Anda di halaman 1dari 131

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny.

H PADA TAHAP

KELUARGA DEWASA DENGAN MASALAH KESEHATAN

PENYAKIT ASMA DI KECAMATAN WAWOTOBI

KABUPATEN KONAWE

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RESKI FEBRIANTI PODADA

NIM : P00320018038

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program

Diploma III Keperawatan

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

T. A 2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Reski Febrianti Podada

NIM : P00320018038

Institusi Pendidikan : Poltekkes Kemenkes Kendari

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA


Ny. H PADA TAHAP KELUARGA DEWASA
DENGAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT
ASMA DI KECAMATAN WAWOTOBI
KABUPATEN KONAWE

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini adalah
benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil
ciplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, Juni 2021


Yang Membuat Pernyataan

(Reski Febrianti Podada)

ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Reski Febrianti Podada

2. Tempat, tanggal Lahir : Wawotobi, 24 Februari 2001

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Bugis / Indonesia

6. Alamat : Kec. Wawotobi, Kab. Konawe

7. No. Telp/HP : 082299570507

II. PENDIDIKAN

1. SDN 4 Wawotobi, Tamat Tahun 2012

2. SMPN 1 WAWOTOBI, Tamat Tahun 2015

3. SMAN 1 Wawotobi, Tamat Tahun 2018

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2018 -

2021

v
MOTTO

Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak


memanfaatkannya dengan baik, maka ia akan
memanfaatkanmu. HR. Muslim

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat

dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H pada tahap keluarga dewasa

dengan masalah kesehatan penyakit asma di Kecamatan Wawotobi Kabupaten

Konawe’’

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. terkhusus dosen pembimbing I dan

pembimbing II yang telah ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing

selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik kesehatan kendari.

2. Kepala Puskesmas wawotobi yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian.

3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik kesehatan kendari juga sekaligus pembimbing II yang telah

membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis

Ilmiah ini.

4. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan

Keperawatan Politeknik kesehatan kendari.

vii
5. Asminarsih ZP, M.Kep., Sp. Kep.Kom selaku pembimbing I yang telah

membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc., Abd. Syukur, S.Kep, Ns, MM.,

Nujannnah, B.Sc. S.Pd, M.Kes selaku Dosen-Dosen Penguji yang telah

memberikan arahan dan masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

7. Kepada Seluruh Dosen dan Staf Politeknik kesehatan kendari Jurusan

Keperawatan yang membantu penulis dalam menempuh pendidikan.

8. Kepada orang tua saya tercinta, Alm. Surya darma tonro dan Hasniwati

podada. Kakak saya tercinta , Ciwank Tonro, S. Sos., Cici Triani Tonro, dan

Surya Rahmat Tonro dan segenap keluarga yang telah memberikan doa,

dukungan dan motivasi. Sekali lagi terimakasih kepada keluarga besar saya

yang telah memberi perhatian yang lebih selama saya menempuh kuliah saya,

dan segala pengorbanannya selama ini sampai saya dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah saya.

9. Terima kasih kepada diri sendiri yang telah kuat berjuang demi terwujudnya

Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Tak lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada sahabat, teman

keperawatan angkatan 2018. semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

dimasa yang akan datang.

Kendari, Juni 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

Reski Febrianti Podada (P00320018038) Asuhan keperawatan pada keluarga


Ny.H pada tahap keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma
di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe, Pembimbing I (Asminarsih
ZP, M.Kep., Sp. Kep.Kom) Pembimbing II (Indriono Hadi,
S.Kep.,Ns.,M.Kes).

Latar Belakang : Asma merupakan salah satu penyakit kronis (jangka panjang)
yang paling umum dan menyerang antara 100 sampai 150 juta orang di seluruh
dunia, lebih dari 5,2 juta orang di inggris menderita asma (Bull, 2007). Sekitar 5
persen orang dewaa dan 8 persen anak-anak di Amerika Serikat menderita asm
(Brashers, 2008). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah
penderita asma didunia pada tahun 2007 mencapai 300 juta orang. Angka ini
diperkirakan akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025.
Penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian didunia da diperkirakan
250.000 orang mengalami kematian setiap tahunnya dikarenakan asma.
Sedangkan di Indonesia, diperkirakan sekitar 10 persen penduduk menderita
asma. Prevelensi asma di Indonesia berkisar antara 5-7%. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi asma di Indonesia 4,5%, teringgi
pada kelompok umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun (5,7% dan 5,6%), dan teringgi
pada kelompok petani/nelayan/buruh 4,9%, tetapi tidak berbeda antara perkotaan
dan perdesaan. Metode : penelitian yang dipakai pada laporan tugas akhir ini
adalah untuk mengekplorasi masalah Asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H
pada tahap keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma di
Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe. Hasil : Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan mengenai latihan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas pada
klien dengan Asma didapatkan hasil sesak yang dirasakan klien menurun, pada
implementasi hari kedua sesak yang dirasakan klien menurun dan pada
implementasi hari ketiga kliien sudah tidak merasa sesak. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil sebelum dan sesudah
diberikan intervensi latihan batuk efektif, hal ini membuktikan bahwa Latihan
batuk efektif menurunkan sesak pada klien Asma.Beberapa penelitian terdahulu
juga membuktikan bahwa latihan batuk efektif dapat menurunkan sesak pada
klien dengan Asma. Sedangkan pada ,masalah kesehatan keluarga tidak efektif
yaitu dengan melakukan edukasi kesehatan mengenai asma kepada seluruh
anggota keluargaKesimpulan : setelah melakukan intervensi selama 5 hari maka
masalah keperawatan yang muncuk pada anggota keluarga Tn. H teratasi

Kata Kunci : Asma, Asuhan keperawatan keluarga, Keluarga tahapan


dewasa

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN ..................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ............................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C.Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5
D.Manfaat Penulisan ........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga ......................................................................................... 8
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga ...................................................... 14
C. Konsep Asma .............................................................................................. 20
BAB III METODOLOGI PENULISAN
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 36
B. Subyek Studi Kasus ..................................................................................... 36
C. Fokus Studi ................................................................................................. 37
D. Definisi Operasional ................................................................................... 37
E. Konsep Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Napas .................. 41
F. Penelitian Terkait ......................................................................................... 44
G. Instrumen Studi kasus ................................................................................. 45
H. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 45

x
I. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus ................................................................... 46
J. Analisa Data Dan Penyajian Data ............................................................... 47
K. Etika Studi Khasus ..................................................................................... 47
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Studi Kasus ......................................................................................... 50
B.Pembahasan .................................................................................................. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................................... 98
Saran................................................................................................................. 100
Sap Asma ........................................................................................................ 102
Leafleat Asma ................................................................................................. 107
Sop Latihan Batuk Efektif ............................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Klafikasi Data ....................................................................................... 73
Tabel 4.3 Analisa Data ..................................................................................... 78
Tabel 4.4. Intervensi Keperawatan................................................................... 80
Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi ..............................................................

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Paradigma keperawatan konsep sakit memandang bentuk pelayanan

keperawatan diberikan selama rentang sehat dan sakit. Status kesehatan

digambarkan mulai sehat normal, sehat sekali dan sejahtera, sebagai status sehat

yang paling tinggi. Batasan sehat yaitu keadaan sempurna baik secara fisik,

mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO

dalam Hidayat, 2018). Karakteristik sehat antara lain, memiliki kemampuan

merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia, dan memiliki pandangan

terhadap sehat dalam konteks lingkungan, baik secara internal maupun eksternal

dan memiliki hidup yang kreatif dan produktif (Hidayat,2018).

Asma atau sesak nafas adalah suatu penyakit penyumbatan saluran

pernafasan yang di sebabkan oleh alergi bulu, debu atau tekanan psikologis

dan asma bersifat menurun. Pada penderita asma yang cukup berat dengan

serangan mengi ( wheezing ) yang dicetuskan oleh stimulus khusus secara

relative mudah dikenali,tetapi mungkin terdapat kesulitan untuk penyakit yang

lebih berat bila fungsi paru-paru tidak pernah kembali normal di antara erangan-

serangan. Asma biasanya dikenal sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan

wheezing (mengi) intermitten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap

suatu zat iritan dan atau allergen. Asma juga berhubungan faktor genetik, jika ada

orang tua penderita asma , maka dapat dipastikan akan melahirkan anak-anak

1
yang asma.akan tetapi, tidak menutup kemungkinan kedua orang tua yang

fenotipenya normal jugga bisa melahirkan anak yang asma (Clark,2013).

Asma merupakan salah satu penyakit kronis (jangka panjang) yang paling

umum dan menyerang antara 100 sampai 150 juta orang di seluruh dunia, lebih

dari 5,2 juta orang di inggris menderita asma (Bull, 2007). Sekitar 5 persen orang

dewaa dan 8 persen anak-anak di Amerika Serikat menderita asm (Brashers,

2008). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita

asma didunia pada tahun 2007 mencapai 300 juta orang. Angka ini diperkirakan

akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025. Penyakit asma

termasuk lima besar penyebab kematian didunia da diperkirakan 250.000 orang

mengalami kematian setiap tahunnya dikarenakan asma.

Berdasarkan pengambilan data awal, peneliti berhasil mengambil data

pasien penyakit Asma untuk di Puskesmas Kecamatan Wawotobi dengan

Presentasi sebesar pada tahun 2018 sebanyak 27, pada tahun 2019 sebanyak 37,

dan pada tahun 2020 sebanyak 47 orang.

Sedangkan di Indonesia, diperkirakan sekitar 10 persen penduduk

menderita asma. Prevelensi asma di Indonesia berkisar antara 5-7%. Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi asma di

Indonesia 4,5%, teringgi pada kelompok umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun (5,7%

dan 5,6%), dan teringgi pada kelompok petani/nelayan/buruh 4,9%, tetapi tidak

berbeda antara perkotaan dan perdesaan.

Riskesdas 2013 merupakan survey nasional berbasis masyarakat di

Indonesia, yang mengumpulkan data terkait penyakit asma, karakteristik individu,

2
tempat tinggal, status gizi, kesehatan lingkungan rumah tangga. Untuk

melengkapi data penyakit asma dan faktor yang terkait dikalangan pekerja usia

produktif di Indonesia maka perlu dilakukan analisis lanjut. Analisis lanjut ini

akan menganalisis dari aspek berbeda, yaitu asma pada populasi khusus dengan

status bekerja dan rentang umur produktif di Indonesia. Analisis lanjut ini

bertujuan untuk menentukan determinan penyakit asma pada pekerja usia

produktif di Indonesia.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa asma merupakan suatu penyakit

dengan penyebab yang kompleks dan hetorogen sehingga mempunyai bermacam-

macam bentuk. Karena itu dapat dipahami bila timbul bermacam-macam

klasifikasi/pembagian asma yang didasari pada titik pandang yang berbeda atau

tergantung dari segi mana asma ditinjau. Berbagai faktor yang dapat menimbulkan

serangan asma antara lain olahraga ( exsercise ), infeksi, allergen, perubahan

suhu, pajanan iritan asap rokok, dan lain-lain. Selain itu terdapat faktor lain yang

mempengaruhi prevelensi penyakit asma antara lain usia,jenis kelamin,ras,sosial

ekonomi,dan faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi

terjadinya serangan asma,derajat asma dan juga kematian akibat penyakit asma

(Rahajoe,et. Al, 2018). Masalah keperawatan pada asma yang mungkin muncul

antara lain, gannggguan pertukaran gas, pola napas tidak efektif, bersihan jalan

napas tidak efektif

Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan

secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit dan keluarga juga

melakukan praktek asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya

gangguan,sehingga peran keluarga sangat penting dalam merawat anggota

3
keluarga yang sakit. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat

preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarganya yang sakit dan

keluarga juga melakukan praktek asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya

gangguan,sehingga peran keluarga sangat penting dalam merawat anggota

keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan Asuhan

keperawatan akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu.

Dengan 5 tugas keluarga yaitu : Merawat anggota keluarga dengan salah satu

anggota keluarga yang mengalami penyakit asma baik dengan modifikasi

lingkungan agar tidak terjadi kekambuhan atau cerdas dalam memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan ( Raharjoe, et. al, 2008).

Melakukan tindakan cepat dengan memberikan pengobatan adekuat pada

waktu serangan merupakan tujuan utama. Namun mencega serangan asma tetap

merupakan dasar dari pengobatan. Karena itu setiap penderita asma harrus di

anamnesa debngan cermat, agar semua kemungkinan yang dianggap sebagai

penyebab dapat diketahui . selain itu anamnesa yang baik dapat membantu

menemukan faktor-faktor penukung lain. Hal ini penting karhhh ena pengelolaan

asma tidak lama,sangat di pengaruhi oleh cara eliminasi penyebab serta

pengawasan yang baik,terhadap pengobatan.penderita yang mengalami serangan

asma akut, membutuhkan obat-obat yang khas dan adekuat bahkan tindakan yang

perlu dilakukan untuk pasien asma yaitu melakukan Auskultasi bunyi napas.

(Muttaqin, 2008).

Dalam pelayanan keperawatan, perawat mempunyai peranan sebagai

tenaga professional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan

kesehatan kepada penderita dan keluarga, memberikan informasi tentang

4
pengertian, tanda dan gejala, serta mencegah seara mandiri maupun secara

kolaboratif dengan berbagai pihak (Sundaru & Heru, 2008).

Masalah keperawatan keluarga yang mungkin muncul antara lain, defisit

pengetahuan, pemeliharaan kesehatan tidak efektif, manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif. Tujuan dari asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu

proses yang dinamis terdiri dari rangkaian kegiatan yang diberikan melalui

praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun sasaran

asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan

yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap

timbulnya masalah kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H pada tahap keluarga dewasa

dengan masalah kesehatan penyakit asma di Kecamatan Wawotobi Kabupaten

Konawe?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada Tn.H pada tahap keluarga

dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma di Kecamatan Wawotobi

Kabupaten Konawe

2. Tujuan Khusus

5
a. Mampu melakukan Pengkajian Keluarga Tn.H pada tahap keluarga dewasa

dengan masalah kesehatan penyakit asma di kec wawotobi kab konawe

b. Mampu merumuskan dan menegakkan Diagnosa Keperawatan pada

keluarga Tn.H pada tahap keluarga dewasa dengan masalah kesehatan

penyakit asma di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe

c. Mampu menyusun Rencana Keperawatan pada keluarga Tn.H pada tahap

keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma di Kecamatan

Wawotobi Kabupaten Konawe

d. Mampu melakukan Implementasi Keperawatan pada keluarga Tn.H pada

tahap keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma di

Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe

e. Melaksanakan Evaluasi pada keluarga Tn.H pada tahap keluarga dewasa

dengan masalah kesehatan penyakit asma di Kecamatan Wawotobi

Kabupaten Konawe

f. Menganalisis Intervensi keperawatan Latihan batuk efektif terhadap

bersihan jalan napas batuk efektif pada keluarga Tn.H pada tahap keluarga

dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma di Kecamatan Wawotobi

Kabupaten Konawe

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Pendidikan

Sebagai masukan untuk memperluas pengetahuan atau wawasan

mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustkaan dan memberikan

6
kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan

masalah dalam bidang atau profesi keperwatan

2. Bagi penulis

Menambah wawasan dalam memberikan Asuhan keperawatan pada tahap

keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma

3. Bagi tenaga kesehatan

Semoga dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan personal dalam memberikan Asuhan keperawatan

pada tahap keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma

4. Bagi keluarga

Menambah wawasan atau pengetahuan bagi keluarga agar mampu

merawat Tn.H dengan Asma dirumah.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep keluarga

1. Pengertian keluarga

Keluarga merupkan perkumpulan dua atau lebih idividividu yang

diikat yang memiliki hubungan darah, perkawinan atau adopsi,dan setiap anggota

selalu berienteraksi satu sama lain (Haermoko, 2012).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang memiliki ikatan

perkawinan,adaptasi dan kelairan. Menurut Depatermen RI (1988) Keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaan saling bergantung, (ali, 2010)

Menurut UU No 52 tahun 2009 keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat, ang terdiri dari suami,istri atau suami dan anak,atau ayah ibu dan

anak. Dan beberapa Pengertian, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa

keluarga terjadi apabila ada :

a) Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan)

b) Hubungan (Darah/Adopsi/kesepakatan)

c) Tinggal bersama dalam satu rumah

d) Ada peran masing-masing anggota keluarga Ikatan emosional (setiadi,

2008)

8
2. Ciri-ciri keluarga di Indonesia

a. Mempunyai ikatan keluarga

b. Mempunyai nilai kesatuan dan kesatuan

c. Umumnya dipimpin oleh suami dan kepala rumah tangga

d. Sedikit, bedah dengan keluarga di perkotaan dab diperdesaan

3. Tipe keluarga

Menurut Harmoko (2012), tipe keluarga meliputi sebagai berikut;Keluarga

inti (Nuclear Family, keluarga besar (Extentended family), Recontituded Nuclear,

Middle Age/Aging Couple, Dyadic Nuclear, Singel Perent, Dual Carier,

Commuter Married, Single Adult, Tree Generation, Instituona, Comunal, Group

Marriage, Ummaried Parent And Child, Cabihing Caople

4. Peran Keluarga

Menurut Harmoko (2012), peran kelurga meliputi: Pendorong,

Pengharmonis, insiator-kontributor, pendamai, pencari nafkah, perawatan

keluarga, penghubung keluarga,, pionir keluarga, sahabat penghibur dan

coordinator, pengikut dan sanksi.

5. Tahap Perkembangan

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas

perkembngan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis

pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan

dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap berikutnya. Tahap

perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangan yang berbeda (Center &

Me Goldrick,1988 dalam Achjar, 2012).


9
a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan

yang humoris dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang

saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan

menghubungkan jarigan persaudaraan secara harmonis, merencanakan

kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30

bulan) Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga

muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan

dengan lingkungan keluarga besar masing-masing.

c. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6

tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mesosialisasikan anak, mengintegrasikan anak

yang baru sementara memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,

mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,

menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV yaitu mensosialisasikan anak

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan

dengan teman sebaya, mempertahatikan anak saat menyelesaikan tugas

sekolah

10
e. Tahap , keluarga dengan ank remaja (anak tertua umur 13-20 tahun) Tugas

perkembangan pada tahap ke V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan

tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokusan

kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua

dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan

tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama dan anak terakhir yng meninggalkan rumah). Tugas perkembangan

keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan

memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-

anak, melanjutkan untuk memperbarui hubungan perkawinan,

mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang

tua dan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah

ditinggalkan anak.

g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun). Tugas

perkembangan keluarga tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan, mempertahanan hubungan yang memuaskan dan

penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,

menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan dating, memperhatikan

kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-

anak.

h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pension dan lansia Tugas perkembangan

keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang

11
memuaskan, menyusuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, meyusuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,

meneruskan untuk memahami eksitensi mereka, saling memberi perhatian

yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi

waktu seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

6. Tugas perkembngan Keluarga

Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti

individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang berturut-turut,keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang

berturut-turut.n tahap perkembangan menurut Duvall dan miller dalam

(Friedman, 2010) adalah:

a. Tahap I : Keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai

bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau

status lajang ke hubungan baru yang intim.

b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak

pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak

pertama berusia dua setengah tahun,dan berakhir ketika anak berusia lima

tahun

d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama

telah berusia enam taahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir

pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja


12
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama

melewati umur 13 tahun,berlangsung selama enam hingga tujuh tahun.

Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal

atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau

20 tahun.

f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda, ditandai oleh

anak pertama meninggalkan rumah orangtua dan berakhir dengan “rumah

kosong”ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat

singgkat atau agak panjang tergantung pada beberapa banyak anak yang

belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai tahun-

tahun puncak persiapan dari dan oleh anak anak untuk kehidupan dewasa

yang mandiri

g. Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah

satu pasangan

h. Tahap VIII : keluarga daalam masa pensiun dan lansia dimulai dengn salah

satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya

meninggal.

13
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat kesehatan masyarakat

yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau salah satu kesatuan yang dirawat

dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai sasaran (Friedman,

2010).

a. Pengkajian Data Dasar

Dalam pengkajian keluarga menurut Friedman (2010), terdiri dari : Data

identitas, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur

keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga.

b. Diagnosa

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

diperoleh pada pengkajian. Proses peruumsan diagnosis diawali dengan

melakukan analisis data , penentuan diagnosis, kemudian penentuan prioritas

diagnosis, Analisa data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil pengkajian

menjadi data subjektif (DS) dan data objektif (DO), Pernyataan langsung dari

keluarga termasuk dalam DS, sedangkan data yang diambil dengan observasi ,

data sekunder, atau data selain pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam

DO. Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada keluarga dengan

asuhan keperawatan keluarga dengan masalah asma adalah antara lain defisit

pengetahuan, kesiapan peningkatan pengetahuan, pemeliharaan kesehatan tidak

efektif, manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, kesiapan peningkatan

manajemen kesehatan.

14
Table 2.1 Intevensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Manajemen
Setelah dilakukan tindakan Edukasi proses
Kesehatan Keluarga
keperawatan selama 3 x 24 penyakit :
tidak efektif
jam maka manajemen
berhubungan Tindakan
kesehatan keluarga
dengan
Meningkat dengan kriteria Observasi
Kompleksitas
hasil :
sistem pelayanan
1. Identifikasi
kesehatan. 1. Aktivitas keluarga kesiapan
mengatasi masalah dan
kesehatan tepat dari kemampuan
cukup menurun menerima
menjadi meningkat informasi

2. Tindakan untuk
Terapeutik :
mengurangi faktor
resiko dari cukup 1. Sediakan
menurun menjadi materi dan
meningkat media
pendidikan
kesehatan

2. Berikan
kesempatan
untuk
bertanya

Edukasi :

1. Jelaskan
penyebab

15
dan factor
resiko
penyakit

2. Jelaskan
tanda dan
gejala yang
di
timbulkan
penyakit

3. Ajarkan
cara
meredakan
atau
mengatasi
gejala yang
dirasakan

2 Defisit pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
berhubungan
keperawatan selama 3 x 24
dengan defisit Tindakan
jam maka Tingkat
pengetahuan
pengetahuan Meningkat Observasi
tentang gaya hidup
dengan kriteria hasil :
sehat
1. Identifikasi
3. Perilaku sesuai anjuran kesiapan dan
dari menurun menjadi kemampuan
meningkat menerima
informasi
4. Verbalisasi minat
dalam belajar dari 2. Identifikasi
menurun menjadi faktor-faktor

16
meningkat yang dapat
meningkatkan
5. Kemampuan
dan
menjelaskan
menurunkan
pengetahuan tentang
motivasi
suatu topic dari
perilaku hidup
menurun menjadi
bersih dan
meningkat
sehat

Terapeutik

1. Sediakan
materi dan
media
pendidikan
kesehatan

2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan

Edukasi

1. Jelaskan faktor
risiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan

2. Ajarkan
perilaku hidup
dan sehat

17
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat

3 Pemeliharaan
Setelah dilakukan tindakan Promosi perilaku
kesehatan tidak
keperawatan selama 3 x 24 upaya kesehatan
efektif berhubungan
jam maka Pemeliharaan Tindakan
dengan Hambatan
kesehatan meningkat
kognitif Observasi
dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi
-Menunjukkan perilaku perilaku upaya
adaptif kesehatan yang
dapat di
- Menunjukkan tingkatkan

pemahaman perilaku sehat Terapeutik

- kemampuan menjalankan 1. Berikan


lingkungan
perilaku sehat
yang
mendukung
kesehatan

2. Orientasi
pelayanan
kesehatan yang
dapat di
manfaatkan

Edukasi

1. Anjurkan
menggunakan

18
air bersih

2. Anjurkan
mencuci tangan
dengan air
bersih dan
sabun

3. Anjurkan
menggunakan
jamban yang
sehat

4. Anjurkan
makan buah
dan sayur tiap
hari

5. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik
setiap hari

6. Anjurkan tidak
merokok di
dalam rumah

19
C. Konsep Asma

a. pengertian

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi ( peradangan ) kronik

saluran napas yang menyebabkan hiperaktifitas bronkus terhadap berbagai

rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak

napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang pada

umumnya bersifat reversibel baik atau tanpa pengobatan (kemenkes,2009).

b. Klasifikasi

Asma dibedakan jadi dua jenis,yakni:

1. Asma bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan

dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab aiergi.

Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang

secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya,risiko kematian

bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang

yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.

Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan pembengkakan

selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.

2. Asma kardiak

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial

biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini

20
disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang

tidur (Nuraif,2015).

c. Etiologi

Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui

dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala asma

yaitu inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya

kalor (panss karena vasodilatasi,tumor (eksudasi plasma dan edema), dolor (rasa

sakit rangsangan sensori),dan funcation lesa (fungsi yang terganggu).dan rangsang

harus disertai dengan infiltrasi sel-sel radang. (sudoyo Aru dkk) sebagai pemicu

timbulnya serangan padat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim (perubahan

mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga

mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu

sapi, kacang tanah, coklat, biji bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik

(olahraga berat, keletihan, tertawa terbahak bahak), dan emosi. (Nuratif,2015).

d. Patofisiologi

Menurut Firshein (2006), ketika proses bernapas mengalami gangguan

selama asma seringkali diawali dengan faktor pemicu, seperti allergen, ketika hal

tersebut terjadi maka tubuh akan merespon dengan suatu reaksi peradangan yang

kuat untuk melawan sel-sel tersebut seperti eosinofil, sel mast, getah bening,

basofil, neurofil, dan magrofag, sel-sel ini memberikan respon dengan

mengeluarkan sejumlah zat kimia seperti protein-protein dan peroksida beracun

yang dimaksudkan menyerang faktor pemicu, namun juga merusak beberapa

jaringan yang melapisi paru. Lama kelamaan serangan asma seringan sekalipun

21
terbukti mampu menjadi penyebab atau menjadi rentan terhadap rangsangan.

Sebagai respon kejadian tersebut, jaringan yang melapisi jalan pernapasan jadi

bengkak dan udara tidak dapat lagi bergerak cepat, produksi muksus meningkat

untuk melindungi jaringan yang rusak, akan tetapi akan menutup jalan napas, dan

mengurangi kemampuan paru menyerap oksigen. Saraf simpatik yang terdapat di

bronkus, ketika terganggu atau terangsang maka terjadi bronkokontriksi yang

menyebabkan sulit bernapas, hasilnya adalah gejala khas dari asma, yaitu mengi,

napas pendek, batuk, berdahak, dan dada terasa sesak (Firshein, 2006)

22
Pencetus serangan (alergen,
emosi/stress,obat-obatan,dan

Reaksi antigen dan antibodi

Dikeluarkannya substansi vasoaktif

(histamin, bradikinin, dan

kontraksi permeabilitas Sekresi mukus meningkat

Produksi mukus berlebihan


Bronkospas
-Kontraksi otot polos

-Edema mukosa

-Hipersekresi Ketidakseimbangan nutrisi kurang

Dari

Obstruksi saluran Kurang pengetahuan

Gangguan pertukaran gas Hipoventilasi Distribusi ventilasi tidak merata


dengan sirkulasi darah paru-paru

Ketidakefektifan
pembersihan jalan napas

Hipoksemia

(yasmara, 2016) Hiperapnia

23
e. Manifestasi klinis

Biasanya penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala

klinis, tapi pada saat serangaan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,

gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan

bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak napas,

mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasakan nyeri

pada dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan

asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul semakin banyak antara lain:

silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, takikardi dan

pernafasan cepat dangkal. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

(Nurarif, 2015)

f. Pemeriksaan penunjang

a. Spirometer: Dilalukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup

(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP>20%

b. Sputum : eosinofil meningkat

c. Eosinofil darah meningkat

d. Uji kulit alergi (skin prick) dapat dilakukan sebagai penunjang.

Pada skin prick, kulit lengan bawah bagian dalam ditandai dengan kode-

kode alergen, lalu dibuatkan tususukkan, kemudian diteteskan alergen sesuai

kode. Dalam beberapa menit,akan muncul reaksi alergi (kemerahan dan

bengkak) pada tususkan.

24
e. Rontgen dada yaitu patologis paru/komplikasi asma

f. Analisa Gas Darah: Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi

hipoksemia dan hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut

normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik)

g. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior

membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak kosolidasi yang terbesar.

(Nurarif, 2015)

g. Penatalaksanaan

Pengobatan pada asma terbagi 2,yaitu:

1) Pengobatan farmakologik:

a) Memberikan penyuluhan

b) Menghindari faktor pencetus

c) Fisiotherapy

2) Pengobatan farmakologik :

Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam dua golongan

a) Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan efedrin )

Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin

(bricasma).

Obat-obat golongan simpatomimetik tesedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan,

dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga

25
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma

Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,brivasma serts ventolin)

yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)

untuk selanjutnya dihirup.

b) Santin (teofilin)

Nama obat :Aminofilin (Amicam supp),Aminoflin (Euphilin Retard),

Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara

kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat itu dikombinasikan efeknya saling

memperkuat.

c) Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan

asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-

anak.kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain,dan

efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan

d) Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya

diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari keuntungan obat ini adalah dapat

diberikan secara oral (Margaret, 2013)

26
A. Konsep Asuhan Kepererawatan Pasien Asma Bronkhiale

Manajemen asma bronkhiale adalah bukan hanya untuk mendapatkan

perawatan medis tapi manajemen Asma Bronkhiale dilakukan dengan

memperhatikan bagaimana pola hidup dari penderita dalam menjaga kesehatan

paru-parunya untuk tidak terkena serangan Asma Bronkhiale. (Fiarni, Sipayung,

& Monangka, 2017)

1) Pengkajian keperawatan

a) Anamesis

Pengkajian mengenai nama,umur,dan jenis kelamin perlu dilakukan pada

klien dengan Asma Bronkhiale. Dalam buku (Somantri, 2009), Asma Bronkhiale

dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai pada usia dini. Separuh

kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum

usia 40 tahun. Predisposisi laki-laki dan perempuan di usia dini memberikan

implikasi bahwa sangat mungkin terdapat kasus atopik. Serangan pada usia

dewasa dimungkinkan adanya faktor non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan

kondisi lingkungan tempat klien berada. Berdasarkan alamat tersebut,dapat

diketahui pula faktor yang mungkin menjadi pencetus serangan Asma Bronkhiale,

pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya

pemaparan bahan allergen.

27
b) Keluhan Utama

Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan

adanya keluhan sulit untuk bernapas saat serangan Asma Bronkhiale kambuh

c) Riwayat Penyakit saat ini

Klien dengan serangan Asma Bronkhiale datang mencari pertolongan

terutama dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti

dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu napas,

kelelahan, gangguan kesadaran,sianosis,dan perubahan tekanan darah.

Serangan Asma Bronkhiale mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi

tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering.

Batuk ini terjado karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium

ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan

batuk disertai mokus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak napas, berusaha

untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing).

Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat

tidur,tampak pucat,gelisah,dan warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga

ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara napas karena aliran udara kecil,

tidak ada batuk , pernapasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan

menjadi meningkat karena asfiksia.

Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan

memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih releven untuk digunakan

kembali.

28
d) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya

infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip

hidung. Riwayat erengan Asma Bronkhial , frekuensi , waktu, dan alergen-alergen

yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang

dilakukan untuk meringankan gejala Asma Bronkhiale.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Pada klien dengan serangan Asma Bronkhiale perlu dikaji tentang

penyakit Asma Bronkhiale atau penyakit alergi yang lain pada anggota

keluarganya karena hipersensifitas pada penyakit Asma Bronkhiale ini lebih

ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.

f) Pengkajian Psiko-sosio-kultural

Pengkajian psukologis klien meliputi beberapa dimensi yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas tentang status

emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan hasil pemeriksaan

awal klien termasuk kapasitas fisik dan intelektual saat ini, karena keduanya juga

turut menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spritual yang saksama.

Pada klien Asma Bronkhiale, salah satu faktor pencetus serangan Asma

Bronkhiale adalah kondisi psikologis klien yang tidak stabil termasuk di

dalammnya perasaan cemas. Hal ini sering diabaikan oleh klien sehingga

frekuensi kekambuhan menjadi lebih sering dan keadaan klien menjadi lebih

29
buruk. Kondisi ini merupakan suatu rantai yang sulit yan sulit ditentukan, mana

yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat.

g) Pemeriksaan Fisik

Adanya batuk produktif atau non produktif,repirasi terdengar kasar dan

suara mengi (wheezing) pada kedua fase respirasi semakin menonjol,dapat

disertai batuk dengan sputum kental yang sulit dikeluarkan,bernapas,dengan

menggunakan otot-otot napas tambahan,seosonosis,takikardi,gelisah dan pulsus

paradoksus,fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus),

penurunan berat badan serta bermakna.(somantri, 2009)

h) Diagnosis

-Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-

perfusi

- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas (mis, nyeri

saat bernapas , kelemahan otot pernapasan)

- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.

30
i) Intervensi

Table 2.2 intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


pertukaran gas tindakan keperawatan
Tindakan
berhubungan selama 3 x 24 jam
dengan maka pertukaran gas Observasi
ketidakseimba Meningkat dengan
ngan ventilasi- kriteria hasil : 1. Monitor

perfusi frekuensi,irama,kedalaman
7. Tingkat kesadaran dan upaya napas
dari menurun jadi
meningkat 2. Monitor pola napas
(seperti
8. Dispnea dari bradipnea,takipnea,hiperve
meningkat ntilasi,kussmaul,cheyne-
menjadi menurun Stokes,biot,ataksik)

9. Bunyi napas 3. Monitor kemampuan


tambahan dari batuk efektif
meningkat
menjadi menurun 4. Monitor adanya produksi
sputum
10. Pola napas dari
memburuk 5. Monitor adanya sumbatan
menjadi membaik jalan napas

6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru

7. Aulkultasi bunyi napas

31
Terapeutik

1. Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi
pasien

2. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

1. jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

2. informasikan hasil
pemantauan,jika perlu

2 Pola napas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


tidak efektif tindakan keperawatan
Tindakan
berhubungan selama 3 x 24 jam
dengan maka pola napas Observasi
hambatan Membaik dengan
upaya napas kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi, irama,

(mis, nyeri saat kedalaman dan upaya


1. Frekuensi napas napas
bernapas,
dari memburuk
kelemahan otot
menjadi membaik 2. Monitor kemampuan
pernapasan)
batuk efektif
2. Kedalaman napas
dari memburuk 3. Monitor adanya produksi
menjadi membaik sputum

3. Ekskursi dada 4. Monitor adanya sumbatan


dari memburuk

32
menjadi membaik jalan napas

5. Palpasi kesimetrisan
ekspensi paru

Terapeutik

6. Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi
pasien

7. Dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Setelah dilakukan Manajemen jalan Napas


3 Bersihan jalan
tindakan keperawatan Observasi
nafas tidak
selama 3 x 24 jam 1. Monitor pola napas
efektif
maka bersihan jalan (frekuensi, kedalaman,
berhubungan
napas Meningkat usaha napas)
dengan sekresi
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
yang tertahan
1. Batuk efektif dari tambahan (mis. Gurgling,
ditandai
menurun menjadi mengi, wheezing, ronkhi
dengan
meningkat kering)
2. Produksi sputum 3. Monitor sputum (jumlah,
dari menurun warna, aroma)
menjadi Terapeutik
meningkat 1. Pertahankan kepatenan

33
3. Mengi dari jalan napas dengan head-
menurun menjadi tilt dan chin-lift (jaw-
meningkat thrust jika curiga trauma
servikal)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisiotrapi dada,
jika perlu
5. lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum pegisapan
endotrokheal
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

34
i) Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari rencana

asuhan keperawatan yang telah disusun perawat bersama keluarga. Inti

pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah perhatian. Perawat

pada tahap ini menghadapi kenyataan dimana keluarga mencoba segala daya

cipta dalam mengadakan perubahan versus frustasi sehingga tidak dapat berbuat

apa-apa.perawat harus membangkitkan keinginan untuk bekerja sama

melaksanakan tindakan keperawatan. (susanto,2012).

j) Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan suatu langkah dalam menilai hasil asuhan

yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai berupa respon

keluarga terhadap tindakan yang dilakukan dengan indikator yang ditetapkan.

Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah keluarga sudah

dapat dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat kemandirian yang

diinginkan,atau masih perlu tindak lanjut. Bila kunjungan berkelanjutan maka

perlu dibuat catatan perkembangannya (Susanto, 2012)

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Laporan khasus adalah laporan yang ditulis secara naratif untuk

mendeskripsikan pengalaman medis dan keperawtan seseorang atau beberapa

orang pasien secara rinci untuk tujuan peningkatan capaian pengobatan.

Metode penelitian yang dipakai pada laporan tugas akhir ini adalah untuk

mengekplorasi masalah “Asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H pada tahap

keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma di Kecamatan

Wawotobi, Kabupaten Konawe”

B. Subyek studi kasus

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk peneliti atau subjek

yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian (Notoatmodjo,2012). Subjek

pada studi kasus ini adalah orang yang terdiagnosa menderita suatu penyakit

dengan asma bronkial di kecamatan wawotobi. Pada studi kasus ini, subjek

penelitian yang akan diteliti sebanyak 1 subjek dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a. Keluarga dengan anggota keluarga menderita asma

b. Keluarga yang berada di wilayah kelurahan wawotobi, kabupaten konawe

c. Keluarga yang bersedia menjadi subyek

36
2. Kriteria ekslusi

a. Kelurga yang tidak bersedia menjadi subjek

C. Fokus studi di karya tulis ilmiah ini adalah

Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan asma bronchial

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. . Keluarga adalah suami/istri/anak dari penderita asma yg ada ikatan darah,

perkawinan atau adopsi yg tinggal dalam satu rumah

2. Asuhan keperawatan keluarga adalah pelayanan keperawatan yg ditujukan

kepada individu dan keluarga di rumah yang terdiri dari pengkajian,

diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi yg dapat diuraikan sebagai

berikut :

b. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dl yang dilakukan pada individu yg

didiagnosis dokter mengalami asma bronkhial dan pengumpulan data pada

keluarga penderita asma bronkhial. Pengkajian pada individu penderita asma

meliputi pengkajian mengenai nama,umur,dan jenis kelamin perlu dilakukan pada

klien dengan Asma Bronkhiale. Dalam buku (Somantri, 2009), Asma Bronkhiale

dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai pada usia dini. Separuh

kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum

usia 40 tahun. Predisposisi laki-laki dan perempuan di usia dini memberikan

implikasi bahwa sangat mungkin terdapat kasus atopik. Serangan pada usia

dewasa dimungkinkan adanya faktor non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan


37
kondisi lingkungan tempat klien berada. Berdasarkan alamat tersebut,dapat

diketahui pula faktor yang mungkin menjadi pencetus serangan Asma Bronkhiale,

pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya

pemaparan bahan allergen

b. Diagnosis

Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan data pendukung yang didapatkan

saat pengumpulan data. Diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan terdiri dari:

Diagnosis individu penderita asma yaitu : bersihkan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi yang tertahan , pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan Hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot

pernapasan), Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi

Diagnosis keluarga yang dapat ditegakkan yaitu : Manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif berhubungan dengan komleksitas program pengobatan/perawatan

c. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah, segala tindakan yang di rencanakan perawat yang

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan yang di

harapakan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi jalan napas

Intervensi utama yang dapat diangkat untuk diagnosa bersihan jalan napas

tidak efektif berhubungan dengan sekresi jalan napas adalah latihan batuk

efektif, pemantauan respirasi dan manajemen jalan napas. Namun intervensi

yang dipilih adalah manajemen jalan napas dengan alasan intervensi tersebut

38
mencakup seluruh tindakan yang akan dilakukan kepada pasien, karena pasien

tidak hanya sulit untuk mengeluarkan secret, namun juga merasakan sesak

napas. Hal tersebut yang kemudian menjadi dasar ditentukannya intervensi

untuk diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

jalan napas adalah manajemen jalan napas. Tindakan yang dilakukan dalam

intervensi manajemen jalan napas adalah Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas), Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,

mengi, wheezing, ronkhi kering), Memposisikan semi-fowler atu fowler,

Memberikan minum air hangat, Mengajarkan batuk efektif.

2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (mis,

nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan), Intervensi utama yang dapat

diangkat untuk diagnosa pola nafas tidak efektif hambatan upaya napas (mis,

nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan), adalah pemantauan respirasi,

manajemen jalan napas Namun intervensi yang dipilih adalah pemantauan

respirasi

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-

perfusi Intervensi utama yang dapat diangkat untuk diagnose gangguan

pertukaran gas ialah monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas),

monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi

kering), memposisikan semi-fowler atu fowler, memberikan minum air

hangat, Mengajarkan batuk efektif

39
d. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah segala treatment yang di rencanakan perawat

yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

tujuan/luaran (outcome) yang diharapkan

1) Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa bersihan jalan napas tidak

efektif, sesuai dengan intervensi yang ditentukan adalah : Monitor pola

napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), Monitor bunyi napas tambahan

(mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering), Memposisikan semi-

fowler atu fowler, Memberikan minum air hangat, Mengajarkan batuk

efektif

2) Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa pola napas tidak efektif,

sesuai dengan intervensi yang ditentukan adalah : Monitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas,Monitor kemampuan batuk efektif,Monitor

adanya produksi sputum,Monitor adanya sumbatan jalan napas, Palpasi

kesimetrisan ekspensi paru

3) Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa gangguan pertukaran gas,

sesuai dengan intervensi yang ditentukan adalah : monitor frekuensi,

irama, kedalaman dan upaya napas, monitor kemampuan batuk efektif,

monitor adanya produksi sputum, monitor adanya sumbatan jalan napas,

palpasi kesimetrisan ekspensi paru

e. Evaluasi

Setelah melaksanakan tahapan dalam proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, menetapkan rencana/intervensi dan implementasi, tahapan terakhir

adalah melakukan evaluasiatas rencana yang sudah dilaksanakan. Evaluasi dalam

40
bentuk catatan perkembangan yang terdiri dari : subyektif yaitu keluhan yang di

rasakan oleh pasien, objektif yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien, objektif

yaitu data yang diperoleh melalui observasi langsung, assessment dan planning

adalah tindak lanjut yang akan dilakukan bila masalah belum teratasi.

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Sekresi yang tertahan.
Evaluasi dilakukan selama 2 minggu S :Klien mengatakan sesak nafasnya
berkuang, klien mengatakan batuknya sudah berkurang O: Klien tampak
tidak sesak, tampak batuknya berkurang,

2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (mis,
nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan). Evaluasi dilakukan selama
2 minggu S : Klien mengatakan sudah tidak batuk berdahak lagi dan sesak
napsnya berkurang O: Klien tampak tidak sesak, tampak batuknya
berkurang, A: masalah teratasi P: Intervensi dihentikan

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-


perfusi. Evaluasi dilakukan selama 2 minggu minggu S : Klien mengatakan
sudah tidak batuk berdahak lagi dan sesak napsnya berkurang O: Klien
tampak tidak sesak, tampak batuknya berkurang, A: masalah teratasi P:
Intervensi dihentikan.

E. Konsep latihan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas

a. Pengertian batuk efektif

Menurut Ambarawati & Nasution, (2015)Batuk efektif merupakan cara

untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan

tujuan untuk membersihakan laring, trakea, dan bronchioles dari secret atau benda

asing dijalan nafas.Menurut Rochimah, (2011) batuk efektif mengandung makna

dengan batuk yang benar, akan dapat mengeluarkan benda asing, seperti secret

semaksimal mungkin. Bila pasien mengalami gangguan pernafasan karena

41
akumulasi secret, maka sangat dianjurkan untuk melakukan latihan batuk efektif.

Menurut Andarmoyo, (2012) latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih

pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk

membersihkan laring, trachea, dan bronkiolus dari secret atau benda asing di jalan

nafas

b. Tujuan batuk efektif

Menurut Rosyidi & Wulansari, (2013), batuk efektif dilakukan dengan

tujuan untuk membersihkan jalan nafas, mencegah komplikasi : infeksi saluran

nafas, pneumonia dan mengurangi kelelahan. Menurut Muttaqin, (2008) tujuan

batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi

retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Pemberian latihan batuk

efektif dilaksananakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan bersihan

jalan nafas tidak efektif dan masalah risiko tinggi infeksi saluran pernafasan

bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan nafas yang

14 sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun. Menurut Somantri,

(2012) Batuk yang efektif sangat penting karena dapat meningkatkan mekanisme

pembersihan jalan nafas (Normal Cleansing Mechanism).

c. Mekanisme pengeluaran secret dengan batuk efektif

Batuk efektif adalah teknik batuk untuk mempertahankan kepatenan jalan

nafas. Batuk memungkinkan pasien mengeluarkan secret dari jalan nafas bagian

atas dan jalan nafas bagian bawah. Rangkian normal peristiwa dalam mekanisme

batuk adalah inhalasi dalam, penutupan glottis, kontraksi aktif otot – otot

ekspirasi, dan pembukaan glottis. Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan

42
diameter jalan nafas memungkinkan udara melewati sebagian plak lendir yang

mengobstruksi atau melewati benda asing lain. Kontraksi otot – otot ekspirasi

melawan glottis yang menutup menyebabkan terjadinya tekanan intratorak yang

tinggi. Aliran udara yang besar keluar dengan kecepatan tinggi saat glotis terbuka,

memberikan secret kesempatan untuk bergerak ke jalan nafas bagian atas, tempat

secret dapat di keluarkan(Potter & Perry, 2010). Menurut PPU RS Panti Rapih

(2015) batuk efektif ini dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali dalam sehari.

d. Indikasi batuk efektif

Menurut (Rosyidi & Wulansari, 2013) indikasi klien yang dilakukan batuk efektif

adalah :

1) Jalan nafas tidak efektif.

2) Pre dan post operasi.

3) Klien imobilisasi.

e. Kontraindikasi batuk efektif

Menurut Rosyidi & Wulansari, (2013)pelaksanaan prosedur batuk efektif adalah :

1) Klien yang mengalami peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) gangguan

fungsi otak.

2) Gangguang kardiovaskular : Hipertensi berat, aneurisma, gagal jantung, infrak

miocard.

3) Emphysema karena dapat menyebabkan rupture dinding alveolar.

f. Prosedurpelaksanaan batuk efektif

Menurut Rosyidi & Wulansari, (2013) kontraindikasi pada batuk efektif adalah :
43
1) Meletakkan kedua tangan di atas abdomen bagian atas (dibawah mamae)

dan mempertemukan kedua ujung jari tengah kanan dan kiri di atas

processus xyphoideus.

2) Menarik nafas dalam melalui hidung sebanyak 3-4 kali, lalu hembuskan

melalui bibir yang terbuka sedikit (purs lip breathing).

3) Pada tarikan nafas dalam terkahir, nafas ditahan selama kurang lebih 2-3

detik.

4) Angkat bahu, dada dilonggarkan dan batukkan dengan kuat.

5) Lakukanlah 4 kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan

kebutuhan pasien.

F. Penelitian Terkait Laihan Batuk Efektif

Dari hasil penelitian yaang dilakukan NURHAYATI, S. Kep (2015)

bahwa dengan batuk efektif dapat mengeluarkan dahak/sputum yang berlebihan

sehingga dapat membebaskan jalan nafas klien.

Dari hasil penelitian yang dilakukan NOVA PAWIDYA (2019) Hasil

peneliatan ini pengelolaan pada Tn.T didapatkan masalah ketidak efektifan

bersihan jalan nafas belum teratasi yang didukung data pasien masih sesak nafas

nyeri dada sudah mulai berkurang, cemas berkurang , tekanan darah 120/65

mmHg, RR 23x/menit, nadi 89x/menit, suhu 36,1 : C.intervensi yang diberikan

posisi pasien semi fowler, teknik relaksasi nafas dalam, berikan nebulizer, lakukan

fisioterapi dada, ajarkan batuk efektif.

44
Hasil penelitian yang dilakukan HENDI SETIAWAN (2018) batuk efektif

pasien dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dengan teknik yang benar.

G. Instrumen Studi Kasus

Instrumen pengumpulan data dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan

pedoman studi dokumentasi. Pedoman dokumentasi digunakan dalam

pengumpulan data proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai

dengan evaluasi. Peneliti menggunakan format pengumpulan data yaitu lembar

observasi yang dimulai dari lembar pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi keperawatan.

H. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumppulan data yang dilakukan dengan cara

berinteraksi,bertanya dan mendengarkan apa yang disampaikan secara lisan oleh

responden atau partisipan. Metode ini sering digunakan untuk mengetahui

pendapat, pandangan, pengalaman atau persepsi responden atau partisipan tentang

suatu permasalahan (dharma, 2011). Anamesa pada keluarga yang mengalami

asma dengan keluhan riwayat sesak napas (kesulitan untuk bernapas ), dada terasa

sesak dan menimbulkan suara napas mengi serta kegagalan dalam melaksanakan

program perawatan asma baik dalam hal pengurangan resiko maupun pelaksanaan

terapi pencegahan kekambuhan.

45
2.Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan langsung

terhadap aktifitas responden atau partisipan yang terencana dilakukan aktif dan

sistematis (dharma,2011). Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mengadakan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat,2009). Pengumpulan

data yang dilakukan dengan mengamati pasien untuk memperoleh data tentang

masalasah kesehatan perawatan klien seperti melihat keadaan rumah dan

menghitung pernapasannya/RR. Observasi dapat dilakukan dengan menggunakan

penglihatandan alat indra lainya,melalui rabaan,sentuhan dan pendengaran

dalammelakukan metode ini menggunakan alat tensi tekanan darahdan stetoskop.

Dan bisa juga dilakukan pemeriksaan fisik,pemeriksaan fisik secara langsung

data yang menyeluruh dariujung rambut sampai ujung kaki atau dikenal heat to

toe. Pemeriksaan fisik saat berguna untuk mendukung pengkajian anamesis. Dari

hasil pemeriksaat fisik didapatkan bahwa terdapat penggunaan otot-otot bantu

pernapasan dan terdapat suara napas tambahan wheezing

I. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Wawotobi. Penelitian

dilakukan selama 6 kali kunjungan dalam 2 minggu terhadap 1 keluarga yang

anggota keluarganya mengalami asma dimulai bulan april 2021 sampai mei 2021.

46
J. Analisa Data Dan Penyajian Data

Analisa data pada pendekatan kualitatif merupakan analisis yang bersifat subjektif

karna peneliti adalah instrumen utama untuk pengambilan data dan analisis data

penelitianya.secara umum kegiatan analisis data pada pendekatan kualitatif

memiliki empat tahapan,yaitu sebagai berikut [afiyanti dan rachmawati,2014].

Pengumpulan data dengan menggunakan hasil WOD (Wawancara, observasi, dan

studi dokumentasi). Hasil tersebut ditulis dalam bentuk catatan

lapangan,kemudian disalin dalam bentuk transkip atau catatan terstruktur

enyajian data, dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, ataupun teksnaratif.

Kerahasiaan pasien dijaga dengan cara mmengaburkan data identitas pasien.

Kesimpulan, dari data yang disajikan, kemudian dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikkan kesimpulan dilakukan dengan cara induksi. Data yang

dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosa,intervensi, implementasi,

dan evaluasi keperawatan

K. Etika Studi Kasus

Pada studi kasus ini, peneliti menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Concent (surat persetujuan)

Informed Concent yaitu lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti

kepada responden untuk menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang

berhubungan dengan penelitian

47
2. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti melindungi hak-hak dan privasi responden, nama tidak digunakan

serta menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya menggunakan inisial

sebagai identitas.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang diberikan respon kepada peneliti akan tetap

dirahasiakan.

4. Bebas dari penderitaan

Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subyek khususnya jika menggunakan tindakan khusus

5. Bebas dari ekspliotasi

Partisipasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subyek harus di yakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

subyek dalam bentuk apapun.

6. Resiko

Peneliti harus hati-hari mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang berakibat kepada subyek pada setiap tindakan.

7. Right to self determination

Subyek penelitian tidak boleh dipaksa untuk menjadi responden tanpa ada

sanksi apapun. Subyek harus diperlakukan secara manusiawi. Subyek

48
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subyekataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan

berakibatpada kesembuhannya.

8. Right to full disclosure

Subyek memiliki hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang

diberikan. Peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci dan bertanggung

jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subyek.

9. Right in fair treatment

Subyek harus diberlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

setelah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apa bila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

49
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

1) Hasil studi kasus

Pada bab ini penulis akan menguraikan Asuhan keperawatan pada

keluarga pada tahap keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma

dimulai pada tanggal 23 april 2021 sampai dengan 28 april 2021 Dalam

memberikan asuhan keperawatan keluarga, pendekatan yang digunakan adalah

proses keperawatan

A. Pengkajian Keluarga

I. DATA UMUM

1. Nama KK : Tn. H

2. Pekerjaan KK : Wiraswasta

3. Pendidikan KK : Sma

4. Agama KK : Islam

5. Alamat : wawotobi.,kec.wawotobi,kab,konawe

No Nama JK Umur Pddkn Penyakit/

Keluhan

1 Tn. H L 53thn SMA Tidak ada

2 Ny. H P 51thn SMA Asma

50
3 Nn. R P 20thn MAHASISWA Tidak ada

4 An.R L 17tthn PELAJAR Tidak ada

6. Komposisi Anggota Keluarga :

7. Genogram :

51

Keterangan:

:Laki-Laki

:Perempuan

:Klien

------ ; Tinggal serumah

8. Tipe Keluarga

51
Keluarga Tn. H merupakan keluarga inti dimana keluarga yang hanya

terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya

9. Suku Bangsa

Suku Ayah : Tn. H berasal dari suku bugis, bahasa yang digunakan

untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa bugis

Suku Ibu : Ny. H berasal dari suku Tolaki, bahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Tolaki

10. Agama

Seluruh anggota Keluarga Tn.H beragama Islam dan dalam pelaksanaan

kegiatan beribadah sesuai dengan agama yang dianut yaitu sholat dan

berdoa.

Agama dijadikan sebagai dasar keyakinan oleh keluarga Tn.H dalam

membina hubungan dengan baik dengan sesama

11. Status Sosial Ekonomi

Tn.H bekerja sebagai petani sedangkan Ny.H bekerja sebagai ibu rumah

tangga Penghasilan yang didapatkan Keluarga Tn.H mencukupi untuk

kebutuhan sehari-hari. Pengelola keuangan dalam keluarga yaitu Ny.H

12. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Tn.H mengatakan jarang berekreasi, dan bila ada waktu senggang

digunakan untuk menonton Tv

II. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini

52
Tahap perkembangan keluarga Tn.H saat ini, berada pada tahap

keluarga melepas anak dewasa dimana anak pertama dan kedua telah

menikah dan tinggal anak ketiga dan keempat

2. Riwayat keluarga inti

Ny. H memiliki penyakit Asma sejak 2 tahun yang lalu, Tn. H An. R

dalam keadaan sehat

Ny. H mengatakan dirinya sering merasakan sesak napas dan nyeri pada

dada

3. Riwayat keluarga sebelumnya

Didalam keluarga Tn,H tidak ada yang menderita penyakit asma

sebelumnya dan penyakit lainnya

III. LINGKUNGAN

1. Karakteristik Rumah

a. Perumahan

Jenis perumahan yaitu permanen dengan luas bangunan 3x10m,

tidak memiliki perkarangan rumah, rumah adalah milik Tn.H sendiri,

atap rumah terbuat dari genteng, terdapat ventilasi rumah dengan

luas < 10% luas lantai, cahaya matahari dapat masuk ke rumah pada

pagi,siang dan sore hari ( walaupun sedikit karena jarak antar rumah

sangat berdekatan ) penerangan dalam rumah menggunakan cahaya

matahari dan listrik, lantai rumah terbuat dari keramik, kondisi

rumah secara keseluruhan dengan lantai bersih, perabotan berdebu

dan kurang rapi

53
2. Denah Rumah

s
ss D E
T B

Ket:
a. Teras depan
b. Ruang tamu dan ruang keluarga
c. Kamar 1
d. Kamar 2
e. Dapur
f. WC/Toilet
g. // Pintu

3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun

Klien mengatakan Tetangga yang dimiliki semuanya ramah dan baik,

klien mengatakan sering berkumpul dengan tetangganya dan mengikuti

kegiatan di lingkungan di sekitar tempat tinggal

54
4. Mobilitas Geografis Keluarga

Klien mengatakan tidak pernah berbindah tempat tinggal dari tahun

2003

5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

1. Ny. H mengatakan Interaksi keluarga dengan masyarakat baik, Ny. H

sering berkumpul dan mengikuti kegiatan dilingkungan rumahnya,

kegiatan lingkungan yang biasa di lakukan yaitu dengaan menjenguk

tetangga yang lagi sakit, apa bila ada tetangga yang pesta maka

mereka akan datang membantu untuk meringankan pekerjaannya

2. Ny. H mengatakan nyaman dengan situasi sosialnya karena tetangga

yang dimiliki baik dan ramah dan jika ada yang sakit tetangga biasa

menjenguk

3. Ny. H mengatakan keluarga tidak berminat melakukan kontak fisik

dengan orang lain yang ada dilingkungannya karena orang yang ada

di lingkungannya semua baik dan ramah sehingga tidak ada hal untuk

melakukan kontak fisik atau dengan emosi

6. Sistem Pendukung Keluarga

Klien mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit

langsung membawa ke pelayanan kesehatan ( PUSKESMAS)

I. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola Komunikasi Keluarga

Keluarga Tn. H berkomunikasi secara dua arah, saling menghargai bila

ada anggota keluarga sedang berbicara. Bila ada anggota keluarga yang

sedang menghadapi masalah, dibicarakan secara terbuka sehingga

55
masalah dapat diselesaikan (dengan cara menglah) keluarga melibatkan

emosin dalam penyampaian pesan dan mengobrol.

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam keluarga Tn. H pengambil keputusan yaitu Ny. R mengatur

tentang anggaran belanja. Dalam proses pengambilan keputusan dengan

cara dimusyawarakan dahulu sebelumnnya.

3. Struktur Peran

Tn. H sebagai kepala keluarga yang memimpin keluarga dan mencari

nafkah, sedangkan Ny. H sebagai istri yang mengatur keuangan.

4. Nilai dan Norma Keluarga

Nilai dan norma budaya yang dianut oleh keluarga Tn. H adalah budaya

Tolaki dan tidak memiliki nilai-nilai kepercayaan serta kebudayaan yang

bertentangan dengan kesehatan.

II. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. H berusaha untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota

keluarga, saling membantu jika ada anggota keluarga yang mengalami

kesulitan, saling menghargai, memperhatikan dan percaya antara satu

dengan yang lainnya.

2. Fungsi Sosialisasi

Seluruh anggota keluarga Tn. H dapat berinteraksi dengan baik didalam

lingkungannya. Tanggung jawab dalam keluarga dijalankan dengan baik

56
3. Fungsi Reproduksi

Tn. H memiliki 4 anak dan Ny. H mengikuti program KB dengan

menggunakan jenis KB spiral

4. Fungsi Ekonomi

a. Ny. H mengatakan kebutuhan sandang (Pakaian terpenuhi), pangan

(Kebutuhan makanan terpenuhi, kebiasaan makanan 3x sehari

makanan yang di konsumsi yaitu dengan konsumsi sayur, lauk

berupa ikan, dan nasi), makanan yang di konsumsi yaitu bervariasi

biasa ikan yang di konsumsi di olah kadang digoreng, kadang di

masak, dan kadang di bakar itu dilakukan dengan bergantian agar

tidak bosan, sedangkan sayur yang paling sering di konsumsi yaitu

kangkung, labu, gambas, bunga papaya, pakis, dan papaya untuk

cara pengelolaanya bervariasi kadang-kadang di olah dengan

menggunakan santan hal ini juga dilakukan agar tidak bosan.

b. Ny. H mengatakan pumya sedikit tabungan, tabungan itu di

peruntukkan untuk apa bila suatu saat ada kebutuhan yang

mendesak maka, uang dari hasil tabungannya yang dia miliki tidak

begitu banyak karena dia hanya menyisihkan jika ada uang lebih

dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, atau jika Ny. H di beri

uang oleh anaknya yang maka dia akan menabung uang yang di

berikan oleh anaknya yang maka dia akan menabung uang yang di

berikan oleh anak-anaknya.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

a. Kemampuan keluarga mengenal masalah

57
Kurang baik, keluarga tidak begitu memahami masalah Asma, apa

saja faktor penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya Asma, dan

Ny. H tidak menjaga kesehatannya

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat

Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

kurangbaik, keluarga tidak mau mengecek kesehatan secara rutin jika

sakit baru dibawa ke puskesmas

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

1. Nn R tidak mengetahui cara pencegahan penyakit yang diderita

oleh ibunya

2. Nn. R mengatakan sulit dalam menjalankan perawatan yang

ditetapkan, walaupun perawatan sudah dilakukan dengan baik.

Keluarga sulit menerima informasi yang diberikan oleh perawat

untuk kesehatan ibunya

3. Nn. R mengatakan keluarga gagal melakukan tindakan pencegahan

masalah kesehatan terkait penyakit Asma yang di derita oleh

ibunya. Karena ibu klien tidak menghindari factor pemicu

pencegahan asma

d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/memelihara

lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang

sakit

Lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang sakit

keluarga Tn. H selalu menjaga kebersuhan rumah

58
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan di masyarakat

a. Ny.h mengatakan pernah menerima informasi terkait penyakit

yang diderita, informasi kesehatan didapatkan jika klien

berkunjung ke puskesmas saja.

b. Ny.h mengatakan, jarak antara puskesmas dan rumahnya hanya

sekitar 300 M, dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki saja

c. Ny.h mengatakan tahu akan jenis dan jadwal pelayanan

kesehatan yang ada di puskesmas tempat tinggalnya, puskesmas

buka setiap hari

d. Ny.h mengatakan dia menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

puskesmas, tetapi jarang

e. Ny.h mengatakan dia dan keluarga memeliki Jamkesmas

III. STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a. Stressor jangka pendek (< 6 bln)

1. Ny. H mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sakit

2. Ny. H mengatakan tidak ada anggota keluarga yang di rawat di

Rs, dalam waktu 6 bulan terakhir

3. Ny. H mengatakan tidak ada kekerasan yang terjadi dalam rumah

tangga dalam waktu 6 bulan terakhir

b. Stressor jangka panjang (> 6 bln)

59
1. Ny. H mengatakan tidak ada kecacatan yang terjadi pada

anggota keluarga

2. Ny. mengatakan tidak ada penyalahgunaan obat/zat dalam

keluarga

3. Ny. H mengatakan tidak memiliki utang karena uang yang

penghasilan yang diberikan suami dan anaknya masih cukup

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

IV. Respon keluarga terhadap stressor dan Mekanisme Koping yang

digunakan

1) Respon keluarga terhadap stressor

Ny.H. merasa khawatir jika sering merasakan sesak napas

2) Strategi koping yang digunakan

Kurang baik, keluarga tidak memahami masalah asma, apa saja

factor penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya Asma, dan Ny.

H tidak menjaga kesehatannya.

V. HARAPAN KELUARGA

(Jelaskan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada dan

mahasiswa yang melakukan praktek)

− Klien dan keluarga mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan

meningkatkan pengelolaan masalah kesehatan dan pencegahan

meningkatkan pengelolaan masalah kesehatan dan pencegahan

− Klien dan keluarga berharap kesehatan dalam keluarga meningkat

60
VI. PEMERIKSAAN FISIK

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

DATA Tn. H Ny. H An,R An.R

TTV TTV : TTV : TTV : TTV :

TD : 110/70 TD : 140/70 TD : 100/80 TD : 90/70

RR : 20x/menit RR : 27x/menit RR : 20x/menit RR : 20x/menit

N : 85 x/menit N : 98 x/menit N : 79 x/menit N : 89 x/menit

S : 35 oC S : 36 oC S : 36,7 oC S : 36 ,8oC

Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala

normal, kulit normal, kulit normal, kulit kepala normal, kulit

kepala bersih, kepala bersih, bersih, tidak ada kepala bersih,

tidak ada nyeri, tidak ada nyeri, nyeri, distribusi tidak ada nyeri,

distribusi distribusi rambut baik, distribusi rambut

rambut baik, rambut baik, baik,

Leher Mobilitas leher Mobilitas leher Mobilitas leher Mobilitas leher

normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak

adapembesaran adapembesaran adapembesaran kel. adapembesaran

kel. Tiroid dan kel. Tiroid dan Tiroid dan kelenjar kel. Tiroid dan

kelenjar limfe, kelenjar limfe, limfe, kelenjar limfe,

Aksila S : 37 oC S : 36 oC S : 36,7 oC S : 36,8oC

Dada Bentuk dada Inspeksi dada Bentuk dada Bentuk dada

normal,pengemb simetris tidak normal,pengemban normal,pengemba

angan dada ada luka,dari gan dada normal, ngan dada

61
normal, tidak pemeriksaan tidak ada tanda normal, tidak ada

ada tanda palpasi jejas,tidak dispnea, tanda jejas,tidak

jejas,tidak didaptkan vocal tidak ortopnea, , dispnea, tidak

dispnea, tidak fremitus kanan tidak ada bunyi ortopnea, , tidak

ortopnea, , tidak dan kiri tidak napas ada bunyi napas

ada bunyi napas sama,suara saat

diperkusi suara

paru redup dan

auskultasi

terdengar suara

tambahan

(Whezing)

Keluhan yang

dirasakan Ny.H

adalah sering

baruk berdahak

dan dahak sulit

dikeluarkan dan

sering merasa

sesak nafas

Abdomen tidak ada tidak ada tidak ada distensi tidak ada distensi

distensi distensi abdomen, tidak ada abdomen, tidak

abdomen, tidak abdomen, tidak ostomy, peristaltic ada ostomy,

ada ostomy, ada ostomy, usus normal, tidak peristaltic usus

peristaltic usus peristaltic usus ada nyeri tekan normal, tidak ada

normal, tidak normal, tidak nyeri tekan

62
ada nyeri tekan ada nyeri tekan

Ekstremitas Tidak ada lesi, tidak ada lesi, Tidak ada lesi, tidak ada lesi,

Atas tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

pigmentasi, pigmentasi, pigmentasi, tidak pigmentasi, tidak

tidak ada luka, tidak ada luka, ada luka, kekuatan ada luka,

kekuatan otot kekuatan otot otot dan sendi kekuatan otot dan

dan sendi dan sendi normal, turgor kulit sendi normal,

normal, turgor normal, turgor normal turgor kulit

kulit normal kulit normal normal

Ekstremitas Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi,

Bawah tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

pigmentasi, pigmentasi, pigmentasi, tidak pigmentasi, tidak

tidak ada luka, tidak ada luka, ada luka, kekuatan ada luka,

kekuatan otot kekuatan otot otot dan sendi kekuatan otot dan

dan sendi dan sendi normal, turgor kulit sendi normal,

normal, turgor normal, turgor normal turgor kulit

kulit normal kulit normal normal

I. Pendataan indikator Keluarga Sehat

No Indicator Ya Tidak Nilai

1. Keluarga mengikuti program √ 1

KB

2. Ibu hamil melahirkan di √ 1

fasyankes

3. Bayi usia 0-11 bulan √ 1

63
diberikan imunisasi lengkap

4. Pemberian ASI eksklusif √ 1

bayi 0-6 bulan

5. Pemantauan pertumbuhan √ 1

Balita

6. Penderita TB baru yang 0 N

berobat sesuai standar

7. Penderita hipertensi yang √ 1

berobat teratur

8. Tidak ada anggota keluarga √ 1

yang merokok

9. Sekeluarga sudah menjadi √ 1

anggota JKN

10. Mempunyai dan √ 1

menggunakan sarana air

bersih

11. Menggunakan jamban √ 1

keluarga

12. Penderita gangguan jiwa 0 N

berat berobat dengan benar

64
Indikator Keluarga sehat : Jumlah Ya x 100 %

(Jumlah Y + T)

: 10 x100%

12

: 83 % ( Kategori Sehat )

Kategori :

Tidak sehat : < 50%

Pra sehat : 50% - 80%

Sehat : > 80%

65
1. Pengkajian penderita asma

a. Biodata

1) Identitas Klien

Nama Lengkap : Ny. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 51 thn

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Tolaka

Pendidikan : Sma

Pekerjaan : IRT

Pendapatan : > 500.000/bln

A. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama : klien mengatan sering batuk

berdahak dan dahak sulit

dikeluarkan, Klien

mengatakan sering merasa

sesak napas

2) Riwayat Keluhan :

66
a) Penyebab\Faktor Pencetus : Klien mengatakan pernah

menderita

penyakit Asma 2 tahun yang

lalu

b) Sifat keluhan : Klien mengatakan sesak

yang

dirasakan mucul secara tiba-

tiba

c) Lokasi dan penyebarannya : Sesak bagian dada

d) Skala keluhan : Terasa sangat sesak

e) Mulai dan lamanya keluhan :klien mengatakan sesak yang

dirasakan terasa secara terus

menerus

f) Hal-hal yang memperingan dan memperberat : Hal yang

memperingan

ketika klien istrahat, Hal yang memperberat ketika klien banyak

beraktifitas

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Apakah menderita penyakit yang sama : klien pernah menderita Asma

2 tahun yang lalu

2) Bila pernah dirawat di RS, sakit apa : Klien mengatakan tidak pernah

67
3) Pernah mengalami pembedahan : Ya/tidak

4) Riwayat alergi : Ya/tidak

5) Kebiasaan/Ketergantungan terhadap zat : Tidak

a) Merokok (berapa batang sehari) : Tidak

b) Minum Kopi : Tidak

6) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa:

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya menderita penyakit

Asma

7) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun

: Klien mengatakan dalam keluarganya ada riwayat penyakit

hipertensi.

B. Pengkajian Kebutuhan Dasar

A. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 140/70 mmHg
2. Pernapasan : 27x/menit
3. Nadi : 98x/menit
4. Suhu badan : 36
a. Kepala : Bentuk kepala normal, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri,
distribusi rambut baik.
b. Leher : Mobilitas leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe.
c. Aksila : Suhu : 36 C
d. Dada : Inspeksi dada, simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan
palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara
saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara
tambahan (wheezing dan ronkhi), keluhan yang dirasakan Ny. H

68
adalah sering batuk berdahak dan dahak sulit di keluarkan dan
sering merasa sesak napas.
e. Abdomen : Tidak ada distensi abdomen, tidak ada ostomy,
peristaltic usus normal, tidak ada nyeri tekan
f. Ekstremitas Atas : Tidak ada lesi, tidak ada pigmentasi, tidak ada
luka,kekuatan otot, dan sendi normal, turgor kulit normal
g. Eksremitas Bawah : Tidak ada lesi, tidak ada pigmentasi, tidak ada
luka, kekuatan otot dan sendi normal, turgor kulit normal.
C. Pengkajian Kebutuhan Dasar

1) Kebutuhan Oksigenasi

a) Batuk : Klien mengalami batuk dan batuk yang dialami klien

bersifat tidak produktif

b) Kemampuan Mengeluarkan sputum ; klien tidak mampu

mengeluarkan sputum saat batuk

c) Dispnea : Klien mengatakan mengalami sesak napas

2). Kebutuhan Nutrisi

Frekuensi makanan klien dalam sehari, klien makan 3 kali dalam

sehari, waktu makan klien pagi, siang dan malam, porsi makan

klien dapat dihabiskan yaitu 1-2 porsi, klien tidak menggunakan

alat bantu makan, dan tidak ada makanan yang pantang untuk

dirinya, klien suka makanan yang berkuah namun tidak terlalu

berbumbu, klien mengurangi konsumsi makanan yang asin, dan

makanan yang bersantan.

69
3). Kebutuhan cairan dan elektrolit

Klien mengatakan dalam sehari klien dapat menghabiskan kurang

lebih 6-8 gelas,jumlah minum yang dapat dihabiskan perharinya

kurang lebih 2 liter air minum, klien mengatatakan kurang

menyukai minuman yang bersoda, kklien lebih sering minum

the,tidak ada program batasan cairan.

4). Kebutuhan eliminasi

Frekuen BAK klien mengatakan BAK nya lancar, warna pipisnya

saat

BAK berwarna lebih kuning jernih, klien mengatakan saat malam

tidak sering BAK,klien mengatakan tidak ada masalah saat akan BAK

5). Buang air besar (BAB)

Frekuensi BAB klien mengatakan BAB nya 1-2 kali sehari, tidak

ada nyeri yang dirasakan saat defekasi, klien mengatakan dapat

tahan defekasinya, klien mengatakan tidak mengenjan kuat saat

defekasi.

6). Kebutuhan istrahat dan tidur

Klien mengatakan sering tidur siang kisaran pukul 12:00 siang

sampai 13:30 siang (1 – 1,5 jam), Klien mengatakan sering tidur

pada jam 21:00 malam sampai 06:00 pagi (8-9 jam), klien

mengatakan perasaan mengantuk yang di rasakan klien Normal

7). Kebutuhan aktivitas

Klien mengatakan sering ke kebun, Waktu senggang klien

digunakan untuk membersihkan rumahnya, klien mampu berjalan

70
dengan baik, Klien mampu berjalan normal dan tanpa bantuan,

Klien mengatakan ada perasaan tidak nyaman setelah beraktivitas

8). Kebutuhan perawatan diri

a).. Mandi

Klien selalu melakukannya setiap hari untuk mandi dan terkadang

mencuci rambut 2 hari sekali, klien juga memotong kukunyam1-2

kali dalam seminggu, kebersihan kulit cukup baik

b). Berpkaian

Klien mampu mengganti pakaiannya sendiri,pakaian yang

ikenakkan

bersih, klien menggganti pakaian setelah selesai mandi ataupun

saat tidak nyaman karena keringat, klien mampu melepaskan

pakaiannya sendiri secara mandiri.

9). Kebutuhan keamanan

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat jatuh

10). Kebutuhan Kenyamanan

Keluhan nyeri,tidak ada nyeri yang dirasakan klien,

11). Kebutuhan psikososial

Klien mengatakan berharap agar penyakitnya yang di deritannya

segera sembuh agar tidak merepotkan anak-anaknya, klien

mengatakan kegiatannya cukup terganggu karena sakit yang di

derita

12). Kebutuhan Spritual : Klien mengatakan selalu menjalankan

ibadahnya, klien mengikuti ritual keagamaan.

71
Tabel 4.1 Analisa data

Data ETIOLOGI DIAGNOSA

KEPERAWATAN

DS : Ca paru Bersihan jalan napas

- Klien mengatakan tidak efektif


sering batuk berdahak dan berhubungan dengan
Massa di broncus
dahak sulit dikeluarkan
sekresi yang tertahan
- Klien sering
merasa sesak napas : Respon sisila berusaha

DO: menghilangkan massa


dengan hipersekresi
- Nampak klien batuk dan
mucus
sulit mengeluarkan dahak
dan nampak sesak

- Suara vasikuler Secret/mucus tertahan

menurun pada dada kana di saluran napas

- Terdengar bunyi napas


tambahan : ronkhi Suara vasikuler

TTV : menurun

• TD : 140/70

• RR : 27 x/menit Bersihan jalan napas


tidak efektif
• N : 98 x/menit

S : 36 Oc

72
DS : Kompleksitas sistem Manajemen Kesehatan
pelayanan kesehatan
1. Ny. H mengatakan Keluarga tidak efektif

tidak begitu berhubungan dengan

memahami Kompleksitas sistem

masalah asma, apa Ketidakefektifan pola pelayanan kesehatan.


perawatan kesehatan
saja faktor
keluarga
penyebabnya, cara

pencegahan asma
Ketidak cukupan
dan Ny. H tidak petunjuk untuk
menjaga bertindak

kesehatannya

2. Nn R mengatakan Kekurangan dukungan


sosial
tidak mengetahui

cara pencegahan

penyakit yang Manajemen kesehatan


keluarga tidak efektif
diderita oleh

ibunya

3. Nn. R mengatakan

sulit dalam

menjalankan

perawatan yang

ditetapkan,

walaupun

perawatan sudah

73
dilakukan dengan

baik.

4. Nn. R mengatakan

keluarga gagal

melakukan

tindakan

pencegahan

masalah kesehatan

terkait penyakit

Asma yang di

derita oleh ibunya

5. Klien dan keluarga

mengungkapkan

keinginan untuk

meningkatkan

meningkatkan

pengelolaan

masalah kesehatan

dan pencegahan

meningkatkan

pengelolaan

masalah kesehatan

dan pencegahan

DO :

74
1. Ny. H
menunjukkan
perilaku yang
kurang
pemahaman
terhadap perilaku
yang sehat.

2. Nampak keluarga
gagal melakukan
tindakan untuk
mengurangi resiko

3. Nampak keluarga
untuk mengatasi
masalah kesehatan
tidak tepat, karena
keluarga tidak mau
mengecek
kesehatan secara
rutin jika sakit
baru dibawa ke
puskesmas

4. Gejala penyakit
Ny. H semakin
berat karena
semakin sering
kambuh asmanya
setiap hari

75
Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

b. Manajemen Kesehatan Keluarga tidak efektif berhubungan dengan

kompleksitas program pengobatan/perawatan,

76
Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan Individu

NO Diagnosa Tujuan Intervensi keperawatan

Keperawatan

1.
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan Napas
tidak efektif tindakan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor pola

dengan sekresi yang selama 3 x 24 jam napas (frekuensi,

tertahan maka bersihan kedalaman, usaha


jalan napas napas)
Meningkat dengan 2. Monitor bunyi
kriteria hasil : napas tambahan
1. Batuk (mis. Gurgling,
efektif dari mengi, wheezing,
menurun ronkhi kering)
menjadi Terapeutik
meningkat 1. Posisikan semi-
2. Produksi fowler atau
sputum dari fowler
menurun 2. Berikan minum
menjadi hangat
meningkat
3. Mengi dari Edukasi
meningkat 1. Anjurkan asupan
menjadi cairan 2000
menurun ml/hari, jika tidak
4. Dipsnea kontraindikasi
dari cukup 2. Ajarkan teknik
meningkat batuk efektif

77
menjadi Kolaborasi :
cukup
menurun

2
Manajemen
Setelah dilakukan Edukasi proses penyakit :
Kesehatan Keluarga
tindakan
tidak efektif Tindakan
keperawatan
berhubungan dengan
selama 3 x 24 jam Observasi : Identifikasi
kompleksitas
maka manajemen kesiapan dan
program
kesehatan keluarga kemampuan menerima
pengobatan/perawata
Meningkat dengan informasi
n
kriteria hasil :
Terapeutik :
a) Aktivitas
keluarga a. Sediakan

mengatasi materi dan

masalah media

kesehatan pendidika

tepat dari n

cukup kesehatan

menurun
b. Berikan
menjadi
kesempata
meningkat
n untuk

b) Tindakan

78
untuk bertanya
mengurangi
Edukasi :
faktor
resiko dari 1. .Jelaskan penyebab
cukup dan factor resiko
menurun penyakit
menjadi
2. Jelaskan tanda dan
meningkat gejala yang di timbulkan
penyakit

c. Ajarkan
cara
meredaka
n atau
mengatasi
gejala
yang
dirasakan

79
Tabel 4.3 Implementasi Keperawatan

NO HARI/’T DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

GL/’JAM KEPERAWATAN

1 SENIN Bersihan jalan nafas 1. Memonitor pola S :


tidak efektif napas (frekuensi,
19 1. klien masih
berhubungan dengan kedalaman, usaha
APRIL mengeluh
Sekresi yang tertahan napas)
2021 sesak
Hasil : frekuensi
09:00 napas 27x/menit, 2. klien
tidak terdapatkan alat mengatakan
bantu napas sering batuk
berdahak dan
2. Memonitor bunyi sulit
napas tambahan (mis. dikeluarkan
Gurgling, mengi,
3. kliean belum
wheezing, ronkhi
bisa
kering)
mengeluarka
Hasil : Terdengar
n sputum
suara napas tambahan
ronkhi O:
1. klien
3. Memposisikan semi-
Nampak
fowler atu fowler
sesak, RR:
Hasil : klien
27x/ menit
mengatakan masih
merasa sesak 2. Terdapat
bunyi napas
4. Memberikan minum tambahan :
air hangat ronkhi
Hasil : nampak
TTV :
sputum klien masih
banyak TD : 140/70
5. Mengajarkan batuk mmHg
efektif
N : 98x/menit
Hasil : klien mampu
menerapkan batuk RR :
80 efektif setelah 27x/menit
dilakukan 3kali
S : 36
A:masalah
belum teratasi
P: Intervensi
dilnjutkan

81
2 SELASA Bersihan jalan nafas 1. Memonitor pola S :
tidak efektif napas (frekuensi,
20 1. Klien
berhubungan dengan kedalaman, usaha
APRIL mengatakan
Sekresi yang tertahan napas)
2021 masih terasa
Hasil : frekuensi
sesak, RR
09:00 napas 24x/menit,
25x/menit
tidak terdapatkan alat
bantu napas 2. klien
mengatakan
batuknya
2. Memonitor bunyi susah keluar
napas tambahan (mis.
3. Klien
Gurgling, mengi,
mengatakan
wheezing, ronkhi
rutin minum
kering)
air hangat
Hasil :Terdapat
suara napas O:
tambahan ronkhi
1. Klien tampak
sesak,pasien
3. Memposisikan semi-
tampak
fowler atu fowler
batuk, RR
Hasil : klien
25x.
mengatakan
nyaman 2. batuk klien
tampak
4. Memberikan minum berdahak
air hangat
3. Terdapat
Hasil : sputum
bunyi napas
klien berkurang
tambahan :
ronkhi
5. Mengajarkan batuk
efektif TTV :
Hasil : klien
TD : 120/70
mampu
mmHg
menerapkan
batuk efektif N : 80x/menit
setelah dilakukan
RR :
3kali
25x/menit
S : 36
A:masalah

82
belum teratasi
P: Intervensi
dilnjutkan

83
3 RABU Bersihan jalan nafas 1. Memonitor pola S :
tidak efektif napas (frekuensi,
21 1. Klien
berhubungan dengan kedalaman, usaha
APRIL mengatakan
Sekresi yang tertahan napas)
2021 sesak
Hasil : frekuensi
nafasnya
09:00 napas 23x/menit,
sudah
tidak terdapatkan alat
berkurang
bantu napas
RR
24x/menit,
2. Memonitor bunyi
napas tambahan 2. klien
(mis. Gurgling, mengatakan
mengi, wheezing, batuknya
ronkhi kering) berkurang
Hasil :suara napas
3. Klien
tambahan
mengatakan
berkurang
rutin minum
air hangat
3. Memposisikan
semi-fowler atu O:
fowler
1. Klien tampak
Hasil : sesak
sudah tidak
napas kliean
merasa sesak
berkurang
2. Klien sudah
4. Memberikan bisa
minum air hangat mengeluarka
Hasil : sputum n dahak
klien berkurang
TTV :
5. Mengajarkan
batuk efektif TD : 120/70
Hasil : klien mmHg
mampu
N : 80x/menit
menerapkan
batuk efektif RR :
setelah dilakukan 24x/menit
3kali
A:masalah
teratasi
P: Intervensi
dilnjutkan

84
1 SENIN Manajemen Kesehatan 1. Mengidentifikasi S:
Keluarga tidak efektif kesiapan dan
26 1. Klien
berhubungan dengan kemampuan
APRIL mengatakan
Kompleksitas program menerima informasi
2021 mampu
pengobatan/perawatan. Hasil : ( ny.h dan nn.R
menerima
10:00 . mampu menerima materi
informasi
dengan baik)
dengan baik
2. Menyediakan materi
O:
dan media
pendidikan kesehatan 1. Nampak Ny,
H menerima
Hasil : (Menggunakan
informasi
SAP dan Leaflet)
yang
3. Menjelaskan diberikan
penyebab dan factor dengan baik
risiko penyakit
A: Masalah
Hasil : klien paham dan belum teratasi
mampu menjelaskan P: Intervensi
penyebab dan faktor dilanjutkan
resiko penyakit
4. Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan penyakit
Hasil : ( ny.h dan
keluarga Nampak
komperatif, keluarga
mengatakan paham)
5. cara meredakan atau
mengatasi gejala
yang dirasakan
Hasil :

Klien mengatakan
mampu mengatasi gejala
yang di rasakan

2 SELASA Manajemen Kesehatan 1. Mengidentifikasi S:


Keluarga tidak efektif kesiapan dan
27 1. Klien
berhubungan dengan kemampuan
mengatakan
85
APRIL Kompleksitas program menerima informasi mampu
2021 pengobatan/perawatan. Hasil : ( ny.h dan nn.R menerima
. mampu menerima materi informasi
10:00
dengan baik) dengan baik
2. Menyediakan materi O:
dan media pendidikan
1. Nampak Ny,
kesehatan
H menerima
Hasil : (Menggunakan
informasi
SAP dan Leaflet)
yang
3. Menjelaskan diberikan
penyebab dan factor dengan baik
risiko penyakit
Hasil : klien paham dan A: Masalah
mampu menjelaskan belum teratasi
penyebab dan faktor P: Intervensi
resiko penyakit dilanjutkan
2. Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan penyakit
Hasil : ( ny.h dan
keluarga Nampak
komperatif, keluarga
mengatakan paham)
3. cara meredakan atau
mengatasi gejala
yang dirasakan
Hasil : Klien mampu
mengatasi gejala yang
dirasakan

RABU Manajemen Kesehatan 1. Mengidentifikasi S:


Keluarga tidak efektif kesiapan dan
28 April 1. Klien
berhubungan dengan kemampuan menerima
2021 mengatakan
Kompleksitas program informasi
mampu
pengobatan/perawatan. Hasil : ( ny.h dan nn.R
menerima
mampu menerima materi
informasi
dengan baik)
dengan baik

86
2. Menyediakan materi
dan media
O:
pendidikan kesehatan
1. Nampak Ny,
Hasil : (Menggunakan
H menerima
SAP dan Leaflet)
informasi
3. Menjelaskan yang
penyebab dan factor diberikan
risiko penyakit dengan baik

Hasil : klien paham dan A: Masalah


mampu menjelaskan teratasi
penyebab dan faktor
P: intervensi di
resiko penyakit
hentikan
4. Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan penyakit
Hasil : ( ny.h dan
keluarga Nampak
komperatif, keluarga
mengatakan paham)
5. cara meredakan atau
mengatasi gejala
yang dirasakan
Hasil : klien mampu
mengatasi gejala yang
dirasakan

87
1. Analisis Intervensi Keperawatan : Latihan batuk efektif

Latihan batuk efektif dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan SOP latihan

batuk efektif

Hari pertama latihan batuk efektif belum bisa dilakukan secara mandiri

oleh Ny. H, Pelaksanaan batuk efektif masih dibantu oleh perawat. Selanjutnya

perawat menganjurkan agar melakukan latihan batuk efektif 3x/hari. Hasil

evaluasi didapatkan bahwa Ny. H melakukan latihan batuk efektif sebagai

3x/hari. Hasil evaluasi didapatkan bahwa Ny. H melakukan latihan batuk efektif,

Pada hari pertama perawatan dirumah, efktifitas latihan batuk efektif yang

dilakukan sudah Nampak terlihat dengan terjadinya penurunan sesak. Hari kedua

perawatan dirumah latihan batuk efektif yang dilakukan sudah Nampak terlihat

dengan terjadi penurunan sesak. Pada hari ke tiga perawatan dirumah latihan

batuk efektif sudah Nampak terlihat dengan terjadinya penurunan sesak dan

batuknya berkurang.

B. PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas persamaan dan kesenjangan yang

ada pada ” Asuhan keperawatan pada keluarga Ny.h pada tahap keluarga dewasa

dengan masalah kesehatan penyakit asma di kec.wawotobi,kab konawe”.

Berdsarkan pengkajian yang penulis lakukan pada pada Ny.H selama 3 hari mulai

tanggal 19 sampai 30 april 2021. Dimana sebelum dan sudah dilakukan

pengkajian dasar pada tanggal 19 april 2021. Pada kasus ini, akan membahas

mengenai hasil pengkajian sampai evaluasi penulis mengangkat 2 (dua) langkah

diagnosa keperawatan berdasarkan data-data pendukung. Dalam pembahasan ini

88
penulis membaginya dalam 5 (lima) aspek dari proses keperawatan yaitu

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan yang

merupakan suatu tahapan ketika seorang perawat mengambil informasi secara

terus-menerus dari keluarga yang dibinanya untuk mendapat data tentang

keluarga. Pada tahap pengkajian perawat perlu mengidentifikasi data demografi,

genogram, sosio-kultural, data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress

dan strategi koping yang digunakan keluarga, serta tugas perkembangan keluarga,

sedangkan pengkajian terhadap indivdu anggota keluarga mencakup pengkajin

fisik, mental, emosi, social, dan spiritual (Ekasari,dkk,2007).

Dari hasil pengkajian data yang di peroleh yaitu data yang berhubungan

dengan keluarga yang salah satu anggota keluarga mengalami Asma Ny. H

mengatakan sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan Ny. H

mengatakan sering merasa sesak napas.

Hasil pengkajian pada keluarga Tn.H menunjukan adanya masalah

manajement kesehatan keluarga tidak efektif yang di tandai dengan Kemampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit kurang baik, keluarga tidak mau

mengecek kesehatan secara rutin jika sakit baru dibawa ke puskesmas. Nn R

mengatakan tidak mengetahui cara pencegahan penyakit yang diderita oleh

ibunya. Nn. R mengatakan sulit dalam menjalankan perawatan yang ditetapkan,

walaupun perawatan sudah dilakukan dengan baik. Nn. R mengatakan keluarga

gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan terkait penyakit Asma

yang di derita oleh ibunya. Klien dan keluarga mengungkapkan keinginan untuk

89
meningkatkan meningkatkan pengelolaan masalah kesehatan dan pencegahan,

meningkatkan pengelolaan masalah kesehatan dan pencegahan. Ny. H, Nn.R

selaku anak yang masih tinggal bersama orang tuanya ketika di tanya tentang

masalah kesehatan yang di derita ny.h dan nn.R mampu menjawab apa itu asma

namun ny.h tidak menjawab pertanyaan lain seperti apakah ny.h dan nn.r tahu

cara pengobatan dan perawatan yang dilakukan pada penderita asma. Oleh karena

itu terkait masalah ini intervensi yang di lakukan oleh penulis yaitu dengan

memberikan edukasi kesehatan dengan pemberian pendidikan kesehatan

perawatan pasien dengan masalah asma

2. Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan merupakan suatu kesimpulan yang di hasilkan dari

analisis data. Diagnose keperawatan yang di tetapkan dalam studi kasus ini adalah

sesuai dengan SDKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Dalam

pengkajian yang di lakukan di temukan masalah keperawaan yang muncul pada

keluarga Tn.H yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan dalam

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga

bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif

adalah dispnea, penurunan suara nafas, orthopnea, suara nafas tambahan

(rales, crakles, ronkhi, wheezing), batuk tidak efektif, produksi sputum,

sianosis, kesulitan bicara, mata melebar, perubahan ritme dan frekuensi

pernafasan, gelisah. Sesuai dengan tandadan gejala yang terjadi pada klien

90
yang memenuhi batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif, maka

dapat ditegakkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif

(Nanda, 2009). Dalam tahap pengambilan data pada Ny. H klien mengatakan

sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan, klien mengatakan sering

merasa sesak napas. Data Objektif Nampak klien bantuk dan mengeluarkan

dahak, Suara vasikuler menurun pada dada kanan, terdengar bunyi napas

tambahan : ronkhi TTV : TD : 140/70, RR : 27 x/menit, N : 98 x/menit, S :

36

a. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif yaitu pola penanganan masalah

kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan

anggota keluarga. Dalam tahap pengambilan data pada Ny. H klien mengatakan

Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit kurang baik, keluarga

tidak mau mengecek kesehatan secara rutin jika sakit baru dibawa ke puskesmas ,

Nn R mengatakan tidak mengetahui cara pencegahan penyakit yang diderita oleh

ibunya, Nn. R mengatakan sulit dalam menjalankan perawatan yang ditetapkan,

walaupun perawatan sudah dilakukan dengan baik, Nn. R mengatakan keluarga

gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan terkait penyakit Asma

yang di derita oleh ibunya, Klien dan keluarga mengungkapkan keinginan untuk

meningkatkan meningkatkan pengelolaan masalah kesehatan dan pencegahan,

meningkatkan pengelolaan masalah kesehatan dan pencegahan. Data Objektif :

Ny. H menunjukkan perilaku yang kurang pemahaman terhadap perilaku yang

sehat, nampak keluarga gagal melakukan tindakan untuk mengurangi resiko,

nampak keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat, karena

91
keluarga tidak mau mengecek kesehatan secara rutin jika sakit baru dibawa ke

puskesmas, klien dan keluarga berharap kesehatan dalam keluarga meningkat

3. Intervensi

Intervensi merupakan segala treatmen yang dikerjakan oleh perawat yang

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang di harapkan, Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan sekresi jalan napas Intervensi utama yang dapat diangkat untuk diagnosa

bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi jalan napas adalah

latihan batuk efektif, pemantauan respirasi dan manajemen jalan napas. Namun

intervensi yang dipilih adalah manajemen jalan napas dengan alasan intervensi

tersebut mencakup seluruh tindakan yang akan dilakukan kepada pasien, karena

pasien tidak hanya sulit untuk mengeluarkan secret, namun juga merasakan sesak

napas. Hal tersebut yang kemudian menjadi dasar ditentukannya intervensi untuk

diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi jalan

napas adalah manajemen jalan napas

Tindakan yang dilakukan dalam intervensi manajemen jalan napas adalah

Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), Monitor bunyi napas

tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering), Memposisikan semi-

fowler atu fowler, Memberikan minum air hangat, Mengajarkan batuk efektif.

Manajemen tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan

keluarga tidak efektif adalah dengan intervensi melakukan edukasi kesehatan

terkait masalah kesehatan Asma sesuai dengan yang di derita oleh Ny.H

92
4. Implementsi

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan implementasi

keperawatan selama 6 hari sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan

memperhatikan aspek tujuan dan criteria hasil dalam rentang yang telah

ditentukan. Adapun intervensi keperawatan yang telah ditentukan berdasarkan

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif,

sesuai dengan intervensi yang ditentukan adalah : Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas), Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering), Memposisikan semi-fowler atu fowler, Memberikan

minum air hangat, Mengajarkan batuk efektif

Implementasi yang dilakukan untuk diagnose, Manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif sesuai dengan intervensi yang ditentukan adalah : Identifikasi

kesiapan dan kemampuan menerima informasi, Sediakan materi dan media

pendidikan kesehatan, Berikan kesempatan untuk bertanya, Jelaskan penyebab

dan factor resiko penyakit, Jelaskan tanda dan gejala yang di timbulkan penyakit,

Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

klien (jenis yang diamati) dengan tujuan dan kiteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Rohma & Walid, 2012).

Hasil evaluasi keperawatan kelarga Ny. H di lakukan dengan metode SOAP

(Subjektive, Objektive, Analysis, and Planning), metode ini di gunakan untuk

mengetahuai keefektifan dari tondakan keperawatan yang di tetapkan sesuai

93
dengan tujuan dan criteria hasil yang diharapkan.Bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi jalan napas. Adapun kriteria dan tujuan jangka

panjang atau tujuan umum yang telah penulis tetapka adalah setelah dilakukan 3

kali kunjungan rumah diharapkan bersihan jalan nafas pada Ny. H efektif ditandai

dengan pernafasan 27 kali per menit, menurut Wilkiso (2006), menyebutkan

kecepatan respirasi usia 14 tahun atau lebih, respirasinya adalah lebih dari 11

sampai 24 kali per menit, dahak dapat keluar, mengetahui cara batuk efektif yang

benar, dan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek

Pada diagnosis manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berdasarkan dari

hasil studi kasus maka dapat di ambil kesimpukan bahwa penerapan edukasi

kesehatan tentang Asma pengetahuan keluarga bertambah dan keluarga mampu

menjelaskan kembali pertanyan yang diberika terkait dengan masakah kesehatan

Asma. Sehingga dengan keluarga mengetahui tentang seputar masalah Asma maka

keluarga diharapkan mampu untuk mengurangi faktor risiko pencegahan penyakit

asma.

6. Analisis Intervensi Keperawatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan NURHAYA TI, S. Kep (2015) bahwa

dengan batuk efektif dapat mengeluarkan dahak/sputum yang berlebihan sehingga

dapat membebaskan jalan nafas klien.

Dari hasil penelitian yang dilakukan NOVA PAWIDYA (2019) Hasil

penelitian ini pengelolaan pada Tn.T didapatkan masalah ketidak efektifan

bersihan jalan nafas belum teratasi yang didukung data pasien masih sesak nafas,

nyeri dada sudah mulai berkurang, cemas berkurang, tekanan darah 120/65

mmHg, RR 23x/menit, nadi 89x/menit, suhu 36,1:C.intervensi yang diberikan

94
posisikan pasien semi fowler, teknik relaksasi nafas dalam, berikan

nebulizer,lakukan fisioterapi dada, ajarkan batuk efektif.

hasil penelitian yang dilakukan HENDI SETIAWAN (2018) batuk efektif

pasien dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dengan teknik yang benar.

Dari ketiga jurnal yang di didapatkan, 3 jenis artikel memiliki kesamaan

dan perbedaan. Untuk jurnal pertama dan ketiga memiliki persamaan yaitu

bertujuan untuk mengetahui bersihan jalan nafas dengan latihan batuk efektif.

Sedangkan artikel ketiga bertujuan untuk pengelolaan bersihan jalan nafas pada

pasien asma. metode penelitian artikel yang dianalisis beragam masing-masing

menggunakn metode penelitian yang berbeda yaitu Desain penelitian adalah

Quasy Experimental Design dan deskriptif kuantitatif. Begitu pula tempat di

lakukan penelitian juga berbeda. Untuk artikel pertama di lakukan penelitian di

RSUD. Abdul Wahab Sjahrine Samarinda, artikel kedua dilakuan di Dusun

Pundund dan Salakan baru dan ketiga dilakukan penelitian di RSUD Ungaran.

Artikel pertama menunjukkan bahwa Setelah dilakukan latihan batuk

efektif selama 5 hari intervensi bersihan jalan nafas dengan batuk efektif pada

pasien asma di instalasi gawat darurat Abdul Wahab Syahranie.

Artikel kedua Setelah dilakukan latihan batuk efektif selama 5 hari

mengetahui perbedaan pengaruh latihan batuk efektif dan Postural drainage pada

intervensi nebulizer terhadap penurunan frekuensi sesaknafas pada asma

bronchial.

Artikel ketiga menunjukkan bahwa Setelah dilakukan latihan batuk efektif

selama 5 hari pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada penyakit

95
asma bronkial di RSUD Ungaran Artikel keempat bertujuan untuk mendapatkan

gambaran penerapan latihan batuk efektif sebagai manajemen bersihan jalan nafas

pada pa sien asma bronkial.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai latihan batuk

efektif terhadap bersihan jalan napas pada klien dengan Asma didapatkan hasil

sesak yang dirasakan klien menurun, pada implementasi hari kedua sesak yang

dirasakan klien menurun dan pada implementasi hari ketiga kliien sudah tidak

merasa sesak. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil sebelum dan sesudah diberikan intervensi latihan batuk efektif,

hal ini membuktikan bahwa Latihan batuk efektif menurunkan sesak pada klien

Asma.Beberapa penelitian terdahulu juga membuktikan bahwa latihan batuk

efektif dapat menurunkan sesak pada klien dengan Asma.

96
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berasarkan hasil studi kasus penerapan “Asuhan keperawatan pada keluarga

Ny.h pada tahap keluarga dewasa dengan masalah kesehatan penyakit asma di

kecamatan.wawotobi,kabupaten konawe”. Penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Dari hasil pengkajian data yang di peroleh yaitu data yang berhubungan
dengan keluarga yang salah satu anggota keluarga mengalami Asma Ny. H
mengatakan sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan Ny. H
mengatakan sering merasa sesak napas.Nn.R mengatakan sedikit paham, akan
masalah kesehatan yang dimiliki ibunya, Nn.R tidak tahu tentang apa itu asma, ,
Nn.R mengatakan juga paham akan tanda dan gejalanya seperti yang sering di
alami oleh ibunya. Nn.R mengatakan belum paham akan perawatan bagaimana
yang tepat untuk penyakit yang di alami Ibunya

2. Diagnosa

Dari hasil pengkajian penulis menegakkan dua diagnosa yang memenuhi 80%

dari data standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI), yaitu :Bersihan jalan

napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan, dan manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif di tandai dengan kompleksitas program

pengobatan/perawatan

97
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang diangkat berdasarkan standar intervensi keperawatan

Indonesia (SIKI), adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, Manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif

4. Implementasi

Dalam tahap penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. H dengan Asma,

Kegiatan terapeutik yang dilakukan perawat kepada pasien berupa melatih batuk

efektif untuk membantu klien mengelurkan sekret yang tidak mampu dikeluarkan

oleh klien, . Sedangkan implentasi keperawatan untuk manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif dilakukan implementasi keperawatan dengan melakukan

edukasi kesehatan dengan melakukan penyuluhan terkait masalah Asma agar

keluarga dapat mengetahui cara pengobatan/perawatan yang di alami anggota

keluarga.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada diagnosis Bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan Sekresi yang tertahan. Setelah implementasi

selama 3 hri masalah teratasi S :Klien mengatakan sesak nafasnya berkuang, klien

mengatakan batuknya sudah berkurang O: Klien tampak tidak sesak, tampak

batuknya berkurang.

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Berdasarkan dari hasil studi

kasus maka dapat di ambil kesimpukan bahwa penerapan edukasi kesehatan

tentang Asma pengetahuan keluarga bertambah dan keluarga mampu menjelaskan

kembali pertanyan yang diberika terkait dengan masakah kesehatan Asma .

98
Sehingga dengan keluarga mengetahui tentang seputar masalah Asma maka

keluarga diharapkan mampu untuk mengurangi faktor risiko pencegahan penyakit

Asma.

Intervensi latihan batuk efektif dapat meningkatkan bersihan jalan napas pada Ny.

H di tandai dengan Klien mengatakan sesak nafasnya berkurang frekuensi

pernapasannya menjadi 24x/menit dan klien mengatakan batuknya sudah

berkurang, klien mengatakan rutin minum air hangat, klien Nampak sudah tidak

merasa sesak, klien sudah bisa mengeluarkan dahak TTV : TD: 120/70 mmHg,

N:80x/menit, RR:24x/menit. Masalah teratasi.

B. Saran

1. Keluarga

Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Asma dengan

Mencari informasi dari sumber yang lain dan dapat merawat anggota keluarga

yang menderita penyakit Asma.

2. Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan dapat menggunakan karya tulis ilmiah ini untuk

menambah informasi tentang pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan

anggota keluarga yang menderita penyakit Asma.

3. Masyarakat

Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan tentang masalah kesehatan

terutama penyakit Asma sehingga mampu mengambil keputusan dalam masalah

kesehatan yang dihadapi dan berperan aktif dalam membantu keluarga yang

99
anggota keluarganya menderita penyakit Asma untuk mencegah komplikasi yang

ditimbulkan dari penyakit Asma.

4. Intstitusi kesehatan

Institusi kesehatan perlu meningkatkan perannya dalam penemuan kasus

Asma secara aktif , intensifikasi upaya penyuluhan dan memotovikasi masyarakat

untuk ikut berperan didalamnya, pemerataan mutu dan pelayanan kesehatan

sampai ketingkat perdesaan peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik tentang

tujuan penanganan Asma dikalangan tenaga kesehatan, serta peningkatan kerja

sama dan sistem rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

100
DAFTAR PUSTKA

UU:
Undang Undang No. 52 Tahun 2009

Clark, E, et al. (2013). Effectiveness of an Early Mobilization Protocol in a Trauma and


Burns Intesive Care Unit. Critical Illness

Clark, Margareth Varnell. Asma Panduan Penatalaksanaan Klinis. Penerjemah: Diani,


Aryani. Jakarta EGC,2013.

Hidayat, Rahmat (2018). The Contribution of Hedonic and Utilitarian Value in Creating
Customers Satisfaction. Science Letters 24(4), 2288-2291.

Agi Syarif Hidayat. 2018. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Dan
Turnover Intention. Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa, Vol. 11, No. 1: 51-
66

Achard, Graham dan Bull, Eleanor.2007. Simple Guide Nyeri Punggung. Jakarta :
Erlangga.

Archard G, Bull Eleanor. 2007. Simple Guide. Jakarta: Erlangga

Rahajoe N N, Supriyatno B, Budi D. Respirologi Anak.Jakarta:Badan Penerbit IDAI.


2008.

Rahajoe, N. Nastiti dkk. Respirologi Anak, IDAI, Jakarta, 2008.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. EGC.

Arif, Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika

Heru Sundaru. 2008. Alat peak flow meter pada Asma . Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Ali, M. (2010). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Ali, 2010. Konsep dukungan keluarga. Jakarta: salemba medika

Harmoko. (2012).Asuhan Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Pustaka Pelajar


101
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke5. Jakarta: EGC. Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan
keluarga. Riset, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC

Friedman, MM, Bowden, O & Jones, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : riset,
teori, & praktik ; alih bahasa, Achir Yani S. Hamid...[et al.]; editor edisi bahasa
Indonesia, Estu Tiar, Ed. 5. Jakarta : EGC

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC

Achjar, K. A. H. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Center & Me Goldrick,1988 dalam Achjar, 2012

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Depkes RI : Jakarta. 2009

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pengendalian Asma: Asthma Guidelines.


Jakarta: Kemenkes RI

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnos

Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan nanda nic noc (jilid 3). penerbit mediaction jogja.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

102
Rohmah, Nikmatur, Walid & Saiful. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Afiyanti, Yati & Rachmawati, Imami Nur. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Press.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Panduan Melaksanakan dan


Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: TIM (Trans Info Media).

Alie, Y., & Rodiyah. (2013). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada
Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang. Jurnal
Metabolisme, 2(3), 15–21. https://doi.org/10.1111/jce.12992.This

Ermawati Dalami dan Rochimah, dkk. 2011, Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: CV.
Trans Info Media

Ambarwati, Nasution. 2015. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Yogyakarta: Dua Satria
Offset

Ambarwati, FR dan Nasution N. 2015. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Surakarta :


Dua Satria Offset

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

hmad, Susanto.2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:Kencana

103
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : Perawatan Asma Bronkial di Rumah


Sub topik : Asma Bronkial
Sasaran : Klien Asma Bronkial beserta keluarga
Tempat : Wawotobi
Hari/Tanggal : 30 april 2021
Waktu : 1 x pertemuan (45 menit)

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penyuluhan tentang perawatan asma di rumah, maka
diharapkan klien dan keluarga mampu memahami tentang penyakit asma dan
melakukan perawatan asma di rumah.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan:
a. Dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dan
penyebab penyakit asma bronkial
b. Dapat menyebutkan faktor pencetus asma bronkial
c. Dapat menyebutkan pertolongan pertama bagi penderita asma bronkial
d. Dapat menyebutkan cara pencegahan kekambuhan penyakit asma bronkial

3. SASARAN
Keluarga klien yaitu Kepala Keluarga

4. MATERI
a. Pengertian, asma bronkial
b. Tanda dan gejala asma bronkial
c. Faktor pencetus asma bronkial
d. Perawatan asma bronkial di rumah
e. Cara pencegahan kekambuhan asma bronkial
f. Cara pernafasan yang benar

5. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

6. MEDIA
Leaflet asma bronkial

104
7. KEGIATAN PENYULUHAN
WAKTU KEGIATAN KEGIATAN PESERTA
PENYULUH

5 menit Pembukaan :
· Membuka kegiatan Menjawab salam
dengan
mengucapkan
salam. Mendengarkan
· Memperkenalkan Memperhatikan
diri
Memperhatikan
· Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
· Menyebutkan
materi yang akan
diberikan

20 menit Pelaksanaan :
- Menjelaskan Memperhatikan penjelasan
pengertian asma
bronkial
- Menjelaskan tanda
dan gejala asma
bronkial
- Menjelaskan
faktor pencetus
asma Memperhatikan dan memberikan
pertanyaan
- Menjelaskan
tentang perawatan
asma di rumah
- Menjelaskan
pencegahan asma
bronkial
- Memberi
kesempatan
kepada klien dan
keluarga untuk
bertanya

105
- Menjawab
pertanyaan yang
belum dimengerti
oleh klien dan
keluarga

15 menit Evaluasi :
· Menanyakan Menjawab pertanyaan
kepada peserta
tentang materi
yang telah
diberikan, dan
reinforcement
kepada ibu yang
dapat menjawab
pertanyaan.

5 menit Terminasi :
Menyimpulkan Mendengarkan
materi yang telah
disampaikan
Menjawab salam
· Mengucapkan
terimakasih atas
peran serta peserta.
· Mengucapkan
salam penutup

106
MATERI PENYULUHAN ASMA BRONKIAL

1. Pengertian

Asma bronkial adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh

hiperaktivitas bronkus, yaitu kepekaan saluran nafas terhadap berbagai

rangsangan. yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk,

sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang

umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.

2. Penyebab/Faktor Pencetus

1. Debu rumah

2. Bulu-bulu binatang

3. Asap rokok/ asap pabrik atau kendaraan

4. Infeksi saluran pernafasan

5. Kegiatan yang berlebihan (capek dan kelelahan)

6. Obat-obatan

7. Makanan dan minuman tertentu

8. Udara dingin

9. Stress dan emosi yang berlebihan

3. Tanda dan gejala

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivita

bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan

pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :

a. Bising atau mengi (wheezing)

b. Nafas berat yang berbunyi “ngik-ngik”

c. Batuk produktif
107
d. Nafas pendek tersengal-sengal

e. Dada terasa sesak (Hadibroto, 2005)

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang

termasuk gejala yang berat adalah:

a. Serangan batuk yang hebat

b. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal

c. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)

d. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk

e. Kesadaran menurun (Kemenkes RI, 2007)

4. Perawatan dirumah

1. Jauhkan dari faktor pencetus

2. Sirkulasi lingkungan rumah baik

3. Melatih pernafasan

4. Batasi aktifitas

5. Kenakan baju hangat dan tebal bila cuaca dingin

5. Yang terjadi pada penderita Asma :

Ada 2 hal yang terjadi pada saluran napas:

1. Otot dinding saluran napas mengerut

2. Dinding saluran napas membengkak

6. Cara pencegahan Kekambuhan asma

1. Hindari faktor pencetus

2. Bina suasana hormonis dalam keluarga

3. Batasi aktivitas berat pada penderita asma bronkial

4. Mengenal gejala awal serangan Asma bronkial dan selalu tersedia obat.

108
EVALUASI

Materi penilaian/test :

1. Sebutkan pengertian asma ?

2. Sebutkan tanda dan gejala asma ?

3. Sebutkan faktor pencetus asma ?

4. Peragakan cara perawatan asma di rumah?

109
SOP BATUK EFEKTIF

SOP BATUK EFEKTIF

PENGERTIAN Latihan mengeluarkan secret yang terakumulasi dan mengganggu di


saluran nafas dengan cara dibatukkan

TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret

2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic laborat

3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret

KEBIJAKAN 1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret

2. Pemeriksaan diagnostic sputum di laboratorium

PERALATAN 1. Kertas tissue

2. Perlak pengalas

5. Air minum hangat

PROSEDUR A. Tahap pra interaksi


PELAKSANAAN
1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap orientasi

1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien

C. Tahap kerja

1. Menjaga privacy pasien

2. Mempersiapkan pasien

3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan 1 tangan di


abdomen

4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam


melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)

5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah


lengkung pada punggung)

110
6. Minta pasien menahan nafas 3 hitungan

7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat


mulut bibir seperti meniup)

8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi


dari otot

9. Memasang perlak pengalas dan bengkok (dipangkuan pasien bila


duduk, atau didekat pasien bila tidur miring)

10. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kalil, yang ketiga
inspirasi, tahan nafas, dan batukkan dengan kuat

11. Menampung lendir dalam sputum pot

12. Merapikan pasien

D. Tahap terminasi

1. Melalukan evaluasi tindakan

2. Berpamitan kepada pasien

3. Membereskan alat

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

111
112
113
114
115
116
117
118
119

Anda mungkin juga menyukai