ganti 1x/minggu, pasien ganti
66

No
Data Anamnesa Pasien I (Tn. A) Pasien II (Ny. H)
.
pakaian 1x/hari, sikat gigi pakaian 1x/hari, sikat gigi
1x/hari dibantu keluarga. 1x/hari dibantu keluarga.
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Masalah keperawatan
keperawatan keperawatan
34 Pasien mengatakan sering Pasien mengatakan sering
Pengkajian beribadah sebelum sakit, beribadah sebelum sakit,
Spiritual karena sakit pasien kadang- karena sakit pasien kadang-
kadang beribadah. kadang beribadah.
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Keperawatan keperawatan keperawatan

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Tn. A dan Ny. H dengan Penyakit
Gagal Ginjal Kronis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Pasien Tanggal Tanggal Nilai Normal
(18 Mei 2022) (20 Mei 2022)
1 Pasien 1 1. Leukosit 9,70 1. Leukosit 6,97 (4,80 – 10,8)
Tn. A 2. Eritrosit 4,50 2. Eritrosit 4,19 (4,20 – 5,40)
3. Hemoglobin 9,3 g/dl 3. Hemoglobin 10,1 g/dl (12,0 – 16,0)
4. Hematokrit 32,5 g/dl 4. Hematokrit 30,5 g/dl (37,0 – 54,0)
5. Ureum 89,7 mg/dL 5. Ureum 61,3 mg/dL (19,3 – 49,2)
6. Creatinim 6 mg/dL 6. Creatinim 5,5 mg/Dl (0,5 – 1,1)
No pasien Tanggal Tanggal Nilai Normal
(19 Mei 2022) (21 Mei 2022)
2 Pasien 2 1. Leukosit 8,03 1. Leukosit 10,3 (4,80 – 10,8)
Ny. H 2. Eritrosit 1,95 2. Eritrosit 3,22 (4,20 – 5,40)
3. Hemoglobin 5,7 g/dl 3. Hemoglobin 9,3 g/dl (12,0 – 16,0)
4. Hematokrit 16,5 g/dl 4. Hematokrit 26,3 g/dl (37,0 – 54,0)
5. Ureum 215,2 mg/dL 5. Ureum 210,6 mg/dL (19,3 – 49,2)
6. Creatinim 26,1 mg/Dl 6. Creatinim 20,7 mg/dL (0,5 – 1,1)

Table 4.3 Balance Cairan Pada Tn. A Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Intake Tgl Tgl Tgl Output Tgl Tgl Tgl Satuan
19 20 21 19 20 21
67

Mei Mei Mei Mei Mei Mei


2022 2022 2022 2022 2022 2022
Minum Peroral 250ml 280ml 200ml Urine (0,5 – 1 850ml 950ml 900ml Ml/
ml/Kg/BB/jam) 24jam
Cairan Infus 720ml 720ml 720ml Drain (WSD) 60ml 80ml 100ml
Obat IV 50ml 50ml 50ml IWL (10 – 15 700ml 700ml 700ml Ml/
ml/Kg/BB/24jam) 24jam
Syringe pump 132ml 132ml 132ml
NGT Diare
Makanan (1 kalori = 714ml 714ml 714ml Muntah Ml/
0,14ml/hari) 24jam
Pendarahan
Feses (1× = 80ml Ml/
200ml/hari) 24jam
Total 1866 1896 1816 Total 1690 1730 1700 Ml/
ml ml ml ml ml ml 24jam

Table 4.4 Balance Cairan Pada Ny. H Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Intake Tgl Tgl Tgl Output Tgl Tgl Tgl Satuan
19 20 21 19 20 21
Mei Mei Mei Mei Mei Mei
2022 2022 2022 2022 2022 2022
Minum Peroral 250ml 250ml 300ml Urine (0,5 – 1 600ml 700ml 700ml Ml/
ml/Kg/BB/jam) 24jam
Cairan Infus 720ml 720ml 720ml Drain
Obat IV 50 ml 50 ml 50 ml IWL (10 – 15 600 600 600 Ml/
ml/Kg/BB/24jam) ml ml ml 24jam
Transfusi darah 222 255 Feses 100 100 100
ml ml Ml
Makanan (1 kalori = 178ml 178ml 178ml Muntah 45 ml 45 ml Ml/
0,14ml/hari) 24jam
Total 1420 1453 1248 1345 1445 1400
ml ml ml ml ml ml

Tabel 4.4 Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
TERAPI FARMAKOLOGIS
Pasien 1( Tn. A ) Pasien 2 ( Ny. H )
Kamis 19 mei – Jumat 21 mei 2022 (08.00) Kamis, 19 mei 2022 (08.00)
68

TERAPI FARMAKOLOGIS

IVFD Nacl 0,9% 10 tpm (30cc/jam) IVFD Nacl 10 tpm (30cc/jam)


Inj. Ceftriaxone 1gr, 2 x 1 via IV Inj. Omeprazole 40 mg 2 x 1 via IV
Inj. Furosemid 2ml, 3 x 1 via IV Inj. Ceftriaxone 1gr, 2 x 1 via IV
Dobutamin 5,5cc/jam (syringe pump) Inj. Metoclopramida 2ml, 3 x 1 via IV
Oral Neurobion Forte 2 x 1 tablet Inj. Fursemide 2ml, 2 x 1 via IV
Oral Amlodipin 10 mg 1 x 1 tablet
Oral Asam Folat/sukratfat 3 x 1 tablet
Jumat, 20 mei – Sabtu, 21 mei 2022 (08.00) Jumat , 20 mei – Sabtu, 21 mei 2022 (08.00)

IVFD Nacl 0,9% 10 tpm (30cc/jam) IVFD Nacl 10 tpm (30cc/jam)


Inj. Ceftriaxone 1gr, 2 x 1 via IV Inj. Omeprazole 40 mg 2 x 1
Inj. Furosemid 2ml, 3 x 1 via IV Inj. Ceftriaxone 1gr, 2 x 1 via IV
Dobutamin 5,5cc/jam (syringe pump) Inj. Fursemide 2ml, 2 x 1 via IV
Oral Neurobion Forte 2 x 1 tablet Oral Amlodipin 10 mg 1 x 1 tablet
Oral Asam Folat/sukratfat 3 x 1 tablet

4.1.2.2 Diagnosis keperawatan

Tabel 4.5 Diagnosis Keperawatan Pasien Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Pasien 1( Tn. A ) No Pasien 2 (Ny. H )
Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan
Ditemukan Ditemukan
1 19 mei 2022 Pola napas tidak efektif 1 19 mei 2022 Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan berhubungan dengan
hambatan upaya napas hambatan upaya napas
dibuktikan dengan (D.0005). dibuktikan dengan (D.0005).
Data Subjektif : Data Subjektif :
a. Pasien mengatakan sesak a. Pasien mengatakan sesak
napas napas
b. Pasien mengatakan jika b. Pasien mengatakan jika
bernapas terasa berat bernapas terasa berat
Data Objektif : Data Objektif :
a. Repirasi 28x/menit a. Repirasi 27x/menit
b. Terpasang nasal kanul 3 b. Terpasang nasal kanul 2
lpm lpm
c. Terdapat penggunaan c. Terdapat penggunaan
napas cuping hidung napas cuping hidung
d. Terdapat penggnaan otot d. Terdapat penggnaan otot
bantu pernapasan bantu pernapasan
69

No Pasien 1( Tn. A ) No Pasien 2 (Ny. H )


Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan
Ditemukan Ditemukan
e. Spo2 : 99% e. Spo2 : 98%
f. Terdapat asites abdomen f. Terdapat asites abdomen
2 19 mei 2022 Perfusi perifer tidak efektif 2 19 mei 2022 Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan berhubungan dengan
penurunan hemoglobin, yang penurunan hemoglobin, yang
dibuktikan dengan (D.0009). dibuktikan dengan (D.0009).
Data Subjektif : Data Subjektif :
a. Pasien mengatakan a. Pasien mengatakan
badannya terasa lemas badannya terasa lemas
b. Pasien mengatakan b. Pasien mengatakan
kepalanya terasa pusing kepalanya terasa pusing
Data objektif : Data objektif :
a. Pengisian kapiler 3 detik a. Pengisian kapiler 3 detik
b. Konjungtiva anemis b. Konjungtiva anemis
c. Mukosa bibir kering dan c. Mukosa bibir kering dan
pucat pucat
d. Akral teraba dingin d. Akral teraba dingin
e. TD : 100/70 mmHg e. TD : 110/80 mmHg
f. Nadi : 107x/menit f. Nadi : 82x/menit
g. Suhu : 36,2 ̊C g. Suhu : 36,4̊C
h. Hemoglobin : 9,3 g/dl h. Hemoglobin : 5,7 g/dl
i. Hematocrit : 32,5 g/dl i. Hematocrit : 16,5 g/dl
3 19 mei 2022 Hipervolemia berhubungan 3 19 mei 2022 Hipervolemia berhubungan
dengan kerusakan dengan kerusakan
mekanisme regulasi, yang mekanisme regulasi, yang
dibuktikan dengan (D.0009). dibuktikan dengan (D.0009).
Data subjektif : Data subjektif :
a. Pasien mengatakan a. Pasien mengatakan
sesak sesak
b. Pasien mengatakan b. Pasien mengatakan
bengkak bengkak
c. Pasien mengatakan c. Pasien mengatakan
haluaran kencingnya haluaran kencingnya
hanya sedikit hanya sedikit
Data objektif Data objektif
a. Terlihat edema pada a. Terlihat edema pada
ekstermitas bawah ekstermitas bawah
b. Terdapat asites pada b. Terdapat asites pada
abdomen abdomen
c. Urine : 800cc (dengan c. Urine : 600cc (dengan
bantuan furosemide) bantuan furosemide)
d. Pitting edema (+1) d. Pitting edema (+1)

4 19 mei 2022 Nausea berhubungan dengan 4 19 mei 2022 Nausea berhubungan dengan
biokimia, yang dibuktikan biokimia yang dibuktikan
dengan (D.0076). dengan (D.0076).
Data subjektif Data subjektif
70

No Pasien 1( Tn. A ) No Pasien 2 (Ny. H )


Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan
Ditemukan Ditemukan
a. Pasien mengatakan a. Pasien mengatakan
mual, tapi tidak ada mual, tapi tidak ada
keluar muntah. keluar muntah.
b. Pasien mengatakan b. Pasien mengatakan
malas makan karena malas makan karena
rasa pahit dimulut dan rasa pahit dimulut dan
jika makan terasa mual jika makan terasa mual
c. Pasien mengatakan c. Pasien mengatakan
hanya menghabiskan 2-5 hanya menghabiskan 3-
sendok saja dalam satu 5 sendok saja dalam satu
kali makan kali makan
Data objektif Data objektif
a. Bibir pasien terlihat a. Bibir pasien terlihat
kering dan pucat kering dan pucat
b. Terlihat ingin muntah b. Terlihat ingin muntah
c. Terlihat makan pasien c. Terlihat makan pasien
pasien yang masih pasien yang masih
penuh penuh

5 19 mei 2022 Risiko infeksi dibuktikan 5 19 mei 2022 Ketidakpatuhan berhubungan


dengan efek prosedur infasif dengan ketidakadekuatan
(D.0142). pemahaman, yang dibuktikan
Data subjektif dengan (D.0114).
a. Pasien mengatakan telah Data subjektif :
melakukan operasi a. Pasien dan keluarga
pemasangan selang pada menolak menjalani
tanggal 10 mei 2022 perawatan/pengobatan
Data objektif : Data objektif :
a. Terdapat pemasangan a. Pasien tidak mengikuti
WSD anjuran
perawatan/pengobatan
6 19 mei 2022 Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah dibuktikan
dengan ketidaktepatan
pemantauan glukosa darah
(D.0038).

4.1.2.3 Intervensi Keperawatan

Table 4.6 Intervensi Keperawatan Pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis di
Ruang Edelweis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
71

Diagnosis
No Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Pola napas tidak Pola Napas (L.01004) Manajemen jalan napas (1.01011)
efektif b.d hambatan Setelah dilakukan tindakan Observasi
upaya napas keperawatan selama 3x24 jam I.1 Monitor frekuensi, irama,
dibuktikan dengan diharapkan pola napas kedalaman, dan upaya napas.
dispnea, pola napas kembali efektif dengan, I.2 Monitor pola napas (seperti
abnormal (D.0005). kriteria hasil : bradipnea, takipnea)
1. Dyspnea menurun I.3 Monitor saturasi oksigen
2. Penggunaan otot bantu I.4 Identifikasi adanya kelelahan
napas menurun otot bantu pernapasan
3. Frekuensi napas membaik I.5 Identifikasi efek perubahan
(24x/menit) posisi terhadap status
4. Kedalaman napas pernapasan
membaik Terapeutik
5. Pernapasan cuping hidung I.6 Berikan posisi fowler atau semi
menurun fowler
I.7 Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan (nasal kanul)
I.8 Ajarkan teknik batuk efektif
I.9 Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
I.10 Ajarkan cara mengubah posisi
secara mandiri
Kolaborasi
I.11 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2 Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan sirkulasi (1.02079)
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan penurunan keperawatan selama 3x24 jam 2.1 Identifikasi sirkulasi perifer
konsentrasi diharapkan perfusi perifer (nadi perifer, edema, CRT,
hemoglobin efektif dengan kriteria hasil : warna, suhu, konjungtiva)
dibuktikan dengan 1. Hemoglobin dalam rentan 2.2 Monitor hasil laboraturium yang
Pengisian kapiler > 3 normal : 14 – 18 g/dl diperlukan
detik, Konjungtiva 2. Tanda – tanda vital dalam Terapeutik
anemis, Akral teraba rentan normal 2.3 Periksa kesesuaian hasil
dingin, warna kulit 3. CRT 2 detik laboraturium dengan keadaan
pucat (D.0009). 4. Konjungtiva kemerahan klinis
2.4 Ambil sampel darah sesuai
protokol
Kolaborasi
2.5 Kolaborasikan pemberian obat
oral sesuai intruksi dokter
2.6 Kolaborasikan pemberian
produk darah sesuai intruksi
dokter
3 Hipervolemia Keseimbangan Cairan Manajamen Hipervolemia
berhubungan dengan (L.03020) (1.03114)
kerusakan mekanisme Setelah dilakukan tindakan Observasi
regulasi dibuktikan keperawatan selama 3 x 24 3.1 Identifikasi penyebab
72

Diagnosis
No Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
dengan dyspnea, jam diharapkan terjadi hipervolemia
edema, kadar Hb keseimbangan cairan dengan 3.2 Periksa tanda dan gejala
turun, oliguria kriteria hasil : hipervolemia (edema, dyspnea,
(D.0022). 1. Edema menurun suara nafas tambahan)
2. Tanda – tanda vital dalam 3.3 Monitor status hemodinamik
rentan normal (frekuensi jantung, TD, MAP)
3. Turgor kulit membaik 3.4 Monitor intake dan output
3.5 Monitor tanda hemokonsentrasi
(kadar natrium, BUN,
hematokrit, kreatinin)
3.6 Monitor kecepatan infus
Terapeutik
3.7 Batasi asupan cairan dan garam
3.8 Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan makanan dan
haluaran urin
kolaborasi
3.9 Kolaborasi pemberian diuretic
3.10 Kolaborasi pemberian
hemodialisa

4 Nausea berhubungan Tingkat Nausea (L.08065) Manajemen mual (1.03117)


dengan gangguan Setelah dilakukan tindakaan Observasi
biokimia (uremia) keperawatan selama 3x24 jam 4.1 Identifikasi isyarat nonverbal
dibuktikan dengan diharapkan nausea dapat ketidaknyamanan
mengeluh mual, teratasi dengan kriteria hasil : 4.2 Identifikasi factor penyebab mual
merasa ingin muntah, 1. Nafsu makan membaik 4.3 Monitor mual (frekuensi durasi
tidak berminat makan 2. Keluhan mual menurun dan tingkat keparahan)
(D.0076). 3. Pucat membaik 4.4 Monitor asupan nutrisi dan kalori
4. Takikardi membaik Terapeutik
4.5 Berikan makanan dalam jumlah
kecil tetapi menarik
4.6 Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
Kolaborasi
4.7 Kolaborasi pemberian antiemetik
5 Ketidakpatuhan Tingkat Kepatuhan Dukungan kepatuhan program
berhubungan dengan (L.12110) pengobatan (1.12361)
ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan Observasi
pemahaman, yang keperawatan selama 3x24 jam 5.1 Identifikasi kepatuhan menjalani
dibuktikan dengan diharapkan tingkat kepatuhan program pengobatan
menolak menjalani meningkat, dengan kriteria Terapeutik
pengobatan (D.0114). hasil : 5.2 Buat komitmen menjalani
1. Verbalisasi kemauan program pengobatan dengan
mematuhi program baik
perawatan atau 5.3 Diskusikan hal – hal yang dapat
pengobatan meningkat mendukung atau menghambat
2. Verbalisasi mengikuti berjalannya program pengobatan
73

Diagnosis
No Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
anjuran meningkat Edukasi
3. Risiko komplikasi 5.4 Informasikan program
penyakit atau masalah pengobatan yang harus dijalani
kesehatan menurun 5.5 Informasikan manfaat yang akan
diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
5.6 Anjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat,
jika perlu.
6 Risiko infeksi ditandai Tingkat Infeksi (L.14137) Perawatan selang dada (1.01022)
dengan efek prosedur Setelah dilakukan tindakan Observasi
infasif (D.0142). keperawatan selama 3x24 jam 6.1 Monitor tanda – tanda infeksi
diharapkan tingkat infeksi 6.2 Monitor kebocoran udara dari
menurun, dengan kriteria hasil selang
: 6.3 Monitor jumlah cairan pada
1. Kebersihan tangan tabung
meningkat Terapeutik
2. Kebersihan badan 6.4 Lakukan kebersihan tangan
meningkat sebelum dan sesudah perawatan
3. Nyeri menurun selang dada
6.5 Lakukan perawatan diarea
pemasangan sesuai kebutuhan
Kolaborasi
6.6 Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu
7 Risiko ketidakstabilan Kestabilan kadar glukosa Manajemen hiperglikemia
kadar glukosa darah darah (L.03022) (I.03115)
ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidaktepatan keperawatan selama 3x8 jam 7.1 Identifikasi penyebab
pemantauan glukosa diharapkan kadar glukosa hiperglikemia
darah (D.0038) daraah dalam rentan normal, 7.2 Monitor kadar glukosa darah
dengan kriteria hasil : 7.3 Monitor tanda dan gejala
1. Pusing menurun hiperglikemia
2. Lelah/lesu menurun Edukasi
3. Kadar glukosa dalam 7.4 Anjurkan monitor kadar glukosa
darah membaik darah secara mandiri
Kolaborasi
7.4 Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu.

4.1.2.4 Implementasi Keperawatan


74

Table 4.7 Implementasi Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan Penyakit Gagal
Ginjal Kronis di Ruang Edelweis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/Jam nama
Kamis 1.1 Memonitor status respirasi 1.1 RR : 28x/menit Aldi
, 19 Ada penggunaan otot na
mei bantu napas tidak ada
2022 bunyi suara napas
tambahan
1.6 Mengatur posisi menjadi SpO2 : 99 %
07.30 semi fowler 1.6 Pasien dapat berpindah Aldi
posisi na
07.30 1.10 Mengajarkan cara mengubah
posisi secara mandiri 1.10 Pasien awalnya tertidur Aldi
dan mampu mengubah na
07.35 1.7 Memasang oksigen sesuai posisi semi fowler
kebutuhan 1.7 Pasien terpasang oksigen
07.40 nasal kanul 3 lpm Aldi
2.1 Memeriksa sirkulasi perifer 2.1 CRT : 3 detik na
Nadi : 107 x/menit
Suhu : 36,2 ̊ C
Konjungtiva : anemis Aldi
Edema : edema paru na
07.45 ekstermitas bawah
1.1 Mengidentifikasi penyebab (femur dekstra)
07.50 hipervolemia 1.1 Penyebab hipervolemia
2.1 Melihat tanda dan gejala akibat retensi na dan air Aldi
hipervolemia (edema paru) na
2.1 Pasien edema paru
Pitting edema positif
Urin 850 (dengan
bantuan furosemide) Aldi
Ekstermitas bawah na
RL : (+1)
LFG 12,3 ml/min/1,73
2
m
Balance cairan
08.00 Input : 1.866 cc
4.1 Memonitor status nutrisi Output : 1.690 cc
Balance : +170cc
08.10 ada Shifting dullness
4.2 Identifikasi Penyebab Mual 4.1 Pasien terlihat mual
Pasien hanya Aldi
08.20 menghabiskan 2-3 na
4.4 Mengajurkan pasien untuk sendok makan saja
08.30 menghabiskan porsi 4.2 Penyebab pasien mual Aldi
makanannya dikarenakan ureum na
4.7 Mengkolaborasi asupan pasien meningkat yaitu
09.20 makanan dengan ahli gizi 89,7 mg/dl Aldi
75

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/Jam nama
4.4 Pasien mengatakan ingin na
3.1 Memonitor status muntah bila makan
hemodinamik 4.7 Jenis diet RP (0,8 Aldi
g/kgBB), RG (400 mg na
12.00 Na), kalori : 35
Kkal/KgBB
3.1 TD : 100/70 mmHg Aldi
3.9 Memberikan injeksi MAP : 80 mmHg na
12.30 furosemide 10 mg via IV Nadi : 107 kali/menit Aldi
Temp : 36,2 ̊ C na
Spo2 : 99 %
6.1 Monitoring tanda – tanda 3.9 Obat masuk semua
13.00 infeksi dibagian thorax kedalam tubuh pasien,
setelah diberikan obat Aldi
keluaran urin pasien lebih na
2.2 Memelakukan observasi hasil banyak
lab 6.1 Tidak ada Rubor
(kemerahan)
Tidak ada Kalor (panas) Aldi
Tidak ada Tumor na
(bengkak)
Tidak ada Dolor (nyeri)
2.2 Hb : 9,3 g/dl
Ht : 32,5 % Aldi
Ureum : 89,7 mg/dl na
Kreatinin : 6,0 mg/dl

Jumat, 1.1 Memonitor status respirasi 1.1 RR : 26x/menit Aldi


20 mei Terlihat masih na
2022 menggunakan pernapasan
cuping hidung
Warna bibir pucat
Tidak ada penggunaan
cuping hidung
07.30 1.7 Memasang oksigen sesuai Spo2 : 99 % Aldi
07.40 kebutuhan 1.7 Terpasang nasal kanul 2 na
2.1 Memeriksa sirkulasi perifer lpm
2.1 CRT : 3 detik
07.50 Konjungtiva anemis Aldi
1.2 Memeriksa tanda edema Nadi : 86 x/menit na
1.2 Urin : 950cc
Pitting edema (+1) Aldi
08.00 Ekstermitas bawah
na
3.6 Memonitor kecepatan infus RL : (+)
09.00 3.6 Terpasang IVFD NaCl
3.9 Memberikan injeksi 0,9 % 10 tpm
Aldi
furosemide 10 mg via IV 3.9 Obat masuk semua ke
76

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/Jam nama
dalam tubuh pasien, na
setelah diberikan obat
09.05 keluaran urin pasien lebih
Aldi
6.6 Memberikan injeksi banyak.
na
09.30 ceftriaxone 1 g via IV
6.1 Monitor tanda – tanda infeksi
6.6 obat masuk semua
di thorax kedalam tubuh pasien
6.1 Tidak ada Rubor
Aldi
(kemerahan)
10.00 Tidak ada Kalor (panas) na
6.5 Melakukan perawatan luka Tidak ada Tumor
11.30 (ganti perban) (bengkak)
3.3 Memonitor status Tidak ada Dolor (nyeri) Aldi
hemodinamik 6.5 Mengganti perban 2 hari
na
sekali dan membersihkan
menggunakan NaCl
12.00 3.3 TD : 114/70
Aldi
MAP : 84 x/menit
4.1 Memonitor intake dan output Nadi : 98 x/menit na
Temp : 36,4 ̊ C
Spo2 : 98%
4.1 Balance Cairan Aldi
Input : 1.896
na
Output : 1.730
Balance : +166

Aldi
na
Sabtu, 1.1 Memonitor status respirasi 1.1 RR : 23 x/meenit Aldi
21 mei Pernapasan vesikuler
na
2022 Irama napas regular
Tidak terpasang alat
07.30 bantu napas berupa
oksigen
Tidak terlihat adanya
penggunaan otot bantu
pernapasan
Tidak terdapat adanya
penggunaan cuping
07.50 4.4 Memonitor status nutrisi hidung
pasien Spo2 : 99% Aldi
4.4 Terlihat frekuensi mual
na
pasien berkurang
08.00 Pasien terlihat
77

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/Jam nama
2.1 Memonitor sirkulasi perifer menghabiskan setengah
porsi makanannya
2.1 CRT : 2 detik
09.00 Konjungtiva : anemis Aldi
3.9 Memberikan injeksi Mukosa bibir lembab
na
furosemide 10 mg via IV Nadi : 90x/menit
3.9 Obat masuk semua
09.05 kedalam tubuh pasien,
Aldi
6.6 Memberikan injeksi setelah diberikan obat
10.30 ceftriaxone 1 gr via IV keluaran urin pasien lebih na
3.3 Memonitor status banyak
hemodinamik 6.6 Obat masuk semua ke
dalam tubuh pasien
Aldi
3.3 TD : 120/82 mmHg
na
11.20 MAP : 95 mmHg
Nadi : 95x/menit
Aldi
3.2 Memeriksa tanda Temp : 36 ̊ C
na
hypervolemia SPO2 : 99 %
3.2 Terlihat edema yang
berkurang
11.30 Terdapat asites pada
abdomen berkurang
Aldi
Urin : 900cc
na
6.1 Memonitor tanda – tanda Pitting edema (-)
11.40 infeksi di bagian thorax 6.1 Tidak ada Rubor
(kemerahan)
Tidak ada Kalor (panas)
2.2 Melakukan observasi hasil lab Tidak ada Tumor
12.00 (bengkak)
Aldi
Tidak ada Dolor (nyeri)
na
2.2 Hb : 10,1 g/dl
3.4 Memonitor intake dan output Ht : 30,5 %
12.00 Ureum : 61,3 mg/dl
Kreatinin : 5,5 mg/dl
Aldi
3.4 Balance Cairan
3.10 Mengantar pasien ke ruang Input : 1.8116 na
HD Output : 1.700
Balance : +116
3.10 Pasien terlihat tenang
Jenis mesin : Surdial
Aldi
Type Dialyzer : Elisio
Mulai HD : 12.00 na
Selesai HD : 16.30
Akses vascul : Cimino
Lama HD : 4,5 jam Aldi
UFG/Target : 1500
na
78

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/Jam nama

Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan Pada Pasien Ny. H dengan Penyakit Gagal
Ginjal Kronis di Ruang Edelweis RSUD Abdul Wahab Sjahrani Samarinda
Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/ nama
Jam
Kamis 1.1 Memonitor status respirasi 1.1 RR : 27x/menit Aldi
, 19 Ada penggunaan otot na
mei bantu napas tidak ada
2022 bunyi suara napas
tambahan
1.6 Mengatur posisi menjadi SpO2 : 98 %
07.30 semi fowler 1.6 Pasien dapat berpindah Aldi
07.40 1.10 Mengajarkan cara mengubah posisi na
posisi secara mandiri 1.10 Pasien awalnya tertidur Aldi
dan mampu mengubah na
07.50 1.7 Memasang oksigen sesuai posisi semi fowler
kebutuhan 1.7 Pasien terpasang oksigen
08.10 nasal kanul 2 lpm Aldi
2.1 Memeriksa sirkulasi perifer 2.1 CRT : 3 detik na
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,4 ̊ C
Konjungtiva : anemis Aldi
08.20 Edema : edema na
3.1 Mengidentifikasi penyebab periorbital
08.30 hipervolemia 3.1 Penyebab hipervolemia
3.2 Melihat tanda dan gejala akibat retensi na dan air Aldi
hipervolemia (edema paru) na
3.2 Pasien edema periorbital
Pitting edema positif
Urin 600 (dengan Aldi
bantuan furosemide) na
Ekstermitas bawah Aldi
RU : (+) na
LFG 2,27 ml/min/1,73
m2
Balance cairan
Input : 1.420
11.00 Output : 1.345
3.3 Memonitor status Balance : +75
hemodinamik Terdapat Asites

3.3 TD : 110/80 mmHg


79

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/ nama
Jam
12.00 MAP : 90 mmHg
Nadi : 83 kali/menit
3.9 Melakukan injeksi Temp : 36,4 ̊ C
Furosemide 10 mg via IV Spo2 : 99 %
12.30 3.9 Obat masuk semua
ketubuh pasien, setelah
12.40 7.1 Memonitor kadar glukosa diberikan obat keluaran
darah urin pasien lebih banyak
7.1 GDS : 118
12.45 4.1 Memonitor status nutrisi
4.1 Pasien terlihat mual
Pasien hanya
12.50 4.2 Identifikasi penyebab mual menghabiskan 4-5
sendok makan saja
12.55 4.2 Penyebab pasien mual
4.4 Mengajurkan pasien untuk dikarenakan ureum
13.20 menghabiskan porsi pasien tinggi yaitu 215,2
makanannya mg/dl.
4.7 Mengkolaborasi asupan 4.4 Pasien mengatakan ingin
makanan dengan ahli gizi muntah bila makan
13.35 2.2 Melakukan observasi hasil 4.7 Jenis diet DM 1700 Kkal
lab RP (1g/KgBB)
2.2 Hb : 5,7 g/dl
14.00 Ht : 16,5 %
Ureum : 215,2 mg/dl
14.20 2.3 Melihat kesesuaian hasil Kreatinin : 26,1 mg/dl
laboraturium dengan nilai 2.3 Terjadi penurunan Hb dan
normal Ht, dan terjadi
peningkatan pada Ureum
2.6 Memberikan produk darah
14.30 dan Kreatinin
2.6 PCR 1 kolf O+
5.1 Identifikasi kepatuhan
Volume/unit : 222
menjalani program
5.1 Anak pasien mengatakan
pengobatan
keluarganya menolak
melakukan HD
5.5 memberikan Informasi
dikarenakan takut
tentang manfaat yang akan
pengobatannya gagal
diperoleh jika teratur
5.5 Keluarga pasien paham
menjalani program
dan mengerti
pengobatan
Jumat, 1.1 Memonitor status respirasi 1.1 RR : 25 x/menit Aldi
20 mei Terlihat masih na
2022 menggunakan otot bantu
pernapasan
07.30 Warna bibir pucat
Tidak ada penggunaan
cuping hidung
80

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/ nama
Jam
07.40 1.7 Memasang oksigen sesuai Spo2 : 98%
07.50 kebutuhan 1.7 Terpasang nasal kanul 1 Aldi
2.1 Memeriksa sirkulasi perifer lpm na
2.1 CRT : 3 detik
08.00 Konjungtiva anemis Aldi
3.2 Memeriksa tanda edema Nadi : 83 x/menit na
3.2 Urin 700 CC
Pitting edema (+) Aldi
09.00 Ekstermitas bawah na
3.4 Memonitor intake dan output RU : (+)
3.4 Balance Cairan
Input : 1.453 cc Aldi
09.20 Output : 1.445 cc na
10.00 3.6 Memonitor kecepatan infus Balance : +8 cc
3.9 Memberikan injeksi 3.6 Terpasang IVFD D10%
furosemide 10 mg via IV 10 tpm
10.10 3.9 Obat masuk semua Aldi
6.6 Memberikan injeksi kedalam tubuh pasien, na
11.00 ceftriaxone 1 gr via IV setelah diberikan obat Aldi
2.2 Melakukan observasi hasil keluaran urin lebih na
lab banyak
6.6 Obat masuk semua
11.30 kedalam tubuh pasien Aldi
2.2 Hb : 9,3 g/dl na
3.3 Memonitor status Ht : 26,3 %
hemodinamik Ureum : 210,6 mg/dl Aldi
Kreatinin : 20,7 mg/dl na
12.00 3.3 TD : 122/84 mmHg
12.20 MAP : 97 mmHg
Nadi : 85 x/menit
12.30 7.1 Memonitor kadar glukosa Temp : 36,5 ̊ C Aldi
darah Spo2 : 99 % na
2.3 Memberikan produk darah 7.1 GDS : 128
2.3 PRC 1 kolf O+
5.1 Mengidentifikasi kepatuhan Volume/unit : 255
menjalani program 5.1 Keluarga pasien masih Aldi
pengobatan menolak untuk na
melakukan cuci darah Aldi
atau HD na

Aldi
na

Sabtu, 1.1 Memonitor status respirasi 1.1 RR : 20 x/menit Aldi


21 mei Pernapasan vesikuler na
2022 Irama napas regular
81

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/ nama
Jam
Tidak terpasang alat
07.40 bantu napas berupa
oksigen
Tidak terdapat adanya
penggunaan cuping Aldi
hidung
na
08.00 4.4 Melihat status nutrisi pasien Warna bibir dan wajah
pucat
Spo2 : 99 %
4.4 Terlihat frekuensi mual
pasien berkurang Aldi
Pasien mual tanpa
na
pengeluaran muntah
Pasien terlihat mulai
makan dengan lahap
09.00 3.9 Memberikan injeksi Pasien terlihat hanya
furosemide 10 mg via IV menghabiskan setengah
porsi makananya
Aldi
3.9 Obat masuk semua
na
09.10 6.6 Memberikan injeksi kedalam tubuh pasien,
ceftriaxone 1 gr via IV setelah diberikan obat
10.00 2.1 Memeriksa sirkulasi perifer keluaran urin pasien lebih
banyak
Aldi
6.6 Obat masuk semua
na
kedalam tubuh pasien.
10.20 3.2 Memeriksa tanda 2.1 CRT : 2 detik
hipervolemia Konjungtiva anemis
Aldi
Mukosa bibir lembab
na
Nadi : 88x/menit
11.00 3.2 Terlihat edema mulai
3.4 Memonitor intake dan output berkurang pada
Aldi
ekstermitas
na
Asites pada abdomen
11.30 berkurang
3.3 Memonitor status Urin 700 cc
hemodinamik 3.4 Balance Cairan
Intake : 1.248 cc
Output : 1.400 cc Aldi
12.00 Balance : - 152
na
3.3 TD : 124/84 mmHg
7.1 Memonitor kadar glukosa MAP : 97 mmHg
darah Nadi : 88 x/menit
Temp : 36,2 ̊ C
Spo2 : 99% Aldi
7.1 GDS :116 na
82

Hari/ Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi Tindakan &
/ nama
Jam

Aldi
na

4.1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.10 Evaluai Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan Penyakit Gagal Ginjal
Kronis di Ruang Edelweis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
1 Kamis, 19 Pola napas tidak efektif S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatkan merasa sesak
hambatan upaya napas 2. Pasien mengatakan masih
dibuktikan dengan merasa pusing.
dispnea, pola napas O:
abnormal (D.0005). 1. RR : 28 x/menit
2. Pernapasan pendek dan dalam
3. Terpasang nasal kanul 3 lpm
4. Terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan
5. Terdapat penggunaan
pernapasan cuping hidung
6. Warna bibir dan wajah pucat
7. Spo2 : 99 %
A : Masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor status respirasi dan
oksigen
1.2 Berikan posisi fowler atau
semi fowler
1.3 Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
1.4 Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
83

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
Kamis, 19 Perfusi perifer tidak S:
mei 2022 efektif berhubungan 1. Pasien mengatakan badanya
dengan penurunan terasa lemah
konsentrasi hemoglobin 2. Pasien mengatakan kepalanya
dibuktikan dengan terasa pusing
Pengisian kapiler > 3 O:
detik, Konjungtiva 1. Pengisian kapiler : 3 detik
anemis, Akral teraba 2. Konjungtiva anemis
dingin, warna kulit pucat 3. Mukosa bibir kering dan pucat
(D.0009). 4. Akral teraba dingin
5. Respirasi : 28 x/menit
6. Nadi : 107 kali/menit
7. Hemoglobin : 9,3 g/dL
8. Hematokrit : 32,5 g/dL
A : Masalah perfusi tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Identifikasi sirkulasi perifer (nadi
perifer, edema, CRT, warna,
suhu, konjungtiva)
2.2 Monitor hasil laboraturium
Kamis, 19 Hipervolemia S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatakan sesak
kerusakan mekanisme 2. Pasien mengatakan bengkak
regulasi, yang dibuktikan dibagian paha
dengan dyspnea, edema, 3. Pasien mengatakan haluaran
kadar Hb turun, oliguria kencing hanya sedikit
(D.0009). O:
1. Terpasang IVFD NaCl 0,9%
10 tpm
2. Terlihat edema pada
ekstermitas bawah (paha)
3. Terdapat asites pada abdomen
4. Shifting dullness (+)
5. Urin : 850 cc
6. Pitting edema (+)
7. Ekstermitas bawah
RL : +1
8. Balance cairan
Input : 1.866 cc
Output : 1.690 cc
Balance : + 170 cc
9. Ureum : 89,7 mg/dL
10. Kreatinin : 6 mg/dL.
A : Masalah hipervolemia belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
84

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
3.1 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
3.2 Monitor status hemodinamik
3.3 Monitor intake dan output
cairan
3.4 Monitor tanda
Hemokonsentrasi
3.5 Kolaborasi pemberian diuretic
3.6 Kolaborasi pemberian hemodialisa
Kamis, 19 Nausea berhubungan S:
mei 2022 dengan biokimia, yang 1. Pasien mengatakan mual, tapi
dibuktikan dengan tidak ada keluar muntah.
mengeluh mual, merasa 2. Pasien mengatakan malas
ingin muntah, tidak makan karena mulut terasa
berminat makan pahit
(D.0076). 3. Pasien mengatakan hanya
menghabiskan 3 sendok makan
saja.
O:
1. Terlihat frekuensi mual pasien
>5 kali
2. Pasien mual tanpa pengeluaran
muntah
3. Pasien terlihat hanya
menghabiskan 3 sendok saja
4. Ureum : 89,7 mg/dL
5. Kreatinin : 6 mg/dL
A : Masalah nausea belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4.1 Monitor mual
4.2 Monitor asupan nutrisi dan
kalori
4.3 Berikan makanan dalam
jumlah kecil tapi menarik
4.4 Kolaborasi pemberian
antiemetic
Kamis, 19 Risiko infeksi ditandai S : Pasien mengatakan tidak ada nyeri
mei 2022 dengan efek prosedur dan bengkak
infasif (D.0142). O:
1. Tidak ada Rubor (kemerahan)
2. Tidak ada Kalor (panas)
3. Tidak ada Tumor (bengkak)
4. Tidak ada Dolor (nyeri)
A : Masalah resiko infeksi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
6.1 Memonitor tanda tanda infeksi
85

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
2 Jumat 20 Pola napas tidak efektif S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatkan sesak
hambatan upaya napas berkurang dengan posisi semi
dibuktikan dengan fowler
dispnea, pola napas 2. Pasien mengatakan nyaman
abnormal (D.0005). bernapas dengan posisi semi
fowler
O:
1. RR : 26 x/menit
2. Pernapasan takipnea
3. Terpasang nasal kanul 2 lpm
4. Terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan
5. Tidak terdapat penggunaan
pernapasan cuping hidung
6. Warna bibir dan wajah pucat
7. Spo2 : 99 %

A : Masalah pola napas tidak efektif


belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4.1 Monitor status respirasi dan
oksigen
4.2 Berikan posisi fowler atau
semi fowler
4.3 Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
4.4 Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
Jumat, 20 Perfusi perifer tidak S:
mei 2022 efektif berhubungan 1. Pasien mengatakan badanya
dengan penurunan masih terasa lemah
konsentrasi hemoglobin 2. Pasien mengatakan kepalanya
dibuktikan dengan terasa pusing
Pengisian kapiler > 3 O:
detik, Konjungtiva 1. Pengisian kapiler : 3 detik
anemis, Akral teraba 2. Konjungtiva anemis
dingin, warna kulit pucat 3. Mukosa bibir kering dan pucat
(D.0009). 4. Akral teraba hangat
5. Respirasi : 26 x/menit
6. Nadi : 98 x/menit
A : Masalah perfusi tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Identifikasi sirkulasi perifer (nadi
perifer, edema, CRT, warna,
suhu, konjungtiva)
86

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
2.2 Monitor hasil laboraturium
Jumat, 20 Hipervolemia S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatakan sesak
kerusakan mekanisme 2. Pasien mengatakan haluaran
regulasi, yang dibuktikan kencing lebih banyak dari
dengan dyspnea, edema, kemarin
kadar Hb turun, oliguria O:
(D.0009). 1. Terpasang IVFD NaCl 0,9%
10 tpm
2. Terlihat edema pada
ekstermitas bawah (paha)
3. Terdapat asites pada abdomen
4. Shifting dullness (+)
5. Urin : 950 cc
6. Pitting edema (+)
7. Ekstermitas bawah
RL (+1)
8. Balance cairan
Input : 1.896 cc
Output : 1.730 cc
Balance : +166 cc
A : Masalah hipervolemia belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
3.2 Monitor status hemodinamik
3.3 Monitor intake dan output
cairan
3.4 Monitor tanda
Hemokonsentrasi
3.5 Kolaborasi pemberian diuretic
3.6 Kolaborasi pemberian
hemodialisa
Jumat, 20 Nausea berhubungan S:
mei 2022 dengan biokimia, yang 1. Pasien mengatakan mual
dibuktikan dengan berkurang saat diberikan obat
mengeluh mual, merasa 2. Pasien mengatakan mau
ingin muntah, tidak makan karena merasa lapar
berminat makan 3. Pasien mengatakan
(D.0076). menghabiskan setengah porsi
makanannya.
O:
1. Terlihat frekuensi mual pasien
berkurang
2. Pasien mual tanpa pengeluaran
muntah
87

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
3. Pasien terlihat hanya
menghabiskan setengah porsi
makanannya
A : Masalah nausea belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4.1 Monitor mual
4.2 Monitor asupan nutrisi dan
kalori
4.3 Berikan makanan dalam jumlah
kecil tapi menarik
4.4 Kolaborasi pemberian
antiemetic
Jumat, 20 Risiko infeksi ditandai S : Pasien mengatakan tidak ada nyeri
mei 2022 dengan efek prosedur dan bengkak
infasif (D.0142). O:
1. Tidak ada Rubor (kemerahan)
2. Tidak ada Kalor (panas)
3. Tidak ada Tumor (bengkak)
4. Tidak ada Dolor (nyeri)
A : Masalah resiko infeksi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
6.1 Memonitor tanda tanda infeksi
3 Sabtu, 21 Pola napas tidak efektif S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatkan sudah tidak
hambatan upaya napas merasa sesak
dibuktikan dengan O:
dispnea, pola napas 1. RR : 23 x/menit
abnormal (D.0005). 2. Pernapasan vesikuler
3. Irama napas regular
4. Tidak terpasang alat bantu
napas berupa oksigen
5. Tidak terlihat adanya
penggunaan otot bantu
pernapasan
6. Tidak terdapat adanya
penggunaan pernapasan
cuping hidung
7. Warna bibir dan wajah pucat
8. Spo2 : 99 %
A : Masalah pola napas efektif teratasi
P : pertahankan intervensi
4.1 Monitor status respirasi dan
oksigen
4.2 Berikan posisi fowler atau
semi fowler
4.3 Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
88

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
Sabtu, 21 Perfusi perifer tidak S:
mei 2022 efektif berhubungan 1. Pasien mengatakan badanya
dengan penurunan terasa bugar dan segar
konsentrasi hemoglobin 2. Pasien mengatakan dirinya
dibuktikan dengan sudah sehat
Pengisian kapiler > 3 O:
detik, Konjungtiva 1. Pengisian kapiler : 2 detik
anemis, Akral teraba 2. Konjungtiva anemis
dingin, warna kulit pucat 3. Mukosa bibir lembab
(D.0009). 4. Akral teraba hangat
5. Respirasi : 24 x/menit
6. Nadi : 95 x/menit
7. Hemoglobin :10,1 g/dL
8. Hematocrit : 30,5 %
A : Masalah perfusi tidak efektif
teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
2.1 Identifikasi sirkulasi perifer
(nadi perifer, edema, CRT,
warna, suhu, konjungtiva)
2.2 Monitor hasil laboraturium
Sabtu, 21 Hipervolemia S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatakan sesak
kerusakan mekanisme sudah hilang
regulasi, yang dibuktikan 2. Pasien mengatakan haluaran
dengan dyspnea, edema, kencing semakin hari semakin
kadar Hb turun, oliguria banyak
(D.0009). O:
1. Terpasang IVFD NaCl 0,9%
10 tpm
2. Terlihat edema pada
ekstermitas bawah berkurang
(paha)
3. Terdapat asites pada abdomen
berkurang
4. Shifting dullness (-)
5. Urin : 900 cc
6. Pitting edema (+)
7. Balance cairan
Input : 1.816 cc
Output : 1.700 cc
Balance : +116 cc
8. Ureum : 61,3 mg/dL
9. Kreatinin : 5,5 mg/d
10. Pasien post HD jam
A : Masalah hipervolemia teratasi
sebagian
89

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
3.2 Monitor status hemodinamik
3.3 Monitor intake dan output
cairan
3.4 Monitor tanda
Hemokonsentrasi
3.5 Kolaborasi pemberian diuretic
3.6 Kolaborasi pemberian
hemodialisa
Sabtu, 21 Nausea berhubungan S:
mei 2022 dengan biokimia, yang 1. Pasien mengatakan tidak ada
dibuktikan dengan rasa mual
mengeluh mual, merasa 2. Pasien mengatakan
ingin muntah, tidak menghabiskan satu porsi
berminat makan makanannya
(D.0076). O:
1. Terlihat frekuensi mual pasien
berkurang
2. Pasien mual tanpa pengeluaran
muntah

3. Pasien terlihat menghabiskan


satu porsi makanannya
4. Ureum : 61,3 mg/dL
5. Kreatinin : 5,5 mg/dL
A : Masalah nausea teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
4.1 Monitor mual
4.2 Monitor asupan nutrisi dan
kalori
4.3 Berikan makanan dalam jumlah
kecil tapi menarik
4.4 Kolaborasi pemberian
antiemetic
Sabtu, 21 Risiko infeksi ditandai S : Pasien mengatakan tidak ada nyeri
mei 2022 dengan efek prosedur dan bengkak
infasif (D.0142). O:
1. Tidak ada Rubor (kemerahan)
2. Tidak ada Kalor (panas)
3. Tidak ada Tumor (bengkak)
4. Tidak ada Dolor (nyeri)
A : Masalah resiko infeksi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
6.1 Memonitor tanda tanda infeksi
90

Table 4.9 Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Ny. H degan Penyakit Gagal Ginjal
Kronis di Ruang Edelweis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
1 Kamis, 19 Pola napas tidak efektif S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatkan merasa
hambatan upaya napas sesak
dibuktikan dengan O:
dispnea, pola napas 1. RR : 27 x/menit
abnormal (D.0005). 2. Pernapasan takipnea
3. Terpasang nasal kanul 2 lpm
4. Terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan
5. Terdapat penggunaan
pernapasan cuping hidung
6. Warna bibir dan wajah pucat
7. Spo2 : 98 %
A : Masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor status respirasi dan
oksigen
1.2 Berikan posisi fowler atau
semi fowler
1.3 Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
1.4 Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
Kamis, 19 Perfusi perifer tidak S:
mei 2022 efektif berhubungan 1. Pasien mengatakan badanya
dengan penurunan terasa lemah
konsentrasi hemoglobin 2. Pasien mengatakan kepalanya
dibuktikan dengan terasa pusing
Pengisian kapiler > 3 O:
detik, Konjungtiva 1. Pengisian kapiler : 3 detik
anemis, Akral teraba 2. Konjungtiva anemis
dingin, warna kulit pucat 3. Mukosa bibir kering dan pucat
(D.0009). 4. Akral teraba dingin
5. Respirasi : 27 x/menit
6. Nadi : 82 x/menit
7. Hemoglobin : 5,7 g/dL
8. Hematocrit : 16,5 g/dL
9. Post transfusi PCR 1 kolf O+
Volume/unit : 222
A : Masalah perfusi tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Identifikasi sirkulasi perifer (nadi
perifer, edema, CRT, warna,
91

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
suhu, konjungtiva)
2.2 Monitor hasil laboraturium
Kamis, 19 Hipervolemia S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatakan sesak
kerusakan mekanisme 2. Pasien mengatakan bengkak
regulasi, yang dibuktikan dibagian mata
dengan dyspnea, edema, 3. Pasien mengatakan haluaran
kadar Hb turun, oliguria kencing hanya sedikit
(D.0009). O:
1. Terpasang IVFD NaCl 0,9%
10 tpm
2. Terlihat edema pada bagian
sekitar mata dan kaki kiri
3. Terdapat asites pada abdomen
4. Shifting dullness (+)
5. Urin : 600 cc
6. Pitting edema (+)
7. Ekstermitas bawah
RU : (+)
8. Balance cairan
Input : 1.420 cc
Output : 1.345 cc
Balance : + 75 cc
9. Ureum : 215,2 mg/dL
10. Kreatinin : 26,1 mg/dL
A : Masalah hipervolemia belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
3.2 Monitor status hemodinamik
3.3 Monitor intake dan output
cairan
3.4 Monitor tanda
Hemokonsentrasi
3.5 Kolaborasi pemberian diuretic
3.6 Kolaborasi pemberian
hemodialisa
Kamis, 19 Nausea berhubungan S:
mei 2022 dengan biokimia, yang 1. Pasien mengatakan mual da
dibuktikan dengan nada muntah.
mengeluh mual, merasa 2. Pasien mengatakan malas
ingin muntah, tidak makan karena mual
berminat makan 3. Pasien mengatakan hanya
(D.0076). menghabiskan 4-5 sendok
makan saja.
O:
92

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
1. Terlihat frekuensi mual pasien
sering
2. Pasien terlihat muntah
3. Keluaran muntah berwarna
kuning konsistensi cair 10 cc
4. Pasien terlihat hanya
menghabiskan 4-5 sendok saja
5. Ureum : 215,2 mg/dL
6. Kreatinin : 26,1 mg/dL
A : Masalah nausea belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4.1 Monitor mual
4.2 Monitor asupan nutrisi dan
kalori
4.3 Berikan makanan dalam jumlah
kecil tapi menarik
4.4 Kolaborasi pemberian
antiemetic
Kamis, 19 Ketidakpatuhan S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien menolak untuk
ketidakadekuatan melakukan hemodialisa
pemahaman, yang O:
dibuktikan dengan 1. pasien menolak hemodialisa
menolak menjalani dikarenakan keluarga menolak
pengobatan (D.0114). A:
Masalah ketidakpatuhan belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5.1 Identifikasi kepatuhan
menjalani program pengobatan
5.2 Diskusikan hal – hal yang
dapat mendukung atau
menghambat berjalannya
program pengobatan
5.3 Informasikan program
pengobatan yang harus dijalani
5.4 Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
Kamis, 19 Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan memiliki
mei 2022 kadar glukosa darah riwayat penyakit diabetes mellitus
ditandai dengan O : GDS : 118
manajemen medikasi A : Masalah resiko ketidakstabilan
tidak terkontrol (D.0038) glukosa darah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Identifikasi penyebab
hiperglikemia
93

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
b. Monitor glukosa darah
2 Jumat, 20 Pola napas tidak efektif S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatkan sesak
hambatan upaya napas berkurang dengan posisi semi
dibuktikan dengan fowler
dispnea, pola napas 2. Pasien mengatakan nyaman
abnormal (D.0005). bernapas dengan posisi semi
fowler
O:
1. RR : 25 x/menit
2. Irama pernapasan takipnea
3. Terpasang nasal kanul 1 lpm
4. Tidak terlihat adanya
penggunaan otot bantu
pernapasan
5. Tidak terlihat penggunaan
pernapasan cuping hidung
6. Warna bibir dan wajah pucat
7. Spo2 : 98 %
A : Masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor status respirasi dan
oksigen
1.2 Berikan posisi fowler atau
semi fowler
1.3 Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
1.4 Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
Jumat, 20 Perfusi perifer tidak S:
mei 2022 efektif berhubungan 1. Pasien mengatakan badanya
dengan penurunan masih terasa lemah
konsentrasi hemoglobin 2. Pasien mengatakan kepalanya
dibuktikan dengan terasa pusing
Pengisian kapiler > 3 O:
detik, Konjungtiva 1. Pengisian kapiler : 3 detik
anemis, Akral teraba 2. Konjungtiva anemis
dingin, warna kulit pucat 3. Mukosa bibir kering dan pucat
(D.0009). 4. Akral teraba hangat
5. Respirasi :25 x/menit
6. Nadi : 83 x/menit
7. Hemoglobin : 9,3 g/dL
8. Hematocrit : 26,3 g/dL
9. Post transfusi PCR O+
Volume/unit : 255
A : Masalah perfusi tidak efektif
94

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Identifikasi sirkulasi perifer
(nadi perifer, edema, CRT,
warna, suhu, konjungtiva)
2.2 Monitor hasil laboraturium
Jumat, 20 Hipervolemia S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatakan merasa
kerusakan mekanisme sesak
regulasi, yang dibuktikan 2. Pasien mengatakan haluaran
dengan dyspnea, edema, kencing lebih banyak dari
kadar Hb turun, oliguria kemarin
(D.0009). O:
1. Terpasang IVFD NaCl 0,9%
10 tpm
2. Terlihat edema pada
ekstermitas bawah (paha)
3. Terdapat asites pada abdomen
4. Shifting dullness (+)
5. Urin : 700 cc
6. Pitting edema (+)
7. Ekstermitas bawah
RU : (+)
8. Balance cairan
Input : 1.453 cc
Output : 1.445 cc
Balance : + 8
9. Ureum : 210,6 mg/dL
10. Kreatinin : 26,3 mg/dL

A : Masalah hipervolemia belum


teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
3.2 Monitor status hemodinamik
3.3 Monitor intake dan output
cairan
3.4 Monitor tanda
Hemokonsentrasi
3.5 Kolaborasi pemberian diuretic
3.6 Kolaborasi pemberian
hemodialisa
Jumat, 20 Nausea berhubungan S:
mei 2022 dengan biokimia, yang 1. Pasien mengatakan mual
dibuktikan dengan berkurang saat diberikan obat
mengeluh mual, merasa 2. Pasien mengatakan mau
95

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
ingin muntah, tidak makan karena merasa lapar
berminat makan 3. Pasien mengatakan
(D.0076). menghabiskan setengah porsi
makanannya.
O:
1. Terlihat frekuensi mual pasien
berkurang
2. Pasien terlihat mulai mau
makan
3. Pasien terlihat hanya
menghabiskan setengah porsi
makanannya
4. Ureum : 210,6 mg/dL
5. Kreatinin : 26,3 mg/dL
A : Masalah nausea belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4.1 Monitor mual
4.2 Monitor asupan nutrisi dan
kalori
4.3 Berikan makanan dalam jumlah
kecil tapi menarik
4.4 Kolaborasi pemberian
antiemetic
Jumat, 20 Ketidakpatuhan S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien menolak untuk
ketidakadekuatan melakukan hemodialisa
pemahaman, yang O:
dibuktikan dengan 1. pasien menolak hemodialisa
menolak menjalani dikarenakan keluarga menolak
pengobatan (D.0114). A:
Masalah ketidakpatuhan belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
5.1 Identifikasi kepatuhan
menjalani program pengobatan
5.2 Diskusikan hal – hal yang
dapat mendukung atau
menghambat berjalannya
program pengobatan
5.3 Informasikan program
pengobatan yang harus dijalani
5.4 Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
Jumat, 20 Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan memiliki
mei 2022 kadar glukosa darah riwayat penyakit diabetes mellitus
96

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
ditandai dengan O : GDS : 128
manajemen medikasi A : Masalah resiko ketidakstabilan
tidak terkontrol (D.0038) glukosa darah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Identifikasi penyebab
hiperglikemia
b. Monitor glukosa darah
Sabtu, 21 Pola napas tidak efektif S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatakan sudah tidak
hambatan upaya napas merasa sesak
dibuktikan dengan O:
dispnea, pola napas 1. RR : 20 x/menit
abnormal (D.0005). 2. Pernapasan vesikuler
3. Irama napas regular
4. Tidak terpasang alat bantu
napas berupa oksigen
5. Tidak terlihat adanya
penggunaan otot bantu
pernapasan
6. Tidak terdapat adanya
penggunaan pernapasan
cuping hidung
7. Warna bibir dan wajah pucat
8. Spo2 : 99 %
A : Masalah pola napas efektif teratasi
P : pertahankan intervensi
1.1 Monitor status respirasi dan
oksigen
1.2 Berikan posisi fowler atau
semi fowler
1.3 Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
Sabtu, 21 Perfusi perifer tidak S:
mei 2022 efektif berhubungan 1. Pasien mengatakan badanya
dengan penurunan terasa bugar dan segar
konsentrasi hemoglobin 2. Pasien mengatakan dirinya
dibuktikan dengan sudah sehat
Pengisian kapiler > 3 O:
detik, Konjungtiva 1. Pengisian kapiler : 2 detik
anemis, Akral teraba 2. Konjungtiva anemis
dingin, warna kulit pucat 3. Mukosa bibir lembab
(D.0009). 4. Akral teraba hangat
5. Respirasi : 22 x/menit
6. Nadi : 88 x/menit
A : Masalah perfusi tidak efektif
teratasi
P : Pertahankan intervensi
97

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
2.1 Identifikasi sirkulasi perifer (nadi
perifer, edema, CRT, warna,
suhu, konjungtiva)
2.2 Monitor hasil laboraturium
Sabtu, 21 Hipervolemia S:
mei 2022 berhubungan dengan 1. Pasien mengatakan sesak
kerusakan mekanisme sudah hilang
regulasi, yang dibuktikan 2. Pasien mengatakan haluaran
dengan dyspnea, edema, kencing semakin hari semakin
kadar Hb turun, oliguria banyak
(D.0009). O:
1. Terpasang IVFD NaCl 0,9%
10 tpm
2. Terlihat edema pada bagian
mata berkurang
3. Terdapat asites pada abdomen
berkurang
4. Shifting dullness (-)
5. Urin : 700 cc
6. Pitting edema (-)
7. Balance cairan
Input : 1.248 cc
Output : 1.400 cc
Balance : - 700 cc
A : Masalah hipervolemia belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
3.2 Monitor status hemodinamik
3.3 Monitor intake dan output
cairan
3.4 Monitor tanda
Hemokonsentrasi
3.5 Kolaborasi pemberian diuretic
3.6 Kolaborasi pemberian
hemodialisa
Sabtu, 21 Nausea berhubungan S:
mei 2022 dengan biokimia, yang 1. Pasien mengatakan masih ada
dibuktikan dengan rasa mual
mengeluh mual, merasa 2. Pasien mengatakan
ingin muntah, tidak menghabiskan setengah porsi
berminat makan makanannya
(D.0076).
O:
6. Terlihat frekuensi mual pasien
berkurang
98

No Hari/
Tanggal/ Diagnosis Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
7. Pasien mual tanpa pengeluaran
muntah
8. Pasien terlihat menghabiskan
setengah porsi makanannya
9. Ureum : 210,6 mg/dL
10. Kreatinin : 20,7 mg/dL
A : Masalah nausea belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
4.1 Monitor mual
4.2 Monitor asupan nutrisi dan
kalori
4.3 Berikan makanan dalam jumlah
kecil tapi menarik
4.4 Kolaborasi pemberian
antiemetic
Sabtu, 21 Ketidakpatuhan S : Pasien menolak untuk melakukan
mei 2022 berhubungan dengan hemodialisa
ketidakadekuatan O : pasien menolak hemodialisa
pemahaman, yang dikarenakan keluarga menolak
dibuktikan dengan A : Masalah ketidakpatuhan belum
menolak menjalani teratasi
pengobatan (D.0114). P : Lanjutkan intervensi
5.1 Identifikasi kepatuhan
menjalani program
pengobatan
5.2 Diskusikan hal – hal yang
dapat mendukung atau
menghambat berjalannya
program pengobatan
5.3 Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
5.4 Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program
pengobatan
Sabtu, 21 Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan memiliki
mei 2022 kadar glukosa darah riwayat penyakit diabetes mellitus
ditandai dengan O : GDS : 116
manajemen medikasi A : Masalah resiko ketidakstabilan
tidak terkontrol (D.0038) glukosa darah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Identifikasi penyebab
hiperglikemia
b. Monitor glukosa darah
99

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang masalah

keperawatan yang sesuai dengan teori dan hasil asuhan keperawatan yang

dilakukan pada Tn. A dan Ny. H dengan kasus penyakit gagal ginjal kronis yang

dilakukan pada tanggal 19 mei sampai dengan 20 mei 2022 di ruang EDELWEIS

RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Tindakan yang dilakukan pada pasien meliputi

pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, serta evaluasi keperawatan. Adapun diagnosis yang didapat dari

pasien gagal ginjal kronis yaitu : pola napas tidak efektif, perfusi perifer tidak

efektif, hipervolemia, nausea resiko infeksi, ketidakpatuhan, dan berikut

pembahasan mengenai diagnosis keperawatan yang ditemukan pada pasien saat

melakukan asuhan keperawatan 3x8 jam.

4.2.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

(D.0005)

Dari hasil studi kasus didapatkan masalah keperawatan pada kedua

pasien mengalami pola napas tidak efektif, yaitu : pasien mengatakan

sesak napas, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan dan pernapasan

cuping hidung, pola napas abnormal, frekuensi napas pada pasien I Tn. A

28x/menit dan pada pasien II Ny. H 27 x/menit.

Menurut Smeltzer & Bare (2015), Penumpukan cairan pada rongga

abdomen akan masuk ke paru – paru sehingga membuat pasien mengalami


100

edema paru. Kondisi ini terjadi pada pasien I Tn. A dan pasien II Ny. H

dimana kedua pasien memiliki asites dengan pemeriksaan shifting dullness

positif dengan hasil terdapat asites pada abdomen, dan pada pasien I Tn. H

terpasang WSD, sehingga terjadi peningkatan frekuensi nafas pada pasien

I Tn. H yaitu 28x/menit dan pada pasien II Ny. H 27x/menit. Terdapat

pula penggunaan otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung pada

kedua pasien untuk mendukung fase inspirasi. Pada masing – masing

pasien diberikan tindakan keperawatan berupa pengaturan posisi

semifowler dan nasal kanul pada pasien I Tn. A 3 lpm dan pada pasien II

Ny. H 2 lpm.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut

penulis melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI

(2018) yaitu manajemen jalan napas, yang bertujuan untuk membantu

tubuh memunuhi suplai oksigen ke jaringan sehingga diharapkan pola

napas pada pasien meningkat.

Implementasi yang dilakukan pada pasien I Tn. A dan pasien II

Ny. H dilakukan selama 3 hari. Implementasi yang dilakukan yaitu

memonitor pola napas, mengukur saturasi oksigen, memberikan pasien

posisi semi-fowler, dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, pada hari

pertama dan hari kedua pola napas belum teratasi pada kedua pasien, yang

ditandai dengan kedua pasien masih mengeluh sesak, terdapat pernapasan

cuping hidung dan otot bantu pernapasan, Namun pada hari ketiga masalah
101

pola napas kedua pasien teratasi yang ditandai dengan kedua pasien sudah

tidak mengeluh sesak, pernapasan cuping hidung tidak ada, dan otot bantu

pernapasan tidak ada, serta selang WSD sudah dilepas pada pasien I Tn. A.

Sehingga masalah pola napas tidak efektif teratasi.

Masalah pola napas tidak efektif dapat terjadi menurut penulis

dikarenakan terdapat penumpukan cairan diparu – paru dan terdapat asites

pada abdomen yg menyebabkan paru- paru terdesak sehingga dapat

menyebabkan sesak napas, masalah pola napas tidak efektif dapat teratasi

dikarenakan tidak ada penumpukan cairan pada abdomen dan edema paru,

cairan dapat berkurang dikarenakan pasien diberikan injeksi diuretic

berupa furosemide 2ml yang menyebabkan produksi urine meningkat

sehingga cairan tersebut dikeluarkan melalui urine. Dan selama perawatan

kedua pasien diberikan terapi oksigen yang teratur dan memberikan pasien

posisi semi-fowler.

4.2.2 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hemoglobin (D.0009)

Dari hasil studi kasus didapatkan masalah keperawatan perfusi

perifer pada kedua pasien, didapatkan data, antara lain pada kedua pasien

mengatakan badan terasa lemah dan mudah lelah, kepala terasa pusing dan

sulit berifikir serta berkonsentrasi. Terlihat kedua konjungtiva yang anemis

pada masing – masing pasien, mukosa bibir yang kering dan pucat, akral

yang teraba dingin, konjungtiva anemis, pengisian kapiler yang lambat,

pada pasien I Tn. A yaitu 3 detik dan pada pasien II Ny. H 3 detik,
102

ditunjang dengan pemeriksaan laboraturium, dimana terjadi penurunan

konsentrasi hemoglobin pada masing - masing pasien, pada pasien I Tn. A

yaitu 9,3 mg/dL dan pada pasien II Ny. H 5,7 mg/dL pada pasien II.

Menurut Smeltzer & Bare (2015), kekurangan Hb atau anemia

merupakan patofisiologi dari penyakit ginjal kronis dimana ketika terjadi

kerusakan fungsi ginjal, maka terjadi penurunan produksi hormon

eritropoietin (EPO) yang berfungsi merangsang sumsum tulang belakang

dalam menghasilkan sel darah merah. Ketika produksi EPO menurun,

otomatis sumsum tulang belakang membuat sel darah merah yang lebih

sedikit dan menyebabkan anemia.

Menurut pendapat lain (Lubis, 2014) mengatakan bahwa penyebab

umum dari anemia pada pasien penyakit ginjal kronis yaitu kehilangan

darah pada saat hemodialisa dan rendahnya tingkat nutrisi yang ditemukan

dalam makanan yang dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien I

Tn. A yang telah HD selama 7 tahun serta terjadi penurunan nafsu makan

pada kedua pasien. Dalam kondisi anemia ini, sel darah merah mengalami

penurunan dalam mengedarkan suplai oksigen dan nutrisi ke area kapiler

perifer sehingga tubuh tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang

adekuat dan tubuh menjadi lemas, tidak bertenaga, mudah lelah, pusing,

pucat, kesulitan bernafas atau sesak, dan sulit berkonsentrasi

Dalam upaya untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut

penulis melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI


103

(2018), yaitu perawatan sirkulasi dimana bertujuan untuk perfusi perifer

meningkat.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien I Tn. A dan

pasien II Ny. H yaitu Identifikasi sirkulasi perifer (nadi perifer, edema,

CRT, warna, suhu, konjungtiva) Monitor hasil laboraturium yang

diperlukan, mememberikan produk darah sesuai intruksi dokter.

Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam

dimana pada hari pertama dan kedua perawatan masalah belum teratasi

yang ditandai dengan pasien masih merasa lemas CRT : 3 detik,

konjungtiva anemis, pada pasien I Tn. A Hb : 9,3 g/Dl, Ht : 32, Sedangkan

pada pasien II Ny. H CRT : 3 detik, konjungtiva anemis, Hb : 5,7 g/dL,

Ht : 16,5 g/dL, namun pada hari ketiga perawatan kedua pasien masalah

teratasi sebagian yang ditandai dengan keluhan lemas berkurang,

Hemoglobin meningkat tetapi belum dibatas normal, pada pasien I Tn. A

Hb : 10,1 g/dL dan pada pasien II Ny. H Hb : 9,3 g/dL. Masalah perfusi

perifer tidak efektif teratasi sebagian.

Masalah perfusi perifer tidak efektif belum teratasi dikarenakan

pasien mengalami penurunan fungsi ginjal, sehingga terjadi penurunan

EPO (Eritropotin), dan menyebabkan anemia.

4.2.3 Hipervolemia berhubungan dengan kerusakan mekanisme regulasi

(D.0022)
104

Dari hasil studi kasus didapatkan masalah keperawatan

Hipervolemia pada kedua pasien. Pada kedua pasien mengatakan

mengalami bengkak pada tubuhnya, pasien mengatakan haluaran kencing

dalam jumlah sedikit. Terdapat edema pada pasien I Tn. A yaitu di

ekstremitas bawah, sedangkan pada pasien II Ny. H yaitu pada sekitar

mata dan ekstermitas bawah. Terdapat asites pada abdomen masing –

masing pasien dengan shifting dullnes positif, terdapat pitting edema

dengan penilaian pada pasien I Tn. A RL : +1, dan pada pasien II Ny. H

RU : +1, serta balance cairan yang bernilai positif dimana pasien I : +170

cc dan pasien II : +75 cc.

Dilakukan penghitungan laju filtrasi glomerulus (LFG) terhadap

kedua pasien untuk melihat kemampuan fungsi ginjal dan didapatkan data

abnormal ( LFG < 15 mL/min/1.73m2 ) dengan nilai LFG pada pasien I

Tn. A yaitu 12,3 mL/min/1.73m2 dan pasien II yaitu 2,27 mL/min/1.73m2.

Dari hasil laboraturium terkhusus pemeriksaan kimia klinik,

didapatkan data berupa peningkatan kadar ureum, kreatinin, dengan nilai

kimia klinik pada pasien I Tn. A yaitu, ureum : 89,7 mg/dL, kreatinin : 6

mg/dL, sedangkan nilai kimia klinik pada pasien II Ny. H yaitu, ureum :

215,2 mg/dL, kreatinin : 26,1 mg/dL. Hipervolemia dapat terjadi pada

pasien gagal ginjal kronis karena produksi urin yang dikeluarkan akan

berkurang dari semestinya, sehingga memicu terjadinya penumpukkan

cairan didalam tubuh (Rahman et al,2021).


105

Dalam upaya untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut

penulis melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI

(2018), yaitu manajemen hipervolemia yang bertujuan mengidentifikasi

dan mengelola kelebihan volume cairan intravaskuler dan ekstraseluler

serta mencegah terjadinya komplikasi diharapkan keseimbangan cairan

dapat meningkat.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien

selama 3 hari, Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu melihat

tanda dan gejala hypervolemia, memantau status hemodinamik, memantau

intake dan output cairan, membatasi asupan cairan, dan garam,

mengajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran urine dan

berkolaborasi pemberian diuretic berupa injeksi furosemide 2 ml melalui

IV.

Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam,

pada hari pertama perawatan kedua pasien belum teratasi yang ditandai

dengan masih terdapat edema pada ekstermitas masih terjadi penumpukan

cairan sehingga pasien diberi kolaborasi pemberian diuretic berupa

furosemide yang diberikan melalui IV, dan dihari ketiga perawatan

masalah teratasi sebagian dikarenakan edema berkurang dan sudah tidak

ada pitting edema pada kedua pasien, dan pada hari ketiga pasien I Tn. A

dilakukan terapi hemodialisa. Masalah hipervolemia pada kedua pasien

teratasi sebagian, sehingga intervensi dilanjutkan.


106

Masalah hipervolemia teratasi sebagian dikarenakan pasien rutin

diberikan injeksi furosemide dan membatasi asupan cairan. Pemberian

injeksi furosemide pada pasien mampu menurunkan edema.

4.2.4 Nausea berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia) (D.0076)

Dari hasil studi kasus didapatkan masalah keperawatan Nausea

pada kedua pasien. Pada pasien I Tn. A mengatakan mual tanpa adanya

keluaran muntah, sedangkan pasien II Ny. H mengatakan mual dan diikuti

dengan keluaran muntah dengan produksi muntah berwarna kuning,

konsistensi cair dengan banyak ±10cc. Kedua pasien mengatakan malas

makan karena rasa pahit di mulut dan terasa mual ketika makanan masuk

kedalam mulut. Pasien mengatakan hanya menghabiskan 2- 5 sendok saja

dalam satu kali makan, bibir kedua pasien terlihat pucat, pasien terlihat

lemah, pasien terlihat mual, dan terlihat piring makan kedua pasien yang

masih terisi banyak. Berdasarkan hasil laboraturium kimia klinik,

didapatkan terjadi peningkatan ureum pada kedua yaitu, pada pasien I Tn.

A yaitu : 89 mg/dL, dan pada pasien II yaitu : 215,3 mg/dL.

Menurut J. Medula (2017), pasien dengan penyakit ginjal kronis

telah kehilangan fungsi ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit, keseimbangan asam dan basa serta pengeluaran produk sampah

hasil metabolisme. Pada kondisi ini, terjadi retensi sisa pembuangan

metabolisme protein yang ditandai dengan peningkatan kadar ureum > 50

mg/dL dan biasa disebut dengan uremia. Sampah sisa metabolisme ini

dianggap sebagai racun oleh tubuh, dan ketika ginjal kehilangan fungsinya
107

sebagai sistem ekskresi, maka terjadi penumpukan racun di dalam tubuh

yang bersifat asam dan dapat membuat tubuh bereaksi dengan

menimbulkan gejala mual dan dapat pula disertai dengan keluhan muntah.

Menurut Smeltzer & Bare (2015), uremia juga berdampak terhadap

sistem gastrointestinal, dimana ketika tubuh menjadi asam, terjadi

rangsangan dalam peningkatan asam lambung yang dapat mengakibatkan

mual hingga muntah dan mengakibatkan penurunan nafsu makan. Teori ini

sesuai dengan kondisi kedua pasien yaitu : pasien I Tn. A mengatakan

mual tanpa adanya keluaran muntah, sedangkan pasien II Ny. H

mengatakan mual dan diikuti dengan keluaran muntah dengan produksi

muntah berwarna kuning, konsistensi cair dengan banyak ±10cc. Terjadi

penurunan nafsu makan pada kedua pasien, bibir kedua pasien terlihat

pucat, pasien terlihat lemah, pasien terlihat mual, dan terlihat piring makan

kedua pasien yang masih terisi banyak. Berdasarkan hasil laboraturium

kimia klinik, didapatkan terjadi peningkatan ureum pada kedua yaitu, pada

pasien I Tn. A yaitu : 89,7 mg/dL, dan pada pasien II Ny. H yaitu : 215

mg/dL.

Dalam upaya untuk mengatasi keperawatan tersebut penulis

melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI (2018), yaitu,

manajemen mual yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola

perasaan tidak enak pada bagian tenggorok atau lambung yang dapat

menyebabkan muntah.
108

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien

selama 3 hari, implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu,

identifikasi factor penyebab mual, monitoring mul muntah, monitor

asupan nutrisi dan kalori, kolaborasi pemberian antiemetic.

Hasil data dan evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x8 jam, pada hari pertama dan hari ketiga masalah belum teratasi yang

ditandai dengan pada kedua pasien masih mengalami peningkatan ureum,

pada pasien I Tn. A yaitu, 61,3 mg/dL dan pada pasien II Ny. H yaitu,

210,6. Masalah nausea belum teratasi.

Masalah nausea belum teratasi dikarenakan pasien mengalami

peningkatan kreatinin, dan terjadi sindrom uremia, yang dapat

menyebabkan mual muntah.

4.2.5 Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur infasif (D.0142)

Hasil pengkajian pada pasien I Tn. A ditemukan masalah

keperawatan resiko infeksi yang dibuktikan dengan pasien terpasang WSD

pleura dan pericard. Risiko infeksi dapat terjadi karena tindakan

pemasangan WSD yang dapat menjadi post entry mikroorganisme

(Widiyanto, 2012).

Dalam upaya untuk mengatasi keperawatan tersebut penulis

melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI (2018), yaitu,

berupa perawatan selang dada yang bertujuan mengidentifikasi dan

mengelola pasien yang terpasang selang dada.


109

Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada pasien antara

lain mengidentifikasi indikasi penggunaan selang dada, melakukan

perawatan WSD setiap 2 hari sekali, melakukan monitor harian tanda –

tanda infeksi dan mengajarkan tanda – tanda infeksi pada pasien dan

keluarga pasien.

Pada diagnosis keperawatan resiko infeksi dibuktikan dengan

pemasangan WSD berjenis pericard dan pleura dibagian thorax, sehingga

dapat menimbulkan resiko infeksi apabila tidak dilakukan ganti perban dan

membersihkan selang pada dada dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, hari pertama

hingga hari kedua resiko infeksi tidak terjadi/ belum teratasi yang ditandai

dengan tidak ada tanda – tanda infeksi, tidak ada keluhan nyeri, tidak ada

kemerahan, tidak ada bengkak dan tidak ada demam pada daerah insersi

selang WSD, namun terpasangnya selang WSD merupakan post entry

mikrooorganisme yang dapat menyebabkan infeksi, namun pada hari

ketiga WSD pada pasien I Tn. A sudah terlepas. Masalah resiko infeksi

belum teratasi (tidak terjadi), sehingga intervensi dilanjutkan.

Masalah risiko infeksi tidak terjadi karena tidak ada tanda-tanda

infeksi yang mucul seperti tidak ada rubor (kemerahan), tidak ada kalor

(panas), tidak ada tumor (bengkak), dan tidak ada dolor (Nyeri).
110

4.2.6 Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan

pemahaman, yang dibuktikan dengan menolak menjalani pengobatan

(D.0114)

Hasil dari pengkajian pada pasien II Ny. H didapatkan data bahwa

pasien menolak untuk melakukan hemodialisa atau cuci darah, ditandai

dengan keluarga pasien dan pasien untuk melakukan hemodialisa dan juga

ada perasaan takut pada keluarga pasien.

Perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien gagal

ginjal kronis yang akan menjalani hemodialisis mulai dari pengkajian

sampai evaluasi. Pengkajian yang tepat akan menemukan berbagai

masalah keperawatan termasuk kepatuhan (Menurut Brunner & Suddarth,

2002). Setelah pengkajian, perawat menegakkan diagnosis terkait

ketidakpatuhan, selanjutnya dibuat perencanaan dan implementasi dengan

tujuan utama mencakup upaya pencapaian kepatuhan. Intervensi

diharapkan mampu memotivasi pasien untuk patuh pada program

pengobatan sehingga tidak terjadi komplikasi. Evaluasi diharapkan

mencapai kepatuhan pasien terhadap anjuran pendidikan kesehatan,

adanya keseimbangan diet, cairan dan terapi obat-obatan (Menurut

Brunner & Suddarth, 2002).

Dalam upaya untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut

penulis melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI

(2018), yaitu dukungan kepatuhan program pengobatan yang bertujuan


111

memfasilitasi ketepatan dan keteraturan menjalani program pengobatan

yang sudah ditentukan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien II Ny. H

dilakukan selama 3 hari. Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu,

Diskusikan hal – hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya

program pengobatan, Informasikan program pengobatan yang harus dijalani,

Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program

pengobatan.

Pada diagnosis keperawatan ketidakpatuhan yang berhubungan dengan

ketidakadekuatan pemahaman yang dibuktikan dengan menolak dilakukannya

pengobatan hemodialisa.

Hasil dan evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam

dihari pertama sampai hari ketiga perawatan ketidakpatuhan masih belum

teratasi karena pasien II Ny. H dan keluarga masih menolak melakukan

pengobatan hemodialisa atau cuci darah dikarenakan merasa takut gagal

dalam melakukan pengobatan hemodialisa. Masalah ketidakpatuhan masih

belum teratasi sehingga, intervensi dilanjutkan.

Masalah ketidakpatuhan belum teratasi dikarenakan pemahaman

keluarga pasien terhadap pengobatan pasien masih kurang, sehingga

keluarga pasien masih menolak untuk melakukan hemodialisa.


112

4.2.7 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah ditandai dengan

manajemen medikasi tidak terkontrol

Hasil dari pengkajian pada pasien II Ny. H didapatkan data bahwa

pasien mempunyai riwayat diabetes, GDS : 118 mg/Dl, jika pasien

mengalami peningkatan glukosa darah diatas normal diberikan suntik

insulin sebanyak 4 unit. Menurut Sustriani (2004) dikutip dari Witasari

dkk (2009) mengatakan bahwa tingkat gula darah tergantung pada

kegiatan hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal yaitu adrenalin

dan kortikosteroid. Adrenalin akan memicu kenaikan kebutuhan gula

darah, dan kortikosteroid akan menurunkannya kembali.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut

penulis melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI

(2018), yaitu kestabilan glukosa darah. Tujuan dari dilakukannya

perawatan adalah kadar glukosa darah dalam rentan normal.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien II Ny. H

dilakukan selama 3 hari. Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu,

Identifikasi penyebab hiperglikemia, Monitor kadar glukosa darah,

Monitor tanda dan gejala hiperglikemia, Anjurkan monitor kadar glukosa

darah secara mandiri, Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu.

Pada diagnosis keperawatan risiko ketidakstabilan glukosa darah

dibuktikan dengan gula darah yang tidak stabil, bila gula darah pasien II

tinggi maka akan diberikan suntik insulin 4 unit.


113

Hasil evaluasi pada pasien II Ny. H setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x8 jam didapatkan pada hari pertama hingga hari ketiga

risiko ketidakstabilan glukosa darah tidak terjadi atau belum teratasi yang

ditandai dengan gula darah masih dalam rentan normal pada hari pertama

GDS : 118 mg.dL, hari kedua GDS : 128 mg/dL, dan hari ketiga GDS :

116 mg/dL. Masalah risiko ketidakstabilan glukosa darah belum teratasi

(tidak terjadi), sehingga intervensi dilanjutkan. Masalah ketidakstabilan

glukosa darah tidak terjadi dikarenakan glukosa darah pasien masih dalam

batas normal.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan pada pasien I

Tn. A dan pasien II Ny. H pada pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis di Ruang

Edelwish Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Kalimantan Timur,

penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara menyeluruh dan

sistemasis untuk dikaji dan dianalisis sehingga dapat menentukan

masalah kesehatan dan keperawatan yang ada pada pasien. Pada pasien

dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis, perawat dituntut untuk

melakukan pengkajian secara lengkap, teliti dan komprehensif agar

mempermudah perawat dalam penegakan diagnosis keperawatan. Pada

pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisa

didapatkan adanya masalah pada system pernapassan, system

perkemihan, cairan dan elektrolit dan psikososial. Pada pasien Penyakit

Gagal Ginjal Kronis terlihat mengalami sesak, edema, anemia,

penurunan nafsu makan disertai mual dan muntah.


115

Hasil dari pengkajian yang didapatkan persamaan dan perbedaan

data dari kedua pasien. Pada persamaan data didapatkan pasien I Tn. A

dan pasien II Ny. H yaitu sesak napas, badan terasa lemas, pasien

mengalami penurunan Hb dan Ht, serta peningkatan ureum dan

kreatinin. Namun ada juga perbedaan data yaitu, pasien I Tn. A

mengeluh mual tetapi tidak ada muntah terdapat edema pada

ekstermitas bawah, sedangkan pada pasien II Ny. H mengeluh mual

disertai muntah, terdapat edema dibagian sekitar kedua mata,

ekstermitas bawah dan terdapat riwayat diabetes.

5.1.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang muncul pada kedua pasien ada

persamaan dan perbedaan. Pasien I Tn. A dan pasien II Ny. H memiliki

4 persamaan diagnosis keperawatan yaitu pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan upaya napas, perfusi perifer tidak

efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin,

hipervolemia berhubungan dengan kerusakan mekanisme regulasi,

nausea berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia). Dan

memiliki 3 perbedaan diagnosis keperawatan yaitu pada pasien I Tn. A

dan pasien II Ny. H yaitu pasien pertama diangkat diagnosis resiko

infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif, sedangkan pada

pasien kedua diangkat diagnosis ketidakpatuhan berhubungan dengan

ketidakadekuatan pemahaman, yang dibuktikan dengan menolak

menjalani pengobatan, dan risiko ketidakstabilan glukosa darah


116

dibuktikan dengan ketidaktepatan pemantauan yang dibuktikan dengan

manajemen medikasi tidak terkontrol.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang digunakan dalam studi kasus terhadap kedua

pasien di sesuaikan dengan masalah keperawatan yang muncul yang di

tegakkan sesuai dengan tanda dan gejala mayor dan minor serta sesuai

dengan kondisi saat ini.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan yang telah penulis susun. Pelaksanaan keperawatan yang

dilakukan pada pasien I Tn. A dan pasien II Ny. H sesuai dengan

perencanaan yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan

sesuai dengan kebutuhan pasien.

5.1.5 Evaluasi

Hasil dari evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada

kedua pasien dilakukan selama 3 hari perawatan. Hasil evaluasi

keperawatan yang dilakukan oleh penulis, yaitu untuk pasien I Tn. A

masalah yang belum teratasi adalah perfusi perifer tidak efektif,

hipervolemia, nausea, dan resiko infeksi. Sedangkan masalah yang

sudah teratasi pada pasien I Tn. A adalah pola napas tidak efektif.

Sedangkan pada pasien II Ny. H masalah yang belum teratasi

adalah perfusi perifer tidak efektif, hipervolemia, nausea,

ketidakpatuhan, dan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.


117

Sedangkan masalah yang teratasi pada pasien II Ny. H adalah pola

napas tidak efektif.

5.2 Saran

Guna terciptanya peningkatan mutu asuhan keperawatan pada pasien dengan

Penyakit Ginjal Kronis, maka diperlukan adanya suatu perubahan dan

perbaikan, diantaranya :

5.2.1 Bagi Penulis

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis.

Penulis berharap pada penulisan studi kasus selanjutnya agar

didapatkan data lengkap hasil analisa gas darah, pemeriksaan albumin

dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk memperkuat data dalam

penegakkan diagnosa keperawatan.

5.2.2 Bagi Instansi Rumah Sakit

Diharapkan dapat sebagai data tambahan bagi manajemen

keperawatan. Khususnya terkait dengan Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis.

5.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan baagi perkembangan keperawatan dan sebagai acuan untuk

meningkatkana ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis.


118

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (2013). Laporan Hasil Riset


Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (2018). Laporan Hasil Riset
Dasar (RISKEDAS) Indonesia Tahun 2018. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta:EGC
Eva S dan Sri I (2015). Faktor yang berhubungan dengan Penyakit Ginjal kronik
Diakses pada 05 Januari 2022 diambil dari :
http://journal,unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/3155

Diniarti & Mulyanti, Y, (2017). Bahan Ajar Keperawatan : Dokumentasi Keperawatan


(Cetakan Pe). Jakarta : Pusdik Sdm Kesehatan. Diambil dari
Https://Bppsdmk.Kemkes.Go.Id/Pusdiksdmk/Wp-Content/Uploads/2017/1
1/Praktika-Dokumen-Keperawatan-Dafis.Pdf.
Jenifer , P, 2011, Buku Ajar Patofisiologi (Profesional Guide to Pathophysiologi). Jakarta
: EGC

Kidney Disease Outcomes Quality Intiative (2016). KDOQI Clinical Practice


Recommendations For Anemia In Chronic Kidney Disease : 2007 Update
of Hemoglobin Target. Boston: National Kidney Foundation-Kidney
Disease Outcomes Quality Intiative
Kusmastuti, Wonodoyo (2017) Efektivitas Afirmasi Positif Dan Stabilitasi Dzikir
Vibrasi Sebagai Media Terapi Psikologis Untuk Mengatasi Kecemasan
Pada Komunitas Pasien Hemodalisa. Jurnal Vol. 8 Nomor 2 : Jakarta
Melvira Sabrindha Putri, (2021) Asuhan Keperawatan pada Tn.N dengan Gagal
Ginjal Kronis Stage V Di Ruang Al-Aziz RS Sehat Terpadu Dompet
Dguafa. Diakses pada 10 Januari 2022 diambil dari
https://repository.upnvj.ac.id/13920/
Moelok, F. N.(2018). Air Bagi Kesehatan : Upaya Peningkatan Promotif
Preventif Bagi Kesehatan Ginjal Di Indonesia.
Niken Prameswari, (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Ginjal Kronis
Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Diakses pada 12 Januari 2022 diambil dari http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id
119

Nuari, Nian A. (2017) . Gangguan Pada Sistem Perkemihan &


Penatalaksanaannya, Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta. Mediaction
jogja.
Pangkey, B, C, A., Dkk (2021). Dasar- Dasar Dokumentasi Keperawatan
(Cetakan 1). Medan : Yayasan Kita Menulis
Priscilla, 2012. Medical surgical : critical thinking in patient care, Jakarta : EGC
Riziqea, N. 2017. Terapi Murottal dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dengan Hemodalisa di RSUD Dr Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri.
Adi Husada Nursing Journal Vol. 3 No.2, Surakarta
Silbernagl, S. & Lang, F (2014). Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Alih
Bahasa : Setiawan, I & Mochtar I. Jakarta : EGC
Siregar, D., Dkk, (2012) . Pengantar Proses Keperawatan : Konsep, Teori, Dan
Aplikasi (Cetakan 1). Medan : Yayasan Kita Menulis
Smeltzer, C Suzane & Bare, G Brenda. (2015).Buku ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner &Suddarth ED.8 VOL.2. Jakarta : EGC
Sudoyo, 2014, Buku Ajar Penyakit Dalam. FKUI, Jakarta
Suharyanto dan Abdul, Madjid, 2013. Asuhan Keperawatan pada klien dengan
gangguan system perkemihan. Trans Info Medis : Jakarta
Suwitra, K (2009). Penyakit Ginjal Kronik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
ke-5. Jakarta : Interna Publishing

Tim Pokja DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :


Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Kriteria Hasil, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
World Health Organization. (2017). Global Status Report on Noncommunicable
Disease 2013
120

LEMBAR PENJELASAN KARYA TULIS ILMIAH

Yth. Calon Responden

Di Tempat

Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aldina Agustiani

NIM : P07220119002

Alamat : Jl. Wijaya Kusuma V, Rt.16, No 42a

Adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan yang akan melakukan penelitian yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Ginjal Kronik Diruang Edelwis

RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana asuhan

keperawatan pasien gagal ginjal kronik diruang Edelwis RSUD. Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda yang akan terjamin kerahasiaannya.

Bila bersedia, mohon untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi

partisipasi yang terlampir dalam lembar ini. Atas perhatian serta kesediaan Sdr/i,

saya ucapkan terima kasih.

Samarinda, Mei 2022

Penulis
121

Anda mungkin juga menyukai