Anda di halaman 1dari 118

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

T DENGAN POST OPERASI

LIPOMA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

DI RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH 2 KOTA KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan pendidikan
Diploma DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

oleh :
MILASARI
P00320019019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
2022

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Mila sari
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Kendari/05 mei 2001
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Tolaki
6. Alamat : Jl.n manunggal 1 teplan
7. No. Telp/ Hp : 082241710213

II. PENDIDIKAN
1. Taman Kanak Kanak Idata Kendari Barat
2. Sekolah Dasar Negeri 14 Kendari Barat Tamat Tahun 2013
3. Sekolah Menengah Pertama 02 Kendari Barat Tahun 2016
4. Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan Mandongga Kendari 02 Kendari
Tamat Tahun 2019
5. Poltekkes Kemenkes Kendari

v
MOTO

“ Di setiap kesulitan Pasti ada kemudahan”

Milasari

vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil`alamin,

segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

Rahmat serta hidayah-Nya bagi kita semua. Berkat ridho dan petunjuk dari-Nya

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan

Pada Tn.T Dengan Post Operasi Lipoma dalam Pemenuhan Kebutuhan

Aktivitas Di Rumah Sakit Umum Aliyah 2 Kota Kendari” yang merupakan

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kendari.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terkhusus dosen pembimbing I dan

pembimbing II yang telah ihklas meluangkan waktunya untuk membimbing selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah penelitian

ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :

1. Bapak Teguh Fathurrahman, SKM, MPPM Selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Kendari

2. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep.,Ns.,MM Selaku ketua jurusan DIII

Keperawatan

3. Ibu Dewi Sartiya Rini, M.Kep.,Sp.Kep.MB dan Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,

Ns., M.Kep sebagai pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat dalam proses penyusunan

proposal penelitian ini.

vii
4. Ibu Sitti Muhsinah, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.KMB selaku penguji I, ibu Reni

Devianti Usman, M. Kep, Sp. KMB, selaku penguji II, dan ibu Dali, SKM.,

M.Kes, selaku penguji III yang akan menguji dalam sidang Karya Tulis

Ilmiah ini.

5. Direktur Rumah Sakit Umum Aliyah 2 Kendari yang telah memberi izin

untuk melakukan pengambilan data awal

6. Segenap dosen dan seluruh Civitas masih banyak kekurangan, maka dariitu

penulis berharap adanya masukan kritik maupun saran sehingga dapat

membantu dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini .

7. Kedua orang tua saya tercinta ibu saya Siti Marwiah dan ayah saya Mardin

yang turut serta memberikan dukungan, semangat dan doa yang begitu tulus

bagi penulis.

Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan, maka dariitu penulis berharap adanya masukan kritik maupun saran

sehingga dapat membantu dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kendari, Juli 2022

Penulis

viii
ABSTRAK

Mila Sari (P00320019019) Asuhan Keperawatan Pada Tn. T dengan Post


Operasi Lipoma Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit
Aliyah 2 Kota Kendari. Pembimbing I (Dewi Sartiya Rini, S.Kep., Ns.,
M.Kep.,Sp.KMB) Pembimbing II (Fitri Wijayati., S.Kep., Ns., M.Kep).

kebutuhan aktivitas yaitu kemampuan seseorang dalam bergerak secara bebas tanpa
adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehat. Pasien post operasi akan
mengalami hambatan dalam beraktivitas karena setalah menjalani operasi, klien
akan merasakan nyeri pada luka operasi. Kondisi ini juga ditemukan pada pasien
dengan post operasi lipoma. Tujuan penelitian ini adalah mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien post operasi Lipoma dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
di rumah sakit Aliyah 2 Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yang di lakukan dengan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau
memaparkan tentang studi kasus atau keadaan secara objektif dan menganalisis
lebih mendalam tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan akvitias di RS.Aliyah 2 Kota kendari. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 1 orang responden post operasi lipoma yang mengalami
gangguan kebutuhan aktivitas. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 juni
2022 sampai dengan 19 juni 2022 di ruang rawat inap RSU Aliyah 2 Kota Kendari.
Penelitian ini menggunakan format Asuhan Keperawatan yang berfokus pada
kebutuhan akvitias. Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini dukungan
mobilisasi adapun hasil penelitan setelah melakukan intervensi selama tiga hari
adalah terjadi peningkatan kemampuan melakukan aktivitas dari berbaring ke
duduk namun belum ada perubahan kekuatan otot klien dikarenakan klien masih
merasakan nyeri luka operasi pada area punggung kiri. Penelitian ini di harapkan
dapat menjadi tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan
hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan aktivitas.

Kata kunci : kebutuhan aktivitas, Asuhan Keperawatan, Post Operasi Lipoma

ix
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i

LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN .................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iv

RIWAYAT HDUP .................................................................................................. v

MOTO ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A.LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1

B.RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 4

C.TUJUAN STUDI KASUS ................................................................................. 4

D.MANFAAT STUDI KASUS ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

A.KONSEP DASAR LIPOMA ............................................................................. 7

B.KONSEP DASAR KEBUTUHAN AKTIVITAS .............................................. 10

C.KONSEP POST OPERASI KEBUTUHAN AKTIVITAS 14

C.KONSEP KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 34

A.Desain penelitian ............................................................................................... 34

B.Subyek studi ...................................................................................................... 34

C.Tempat dan waktu ............................................................................................. 35

D.Fokus studi kasus .............................................................................................. 35

E.Defenisi oprasional fokus studi .......................................................................... 35

F.Instrument studi kasus ........................................................................................ 37

x
G.Metode pengumpulan data ................................................................................ 38

H.Analisis data dan penyajian data ........................................................................ 38

I.Etika penelitian ................................................................................................... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 41

A.Hasil Studi Kasus .............................................................................................. 41

B.Pembahasan ....................................................................................................... 56

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 63

A.Kesimpulan ....................................................................................................... 63

B.Saran .................................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 65

LAMPIRAN ........................................................................................................... 67

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Surat Pernyataan Keaslian Penulisan

2. Halaman Persetujuan

3. Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari Poltekkes Kemenkes Kendari

4. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari

5. Surat Izin Penelitian Dari LITBANG Provinsi Sulawesi Tenggaa

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

7. Surat Menjadi Responden

8. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

9. Surat Keterangan Bebas Administrasi

10. Pengkajian Asuhan Keperawatan

11. Dokumentasi Penelitian

12. Standar Operational Procedure (SOP)

xii
DAFTAR TABEL

Tabel :

1. Hasil Pemeriksaan Lab

2. Analisa Data

3. Intervensi Keperawatan

4. Implementasi Keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan

xiii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Lipoma Pada Pingang

2.2 Gambar Lipoma Pada Tangan

2.3 Gambar Lipoma Pada Punggung

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh

manusia, menurut Abraham maslow kebutuhan dasar manusia meliputi lima

kategori kebutuhan dasar, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan

dan rasa nyaman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga

diri dan kebutuhan aktulisasi diri. Salah satu kebutuhan fisiologis adalah

kebutuhan aktvitas yaitu kemampuan seseorang dalam bergerak secara bebas

tanpa adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan

kemampuan bergerak tentunya mengakibatkan individu mengalami

ketergantungan dan membutuhkan tindakan keperawatan Izzaty et al (2017).

Kemampuan melakukan aktivitas tidak terlepas dari keadekuatan sistem

persarafan dan muskoloskeletal. Beberapa penelitian yang menguraikan tentang

gangguan kebutuhan aktivitas antara lain penelitian yang dilakukan oleh Fitriani

(2019) diketahui bahwa pada kasus persarafan khususnya pasien stroke akan

mengalami gangguan kebutuhan aktivitas. Pada penelitian ini diketahui bahwa

responden mengalami ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya

seperti perawatan diri, makan dan minum. Penelitian lain yang juga berfokus

pada gangguan kebutuhan aktivitas adalah penelitian oleh (Miarli et al (2019)

yang menyatakan bahwa pasien dengan kondisi post operasi juga mengalami

gangguan dalam beraktivitas dikarenakan rasa nyeri setelah menjalani operasi.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Anggrani (2018) menyatakan juga

bahwa pasien post operasi akan mengalami hambatan dalam beraktivitas di

karenakan kualitas tidur setalah menjalani operasi serta rasa nyeri yang

1
dirasakan pada luka operasi. Kondisi ini juga ditemukan pada pasien dengan

post operasi lipoma. Berdasarkan penelitian dari Jaime, 2019 diketahui bahwa

lipoma adalah tumor jaringan lunak yang dapat tumbuh berkembang,jika

ukurannya semakin membesar dapat mengakibatkan gangguan dalam aktivitas.

Lipoma relatif jarang ditemui di kepala dan Ieher dengan tempat manifestasi.

Tumor mampu menjadi lebih besar tanpa disadari oleh penderita. Penyakit ini

tumbuh sangat lambat, sehingga dalam hitungan tahun tidak disadari karena

gejala yang ada sudah dirasakan kronis sehingga penderita menjadi terbiasa

dengan gejala tersebut (Achmad, 2016).

Berdasarkan data dari rekam medic Rumah Sakit Aliyah 2 Kota Kendari

tahun 2021 diketahui bahwa post operasi menjadi kasus dengan angka kejadian

tertinggi yaitu 258 kasus dengan keluhan yang paling sering dialami individu

adalah gangguan rasa nyaman dan gangguan aktivitas. Data ini sesuai dengan

penelitian oleh Miarli et al (2019) yang menyatakan bahwa pasien post operasi

akan mengalami hambatan dalam beraktivitas dikarenakan rasa nyeri setelah

operasi. Kondisi ini tentunya membutuhkan penanganan keperawatan yang

tepat sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan aktivitasnya secara

mandiri(Irawati & Rini, 2018).

Peran serta perawat dalam menangani pasien dengan gangguan kebutuhan

aktivitas adalah pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif pada

pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Adapun pengkajian keperawatan

yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas antara

lain mengkaji kemampuan berjalan, kemampuan merubah posisi : baring ke

duduk, kemampuan mempertahanakan posisi duduk, kemampuan merubah

posisi : duduk ke berdiri, kemampuan memperetahankan posisi berdiri,

2
kemampuan berjalan, pengunaan alat bantu dalam pergerakan, dyspnea setalah

beraktivitas, ketidak nyamanan beraktivitas, dan pergerakan lambat. Masalah

keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan aktivitas menurut Standar

Dagnosa Keperawatan Indonesia antara lain gangguan mobilitas fisik dan

intoleransi aktivitas. Masalah keperawatan ini tentunya membutuhkan rencana

keperawatan yang tepat. Adapun tindakan keperawatan berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia pada pasien dengan gangguan kebutuhan

aktivitas antara lain dukungan ambulasi dan terapi aktivitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Irsan Prayoga (2018) diketahui bahwa terapi

aktivitas merupakan tindakan terapi non farmakologis yang meningkatkan

kemampuan mobilisasi pasien pasca operasi.Terapi aktivitas yang dapat

dilakukan pasca operasi antara lain mengubah posisi tidur yang nyaman tiap 2

jam, dorong klien untuk beraktivitas secara mandiri, misalnya mengambil

minum,mengambil makan, melibatkan keluarga dalam aktivitas klien.manfaat

dari tindakan ini yaitu menurunkan insiden komplikasi pada integument dan

pernafasan, meningkatkan sirkulasi darah ke musculoskeletal, mempertahankan

tonus otot, mempertahankan gerak sendi dan mencegah kontraktur/atrofi.

Penelitian oleh Wahyuni (2017) di ketahui bahwa ambulasi dini merupakan

salah satu tindakan keprawatan untuk mengatasi gangguan kebutuhan aktivitas.

Ambulasi dini di lakukan 6 jam pada pasien pasca operasi di mulai dari latihan

tungkai, latihan kaki dan miring kanan dan kiri secara bertahap dan sesuai

kemampuan pasien. Kemudian 24 jam setelah operasi mulai melakukan latihan

duduk di tempat tidur dan duduk di sisi tepi tempat tidur. lalu 48 jam setelah

operasi mulai dengan latihan turun dari tempat tidur, berdiri di sisi tempat tidur

di lanjutkan dengan latihan berjalan secara bertahap dengan tetap

3
memperhatikan keadaan umum responden. Manfaat dari ambulasi dini pada

pasien pasca operasi diantaranya menurunkan insiden komplikasi pasca operasi

seperti atelectasis, pneumonia hipostatik, gangguan gastrointestinal, dan

masalah sirukulasi.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Post Operasi

Lipoma Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Umum

Aliyah 2 Kota Kendari”

B. RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.T

post operasi lipoma dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di Rumah Sakit

Aliyah 2 Kota Kendari”

C. TUJUAN STUDI KASUS


1. Tujuan umum

Mampu melakukann asuhan keperawatan pada Tn.T Post Operasi Lipoma

dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Alyah 2 Kota

Kendari

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.T Post Operasi

Lipoma dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit

Aliayah 2 Kota Kendari

4
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.T Post Operasi

Lipoma dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Aliyah

2 Kota Kendari

c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.T Post Operasi

Lipoma dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Rumah Sakit Aliyah 2

Kota Kendari

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn.T Post Operasi

Lipoma dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Aliyah

2 Kota Kendari

e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn.T Post Operasi Lipoma dalam

Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Aliyah 2 Kota

Kendari

f. Mampu menganalisis tindakan keperawatan pada Tn.T Post Operasi

Lipoma dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Aliyah

2 Kota Kendari

D. MANFAAT STUDI KASUS


1. Bagi rumah sakit

Dapat di gunakan sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

secara komprehensif bagi pasien dalam gangguan pemenuhan kebutuhan

aktivitas

2. Bagi klien / masyarakat

Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga terkait gangguan

kebutuhan aktivitas serta tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk

mengatasinya sehingga keluarga dapat melakukan secara mandiri ketika

pasien pulang ke rumah.

5
3. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatanya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu keperawatan karena tindakan keprawatan khusnya

pada gangguan kebutuhan aktivitas yang di lakukan pada penelitian ini bisa

menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

4. Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan

hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pasien dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas dalam meningkatkan mobilitas fisik

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR LIPOMA

1. Definisi lipoma

Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang

terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun),

namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak,

maka dapat muncul dimanapun pada tubuh ini. Jenis yang paling sering adalah

yang berada lebih ke permukaan kulit (superficial). Biasanya lipoma berlokasi

di kepala, leher, bahu, badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah

yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun

tendon. Gejala Klinis Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan,

dan tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi

ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga lebih

daridiameter 6 cm (Robbbins, 2016).

Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali

berkembang menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang

menjalani operasi bedah untuk alasan kosmetik. Operasi yang dijalani

merupakan operasi kecil, yaitu dengan cara menyayat kulit diatasnya dan

mengeluarkan lipoma yang ada (Sjamsuhidajat, 2016).

7
2. Ciri- ciri lipoma

Lipoma adalah benjolan lemak yang tumbuh secara lambat di antara kulit dan

lapisan otot.Lipoma bisa muncul di bagian tubuh manapun. Berikut ini adalah

beberapa gejala atau ciri-ciri lipoma :

1. Ukuran lipoma biasanya memiliki diameter kurang dari 6 cm namun

ukurannya bisa bertambah besar karena lipoma bisa tumbuh.

2. Jika ditekan menggunakan jari, lipoma akan mudah bergerak, serta terasa

lembek.

3. Lipoma terletak di bawah kulit dan biasa muncul di area punggung, paha,

Ieher,lengan, perut, atau bahu.

4. Jika lipoma tumbuh makin besar dan mengandung banyak pembuluh darah

atau menekan saraf di sekitarnya, lipoma akan terasa sakit.

Lipoma tidak memerlukan perawatan karena biasanya tidak berbahaya dan tidak

bersifat kanker, namun operasi pengangkatan lipoma bisa dilakukan jika lipoma yang

diderita tumbuh besar dan mulai menimbulkan rasa sakit (Marianti, 2017).

2.1 Lipoma pada pingang 2.2 lipoma pada tangan 2.3 lipoma pada

punggung

2.2

8
3. Morfologi

Lipoma biasanya membentuk massa berwarna kuning yang lunak. Lesi superfisial

cenderung berbatas tegas, sedang lesi yang terletak lebih dalam cenderung berbatas

tidak tegas. Secara makroskopis sebagian lipoma terdiri dari atas jaringan adiposa

matur yang tidak dapat dibedakan dengan lemak normal (Robbbins, 2016).

4. Jenis – jenis lipoma

Lipoma ada beberapa jenis, yaitu :

1. Lipoma konvensional (lipoma yang paling umum terjadi, terbentuk dari lemak

putih),

2. Fibrolipoma (lipoma yang terbentuk dari lemak menggumpal di dalam jaringan

yang berserat)

3. Angiolipoma (lipoma yang terbentuk dari lemak menggumpal diatara pembuluh

darah)

4. Atipical lipoma (lipoma yang terbentuk dari lemak yang lebih dalam pada sel-

sel dengan jumlah yang sangat banyak)

5. Spndel Cell Lipoma (lipoma yang berisi lapisan lemak dengan sel-sel yang

terlihat terlihat seperti batang)

6. Myelolipoma (lipoma yang terbentuk di antara jaringan pembentuk sel darah)

7. Pleomorpik lipoma (lipoma yang berisi lapisan lemak dengan sel-sel dari

berbagai bentuk dan ukuran).

9
8. Oseteo lipoma (lipoma yang berisi jaringan lemak dan struktur jaringan tulang

rawan). (Christopher D.M. Fletcher, 2018)

5. Penyebab lipoma

Penyebab lipoma belum dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa hal yang

diduga berkaitan dengan peningkatan risiko untuk mendapatkan lipoma, diantaranya

1. Riwayat keluarga yang menderita lipoma

2. Luka atau fisik seperti hantaman benda tumpul pada bagian tubuh tertentu dapat

memicu pertumbuhan lipoma

3. Orang berusia 40-60 tahun berisiko lebih besar terkena lipoma karena di rentang

usia ini diduga kerap mengalami perubahan sistem Metabolisme serta gaya

hidup.

4. Obesitas

5. Mengkonsumsi alcohol

6. Kurangnya aktivitas

6. Pencegahan lipoma

Pencegahan bisa dilakukan dengan melakukan olahraga yang teratur. Dengan

berolahraga secara teratur, maka berat badan dapat dikendalikan, kadar gula darah juga

dapat dijaga agar tidak terlalu tinggi dan lemak tubuh bisa terbakar. Selain olahraga,

diet dengan makanan sehat dan menghindari alkohol juga disarankan untuk mencegah

lipoma

10
B. KONSEP DASAR KEBUTUHAN AKTIVITAS

1. Defenisi kebutuhan dasar

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow atau yang di sebut hierarki

kebutuhan dasar manusia ada lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki maslow.

Umumnya seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi

akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologinya di bandingkan kebutuhan

lainnya.

b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security need )

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang di maksud adalah aman dari

berbagai aspek baik fisiologis mau pun psikologis, kebutuhan ini meliputi

kebutuhan perlindungan diri udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Bebas

dari rasa takut dan kecemasan , bebas dari perasaan terancam dari pengalami

yang baru dan asing.

c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan di miliki (love anda belonging needs)

Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan di miliki terdiri dari

memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang

berarti dengan orang lain, kehangatan, hambatan, mendapatkan tempat atau di

akui dalam keluarga dan kelompok.

d. Kebutuhan harga diri (self-esteem needs)

Kebutuhan harga diri ini meliputi perasaan tidak tergantung pada orang lain,

kompoten, penghargaan terhadap diri sndriri dan orang lain

e. Kebutuhan aktualisasi diri (needs for self actualization)

11
Kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan tertinggi dalam piramida hirarki

maslow yang meliputi dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan

memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri, tidak

emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.

Konsep hirarki maslow ini mengajarkan bahwa manusia senantiasa berubah

menurut kebutuhannya. Jika seseorang merasa kepuasan, ia akan menikmati

kesejahterajaan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang leboh besar.

Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan ini terganggu maka akan timbul

kondisi patologis. Oleh karena itu, dengan konsep kebutuhan dasar maslow akan di

peroleh persepsi yang sama bahwa untuk beralih kebutuhan yang lebih tinggi,

kebutuhan dasar yang ada di bawahnya harus terpenuhi terlebih dahulu. (ARIANTI,

2019)

2. Defenisi kebutuhan aktivitas

Aktivitas maupun latihan di defenisikan sebagai suatu aksi energik atau keadaan

bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat

memerlukan tindakan- tindakan tertentu yang tepat baik oleh klien maupun perawat.

Aktivitas fisik adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem musculoskeletal sistem

saraf dan mempertahankan keseimbangan postur tubuh mengangkat, membungkuk,

bergerak dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktvitas adalah suatu energy dan

keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivtas seperti

berdiri, berjalan dan bekerja. (Raharjo, 2019).

12
3. Penyebab terjadinya imobilisasi

Penyebab terjadinya imobilisasi yaitu sebagai berikut :

1. Gaya hidup

Perbuhan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang

karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

2. Proses penyakit

Preses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang karena

dapat mempengaruhi sistem tubuh.

3. Kebudayaan

Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Contoh,

orang yang memeliki kebudayaan berjalan jauh kemampuan berjalannya lebih

kuat dari pada, orang yang memiliki kebudayaan tidak pernah berjalan jauh.

4. Tingkat energy

Energy merupakan sumber untuk melakukan aktiivitas. Energy yang cukup

dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas yang baik.

5. Usia

Usia dapat mempengaruhi aktivitas pada usia yang berbeda karena kemampuan

atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Usia

dewasa akan lebih baik pada kemampuan fungsi alat gerak dari usia lanjut.

4. Efek terjadinya imobilisasi

Efek yang terjadi terhadap perubahan imobilisasi pada sistem

musculoskeletal adalah adanya gangguan permanen atau ketidak mampuan yang

permanen. Pembatasan mobilisasi menyebabkan kehilangan daya tahan kekuatan dan

13
masa otot serta terjadinya penurunan stabilitas dan keseimbangan. Efek dari

pembatasan mobilisasi adalah gangguan metabolism kalsium dan gangguan sendi.

Terjadinya pemecahan protein, akan menyebabkan hilangnya masa tubuh

yang tidak berlemak, masa otot berkurang tidak strabil untuk mempertahankan

aktivitas tanpa meningkatnya kelemahan. Jika mobilisasi terus terjadi dan lien tidak

mampu melakukan latihan maka akan terus terjadi kehilangan masa otot. Kelamahan

otot juga terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lama sering menyebabkan atrofi

angguran di mana atrofi angguran (disuse atrophy) adalah respon yang dapat di

observasi terhadap penyakit dan menurunya aktivitas sehari-hari. Zakiyyah, (2016)

C. KONSEP POST OPERASI KEBUTUHAN AKTIVITAS

a) defenisi mobilisasi

Ambulasi dini (early ambulation) merupakan suatu upaya yang dilakukan

selekas mungkin pada pasien pasca operasi dengan membimbing pasien untuk dapat

melakukan aktivitas setelah proses pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat

tidur (latihan pernapasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai

dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi (Suddarth, 2017)

Mobilisasi dini post operasi lipoma adalah suatu pergerakan, posisi atau

adanya kegiatan yang dilakukan pasien setelah operasi. Untuk mencegah komplikasi post

operasi lipoma pasien harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh

karena pasien disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi. Semakin cepat

bergerak akan semakin baik, namun mobilisasi dini harus tetap dilakukan secara hati-hati.

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan

merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah. Dengan

demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya yang dilakukan guna mempertahankan

14
kemandirian selekas mungkin dengan cara membimbing pasien untuk mempertahankan

fungsi fisiologi.

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada

pasien post operasi lipoma 6 jam pertama dianjurkan untuk segara menggerakkan anggota

tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki

dan jari-jari. Mobilisasi secara bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya

penyembuhan pasien. Miring kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah

pasien sadar, latihan pernapasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang setelah

sadar (Mochtar, 2017).

b) Tujuan mobilisasi dini

Tujuan dari mobilisasi adalah untuk mempertahankan fungsi tubuh,

memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik,

memperlancar eliminasi urin, mengembalikan aktifitas tertentu, sehingga pasien

dapat kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian., memberikan

kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau komunikasi (Fitriyahsari, 2017).

c) Tahapan Melakukan Mobilisasi:

1 .Pada 6 jam pertama pasien harus bisa menggerakkan anggota tubuhnya di

tempat tidur (seperti belajar untuk menggerakkan jari, tangan dan menekuk

lutut).

2 Kemudian setelah 6-10 jam, pasien diharuskan bisa miring kekiri dan

kekanan.

3 Jika sudah 24 jam, pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.

4 Setelah pasien dapat duduk, lalu dianjurkan untul belajar berjalan.

15
d) Jenis rentang gerak

1 Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat

mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

2 Rentang gerak Aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien

menggerakkan kakinya.

3 Rentang gerak Fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang

diperlukan misalnya belajar bangun dari tempat tidur.

e) Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini

Adapun kerugian bila tidak melakukan mobilisasi secara dini adalah

penyembuhan luka menjadi lama, menambah rasa sakit, badan menjadi pegal

dan kaku, kulit menjadi lecet dan luka, terjadi luka di punggung, dan dapat

memperlama masa perawatan di rumah sakit.

Namun perlu kita perhatikan juga bahwa mobilisasi dilakukan pada Pasien

yang tidak sadar (semikoma), Pasien dengan keterbatasan gerakan, Pasien

dengan tirah baring (tidak memiliki kemampuan untuk bangun dari tempat

tidur).

16
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN AKTVITAS PADA PASIEN POST OPERASI LIPOMA

1. Pengkajian kebutuhan aktivitas

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Meliputi dari : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan , pekerjaan,

alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal masuk

rumah sakit dan diagnose medis.

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi dari : nama, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien

b. Riwayat kesehatan

1). Keluhan utama

a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit (MRS)

Mencatat keluhan utama yang di rasakan atau di alami klien yang

menyebabkan keluarga membawa klien ke rumah sakit.

b) Keluhan utama saat pengkajian

Diisi dengan keluhan yang di rasakan klien saat pengkajian di lakukan.

Tanyakan pada klien keluhan apa yang di rasakan, jika keluhan yang di

rasakan klien lebih dari satu, tanyakan keluhan yang sangat menganggu

klien, misalnya mengeluh nyeri saat beraktivitas atau keterbatasan saat

beraktivitas.

2). Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian ini meliputi alasan klien yang menyebabkan terjadinya

gangguan kebutuhan aktivitas dan latihan. Alasan pasien yang

menyebabkan terjadinya keluhan/ gangguan dalam aktivitas, seperti adanya

17
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah

terganggunya aktivitas, dan lama terjadinya gangguan aktivitas.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhaan kebutuhan

aktivitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis, trauma kepala,

riwayat penyakit sistem kardiovaskuler, riwayat penyakit sistem

musculoskeletal.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai penyakit yang pernah di derita

anggota keluarga. Jika memungkinkan membuat genogram atau gambaran garis

keturunan beserta penyakit yang pernah diderita terutama untuk penyakit-

penyakit yang sifatnya di turunkan atau pernyakit menular.

e. Pola pengkajian ADL

1). Pola nutrisi

Biasanya mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah, dan

kehilangan sensasi pada lidah .

2). Pola aktivitas dan latihan

Biasanya klien tidak akan mampu melakukan aktivitas dan perawatan diri

secara mandiri karena kelemahan anggota gerak,kekuatan otot berkurang,

mengalami gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan mudah lelah.

3). Pola tidur dan isrtahat

Klien biasanya akan lebih banyak ridur dan isrtahat karena semua sistem

tubuhkan akan mengalami penurunan kerja dan penurunan kesadaran

sehingga lebih banyak daim.

f. Pemeriksaan fisik

18
1). Kesadaran umum

Keadaan secara umum yang tampak dari fisik klien ketika perawat

melakukan pengkajian misalnya, pasien tampak lemah, tampak kotor, dan

lain-lain. Kesadaran secara kualitatif (composmentis, somnolen, apatis

dll).

2). Pemeriksaan tanda- tanda vital

Tanda- tanda vital yang di periksa meliputi :

a) Tekanan darah (TD) : hipotensi atau hipertensi

b) Nadi : terjadi perubahan denyut nadi

c) Suhu : hipertermi/hipotermi

d) Respiratory Rate (RR) : biasanya pasien mengalami sesak

3).pemeriksaan wajah

a) Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata/palpebral

oedem, ptosis/ dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka,

apakah ada peradangan, apakah terdapat luka, benjolan, bulu mata

rontok atau tidak, konjungtiva dan sclera, perubahan warna

(anemis/ananemis), warna iris (hitam, hijau, biru), reaksi pupil

terhadap cahaya (miosis/midriasis), pupil (isokor/an isokor).

b) Hidung

Inspeksi dan palpasi : amati bentuk tulang hidung dan posis septum

nasi (terjadi pembengkokkan atau tidak).

Amati meatus : apakah terjadi pendarahan dan kotoran, apakah ada

pembengkakkan, apakah ada pembesaran/ polip.

c) Mulut

19
Amati bibir : kelainan konginetal (labioscisis, palatoscisis, atau

labiopalatoscisis), warna bibir, apakah terdapat ada lesi, bibir pecah.

amati gigi,gusi dan lidah : apakah karies, apakah terdapat kotoran,

apakah memakai gigi palsu, warna lidah, apakah terdapat

perdarahan dan abses.

Amati orofaring atau rongga mulut : bau mulut, benda asing

(ada/tidak ).

d) Telinga

Amati bagian telinga luar : bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri

tekan, peradangan, penumpukan serumen, dengan otoskop

periksa membran tympani amati warna, transparansi,

perdarahan.

4). Pemeriksaan kepala dan leher

a. Kepala

Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/ lonjong, brakhiocephalus/

bulat), kesimetrisan, hidrochephalus, apakah terdapat luka, darah.

Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan, fontanella/ pada bayi (cekung/

tdak )

b. Leher

Inspeksi : bentuk leher (simeteris/asimetris), peradangan, jaringan

perut, perubahan warna, massa.

Palpasi : pembesaran kelenjar limfe, pembesaran vena jugularis.

5). Pemeriksaan thoraks/dada

a. Pemeriksaan paru

20
Inspeksi

a) Bentuk torak (normal chest / pigeon chest / funnel chest / barrel

chest).

b) Susunan ruang ruas tulang belakang (kyphosis/ scoliosis /

lordosis).

c) Bentuk dada (simetris / asimetris),

d) Keadaan kulit

e) Retraksi otot bantu pernafasan : apakah terdapat retraksi

intercostal, retraksi suprastemal, sternomastoid, pernafasan

cuping hidung.

f) Pola nafas : (eupnea / takipneu / bradipnea / apnea / chene

stokes / biot’s / kusmaul ).

g) Amati : apakah terdapat sianosis, batuk ( produktif / kering/

darah ).

Palpasi

Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri

teraba ( sama / tidak sama). Lrbih bergetar ke sisi yang mana

Perkusi

area paru : (sonor / hipersonor / dulnes )

Auskultasi

a) Suara nafas Area Vasikuler : bersih / halus / kasar ),

Area bronchial : ( bersih / halus / kasar ) area bronkovesikuler (

bersih / halus / kasar ) PR.

b) Suara ucapan terdengar : bronkhophoni, egophoni, pectoriloqui

21
c) Suara tambahan terdengar : rales,ronchi, wheezing, pleural

friction rub, bunyi tamabahan lain.

b. Pemeriksaan jantung

Inspeksi : ictus cordis, pelebaran

Palpasi : palpasi pada dinding torak teraba : ( lemah / kuat / tidak

teraba )

Perkusi :

a) Batas- batas jantung normal adalah :

b) Baatas atas : (normal = ICS II )

c) Batas bawah : (normal = ICS V )

d) Batas kiri : (normal = ICS V mid stemalis sinistra)

e) Batas kanan : (normal = ICS IV mid stemalis dextra)

Auskultasi :

a) BJ I terdengar (tunggal/ ganda, keras/ lemah, regular/ ireguler)

b) BJ II terdengar (tunggal/ ganda, keras/ lemah, regular/ ireguler)

Apakah ada bunyi jantung tambahan : BJ III, gallop rhythm,

murmur.

6). Pemeriksaan abdomen

a) Inspeksi

Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar), adakah masa/benjolan,

kesimetrisan

b) Auskultasi

Frekuensi peristaltic usus (normal =5-35 x/menit )

c) Palpasi

22
Palpasi hepar : diskrisikan : nyeri tekan, pembesaran, perabaan (keras/

lunak), permukaan (halus/ benjol-benjol), tepi hepar (tumpul/tajam).

(norma = hepar tidak teraba).

d) Perkusi

Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.

7). Pemeriksaan genetalia dan rektal

a. Genetelia pria

Inspeksi : rambut pubis (bersih/ tidak bersih), apakah terdapat lesi,

apakah terdapat benjolan.

Palpasi : penis : apakah terdapat nyeri tekan, apakah ada benjolan.

Scrotum dan testis : apakah terdapat benjolan , aapakah ada nyeri

tekaan.

Kelainan kelainan yang tampak pada scrotum : hidrochele, scrotal

hernia, spermatochele, epididimal mass/nodularyti, epididymitis, torsi

pada saluran sperma, tumor testiscular.

Inspeksi dan palpasi hernia : inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia (+

/ - ), apakah ada pembengkakan.

b. Pada wanita

Inspeksi

Kebersihan tambut pubis (bersih/kotor), apakah terdapat lesi, eritema,

keputihan, peradangan, lubang uretra : stenosis / sumbatan.

8). Pemeriksaan sistem saraf

a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale ):

(compos mentis / apatis / samnolen/ delirium/ sporo coma / coma )

b. Memeriksa tanda- tanda rangsangan otak

23
Apakah ada peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku kuduk, mula

muntah, kejang, penurunan tingkat kesadaran.

c. Memeriksa reflex kedalaman tendom

Reflex fisiologis : R. Bisep, R. trisep, R. brachioradialis, R. patella,

R. achiles.

reflex pathologis : bila di jumpai adanya kelumpuhan ekstremitas

pada kasus- kasus tertentu. Yang di periksa adalah Refleks. Babinski,

Refleks. chaddok, Refleks. Schaefer, Refleks Oppenheim, Refleks

Gordon, Refleks Bing, Refleks gonad.

9). Pemeriksaan ekstemitas / musculoskeletal

Periksa adanya kelemahan, gangguan sensorik, tonuas otot, atropi,

tremor, gerakan tak terkendali, kekuatan otot, kemampuan jalan,

kemampuan duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi, kekakuan sendi

10). Pengkajian kebutuhan dasar aktivitas

Menanyakan pada pasien/ klien kegiatan rutin sebelum saktit dan stelah

Sakit, menayakan waktu senggang sebelum dan setelah sakit, kemampuan

berjalan sebelum sakit dan setelah sakit, kemampuan merubah posisi :

baring ke duduk sebelum dan setelah sakit, kemampuan mempertahanakan

posisi duduk sebelum dan setelah sakit, kemampuan merubah posisi :

duduk ke beridir sebelum dan setelah sakit , kemampuan

memperetahankan posisi berdiri sebelum dan setelah sakit, kemampuan

berjalan sebelum dan setelah sakit, pengunaan alat bantu dalam pergerakan

sebelum dan setelah sakit, dyspnea setalah beraktivitas sebelum dan

setelah sakit, ketidak nyamanan beraktivitas sebelum dan setelah sakit,

pergerakan lambat sebelum sakit dan setelah sakit

24
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah

kesehatan actual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah actual

berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnose keperawatan adalah

sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah

kesehatan dan penyebab adanya masalah.

a. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh sulit menggerakkan

ekstermitas, nyeri,enggan melakukan pergerakan, kekuatan otot menurun,

rentang gerak menurun.

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d keluhan aktivitas terbatas, mengeluh

lelah, merasa lemah, tekanan darah berubah >20 % dari kondisi israhat.

3. Perencanaan keperawatan

Berdasarkan diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

ditandai dengan sulit menggerakkan ektremitas, nyeri, enggan melakukan pergerakkan,

kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun. Didapatkan luaran keperawatan utama

mobilitas fisik dengan kriketeria hasil :

a) Pergerakan ekstremitas dari menurun menjadi meningkat

b) Kekuatan otot dari menurun menjadi meningkat

c) Rentang gerak (ROM) dari menurun menjadi meningkat

d) Nyeri dari meningkat menjadi menurun

e) Kecemasan dari meningkat menjadi menurun

f) Kaku sendi dari meningkat menjadi menurun

25
g) Gerakan tidak terkoordinasi dari meningkat menjadi menurun

h) Gerakan terbatas dari meningkat menjadi menurun

i) Kelemahan fisik dari meningkat menjadi menurun

Adapun lebel luaran tambahan dari diagnosa gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri ditandai dengan sulit menggerakkan ektremitas, nyeri,

enggan melakukan pergerakkan, kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun

luaran tambahan sebagai berikut :

a) Berat badan

b) Fungsi sensaori

c) Keseimbangan

d) Konsevasi energy

e) Koordinasi pergerakan

f) Motivasi

g) Pergerakan sendi

h) Status neorologis

i) Status nutrisi

j) Toleransi aktivitas

Pada intervensi keperawatan diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri ditandai dengan sulit menggerakkan ektremitas, nyeri, enggan

melakukan pergerakkan, kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun adalah

sebagai berikut :

Intervensi utama :

Dukungan mobilisasi dengan rencana tindakan

Observasi

26
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi

4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur

2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini

3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat

tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

Adapun label intervensi pendukung dari diagnosa gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri ditandai dengan sulit menggerakkan ektremitas,

nyeri, enggan melakukan pergerakkan, kekuatan otot menurun, rentang gerak

menurun yaitu :

1. dukungan ambulasi

2. dukungan kepatuhan program pengobatan

3. dukungan perawatan diri

27
4. dukungan perawatan diri : BAB /BAK

5. dukungan perawatan diri : berpakaian

6. dukungan perawatan diri : makan/ minum

7. dukungan perawatan diri : mandi

8. edukasi latihan fisik

9. edukasi teknik ambulasi

10. edukasi teknik transfer

11. konsultasi via telepon

12. latihan otogenik

13. manejemen energy

14. manjemen lingkungan

15. manejemen mood

16. manejemen nutrisi

17. manejemen nyeri

18. manejemen medikasi

19. manejemen program latihan

20. manejemen sensasi perifer

21. pemantauan neurologis

22. dukungan mobilisasi

23. pemberian obat

24. pemberian obat intravena

25. pembidaian

26. pencegahan jatuh

27. pencegahan luka tekan

28. pengaturan posisi

28
29. pengekangan fisik

30. perawatan kaki

31. perawatan sirkulasi

32. perawatan tirah baring

33. perawatan traksi

34. promosi berat badan

35. promosi kepatuhan program latihan

36. promosi latihan fisik

37. teknik latihan penguatan otot

38. terapi aktivitas

39. terapi pemijatan

40. terapi relaksasi otot progesif

berdasarkan diagnosa Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d keluhan aktivitas

terbatas, mengeluh lelah, merasa lemah, tekanan darah berubah >20 % dari kondisi

israhat. Didapatkan luaran keperawatan toleransi aktivitas dengan krikteria hasil :

1) frekunesi nadi dari menurun menjadi meningkat

2) saturasi oksigen dari menurun menjadi meningkat

3) kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari- hari dari menurun menjadi

meningkat

4) kecepatan berjalan dari menurun menjadi meningkat

5) jarak berjalan dari menurun menjadi meningkat

6) kekuatan tubuh bagian atas dari menurun menjadi meningkat

7) kekuatan tubuh bagian bawah dari menurun menjadi meningkat

8) toleransi dalam menaiki tangga dari menurun menjadi meningkat

9) keluhan lelah dari meningkat menjadi menurun

29
10) dispnea saat aktivitas dari meningkat menjadi menurun

11) dispnea setelah aktivitas dari meningkat menjadi menurun

12) sianosis dari meningkat menjadi menurun

13) warna kulit dari memburuk menjadi membaik

14) tekanan darah dari memburuk menjadi membaik

15) frekuensi nafas dari memburuk menjadi membaik

16) EKG iskemia dari memburuk menjadi membaik

Adapun label luaran tambahan dari diagnosa Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d

keluhan aktivitas terbatas, mengeluh lelah, merasa lemah, tekanan darah berubah

>20 % dari kondisi israhat. luaran tambahan sebagai berikut :

1) Ambulasi

2) Curah jantung

3) Konsevasi energi

4) Tingkat keletihan

Pada intervensi keperawatan diagnosa Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d

keluhan aktivitas terbatas, mengeluh lelah, merasa lemah, tekanan darah berubah

>20 % dari kondisi israhat. adalah sebagai berikut :

Intervensi utama :

Terapi aktivitas dengan rencana tindakan :

Observasi

1. Identifikasi difisit tingkat aktivitas

2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu

3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang di inginkan

30
4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas

5. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. Bekerja) dan waktu luang

6. Monitor respons emosional, fisik, sosial dan spiritual terhadap aktivitas

Terapeutik

1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan difisit yang dialami

2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas

3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten

sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial.

4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia

5. Fasilitasi makna aktivitas yang di pilih

6. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai

7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk

mengakomodasi aktivitas yang dipilih

8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi, dan prawatan diri

), sesuai kebutuhan

9. Fasilitasi aktivitas penganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy,

atau gerak

10. Fasilitasi aktivitas motoric kasar untuk pasien hiperaktif

11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai

12. Fasilitasi aktivitas motoric untuk merelaksasi otot

13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan emosional (mis.

Kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien demensia, jika susai

14. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompotitif, terstruktur dan

aktif kecemasan (mis. Vocal grub bola volley ,tenis meja, jogging,

31
berenang, tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah

tangga, perawatan diri dan teka teku dan kartu )

15. Libatkan keluarga dalam aktivitas , jika perlu

16. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri

17. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk

mencapai tujuan

18. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari

19. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi

1. Jelaskan metode aktivitas sehari- hari , ika perlu

2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

3. Anjurkan cara melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan koknitif dalam

menjaga fungsi dan kesehatan

4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelonmpok atau terapi jika sesuai

5. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam

aktivitas

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan terapis dalam merencanakan dan memonitor program

aktivitas, jika sesuai

2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas , jika perlu

Adapun label intervensi pendukung dari diagnosa Intoleransi aktivitas b.d

kelemahan d.d keluhan aktivitas terbatas, mengeluh lelah, merasa lemah,

tekanan darah berubah >20 % dari kondisi israhat yaitu :

1. Manejemen energy

32
2. Dukungan ambulasi

3. Dukungan kepatuhan program pengobatan

4. Dukungan meditasi

5. Dukungan pemeliharaan rumah

6. Dukungan perawatan diri

7. Dukungan spiritual

8. Dukungan tidur

9. Edukasi latihan fisik

10. Edukasi latihan ambulasi

11. Edukasi pengukuran nadi radialis

12. Manejemen aritmia

13. Manejemen lingkungan

14. Manejemen mood

15. Terapi aktivitas

16. Pemantauan tanda vital

17. Pemberian obat

18. Pemeberian obat inhalasi

19. Pemberian obat intravena

20. Pemberian obat oral

21. Penentuan tujuan bersama

22. Promosi berat badan

23. Promosi dukungan keluarga

24. Promosi latihan fisik

25. Rehabilitasi jantung

26. Terapi aktivitas

33
27. Terapi bantuan hewan

28. Terapi music

29. Manejemen nutrisi

30. Manejemen nyeri

31. Terapi oksigen

32. Terapi relaksasi otot progesi

4. Implementasi

Implentasi keperawatan adalah perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang

sudah di laksanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam implementasi

terdapat tatanan pelaksanaan yang mengatur kegiatan asuhan keperawatan yang di

sesuaikan dengan diagnose dan intervensi yang telah ditetapkan. Implementasi

keperawatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon

klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Tim

Pokja SIKI PPNI, 2018), misalnya pada Ambulasi dini di lakukan 6 jam pada pasien

pasca operasi di mulai dari latihan tungkai, latihan kaki dan miring kanan dan kiri

secara bertahap dan sesuai kemampuan pasien. Kemudian 24 jam setelah operasi

mulai melakukan latihan duduk di tempat tidur dan duduk di sisi tepi tempat tidur.

lalu 48 jam setelah operasi mulai dengan latihan turun dari tempat tidur, berdiri di

sisi tempat tidur di lanjutkan dengan latihan berjalan secara bertahap dengan tetap

memperhatikan keadaan umum responden.

34
5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian hasil dan proses, penilaian dilakukan untuk

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang telah dicapai sebagai luaran dari

tindakan, evaluasi di lakukan berdasarkan krikteria yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam perencanaan yang telah di berikan berdasarkan tujuan yang

ditetapkan sebelumnya. Tujuan evaluasi yaitu mengakhiri rencana tindakan

keperawatan, modifikasi rencana tindakan keperawatan, dan meneruskan rencana

tindakan keperawatan (Deswani, 2016).

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain ini menggunakan metode deskritif yaitu suatu metode yang di lakukan

dengan tujuan utnuk mendeskripsikan atau memaparkan tentang studi kasus atau

keadaan secara objektif dan menganalisis lebih mendalam tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas di RS.

Aliyah 2 kota kendari.

B. Subyek studi

Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah individu yang sedang menjalani

perawatan di ruang rawat RS Aliyah 2 Kota Kendari sebanyak 1 responden

dengan kriteria inklusi:

1. Pasien yang mengalami gangguan aktivitas

2. Pasien yang bersedia menjadi responden

3. Pasien yang kooperatif saat dilakukan penelitian

4. Pasien post operasi hari ke 2 jam post operasi 13.00 pada tanggal 16 juni

2022

Kriteria eksklusi:

1. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran

2. Pasien yang mengalami komplikasi

36
C. Tempat dan waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 17 juni sampai dengan 19 juni

2022 di RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

D. Fokus studi kasus

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas

2. Asuhan keperawatan pada klien dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas

E. Defenisi oprasional fokus studi

1. Post Operasi lipoma dalam penelitian ini adalah tindakan pembedahan suatu

benjolan) yang berada dibawah kulit yang terdiri dari lemak.

2. Kebutuhan aktivitas adalah salah kebutuhan dasar manusia yang harus di

penuhi agar seseorang dapat bergerak secara bebas dan hidup layaknya

manusia biasa pada pasien post operasi seperti mobilisasi dini.

3. Gangguan kebutuhan aktivitas adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dalam

melakukan aktivitas karena adanya hambatan pada ekstremitas ataupun

ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas.

4. Pengkajian keperawatan dalam penelitian ini adalah melakukan pengkajian

fisik dan pengkajian kebutuhan dasar yang berfokus pada gangguan

pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien post operasi lipoma.

5. Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini merujuk pada Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Adapun diagnosa keperawatan

yang ditegakkan pada kasus ini adalah gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai dengan rentasng

gerak terbatass.

37
6. Perencanaan keperawatan dalam penelitian ini terdiri dari intervensi

keperawatan dan luaran keperawatan yang merujuk pada Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI). Adapun intervensi keperawatan pada klien dengan post operasi

lipoma adalah dukungan mobilisasi dan luaran keperawatannya adalah

mobilitas fisik.

7. Implementasi pada penelitian ini adalah melakukan perencanaan

keperawatan yaitu dukungan mobilisasi dengan tindakan terapeutik yaitu

mengajarkan klien melakukan perubahan posisi dari baring ke posisi duduk

8. Evaluasi pada penelitian ini adalah melakukan penilaian keberhasilan

tindakan yang dilakukan dengan merujuk pada luaran keperawatan di

tandai dengan pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot meningkat,

nyeri menurun, gerakan terbatas menurun, dan kelemahan fisik menurun

F. Instrument studi kasus

Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan

medikal bedah mulai dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,

observasi langsung, dan studi dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan

Terdiri dari identitas pasien, identifikasi penanggung jawab, riwayat

kesehatan, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluaraga/genogram

(diagram 3 generasi) pemeriksaan fisik, kebutuhan dasar, pemeriksaan

penunjang, dan tindakan medic/pengobatan

2. Format analisa data

38
Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, ruang perawatan,

diagnose medis, data, Etiologi, dan masalah.

3. Format diagnosa keperawatan

Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan,

4. Format rencana asuhan keperwatan

Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, ruang perawatan,

diagnose medis, diagnosa keperawatan, luaran keperawatan (SLKI), dan

intervensi keperawatan (SIKI)

5. Format implementasi dan evaluasi keperawatan

Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, ruang perawatan,

diagnose medis, diagnose keperawatan, hari/tanggal, jam, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

G. Metode pengumpulan data

1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung dengan cara melakukan pemeriksaan

yang berkaitan dengan perkembangan keadaan pasien

2. Wawancara

Mengadakan wawancara pasien dengan keluarga, dengan mengadakan

pengamatan langsung

3. Pemeriksaan Fsisik

Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan aktivitas

4. Studi Dokumentasi

Penulis memperoleh data dari medikal record dan hasil pemeriksaan

laboratorium

39
5. Metode Diskusi

diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang

bertugas di ruang RS aliyah 2 kendari

H. Analisis data dan penyajian data

Setelah dilakukan pengumpulan data dari responden, kemudian dilakukan

analisa data dari hasil observasi,wawancara, dan lain-lain. Setelah di analisa

data tersebut, kemudian melakukan penyajian data. Penyajian data dalam

penelitian ini yaitu dengan menganalisis hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk narasi atau tekstular

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada

institusi tempat penelitian. Dalam hal ini pertimbangan etika dalam penelitian

ini di laksanankan dengan memenuhi prinsip-prinsip : (donsu, 2016)

1. Ananomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama

responden tetapi akan menganti menjadi ininsial atau kode responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Yaitu menjamin keberhasilan hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Informasi yang di kumpulkan dijamin

kerahsiaannya oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

40
3. Beneficience

Penelitian melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan fisik

4. Full discosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat keputusan

secara suka rela teentang partisipasinya dalam penelitian ini dan

keputusan tersebut tidak dapat dibuat tanpa memberikan penjelasan

selengkap-lengkapnya

5. Informant consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informant consent diberikan kepada responden yang akan di teliti

disertai judul penelitian, apabila responden menerima atau menolak,

maka peniliti harus bisa menerima keputusan responden.

6. Fidelity (menepati janji)

Perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai

komitmen orang lain.

7. Non – maleficence ( tidak merugikan )

Ketika perawat melakukan tindakan keperawatan tidak menimbulkan

bahaya atau cedera fisik dan psikologis pada klien.

8. Veracity (kejujuran)

Informasi yang diberikan kepada klien harus akurat, komprehensif, dan

objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling

percaya, klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan

informasi yang ingin ia tahu.

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Peneliti telah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.T dengan diagnosa

medis Post Operasi Lipoma di ruang perawatan RSU Aliyah 2 Kota Kendari dari

tanggal 17 Juni 2022 sampai dengan 19 Juni 2022. Adapun hasil yang diperoleh

peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan diuraikan sebagai berikut:

I. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas Klien

a) Nama Lengkap : Tn.T

b) Jenis Kelamin : laki- laki

c) Umur/Tanggal Lahir : 37 / 16 desember 1984

d) Status perkawinan : menikah

e) Agama : kristen protestan

f) Suku Bangsa : jawa

g) Pendidikan : SMP

h) Pekerjaan : petani/ berkebun

i) Pendapatan : tidak menentu

j) Tanggal MRS : 16 juni 2022

2) Identitas Penanggung

a) Nama Lengkap : Ny. Y

b) Jenis kelamin : perempuan

c) Pekerjaan : IRT

42
d) Hubungan dengan klien : istri

e) Alamat : JLN. Bangau no. 12, Punggaloba

b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : klien masuk dengan keluhan benjolan pada daerah

daerah punggung sebelah kiri

1) Riwayat kesehatan sekarang : klien mengatakan sulit menggerakan

anggota badan sebelah kiri karena adanya luka operasi pada

punggung kiri klien. Klien baru saja menjalani operasi 1 hari yang

lalu. Klien mengatakan terasa nyeri daerah punggung yang

dioperasi dengan skala 5

2) Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan tidak pernah

mengalami penyakit yang sama , dan juga tidak pernah menjalani

perawatan di Rumah sakit.

3) Riwayat kesehatan keluarga : Tn. T mengatakan di keluarganya

tidak terdapat penyakit pada yang sama.

c. Genogram

x x
C C

x x
C C

x
C
Keterangan :
Laki – laki :

Perempuan :

43
Klien :

Garis turunan :

Tinggal serumah :

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : keadaan umum klien lemah

2) Kesadaran : tingkat kesadaran klien compos mentis

3) Tanda tanda vital

Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

Pernafasan : 20 kali per menit

Nadi : 84 kali per menit

Suhu badan : 36 C

4) Kepala : bentuk kepala lonjong, nampak bersih , tidak terdapat nyeri

tekan, rambut tidak rontok, tidak terjadi aloppesia (kebotokan

rambut ).

5) Mata : penglihatan normal, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik

(warna putih) tidak ada edema pada kelopak mata, pergerakan bola

mata normal, tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak terdapat benjolan

pada bola mata.

6) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak

ada tanda peradangan, tidak teraba adanya massa

7) Hidung : hidung kiri dan kanan simetris, tidak ada secret, tidak ada

peradangan dan pendarahan, tidak ada nyeri, fungsi penciuman

normal ( mampu membedakan bau- bauan)

44
8) Tenggorokan dan mulut : fungsi bicara normal, bibir kering, tidak

ada gigi palsu, tidak ada nyeri saat menelan, kemampuan

mengunyah normal.

9) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe, mobilitias leher baik.

10) Thoraks dan paru – paru : bentuk dada simetris, pengembangan

dada simteris kiri dan kanan, tidak ada tanda jejas, tidak ada massa,

suara nafas normal ( tidak ada penambahan suara nafas )

11) Abdomen : tidak ada distensi abdomen, tidak ada nyeri tekan.

12) Ektremitas : terdapat kelemahan otot pada ektremitas bawah

sebelah kiri. Pasien mengatakan masih susah menggerakkan tubuh

bagian kirinya karena nyeri area luka operasi

a. Warna kulit : sawo matang

b. Purpura / ekimosis : tidak ada purpura

c. Hipertropi : tidak ada hipertropi

d. Lesi : tidak ada lesi

e. Pigmentasi : tidak ada pigmentasi

f. Luka : terdapat luka bekas op pada daerah punggung di sebelah

kiri

g. Deformitas sendi : tidak ada

h. Deformitas tulang : tidak ada

i. Tremor : tidak ada tremor

j. Varises : tidak ada varises

k. Edema : tidak ada edema

l. Tugor kulit : tugor kulit baik

45
m. Kelembaban kulit : kulit klien kering

n. Pergerakkan : saat beraktivitas seperti, makan, minum, mandi,

eliminasi, dan berpakaian klien di bantu oleh keluarganya

o. Kekuatan otot : menurun pada eksterimitas bagian kiri dengan

kekuatan otot pada ekstremitas kiri atas= 4, kanan atas= 5, kiri

bawah= 5 dan kanan bawah= 5

p. Kekakuan sendi : tidak ada

q. Kekuatan sendi : menurun

r. Nyeri : terdapat nyeri pada luka operasi di area punggung yang

menjalar sampai ke tangan sebelah kiri

s. Rentang gerak ROM : klien kurang mampu mengangkat tangan

sebelah kirinya karena adanya luka op pada punggung

13) Sistem saraf : tingkat kesedaran compos mentis, gerakan

terkoordinasi, memori normal, orientasi menjawab baik tidak ada

kejang- kejang.

14) Terapi

1. Rl 500 ml/ 8 jam

2. Cefotaxime 15 r pre op iv

3. Dexametason 2a pre op iv

4. Ondansentaron 1a pre op iv

5. Ranitidin 1amp pre op iv

6. Cefotaxime 16 r /8j iv

7. Ranitidin 1amp /8 j iv

8. Ketorolac 1amp /12 j iv

46
e. Pengkajian Kebutuhan Aktivitas sehari- hari

1. Aktivitas sebelum sakit

a. Kegiatan sehari: klien mampu melakukan aktivitas secara

mandiri

b. Kegiatan rutin : klien bekerja

c. Waktu senggang : klien berkumpul bersama keluarga

d. Kemampuan berjalan : klien mampu berjalan

e. Kemampuan merubah posisi saat berbaring : klien mampu

f. Kemampuan merubah posisi berbaring ke duduk : klien

mampu

g. Kemampuan mempertahankan posisi duduk : klien mampu

h. Kemampuan merubah posisi duduk ke berdiri : klien mampu

i. Kemampuan mempertahankan posisi berdiri : klien mampu

j. Kemampuan berjalan : klien mampu berjalan

k. Penggunaan alat bantu dalam gerakan : tidak ada alat bantu

dalam pergerakkan klien

l. Ketidaknyamanan setelah aktivitas : tidak

m. Pergerakan lambat : tidak

2. Aktivitas saat sakit :

a. Kegiatan sehari: klien mengatakan dalam melakukan

aktivitas harus di bantu oleh keluarga seperti kebutuhan

makan, minum, mandi, eliminasi dan berpakian. Saat klien

ingin ke wc klien harus di bantu dengan keluarga.

b. Kegiatan rutin : makan dan minum obat secara teratur

c. Waktu senggang : klien hanya berbaring di tempat tidur

47
d. Kemampuan berjalan : klien kurang mampu berjalan

e. Kemampuan merubah posisi saat berbaring : klien di bantu

oleh keluarga/ perawat

f. Kemampuan merubah posisi berbaring ke duduk : klien

dibantu oleh keluarga/ perawat

g. Kemampuan mempertahankan posisi duduk : klien mampu

duduk dengan bantuan keluarga/ perawat

h. Kemampuan merubah posisi duduk ke berdiri: keterbatasan

saat merubah posisi dari baring ke posisi duduk.

i. Kemampuan mempertahankan posisi berdiri : Klien dapat

berdiri tapi tidak bisa dalam waktu yang lama karena area

luka operasi masih sakit

j. Kemampuan berjalan : klien mampu berjalan tapi masih

lambat dan butuh bantuan

k. Penggunaan alat bantu dalam gerakan : alat bantu pagar

tempat tidur

l. Ketidaknyamanan setelah aktivitas : klien mengatakan

badannya lemah

m. Pergerakan lambat : pergerakan klien lambat

f. Kebutuhan nutrisi

a. Frekuensi makan sehari : 2-3 x/ hari

b. Waktu makan : pagi, sore, dan malam

c. Porsi makan yang di habiskan : 1 piring porsi orang dewasa

48
d. Penggunaan alat bantu makan : klien menggunakan sendok sebagai

alat bantu makan

e. Makanan pantangan/ yang tidak disukai : tidak ada makanan

pantangan/ yang tidak di sukai

f. Makanan yang di sukai : sayur bening

g. Pembatasan makanan : tidak ada

h. Jenis makannan yang di batasi : tidak ada

i. Perasaan cepat kenyang : tidak ada

g. Kebutuhan minum/ cairan

a. Frekuensi minum perhari : teratur

b. Jumlah minum yang dikonsumsi setiap hari : 7-8 gelas/ hari

c. Jenis minuman yang tidak di sukai : minuman yang memiliki soda

sangat tinggi

d. Jenis minuman yang di sukai : kopi dan minuman manis

e. Perubahan selama sakit : tidak ada perubahan selama sakit

h. Eliminasi BAB dan BAK

a. BAK

• Sebelum sakit :

Klien mengatakan BAK 4-6x sehari 150 cc sekali BAK dengan

warna kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan

• Saat sakit :

Klien BAK 1000cc sehari , warna kuning kecoklatan, bau

amoniak.

b. BAB

1. Sabelum sakit : tidak ada keluhan

49
2. Saat sakit : belum melakukan BAB selama sakit

i. Istrahat dan tidur

a. Sebelum sakit :

Pasien mengatakan bila tidur pukul 21.00 WIB sampai jam 06.00

WIB dan jarang tidur siang

b. Setelah sakit :

Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan tidur sebentar – sebentar

bangun kira- kira dalam 24 jam, klien juga mengatakan suhu di

ruangan panas

j. Keadaan sosial klien

Gambaran diri klien menerima dengan keadaan sakitnya saat ini, ideal

diri klien ingin segera sembuh dan pulang ke rumah agar bisa melakukan

aktivitasnya kembali, harga diri klien tidak merasa rendah diri

k. Keadaan spiritual

Klien beragama Kirsten protestan dan setiap sabtu dan minggu klien ikut

ibadah di greja

50
l. Keadaan sosial / lingkungan

Klien mengatakan sering mengikuti kerja bakti di lingkungan rumahnya

setiap hari minggu

m. Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium pada

tanggal 16 juni 2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan

DARAH RUTIN
WBC 9.2 X 10…UL 4.0 - 10
Lymp # 4.1 X 10…UL 0.8 - 4.0
Midh # 0.7 X 10…UL 0.1 – 1.2
Grand # 4.4 X 10…UL 2.0 – 7.0
Lymp % 44.4 % 20.0 – 40.0
Midh % 7.8 % 3.0 – 14. 0
Grand % 47.8 % 50.0 – 70.0

HGB 14.7 g/dl 12 – 16

RBC 4.91 x 10…ul 4.20- 5. 50 H


HCT 45.2 % 37.0 – 43.0
MCV 86.0 Fl 80.0 – 100.0 L
MCH 29.9 Pg 27.0 – 34.0 L
MCHC 34.8 g/dl 32.0 – 36.0
RDW-CV 13.3 % 11.0 – 16.0
RDW-SD 39.3 Fl 35.0 – 56.0

PLT 304 X10…UL 150 – 400


MPV 8.5 Fl 6.5 – 12
PDW 14.2 9.0 – 17.0
PCT 0.258 % 0. 108 – 0. 282
CT
CT 4.00 MENIT 3.00- 6.00
BT
BT 1.30 MENIT 1.00- 6.00
RAPID TEST
COVID-19
Antigen (BPJS)
SWAB COVID-
Antigen (BPJS) NEGATI NEGATIVE
VE

51
II. Klasifikasi data

Data subjektif

1. klien mengatakan sulit menggerakan anggota badan sebelah kiri karena

adanya luka operasi pada punggung kiri.

2. Klien mengatakan terasa nyeri daerah punggung yang dioperasi dengan

skala 5

3. mengeluh sulit bergerak atau melakukan aktivitas

Data objektif

a) Nampak Rentang gerak ROM menurun

b) Klien nampak lemah

III. Diagnosa keperawatan

a) Analisa data

Data Etiologi Masalah

Ds : Gangguan mobilitas
a) klien mengatakan sulit Benjolan di bawah kulit fisiik b/d penurunan
yang terdiri dari lemak kekuatan otot d/d rentang
menggerakan anggota gerak terbatas

badan sebelah kiri Lipoma

karena adanya luka


Tindakan Operasi
operasi pada punggung

kiri.
Nyeri pada area luka
b) Klien mengatakan terasa operasi

nyeri daerah punggung

Penurunan kemampuan
beraktivitas secara
mandiri

52
yang dioperasi dengan

skala 5

c) mengeluh sulit bergerak Gangguan Mobilitas


Fisik
atau melakukan aktivitas

Do :
a) Nampak Rentang gerak

ROM menurun

d) Klien nampak lemah

b) Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data – data yang di peroleh maka peneliti menegakkan

diagnose keperawatan sebagai berikut :

Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan

Kekuatan Otot ditandai dengan:

Data subjektif

a. klien mengatakan sulit menggerakan anggota badan sebelah kiri

karena adanya luka operasi pada punggung kiri.

b. Klien mengatakan terasa nyeri daerah punggung yang dioperasi

dengan skala 5

c. mengeluh sulit bergerak atau melakukan aktivitas

Data objektif

a) nampak rentang gerak ROM menurun

b) klien nampak lemah

53
IV. Perencanaan keperawatan

No Diagnosa Tujuan keperawatan Intervensi keperawatan


keperawatan
1. Gangguan Setelah di lakukan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik intervensi Observasi :
berhubungan keperawatan selama 1. Identifikasi adanya
dengan 3x 24 jam maka, nyeri atau keluhan
penurunan mobilitas fisik fisik lainnya
kekuatan otot di meningkat dengan 2. Identifikasi toleransi
tandai dengan krikteria hasil : fisik melakukan
rentang gerak 1. Nyeri dari gerakan
terbatas meningkat 3. Monitor kondisi
menjadi menurun umum selama
2. Gerakan terbatas melakukan
dari meningkat mobilisasi
menjadi menurun Terapeutik :
3. Kelemahan fisik 1. Fasilitasi terapi obat
dari meningkat sesuai anjuran
menjadi dokter
mmenurun 2. Fasilitasi aktivitas
4. Rentang gerak mobilisasi dengan
ROM dari alat bantu (mis.
menurun menjadi Pagar tempat tidur)
meningkat 3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
hatus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kurs)

54
V. Implementasi keperawatan

a. Implementasi keperawatan hari pertama

Hari / tanggal Jam Implementasi Evaluasi


Jum’at 17 juni 14.00 1. mengidentifikasi S:
2022 adanya nyeri atau - Klien
keluhan fisik lainnya mengatakan
Hasil : terdapat nyeri masih lemah
post op pada daerah - Klien belum
pungung sebelah kiri mampu
dengan skala 5 mengerakkan
2. mengidentifikasi ekstremitas kiri
toleransi fisik atas secara
melakukan gerakan mandiri
Hasil: klien meminta - Klien
bantuan pada mengatakan
keluarga/ perawat saat masih nyeri post
ingin melakukan op dengan skala
gerakan 5
3. Memonitor kondisi O:
umum selama - Pergerakan klien
melakukan mobilisasi terbatas
Hasil : kondisi umum - Kekuatan otot
klien lemah ekstremitas kiri
4. Memfasilitasi terapi atas= 4/rentang
obat sesuai anjuran gerak ROM
dokter menurun
Hasi: klien di berikan - TTV :
injeksi ketorolac /8 TD: 110/80
jam mmHg
5. Memfasilitasi N : 84x/menit
aktivitas mobilisasi S : 36C
dengan alat bantu Rr : 20x/menit
(mis. Pagar tempat A:
tidur) Masalah belum
Hasil: klien dibantu teratasi
dalam melakukan P:
perubahan posisi Intervensi 1-9 di
dengan bertumpu lanjutkan
pada pagar tempat
tidur
6. Melibatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Hasil: istri klien
membantu klien

55
dalam perawatan diri
mandi, pakaian dan
makan
7. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
Hasi: klien dan
keluarganya nampak
mengerti penjelasan
dari perawat
8. Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
Hasi: klien perlahan
mengerakkan
badannya dengan
bantuan keluarga/
perawat
9. Mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang hatus dilakukan
(mis. Duduk di tempat
tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
Hasil: klien mampu
duduk di tempat tidur
dengan bantuan
keluarga/ perawat

b. Implentasi Keperawatan Hari 2


Hari / Jam Implementasi Evaluasi
tanggal
Sabtu 18 09.00 1. mengidentifikasi S:
juni 2022 adanya nyeri atau - Klien
keluhan fisik mengatakan
lainnya anggota badan
Hasil : klien bagian kiri
mengatakan nyeri masih sulit di
post op berkurang gerakkan
di daerah - Klien
punggung sebelah mengatakan
kiri dengan skala 4 badannya
2. mengidentifikasi masih terasa
toleransi fisik lemah

56
melakukan - Klien
gerakan mengatakan
Hasil: klien masih
meminta bantuan merasakan
pada keluarga/ nyeri
perawat saat ingin punggung
melakukan setelah operasi
gerakan dengan skala 4
3. Memonitor
kondisi umum O:
selama melakukan - Nampak klien
mobilisasi perlahan
Hasil : kondisi mampu
umum klien mulai mengerarkkan
membaik ekstremitas kiri
4. Memfasilitasi atas dengan
terapi obat sesuai bantuan
anjuran dokter perawat
Hasi: klien di - Pergerakkan
berikan injeksi klien masih
ketorolac /8 jam terbatas
dan cefotaxim /8 - Kekuatan otot
jam klien pada
5. Memfasilitasi ektremitas kiri
aktivitas = 4/rentang
mobilisasi dengan gerak ROM
alat bantu (mis. cukup
Pagar tempat meningkat
tidur) - TTV :
Hasil: klien TD:120/80
dibantu dalam mmHg
melakukan N : 84x/menit
perubahan posisi S : 36C
dengan bertumpu Rr : 20x/menit
pada pagar tempat
tidur A:
6. Melibatkan Masalah belum
keluarga untuk teratasi
membantu pasien
dalam P:
meningkatkan Intervensi di
pergerakan lanjutkan
Hasil: keluarga
dan perawat selalu
terlibat dalam
aktivitas klien
7. Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi

57
Hasi: klien dan
keluarganya
nampak mengerti
penjelasan dari
perawat
8. Menganjurkan
melakukan
mobilisasi dini
Hasi: klien
perlahan
mengerakkan
badannya dengan
bantuan keluarga/
perawat
9. Menganjarkan
mobilisasi
sederhana yang
hatus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
Hasil: klien
perlahan duduk di
tempat tidur dan
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar kecil (wc)
dengan bantuan
perawat / keluarga

c. Implementasi Keperawatan Hari Ke 3

Hari / Jam Implementasi Evaluasi


tanggal
Minggu 10.00 1. mengidentifikasi S:
19 juni adanya nyeri atau - Klien
2022 keluhan fisik mengatakan
lainnya mampu
Hasil : klien menggerakkan
mengatakan nyeri anggota badan
post op berkurang sebelah kiri
di daerah secara perlahan
punggung dengan - Klien
skala 3 mengatakan
sebelah kiri keadaan

58
2. mengidentifikasi fisiknya cukup
toleransi fisik membaik
melakukan - Klien
gerakan mengatakan
Hasil: klien masih nyeri
meminta bantuan punggung
pada keluarga/ setelah operasi
perawat saat ingin dengan skla 3
melakukan
gerakan O:
3. Memonitor - Nampak klien
kondisi umum perlahan
selama melakukan mampu
mobilisasi mengerarkkan
Hasil : kondisi ekstremitas kiri
umum klien agak atas
membaik - Pergerakkan
4. Memfasilitasi klien masih
terapi obat sesuai terbatas namun
anjuran dokter sudah bisa
Hasi: klien di mengerakkan
berikan injeksi anggota
ketorolac /8 jam tubuhnya
dan cefotaxim /8 - Kekuatan otot
jam klien pada
5. Memfasilitasi ektremitas kiri
aktivitas atas = 4/rentang
mobilisasi dengan gerak ROOM
alat bantu (mis. cukup
Pagar tempat meninngkat
tidur) - TTV :
Hasil: klien TD: 120/80
dibantu dalam mmHg
melakukan N : 84x/menit
perubahan posisi S : 36C
dengan bertumpu Rr : 20x/menit
pada pagar tempat A:
tidur Masalah belum
6. Melibatkan teratasi di lanjutkan
keluarga untuk dengan meminum
membantu pasien obat dan latihan
dalam bergerak di rumah
meningkatkan
pergerakan P:
Hasil: dalam Intervensi di
pergerakan klien hentikan/pasien
di bantu oleh pulang
keluarga/ perawat
7. Menjelaskan Edukasi :
tujuan dan

59
prosedur Melakukan
mobilisasi perawatan luka di
Hasi: klien dan poli RSU Aliyah 2
keluarganya Kendari
nampak mengerti
penjelasan dari
perawat
8. Menganjurkan
melakukan
mobilisasi dini
Hasi: klien mampu
menggerakkan
ekstremitas atas
kiri secara
perlahan dengan
bantuan keluarga/
perawat
9. Mengganjarkan
mobilisasi
sederhana yang
hatus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
Hasil: klien
mampu duduk di
tempat tidur dan
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar kecil (wc)
dengan bantuan
perawat/ keluarga

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini, maka

penulis membahas tentang hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien

Tn. T dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas di Ruang

Perawatan RSU Aliyah 2 Kendari yang di laksanakan pada tanggal 17 juni

2022 yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

60
1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah hal utama yang dilakukan perawat

karena memungkinkan 80% diagnosis masalah klien dapat ditegakkan

serta untuk mendapat data tentang keadaan pasien. Pengumpulan data

yang dilakukan peneliti saat pengambilan kasus pada tanggal 17 juni

2022 dengan wawancara, observasi langsung serta pemeriksaan fisik.

Hasil yang didapatkan yaitu pasien berininsial Tn.T, berusia 37 tahun,

jenis kelamin laki- laki, agama Kristen protestan, pendidikan terakhir

SMP, pekerjaan bertani/ berkebun, alamat jln.banggau no 12 pungaloba,

masuk ke Rumah Sakit sejak tanggal 16 juni 2022.

Berdasarkan hasil pengkajian secara subjektif ditemukan data, klien

mengatakan sulit melakukan aktivitas setelah operasi pada punggung

kiri,klien mengatakan membutuhkan bantuan keluarga ketika akan

merubah posisi miring saat berbaring, klien mengatakan sulit

melakukan perubahan posisi dari berbaring ke posisi duduk,dank lien

mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada area luka operasi =5.

Pengkajian yang dilakukan secara objektif ditemukan data,kekuatan otot

pada ektremitas kiri atas = 4, klien nampak lemah, nampak klien kurang

mampu mengangkat tangan sebelah kirinya karena adanya luka op pada

punggung kiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh (Rizky, 2021) pada pasien post op lipoma. Pada

penelitian tersebut, juga terjadi masalah keperawatan gangguan

mobilitas fisik akibat luka operasi area lutut ditandai dengan kekuatan

otot 2, menekukkan wajah saat mencoba menggerakkan area yang sakit.

61
Hal ini membuktikan bawah tidak terjadi kesenjangan data subjektif dan

objektif antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang

mengambarkan respon manusia, diagnose keperawatan yang bisa

ditegakkan pada penderita post op lipoma dengan gangguan kebutuhan

aktivitas yaitu gangguan mobilitas fisik, gangguan rasa nyaman,

intoleransi aktivitas, difisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan

makan.

Dari data pengkajian yang diperoleh peneliti, terdapat data klien sulit

melakukan aktivitas setelah operasi pada punggung kiri, klien

membutuhkan bantuan keluarga ketika akan merubah posisi miring saat

berbaring, klien sulit melakukan perubahan posisi dari berbaring ke

posisi duduk, skala nyeri yang dirasakan pada area luka operasi =5, yang

merupakan data mayor dari diagnosa keperawatan gangguan mobilitas

fisik b/d penurunan kekuatan otot, sedangkan data kekuatan otot pada

ektremitas kiri atas =5, klien lemah, klien kurang mampu mengangkat

tangan sebelah kirinya karena adanya luka op pada punggung kiri

merupakan data minor yang mendukung diagnose keperawatan

gangguan mobilitas fisik b/d ketidak bugaran fisik akibat post operasi.

Diagnosis tersebut merujuk pada Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia (SDKI) yang diterbitkan oleh PPNI.

Maka peneliti mengangkat diagnosa keperawatan sesuai dengan

pengkajian atau kondisi klien yaitu gangguan mobilitas fisik

62
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot di tandai dengan rentang

gerak terbatas, gangguan mobilitas fisik yaitu kondisi dimana seseorang

kehilangan kemampuannya untuk beraktivitas secara total,namun

mengalami keterbatasan atau penurunan dari aktivitas normalnya.

Penyebab gangguan mobilitas fisik di ketahui kerana adanya bekas luka

jahitan pasca operasi masalah yang diangkat adalah gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

Dari hasil penelitian yang dilakukan olen (Safma, 2019) di dapatkan

masalah keperawatan yang sama yaitu gangguan mobilitas fisik di

karenakan adanya bekas luka jahitan pasca operasi pembedahan.

Hambatan dalam mobilitas fisik kondisi dimana seseorang tidak

kehilangan kemampuannya untuk beraktivitas secara total, namun

mengalami keterbatasan atau penurunan dari aktivitas normalnya.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala trietment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk

mencapai luaran yang diharapkan. Perencanaan keperawatan disusun

berdasarkan konsep teori yang dapat diharapkan secara actual terhadap

pasien lipoma dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.

Pada intervensi keperawatan terdapat kumpulan penyusunan

intervensi keperawatan yang merujuk pada Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SLKI) dengan rumusan tujuan yang luarannya

merujuk pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

Penulis merumuskan tujuan pada intervensi keperawatan terhadap

diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan

63
otot yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

maka mobilitas fisik meningkat dengan krikteria hasil : pergerakan

ektremitas dari menurun menjadi meningkat, kekuatan otot dari

menurun menjadi meningkat, nyeri dari meningkat menjadi, gerakan

terbatas dari meningkat menjadi menurun, kelemahan fisik dari

meningkat menjadi menurun.

Berdasarkan tujuan dari krikteria hasil tersebut kemudian penulis

menyusun Intervensi Keperawatan Pada Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yaitu dukungan mobilisasi, adapun intervensi yang

disusun oleh peniliti adalah :

Observasi :

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2. Identifikasi toleransi fisik melakukan gerakan

3. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik :

1. Fasilitasi terapi obat sesuai anjuran dokter

2. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat

tidur)

3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini

64
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang hatus dilakukan (mis. Duduk di

tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke

kursi).

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Pratama, 2020

menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan pada klien dengan

gangguan mobilitas fisik pasca operasi adalah dukungan mobilisasi.

Salah satu tindakannya adalah latihan gerak/ terapi aktivitas baik secara

aktif maupun pasif(latihan gerak dari berbaring ke duduk ) dapat

membantu meningkatkan akitivitas dan mencegah penurunan kekuatan

otot pada pasien kasus post op lipoma (Pratama, 2020).

4. Implementasi keperawatan

Berdasarkan masalah keperawatan pada Tn.T, peneliti melakukan

implementasi selama 3 hari atau 3x 24 jam sesuai dengan intervensi

yang telah ditentukan. Ada pun intervensi keperawatan yang telah di

tentukan berdasarkan SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan ) : yaitu

dukungan mobilisasi Seluruh pelaksanaan intervensi keperawatan yang

dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan dan terjadi perubahan

pada aktivitas klien selama proses implementasi.

Pada hari pertama juma’at 17 juni 2022 pada jam 14.00- 16.15

observasi : mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

dengan hasil terdapat nyeri post op pada daerah pungung sebelah kiri

dengan skala 5, mengidentifikasi toleransi fisik melakukan gerakan

degan hasi klien meminta bantuan pada keluarga/ perawat saat ingin

melakukan gerakan,Memonitor kondisi umum selama melakukan

mobilisasi dengan hasi kondisi umum klien lemah, terapeutik :

65
Memfasilitasi terapi obat sesuai anjuran dokter hasil: klien di berikan

injeksi ketorolac /8 jam, Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat

bantu (mis. Pagar tempat tidur) dengan hasil klien dibantu dalam

melakukan perubahan posisi dengan bertumpu pada pagar tempat tidur,

Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan dengan hasil istri klien membantu klien dalam perawatan

diri mandi, pakaian dan makan, edukasi : Menjelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi dengan hasil klien dan keluarganya nampak

mengerti penjelasan dari, perawat Menganjurkan melakukan mobilisasi

dini dengna hasil klien perlahan mengerakkan badannya dengan bantuan

keluarga/ perawat, Mengajarkan mobilisasi sederhana yang hatus

dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur,

pindah dari tempat tidur ke kursi) dengan hasil klien mampu duduk di

tempat tidur dengan bantuan keluarga/ perawat,

Pada hari kedua sabtu 18 juni 2022 observasi : mengidentifikasi

adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya dengan hasil klien mengatakan

nyeri post op berkurang di daerah punggung sebelah kiri dengan skala

4, mengidentifikasi toleransi fisik melakukan gerakan dengan hasil klien

meminta bantuan pada keluarga/ perawat saat ingin melakukan gerakan,

Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi dengan hasil

kondisi umum klien mulai membaik, Memfasilitasi terapi obat sesuai

anjuran dokter dengan hasil klien di berikan injeksi ketorolac /8 jam dan

cefotaxim /8 jam, terapeutik : Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan

alat bantu (mis. Pagar tempat tidur) dengan hasil klien dibantu dalam

66
melakukan perubahan posisi dengan bertumpu pada pagar tempat tidur,

Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan dengan hasil keluarga dan perawat selalu terlibat dalam

aktivitas klien, edukasi : Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

dengan hasil klien dan keluarganya nampak mengerti penjelasan dari

perawat, Menganjurkan melakukan mobilisasi dini dengan hasil klien

perlahan mengerakkan badannya dengan bantuan keluarga/ perawat,

Menganjarkan mobilisasi sederhana yang hatus dilakukan (mis. Duduk

di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke

kursi) dengan hasil klien perlahan duduk di tempat tidur dan berjalan

dari tempat tidur ke kamar kecil (wc) dengan bantuan perawat / keluarga

Pada hari terakhir minggu 19 juni 2022 implementasi yang di

lakukan, observasi : mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

lainnya dengan hasil klien mengatakan nyeri post op berkurang di

daerah punggung dengan skala 3 sebelah kiri,mengidentifikasi toleransi

fisik melakukan gerakan hasil: klien meminta bantuan pada keluarga/

perawat saat ingin melakukan gerakan, Memonitor kondisi umum

selama melakukan mobilisasi hasilkondisi umum klien agak membaik,

terapeutik : Memfasilitasi terapi obat sesuai anjuran dokter hasi: klien di

berikan injeksi ketorolac /8 jam dan cefotaxim /8 jam, Memfasilitasi

aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur) hasil:

klien dibantu dalam melakukan perubahan posisi dengan bertumpu pada

pagar tempat tidur, Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan hasil dalam pergerakan klien di bantu oleh

keluarga/ perawat, edukasi : Menjelaskan tujuan dan prosedur

67
mobilisasi hasil klien dan keluarganya nampak mengerti penjelasan dari

perawat ,Menganjurkan melakukan mobilisasi dini hasi klien mampu

menggerakkan ekstremitas atas kiri secara perlahan dengan bantuan

keluarga/ perawat, Mengganjarkan mobilisasi sederhana yang hatus

dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur,

pindah dari tempat tidur ke kursi) hasil: klien mampu duduk di tempat

tidur dan berjalan dari tempat tidur ke kamar kecil (wc) dengan bantuan

perawat/ keluarga.

Berdarkan penelitian yang di lakukan (Nursyiham et al., 2019) hasil

evaluasi keperawatan yang di berikan selama 3 hari, meski pun pasien

masih mengalami gangguan mobilitas fisik, namun ektremitas pada

pasien tidak mengalami kekauan sendi, dan kekuatan otot pasien cukup

meningkat. Setelah tiga hari perawatan pasien mengalami kecukupan

peningkatan kemampuan mobilitas dan kekuatan otot cukup meningkat

walaupun pergerakan pasien masih terbatas .

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan penilaian hasil dari proses, penilaian

ini dilakukan untuk menentukan seberapa jauh keberhasilan yang telah

dicapai sebagai luaran dari tindakan, dengan krikteria hasil : Pergerakan

ekstremitas dari menurun menjadi meningkat, Kekuatan otot dari

menurun menjadi meningkat, Nyeri dari meningkat menjadi menurun,

Gerakan terbatas dari meningkat menjadi menurun, Kelemahan fisik

dari meningkat menjadi mmenurun. Dan hasil evaluasi yang dilakukan

68
oleh peneliti dari hari pertama sampai hari ketiga penelitian diketahui

Tn. T sudah dapat melakukan aktivitas berupa perubahan posisi dari

berbaring keduduk walaupun masih perlu bantuan dan kekuatan otot

masih di angka 4 karena nyeri pada area luka operasi masih terasa

dengan skala nyeri 3. Tindakan keperawatan hanya dilakukan selama

tiga hari karena pasien pulang ke rumah pada hari ketiga intervensi.

Berdasarkan penelitian oleh Rizky, 2021 di dapatkan hasil yang

sama yaitu pasien post op lipoma di hari ketiga dapat melakukan

aktivitas atau gerakan mobilisasi namun masih perlu bantuan .

69
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan asuhan keperawatan pada tanggal 17 juni 2022

maka disimpulkan :

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 17 juni 2022 pada Tn. T

dengan hasil sulit melakukan aktivitas setelah operasi pada punggung

kirinya, dengan skala 5, kekuatan otot = 4, masih terbaring lemah di tempat

tidur, kesadaran composmentis , nampak klien sulit mengerakan anggota

badannya, terdapat kelemahan otot pada ekstremitas kiri atas

2. Diagnosa keperawatan

Peneliti menegakkan masalah keperawatan berdasarkan data subjektif dan

objektif yang ditemukan pada Tn.T . Adapun diagnose keperawatan pada

Tn.T adalah gangguan mobilitas fisik b/d penurutan kekuatan otot d/d

rentang gerak terbatas

3. Intervensi keperawatan

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada satu intervensi

keperawatan. Adapun intervensi keperwatan yang disusun menurut Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan luaran pada tujuan

disesuaikan menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

Adapun intervensi yang dilakukan adalah dukungan mobilisasi dan luaran

keperawatannya adalah peningkatan mobilitas fisik.

70
4. Implentasi keperawatan

Implentasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan

dilakukan selama 3x 24 jam. . Pada hari pertama, klien belum mampu

melakukan perubahan posisi dikarenakan nyeri area operasi masih terasa

dengan skala 5. Pada hari kedua, klien mulai melakukan perubahan posisi

dengan bantuan oranglain walaupun masih terasa nyeri dengan skala 4. Pada

hari terakhir implementasi , klien dapat melakukan perubahan posisi

walaupun masih dengan bantuan, nyeri masih terasa di skala 3 dan kekuatan

otot masih 4.

5. Evaluasi keperawatan

Hasil evaluasi pada Tn. T setelah dilakukan implementasi selama 3 hari

menunjukkan pada hari ketiga yaitu klien mengatakan mampu menggerakan

anggota badan sebelah kiri secara perlahan, klien mengatakan keadaan

fisiknya cukup membaik, klien mengatakan masih nyeri punggung setelah

operasi dengan skala 3, nampak klien perlahan mampu mengerakan

ekstremitas kiri atas walaupun masih dengan bantuan, dan kekuatan otot

klien pada ekstremitas kiri atas = 4.

B. Saran

Dengan mempertahankan kesimpulan di atas, peneliti memberi saran sebagai

berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan

meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, serta dalam memberikan pelayanan

kepada klien disiapkan fasilitas – fasilitas yang memadai untuk menunjang

71
pemeriksaan dan tindakan keperawatan terutama pada klien dengan masalah

kebtuhan asktivitas.

2. Bagi institusi pendidikan

Di harapkan institusi mampu meningkatkan mutu pendidikan sehingga

menghasilkan perawat yang professional dan inofatif, memberikan kemudahan

dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi

mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta

institusi akademik diharapkan agar terus mengembangkan dan menambah

referensi buku untuk para mahasiswa tentang gangguan kebutuhan aktivitas,

untuk memudahkan bagi penulis dan peniliti dalam melakukan praktek klinik

dan pembuatan laporan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan dapat menjadikan hasil

penelitian ini sebagai data dan informasi dasar untuk melaksanakan penelitian

lanjut lebih banyak lagi tentang pos op lipoma dan mencari jurnal yang lebih

banyak dengan metode yang lebih baik sehingga di dapatkan hasil penulisan

yang lebih optimal yang dapat memberi informasi yang lebih luas kepada

pembaca.Sebaiknya peneliti juga harus lebih mempersiapkan peralatan dan

mengatur waktu dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan.

72
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, F. dan. (2016). tanda dan gejala dari lipoma.


Anggrani, Y. (2018). hubungan kualitas tidur terhadap kemampuan aktivitas pada
pasien pasca op.
ARIANTI, W. N. (2019). Asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada
pasien fraktur femur di ruang gelatik rsud dr. H. Abdulmoeloekprovinsi
lampung tahun 2019. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Christopher D.M. Fletcher, D. (2018). WHO Klasifikasi Tumor Lunak Jaringan dan
Tulang, Badan Internasional untuk penelitian Kanker, Lyon.
Deswani. (2016). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta.
donsu, J, D, T. (2016). metode penelitian keperawatan.
Fitriani, viqi adham parastiwi dan nur. (2019). kebutuhan aktivitas.
Fitriyahsari. (2017). tujuan mobilisasi dini pada pasien post operasi.
Irawati, R., & Rini, D. S. (2018). Penatalaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari [Poltekkes Kemenkes Kendari].
https://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=y
0B4TXQAAAAJ&citation_for_view=y0B4TXQAAAAJ:u5HHmVD_uO8C
Izzaty, R. E., Astuti, B., & Cholimah, N. (2017). kebutuhan aktivitas. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2010, 5–24.
Jaime. (2019). hubungan aktivitas fisik dan rasa nyaman pada pasien lipoma.
kurniati, D. (2019). implementasi dan evaluasi keperawatan.
Marianti. (2017). lipoma, AloDokter.
Miarli, Binawan, U., Studi, P., & Keperawatan, I. (2019). Hubungan tingkat nyeri
terhadap kemampuan aktifitas pada pasien ca mammae di rumah sakit cipto
mangunkusumo jakarta tahun 2019.
Mochtar. (2017). mobilisasi dini post operasi.
Nursyiham, Ardi, M., & Basri, M. (2019). evaluasi keperawatan pasien gangguan
mobilitas fisik. Jurnal Media Keperawatan, 10(01), 59–66.
Pratama, H. H. (2020). Literatur review asuhan keperawatan pada klien dengan post
operatif fracture di RSUD dr. Kanujoso djatiwibowo balikpapan dan rsud

73
abdul wahab sjahranie samarinda Oleh. In Journal of Chemical Information
and Modeling (Vol. 21, Issue 1).
Prayoga, I. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati Rsud Kota
Kendari Karya.
Raharjo, V. (2019). Kebutuhan Aktivitas. Analisis Standar Pelayanan Minimal
Pada Instalasi Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.
Rizky, A. A. (2021). pengelolaan gangguan mobilitas fisik pada post op lipoma di
desa kertosar kecamatan jumo kabupaten temanggung. 6.
Robbbins, D. (2016). buku suku dasar patologis penyakit, penerbit buku kedokteran
egc, jakarta.
Safma, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Ca Mammae Komlikasi
Metastasis Tulang Di Ruang Inap Ambun Suri Lantai II RSUD DR. Achmad
Mochtar Bukittinggi. Stikes Perintis Padang, 28–30.
Sjamsuhidajat. (2016). buku ajar ilmu bedah, cetakan 1, penerbit buku kedokteran
egc, jakarta.
Suddarth, B. &. (2017). konsep mobilisasi dini.
Tim Pokja SIKI PPNI, D. (2018). Standar Intervensi Keperawatn Indonesia (1st
ed). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wahyuni, S. (2017). Pengaruh Ambulasi Dini Terhadap Pemulihan Pasien Post
Operasi Abdomen Di Rs. Kota Medan. Balita BGM, X, 1–5.
Zakiyyah, S. (2016). Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Risiko
Dekubitus Dan Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis Terpasang
Ventilator Di Ruang Icu RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Masters Thesis,
Program Pascasarjana Undip., 13–87.

74
LAMPIRAN

75
Lampiran surat izin pengambilan data awal

76
Lampiran permohonan izin penelitian

77
Lampiran surat izin penelitian LITBANG provinsi Sulawesi tenggara

78
Lampiran surat keterangan telah meneliti

79
lampiran surat permintaasn menjadi responden

80
Lampiran persetujuan/ informed consent

81
Lampiran surat keterangan bebas administrasi

82
Lampiran Bebas Pustaka

83
Lampiran asuhan keperawatan

84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
Dokumentasi Penelitian

melakukan pengkajian keperawatan pada tn.T

melakukan tindakan asuhan keperatan pada tn.T / melakukan latihan gerak pada
tn.T dari duduk ke berdiri hingga berdiri

101
Lampirran standar operational procedure (SOP)

102
103
104

Anda mungkin juga menyukai