Anda di halaman 1dari 129

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG


KORONER (PJK) DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE
SAMARINDA

Oleh:

ELYSSA INDRIATI FEBIYA


P07220119071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALTIM


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2022
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG
KORONER (PJK) DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE
SAMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)
pada jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh:

ELYSSA INDRIATI FEBIYA


P07220119071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALTIM


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2022

i
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan

bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk

memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun

baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia

menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Samarinda, 23 Juni 2022


Yang menyatakan,

Materai 10000

Elyssa Indriati Febiya


NIM. P07220119071

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA DIRI
1. Nama : Elyssa Indriati Febiya
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat,Tanggal, Lahir: Bontang. 13 Febuari 2001
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. No. Telpon : 081392190481
7. Alamat Email : elyssaindiveb@gmail.com
8. Alamat : Dusun Mekarsari Rt.08

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 011 MARANGKAYU 2007-2013
2. SMPN 03 MARANGKAYU 2013 – 2016
3. SMK PUTRA BANGSA 2016 – 2019
4. Mahasiswi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kaltim Tahun 2019
Sampai sekarang

iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanallahuwata'ala yang

memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul "Asuhan keperawatan Pasien

dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang di rawat di RSUD Abdul Wahab

Syahranie" Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

melakukan penelitian.

Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

dengan hati yang tulus kepada:

1. Dr. H. Supriadi B, S.Kp., M. Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur

2. Dr. David Hariyadi Mashjoer selaku Direktur RSUD Abdul Wahab Syahranie

Samarinda

3. Hj. Umi kalsum,S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kaltim

4. Ns. Andi Lis Arming Gandini, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim

5. Ns. Rivan Firdaus, SST., M.Kes selaku Pembimbing I dalam memberikan

bimbingan serta saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.Kes selaku Pembimbing II dalam

memberikan bimbingan serta saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

vi
7. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Muh. Suroso dan Ibu Noviani atas semua

doa, semangat dan bantuan finansial untuk menyelesaikan Karya tulis ilmiah

ini.

8. Kepada sahabat saya, Rahmadani nur yang telah memberikan semangat dan

motivasi untuk penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Kepada Nadya , Oktaviani dan Afa Aulia yang telah memberikan semangat dan

selalu ada saat penyelesaian karya tulis ilmiah ini

Semoga Allah yang maha kuasa selalu memberikan kelancaran dan kemudahan

dalam segala urusan. Karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini. Akhir kata,

penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi

kepada pembaca

Samarinda, 23 Juni 2022

Penulis

vii
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT


JANTUNG KORONER DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA”
Elyssa Indriati Febiya

Supervisor 1 Ns. Rivan Firdaus, SST., M.kes


Supervisor 2 Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.kes

Pendahuluan: Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner adalah


istilah yang mendefinisikan plak di pembuluh darah jantung (AHA, 2015)
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam studi
kasus dengan asuhan keperawatan. Subyek yang digunakan yaitu sebanyak 2
pasien dilakukan diruang Cempaka dan Aster di RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda.
Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan analisa data masalah keperawatan yang
terdapat pada pasien Penyakit Jantung Koroner yaitu pola napas tidak efektif,
Penurunan Curah Jantung, Nyeri Akut, hipervolemia dan Intoleransi aktivitas.
Kesimpulan dan saran : Pada kedua pasien dengan masalah keperawatan pola
nafas tidak efektif, nyeri akut, hipervolemia dan intoleransi aktivitas dapat
teratasi. Pada kedua pasien Masalah keperawatan belum teratasi adalah penurunan
curah jantung. Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat meningkatkan
wawasan pada pasien penyakit jantung koroner

Kata kunci : Asuhan keperawatan, Penyakit Jantung Koroner (PJK)

viii
ABSTRACT

“NURSING CARE FOR PATIENTS WITH CORONARY HEART DISEASE


AT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA HOSPITAL ”
Elyssa Indriati Febiya

Supervisor 1 Ns. Rivan Firdaus, SST., M.kes


Supervisor 2 Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.kes

Introduction: Coronary heart disease or coronary artery disease is a term that


defines plaque in the blood vessels of the heart (AHA, 2015)
Methods: This study uses descriptive research methods in case studies with
nursing care. The subjects used were 2 patients in the Cempaka and Aster rooms
at Abdul Wahab Syahranie Hospital, Samarinda.
Results and Discussion: Based on data analysis of nursing problems found in
patients with coronary heart disease, namely ineffective breathing patterns,
decreased cardiac output, acute pain, hypervolemia and activity intolerance.
Conclusions and suggestions: In both patients with nursing problems ineffective
breathing patterns, acute pain, hypervolemia and activity intolerance can be
resolved. In both patients, the nursing problem that has not been resolved is a
decrease in cardiac output. It is hoped that the results of this scientific paper can
increase insight in coronary heart disease patients

Keywords: Nursing care, Coronary Heart Disease (CHD)

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan

Halaman Sampul Dalam dan Prasyarat...................................................i

Halaman Pernyataan................................................................................ii

Daftar Riwayat Hidup.............................................................................iii

Halaman Persetujuan...............................................................................iv

Halaman Pengesahan...............................................................................v

Halaman Kata Pengantar.........................................................................vi

Halaman Abstrak ....................................................................................viii

Daftar Isi..................................................................................................x

Daftar Gambar.........................................................................................xiii

Halaman Daftar Tabel.............................................................................xiv

Halaman Daftar Lampiran .....................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum................................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................6

1.4.1 Bagi Peneliti...................................................................................6

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian..................................................................6

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan..............................................................6

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................7

2.1 Konsep Dasar PJK.............................................................................7

2.1.1 Pengertian ......................................................................................7

2.1.2 Etiologi ..........................................................................................7

2.1.3 Patofisiologi ..................................................................................8

2.1.4 Pathway .........................................................................................10

2.1.5 klasifikasi.......................................................................................11

2.1.6 Faktor-faktor Resiko......................................................................12

2.1.7 Penatalaksanaan.............................................................................17

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................20

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................24

2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................24

2.2.2 Diagnosis keperawatan...................................................................34

2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................35

2.2.4 Implementasi keperawatan.............................................................57

2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................57

BAB III METODE PENULISAN........................................................59

3.1. Pendekatan (desain penulisan).........................................................59

3.2 Subyek Penelitian..............................................................................59

3.3 Batasan penelitian.............................................................................59

3.4. Lokasi dan waktu penulisan.............................................................59

3.6.Teknik dan instrument pengumpulan data........................................61

3.7. Keabsahan data.................................................................................60

xi
3.8. Analisa data......................................................................................62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................63

4.1 Hasil..................................................................................................63

4.1.1 Pengkajian Keperawatan................................................................65

4.1.2 Diagnosis Keperawatan..................................................................76

4.1.3 Intervensi Keperawatan..................................................................78

4.1.4 Implementasi Keperawatan............................................................80

4.1.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................89

4.2 Pembahasan.......................................................................................96

4.2.1 Diagnosis Keperawatan 1...............................................................96

4.2.2 Diagnosis Keperawatan 2...............................................................98

4.2.1 Diagnosis Keperawatan 3...............................................................99

4.2.1 Diagnosis Keperawatan 4...............................................................101

4.2.1 Diagnosis Keperawatan 5...............................................................103

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................105

5.1 Kesimpulan........................................................................................105

5.2 Saran .................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.7.1 Elektrokardiogram PJK.................................................21

Gambar 2.1.7.1 Echocardiogram PJK.....................................................21

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.3 Intervensi keperawatan.........................................................35

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................65

Tabel 4.2 Pengkajian ..............................................................................73

Tabel 4.3 Pengkajian...............................................................................74

Tabel 4.4 Balance Cairan........................................................................75

Tabel 4.5 Balance Cairan .......................................................................75

Tabel 4.6 Terapi Farmakologi.................................................................76

Tabel 4.7 Diagnosis Keperawatan ..........................................................76

Tabel 4.8 Intervensi Keperawatan...........................................................78

Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan.....................................................80

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan...................................................87

Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan...........................................................89

Tabel 4.12 Evaluasi Keperawatan...........................................................94

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 lembar konsultasi.................................................................

Lampiran 2 Surat Izin Praktik.................................................................

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan

dari satu individu ke individu lainnya (Kemenkes RI, 2015) sekitar 80%

kematian penyakit tidak menular terjadi di negara berpenghasilan menengah

dan rendah. Beban penyakit tidak menular mempunyai masalah 70% sebagai

disability adjusted life years (Dalys) Dalam hal ini pemerintah mempunyai

rencana aksi nasional pengendalian penyakit tidak menular (2020 - 2024)

yang terdiri dari empat pilar yaitu advokasi dan kemitraan, promosi kesehatan

dan penurunan faktor resiko, penguatan sistem pelayanan kesehatan, serta

surveilans, monev dan riset (Kemenkes RI, 2017). Salah satu penyakit tidak

menular adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner atau

penyakit arteri koroner adalah istilah yang mendefinisikan plak di pembuluh

darah jantung (AHA, 2015)

Penyakit jantung koroner mempunyai beberapa komplikasi diantaranya

aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokardial, dan kematian (Ghani et al,

2016) Penyakit jantung koroner memiliki dampak dari perspektif ekonomi

yang menunjukkan adanya peningkatan biaya kesehatan dari tahun ke tahun.

Data BPJS menyebutkan bahwa dana BPJS khususnya penyakit jantung dari

7,4 triliun di tahun 2016 meningkat sebesar 9,3 triliun di tahun 2018

(Kemenkes RI, 2019). PJK terus menjadi penyebab utama kematian.

Perubahan gaya hidup yang terjadi pada masyarakat membawa dampak

terhadap perkembangan penyakit degenerative, salah satunya adalah PJK.


2

Dampak utama PJK adalah gangguan pasokan oksigen dan nutrisi kedalam

jaringan miokard penurunan aliran darah coroner, sehingga membuat angka

morbiditas dan mortalitas menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia

(Karyatin, 2019)

Pada tahun 2019, penyakit jantung mewakili 32% kematian secara global,

salah satunya adalah Penyakit jantung koroner (Coronary Artery Disease)

Penyakit jantung koroner bertanggung jawab dengan total 16% kematian di

dunia. Dan diperkirakan tahun 2030 penyakit jantung koroner akan

menyebabkan kematian lebih dari 23 juta jiwa pertahun (WHO, 2013)

Prevalensi penyakit jantung di Indonesia tahun 2018, meningkat secara

signifikan menjadi 1,5% dari 0,5 % di tahun 2013. Penyakit jantung koroner

tertinggi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur di tingkat

nasional yaitu provinsi Kalimantan Utara 2,2% (Riskesdas, 2018). Di wilayah

provinsi Kalimantan timur prevelensi penyakit jantung koroner sekitar 1,9% ,

prevelensi penyakit jantung ini didominasi oleh masyarakat perkotaan sekitar

2,1% dibanding pedesaan (Riskesdas Kaltim, 2018). Studi pendahuluan yang

telah dilakukan peneliti pada bulan Juli 2018 di RSUD Abdul wahab

sjahranie samarinda, data yang diperoleh dari ruang rekam medik RSUD

Abdul wahab sjahranie samarinda dari tahun 2017 didapatkan bahwa jumlah

pasien jantung koroner sebanyak 964 pasien rawat inap, dan jumlah pasien

rawat inap jantung koroner pada bulan Januari-Agustus tahun 2018 adalah

sebanyak 1.619 pasien. Termasuk juga data total kunjungan pasien rawat
3

jalan penyakit jantung koroner yang sangat tinggi yaitu sebanyak 12.229

orang (Anita & Siti, 2020)

penyakit jantung koroner disebabkan oleh adanya sumbatan sebagian atau

total pada pembuluh darah arteri jantung yang menimbulkan gejala khas yaitu

nyeri dada menjalar ke lengan kiri, dengan pemeriksaan penunjang

perekaman EKG dan laboratorium darah untuk pemeriksaan CPK-CKMB.

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Penyakit Jantung Koroner

adalah Pola napas tidak efektif, Penurunan curah jantung, perfusi perifer tidak

efektif, nyeri dada (akut), Hipervolemia, Defisit Nutrisi dan Intoleransi

aktivittas (SDKI, 2017)

Dari masalah-masalah yang muncul dalam penyakit jantung koroner dapat

dilakukan tindakan keperawatan atau intervensi dengan berbagai cara

tergantung tanda dan gejala yang muncul dan masalah yang ada. Intervensi

yang diberikan pada masalah keperawatan Nyeri Akut adalah dengan

memberikan posisi semi fowler dan Relaksasi napas dalam, hasil penelitian

menunjukan bahwa Setelah dilakukan pemberian posisi semi ,fowler 45°

pasien merasa nyeri teratasi sebagian, dari skala nyeri 3 (sedang), menjadi

skala nyeri 1 (Ringan) (Arematea, Wibowo &Maria Magdalena

Setyananingsi, 2019). Penelitian lainnya juga dilakukan oleh (Elvira &

Anggraini, 2019), menunjukan pemberian posisi semifowler 45° pasien

merasakan nyeri dari skala nyeri 4 (Sedang) menjadi skala nyeri 1(Ringan).

Hasil penelitian mengenai relaksasi napas dalam yang diakukan oleh (I

Wardana, 2018) didapatkan skala nyeri 4(Sedang) menjadi skala nyeri 2


4

(Ringan),masalah nyeri teratasi sebagian. kemudian hasil yang dilakukan oleh

(Wahyuningsi, 2017) dengan relaksasi nafas dalam, hasil Skala nyeri 3

(Ringan) menjadi skala nyeri 1 (Ringan), Masalah nyeri teratasi sebagian.

Masalah keperawatan dengan penurunan curah jantung hasil Penelitian

oleh(Arief Bagus Dharmawan, 2019) dilakukan perawatan selama 5 hari

untuk klien 1 dan 6 hari untuk klien 2 dengan setiap harinya rutin

mendapatkan injeksi furosemid 10 mg IV bolus, dan ISDN 5 mg Oral.

perawatan dan semua masalah keperawatan teratasi. Masalah keperawatan

dengan intoleransi aktivitas Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah

mengidentifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan kelelahan, melakukan

latihan rentang gerak pasif aktif, menganjurkan tirah baring, menganjurkan

aktivitas secara bertahap. Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan

hasil pasien mampu mengontrol aktivitasnya secara mandiri dan pasien

mempu beraktivitas secara mandiri (surtati & Diana, 2021).

Berdasarkan pembahasan diatas ,penulis tertarik untuk mengangkat masalah

tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit”

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu dari penyakit tidak menular adalah penyakit jantung koroner

(PJK) yang menjadi angka paling tinggi penyebab kematian di Indonesia.

Maka dari itu penulis ingin mendalami bagaimana penyakit ini terjadi dan

bagaimana upaya yang dilakukan Oleh seorang perawat terhadap keluhan


5

yang dialami penderita penyakit jantung koroner atau PKJ bisa menurun.

Karena itu disusun karya Ilmiah dengan judul "Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit".

1.3 Tujuan penelitian

Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Penyakit Jantung Koroner(PJK) di Rumah Sakit

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan penyakit

jantung koroner (PJK)

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami penyakit

jantung coroner

1.3.2.2 Mampu meneggakkan diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami

penyakit jantung Koroner

1.3.2.3 Menyusun Intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit

jantung Koroner

1.3.2.4 Melaksanakan Implementasi keperawatan pada pasien yang mengalami

penyakit jantung Koroner

1.3.2.5 Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang

mengalami penyakut jantung Koroner


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penelitian

Manfaat bagi penelitian adalah agar penelitian dapat menegakkan

diagnosis dan intervensi dengan tepat untuk pasien dengan masalah

keperawatan pada sistem peredaran darah khususnya dengan pasien yang

mengalami penyakit jantung koroner (PJK) sehingga perawat dapat

melakukan tindakan Asuhan Keperawatan yang tepat.

1.4.2 Bagi Tempat penelitian

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan

masukan atau saran untuk merencanakan asuhan keperawatan pada pasien

penyakit jantung Koroner

1.4.3 Bagi Profesi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner

BAB II
7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR PJK

2.1.1 Pengertian

Menurut Kemenkes RI (2018), Penyakit Jantung Koroner (PJK)

atau Coronary Artery Disease (CAD) adalah gangguan fungsi jantung

yang terjadi karena penyempitan pada pembuluh darah arteri yang

membuat Otot jantung kekurangan darah. Hal ini terjadi dikarenakan

adanya plak pada pembuluh darah yang disebut dengan aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah suatu keadaan dimana arteri besar dan arteri kecil

ditandai dengan adanya timbunan lemak, trombosit, makrofag dan

leukosit pada struktur umum pembuluh darah yaitu tunika interna dan

akhirnya ke tunika media (Santoso M & Setiawan T, 2005)

Aterosklerosis akan menyumbat aliran darah di arteri akibatnya otot

jantung tidak mendapatkan darah dan oksigen yang dibutuhkannya

sehingga menyebabkan nyeri dada (Ratini, 2018)

2.1.4 Etiologi

Penyebab utama dari terjadinya penyakit jantung koroner atau PJK

adalah aterosklerosis, lesi khas dari aterosklerosis adalah plak fibrosa

yang dapat menyebabkan kurangnya aliran darah ke jaringan sekitar.

Faktor yang menimbulkan kejadian aterosklerosis adalah kadar lemak,

rokok, dan kadar gula darah yang abnormal. Tumpukan lemak yang
8

berkembang menjadi plak dapat menghalangi darah di arteri. Ketika

plak terbentuk di dalam arteri, mengakibatkan penyempitan dan aliran

darah berkurang Pada pembuluh darah, sehingga kurangnya suplai

darah ke otot jantung ( Naga, 2014)

Aliran darah ke otot jantung yang berkurang dapat mengganggu

kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan penyakit jantung

koroner adalah hilangnya oksigen dan nutrisi ke jantung akibat

berkurangnya aliran darah ke jantung. Plak mempengaruhi

pembentukan bekuan darah yang akan mendorong terjadinya serangan

jantung (Hermawatirisa, 2014)

2.1.3 Patofisiologi

Proses terjadinya Penyakit Jantung Koroner diawali dengan proses

aterosklerosis. Aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yaitu "athero"

artinya pasta atau bubur dan "sklerosis" artinya pengerasan.

Aterosklerosis merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya

penebalan dan hilangnya sifat elastisitas pada dinding pembuluh darah

arteri ( Titin et al, 2016). Aterosklerosis adalah suatu penyakit akibat

respon dari peradangan pada pembuluh darah yang sifatnya progresif

(Jannah, et al., 2013). Aterosklerosis ditandai dengan adanya ateroma

yang menonjol ke dalam dan menyumbat lumen pembuluh kemudian

memperlemah di bawahnya lalu akan terjadi penyakit yang serius

(Kumar, 2007). Lesi aterosklerosis merupakan penebalan yang terjadi

di tunika intima suatu Arteri yang terdiri dari sel, jaringan ikat, lemak
9

dan debris. Dari pembentukan ateroma bagian terpenting adalah sel-sel

inflamasi dan sel-sel imun. Terbentuknya plak ateroma diawali dengan

fatty streak yaitu terakumulasinya lemak di lapisan endotel yang

sebagian besar meliputi makrofag dan beberapa sel T. Plak ateroma

terdapat foam cells dan extracellularr lipids yang membentuk inti serta

dikelilingi oleh sel otot polos dan matriks kaya kolagen. Sel T,

makrofag dan sel mas ini akan masuk ke dalam lesi yang akan

mengaktivasi inflammatory cytokines. Ketika plak ateroma

menyebabkan penyempitan lumen secara progresif lalu menghambat

aliran darah ke otot jantung itu sendiri bisa terjadi infark miokard

(Hanson, 2005)

2.1.4 Pathway
Aterosklerosis

Penyempitan Arteri koroner


10

Gangguan Aliran Darah ke Arteri koroner

Penyakit Jantung Koroner

Oksigenasi Jaringan Nekrose


Kegagalan Gangguan Tidak dapat
Terganggu Suplai darah ke
Pompa Kerusakan Pompa mengakomodasi jaringan menurun
Jantung jaringan Jantung darah secara normal
O2 ke Miokard menurun
Gagal Sintesa prostaglandin Forwar Metabolisme
pompa Pembesaran Anaerob
Kontraksi Miokard menurun terhadap bradikinin failure
ventrikel Vena
kanan abdomen
Prostaglandin Gangguan aliran ATP menurun
CO2 O2 ke ferifer merangsang ginjal
Darah meningkat Anoreksia
menurun bradikinin sebagai
diparu dan Mual Ketidakseimbang
kekurangan reseptor nyeri Renal flow an antara suplai
Nadi dan TD Sianosis, CRT menurun
O2 Ketidakmampuan dan kebutuhan
meningkat >3 detik
Reseptor menelan oksigen
RR RAA, Aldosteron,
nyeri
Penurunan Perfusi Perifer ADH meningkat Defisit
meningkat Intoleransi
Curah jantung Tidak Efektif Nutrisi
(D.0009) Spinotalamikus aktivitas (D.0056)
Penggunaan (D. 0008) Retensi Na dan Air (D.0019)
otot bantu Medula
napas spinalis Edema

Pola Napas Tidak Spinotalamikus Hipervolemia


Efektif (D.0005) lateral (D. 0022)

Implus Ke
thalamus

Implus ke korteks
serebri

Interpretasi nyeri

Nyeri Akut
(D.0077)

Bagan 2.1 : pathway penyakit jantung koroner

Sumber. : Fauzan Fari, 2017

2.1.5 Klasifikasi
11

2.1.5.1 Acute Coronary Syndrome (ACS)


1. Unstable Angina Pectoris (UAP)

Definisi dari angina tidak stabil kurang lebih sama dengan angina

pectoris hanya saja yang membedakan yaitu derajat sakitnya lebih

berat, waktu kemunculan angina tidak stabil bisa kapan saja dan

intensitas keluhan yang lebih lama.

2. ST Elevation Acute Myocardial Infarction (STEMI)

ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI) disebabkan

karena adanya sumbatan total pada pembuluh darah koroner yang

dapat menyebabkan injury pada sel sel otot jantung bahkan sampai

mengenai lapisan oto jantung bagian luar. Tanda dari STEMI yaiu

adanya kenaikan enzim pada jantung (CKMB atau Troponin).

Pada Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction

3. Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)

(NSTEMI) sudah terjadi injury ada sel sel otot jantung. NSTEMI

terjadi pada saat angina pectoris atau angina tidak stabi tidak

dideteksi secara dini maupun tidak ditangani dengan tepat. Keluhan

yang dialami kurang lebih sama dengan angina tidak stabil.

1.1.5.2 Ischemic Myocardial / Stable Angina Jantung

Penyakit iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan suplai oksigen miokard. Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika

kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia miokard

dapat bersifat asintomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischrmia), terutama

pada pasien diabetes. 8 penyakit ini sindrom klinis episodik karena


12

iskemia miokard transien. Laki-laki merupakan 70 % dari pasien

dengan angina pektoris dan bahkan sebagai besar menyerang pada

laki-laki ± 50 tahun dan wanita 60 tahun.

1.1.6 Faktor – faktor Risiko

Menurut (Sumiati dkk, 2010) terdapat dua faktor risiko PJK, yaitu

faktor yang bisa diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.

2.1.6.1 Faktor yang tidak dapat diubah :

1. Usia

Usia merupakan salah satu faktor risiko penyebab

terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Karakteristik usia

berdasarkan departemen Kesehatan RI 2009, terbagi menjadi 4

rentang yaitu 45-55 tahun 56-65 tahun, 66-75 tahun dan >75

tahun. Peningkatan usia menyebabkan perubahan anatomik dan

fisiologi pada jantung dan pembuluh darah bahkan di seluruh

organ tubuh ( Yuni Andriani, Robiyanto & Nurmainah, 2018).

Usia berpengaruh pada resiko penyakit kardiovaskuler, karena usia

menyebabkan perubahan dalam jantung dan pembuluh darah. Pada

usia lanjut usia, biasanya orang akan menjadi kurang aktif, berat

badan meningkat. Pengaruh gaya hidup yang kurang gerak,

merokok, dan makanan yang miskin nutrisi mempercepat

kerusakan jantung dan sirkulasi darah dan kadar kolesterol.

Tekanan darah meningkat sesuai usia, karena arteri secara


13

perlahan-lahan kehilangan keelastisitasannya. Usia membawa

perubahan yang tidak terkendalikan pada tubuh manusia termasuk

sistem kardiovaskuler, seperti meningkatnya PJK (Penyakit

Jantung Koroner).

2. Jenis kelamin

Pada laki-laki lebih beresiko terkena penyakit jantung

koroner dibanding wanita. Hormon estrogen pada wanita, mampu

melindungi kaum hawa dari penyakit PJK. Hormon estrogen

dapat memberikan efek proteksi terhadap mekanisme aliran

darah dari dan ke dalam jantung. Hormon esterogen dapat

meningkatkan high density lipoprotein (HDL) atau kolesterol

baik, serta menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) atau

kolesterol jahat yang dapat menimbulkan proses pengapuran di

pembuluhdarah yang kemudian akan menyumbat aliran darah

saat memasuki pembuluh-pembuluh darah menuju jantung.

Dengan meningkatnya HDL di dalam darah oleh hormon

estrogen, sumbatan di pembuluh darah yang disebabkan

oleh LDL ini dapat dihancurkan. Selain itu, hormon estrogen

pun dapat memperlebar pembuluh darah agar aliran

darahnya menjadi lancar. Dengan demikian, perempuan yang

sudah mengalami menopause, otomatis produksi hormon

estrogen akan jauh berkurang. Saat inilah perempuan berisiko

terkena pjk (Rahmayana Desky & Bambang Susanto, 2020)


14

3. Keturunan (Ras)

Penelitian yang dilakukan di Kanada menunjukkan bahwa

ras Asia timur memiliki referensi pada penyakit kardiovaskuler

dibandingkan dengan ras Eropa. Penelitian ini menyebutkan

bahwa ras timur mempunyai lebih banyak plasma lipid dan

abnormalitas glukosa dibandingkan dengan ras lainnya. Riwayat

keluarga yang mengalami gangguan kardiovaskuler juga

merupakan faktor yang kuat terjadinya aterosklerosis. Risiko

aterosklerosis akan meningkat pada laki-laki yang didiagnosis

sebelum usia 55 tahun, atau wanita yang sudah di diagnosis

sebelum 65 tahun. Riwayat keluarga yang positif terhadap

penyakit aterosklerosis akan meningkatkan kemungkinan

timbulnya aterosklerosis premature

2.1.6.2 Faktor yang dapat diubah :

1. Hipertensi

Tekanan darah tinggi membuat jantung bekerja lebih keras,

sehingga lama kelamaan jantung juga menjadi lelah. Jika ada

penyumbatan di arteri koroner jantung atau pembuluh darah

lainnya, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah

pecah. Tekanan darah tinggi adalah penyebab paling umum dari

penyakit jantung koroner dan stroke, dan merupakan faktor utama

dalam gagal jantung kongestif (Kurniadi, 2013)


15

2. Merokok

Merokok dengan kadar nikotin yang tinggi selain efeknya

Langsung di paru-paru, zat beracun dalam rokok masuk ke dalam

darah Ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan

pembuluh darah Ini menjadi kaku dengan cepat, dan sel-sel darah

lebih mudah untuk membeku. Selain itu, merokok dapat Hal ini

juga menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolik sehingga Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan

oksigen miokard (kabo, 2014).

3. Diabetes Mellitus

Puasa yang tinggi dalam tubuh sangat berperan pada proses

atherogenesis. Proses ini terjadi karena adanya peningkatan

akumulasi diacyl-glycerol (DAG) dan protein kinase C (PKC) di

vaskuler serta meningkatkan kadar glukosa melalui jalur aldosa

reduktase. Kondisi ini akan meningkatkan respon inflamasi seperti

aktivasi NF-KB. NF-KB meningkatkan peroksida yang berperan

pada stres oksidatif dimensi glukosa. Autooksidasi glukosa

menyebabkan pembentukan reactive oxygen species atau rose dan

mengubah struktur LDL menjadi oxldl titik yang akan berlanjut

pada patogenesis aterosklerosis (Chait et al, 2009). Salah satu

Penelitian yang dilakukan oleh jurnal kesehatan 2021 didapatkan

adanya hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian


16

Aterosklerosis. penderita diabetes melitus cenderung degenerasi

jaringan lebih cepat dan Disfungsi endotelium yang

mengakibatkan proses penebalan membran basal kapiler dan arteri

koroner sehingga aliran darah ke jantung terjadi adanya resistensi

glukosa, yang mengakibatkan glukosa dalam darah meningkat,

viskositas darah juga meningkat dan kecenderungan terjadi

aterosklerosis (Setiawati et al, 2021)

4. Displidemia

Berdasarkan beberapa penelitian, menunjukkan bahwa ada

hubungan antara dislipidemia dengan penyakit jantung koroner.

Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah. Tingginya kadar lemak

dalam darah akan mempengaruhi siklus metabolisme lemak

sehingga dapat menyebabkan dislipidemia. Terjadinya

dislipidemia dalam tubuh menyebabkan aterosklerosis dan proses

ini menyebabkan arteri tersumbat (Winda et al, 2021)

5. Obesitas

Obesitas dikaitkan dengan peningkatan Penyakit jantung

koroner, angina pektoris, hipertensi, stroke dan diabetes. Obesitas

merupakan beban pada kesehatan jantung. Penelitian Framingham

mengatakan akan ada pengurangan insiden penyakit jantung

sebesar 25 persen dan (CVA)/stroke 3,5 persen jika setiap orang

memiliki berat badan normal. Dengan menurunkan berat badan,


17

diharapkan tekanan darah dapat menurun, membakar glukosa dan

dislipidemia menurun serta memperbaiki Sensitivitas insulin. Hal

ini dapat dicapai dengan mengurangi jumlah asupan Kalori dan

meningkatkan aktivitas fisik (Masriadi, 2016).

6. Kurang aktifitas fisik

Aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko munculnya

penyakit tidak menular, termasuk penyakit jantung koroner. untuk

mencegah penyakit jantung koroner dibutuhkan aktivitas fisik.

Tingkat HDL Kolesterol, dapat ditingkatkan melalui aktivitas

fisik. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kolesterol koroner

sehingga risiko penyakit jantung koroner dapat berkurang.

Manfaat aktivitas fisik antara lain meningkatkan fungsi paru-paru

dan suplai oksigen ke miokardium, menyebabkan penurunan berat

badan sehingga Kelebihan lemak dalam tubuh dapat dikurangi

seiring dengan penurunannya kolesterol LDL, meningkatkan

kebugaran fisik dan mengurangi tekanan darah (Masriadi, 2016).

2.1.7 Penatalaksanaan

2.1.7.1 Farmakologi

1. Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin)

diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan

secara pelanpelan.
18

2. Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan

menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti

menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai

efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan

suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau

sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena.

3. Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan

diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena

terbukti menurunkan angka kematian.

4. Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard

akut adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat

mungkin (Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses

patogenesanya, dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari

arteri koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya)

dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA

(recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase,

ASPAC (anisolated plasminogen streptokinase activator), atau

ScuPA (single-chain urokinase-type plasminogen activator).

Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada

jam pertama dari serangan infark. Terapi ini masih bermanfaat jika

diberikan 12 jam dari onset serangan infark.


19

5. Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung

sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di

samping itu betaclocker juga mempunyai efek anti aritmia

2.1.7.2 Non-farmakologi

1. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.

2. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan

memperbaiki kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi,

olahraga bermanfaat karena :

1. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard

2. Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang

berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL

kolesterol

3. Menurunkan tekanan darah

4. Meningkatkan kesegaran jasmani

3. Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan

hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi

seimbang, makan makanan yang dapat menurunkan kadar

kolesterol dengan menerapkan diet rendah lemak.

4. Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah

kesehatan kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari

AHA dan NCEP. Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk

memperbaiki profil lemak darah pada batas-batas normal. Terapi


20

diet dasar atau tingkat 1 dapat menurunkan ≥ 10% dari total kalori

berasal dari asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated

faty acid). bila kadar total kolesterol darah turun 10% atau lebih

dan memenuhi batas yang ditargetkan, diet telah dianggap berhasil

dan perlu dipertahankan. Namun, apabila penurunan < 10%, diet

dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10 minggu, dan pada akhir

dilakukan tes darah. Bila hasilnya belum juga mencapai sasaran,

mungkin sekali tubuh tidak cukup responsif terhadap diet dan

individu perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai

kemungkinan pemakaian obat.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

2.1.8.1 Elektrokardiografi (EKG)

Iskemia miokard akan memperlambat proses repoiarisasi, sehingga

pada EKG dijumpai perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T

(inversi) tergantung beratnya iskemia serta waktu pengambilan EKG.

Spesifitas perubahan segmen ST pada iskemia tergantung

morfologinya. Diduga iskemia jika depresi segmen ST lebih dari

0,5mm (setengah kotak kecil) dibawah garis. ika pasien yang berusia

diatas 70 tahun menderita hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes,

dan nyeri dada serta perokok, maka ST elevasi lebih mungkin

disebabkan oleh iskemia (Green, 2007)


21

Gambar 2.1.8.1 EKG penyakit jantung koroner

Sumber : researchgate

2.1.8.2 Ekokardiogram

Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung

khususnya fungsi fertikel dengan menggunakan gelombang

ultrasoonik. Mungkin harus dilakukan guna menggambarkan fungsi

atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.

Sumber : sciencedirect

2.1.8.3 Laboratorium

Enzim jantung yang paling spesifik adalah troponin dan CK-MB.

Kedua enzim ini mulai meningkat 4-8 jam setelah terjadinya infark.

Peningkatan tekanan enzim tersebut dikatakan bermakna bila terjadi

peningkatan paling sedikit 1 ½ kali nilai batas normal. Pemeriksaan

kadar enzim untuk menegakkan diagnosis yang pasti harus dilakukan

secara periodik atau serial, hal ini untuk menghindari atau

menyingkirkan hasil yang negatif serta berguna untuk mengetahui


22

luasnya infark. Salah satu contoh pada klien dengan EKG normal dan

enzim yang tidak meningkat pada pemeriksaan pertama, namun di

duga kuat mengalami IMA, pemeriksaan enzim kedua harus

dilakukan 4-9 jam kemudian. Diagnosis IMA ditegakkan bila terdapat

peningkatan enzim jantung pada 2 pemeriksaan berturut-turut.

Peningkatan troponin T pada sekali pengukuran sudah merupakan

diagnosis IMA

2.1.8.4 Foto Rontgen Dada

Dari foto roentgen dada dapat menilai ukuran jantung, adatidaknya

pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat

gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto

rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang

penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang

sudah berlanjut pada payah jantung.

2.1.8.5 Kateterisasi jantung

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam

selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke

pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau

melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan

tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah

tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga


23

mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat

adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.

2.1.8.6 Treadmill

Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya,

namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya

adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi

berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya

PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap,

sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan

istirahat gambaran EKG tampak normal.

Dari hasil teradmil ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita

PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan teradmil ini

sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita

hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%,

artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya

84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan

kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih

merupakan “Golden Standard” untuk PJK. Karena dapat terlihat jelas

tingkat penyempitan dari pembuluh arterikoroner, apakah

ringan,sedang atau berat bahkan total.


24

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

2.2.1.1 Identitas

Meliputi nama pasien, umur jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,

pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. (Wantiyah,

2010)

2.2.1.2 Keluhan utama

Pasien PJK biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan

dengan skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri paling tinggi.

Pengkajian nyeri secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST,

meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas dan kuantitas intensitas,

durasi, lokasi, radiasi/penyebaran onset. ( Wantiyah, 2010:hal 18)

2.2.1.3 Riwayat kesehatan lalu

Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada klien antara lain

apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes militus, infrak

miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta

tanyakan apakah pernah MRS sebelumnya. ( Wantiyah, 2010:hal 17).

2.2.1.4 Riwayat kesehatan sekarang

Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa system PQRST. Untuk

membantu klien dalam mengutamakan masalah keluhannya secara

lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada.

( Wantiyah, 2010:hal 18)


25

2.2.1.5 Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita

penyakit jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi

juga faktor-faktor risiko lainya. Seperti abnormal kadar kolestrol, dan

peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi yahya 2010: hal 28)

2.2.1.6 Riwayat pisikososial

Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit

jantung koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah,

ketergantungan, depresi, dan penerimaan realistis. ( Wantiyah,

2010:hal 18).

2.2.1.7 Pola aktivitas dan latihan

Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit

jantung koroner untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam

melakukan aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami

penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

(Panthee & Kritpraha, 2011)

2.2.1.8 Pemeriksaan fisik

1. kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bulat/lonjong, wajah simetris/tidak,

palpasi : rambut bersih/tidak, muka edema/tidak, lesi pada muka

ada/tidak

2. Mata

Inspeksi :mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling


26

ada/tidak, konjungtiva merah muda/anemis, sklera ikterik/putih ,

pupil kanan dan kiri isokor (normal), reflek pupil terhadap cahaya

miosis(mengecil)/ midriasis (melebar)

Palpasi : nyeri/tidak, peningkatan tekanan intraokuler pada kedua

bola mata/tidak.

3. Telinga

Inspeksi :telinga kanan dan kiri simetris/tidak, menggunakan alat

pendengaran/tidak, warna telinga dengan daerah merata/tidak,lesi

ada/tidak, perdarahan ad/tidak, serumenada/tidak

4. Hidung

Inspeksi : keberadaan septum tepat di tengah/ tidak, secret

ada/tidak

Palpasi :fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak

5. Mulut

Inspeksi : bibir ada kelainan kogenital (bibir sumbing)/tidak,

warna bibir hitam/meah muda, mukosa bibir lembab/kering,

sianosis/tidak, oeeme/tidak, lesi/tidak, stomatitis ada/tidak, gigi

berlubang/tidak, warna gigi putih/kuning, lidah bersih/kotor.

Palpasi :nyeri tekan/tidak pada bibir

6. Leher

Inspeksi : Amati bentuk leher, denyut karotis, vena jugularis


27

Palpasi :ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada pembesaran

kelenjar tiroid/tidak : Kelenjar limfe (pembesaran dengan

diameter lebih dari 10 mm menunjukkan adanya kemungkinan

tidak normal atau indikasi penyakit tertentu), kelenjar tiroid,

trachea, adanya kaku kuduk.

7. Payudara & ketiak

Inspeksi :payudara kanan kiri simetris/tidak, ketiak bersih/tidak,

ada luka/tidak

Palpasi :ada nyeri saat ditekan pada ketiak /tidak

8. Thorak

a. Paru-paru

Inspeksi :dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan

nafas (frekuensi naik/turun, irama normal/abnormal,

kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu

pernafasan/tidak), warna kulitmerata/tidak, lesi/tidak, edema,

pembengkakan/ penonjolan, RR mengalami peningkatan.

Normal: Gerak napas simetris 12- 24 x/menit, abdominal /

thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot napas dan

retraksi interkostae.

Abnormal

1.Tachipneu napas cepat ( frekuensi > 24 x/menit ), misalnya

pada demam, gagal jantung


28

2.Bradipneu (napas lambat) ( frekuensi < 12 x/menit),

misalnya pada uremia, koma DM, stroke

3.Cheyne Stokes→ napas dalam, kemudian dangkal dan

diserta apneu berulang-ulang. Misalnya pada stroke, penyakit

jantung, ginjal.

Palpasi :gerak napas simetris atau tidak dan tentukan daya

kembang paru (normalnya 3-5 cm). tentukan : kesimetrisan

gerak dada, dan daya kembang paru Lakukan pemeriksaan

stem fremitus dengan cara meletakkan kedua tangan dengan

posisi tangan agak ke atas, minta pasien untuk bersuara (88),

tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan kiri. Stem

fremitus meningkat pada konsolidasi paru, pneumonie, TBC,

tumor paru, ada masa paru. Stem fremitus menurun pada

efusi pleura, emfisema, paru fibrotik, caverne paru.

Perkusi : tentukan batas-batas paru

1. Batas paru normal :

• Atas : Fossa supraklavikularis kanan-kiri

• Bawah : costa 6-Mid Clavicula Linea, costa 8 linea axillaris

media, dan MAL, costa 10 linea skapularis, paru kanan lebih

tinggi

2. Batas paru Abnormal :

• Batas bawah paru lebih tinggi : anak, fibrosis, konsolidasi,

efusi, ascites
29

• Batas bawah Menurun: emfisema, pneumothorak

Perubahan suara perkusi :

• Normal : sonor/resonan ( dug )

• Abnormal : Hipersonor → menggendang ( dang ) : thorax

berisi udara, kavitas

Hiposonor → "deg" : fibrosis, infiltrate, pleura menebal

Redup → "bleg" : fibrosis berat, edema paru Pekak → seperti

bunyi pada paha : tumor paru, fibrosis

Auskultasi :

Suara napas

• Normal :

1. Trachea bronkhial → suara di daerah trachea, seperti

meniup besi, inpirasi lebih keras dan pendek dari ekspirasi.

2. Bronkhovesikuler → suara di daerah bronchus (coste 3-4

di atas sternum), inspirasi seperti vesikuler, ekspirasi seperti

tracheo-bronkhial.

3. Vesikuler → suara di daerah paru, nada rendah inspirasi

dan ekspirasi tidak terputus.

• Abnormal :

1. Suara tracheo-bronkhial terdengar di daerah bronchus dan

paru ( misal ; pneumonie, fibrosis )

2. Suara bronkhovesikuler terdengar di daerah paru


30

3. Suara vesikuler tidak terdengar. Missal : fibrosis, effuse

pleura, emfisema

Suara tambahan

• Normal : bersih, tidak ada suara tambahan

• Abnormal :

1. Ronkhi → suara tambahan pada bronchus akibat timbunan

lendir atau sekret pada bronchus.

2. Krepitasi / rales → berasal daru bronchus, alveoli, kavitas

paru yang berisi cairan ( seperti gesekan rambut / meniup

dalam air )

3. Whezing → suara seperti bunyi peluid, karena

penyempitan bronchus dan alveol

b. Jantung

Inspeksi :

1. Bentuk prekordial

Normal → datar dan simetris pada kedua sisi,

Abnormal → Cekung, Cembung (bulging precordial)

2. Amati dan catat pulsasi apeks cordis

Normal → nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2 cm

(selebar ibu jari).

Abnormal --> bergeser kearah lateroinferior, lebar > 2 cm,

nampak meningkat dan bergetar (Thrill).


31

3. Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal,

trikuspidalis, dan ephygastrik

Normal → hanya pada daerah ictus

4. Amati dan cata pulsasi denyut vena jugularis

Normal tidak ada denyut vena pada prekordial. Denyut vena

hanya dapat dilihat pada vena jugularis interna dan eksterna.

Palpasi :

Normal → teraba di intercosta 5 linea Mid clavicula selebar

1-2 cm ( 1 jari )

Abnormal → ictus bergeser ke arah latero-inferior, ada thriil /

lift

2. Geser pada daerah ephigastrik, tentukan besar denyutan.

Normal : teraba, sulit diraba

Abnormal : mudah / meningkat

Perkusi :

1. Lakukan perkusi mulai intercosta 2 kiri dari lateral (linea

aksillaris anterior) menuju medial, catat perubahan perkusi

redup

2. Geser jari ke intercosta 3 kiri kemudian sampai Intercosta,

lakukan perkusi dan catat perubahan suara perkusi redup

Auskultasi :

1. Irama dan frekwensi jantung

Normal : reguler (ritmis) dengan frekuensi 60 - 100 X/menit


32

2. Intensitas bunyi jantung

Normal : di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1

akan lebih tinggi dari BJ di daerah pulmonal dan aorta

intensitas BJ1 akan lebih rendah dari BJ 2

3. Sifat bunyi jantung

Normal :

- bersifat tunggal.

-Terbelah/terpisah dikondisikan (Normal Splitting) Splitting

BJ 1 fisiologik

→ Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat " Ekspirasi

maksimal, kemudian napas ditahan sebentar" . Splitting BJ 2

fisiologik

→ normal Spliting BJ2, terdengar "sesaat setelah inspirasi

dalam"

Abnormal :

Splitting BJ 1 patologik → ganngguan sistem konduksi

Splitting BJ 2 Patologik karena melambatnya penutupan

katub pulmonal pada RBBB, ASD, PS.

4. Fase Sistolik dan Diastolik

Normal : Fase sistolik normal lebih pendek dari fase

dyastolik (2 : 3)

Abnormal :

o Fase sistolik memanjang / fase diastolik memendek


33

o Tedengar bunyi " fruction Rub" → gesekan perikard

dengan epicard.

5. Adanya Bising (Murmur) jantung

→ adalah bunyi jantung (bergemuruh) yang dibangkitkan

oleh aliran turbulensi (pusaran abnormal) dari aliran darah

dalam jantung dan pembuluh darah.

Abnormal : terdapat murmur → kelainan katup, shunt/pirau

6. Irama Gallop (gallop ritme)

→ Adalah irama diamana terdengar bunyi S3 atau S4 secara

jelas pada fase Diastolik, yang disebabkan karena darah

mengalir ke ventrikel yang lebih lebar dari normal, sehingga

terjadi pengisian yang cepat pada ventrikel

Normal : tidak terdapat irama gallop

Abnormal :

- Gallop ventrikuler (gallop S3)

- Gallop atrium / gallop presistolik (gallop S4)

- Gallop dapat terjadi S3 dan S4 (Horse gallop)

9. Abdomen

Inspeksi : luka/tidak, jaringan parut ada/tidak,umbilikus

menonjol/masuk kedalam , amati warna kulit merata/tidak

Auskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20x/menit)

Palpasi : nyeri tekan pada abdomen/tidak

Perkusi : suara timpani atau hipertimpani


34

10. Intergumen

Inspeksi : warna kulit hitam/sawo matang, lembap/tidak, amati

turgor kulit baik/menurun

Palpasi : akral hangat /dingin, CRT (Capilary Refil Time) pada

jari normalnya < 2 detik

11. Ekstermitas

Inspeksi : tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak,

fraktur/tidak

Palpasi : odema/tidak

12. Genetalia

Inspeksi : terpasang kateter atau tidak

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin akan muncul dalam

penulisan studi kasus ini adalah :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

nafas dibuktikan dengan dispnea (D. 0005)

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas, Perubahan Preload, Perubahan Faterload

dibuktikan dengan lelah, Edema, Dispnea, dan Tekanan darah

meningkat/ Menurun (D.0008)

3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran

Arteri dan/atau vena dibuktikan dengan pengisian kapiler lebih

dari 3 detik, nadi perifer menurun, akral dingin (D. 0009)


35

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (iskemia)

dibuktikan dengan Mengeluh nyeri, gelisah dan Tekanan darah

meningkat (D.0077)

5. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

dibuktikan dengan dispnea, paroksismal nokturnal dispnea

(PND), edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan

meningkat dalam waktu singkat (D.0022)

6. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

makanan dibuktikan dengan berat badan menurun nafsu makan

menurun (D.0019)

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan Mengeluh

lelah, dispnea saat atau setelah aktivitas, frekuensi jantung

meningkat lebih dari 20% dari kondisi istirahat (D.0056)

(PPNI, 2017)

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.01011)
hambatan upaya nafas selama 3 x 24 jam Observasi
dibuktikan dengan diharapkan Pola Napas
dispnea (D. 0005) membaik dengan 1.1 Monitor pola nafas
kriteria hasil (frekuensi, kedalaman,
Gejala dan tanda (L. 01004) usaha nafas)
mayor: 1. Dispnea menurun 1.2 Monitor bunyi nafas
Subjektif (5) tambahan (mis.
2. Penggunaan otot Gurgling, mengi,
1. Dispenea bantu nafas wheezing, ronki
36

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
menurun (5) kering)
Objektif 3. Pemanjangan fase 1.3 Monitor sputum
ekspirasi (Jumlah, warna,
1. Penggunaan otot menurun(5) aroma)
bantu pernafasan 4. Frekuensi nafas 1.4 Terapiutik
2. Fase ekspirasi membaik(5) pertahankan
memanjang 5. Kedalaman nafas kepatenan jalan nafas
3. pola nafas abnormal membaik(5) dengan head-tilt dan
(mis. Takipnea, Chin-lift (jaw-thrust
bradipnea, jika curiga trauma
hiperventilasi, servikal)
kussmaul, cheyne- 1.5 Posisikan semifowler
stroke) atau fowler
1.6 Berikan minum hangat
gejala dan tanda minor: 1.7 Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Subjektif 1.8 Lakukan penghisapan
1. Ortopnea lendir kurang dari 15
detik
Objektif 1.9 Lakukan
hiperoksigenasi
1. Pernapasan pursed lip sebelum penghisapan
2. Pernapasan cuping endotrakeal
hidung 1.10 Keluarkan sumbatan
3. Diameter toraks benda padat dengan
anterior posterior forsep McGill
meningkat 1.11 Berikan oksigen Jika
4. Ventilasi semenit perlu
menurun
5. kapasitas vital
menurun Edukasi
6. Tekanan ekspirasi 1.12 Anjurkan asupan
menurun cairan 2000 m/ari Jika
7. Tekanan inspirasi tidak
menurun kontraindikasiAjarkan
8. Ekskursi dada berubah teknik batuk efektif
kondisi klinis terkait
Kolaborasi
1. depresi sistem saraf
pusat 1.13 Kolaborasi pemberian
2. Cedera kepala bronkodilator,
3. Trauma toraks ekspektoran , Jika
4. Gulian bare syndrome perlu
5. Multiple sklerosis
6. Myasthrnia Gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia pemantauan respirasi
37

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
9. Intoksikasi alkohol (I.01014)

Observasi

1.1 Monitor frekuensi,


irama, kedalaman dan
upaya nafas
1.2 Monitor pola nafas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
kusmaul, cheyne-
stokes)
1.3 Monitor kemampuan
batuk efektif
1.4 Monitor adanya
produksi sputum
1.5 Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
1.6 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
1.7 Auskultasi bunyi nafas
1.8 Monitor saturasi
oksigen
1.9 Monitor nilai AGD
1.10 Monitor hasil x-ray
thorax

Terapeutik

1.11 Atur interval


pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
1.12 Dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi

1.13 Jelaskan tujuan dan


prosedur
pemantauanInformasi
kan hasil pemantauan
Jika perlu

2 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan jantung


berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.02075)
perubahan kontraktilitas, selama 3 x 24 jam,
38

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
Perubahan Preload, diharapkan curah Observasi
Perubahan Faterload jantung meningkat
dibuktikan dengan lelah, dengan kriteria hasil: 2.1 Identifikasi tanda/
Edema, Dispnea, dan (L.02008) gejala primer
Tekanan darah penurunan curah
meningkat/ Menurun 1. Kekuatan nadi jantung
(D.0008) perifer meningkat (5) 2.2 Identifikasi tanda/
2. Bradikardi/ takikardi gejala sekunder
menurun (5) penurunan curah
Gejala dan tanda 3. Gambaran EKG jantung
mayor: aritmia menurun (5) 2.3 Monitor tekanan darah
Subjektif : 4. Lelah menurun (5) 2.4 Monitor intake dan
5. Edema menurun (5) output cairan
1. Perubahan irama 6. Tekanan darah 2.5 Monitor berat badan
membaik (5) setiap hari pada waktu
jantung:
1. Lelah yang sama
2. Dyspnea 2.6 Monitor saturasi
2. Perubahan preload: oksigen
1. Lelah 2.7 Monitor keluhan nyeri
dada
3. Perubahan afterload : 2.8 Monitor EKG 12
1. Dispnea sadapan
4. Perubahan 2.9 Monitor Aritmia
kontraktilitas : 2.10 Monitor nilai
1. Proxymal laboratorium jantung
nocturnal 2.11 Monitor fungsi alat
dyspnea (PND) pacu jantung
2. Ortopne 2.12 periksa tekanan darah
3. Batuk. dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
Objektif : aktivitas
2.13 Periksa tekanan darah
1. Perubahan irama dan frekuensi nadi
jantung: sebelum pemberian
1. Bradikardi/ obat
takikard
2. Gambaran EKG Terapeutik
aritmia atau
gangguan konduksi 2.14 Posisikan pasien semi-
2. Perubahan preload: fowler atau Fowler
1. Edema dengan kaki ke bawah
2. Distensi Vena atau posisi nyaman
jugulari 2.15 Berikan diet jantung
3. yang sesuai
Meningkat/menuru 2.16 Gunakan stoking
n elastis atau pneumatik
4. Tekanan darah intermiten, sesuai
meningkat/ indikasi
2.17 Fasilitas pasien dan
39

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
menurun keluarga untuk
5. Hepatomegali modifikasi gaya hidup
3. Perubahan afterload: sehat
1. Tekanan darah 2.18 Berikan terapi
meningkat/menuru relaksasi untuk
n mengurangi stress,
2. Nadi perifer teraba jika perlu
lemah 2.19 Berikan dukungan
3. Capillary Refill emosional dan
time > 3 detik spiritual
4. Oliguria 2.20 Berikan oksigen untuk
5. Warna kulit pucat/ mempertahankan
sianosis saturasi oksigen>94%
4. Perubahan
kontraklitas:
1. Suara jantung S3 Edukasi
dan /atau S4.
2. Ejection fraction 2.21 Anjurkan beraktivitas
(EF) menurun. fisik sesuai toleransi
2.22 Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Gejala dan tanda minor 2.23 Anjurkan berhenti
Subjektif : merokok
2.24 Ajarkan pasien dan
1. Perubahan preload: keluarga mengukur
(tidak tersedia) berat badan harian
2.25 Ajarkan pasien dan
2. Perubahan afterload : keluarga mengukur
(tidak tersedia) intake dan output
cairan harian
3. Perubahan
kontraktilitas : Kolaborasi
(tidak tersedia)
2.26 Kolaborasi pemberian
4. Perilaku/emosional: antiaritmia, jika perlu
1. Cemas 2.27 Rujuk ke program
2. Gelisah rehabilitasi jantung

Objektif
Edukasi Rehabilitasi
1. Perubahan preload: Jantung (I.12446)
1. Murmur Jantung
2. Berat badan Observasi
bertamb
1.1 Identifikasi kesiapan
3. Pulmonary Arteri
dan kemampuan
wedge pressure
menerima informasi
(PAWP) menurun
40

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
2. Perubahan afterload : Terapeutik
1. Pulmonary
vascular resistance 1.2 Sediakan materi dan
(PVR) meningkat/ media pendidikan
menurun kesehatan
2. Systemic vascular 1.3 Jadwalkan pendidikan
resistance (SVR) kesehatan sesuai
meningkat/ kesepakatan
menurun 1.4 Berikan kesempatan
untuk bertanya
3. Perubahan
kontraktilitas: Edukasi
1. Cardiac index (CI)
menurun 1.5 Pasien dan keluarga
2. Left ventricular mengenai akses
stroke work indeks layanan darurat yang
(LVDWI) menurun tersedia di
3. Stroke volume komunitas,jika perlu
index (SVI) 1.6 Anjurkan
menurun mempertahankan
jadwal ambulasi,
4. Perilaku/emosional sesuai toleransi
(tidak tersedia) 1.7 Anjurkan pasien dan
keluarga mengikuti
seluruh rangkaian
Kondisi Klinis Terkait: program rehabilitasi
1.8 Ajarkan monitor
1. Sindrom koroner akut toleransi aktivitas
2. Aritmia 1.9 Ajarkan pasien dan
3. Penyakit jantung keluarga modifikasi
bawaan faktor resiko jantung
4. Gagal jantung 1.10 Ajarkan cara
kongestif mengatasi nyeri dada
1.11 Ajarkan teknik latihan

3 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi


efektif berhubungan tindakan keperawatan (I. 02079)
dengan penurunan aliran 3× 24 jam diharapkan
Arteri dan/atau vena Perfusi perifer Observasi
dibuktikan dengan meningkat dengan
41

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
pengisian kapiler lebih kriteria hasil: 2.1 Periksa sirkulasi
dari 3 detik, nadi perifer (L.02011) perifer (mis. Nadi
menurun, akral dingin 1. Denyut nadi perifer perifer, edema,
meningkat (5) pengisian kapiler,
(D. 0009) 2. warna kulit pucat warna, suhu, ankle
menurun (5) brachial index
3. pengisian kapiler 2.2 Identifikasi faktor
Gejala dan tanda mayor membaik (5) resiko gangguan
4. Akral membaik (5) sirkulasi (mis.
Subjektif 5. turgor kulit Diabetes, perokok,
membaik (5) orang tua, hipertensi
(tidak tersedia) dan kadar kolesterol
tinggi)
Objektif 2.3 Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
1. Pengisian kapiler lebih atau bengkak pada
dari 3 detik ekstremitas
2. nadi perifer menurun
atau tidak teraba
3. akral teraba dingin Terapeutik
4. Warna kulit pucat
5. turgor kulit menurun 2.4 Hindari pemasangan
infus atau
Gejala dan tanda minor: pengambilan darah di
area keterbatasan
Subjektif perfusi
2.5 Hindari pengukuran
1. parastesia tekanan darah pada
2. Nyeri ekstremitas ekstremitas dengan
(klaudikadsi keterbatasan perfusi
Intermiten) 2.6 Hindari penekanan
dan pemasangan
Objektif tourniquet pada area
yang cedera
1. Edema
2.7 Lakukan pencegahan
2. penyembuhan luka
infeksi
lambat
2.8 lakukan perawatan
3. indeks Ankle-brachial
kaki dan kuku
<0,90
2.9 Lakukan hidrasi
4. Bruit femoral

Kondisi klinis terkait Edukasi


1. Tromboflebitis 2.10 Anjurkan berhenti
2. diabetes melitus merokok
3. anemia 2.11 Anjurkan berolahraga
4. gagal jantung rutin
kongestif 2.12 Anjurkan mengecek
5. kelainan jantung air mandi untuk
42

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
kongenital menghindari kulit
6. Trombosis arteri terbakar
7. Varises 2.13 Anjukan
8. Trombosis vena dalam menggunakan obat
9. sindrom kompartemen penurun tekanan
darah antikoagulan
dan penurunan
kolesterol, Jika perlu
2.14 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
2.15 Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
2.16 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)
2.17 Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
2.18 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega
3)
2.19 Informasi tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)

Manajemen sensasi perifer


(I.06195)

Observasi

3.1 Identifikasi penyebab


perubahan sensasi
3.2 Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu, dan pakaian
43

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
3.3 Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
3.4 Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
3.5 Periksa kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
3.6 Monitor terjadinya
parestesia, Jika perlu
3.7 Monitor perubahan
kulit
3.8 Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena

Terapeutik

3.9 Hindari pemakaian


benda-benda yang
berlebih suhu nya
(terlalu panas atau
dingin)
3.10 Anjurkan penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
3.11 Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
3.12 Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah

Kolaborasi

3.13 Kolaborasi pemberian


analgesik Jika perlu
3.14 kolaborasi pemberian
kortikosteroid, Jika
perlu

4 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Manejemen Nyeri (I.08238)


dengan agen cedera tindakan keperawatan
fisiologis (iskemia) selama 3x24 jam, Observasi
dibuktikan dengan diharapkan tingkat 4.1 Identifikasi lokasi,
Mengeluh nyeri, gelisah nyeri menurun, dengan karakteristik,durasi,
44

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
dan Tekanan darah kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
meningkat (D.0077) (L.08006) intensitas nyeri
4.2 Identifikasi skala
Gejala dan tanda 1. keluhan nyeri nyeri
mayor: menurun (5) 4.3 Identifikasi respons
Subjektif : 2. Meringis menurun nyeri non verbal
1. Mengeluh nyeri (5) 4.4 Faktor yang
Objektif : 3. Sikap protektif memperberat dan
1. Tampak meringis menurun (5) memperingan nyeri
2. Besikap protektif 4. Gelisah menurun 4.5 Identifikasi
3. Gelisah (5) pengaturan dan
4. Frekuensi nadi 5. Sulit tidur menurun keyakinan tentang
meningkat (5) nyeri
5. Sulit tidur 4.6 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
Gejala tanda Minor respon nyeri
4.7 Identifikasi pengaruh
Subjektif nyeri pada kualitas
(tidak tersedia) hidup
4.8 Monitor keberhasilan
Objektif terapi komplementer
1. Tekanan darah yang sudah diberikan
meningkat 4.9 Monitor efek samping
2. Pola nafas berubah penggunaan analgetik
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir Terapeutik
terganggu
5. Menarik diri 4.10 Berikan teknik
6. Berfokus pada diri nonfarmakologis
sendiri untuk mengurangi
7. Diaforesis nyeri
4.11 Control lingkungan
Kondisi Klinis terkait: yang memeperberat
1. Kondisi rasa nyeri
pembedahan 4.12 Fasilitasi istirahat dan
2. Cedera traumatis tidur
3. Infeksi 4.13 Pertimbangkan jenis
4. Sindrom koroner akut dan sumber nyeri
5. Glaucoma dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi

4.14 Jelaskan penyebab,


periode, dan pemicu
nyeri
4.15 Jelaskanstrategi
meredakan nyeri
45

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
4.16 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4.17 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
4.18 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi

4.19 Kolaborasi pemberian


analgetik, Jika perlu
Pemantauan Nyeri (I.08242)

Observasi

4.1 Identifikasi faktor


pencetus dan pereda
nyeri
4.2 Monitor kualitas nyeri
4.3 Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
4.4 Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
4.5 Monitor durasi dan
frekuensi nyeri

Terapeutik

4.6 Atur interval waktu


pemantauan sesuai
dengan kondisi
4.7 Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

4.8 Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
4.9 Informasikan hasil
pemantauan, Jika
perlu
5 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 (I.03114)
kelebihan asupan cairan x 24 jam diharapkan
ditandai dengan dispnea, keseimbangan cairan Observasi
46

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
paroksismal nokturnal meningkat, dengan 5.1 Periksa tanda dan
dispnea (PND), edema kriteria hasil; gejala hipervolemia
anasarka dan/atau edema (L.05020) (mis. Ortop Nia,
perifer, berat badan 1. Asupan cairan Dispnea, edema,
meningkat dalam waktu meningkat (5) JVP/CVP meningkat,
singkat dibuktikan dengan 2. keluaran urin refleks hepatojugular
dispnea, paroksismal meningkat (5) positif, suara nafas
nokturnal dispnea (PND), 3. kelembaban tambahan)
edema anasarka dan/atau membran mukosa 5.2 Identifikasi penyebab
edema perifer, berat meningkat (5) hipervolemia
badan meningkat dalam 4. Edema menurun (5) 5.3 Monitor status
waktu singkat (D.0022) 5. Dehidrasi menurun hemodinamik (mis.
(5) Frekuensi jantung
6. Tekanan darah tekanan darah, MAP,
membaik (5) CVP, PAP, PCWP,
gejala dan tanda mayor 7. Denyut nadi radial CO,CI) jika tersedia
membaik (5) 5.4 Monitor intake dan
subjektif
8. Tekanan Arteri rata- output cairan
1. Ortopnea rata membaik (5) 5.5 Monitor tanda
2. Dispenea 9. Membran mukosa hemokonsentrasi
3. Proximal nocturnal membaik (5) (mis. Kadar natrium,
dyspnea (PND) 10. Turgor kulit BUN, hematokrit,
membaik (5) berat jenis urine)
Objektif 5.6 Monitor tanda
peningkatan tekanan
1. Edema anasarka dan/ onkotik plasma (mis.
atau edema perifer Kadar protein dan
2. Berat badan albumin meningkat)
meningkat dalam 5.7 Monitor kecepatan
waktu singkat infus secara ketat
3. jugular venous 5.8 Monitor efek samping
pressure (JVP) diuretik (mis.
dan/atau Central Hipotensi ortostatik
Venous Pressure hipovolemia,
(CVP) meningkat hipokalemia,
4. Refleks hepatojugular hiponatremia)
positif

Gejala dan tanda minor Terapeutik

Subjektif 5.9 Timbangan berat


badan setiap hari pada
(tidak tersedia) waktu yang sama
5.10 Batasi asupan cairan
Objektif dan garam
5.11 Tinggikan kepala
1. Distensi Vena tempat tidur 30-40°
jugularis
2. Terdengar suara nafas
47

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
tambahan Edukasi
3. Hepatomegali
4. Kadar HB/HT turun 5.12 Anjurkan melaporkan
5. Oliguria jika haluaran urin
6. Intake lebih banyak <0,6 mal/kh/Jam
dari output(balance dalam 6 jam
cairan positif) 5.13 Anjuran melaporkan
7. Kongesti paru jika BB bertambah >
1 kg dalam sehari
kondisi klinis terkait 5.14 Ajarkan cara
mengukur dan
1. penyakit ginjal; gagal mencatat asupan dan
ginjal/kronis, sindrom haluaran cairan
nefrotik 5.15 Ajarkan cara
2. hipoalbuminemia membatasi cairan
3. gagal jantung
kongestif Kolaborasi
4. kelainan hormon
5. penyakit hati (mis. 5.16 Kolaborasi pemberian
Sirosis, asites, kanker diuretik
hati) 5.17 Kolaborasi
6. penyakit Vena perifer penggantian
kehilangan kalium
(mis. Varises Vena,
akibat diuretik
trombosis Vena,
5.18 Kolaborasi pemberian
plebitis)
continuous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu

pemantauan cairan(I.03121)

Observasi

5.1 Monitor frekuensi


dan kekuatan nadi
5.2 Monitor frekuensi
napasMonitor tekanan
darah
5.3 Monitor berat badan
5.4 Monitor waktu
pengisian kapiler
5.5 Monitor elastisitas
atau turgor kulit
5.6 Monitor jumlah,
warna dan berat jenis
urine
5.7 Monitor kadar
albumin dan protein
total
48

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
5.8 Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium,kalium,BUN)
5.9 Monitor intake dan
output cairan
5.10 Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
(mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan
darah menurun
tekanan nadi
menyempitan, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urine
menurun hematokrit
meningkat koma,
lemah, konsentrasi
urinaria
meningkatkan berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
5.11 Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
(mis. Dispne,edema
perifer, edema
anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
5.12 Identifikasi faktor
resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/pendarahan,
luka bakar, aferesis,
obstruktif intestinal
peradangan pankreas
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal)
49

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil

Terapeutik

5.13 Atur interval waktu


pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
5.14 Dokumentasikan hasil
pemantauan
5.15 Edukasi
5.16 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
5.17 Informasikan hasil
pemantauan, Jika
perlu

6 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi(I.03119)


berhubungan dengan tindakan keperawatan
ketidakmampuan menelan selama 3 x 24 jam Observasi
makanan ditandai dengan diharapkan status
berat badan menurun nutrisi membaik 6.1 Identifikasi status
nafsu makan menurun dengan kriteria hasil: nutrisi
dibuktikan dengan berat (L. 03030) 6.2 Identifikasi alergi dan
badan menurun nafsu 1. porsi makan yang intoleransi makanan
makan menurun (D.0019) dihabiskan 6.3 Identifikasi makanan
meningkat(5) yang disukai
Gejala dan tanda mayor 2. Perasaan cepat 6.4 Identifikasi
kenyang menurun kebutuhan kalori dan
Subjektif (5) jenis nutrien
3. Berat badan 6.5 Identifikasi perlunya
(tidak tersedia) gangguan selang
Objektif membaik (5)
4. Indeks massa tubuh nasogastrik
1. Berat badan menurun membaik (5) 6.6 Monitor asupan
minimal 10% di makanan
bawah rentang ideal 6.7 Monitor berat badan
6.8 Monitor hasil
gejala dan tanda minor pemeriksaan
laboratorium
subjektif

1. Cepat kenyang setelah Terapeutik


makan
2. Kram/ nyeri abdomen 6.9 Lakukan oral hygiene
3. Nafsu makan menurun sebelum makan, Jika
perlu
Objektif 6.10 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
1. Bising usus hiperaktif Piramida makanan)
50

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
2. Otot pengunyah lemah 6.11 Sajikan makanan
3. Otot menelan lemah secara menarik dan
4. Membran mukosa suhu yang sesuai
pucat 6.12 Berikan makanan
5. Sariawan tinggi serat untuk
6. Serum albumin turun mencegah konstipasi
7. Rambut rontok 6.13 Berikan makanan
berlebihan tinggi kalori dan
8. Diare tinggi protein
6.14 Berikan suplemen
makanan, Jika perlu
kondisi klinis terkait 6.15 Hentikan pemberian
makanan melalui
1. Stroke selang nasogastrik
2. Parkinson jika asupan oral dapat
3. Mobius syndrom ditoleransi
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate Edukasi
7. Amyotrophic lateral
sclerosis 6.16 Anjurkan posisi
8. Kerusakan duduk jika mampu
neuromuskular 6.17 Ajarkan diet yang
9. luka bakar diprogramkan
10.kanker
11.infeksi Kolaborasi
12.AIDS
13.Penyakit crohn's 6.18 Kolaborasi pemberian
14.Enterokolitis medikasi sebelum
15.Fibrosis kistik makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), Jika
perlu
6.19 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, Jika perlu

pemantauan nutrisi
(I.03123)

Observasi

6.1 Identifikasi faktor


yang mempengaruhi
asupan gizi (mis.
pengetahuan,
ketersediaan
makanan,
agama/kepercayaan,
51

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
budaya, Mengunyah
tidak Adekuat,
gangguan menelan,
penggunaan obat-
obatan atau pasca
operasi)
6.2 Identifikasi
perubahan berat
badan
6.3 Identifikasi kelainan
pada kulit (mis.
memar yang
berlebihan, luka yang
sulit sembuh dan
pendarahan)
6.4 Identifikasi kelainan
pada rambut (mis.
Kering, pipis, kasar,
dan mudah patah)
6.5 Identifikasi pola
makan (mis.
Kesukaan/ketidaksuk
aan makanan,
konsumsi makanan
cepat saji, makan
terburu-buru)
6.6 Identifikasi kelainan
pada kuku (mis.
Berbentuk sendok,
retak, mudah patah
dan berigi)
6.7 Identifikasi
kemampuan menelan
(mis. Peradangan,
gusi berdarah, bibir
kering dan retak,
luka)
6.8 Identifikasi kelainan
eliminasi (mis. Diare,
darah, lendir, dan
eliminasi yang tidak
teratur)
6.9 Monitor mual dan
muntah
6.10 Monitor asupan oral
6.11 Monitor warna
konjungtiva
6.12 Monitor hasil
52

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
laboratorium (mis.
Kadar kolesterol,
albumin serum,
transferin, creatine,
hemoglobin,
hematokrit, dan
elektrolit darah)

Terapeutik

6.13 Timbangan berat


badan
6.14 Ukuran antropometri
komposisi tubuh (mis.
Indeks massa tubuh,
pengukuran
pinggang, dan ukuran
lipatan kulit)
6.15 Hitung perubahan
berat badan
6.16 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
6.17 Dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi

6.18 Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
6.19 Informasikan hasil
pemantauan, Jika
perlu

7 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


berhubungan dengan tindakan keperawatan ( I.05178)
ketidakseimbangan antara selama 3 x 24 jam,
Suplai dan kebutuhan diharapkan toleransi Observasi
oksigen dibuktikan aktivitas meningkat
dengan Mengeluh lelah, dengan kriteria hasil: 7.1 Identifikasi gangguan
dispnea saat atau setelah (L.05047) fungsi tubuh yang
aktivitas, frekuensi mengakibatkan
jantung meningkat lebih 1. Frekuensi nadi kelelahan
dari 20% dari kondisi meningkat (5) 7.2 Monitor kelelahan
istirahat (D.0056) 2. Keluhan lelah fisik dan emosional
menurun (5) 7.3 Monitor pola dan jam
Gejala dan tanda mayor 3. Dispnea saat tidur
53

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
aktivitas menurun 7.4 Monitor lokasi dan
Subjektif: (5) ketidaknyamanan
1. Mengeluh lelah 4. Dispnea setelah selama melakukan
Objektif: aktivitas menurun aktivitas
1. Frekuensi jantung (5)
meningkat lebih
>20% dari kondisi Terapeutik
istirahat
7.5 Sediakan lingkungan
Gejala dan tanda minor nyaman dan rendah
stimulus (mis.
Subjektif Cahaya, suara,
1. Dispnea saat/setelah kunjungan)
aktivitas 7.6 lakukan latihan
2. Merasa tidak nyaman rentang gerak pasif
setelah beraktivitas dan atau aktif
3. Merasa lemah 7.7 Berikan aktivitas
Objektif distraksi yang
1. Tekanan darah menenangkan
berubah>20% dari 7.8 Fasilitasi duduk di
kondisi istirahat sisi tempat tidur jika
2. Gambar EKG tidak dapat berpindah
menunjukkan Aritmia atau berjalan
saat/setelah Aktivitas Edukasi
3. Gambaran EKG 7.9 Anjurkan tirah baring
Menunjukkan iskemia 7.10 Anjurkan melakukan
4. Sianosis aktivitas secara
bertahap
Kondisi klinis terkait: 7.11 Anjurkan
1. Anemia menghubungi perawat
2. gagal jantung jika tanda dan gejala
kongestif kelelahan tidak
3. Penyakit jantung berkurang
coroner 7.12 Ajarkan strategi
4. Penyakit katup koping untuk
jantung mengurangi kelelahan
5. Aritmia
6. Penyakit paru
obstruktif kronis Kolaborasi
(PPOK)
7. Gangguan metabolic 7.13 Kolaborasi dengan
8. Gangguan ahli gizi tentang cara
muskuloskeletal meningkatkan asupan
makanan

Terapi aktivitas (I.05186)


54

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
Observasi

7.1 Identifikasi defisit


tingkat aktivitas
7.2 Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
7.3 Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
7.4 Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
7.5 Identifikasi makna
aktivitas rutin dan
waktu luang
7.6 Monitor respon
emosional, fisik,
sosial dan spiritual
terhadap aktivitas

Terapeutik

7.7 Fasilitasi fokus pada


kemampuan, bukan
defisit yang dialami
7.8 Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan
rentang aktivitas
7.9 Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik
psikologis dan social
7.10 Kordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
7.11 Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
7.12 Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas Jika sesuai
7.13 Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
55

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
menyelesaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
7.14 Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
7.15 Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
7.16 Tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
7.17 Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
7.18 Fasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implisit dan
emosional
7.19 Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan
kecemasan
7.20 Libatkan keluarga
dalam aktivitas, Jika
perlu
7.21 Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
7.22 Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuan sendiri
untuk mencapai
tujuan
7.23 Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
7.24 Berikan penguatan
positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
56

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
Edukasi

7.25 Jelaskan metode


aktivitas fisik sehari-
hari, Jika perlu
7.26 Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
7.27 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik sosial
spiritual dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
7.28 Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
7.29 Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas kolaborasi
7.30 Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam merencanakan
dan memonitor
program aktivitas
jika sesuai
7.31 Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
Jika perlu

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaa

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan

oleh perawat dan pasien. Implementasi merupakan tahap ketika

perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam


57

bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan

yang telah ditetapkan

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus

dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan

bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau

menghentikan rencana keperawatan. Menurut Suprajitno dalam

Ryandini (2018) pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap, yaitu

SOAP ;

1) S (Data Subyektif) : Data subyektif adalah keluhan pasien saat ini

yang didapatkan melalui anamneses untuk mendapatkan keluhan

pasien saat ini, riwayat penyakit yang lalu, riwayat penyakit keluarga.

2) O (Data Obyektif) : Data obyektif adalah hasil pemeriksaan fisik,

termasuk pemeriksaan tanda –tanda vital, skala nyeri dan hasil

pemeriksaan penunjang pasien pada saat ini. Lakukan pemeriksaan

fisik pada pasien dan kalau perlu pemeriksaan penunjang terhadap

pasien.

3) A (assessment) : Penilaian keadaan adalah berisi diagnosis kerja,

diagnosis diferensial atau problem pasien, yang didapatkan dari hasil

penggabungan data subyektif dan obyektif. Pada tahap ini dijelaskan

apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi atau tidak.

4) P (planning) : Rencana asuhan adalah berisi rencan untuk

menegakkan diagnosis (pemeriksaan penunjang yang lakukan untuk


58

menegakkan diagnosis pasti), rencana terapi (tindakan, diet, obat –

obatan yang akan diberikan), rencana monitoring (tindakanmonitoring

yang akan dilakukan, misalnya pengukuran tensi, nadi, suhu,

pengukuran keseimbangan cairan, pengukuran skala nyeri) dan

rencana pendidikan (mislanya apa yang harus dilakukan, makanan apa

yang boleh dan tidak).

BAB III

METODE PENULISAN

3.15 Pendekatan (desain penulisan)


59

Penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pasien pada penyakit

jantung koroner dengan pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan Asuhan Keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis

keperawatan, Intervensi, Implementasi dan evaluasi.

3.16 Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan

adalah pasien yang di rawat di RSUD Abdul Wahab Syahranie yang

dilakukan pada saat dilakukan penelitian. Subyek penulisan yang akan

diteliti berjumlah dua responden yang mengalami penyakit jantung

koroner (PJK) yang sama dan kriteria yang sesuai, yaitu : a) Usia

antara 30-65 tahun.

3.17 Batasan penelitian

Definisi Oprasional dilakukan untuk membatasi ruang lingkup

variable yang diteliti dan juga dapat mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variable yang bersangkutan. Untuk

mempermudah dalam memahami proses penelitian ini, maka penulis

membuat penjelasan sebagai berikut:

Penyakit Jantung Koroner (PJK) dalam study kasus ini merupakan

gangguan yang disebabkan aterosklerosis pada arteri coroner yang

membatasi aliran darah ke jantung yang menyebabkan suplai nutrisi

dan O2 ke jantung terhambat atau berhenti. Nyeri akut adalah

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


60

jaringan actual atau fungsional, dengan onset, mendadak atau lambat

dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan. Manajemen Nyeri mengidentifikasi dan mengelola pengalaman

sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat dan konsisten.

3.18 Lokasi dan waktu penulisan

Penulisan studi kasus asuhan keperawatan ini dilakukan di Ruang

Cempaka dan Aster Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab

Syahranie selama 3 hari pada bulan Mei 2022

3.19 Penulisan Prosedur

Penulisan diawali dengan penyusunan usulan penulisan dengan

menggunakan metode study kasus. Setelah disetujui oleh penguji

Karya Tulis Ilmiah, maka penelitian dilanjutkan dengan kegiatan

pengumpulan data. Data penelitian berupa hasil pengukuran,

observasi, wawancara terhadap kasus yang dijadikan subyek

penelitian.

3.20 Teknik dan instrument pengumpulan data

3.20.1 Teknik pengumpulan data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan :
61

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga, dll

yang bersumber dari klien, keluarga, perawat lainnya),

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,

Auskultasi) pada system tubuh klien,

3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostic

dan data lain yang relevan).

3.6.2 Instrumen pengumpulan data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

pengkajian asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

3.7 Keabsahan data

Pengolahan data pada studi kasus menggunakan teknik non-

statistik, yaitu analisis kualitatif yang dapat dilakukan melalui cara

naratif induktif yaitu pegambilan kesimpulan umum berdasarkan

hasil-hasil observasi dan wawancara khusus (Notoadmodjo, 2010).

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas

data/informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga

menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas

peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama). Keabsahan data

dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan/ tindakan,

sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber


62

data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

3.8 Analisa data

Analisa data dilakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan

dalam opini pembahasan titik teknik analisis yang digunakan dengan

cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari

hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian titik teknik analisis digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti Dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.

BAB IV
63

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan gambaran lokasi pengambilan subyek dan Hasil

proses asuhan keperawatan pada dua orang pasien dengan diagnosa medis

Penyakit Jantung Koroner di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18-20 Mei 2022 dan 22- 23 Mei 2022,

Dengan jumlah sampel sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya

diuraikan Sebagai berikut:

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

yang terletak di Jl. Palang Merah Indonesia No.1 Kelurahan Sidodadi

Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda, Kalimantan Timur. RSUD

Abdul Wahab Sjahranie diresmikan pada Tanggal 22 Februari 1986. Fasilitas

yang tersedia di RSUD Abdul Wahab Sjahranie ini antara lain instalasi rawat

jalan, instalasi farmasi, Instalasi rawat inap, fisioterapi, dan IGD 24 jam.

Untuk fasilitas rawat Jalan terdiri dari poliklinik, medical check up, dan

resume medis. Fasilitas pemeriksaan penunjang terdiri dari laboratorium

patologi Klinik, patologi anatomi, radiologi, hemodialisa, CT-scan, IBS,

Laundry, Farmasi, Gizi. Untuk instalasi rawat inap terdapat beberapa ruangan

yaitu Flamboyan, Seruni, Dahlia, Angsoka, Tulip, Melati, Anggrek,

Cempaka, Aster, Edelwis, Mawar, Bougenvil, Teratai, ICU, ICCU, HCU,


64

Stroke Center, dan Sakura. Dalam penulisan ini peneliti menggunakan

Ruangan Cempaka dan Aster.

Ruangan Cempaka terletak di lantai dasar RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda. Adapun batasan-batasan Ruangan Cempaka yaitu

sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan Ruangan Mawar, sebelah

barat berbatasan dengan Ruangan Anggrek, sebelah selatan berbatasan

dengan Ruangan Edelweis, dan sebelah utara berbatasan dengan Ruangan

Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jumlah pasien yang ada

diruangan berubah setiap hari karena Ruang Cempaka merupakan ruang

dimana pasien kapanpun datang dari IGD. Bangunan Ruang Cempaka terdiri

dari 17 kamar tidur pasien, 17 kamar mandi pasien, 1 kamar mandi perawat, 1

ruang kepala ruangan, 1 ruang perawat, 1 ruang mahasiswa, 1 ruang tindakan.

Ruang Aster terbagi menjadi 2 tim, dimana tim 1 mengelola kamar

yang memiliki angka ganjil (1,3,5,7,9) dan tim 2 mengelola kamar yang

memiliki angka genap (2,4,6,8,10). Dalam satu kamar terdapat 2-4 pasien. Di

dalam ruang Aster juga memiliki 2 nurse station, 1 ruang Kepala Ruangan, 1

ruang perawat, 2 kamar mandi, 1 ruang tindakan, 1 ruang obat, 1 ruang ganti,

1 dapur, dan 1 gudang. Penelitian dilakukan di kamar 3 untuk pasien I dan di

kamar 1 untuk pasien II.


65

4.1.2 Data Hasil Asuhan Keperawatan

4.1.2.1 Pengkajian Keperawatan

Tabel 4.1
Pengkajian pada Pasien 1(Tn.R) dan Pasien 2(Ny.S) dengan Penyakit Jantung
Koroner di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.
No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

1 Identifikasi Pada pasien bernama Tuan R Pada pasien bernama Nyonya


Pasien berjenis kelamin laki-laki S berjenis kelamin perempuan,
dengan tanggal lahir 1 Januari dengan tanggal lahir 17
1952 berusia 70 tahun bersuku Agustus 1965 berusia 65
bangsa Banjar Indonesia tahun, bersuku bangsa Jawa
pasien beragama islam, Indonesia, pasien beragama
pendidikan terakhir SD, pasien islam, pendidikan terakhir
bekerja sebagai wiraswasta pasien SD, pasien bekerja
dan beralamat di jalan sentosa sebagai ibu rumah tangga,
RT. 72. Pasien masuk rumah beralamat di muara badak.
sakit pada tanggal 17 Mei Pasien masuk rumah sakit
2022 nomor rekam medis pada tanggal 17 Mei 2022
pasien yang terdaftar di rumah nomor rekam medik pasien
sakit adalah 8588xx x nomor rekam medis pasien
yang terdaftar 0115xxx

2 Diagnosa medis CAD +AHF+HT CAD+CHF

3 Keluhan utama Sesak Napas Sesak Napas

4 Riwayat penyakit Saat dilakukan pengkajian Saat dilakukan pengkajian


sekarang pasien mengeluh Sesak napas, pasien mengeluh sesak napas
Nyeri dada sebelah kiri, Rasa dan Nyeri dada terasa kembali,
nyeri seperti tertusuk, Waktu nyeri terasa panas di daerah
nyeri hilang timbul, skala nyeri dada,waktu nyeri hilang timbul
3, pasien mengatakan sulit dengan skala nyeri 2 dan
buang air kecil dan merasa pasien merasa lelah. Pasien
lelah. Pasien masuk di IGD masuk IGD pada tanggal 17
pada tanggal 17 Mei 2022 Mei 2022 kemudian dipelindah
kemudian dipindahkan di di ruang Aster. Dengan
ruang cempaka dengan keadaan pasien sedang,
keadaan pasien lemah, kesadaran compos mentis.
kesadaran compos mentis. Tanda tanda vital:
Tanda tanda vital: TD: 130/60 mmhg
TD: 80/50 mmhg Nadi: 110x/ mnt
Nadi : 120x/menit Respirasi : 28x /menit
Respirasi: 26x/menit
5 Riwayat penyakit Pasien pernah dirawat di tahun Pasien pernah dirawat di RS
dahulu 2018 dengan diagnosa aws dengan diagnosa medis
penyakit jantung koroner, dan Penyakit Jantung Koroner
66

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

Riwayat operasi App 2018 di pada bulan Januari 2022


RSUD Abdul Wahab
Syahranie Samarinda

6 Riwayat penyakit Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak


keluarga memiliki riwayat penyakit dari memiliki riwayat penyakit dari
keluarga keluarga
7 Genogram Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

Keterangan :
Keterangan :
: Laki – Laki
: Laki – Laki
: Perempuan
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Pasien
: Pasien
: Tinggal serumah
: Tinggal serumah

7 Keadaan umum Lemah Sedang

8 Kesadaran Kesadaran pasien kompos Kesadaran pasien kompos


mentis GCS 15 E4 m6 V5 mentis GCS 15 E4 m6

9 Tanda tanda vital TD : 80/50mmHg TD :130/60 mmHg


Nadi : 120x/menit Nadi : 110/menit
RR : 26x/menit RR : 28x/menit
S : 36°C S : 36°C
10 Kenyamanan Pada pasien terdapat keluhan Pada pasien terdapat keluhan
nyeri nyeri, nyeri timbul pada saat nyeri, nyeri timbul pada saat
istirahat dengan rasa seperti istirahat, nyeri yang dirasakan
tertusuk-tusuk, lokasi nyeri panas, lokasi nyeri yang
yang dirasakan pada sebelah dirasakan pada bagian dada
kiri dengan skala nyeri 3, sebelah kiri menjalar ke lengan
waktu nyeri yang dirasakan kiri punggung sampai ke
oleh pasien hilang timbul tengkuk leher dengan skala
nyeri 2, waktu nyeri yang
67

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

dirasakan oleh pasien hilang


timbul.
11 Status fungsional Pada pasien memiliki tingkat Pada pasien memiliki tingkat
Bartels index ketergantungan ringan dengan ketergantungan ringan dengan
skor 19 skor 18
12 Kepala Kepala

Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan


kulit kepala bersih dengan kulit kepala bersih dengan
penyebaran rambut merata penyebaran rambut merata,
berwarna hitam dan putih warna rambut hitam, rambut
beruban, rambut tidak mudah tidak mudah bercabang, pada
patah dan tidak bercabang, pemeriksaan kepala tidak
pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan adanya kelainan
ditemukan adanya kelainan

Mata Mata
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
sklera putih, konjungtiva sklera putih, konjungtiva
nampak anemis, tidak terdapat nampak anemis, tidak terdapat
Palpebra, kornea terlihat Palpebra, kornea terlihat
keruh, reflek cahaya positif, keruh, reflek cahaya positif,
pupil isokor dan tidak ada pupil isokor dan tidak ada
ditemukan kelainan ditemukan kelainan
Pemeriksaan fisik
kepala Hidung Hidung
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
posisi septum nasal di tengah posisi septum nasal di tengah
dapat membedakan bau dan dapat membedakan bau dan
tidak terdapat adanya tidak terdapat adanya
pernapasan cuping hidung dan pernapasan cuping hidung dan
tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Rongga mulut dan lidah Rongga mulut dan lidah
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
bibir berwarna merah muda bibir berwarna merah muda
dengan mukosa lembab ukuran dengan mukosa lembab ukuran
tongsis normal letak ovula tongsis normal letak ovula
simetris di tengah simetris di tengah
Telinga Telinga
Hasil pemeriksaan didapatkan Hasil pemeriksaan didapatkan
daun telinga berbentuk normal, daun telinga berbentuk normal,
terdapat membran timpani, terdapat membran timpani,
68

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

pada pasien memiliki pada pasien memiliki


pendengaran yang kurang pada pendengaran yang baik pada
telinga kanan dan kiri telinga kanan dan kiri

Leher Leher

Hasil pemeriksaan pada leher Hasil pemeriksaan pada leher


tidak teraba adanya kelenjar tidak teraba adanya kelenjar
getah bening tiroid, dan posisi getah bening tiroid, dan posisi
trakea berada di tengah tampak trakea berada di tengah tampak
adanya peningkatan jvp pada adanya peningkatan jvp pada
pasien. pasien
13 Keluhan Keluhan

Pada pasien mempunyai Pada pasien mempunyai


keluhan sesak nafas keluhan sesak nafas

Hasil pemeriksaan inspeksi Hasil pemeriksaan inspeksi


didapatkan bentuk dada ditemukan bentuk dada
simetris, frekuesi napas cepat, simetris, frekuensi napas cepat,
Irama napas teratur, pola irama napas teratur, pola
pernapasan dipsnea, tidak pernapasan disnea, tidak
terdapat pernapasan cuping terdapat pernapasan cuping
hidung, terdapat otot bantu hidung, terdapat otot bantu
nafas, usaha nafas duduk napas, usaha nafas duduk
dengan terpasang nasal kanur dengan terpasang nasal kanul 5
Pemeriksaan 3 lpm lpm
thorax Hasil pemeriksaan palpasi Hasil pemeriksaan palpasi
didapatkan Vocal premitus didapatkan premitus anterior
anterior dada dan posterior dada dan posterior dada bunyi
dada bunyi getaran teraba getaran teraba sama.Ekspansi
sama.Ekspansi paru anterior paru anterior dada dan
dada dan posterior dada posterior dada simetris kiri dan
simetris kiri dan kanan bunyi kanan bunyi getaran teraba
getaran Sama sama

Hasil pemeriksaan perkusi Hasil pemeriksaan perkusi


didapatkan suara sonor pada didapatkan suara sonor pada
batas paruh hepar ICS 4 dan 5 batas paruh hepar ICS 4 dan 5

Hasil pemeriksaan auskultasi Hasil pemeriksaan auskultasi


terdengar suara nafas vesikuler terdengar suara nafas vesikuler

14 Pemeriksaan Pada pasien terdapat keluhan Pada pasien terdapat keluhan


nyeri, nyeri timbul pada saat nyeri, nyeri timbul pada saat
Jantung istirahat dengan rasa seperti istirahat, nyeri yang dirasakan
tertusuk-tusuk, lokasi nyeri panas, lokasi nyeri yang
yang dirasakan pada sebelah dirasakan pada bagian dada
kiri dengan skala nyeri 3, sebelah kiri menjalar ke lengan
69

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

waktu nyeri yang dirasakan kiri punggung sampai ke


oleh pasien hilang timbul tengkuk leher dengan skala
nyeri 2, waktu nyeri yang
Hasil pemeriksaan inspeksi dirasakan oleh pasien hilang
didapatkan tidak ada pulsasi timbul.
ikterus, CRT 5 detik, tidak
terdapat sianosis pada ujung Hasil pemeriksaan inspeksi
jari dan terdapat jari tabu didapatkan tidak ada pulsasi
ikterus, CRT < 2 detik, tidak
Hasil pemeriksaan palpasi terdapat sianosis pada ujung
didapatkan ictus kordis jari dan tidak terdapat jari
terdapat pada ICS 5 tabuh

Hasil pemeriksaan perkusi Hasil pemeriksaan palpasi


pada jantung yaitu didapatkan ictus cordis pada
Batas atas : Pada ICS II line ICS 5
sternalis Dextra
Batas bawah: Pada ICS VII Hasil pemeriksaan perkusi
line midclavicula Sinistra pada jantung yaitu
Batas kanan: Pada ICS V line Batas atas : Pada ICS II line
midclavicula Dextra sternalis Dextra
Batas kiri: Pada ICS V line Batas bawah: Pada ICS IV line
Midclavicula Sinistra. Aksilaris Sinistra
Batas kanan: Pekak pada ICS
Auskultasi : V line Midclavicula Dextra
Batas kiri: Pekak pada ICS IV
BJ II Aorta: bunyi line sternalis Sinistra.
Tunggal,Irama Reguler,
intensitas lemah. Auskultasi :
BJ II Pulmonal: Bunyi
Tunggal,Irama Reguler, BJ II Aorta: bunyi
intensitas lemah. Gallop,Irama Reguler,
BJ I Triskuspidalis: Bunyi intensitas lemah.
Tunggal, Irama regular, BJ II Pulmonal: Bunyi
Intensitas lemah. Gallop ,Irama Reguler,
BJ I Mitral: Bunyi intensitas lemah.
Tunggal,Irama Regular, BJ I Triskuspidalis: Bunyi
intensitas lemah. Gallop , Irama regular,
Pada pemeriksaan auskultasi Intensitas lemah.
tidak didapatkan bunyi jantung BJ I Mitral: Bunyi
tambahan Gallop,Irama Regular,
pada pasien tidak terpasang intensitas lemah.
cvp. pada pasien tidak terpasang
Hasil pemeriksaan CTR 56% terdapat CVP
dengan kesimpulan Hasil pemeriksaan CTR 60%
kardiomegali dengan kesimpulan
kardiomegali
15 Pemeriksaan Pada pasien mempunyai berat Pada pasien mempunyai berat
70

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

status pencernaan badan 60 kg dan tinggi badan badan 60 kg dan tinggi badan
dan status nutrisi 172 cm jumlah indeks massa 160 cm jumlah indeks massa
tubuh 20,3dengan kategori tubuh 26,2 dengan kategori
normal.pasien mengatakan obesitas 1. Pasien mengalami
adanya penurunan berat badan penurunan berat badan dalam 6
dengan baju terasa lebih hari terakhir sekitar 1 kg.
longgar.
Jenis diet yang didapatkan
Jenis diet yang didapatkan pada pasien yaitu nasi diet
pada pasien yaitu bubur diet jantung dengan nafsu makan
jantung dengan nafsu makan yang baik dan porsi makan
yang cukup baik pasien habis
mampu menghabiskan
setengah piring Abdomen

Abdomen Hasil pemeriksaan inspeksi


didapatkan bentuk abdomen
Hasil pemeriksaan inspeksi datar bayangan Vena tidak
didapatkan bentuk abdomen terlihat, tidak ada benjolan dan
datar bayangan Vena tidak tidak terdapat luka operasi
terlihat, tidak ada benjolan dan
tidak terdapat luka operasi Hasil auskultasi didapatkan
peristaltik abdomen yaitu 20
Hasil auskultasi didapatkan x/menit
peristaltik abdomen yaitu 15
x/menit Hasil palpasi didapatkan
abdomen teraba tegang, tidak
Hasil palpasi didapatkan ada nyeri tekan, tidak ada
abdomen teraba tegang, tidak pembesaran masa, hepar,
ada nyeri tekan, tidak ada limpa, ginjal tidak teraba
pembesaran masa, hepar,
limpa, ginjal tidak teraba Hasil perkusi didapatkan tidak
terdapat adanya asites pada
Hasil perkusi didapatkan tidak pasien dan tidak ada nyeri
terdapat adanya asites pada tekan
pasien dan tidak ada nyeri
tekan

16 Pemeriksaan Pada pasien didapatkan Pada pasien didapatkan


sistem memori ingatan yang kurang, memori ingatan yang baik,
persyarafan mampu berbicara dengan mampu berbicara dengan
bahasa yang baik, kognisi baik bahasa yang baik, kognisi baik
dan orientasi saraf sensorik dan orientasi saraf sensorik
baik.refleks fisiologis normal baik. Refleks fisiologis
Pada pasien Didapatkan normal.
keluhan gangguan tidur, sering pada pasien didapatkan
terbangun tiga kali pada keluhan gangguan tidur, sering
malam hari dan waktu tidur terbangun dua kali pada malam
yang kurang sekitar 5 jam per hari dan waktu tidur yang
hari. Tidak terdapat keluhan sekitar 7 jam perhari.Tidak
71

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

pusing terdapat keluhan pusing

Pemeriksaan saraf kranial:


Pemeriksaan saraf kranial:
a. N1 : normal (pasien dapat
a. N1 : normal (pasien dapat membedakan bau)
membedakan bau) b. N2 : normal (pasien dapat
b. N2 : pengelihatan kurang melihat dengan Baik)
baik (pasien tidak bisa c. N3 : normal (pasien dapat
melihat dengan jelas menggerakan bola mata ke
/penglihatan kabur) atas)
c. N3 : normal (pasien dapat d. N4 : normal (pasien dapat
menggerakan bola mata ke menggerakan bola mata ke
atas) bawah)
d. N4 : normal (pasien dapat e. N5 : normal (pasien dapat
menggerakan bola mata ke mengunyah)
bawah) f. N6 : normal (pasien dapat
e. N5 : normal (pasien dapat menggerakan mata ke
mengunyah) samping kanan dan kiri)
f. N6 : normal (pasien dapat g. N7 : normal (pasien dapat
menggerakan mata ke membedakan rasa
samping kanan dan kiri) pengecapan dengan baik)
g. N7 : normal (pasien dapat h. N8 : normal (pasien dapat
membedakan rasa mendengar dengan baik)
pengecapan dengan baik) i. N9 : normal (pasien dapat
h. N8 : pendengaran kurang menelan dengan baik)
(pendengaran pasien j. N10 : normal (pasien dapat
kurang baik) berbicara dengan baik)
i. N9 : normal (pasien dapat k. N11 : normal (pasien dapat
menelan dengan baik) menggerakan Tangan
j. N10 : normal (pasien dapat dengan adanya tekanan
berbicara dengan baik) l. N12 : normal (pasien dapat
k. N11 : normal (pasien dapat menjulurkan lidah ke
menggerakan tangan kanan dan kiri)
dengan adanya tekanan)
l. N12 : normal (pasien dapat
menjulurkan lidah ke
kanan dan kiri)
72

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

17 Pemeriksaan Hasil pemeriksaan pada sistem Hasil pemeriksaan pada sistem


sistem perkemihan didapatkan adanya perkemihan yaitu tidak ada
perkemihan keluhan sulit buang air kecil, keluhan sulit buang air kecil,
dengan kemampuan berkemih kemampuan berkemih pada
secara spontan warna urine pasien secara spontan, warna
kuning bau khas urin, produksi urine kuning, bau khas urin
urine 720 ml/ hari. Tidak produksi urine 800 ml/ hari
ditemukan adanya distensi titik tidak ditemukan adanya
kandung kemih dan nyeri distensi kandung kemih dan
tekan pada kandung kemih nyeri tekan pada kandung
kemih
18 Pemeriksaan Pada pasien didapatkan Pada pasien didapatkan
muskuloskeletal pergerakan sendi bebas dengan pergerakan sendi bebas dengan
dan integumen Kekuatan otot normal Kekuatan otot normal

Hasil pemeriksaan tidak ada Hasil pemeriksaan tidak ada


kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan Ekstremitas, tidak ada
kelainan tulang belakang, tidak Kelainan tulang belakang,
ada fraktur, tidak ada traksi, tidak ada fraktur, tidak ada
tidak ada kompartemen traksi, tidak ada kompartemen
syndrome, tidak ada luka syndrome, tidak ada luka

Pada pasien didapatkan turgor Pada pasien didapatkan turgor


kulit tampak kering terdapat kulit baik, dan tidak terdapat
piting edema pada kaki dengan edema
grade +2
Hasil pemeriksaan Tidak
Hasil pemeriksaan Tidak ditemukan adanya ekskoriasis,
ditemukan adanya ekskoriasis, psoriasis, dan urtikaria
psoriasis, dan urtikaria
Pada pasien tidak beresiko
Pada pasien tidak beresiko mengalami dekubitus dengan
mengalami dekubitus dengan skor 20
skor 19

19 Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Tidak Hasil pemeriksaan Tidak


sistem endokrin terdapat pembesar an tiroid, terdapat pembesar an tiroid,
tidak ada pembesaran kelenjar tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening, tidak ada getah bening, tidak ada
hipoglikemia, tidak ada hipoglikemia, tidak ada
hiperglikemia, tidak terdapat hiperglikemia, tidak terdapat
luka gangrene, tidak terdapat luka gangrene, tidak terdapat
infeksi,tidak ada riwayat luka infeksi,tidak ada riwayat luka
sebelum nya, tidak ada riwayat sebelum nya, tidak ada riwayat
amputasi. amputasi.

20 Keamanan Pada pasien memiliki risiko Pada pasien memiliki risiko


lingkungan jatuh dengan skor 55 jatuh dengan skor 35
73

No Data anamnesis Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)

21 Pengkajian Persepsi pasien terhadap Persepsi pasien terhadap


psikososial penyakitnya adalah cobaan penyakitnya adalah cobaan
dari Tuhan. Ekspresi pasien dari Tuhan. Ekspresi pasien
terhadap penyakit yang terhadap penyakit yang
dirasakan adalah gelisah . dirasakan adalah gelisah .
Reaksi saat interaksi adalah Reaksi saat interaksi adalah
kooperatif dan tidak kooperatif dan tidak
mengalami gangguan konsep mengalami gangguan konsep
diri diri

22 Pengkajian Hasil Pengkajian spiritual Hasil pengkajian spiritual


spiritual Kebiasaan beribadah sebelum Kebiasaan beribadah sebelum
sakit sering sedangkan selama sakit sering sedangkan selama
sakit tidak pernah. Kebiasaan sakit kadang-kadang
beribadah sebelum sakit sering
sedangkan selama sakit
kadang-kadang

23 Personal hygine Hasil pengkajian personal Hasil pengkajian personal


hygiene pada pasien hygiene pada pasien
didapatkan Mandi 1x sehari didapatkan Mandi 1x sehari
(seka), keramas 1x hari sekali, (seka), keramas 1x hari sekali,
memotong kuku setiap 1 memotong kuku setiap 1
minggu sekali, ganti pakaian minggu sekali, ganti pakaian
2x sehari, sikat gigi 1x sehari 2x sehari, sikat gigi 1x sehari

Tabel 4.2
Pengkajian pada Pasien 1 (Tn.R) dengan Penyakit Jantung Koroner diRuang
Cempaka RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

No Pasien Hasil pemeriksaan Nilai normal

1 Pasien 1 Eritrosit 3,44 g/dl 4,70-6,10


Laboratrium tanggal 17 Hemoglobin 10,2 g/dl 14,0-18,0
mei 2022 Hematokrit 30,8 g/dl 37,0-54,0
Glukosa sewaktu 84 mg/dl <200
Ureum 28,3 mg/dl 19,3-49,7
Kreatinin 1,4 mg/dl 0,7-1,3
Troponin T 21 pg/dl <30
Natrium 136 mmol/dl 135-115
Kalium 4,5 mmol/dl 3,6-5,5
2 EKG Irama : reguler
Tanggal Frekuensi : 120 x/mnt
18 Mei 2022 Segment St Isoelektris
Sinus tachicardia
3 Foto thoraks Corakan broncovaskuler paru
Tanggal dalam belatas normal,tidak
74

No Pasien Hasil pemeriksaan Nilai normal

17 mei 2022 tampak infiltrat atau konsilidasi


pada kedua paru.
Cor: membesar, aorta dilatasi
Kedua sinus dan diagframa
normal
Tulang tulang intak utuh
CTR : 57 % kesimpulan
kardiomegali

Tabel 4.3
Pengkajian pada Pasien 2 (Ny.S) dengan Penyakit Jantung Koroner diRuang Aster
RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda

No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai normal

1 Pasien 2 Leokosit 7,62 g/dl 4,80-10,80


Laboratrium Eritrosit 4,16 g/dl 4,70-6,10
Tanggal: Hemoglobin 13,1g/dl 14,0-18,0
17 Mei 2022 Hematokrit 38,0 g/dl 37,0-54,0
Pdw 15,9 9,0-13,0
Glukosa sewaktu 120 mg/dl <200
2 EKG Irama : Reguler
Tanggal Frekuensi : 71 x/menit
22 Mei 2022 Segmen St depresi, Gelombang T
inversi
Sinus rhythm
3 Foto thoraks Cor Membesar ke kiri
Tanggal Pulmo: fobrontiltrat/cavitas (-),
17 Mei 2022 konsolidasi (-)
Kedua sinus tajam
CTR 66% kesimpulan cardiomegali
4 Echocardiogram Dimensi ruang-ruang jantung dalam
Tanggal batas normal
22 Mei 2022 LVH (-)
Kontralitas global LV menurun,
LVEF:45%
Analisa segmental: hipokinetik di
anterior lateral dan septal
katup dalam batas normal
Eko Doppler E/A < 1
PE (-) Trombus (-)
Kesimpulan: PJK dengan sistolik dan
diastolik disfuction
75

Tabel 4.4
Balance cairan Pasien 1 ( Tn.R) dengan Penyakit Jantung Koroner diruang
Cempaka RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda

Intake Tgl Tgl Tgl output tgl Tgl Tgl Satuan


18 19 20 22 23 23
Mei Mei Mei Mei Mei Mei
Minum per 400 400 400 Urine (0,5-1 200 200 300 Ml/8jm
oral ml/kg/bb/jam
Cairan 28,8 28,4 28,4 Drain
infus
Obat iv 5 5 5 Iwl(10-15 175 175 175
ml/kg/bb/jam
NGT Muntah
Makanan 21,84 21,84 21,84 Perdarahan
(1
kalori=0,14
ml/hari)
Feces (1x= - 200 200
200 ml/hari)
Total 455,64 455,64 455,64 Total 375 575 575

Tabel 4.5
Balance cairan Pasien 2 ( Ny.S) dengan Penyakit Jantung Koroner diruang Aster
RSUD Abdul Wahab syahranie Samarinda

Intake Tgl Tgl Output Tgl Tgl Satuan


22 Mei 23 Mei 22 Mei 23 Mei
Minum 400 400 Urine (0,5-1 350 350 Ml/8jam
per oral ml/kg/bb/jam
Cairan Drain
infus
Obat iv 3,5 3,5 Iwl(10-15 195,4 195,4
ml/kg/bb/jam
Ngt Muntah
Makanan 28,5 28,5 Perdarahan
( 1 kalori
= 0,14
ml/hari)
Feces (1x= 200 400
200 ml/hari)
76

Total 688,5 688,5 Total 795,4 795,4

Table 4.6
Terapi farmakologi pada pasien 1 (Tn.R) dan pasien 2 (Ny.S)
Di RSUD Abdul Wahab Syahranie

Terapi Farmakologi

Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)


Inj furosemaid 2 ml 2x 1 Inj petide ½ ampul, jika nyeri
IV Dobutamin 3,6 cc Inj diviti 1x 2.5 mg
IV NaCL 0,9% Obat Oral
Oral ISDN 3x5mg ISDN: 3x5mg
Oral CPG 1x75mg Aspilet/candesartan : 1x1 / 1x8mg
Oral simuastatin 1x20mg Amlodipine : 1x5mg
KSR 3x600mg
Clopidogrel bisulfate 1x75mg
Spironolactone 2x25mg

4.2 Diagnosis Keperawatan


Tabel 4.7
Diagnosis Keperawatan pada Pasien 1(Tn.R) dan Pasien 2 (Ny.S) dengan
Penyakit Jantung Koroner di RSUD Abdul Wahab Syahranie

Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)


1 Rabu, 18 Pola napas tidak 1 Minggu,22 Pola napas tidak
mei 2022 efektif berhubungan Mei 2022 efektif berhubungan
dengan posisi tubuh dengan posisi tubuh
yang menghambat yang menghambat
ekspansi paru ekspansi paru
dibuktikan dengan dibuktikan dengan
Dispnea, Dispnea, Ortopnea,
ortopnea,Penggunaan Penggunaan otot
otot bantu pernapasan, bantu pernapasan,
pola nafas takipnea pola napas takipnea
(D.0005) (D.0005)

2 Rabu,18 Penurunan curah 2 Minggu, 23 Penurunan curah


Mei 2022 jantung berhubungan Mei 2022 jantung berhubungan
dengan perubahan dengan perubahan
77

Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)


Irama jantung, Irama,perubahan
perubahan preload dan preload, perubahan
perubahan afterload afterload, perubahan
dibuktikan dengan kontraktilitas
lelah,Dispnea,takikard dibuktikan dengan
ia,Edema,Tekanan lelah,Dispnea,Takikar
darah menurun, Crt > dia, Tekanan darah
3 detik,Oliguria (D tinggi, Suara jantung
0008) Gallop,Ejection
fraction menurun
(D..0008)

3 Rabu, 18 Nyeri akut 3 Minggu, 23 Nyeri akut


Mei 2022 berhubungan dengan Mei 2022 berhubungan dengan
agen pencedera agen pencedera
biologis dibuktikan biologis dibuktikan
dengan Mengeluh dengan mengeluh
nyeri,tampak nyeri, frekuensi nadi
meringis,frekuensi meningkat, sulit tidur,
nadi meningkat,sulit tekanan darah
tidur,pola nafas meningkat, pola napas
berubah (D.0077) berubah (D.0077)

4 Rabu,18 Intoleransi aktivitas 4 Minggu,22 Intoleransi aktivitas


Mei 2022 berhubungan dengan Mei 2022 berhubungan dengan
ketidakseimbangan ketidakseimbangan
antara suplai dan antara suplai dan
kebutuhan oksigen kebutuhan oksigen
dibuktikan dengan dibuktikan dengan
mengelu mengeluh lela,
lelah,frekuensi frekuensi jantung
jantung meningkat > meningkat >20%
20% dari Kondisi dari kondisi istirahat,
istirahat (D.0056) gambaran EKG
menunjukkan iskemia
(D.0056)
5 Rabu,18 Hipervolemia
Mei 2022 berhubungan dengan
gangguan mekanik
regulasi dibuktikan
dengan
Ortopnea ,Dispnea
edema meningka,
78

Pasien 1 (Tn.R) Pasien 2 (Ny.S)


hemoglobin menurun,
Oliguria, balance
cairan positif (D.0022)

4.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.8
Intervensi Keperawatan pada Pasien 1 (Tn.R) dan Pasien 2 (Ny.S) Penyakit
Jantung Koroner diRSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda

No Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
1 Pola napas tidak Pola Napas(L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)
efektif (D.0005) Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan a.1 Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dengan posisi tubuh selama 2x8 jam maka dan upaya nafas
yang menghambat diharapkan pola napas a.2 Monitor pola nafas (seperti
ekspansi paru membaik dengan bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
dibuktikan dengan , kriteria hasil : kusmaul, cheyne-stokes)
ortopnea,Pengguna 1. Dispnea menurun a.3 Auskultasi bunyi nafas
n otot bantu 2. Penggunaan otot a.4 Monitor saturasi oksigen
pernapasan, pola bantu napas Terapiutik
nafas takipnea menurun a.5 Atur interval pemantauan respirasi
3. Ortopnea menurun sesuai kondisi pasien
4. Frekuensi nafas a.6 Dokumentasi hasil pemantauan
membaik Edukasi
a.7 Menginformasikan hasil
pemantauan, Jika perlu
2 Pasien 1 (Tn.R) Curah jantung Perawatan jantung (I.02075)
Penurunan curah (L.02008) Observasi
jantung (D 0008) Setelah dilakukan
berhubungan tindakan keperawatan 2.1 Mengidentifikasi tanda atau gejala
dengan perubahan selama 3 x 8 jam primer penurunan curah jantung
Irama jantung, diharapkan curah 2.2 Memonitor output dan input cairan
perubahan preload jantung meningkat 2.3 Periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum dan sesudah aktivitas
dan perubahan dengan
2.4 Monitor keuhan nyeri
afterload
2.5 Monitor EKG 12 sadapan
dibuktikan dengan kriteria hasil:
2.6 Monitor nilai laboratorium jantung
lelah, Dispnea, 1. Ejection fraction
Terapiutik
takikardia,Edema,T meningkat
2.7 Posisikan pasien semi fowler atau
ekanan darah 2. Takikardia menurun
follower dengan kaki ke bawah atau
menurun, Crt > 3 3. lelah menurun
posisi nyaman
detik, Oliguria 4. Edema menurun
2.8 Memberikan diet jantung yang sesuai
5. Dispenia menurun
2.9 Memberikan terapi relaksasi untuk
Pasien 2 (Ny.S) 6. Oliguria menurun
mengurangi stress
Penurunan curah 7. Ortopnea menurun
2.10 Memberikan dukungan mosional dan
jantung (D.0008) 8. Suara jantung S3
79

No Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
berhubungan menurun spiritual
dengan perubahan 9. Tekanan darah 2.11 berikan oksigen untuk
Irama,perubahan membaik mempertahankan saturasi
preload, perubahan 10. CRT membaik oksigen>94%
afterload, Edukasi
perubahan 2.12 Menganjurkan pasien untuk
kontraktilitas mengukur intake dan output cairan
dibuktikan dengan harian
lelah,Dispnea,Takik Kolaborasi
ardia, Tekanan 2.13 Mengkolaborasikan pemberian anti
darah tinggi, Suara aritmia
jantung Gallop,
Ejection fraction
menurun
3 Nyeri akut Tingkat nyeri
Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) (L.08066) Setelah
Observasi
berhubungan dilakukan tindakan
3.1 Mengidentifikasi lokasi,
dengan agen keperawatan selama 2 karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera biologis x 8 jam diharapkan kualitas, intensitas nyeri
dibuktikan dengan tingkat nyeri menurun 3.2 Mengidentifikasi skala nyeri
Mengeluh dengan 3.3 Mengidentifikasi respon nyeri non
nyeri,tampak kriteria hasil: verbal
meringis,frekuensi 1. Keluhan Terapiutik
nyeri
nadi menurun 3.4 Menberikan teknik non
meningkat,sulit 2. Meringis menurun farmakologis untuk mengurangi
tidur,pola nafas 3. kesulitan tidurrasa nyeri
berubah menurun 3.5 Kontrol lingkungan yang berat rasa
4. frekuensi nadinyeri
membaik Edukasi
5. pola nafas membaik 3.6 Menjelaskan penyebab periode dan
6. tekanan darah pemicu nyeri
membaik
3.7 Menjelaskan strategi meredakan
7. pola tidur membaik
nyeri
3.8 Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
Kolaborasi
3.9 Kolaborasi pemberian analgetik
4 Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energi (I.05178)
aktivitas(D.005) (L.05047) Setelah Observasi
berhubungan dilakukan tindakan
dengan keperawatan selama 4.1 Monitor kelelahan fisik
ketidakseimbang 3x8 jam diharapkan 4.2 Monitor pola dan jam tidu
an antara suplai toleransi aktivitas Terapeutik
meningkat, 4.3 Sediakan lingkungan nyaman dan
dan kebutuhan rendah stimulus
kriteria hasil:
oksigen 4.4 Memberikan aktivitas distraksi yang
1. saturasi oksigen
dibuktikan meningkat menenangkan
dengan mengelu 2. keluhan lelah Edukasi
80

No Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
lelah,frekuensi menurun 4.5 Menganjurkan tirah baring
jantung 3. Dispnea Setelah 4.6 Menganjurkan menghubungi
meningkat > 20% aktivitas menurun perawat jika tanda dan gejala
dari Kondisi 4. Tekanan darah kelelahan tidak berkuran
Membaik Kolaborasi
istirahat,
5. Frekuensi nafas 4.7 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
Gambaran EKG membaik cara meningkatkan asupan makanan
menunjukkan 6. EKG iskemia
iskemia membaik

5 Pasien 1 (Tn.R) Keseimbangan cairan Manajemen hipervolemia (I.03114)


Hipervolemia (L.05020) Observasi
(D.0022) 5.1 Memeriksa tanda dan gejala
berhubungan Setelah dilakukan hipervolemia
dengan gangguan tindakan keperawatan 5.2 Mengidentifikasi penyebab
mekanik regulasi selama 2 x 8 jam hipervolemia
dibuktikan dengan diharapkan 5.3 Monitor status hemodiamik
Ortopnea,Dispnea keseimbangan cairan Terapiutik
edema meningkat, meningkat dengan 5.4 Membatasi asupan cairan dan garam
hemoglobin 5.5 Tinggikan kepala tempat tidur 30
menurun, Oliguria, kriteria hasil: sampai 40 derajat
1. keluaran urine Edukasi
balance cairan
meningkat 5.6 Menganjurkan melapor jika keluaran
positif
2. Edema menurun urine kurang dari 0,5 ml/kg/jam dalam
3. Tekanan darah 6 jam
membaik 5.7 Mengajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluran cairan
Kolaborasi
5.8 Mengkolaborasikan pemberian
diuretik

4.3 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.9
Implementasi Keperawatan pada Pasien I (Tn.R) dengan Penyakit Jantung
Koroner dicempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan
Rabu, 18 Mei 2022 1.1 Memantau frekuensi, Frekuensi napas
15.00 Irama, kedalaman cepat, irama teratur,
dan upaya napas upaya nafas duduk

15.05 1.3 Auskultasi bunyi Suara napas


nafas tambahan vesikuler

15.10 2.11 Pemberian oksigen Pasien terpasang


81

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan
nasal kanul 3 Lpm nasal kanul 3 Lpm

15.15 2.7 Memposisikan Posisi pasien semi


pasien setengah fowler
duduk (Semi fowler)

15.25 1.4 Mengukur saturasi Spo2:96%


oksigen
2.3 Mengukur tekanan TD:80/50 mmhg
darah

15.30 1.7 Menginformasikan Pasien mengetahui


hasil pemantauan hasil dari
kepada pasien pemantauan
Respirasi

15.35 1.5 Mengatur interval pemantauan


pemantauan respirasi dilakukan setiap 4
jam

15.40 1.6 Mencatat hasil Hasil pemantauan


pemantauan didokumentasikan

16.00 3.3 Menilai respon non Pasien tampak


verbal adanya nyeri memegang dada dan
tampak meringis

16.05 3.1 Mengidentifikasi Nyeri dada


lokasi, karakteristik Kiri,terasa seperti
durasi, frekuensi, tertusuk
kualitas dan Skala 3, rasa nyeri
intensitas nyeri yang hilang timbul
dirasakan

16.10 3.8 Mengajarkan teknik pasien dapat


Tarik nafas dalam memahami Tarik
sebagai teknik non nafas dalam sebagai
farmakologis teknik non
farmakologis

16.15 3.4 Memfasilitasi Pasien Tarik nafas


pasien untuk Tarik dalam Untuk
nafas dalam mengatasi rasa nyeri
sebagai teknik non
farmakologis
16.30 2.5 Melakukan Irama : reguler
82

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan
pemeriksaan EKG Frekuensi : 120
x/mnt
Segment St
Isoelektris
Sinus tachicardia
2.6 Melakukan
16.35 Troponin T 21 pg/dl
pemantauan hasil
laboratorium

16.40 2.1 Menilai tanda dan Ku:lemah


gejala primer Jvp: 9 cmh20
penurunan curah CRT >3 dtk
Jantung Edema pada kaki

16.45 5.1 Menilai adanya Dispnea,edema,jvp


tanda dan gejala meningkat,Hb
hipervolemia menurun,
oliguria,balance
cairan positif
5.4 Membatasi asupan
17.00 cairan pada pasien Pasien minum
1000ml

17.10 5.7 Memberitahu pasien Pasien mengatakan


untuk mengukur Intake:455,64 ml
intake dan outputnya Output:375 ml

17.15 5.3 Mengukur status TD : 110/60 mmhg


hemodinamik N:101x/menit

17.30 1.2 Monitor pola napas Pola napas takipnea


R: 22x/menit

17.45 2.8 Memberikan diet Pasien


jantung menghabiskan
makanan setengah
piring

17.55 4.1 Memantau adanya Pasien mengatakan


kelelahan Pada sering lelah setelah
pasien ke kamar mandi

18.00 4.2 Menanyakan adanya Pasien mengatakan


gangguan pola tidur adanya sulit tidur
5.8 Pemberian obat Injeksi telah
injeksi furosemide diberikan
83

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan

18.15 3.9 Pemberian obat oral Obat sudah diminum


ISDN oleh pasien

18.30 2.10 Menghubungi Keluarga pasien


keluarga untuk datang untuk
menemani pasien menemani pasien
sebagai bentuk
dukungan emosional

19.00 4.3 Menyediakan tempat Pasien merasa


yang nyaman seperti nyaman
suhu ruangan yang
stabil

20.00 4.5 Menganjurkan Pasien tampak


pasien untuk berbaring ditempat
istirahat tidur

20.30 2.9 Memberikan minyak Pasien tampak rileks


kapak untuk dan tenang
rileksasi
21.00 Rasa lelah masih
4.6 Menginformasikan terasa
pada Pasien apabila
lelah belum
berkurang
Kamis, 19 Mei 1.1 Memantau Frekuensi napas
2022 frekuensi, Irama, membaik, irama
15.00 kedalaman dan teratur, upaya nafas
upaya napas duduk

15.05 1.5 Mengatur interval Pemantauan


pemantauan dilakukan setiap 4
respirasi pada pasien jam

15.20 2.3 Mengukur Tekanan Td : 101/71 mmHg


darah

15.30 1.2 Monitor pola nafas Pola napas membaik


R : 20 x/menit

15.35 2.11 Pasien terpasang Sesak napas


nasal kanul dengan 2 berkurang
lpm
84

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan

15.50 2.7 Memposisikan pasien Pasien merasa


semi fowler nyaman

16.00 2.4 menanyakan keluhan skala nyeri 1, nyeri


nyeri pada pasien berkurang

16.10 3.4 Tarik napas dalam Nyeri dada


sebagai teknik non berkurang
farmakologis

16.30 2.1 Menilai tanda dan Ku: Sedang


gejala primer Jvp: 9 cmh20
penurunan curah CRT >3 dtk
Jantung Edema pada kaki
menurun
17.00 2.2 Mengukur Intake dan
output I:455,64
O:575
17.30 5.6 Memberitahu pasien
untuk melapor jika Pasien tampak
pengeluaran urine paham
sedikit
17.45 5.1 memantau tanda dan Edem menurun, jvp
gejala hipervolemia 9 cmh20,sesak
berkurang,
pengeluaran urine
membaik

18.00 5.8 Pemberian injeksi Injeksi telah


furosemide diberikan

18.15 3.9 Pemberian obat oral Pasien telah Minum


ISDN obat

18.15 4.2 menanyakan kepada Sulit tidur berkurang


pasien adanya
gangguan pola tidur
18.20 4.7 Berkolaborasi Pemberian Bubur
meningkatkan diet jantung dan
asupan makanan buah
pada pasien sesuai
dengan di jantung
85

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan
18.30 2.8 pemberian Buah Snack habis
sebagai snack

18.45 3.5 Mengontrol Pasien tampak


lingkungan yang nyaman
memperberat dengan
membatasi
pengunjung

19.00 4.1 Memantau kelelahan Rasa lelah berkurang


fisik

19.30 4.4 melakukan aktivitas Pasien Tampak


bersholawat sebagai tenangdatang
aktivitas distraksi

20.00 2.10 menghubungi Keluarga Pasien


keluarga untuk datang
menemani pasien
sebagai dukungan
emosional

20.30 4.3 menganjurkan untuk Pasien ditemani istri


menemani pasien
hanya satu orang

21.00 4.5 Menganjurkan pasien Pasien dapat tidur


untuk istirahat

Jumat, 20 Mei 2022 4.2 menanyakan kepada Pasien tidak ada


07.30 pasien adanya gangguan tidur
gangguan pola tidur

07.40 4.1 Memantau adanya Keluhan lelah


tanda kelelahan menurun

07.50 1.2 Memantau pola Pola napas membaik


napas

08.00 3.9 pemberian obat oral Pasien minum obat


isdn

08.15 1.4 mengukur saturasi Spo²: 98%


oksigen pasien

08.30 2.3 mengukur Tekanan Tekanan darah


86

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan
darah 120/70 mmHg

09.00 2.11 Pemberian oksigen Terpasang oksigen


nasal kanul 2 LPM nasal kanul 2 LPM

10.00 2.2 memantau intake dan Intake: 455,64


output cairan Output: 675
Balance cairan -
219,36

11.30 4.4 memberikan waktu Pasien tampak


pasien untuk tenang
bersholawat sebagai
aktivitas distraksi
yang menenangkan

12.00 2.7 Memposisikan pasien Posisi semi fowler


semi fowler

12.30 2.8 Memberikan Bubur Diet jantung


makanan bubur diet habis
antung

13.00 4.3 membatasi Pasien tampak


pengunjung untuk tenang
pasien berisitirahat

14.30 4.5 Menganjurkan pasien Pasien tampak tidur


untuk tidur
87

Tabel 4.10
Implementasi Keperawatan pada Pasien 2 (Ny. S) dengan Penyakit Jantung
Koroner di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan
Minggu, 22 Mei 1.1 memantau frekuensi, Frekuensi cepat
2022 Irama kedalaman dan Upaya napas duduk
15.00 upaya napas

1.3 Auskultasi bunyi Suara napas


15.15 nafas vesikuler
15.16 2.7 Memposisikan posisi pasien
semifowler atau semifowler
fowler

15.17 2.11 Pemberian oksigen sesak napas


oksigen nasal kanul 2 berkurang karena
lpm pemberian oksigen

2.4 Menanyakan Rasa terdapat keluhan


15.30 nyeri dada
nyeri

15.45 3.8 Mengajarkan tarik pasien tampak


napas dalam untuk paham
meredakan nyeri

16.00 3.4 Memfasilitasi pasien pasien tarik dalam


untuk Tarik nafas
dalam

2.9 Pemberian minyak pasien nyaman


16.05
kayu putih

2.6 Memantau hasil Leokosit 7,62


16.30 Eritrosit 4,16
laboratrium
Hemoglobin 13,1
Hematokrit 38,0
Pdw 15,9
Glukosa sewaktu 120

Makanan pasien
17.00 2.8 Memberikan makanan habis
sesuai diet jantung Segmen St depresi,
2.5 Melakukan gelombang T inversi
18.00
pemeriksaan EKG Di V2 dan V3
88

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan

Injeksi petidene
3.9 Pemberian injeksi diberikan ½ amp
18.30 petidene

Dispnea,Td:130/60
2.1 Menilai adanya tanda mmHg, N: 110
atau gejala penurunan /menit,R:
19.00 curah jantung 28x/menit,Spo2 96%
suara jantung
Gallop , jvp 8 cmh20

I 688,5 ml
2.2 Monitor intake dan O 795,4 ml
19.30 output cairan

Pasien mengeluh
4.1 Menanyakan pada lelah
pasien tanda
20.00 kelelahan
Pasien sulit tidur
4.2 Menanyakan pola
20.30 tidur
Pasien membatasi
4.5 Menganjurkan pasien aktivitas
20.45 untuk Istirahat
Pasien istirahat
21.00 4.3 Menyediakan tempat
tidur yang bersih dan
nyaman untuk pasien

Senin, 23 Mei 4.2 menanyakan pola Kesulitan tidur


2022 tidur pasien menurun
07.30
07.35 2.4 menanyakan adanya Tidak ada keluhan
keluhan nyeri nyeri
3.2 menilai skala nyeri Skala nyeri 1

08.00 2.8 memberikan Makanan habis


makanan nasi diet
jantung

08.30 1.2 Memantau Pola Pola napas


napas membaik, R: 16
x/menit
2.3 Memantau Tekanan Td: 120/90 mmHg
89

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


pelaksanaan
darah
1.4 memantau saturasi Spo² 98%
oksigen

09.00 4.4 Memberikan Pasien tampak


aktivitas berupa tenang dalam
menonton ceramah mendengarkan
ceramah

10.00 4.1 Menanyakan adanya Lelah berkurang


kelelahan pada
pasien

11.00 2.2 memantau intake I: 250 ml


dan output cairan O: 100 ml
pasien

12.00 2.8 Memberikan Pasien


makanan sesuai Menghabiskan
dengan diet jantung makanan

12.15 3.9 Pemberian obat Oral Pasien minum


secara teratur

13.00 4.3 menyediakan Pasien tampak


lingkungan dengan nyaman
suhu ruangan 22
derajat Celcius

13.30 2.3 mengukur tekanan TD: 120/76 mmHg


darah

4.4 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.11
Evaluasi Keperawatan pada Pasien 1 (Tn.R) dengan Penyakit Jantung Koroner
diruang cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Hari ke Diagnosa keperawatan Evaluasi


Rabu 18 Pola nafas tidak efektif S :
Mei 2022 (D.0005) - pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan terasa sesak saat
berbaring
90

Hari ke Diagnosa keperawatan Evaluasi


O:
- Penggunaan otot bantu nafas
- R : 22 x/mnt
- Pola nafas takipnea
A:
- Masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi sebagian
P:

- Intervensi dilanjutkan
1.1 Monitor Frekuensi, Irama, kedalaman,
dan upaya nafas
1.5 Mengatur interval pemantauan
1.6 Dokumentasi hasil pemantauan
Penurunan curah jantung S:
(D.0008) - pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan Masih merasa
lelah
O:
- Nadi 101 x/menit
- Edema pada kaki
- Tekanan darah 110/60 mmHg
- CRT 5 dtk
- keluaran urine sedikit
A:
- Masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian
P:

- Intervensi dilanjutkan
2.1 Mengidentifikasi tanda dan gejala
penurunan curah jantung
2.2 Monitor output dan input cairan
2.3 Monitor Tekanan darah
2.7 Posisikan semifowler
2.8 Memberikan diet jantung yang sesuai
2.9 Memberikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres
2.11Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Nyeri akut (D.0077) S:
- pasien mengatakan nyeri dada
berkurang
O:
- meringis menurun
- Nadi 101x/menit
- Pasien Sulit tidur
- pola nafas takipnea
91

Hari ke Diagnosa keperawatan Evaluasi


A:
- masalah keperawatan nyeri aku
teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
3.4 Teknik non formalkologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3.5 Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
3.9 Kolaborasi Pemberian analgetik

Intoleransi aktivitas S:
- pasien mengatakan terasa lelah
- Pasien merasa sesak setelah
aktivitas
O:
- N:100x /menit
A:
- masalah keperawatan intoleransi
aktivitas teratasi sebagian
P:
- intervensi dilanjutkan
4.1 Monitor kelelahan fisik
4.2 Monitor pola dan jam tidur
4.3 Memberikan Aktivitas distraksi
yang menenangkan
4.7 Kolaborasikan dengan ahli gizi cara
meningkatkan asupan makanan

Hipervolemia Hipervolemia
S:

- pasien mengatakan sesak nafas


berkurang
- Pasha mengatakan sesak saat
berbaring
O:
- Edema pada kaki
- Jvp : 9 cmh20
- Hb: 10,2
- Oliguria
- I: 455,64 Ml
- O: 275 ml
- Balance cairan + 180,64
A:
- Masalah keperawatan hipervolemia
belum teratasi
92

Hari ke Diagnosa keperawatan Evaluasi


P:
- Intervensi dilanjutkan
5.1 Memeriksa tanda dan gejala
hipervolemia
5.6 Menganjurkan melapor jika
keluaran urine kurang dari 0,5
Ml/kg/jam dalam 6 jam
5.8 Kolaborasikan pemberian diuretik

Kamis,19 Mei 2022 Pola nafas tidak efektif S:


(D.0005) - Pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan rasa sesak saat
berbaring berkurang
O:
- Penggunaan otot bantu napas
menurun
- R: 20 x/menit
- pola nafas membaik
A:
- masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi
P:
- intervensi diberhentikan

Penurunan curah jantung S:


(D.0008) - pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan lelah berkurang
O:
- Nadi 91x/menit
- edema Pada kaki memurun
- CRT 3 dtk
- Oliguria menurun
A:
- masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian
P:
- intervensi dilanjutkan

2.3 Monitor Tekanan darah


2.7 Memposisikan semifowler
2.8 Memberikan diet jantung yang sesuai
2.9
2.10
2.11 Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
Nyeri akut (D.0077) S:
- pasien mengatakan nyeri dada
berkurang
93

Hari ke Diagnosa keperawatan Evaluasi


O:
- meringis menurun
- Nadi 101x/menit
- sulit tidur menurun
- pola nafas membaik,R : 20 x/menit
A:
- masalah keperawatan nyeri akut
teratasi
P:
- intervensi diberhentikan
Intoleransi S:
aktivitas(D.0056) - pasien mengatakan lelah menurun
- Pasien mengatakan sesak nafas
berkurang setelah aktivitas
berkurang
O:
- Nadi:91 x/mnt
A:
- Masalah keperawatan intoleransi
aktivitas teratasi
P:
- intervensi dihentikan
Hipervolemia S:
pasien mengatakan sesak napas
berkurang
Pasien mengatakan sesak saat berbaring
berkurang
O:
- edema pada kaki menurun
- jvp 9 cmh20
- Oliguria menurun
- balance cairan – 119,36 ml

A:
- masalah keperawatan hipervolemia
teratasi

P:
- Intervensi diberhentikan
Jumat,20 Mei 2022 Penurunan curah jantung S:
(D.0008) - pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan lelah menurun
O:
- Nadi 80x/menit
- TD: 120/70 x/menit
- edema pada kaki menurun
- CRT 5 dtk
- Oliguria menurun
94

Hari ke Diagnosa keperawatan Evaluasi


A:
- masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian
P:
- intervensi dilanjutkan
2.2 Monitor Intake dan output
2.3 Monitor Tekanan darah
2.7 Memposisikan pasien semifowler
2.8 Memberikan diet jantung yang sesuai
2.9 Memberikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres

Tabel 4.12
Evaluasi Keperawatan pada Pasien 2 (Ny. S) dengan Penyakit Jantung Koroner
diruang AsterRSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi

Minggu, 22 Mei Pola nafas tidak efektif S:


2022 (D.0005) - pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Pasien mengatakan sesak saat
berbaring
O:
- Penggunaan otot bantu napas
menurun
- R: 16 x/menit
- Pola nafas membaik
A:

- masalah keperawatan pola nafas tidak


efektif teratasi
P:
- intervensi dihentikan
Penurunan curah jantung S:
(D.0008)
- pasien mengatakan sesak nafas
berkurang
A:

- Td: 110/70 mmHg


- N : 100 x/mnt
- Suara jantung Gallop
- Ejection fraction menurun, LVEF:
45%
A:

- Masalah keperawatan penurunan


95

Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi

curah jantung teratasi sebagian


P:

- intervensi dilanjutkan
2.2 Monitor intake dan output cairan
2.3 Periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum dan sesudah aktivitas
2.8 Memberikan diet jantung yang sesuai
Nyeri akut (D.0077) S:
- pasien mengatakan nyeri dada
berkurang
O:
- Td: 110/70mmhg
- N: 100 x/mnt
- Sulit tidur Menurun
- meringis menurun
- Pola napas membaik, R:16 x/menit
A:
- masalah keperawatan nyeri akut
teratasi sebagian
P:
- intervensi dilanjutkan
3.2 Mengidentifikasi skala nyeri
3.4 Memberikan teknik non formalkologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Intoleransi S:
aktivitas(D.0056) - pasien mengatakan rasa lelah
berkurang
O:
- Tekanan darah 110/70 mmHg
- N : 100x/mnt
A:
- intoleransi aktivitas teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
Senin, 23 Mei Penurunan curah jantung S:
(D.0008) - pasien mengatakan sesak nafas
2022 berkurang
- Pasien mengatakan rasa lelah
berkurang
O:
- Td: 120/70 mmHg
- N : 80x/mnt
- Jvp 8 cmh20
- Suara jantung Gallop
A:
- masalah keperawatan penurunan
96

Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi

curah jantung teratasi sebagian


P:

- intervensi dilanjutkan
2.2 Monitor intake dan output cairan
2.8 Memberikan diet jantung yang
sesuai

4.2) Pembahasan

4.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

nafas(D.0005)

Masalah utama pola nafas tidak efektif ditemukan pada kedua pasien

kelolaan. Pada pasien 1 (Tn.R) ditemukan keluhan sesak nafas, frekuensi nafas 26

x/menit pola nafas Dispnea, dan terdapat penggunaan otot bantu napas. Pada

pasien 2 (Ny.S) ditemukan keluhan sesak nafas, frekuensi napas 28 x/menit pola

nafas dispenea dan terdapat penggunaan otot bantu nafas.

Masalah keperawatan pada nafas tidak efektif sesuai dengan patofisiologi

Fauzan, 2017. Keluhan sesak nafas yang terjadi pada kedua pasien dikarenakan

penyakit jantung koroner menyebabkan terjadinya kegagalan jantung dalam

memompa darah sehingga darah yang berada di paru-paru akan kekurangan

oksigen yang ditandai dengan respirasi meningkat serta penggunaan otot bantu

napas sehingga muncul diagnosis keperawatan pola nafas tidak efektif.

Dalam upaya mengatasi masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar intervensi keperawatan

(SIKI,2018) adalah pemantauan respirasi bertujuan mengumpulkan dan


97

menganalisis data untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan keefektifan

pertukaran gas sehingga diharapkan pola nafas pada pasien dapat meningkat.

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 (Tn.R) selama 2x8 Jam dan

pasien 2 (Ny. S) dilakukan selama 1×8 jam berupa memonitor frekuensi, Irama,

kedalaman, dan upaya napas, monitor pola nafas, auskultasi bunyi napas,

mengatur pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien dan mendokumentasikan

hasil pemantauan.

Hasil evaluasi pada pasien 1 (Tn.R) masalah keperawatan pola nafas tidak

efektif teratasi di hari kedua, dengan keluhan sesak nafas berkurang, frekuensi

nafas 20 x/menit. Pada pasien 2 masalah keperawatan pola nafas tidak efektif

teratasi di hari pertama. Menurut penulis perbedaan hasil pada kedua pasien

karena pasien 1 (Tn.R) sering melepaskan terapi oksigen Nasal kanul yang

terpasang sehingga hari pertama hanya teratasi sebagian dengan frekuensi napas

24 x/menit, Sedangkan pada pasien 2 (Ny.s) terapi oksigen nasal kanul yang

diberikan tetap terpasang dan hari perawatan memasuki ke-6 sehingga pada saat

implementasi di hari pertama dapat teratasi. Berdasarkan hasil evaluasi yang

didapatkan menurut Kennedy,2013 pemberian oksigen dapat meningkatkan

tekanan perfusi koroner sehingga oksigen yang diberikan dapat meningkat pada

jaringan jantung yang mengalami penyumbatan dan dapat memperbaiki

keseimbangan oksigen pada jantung berhubungan dengan irama, perubahan

afterload , perubahan preload dan perubahan kontraktilitas


98

4.2.2 Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama, perubahan

afterload , perubahan preload dan perubahan kontraktilitas (D.0008)

Masalah penurunan curah jantung ditemukan pada kedua pasien kelolaan.

Pada pasien 1 (Tn.R) Ditemukan keluhan lelah, sesak nafas, terdapat edema pada

kaki, tekanan darah menurun, takikardia, CRT >3 detik,oliguria. Pada pasien 2

data yang didapatkan yaitu lelah, sesak nafas, takikardia, tekanan darah

meningkat, dan terdengar suara jantung tambahan gallop.

Masalah keperawatan pada nafas tidak efektif sesuai dengan patofisiologi

Fauzan,2017. Pada penyakit jantung koroner memiliki gangguan aliran darah ke

arteri koroner sehingga oksigenasi dalam jaringan terganggu, yang menyebabkan

oksigen ke miocard menurun dan kontraksi miokard juga akan menurun. Ketika

kontraksi miokard menurun membuat CO2 meningkat ditandai dengan adanya

nadi dan tekanan darah meningkat atau menurun oleh sebab itu terjadinya

penurunan.

Dalam upaya mengatasi masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar intervensi keperawatan

(SIKI,2018) perawatan jantung yang bertujuan mengidentifikasi, merawat, dan

membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi

oksigen miokard sehingga diharapkan curah jantung meningkat.

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 (Tn.R) yang dilakukan

selama 3 x 8 jam dan pasien 2 (Ny.S) selama 2 x 8 jam yaitu mengidentifikasi

tanda dan gejala primer penurunan curah jantung, memonitor intake dan output
99

cairan, memonitor keluhan nyeri dada, memberikan diet jantung yang sesuai,

memberikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres memberikan dukungan

emosional dan spiritual, memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi

>94 %, mengajarkan pasien untuk mengukur intake dan output cairan, dan

kolaborasi pemberian anti aritmia.

Hasil evaluasi pasien 1(Tn.R) dengan masalah keperawatan penurunan

curah jantung teratasi sebagian di hari ke-tiga. Tanda dan gejala yang dapat

teratasi adalah rasa sesak nafas dan lelah berkurang, edema pada kaki menurun,

takikardia menurun, oliguria menurun, tekanan darah membaik. Masalah yang

belum teratasi pada pasien 1(Tn.R) adalah peningkatan jvp 9 cm h20, CRT >3

detik. Pada pasien 2 (Ny.S) masalah keperawatan penurunan curah jantung

teratasi sebagian di hari ke-dua. Masalah teratasi yaitu keluhan sesak nafas dan

lelah menurun, takikardia menurun, dan tekanan darah membaik. Masalah yang

belum teratasi adalah suara jantung Gallop.

4.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera Biologis (D.0077)

Masalah nyeri akut ditemukan pada kedua pasien kelolaan. Pada pasien 1

(Tn.R) ditemukan keluhan nyeri, rasa nyeri pada saat istirahat dengan kualitas

nyeri seperti tertusuk, lokasi nyeri pada dada sebelah kiri dengan skala 3 waktu

nyeri yang dirasakan hilang timbul, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi

meningkat, sulit tidur, dan pola nafas berubah. Pada pasien 2 ditemukan keluhan

nyeri, rasa nyeri saat istirahat, kualitas nyeri terasa panas, lokasi nyeri menjalar
100

daerah punggung, lengan kiri, punggung dan sampai ke tengkuk dengan skala

nyeri 2, pasien tampak meringis, tampak gelisah dan sulit tidur.

Masalah keperawatan nyeri aku sesuai dengan patofisiologi Fauzan,

2017. Pada penyakit jantung koroner disebabkan adanya kematian sel karena

pasokan oksigen yang kurang sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.

Prostatlandin merangsang bradikinin sebagai reseptor nyeri yang akan diteruskan

oleh spinotalamikus lateral sebagai informasi adanya rasa nyeri.

Dalam upaya mengatasi masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar intervensi keperawatan

Indonesia (SIKI,2018) adalah manajemen nyeri yang bertujuan mengidentifikasi

dan mengelola pengamalan sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan atau fungsional dengan omset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang diharapkan tingkat nyeri

menurun.

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 (Tn.R) selama 3 x 8 jam dan

Pasien 2 (Ny.S) selama 2 x 8 jam berupa mengidentifikasi lokasi, karakteristik

durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri

mengidentifikasi respon non verbal, pemberian terapi non farmakologis yaitu

relaksasi nafas dalam dan pemberian kolaborasi obat oral pada pasien.

Hasil evaluasi pada pasien 1 (Tn.R) masalah keperawatan nyeri akut

teratasi di hari ke-dua. Ditemukan keluhan nyeri menurun, meringis menurun,

gelisah menurun, kesulitan tidur menurun, frekuensi nadi membaik, pola nafas
101

membaik dan tekanan darah membaik di hari ke-dua. Sehingga pada pasien 1

(Tn.R) masalah keperawatan nyeri akut teratasi . Pada pasien 2 (Ny.S) masalah

keperawatan nyeri akut teratasi di hari pertama. Ditemukan keluhan nyeri

menurun, meringis menurun gelisah menurun sulit tidur menurun frekuensi nafas

membaik pola nafas membaik dan tekanan darah membaik.

Menurut penulis hasil perbandingan yang ditemukan pada kedua pasien

karena pasien 1 (Tn.R) sering lupa untuk meminum obat dan kurangnya dukungan

keluarga untuk mengingatkan pasien minum obat, sedangkan Pada pasien 2

(Ny.S) hari perawatan ke-6 skala nyeri 2 dan pemberian injeksi petidin setengah

ampul apabila rasa nyeri muncul dan adanya keluarga yang selalu mengingatkan

pasien untuk meminum obat sehingga masalah keperawatan nyeri akut dapat

teratasi.

4.2.4 Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

Masalah intoleransi aktivitas yang ditemukan pada kedua pasien kelolaan.

Pada pengkajian pasien 1 (Tn.R) ditemukan keluhan lelah, terdapat dispnea saat

setelah istirahat. Pengkajian pada pasien 2 (Ny.S) ditemukan keluhan lelah,

dispenea saat istirahat, merasa lemah tekanan darah meningkat dan gambaran

EKG menunjukkan segment ST depresi dan gelombang T inversi.

Masalah intoleransi aktivitas sesuai dengan patofisiologi Fauzan, 2017.

Keluhan lelah dan terdapat dispenia pada penderita jantung koroner dikarenakan

suplai darah ke jaringan menurun sehingga terbentuk metabolisme anaerob.


102

Proses metabolisme anaerob akan menghambat ATP sehingga terjadi

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang akan muncul

masalah keperawatan yaitu intoleransi aktivitas.

Dalam upaya mengatasi masalah keperawatan tersebut, penulis

melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar intervensi

keperawatan Indonesia (SIKI,2018) yaitu manajemen energi yang bertujuan untuk

mengidentifikasi mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah

kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan sehingga diharapkan toleransi

aktivitas dapat meningkat.

Upaya yang dilakukan pasien 1 (Tn.R) selama 3x8 jam dan pasien 2

(Ny.s) 2x8 jam adalah memonitor adanya kelelahan fisik dan adanya gangguan

pola tidur, menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus

memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan, dan menganjurkan tirah

baring.

Hasil evaluasi pada pasien 1 (Tn.R) dengan masalah keperawatan

intoleransi aktivitas dapat teratasi di hari ke-dua., ditemukan Lelah menurun, rasa

lemah menurun, sesak nafas menurun, frekuensi nafas membaik sehingga pada

pasien teratasi. Pada pasien 2 (Ny.S) masalah keperawatan intoleransi aktivitas

teratasi di hari pertama, ditemukan keluhan rasa lelah menurun, sesak nafas

menurun, tekanan darah membaik frekuensi nafas membaik sehingga masalah

keperawatan teratasi.
103

Menurut asumsi penulis hasil perbandingan yang ditemukan pada kedua

pasien dikarenakan pasien 1 (Tn.R) di hari pertama sering melepaskan oksigen

yang terpasang maka pemenuhan oksigen kurang, akibatnya terjadi

ketidakseimbangan antara suplai oksigen, sehingga pasien memiliki

ketidakcukupan energi dalam melakukan aktivitas yang ditandai dengan adanya

rasa lelah. Sedangkan pasien 2 (Ny.S) pasien sudah memasuki hari perawatan ke-

6 dengan terapi oksigen yang teratur sehingga di hari pertama Masalah dapat

teratasi. Pada penyakit jantung koroner kelelahan dan sesak nafas mempunyai

korelasi yang tinggi, sesak napas dimulai sebelum kelelahan dan setelah aktivitas

(Friedman & King,1995 dalam falk, 2007).

4.2.5 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

(D.0022)

Masalah hipervolemia yang ditemukan pada pasien 1 (Tn. R) dengan

keluhan sesak nafas, terdapat edema pada kaki, jvp 9 cmh20, kadar HB 10,2 g/dl,

haluaran urine sedikit (Oliguria), balance cairan positif +80,64.

Masalah hipervolemia yang ditemukan pada pasien 1 (Tn.R) sesuai

dengan patofisiologi (Fauzan, 2017)penyakit jantung koroner menyebabkan

terjadinya kegagalan jantung dalam memompa darah yang akan mempengaruhi

aliran darah pada ginjal. Aliran darah pada ginjal dapat menurun sehingga RAA,

aldosteron, dan ADH akan meningkat yang menyebabkan retensi natrium dan air

sehingga terjadinya edema dengan masalah keperawatan yang muncul yaitu

hipervolemia.
104

Dalam upaya mengatasi masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar intervensi keperawatan

Indonesia (SIKI,2018) adalah manajemen hipervolemia yang bertujuan

mengidentifikasi dan mengelola kelebihan volume cairan intravaskuler dan

ekstraseluler serta mencegah terjadinya komplikasi diharapkan keseimbangan

cairan dapat meningkat.

Implementasi yang diberikan pada pasien 1 (Tn.R) dilakukan selama 3 x 8

jam berupa mengidentifikasi tanda dan gejala hipervolemia, memonitor status

hemodinamik, memonitor intake dan output cairan, membatasi asupan cairan dan

garam, meninggikan kepala 30°– 40° dan mengkolaborasikan pemberian diuretik.

Hasil evaluasi pada pasien 1 (Tn.R) masalah hipervolemia dapat teratasi

di hari ke-dua. Ditemukan keluhan sesak nafas berkurang, edema pada kaki

berkurang, keluhan sulit buang air kecil menurun, dan balance cairan negatif.

Menurut asumsi penulis Edema pada kaki pasien menurun dikarenakan pasien

rutin diberikan injeksi furosemide dan edukasi membatasi asupan cairan.

Pemberian injeksi furosemide pada pasien mampu menurunkan edema pada

tangan dan kaki. Injeksi furosemidel adalah lob diuretik yang digunakan untuk

mengatasi edema, sehingga edema dapat menurun pada pasien (grano,dkk).

Pembatasan cairan yang dilakukan kepada pasien dapat menurunkan kejadian

hipervolemia. Pembatasan cairan dan sodium dapat mengurangi gejala kerja

jantung yang semakin berat. (Grano,dkk)


105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2

dengan Penyakit Jantung Koroner di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda,

penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil pengkajian yang ditemukan pada kedua pasien terdapat

persamaan dan perbedaan. Persamaan yang ditemukan pada kedua pasien

adalah keluhan sesak nafas, lelah, nyeri dada, dan sulit tidur. Keluhan yang

dirasakan pada kedua pasien sesuai dengan Gejala yang terdapat pada

penyakit jantung koroner seperti sesak nafas dengan respirasi>20 x/menit,

terdapat rasa nyeri dada, adanya kelemahan dan kelelahan yang disertai

dengan nadi meningkat (Mutaqqin,2009).

Perbedaan yang ditemukan pada pasien 1 yaitu hipotensi, haluaran urine

yang sedikit dan terdapat edema. Pada pasien 2 ditemukan hipertensi dan

suara jantung tambahan gallop. Keluhan nyeri yang dirasakan pada pasien

terdapat perbedaan. Pada pasien 1 (Tn.R) nyeri yang dirasakan pada bagian

dada sebelah kiri terasa seperti tertusuk. Pada pasien 2 (Ny.s) nyeri yang

dirasakan pada bagian dada sebelah kiri menjalar ke lengan kiri, tengkuk,

dan punggung. Rasa nyeri yang dirasakan terasa panas.

2. Diagnosis keperawatan pada Kedua pasien memiliki persamaan dan juga

perbedaan. Persamaan diagnosis pada kedua pasien adalah pola nafas tidak
106

efektif yang berhubungan dengan hambatan upaya nafas dikarenakan kedua

pasien merasakan sesak nafas disertai rasa nyeri dada. Diagnosis nyeri akut

juga memiliki persamaan dari kedua pasien yaitu nyeri akut yang

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dan diagnosis intoleransi

aktivitas yang memiliki persamaan diagnosis berhubungan dengan

ketidakseimbangan suplai oksigen. Perbedaan yang ditemukan pada diagnosis

keperawatan kedua pasien adalah hipervolemia. Pada pasien 1(Tn.R)

memiliki tanda dan gejala hipervolemia yaitu adanya Edema pada kaki,Crt >5

detik sedangkan pada pasien 2 tidak memiliki tanda dan gejala yang spesifik

dari pada pasien 1. Perbedaan yang ditemukan dengan diagnosis penurunan

curah jantung pada pasien 1(Tn.R) penurunan curah jantung berhubungan

perubahan Irama, perubahan afterload dan perubahan preload, sedangkan

pada pasien 2(Ny.s) diagnosis nya adalah penurunan curah jantung

berhubungan dengan perubahan Irama jantung dan perubahan afterload.

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis secara mandiri edukasi,

berkolaborasi kepada pasien 1(Tn.R) dan pasien 2(Ny.S) disesuaikan dengan

diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien, data penunjang dan kondisi

pasien

4. Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan diagnosis

yang telah disusun penulis. Implementasi keperawatan diberikan kepada

kedua pasien sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

5. Hasil evaluasi yang ditemukan oleh penulis pada kedua pasien dengan

masalah keperawatan pola nafas tidak efektif, nyeri akut, hipervolemia, dan
107

intoleransi aktivitas dapat teratasi. Pada kedua pasien masalah keperawatan

yang belum teratasi adalah penurunan curah jantung, sehingga memerlukan

intervensi lanjutan.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Penulis

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan

dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan

penulis selanjutnya dapat mempertimbangkan aspek komplikasi penyakit

jantung koroner yaitu gagal jantung, angina pectoris: nstemi dan stemi.

5.2.2 Untuk Instalasi Rumah Sakit

Saran dari penulis untuk pihak rumah sakit dapat lebih meningkatkan

edukasi kepada pasien khususnya penyakit jantung koroner agar dapat

memberikan motivasi pasien untuk mempunyai pola hidup yang berkualitas

5.2.3 Untuk Perkembangan Ilmu Keperawatan

Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat menambah

keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada

pasien dengan penyakit jantung koroner dan menjadi acuan sebagai bahan

pembanding dalam melakukan penelitian bagi peneliti selanjutnya


DAFTAR PUSTAKA

Ayu, A W dan Siti, K M. (2020). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan

Kecemasan Pasien yang akan Menjalani Kateterisasi Jantung di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda. Borneo Student Research. Vol 2, No 1

Aritonang, Anggraini, Y., & Leniwita, H. (2020). Buku I : Modul Keperawatan

Medikal Bedah I. Universitas Kristen Indonesia Institutional Repository, 344.

http://repository.uki.ac.id/2744/1/MODULKEPERAWATANMEDIKALBE

DAHIBuku1.pdf%0Ahttp://repository.uki.ac.id/id/eprint/2744%0A

Direktorat P2PTM. (2019). Mengenali Tanda dan Gejala Serangan Dini Penyakit

Jantung Koroner. Kesehatan, 30.

http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz

09/2018/09/

Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang

_Dwiputra_Hari_Jantung_Sedunia_2018.pdf

Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor Risiko Dominan

Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3),

153–164. https://doi.org/10.22435/bpk.v44i3.5436.153-164

Harahap, G., Nurcahyo, W., & Ismail, A. (2016). Mortalitas Operasi Jantung

Coronary Artery Bypass Graft Di Rsup Dr Kariadi Semarang Periode Januari

2014 - Desember 2014. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 5(2), 160–166.

Kabo, P. (2014). Penyakit jantung koroner penyakit atau proses alamiah. Jakarta:

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


2

Kemenkes RI. (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar kaltim. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan kesehatan 2019


KemenKes RI. (2017). Rencana Aksi Nasional Penyakit Tidak Menular 2015-

2019. In Kementrian Kesehatan RI (pp. 1–166).

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI.

Kemenkes RI.(2019). Penyakit Jantung Penyebab Kematian Terbanyak ke-2 di

Indonesia. Diakses pada tanggal 26 Januari 2022, dari Penyakit Jantung

Penyebab Kematian Terbanyak ke-2 di Indonesia – Sehat Negeriku

(kemkes.go.id)

Kemenkes RI. (2020). Pokja Renstra Kemenkes 2020-2024. Jakarta:

Internasional expo.

Masriadi. (2016). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: CV.Trans Iinfo

Media.

Naga, S. S. (2014). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:

DIVA Press.

Ningsih, H. (2018). Hubungan Psikologi Dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian

Penyakit Jangung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan di RSU PTPN X Jember

Klinik. Universitas Jember: Ilmu kesehatan Masyarakat.

Niniek Purwaningtyas, Heru Sulastomo, Alfa Alfin N, D. A. dan A. M. (2019).

Breast And Advanced Cardiovascular Examination: Pemeriksaan

Kardiovaskuler Lanjut. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 16–27.

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-4-Pemeriksaan-

kardiovaskuler-lanjut-2019.pdf
2
Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni.

Jakarta :Rineka Cipta .

Pratiwi, F. W., & Saragi, J. S. (2018). Pemantauan Kateterisasi Jantung pada

Tindakan PTCA terhadap Pasien CAD. Jurnal Arsip Kardiovaskular

Indonesia, 3(1), 182–186.

PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indicator

Diagnotik, Edisi 1. Jakarta : PPNI.

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria

Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Rayka, I. (2012). Gambaran Klini S Dan Pola Ek G Pada Pasien Penyakit Jantung

Korone R Di Rumah Sakit Pt.Pusri Palembang Period E Januari 2011 -

Desembe R 2011.

Tim Riskesdas 2018. (2019). Laporan Provinsi Kalimantan Timur Riskesdas

2018. Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan, 472.

Wardhana, R. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Coronary Artery

Disease (Cad) Di Ruang Bougenville R.S.U.D Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda

Wihastuti, T A. (2016). Patofisiologi Dasar Keperawatan Penyakit Jantung

Koroner Inflamasi vaskular. Malang: UB media.


World Health Organization. (2020). WHO reveals leading causes of death and

disability worldwide: 2000-2019. Diakses pada tanggal 26 Januari 2022,

WHO reveals leading causes of death and disability worldwide: 2000-2019

Anda mungkin juga menyukai