Anda di halaman 1dari 100

HALAMAN SAMPUL LUAR

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. L DENGAN POST OP


RUPTUR TENDON DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA NYAMAN DI RUANGAN PERAWATAN
RUMAH SAKIT ALIYAH 1
KOTA KENDARI

Oleh :

RISKA
NIM. P00320018043

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D III KEPERAWATAN
2021
HALAMAN SAMPUL DALAM

i
KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program


Diploma III Keperawatan

Oleh :

RISKA
NIM. P00320018043

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D III KEPERAWATAN
2021

ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Riska

NIM : P00320018043

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Tn. L dengan Post Op Ruptur

Tendon dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di

Ruangan Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 1 Oktober 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Riska

v
RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Riska
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Asunde/ 28 03-2000
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Desa Lalowulo Kec. Besulutu
7. No. Telp/ Hp : 085232421265

II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Tahun 2007-2012
2. Sekolah Menegah Pertama Tahun 2013-2015
3. Sekolah Menengah Umum Tahun 2017-2018
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2018-2021

vi
MOTTO

“Kesuksesan adalah buah dari usaha-usaha kecil yang diulang hari


demi hari”
“Saat kita memperbaiki hubungan dengan Allah, niscaya Allah akan
memperbaiki segala sesuatu untuk kita”
Kupersembahkan karya tulis ini kepada kedua
orang tuaku, bangsaku, almamaterku, profesiku
dan agamaku….

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L dengan Post Op Ruptur

Tendon dalam Pemenuhan Rasa Nyaman di Ruangan Perawatan Rumah Sakit

Aliyah 1”.

Dari awal rencana penulisan hingga selsainya penulisan karya tulis ilmiah

ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Namun berkat bimbingan

dan saran berbagai pihak maka semua masalah dapat terselesaikan. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih

kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Direktur Rumah Sakit Aliyah 1 yang telah memberikan izin untuk mengambil

subjek studi kasus

3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari

4. Bapak Taamu, A.Kep.,S.Pd.,M.Kes dan Ibu Lena Atoy, SST.,MPH selaku

pembimbing yang membantu memberikan arahan mulai dari awal hingga

selesainya karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes selaku Penguji I, Bapak Abdul Syukur

Bau, S.Kep.,Ns.,MM selaku Penguji II dan Bapak Muhaimin Saranani,

viii
S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku Penguji III yang telah banyak memberikan saran dan

masukan dalam penulsian karya tulis ilmiah ini

6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan moril dan metaril serta

menjadi motivasi dan semangat penulis dalam menyelesaikan masa studi.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2018 yang telah berjuang bersama-sama

dalam suka maupun duka dalam menuntut ilmu pada Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah

diberikan dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna baik bagi diri kami sendiri

maupun pihak lain yang memanfaatkannya

Kendari, Oktober 2021

Penulis

ix
ABSTRAK

Riska (P00320018043) “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L dengan Post Op Ruptur


Tendon dalam Pemenuhan Rasa Nyaman di Ruangan Perawatan Rumah Sakit
Aliyah 1”. Dibimbing oleh Bapak Taamu, A.Kep.,M.Kes dan Ibu Lena Atoy,
SST.,M.PH, 105 halaman + xii + 2 lampiran.
Ruptur adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang disebabkan karena trauma
dimana dapat terjadi secara parsial maupun komplit. Masalah yang paling menonjol
dari post op rupture tendon adalah adanya gangguan pada pemenuhan rasa nyaman.
Tujuan penelitian mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien pada pada
Tn. L dengan diagnosa medis post op rupture tendon dalam pemenuhan rasa
nyaman di RS Aliyah 1 Kota Kendari
Desain penelitian yaitu dengan studi kasus, subjek penelitian Tn. L dengan diagnosa
medis post op rupture tendon masalah keperawatan nyeri akut. Metode
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik dengan
memfokuskan intervesi pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan tindakan
keperawatan pemberian teknik relaksasi napas dalam. Hasil penelitian setelah
dilakukan perawatan ± 3 hari pada Tn. L menunjukkan bahwa KU membaik, klien
mengatakan nyeri sudah berkurang dan skala nyeri 3, klien diperbolehkan pulang.
Kesimpulan asuhan keperawatan yang dilakukan secara komrehensif dapat
membantu klien mengatasi masalah keperawatan nyeri akut.
Kata Kunci : Post Op Ruptur Tendon, Asuhan Keperawatan Pemenuhan Rasa
Nyaman

x
DAFTAR ISI
Table of Contents
HALAMAN SAMPUL LUAR ................................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............. Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....................................... iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................ vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Tinjauan Ruptur Tendon ........................................................................... 6
B. Tinjauan Kebutuhan Rasa Nyaman .......................................................... 9
C. Tinjuan Konsep Asuhan Keperawatan Ruptur Tendon .......................... 23
D. Tinjauan Tentang Teknik Relaksasi Napas Dalam ................................ 31
BAB III METODE STUDI KASUS. .................................................................... 35
A. Rancangan Studi Kasus........................................................................... 35
B. Subjek Studi Kasus ................................................................................. 35
C. Waktu dan Tempat Melakukan Studi Kasus ........................................... 36
D. Fokus Studi Kasus................................................................................... 36
E. Definisi Operasional ............................................................................... 36
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data .................................................... 39
G. Analisis data dan Penyajian Data ............................................................ 42
H. Etika Penelitian ....................................................................................... 42
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN. .................................. 45
A. Hasil Studi Kasus .................................................................................... 45
B. Pembahasan............................................................................................. 63
BAB V PENUTUP................................................................................................ 69
A. Kesimpulan ............................................................................................. 69
B. Saran ....................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Klaisifikasi Nyeri…………….……………………………… 12
Tabel 2.2 Skala Nyeri …………………………………………………. 19
Tabel 2.3 Pengelompokkan skala Nyeri……………………………….. 20
Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Kebutuhan Rasa Nyaman……..…….. 29
Tabel 4.1 Analisa Data…………………………………………………. 55
Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan……………………………………… 57
Tabel 4.3 Implementasi dan Evaluasi………………………………….. 58

xii
DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 2.1 Pathway Ruptur Tendon………...………………………………………... 8
Gambar 4.1 Genogram 3 generasi ….………………………………… 46

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 2 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 3 Surat Pengantar Pengambilan Data Awal

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 Lembaran Bimbingan KTI

Lampiran 6 Format Judul

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang.

Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakan tulang,

sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, angkat, dan bergerak dalam

banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan menyebabkan

terjadinya gerakan. Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke

tulang disebut tendon. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat

pecah atau dapat mengalami rupture tendon (Muttaqin, 2011 dalam Sulenta,

2020).

Pada populasi umum, insidensi ruptur tendon Achilles dilaporkan berkisar

7-13 per 100.000 orang-tahun. Kejadian ruptur tendon Achilles dilaporkan

terjadi 73% pada olahraga rekreasional dan 6-18% kasus terjadi pada atlet. Di

Amerika Utara, insidensi bervariasi dari 5,5 sampai 9,9 kasus per 100.000 orang,

sedangkan di Eropa berkisar 6-37 kasus per 100.000 orang (Humbyrd, Bae,

Kucirka, Segev, 2018).

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

diketahui bahwa di Indonesia yang mengalami cedera ruptur tendon sebanyak

20,1 % sedangkan data menurut wilayah provinsi jawa barat di dapatkan cedera

ruptur tendon sebanyak 21,4 % dan yang mengalami cedera ruptur tendon paling

sedikit yaitu terjadi di wilayah provinsi banten sebanyak 14.3 % yang mengalami

cedera (Riskesdas, 2018).


2

Ruptur tendon adalah robekan komplet atau parsial pada tendon dimana

dalam studi kasus ini adalah tendon pada os phalanges yang menghubungkan

metatarsal dengan os phalanges. Terjadinya rupture tendon secara umum

dilaporkan lebih sering terjadi pada laki-laki, terutama setelah aktivitas olahraga

maupun aktifitas fisik lainnya (Chiodo, 2010).

Menurut data yang didapat oleh penulis dari rekam medik Rumah Sakit

Aliyah 1 pada tahun 2019. Ruptur Tendon termasuk penyakit yang jarang terjadi

yaitu sekitar 33 kasus dan menduduki peringkat ke 4 dari 334 kasus pembedahan.

(Rekam Medik RS Aliyah 1, 2019)

Masalah keperawatan yang muncul pada klien post Operasi Ruptur

Tendon adalah Nyeri Akut, Risiko tinggi Trauma, Risiko tinggi infeksi,

Kerusakan integritas jaringan, hambatan mobilitas fisik, Ansietas (Arif

Mutaqqin, 2011). Masalah keperawatan yang muncul pada klien post Operasi

Ruptur Tendon selain nyeri akut adalah gangguan mobilitas fisik. Gangguan

mobilitas fisik membuat klien mengalami keterbatasan gerak baik karena nyeri

post op maupun cederanya (NANDA, 2015).

Apabila nyeri yang dirasakan pada klien post op tidak segera ditangani

akan mengakibatkan proses rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi

pasien menjadi lebih lama, tingkat komplikasi yang tinggi dan membutuhkan

lebih banyak biaya. (Smeltzer & Bare, 2013). Oleh karena itu, dalam

memberikan perawatan klien post op rupture tendon priorotas utama adalah

mengatasi keluhan nyeri.


3

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , maka penulis tertarik untuk

menyusun karya tulis ini yang bejudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L dengan

Post Op Ruptur Tendon dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di Ruangan

Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari”

B. Rumusan Masalah

Rumusan dalam Studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan

Pada Tn. L dengan Post Op Ruptur Tendon dalam Pemenuhan Rasa Nyaman di

Ruangan Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis dapat memberikan Asuhan Keperawatan Pada Tn. L dengan

Post Op Ruptur Tendon dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di

Ruangan Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. L

dengan post op ruptur tendon dalam pemenuhan rasa nyaman di Ruangan

Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

b. Penulis mampu menegakkan diagnosa asuhan keperawatan pada Tn. L

dengan post op ruptur tendon dalam pemenuhan rasa nyaman di Ruangan

Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

c. Penulis mampu menyusun Intervensi asuhan keperawatan pada Tn. L

dengan post op ruptur tendon dalam pemenuhan rasa nyaman di Ruangan

Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari


4

d. Penulis mampu menerapkan Implementasi asuhan keperawatan pada Tn.

L dengan post op ruptur tendon dalam pemenuhan rasa nyaman di

Ruangan Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

e. Penulis mampu menyusun evaluasi asuhan keperawatan pada Tn. L

dengan post op ruptur tendon dalam pemenuhan rasa nyaman di Ruangan

Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

f. Penulis mampu menerapkan latihan ambulasi pada pada Tn. L dengan post

op ruptur tendon dalam pemenuhan rasa nyaman di Ruangan Perawatan

Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat bagi penulis

Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan pada penulis tentang

asuhan keperawatan dengan masalah gangguan pemenuhan rasa nyaman pada

pasien dengan post op ruptur tendon dengan menggunakan asuhan

keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat/Pasien

Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada keluarga dan masyarakat

tentang masalah masalah gangguan pemenuhan rasa nyaman pada pasien

dengan post op ruptur tendon.

b. Bagi Institusi/Pendidikan

1) Sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan acuan perbandingan

pada penanganan kasus keperawatan.


5

2) Menghasilkan ahli madya keperawatan sebagai perawat professional

yang memiliki pengetahuan yang memadai sesuai perkembangan ilmu

dan pengetahuan.

3) Bagi Rumah Sakit/ Puskesmas

Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta

menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya

masalah gangguan pemenuhan rasa nyaman pada pasien dengan post

op ruptur tendon.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Ruptur Tendon

1. Definisi

Ruptur adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang disebabkan

karena trauma dimana dapat terjadi secara parsial maupun komplit (William

E. Prentice, 2016). Tendon adalah struktur anatomis dalam tubuh yang

berfungsi menghubungkan otot ke tulang. Otot yang bertanggung jawab

untuk menggerakan tulang, dengan kata lain ototlah yang menghasilkan gerak

sehingga memungkinkan individu untuk melakukan aktivitas seperti duduk,

berdiri, berjalan, melompat, mengangkat, dan bahkan bergerak dalam banyak

kombinnasi cara (Arif Muttaqin, 2011).

2. Anatomi Ruptur Tendon

Mekanisme ekstensor pada tangan dan jari-jari adalah suatu struktur

yang sangat bergantung pada keseimbangan otot ekstrinstik dan instrinstik.

Dua per tiga dari seluruh cedera akut pada laserasi ekstensor tendon sangat

berhubungan dengan cedera pada kulit, Tulang dan sendi. Semua tendon

ekstrinstik, sisi dorsal dari jari ke satu hingga jari kelima dipersarafi oleh

nervus radialis. Tendon ekstensor berada dalam enam kompartemen yang

tersusun dalam suatu ruang yang di bentuk oleh jaringan fibroosseus, yang

berfungsi untuk mencegah terjadinya efek bowstring pada saat gerakan

ekstensi.

6
7

3. Karakteristrik dari Ruptur Tendon

a. Terdapat dua tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking.

b. Memiliki struktur juncturae tendineum yang menghubungkan ekstensor

digitorum dan ekstensor digiti minimi.

Juncturae ini sangat penting dalam proses distribusi kekuatan dari

tendon,laserasi pada junturae akan menyebabkan subluksasi dari tendon pada

area persendian metacarpophalangeal ke arah sisi radial dan ulnar.

a. Sagital Band

Struktur yang terletak pada level metacarpophalangeal joint yang

berfungsi memberikan efek sentralisasi pada ekstensor tendon dan struktur

ini melekat pada volar plate dan periosteum dari tulang phalanx proksimal.

b. Lateral Band

Merupakan tempat bertemunya otot-otot instrinstik pada setiap sisi dari

jari, sisi terminal dari lateral band di stabilkan oleh triangular ligament

yang berinsersi pada area phalanx distal dari jari.

4. Patofisiologi

Ruptur traumatic tendon dapat terjadi pada tendon ekstensor, tendon

fleksor, pronator dan abduktor akibat trauma tajam, seperti luka bacok yang

mengenai lengan baawah. Kondisi klinis rupture tendon menimbulkan

berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam dan hebat, kerusakan jaringan lunak

pasca-trauma, penurunan pungsi lengan dalam mobilisasi meningkatkan

risiko trauma dan menimbulkan respons ansietas pada klien. Intervensi medis

berupa bedah perbaikan (repair tendon) menimbukkan nyeri pasca-bedah,


8

risiko tinggi infeksi dari luka pasca-bedah, risiko tinggi trauma, dan hambatan

mobilisasi fisik.

Setiap os phalanx mempunyai basis, corpus dan caput phalangis. Jari

pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges, sedangkan jari-jari

lainnya mempunyai tiga buah ossa phalnges. Os phalanx jari I lebih besar dari

semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis phalanges mengadakan

persendian dengan caput ossis metatarsalis. Setiap ossa phalanges pada jari

kaki terhubung dengan tendon sebagai penggerak jari kaki.

5. Pathway Ruptur Tendon

Gambar 2.1 Pathway Ruptur Tendon (Muttaqin, 2011)


9

6. Penatalaksanaan

Bedah perbaikan primer tidak boleh di coba jika luka terkontaminasi

atau jika ujung yang terpotong ditemukan dengan diseksi yang luas. Jahitan

primer mungkin dikontraindikasikan jika luka terkontaminasi, terdapat selang

waktu yang lama antara cedera dan perbaikan, banyak kehilangan kulit, atau

fasilitas operasi tidak memadai. Dalam keaadan ini, diperlukan perbaikan

sekunder atau pencangkokan tendon. Pada luka yang bersih dengan kulit

penutup yang memadai, perbaikan primer tertunda dapat dilakukan sampai 6

minggu setelah cedera, tetapi jauh lebih baik dalam 3 minggu pertama

(Sulenta, 2020).

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien rupture

tendon adalah Laboratorium darah dan Radiologi.

B. Tinjauan Kebutuhan Rasa Nyaman

1. Definsi Gangguan Rasa Nyaman

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan

sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional

(SDKI PPNI, 2016). Potter & Perry (2012) rasa nyaman merupakan

merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan

ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari),

kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden.


10

2. Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan

jaringan tubuh (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016). Nyeri adalah pengalaman

sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2016).

Berdasarkan definisi para ahli maka dapat disimpulkan bahwa nyeri

adalah perasaan tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan tubuh

yang terjadi secara mendadak dengan intensitas dari ringan sampai berat.

3. Fisiologi Nyeri

Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi,

presepsi, dan relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls

melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis

dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di

dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri

dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri

sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks

serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses

informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta

asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri (Wahyudi &

Abd.Wahid, 2016).
11

Pelepasan zat-zat kimia


seperti :
Kerusakan Jaringan - Prostaglandin
- Bradikinin
- Serotonin
- Histamine
- Zat algesik
-
Medula Spinalis Impuls nyeri Stimulasi Reseptor

Konu Dorsalis Traktur Thalamus


MS Spinotalmis

Nyeri persepsi Pengalaman Korteks cerebri


subyektif dan
emosional Sumber : Suwiyoga (2007)

Gambar 2.1. Skema alur nyeri

4. Penyebab Gangguan Rasa Nyaman

a. Gejala penyakit

b. Kurang pengendalian situasional/lingkungan

c. Ketidakadekuatan sumber daya

d. Kurangnya privasi

e. Gangguan stimulus lingkungan

f. Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi) (SDKI

PPNI, 2016).
12

5. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.

Tabel 2.1 Klasifikasi Nyeri


Nyeri Akut Nyeri Kronis
Nyeri akut adalah pengalaman Nyeri kronis adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan berkaitan dengan kerusakan
aktual atau fungsional, dengan onset jaringan aktual atau fungsional,
mendadak atau lambat dan dengan onset mendadak atau
berintensitas ringan hingga berat yang lambat dan berintensitas ringan
berlangsung kurang dari kurang 3 hingga berat dan konstan, yang
bulan. berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab nyeri kronis antara lain:
a. Kondisi muskuloskeletal
kronis
b. Kerusakan sistem saraf
c. Penekanan saraf
d. Infiltrasi tumor
e. Ketidakseimbangan
Penyebab nyeri akut antara lain :
neuromedulator, dan reseptor
a. Agen pencedera fisiologis (mis:
f. Gangguan imunitas (mis:
inflamasi, iskemia, meoplasma)
neuropati
b.Agen pencedera kimiawi (mis:
terkait HIV, virus vericella-
terbakar, bahan kimia iritan)
zoster)
c. Agen pencedera fisik (mis: abses,
g. Gangguan fungsi metabolic
amputasi, terbakar, terpotong,
h. Riwayat posisi kerja statis
mengangkat berat, prosedur
i. Peningkatan indeks massa
operasi, trauma, latihan fisik
tubuh
berlebihan)
j. Kondisi pasca trauma
k. Tekanan emosional
l. Riwayat penganiayaan (mis:
fisik,
psikologis, seksual)
m. Riwayat penyalahgunaan
obat/zat.
Sumber : (SDKI PPNI, 2016).

6. Respons Terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri terdiri atas respons fisiologis, psikologis, dan

perilaku yang terjadi setelah mempresepsikan nyeri.


13

a. Reaksi fisiologis

Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang

otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai

bagian dari respons stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga

sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi “flight atau fight”,

yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada

cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respons

fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus secara tipikal

akan melibatkan organ-organ viseral, sistem saraf parasimpatis

menghasilkan suatu aksi. Respons fisiologis terhadap nyeri sangat

membahayakan individu. Kecuali pada kasus-kasus nyeri berat yang

menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu

mencapai tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal.

Dengan demikian klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu

memperlihatkan tanda-tanda fisik (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

b. Reaksi psikologis

Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

tentang nyeri. Klien yang mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang

“negatif” cenderung memiliki suasana hati sedih, berduka,

ketidakberdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa marah atau

frustasi. Sebaliknya, bagi klien yang memiliki presepsi yang

“positif” cenderung menerima nyeri yang dialaminya (Zakiyah,

2015).
14

c. Respons perilaku

Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang

khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat

ditunjukkan oleh pasien sebagai respons perilaku terhadap nyeri.

Respons tersebut seperti: menkerutkan dahi, gelisah, memalingkan

wajah ketika diajak bicara (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

7. Penanganan Nyeri

a. Penanganan nyeri farmakologis

1) Analgesik narkotik

Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium

seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek

penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengaktifkan

penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat (Wahyudi &

Abd.Wahid, 2016).

2) Analgesik non narkotik

Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan

ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti

inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan

nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari jaringan yang

mengalami atau inflamasi. Efek samping yang paling umum terjadi

adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan

perdarahan gaster (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).


15

3) Penanganan nyeri non farmakologis

a) Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu

tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri.

Dengan demikian, diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi

dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Andarmoyo, 2017).

Berikut jenis-jenis teknik distraksi (Andarmoyo, 2017) :

(1) Distraksi visual/penglihatan

Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke

dalam tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan.

(2) Distraksi audio/pendengaran

Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke

dalam tindakan melalui organ pendengaran.

(3) Distraksi intelektual

Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan ke dalam

tindakan-tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang

pasien miliki.

b) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental

dan fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas


16

napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat

memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman

(Andarmoyo, 2017).

Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan

untuk mengatasi stress dimana akan terjadi peningkatan aliran darah

sehingga perasaan cemas dan khawatir akan berkurang (Abbasi et

al,. 2018). Relaksasi merupakan proses merilekskan otototot yang

mengalami ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh dan

pikiran agar tercapai kondisi yang nyaman atau berada pada

gelombang otak alfa-teta (Yunus, 2014).

Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung

dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”)

dan ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat

mengajarkan ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan

keras bersama pasien pada awalnya. Napas yang lambat, berirama,

juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi. Hampir semua orang

dengan nyeri mendapatkan manfaat dari metode-metode relaksasi.

Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan

keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan

yang meningkatkan nyeri (Andarmoyo, 2017).

Relaksasi memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah

mengurangi tingkat stres pada seseorang yang memiliki masalah

kesehatan. Manfaat yang sama juga dijelaskan oleh peneliti lain


17

bahwasannya relaksasi dapat mengurangi tingkat stres, dimana

teknik relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik individu

dari kecemasan, ketegangan, stres dan lainnya, serta secara

fisiologis, pelatihan relaksasi memberikan respons relaks, dimana

dapat diidentifikasikan dengan menurunnya tekanan darah, detak

jantung dan meningkatkan resisten kulit (Sari & Subandi, 2015)

Manfaat relaksasi secara umum menurut (Zakiyah, 2015)

meliputi :

(1) Relaksasi dapat membuat seseorang lebih mampu menghindari

reaksi berlebih akibat stres.

(2) Masalah – masalah yang timbul akibat stres seperti, sakit kepala,

tekanan darah tinggi, insomnia, dan perilaku – perilaku buruk

dapat berkurang.

(3) Mengurangi tingkat kecemasan pada seseorang dan

menunjukkan efek fisiologis yang positif.

(4) Meningkatkan semangat pada seseorang dalam melakukan

aktifitas.

(5) Meningkatkan hubungan interpersonal dan harga diri pada

seseorang.

Jika kita simpulkan dari beberapa penjelasan diatas manfaat

relaksasi sendiri meliputi mengurangi perasaan cemas,

meningkatkan perasaan tenang dan damai, mengurangi ketegangan

otot, serta meningkatkan energi dan memperbaiki fisiologis tubuh.


18

Menurut Miltenberger (2004) dalam Nurarif (2015)

relakasasi dibedakan menjadi empat macam yaitu relaksasi otot

(progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan

(diaphragmatic breathing), relaksasi dengan cara meditasi (attention

focussing exercises), dan relaksasi perilaku (behavioural relaxation

training) dan lain sebagainya.

c) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi

seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk

mencapai efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan

konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi lingkungan klien

mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau

menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan

agar tidak mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien

lebih rileks dengan cara menutup matanya (Andarmoyo, 2017).

8. Pengukuran Nyeri

Skala penilaian numerik Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan

saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2.2 Pengukuran Skala Nyeri


19

Keterangan :

Tabel 2.2 Skala Nyeri


0 Tidak ada nyeri (merasa normal).
Nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan). Sebagian besar
1
tidak pernah berfikir tentang rasa sakit, seperti gigitan nyamuk.
Tidak menyenangkan. Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
2
kulit.
3 Bisa ditoleransi. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter.
Menyedihkan. Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa
4
sakit dari sengatan lebah.
Sangat menyedihkan. Kuat dalam, nyeri yang menusuk, seperti kaki
5
terkilir.
Intens. Kuat dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
6 tampak memengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu.
Sakit intens. Sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar
mendominasi indra, tidak
7
mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan
perawatan diri.
Benar – benar mengerikan. Nyeri sangat kuat dan sangat
8 mengganggu sampai sering mengalami perubahan perilaku jika
nyeri terjadi.
Menyiksa tak tertahankan. Nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi
9
dengan terapi.
Nyeri tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan. Nyeri sangat
10
berat sampai tidak sadarkan diri.
Sumber: (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016)
20

Dikelompokkan menjadi :

Tabel 2.3 Pengelompokan Skala Nyeri


Skala Nyeri Grade Interpretasi
Nyeri bisa ditoleransi dengan
1-3 Nyeri ringan baik/tidak mengganggu
aktivitas
4-6 Nyeri sedang Mengganggu aktivitas fisik.
Tidak mampu melakukan
7-9 Nyeri berat aktivitas
secara mandiri.
Malignan/nyeri sangat hebat
dan tidak
berkurang dengan terapi/obat-
10 Nyeri sangat berat
obatan
pereda nyeri dan tidak dapat
melakukan aktivitas.
Sumber: (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016)

9. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut antara

lain :

a. Pengalaman Nyeri Masa Lalu

Semakin sering individu mengalami nyeri, makin takut pula individu

tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan oleh nyeri

tersebut. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri;

akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut

menjadi lebih parah. Individu dengan pengalaman nyeri berulang dapa

mengetahui ketakutan peningkatan nyeri dan pengobatannva tidak adekuat

(Potter & Perry, 2012).


21

b. Kecemasan

Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan dengan

nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Secara klinik,

kecemasan pasien menyebabkan menurunnya kadar serotonin. Serotonin

merupakan neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri

pada susunan saraf pusat. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan

sensasi nyeri (Le Mone & Burke, 2008).

c. Umur

Umumnya para lansia menganggap nyeri sebagai komponen alamiah

dari proses penuaan dan dapat diabaikan atau tidak ditangani oleh petugas

kesehatan. Di lain pihak, normalnya kondisi nycri hebat pada dewasa

muda dapat dirasakan sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang

dewasa tua mengalami perubahan neurofisiologi dan mungkin mengalami

penurunan persepsi sensori stimulus serta peningkatan ambang nyeri.

Selain itu, proses penyakit kronis yang lebih umum terjadi pada dewasa

tua seperti penyakit gangguan, kardiovaskuler atau diabetes mellitus dapat

mengganggu transmisi impuls saraf normal (Le Mone & Burke, 2008).

d. Jenis Kelamin

Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat

keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.

Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubungannya dengan jenis

kelamin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang hanya dijumpai

pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat dengan alat
22

reproduksi atau yang secara genetik berperan dalam perbedaan jenis

kelamin (Le Mone & Burke , 2008).

e. Sosial Budaya

Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan

memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan

lainnya dapat membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien

berdasarkan pada harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang

mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih

besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam rnengkaji nyeri dan

reaksi perilaku terhadap nyeri juga efektif dalarn menghilangkan nyeri

pasien (Potter & Perry, 2012).

f. Nilai Agama

Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan penderitaan

sebagai cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman ini membantu

individu menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai sumber kekuatan.

Pasien dengan kepercayaan ini mungkin menolak analgetik dan metode

penyembuhan lainnya; karena akan mengurangi persembahan mereka

(Potter & Perry, 2012).

g. Lingkungan dan Dukungan Orang Terdekat

Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat mempengaruhi

nyeri seseorang. Pada beberapa pasien yang mengalami nyeri seringkali

bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh

dukungan, bantuan, perlindungan. Walaupun nyeri tetap terasa, tetapi


23

kehadiran orang yang dicintainya akan dapat meminimalkan rasa

kecemasan dan ketakutan. Apabila keluarga atau teman tidak ada

seringkali membuat nyeri pasien tersebut semakin tertekan. Pada anak-

anak yang mengalami nyeri kehadiran orang tua sangat penting (Potter &

Perry, 2012).

C. Tinjuan Konsep Asuhan Keperawatan Ruptur Tendon

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mngidentifikasi status

kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran

dalam memberikan asuhan keperawtaan sesuai dengan kebutuhan klien.

Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi

yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosis

keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

respons individu (Budiono & Sumirah, 2016).

Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini.

Tahap ini terbagi atas :

a. Pengumpulan Data

1) Identitas pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, no register, tanggal MRS, diagnose medis


24

2) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri tersebut bias akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan.

Untuk memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien

digunakan :

a) Provoking incident : apakah ada pristiwa yang menjadi factor

presipitasi nyeri.

b) Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk.

c) Region: radiation, relief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d) Severity (scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan

seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menetukan sebab dari fraktur,

yang nantinya membantu rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa

berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa

ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena

(Ignatavicius, Dona D, 2006).


25

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s

yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk

menyambung.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis, yang sering terjadi pada beberapa keturunan,

dan kanker tulangyang cendrung diturunkan secara genetik.

6) Riwayat Psikososial

Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya

dan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun

masyaakat.

7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakuatan akan terjadinya

kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan

kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup pasien seperti penggunaan


26

obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, dan

apakah pasien berolahraga atau tidak.

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan

sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya

untuk membantu proses penyembuhan.

c) Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu

banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah

bentuk aktivitas pasien terutama pekerjaan pasien. Karena ada

beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur.

d) Pola Hubungan dan Peran

Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

masyarakat. Karena pasien harus menjalani rawat inap.

e) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada pasien fraktur yaitu timbul ketidakuatan

akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan

atau melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap

dirinya salah.
27

f) Pola Sensori dan kognitif

Pada pasien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian

distal fraktur, sedang pada indra yang lain tidak timbul

gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.

g) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk pasien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah

dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa

disebabkan karena nyeri dan keterbataan gerak pasien.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi

masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnosa

keperawatan adalah sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan

menggambarkan suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah.

Menurut SDKI (2016) masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

post op rupture tendon adalah nyeri akut.

a) Nyeri akut

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat

berintensitas ringan hingga berat berlangsung kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab

a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)


28

b) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

c) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan).

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

a) Mengeluh nyeri

Objektif

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : -

Objektif

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola napas berubah

c) Nafsu makan berubah

d) Proses pikir terganggu

e) Menarik diri

f) Berfokus pada diri sendiri

g) Diaphoresis
29

5) Kondisi kinis terkait

a) Kondisi pembedahan

b) Cedera traumatis

c) Infeksi

d) Sindrom koroner akut

e) Glaukoma

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan kebutuhan aktivitas menurut Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (2018) adalah :

Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Kebutuhan Rasa Nyaman

Kode Rencana Keperawatan


SDKI/Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan ❖ Manajemen nyeri (1.08238)
selama 3x24 jam diharapkan Observasi
tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil sebagai karakteristik, durasi,
berikut : frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
- Sikap protektif menurun - Identifikasi respon
- Gelisah menurun nyeri non verbal
- Kesulitan tidur menurun - Identifikasi faktor yang
- Frekuensi nadi normal memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain
30

Edukasi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian
analgetik jika perlu

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana

harus membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin

dan Griffin, 2014). Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan

keperawatan yang sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi

keperawatan. Setelah melakukan implementasi hendaklah perawat melihat

respon subjektif maupun objektif pasien.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi

proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil

tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan Griffin,

2014). Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat

melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga

mencapai tujuan. Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari

setelah semua tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi

somatif terdiri dari SOAP (subjek, objektif, analisis dan planing). Subjek

berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon

nonverbal dari pasien respon. Respon tersebut didapat setelah perawat


31

melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan dari

tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat dari kriteria hasil

apakah teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi. Sedangkan planing

berisi perencanaan tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan

tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan

sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila

jika klien menunjukan perubuhan pada sebagian kriteria hasil yang telah

ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan dan

tidak ada kemajuan sama sekali.

D. Tinjauan Tentang Teknik Relaksasi Napas Dalam

1. Definisi Relaksasi Napas Dalam

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), relaksasi nafas dalam adalah

pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan

nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.

2. Manfaat Terapi Relaksai Napas Dalam

a. Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman

b. Mengurangi rasa nyeri

c. Pasien tidak mengalami stress

d. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yang

biasanya menyertai nyeri

e. Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri


32

f. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan

perhatian (Wijaya, 2013).

Menurut D'silva, F., H., V., & Muninarayanappa, N. (2014, March)

“Effectiveness Of Deep Breathing Exercise (DBE) On The Heart Rate

Variability, BP, Anxiety & Depression Of Patients With Coronary Artery

Disease” menunjukkan hasil bahwa relaksasi napas dalam efektif dalam

menurunkan kecemasan pada pasien penyakit arteri coroner. Hal tersebut

terbukti dari hasil penelitian dimana responden yang diberikan intervensi

relaksasi napas dalam mengalami penurunan kecemasan dari kecemasan berat

menjadi kecemasan ringan dan sedang. Dari 65 responden, 21 responden

(52.5%) memiliki kecemasan ringan dan 17 responden (42.5%) dengan

kecemasan sedang, dan sisanya mengalami depresi depresi ringan serta

hipertensi baik pre hipertensi maupun yang termasuk dalam hipertensi.

3. Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam

Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan sensitivitas

baroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter endorphin sehingga

mengstimulasi respons saraf otonom yang berpengaruh dalam menghambat

pusat simpatis (meningkatkan aktivitas tubuh) dan merangsang aktivitas

parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi ini

terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer contro center (CCC)

yang akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume, sehingga

menurunkan cardiac output, proses ini memberikan efek menurunkan tekanan

darah (Wijaya, 2013).


33

Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan merespons

meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas

keluarnya saraf simpatis dan terjadinya penurunan kontraktilitas, kekuatan

pada setiap denyutan berkurang, sehingga volume sekuncup berkurang,

terjadi penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu menurunkan tekanan

darah sehingga mengurangi kecemasan (Muttaqin, 2008).

4. Indikasi Terapi Relaksasi Napas Dalam

a. Pasien yang mengalami nyeri nyeri akut tingkat ringan sampai dengan

sedang akibat penyakit yang kooperatif

b. Pasien yang nyeri kronis

c. Nyeri pasca operasi

d. Pasien yang mengalami stress (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

5. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Nafas Dalam

Terapi relaksasi nafas dalam tidak diberikan pada pasien yang

mengalami sesak nafas (Wijaya, 2013).

6. Teknik Terapi Relaksasi Nafas Dalam

Menurut Earnest (1989) dalam Setyoadi & Kushariyadi (2011), teknik

relaksasi nafas dalam dijabarkan seperti berikut :

a. Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam 3

hitungan (hirup, dua,tiga).

b. Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi

rileks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan,

dua, tiga).
34

c. Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

d. Ulangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Biarkan

hanya kaki dan telaopak kaki yang rilaks. Perawat meminta klien

mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

e. Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan pikiran pada

lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang lain.

Setelah seluruh tubuh klien rileks, ajarkan untuk bernafas secara perlahan-

lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara dangkal dan

cepat.
35

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus

dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang digunakan

terhadap sekumpulan objek dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran

tentang studi dan menganalisis lebih mendalam tentang asuhan keperawatan

pada Tn. L dengan post op ruptur tendon dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman di ruangan perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

B. Subjek Studi Kasus

Pada penelitian ini, peneliti mengambil satu klien untuk dijadikan subyek

studi kasus, yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi yaitu batasan

karakteristik umum subyek studi kasus dari suatu populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Klien yang menderita rupture tendon dan mengalami gangguan pemenuhan

rasa nyaman di ruangan perawatan Rumah Sakit Aliyah 1 Kota Kendari

2. Mampu berkomunikasi dengan kooperatif dan di dampingi oleh keluarga

3. Mampu membaca/menulis

4. Bersedia menjadi subjek study dan mengisi informed consent.

Kriteria Esklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Klien yang berpindah ruangan

35
36

2. Klien yang tidak bersedia menjadi responden

C. Waktu dan Tempat Melakukan Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di ruangan perawatan Rumah Sakit Aliyah 1

Kota Kendari dan studi kasus dilakukan pada tanggal 17-19 Februari 2021.

D. Fokus Studi Kasus

1. Penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan rasa nyaman

2. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada klien yang menderita rupture

tendon.

3. Penerapan teknik relaksasi napas dalam pada klien gangguan pemenuhan rasa

nyaman.

E. Definisi Operasional

1. Studi kasus Asuhan keperawatan

a. Ruptur tendon dalam studi ini adalah robek atau putusnya jaringan lunak

pada jari kaki kiri yang disebabkan karena trauma benda tajam.

b. Kebutuhan rasa nyaman (nyeri) dalam penelitian studi kasus ini adalah

terpenuhinya kebutuhan rasa nyaman pada pasien post rupture tendon yang

sedang mengalam nyeri pasca tindakan operasi.

c. Asuhan Keperawatan Merupakan suatu proses pemberian pelayanan

keperawatan secara langsung yang tersendiri antara lain :

1) Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dari berbagai sumber baik

secara langsung dari pasien (Obyektif/Subyektif) Dan dari keluarga

pasien (wawancara & observasi) maupun tidak langsung dari dengan

36
37

pasien (rekam medik, buku status pasien dan cacatan laboratorium).

Dalam studi kasus ini, peneliti menggunakan format pengkajian

keperawatan untuk mendapatkan data pasien terutama data nyeri yang

dirasakan pasien.

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu sebagai dasar dalam memilih intervensi yang akan dilakukan.

Dalam studi kasus ini peneliti mengambil diagnose aktual dengan

menggunakan rumus P+E+S (Problem + Etiologi + Symptom), dengan

mengambil diagnosa nyeri akut (D.0077).

3) Intervensi/Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah strategi untuk mencegah,

mengurangi dan mengatasi masalah – masalah yang telah didapatkan

dalam diagnose keperawatan. Peneliti menyusun intervensi

keperawatan untuk membantu mengatasi nyeri akut pada pasien dengan

post op rupture tendon.

Dalam studi kasus ini peneliti akan melakukan intervensi

keperawatan selama 3 x 24 jam, dengan SLKI : Tingkat nyeri

(L.08066) : dengan kriteria hasil :

a) Keluhan nyeri menurun

b) Meringis menurun

c) Sikap protektif menurun

d) Gelisah menurun

37
38

e) Kesulitan tidur menurun

f) Frekuensi nadi normal

SIKI : Manajemen nyeri (1.08238)

a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.

b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

c) Identifikasi skala nyeri

d) Identifikasi respon nyeri non verbal

e) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

f) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis.

TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,

terapi bermain

g) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

h) Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu

4) Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Di dalam

kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dalam

melakukan observasi pada pasien sebelum dan sesudah melakukan

tindakan.

38
39

5) Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan

perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

dibuat. Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data

status pasien dan keluhan pasien atau dari keluarga pasien berdasarkan

standar luaran yang telah ditetapkan sebagai indikator pencapaian

tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.

2. Studi kasus penerapan prosedur keperawatan

a. Penerapan rencana tindakan keperawatan dengan masalah keperawatan

nyeri akut ditujukan untuk membantu klien agar dapat memenuhi rasa

nyaman.

b. Klien dengan post op rupture tendon adalah pasien yang mengalami

gangguan rasa nyaman dikarenakan adanya cidera atau luka pembedahan

pada tendon yang mengalami cidera

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan pada studi kasus ini yaitu data primer dan

data sekunder. Adapun Studi kasus ini diawali dengan melakukan pengkajian

untuk mendapatkan data – data pasien secara menyeluruh yaitu dengan

menggunakan buku catatan, pena, format pengkajian, dan informed consent.

Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian terhadap responden,

sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada di RS

Aliyah 1 Kota Kendari yaitu :

39
40

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer ini

diperoleh melalui dua cara, yaitu :

a. Wawancara

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari

seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang tersebut.

b. Observasi

Prosedur terencana meliputi : melihat, mencatat jumlah data, syaratsyarat

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien

a) Inspeksi

Proses observasi yang dilakukan dengan menggunakan indera

penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai alat untuk

mengumpulkan data.

b) Palpasi

Pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat terabah untuk

mendeteksi adanya kelainan atau tidak

c) Perkusi

Mengetuk permukaan tubuh

40
41

d) Auskultasi

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mendengarkan

menggunakan stetoskop.

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian. Data

sekunder dapat diperoleh dari :

a) Studi dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang tidak merujuk langsung kepasien

melainkan ke dokumen

b) Studi kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh dari pustaka teori menurut para

ahli dalam konsep penyakit serta dalam jurnal.

Adapun prosedur pengumpulan data, yaitu :

1) Persiapan

a) Peneliti meminta surat pengambilan data awal dari institusi asal

penelitian Poltekkes Kemenkes Kendari

b) Peneliti mengajukan izin mengambil data awal dari ruang badan

LITBANG RS Aliyah 1 Kota Kendari

c) Peneliti meminta surat rekomendasi dari RS Aliyah 1 Kota Kendari

d) Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan tempat penelitian yang

akan dilakukan RS Aliyah 1 Kota Kendari

e) Peneliti mendatangi subjek studi kasus dan menjelaskan tujuan

penelitian.

41
42

f) Memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada subjek

studi kasus dan keluarga (responden)

2) Pelaksanaan

a) Peneliti dan subjek studi kasus menyiapkan tempat untuk melakukan

studi kasus

b) Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepada responden.

c) Menciptakan suasana yang akrab dengan subjek penelitian.

d) Peneliti melakukan wawancara dan observasi sesuai dengan

waktu yang telah disepakati bersama subyek studi kasus

e) Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan setiap hari

3) Evaluasi

a) Peneliti melakukan pengolahan dengan data yang sudah didapat

selama studi kasus

G. Analisis data dan Penyajian Data

1. Analisa data

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengecekan ulang khususnya

pada subjek studi kasus seperti identitas, hasil wawancara ataupun observasi.

2. Penyajian data

Data pada studi kasus disajikan dalam bentuk tekstural, yaitu penyajian data

berupa tulisan atau narasi.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah pedomana yang digunakan dalam setiap penelitian

atau studi kasus yang melibatkan berbagai pihak, yaitu pihak peneliti dan pihak

42
43

yang diteliti. dan masyarakat yang akan akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut. Sebelum melakukan studi kasus, terlebih dahulu peneliti

mendapat rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohon ijin kepada

institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut (Donsu J, 2016), dalam

melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Inforemed consent merupakan bentuk lembar pesetujuan yang diberikan

peneliti dan responden penelitian. Informed consent ini diberikan sebelum

studi kasus dilakukan Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan studi kasus, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka informed consent tersebut harus ditanda tangani Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi

yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi

responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain .

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil studi kasus yang akan disajikan. Untuk menjaga

kerahasiaan subyek studi kasus, maka pada lembar yang telah diisi oleh

43
44

responden, penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden

cukup mencantumkan nama inisial saja. (Donsu J, 2016).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil studi kasus,

baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan hanya data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti telah

menjelaskan bahwa data yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya. (Donsu

J, 2016).

44
45

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada 15 Februari 2021 di Ruang Perawatan

Rumah Sakit Aliyah 1, klien pasien post op rupture tendon. Adapun hasil

pengkajian klien adalah sebagai berikut.

Pengakjian identitas klien diketahui nama klien adalah Tn. L, Laki-Laki

berusia 38 tahun, status perkawinan adalah kawin, klien beragama islam,

beragama Islam, suku Muna, pendidikan SMP, pekerjaan klien adalah

Wiraswasta dengan penghasilan Rp 1.000.000/bulan. Identitas penanggung

jawab klien adalah Ny. S, jenis kelamin perempuan, pekerjaan IRT dan adalah

istri klien dengan alamat Jl. Terang.

Pengkajan riwayat kesehatan didapatkan keluhan utama klien adalah

klien mengatakan nyeri pada jari kaki kirinya. Pengkajian riwayat keluhan

yakni klien mengatakan jari kakinya terasa nyeri setelah menjalani operasi

pembedahan, Penyebab/faktor pencetus yaitu P : klien mengatakan nyeri

setelah menjalani operasi, Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk,

R : klien mengatakan nyeri pada jari kaki kirinya, S : klien mengatakan skala

nyeri 7 (skala 0-10), T : klien mengatakan nyeri muncul setiap 20 menit dan

terasa berat saat saat bergerak.

Pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diketahui bahwa klien tidak

pernah menderita penyakit yang sama, belum pernah dirawat di rumah sakit,

45
46

belu pernah mengalami pembedahan dan tidak memiliki riwayat alergi, klien

mengatakan sudah berhenti merokok sejak 7 bulan yang lalu, dan tidak

memiliki riwayat konsumsi alcohol, rokok dan obat-obatan.

Hasil pengkajian Genogram diperoleh sebagai berikut

38

Gambar 4.1. Genogram 3 generasi

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

x : Meninggal

Hasil pengkajian riwayat kesehatan anggota keluarga diketahui tidak

ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa dan tidak ada keluarga

yang mempunyai penyakit menular atau menurun

Pemeriksaan fisik diketahui bahwa, keadaan umum lemah, klien

nampak pucat, klien nampak meringis nyeri, tekanan darah 130/90 mmHg,

46
47

pernapasan 20 kali/menit, nadi 90 kali/menit irama regular, Suhu badan 36,3


0C, berat badan 70 Kg, Tinggi badan 165 Cm dan IMT 25,7. Hasil pengkajian

pada kepala didapatkan bentuk kepala: simetris, keadaan kulit kepala bersih,

klien mengatakan pusing, distribusi rambut nampak tipis tetapi tidak mudah

tercabut dan tidak ada alopesia.

Pengkajian mata diperoleh mata simetris kiri dan kanan, tidak ada

edema kelopak mata, tidak ptosis, sklera nampak tidak ikterik, konjungtiva

tidak anemis, ukuran pupil normal (3-4 mm) bulat, isokor, refleks cahaya (+),

ketajaman penglihatan dan pergerakan bola mata normal, lapang pandang

normal, diplopia tidak ada dan tidak photohobia, Nistagmus normal dan reflex

kornea normal (Refleks berkedip). Pengkajian pada telinga didapatkan telinga

simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret dan serumen, tes ketajaman

pendengaran normal/dapat mengulang kata yang dibisikkan dan tidak ada

tinnitus dan nyeri. Hasil pemeriksaan hidung diperoleh hidung simetris kiri

dan kanan tidak ada perdarahan, sekresi, nyeri, dan fungsi penciuman normal.

Pemeriksaan fisik mulut diperoleh data fungsi berbicara, mukosa, posisi

uvula dan fungsi mengecap normal, bibir nampak lembab, keadaan tonsil

tidak radang, warna lidah merah muda, lidah nampak bersih, gigi lengkap

dan tidak ada karies, mulut tidak berbau, tidak ada stomatitis, tremor pada

lidah dan nyeri menelan, suara tidak parau dan tidak ada kesulitan menelan.

Hasil pemeriksaan pada leher diketahui mobilitas leher normal dan tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena

jugularis dan trakhaea tidak ada kelainan.

47
48

Pemeriksaan pada Thoraks dan paru-paru diketahui bentuk dada normal

dan simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada tanda

jejas, massa, dyspnea, ortopnea, bunyi nafas tambahan dan nyeri dada, taktil

fremitus normal, perkusi thoraks sonor dan suara nafas normal.

Pemeriksaan jantung diketahui iktus kordis ada di sela iga ke 5 sinistra,

ukuran jantung normal, tidak ada nyeri dada dan palpitasi, bunyi jantung

normal (Lup-Dup). Pemeriksaan abdomen diketahui warna kulit sawo

matang, tidak ada distensi abdomen, ostomy, tanda jejas, massa dan nyeri

tekan, peristaltic 12x/mnt dan perkusi abdomen pekak. Pada pengkajian

payudara diketahui payudara simetris kiri dan kanan, puting normal, tidak ada

massa. lesi dan nyeri. Pengkajian sistem saraf diketahui kesadaran

compomentis, GCS 15, orientasi normal, koordinasi, memori dan

keseimbangan baik, tidak ada kelumpuhan, gangguan sensasi dan kejang-

kejang, Refleks Biseps, Trisep, Lutut dan Achiles Normal, Refleks Babinski

Normal, Kaku kuduk/kernig sign negatif/tidak kaku, Brudzinski I dan

Brudzinski II negatif. Pengkajian pada anus dan perianal diperoleh tidak ada

hemorrhoid, nyeri maupun lesi perianal.

Hasil pemeriksaan pada ekstremitas atas diperoleh warna kulit sawo

matang, tidak ada purpura / ekimosis, tidak ada atropi maupun hipertropi,

tidak ada lesi, luka, pigmentasi dan tidak terdapat deformitas maupun

dislokasi, kekuatan otot 5 desktra maupun sinistra. Hasil pengkajian

ekstremitas bahwa diketahui kulit sawo matang, terdapat luka operasi pada

jari kaki kiri/ tendon, deformitas sendi berubah karena ada luka pada jari kaki

48
49

kiri, tidak ada tremor dan varises, nampak edema pada area luka post op,

turgor kulit dan kelembaban kulit baik, capillary tefilling time (crt) : < 2 detik.

Nampak pergerakan terbatas pada area post op, kekakuan sendi pada lokasi

operasi kekuatan otot desktra 5 dan sinsitra 3.

a. Pengkajian Kebutuhan Dasar

1) Kebutuhan nutrisi

Frekuensi makan sebelum sakit sehari 3 x sehari dan saat sakit

adalah 3 x sehari, waktu makan sebelum sakit pagi, siang, malam dan saat

sakit adalah pagi, siang, malam, porsi makan yang dihbiskan sebelum sakit

1 piring dan saat sakit adalah 1 piring, penggunaan alat bantu makan

sebelum sakit makan sendiri tidak menggunakan alat bantu dan saat sakit

adalah juga tidak menggunakan alat bantu, makanan pantang/yang tidak

disukai sebelum sakit tidak ada dan saat sakit adalah tidak ada, makanan

yang disukai sebelum sakit adalah pete dan saat sakit adalah pete,

pembatasan makanan sebelum sakit tidak ada dan saat sakit adalah tidak

ada, jenis makanan yang dibatasi sebelum sakit tidak ada dan saat sakit

adalah tidak ada. Nafsu makan sebelum sakit baik dan saat sakit adalah

baik, mual sebelum sakit tidak dan saat sakit adalah tidak, hipersalivasi

sebelum sakit tidak dan saat sakit adalah tidak, sensasi asam pada mulut

sebelum sakit tidak ada dan saat sakit adalah tidak, muntah sebelum sakit

tidak ada dan saat sakit adalah tidak, perasaan cepat kenyang setelah

kenyang sebelum sakit tidak ada dan saat sakit adalah tidak, dan perasaan

kembung sebelum sakit tidak pernah dan saat sakit adalah tidak

49
50

2) Kebutuhan cairan dan elektrolit

Frekuensi minum sehari sebelum sakit adalah 5 gelas/hari dan

setelah sakit adalah 5 gelas/hari, jumlah minum yang dikonsumsi setiap

hari sebelum sakit adalah air putih dan setelah sakit adalah air putih, jenis

minuman yang tidk disukai sebelum sakit adalah minuman keras dan

setelah sakit adalah minuman keras, jenis minuman yang disukai sebelum

sakit adalah sirup dan setelah sakit adalah sirup. Perasaan haus sebelum

sakit adalah tergantung aktifitas fisik dan setelah sakit adalah tidak merasa

haus, kelemahan sebelum sakit adalah tidak ada dan setelah sakit adalah

tidak ada dan program pembatasan cairan sebelum sakit adalah tidak ada

dan setelah sakit adalah tidak ada

3) Kebutuhan Istrahat dan tidur

Jumlah jam tidur siang sebelum sakit adalah 1-2 jam dan setelah

sakit adalah 1-3 jam, jumlah jam tidur malam sebelum sakit adalah 7-8 jam

dan setelah sakit adalah 8 jam, kebiasaan konsumsi obat tidur/stimulant/

penenang sebelum sakit adalah tidak pernah dan setelah sakit adalah tidak

ada, kegiatan pengantar tidur sebelum sakit adalah nonton tv dan setelah

sakit adalah berbaring. Perasaan waktu bagun tidur sebelum sakit adalah

baik dan setelah sakit adalah kurang baik, kesulitan memulai tidur

sebelum sakit adalah tidak pernah dan setelah sakit adalah tidak pernah,

mudah terbagun sebelum sakit adalah tidak pernah dan setelah sakit adalah

tidak pernah, penyebab gangguan tidur sebelum sakit adalah tidak ada dan

50
51

setelah sakit adalah tidak ada, perasaan mengantuk sebelum sakit adalah

ya dan setelah sakit adalah tidak.

4) Kebutuhan Aktivitas

Kegiatan rutin sebelum sakit adalah bertukang dan saat sakit adalah

berbaring, waktu senggang sebelum sakit adalah istirahat dan saat sakit

adalah istirahat, kemampuan berjalan sebelum sakit adalah baik dan saat

sakit adalah terbatas, kemampuan merubah posisi saat berbaring sebelum

sakit adalah baik dan saat sakit adalah dibantu keluarga, kemampuan

berubah posisi : berbaring ke duduk sebelum sakit adalah baik dan saat

sakit adalah dibantu keluarga, kemampuan mempertahankan posisi duduk

sebelum sakit adalah baik dan saat sakit adalah dibantu keluarga,

kemampuan berubah posisi : duduk ke berdiri sebelum sakit adalah baik

dan saat sakit adalah dibantu keluarga, kemampuan mempertahankan

posisi berdiri sebelum sakit adalah baik dan saat sakit adalah dibantu

keluarga, , kemampuan berjalan sebelum sakit adalah baik dan saat sakit

adalah dibantu keluarga.penggunaaan alat bantu dalam pergerakan

sebelum sakit adalah tidak dan saat sakit adalah dibantu keluarga. Dispnea

setelah beraktivitas sebelum sakit adalah tidak dan saat sakit adalah tidak,

ketidaknyamanan setelah beraktivitas sebelum sakit adalah tidak dan saat

sakit adalah ya, pergerakan lambat sebelum sakit adalah tidak dan saat

sakit adalah ya, kemampuan melepaskan pakaian pada bagian tubuh atas

sebelum sakit baik dan saat sakit adalah baik, kemampuan melepaskan

pakaian pada bagian tubuh bawah sebelum sakit baik dan saat sakit adalah

51
52

dibantu keluarga, kemampuan mengancing atau menggunakan resleting

sebelum sakit baik dan saat sakit adalah baik.

5) Kebutuhan Keamanan

Hasil pengkajian didapatkan klien nampak lemah, sedang

imobilisasi dan terdapat luka pada kulit/jaringan ekstremitas bawah

sinistra dan tidak ada riwayat paparan terhadap kontaminan, riwayat

perdarahan, riwayat pemeriksaan dengan media kontras, pemasangan

kateter iv dalam waktu lama, penggunaan larutan IV yang mengiritasi,

penggunaan larutan IV dengan aliran cepat, pemasangan kateter urine

dalam waktu lama, benda asing pada luka dan riwayat jatuh.

6) Kebutuhan Kenyamanan

Hasil pengkajian didapatkan ada keluhan nyeri pada jari kaki kiri.

Pencetus nyeri adalah terputusnya tendon karena terkena alat pemotong,

upaya yang meringankan nyeri adalah berbaring, karakteristik nyeri seperti

teriris-iris, intensitas nyeri terus-menerus, durasi nyeri 10-30 menit dan

dampak nyeri terhadap aktivitas adalah kesulitan bergerak.

7) Kebutuhan Psikososial

Persepsi terhadap penyakit yakni klien mengatakan terjadinya

musibah karena keteledorannya, harapan klien terhadap kesehatannya

yakni klien mengatakan semoga kondisinya segera membaik, pengaruh

penyakit terhadap pekerjaan yaitu klien tidak dapat beraktifitas dengan

baik, pola interaksi dengan orang terdekat yakni dengan anak istri baik.

Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien menghadapi masalah

52
53

yakni klien diberikan motivasi dan dukungan oleh keluarganya, pola

pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah adalah

musyawarah dan saling membantu, hubungan dengan orang lain baik,

hubungan klien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama dirawat

baik, kooperatif dan organisasi kemasyarakatan yang diikuti tidak ada

8) Kebutuhan Spiritual :

Kemampuan menjalankan ibadah yakni klien nampak sholat sambil

berbaring, hambatan mengikuti ritual keagamaan yakni klien mengatakan

kurang fokus saat beribadah karena nyeri yang dirasakan, perasaan yang

dialami terkait aktivitas keagamaan yakni klien mengatakan hanya berdoa

semoga kondisinya baik-baik saja

b. Tindakan medik/pengobatan berupa Cefadroxil tab/12jam, metronidazole

tab/12 jam, Dexametasone tab/12jam, Asam Mefenamat tab/12 jam

53
54

KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif :

- Klien mengatakan nyeri pada jari kaki kirinya


- Klien mengatakan nyeri setelah menjalani operasi
- Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan skala nyeri 7 (Berat)
- Kien mengatakan nyeri muncul setiap 20 menit dan terasa berat saat saat
bergerak.
Data Obyektif :

- Keadaan umum : lemah


- Klien nampak meringis
- Klien nampak pucat
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Pernapasan : 20 kali/menit
- Nadi : 90 kali/menit, regular
- Suhu badan : 36,30C
- Nampak luka operasi pada jari kaki kiri

54
55

ANALISA DATA

Tabel 4.1 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Agenm Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada jari kaki pencedera fisik
kirinya
- Klien mengatakan nyeri setelah
menjalani operasi
- Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
tusuk
- Klien mengatakan skala nyeri 7 (Berat)
- Kien mengatakan nyeri muncul setiap 20
menit dan terasa berat saat saat bergerak.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Klien nampak meringis
- Klien nampak pucat
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Pernapasan : 20 kali/menit
- Nadi : 90 kali/menit, regular
- Suhu badan : 36,30C
- Nampak luka operasi pada jari kaki kiri

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077) yang ditandai

dengan :

Data Subyektif :

- Klien mengatakan nyeri pada jari kaki kirinya

- Klien mengatakan nyeri setelah menjalani operasi

- Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk

- Klien mengatakan skala nyeri 7 (Berat)

- Kien mengatakan nyeri muncul setiap 20 menit dan terasa berat saat saat

bergerak

55
56

Data Obyektif :

- Keadaan umum : lemah

- Klien nampak meringis

- Klien nampak pucat

- Tekanan darah : 130/90 mmHg

- Pernapasan : 20 kali/menit

- Nadi : 90 kali/menit, regular

- Suhu badan : 36,30C

- Nampak luka operasi pada jari kaki kiri

56
57

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan

No Kode SDKI/Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Luaran Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan ❖ Manajemen nyeri (1.08238)
dengan agen pencedera fisik keperawatan selama 3x24 jam Observasi
(D.0077) maka tingkat nyeri (L.08066) - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria hasil kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri
sebagai berikut : - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Keluhan nyeri menurun dengan - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
skor 5 nyeri
- Meringis menurun dengan skor Terapeutik
5 - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Sikap protektif menurun nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
dengan skor 5 dengan skor 5 biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
- Gelisah menurun dengan skor 5 terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain
- Kesulitan tidur menurun Edukasi
dengan skor 5 - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Frekuensi nadi normal dengan nyeri
skor 5 Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
58

4. Implementasi dan Evaluasi


Tabel 4.3 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Hari/Tgl/
Implementasi Evaluasi Paraf
Kep. Jam
Nyeri akut Rabu/17/2/2021 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
14.00 kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri - Klien mengatakan masih nyeri sekali
14.10 - Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - Klien mengatakan nyeri terasa tersuk-
15.00 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan tusuk
nyeri O:
15.30 - Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Klien nampak meringis
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, - Klien nampak pucat
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi - Klien nampak lemah
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain A:
15.46 - Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Masalah belum teratasi
- Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu P : Intervensi dilanjutkan
16.00 Hasil :
- Nyeri yang dirasakan belum berkurang
- Klien nampak lemah dan pucat
- Klien nampak meringis
- Skala nyeri 7
- Klien sudah diberikan analgetik : Asam Mefenamat 500 mg/12
jam
19.00 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri - Klien mengatakan nyeri terasa sedikit
19.10 - Mengidentifikasi respon nyeri non verbal berkurang
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan - Klien mengatakan akan melakukan
19.22 nyeri teknik relaksasi napas dalam
O:
59

19.30 - Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Nampak klien nampak meringis
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, - Klien masih pucat
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi - Klien melakukan teknik relaksasi napas
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain dalam untuk mengurangis rasa nyeri
19.33 - Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi A:
- Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu - Masalah belum teratasi
Hasil : P : Intervensi dilanjutkan
- Nyeri yang dirasakan sedikit berkurang
- Klien masih nampak lemah dan pucat
- Klien nampak meringis
- Skala nyeri 7
- Klien melakukan teknik relaksasi napas dalam setelah
diajarkan
21.00 - Mengidentifikasi respon nyeri non verbal S:
21.10 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan - Klien mengatakan nyeri sedikit
nyeri berkurang
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Klien mengatakan nyeri bertambah bila
Hasil : bergerak
- Nyeri yang dirasakan sedikit berkurang O:
- Klien masih nampak lemah dan pucat - KLien nampak pucat
- Klien nampak meringis - Klien nampak meringis
- Skala nyeri 6 - Skala nyeri 6
- Nyeri bertambah jika bergerak - Klien melakukan relaksasi napas dalam
- Klien melakukan teknik relaksasi napas dalam setelah A:
diajarkan - Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
60

Kamis/ 18/2/2021 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:


08.00 kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri - Klien mengatakan nyeri mulai
08.11 - Mengidentifikasi respon nyeri non verbal berkurang
08.50 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan - Klien mengatakan masih melakukan
nyeri relaksasi napas dalam jika nyeri muncul
09.00 - Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu O:
Hasil : - Skala nyeri 6
- Nyeri yang dirasakan mulai berkurang - Klien nampak pucat
- Klien nampak lemah dan pucat - Klien nampak meringis
- Klien nampak meringis A:
- Skala nyeri 6 - Masalah belum teratasi
- Klien sudah diberikan analgetik : Asam Mefenamat 500 mg/12 P : Intervensi dilanjutkan
jam
11.00 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri - Klien mengatakan nyeri mulai
11.10 - Mengidentifikasi respon nyeri non verbal berkurang
11.15 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan O:
nyeri - Klien masih nampak pucat
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Klien masih nampak meringis
Hasil : - Klien nmelakukan relaksasi napas
- Nyeri yang dirasakan mulai berkurang dalam
- Klien nampak lemah dan pucat - Skala nyeri 5
- Klien nampak meringis A:
- Skala nyeri 5 - Masalah belum teratasi
- Klien nampak melakukan teknik relaksasi napas dalam P : Intervensi dilanjutkan
14.00 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri - Klien mengatakan nyeri mulai
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal berkurang
61

- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan - Klien mengatakan nyeri mulai menurun
nyeri O:
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Skala nyeri 5
Hasil : - Klien nampak melakukan relaksasi
- Nyeri yang dirasakan mulai berkurang napas dalam
- Klien nampak lemah dan pucat - Meringis berkurang
- Klien nampak meringis A:
- Skala nyeri 5 - Masalah belum teratasi
- Klien nampak melakukan teknik relaksasi napas dalam P : Intervensi dilanjutkan
Jumat 19/2/2021 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
08.00 kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri - Klien mengatakan nyeri berkurang
08.10 - Mengidentifikasi respon nyeri non verbal O:
08.27 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan - KU membaik
nyeri - Meringis menurun
08.40 - Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Skala nyeri 4
08.45 - Melakukan kolaborasi pemberian obat analegtik A:
Hasil : - Masalah teratasi
- Nyeri yang dirasakan mulai berkurang P : Intervensi dilanjutkan, pasien akan
- KU membaik pulang
- Meringis berkurang
- Skala nyeri 4
- Klien nampak melakukan teknik relaksasi napas dalam
- Klien sudah diberikan analgetik : Asam Mefenamat 500 mg/12
jam
14.00 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri - Klien mengatakan nyeri sudah sangat
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal berkurang
62

- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan O :


nyeri - KU membaik
Hasil : - Skala nyeri 3
- Nyeri yang dirasakan berkurang A:
- KU membaik - Masalah teratasi
- Skala nyeri 3 P : Intervensi dihentikan, pasien akan
pulang
63

B. Pembahasan

Dalam subbab ini, penulis akan membahasan tentang kesenjangan teori

dan tindakan tentang asuhan keperawatan pada Tn. L dengan diagnosa rupture

tendon dengan post op ruptur tendon dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di

Ruangan Perawatan Rumah Sakit Aliyah 1. Pembahasan tentang proses asuhan

keperawatan ini dimulai dengan Pengkajian, pengelompokan atau analisa data,

diagnosa atau rumusan masalah keperawatan, rencana tindakan keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam mengenai

masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan

yang tepat (Muttaqin A. dan Kumala S., 2009). Pengkajian yang lengkap,

dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat

penting untuk merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respons individu (Budiono

& Sumirah, 2016).

Setelah dilakukan pengkajian pada Pada Tn. L umur 38 tahun,

diperoleh data subyektif klien mengatakan nyeri pada jari kaki kirinya, klien

mengatakan nyeri setelah menjalani operasi, klien mengatakan nyeri seperti

tertusuk-tusuk, klien mengatakan skala nyeri 7 (berat), klien mengatakan

nyeri muncul setiap 20 menit dan terasa berat saat saat bergerak. Data

obyektif yang diperoleh adalah keadaan umum : lemah, klien nampak


64

meringis, klien nampak pucat, tekanan darah : 130/90 mmHg, pernapasan :

20 kali/menit, nadi : 90 kali/menit, regular, suhu badan : 36,30C, nampak luka

operasi pada jari kaki kiri.

Ruptur tendon adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang

disebabkan karena trauma dimana dapat terjadi secara parsial maupun

komplit pada tendon (William E. Prentice, 2016). Kondisi klinis rupture

tendon menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam dan hebat,

kerusakan jaringan lunak pasca-trauma, penurunan fungsi lengan dalam

mobilisasi meningkatkan risiko trauma dan menimbulkan respons ansietas

pada klien. Intervensi medis berupa bedah perbaikan (repair tendon)

menimbulkan nyeri pasca-bedah, risiko tinggi infeksi dari luka pasca-bedah,

risiko tinggi trauma, dan hambatan mobilisasi fisik (Sulenta, 2020).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan dapat disimpulkan pada kasus Tn. L

adalah tidak ditemukan kesenjangan dan sesuai dengan teori.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

actual atau resiko klien terhadap masalah kesehatan, yang perawat

mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Brunner dan

Suddarth, 2016). Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)

(2018) masalah keperawatan yang muncul pada klien gangguan pemenuhan

rasa nyaman antara lain yaitu nyeri akut, nyeri kronis, nausea, nyeri

melahirkan, gangguan rasa nyaman dan ketidak nyamanan pasca partum.


65

Hasil analisa data pengkajian yang penulis lakukan pada Tn. L dengan

kasus Post Op rupture tendon berdasarkan panduan SDKI adalah nyeri akut

berhubungan agen pencedera fisik. Kategori: psikologis, subkategori: nyeri

dan kenyamanan, kode: D.0077.

Berdasarkan teori di atas dan hasil pengkajian pada kasus nyata tidak

didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan kasus dimana pada klien Tn.

L dimana masalah keperawatan yang muncul sesuai dengan konsep teori yang

telah diuraikan sebelumnya, namun karena fokus studi kasus adalah

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman maka secara teori dibatasi diagnosa yang

mungkin muncul yang berkaitan dengan pemenuhan rasa nyaman dengan

menurunkan tingkat nyeri melalui tindakan keperawatan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan

penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk

meningkatkan hasil klien/pasien (NANDA, 2015). Dalam teori intervensi

dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperwatan Indonesia (SIKI)

terbitan PPNI. Penulis menggunakan teori kebutuhan manusia menurut

Maslow untuk memprioritaskan masalah keperawatan yang terjadi pada klien

yaitu mulai dari kebutuhan paling mendasar yaitu kebutuhan fisologis, rasa

aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, dihargai, serta aktualisasi diri.
66

Diagnosa yang ditetapkan oleh penulis adalah nyeri akut berhubungan

agen pencedera fisik (D.0077). Standar luaran yang ditetapkan dalam studi

kasus ini adalah tingkat nyeri (L.08066) dengan kriteria hasil keluhan nyeri

menurun, meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun,

kesulitan tidur menurun dan frekuensi nadi normal. Perencanaan tindakan

yang dibuat untuk diagnosa keperawatan ini adalah manajemen nyeri

(1.08238) yang tindakan keperawatannya terdiri atas identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala

nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,

biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin, terapi bermain, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi nyeri dan kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu

Dalam perencanaan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus dalam memprioritaskan masalah, merumuskan masalah,

merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan. Hal ini karena dalam

penyusunan rencana asuhan keperawatan, penulis menggunakan SDKI, SLKI

dan SIKI sebagai pedoman.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana

harus membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis

Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang


67

sebelumnya telah direncanakan pada intervensi keperawatan. Setelah

melakukan implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif

maupun objektif pasien (Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, 2014).

Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada rencana yang telah

disusun dalam intervensi keperawatan. Tindakan keperawatan dilakukan

sesuai waktu yang telah ditetapkan yaitu 3 x 24 jam, secara umum semua

rencana tindakan yang telah disusun dapat dilaksanakan penulis. Pelaksanaan

tindakan keperawatan kepada Tn. L berdasarkan rencana tindakan

keperawatan yang disusun. Pada pelaksanaan implementasi tidak terdapat

kesenjangan karena penulis melakukan implementasi berdasarkan intervensi

yang sudah disusun sebelumnya.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah

klien dan keluarga cukup kooperatif dan kerjasama yang baik antar penulis

dengan perawat ruangan, tim medis lainnya dan fasilitas kesehatan ruangan

yang tersedia dangat mendukung dalam pelaksanaan rencana keperawatan

yanag telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah respon pasien terhadap terapi dan kemajuan mengarah

pencapaian hasil yang diharapkan. Aktifitas ini berfungsi sebagai umpan

balik dan bagian kontrol proses keperawatan, melalui mana status pernytan

status diagnostik pasien secara individual dinilai untuk diselesikan,

dilanjutkan, atau memerlukan perbaikan (NANDA, 2015).


68

Pelaksanaan tindakan keperawatan selama 3 hari dan setelah dilakukan

evaluasi hari ketiga tanggal 19/2//2021 diperoleh bahwa pada masalah

keperawatan nyeri akut diperoleh data klien mengatakan nyeri sudah sangat

berkurang, KU membaik dan skala nyeri 3 dan klien sudah diperobolehkan

pulang.

6. Analisis Intervensi Keperawatan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai penerapan relaksasi

napas dalam sebagai upaya menurunkan nyeri pada pasien post op rupture

tendon didapatkan data bahwa KU membaik, klien mengatakan nyeri sudah

berkurang dan skala nyeri 3, klien diperbolehkan pulang. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian tindakan manajemen nyeri efektif dalam

menurunkan tingkat nyeri pasien yang mengalami nyeri. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Aini (2018) yang menunjukkan bahwa ada

pengaruh teknik relaksasi nafas dalan terhadap penurunan nyeri pada pasien

fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang.


69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam laporan kasus ini adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian yang dilakukan didapatkan data subyektif klien mengatakan nyeri

pada jari kaki kirinya, klien mengatakan nyeri setelah menjalani operasi, klien

mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, klien mengatakan skala nyeri 7

(berat), klien mengatakan nyeri muncul setiap 20 menit dan terasa berat saat

saat bergerak. Data obyektif yang diperoleh adalah keadaan umum : lemah,

klien nampak meringis, klien nampak pucat, tekanan darah : 130/90 mmHg,

pernapasan : 20 kali/menit, nadi : 90 kali/menit, regular, suhu badan : 36,30C,

nampak luka operasi pada jari kaki kiri.

2. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan SDKI tahun 2017 adalah

nyeri akut

3. Perencanaan keperawatan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien pada saat penulis melakukan pengkajian serta kemampuan

keluarga dalam kerja sama dengan penulis. Fokus perawatan pasien adalah

menurunkan nyeri.

4. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah disusun

berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI terbitan PPNI dimana untuk mengurangi

nyeri penulis mengimplementasikan manajemen nyeri memfasilitasi

menurunkan nyeri.

69
70

5. Hasil evaluasi keperawatan pada kasus nyata didapatkan nyeri akut

menunjukkan progress positif setelah selama 3 hari dilakukan intervensi

keperawatan dan intervensi tersebut sudah dihentikan karena pasien sudah

diperbolehkan pulang.

6. Analsis intervensi keperawatan menunjukkan bahwa pemberian tindakan

relaksasi napas dalam efektif dalam menurunkan rasa nyeri pasca operasi.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut.

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan dapat memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan

yang menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan keterampilannya dalam menjalani pratek dan pembuatan

asuhan keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit

Pada saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan po op rupture

tendon hendaknya perawat ruangan memberikan pembekalan penanganan di

rumah supaya keluarga dapat merawat pasien saat pasien sudah pulang seperti

menasehati pasien untuk menjaga dan mendukung agar kondisi klien semakin

membaik.

3. Bagi pasien

Diharapkan agar dapat di jadikan sebagai pedoman untuk mengetahui lebih

lanjut penyakit yang di alami.


71

4. Bagi penulis

Hasil penelitian membuat pengalaman belajar dalam meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan berkaitan dengan masalah po op rupture tendon

dan menambah wawasan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dalam

mengembangkan penelitian lanjutan.


64

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, S. H. et al. (2018) ‘Ethnic Differences in the Risk Factors and Severity of
Coronary Artery Disease: a Patient-Based Study in Iran’, Journal of
Racial and Ethnic Health Disparities. Journal of Racial and Ethnic Health
Disparities, 5(3), pp. 623–631. doi: 10.1007/s40615-017-0408-3.
Aini, L., Reskita, R. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan Volume 9, Nomor
2, Agustus 2018 ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Andarmoyo. 2017. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Media
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. EGC.
Chiodo CP, Glazebrook M, Bluman EM, et al. Diagnosis and Treatment of Acute
Achilles Tendon Rupture. J Am Acad Orthop Surg 2010;18: 503-510.
Donsu, Jenita Doli. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :
Pustaka Baru
Humbyrd CJ, Bae S, Kucirka LM, Segev DL. Incidence, Risk Factors, and
Treatment of Achilles Tendon Rupture in Patients With End-Stage Renal
Disease. Foot & Ankle International, 2018. 39(7): 821–828.
doi:10.1177/1071100718762089
LeMone, P, & Burke. 2008. Medical surgical nursing : Critical thinking in client
care.( 4th ed). Pearson Prentice Hall : New Jersey
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan. Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing.
Potter, Patricia & Perry, Anne. 2005. Fundamental of Nursing 6Th Ed. Canada.
ELSIVIER
Reeder, S.J., Martin, L.L. & Koniak-Griffin, D. (2014). Keperawatan Maternitas:
Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga, Volume 2, Edisi 18. Jakarta: EGC.
Rekam Medik RS Aliyah 1. 2019. Rekam Medis Rumah Sakit Umum Aliyah 1.
Kendari : RSU Aliyah
Riskesdas. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
65

Sari, A,& Subandi. (2015). Pelatihan teknik relaksasi untuk menurunkan


kecemasan pada primary caregiver penderita kanker payudara Program
Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Volume 1, no. 3, Desember 2015: 173 – 192 ISSN: 2407-7801
Sulenta. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Ruptur Tendon Digiti
Manus Dengan Nyeri Akut Diruang Marjan Atas Rumah Sakit Umum Daerah
Dr Slamet Garut. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung
Suwiyoga, K. Januari 2007. Kanker Serviks: Penyakit Keganasan Fatal yang
dapat di Cegah. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Volume 31.
Nomor 1
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
_________. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
_________.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.
Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media World Health Organization. (2013). A
global Ca Mammae - World Health Day 2013. World Health Organization,
1–40. https://doi.org/10.1136/bmj.1.4815.882-a
William E. Prentice, 2016. Rehabillitation Techniques For Sports Medicine And
Athletic Training, fouth ed. McGraw Hill publications.
Yunus, F. 2014. The Asthma Control Test, A new tool to improve the quality of
asthma management. Surakarta: Indah Comp; 361
Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri: Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik.
Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78

Anda mungkin juga menyukai