Oleh:
Oleh:
i
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
Materai 10000
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA DIRI
1. Nama : Elyssa Indriati Febiya
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat,Tanggal, Lahir: Bontang. 13 Febuari 2001
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. No. Telpon : 081392190481
7. Alamat Email : elyssaindiveb@gmail.com
8. Alamat : Dusun Mekarsari Rt.08
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 011 MARANGKAYU 2007-2013
2. SMPN 03 MARANGKAYU 2013 – 2016
3. SMK PUTRA BANGSA 2016 – 2019
4. Mahasiswi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kaltim Tahun 2019
Sampai sekarang
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang di rawat di RSUD Abdul Wahab
Syahranie" Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
melakukan penelitian.
2. Dr. David Hariyadi Mashjoer selaku Direktur RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda
4. Ns. Andi Lis Arming Gandini, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III
memberikan bimbingan serta saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
vi
7. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Muh. Suroso dan Ibu Noviani atas semua
doa, semangat dan bantuan finansial untuk menyelesaikan Karya tulis ilmiah
ini.
8. Kepada sahabat saya, Rahmadani nur yang telah memberikan semangat dan
9. Kepada Nadya , Oktaviani dan Afa Aulia yang telah memberikan semangat dan
Semoga Allah yang maha kuasa selalu memberikan kelancaran dan kemudahan
dalam segala urusan. Karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi
kepada pembaca
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan................................................................................ii
Halaman Persetujuan...............................................................................iv
Halaman Pengesahan...............................................................................v
Daftar Isi..................................................................................................x
Daftar Gambar.........................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................7
2.1.5 klasifikasi.......................................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan.............................................................................17
xi
3.8. Analisa data......................................................................................62
4.1 Hasil..................................................................................................63
4.2 Pembahasan.......................................................................................96
5.1 Kesimpulan........................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
dari satu individu ke individu lainnya (Kemenkes RI, 2015) sekitar 80%
dan rendah. Beban penyakit tidak menular mempunyai masalah 70% sebagai
disability adjusted life years (Dalys) Dalam hal ini pemerintah mempunyai
yang terdiri dari empat pilar yaitu advokasi dan kemitraan, promosi kesehatan
surveilans, monev dan riset (Kemenkes RI, 2017). Salah satu penyakit tidak
aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokardial, dan kematian (Ghani et al,
Data BPJS menyebutkan bahwa dana BPJS khususnya penyakit jantung dari
7,4 triliun di tahun 2016 meningkat sebesar 9,3 triliun di tahun 2018
Dampak utama PJK adalah gangguan pasokan oksigen dan nutrisi kedalam
(Karyatin, 2019)
Pada tahun 2019, penyakit jantung mewakili 32% kematian secara global,
signifikan menjadi 1,5% dari 0,5 % di tahun 2013. Penyakit jantung koroner
telah dilakukan peneliti pada bulan Juli 2018 di RSUD Abdul wahab
sjahranie samarinda, data yang diperoleh dari ruang rekam medik RSUD
Abdul wahab sjahranie samarinda dari tahun 2017 didapatkan bahwa jumlah
pasien jantung koroner sebanyak 964 pasien rawat inap, dan jumlah pasien
rawat inap jantung koroner pada bulan Januari-Agustus tahun 2018 adalah
sebanyak 1.619 pasien. Termasuk juga data total kunjungan pasien rawat
3
jalan penyakit jantung koroner yang sangat tinggi yaitu sebanyak 12.229
total pada pembuluh darah arteri jantung yang menimbulkan gejala khas yaitu
adalah Pola napas tidak efektif, Penurunan curah jantung, perfusi perifer tidak
tergantung tanda dan gejala yang muncul dan masalah yang ada. Intervensi
memberikan posisi semi fowler dan Relaksasi napas dalam, hasil penelitian
pasien merasa nyeri teratasi sebagian, dari skala nyeri 3 (sedang), menjadi
merasakan nyeri dari skala nyeri 4 (Sedang) menjadi skala nyeri 1(Ringan).
untuk klien 1 dan 6 hari untuk klien 2 dengan setiap harinya rutin
tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Salah satu dari penyakit tidak menular adalah penyakit jantung koroner
Maka dari itu penulis ingin mendalami bagaimana penyakit ini terjadi dan
yang dialami penderita penyakit jantung koroner atau PKJ bisa menurun.
Karena itu disusun karya Ilmiah dengan judul "Asuhan Keperawatan pada
jantung coroner
jantung Koroner
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Aterosklerosis adalah suatu keadaan dimana arteri besar dan arteri kecil
leukosit pada struktur umum pembuluh darah yaitu tunika interna dan
2.1.4 Etiologi
rokok, dan kadar gula darah yang abnormal. Tumpukan lemak yang
8
2.1.3 Patofisiologi
di tunika intima suatu Arteri yang terdiri dari sel, jaringan ikat, lemak
9
terdapat foam cells dan extracellularr lipids yang membentuk inti serta
dikelilingi oleh sel otot polos dan matriks kaya kolagen. Sel T,
makrofag dan sel mas ini akan masuk ke dalam lesi yang akan
aliran darah ke otot jantung itu sendiri bisa terjadi infark miokard
(Hanson, 2005)
2.1.4 Pathway
Aterosklerosis
Implus Ke
thalamus
Implus ke korteks
serebri
Interpretasi nyeri
Nyeri Akut
(D.0077)
2.1.5 Klasifikasi
11
Definisi dari angina tidak stabil kurang lebih sama dengan angina
berat, waktu kemunculan angina tidak stabil bisa kapan saja dan
dapat menyebabkan injury pada sel sel otot jantung bahkan sampai
mengenai lapisan oto jantung bagian luar. Tanda dari STEMI yaiu
(NSTEMI) sudah terjadi injury ada sel sel otot jantung. NSTEMI
terjadi pada saat angina pectoris atau angina tidak stabi tidak
dan suplai oksigen miokard. Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
Menurut (Sumiati dkk, 2010) terdapat dua faktor risiko PJK, yaitu
faktor yang bisa diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
1. Usia
rentang yaitu 45-55 tahun 56-65 tahun, 66-75 tahun dan >75
usia lanjut usia, biasanya orang akan menjadi kurang aktif, berat
Jantung Koroner).
2. Jenis kelamin
3. Keturunan (Ras)
1. Hipertensi
2. Merokok
pembuluh darah Ini menjadi kaku dengan cepat, dan sel-sel darah
lebih mudah untuk membeku. Selain itu, merokok dapat Hal ini
3. Diabetes Mellitus
4. Displidemia
5. Obesitas
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Farmakologi
secara pelanpelan.
18
jam pertama dari serangan infark. Terapi ini masih bermanfaat jika
2.1.7.2 Non-farmakologi
kolesterol
AHA dan NCEP. Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk
diet dasar atau tingkat 1 dapat menurunkan ≥ 10% dari total kalori
faty acid). bila kadar total kolesterol darah turun 10% atau lebih
0,5mm (setengah kotak kecil) dibawah garis. ika pasien yang berusia
Sumber : researchgate
2.1.8.2 Ekokardiogram
Sumber : sciencedirect
2.1.8.3 Laboratorium
Kedua enzim ini mulai meningkat 4-8 jam setelah terjadinya infark.
luasnya infark. Salah satu contoh pada klien dengan EKG normal dan
diagnosis IMA
gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang
pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau
2.1.8.6 Treadmill
Dari hasil teradmil ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita
hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%,
artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya
2.2.1.1 Identitas
2010)
dengan skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri paling tinggi.
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada klien antara lain
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit
2010:hal 18).
1. kepala
ada/tidak
2. Mata
pupil kanan dan kiri isokor (normal), reflek pupil terhadap cahaya
bola mata/tidak.
3. Telinga
4. Hidung
ada/tidak
5. Mulut
6. Leher
ada luka/tidak
8. Thorak
a. Paru-paru
retraksi interkostae.
Abnormal
jantung, ginjal.
tinggi
efusi, ascites
29
Auskultasi :
Suara napas
• Normal :
tracheo-bronkhial.
• Abnormal :
pleura, emfisema
Suara tambahan
• Abnormal :
dalam air )
b. Jantung
Inspeksi :
1. Bentuk prekordial
Palpasi :
1-2 cm ( 1 jari )
lift
Perkusi :
redup
Auskultasi :
Normal :
- bersifat tunggal.
BJ 1 fisiologik
fisiologik
dalam"
Abnormal :
dyastolik (2 : 3)
Abnormal :
dengan epicard.
Abnormal :
9. Abdomen
10. Intergumen
11. Ekstermitas
fraktur/tidak
Palpasi : odema/tidak
12. Genetalia
meningkat (D.0077)
menurun (D.0019)
(PPNI, 2017)
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Objektif
Edukasi Rehabilitasi
1. Perubahan preload: Jantung (I.12446)
1. Murmur Jantung
2. Berat badan Observasi
bertamb
1.1 Identifikasi kesiapan
3. Pulmonary Arteri
dan kemampuan
wedge pressure
menerima informasi
(PAWP) menurun
40
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
pemantauan cairan(I.03121)
Observasi
Terapeutik
pemantauan nutrisi
(I.03123)
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
SOAP ;
pasien saat ini, riwayat penyakit yang lalu, riwayat penyakit keluarga.
pasien.
BAB III
METODE PENULISAN
koroner (PJK) yang sama dan kriteria yang sesuai, yaitu : a) Usia
penelitian.
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan :
61
berlaku.
data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan
BAB IV
63
Pada bab ini akan diuraikan gambaran lokasi pengambilan subyek dan Hasil
proses asuhan keperawatan pada dua orang pasien dengan diagnosa medis
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18-20 Mei 2022 dan 22- 23 Mei 2022,
4.1 Hasil
yang tersedia di RSUD Abdul Wahab Sjahranie ini antara lain instalasi rawat
jalan, instalasi farmasi, Instalasi rawat inap, fisioterapi, dan IGD 24 jam.
Untuk fasilitas rawat Jalan terdiri dari poliklinik, medical check up, dan
Laundry, Farmasi, Gizi. Untuk instalasi rawat inap terdapat beberapa ruangan
Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jumlah pasien yang ada
dimana pasien kapanpun datang dari IGD. Bangunan Ruang Cempaka terdiri
dari 17 kamar tidur pasien, 17 kamar mandi pasien, 1 kamar mandi perawat, 1
yang memiliki angka ganjil (1,3,5,7,9) dan tim 2 mengelola kamar yang
memiliki angka genap (2,4,6,8,10). Dalam satu kamar terdapat 2-4 pasien. Di
dalam ruang Aster juga memiliki 2 nurse station, 1 ruang Kepala Ruangan, 1
ruang perawat, 2 kamar mandi, 1 ruang tindakan, 1 ruang obat, 1 ruang ganti,
Tabel 4.1
Pengkajian pada Pasien 1(Tn.R) dan Pasien 2(Ny.S) dengan Penyakit Jantung
Koroner di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.
No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)
Keterangan :
Keterangan :
: Laki – Laki
: Laki – Laki
: Perempuan
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Pasien
: Pasien
: Tinggal serumah
: Tinggal serumah
Mata Mata
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
sklera putih, konjungtiva sklera putih, konjungtiva
nampak anemis, tidak terdapat nampak anemis, tidak terdapat
Palpebra, kornea terlihat Palpebra, kornea terlihat
keruh, reflek cahaya positif, keruh, reflek cahaya positif,
pupil isokor dan tidak ada pupil isokor dan tidak ada
ditemukan kelainan ditemukan kelainan
Pemeriksaan fisik
kepala Hidung Hidung
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
posisi septum nasal di tengah posisi septum nasal di tengah
dapat membedakan bau dan dapat membedakan bau dan
tidak terdapat adanya tidak terdapat adanya
pernapasan cuping hidung dan pernapasan cuping hidung dan
tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Rongga mulut dan lidah Rongga mulut dan lidah
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
bibir berwarna merah muda bibir berwarna merah muda
dengan mukosa lembab ukuran dengan mukosa lembab ukuran
tongsis normal letak ovula tongsis normal letak ovula
simetris di tengah simetris di tengah
Telinga Telinga
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
daun telinga berbentuk normal, daun telinga berbentuk normal,
terdapat membran timpani, terdapat membran timpani,
68
Leher Leher
status pencernaan badan 60 kg dan tinggi badan badan 60 kg dan tinggi badan
dan status nutrisi 172 cm jumlah indeks massa 160 cm jumlah indeks massa
tubuh 20,3dengan kategori tubuh 26,2 dengan kategori
normal.pasien mengatakan obesitas 1. Pasien mengalami
adanya penurunan berat badan penurunan berat badan dalam 6
dengan baju terasa lebih hari terakhir sekitar 1 kg.
longgar.
Jenis diet yang didapatkan
Jenis diet yang didapatkan pada pasien yaitu nasi diet
pada pasien yaitu bubur diet jantung dengan nafsu makan
jantung dengan nafsu makan yang baik dan porsi makan
yang cukup baik pasien habis
mampu menghabiskan
setengah piring Abdomen
Tabel 4.2
Pengkajian pada Pasien 1 (Tn.R) dengan Penyakit Jantung Koroner diRuang
Cempaka RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.
Tabel 4.3
Pengkajian pada Pasien 2 (Ny.S) dengan Penyakit Jantung Koroner diRuang Aster
RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda
Tabel 4.4
Balance cairan Pasien 1 ( Tn.R) dengan Penyakit Jantung Koroner diruang
Cempaka RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda
Tabel 4.5
Balance cairan Pasien 2 ( Ny.S) dengan Penyakit Jantung Koroner diruang Aster
RSUD Abdul Wahab syahranie Samarinda
Table 4.6
Terapi farmakologi pada pasien 1 (Tn.R) dan pasien 2 (Ny.S)
Di RSUD Abdul Wahab Syahranie
Terapi Farmakologi
Tabel 4.8
Intervensi Keperawatan pada Pasien 1 (Tn.R) dan Pasien 2 (Ny.S) Penyakit
Jantung Koroner diRSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda
Tabel 4.9
Implementasi Keperawatan pada Pasien I (Tn.R) dengan Penyakit Jantung
Koroner dicempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tabel 4.10
Implementasi Keperawatan pada Pasien 2 (Ny. S) dengan Penyakit Jantung
Koroner di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Makanan pasien
17.00 2.8 Memberikan makanan habis
sesuai diet jantung Segmen St depresi,
2.5 Melakukan gelombang T inversi
18.00
pemeriksaan EKG Di V2 dan V3
88
Injeksi petidene
3.9 Pemberian injeksi diberikan ½ amp
18.30 petidene
Dispnea,Td:130/60
2.1 Menilai adanya tanda mmHg, N: 110
atau gejala penurunan /menit,R:
19.00 curah jantung 28x/menit,Spo2 96%
suara jantung
Gallop , jvp 8 cmh20
I 688,5 ml
2.2 Monitor intake dan O 795,4 ml
19.30 output cairan
Pasien mengeluh
4.1 Menanyakan pada lelah
pasien tanda
20.00 kelelahan
Pasien sulit tidur
4.2 Menanyakan pola
20.30 tidur
Pasien membatasi
4.5 Menganjurkan pasien aktivitas
20.45 untuk Istirahat
Pasien istirahat
21.00 4.3 Menyediakan tempat
tidur yang bersih dan
nyaman untuk pasien
- Intervensi dilanjutkan
1.1 Monitor Frekuensi, Irama, kedalaman,
dan upaya nafas
1.5 Mengatur interval pemantauan
1.6 Dokumentasi hasil pemantauan
Penurunan curah jantung S:
(D.0008) - pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan Masih merasa
lelah
O:
- Nadi 101 x/menit
- Edema pada kaki
- Tekanan darah 110/60 mmHg
- CRT 5 dtk
- keluaran urine sedikit
A:
- Masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
2.1 Mengidentifikasi tanda dan gejala
penurunan curah jantung
2.2 Monitor output dan input cairan
2.3 Monitor Tekanan darah
2.7 Posisikan semifowler
2.8 Memberikan diet jantung yang sesuai
2.9 Memberikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres
2.11Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Nyeri akut (D.0077) S:
- pasien mengatakan nyeri dada
berkurang
O:
- meringis menurun
- Nadi 101x/menit
- Pasien Sulit tidur
- pola nafas takipnea
91
Intoleransi aktivitas S:
- pasien mengatakan terasa lelah
- Pasien merasa sesak setelah
aktivitas
O:
- N:100x /menit
A:
- masalah keperawatan intoleransi
aktivitas teratasi sebagian
P:
- intervensi dilanjutkan
4.1 Monitor kelelahan fisik
4.2 Monitor pola dan jam tidur
4.3 Memberikan Aktivitas distraksi
yang menenangkan
4.7 Kolaborasikan dengan ahli gizi cara
meningkatkan asupan makanan
Hipervolemia Hipervolemia
S:
A:
- masalah keperawatan hipervolemia
teratasi
P:
- Intervensi diberhentikan
Jumat,20 Mei 2022 Penurunan curah jantung S:
(D.0008) - pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan lelah menurun
O:
- Nadi 80x/menit
- TD: 120/70 x/menit
- edema pada kaki menurun
- CRT 5 dtk
- Oliguria menurun
94
Tabel 4.12
Evaluasi Keperawatan pada Pasien 2 (Ny. S) dengan Penyakit Jantung Koroner
diruang AsterRSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
- intervensi dilanjutkan
2.2 Monitor intake dan output cairan
2.3 Periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum dan sesudah aktivitas
2.8 Memberikan diet jantung yang sesuai
Nyeri akut (D.0077) S:
- pasien mengatakan nyeri dada
berkurang
O:
- Td: 110/70mmhg
- N: 100 x/mnt
- Sulit tidur Menurun
- meringis menurun
- Pola napas membaik, R:16 x/menit
A:
- masalah keperawatan nyeri akut
teratasi sebagian
P:
- intervensi dilanjutkan
3.2 Mengidentifikasi skala nyeri
3.4 Memberikan teknik non formalkologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Intoleransi S:
aktivitas(D.0056) - pasien mengatakan rasa lelah
berkurang
O:
- Tekanan darah 110/70 mmHg
- N : 100x/mnt
A:
- intoleransi aktivitas teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
Senin, 23 Mei Penurunan curah jantung S:
(D.0008) - pasien mengatakan sesak nafas
2022 berkurang
- Pasien mengatakan rasa lelah
berkurang
O:
- Td: 120/70 mmHg
- N : 80x/mnt
- Jvp 8 cmh20
- Suara jantung Gallop
A:
- masalah keperawatan penurunan
96
- intervensi dilanjutkan
2.2 Monitor intake dan output cairan
2.8 Memberikan diet jantung yang
sesuai
4.2) Pembahasan
nafas(D.0005)
Masalah utama pola nafas tidak efektif ditemukan pada kedua pasien
kelolaan. Pada pasien 1 (Tn.R) ditemukan keluhan sesak nafas, frekuensi nafas 26
x/menit pola nafas Dispnea, dan terdapat penggunaan otot bantu napas. Pada
pasien 2 (Ny.S) ditemukan keluhan sesak nafas, frekuensi napas 28 x/menit pola
Fauzan, 2017. Keluhan sesak nafas yang terjadi pada kedua pasien dikarenakan
oksigen yang ditandai dengan respirasi meningkat serta penggunaan otot bantu
pertukaran gas sehingga diharapkan pola nafas pada pasien dapat meningkat.
Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 (Tn.R) selama 2x8 Jam dan
pasien 2 (Ny. S) dilakukan selama 1×8 jam berupa memonitor frekuensi, Irama,
kedalaman, dan upaya napas, monitor pola nafas, auskultasi bunyi napas,
hasil pemantauan.
Hasil evaluasi pada pasien 1 (Tn.R) masalah keperawatan pola nafas tidak
efektif teratasi di hari kedua, dengan keluhan sesak nafas berkurang, frekuensi
nafas 20 x/menit. Pada pasien 2 masalah keperawatan pola nafas tidak efektif
teratasi di hari pertama. Menurut penulis perbedaan hasil pada kedua pasien
karena pasien 1 (Tn.R) sering melepaskan terapi oksigen Nasal kanul yang
terpasang sehingga hari pertama hanya teratasi sebagian dengan frekuensi napas
24 x/menit, Sedangkan pada pasien 2 (Ny.s) terapi oksigen nasal kanul yang
diberikan tetap terpasang dan hari perawatan memasuki ke-6 sehingga pada saat
tekanan perfusi koroner sehingga oksigen yang diberikan dapat meningkat pada
Pada pasien 1 (Tn.R) Ditemukan keluhan lelah, sesak nafas, terdapat edema pada
kaki, tekanan darah menurun, takikardia, CRT >3 detik,oliguria. Pada pasien 2
data yang didapatkan yaitu lelah, sesak nafas, takikardia, tekanan darah
oksigen ke miocard menurun dan kontraksi miokard juga akan menurun. Ketika
nadi dan tekanan darah meningkat atau menurun oleh sebab itu terjadinya
penurunan.
tanda dan gejala primer penurunan curah jantung, memonitor intake dan output
99
cairan, memonitor keluhan nyeri dada, memberikan diet jantung yang sesuai,
>94 %, mengajarkan pasien untuk mengukur intake dan output cairan, dan
curah jantung teratasi sebagian di hari ke-tiga. Tanda dan gejala yang dapat
teratasi adalah rasa sesak nafas dan lelah berkurang, edema pada kaki menurun,
belum teratasi pada pasien 1(Tn.R) adalah peningkatan jvp 9 cm h20, CRT >3
teratasi sebagian di hari ke-dua. Masalah teratasi yaitu keluhan sesak nafas dan
lelah menurun, takikardia menurun, dan tekanan darah membaik. Masalah yang
Masalah nyeri akut ditemukan pada kedua pasien kelolaan. Pada pasien 1
(Tn.R) ditemukan keluhan nyeri, rasa nyeri pada saat istirahat dengan kualitas
nyeri seperti tertusuk, lokasi nyeri pada dada sebelah kiri dengan skala 3 waktu
nyeri yang dirasakan hilang timbul, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, dan pola nafas berubah. Pada pasien 2 ditemukan keluhan
nyeri, rasa nyeri saat istirahat, kualitas nyeri terasa panas, lokasi nyeri menjalar
100
daerah punggung, lengan kiri, punggung dan sampai ke tengkuk dengan skala
2017. Pada penyakit jantung koroner disebabkan adanya kematian sel karena
kerusakan jaringan atau fungsional dengan omset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang diharapkan tingkat nyeri
menurun.
relaksasi nafas dalam dan pemberian kolaborasi obat oral pada pasien.
gelisah menurun, kesulitan tidur menurun, frekuensi nadi membaik, pola nafas
101
membaik dan tekanan darah membaik di hari ke-dua. Sehingga pada pasien 1
(Tn.R) masalah keperawatan nyeri akut teratasi . Pada pasien 2 (Ny.S) masalah
menurun, meringis menurun gelisah menurun sulit tidur menurun frekuensi nafas
karena pasien 1 (Tn.R) sering lupa untuk meminum obat dan kurangnya dukungan
(Ny.S) hari perawatan ke-6 skala nyeri 2 dan pemberian injeksi petidin setengah
ampul apabila rasa nyeri muncul dan adanya keluarga yang selalu mengingatkan
pasien untuk meminum obat sehingga masalah keperawatan nyeri akut dapat
teratasi.
Pada pengkajian pasien 1 (Tn.R) ditemukan keluhan lelah, terdapat dispnea saat
dispenea saat istirahat, merasa lemah tekanan darah meningkat dan gambaran
Keluhan lelah dan terdapat dispenia pada penderita jantung koroner dikarenakan
Upaya yang dilakukan pasien 1 (Tn.R) selama 3x8 jam dan pasien 2
(Ny.s) 2x8 jam adalah memonitor adanya kelelahan fisik dan adanya gangguan
baring.
intoleransi aktivitas dapat teratasi di hari ke-dua., ditemukan Lelah menurun, rasa
lemah menurun, sesak nafas menurun, frekuensi nafas membaik sehingga pada
teratasi di hari pertama, ditemukan keluhan rasa lelah menurun, sesak nafas
keperawatan teratasi.
103
rasa lelah. Sedangkan pasien 2 (Ny.S) pasien sudah memasuki hari perawatan ke-
6 dengan terapi oksigen yang teratur sehingga di hari pertama Masalah dapat
teratasi. Pada penyakit jantung koroner kelelahan dan sesak nafas mempunyai
korelasi yang tinggi, sesak napas dimulai sebelum kelelahan dan setelah aktivitas
(D.0022)
keluhan sesak nafas, terdapat edema pada kaki, jvp 9 cmh20, kadar HB 10,2 g/dl,
aliran darah pada ginjal. Aliran darah pada ginjal dapat menurun sehingga RAA,
aldosteron, dan ADH akan meningkat yang menyebabkan retensi natrium dan air
hipervolemia.
104
hemodinamik, memonitor intake dan output cairan, membatasi asupan cairan dan
di hari ke-dua. Ditemukan keluhan sesak nafas berkurang, edema pada kaki
berkurang, keluhan sulit buang air kecil menurun, dan balance cairan negatif.
Menurut asumsi penulis Edema pada kaki pasien menurun dikarenakan pasien
tangan dan kaki. Injeksi furosemidel adalah lob diuretik yang digunakan untuk
BAB V
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2
adalah keluhan sesak nafas, lelah, nyeri dada, dan sulit tidur. Keluhan yang
dirasakan pada kedua pasien sesuai dengan Gejala yang terdapat pada
terdapat rasa nyeri dada, adanya kelemahan dan kelelahan yang disertai
yang sedikit dan terdapat edema. Pada pasien 2 ditemukan hipertensi dan
suara jantung tambahan gallop. Keluhan nyeri yang dirasakan pada pasien
terdapat perbedaan. Pada pasien 1 (Tn.R) nyeri yang dirasakan pada bagian
dada sebelah kiri terasa seperti tertusuk. Pada pasien 2 (Ny.s) nyeri yang
dirasakan pada bagian dada sebelah kiri menjalar ke lengan kiri, tengkuk,
perbedaan. Persamaan diagnosis pada kedua pasien adalah pola nafas tidak
106
pasien merasakan sesak nafas disertai rasa nyeri dada. Diagnosis nyeri akut
juga memiliki persamaan dari kedua pasien yaitu nyeri akut yang
memiliki tanda dan gejala hipervolemia yaitu adanya Edema pada kaki,Crt >5
detik sedangkan pada pasien 2 tidak memiliki tanda dan gejala yang spesifik
diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien, data penunjang dan kondisi
pasien
5. Hasil evaluasi yang ditemukan oleh penulis pada kedua pasien dengan
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif, nyeri akut, hipervolemia, dan
107
intervensi lanjutan.
5.2 Saran
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan
jantung koroner yaitu gagal jantung, angina pectoris: nstemi dan stemi.
Saran dari penulis untuk pihak rumah sakit dapat lebih meningkatkan
pasien dengan penyakit jantung koroner dan menjadi acuan sebagai bahan
Aritonang, Anggraini, Y., & Leniwita, H. (2020). Buku I : Modul Keperawatan
http://repository.uki.ac.id/2744/1/MODULKEPERAWATANMEDIKALBE
DAHIBuku1.pdf%0Ahttp://repository.uki.ac.id/id/eprint/2744%0A
Direktorat P2PTM. (2019). Mengenali Tanda dan Gejala Serangan Dini Penyakit
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz
09/2018/09/
Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang
_Dwiputra_Hari_Jantung_Sedunia_2018.pdf
Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor Risiko Dominan
153–164. https://doi.org/10.22435/bpk.v44i3.5436.153-164
Harahap, G., Nurcahyo, W., & Ismail, A. (2016). Mortalitas Operasi Jantung
Kabo, P. (2014). Penyakit jantung koroner penyakit atau proses alamiah. Jakarta:
Kemenkes RI. (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar kaltim. Jakarta: Badan
Kesehatan RI.
(kemkes.go.id)
Internasional expo.
Media.
DIVA Press.
Penyakit Jangung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan di RSU PTPN X Jember
Surakarta, 16–27.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-4-Pemeriksaan-
kardiovaskuler-lanjut-2019.pdf
2
Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni.
Rayka, I. (2012). Gambaran Klini S Dan Pola Ek G Pada Pasien Penyakit Jantung
Desembe R 2011.
Samarinda