OLEH:
OLEH
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P00320018004
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini adalah benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil
ciplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
4. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
2021
v
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan
karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Gagal Jantung Kongestif Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Lambu Barakati RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. terkhusus dosen pembimbing I dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
ini.
4. Kepala ruangan Lambu Barakati beserta anggota yang telah mengizinkan dan
6. Ibu Hj. Dali, SKM., M.kes, selaku pembimbing II yang telah membimbing saya
vii
7. Bapak H. Taamu, A. Kep., S.Pd., M. Kes , Ibu Asminarsih Z.P,S.Kep., Ns.,
M.Kep., Sp. Kom dan Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp., M. Kes. selaku Dosen-
9. Kepada orang tua saya tercinta, Alm. Azmani dan Waode Arni. Kakak saya
tercinta Sholeh Adi Sudarajad dan Baharudin Yusuf Adi dan segenap keluarga
yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi. Sekali lagi terimakasih
kepada keluarga besar saya yang telah memberi perhatian yang lebih selama
saya menempuh kuliah saya, dan segala pengorbanannya selama ini sampai
10. Tak lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada sahabat, teman
keperawatan angkatan 2018. semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
Penulis
viii
ABSTRAK
Latar Belakang : Gagal Jantung Kongestif adalah sindrom klinis progresif yang
disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Mengatur
pasien dalam posisi tidur semi fowler akan membantu menurunkan konsumsi
oksigen dan meningkatkan ekspansi paru-paru maksimal serta mengatasi
kerusakan. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan prevalensi
penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2%, dan Gorontalo 2%. Dari data riskesdas di ketahui bahwa Sulawesi
Tenggara memiliki prevalensi 1,4%. Dari hasil pengambilan data awal di RSUD
Bahteramas Prov. Sulawesi Tenggara, pasien rawat inap dengan penyakit gagal
jantung tahun 2018 berjumlah 620 orang, tahun 2019 berjumlah 182 orang dan
tahun 2020 berjumlah 441 orang. Tujuan : studi kasus ini bertujuan untuk
menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada Ny. N. Dengan Gagal
Jantung Kongestif Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Lambu
Barakati RSUD Bahteramas Provinsi Sulawei Tenggara. Metode : Penelitian ini
dilakukan dengan rancangan untuk studi kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. N
Dengan Gagal Jantung Kongestif Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di
Ruang Lambu Barakati RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil :
Masalah keperawatan yang didapatkan pada Ny. N adalah Pola Napas Tidak
Efektif dengan intervensi Manajemen Jalan Napas yang dilakukan selama 4 hari
teratasi dan membaik dengan melakukan Perubahan Posisi Semi Fowler .
Kesimpulan : Masalah keperawatan Pola Napas Tidak Efektif dengan Luaran Pola
Napas membaik dan intervensi manajemen jalan napas, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4 hari dari diagnosa tersebut, diagnosa tersebut dapat teratasi.
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jantung biasanya terjadi tanpa tanda dan gejala sesak napas yang spesifik pada
saar istirahat atau saat beraktivitas dan atau rasa lemah, tidak bertenaga, retensi
air seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur dan
fungsi jantung (Setiani, 2014). Gagal jantung kongestif dapat diartikan sebagai
suatu kondisi dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah, sehingga
kebutuhan sel-sel tubuh akan metabolisme dan oksigen tidak adekuat (Udjianti,
2013).
hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh (Andarmoyo, 2012).
sebelum dan sesudah perubahan posisi, tempatkan posisi dalam kondisi body
tinggikan 45o atau lebih diatas jantung untuk memperbaiki aliran balik.
1
Mengatur pasien dalam posisi tidur semi fowler akan membantu
berkurang dan sekaligus akan meningkatkan durasi tidur klien (dikutip dalam
Melanie, 2014)
dunia akibat gagal jantung mencapai 17,5 juta orang pertahun. Kasus penyakit
Serikat kasus penyakit gagal jantung mencapai 550 ribu kasus per tahun. Data
penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dari
disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah dengan total 17,7 juta
sebesar 1,5% dari total penduduk. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga
Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta 2%, dan Gorontalo 2%.
Bahteramas Prov. Sulawesi Tenggara, pasien rawat inap dengan penyakit gagal
2
jantung tahun 2018 berjumlah 620 orang, tahun 2019 berjumlah 182 orang dan
Penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah
jantung. Adapun peran perawat dalam hal ini adalah sebagai care giver yang
pemecahan masalah sesuai dengan metode dan proses keperawatan yang terdiri
evaluasi (Gledis & Gobel 2016). Selain itu perawat juga berperan melakukan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Muzaki dan Yuli Ani,
mengemukakan bahwa penerapan posisi semi fowler (posisi duduk 45o) selama
3 x 24 jam sesuai dengan SOP dapat membantu mengurangi sesak napas dan
posisi tidur secara bermakna dapat menghasilkan respirasi yang baik, sehingga
Sehingga hal itu yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat masalah
3
tersebut dalam karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Tenggara”
B. Rumusan Masalah
Bahteramas?
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
d. Menggambarkan implementasi keperawatan pada Ny. N dengan gagal
semi fowler.
3. Masyarakat
4. Penulis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2. Etiologi
6
b. Disfungsi diastolik dapat disebabkan iskemik koroner, infark
3. Manifestasi Klinik
4. Patofisiologi
jantung lebih dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik
7
: Cardiac Output) dalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) X
sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis
darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor;
hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang
output dan oksigenasi organ vital. Hal ini termasuk peningkatan simpatik,
8
aktivasi Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS), natrium dan
5. Pemeriksaan Penunjang
ventricular.
pergerakan dinding.
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan
9
6. Pathway penyimpangan KDM pada Gagal Jantung Kongestif
Kontraktilitas
Hambatan Pengosongan
Ventrikel
COP
CHF
CHF
LVED naik
Suplai daerah jar. Suplai O2 otak Renal flow Tek. Vena pulmonalis Bendungan sistem
kanan
10
7. Asuhan Keperawatan
a. Fokus Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Airways
b) Breathing
c) Circulation
(2) Takikardi
(4) Edema
(5) Gelisah
2) Pengkajian Sekunder
a) Riwayat Keperawatan:
(1) Keluhan
11
(b) Palpitasi atau berdebar-debar.
(e) Insomnia
urine menurun
disritmia.
alkohol.
waktu
12
(8) Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau
Gallop’s, murmur.
hepatojugular refluks
(7) Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin,
b. Diagnosa Keperawatan
13
c. Intervensi Keperawatan
14
2 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tidnakan keperawatan Manajemen Jalan Napas
b/d hambatan upaya selama 3 x 24 jam, diharapkan Pola Napas Observasi
napas membaik dengan kkriteria hasil: 1. Monitor pola napas
1. Dispnea dari cukup meningkat 2. Monitor bunyi napas
menjadi cukup menurun Terapiutik
2. Penggunaan otot bantu napas dari 3. Posisikan semi fowler atau fowler
meningkat menjadi menurun 4. Berikan minum air hangat
3. Pemanjangan fase ekspirasi dari 5. Berikan oksigen
meningkat menjadi menurun Edukasi
4. Ortopnea dari cukup meningkat 6. Ajarkan teknik batuk efekti, jika diperlukan
menjadi cukup menurun Kolaborasi
5. Frekuensi napas dari cukup 7. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
memburuk menjadi cukup membaik espektoran, mukolitik, jika perlu
15
6. Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5
mL/jam dalam 6 jam
7. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian diuretic
16
d. Implementasi Keperawatan
prioritas.
e. Evaluasi
yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah
kasus ini disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
17
B. Kebutuhan Dasar Oksigen
1. Pengertian
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolism dan untuk
elemen ini diperoleh dengan cara menghirp O2 setiap kali bernapas dari
hidung.
18
a. Trachea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira
pernapasan.
3. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
jalan napas yang baik, adanya kemampuan toraks dan alveoli pada
b. Difusi Gas
19
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
terdiri dari epitel alveoli dan interstisial, dan perbedaan tekanan dan
c. Transportasi Gas
yaitu:
a. Status kesehatan
20
oksigen ke sel-sel tubuh Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
b. Lingkungan
c. Gaya Hidup
menurun.
d. Gangguan Oksigenasi
21
kardiovaskular. Secara garis besar, gangguan respirasi
e. Usia
tersebut adalah dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan
tahun ke 27 atas ratarata 3.000 ml sampai 3.500 ml, dan pada orang
dan tinggi badan. Semakin luas luas permukaan tubuh maka semakin
lebih kecil dari pada pria (Guyton & Hall, 2008). Kapasitas paru
pada pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1
22
L. Frekuensi pernapasan pada laki-laki lebih cepat dari pada
5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
3) Riwayat perkembangan
5) Riwayat social
6) Riwayat psikologis
7) Riwayat spiritual
8) Pemeriksaan Fisik
hidung.
b) Faring
c) Trakea
23
i) Palpasi : dengan cara berdiri kesamping kanan pasien,
d) Thoraks
i) Inspeksi :
keatas.
dewasa
(3) Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan atau
frekuensi
b. Diagnosa Keperawatan
oksigenasi adalah:
Tanda-tandanya:
24
a) Batuk tidak efektif
c) Sputum berlebih
f) Dispnea
g) Sulit berbicara
h) Ortopnea
i) Gelisah
j) Sianosis
ventilasi adekuat.
Tanda-tandanya:
a) Dispnea
e) Ortopnea
f) Pernapasan pursed-lip
25
g) Pernapasan cuping hidung
Tanda-tandaya:
a) Dispnea
b) PCO2 meningkat/menurun
c) PO2 menurun
d) pH arteri meningkat/menurun
f) pusing
g) penglihatan kabur
h) sianosis
i) diaphoresis
j) gelisah
dalam/dangkal)
26
m) warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)
n) kesadaran menurun
27
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi
28
2 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tidnakan keperawatan Manajemen Jalan Napas
b/d hambatan uoaya selama 3 x 24 jam, diharapkan Pola Napas Observasi
napas membaik dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola napas
1. Dispnea dari cukup meningkat 2. Monitor bunyi napas
menjadi cukup menurun Terapiutik
2. Penggunaan otot bantu napas dari 3. Posisikan semi fowler atau fowler
4. Berikan minum air hangat
meningkat menjadi menurun
5. Berikan oksigen
3. Pemanjangan fase ekspirasi dari
Edukasi
meningkat menjadi menurun
6. Ajarkan teknik batuk efekti, jika diperlukan
4. Ortopnea dari cukup meningkat
Kolaborasi
menjadi cukup menurun
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
5. Frekuensi napas dari cukup
espektoran, mukolitik, jika perlu
memburuk menjadi cukup membaik
29
5. Atur interval pemnatuan respirasi sesai
kondisi pasien
6. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
7. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
8. Informasikan hasil pemantauan, Jika perlu
30
d. Implementasi
e. Evaluasi
yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah
kasus ini disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
31
C. Analisis Tindakan Keperawatan : Penerapan Posisi Semi Fowler terhadap
1. Definisi
Posisi semi fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau duduk
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan menjadi 45o
Aziz, 2008). Tujuan dan mekanisme dilakukan posisi ini adalah untuk
sesak napas pada pasien CHF adalah dengan mengatur posisi klien dengan
posisi semi fowler. Dengan menggunakan posisi semi fowler yaitu dengan
terangkat dan paru akan bernapas dengan maksimal dan volume tidal
berkurang.
a. Definisi
duduk.
32
b. Indikasi
post partum
c. Kontra Indikasi
3. Memar otak
4. Persiapan alat
5. Prosedur pelaksanaan
kontra indikasi
4. Cuci tangan
b) Orientasi
33
1. Beri salam kepada pasien
2. Menanyakan keluhan
c) Tahap Kerja
bantal.
3. Pasien dirapikan
d) Terminasi
1. Evaluasi
5. Bereskan peralatan
dan SLKI
34
a. Diagnosa Keperawatan
1) Definisi
2) Batasan Karakteristik
a) Dispnea
e) Ortopnea
f) Pernapasan pursed-lip
35
3) Data Mayor
Data Subjektif:
a) Dispnea
Data Objektif:
4) Data Minor
Data subjektif:
a) Ortopnea
Data Objektif:
a) Pernapasan pursed-lip
36
b) Cedera kepala
c) Trauma thoraks
e) Multiple sclerosis
f) Myasthenia grafis
g) Stroke
h) Kuadriplegia
i) Intoksikasi alkohol
b. Luaran
Napas
1) Definisi
2) Ekspektasi
Membaik
3) Kriteria Hasil
(5)
37
d) Tekanan ekspirasi dari cukup menurun (2) menjadi meningkat
(5)
(5)
menurun (5)
menurun (5)
menurun (5)
menurun (5)
(5)
membaik (5)
membaik (5)
c. Intervensi
38
Intervensi yang dapat diberikan untuk diagnosa pola napas tidak
1) Definisi
2) Tindakan
Observasi :
Terapiutik
Edukasi
39
(1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
jika perlu
semi fowler terhadap kenaikan nilai saturasi oksigen pada pasien gagal
jantung kongestif.
posisi semi fowler terhadap ketidakefektifan pola napas pada pasien gagal
posisi semi fowler terhadap penurunan respiratory rate pada pasien gagal
BAB III
40
METODE STUDI KASUS
Pada studi kasus imi penulis menggunakan studi kasus deskriptif dengan
Subjek studi kasus ini adalah klien dengan gagal jantung yang dirawat di
C. Fokus Studi
1. Penerapan posisi semi fowler pada pasien pola napas tidak efektif
diagnose dokter.
41
Peneliti melakukan pengkajian pada Ny. N pada tanggal 1 Maret 2021
pemberian bronkodilator.
42
e. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yang
dihentikan.
4. Posisi semi fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau duduk
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan menjadi 45o
1. Tempat Penelitian
Bahteramas Kendari.
43
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2021 sampai
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Wawancara
b. Pemeriksaan Fisik
c. Observasi
44
dilakukan tindakan. Penulis melakukan observasi partisipasif
tindakan keperawatan.
2. Data Sekunder
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu teknik yang diperoleh dengan
b. Studi Kepustakaan
G. Penyajian Data
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawncara,
H. Etika Penelitian
izin kepada instansi penelitian dalam hal ini RSUD Bahteramas Kota Kendari.
45
Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan
responden.
4. Beneficience
ketidaknyamanan fisik.
5. Full disclosure
selengkap-lengkapnya.
46
BAB IV
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny. N
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Pendapatan :-
b. Identitas Penanggung
Nama : Tn. R
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Konawe
47
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat keluhan
Bahteramas.
lalu.
keluarga.
48
Genogram
: laki-laki : serumah
: perempuan : pasien
: meninggal
49
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
TD : 180/90 mmhg
S : 36,2 C
RR : 24x/menit
HR : 86x/menit
1) Kepala
2) Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, tidak ada edema
3) Telinga
4) Hidung
50
Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan, tidak ada
6) Leher
pelebaran JVP
e. Pernapasan
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
Udara: sonor
4) Auskultasi
51
Suara napas vesikuler, tida terdapat suara napas tambahan
f. Kardiovaskuler
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
BJ 1 dan BJ 2 abnormal
g. Pencernaan
1) Inspeksi
pembuluh kapiler
2) Auskultasi
3) Perkusi
52
Tympani
4) Palpasi
h. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Tidak ada nyeri otot, tidka ada deformitas, tidak ada fraktur,
2) Ekstremitas bawah
udema, tidak ada luka, tidak ada tremor, kekuatan otot menurun
3) Kulit
Bersih, warna kulit kuning langsat, akral dingin, turgor kulit baik.
i. Genitalia
a. Kebutuhan oksigenasi
takipnea
Tidak sianosis
b. Kebutuhan aktivitas
53
1) Sebelum sakit
aktivitas
2) Setelah sakit
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. ECG/EKG
Dilatasi LV
Abnormal EKG
b. Foto thorax
Aortosclerosis
6. Pemeriksaan Laboratorium
54
Hematologi Lengkap
7. Obat
55
ANALISA DATA
56
INTERVENSI KEPERAWATAN
57
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
58
Hasil : pemberian obat ramipril dan
digoxin
59
DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
60
DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
P:
Intervensi dihentikan
61
B. Pembahasan
yaitu dimana klien merasa sesak diakibatkan proses dari penyakit gagal jantung
kongestif. Sedangkan tujuan kasus diperoleh melalui studi langsung pada Ny.
N dengan kasus gagal jantung kongestif pada tanggal 1 Maret 2021 di ruang
1. Pengkajian
yaitu merasa sesak saat beraktivitas, sesak yang dirasakan awaknya sesak
dan akhirnya saat istirahat. Pada klien gagal jantung juga akan mengalami
62
Saat penulis melakukan pengkajian pada Ny. N tanggal 1 Maret
dirasakan terasa berat saat beraktivitas, klien juga mengeluh sesak pada
klien sudah terpasang oksigen 3L/menit dan juga tempat tidur klien sudah
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa salah satu
tanda dan gejala dari penyakit CHF adalah klien merasakan sesak.
2. Diagnosa Keperawatan
hambatan upaya napas. Hal ini ditandai dengan adanya keluhan sesak dan
dari pola napas tidak efektif adalah dispnea, penggunaan otot bantu
63
pernapasan, fase ekspriasi memanjang, pola napas abnormal (takipnea,
Hal ini sesuai berdasarkan teori yang dikemukakan penulis pada BAB
II. Pada Dimana pada penyakit gagal jantung, diagnosa keperawatan yang
3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi ditetapkan tujuan dan kriteria hasil yang akan
napas, monitor bunyi napas tambahan, posisikan semi fowler atau fowler,
berikan minum air hangat, berikan oksigen, anjurkan asupan cairan sesuai
jika perlu.
fowler untuk mengurangi sesak yang dirasakan klien. Tujuan ini juga
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan teori yaitu melaporkan bahwa sesak
64
menopang bagian kepala dan bahu menggunakan bantal, bagian lutut
4. Implementasi Keperawatan
tanggal 2,-4, & 6 Maret. Dimana semua tindakan yang dilakukan selalu
dalam studi kasus ini tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny.
N selama 4 x 24 jam yaitu pada tanggal 2-4 & 6 maret adalah memonitor
65
Dimana dengan posisi tersebut klien merasa nyaman dan sesak yang
operasional. Namun ada poin yang tidak mengikuti SOP, dimana penulis
nyaman jika kaki klien lurus. Pemberian posisi semi fowler didasarkan
namun dengan kobaorasi tim kesehatan yang ada di ruang Lambu Barakati.
5. Evaluasi keperawatan
asuhan keperawatan.
keperawatan posisi semi fowler klien masih merasa sesak,. Rasa sesak
farmakologis.
66
Setelah dilakukan pengamatan selama 4 hari didapatkan evaluasi
pasien pada hari ke 4 yaitu klien sudah tidak merasa sesak dan pemberian
dengan teori.
posisi semi fowler terhadap kepatenan jalan napas pada klien dengan gagal
implementasi hari ketiga sesak yang dirasakan klien menurun dan pada
implementasi hari keempat klien sudah tidak merasa sesak. Pada studi
kasus ini peneliti melakukan pemberian posisi semi fowler pada klien
semi fowler merupakan kombinasi terapi yang sangat cocok bagi penderita
semi fowler, hal ini membuktikan bahwa penerapan posisi semi fowler
67
C. Keterbatasan Studi Kasus
Lambu Barakati ini, diantaranya yaitu membutuhkan waktu yang relatif lama
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada tanggal 2-4 & 6 Maret 2021 dengan melakukan penerapan asuhan
yang dibuat sesuai dengan kondisi klien dan berdasarkan tahaoan proses
dapat disimpulkan:
mengatakan merasa sesak saat berbaring, klien merasa sesak berat setelah
2. Diagnosa keperawatan utama pada Ny. N adalah pola napas tidak efektif
dan keadaan yang dialami klien dan berdasarkan pada teori yang ada,
69
3. Intervensi keperawatan pada Ny. N berdasarkan Standar Intervensi
asuhan keperawatan.
frekuensi napas 18 kali per menit, dispnea dan ortopnea sudah tidak
semi fowler pada klien dengan gagal jantung didapatkan hasil pola napas
oksigen dan obat. hal ini membuktikan bahwa penerapan posisi semi
B. Saran
70
1. Pihak Rumah Sakit
Bagi pihak Rumah Sakit diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan
kepatenan jalan napas pada pasien gagal jantung sehingga dapat digunakan
3. Masyarakat
4. Peneliti selanjutnya
Diharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi
napas.
DAFTAR PUSTAKA
71
Brunner dan Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta: ECG
Kasan, N., & Sutrisno. (2020). Efektifitas posisi semifowler terhadap penurunan
respiratori rate pasien gagal jantung kronik (CHF) di ruang Lily RSUD Sunan
Kalijaga Demak. Journal of TSCNers, 5(1), 1–8.
Muzaki, A., & Ani, Y. (2020). Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap
Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien Congestive Hearth Failure (CHF).
Nursing Science Journal, 1(1), 19–24.
PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Purba, L., Susyanti, D., & Pamungkas, P. (2016). Studi Kasus Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Dengan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien
Congestive Heart Failure Di Rumah Sakit Tk Ii Putri Hijau Medan Tahun
2016. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 1(2), 118.
https://doi.org/10.34008/jurhesti.v1i2.75
Wardani, W. I., Setyorini, Y., & Rifai, A. (2018). Gangguan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF). (Jkg) Jurnal
Keperawatan Global, 3(2), 98–114. https://doi.org/10.37341/jkg.v3i2.57
Wijayati, S., Ningrum, D. H., & Putrono, P. (2019). Pengaruh Posisi Tidur Semi
Fowler 450 Terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif Di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Medica Hospitalia :
Journal of Clinical Medicine, 6(1), 13–19.
https://doi.org/10.36408/mhjcm.v6i1.372
72
73
Lampiran 2 : Standar Operasional Prosedur
4. Cuci tangan
g. Orientasi
2. Menanyakan keluhan
h. Tahap Kerja
atau di atas kasur di bagian kepala, diatur sampai setengah duduk dan
2. Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya
3. Pasien dirapikan
74
i. Terminasi
1. Evaluasi
5. Bereskan peralatan
75
Lampiran 3 : Surat Pengambilan Data Awal
76
Lampiran 4 : Surat Telah Melakukan Pengambilan Data Awal
77
Lampiran 5: Surat Keterangan Bebas Administrasi
78
Lampiran 6 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
79
Lampiran 7 : Bukti Proses Bimbingan
80
81