Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

N POST OP SECTIO CAESAREA


DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG AZALEA
RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program


Diploma III Keperawatan

Oleh :
SHELY AGISTA MELANI
P003200190136

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIKKESEHATANKENDARI
D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2022

i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Shely Agista Melani
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Pinanggo,15 Juli 2001
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Bugis/ Indonesia
6. Alamat : Kec.Wolasi Kab.Konawe Selatan
7. No. Telp/ Hp : 082252918789

II. PENDIDIKAN
1. Tamat Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ilmi 2013
2. Tamat Madrasah Tsanawiyah Ranowila 2016
3. Tamat Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Konsel 2019
4. Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kendari 2019 - 2022

v
MOTTO

“Angin Tidak Berhembus Untuk Menggoyangkan Pepohonan

Melainkan Menguji Kekuatan Akarnya”

~ Ali bin Abi Thalib ~

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu,alaikum warrahmatullahi wabarakaatu.

Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kepada kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-NYA bagi kita

semua. Berkat ridho dan petunjuk dari-NYA penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah penelitian ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Post

Op Sectio Caesarea Dengan Masalah Utama Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Aktivitas di Ruang Azalea RSUD Kota Kendari” yang merupakan

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kendari.

Penghargaan dan rasa cinta setinggi–tingginya penulis sampaikan kepada

kedua orang tua yaitu Ayah dan Ibu tercinta yang dengan ikhlas berkorban dan

berdoa untuk kesuksesan penulis serta cinta yang tiada putusnya yang telah mereka

berikan hingga saat ini. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, penulis menyadari

masih banyak kesalahan, kesulitan maupun hambatan dalam proses penyusunan.

Tetapi berkat bimbingan berupa saran dan kritik dari berbagai pihak sehingga karya

tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian

karya tulis ilmiah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :

1. Kepda bapak Teguh Fathurrahman, SKM, MPPM Selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Kendari.

2. Kepada bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep., Ns., MM selaku Ketua Jurusan D-

III Keperawatan

vii
3. Kepada ibu Fitri Wijayati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Sekertaris Jurusan DIII

Keperawatan

4. Kepada ibu Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc dan ibu Sitti Muhsinah, S.Kep., Ns.,

M.Kep., Sp.KMB sebagai pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat dalam proses penyusunan karya

tulis ilmiah ini

5. Kepada ibu Prishilla Sulupadang, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep., An, ibu Dwi

Yanthi, S.Kep., Ns., MSc dan ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai

penguji I,II, dan III yang dengan ikhlas memberikan kritik dan saran sehingga

karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan

6. Kepada Direktur RSUD Kota Kendari dr. Hj. Asridah Mukaddim, M.Kes

yang telah memberi izin untuk melakukan pengambilan data awal serta

melakukan penelitian

7. Segenap dosen dan seluruh Civitas Akademika Poltekkes Kemenkes Kendari

yang telah memberikan bekal ilmu serta pengetahuan

8. Kepada kedua orang tua saya tercinta bapak Muis dan ibu Hadelia serta kakak

saya Inka Prasiska dan Cindy Nadila yang turut serta memberikan dukungan,

semangat dan doa yang begitu tulus bagi penulis

9. Kepada teman D3 Keperawatan angkatan 2019 terkhusus kelas C yang telah

saling berbagi dan memberi masukan selama 3 tahun bersama serta turut

memberi saran dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini

10. Kepada sahabat saya Dita Sukmawati dan Sri Wahyuni yang selalu membantu

dan memberi semangat kepada penulis selama penyusunan proposal penelitian

viii
Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan, maka dari itu penulis berharap adanya masukkan kritik maupun saran

sehingga dapat membantu dalam menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

Kendari, 03 juli 2022

Shely Agista Melani

ix
x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium……………………………………37


Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan……………………………………………...41
Tabel 1.3 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan……………………………42

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent


Lampiran 2 Surat keterangan bebas pustaka
Lampiran 3 Surat izin pengambilan data awal
Lampiran 4 Surat izin penelitian dari Balitbang
Lampiran 5 Surat izin penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 6 Surat keterangan bebas pustaka
Lampiran 7 Standar operasional prosedur (SOP) ambulasi dini

xii
ABSTRAK

SHELY AGISTA MELANI (P003200190136) “Asuhan Keperawatan Pada


Ny.N Post Op Sectio Caesarea Dengan Masalah Utama Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Aktivitas Di Ruang Azalea RSUD Kota Kendari” Dibawah
bimbingan pembimbing I (Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc) dan Pembimbing II ( Sitti
Muhsinah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB). Latar belakang : Sectio cessarea
berasal dari bahasa latin “caedere” yang berarti memotong atau menyayat. Istilah
itu disebut dalam ilmu obstetrik mengacu pada tindakan pembedahan yang
bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut ibu. Sectio Caesarea
atau SC adalah suatu metode bedah persalinan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Tujuan : mengetahui bagaimana
gambaran secara umum penerapan Asuhan Keperawatan pada ibu post op Sectio
Caesarea dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang Azalea RSUD Kota
Kendari. Metode : Desain yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil : Ny. N
mengeluh nyeri pada perut pasca operasi dan mengeluh aktivitasnya terganggu.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d
nyeri saat bergerak, adapun intervensinya yaitu Dukungan Ambulasi. Hasil : pada
hari ke-1 adalah Ny. N mengeluh nyeri pada perut pasca operasi dengan skala nyeri
5 dan kedua ekstremitas terasa lemas mengeluh aktivitasnya terganggu tidak dapat
melakukan aktivitas ataupun merubah posisi. Hasil hari ke-2 nyeri berkurang klien
mengatakan skala nyeri 4 rasa nyeri hilang timbul, belum mampu melakukan
ambulasi secara mandiri,. Hasil hari ke-3 nyeri berkurang skalanyeri 2, mampu
beraktivitas dan melakukan ambulasi secara mandiri, nampak Ny. N berjalan secara
mandiri. Kesimpulan : penerapan dukungan ambulasi terbukti dapat membantu
mengatasi masalah pada ibu post op sectio caesarea yang mengalami gangguan
aktivitas.
Kata kunci : Asuhan Kepetawatan Post Op Sectio Caesarea, Dukungan Ambulasi

xiii
ABSTRACT

SHELY AGISTA MELANI (P003200190136) “ Nursing Care On Ny.N Post


Op Sectio Caesarea With The Main Problem Of Interference To Fulfill The
Activity Needs In The Azalea Room, Kendari City Hospital”. Under the
guidance of supervisor I (Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc) and Supervisor II (Sitti
Muhsinah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB). Background: Sectio cessarea comes
from the Latin "caedere" which means to cut or slash. The term referred to in
obstetrics refers to a surgical procedure that aims to give birth to a baby by opening
the mother's abdominal wall. Sectio Caesarea or SC is a surgical method of delivery
to deliver the fetus by opening the abdominal wall and uterine wall. Objective: to
find out how the general description of the application of nursing care to post-op
mothers of Sectio Caesarea in meeting the needs of activities in the Azalea room of
the Kendari City Hospital. Method: The design used is descriptive method. Result
: Mrs. N complained of postoperative abdominal pain and complained of disturbed
activities. The nursing diagnosis established is impaired physical mobility b.d pain
d.d pain when moving, while the intervention is Ambulation Support. Result : on
day 1 is Mrs. N complains of postoperative abdominal pain with a pain scale of 5
and complains that his activities are disrupted, unable to carry out activities or
change positions. The results of the 2nd day of reduced pain, the client said the pain
scale was 4, the pain came and went, had not been able to ambulate independently,.
The results of the 3rd day of pain reduced 2nd pain scale, able to move and ambulate
independently, Mrs. N runs independently. Conclusion: the application of
ambulation support has been proven to help overcome problems in post-op sectio
caesarea mothers who experience activity disorders.

Keywords: Post Op Sectio Caesarea Nursing Care, Ambulatory Support

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang langsung mempengaruhi

kehidupan seseorang, sehingga perlu segera untuk dapat di penuhi kebutuhan

terhadapnya. Kebutuhan dasar manusia dikelompokkan menjadi lima jenis yang

pemenuhannya dilakukan secara berjenjang sehingga berbentuk pireamid.

Artinya kebutuhan yang berada pada jenjang yang pertama perlu lebih dahulu

sebelum seseorang meningkat memenuhi kebutuhan yang kedua dan

seterusnya. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman,

kebutuhan sosial, kebutuhan pengakuan dan kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutahan manusia tidak mungkin dapat dicapai tanpa upaya untuk

memenuhinya baik upaya tersebut dilakukan sendiri-sendiri maupun secara

berkelompok (Asaf, 2020).

Aktivitas adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.

Aktivitas dapat memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas

hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri

dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan

gerakan tangan non verbal. Sehingga gangguan kebutuhan aktivitas dapat juga

berdampak pada pemenuhan kebutuhan seseorang. Hal serupa juga dapat

dialami pada pasien post opsectio caesarea (Rangkuti, 2017).

Gangguan kebutuhan aktivitas dapat dialami oleh ibu post op sectio

caesarea yang disebabkan karena rasa nyeri dan kelemahan tubuh pasca operasi

1
sehingga aktivitasnya terganggu dan perlu dibantu oleh keluarga atau orang lain

hal tersebut relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramandanty

(2019). Oleh karna itu, pemenuhan kebutuhan dasar dan Activity Dialy Living

(ADL) perlu diperhatikan oleh perawat karena pada pasien Post op tersebut

masih dalam kondisi pemulihan dan untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain

itu dampak yang akan dialami pada pasien jika kebutuhan aktivitasnya tidak

terpenuhi maka bisa saja timbul masalah lain atau bahkan komplikasi. Masalah

yang dapat timbul akibat hal tersebut yaitu perederan darah menjadi tidak

lancar, fungsi tubuh terganggu, gangguan dalam pola berkemih dan konstipasi

akibat kurangnya aktivitas fisik. Karena semakin banyaknya jumlah persalinan

dengan post op sectio caesarea maka hal tersebut sangat perlu diperhatikan

(Nadiya, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO), rata-rata persalinan sectio

caesarea yaitu 5% - 15% per 1000 kelahiran di dunia. Pada tahun 2018 angka

kejadian persalinan sectio caesarea di Indonesia adalah sebesar 17,6%

(KEMENKES RI, 2019) dan di Sulawesi Tenggara yaitu 3,3% (Utami, 2016).

Sedangkkan dari hasil pengambilan data awal yang dilakukan di RSUD Kota

Kendari dari tahun 2019 – 2021, terdapat peningkatan persalinan pada setiap

tahunnya yaitu pasien persalinan post op sectio caesarea ditahun 2019

berjumlah 347 pasien, tahun 2020 berjumlah 533 pasien, dan pada tahun 2021

berjumlah 699 pasien. Pada kasus tersebut perlu adanya proses perawatan yang

dilakukan oleh perawat untuk mempercepat pemulihan dan mencegah masalah

baru timbul.

2
Asuhan keperawatan merupakan proses sistematis, terstruktur, dan

integratif dalam badan keilmuan keperawatan. Asuhan ini diberikan melalui

metode yang disebut proses keperawatan. Peran perawat sebagai pemberi

asuhan merupakan komponen penting yang esensial dalam sistem pemberian

pelayanan kesehatan. Kemampuan dan keterampilan perawat yang kuat dalam

kepemimpinan dan administratif sangat penting bagi pasien dan

keselamatannya serta sistem layanan dan aksesnya. Agar tercapainya peran

perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan maka diperlukan adanya proses

pengkajian keperawatan agar dapat mengetahui masalah sehingga asuhan

keperawatan yang diberikan itu tepat (Koerniawan et al,2020) .

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

berbagai permasalahan yang ada dan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan. Langkah dalam melakukan pengkajian: Pengumpulan data,

Klasifikasi data, Validasi data, dan Perumusan masalah (Rani, 2019). Data yang

dapat diperoleh pada pengkajian pasien dengan masalah aktivitas dapat berupa

gejala mayor dan gejala minor yang didapatkan pada pasien tersebut. Gejala

mayor yang dapat diidentifikasi diantaranya: mengeluh sulit menggerakkan

ekstremitas, mengeluh lelah. Lalu gejala mior yang dapat di identifikasi seperti:

nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat

bergerak, dyspnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah

beraktivitas, merasa lemah. Berdasarkan data tersebut maka perawat dapat

menegakkan diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat

di tegakkan pada pasien dengan masalah kebutuhan aktivitas: Gangguan

3
mobilitas fisik b.d nyeri d.d nyeri saat bergerak, Intoleransi aktivitas b.d

kelemahan d.d mengeluh lelah. Setelah melakukan pengkajian keperawatan

maka pearawat akan mengetahui masalah-masalah apa saja yang akan

dituntaskan (PPNI,2016).

Masalah keperawatan yang dapat muncul pada ibu dengan post op Sectio

Caesarea atau penyakit gangguan sistem reproduksi lainnya yaitu seperti

gangguan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas. Akibat dari gangguan mobilitas

fisik tersebut dapat juga menyebabkan gangguan lainnya seperti konstipasi,

risiko infeksi pada jahitan luka, gangguan eliminasi urine. Masalah-masalah

tersebut dapat diatasi dengan adanya perencanaan terlebih dahulu sebelum

melakukan tindakan keperawatan agar tindakan yang dilakukan nantinya dapat

terarah tujuannya (SDKI, 2019).

Perencanaan keperawatan (intervensi) adalah suatu proses di dalam

pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang

akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan

dari semua tindakan keperawatan (Santa, 2019). Dari hasil penelitian

Ramandanty (2019) yang menegakkan diagnosa keperawatan yaitu hambatan

mobilitas fisik pada pasien post op sectio caesarea maka intervensi

keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan kebutuhan

aktivitas yaitu Dukungan Mobilisasi: Monitor TTV, Identifikasi adanya nyeri

atau keluhan lainnya, Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan,

Ajarkan mobilisasi sederhana, Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu

melakukan ADL. Setelah itu, lakukan tindakan sesuai dengan perencanaan

4
maka hasilnya yaitu klien dapat merubah posisi, klien dapat beraktivitas dan

keadaan umum klien membaik Ramandanty (2019).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik menulis tentang “Asuhan

Keperawatan Pada Ibu Post Op Sectio Caesarea Dengan Masalah Utama

Gangguan Pemenuhan Aktivitas Di Ruang Azalea RSUD Kota Kendari “

B. Rumusan masalah

Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan pada ibu post op sectio

caesarea dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang Azalea RSUD Kota

Kendari?

C. Tujuan

1. Tujuan umum :

Agar dapat mengetahui bagaimana gambaran secara umum penerapan

Asuhan Keperawatan pada pada ibu post op sectio caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang Azalea RSUD Kota Kendari

2. Tujuan khusus:

1. Melakukan pengkajian pada ibu post op sectio caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang Azalea RSUD Kota Kendari

2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada ibu post op sectio caesarea

dalam pemenuhan kebutuhan aktifitas di ruang Azalea RSUD Kota

Kendari

3. Merumuskan intervensi keperawatan pada ibu post op sectio caesarea

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang Azalea RSUD Kota

Kendari

5
4. Melakukan implementasi keperawatan pada ibu post op sectio caesarea

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang Azalea RSUD Kota

Kendari

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada ibu post op sectio caesarea

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang Azalea RSUD Kota

Kendari

D. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta

meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan

2. Bagi pasien

Penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi pasien akan pentingnya untuk

meningkatkan aktivitas/pergerakan diri pasien setelah melakukan

pembedahan

3. Bagi peneliti

Dapat memperoleh pengetahuan, wawasan dan pengalaman nyata dalam

memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan

aktivitas serta, menetapkan ilmu yang diperoleh dalam mengikuti pendidikan

4. Bagi institusi pendidikan

a. Sebagai bahan informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa Politeknik

Kesehatan Kendari jurusan Keperawatan

b. Untuk pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya dan sebagai bahan

atau sumber untuk penelitian selanjutnya

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sectio Caesarea

1. Definisi
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500gram. Sectio

caesarea merupakan tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi

dengan membuka dinding perut dan rahim ibu (Welan, 2019).

2. Etiologi

Beberapa etiologo sectio caesarea (Dermawan, 2016).

a. Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)

Chepalo pelvik disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul

ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Bentuk panggul

yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat

menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus

dilakkukan tindakan oprasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan

bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang

panggul menjadi abnormal.

7
b. Preeklamsi Berat (PEB)

Preeklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah

perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab

kematian maternal dan perinatal paling penting. Karena itu, diagnosa dini

amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak

berlanjut menjadi eklamsi.

c. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar

ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan

dibawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum

proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah

penting dalam obstetrik berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan

terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkan

morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.Ketuban

pecah dini disebebkan oleh berkurangnya kekuatan membrane atau

meningkatnya tekanan intrauterin.

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesarea. Hal ini

karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih

tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat

8
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan secara normal.

e. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan

pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernapas.

f. Kelainan letak janin

1) Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam

teraba yang paling rendah. Etiologinya kelianan panggul, kepala

bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan panggul.

b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang

terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira

0,27-0,5 %.

c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi. Dahi berada pada posisi

terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya

dengan sendirinya akan menjadi letak muka atau letak belakang

kepala.

9
2) Letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada

dibagaian bawah kavum uteri.dikenal beberapa jenis sungsang, yakni

presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi

bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.

3) Kelainan Letak Lintang

Letak lintang ialah jika letak anak di dalam Rahim sedemikian rupa

hingga paksi tubuh anak melintang terhadap paksi Rahim.

Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh anak tegak lurus pada

Rahim dan menjadikan sudut 90°) jarang terjadi. Pada letak lintang,

bahu biasanya berada diatas pintu atas panggul sedangkan kepala

terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang

lain. Pada keadaan ini, janin biasa berada pada presentase bahu atau

acromion.

3. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi sectio caesarea (Ratnasari, 2020).

a. Sectio Caesarea Klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal

sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar

bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan karena sangat

berisiko terhadap terjadinya komplikasi.

b. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda yaitu ayatan mendatar

dibagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa

10
sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan

dan cepat penyembuhannya.

c. Histerektomi Caesarea yaitu bedah Caesarea diikuti dengan

pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana

pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat

dipisahkan dari rahim.

d. Sectio Caesarea extraperitoneal yaitu Sectio Caesarea berulang pada

seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya

dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan

dengan insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum

dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus

sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.

4. Indikasi Sectio Caesaria (SC)

Berikut ini adalah beberapa indikasi pada sectio caesarea (Oktaviano,

2020).

a. Riwayat Sectio Caesaria Uterus

Uterus yang memiliki jaringan perut dianggap sebagai

kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi

repture uteri. Risiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi

sebelumnya, klien dengan jaringan perut mnelintang yang terbatas

disegmen uterus bawah, kemungkinan mengalami robekan jaringan

perut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami

11
ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan, sehingga tidak menutup

kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan

beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.

b. Distosia Persalinan

Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu

lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi

terdapat diproporsi antara bagian presentasi janin dan jal;an lahir,

kelainan persalinan terdiri dari :

1) Ekspulsi ( Kelainan Gaya Dorong )

Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik ( disfungsi

uterus ) dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala

dua.

2) Panggul sempit

3) Kelainan presentasi, posisi janin

4) Kelainan jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi

turunnya janin.

5) Gawat janin

6) Letak Sungsang

12
5. Pathway

Plasenta
Panggul sempit Preveria Gawat janin Preeklamsia
totalis

Sectio carsarea

Post anastesi Luka post operasi

Penurunan tonus Penurunan Jaringan Jaringan


p Otot vesika Tonus terputus terbuka
urinaria otot

Proteksi
Merangsang kurang
Penurunan
Penurunan Peneluaran
Kontraksi Penurunan
Histamine dan
Vesika Kerja Kerja otot
Otot
prostaglandin Invasi
urinaria Ekstremitas
eliminasi bawah bakteri

Retensi Rangsangan ujung


Penurunan
urine Saraf perfer
Peristaltic
usus

Distensi Korteks Resiko


Kandung Konstipasi Mempersepsikan infeksi
kemih nyeri

Gangguan
Eliminasi Nyeri
Urine

Gangguan
Mobilitas fisik

13
6. Ambulasi Dini

Ambulasi dini merupakan kebijakan membimbing penderita turun dari

tempat tidur dan berjalan secepat mungkin. Ambulasi dini adalah salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka pasien pasca Operasi

serta dapat mengurangi risiko komplikasi (Widiantoro,2016).

B. Konsep Aktivitas

1. Definisi

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan jasmani yang

dihasilkan otot yang memerlukan pengeluaran energi. Istilah ini meliputi

rentang penuh dari seluruh pergerakan tubuh manusia mulai dari latihan fisik

atau aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan

aktivitas adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan

bebas, energi atau keadaan individu melakukan pergerakan seperti berdiri,

berjalan, bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup (Nursalam & Fallis, 2016).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan aktivitas

Kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme,

ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot,

penurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan, kekakuan sendi,

kontraktur, malnutrisi, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular,

indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek agen farmakologis,

program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi tentang aktivitas

14
fisik, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan pergerakan,

gangguan sensoripersepsi (PPNI, 2016).

C. Konsep asuhan keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah

yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan

keperawatan (Minannisa, 2019).

1. Pengkajian

1) Identitas : data pasien

2) Keluhan utama : klien mengatakan kesulitan beraktivitas

3) Riwayat kesehatan : klien tidak pernah menderita penyakit yang sama

sebelumnya

4) Pemeriksaan fisik : kekuatan otot menurun

5) Pengkajian kebutuhan : tidak mampu merubah posisi, pergerakan

lambat, ketidaknyamanan setelah aktivitas

6) Pengelompokan data : klien mengatakan kesulitan beraktivitas dan

nampak klien dibantu oleh keluarga

2. Diagnosa keperawatan

Dalam pemenuhan kebutuhanan aktivitas diagnosa yang kemungkinan akan

muncul yaitu :

a. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d

Tanda dan gejala:

Tanda mayor : mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

15
Tanda minor : Tanda Minor: Nyeri saat bergerak, enggan melakukan

pergerakan, merasa cemas saat bergerak

Kondisi klinis terkait : Stroke, cedera medula spinalis, trauma,

Fraktur, osteoarthritis, ostemalasia,

keganasan

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d tanda dan gejala mayor & minor

Tanda mayor : mengeluh lelah

Tanda minor : Dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah

beraktivitas, merasa lemah

Kondisi klinis terkait : Anemia, gagal jantung kongestif, penyakit Jantung

koroner, penyakit katup jantung, aritmia, penyakit paru obstruktif kronis

(PPOK), gangguan metabolik, gangguan muskuloskeletal.

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi keperawatan


Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi
mobilitas keperawatan selama 3x24 Observasi :
fisik b.d jam maka mobilitas fisik • Identifikasi nyeri atau
penurunan meningkat denfgan kriteria keluhan fisik lainnya
kekuatan hasil: • Identifikasi toleransi fisik
ototd.d kedua • Pergerakan ekstremitas melakukan ambulasi
ekstremitas meningkat • Monitor frekuensi jantung
bawah terasa • Kekuatan otot dan tekanan darah sebelum
lemas meningkat memulai ambulasi
• Gerakan terbatas • Monitor kondisi umum
menurun selama melakukan ambulasi
• Kelemahan fisik Terapeutik :
menurun • Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
(mis.tongkat, kruk)
• Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
• Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

16
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
• Anjurkan melakukan
ambulasidini
• Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, dari tempat tidur
ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)

Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy


aktivitas b.d keperawatan selama 3x24 Observasi :
kelemahan jam maka toleransi • Identifikasi gangguan
d.d mengeluh aktivitas meningkat dengan fungsi tubuh yang
lelah kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
• Monitor kelelahan fisik
• Kecepatan berjalan dan emosional
meningkat • Monitor pola dan jam
• Jarak berjalan tidur
meningkat Terapeutik :
• Kekuatan tubuh • Sediakan lingkungan
bagian atas nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis. Suara,
• Kekuatan tubuh cahay, kunjungan)
bagian bawah • Lakukan latihan rentang
meningkat gerak pasif dan/atau aktif
• Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
• Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
• Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

17
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dari rencana keperawatan yang

bertujuan membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Implementasi Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d nyeri saat bergerak:

mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi, memonitor kondisi

umum selama melakukan ambulasi, memfasilitasi melakukan ambulasi, jika

perlu, menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi. Sedangkan implementasi

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah: mengidentifikasi

gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, memonitor

kelelahan fisik dan emosional, melakukan latihan rentang gerak pasif

dan/atau aktif, megnjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang

telah ditentukan untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

Evaluasi yang diharapkan dari gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d nyeri

saat bergerak. Adapun evaluasinya yaitu S: klien mengatakan sudah dapat

merubah posisi dan berjalan O: nampak klien merubah posisi secara mandiri

A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan. Evaluasi yang diharapkan dari

intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah : klien mengatakan

tubuh sudah sudah tidak lemah seperti sebelumnya dan dapat beraktivitas O:

nampak keadaan umum klien baik A: masalah teratasi P: intervensi

dihentikan

18
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Objek dan Subjek Penelitian, lokasi serta sumber data


1. Rancangan studi kasus
Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode deskriptif yaitu, penelitian yang digunakan terhadap

sekumpulan objek dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran

tentang studi dan menganalisis lebih mendalam tentang asuhan keperawatan

pada klien dengan gangguan kebutuhan aktivitas di RSUD Kota Kendari

2. Subjek studi kasus

Pada studi kasus ini, peneliti mengambil satu klien untuk dijadikan

subyek studi kasus, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yaitu batasan karakteristik umum subyek studi kasus dari

suatu target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pasien post op Sectio Caesarea mengalami masalah pada kebutuhan

aktivitas hari ke-1 di ruang Azalea RSUD Kota Kendari

b. Usia sebelum menopaus

c. Mampu berkomunikasi dengan koperatif

d. Mampu membaca/menulis

e. Bersedia menjadi subjek study kasus dan mengisi informed consent.

Kriteria Esklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

19
a. Pasien post op Sectio Caesarea yang telah dilakukan tindakan operasi

>3 hari

b. Pasien yang berpindah ruangan < 3 hari perawatan

3. Waktu dan tempat melakukan studi kasus

Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 27-29 juni 2022 di Ruang Azalea

RSUD Kota Kendari

4. Fokus studi kasus

Asuhan keperawatan pada pasien post op Sectio Caesarea (SC) dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.

5. Defenisi operasional

a. Gangguan kebutuhan aktivitas

Gangguan aktivitas merupakan keadaan dimana seseorang tidak

dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu

pergerakan aktivitas. Masalah yang terjadi pada ibu dengan masalah

ganggauan kebutuhan aktivits seperti: mengeluh sulit menggerakkan

ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak ROM menurun,

nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, gerakan terbatas,

fisik lemah

b. Sectio caesarea

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dengan dilakukan

pembedahan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding

abdomen dan uterus guna melahirkan anak.

20
c. Asuhan keperawatan

1) Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah suatu kegiatan pemeriksaan

atau peninjauan terhadap situasi dan kondisi yang dialami pasien

yang bertujuan untuk merumuskan masalah diagnosa keperawatan.

Pengumpulan data yang dimaksud disini adalah suatu proses

pengumpulan informasi tentang status kesehatan pasien baik berupa

data subjektif dan data objektif.

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan

intervensi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh

perawat. Diagnose yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah

diagnose gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatat otot d.d

kedua ekstremitas bawah terasa lemas yang merujuk pada stndar

diagnose keperawatan Indonesia (SDKI).

3) intervensi keperawatan

Proses perencanaan intervensi yang berisi aktivitas yang

akan dilakukan perawat kepada pasien serta pencatatan tindakan

yang telah dilakukan kepada pasien dan respon pasien terhadap

tindakan yang diberikan. Intervensi yang diberikan pada penelitian

ini adalah rangkaian intervensi keperawatan berdasarkan standar

intervensi Indonesia (SIKI) yaitu dukungan ambulasi

21
4) Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan

oleh perawat sesuai dengan perencanaan keperawatan untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi.

5) Evaluasi keperawatan

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam

menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,untuk

mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan

mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan

didasarkan pada standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI).

6. Instrument pengumpulan data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di Poltekkes Kemenkes

Kendari.

7. Analisis dan penyajian data

Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan

studi dokumentasi selanjutnya melakukan analisis data. Analisis data dapat

dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi yang diperoleh dari hasil

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Lalu dengan cara observasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

dikumpulkan oleh peneliti. Data yang dikumpulkan tersebut dapat berupa

data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan

dari klien berupa suatu pendapat terhadap suatu situasi atau kejadian.

22
Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur,

yang diperoleh menggunakan panca indera (melihat, mendengar, mencium,

dan meraba) selama pemeriksaan fisik. Dari data tersebut, selanjutnya

peneliti menegakkan diagnose keperawatan. Kemudian peneliti

menyusunintervensi atau rencana keperawatan, melakukan implementasi

atau penatalaksanaan serta mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah

diberikan kepada klien.

8. Etika Penelitian

Dalam melakukan studi kasus, penulis perlu adanya rekomendasi

pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat studi kasus dalam hal ini RSUD Kota Kendari. Setelah

mendapat persetujuan barulah dapat di lakukan penelitian dengan menekan

masalah etika penelitian yang meliputi:

a. Informent consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informent consent di berikan kepada responden yang akan diteliti

disertai judul penelitian,apabila responden menerima atau menolak,

maka penelti harus mampu menerima keputusan responden.

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menajaga kerhasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama

respoden tetapi akan menggantinya menjadi inisial atau kode

responden

23
c. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil

penelitian.

d. Beneficiency (berbuat baik)

Penelitian melindungi subjek agar terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan fisik.

e. Full disclosure (pengungkapanpenuh)

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat

keputusan secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian

ini dan keputusan tersebut tidak dapat di buat tanpa memberikan

penjelasan selengkap-lengkapnya

24
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan

1. Biodata

Identitas Istri/Ibu Suami

1) Nama : Ny. N Tn. R

2) Umur : 19 tahun 19 tahun

3) Suku/ Bangsa : Wawonii Wawonii

4) Agama : Islam Islam

5) Pendidikan Terakhir: SMA SMA

6) Pekerjaan : IRT Petani

7) Penghasilan/Bulan : - 1,5 juta/bulan

8) Status Perkawinan : Kawin Kawin

9) Perkawinan Ke :1 1

10) Lamanya : 1 tahun 1 tahun

11) Alamat : Wawonii Tengah Wawonii Tengah

2. Data Biologis / Fisiologis

a. Keluhan Utama : Ny. N mengatakan nyeri pada perut pasca operasi

b. Riwayat kesehatan sekarang : Ny. N masuk ke rumah sakit pada

tanggal 26 juni 2022 jam 23:00 dengan keluhan keluar air dan bercak darah

dari jalan lahir disertai nyeri perut. Lalu Ny.N dilakukan operasi Sectio

Caesarea pada jam 06:41. Pada saat dikaji tanggal 27 juni 2022 jam 09:30.

Ny.N mengatakan aktivitasnya terganggu sehingga perlu dibantu oleh

suami dan keluarga.

25
P : nyeri pasca operasi

Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : yeri pada perut jahitan luka operasi

S : skala nyeri 5

T : nyeri dirasakan hilang timbul

c. Riwayat kesehatan dahulu : Ny. N mengatakan tidak ada riwayat

kesehatan yang lalu

d. Riwayat kesehatan keluarga : Ny. N mengatakan tidak ada riwayat

penyakit keluarga

e. Riwayat Persalinan Sekarang

1) Tanggal Persalinan : 27 juni 2022

2) Jenis Persalinan : Sectio Caesarea (SC)

3) Lamanya Persalinan : Kala I, II, III tidak dilakukan

4) Jumlah Perdarahan Selama Persalinan: 300 cc

5) Pengobatan yang telah diberikan : injeksi melalui IV

6) Penyulit persalinan : tidak ada

7) Jenis Kelamin Bayi : Perempuan

1) Berat badan : 2700 gr

2) Panjang badan : 50 cm

8) Apgar Score : 9 / 10 pada menit pertama

10 /10 pada menit kelima

26
f. Riwayat Kehamilan Terakhir :

1) G : 1 P:1 A:-

2) Haid terakhir : 11 september 2021

3) Berapa Kali ANC : 6 kali

4) Imunisasi TT : dilakukan

g. Riwayat Kehamilan dan persalinan serta Nifas :

Persalinan Nifas
Umur
Kehamilan L/
Thn Tempat Penolong Jenis P Meneteki Lamanya

2022 Rumah Dokter SC P Belum Satu hari


Sakit menyusui setelahnya
36 minggu secara baru
langsung dilakukan
pemberian
ASI secara
langsung
oleh ibu

h. Pola Reproduksi

1) Menarche Urnur : 14 tahun

2) Sikius Haid : Teratur

3) Lamanya haid : 5 – 6 hari

4) Jumlah Darah : 30 – 70 mililiter

5) Dysmenorrhea : klien mengatakan nyeri haid pada hari ke 1-2

i. Riwayat Kesehatan

b. Riwayat Penyakit yang pernah dialami/terutama yang berpengaruh

terhadap kehamilan : klien mengatakan tidak ada trauma

c. Riwayat operasi yang pernah dialami : tidak pernah operasi sebelumnya

27
1) Indikasi :-

2) Tanggal / Jam : -

3) Keadaan Luka : -

d. Riwayat Keluarga

1) Genogram :

ket :

: laki-laki

: perempuan

: tinggal serumah

: klien

2) Penyakit : klien mengatakan tidak ada penyakit

3) Kehamilan Kembar : tidak ada

28
j. Pola Kesehatan Sehari-Hari

1) Nutrisi

Nutrisi Sebelum sakit Sebelum sakit


Jenis Makanan klien mengatakan semua Klien belum boleh
jenis makanan ia makan makan pada hari
pertama pasca
operasi sampai
terjadi pengeluaran
gas dari tubuh
Frekuensi : 3 kali/hari Pasien belum makan
pada pada saat dikaji
Nafsu Makan nafsu makan baik Nafsu makan baik

Makanan Pantang tidak ada makanan Makanan pedas,


pantang makanan yang dapat
memicu terjadinya
sembelit
Banyaknya Minum 3 – 4 gelas/hari 1 – 2 gelas

2) Eliminasi

Eliminasi Sebelum sakit Sebelum sakit


Buang Air Besar (BAB) : dua hari sekali Dua hari sekali
Frekuensi/

Warna kuning kecoklatan kuning kecoklatan

Konsistensi Padat Pada


Buang Air Kecil (BAK) : 3 – 4 kali Terpasang urine bag
Frekuensi /hari
Warna kekuningan
Jumlah 400 – 2000 ml 900 ml

3) Istirahat tidur

Istirahan Tidur Sebelum sakit Sesudah sakit


Tidur Malam Jam 21.00 s/d 04.30 21.00 s/d 05.30
Tidur Siang jam 11.00 s/d 13.00 13.00 s/d 15.00

4) Kebersihan diri

Kebersihan diri Sebelum sakit Sesudah sakit


Penampilan rapih rapih
Mandi /hari dua kali (dengan satu kali (dengan
memakai sabun) memakai sabun),

29
dibantu oleh
keluarga

Sikat Gigi / Hari dua kali (dengan satu kali (dengan


memakai pasta) memakai pasta)
Cuci Rambut / Minggu tiga kali (dengan Selama sakit belum
memakai shampo) melakukan cuci
rambut
Ganti Pakaian Dalam dan dua kali Satu kali
Luar Sehari
Hubungan Seksual / Tidak ada Belum boleh
Keluhan melakukan
hubungan seksual

5) Aktivitas

Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit

Kemampuan berjalan Mampu berjalan Belum mampu


berjalan pada hari
pertama pasca
operasi
Kemampuan merubah Mampu merubah posisi Belum mampu
posisi saat berbaring merubah posisi
secara mandiri pada
hari pertamapasca
operasi
Kemampuan berubah Mampu merubah posisi Belum mampu
posisi : berbaring ke merubah posisi dari
duduk berbaring ke duduk
Kemampuan Mampu Belum mampu
mempertahankan posisi mempertahankan posisi mempertahankan
duduk duduk posisi duduk
Kemampuan berubah Mampu merubah posisi Belum mampu
posisi : duduk ke berdiri duduk ke berdiri merubah posisi dari
duduk ke berdiri
Kemampuan Mampu Belum mampu
mempertahankan posisi mempertahankan posisi mempertahankan
berdiri berdiri posisi berdiri
Kemampuan berjalan Mampu berjalan Belum mampu
berjalan
Penggunaan alat bantu Tidak menggunakan alat Memegang
dalam pergerakan bantu dalam bergerak sisitempat tidur saat
merubah posisi dan
dibantu oleh
keluarga

30
Despnea setelah Tidak meraskan despnea Tidak meraskan
beraktivitas despnea

Ketidaknyamanan setelah Merasa nyaman Merasa tidak


beraktivitas nyaman karena
tubuh lemas dan rasa
nyeri
Pergerakan lambat Pergerakan tidak lambat Pergerakan menjadi
lambat

1) Rekreasi / Olah Raga atau Hobby : -

2) Ketergantungan

a) Obat : tidak

b) Rokok : tidak

c) Alkohol / Minuman Keras : tidak

3) Riwayat Keluarga Berencana

a) Mengerti tentang KB : klien mengatakan mengerti tentang KB

b) Setuju tentang KB : klien mengatakan setuju

c) Pernah menjadi Akseptornya: belum pernah memakai KB

d) Kenapa tidak menggunakan, alasannya: ingin memiliki anak

k. Pemeriksaan fisik

1) Tanda Vital

a) Tekanan darah: 120/80 mmhg

b) Nadi : 80x / menit

c) Pernapasan : 16x /menit

d) Suhu : 36,9 ºC

2) Berat Badan : 71 kg

3) Tinggi Badan : 160 cm

4) Cara Berjalan : belum bisa berjalan, aktivitas terganggu

31
5) Kesadaran Umum : kesadaran penuh

6) Inspeksi

a) Kepala

- Rambut: rambut nampak bersih dan tidak mudah tercabut

b) Muka

- Pucat : muka nampak tidak pucat

- Kloasma Gravidarum: tidak ada kloasma gravidarum

- Sianosis : tidak mengalami sianosis

- Edema : tidak ada edema

c) Mata

- Kelompak mata : kelopak mata nampak baik

- Sklera mata : tidak ikterik

- Konjungtiva : tidak anemis

d) Mulut dan gigi

- Berbau: tidak berbau Jumlah Gigi : 30 gigi

- Caries: ada caries Stomatitis : tidak ada

e) Leher

- Pembesaran Kelenjar : tidak ada pembessaran kelenjar

f) Payudara

- Konsistensi : keras

32
- Putting : putting nampak normal

- ASI / Colostrum: nampak ada pengeluaran ASI

- Kebersihan : nampak bersih

- Kelainan : tidak ada kelainan

- Produksi ASI kurang: cukup

- Kondisi payudara dalam keadaan kosong pasca menyusui: tidak

- Terdapat luka/lecet pada putting: tidak ada luka pada puttting

g) Abdomen

- Kontraksi / Konsistensi : kontraksi hilang timbul

- Posisi : Punggung kiri

- Tinggi / Rendah Uteri : 32 cm

h) Vulva

- Bagaimana Luka Perineum : tidak ada luka perineum

- Apakah Ada udema : tidak ada udema

- Bila Dilakukan Episiotomi

▪ Jenis Episiotomi : tidak dilakukan

▪ Apakah Ada Tanda-Tanda Infeksi : tidak ada

- Lochea

▪ Warna / Jenis : merah

33
▪ Banyaknya : ± 200 cc

▪ Baunya : lochea berbau darah

▪ Jenis : lochea rubra

- Apakah Ada Varices : tidak ada varices

i) Anus

- Haemorhoid : ada/tidak

j) Ekstremitas

Ekstremitas atas :

- kekuatan otot

▪ Tangan kanan : kekuatan otot normal, gerakan penuh mampu

melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh (skor 5)

▪ Tangan kiri : kekuatan otot normal, gerakan penuh mampu

melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh (skor 5)

- ROM : normal, tidak ada kendala

Ekstremitas bawah :

- Kekuatan otot

▪ Kaki kanan : gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan

topangan (skor 2)

▪ Kaki kiri : gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan

topangan (skor 2)

- ROM : - fleksi 50º (normal 90º)

- Hiperekstensi tidak dilakukan

- fleksi lutut 90º (normal 120º)

- Abduksi 45º Adduksi 30º

34
- Eksternal rotasi 30º (normal 45º)

- Internal rotasi 40º

- Edema : Nampak edema pada ekstremitas ( derajat II )

- Varices: tidak ada varices

- adakah nyeri, panas, merah : klien mengatakan tidak ada

k) Ambulasi : belum mampu berpindah tempat

3. Data Psikologis

a. Pola interaksi : klien berinteraksi dengan baik

b. Apakah senang menerima bayinya : klien sangat senang dengan

kehadiran bayinya

c. Bagaimana perasaan selama dirawat : klien mengatakan senang selama

dirawat

d. Perasaan tentang pelayanan yang diberikan : klien mengatakan pelayanan

kesehatan yang diberikan sudah cukup baik

e. Bantuan yang diharapkan : bantuan agar dirinya cepat sembuh dan bisa

pulang ke rumah

4. Data Sosial

1) Bagaimana hubungan dengan :

a) Keluarga : baik, harmonis

b) Tetangga / Lingkungan : baik

c) Sesama pasien di rumah sakit : baik, pasien saling menyapa

d) Perawat / Bidan / Dokter : baik

e) Siapa yang paling berarti / penting : suami dan keluarga

35
2) Self Care :

a) Perawatan buah dada : klien mampu melakukan perawatan buah

dada kadang dibersihkan oleh keluarga

b) Perawatan perineum : tidak dilakukan perawatan perineum

c) Perawatan bayinya : bayi dirawat dimandikan pagi lalu

dirapihkan oleh perawat

d) Latihan senam nifas : tidak dilakukan

5. Data Spiritual

a. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa : klien mengatakan yakin

terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b. Ketaatan dalam menjalankan ibadah : klien mengatakan taat beribadah

c. Bagaimana kepercayaan pasien menurut agama yang dianut terhadap

keluarga berencana : klien mengatakan keluarga berencana itu bagus

Bila setuju, alasannya : klien mengatakan karena dapat memberikan

kasih sayang penuh terhadap anak tanpa adanya perbedaan

Bila tidak setuju, alasannya : -

d. Kegiatan keagamaan yang diikuti : klien mengatakan tidak ada

6. Pengkajian Keadaan Umum Bayi

a. BB Bayi : 2700 gr

b. PB : 50 cm

c. Kodisi bayi saat menyusui :

1) Apakah bayi mau mendekat pada payudara? bayi masih di ruang bayi

2) Apakah bayi menangis setelah 1 jam disusui? Bayi menangis

3) Bayi nampak menolak : bayi nampak tidak menolak

36
4) Defikasi adekuat : Ya

5) Keadaan urine bayi : nampak bayi mengeluarkan urine sedikit

7. Pemeriksaan Penunjang

Table 1.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny.N :Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

WBC 12.9 4.0 – 10.00 10³/uL

NEU# 9.65 1.1 – 7.0 10³/uL

NEU% 74.7 50.0 – 70.0 %

LYM# 1.91 0.7 – 5.1 10³/uL

LYM% 14.8 20.0 – 40.0 %

MON# 0.76 0.0 – 0.9 10³/uL

MON% 5.9 3.0 – 8.0 %

EOS# 0.50 0.0 – 0.9 10³/uL

EOS% 3.9 0.5 – 5.0 %

BAS# 0.09 0.0 – 0.2 10³/uL

BAS% 0.7 0.0 – 1.0 %

HGB 12.1 11.0 – 17.9 g/dl

HCT 41.3 37 – 48.0 %

37
1. Data fokus keperawatan

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Ny. N

Umur : 19 tahun

No RM : 271850

No Data

1. Ds :
- Klien mengatakan nyeri pada perut pasca operasi skala nyeri 5 dan
nyeri seperti tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan kedua ekstremitas bawah terasa lemas
- Klien mengatakan belum mampu merubah posisi secara mandiri
- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh suami dan keluarga
Do :
- Kekuatan otot kedua ekstremitas bawah menurun, gerakan otot
penuh melawan gravitasi, dengan topangan (skor 2)
- Nampak klien kesulitan merubah posisi
- Nampak verban luka operasi pada abdomen
- Nampak aktivitas klien dibantu oleh suami dan keluarga
- Nampak edema pada ekstremitas (derajat II)
- TTV :
TD: 120/80 mmhg
N : 80X /menit
S : 36,9 ºC
P : 16x /menit

38
2. Analisa Data

Nama pasien : Ny. N

Umur : 19 tahun

No RM : 271850

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : Pasien post op SC Gangguan


- Klien mengatakan nyeri
pada perut pasca operasi kebutuhan
skala nyeri 5 dan nyeri
seperti tertusuk-tusuk aktivitas
- Klien mengatakan kedua
Nyeri luka operasi
ekstremitas bawah terasa
lemas
- Klien mengatakan belum
mampu merubah posisi
secara mandiri
- Klien mengatakan Penurunan kondisi
aktivitasnya dibantu oleh
suami dan keluarga
Do :
- Kekuatan otot kedua Kelemahan fisik
ekstremitas bawah
menurun, gerakan otot
penuh melawan
gravitasi, dengan
topangan (skor 2) Aktivitas terbatas
- Nampak klien kesulitan
merubah posisi
- Nampak verban luka
operasi pada abdomen
- Nampak aktivitas klien
dibantu oleh suami dan
keluarga
- Nampak edema pada
ekstremitas ( derajat II )
- TTV :
TD: 120/80 mmhg
N : 80X /menit

39
S : 36,9 ºC
P : 16x /menit

3. Diagnosa keperawatan

Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d :

Ds :

- Klien mengatakan nyeri pada perut pasca operasi skala nyeri 5 dan nyeri

seperti tertusuk-tusuk

- Klien mengatakan kedua ekstremitas bawah terasa lemas

- Klien mengatakan belum mampu merubah posisi secara mandiri

- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh suami dan keluarga

Do :

- Kekuatan otot kedua ekstremitas bawah menurun, gerakan otot penuh

melawan gravitasi, dengan topangan (skor 2)

- Nampak klien kesulitan merubah posisi

- Nampak verban luka operasi pada abdomen

- Nampak aktivitas klien dibantu oleh suami dan keluarga

- Nampak edema pada ekstremitas ( derajat II )

- TTV: TD: 120/80 mmhg

N : 80X /menit

S : 36,9 ºC

P : 16x /menit

40
4. Intervensi Keperawatan

Nama pasien : Ny. N

Umur : 19 tahun

No RM : 271850

Table 1.2 intervensi keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


Keperawatan Keperawatan keperawatan

1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan Observasi :
b.d penurunan selama 3x24 jam maka • Identifikasi nyeri atau
kekuatan otot mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
d.d kedua meningkat dengan • Identifikasi toleransi
ekstremitas kriteria hasil: fisik melakukan
bawah terasa ambulasi
lemas • Pergerakan • Monitor frekuensi
ekstremitas dari jantung dan tekanan
menurun menjadi darah sebelum
meningkat memulai ambulasi
• Kekuatan otot dari • Monitor kondisi umum
menurun menjadi selama melakukan
meningkat ambulasi
• Gerakan terbatas Terapeutik :
dari meningkat • Fasilitasi aktivitas
menjadi menurun ambulasi dengan alat
• Kelemahan fisik dari bantu (mis.tongkat,
meningkat menjadi kruk)
menurun • Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
• Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
• Anjurkan melakukan
ambulasidini
• Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus

41
dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda, dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama pasien : Ny. N

Umur : 19 tahun

No RM : 271850

Table 1.3 implementasi keperawatan

Diagnosa Hari/ Jam Implementasi Evaluasi


Keperawat Tgl keperawatan Keperawatan
an
Gangguan 17:00 • mengidentifikasi S:
mobilitas nyeri atau keluhan • klien mengatakan
fisik b.d fisik lainnya nyeri pada perut
penurunan senin, hasil : klien pasca operasi
kekuatan 27/6/ mengatakan nyeri skala nyeri 5 rasa
otot d.d 2022 pada perut pasca nyeri hilang
kedua 17:05
operasi timbul
ekstremitas • mengidentifikasi • klien mengatakan
bawah toleransi fisik belum mampu
terasa lemas melakukan beraktivitas atau
ambulsi merubah posisi
hasil : klien belum tubuh
17:15
mampu melakukan O:
ambulasi • nampak klien
• memonitor kondisi berbaring dan
umum selama belum mampu
melakukan melakukan
ambulasi ambulasi
17:30 hasil : klien • nampak aktivitas
nampak lemah saat klien dibantu
melakukan dan oleh suami dan
belum mampu keluarga
17:40
melakukan • nampak
ambulasi di hari pergerakan
ke-1

42
• memfasilitasi ekstremitas
aktivitas ambulasi kurang
dengan alat bantu A : masalah belum
hasil : klien teratasi
nampak berpegang P : intervensi
pada sisi tempat dilanjutkan
18:00 tidur
• melibatkan
keluarga untuk
18:15 membantu pasien
dalam
meningkatkan
ambulasi
hasil : klien
dibantu oleh suami
dan keluarga
• menjelaskan
tujuan dan
prosedur ambulasi
hasil : klien
mengatakan
mengerti
• mengajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(miring
kakanan,miring
kiri,duduk
ditempat tidur)
hasil : klien belum
mampu melakukan
ambulasi secara
mandiri
Gangguan 08:10 • mengidentifikasi S:
mobilitas nyeri atau keluhan • klien mengatakan
fisik b.d fisik lainnya nyeri pada perut
penurunan selasa hasil : klien pasca operasi
kekuatan 28/6/ mengatakan nyeri tetapi nyeri
otot d.d 2022 pada perut pasca berkurang skala
kedua 08:15 operasi nyeri 4 rasa nyeri
ekstremitas • mengidentifikasi hilang timbul
bawah toleransi fisik • klien mengatakan
terasa lemas melakukan belum mampu
ambulasi berjalan
hasil : klien belum • klien mengatakan
08:30
terlalu mampu kedua kaki masih
melakukan terasa lemah

43
ambulasi tetapi O:
sudah ada • nampak klien
kemajuan dari hari belum mampu
sebelumnya melakukan
• memonitor kondisi ambulasi secara
umum selama mandiri
08:45 melakukan • nampak klien
ambulasi sesekali duduk di
hasil : klien belum tempat tidur
mampu berjalan, • nampak atkivitas
nampak masih klien dibantu
08:50 lemah saat oleh suami dan
melakukan keluarga
ambulasi • nampak
• melibatkan pergerakan
keluarga untuk ekstremitas
membantu pasien cukup meningkat
dalam A : masalah belum
meningkatkan teratasi
ambulasi P : intervensi
hasil : klien dilanjutkan
dibantu oleh suami
dan keluarga
• mengajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(duduk ditepi
tempat tidur,
berdiri lalu
berpindah tempat
dari tempat tidur,
berjalan)
hasil : klien belum
mampu melakukan
ambulasi
sepenuhnya secara
mandiri
Gangguan 08:20 • mengidentifikasi S:
mobilitas nyeri atau keluhan • klien mengatakan
fisik b.d fisik lainnya nyeri pada perut
penurunan 29/6/ hasil : klien pasca operasi
kekuatan 2022 mengatakan nyeri sudah berkurang
otot d.d pada perut pasca skala nyeri 2 rasa
kedua operasi tetapi nyeri nyeri hilang
08:25
ekstremitas telah berkurang timbul
bawah • mengidentifikasi • Klien mengatkan
terasa lemas toleransi fisik ekuatan otot

44
melakukan kedua kaki
ambulasi meningkat
hasil : klien • klien mengatakan
08:40 mampu melakukan mampu
ambulasi secara beraktivitas atau
mandiri merubah posisi
• memonitor kondisi tubuh secara
umum selama mandiri
melakukan O:
09:00 ambulasi • nampak klien
hasil : keadaan mampu
umum klien baik melakukan
klien nampak mobilisasi secara
semangat berjalan mandiri
• melibatkan • nampak klien ke
keluarga untuk toilet secara
membantu pasien mandiri
09:20 dalam • nampak klien
meningkatkan duduk di sisi
ambulasi tempat tidur dan
hasil : di hari ke-3 berjalan
klien mampu • nampak
berjalan tanpa pergerakan
bantuan ekstremitas
• mengajarkan meningkat
ambulasi A : masalah teratasi
sederhana yang P : intervensi
harus dilakukan dihentikan, pasien
(berjalan, pulang ke rumah
berpindah tempat
hasil: klien
melakukan
ambulasi mandiri
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini,

maka penulis akan membahas tentang teori dengan hasil studi kasus

penalataksanaan Asuhan Keperwatan Pada Ny.N Post Op Sectio Caesarea

Dengan Masalah Utama Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di

Ruang Azalea RSUD Kota Kendari yang meliputi pengkajian, diagnosa

45
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

a. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses

keperawatan yang memiliki peran penting dalam tahap proses

keperawatan berikutnya dimana bertujuan untuk mengumpulkan data

dan informasi klien agar dapat mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan klien(Lasma & Sirait, 2017).

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pada saat

pengambilan kasus pada tanggal 27 juni 2022 dengan wawancara,

observasi langsung dan pemeriksaaan fisik. Hasil yang didapatkan yaitu

klien mengeluh nyeri pada perut pasca operasi nyeri seperti ditusuk-

tusuk dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan hilang timbul. Kekuatan

otot ekstremitas menurun, aktivitasnya terganggu sehingga perlu

dibantu oleh suami dan keluarga.

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rizaki (2016)

menunjukkan bahwa data yang didapatkan atau ditemui pada ibu post

op sectio caesarea memiliki kesamaan pada penelitian ini yang dimana

data tersebut adalah klien mengeluh nyeri pada perut pasca operasi,

skala nyeri sedang dan nyeri saat bergerak. Dari penelitian tersebut

membuktikan bahwa tidak terjadi kesenjangan data subjektif dan

objektif antar penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

46
a. Diangnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan proses menganalisis data

subjektif dan objektif yang diperoleh setelah melakukan pengkajian.

Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir yang menyeluruh

tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, dan pemberi

kesehatan yang lain (Jaya et al., 2019).

Berdasarkan masalah yang terkait pada Ny. N dengan Sectio

Caesarea dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas diagnosa keperawatan

yang ditegakkan yaitu Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan

otot d.d kedua ekstremitas bawah terasa lemas. Penyebab dari masalah

yang dialami Ny.N dikarenakan pasca opersi yang menyebabkan

kelemahan tubuh dan terdapat adanya edema pada kedua ekstremitas

sehingga membuat penurunan kekuatan pada ekstremitas dan juga rasa

nyeri pada perut pasca operasi dan sehinngga terjadi kesulitan dalam

aktivitas maupun perubahan posisi pasien. Adapun alasan mengapa

diagnosa tersebut diangkat karena pada hasil pengkajian yang dilakukan

pada Ny. N didapatkan data berupa : Ny. N mengatakan nyeri pada perut

pasca operasi, skala nyeri 5 dan nyeri seperti tertusuk-tusuk, penurunan

kekuatan otot pada ekstremitas, tubuh tersa lemas, tidak bisa beraktivitas

ataupun merubah posisi secara mandiri, aktivitasnya dibantu oleh suami

dan keluarga, tidak nyaman setelah bergerak, kesulitan merubah posisi,

nampak aktivitas klien dibantu oleh suami dan keluarga.

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2020)

menunjukkan bahwa diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik

47
dapat ditegakkan pada pasien sectio caesarea dengan masalah gangguan

pemenuhan kebutuhan aktivitas penelitian Ratnasari memiliki kesamaan

pada penelitian ini sehingga diagnosa keperawatan tersebut relevan

ditegakkan pada pasien post opsectio caesarea.

b. Intervensi keperawatan

Intervensi atau erencanaan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengulangi masalah sesuai

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhnya kebutuhan klien (Hasibuan, 2017).

Tujuan intervensi terhadap diagnosa keperawatan Gangguan

mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kedua ekstremitas

bawah terasa lemas pada Ny.N yaitu: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam maka mobilitas fisik meningkat dengan

kriteria hasil berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan

Indonesia): Pergerakan ekstremitas meningkat, Kekuatan otot

meningkat, Gerakan terbatas menurun, Kelemahan fisik menurun.

Berdasarkan tujuan dari kriteria hasil tersebut kemudian peneliti

menyusun intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi

Keperawatan indonesai) yaitu Dukungan Ambulasi: identifikasi nyeri

atau keluhan fisik lainnya, identifikasi toleransi fisik melakukan

ambulasi, monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum

memulai ambulasi, monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi,

48
fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.tongkat, kruk),

fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu, libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi, jelaskan tujuan dan

prosedur ambulasi, anjurkan melakukan ambulasi dini, ajarkan ambulasi

sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi

roda, dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ramandanty (2019)

menunjukkan bahwa intervensi dukungan ambulasi salah satu tindakan

yang dapat membantu masalah aktivitas terganggu pada pasien post op

sectio caesarea Ramandanty (2019). Hal ini dapat sejalan dengan

intervensi pada penelitian ini yang menerapkan intervensi dukungan

ambulasi dengan tujuan pemenuhan kebutuhan aktivitas klien

meningkat.

c. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan langsung dan implementasi dari

rencana serta meliputi pengumpulan data. Dalam melakukan

implementasi keperawatan atau tindakan keperawatan disesuaikan

dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat (Purba, 2016).

Berdasarkan masalah keperawatan pada Ny. N, peneliti melakukan

implementasi selama 3 hari atau 3x24 jam sesuai dengan intervensi yang

telah ditentukan. Adapun intervensi keperawatan yang telah ditentukan

berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan) yaitu: Dukungan

Ambulasi.

49
Seluruh pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan

pelaksanaannya sesuai dengan rencana keperawatan. Sehingga dalam

pelaksanaan implementasi keperawatan tidak terdapat kesenjangan.

Berdasarkan masalah keperawatan tersebutpenulis melakukan

implementasi keperawatan selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang

telah dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil

dalam rentang yang telah ditentukan. Adapun Implementasi

keperawatan yang telah ditentukan yaitu : mengidentifikasi nyeri atau

keluhan fisik lainnya, mengidentifikasi toleransi fisik melakukan

ambulasi, memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum

memulai ambulasi, memonitor kondisi umum selama melakukan

ambulasi, memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu

(mis.tongkat, kruk), memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika

perlu, melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan ambulasi, menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi,

menganjurkan melakukan ambulasi dini, mengajarkan ambulasi

sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi

roda, dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi). Dalam

penatalaksanaan intervensi diatas selama 3 hari secara berturut–turut

hasilnya dinilai sangat efektif pada Ny.N dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ramandanty pada

tahun 2019 menunjukkan bahwa implementasi yang dilakukan

berdasarkan intervensi dukungan mobilisasi memiliki kesamaan pada

50
penelitian ini yang membuktikan bahwa implementasi yang dilakukan

efektif dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada

pasien post op section caesarea.

d. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus

menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang

dilaksanakan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus

dan tujuan umum yang telah ditentukan (Supratti & Ashriady, 2018).

Evaluasi Keperawatan Ny. N dilakukan dengan metode SOAP yang

terdiri dari Subjetive, Objetive Analisis dan Planning. Metode ini

digunakan untuk mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan

yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil. Adapun hasil

akhir dari evaluasi Ny. N yaitu: Pergerakan ekstremitas meningkat,

kekuatan otot meningkat dari skor 2 sampai dengan nilai normal yaitu

skor 5, gerakan terbatas menurun, kelemahan fisik menurun. Dari hasil

penelitian Ramandanty tahun 2019 yang juga mengangkat diagnosa

keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien post op sectio

caesarea dan melakukan intervensi dukungan ambulasi sehingga

evaluasi yang dihasilkan tidak memiliki kesenjangan dengan penelitian

ini.

51
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan, maka dapat di tarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapatkan dari pasien Ny. N mengeluh nyeri

perut pasca operasi, kekuatan otot ekstremitas bawah menurun dan

mengeluh aktvitasnya terganggu TTV : TD: 120/80 mmhg, N: 80X /menit,

S : 36,9 ºC, P : 16x /menit

2. Diagnosa keperawatan

Hasil perumusan diagnosa keperawatan Ny. N adalah gangguan

mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kedua ekstremitas bawah

terasa lemas

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan pada diagnosa gangguan mobilitas fisik b.d penurunan

kekuatan otot d.d kedua ekstremitas bawah terasa lemas adalah Dukungan

Ambulasi: identifikasi nyeri atau keluhan fisik lainnya, identifikasi toleransi

fisik melakukan ambulasi, monitor frekuensi jantung dan tekanan darah

sebelum memulai ambulasi, monitor kondisi umum selama melakukan

ambulasi, fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.tongkat, kruk),

fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu, libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi, jelaskan tujuan dan

prosedur ambulasi, anjurkan melakukan ambulasi dini, ajarkan ambulasi

52
sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi

roda, dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada Ny. N adalah mengidentifikasi

nyeri atau keluhan fisik lainnya, mengidentifikasi toleransi fisik melakukan

ambulasi, memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

ambulasi, memonitor kondisi umum selama melakukan ambulasi,

memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.tongkat, kruk),

memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu, melibatkan keluarga

untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi, menjelaskan tujuan

dan prosedur ambulasi, menganjurkan melakukan ambulasi dini,

mengajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari

tempat tidur ke kursi roda, dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai

toleransi).

5. Evaluasi keperawatan

Hasil evaluasi pada hari terakhir dengan diagnosa keperawatan

gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kedua ekstremitas

bawah terasa lemas yaitu keluhan, Pergerakan ekstremitas meningkat,

kekuatan otot meningkat, gerakan terbatas menurun, kelemahan fisik

menurun dan nyeri dari skala 5 menurun menjadi skala nyeri 2.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik

serta menyediakan fasilitas atau sarana dan perawatan yang memadai seperti

fasilitas dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehingga pasien dapat segera

53
terpenuhi kebutuhan aktivitasnya terkhusus pada pasien post op sectio

caesarea.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan Institusi mampu meningkatkan mutu pendidikan sehingga

dapat mengahasilkan perawat dengan kualitas kerja yang professional.

3. Bagi Provesi Keperawatan


Diharapkan Perawat memiliki keterampilan dan tanggung jawab yang baik

dalam memberkan asuhan keperawatan serta mampu menjalin kerja sama

dengan tim kesehatan lainnya dan juga kepada keluarga pasien dan mampu

meningkat profesionalitas etika keperawatan dalam membantu proses

penyembuhan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan bagi peneliti yang lain mampu melanjutkan dan dapat

menjadikan hasil penelitian ini sebagai data dan informasi dasar untuk

melaksanakan penelitian selanjutnya serta dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan dalam pasien post op sectio caesarea dengan implementasi

yang beragam dan skill yang profesional.

54
DAFTAR PUSTAKA

Asaf, A. S. (2020). Upaya Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jurnal Ilmiah


Cakrawarti, 2(2), 26–31. https://doi.org/10.47532/jic.v2i2.126.
Dermawan. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post Op Sectio Caesarea
Di Ruang Perawatan Mawar Nifas Rsud. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
FLEPS 2019 - IEEE International Conference on Flexible and Printable
Sensors and Systems, Proceedings, 6(1), 1–46.
https://doi.org/10.1016/j.snb.2019.127013.
Hasibuan, A. N. (2017). Konsep Perencanaan (Intervensi) Keperawatan Di Rumah
Sakit. Jurnal Keperawatan, 1–7. Konsep perencanaan (intervensi)
keperawatan di rumah sakit.
Jaya, K., Mien, Rasmiati, K., & Suramadhan. (2019). Gambaran
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rsud Buton
Utara. Jurnal Keperawatan, 02(03), 27–36. https://stikesks-kendari.e-
journal.id/JK/article/download/299/275.
Koerniawan, D., Daeli, N. E., & Srimiyati, S. (2020). Aplikasi Standar Proses
Keperawatan: Diagnosis, Outcome, dan Intervensi pada Asuhan
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 739–751.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1198.
Lamen. (2019). Partus Lama. E-Print Poltekes Jogja, 53(9), 1689–1699.

Lasma, F., & Sirait, R. (2017). Penerapan Pengkajian Dalam Proses Keperawatan
Untuk Memenuhi Kebutuhan Kesehatan Klien. Jurnal Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, 1–6.
Minannisa, C. (2019). Konsep Dasar Dan Langkah-Langkah Proses Keperawatan.
Jurnal Keperawatan, 13.
Nadiya. (2018). Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea (SC) dengan
Penyembuhan. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 4(2), 2615–
109. https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/216.
Nursalam, & Fallis, A. . (2016). Metodologi penelitian. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Oktaviano, S. M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa
Medis “Post Operasi Sectio Caesarea Dengan Indikasi Letak Sungsang” Di
Ruang Mawar Merah Rsud Bangil Pasuruan. Jurnal Keperawatan, 2016, 1–2.
Ovarium, K., Ruang, D. I., & Sardjito, I. I. R. (2019). Gambaran Disfungsi Seksual
Pada Pasien Dengan Oleh : Sukma Lailli Yayasan Keperawatan Yogyakarta
Akademi Keperawatan “ YKY ” Yogyakarta.

Purba, C. F. (2016). Penerapan Implementasi dalam Asuhan Keperawatan. Jurnal


Keperawatan Indonesia, 1–7. https://osf.io/yfx3t/download/?format=pdf.
Rangkuti, A. M. (2017). Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Kelurahan Siti RejoIII Kec.Medan
Amplas. 1–56.
Rani, M. (2019). Pelaksanaan Pengkajian Dalam Proses Keperawatan.

Ramandanty, P. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio


Caesarea Di Ruang Mawar Rsud a.W Sjahranie Samarinda. Karya Tulis
Ilmiah Keperawatan, 1–125.

Ratnasari, L. E. (2020). Studi Dokumentasi Gangguan Rasa Aman Nyaman : Nyeri


Pada Pasien Dengan Post Sectio Caesarea Oleh : Linda Eka Ratnasari
Yayasan Keperawatan Yogyakarta Akademi Keperawatan “ Yky ”
Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Keperawatan, 1–168.

Rizaki, Y. (2016). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Operasi (Sectio


Caesarea) Dengan Indikasi Oligohidramnion Pada Ny . D Di Ruang Melati
RSUD Kajen Pekalongan Tahun 2016. Karya Tulis Ilmiah, 1–69.

Santa, M. (2019). Teori Keperawatan profesional. Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Safitri, R. (2019). Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari Perencanaan


Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien. 3(42), 23–26.
Sdki Dpp Ppni, Tim pokja. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia. J.
Raya lentengsagung no.64 jagakarsa, jakarta selatan 12610: Dewan pengurus
pusat.
Supratti, S., & Ashriady, A. (2018). Pendokumentasian Standar Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju. Jurnal Kesehatan
Manarang, 2(1), 44. https://doi.org/10.33490/jkm.v2i1.13

Sitanggang, R. (2018). Tujuan evaluasi dalam keperawatan. Journal Proses


Dokumentasi Asuhan Keperawatan, 1(5), 1–23.
Utami, S. (2016). Efektivitas Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Nyeri Post
Partum Sectio Caesarea. Unnes Journal of Public Health, 5(4), 316.
https://doi.org/10.15294/ujph.v5i4.12422.
Welan, M. G. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Post Partum Sectio
Caesarea Atas Indikasi Gagal Induksi Pada Ny.E. Y. B Di Ruang Flamboyan
RSUD Prof.W. Z. Yohanes Kupang Karya. In Karya Tulis Ilmiah
Keperawatan.
Widiantoro, R. (2016). Program Abulasi Dini. Jurnal Wawasan Kesehatan, 63–70.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7

STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN

AMBULASI DINI

A. Definisi

Ambulalsi dini post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya

kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan

persalinan sectio caesarea.

B. Tujuan

1. Mempercepat penyembuhan luka

2. Mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene ibu dan bayi

3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli

4. Mengurangi lama rawat di Rumah sakit

C. Indikasi

Pasien dengan post sectio caesarea

D. Persiapan Pasien

1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya

2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/ keluarga

3. Jelaskan tujuan tindakan kepada pasien / keluarga


4. Minta persetujuan pasien

5. Jaga privacy klien

E. Prosedur

1. Tahap pra interaksi

a. Menyiapkan SOP mobilisasi yang akan digunakan

b. Melihat data atau riwayat SC pasien

c. Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat

d. Mengkaji kesiapan ibu untuk melakukan mobilisasi dini e

e. Mencuci tangan

2. Tahap orientasi

a. Memberikan salam dan memperkenalkan diri

b. Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan kontrak waktu

c. Menjelaskan tujuan dan prosedur

d. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

3. Tahap kerja

Pada 6 jam pertama post SC

a. Menjaga privasi pasien


b. Mengatur posisi senyaman mungkin dan berikan lingkungan yang

tenang

c. Anjurkan pasien distraksi relaksasi nafas dalam dengan tarik nafas

perlahan-lahan lewat hidung dan keluarkan lewat mulut sambil

mengencangkan dinding perut sebanyak 3 kali kurang lebih selama 1

menit

d. Latihan gerak tangan, lakukan gerakan abduksi dan adduksi pada jari

tangan, lengan dan siku selama setengah menit

e. Tetap dalam posisi berbaring, kedua lengan diluruskan diatas kepala

dengan telapak tangan menghadap ke atas

f. Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian sebanyak 5-10 kali

g. Latihan gerak kaki yaitu dengan menggerakan abduksi dan adduksi,

rotasi pada seluruh bagian kaki

Pada 6-10 jam berikutnya

a. Latihan miring kanan dan kiri

b. Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian terlebih dahulu,

bagian lutut fleksi keduanya selama setengah menit, turunkan salah satu

kaki, anjurkan ibu berpegangan pada pelindung tempat tidur dengan

menarik badan kearah berlawanan kaki yang ditekuk. Tahan selama 1

menit dan lakukan hal yang sama ke sisi yang lain

Pada 24 jam post SC


a. Lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak pusing, perlahan kaki

diturunkan Pada hari ke 3 post SC 1. Pasien duduk dan menurunkan kaki

kearah lantai

b. Jika pasien merasa kuat dibolehkan berdiri secara mandiri, atau dengan

posisi dipapah dengan kedua tangan pegangan pada perawat atau

keluarga, jika pasien tidak pusing dianjurkan untuk latihan berjalan

disekitar tempat tidur

F. Evaluasi dan Tindak Lanjut

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan

pengawasan keluarga

3. Salam terapeutik dengan klien

G. Dokumentasi

Dokumentasikan : nama klien, tanggal dan jam perekaman, dan respon pasien
DOKUMENTASI TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN YANG
DILAKUKAN PENELLTI

1. Tanda tangan inform consent

2. Melakukan pengkajian
3. Mengajarkan pasien ambulasi

Anda mungkin juga menyukai