Anda di halaman 1dari 203

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. M.

M DI
PUSKESMAS PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH UTARA
KOTA BITUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan
Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Oleh :
Arika Inggriany Makaliwuhe
711540118010

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021
LEMBARAN PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. M.M DI


PUSKESMAS PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH UTARA
KOTA BITUNG

Oleh
Arika Inggriany Makaliwuhe
711540118010

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Elisabeth M.F. Lalita, SKM, M.Kes Tanggal 22 Juni 2021


NIP. 198008312002122001

Pembimbing II

Aniek Setyo Rini, S.ST, M.Keb Tanggal 22 Juni 2021


NIP. 19750101200212009

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian
Akhir Program Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Kebidanan
sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III pada
tanggal 25 Juni 2021

iii
CURRICULUM VITAE

A. IDENTITAS
Nama : Arika Inggriany Makaliwuhe
NIM : 711540118010
Tempat/Tanggal Lahir : Baturirir, 02 Mei 2000
Agama : Kristen Protestan
Suku / Bangsa : Sangir / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat : Kelurahan Batukota
Lingkungan.01, RT.01
Kecamatan Lembeh Utara
Kota Bitung
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2006 - 2012 : SDN Inpres 7/83 Baturirir
Tahun 2012 - 2015 : SMP Kristen Bitung
Tahun 2015 - 2018 : SMA Negeri 3 Bitung
Tahun 2018 - Sekarang : Mahasiswa Diploma III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes
Manado

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.M.M di
Puskesmas Pintu Kota, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung” sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Kebidanan.
Dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak
bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui
pengantar ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada :

1. Dra. Elisabeth N. Barung, M.Kes, Apt selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Manado yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Manado.
2. Atik Purwandari, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Manado yang telah membantu, memberi arahan dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Jurusan
Kebidanan.
3. Fredrika N. Losu, S.SiT, M.Kes, selaku Sekretaris Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado yang telah memberikan bekal ilmu,
keterampilan selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Kebidanan.
4. Freike S.N. Lumy, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado yang telah memberikan
motivasi serta arahan selama penulis melaksanakan pendidikan di Jurusan
Kebidanan
5. Elisabeth M.F. Lalita, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing I dan
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta
arahan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang kepada penulis selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir.

v
6. Aniek Setyo Rini, S.ST, M.Keb, selaku dosen pembimbing II yang telah
membantu dan memberikan saran, kritikan serta arahan selama penyusunan
Laporan Tugas Akhir.
7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Kebidanan yang telah
memberikan bekal ilmu, keterampilan serta bimbingan selama penulis
menempuh pendidikan di Program Studi Kebidanan
8. dr. Willem F. Sangi, selaku Kepala Puskesmas Pintukota, Kecamatan Lembeh
Utara, Kota Bitung, Staf Tata Usaha, serta para bidan dan perawat yang telah
memberikan kesempatan dan telah membantu penulis melaksanakan penelitian
di Puskesmas Pintu Kota, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung.
9. Yola Anneke Supit, A.Md.Keb selaku pembimbing di lahan praktek selama
PKK II dan PKK III di Puskesmas Pintu Kota, Kecamatan Lembeh Utara,
Kota Bitung, yang telah memberikan bimbingan dan ilmu bagi penulis selama
melakukan Praktek Klinik Kebidanan maupun penelitian di Desa Binaan
dengan begitu baik.
10. Rosjatrisa Mamadoa, A.Md.Keb yang telah memberikan ilmu dan
pendampingan dalam keterampilan menolong persalinan bagi penulis selama
berada di Puskesmas Pintu Kota, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung.
11. Terima kasih kepada Ny. M.M beserta keluarga yang sudah mengizinkan dan
bersedia menjadi pasien pendampingan penulis sehingga dapat melakukan
penelitian dengan baik dan terima kasih atas kerja samanya selama ini.
12. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih, dan hormat sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua yang tersayang dan tercinta Mama Luzyane
Tahulending, Papa Dansius Makaliwuhe, kakak tersayang Jerryfal
Makaliwuhe, yang penuh kesabaran dan kasih sayang memberikan dukungan,
semangat, motivasi dan selalu mendoakan demi keberhasilan dan kelancaran
penulis selama pendidikan.
13. Seluruh teman-teman DIII angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan
dan doa serta berbagi suka dan duka bersama selama perkuliahan sampai saat
ini.

vi
14. Saudara-saudara, teman-teman, dan semua orang yang selalu setia memberi
semangat kepada penulis selama menempuh pendidikan.
15. Sahabat-sahabat Sisterhood Sheren, Dian, Christin, Clarissa, Vanessa,
Awgrecya yang selalu setia menopang dan saling memberi semangat dengan
penulis sampai saat ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis
mengharapkan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman seprofesi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan karunia dan
rahmatnya serta membalas semua kebaikan dari pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Manado, 25 Juni 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
CURRICULLUM VITAE ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar ...................................................................................... 7
1. Kehamilan ..................................................................................... 7
2. Persalinan ...................................................................................... 32
3. Bayi Baru Lahir ............................................................................. 54
4. Nifas .............................................................................................. 64
5. Keluarga Berencana ...................................................................... 77
6. Asuhan Komplementer .................................................................. 84
B. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney 2007 ...................... 86
1. Manajemen Askeb Kehamilan ..................................................... 86
2. Manajemen Askeb Persalinan ...................................................... 95
3. Manajemen Askeb Bayi Baru Lahir ............................................. 104
4. Manajemen Askeb Nifas .............................................................. 109
5. Manajemen Askeb Keluarga Berencana ...................................... 114
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 117
B. Waktu dan Tempat .............................................................................. 117
C. Definisi Operasional ............................................................................ 117
D. Subjek Penelitian ................................................................................. 117
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 118
F. Analisis Data ....................................................................................... 118
BAB IV. TINJAUAN KASUS
A. Hasil .................................................................................................... 119
B. Pembahasan ......................................................................................... 153
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 168
B. Saran .................................................................................................... 170

viii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 172
LAMPIRAN ................................................................................................... 178

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Survey Data Awal ...................................................... 179
Lampiran 2 Surat Penelitian .................................................................... 181
Lampiran 3 Lembar Penjelasan Sebelum Persetujuan ............................ 182
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden ........................................... 183
Lampiran 5 Amanat Persalinan ............................................................... 184
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Pembimbing I ....................................... 185
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Pembimbing II ...................................... 186
Lampiran 8 Dokumentasi ........................................................................ 187

x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data PWS-KIA Puskesmas Pintu Kota ............................................. 3
Tabel 2. Jadwal Penyuntikan TT ..................................................................... 21
Table 3. Tinggi Fundus Uterus Sesuai Umur Kehamilan ............................... 28
Table 4. Apgar Score ....................................................................................... 56
Table 5. Involusi Uteri .................................................................................... 70
Table 6. Macam-Macam Lochea ..................................................................... 71

x
Arika Makaliwuhe. 2021. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.M.M di
Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung. (Pembimbing
I Elisabeth M.F. Lalita, SKM, M.Kes dan Pembimbing II Aniek Setyo Rini, S.ST,
M.Keb).

ABSTRAK
Kesehatan ibu merupakan asset terpenting dalam kehidupan. Kesehatan ibu
dapat memberikan gambaran suatu kehidupan yang sejahtera bagi bayi yang
dikandung. Namun banyak factor yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan
bayinya, terutama ibu yang tidak mendapat asuhan dimulai dari kehamilan,
melahirkan, nifas, neonatus dan pemasangan alat kontrasepsi dari tenaga
kesehatan. Akibat dari bahaya itu dapat meningkatkan kematian maternal dan
neonatal. Di Puskesmas Pintu Kota tahun 2020 cakupan KIA yang masih dibawah
target yaitu cakupan K1, K4, KN1, KN3 dan cakupan KB aktif. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menerapkan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.M.M di
Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan studi kasus
menggunakan manajemen asuhan kebidanan metode 7 langkah Varney dan
pendokumentasian metode SOAP. Subjek penelitian Ny.M.M didampingi saat
hamil, bersalin, BBL, nifas, dan KB sejak November 2020 sampai Mei 2021.
Hasil kasus diambil di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota
Bitung dari tanggal 16 November 2020 sampai 3 Mei 2021 Ny.M.M umur 19
tahun G1P0A0 hamil 36 minggu, janin intra uterin tunggal hidup partus kala I fase
aktif keadaan ibu dan janin dalam batas normal dan segala kunjungan secara
langsung tetap menggunakan protokol kesehatan. Kesimpulan peneliti dapat
menerapkan asuhan kebidanan komprehensif dengan Manajemen Asuhan
Kebidanan metode 7 Langkah Varney dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
pada Ny.M.M, keadaan ibu dan bayi sehat. Saran kepada tempat penelitian agar
meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan sesuai standar
pelayanan pada masa kehamilan, persalinan, BBL, nifas, dan KB.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny.M.M

xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan ibu merupakan asset terpenting dalam kehidupan. Kesehatan ibu

dapat memberikan gambaran suatu kehidupan yang sejahtera bagi bayi yang

dikandung. Namun banyak faktor yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan

bayinya, terutama ibu yang tidak mendapat asuhan dimulai dari kehamilan,

melahirkan, nifas, neonatus dan pemasangan alat kontrasepsi dari tenaga

kesehatan. Akibat dari bahaya itu dapat meningkatkan kematian maternal dan

neonatal (Nur Syahidah, 2016).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012, jumlah AKI sebesar 359/100.000 KH mengalami penurunan pada tahun

2017 sebesar 305/100.000 KH. Jumlah AKB tahun 2012 sebesar 32/1000 KH

mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar 24/1000. Jumlah AKN tahun 2012

sebesar 19/1000 KH mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar 15/1000

KH.(SDKI, 2017). Data diatas menunjukan adanya penurunan AKI di tahun 2012

ke tahun 2017, angka ini sudah melampaui dari target Sustainable Development

12/1000 KH (Kemenkes, 2015).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara jumlah kasus kematian ibu

tahun 2018 sebanyak 52 kasus dengan penyebab kematian terbanyak yaitu

perdarahan sebesar 19 (36,53%), tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 51

kasus dengan penyebab kematian terbesar yaitu perdarahan 16 (31,37%), tahun

2020 meningkat menjadi 57 kasus dengan penyebab kematian terbesar yaitu

perdarahan 24 (42,10%). Jumlah kasus kematian bayi tahun 2018 sebanyak 215

kasus dengan penyebab kematian terbanyak yaitu BBLR dan asfiksia sebesar 48

1
(22,32%), tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 250 kasus dengan penyebab

kematian terbanyak yaitu BBLR 72 (28,8%), tahun 2020 mengalami penurunan

menjadi 194 kasus dengan penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia 47

(24,22%). Jumlah kasus kematian ibu mengalami penurunan pada tahun 2019

dibandingkan dengan tahun 2020. Sedangkan jumlah kasus kematian bayi

mengalami kenaikan pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2020. (Dinkes

Provinsi Sulut, 2020).

Data Dinas Kesehatan Kota Bitung jumlah kasus kematian ibu tahun 2019

sebanyak 2 kasus dengan penyebab kematian yaitu perdarahan sebesar 1 (50%),

tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 3 kasus dengan penyebab kematian

yaitu perdarahan 2 (66,66%). Jumlah kasus kematian bayi tahun 2019 sebanyak 9

kasus dengan penyebab kematian terbanyak yaitu BBLR 2 (22,22%), tahun 2020

mengalami penurunan menjadi 2 kasus dengan penyebab kematian yaitu asfiksia 2

(100%). Jumlah kasus kematian ibu mengalami penurunan pada tahun 2019

dibandingkan dengan tahun 2020. Sedangkan jumlah kasus kematian bayi

mengalami kenaikan pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2020. (Dinkes

Kota Bitung, 2020).

2
3

Data Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak


Puskesmas Pintu Kota
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Target
Nasional
K1 126 (61,76%) 151 (74,1%) 102 (50%) 100%

K4 79 (38,72%) 79 (38,72%) 40 (19,60%) 95%

Pn 224 (114,87%) 300 (153,84%) 186 (95,38%) 90%

KN1 111 (59,67%) 148 (79,56%) 90 (48,38%) 90%

KN3 110 (59,13%) 146 (78,49%) 90 (48,38%) 90%

KF1&KF3 111 (92,5%) 150 (96,77%) 93 (91,17%) 90%


PUS 108 108 108
KB 22 (20,37%) 97 (89,81%) 12 (11,11%) 75%
AKTIF

(Puskesmas Pintu Kota, 2021)

Berdasarkan uraian di atas, terdapat masalah cakupan pelayanan esehatan

Ibu dan Anak di Puskesmas Pintu Kota tahun 2020 cakupan kunjungan pertama

ibu hamil (K1), cakupan kunjungan lengkap ibu hamil (K4), cakupan kunjungan

pertama neonatus (KN1), cakupan kunjungan lengkap neonates (KN3) dan

cakupan peserta KB aktif masih di bawah target nasional. Penyebabnya karena

kurangnya pengetahuan masyarakat setempat mengenai pentingnya kunjungan

ante natal care, kunjungan neonatus, serta pengambilan keputusan untuk memilih

alat kontrasepsi, karena masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang

rendah.
4

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah dalam pelayanan

asuhan kebidanan pada kehamilan, bayi baru lahir, dan peserta KB aktif adalah

melakukan pendekatan dengan memberikan promosi kesehatan lewat komunikasi,

informasi, edukasi (KIE) dengan menjamin agar setiap ibu hamil mampu

mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas serta meningkatkan pengetahuan

agar mengerti pentingnya kunjungan ante natal care, kunjungan neonatus dan

pengambilan keputusan untuk ber-KB (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian Nova A, dkk (2020) bahwa ibu hamil yang tidak

mendapatkan KIE dan pendekatan secara mendalam masih belum mengetahui

jadwal kunjungan ANC yang tepat, rata-rata ibu hamil melakukan pemeriksaan 2

kali saja pada saat pertama kali dan melahirkan, namun setelah diberikan edukasi

terjadi peningkatan pengetahuan pentingnya kunjungan ANC dan pasca persalinan

pada ibu nifas dan Bayi. Berdasarkan hasil penelitian Sukarni S, dkk (2020)

bahwa responden yang tidak diberi konseling ternyata lebih banyak memilih

kontrasepsi non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dibandingkan

responden yang mendapatkan Komunikasi Informasi Edukasi. Ini disebabkan

karena rendahnya pengetahuan, ketakutan terhadap efek samping, latar belakang

ekonomi, dan dukungan suami. Dengan demikian melalui pemberian KIE dapat

meningkatkan kunjungan ANC, kunjungan neonatus, kunjungan nifas, serta

pemilihan metode ber-KB.

Berdasarkan uraian data tersebut penulis tertarik untuk melaksanakan

penelitian dengan judul” Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.M.M di

Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah

seperti berikut : “Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny.M.M di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.M.M di Puskesmas

Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung.

2. Tujuan Khusus

1) Melakukan asuhan kebidanan komplementer dan dokumentasi selama

kehamilan pada Ny.M.M di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh

Utara Kota Bitung.

2) Melakukan asuhan kebidanan komplementer dan dokumentasi selama

persalinan pada Ny.M.M di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh

Utara Kota Bitung.

3) Melakukan asuhan kebidanan komplementer dan dokumentasi bayi baru

lahir Ny.M.M di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota

Bitung.

4) Melakukan asuhan kebidanan komplementer dan dokumentasi selama

nifas pada Ny.M.M di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara

Kota Bitung.

Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi Keluarga Berencana pada

Ny.M.M di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pembelajaran untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian asuhan

Kebidanan yang Komprehensif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai masukan untuk dijadikan bahan bacaan di perpustakaan dan

dapat mengembangkan Laporan Tugas Akhir ini lebih lanjut.

b. Bagi tempat penelitian

Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan

pada umumnya dan khususnya dalam penerapan asuhan kebidanan

komprehensif.

c. Bagi responden

Hasil ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman

serta perubahan sikap dan perilaku responden dalam menjalani Asuhan

Kebidanan saat hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB yang sehat

dan aman.

d. Bagi Peneliti

Hasil ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang

mendalam mengenai kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan

keluarga berencana sehingga peneliti mampu memberikan pelayanan yang

lebih baik dimasa mendatang.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut federasi obstetrik ginekologi Internasional, kehamilan adalah

bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar rahim dan berakhir

dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Fatima dkk, 2017).

b. Tanda dan Gejala Kehamilan

1) Tanda Dugaan Hamil

a) Perubahan pada uterus

Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk, dan

konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak bentuknya globuler.

Teraba balotement, tanda ini muncul pada minggu ke 16-20,

setelah rongga Rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion

cukup banyak. Balotement adalah tanda ada benda terapung atau

melayang dalam cairan.

b) Tanda piskacek’s

Uterus membesar secara simetris menjauhi garis tengah tubuh

(setengah bagian terasa lebih keras dari yang lainnya) bagian yang

lebih besar tersebut terdapat pada tempat melekatnya (implantasi)

tempat kehamilan. Tanda piskacek’s, yaitu di mana uterus

membesar

7
8

ke salah satu jurusan hingga menonjol ke jurusan pembesaran

tersebut.

c) Suhu basal

Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2⁰C-

37,8⁰C adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan.

d) Perubahan-perubahan pada serviks

1) Tanda hegar

Tanda ini berupa pelunakan pada daerah istmus uteri

sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan

lebih tipis dan uterus mudah difleksikan dapat diketahui

melalui pemeriksaan bimanual. Tanda ini mulai terlihat pada

minggu ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.

2) Tanda goodell’s

Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa lebih

lunak, penggunaan kontrasepsi oral juga dapat memberikan

dampak ini.

3) Tanda chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva

tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (lividea). Tanda-

tanda ini disebut tanda chadwick. Warna portio tampak livide.

Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan

membesar, hal ini karena oksigenasi dan nutrisi meningkat.


9

4) Tanda Mc Donald

Fundus uteri dan serviks bias dengan mudah difleksikan satu

sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan

ithsmus.

e) Pembesaran abdomen

Pembesaran perut menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena

pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi

organ rongga perut.

f) Kontraksi uterus

Tanda ini muncul belakangan dan ibu mengeluh perutnya

kencang tetapi tidak disertai rasa sakit.

g) Pemeriksaan tes biologis kehamilan

Pada pemeriksaan ini hasilnya positif.

2) Tanda pasti hamil (positif Sign)

a) Denyut jantung janin

DJJ dapat didengar dengan stetoscope laenec pada minggu 17-18.

Dengan Doppler DJJ dapat didengarkan lebih awal, sekitar

minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga

mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat,

bising uterus, dan nadi ibu.

b) Gerakan janin dalam Rahim

Gerakan janin harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu,


10

akan tetapi baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 16-

20 minggu.

c) Bagian-bagian janin

Pada ibu yan g diyakini dalam kondisi hamil, maka dalam

pemeriksaan USG terlihat adanya gambaran janin. USG

memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan

(gestasional sac) pada minggu ke-5 hingga ke-7. Pergerakan

jantung biasanya bisa terlihat pada 42 hari setelah konsepsi yang

normal atau sekitar minggu ke-8. Melalui pemeriksaan USG

dapat diketahui juga panjang, kepala dan bokong janin serta

merupakan metode yang akurat dalam menentukan usia

kehamilan.

(Dartiwen & Yati N, 2019).

c. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Kebutuhan dasar menurut Dartiwen & Yati N (2019) sebagai

berikut :

1) Kebutuhan fisik ibu hamil

a) Oksigen

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan ibu hamil untuk

mengurangi perubahan system respirasi tersebut adalah sebagai

berikut:
11

(1) Tidur dengan posisi miring ke arah kiri untuk

meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi plasenta

dengan mengurangi tekanan pada vena asenden.

(2) Melakukan senam hamil untuk melakukan latihan

pernapasan.

(3) Posisi tidur dengan kepala lebih tinggi.

(4) Usahakan untuk berhenti makan sebelum merasa kenyang.

(5) Apabila ibu merokok, segera hentikan.

(6) Apabila ada keluhan yang sangat mengganggu pada

system respirasi, segera konsultasi ke tenaga kesehatan.

b) Nutrisi dalam kehamilan

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan karena selama

kehamilan, terjadi peningkatan kalori sekitar 80.000 kkal,

sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300

kkal/hari. Penambahan kalori ini dihitung melalui protein, lemak

yang ada pada janin, lemak pada ibu dan konsumsi O2 ibu

selama 9 bulan.

(1) Metabolisme basal

Meningkat 15-20% oleh karena:

1) Pertumbuhan janin, plasenta, jaringan pada tubuh.

2) Peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin.

3) Keaktifan jaringan protoplasma janin sehingga

meningkatkan kebutuhan kalori.


12

(2) Karbohidrat

Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks

karena terdapat kecenderungan peningkatan eksresi

dextrose dalam urine. Hal ini ditunjukan oleh frekuensi

glukosuria ibu hamil yang relative tinggi dan adanya

glukosuria pada wanita hamil setelah mendapat 100 gram

dextrose per oral. Normalnya, pada wanita hamil tidak

terdapat glukosuria. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang

65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.

(3) Protein

Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus,

payudara, hormone, penambahan cairan darah ibu,

persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari.

Sebanyak 1/3 dari protein hewani mempunyai nilai

biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus adalah 925

gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%

terdapat protein loss di urine ± 30%.

(4) Lemak

Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan

peningkatan terjadi mulai bulan ke-3 kehamilan.

Penambahan lemak tidak diketahui, namun kemungkinan

dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan dating.


13

(5) Mineral

1) Ferum/Fe

a. Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama

hemodilusi.

b. Pemasukan harus adekuat selama hamil untuk

mencegah anemia.

c. Wanita hamil memerlukan 800 mg atau 30-50

gram/hari.

d. Anjuran maksimal: penambahan mulai awal kehamilan,

karena pemberian yang hanya pada trimester III tidak

dapat mengejar kebutuhan ibu dan juga untuk cadangan

fetus.

2) Kalsium (Ca)

a. Diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

b. Vitamin D membantu penyerapan kalsium.

c. Kebutuhan 30-40 gram/hari untuk janin.

d. Wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari.

e. Total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah

1200 mg/hari.

3) Natrium (Na)

a. Natrium bersifat mengikat cairan sehingga akan

memengaruhi keseimbangan cairan tubuh.


14

b. Ibu hamil normal kadar natrium bertambah 1,6-88

gram/minggu sehingga cenderung akan timbul oedema.

c. Dianjurkan ibu hamil mengurangi makanan yang

mengandung natrium.

(6) Vitamin

1) Vitamin A

Untuk kesehatan kulit, membrane mukosa, membantu

penglihatan pada malam hari dan untuk menyiapkan

vitamin A bagi bayi.

2) Vitamin D

Untuk apsorpsi dan metabolism kalsium dan fosfor.

3) Vitamin E

Dibutuhkan penambahan ± 10 mg.

4) Vitamin K

Untuk pembentukan protombin.

5) Vitamin B kompleks

Untuk pembentukan enzim yang diperlukan dalam

metabolism karbohidrat.

6) Vitamin C

Untuk pembentukan kolagen dan darah untuk

membantu penyerapan Fe.

7) Asam folat

Untuk pembentukan sel-sel darah, untuk sintesa DNA


15

serta untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

8) Air

Bertambah 7 liter, untuk volume dan sirkulasi darah

bertamabah ±25% sehingga dengan demikian fungsi

jantung dan alat-alat lain akan meningkat. Peningkatan

kebutuhan gizi selama kehamilan dipergunakan antara lain

untuk pertumbuhan plasenta, pertambahan volume darah,

mamae yang membesar dan metabolism basal yang

meningkat.

Kenaikan berat badan ibu hamil rata-rata antara 6,5-16 kg.

jika berat badan naik lebih dari semestinya, anjurkan untuk

mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat.

Lemak jangan dikurangi, apalagi sayur mayur dan buah-

buahan. Jika berat tetap saja atau menurun semua makanan

dianjurkan terutama yang mengandung protein dan besi.

Jika terdapat oedema kaki, sedangkan berat badan sesuai

dengan kehamilan, maka dianjurkan untuk tidak memakan

makanan yang mengandung garam atau makanan yang

kaya akan ion natrium dan klorida.

Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah:

1) Cara mengatur menu.

2) Cara pengolahan menu makanan


16

c) Personal Hygiene

Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan/hygiene terutama

perawatan kulit. Pasalnya, pada masa kehamilan fungsi ekskresi

dan keringat biasanya bertambah. Untuk itu digunakanlah atau

diperlukan pula sabun yang lembut atau ringan. Hal-hal yang

perlu diperhatikan adalah:

1) Tidak mandi air panas.

2) Tidak mandi air dingin.

3) Pilih antara shower dan bak mandi sesuai dengan keadaan

personal.

4) Pada kehamilan lanjut, shower lebih aman daripada bak

mandi (bath tub).

Personal hygiene lainnya yang tidak kalah penting untuk

diperhatikan saat hamil ialah terjadinya caries yang berkaitan

dengan emesis dan hyperemesis gravidarum, hipersalivasi

dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi.

Memeriksakan gigi pada masa kehamilan diperlukan untuk

mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.

d) Pakaian Selama Kehamilan

Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih dan tidak ada

ikatan yang ketat pada daerah perut. Selain itu, wanita

dianjurkan mengenakan bra yang menyokong payudara dan

memakai sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi karena titik
17

berat wanita hamil berubah. Pakaian dalam yang dikenakana

harus selalu bersih dan menyerap keringat. Dianjurkan pula

memakai pakaian dari bahan katun yang dapat menyerap

keringat. Pakaian dalam harus selalu kering dan harus sering

diganti.

e) Eliminasi

Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain

itu, perawatan perineum dan vagina dilakukan setelah

BAK/BAB dengan cara membersihkan dari depan ke belakang,

menggunakan pakaian dalam dari bahan katun, sering

mengganti pakaian dalam dan tidak melakukan

dounching/pembilasan.

f) Seksual

Berdasarkan beberapa penelitian, terdapat perbedaan respons

fisiologis terhadap seks antara ibu hamil dan wanita tidak hamil.

Terdapat empat fase selama siklus respons seksual, antara lain:

a) Fase gairah seksual

a) Labia mayora:

1. Nulipara/tidak hamil: Pembesaran labia mayora

sama.

2. Multipara: Labia mayora lebih membesar dapidara

nulipara.
18

b) Labia minora:nuli dan multipara sama dan terjadi

pembesaran 2-3 kali.

b) Fase plateau

Lanjutan dari fase gairah seksual menuju orgasmus:

a) Terjadi perubahan warna kulit labia minora dari warna

merah muda menjadi merah sekali bersamaan dengan

orgasme.

b) Umumnya, wanita hamil dan tidak hamil sama pada

fase ini.

c) Fase orgasmus

a) Merupakan puncak dari respons seksual.

b) Pada wanita hamil, terjadi kontraksi 1/3 distal dari

vagina dan uterus.

c) Selama trimester III, khususnya pada minggu ke-4

terakhir kehamilan, uterus mengalami spasme tonik, di

samping ritme kontraksi yang teratur.

d) Fase resolusi

a) Umumnya pada ibu hamil, kembalinya darah tidak

seluruhnya karena tingkat ketegangan seksual ibu hamil

lebih tinggi dibandingkan wanita tidak hamil.

b) Perasaan bahagia tidak mengurangi ketegangan untuk

beberapa waktu.
19

Hubungan seksual tidak dilarang selama kehamilan, kecuali

pada keadaan-keadaan tertentu, seperti:

1. Terdapat tanda-tanda infeksi (nyeri, panas).

2. Sering terjadi abortus/premature.

3. Terjadi perdarahan pervaginam pada saat koitus.

4. Pengeluaran cairan (air ketuban) yang mendadak.

Sebaiknya koitus dihindari pada kehamilan muda sebelum

kehamilan 16 minggu dan pada hamil tua, karena akan

merangsang kontraksi.

g) Mobilisasi/Body Mekanik

Wanita pada masa kehamilan boleh melakukan pekerjaan seperti

yang biasa dilakukan sebelum hamil. Sebagai contoh bekerja di

kantor, melakukan pekerjaan rumah, atau bekerja di pabrik,

dengan syarat pekerjaan tersebut masih bersifat ringan dan tidak

mengganggu kesehatan ibu dan janin seperti radiasi dan

mengangkat beban yang berat.

Sikap tubuh yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah :

(1) Berdiri, tumpuan berat tubuh seorang wanita berubah pada

saat kehamilan karena ada pembesaran uterus, sehingga

dianjurkan untuk ibu hamil tidak berdiri terlalu lama. Dan

pada saat berdiri, ibu hamil berdiri dengan menegakan

badan serta mengangkat pantat dengan posisi tegak lurus

dari telinga sampai ke tumit kaki.


20

(2) Duduk, pada saat duduk, tempatkan tangan di lutut dan

tarik tubuh ke posisi tegak, atur dagu ibu dan tarik bagian

atas kepala seperti ketika ibu berdiri.

(3) Berjalan, ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu

berhak tinggi atau tanpa hak. Hindari juga sepatu bertumit

runcing karena mudah kehilangan keseimbangan.

(4) Tidur, ibu hamil dianjurkan untuk tidur dengan posisi

miring untuk menghindari adanya tekanan Rahim pada

pembuluh darah. Bila tidur dengan posisi kedua tungkai

kaki lebih tinggi dari badan, ini akan mengurangi rasa

lelah.

(5) Mengambil atau mengangkat barang dari bawah, hindari

posisi membungkuk pada saat mengambil barang.

Anjurkan ibu mengambil barang dari bawah dengan posisi

badan ibu tegak lurus. Hanya kaki yang menekuk untuk

menurunkan posisi badan atau bisa dengan menggunakan

pegangan untuk tumpuan.

h) Istirahat / tidur

Wanita pekerja harus istirahat. Tidur siang menguntungkan dan

baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak

dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh

pingsan. Tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam.


21

i) Imunisasi

Imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi terhadap

penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi dilakukan pada

trimester I/II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval

minimal 4 minggu. Lakukan penyuntikan secara IM

(intramuscular) dengan dosis 0,5 ml. Imunisasi yang lain

diberikan sesuai indikasi.

Tabel. 1. Imunisasi TT

No. Antigen Interval Lama Dosis


Perlindungan
1. TT 1 Pada kunjungan antenatal - 0,5 cc
pertama
2. TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5 cc
3. TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc
4. TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc
5. TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5 cc
(Dartiwen & Yati N, 2019)

j) Bepergian/traveling

Ibu hamil selama kehamilannya dianjurkan untuk tidak

melakukan perjalanan yang jaraknya terlalu lama dan kondisi

perjalanan yang buruk. Hindari perjalanan dengan kondisi yang

jauh terutama pada kehamilan trimester I untuk menghindari

perdarahan pada kehamilan muda dan abortus. Begitu pula pada

kehamilan trimester III, kemungkinan terjadi perdarahan pada


22

solusio plasenta, ketuban pecah dini atau komplikasi lainnya yang

berhubungan dengan kondisi ibu dan janin.

Dianjurkan pula untuk seorang ibu hamil melakukan perjalanan ke

suatu daerah dengan lingkungan yang menyenangkan (rekreasi)

serta didampingi pula oleh suami dan keluarga. Hal tersebut

dilakukan dengan tetap memperhatikan jarak tempat yang dituju

sebaiknya tidak terlalu jauh, kondisi perjalanan yang baik, dan

kondisi lingkungan yang tidak membahayakan ibu dan janin.

k) Memantau kesejahteraan janin

Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan:

1. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Tujuannya untuk menentukan usia kehamilan,

memperkirakan berat janin (TBJ) dan memperkirakan

adanya kelainan.

2. Pemantauan gerakan janin

Pemantauan gerakan janin dapat dilakukan dengan

menanyakan pada ibu berapa kali dalam satu hari gerakan

janin yang dirasakan. Batas nilai normal adalah lebih dari 10

kali dalam 12 jam dan biasanya gerakan lebih sering dan

mudah dirasakan pada malam hari.

3. Amniocintesis

Aspirasi cairan amnion untuk pemeriksaan yang dilakukan

pada kehamilan 15-17 minggu guna menilai abnormalitas


23

janin dan dilakukan pada kehamilan 20 minggu guna

penilaian maturitas dan kematangan paru janin.

4. USG

USG dilakukan untuk mengetahui letak plasenta,

menentukan usia kehamilan, mendeteksi perkembangan

janin, mendeteksi adanya kehamilan ganda atau keadaan

patologi, menentukan presentasi janin, volume cairan

amnion, dan penentuan TBJ.

5. DJJ

Pemantauan dengan Denyut Jantung Janin (DJJ) dilakukan

dengan Doppler, fetoscope dengan nilai normal 120-

160×/menit.

6. Non Stress Test (NST)

Bertujuan untuk menilai hubungan perubahan episodic DJJ

dan aktivitas gerakan janin serta mendeteksi kemungkinan

hipoksia atau asfiksia pada janin.

7. Oxytosin Challenge Test (OCT)

Bertujuan untuk menilai hubungan DJJ dengan kontraksi

dan mendeteksi adanya hipoksia janin. Tindakan ini

dilakukan pada kehamilan lewat waktu serta kehamilan

dengan kelainan.
24

d. Perubahan-Perubahan Pada Ibu Hamil

1) Trimester pertama

Pada masa kehamilan trimester satu, Ibu hamil akan mengalami

perubahan fisik seperti keluhan mual, muntah, pusing, dan mudah

lelah. Indra penciuman juga menjadi sangat peka dan ibu yang

hamil muda tampak tegang dan mudah emosi.

2) Trimester kedua

Pada masa kehamilan trimester kedua, Ibu hamil merasakan

perubahan bentuk tubuhnya, terutama pada wajah, perut, dan dada.

Dalam fase ini, beberapa ibu hamil merasa cemas karena takut akan

bertambahnya berat badan.

3) Trimester ketiga

Pada masa kehamilan trimester ketiga, Ibu hamil sering

mengeluhkan mudah lelah dan kurang tidur ( Rustikayanti N.R dkk,

2016 ).

e. Tanda Bahaya Dalam kehamilan

Setiap ibu hamil pastilah menginginkan proses kehamilan yang

lancar. Ibu hamil perlu mengenali beberapa tanda bahaya pada

kehamilan supaya bisa segera mencari pertolongan medis. Ada

beberapa tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal menurut (

Budiart V dkk, 2018) adalah:

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala yang hebat


25

3) Penglihatan kabur

4) Bengkak pada muka dan tangan

5) Nyeri abdomen yang hebat

6) Berkurangnya gerakan janin

7) Demam Tinggi

8) Mual muntah berlebihan

f. Asuhan Kehamilan/Ante Natal Care

Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi dan penggunaan medik pada ibu hamil untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang

aman dan memuaskan (Aisyah D.R dkk, 2015).

1) Tujuan ANC

Tujuan Antenatal Care adalah mempromosikan dan menjaga

kesehatan fisik mental sosial ibu dan bayi dengan pendidikan

kesehatan, gizi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi. (Siti

Tyastuti, 2016 ).

c) Tujuan ANC menurut Rachmawati, I.A. dkk. (2017) meliputi:

1) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran dengan mencegah

komplikasi kehamilan.

2) Mendeteksi kondisi yang mungkin dapat membahayakan

kehamilan ibu.

3) Mengatasi efek dari gaya hidup yang tidak sehat.


26

4) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Eksklusif.

5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

d) Tujuan ANC menurut Fatkhiyah N & Izzatul A (2019) meliputi:

1) Mengawasi ibu hamil selama masa kehamilan sampai masa

persalinan

2) Merawat dan memeriksa ibu hamil apabila terdapat kelainan

sejak dini

3) Mempersiapkan ibu hamil sehingga proses persalinan yang

dialaminya dapat dijadikan pengalaman yang menyenangkan

dan diharapkan

4) Mempersiapkan ibu hamil agar dapat memelihara bayi dan

menyusui secara optimal

2) Jadwal Pemeriksaan Antenatal

Jadwal pemeriksaan antenatal menurut Dartiwen & Yati N, (2019)

adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan Pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid.

b) Pemeriksaan ulang

Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan

Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan


27

Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan

3) Frekuensi pelayanan antenatal

Frekuensi pelayanan antenatal ditetapkan 4 kali kunjungan ibu

hamil dalam pelayanan antenatal selama kehamilan dengan

ketentuan sebagai berikut:

a) 1 kali pada trimester pertama ( < 14 minggu ) (K1)

b) 1 kali pada timester kedua ( 14 – 28 minggu )

c) 2 kali pada trimester ketiga ( 28 – 36 minggu dan sesudah

minggu ke 36 ) (K4) (Dartiwen & Yati N, 2019).

4) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Menurut Rufaridah, (2018) Kebijakan program pelayanan asuhan

antenatal harus sesuai standar yaitu 14 T meliputi:

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan ( T1 )

Ukur berat badan dalam kilo tiap kali kunjungan. Kenaikan

berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai

trimester kedua. Adapun tinggi badan menentukan tinggi

panggul ibu, ukuran normal yang baik untuk ibu hamil yaitu

>145cm.

b) Ukur tekanan darah ( T2 )

Tekanan darah yang normal 110/80 hingga 120/80 mmHg.

c) Ukur tinggi fundus uteri ( T3 )

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas


28

sympsis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh

ditekan).

Tabel 2 : Tinggi Fundus Uterus Sesuai Dengan Umur Kehamilan

Tinggi
Umur Kehamilan dalam
No. Fundus Uteri
Hitungan Minggu
(cm)
1. 12 cm 12
2. 16 cm 16
3. 20 cm 20
4. 24 cm 24
5. 28 cm 28
6. 32 cm 32
7. 36 cm 36
8. 40 cm 40
(Walyani S.E, 2015)

d) Pemberian Tablet Tambah Darah ( T4 )

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan

nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin, minimal 90 tablet di konsumsi.

e) Pemberian imunisasi TT ( T5 )

Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping TT

yaitu nyeri, kemerah-kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari

pada tempat penyuntikan.

f) Pemeriksaan Hb ( T6 )

Pemeriksaan Hb di lakukan pada kunjungan ibu hamil yang

pertama kali lalu diperiksa lagi menjelang persalinan pemeriksa

an Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada

ibu hamil.
29

g) Pemeriksaan VDRL ( T7 )

Pemeriksaan VDRL untuk mengetahui adanya treponema

pallidum / penyakit menular seksual, antara lain syphilish.

h) Perawatan payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara

(T8)

Manfaat perawatan payudara adalah untuk :

(1) Menjaga kebersihan payudara, terutama puting susu

(2) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu

(puting susu terendam)

(3) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI

lancar

(4) Perawatan payudara dilakukan dalam 2 kali sehari

sebelum mandi dan mulai pada kehamilan 6 bulan.

i) Senam Hamil ( T9 )

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat

pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit.

j) Temu wicara ( T10)

(1) Definisi Konseling

Adalah suatu wawancara (tatap muka) untuk menolong

orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik

mengenai dirinya dalam usaha untuk memahami dan

mengatasi permasalahan yang dihadapi.


30

(2) Prinsip-prinsip konseling

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu :

(a) Keterbukaan

(b) Empati

(c) Dukungan

(d) Sikap dan respon positif

(e) Setingkat atau sama derajat

(3) Tujuan konseling pada antenatal care

(a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya

(b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan

asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih

dan aman

k) Pemeriksaan Protein Urine ( T11 )

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.

Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil ke arah

preeklamsi.

l) Pemeriksaan urine reduksi ( T12 )

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan

indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada

keluarga dan suami.

m) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

(T13)

Kekurangan yodium di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan


31

dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat

kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin

yang di tandai dengan:

(1) Gangguan fungsi mental

(2) Gangguan fungsi pendengaran

(3) Gangguan pertumbuhan

(4) Gangguan kadar hormon yang rendah

n) Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria

(T14 ).

Pemberian obat malaria diberikan khusus pada wanita hamil

didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas

malaria yaitu panas tinggi disertai mengigil.

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada

kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks,

dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase

belakang kepala tanpa alat atau bantuan ( lahir spontan ) serta tidak ada

komplikasi pada ibu dan janin ( Indah dkk, 2019 ).


32

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:

1. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina dan introitus ( lubang luar vagina ). Meskipun

jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan

dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya

terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu, ukuran dan

bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai (

Soviyati E, 2016 ).

2. Passenger (Janin, plasenta, dan ketuban)

Faktor passenger terdiri atas 3 komponen yaitu janin, air ketuban

dan plasenta.

a. Janin

Janin yang bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat

interaksi beberapa factor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak,

sikap, dan posisi janin.

b. Air Ketuban

Waktu persalinan, air ketuban membuka serviks dan mendorong

selaput janin ke dalam ostium uteri. Bagian selaput anak yang berada

di atas ostium uteri dan menonjol waktu his disebut dengan ketuban.

Ketuban inilah yang membuka serviks. Air ketuban berfungsi


33

melindungi janin dari infeksi, dan pada saat persalinan, ketuban

mendorong serviks untuk membuka.

c. Plasenta

Plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang

menghambat proses persalinan pada persalinan normal. Plasenta

adalah bagian dari kehamilan yang penting. Plasenta memiliki

peranan penting sebagai transport zat dari ibu ke janin, penghasil

hormon yang berguna selama kehamilan ( Mutmainnah U.A dkk,

2017 ).

3. Power (kekuatan/tenaga)

Power merupakan kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan terdiri dari

his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna. Power (

kekuatan ) yang dibutuhkan dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2

tenaga yaitu primer dan sekunder. Tenaga primer berasal dari

kekuatan kontraksi uterus (his) yang berlangsung sejak mulai

persalinan sampai pembukaan lengkap. Tenaga sekunder adalah

kekuatan mengedan ibu yang dibutuhkan setelah pembukaan lengkap

( Saragih R, 2017 ).
34

c. Tahapan Persalinan

Menurut Mutmainnah U.A dkk (2017), Tahapan persalinan dibagi

menjadi 4 fase atau kala, yaitu :

1) Kala I

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses

pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

a) Fase Laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

b) Fase Aktif, dibagi dalam 3 fase, yaitu :

(1) Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi

4 cm

(2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

(3) Fase deselarasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

2) Kala II

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung

2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

3) Kala III
35

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10

menit. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Jika lebih dari 30 menit,

maka harus diberi penanganan yang lebih lanjut.

4) Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama

observasi yang dilakukan adalah :

a) Tingkat kesadaran penderita

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan

c) Kontraksi uterus

d) Terjadi perdarahan

d. Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan suatu yang ditandai dengan adanya kontraksi Rahim,

yang di akibatkan adanya hormone estrogen, dan progerton yang dapat

berubah secara tidak teratur, selain itu kontraksi Braxton hicks ini bisa

menjadikan kekuatan persalinan, dan his yang sifatnya teratur (Yuni F &

Widy N, 2018).

e. Partograf

Partograf merupakan suatu cara yang tepat untuk memantau keadaan

ibu dan janin selama dalam persalinan. Tujuan utama penggunaan

partograf adalah untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam

persalinan seperti partus lama, perdarahan dan gawat janin sehingga dapat
36

sesegera mungkin mengambil tindakan atau merujuk ibu dalam kondisi

optimal (Yuni F & Widy N, 2018).

1) Cara pengisian halaman depan partograf

a) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Catat informasi yaitu seperti nama,

umur, nomor catatan medis atau nomor puskesmas, dan waktu

mulai dirawat. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam pada

partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase

laten persalinan. Catat waktu pecahnya selaput ketuban ( Febrianti

& Aslina, 2019 ).

b) Kesehatan dan Kondisi Janin

(1) Denyut jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit

(lebih sering, jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak

dibagian atas partograf menunjukan waktu 30 menit. Skala

angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat

DJJ dengan memberi tanda titik pada garis sesuai dengan

angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang

satu dengan titik yang lain dengan garis tegas dan bersambung

( Febrianti & Aslina, 2019 ).

(2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam


37

dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat

temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.

Gunakan lambang sebagai berikut:

U : Ketuban utuh (belum pecah)

J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah

K : Ketuban sudah pecah ada dan tidak ada ketuban/

kering

( Febrianti & Aslina, 2019 ).

(3) Penyusupan Kepala Janin ( Molase )

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian

keras (tulang panggul) ibu. Setiap kali melakukan

pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang ( molase )

kepala janin. Catat temuan di dalam kotak yang sesuai

dibawah lajur air ketuban.

Gunakan lambang-lambang berikut:

O : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan


38

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi

masih dapat dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan

tidak

dapat dipisahkan ( Mutmainnah U.A, 2017 ).

c) Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan ( Mutmainnah U.A, 2017 ).

(1) Pembukaan Serviks

Nilai dan catat kemajuan persalinan setiap 4 jam. Saat ibu

berada difase aktif persalinan, catat pada partograf setiap

temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda X harus dicantumkan

digaris waktu sesuai dengan lajur besarnya pembukaan

serviks. Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif pada

persalinan, pembukaan serviks harus dicantumkan pada garis

waspada, cantumkan pada tanda X pada angka yang sesuai

dengan pembukaan serviks. Dan hubungkan dengan garis utuh

(tidak terputus).

(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Dilakukan setiap kali pemeriksaan dalam (setiap 4 jam)

tulis “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5,

tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.

Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan adalah 4/5 maka


39

tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda “O”

dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

(3) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Garis bertindak

tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis

waspada. jika pembukaan serviks telah melampui dan berada

disebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukan

perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.

d) Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap kotak

menyatakan waktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian. Saat ibu masuk

dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di

garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini

dikotak waktu yang sesuai ( Mutmainnah U.A, 2017 ).

e) Kontraksi uterus

Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit raba

dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit lamanya kontraksi

dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam

10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan


40

disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil

pemeriksaan kontraksi ( Mutmainnah U.A, 2017 ).

f) Kesehatan dan kenyamanan

Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan. Beri tanda titik pada kolom dalam waktu yang sesuai.

Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif

persalinan. Beri tanda panah pada kolom waktu yang sesuai

( Mutmainnah U.A, 2017 ).

g) Pencatatan pada lembar belakang partograf

Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan

yang berguna untuk mencatat proses persalinan yaitu data dasar,

kala I, Kala II, Kala III, Kala IV dan Bayi Baru Lahir.
41

Gambar 1. Partograf bagian depan


42

Gambar 2. Partograf bagian belakang


43

f. Asuhan pada tahap persalinan

Menurut Elisabeth & Endang P (2020), Memberikan asuhan yang

memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang

ibu dan sayang bayi.

Kebijakan pelayanan asuhan persalinan:

(1) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan

terlatih.

(2) Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk

menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia 24

jam.

(3) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi

seluruh petugas terlatih.

(4) Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran.

Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai

bagian dari persalinan bersih dna aman, termasuk hadirnya keluarga atau

orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.

1. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi

sebagai suatu catatan atau reka medik untuk persalinan, selama

persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar

dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau

penyulit.
44

2. Manajemen kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemutusan

tali pusat secara dini, memberikan suntikan oksitosin IM, melakukan

Penegangan Tali pusat Terkendali (TTP) dan segera melakukan

masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal.

3. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi

setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu

sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa selama 15 menit

selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

4. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan

tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan

perdarahan.

5. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering

diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga

dapat diajarkan melakukan hal ini.

6. Segera setelah lahir seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera

diselimuti dan bayi segera dikeringkan serta dijaga kehangatannya

untuk mencegah terjadinya hipotermi.

7. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh

petugas dan keluarga.

g. Penatalaksanaan dalam proses persalinan (langkah-langkah dalam APN

dan IMD)
45

1) 58 langkah Asuhan Persalinan Normal menurut Fitriana Y &

Nurwiandani W (2018), adalah:

a) Mendengarkan, melihat, dan memeriksa gejala dan tanda kala II.

b) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi yang dialami ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di

dalam partus set.

c) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.

d) Melepaskan semua perhiasan, mencuci kedua tangan dengan

sabun dan air bersih yang mengalir serta mengeringkan tangan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan bening.

e) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan

pemeriksaan dalam.

f) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik ( gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT dan steril ) dan meletakkan

kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril

tanpa mengontaminasi tabung suntik

g) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari arah depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah dibasahi air DTT. Jika mulut vagina, perineum

atau anus terkontaminasi dengan kotoran ibu, membersihkannya

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang.


46

Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah

yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

h) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap. Apabila selaput ketuban belum pecah sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

i) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin

0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua

tangan.

j) Memeriksa DJJ setelah terjadi kontraksi untuk memastikan bahwa

DJJ dalam batas normal (120-160 kali per menit). Ambil tindakan

yang sesuai jika DJJ tidak normal.

k) Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan

sudah lengkap dan janin dalam keadaan baik. Membantu ibu

dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

l) Meminta pihak keluarga untuk membantu menyiapkan posisi ibu

untuk meneran (apabila sudah ada rasa ingin meneran dan terjadi

kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau

posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

m) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.


47

n) Anjurkan Ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit.

o) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

p) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

q) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

r) Pakai sarung DTT pada kedua tangan.

s) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain basah dan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas

cepat dan dangkal.

t) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi.

u) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

v) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Gerakkan kepala dengan lembut ke arah bawah dan distal hingga


48

bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

w) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

x) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di

antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari

dan jari-jari lainnya).

y) Lakukan penilaian selintas bayi baru lahir. Apakah bayi menangis

kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan. Apakah bayi bergerak

dengan aktif. Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera

lakukan tindakan resusitasi.

z) Keringkan dan posisikan bayi di atas perut ibu. Keringkan mulai

dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian

tangan. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.

aa) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain

dalam uterus (hamil tunggal).

bb) Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).

cc) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral.


49

dd) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah

bayi lahir sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari sisi luar klem

penjepit, dorong tali pusat ke arah distal ibu dan lakukan

penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

ee) Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat. Dengan satu

tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan

pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem

tersebut. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan

lakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan simpul kunci.

Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

ff) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ke ibu ke kulit

bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.

Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari puting payudara ibu.

gg) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.

hh) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

ii) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu. Tangan lain

menegangkan tali pusat.


50

jj) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas

dorsokranial secara hati-hati. Apabila plasenta tidak lahir setelah

30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dna ulangi prosedur di atas. Jika

uterus tidak berkontraksi dengan segera, minta ibu, suami, atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

kk) Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir.

ll) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung

tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk

mengeluarkan selaput yang tertinggal.

mm) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus

berkontraksi.
51

nn) Periksa kedua sisi plasenta dengan baik bagian ibu maupun bayi

dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan

plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

oo) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

pp) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

qq) Berikan waktu yang cukup kepada ibu untuk melakukan kontak

kulit antara ibu dan bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam).

rr) Lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, berikan tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 sebanyak 1 mg IM di paha

anterolateral setelah satu jam terjadi kontak kulit antara ibu dan

bayi.

ss) Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah satu jam

pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

tt) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi dan pencegahan

perdarahan pervaginam.

uu) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

vv) Lakukan evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

ww) Lakukan pemeriksaan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30

menit selama 2 jam pertama persalinan.


52

xx) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernapas dengan baik 40-60 kali per menit serta suhu tubuh

normal 36,50 – 37,50C.

yy) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas

peralatan setelah didekontaminasi.

zz) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

aaa) Bersihkan badan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan

sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu untuk memakai

pakaian yang bersih dan kering.

bbb) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkan.

ccc) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan 0,5 %.

ddd) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan 0,5 %, lepaskan

secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

eee) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk yang kering dan

bersih.

fff) Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
53

2) Inisiasi menyusu dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses setelah melahirkan

dimana bayi mencari puting susu ibunya dan kemudian menyusu.

Inisiasi Menyusui Dini akan meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk

tetap memberikan ASI hingga pemberian makanan atau minuman

apapun tidak perlu diberikan untuk bayinya. IMD memiliki pengaruh

terhadap ibu dalam memberikan ASI yakni ASI Ekslusif selama 6 bulan

dan ASI lanjutan atau pemberian ASI dengan makanan tambahan hingga

bayi berusia 2 tahun. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang

diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi. Tujuan utama Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) adalah agar bayi dapat menyusu ke ibunya dengan

segera. Namun, secara tidak langsung akan membangun komunikasi

yang baik dengan ibu sejak dini.

Manfaat IMD untuk bayi adalah untuk menjaga kehangatan tubuh

bayi, memberikan kenyamanan saat berada di dekat ibunya, bayi akan

memiliki daya hisap yang kuat dan lama, dapat menjaga bayi bertahan

hidup secara alami dan mendapat kolostrum yang sangat bermanfaat.

Manfaat IMD untuk Ibu adalah ibu dapat merasakan sentuhan bayi

ketika diletakkan di dada atau perutnya, dapat memicu produksi

hormon prolaktin, ibu dapat memiliki banyak ASI ( Sholikah M.B,

2018 ).
54

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran sampai usia

4 minggu atau 0 – 28 hari ( Harahap dkk, 2019 ).

b. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

1) Pengkajian fisik pada bayi baru lahir

Pengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan

setelah dilakukan pembersihan jalan nafas atau resusitasi, pembersihan

badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan diatas tempat

tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengenal atau

menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan

kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan

kelahiran, misalnya ; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes mellitus,

eklamsia berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan

bawaan pada bayi.

a) Pemeriksaan Umum

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran lingkar kepala

yang normal berkisar 33-35 cm, lingkar dada 30,5 – 33 cm, panjang

badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500-4000 gram.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar 36,5-37,50C pada

pengukuran diaxila, Nadi bayi normal antara 120-140 kali permenit,

pernafasan 30-60 kali permenit.


55

c) Menilai skor APGAR

Menurut Siti N dkk, (2020), kata APGAR diambil dari nama

belakang penemunya yaitu Dr.Virginia Apgar, seorang ahli anak

sekaligus ahli anastesi dari Columbia University College Of

Physicia and Surgeon pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang

ahli anak bernama Dr. Josep Butterfield membuat akronomi dari

kata APGAR yaitu Appearance (warna kulit), Pulse (frekuensi

jantung), Grimace (respon terhadap rangsangan), Activity (tonus

otot) dan Respiration (pernapasan).

Evaluasi ini digunakan mulai 5 menit pertama sampai 10 menit.

Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor

0-2

Tabel 3. Apgar Score


Tanda 0 1 2

Appearance Seluruh tubuh bayi Warna kulit tubuh Warna kulit


(warna kulit) berwarna kebiruan normal, tetapi tangan seluruh tubuh
dan kaki berwarna normal
kebiruan
Pulse Denyut Jantung
(frekuensi tidak ada <100x/menit >100x/menit
jantung)
Grimace Tidak ada respons Wajah meringis saat Meringis, batuk,
( respons terhadap stimulasi distimulasi atau bersin saat
reflex) stimulasi
Activity Lemah, tidak ada Lengan dan kaki dalam Bergerak aktif
(Tonus otot) gerakan posisi fleksi dengan dan spontan
sedikit gerakan
Repiration Tidak bernapas, Menangis lemah, Menangis kuat,
(Pernapasan) pernapasan lambat terdengar seperti pernapasan baik
dan tidak teratur merintih dan teratur
(Siti N dkk, 2020).
56

Klasifikasi nilai Apgar :

Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik

Nilai 4-6 menunjukkan bahwa bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan

tindakan resusitasi

Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan

resusitasi segera sampai ventilasi.

d) Melakukan resusitasi neonatus

e) Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek

dan harus diawasi setiap hari

f) Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertuliskan

nama ibu, diikatkan di pergelangan tangan atau kaki

g) Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital

h) Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik)

atau dalam incubator jika ada indikasi

i) Menentukan tempat perawatan. Rawat gabung, rawat khusus atau

rawat intensif

j) Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang

diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung

diberikan vaksinasi (globulin) pada bayi.

2) Tujuan pengkajian fisik pada bayi baru lahir

a) Untuk mendeteksi kelainan-kelainan. Pemeriksaan awal pada bayi

baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan


57

untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnose

untuk persalinan yang berisiko tinggi.

b) Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada

keluarga. Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas

harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga

menemukannya dikemudia hari, akan menimbulkan dampak yang

tidak baik dan menganggap dokter atau petugas kesehatan tidak

bisa mendeteksu kelainan pada bayinya.

3) Tafsiran Maturnitas Neonatus

Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap

neonatus sangat penting karena :

a) Pengetahuan ini penting untuk penatalaksanaan tiap neonatus

terutama bayi BBLR serta individu

b) Faktor masturasi bayi sangat berpengaruh pada mordibitas dan

mortalitas perinatal

c) Pengetahuan ini sangat penting untuk menilai tingkat

perkembangan bayi premature

d) Penelitian fisiologis neonatus dilakukan dengan

mempertimbangkan lamanya masa gestasi

c. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Indikator pemantauan tumbuh kembang neonates, bayi, balita dan

anak prasekolah. Untuk meramal pola tumbuh kembang individu tidak


58

terlepas dari indikator tumbuh kembang yang dimiliki individu

bersangkutan. Indicator tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Kondisi Keluarga

Peran keluarga sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan

perkembangan anak. Anak akan mewarisi sifat-sifat khusus dari

orang tuannya.

2) Nutrisi (Gizi)

Anak yang memperoleh asupan makanan yang bergizi, proses

pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik dibandingkan dengan

anak yang kekurangan gizi.

3) Perubahan Emosional

Emosi akan menyebabkan produksi hormone adrenalin meningkat.

Akibatnya, produksi hormone pertumbuhan yang dihasilkan oleh

kelejar pituitary akan terhambat. Pertumbuhan anak yang cenderung

serius dengan emosi yang labil akan terlambat dibandingkan dengan

anak-anak yang penuh dengan keceriaan.

4) Jenis kelamin

Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan

anak perempuan pada usia 12-15 tahun, karena jumlah tulang dan

ototnya lebih banyak. Akan tetapi jenis kelamin bagi anak 0-1 tahun

belum menunjukkan perbedaan nyata karena sistem hormonalnya

belum tumbuh dengan baik.


59

5) Suku bangsa

Suku bangsa akan mempengaruhi variasi ukuran tubuh individu.

6) Intelegasi

Anak-anak dengan intelegasi tinggi cenderung memiliki tubuh lebih

tinggi dan berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan anak-

anak yang memiliki intelegasi rendah.

7) Status sosial ekonomi

Tubuh anak yang dibesarkan dengan kondisi sosial ekonomi yang

kurang, cenderung akan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak

yang kondisi sosial ekonominya cukup terjamin.

8) Tingkat Kesehatan

Anak yang dibesarkan dengan tingkat kesehatan yang baik dan

jarang sakit akan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan anak yang

sering sakit-sakitan.

9) Fungsi kelenjar hormone thyroxin

Jika individu mengalami kekurangan (defisiensi) hormone thyroxin

akan menyebabkan kekerdilan (kreatisme). Sebaliknya, jika

kelebihan hormone akan betubuh raksasa (gigantisme).

d. Penanganan Bayi Baru Lahir

1) Resusitasi Neonatus

Usaha untuk mengakhiri asfiksia adalah dengan resusitasi

memberikan oksigenasi yang adekuat. Langkah awal resusitasi

penting untuk menolong bayi baru lahir dengan asfiksia dan harus
60

dilakukan dalam waktu 30 detik. Resusitasi neonatus adalah

serangkaian intervensi saat kelahiran untuk mengadakan usaha nafas

dan sirkulasi yang adekuat. Pada setiap kelahiran, harus ada paling

sedikit 1 orang di kamar bersalin yang tugasnya khusus bertanggung

jawab untuk penanganan bayi dan dapat melakukan langkah awal

resusitasi, termasuk pemberian Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dan

membantu kompresi dada. Ketika ventilasi dan sirkulasi yang adekuat

telah tercapai, bayi harus dipantau atau ditransfer ke tempat yang dapat

dilakukan monitoring penuh dan dapat dilakukan tindakan antisipasi,

untuk mendapatkan pencegahan hipotermia, monitoring yang ketat dan

pemeliharaan fungsi sistemik dan serebral ( Irwanto, 2017 ).

2) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan proses membiarkan

bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada

ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting

untuk segera menyusu dalam satu jam pertama kelahiran. Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) bermanfaat untuk menurunkan Angka

Kematian Bayi (AKB) yang disebabkan oleh hipotermia dan dapat

menghangatkan bayi melalui dada ibu dengan suhu yang tepat serta

dapat mensukseskan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif ( Siti N

dkk, 2020 ).

3) Penjepitan dan Pemotongan Tali Pusat

Bayi akan terpisah dari plasenta melalui penjepitan dan


61

pemotongan tali pusat, dan kegiatan ini termasuk dalam manajemen

aktif kala III persalinan penjepitan dan pemotongan tali pusat bayi

pada saat lahir merupakan salah satu langkah Asuhan Persalinan

Normal (APN) dan intervensi yang harus dilakukan. Penjepitan dan

pemotongan tali pusat yaitu setelah tali pusat berhenti berdenyut

dimana kisaran waktu sekitar 3-5 menit setelah bayi lahir, dan

penjepitan tali pusat dini sangat tidak dianjurkan, penjepitan tali pusat

dilakukan 2 menit setelah bayi lahir ( Rochmaedah S dkk, 2019 ).

4) Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan yang bertujuan

merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah

terjadinya infeksi. Perawatan tali pusat sangat penting di lakukan

terutama oleh ibu melahirkan karena ibu yang lebih mengetahui

perkembangan bayi setiap harinya. Tujuan perawatan tali pusat adalah

untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir yang

disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh

melalui tali pusat baik dari alat, pemakaian obat-obatan, bubuk atau

daun yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan

infeksi ( Damanik K.R & Linda, 2019 ).

Berdasarkan penelitian Reni P.D dkk, (2018) terdapat perbedaan

yang signifikan antara perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering

dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir maka dapat

disimpulkan bahwa tali pusat dianjurkan terbuka agar terkena udara


62

secara leluasa karena akan lebih cepat kering. Tali pusat yang tertutup

rapat dengan apapun akan memperlambat pelepasan tali pusat dan

membuatnya menjadi lembab. Waktu lepas tali pusat bayi yang

dibungkus dengan kasa steril adalah 7 hari sedangkan waktu lepas tali

pusat bayi yang dirawat dengan perawatan terbuka lebih cepat yaitu 5

hari.

5) Profilaksis Mata

Oftalmia Neonatorum (ON) atau konjungtivitis gonokokal neonatal

adalah infeksi konjungtiva akibat Neisseria Gonorrhoeae yang terjadi

akut pada 4 minggu pertama kehidupan. Infeksi ini umumnya

diperoleh oleh neonatus selama perjalanan melalui jalan lahir yang

terinfeksi. Penatalaksanaan pada kasus oftalmia neonatorum lebih

difokuskan pada pemberian profilaksis selalu lebih baik daripada

pengobatan kuratif. Langkah-langkah meliputi penggunaan tetrasiklin

topikal 1% atau eritromisin topikal 0,5% atau perak nitrat 1% ke dalam

mata bayi segera setelah kelahiran ( Rini S.A & Yusran M, 2017 ).

6) Pemberian Vitamin K

Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) merupakan

penyakit yang disebabkan oleh kurangnya vitamin K dalam tubuh.

Pencegahan yang harus dilakukan ialah profilaksis vitamin K. Jenis

vitamin K1 (phytomenadion) dengan dosis pemberian 1 mg/ml dosis

tunggal, suntik intramuskular, atau oral 3 kali 2 mg, diberikan pada


63

waktu bayi baru lahir, umur 3 – 7 hari, dan pada saat bayi berumur 1-2

bulan ( Siti N dkk, 2020).

7) Memandikan bayi

Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk

menjaga agar bayi bersih, terasa segar, dan mencegah kemungkinan

terjadinya infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang diperhatikan

adalah menjaga jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukan air ke

hidung, mulut, atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Delima

M & Andriani Y, 2019 ).

4. Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula

sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Seniorita

D, 2017).

b. Tujuan Masa Nifas

1. Mendeteksi dini adanya perdarahan masa nifas

2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikis

3. Menjaga kebersihan diri

4. Melaksanakan screening secara komprehensif

5. Mengobati serta merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi

6. Memberikan pendidikan laktasi dan perawatan payudara

7. Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi


64

8. Memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi

9. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi sehari-hari

10. Konseling Keluarga Berencana (KB)

( Sari P.D, 2019 ).

c. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Menurut Sutanto V.A (2019), ada beberapa nutrisi yang diperlukan

oleh ibu menyusui untuk menjamin pembentukan air susu yang

berkualitas dengan jumlah yang cukup dalam memenuhi kebutuhan

bayinya yang diolah dari berbagai sumber.

a) Kalori

Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah

ASI yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding

pada saat hamil. Kalori yang dibutuhkan ibu sebanyak 2.300 – 2.700

kal per hari.

b) Protein

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel

yang rusak atau mati, membentuk tubuh bayi, perkembangan otak,

dan produksi ASI. Kebutuhan normal 15-16 gr. Dianjurkan

penambahan per hari, 6 bulan pertama sebanyak 16 gr, 6 bulan kedua

sebanyak 12 gr, tahun kedua sebanyak 11 gr.

c) Cairan

Ibu menyusui dapat mengonsumsi cairan dalam bentuk air putih,


65

susu dan jus buah. Cairan yang dibutuhkan sebanyak 2-3 liter/hari.

d) Mineral

Mineral yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi

digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan

mengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh

e) Zat besi (Fe)

Diperoleh dari pil zat besi (Fe) dari dokter untuk menambah zat

gizi setidaknya diminum selama 40 hari pasca persalinan. Jumlah

yang dibutuhkan ibu adalah 1,1 gr/hari.

f) Vitamin A

Vitamin A berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan sel,

perkembangan dan kesehatan mata, kesehatan kulit dan membran sel,

pertumbuhan tulang, kesehatan reproduksi, metabolisme lunak, dan

ketahanan terhadap infeksi. Kapsul vitamin A (200.000 unit)

sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan, dan 24 jam

setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi melalui

ASI.

g) Vitamin D

Vitamin D penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang.

h) Vitamin C

Bayi tidak memperoleh vitamin C selain dari ASI, maka ibu

menyusui perlu makan makanan segar dengan jumlah yang cukup

untuk ibu dan bayi per hari.


66

i) Asam Folat

Berguna untuk mensintesis DNA dan membantu dalam

pembelahan sel.

j) Zinc

Berguna untuk mendukung sistem kekebalan tubuh dan penting

dalam penyembuhan luka.

k) Iodium

Iodium dengan jumlah yang cukup diperlukan untuk

pembentukan air susu.

l) Lemak

Lemak merupakan komponen yang penting dalam air susu,

sebagai kalori yang berasal dari lemak. Lemak bermanfaat untuk

pertumbuhan bayi. Jumlah yang dibutuhkan ibu adalah 14 gr/porsi.

2) Ambulasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing ibu bersalin keluar dari tempat tidur dan membimbing

secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi dini dilakukan secara

berangsur-angsur. Pada persalinan normal, sebaiknya ambulasi

dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk

mencegah adanya trombosit).

3) Eliminasi

a) Buang Air Kecil (BAK)

Ibu bersalin akan sulit nyeri dan panas saat buang air kecil
67

kurang lebih selama 1-2 hari, terutama dialami oleh ibu yang baru

pertama kali melahirkan melalui persalinan normal padahal BAK

secara spontan normalnya terjadi setiap 3-4 jam. Penyebabnya

trauma kandung kemih dan nyeri serta pembengkakan (edema) pada

perineum yang mengakibatkan kejang pada saluran kencing.

b) Buang Air Besar (BAB)

Kesulitan BAB bagi ibu bersalin disebabkan oleh trauma usus

bawah akibat persalinan sehingga untuk sementara usus tidak

berfungsi dengan baik. BAB normalnya harus terjadi dalam 3 hari

postpartum. Biasanya apabila Ibu bersalin tidak BAB selama 2 hari

setelah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine

atau obat-obatan.

4) Kebersihan Diri

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,

mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan dimana tempat ibu

tinggal.

5) Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan

ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, yaitu :

a) Berkurangnya produksi ASI


68

b) Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

6) Seksual

Dinding vagina akan kembali pada keadaan sebelum hamil dalam

waktu 6-8 minggu. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman

ketika luka episiotomi telah sembuh dan lochea telah berhenti.

Sebaiknya hubungan seksual ditunda sampai 40 hari setelah persalinan

karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali.

7) Keluarga Berencana (KB)

Istilah Keluarga Berencana (KB) dapat didukung dengan istilah

kontrasepsi yang berarti mencegah pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sel sperma yang akan mengakibatkan kehamilan.

8) Latihan Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu postpartum setelah

keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk

mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi serta

memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul,

dan otot perut sekitar rahim.

d. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Involusi Uterus

Involusi uterus adalah proses kembalinya rahim pada ukuran semula.


69

Ketika involusi berlangsung pada tempat implantasi plasenta

ditemuka banyak pembuluh darah yang terbuka sehingga resiko

perdarahan postpartum sangat besar. Hal ini terjadi jika otot-otot

pada uterus tidak berkontraksi dengan baik untuk menjepit pembuluh

darah yang terbuka ( Wahyuni N & Nurlatifah L, 2017 ).

Tabel 4. Involusi Uteri

Involusi Tinggi Fundus Uteri (TFU) Berat Uterus (gr)


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr
( Sutanto V.A, 2019).
b) Involusi Tempat Plasenta

Pada awal masa nifas bekas plasenta mengandung banyak

pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas

plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti

pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.

Regenerasi endometrium terjadi selama sekitar 6 minggu ( Gede L.N

dkk, 2019 ).

c) Lochea

Saat uterus berkontraksi akan mengeluarkan eksresi cairan rahim

selama masa nifas berupa lochea. Pengeluaran lochea dapat

berlangsung lama dan cepat hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
70

yaitu adanya sisa plasenta dalam rahim, endometriosis, infeksi, dan

kontraksi uterus. Lochea dapat berubah-ubah sesuai tahapannya, hal

ini dikarenakan adanya proses kontaksi uterus. Pengeluaran lochea

yang lancar menandakan bahwa kontaksi uterus juga baik. Pada 2

hari pertama lochea berupa darah dan disebut lochea rubra. Setelah

2-4 hari merupakan darah encer yang disebut lochea serosa dan pada

hari ke-10 menjadi cairan putih atau kekuning-kuningan yang

disebut lochea alba. Warna ini disebabkan karena banyak leucocyt

terdapat di dalamnya bau lokhea khas amis dan yang berbau busuk

menandakan infeksi ( Nurjanah N, 2017 ).


71

Berikut ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada

wanita pada masa nifas :

Tabel 5. Macam – Macam Lochea

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra ( kruenta ) 1-3 hari Merah Terdiri dari darah segar, jaringan
kehitaman sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo ( rambut bayi
), dan sisa mekonium. Lochea
Rubra yang menetap pada awal
periode postpartum menunjukkan
adanya perdarahan postpartum
sekunder yang mungkin
disebabkan tinggalnya sisa atau
selaput plasenta.

Sanginolenta 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur lender.


kecoklatan
dan berlendir

Serosa 7-14 Kuning Lebih sedikit darah dan lebih


hari kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan atau laserasi
plasenta. Lochea Serosa dan Alba
yang berlanjut bisa menandakan
adanya endometris, terutama jika
disertai demam, rasa sakit atau
nyeri tekan pada abdomen.

Alba> 14 hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua,


dan sel epitel, selaput lendir
serviks serta serabut jaringan yang
mati.

Lochea Purulenta Terjadi infeksi keluar cairan


seperti nanah berbau busuk.

Locheastasis Lochea tidak lancar keluarnya.


( Sutanto V.A, 2019 )
72

d) Serviks dan Vagina

Setelah berakhirnya persalinan, serviks menjadi sangat lembek,

kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet,

terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang

mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat

laun mengecil. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk

seperti keadaan semula saat 4 minggu postpartum.

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium

merupakan suatu saluran yang luas berbanding tipis. Secara

berangsur-angsur luasnya akan berkurang, tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali

pada minggu ke-3 ( Maulani S.S, 2016 ).

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,

hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh (Safitri Y & Cahyanti D.R,

2016).

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Selama proses persalinan, trauma tidak langsung dapat terjadi pada

uretra dan kandung kemih. Dinding kandung kemih dapat mengalami

hiperemesis dan edema serta sering kali disertai daerah hemoragik.


73

Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan kepala bayi saat

persalinan serta rasa nyeri akibat laserasi vagina atau episiotomy dapat

mempengaruhi proses berkemih. Gangguan pengeluaran urin dapat

menyebabkan terganggunya kontraksi uterus dan dapat mengakibatkan

perdarahan post partum. Jika urin tidak segera dikeluarkan maka akan

menyebabkan distensi kandung kemih yang kemudian mendorong

uterus ke atas dan ke samping (Lestari U, 2016).

4) Perubahan Sistem Muskuloskletal

Otot- otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta

dilahirkan (Amita, D.N. 2019).

5) Perubahan Sistem Endokrin

Terjadinya penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen dalam

jumlah besar dan mendadak yang menggantikan pengaruh inhibisi

progesteron terhadap produksi a-laktalbumin oleh reticulum

endoplasma kasar. Peningkatan a-laktabulmin berfungsi untuk

merangsang sintesa laktosa dan pada akhirnya meningkatkan jumlah

laktosa ASI. Penurunan progesteron juga menyebabkan prolaktin

bekerja tanpa hambatan dalam merangsang produksi a-laktabulmin (Siti

N dkk, 2020).
74

6) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu Badan

Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan naik sekitar 37,50C –

380C yang merupakan pengaruh dari proses persalinan dimana ibu

kehilangan banyak cairan dan kelelahan. Hari ke-3 suhu akan naik

lagi karena proses pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak,

berwarna merah. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi

endometrium, mastitis, atau sistem lain.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa berkisar 60-80 kali

permenit. Setelah persalinan biasanya denyut nadi menjadi lebih

cepat yaitu >100x/menit kemungkinan karena infeksi atau

perdarahan postpartum yang tertunda.

c) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

badan dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan

juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada

saluran napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa

postpartum menjadi lebih cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok.

d) Tekanan darah

Tekanan darah relatif rendah karena ada proses kehilangan darah

karena persalinan. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal),

Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya


75

preeklampsi pada masa postpartum yaitu tekanan darah 140/90

mmHg atau lebih (Sutanto V.A, 2019).

7) Perubahan sistem kardiovaskuler

Segera setelah bayi lahir, kerja jantung mengalami peningkatan 80%

lebih tinggi daripada sebelum persalinan karena autotransfusi dari

uteroplacenter. Resistensi pembuluh perifer meningkat karena

hilangnya prosesuteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu

(Sutanto V.A, 2019).

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali

melakukan kunjungan pada masa nifas :

1) Kunjungan Nifas 1 ( 6-8 jam setelah persalinan)

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.


76

2) Kunjungan Nifas 2 (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan

tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-

tanda penyakit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

cara merawat tali pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan nifas 3 (2 minggu setelah persalinan)

Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)

4) Kunjungan nifas 4 (6 minggu setelah persalinan)

a) Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

( Sutanto V.A, 2019 ).

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berenca adalah tindakan yang membantu pasangan suami

istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara


77

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Than D dkk,

2018).

b. Macam-Macam Alat Kontrasepsi

Menurut Jitowiyono S & Rouf A.M (2019), ada beberapa macam alat

kontrasepsi yaitu:

1) Metode Kontrasepsi Sederhana

a) Tanpa Alat

(1) Metode KB alamiah

(a) Metode Kalender

Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala

yaitu tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur

sang istri. Cara ini memang terlihat mudah dilakukan tetapi

tidak cocok untuk perempuan dengan siklus mentsruasi

yang tidak teratur terutama pada perempuan setelah

persalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopause.

(b) Metode Suhu Basal Tubuh

Suhu basal tubuh bisa dijadikan patokan masa aman.

Menjelang ovulasi, suhu basal tubuh akan turun dan kurang

lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi

sampai lebih tinggi daripada sebelum ovulasi. Untuk

menentukan masa aman, suhu basal harus dicatat setiap hari


78

dengan teliti setiap pagi segera setelah bangun tidur dan

sebelum melakukan aktivitas.

(c) Metode lendir serviks

Perubahan lendir serviks pada saat siklus menstruasi

adalah pengaruh estrogen. Saat kedua ovarium berada

dalam keadaan diam akan terlihat jumlah estrogen dan

progesteron menurun, hasilnya adalah sensasi atau lendir

pada vulva yang tidak muncul. Sebelum hari berakhir

seorang wanita sebaiknya mencatat jika sepanjang hari ia

merasakan sensasi pada vulva dan keberadaan lendir saat

melakukan aktivitas. Hubungan seksual tidak boleh

dilakukan selama pencatatan siklus pertama.

(d) Metode Amenore Laktasi (MAL)

Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah metode

kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air

susu ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI

saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.

Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin semakin

meningkat sehingga hormon gonadotropin melepas hormon

penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan

mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.

(e) Metode coitus interuptus

Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan alat


79

kelamin pria (penis) sebelum ejakulasi sehingga sperma

tidak masuk ke dalam vagina.

b) Dengan Alat

(1) Mekanis

(a) Kondom laki-laki dan perempuan

Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung

dari karet yang di selubungkan ke organ intim lelaki atau

perempuan yang bekerja dengan cara mencegah sperma

bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan

(Tampubolon M.L, 2017).

(b) Diafragma

Diafragma merupakan kap berbentuk bulat cembung

yang terbuat dari karet yang diinsersikan ke dalam vagina

sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (

Febrianti & Aslina, 2019 ).

(2) Kimiawi

(a) Sediaan spermisida

Spermisida merupakan zat kimia yang dapat membunuh

sperma setelah keluar dari penis. Spermisida dikemas

dalam bentuk aerosol atau busa, tablet vaginal, supositoria,

atau dissolvable film dan krim. Sebagai alat kontrasepsi,

spermisida jenis busa dan krim tergolong sangat efektif.

Spermisida juga tidak menganggu produksi ASI, tidak


80

menganggu kesehatan, dan mudah digunakan ( Jitowiyono

S & Rouf A.M, 2019 ).

2) Kontrasepsi Modern (Hormonal)

a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Merupakan suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam

rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang dapat

dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif untuk tujuan

kontrasepsi (Sugeng J & Masniah A.R, 2020).

Mekanisme kerja:

(1) IUD yang mengeluarkan hormon yang akan mengentalkan

lender serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk

melewati cavum uteri.

(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum

uteri.

(3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi

perempuan sehingga mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi.

(4) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi yang

menyebabkan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian

IUD yang dapat menghalangi nidasi.

(5) Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan

pada pemakaian IUD yang menyebabkan blastokista tidak


81

dapat hidup dalam uterus.

(Jitowiyono S & Rouf A.M, 2019).

b) Pil Kombinasi

Pil kombinasi adalah jenis kontrasepsi hormonal yang

mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetis yang

memiliki efektifitas tinggi bila diminum setiap hari. (Sugeng J &

Masniah A.R, 2020).

Pil kombinasi ini dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

(1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang

mengandung hormon aktif estrogen / progestin dalam dosis

yang sama dan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen / progestin dalam dua dosis

yang berbeda, dan 7 tablet tanpa hormon aktif dan biasanya

diberi kode dan warna yang berbeda.

(3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang

mengandung hormon aktif estrogen / progestin dalam 3 dosis

yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif.

c. Indikasi Dan Kontraindikasi

1) Kontrasepsi Suntikan Hormonal

a) Indikasi

(1) Wanita usia reproduktif

(2) Wanita yang telah memiliki anak


82

(3) Pasangan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan

memiliki efektivitas tinggi

(4) Wanita yang sedang menyusui

(5) Setelah melahirkan tetapi tidak menyusui

(6) Setelah abortus dan keguguran

(7) Memiliki banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi

b) Kontraindikasi

(1) Hamil atau diduga hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(3) Perdarahan pada pervaginam dan penyebabnya belum jelas

(4) Wanita yang tidak dapat menerima efek samping berupa

gangguan haid

(5) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara

(6) Penderita diabetes mellitus yang disertai komplikasi

c) Keuntungan dan kerugian

Keuntungan : sangat efektif dalam mencegah kehamilan, dapat

diandalkan sebagai alat kontrasepsi jangka panjang, tidak

mempengaruhi produksi ASI, tidak mempengaruhi aktivitas

hubungan seksual, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,

mencegah beberapa penyakit radang panggul, mencegah penyakit

payudara jinak.

Kerugian : terjadi gangguan haid, sering muncul perubahan berat

badan, kemungkinan pemulihan kesuburan yang lambat setelah


83

penghentian pemakaian, bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan karena tidak bisa menyuntikkan kontrasepsi sendiri.

(Jitowiyono S & Rouf A.M, 2019).

6. Asuhan Komplementer

a. Pengertian Asuhan Komplementer

Asuhan komplementer didasarkan pada holistik filosofi dan interaksi

antara tubuh, pikiran dan semangat, dipercaya bahwa dari semua

komponen tersebut berpengaruh pada proses reproduksi. Terapi

komplementer adalah penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai

pendukung pengobatan medis atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar

pengobatan medis. (Rahayu P.P & Febriati D.L, 2020)

b. Asuhan Komplementer pada Kehamilan

Terapi komplementer dapat digunakan untuk mengatasi

ketidaknyamanan

selama masa kehamilan. Beberapa terapi komplementer yang bisa

dilakukan dalam masa kehamilan, yaitu akupuntur kehamilan, aromaterapi

kehamilan, refleksiologi kehamilan, kiropraktik kehamilan, ayurweda

kehamilan, yoga kehamilan, pengobatan herbal kehamilan, rendam kaki air

hangat dan garam (Ika F.A, 2019)

c. Asuhan Komplementer pada Persalinan

Secara ilmiah memang tidak ada banyak bukti apakah terapi

komplementer dapat meredakan nyeri persalinan. Namun, banyak ibu

hamil meyakini bahwa terapi komplementer amat membantu mereka


84

mengatasi pengalaman persalinan dan kelahiran yang intens. Beberapa

jenis terapi komplementer dalam masa persalinan antara lain, akupuntur,

akupresur dan shiatsu, aromaterapi dan pemijatan selama persalinan,

hypnobirthing, kompres hangat, refleksologi selama persalinan (Ika F.A,

2019).

d. Asuhan Komplementer pada Neonatus

Perawatan bayi baru lahir merupakan budaya dan tradisi hal yang tidak

bisa dipisahkan dalam pelayanan kesehatan pada ibu dan anak. Ada

beberapa asuhan komplementer pada bayi baru lahir, yaitu baby massage,

baby gim, dan pijat bayi (Ika F.A, 2019).

e. Asuhan Komplementer pada Nifas

Setelah proses persalinan, ibu memasuki masa nifas yang lamanya

lebih kurang 40 hari. Selama masa ini, tubuh menjalani proses pemulihan

seperti kembalinya ukuran rahim seperti semula, keluarnya cairan dari

vagina serta kelelahan setelah proses persalinan yang panjang. Selama

masa nifas terdapat beberapa terapi komplementer yang biasanya

dilakukan seperti pemijatan, aromaterapi dan herbal (Ika F.A, 2019).

B. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney Dan

Pendokumentasian SOAP

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan

a. Pengertian

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan

kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi


85

persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan

reproduksi secara wajar (Susanto J dkk, 2016).

b. Tujuan

1. Menjaga agar ibu sehat selama kehamilan, persalinan, dan nifas serta

mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat

2. Proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan

3. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan

4. Merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan

risiko tinggi

5. Menurunkan morbilitas dan mortalitas ibu dan janin perinatal

(Dartiwen & Yati N, 2019).

c. Langkah-langkah (7 Langkah Varney dan SOAP)

1) Langkah I : mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai

keadaan pasien secara keseluruhan

(1) Anamnesa

(a) Identitas

Nama, Umur, Pekerjaan, Agama, dan Alamat

(b) Keluhan utama

Sadar/tidak akan memungkinkan hamil, apakah semata-mata

ingin periksa hamil, atau ada keluhan/masalah lain yang

dirasakan

(c) Riwayat kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan sekarang meliputi HPHT dan apakah


86

normal, gerak janin (kapan mulai di rasakan dan apakah ada

perubahan yang terjadi), masalah atau tanda-tanda bahaya,

keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-

obatan (termasuk jamu-jamuaan), kekhawatiran-kekhawatiran

lain yang dirasakan oleh ibu.

(d) Riwayat kehamilan yang lalu

Riwayat kehamilan yang lalu meliputi jumlah anak, anak yang

lahir hidup, persalinan aterem, persalinan prematur, keguguran

atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan

(forceps, vakum, atau operasi seksio sesaria), riwayat

pendarahan pada kehamilan, persalinan, atau nifas sebelumnya,

kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat badan bayi

<2.500 gram atau >4.000 gram.

(e) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat

dahulu dan sekarang seperti masalah-masalah cardiovaskuler,

hipertensi, diabetes, malaria, PMS, atau HIV/AIDS. Dan lain-

lain.

(f) Riwayat Sosial dan Ekonomi

Riwayat social dan ekonomi meliputi status perkawinan,

respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB,

dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,

gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiassaan hidup


87

sehat, merokok dan minum minuman keras, mengkonsumsi

obat terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan

petugas kesehatan yang ingin untuk membantu persalinan.

(g) Pemeriksaan umum

Keadaan umum dan kesadaran penderitaan

Compos mentis (kesadaran baik), gangguan kesadaran (apatis,

samnolen, spoor, koma).

(1) Tekanan darah

Tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg, hati-

hati adanya hipertensi / preeklamsi.

(2) Nadi

Nadi normal adalah 60 sampai 100x/menit. Bila abnormal

mungkin ada kelainan paru atau jantung.

(3) Suhu badan

Suhu badan abnormal adalah 36,50C sampai 37,50C. Bila

suhu lebih tinggi dari 37,50C kemungkinan ada infeksi.

(4) Tinggi badan

Diukur dalam cm, tanpa sepatu. Tinggi badan kurang dari

145cm ada kemungkinan terjadinya cepalo pelvic

disproposian (CPD).

(5) Berat badan

Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang,

perlu mendapatkan perhatian khusus karena kemungkinan


88

terjadi penyulit perhatian khusus karena kemungkinan

terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak

boleh dari 0,5 kg per minggu.

a. Pemeriksaan Kebidanan menurut Dartiwen & Yati N, (2019):

(1) Pemeriksaan Luar

(a) Inspeksi

Muka : periksa palpebra (gejala oedema),

konjungtiva (anemia) dan sclera (ikterus).

Mulut : karies, tonsillitis atau faringitis (sumber

infeksi).

Jantung : bila tampak sesak, kemungkinan ada

kelainan jantung yang dapat

menimbulkan resti bagi ibu maupun

bayinya.

Payudara : bentuk payudara, benjolan, pigmentasi

putting susu. Palpasi bila ada benjolan

(tumor mamae) dan colostrum.

Abdomen : pembesaran perut, pigmentasi di linea

alba, gerakkan anak atau kontraksi

rahim, adakah striae atau luka bekas

operasi.

Tangan dan kaki : inspeksi pada tangan dan jari

untuk melihat adanya oedema dan


89

varices. Bila terjadi oedema pada

tempat-tempat tersebut

kemungkinan terjadinya

preeklamsia.

Vulva : untuk mengetahui adanya oedema, varices,

keputihan, perdarahn, luka, cairan yang

keluar dan sebagainya.

(b) Palpasi

Palpasi yaitu pemeriksaan kehamilan pada abdomen

dengan menggunakan smanuver leopold untuk

mengetahui keadaan janin didalam abdomen.

Leopold I : TFU, bagian yang berada pada fundus

Leopold II : Letak janin melintang atau memanjang,

punggung kanan atau kiri.

Leopold III: bagian janin yang ada di bawah

Leopold IV: sudah masuk PAP atau belum

(c) Auskultasi

Dengan menggunakan stetoskop monoaurel atau

Dopler untuk mengetahui DJJ (setelah umur

kehamilan 18 minggu). DJJ normal 120 sampai 160

per menit).
90

(d) Perkusi

Melakukan pengetukan pada daerah patella untuk

memastikan adanya refleks pada ibu.

(2) Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam (PD) dilakukan oleh dokter/bidan

pada usia kehamilan 34 sampai 36 minggu untuk

primigravida atau 40 minggu pada multigravida dengan

janin besar. Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan

serviks, ukuran panggul, dan sebagainya.

(3) Pemeriksaan Penunjang

(a) Pemeriksaan lab: protein urine, glukosa urine dan

Hemoglobin (Hb)

(b) Pemeriksaan Ultrasonografi

(Dartiwen & Yati N, 2019).

2) Langkah II : Inteprestasi Data Dasar

Setelah pengkajian data ibu dan janin selesai, langkah selanjutnya

menentukan diagnosis. Ada empat kemungkinan diangnosis pada ibu

hamil yaitu :

a) Hamil normal

b) Hamil normal dengan masalah khusus (keluarga, masalah

psikososial, KDRT, masalah keuangan dan lain – lain)

c) Hamil dengan penyakit atau komplikasi ( hipertensi, anemia,

preeklamsi, pertumbuhan dan perkembanan janin terlambat, infeksi


91

saluran kencing, penyakit kelamin dan lain – lain), kondisi ini

merupakan tindakan rujukan untuk konsultasi penanganan

bersama.

d) Hamil dengan keadaan darurat (perdarahan, eklamsi, KPD dan lain

– lain) memerlukan tindakan rujukan segera.

Diagnosa : G1P0A0 hamil 16 minggu normal dengan wasir

berdarah.

Masalah : Wanita tersebut tidak mengigikan kehamilannya

Kebutuhan : Konseling dan rujukan segera

3) Langkah III : mengidentifikasi diangnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan massalah yang sudah teridentifikasi

Contoh : seorang wanita datang ke ruangan KIA dengan wajah pucat,

keringat dingin, tampak kesakitan, mules – mules hilang timbul, cukup

bulan pemuaian perut sesuai hamil

4) Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera. Diperlukan konsultasi, kolaborasi

dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.

5) Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini ditentukan oleh hasil pengkajian data pada langkah

sebelumnya.

Rencana asuhan umum yang menyeluruh dan harus diberikan pada ibu

hamil antara lain sebagai berikut ;


92

a) Jelaskan kondisi kehamilan dan rencana assuhan yang akan

diberikan

b) Diskusikan jadwal pemeriksaan dan hasil yang diharapkan.

c) Jelaskan pada ibu bila diperlukan pemeriksaaan khusus / ke tenaga

ahli / fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

d) Beritahu beberapa hal / atau gejala klinis penting dalam kehamilan

yang menyebabkan ibu harus segera melakukan kunjungan ulang.

e) Pastikan ibu mengerti informasi dan hasil pemeriksaan/ diagnosis

serta penatalaksanaanya.

f) Berikan kartu ibu, antar ibu keluar dan ucapkan salam.

6) Langkah VI : Pelaksanaan perencanaan

Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilaksanakan oleh bidan, sebagian

oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya. Kolaborasi

dengan dokter misalnya karena adanya komplikasi. Manajemen yang

efisien berhubungan dengan waktu, biaya serta peningkatan mutu

asuhan.

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan, apakah telah memenuhi kebutauhan asuhan yang telah

teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Didalam

pendokumentasian/catatan asuhan dapat diterapkan daam bentuk

SOAP
93

S : Data Subjektif

Data dari pasien didapat dari anamnesa

O : Objektif

Hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostik dan

pendukung lain, juga catatan medik lain

A: Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat

kesimpulan :

1. Diagnosa

2. Antisipsi diagnose /masalah potensial

3. Perlunya tindakan segera

P : Planning/Perencanaan

Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan

(implementasi). Evaluasi rencana didalamnya termasuk :

a. Asuhan mandiri

b. Kolaborasi

c. Tes diagnostic/lab

d. Konseling

e. Follow up

2. Asuhan Kebidanan Persalinan

a. Pengertian

Asuhan kebidanan pada intranatal adalah asuhan yang bersih dan aman

selama proses persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya
94

pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia,

dan asfiksia pada bayi baru lahir ( Ikhlasiah M dkk, 2016 ).

b. Tujuan

Untuk memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional,

melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah komplikasi,

menangani komplikasi, melakukan rujukan pada kasus yang tidak dapat

ditangani sendiri, memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu dengan

intervensi minimal sesuai dengan tahap persalinannya, memperkecil resiko

infeksi, memberitahu ibu dan keluarganya mengenai kemajuan persalinan,

memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir, membantu

ibu dalam pemberian ASI dini (Wuryani M, 2019).

c. Langkah-Langkah (7 Langkah Varney dan SOAP)

1) Langkah I : Tahap Pengumpulan Data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap. Data diperoleh melalui :

a) Anamnese : Biodata, data demografi, riwayat kesehatan termasuk

faktor herediter dan kecelakaan, riwayat menstruasi, riwayat

obstetric dan ginekologi termasuk nifas dan laktasi, bio-psiko-

spritual, pengetahuan klien.

b) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan Tanda-Tanda Vital

c) Pemeriksaan khusus

(1) Inspeksi
95

(2) Palpasi

(3) Auskultasi

(4) Perkusi

d) Pemeriksaan penunjang

(1) Laboratorium

(2) Diagnose lain USG, radiologi

e) Catatan terbaru dan sebelumnya

Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk intepretasi

kondisi klien untuk menentukan langkah berikutnya.

2) Langkah II : Intepretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau

diagnose berdasarkan intepretasi yang benar atas data dasar yang telah

dikumpulkan. Dirumuskan diagnose yang spesifik, masalah psikososial

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita tersebut.

Diagnosa : G1P0A0,hamil 37 minggu, Inpartu Kala I, Fase aktif

Masalah : Wanita tersebut tidak mengingikan kehamilan ini

Kebutuhan : Konseling atau rujukan konseling.

3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnose atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnose masalah yang sudah teridentifikasi.

Contoh : Seorang wanita masuk kamar bersalin dengan pemuaian

uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan


96

penyebab pemuaian uterus yang berlebihan ini, misalnya hidramnion,

makrosomi, kehamilan ganda, ibu diabetes dan lain-lain.

4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik

oleh bidan maupun dokter untuk melakukan konsultasi, kaloborasi

dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien

Langkah ini mencerminkan kesinambunggan dari proses manajemen

kebidanan. Manajemen ini berlaku baik asuhan primer periodic dan

pada antenatal juga selama wanita tersebut bersama bidan, misalnya

pada masa intranatal. Data baru harus terus menerus dikumpulkan dan

dievaluasi. Beberapa data mengindikasikan bidan harus segera

bertindak untuk keselamatan ibu dan bayi (misalnya perdarahan

antepartum, perdarahan postpartum, distosia bahu atau pada bayi yang

lahir dengan nilai APGAR yang rendah). Beberapa kasus

mengidentifikasikan situasi yang membutukan segera sambil

menunggu tindakan dokter.

5) Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif

Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah

teridentifikasi atau setiap masalah tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang terjadi berikutnya, apakah

dia membutuhkan penyuluhan, konseling atau rujukan bila ada

masalah yang berkaitan dengan aspek social-kultural, ekonomi atau

psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah

pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif.


97

a) Rencana Asuhan Pada Kala I

(1) Bantulah ibu dalam masa persalinan jika ia tampak gelisah,

ketakutan dan kesakitan.

(a) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya

(b) Berikan informasi mengenai proses dari kemajuan

persalinannya

(c) Dengarkan keluhan dan cobalah lebih sensitive.

(2) Jika ibu tersebut tampak kesakitan dukungan/ asuhan yang

dapat diberikan :

(a) Lakukan perubahan posisi

(b) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin

ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring

(c) Sarankan ibu untuk berjalan

(d) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya)

untuk memijat atau menggosok punggungnya

(e) Ibu diperbolehkan untuk melakukan aktivitas sesuai

kesanggupannya

(f) Ajarkan kepadanya teknik bernafas : ibu diminta untuk

menarik nafas panjang, menahan nafas sebentar kemudian

dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa

kontraksi
98

(3) Penolong menjaga hak privasi ibu dalam persalinan anatara lain

menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang

lain tanpa sepengetahuan atau seijin ibu.

(4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi

serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan.

(5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar

kemaluannya setelah buang air kecil/ besar.

(6) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi

dengan cara:

(a) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar

(b) Menggunakan kipas biasa

(c) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya

(7) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi

berikan cukup minum

(8) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

(9) Lakukan pemantauan: tekanan darah, suhu badan, nadi, denyut

jantung janin, kontraksi, pembukaan serviks, penurunan sesuai

dengan frekuensi yang telah ditetapkan (fase aktif/ laten).

b) Rencana asuhan pada kala II:

1) Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu

(a) Mendampingi ibu agar merasa nyaman

(b) Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu.


99

2) Menjaga kebersihan diri

(a) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi

(b) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera

dibersihkan.

3) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan

atau ketakutan ibu dengan cara :

(a) Menjaga privasi ibu

(b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

(c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

keterlibatan ibu.

4) Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat

dipilih posisi sebagai berikut :

(a) Jongkok

(b) Menungging

(c) Tidur miring

(d) Setengah duduk

5) Menjaga kandung kemih agar tetap kosong, dianjurkan

berkemih sesering mungkin.

6) Memberikan cukup minum untuk memberi tenaga dan

mencegah dehidrasi.

c) Rencana asuhan pada kala III :

1) Melakukan manajemen aktif kala III, meliputi:

a. Pemberian oksitosin dengan segera


100

b. Pengendalian tarikan pada tali pusat

c. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

2) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir

dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit (IM).

3) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir

dalam waktu 30 menit

(a) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi pada

kandung kemih

(b) Periksa adanya tanda pelepasan plasenta

(c) Berikan oksitosin 10 unit (IM) dosis ketiga

4) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua

robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi.

d) Rencana asuhan pada kala IV :

(1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan 20-30

menit selama jam kedua jika kontraksi lemah, masase uterus

(2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan

setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit setelah

jam kedua

(3) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi, tawarkan

ibu untuk makan dan minum yang disukai

(4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih

dan kering

(5) Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu memilih posisi yang nyaman
101

(6) Biarkan bayi berada pada ibu uuntuk meningkatkan hubungan

ibu dan bayinya, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya,

menyusui juga membantu uterus berkontraksi.

6) Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan Yang Efisien dan Aman

Melaksanakan asuhan yang menyeluruh yang telah direncanakan.

Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh

klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya. Manajemen perlu

berkaloborasi dengan dokter misalnya karena adanya komplikasi.

Manjemen yang efisien berhubungan dengan waktu biaya serta

peningkatan mutu asuhan.

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang diberikan

apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi

dalam diagnose maupun masalah, pelaksanaan rencana asuhan tersebut

dapat dianggap efektif bila mana benar-benar efektif.

Pendokumentasian SOAP:

S : Subjektif data, menurut perspektif klien. Data ini diperoleh

melalui anamnesa.

O : Objektif data yaitu hasil pemeriksaan fisik klien serta

pemeriksaan diagnostik dan pendukung lain. Data ini termasuk

catatan medic pasien yang lalu.

A: Analisis / interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat

kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat diidentifikasi :


102

1) Diagnosa masalah

2) Antisipasi Diagnosa / Masalah potensial

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/

kolaborasi dan rujukan

P: Merupakan gambaran pendokumentasian dan tindakan

(implementasi) dan evaluasi rencana.

Misalnya : Rencana asuhan pada kala I, II dan III serta tindakan dan
sevaluasi.
3. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
a) Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran dilanjutkan sampai

24 jam setelah kelahiran ( Sembiring B.J, 2019 ).

b) Tujuan

Untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada bayi

baru lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan,

persalinan, dan keadaan bayi segera setelah lahir (Sembiring B.J, 2019).

c) Langkah-Langkah (7 Langkah Varney dan SOAP)

1) Langkah I : Pengkajian

a) Pertama, seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi, melihat

cacat bawaan yang jelas seperti hidrosefal, mikrosefali, anensefali,

keadaan gizi dan maturnitas, aktivitas tangis, warna kulit, kulit

kering atau mengelupas, vernik caseosa, kelainan kulit karena


103

fravina lahir, toksikum, tanda-tanda meconium dan sikap bayi

tidur.

b) Langkah kedua, petugas melakukan pemeriksaan pada kulit,

ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer

ditampakan oleh warna merah tua atau biru keunguan pada bayi

yang menangis.

c) Pada pemeriksaan kepala bisa dilihat besar, bentuk, molding,

sutura tertutup atau melebar, kaput suksedanium, hematoma sefal

dan karnio tabes.

d) Pada pemeriksaan telinga dapat menngetahui kelaian daun atau

bentuk telinga.

e) Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai perdarahan konjungtiva,

mata yang menonjol, katarak dan lain-lain.

f) Mulut dapat menilai apakah bayi; labioskisis, labio palatoskisis

dan lain-lain.

g) Leher; hematoma, duktus tirolusus, higromakoli

h) Dada; bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan retraksi

intercostal, sifoi, merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru.

i) Jantung; pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung

j) Abdomen; membuncit, (pembesaran hati, limpa, tumor, asites),

skafoid (kemungkinan bayi mengalami hernia diagfragmatika atau

atresia esophagus tanpa fistula), tali pusat berdarah, jumlah


104

pembuluh darah tali pusat, warna besar tali pusat, hernia di pusat

atau selangkangan.

k) Alat kelamin; tanda-tanda hematoma karena letak sunsang, testis

belum turun, fisnosis, adanyaa perdarahan atau lendir dari vagina,

besar dan bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani.

l) Tulang punggung; spina bifida, pilonidal sinus dan dumple.

m) Anggota gerak; fokomeria, sindaktili, polidaktili, fraktor, paralisis

talipes dan lain-lain.

n) Keadaan neuromuskula; refleks moro, refleks genggam, refleks

rooting dan sebagainya: tonus otot, tremor.

o) Pemeriksaan lain-lain; meconium harus keluar dalam 24 jam

sesudah lahir, bila tidak harus waspaa terhadap atresia ani atau

obstruksi usus. Urine harus ada juga pada 24 jam. Bila tidak ada

harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing.

2) Langkah II : Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Bayi Baru Lahir

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah diagnosa

berdasarkan intepretasi yang benar atas data yang telah dikumpulkan.

Contoh Diagnosa :

a) Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia

b) Bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan dengan hipotermi dan

gangguan pernapasan.

Masalah :

(1) Ibu kurang informasi


105

(2) Ibu tidak periksa ANC

(3) Ibu post Sectio Caesaria

(4) Gangguan maternal yang lain

Kebutuhan :

(1) Jaga agar bayi tetap kering dan hangat

(2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya

sesegera mungkin.

3) Langkah III : Identifikasi Diagnose dan Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Contoh Diagnosa Potensial :

(a) Hipotermi potensial menyebabkan gangguan pernapasan.

(b) Hipoksiapotensial asidosis

(c) Hypoglycaemi potensial hipotermi

Masalah potensial :

Potensial timbul masalah ekonomi bagi orang tua yang tidak mampu

karena bayi premature atau asfiksia berat yang memerlukan perawatan

yang lama dan intensif.

4) Langkah IV : Identifikasi tindakan segera

Mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi bayi.


106

Contoh :

Bila bayi baru lahir tidak bernapas dalam waktu 30 detik, segeralah

cari bantuan dan mulailah langkah-lamgkah resusitasi pada bayi

tersebut.

5) Langkah V : Rencana Asuhan Bayi Baru Lahir

Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan

dan langkah sebelumnya.

6) Langkah VI : Implimentasi Asuhan BBL

(a) Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat

(b) Perawatan mata

(c) Memberikan identitas pada bayi

(d) Tunjukan bayi pada orang tua dan keluarga yang lain

(e) Kontak dini dengan ibu

(f) Berikan Vitamin K

7) Langkah VII: Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi

kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan

yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif.

Pendokumentasian SOAP :

S : Data Subjektif (data dari pasien didapat dari anamnesa).

O : Objektif (hasil pemeriksaan fisik serta pemeriksaan diagnostik).

Pemeriksaan fisik meliputi : KU, TTV dan Head To Toe.


107

A : Analisis dan intepretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat

kesimpulan (diagnosa, antisipasi diagnosa/masalah potensial dan

perlunya tindakan segera.

P : Planning/perencanaan merupakan gambaran pendokumentasian

dari tindakan evaluasi.

4. Asuhan Kebidanan Nifas

a. Pengertian

Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan

yang dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Aisyaroh N,

2020).

b. Tujuan

Memberikan asuhan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan

psikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosis dini dan pengobatan

komplikasi pada ibu, merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu,

mendeteksi adanya perdarahan masa nifas, menjaga kebersihan diri,

memberikan laktasi dan perawatan payudara, dan konseling keluarga

berencana (KB) ( Aisyaroh N, 2020 ).

c. 7 Langkah Manajemen Menurut Helen Varney:

1) Langkah I: Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar) :

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.

Melakukan pemeriksaan awal postpartum


108

Meninjau catatan/record pasien

a) Catatan perkembangan antepartum dan intrapartum

b) Berapa lama (jam/hari) pasien postpartum

c) Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan

d) Suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah postpartum

e) Pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan tambahan

f) Catatan obat-obatan

g) Catatan bidan/perawatan

Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu

(a) Mobilisasi

(b) BAK

(c) BAB

(d) Nafsu makan

(e) Ketidaknyamanan/rasa sakit

(f) Kekhawatiran

(g) Hal yang tidak jelas

(h) Makanan bayi

(i) Reaksi pada bayi

(j) Reaksi terhadap proses melahirkan dan kelahiran

Pemeriksaan fisik

(a) Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi

(b) Tenggorokan jika diperlukan

(c) Buah dada dan puting susu


109

(d) Auskultasi paru-paru jika diperlukan

(e) Abdomen: kandung kencing, uterus, diastasis

(f) CVA

(g) Lochea: warna, jumlah, bau

(h) Perinium: edema, inflamasi, hematoma, PUS, bekas luka

episiotomy/robek, jahitan.

(i) Ekstermitas : varises, betis apakah lemah dan panas, edema, tand-

tanda homan, refleks

2) Langkah II : Diagnosa Masalah dan Kebutuhan Ibu Postpartum

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan.

Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu postpartum dan nifas tergantung

dari hasil pengkajian terhadap ibu.

3) Langkah III: Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi berdasarkan masalah atau diagnose yang sudah diidentifikasi

dan merencanakan antisipasi tindakan.

4) Langkah IV: Identifikasi Dan Menetapkan Tindakan Segera

Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter dan/ atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
110

5) Langkah V: Membuat Rencana Asuhan

Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan

dari langkah sebelumnya.

Manajemen Asuhan Awal Puerperium

(a) Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi

(b) Mobilisasi/ istirahat baring di tempat tidur

(c) Gizi (Diet)

(d) Perawatan Perineums

(e) Buang air kecil spontan / kateter

(f) Obat penghilang rasa sakit bila diperlukan

(g) Obat tidur bila diperlukan

(h) Pemberian Methergine jika diperlukan

(i) Tidak dilanjutkan IV jika diberikan

Asuhan Lanjutan :

(a) Tambahan vitamin atau zat besi atau keduanya jika diperlukan

(b) Bebas dan ketidaknyamanan postpartum

(c) Perawatan buah dada

(d) Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi jika diperlukan

(e) Rencana KB

(f) Rh Immune globulin jika diperlukan

(g) Rubella vaccine 0,5 cc jika diperlukan

(h) Tanda – tanda bahaya

(i) Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan


111

6) Langkah VI: Implementasi Asuhan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan sevara efisien dan

aman terhadap :

(a) Kontak dini sesering mungkin dengan bayi

(b) Mobilisasi/ istirahat baring ditempat tidur

(c) Gizi (Diet)

(d) Perawatan Perineum

(e) Buang air kecil spontan / kateter

(f) Pemberian obat penghilang rasa sakit bila diperlukan

(g) Pemberian obat tidur bila diperlukan

(h) Pemberian Methergine jika diperlukan

(i) Tidak dilanjutkan IV jika diberikan

(j) Pemberian tambahan vitamin atau zat besi atau keduanya jika

diperlukan

(k) Bebas dan ketidaknyamanan postpartum

(l) Perawatan buah dada

(m) Pemeriksaan lterhadap komplikasi jika diperlukan

(n) Rencana KB

(o) Rh immune globulin, jika diperlukan

(p) Rubella vaccine 0,5 cc jika diperlukan

(q) Tanda – tanda bahaya

(r) Penjelasan tentang kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan

Membahayakan
112

7) Langkah VII: Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan ulangi

kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan

yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan

kembali yang belum terlaksana.

5. Asuhan Akseptor Keluarga Berencana

a. Pengertian

Asuhan keluarga berencana (KB) yang dimaksud adalah konseling,

persetujuan pemilihan (informed choice), persetujuan tindakan medis

(informed consent), serta pencegahan infeksi dalam melaksanakan

pelayanan KB baik pada klien dan petugas pemberi layanan KB (Naibaho

A.Y, 2018).

b. Tujuan

Agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang adekuat,

komprehensif dan berstandar pada ibu untuk menjarangkan kehamilan.

c. Langkah-Langkah (7 Langkah Varney dan SOAP)

Teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu yang

menggunakan alat kontrasepsi sebagai berikut:

1) Langkah I : Pengumpulan Data

a) Ananmnesis

(1) Keluhan

(2) Riwayat menstruasi

(3) Riwayat penyakit


113

(4) Riwayat sosial budaya

(5) Riwayat psikologi

(6) Riwayat pemakaian alat dan obat kontrasepsi

b) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan umum

(2) Tanda-tanda vital

(3) Pemeriksaan head to toe dengan inspeksi, perkusi, palpasi dan

auskiltasi

(4) Pemeriksaan penunjang

2) Langkah II : Interpretasi Data

Melakukan interpretasi data dasar (menentukan diagnosis, masalah dan

kebutuhan).

Contoh :

Diagnosa : Ny, Para, Abortus, umur dengan Akseptor KB suntik

Depoprovera

Masalah : Mengalami kenaikan berat badan

Kebutuhan : KIE tentang Keluarga Berancana

3) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial

4) Langkah IV : Menetapkan tindakan segera

5) Langkah V : Melakukan perencanaan

Berikan suntikan Depoprovera

KIE tentang Keluarga Berencana

6) Langkah VI : Melakukan pelaksanaan terhadap perencanaan.


114

Menyuntikan Depoprovera di 1/3 paha lateral

Memberikan penyuluhan tentang KB

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan

yang sudah diberikan meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah

terpenuhi sesuai diagnosis dan masalah.

Evaluasi menggunakan bentuk SOAP

S : Subjektif

Untuk mendapatkan suntikan KB

O: Objektif

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, TTV dan

Head to toe

A: Assessment

Diagnosa misalnya P1A0 akseptor KB progestin

P : Planning

Menjelaskan kondisi ibu sehat, sehingga suntik ulang KB untuk

jadwal hari ini bisa diberikan.

Memberikan suntikan KB progestin 3 ml melalui injeksi

intramuskuler.
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus

menggunakan Manajemen Asuhan Kebidanan metode 7 langkah Varney dan

didokumentasikan metode 4 langkah SOAP.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak pendampingan pada Ny.M.M bulan

November 2020 sampai dengan Mei 2021.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pintu Kota, Kecamatan Lembeh

Utara, Kota Bitung.

C. Definisi Operasional

Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari

pengkajian, diagnosa kebidanan, tindakan segera, perencanaan, penatalaksanaan,

evaluasi dan pendokumentasian pada Ny.M.M pada masa hamil, bersalin, bayi

baru lahir, nifas dan keluarga berencana di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan

Lembeh Utara Kota Bitung.

115
116

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang ibu yaitu Ny.M.M dengan

kehamilan normal yang datang berkunjung di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan

Lembeh Utara Kota Bitung dan diberi asuhan kebidanan sejak masa kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang di peroleh melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan pada ibu

menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir, nifas dan KB dengan metode asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan

pendokumentasian asuhan metode 4 langkah SOAP (Walyani S.E, 2015).

2. Data Sekunder

Data yang di peroleh dari buku KIA, profil puskesmas, kohort ibu, kohort

bayi, buku register, laporan PWS KIA dan dokumentasi lain di Puskesmas Pintu

Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung.

F. Analisis Data

Data yang di peroleh melalui format asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB selanjutnya dianalisis berdasarkan 7

langkah manajemen asuhan kebidanan dan didokumentasikan dengan metode 4

langkah SOAP.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran umum Puskesmas Pintu Kota

a. Pengenalan wilayah

Puskesmas Pintu Kota terletak di Kelurahan Pintu Kota, Kecamatan

Lembeh Utara, Kota Bitung. Puskesmas Pintu Kota mempunyai wilayah

kerja sebagai berikut:

1) Kelurahan Pintu Kota

2) Kelurahan Batukota

3) Kelurahan Kareko

4) Kelurahan Binuang

5) Kelurahan Nusu

6) Kelurahan Lirang

7) Kelurahan Motto

8) Kelurahan Posokan

9) Kelurahan Gunung Woka

10) Kelurahan Mawali

Transportasi antar kelurahan dapat digunakan melalui jalan darat

b. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Pintu Kota dengan

klasifikasi sebagai berikut:

1) Dokter gigi : 1 orang

2) Dokter umum : 3 orang

3) Perawat : 20 orang

117
118

4) Bidan : 15 orang

5) Perawat gigi : 2 orang

6) Nutrisionis : 1 orang

7) Sanitarian : 3 orang

8) Asisten Apoteker : 2 orang

9) Pekarya : 3 orang

10) Sopir Ambulance : 1 orang

c. Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas Puskesmas Pintu Kota terdiri dari 1 ruang dokter, 1 ruang

administrasi, 1 ruang poli umum, 1 ruang poli anak, 1 ruang poli gigi, 1

ruang poli lansia, 1 ruang laboratorium, 1 ruang VK, 1 ruang nifas, 1

ruang KIA/KB, 1 ruang UGD, 1 ruang apotek, 1 ruang tata usaha, 1 buah

mobil Pusling dan 2 buah motor.

2) Asuhan Kebidanan Kehamilan

a. Catatan perkembangan kunjungan kehamilan I

Hari / Tanggal : Senin, 16 November 2020

Jam : 11.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Istri Suami

Nama Ibu : Ny.M.M Nama Suami : Tn.B.M

Umur : 19 Tahun Umur : 22 Tahun

Agama : Kristen Agama : Kristen

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia


119

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Mawali Alamat : Mawali

No. Telp : xxxxxx5355109 No. Telp :-

Pengumpulan data dilakukan saat kunjungan rumah pada Ny.M.M dengan

terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan

kedatangan serta memberikan informed consent pada ibu dan suami agar

bersedia didampingi sampai ibu kembali pada kondisi sebelum hamil. Ibu

dan suami telah menyetujui dan bersedia menandatangani informed consent

yang diberikan, kemudian mengisi amanat persalinan dan memasang stiker

P4K didepan rumah ibu setelah itu peneliti melakukan anamnesa dan

pemeriksaan hingga kunjungan selesai dan kemudian berpamitan pada ibu

dan keluarga.

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama, usia kehamilan

sudah memasuki bulan ke 5 dan ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu

merasa senang dengan kehamilannya. Pengumpulan data yang didapatkan

berdasarkan buku KIA ibu. Ibu mengatakan menarche pertama kali pada

umur 14 tahun, siklus haid ± 28 hari, lama haid 3-4 hari banyaknya 3 kali

ganti pembalut, selama haid ibu tidak merasakan dismenorhea, berat badan

sebelum hamil 47 kg. Ibu mengatakan telah mendapatkan imunisasi TT1 di

Puskesmas Pintu Kota pada tanggal 18 September 2020 serta telah

diberikan tablet penambah darah sebanyak 20 tablet. Ibu mengatakan


120

HPHT tanggal 27 Juni 2020, tafsiran persalinan 4 Maret 2021. Sebelum

hamil ibu makan 2-3x sehari dengan porsi sedang, (lauk ikan, nasi, sayur )

dan saat hamil ibu makan 4x sehari dengan porsi lebih banyak (lauk ikan,

sayur, nasi) dan ibu juga mengonsumsi susu ibu hamil yang diminum setiap

pagi dan malam. Pola eliminasi sebelum hamil BAK 3-4x dalam sehari,

BAB 1x dalam sehari, saat hamil BAK 4-5x dalam sehari, BAB 1-2x dalam

sehari. Aktifitas yang ibu lakukan sehari-hari tidur 6-7 jam pada malam

hari, pada siang hari 1-2 jam. Ibu mengerjakan pekerjaan rumah seperti

memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah.

Sebelumnya Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

KB. Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi alkohol, jamu/obat-

obatan, serta tidak merokok sebelum hamil maupun setelah hamil. Ibu

mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat, penyakit

menular, atau penyakit keturunan dalam keluarga seperti asma, diabetes

mellitus, TBC, hipertensi, HIV/AIDS, dan PMS. Ibu mengatakan status

perkawinan sah, dan satu kali menikah, hubungan dengan anggota keluarga

yang tinggal dirumah baik dan saling memberi dukungan. Ibu mengatakan

akan bersalin di Puskesmas Pintu Kota dengan penolong persalinan adalah

bidan, ibu belum mengetahui golongan darah, biaya bersalin ibu

menggunakan jaminan kesehatan (KIS) dan transportasi yang digunakan

saat bersalin atau keadaan gawat darurat adalah motor (kendaraan umum).
121

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,

tanda-tanda vital TD : 110 / 70 mmHg, N : 80x/menit, R : 20x/menit, Sb :

36,50C, tinggi badan : 156,5 cm, berat badan sekarang : 58 Kg, LILA : 23,5

cm.

Pemeriksaan fisik : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, bibir tidak

pucat, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, payudara bersih,

puting susu menonjol, pemeriksaan leopold I TFU : 20 cm, pada fundus

teraba bulat, lunak dan kurang melenting (bokong), leopold II teraba keras,

dan memanjang seperti papan di sebelah kanan (punggung kanan), dan

teraba bagian-bagian kecil di sebelah kiri (ekstremitas kiri), Leopold III

teraba bulat, keras dan melenting (kepala), bagian terbawah janin masih

dapat digoyangkan, Leopold IV tidak dilakukan, DJJ (+) 142x/m, refleks

patella (+). Pemeriksaan penunjang selama kehamilan tidak dilakukan.

tidak ada varises.

ASSESMENT

G1P0A0 hamil 20-21 minggu janin intra intrauterine tunggal hidup,

presentasi kepala.

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Tidak ada

PENATALAKSANAAN :

1. Melakukan informed consent untuk menjadi pasien pendampingan. Ibu


122

bersedia menjadi pasien pendampingan dan ibu bersedia menanda-

tangani informed concent.

2. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat ini

keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti

dengan penjelasan yang diberikan dan merespon dengan baik.

3. Memberitahukan ibu untuk rajin mengonsumsi tablet zat besi yang

diberikan petugas kesehatan untuk mencegah timbulnya anemia selama

kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan menghambat

pertumbuhan janin dan juga menganjurkan kepada ibu untuk

meminumnya dengan dosis 1x1 sebelum tidur guna mengurangi efek

mual yang ditimbulkan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

dan bersedia untuk meminum tablet zat besi.

4. Memberitahukan pada ibu tentang nutrisi, yaitu sayuran, makanan yang

mengandung tinggi protein (ikan laut, tempe, telur dan susu) dan

kebutuhan cairan yang cukup yaitu minum air putih. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan dan akan mengkonsumsi makanan

yang bergizi.

5. Memberitahukan ibu untuk cukup istirahat, tidur malam 8 jam dan tidur

siang 1-2 jam dan jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk

mengikuti anjuran yang diberikan.

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri. Ibu bersedia menjaga

kebersihan dirinya.
123

7. Memberitahukan ibu jika ada keluhan yang ibu rasakan bisa langsung

memeriksakan ke Puskesmas atau petugas kesehatan, sehingga

pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terus terpantau dengan baik.

Ibu bersedia untuk memeriksakan diri ke Puskesmas tanggal 16

Desember 2020 atau jika ada keluhan.

b. Catatan perkembangan kunjungan kehamilan II

Hari/tanggal : Rabu, 16 Desember 2020

Jam : 10.00 WITA

Tempat : Puskesmas Pintu Kota

Pada pemeriksaan kehamilan tanggal 16 Desember 2020 yang dilakukan di

Puskesmas Pintu Kota Ny.M.M mengatakan telah mendapatkan imunisasi

TT2 dan Tablet penambah darah 20 tablet.

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan terkadang sering merasakan nyeri pada bagian punggung

sejak 1 minggu yang lalu, gerakan janin aktif.

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,

tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S :

36,5°C, BB: 60 kg, LILA : 23,5 cm, Hb: 9,2 gr/dL. Pemeriksaan fisik :

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat,

ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema. Palpasi Leopold I TFU: 24-

25 cm, pada fundus teraba kurang bulat, lunak, dan kurang melenting

(bokong), leopold II teraba keras dan memanjang seperti papan disebelah


124

kiri (punggung kiri) dan teraba bagian-bagian kecil disebelah kanan

(ekstremitas kanan), leopold III teraba bulat, keras, dan melenting

(kepala), kepala belum masuk pintu atas panggul, Leopold IV tidak

dilakukan, Denyut Jantung Janin 145x/menit, teratur.

ASESSMENT :

G1P0A0 hamil 24-25 minggu janin intrauterine tunggal hidup, presentasi

kepala. Keadaan ibu dan janin baik.

Masalah : Nyeri pada bagian punggung

Kebutuhan : Istirahat yang cukup, berikan pijatan lembut di bagian

punggung bagian bawah dan seluruh punggung serta tidur

dengan posisi menyamping dengan menaruh bantal di

antara lutut, di punggung dan di bawah perut.

PENATALAKSAAN :

1. Memberitahukan ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa

sampai saat ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu dan

keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merespon

dengan baik.

2. Memberitahukan ibu perubahan fisiologis pada ibu hamil salah satunya

yaitu sakit pada punggung karena meningkatnya beban berat yang

dibawah yaitu bayi. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup 7-8

jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari dan tidak melakukan

pekerjaan yang terlalu berat dan menganjurkan ibu untuk melakukan

pijatan lembut di bagian punggung bisa di bantu oleh suami serta


125

menganjurkan tidur dengan posisi menyamping dan menaruh bantal di

antara lutut, punggung dan di bawah perut. Ibu mengerti dan bersedia

melaksanakan sesuai anjuran yang telah diberikan.

3. Memberitahu ibu untuk banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-

buahan dan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat

secukupnya atau tidak berlebihan. Ibu mengerti dan akan melakukan

anjuran yang diberikan.

4. Mengingatkan ibu untuk mengonsumsi tablet zat besi yang diberikan

petugas kesehatan untuk mencegah timbulnya anemia selama

kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan menghambat

pertumbuhan janin. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

bersedia untuk meminum tablet zat besi dan ibu sudah mengkonsumsi

tablet Fe 30 tablet.

5. Memberitahukan ibu untuk rajin kontrol kehamilan di fasilitas

kesehatan dan memberitahukan ibu jika ada keluhan yang ibu rasakan

bisa langsung memeriksakan ke Puskesmas atau petugas kesehatan,

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terus terpantau

dengan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan

memeriksakan kehamilannya kembali pada tanggal 16 Januari 2021.

c. Catatan perkembangan kunjungan kehamilan III

Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Januari 2021

Jam : 15.00 WITA

Sarana Pemantauan : Via telepon


126

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan nyeri pada perut

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,

tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S :

36,5°C, BB 61,8 kg, LILA : 24 cm. Pemeriksaan fisik : konjungtiva tidak

anemis, sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat, ekstremitas atas tidak ada

edema sedangkan ekstremitas bawah terdapat edema. Palpasi Leopold I

TFU: 28 cm, teraba bulat, lunak dan kurang melenting (bokong), Leopold

II teraba keras dan memanjang seperti papan disebelah kiri (punggung

kiri) dan teraba bagian-bagian kecil disebelah kanan (ekstremitas kanan),

Leopold III teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala masih

goyang, Leopold IV tidak dilakukan, Denyut Jantung Janin 150x/menit,

teratur.

ASESSMENT :

G1P0A0 hamil 28 minggu janin intrauterine tunggal hidup, presentasi

kepala, keadaan ibu dan janin baik.

Masalah : Ibu merasa nyeri pada perut

Kebutuhan : Memberikan edukasi mengenai mekanisme penurunan

kepala yang menyebabkan tekanan pada perut bagian

bawah yang merangsang terjadinya nyeri perut. Serta

menyarankan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang

berat dirumah.
127

PENATALAKSANAAN :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

merespon dengan baik

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan yang benar yaitu makan

dalam porsi yang cukup dan anjurkan ibu untuk lebih banyak

mengkonsumsi sayur dan buah karena baik untuk pertumbuhan janin

dan pencernaan ibu. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran

yang diberikan. Menganjurkan ibu tetap rutin mengkonsumsi tablet Fe.

Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan.

3. Memberikan edukasi mengenai mekanisme penurunan kepala yang

menyebabkan tekanan pada perut bagian bawah yang merangsang

terjadinya nyeri perut, serta menyarankan ibu untuk tidak melakukan

pekerjaan yang berat dirumah. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan.

4. Memberitahukan ibu untuk rajin kontrol kehamilan di fasilitas

kesehatan dan memberitahukan ibu jika ada keluhan yang ibu rasakan

bisa langsung memeriksakan ke Puskesmas atau petugas kesehatan,

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terus terpantau

dengan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan

memeriksakan kehamilannya tanggal 16 Februari 2021.


128

d. Catatan perkembangan kunjungan kehamilan IV

Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Januari 2021

Jam : 15.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan kakinya bengkak

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,

tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S :

36,5°C, BB 62 kg, LILA : 24,2 cm. Pemeriksaan fisik : konjungtiva tidak

anemis, sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat, ekstremitas atas tidak ada

edema sedangkan ekstremitas bawah terdapat edema. Palpasi Leopold I

TFU: 29 cm, teraba bulat, lunak dan kurang melenting (bokong), Leopold

II teraba keras dan memanjang seperti papan disebelah kiri (punggung

kiri) dan teraba bagian-bagian kecil disebelah kanan (ekstremitas kanan),

Leopold III teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala masih

goyang, Leopold IV tidak dilakukan, Denyut Jantung Janin 146x/menit,

teratur.

ASESSMENT :

G1P0A0 hamil 29 minggu janin intrauterine tunggal hidup, presentasi

kepala, keadaan ibu dan janin baik.

Masalah : Ibu merasa tidak nyaman, nyeri dan kram pada malam hari

pada ekstremitas bagian bawah


129

Kebutuhan : Berikan asuhan komplementer tentang rendaman kaki

dengan air hangat dan garam untuk mengurangi

pembengkakan edema pada ekstremitas bagian bawah pada

masa kehamilan.

PENATALAKSANAAN :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

merespon dengan baik

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan yang benar yaitu makan

dalam porsi yang cukup dan anjurkan ibu untuk lebih banyak

mengkonsumsi sayur dan buah karena baik untuk pertumbuhan janin

dan pencernaan ibu. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran

yang diberikan. Menganjurkan ibu tetap rutin mengkonsumsi tablet Fe.

ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan.

3. Memberikan asuhan komplementer pada ibu tentang rendaman kaki

dengan air hangat dan garam untuk mengurangi pembengkakan edema

pada ekstremitas bagian bawah pada masa kehamilan. Ibu mengerti

dan bersedia untuk melakukan tindakan sesuai yang dianjurkan.

4. Memberitahukan ibu untuk rajin kontrol kehamilan di fasilitas

kesehatan dan memberitahukan ibu jika ada keluhan yang ibu rasakan

bisa langsung memeriksakan ke Puskesmas atau petugas kesehatan,

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terus terpantau


130

dengan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan

memeriksakan kehamilannya tanggal 16 Februari 2021.

e. Catatan perkembangan kunjungan kehamilan V

Hari/Tanggal : Selasa, 16 Februari 2021

Jam : 10.00 WITA

Sarana Pemantauan : Via telepon

SUBJEKTIF :

Ibu merasa cemas akan proses persalinannya nanti

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,

tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S :

36.5°C, BB 64 kg, LILA : 26,5 cm, Goldar: O. Pemeriksaan fisik :

konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat, ekstremitas

atas tidak ada edema, edema pada ekstremitas bagian bawah sudah

berkurang. Palpasi Leopold I TFU 33 cm, teraba bulat, lunak dan kurang

melenting (bokong), Leopold II teraba keras dan memanjang seperti papan

disebelah kiri (punggung kiri) dan teraba bagian-bagian kecil disebelah

kanan (ekstremitas kanan), Leopold III teraba bulat, keras dan melenting

(kepala), kepala sudah tidak bisa digoyangkan, Leopold IV kepala sudah

masuk Pintu Atas Panggul (divergent), Denyut Jantung Janin 148x/menit,

teratur.
131

ASESSMENT :

G1P0A0 hamil 33 minggu janin intrauterine tunggal hidup, presentasi

kepala, keadaan ibu dan janin baik.

Masalah : Sering Miksi/BAK

Kebutuhan : Tidur dengan kaki lebih tinggi dari kepala dan kurangi

minum air di malam hari.

PENATALAKSANAAN :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

merespon dengan baik.

2. Menjelaskan kepada ibu tentang perubahan fisiologis kehamilan pada

trimester III diantaranya ibu akan sering buang air kecil karena bagian

terbawah janin semakin turun dan menekan kandung kemih dan

menganjurkan ibu pada saat tidur posisi kaki lebih tinggi dari kepala

dan mengurangi porsi minum malam hari. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang telah diberikan dan merespon dengan baik.

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan aktivitas ringan seperti jalan pagi

untuk memperlancar peredaran darah dan membantu proses persalinan.

Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran yang diberikan.

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan yang benar yaitu makan

dalam porsi yang cukup dan anjurkan ibu untuk lebih banyak

mengkonsumsi sayur dan buah karena baik untuk pertumbuhan janin

dan pencernaan ibu. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran


132

yang diberikan. Menganjurkan ibu tetap rutin mengkonsumsi tablet Fe.

Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan.

5. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk mempersiapkan

perlengkapan ibu dan bayi, kendaraan, dan keuangan. Ibu dan keluarga

mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

f. Catatan perkembangan kunjungan kehamilan VI

Hari/Tanggal : Rabu, 1 Maret 2021

Jam : 10.30 WITA

Sarana Pemantauan : Via telepon

Saat ini Ny.M.M telah memasuki usia kehamilan 35-36 minggu, Ny.M.M

telah mengkonsumsi 40 tablet Fe yang didapatkan dari Puskesmas Pintu

Kota, peneliti kemudian menanyakan penyulit atau keluhan yang dialami

Ny.M.M.

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan sering buang air kecil dan gerakan janin aktif, juga merasa

sakit perut bagian bawah, serta keluar lendir dari jalan lahir.

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,

tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S :

36.5°C, BB 65 kg, LILA : 26,5 cm, Hb: 12 gr/dL, Goldar: O. Pemeriksaan

fisik : konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat,

ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema. Palpasi Leopold I TFU 35

cm, teraba bulat, lunak dan kurang melenting (bokong), Leopold II teraba
133

keras dan memanjang seperti papan disebelah kiri (punggung kiri) dan

teraba bagian-bagian kecil disebelah kanan (ekstremitas kanan), Leopold

III teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala sudah tidak bisa

digoyangkan, Leopold IV kepala sudah masuk Pintu Atas Panggul

(divergent), Denyut Jantung Janin 146x/menit, teratur.

ASESSMENT :

G1P0A0 hamil 35-36 minggu janin intrauterine tunggal hidup, presentasi

kepala, keadaan ibu dan janin baik.

Masalah : Sering Miksi/BAK dan nyeri perut bagian bawah

Kebutuhan : Tidur dengan kaki lebih tinggi dari kepala dan kurangi

minum air di malam hari, serta edukasi tentang perubahan

fisiologis kehamilan pada trimester III dan pada proses

menjelang persalinan, serta tanda-tanda persalinan.

PENATALAKSANAAN :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

merespon dengan baik.

2. Menjelaskan kepada ibu tentang perubahan fisiologis kehamilan pada

trimester III diantaranya ibu akan sering buang air kecil karena bagian

terbawah janin semakin turun dan menekan kandung kemih dan

menganjurkan ibu pada saat tidur posisi kaki lebih tinggi dari kepala

dan mengurangi porsi minum malam hari. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang telah diberikan dan merespon dengan baik.


134

3. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu keluar

lendir bercampur darah dari jalan lahir dan nyeri perut bagian bawah

menjalar sampai kebelakang. Ibu mengerti dengan penjelasan yang di

berikan dan merespon dengan baik.

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan yang benar yaitu makan

dalam porsi yang cukup dan anjurkan ibu untuk lebih banyak

mengkonsumsi sayur dan buah karena baik untuk pertumbuhan janin

dan pencernaan ibu. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran

yang diberikan.

5. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk mempersiapkan

perlengkapan ibu dan bayi, kendaraan, dan keuangan. Ibu dan keluarga

mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

3) Asuhan Kebidanan Persalinan

Tanggal : 05 Maret 2021

Jam : 10.00 WITA

Asuhan persalinan pada Ny.M.M, umur 19 tahun, GIP0A0, hamil 36-37

minggu, penulis tidak dapat memberikan pertolongan persalinan dengan

alasan dari pihak Rumah Sakit tidak memberi ijin penulis masuk karena tidak

bisa berkontak langsung dengan pasien karena adanya Pandemi Covid-19.

Sesuai data yang di dapat berdasarkan hasil wawancara dengan ibu dan

anggota keluarga, sehingga laporan BBL segera setelah lahir disusun

berdasarkan data sekunder dengan riwayat kehamilan:


135

1. Kala I

a. Kala I berlangsung selama 12 jam

b. Asuhan yang diberikan adalah : Kompres hangat untuk mengurangi

nyeri persalinan kala I

2. Kala II

a. Persalinan kala II berlangsung selama 10 menit

b. Persalinan ditolong oleh bidan, bayi lahir normal dengan berat badan

3300 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada

33 cm, bayi langsung menangis dengan Apgar score 8-9.

c. Ibu mengatakan segera setelah bayi lahir, bayi langsung dipotong tali

pusat dan diklem kemudian diberikan suntikan Vit.K, salep mata, dan

Imunisasi HB0, kemudian dibungkus dan dilakukan IMD.

3. Kala III

a. Lama kala III berlangsung ± 15 menit

b. Ibu mengatakan plasenta lahir spontan dan lengkap

c. Ibu mengatakan perdarahannya dalam batas normal

d. Ibu mengatakan bahwa bidan mengajarkan untuk melakukan teknik

masase uterus apabila perut tidak nyaman

4. Kala IV

a. Ibu mengatakan bahwa bidan melakukan penjahitan pada jalan lahir

b. Ibu mengatakan setelah proses persalinan, ibu dibantu oleh bidan

untuk membersihkan diri menggunakan air bersih dan juga waslap

serta dibantu untuk mengganti pakaian, kemudian dilakukan


136

pemantauan oleh bidan selama 2 jam pertama pasca melahirkan di

ruang bersalin dengan hasil pemeriksaan Tekanan darah:

120/80mmHg, TFU: 2 jari dibawah pusat, dan perdarahan dalam batas

normal.

3) Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Tanggal : 05 Maret 2021

Jam : 10.00 WITA

Sarana Pemantauan : Via telepon

Asuhan BBL segera setelah lahir pada By. Ny.M.M, penulis tidak

dapat memberikan pemantauan pada kunjungan pertama karena alasan dari

pihak Rumah Sakit tidak memberi ijin penulis masuk karena tidak bisa

berkontak langsung dengan pasien karena adanya Pandemi Covid-19. Tetapi

pada kunjungan ke 2 dan 3 penulis dapat memberikan pemantauan serta

observasi langsung. Sesuai data yang di dapat berdasarkan hasil wawancara

dengan ibu dan keluarga melalui media sosial sehingga laporan BBL segera

setelah lahir disusun berdasarkan data sekunder dengan riwayat kelahiran :

1. Kala I

a. Kala I berlangsung selama 12 jam

b. Ibu mengatakan bidan memberitahu bahwa bayinya dalam keadaan

normal dan tidak ada kelainan.

2. Kala II

a. Persalinan kala II berlangsung selama 10 menit


137

b. Persalinan ditolong oleh bidan, bayi lahir normal dengan Berat

Badan 3300 gram, Panjang Badan 48 cm, Lingkar Kepala 34 cm,

Lingkar Dada 33 cm, bayi langsung menangis dengan Apgar score

8-9.

c. Ibu mengatakan segera setelah bayi lahir, bayi langsung dipotong

tali pusat dan diklem kemudian diberikan suntikan Vit.K, salep

mata, dan Imunisasi HB0, kemudian dibungkus dan dilakukan

IMD.

3. Asuhan pada bayi baru lahir setelah 5 jam

Hari/tanggal : Sabtu, 06 Maret 2021

Pukul : 20.00 WITA

Sarana Pemantauan : Via telepon

SUBJEKTIF :

a) Ibu mengatakan bayinya lahir dalam keadaan sehat dan

selamat

b) Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak ada kelainan

c) Ibu mengatakan bayinya sudah dilakukan IMD saat setelah

lahir

d) Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah diberikan Vitamin K

dan imunisasi HB0

e) Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan BAK ± 4 jam yang

lalu
138

f) Ibu mengatakan bayinya diberi ASI setiap 2 jam atau saat bayi

menangis

g) Ibu mengatakan tali pusat bayi masih basah

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, refleks

rooting (mencari) ada, refleks sucking (menghisap) ada, refleks

grasping (menggenggam) ada, refleks moro (terkejut) ada, tali pusat

tampak basah dan terawat dengan baik.

ASSESSMENT :

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan baru lahir.

Diagnosa potensial : Tidak ada

Kebutuhan : berikan ASI eksklusif, kehangatan dan

tempat yang bersih

PLANNING :

a. Menganjurkan ibu untuk berada dekat dengan bayi untuk menjaga

kehangatan tubuh bayi dengan cara kontak langsung antara tubuh

bayi dan ibu (rawat gabung). Ibu mengerti dan akan menjaga

kehangatan tubuh bayi dengan cara kontak langsung.

b. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada

bayi dengan tetap membiarkan tali pusat tanpa dibungkus. Ibu

mengerti dan akan melakukan perawatan tali pusat pada bayi.

c. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama pada bayinya. Ibu mengerti dan akan


139

melakukan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan

pertama.

4 Asuhan pada bayi baru lahir setelah 5 hari

Hari/Tanggal : Rabu, 10 Maret 2021

Jam : 14.00 WITA

Sarana Pemantauan : Via telepon

SUBJEKTIF :

1) Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat

2) Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak ada kelainan

3) Ibu mengatakan hari ini bayinya sudah BAB dan BAK

4) Ibu mengatakan bayinya diberi ASI setiap 2 jam atau saat bayi

menangis

5) Ibu mengatakan tali pusat bayi tampak mengering dan terawat

dengan baik tapi pada pangkal tali pusat masih basah

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas normal,

refleks rooting (mencari) ada, refleks sucking (menghisap) ada,

refleks grasping (menggenggam) ada, refleks moro (terkejut) ada,

tali pusat tampak kering dan terawat dengan baik.

ASSESMENT :

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 5 hari


140

PLANNING :

a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan

membungkus bayi dengan kain hangat dan bersih. Ibu

mengerti dan akan tetap menjaga kehangatan tubuh bayi.

b. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi dibawah matahari

pagi (Pukul 06.30-06.45 wita) = 15 menit/hari setelah bayi

dimandikan. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

c. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi

menggunakan media leaflet, yaitu bayi tidak mau menyusu,

kejang, lemah, sesak nafas, merintih, tali pusat kemerahan,

demam atau tubuh teraba dingin, mata bernanah banyak, diare,

kulit terlihat kuning dan menganjurkan ibu untuk segera ke

fasilitas kesehatan apabila mengalami hal tersebut. Ibu

mengerti dan bersedia untuk ke fasilitas kesehatan bila hal

tersebut terjadi.

2. Asuhan pada bayi baru lahir setelah 21 hari

Hari/Tanggal : Jumat, 26 Maret 2021

Jam : 15.45 WITA

Tempat : Rumah Pasien

SUBJEKTIF :

1) Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam keadaan sehat

2) Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak ada kelainan

3) Ibu mengatakan hari ini bayinya sudah BAB dan BAK


141

4) Ibu mengatakan bayinya diberi ASI setiap 2 jam atau saat bayi

menangis.

5) Ibu mengatakan tali pusat bayi sudah lepas pada hari ke-8

setelah bayi lahir.

6) Ibu mengatakan bayi suka rewel dan susah tidur jika terbangun

pada malam hari

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas normal,

refleks rooting (mencari) ada, refleks sucking (menghisap) ada,

refleks grasping (menggenggam) ada, refleks moro (terkejut) ada,

tali pusat tampak kering dan terawat dengan baik.

ASSESMENT :

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 21 hari

PLANNING :

a. Menganjurkan ibu untuk menyusui 2 jam sekali atau sesuai

kebutuhan agar bayinya tidak kekurangan cairan. Ibu mengerti

dan bersedia melakukannya.

b. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi dibawah sinar

matahari pagi setelah bayi dimandikan kurang lebih 10-15

menit agar bayi tidak kuning. Ibu mengerti dan mau

melakukannya.

c. Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau

puskesmas pada saat bayi berumur 1 bulan untuk


142

mendapatkan imuninasi BCG dan Polio 1.

d. Memberikan Asuhan Komplementer

Melakukan pijat bayi pada bayi Ny.M.M setelah selesai mandi

dan menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari pijat bayi yaitu

dapat memberikan sensasi dan efek pijatan yang akan

meningkatkan frekuensi menyusui serta membuat bayi lebih

mudah tidur dan tidak rewel.

4) Asuhan Kebidanan Nifas

Tanggal : 06 Maret 2021

Jam : 10.00 WITA

Sarana Pemantauan : Via telepon

Asuhan Nifas pada Ny.M.M, penulis tidak dapat memberikan

pemantauan untuk kunjungan pertama karena adanya Pandemi Covid-19,

tetapi pada kunjungan 2,3 dan 4 masa nifas penulis dapat memberikan

pemantauan serta observasi secara langsung. Sesuai data yang didapat

berdasarkan hasil wawancara dengan ibu dan keluarga melalui media

social sehingga Laporan Asuhan Nifas disusun berdasarkan data sekunder

dengan Riwayat Nifas :

1. Kala IV

a. Persalinan berlangsung selama ±14 jam

b. Ibu mengatakan bidan memberitahu bahwa perdarahan dalam

batas normal.
143

c. Ibu mengatakan bidan memberitahu ibu bahwa tekanan darah,

suhu tubuh, nadi dan pernafasan dalam batas normal.

d. Ibu mengatakan mengganti pembalutnya jika sudah penuh atau

tidak nyaman.

2. Asuhan pada masa nifas setelah 6 jam post partum (Kunjungan I)

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Maret 2021

Jam : 03.47 WITA

Sarana Pemantauan : Observasi via telepon

SUBJEKTIF :

1) Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya

2) Ibu mengatakan tanda-tanda vitalnya dalam batas normal.

3) Ibu mengatakan pengeluaran ASI masih sedikit

4) Ibu mengatakan masih terasa perih pada luka bekas jahitan

5) Ibu mengatakan sudah mengganti pembalutnya 30 menit yang

lalu

6) Ibu mengatakan telah diberikan Vit.A 1 jam setelah bayi lahir

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal TD:

120/80 mmHg, N: 80×/menit, R: 20×/menit, S: 36,5⁰C,

pengeluaran ASI ada, TFU 2 jari bawah pusat, lochea Rubra.

ASSESMENT :

P1A0 dengan 6 jam post partum


144

PLANNING :

a. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti

dan akan melakukannya.

b. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi serta

minum susu untuk membantu kelancaran ASI. Ibu mengerti

dan akan melakukannya.

c. Menjelaskan tentang tanda bahaya masa nifas seperti demam,

sakit kepala disertai pandangan kabur, dan perdarahan. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merespon

dengan baik.

d. Menganjurkan ibu untuk segera mengeringkan daerah genitalia

dengan kain bersih dan kering setelah BAB/BAK. Ibu

mengerti dan bersedia melakukannya.

2. Asuhan pada masa nifas setelah 6 hari (Kunjungan II)

Hari/Tanggal : Kamis, 11 Maret 2021

Jam : 14.30 WITA

Sarana Pemantauan : Rumah Pasien

SUBJEKTIF :

1) Ibu mengatakan dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan

apapun

2) Ibu mengatakan pengeluaran ASI lancar

3) Ibu mengatakan perdarahan dalam batas normal


145

4) Ibu mengatakan dalam 6 hari ini tidak timbul gejala atau tanda-

tanda bahaya pada masa nifas

5) Ibu mengatakan sudah beristirahat dengan cukup

6) Ibu mengatakan selalu makan dengan teratur

7) Ibu mengatakan telah diberikan Vit.A 24 jam post partum

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital TD: 120/70 mmHg, N: 82×/menit, R:

22×/menit, S: 36,5ºC, TFU: ½ pusat-symphisis, pengeluaran ASI

lancar, lochea Sanguinolenta.

ASSESMENT :

P1A0 dengan 6 hari post partum

PLANNING :

a. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas seperti

perdarahan, infeksi, payudara tegang, demam, lochea berbau,

bengkak pada wajah dan bagian ekstremitas dan jika terjadi

demikian segera pergi ke fasilitas kesehatan. Ibu mengerti dan

akan segera pergi ke fasilitas kesehatan bila ditemukkan tanda-

tanda seperti yang dijelaskan.

b. Menganjurkan ibu untuk istirahat dengan cukup. Ibu mengerti

dan akan melakukannya

c. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang

bergizi seimbang. Ibu mengerti dan akan tetap mengkonsumsi


146

makanan yang bergizi

d. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga bayinya agar tetap

hangat. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

3. Asuhan pada masa nifas setelah 2 minggu post partum (Kunjungan

III)

Hari/Tanggal : Jumat, 19 Maret 2021

Jam : 15.00 WITA

Tempat : Rumah pasien

SUBJEKTIF :

1) Ibu mengatakan dalam keadaan sehat namun produksi ASI

masih kurang lancar

2) Ibu mengatakan dalam 2 minggu ini tidak timbul gejala atau

tanda-tanda bahaya pada masa nifas

3) Ibu mengatakan sudah beristirahat dengan cukup

4) Ibu mengatakan selalu makan dengan dengan teratur

5) Ibu mengatakan telah menyusui bayinya dengan baik dan tidak

ada penyulit

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, N: 80×/menit, R:

20×/menit, S: 36,5ºC, TFU tidak teraba, pengeluaran ASI lancar,

lochea Serosa.
147

ASSESMENT :

P1A0 dengan 14 hari post partum

PLANNING :

a. Menganjurkan ibu untuk istirahat dengan cukup dan teratur.

Ibu mengerti dan akan melakukannya

b. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang

bergizi seimbang. Ibu mengerti dan akan melakukannya

c. Menjelaskan kembali pada ibu tentang tanda-tanda bahaya

nifas, jika terjadi demikian segera pergi ke fasilitas kesehatan.

Ibu mengerti dan akan segera pergi ke fasilitas kesehatan bila

ditemukkan tanda-tanda seperti yang dijelaskan.

d. Menjelaskan pada ibu tentang program Keluarga berencana

(KB) yaitu menganjurkan ibu untuk menggunakan alat

kontrasepsi yang tidak mengganggu pengeluaran/kualitas ASI

yaitu alat kontrasepsi seperti KB suntik 3 bulan atau KB yang

tidak mengandung hormon seperti AKDR, kondom, ataupun

metode kalender. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan memilih menggunakan KB Suntik 3 Bulan.

e. Memberikan Asuhan Komplementer

Melakukan Pijat Oksitosin dan menjelaskan pada ibu tentang

manfaat Pijat Oksitosin yaitu dapat membantu meningkatkan

hormone oksitosin dan hormone prolactin yang berfungsi

untuk merangsang produksi ASI, berfungsi juga sebagai


148

penekan hormone kortisol (hormone pemicu terjadinya stress)

yang membuat ibu stress dari masa kehamilan, persalinan

hingga terbawa sampai masa nifas.

4. Asuhan pada masa nifas setelah 6 minggu post partum (Kunjungan

IV)

Hari/Tanggal : Jumat, 16 April 2021

Jam : 09.00 WITA

Tempat : Puskesmas Pintu Kota

SUBJEKTIF :

1) Ibu mengatakan dirinya dan bayi dalam keadaan sehat dan

tidak ada penyulit yang ibu rasakan selama masa ini.

2) Ibu mengatakan sudah beristirahat dengan cukup

3) Ibu mengatakan selalu makan dengan teratur

4) Ibu mengatakan ASInya sudah lancar dan tidak ada penyulit

apapun.

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil, tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, N:

80×/menit, R: 22×/menit, S: 36,5ºC, TFU normal, pengeluaran

ASI lancar, lochea Alba.

ASSESMENT :

P1A0 dengan 40 hari post partum


149

PLANNING :

a. Menanyakan pada ibu penyulit-penyulit yang ibu dan bayi

alami. Ibu menjawab tidak ada penyulit yang dialami baik

ibu maupun bayinya

b. Memberikan informasi kembali tentang KB suntik 3 bulan

Keuntungannya :

Tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual, tidak

dilakukan pemeriksaan dalam, jangka panjang dan efek

samping kecil, mengurangi jumlah perdarahan dan nyeri,

mencegah anemia, mengurangi penyakit payudara jinak, kista

ovarium dan mencegah kehamilan ektopik.

Kerugiaannya :

Terjadi penambahan berat badan, terlambat kembali

kesuburan, tidak menjamin perlindungan terhadap PMS,

klien bergantung pada tempat sarana pelayanan (harus

kembali suntikan), terjadi gangguan haid seperti siklus haid

tidak teratur, dan tidak haid sama sekali. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

5) Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

a. Catatan perkembangan Akseptor KB

Hari/Tanggal : Minggu, 2 Mei 2021

Jam : 15.30 WITA

Tempat : Rumah Pasien


150

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB Suntik 3 Bulan dan suami

telah menyetujui bahwa ibu akan menggunakan kontrasepsi tersebut.

OBJEKTIF :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital TD: 120/80 mmHg, N: 82×/menit, R:

22×/menit, S: 36,5ºC, pengeluaran ASI lancar, TB: 156 cm, BB: 56

kg.

ASESSMENT :

P1A0 dengan Akseptor KB Suntik 3 Bulan

PLANNING :

1. Memberitahu ibu tentang informed choice dan informed consent

untuk pemilihan alat kontrasepsi.

2. Memberitahu ibu TTV dan keadaan ibu, tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 82 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit dan suhu

36,5ºC. Ibu telah paham dengan keadaannya.

3. Memberikan penjelasan tentang KB Suntik 3 Bulan

Keuntungannya :

Tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual, tidak dilakukan

pemeriksaan dalam, jangka panjang dan efek samping kecil,

mengurangi jumlah perdarahan dan nyeri, mencegah anemia,

mengurangi penyakit payudara jinak, kista ovarium dan

mencegah kehamilan ektopik.


151

Kerugiaannya :

Terjadi penambahan berat badan, terlambat kembali kesuburan,

tidak menjamin perlindungan terhadap PMS, klien bergantung

pada tempat sarana pelayanan (harus kembali suntikan), terjadi

gangguan haid seperti siklus haid tidak teratur, dan tidak haid

sama sekali. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


152

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada

Ny.M.M umur 19 tahun di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota

Bitung yang berlangsung pada bulan November 2020 sampai Mei 2021

berikut ini akan dibahas dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan

keluarga berencana.

Tahap awal yang dilakukan adalah mencari pasien di Puskesmas Pintu Kota

Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung kemudian penulis bertemu dengan pasien

di Puskesmas Pintu Kota saat Posyandu kemudian penulis melakukan kunjungan

rumah pada Ny.M.M mengisi amanat persalinan dan pemasangan stiker P4K

didepan rumah ibu dan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan

kedatangan serta memberikan inform consent pada ibu dan suami agar bersedia

untuk didampingi. Setelah itu penulis melakukan pengumpulan data dasar yang

diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.

Adapun pembahasan yang dilakukan sebagai berikut:

1. Kehamilan

Pada tahap awal penulis melakukan pengumpulan data dan anamnesa yang

dilakukan pada saat kunjungan pertama pada tanggal 16 November 2020 pukul

14.00 wita, penulis melakukan kunjungan rumah pada usia kehamilan 20-21

minggu, ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan belum pernah

keguguran, Hari Pertama Haid Terakhir 27/06/2020 kemudian peneliti

menentukan tafsiran persalinan menggunakan rumus Neagle yaitu HPHT pada

hari +7, bulan -3, dan pada tahun + 1 maka taksiran persalinan tanggal
153

04/03/2021 sehingga dapat ditentukan usia kehamilan pada setiap kunjungan

antenatal.

Hasil pemeriksaan umum keadaan ibu dan tanda-tanda vital dalam batas

normal. Pada kunjungan pertama dengan usia kehamilan 20-21 minggu

pemeriksaan palpasi TFU 20 cm, namun pada kunjungan kedua umur

kehamilan 24-25 minggu TFU 24-25 cm, kunjungan ketiga umur kehamilan 28

minggu TFU 28 cm, kunjungan keempat umur kehamilan 29 minggu TFU 29

cm, kunjungan kelima umur kehamilan 33 minggu TFU 33 cm, dan terakhir

pada usia kehamilan 35-36 minggu TFU 35 cm. Menurut Walyani, (2015)

bahwa TFU sesuai dengan umur kehamilan dalam hitungan minggu.

Hasil pemeriksaan Fisik DJJ dalam kategori normal yaitu pada kunjungan

pertama frekuensi DJJ 142 kali per menit, kunjungan kedua 145 kali per menit,

kunjugan ketiga 146 kali per menit, kunjungan keempat 146 kali per menit,

kunjungan kelima 142 kali per menit, dan kunjungan keenam 144 kali per

menit. Menurut Walyani, (2015) bahwa DJJ normal berkisar antara 120 sampai

160 kali per menit.

Ny.M.M selama kehamilan telah melakukan pemeriksaan kehamilan di

Puskesmas Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung sebanyak 6 kali,

pada trimester I sebanyak 1 kali serta pada trimester II sebanyak 2 kali pada

trimester III sebanyak 3 kali. Hal ini sesuai dengan standar WHO dalam buku

Walyani (2015) yang menganjurkan sedikitnya ibu hamil melakukan

kunjungan Antenatal Care 4 kali selama masa kehamilannya yaitu trimester I

sebanyak 1 kali, trimester II sebanyak 1 kali dan trimester III sebanyak 2 kali.
154

Selama kehamilan Ny.M.M mengkonsumsi tablet penambah darah (Fe)

sebanyak 90 tablet. Menurut Walyani, (2015) yang menganjurkan pemberian

tablet penambah darah (Fe) selama kehamilan minimal 90 tablet.

Dalam kasus Ny.M.M mendapatkan suntikan TT 2 kali pada umur kehamilan

trimester 1 dan trimester 2 dengan jarak antara TT 1 dan TT 2 8 minggu. Hal

ini tidak sesuai dengan teori Dartiwen & Yati N, (2019) bahwa jarak antara TT

1 dan TT 2 4 minggu. Pada kunjungan yang dilakukan peneliti saat usia

kehamilan 29 minggu (Trimester III) ibu mengeluh bengkak pada ekstremitas

bagian bawah. Edema merupakan abnormal kelebihan cairan dalam ruang

jaringan intraseluler yang menimbulkan ketidaknyamanan selama kehamilan

(Sawitry S, dkk 2020). Kaki yang direndam dengan air hangat dan garam akan

terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga menyebabkan

pembuluh darah menjadi lebar dan ketegangan otot menurun maka peredaran

darah lancar. Penelitian oleh Sawitry S, dkk (2020) dengan dilakukan rendam

kaki pada air hangat dan garam secara signifikan dengan ini dapat mengurangi

pembengkakan edema pada ekstremitas bagian bawah. Oleh karena itu penulis

melakukan asuhan komplementer rendam kaki dengan air hangat dan garam

untuk mengurangi pembengkakan edema pada ekstremitas bagian bawah.

Pada kunjungan ketiga yang dilakukan peneliti saat usia kehamilan 33

minggu (Trimester III) ibu mengatakan merasa cemas akan persalinannya

nanti. Menurut Ayu, G.N (2017) kecemasan pada ibu hamil terjadi karena ibu

banyak mendengar cerita yang mengatakan melahirkan itu menyakitkan dan

juga karena trauma ibu dengan persalinan yang lalu.


155

Pada kunjungan keempat usia kehamilan 35-36 minggu yang dilakukan

peneliti ibu mengeluh sering buang air kecil, hal ini sesuai dengan teori

Walyani (2015) sering buang air kecil dikarenakan pembesaran rahim dan

penurunan bayi ke Pintu Atas Panggul membuat tekanan pada kandung kemih

ibu dan untuk keluhan sesak peneliti menjelaskan sesuai apa yang dijelaskan

tentang keluhan yang sama pada kunjungan ketiga.

Peneliti melakukan kunjungan rumah sebanyak 2 kali dirumah pasien,

selama dilakukan kunjungan rumah dilakukan pemeriksaan fisik, anamnesa,

tanda-tanda vital, pemeriksaan leopold, pemeriksaan lila. Keadaan ibu dalam

batas normal dan tidak terdapat penyulit. Pada usia kehamilan trimester III

peneliti memberikan Komunikasi Informasi Edukasi tentang tanda bahaya

trimester III dan tanda-tanda persalinan, pada langkah kedua dilakukan

identifikasi terhadap diagnose atau masalah. Pada trimester III masalah yang

ditemukan pada Ny.M.M yaitu bengkak pada ekstremitas bagian bawah. Dalam

hal ini tidak terjadi kenjangan antara teori dan kasus karena keluhan yang ibu

rasakan merupakan salah satu perubahan fisiologis pada masa hamil.

Rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada responden adalah

observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan HB, pemeriksaan

golongan darah, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam urat, pemeriksaan

kolesterol, jelaskan hasil pemeriksaan, jelaskan tentang penyebab keluhan yang

dialami, berikan asuhan komplementer untuk mengatasi keluhan yang ibu

rasakan, jelaskan tentang nutrisi pada ibu hamil, anjurkan ibu untuk rajin
156

mengkonsumsi tablet Fe, jelaskan pada ibu tentang persiapan persalinan,

istirahat yang cukup dan anjurkan ibu untuk control ulang.

Pelaksanaan asuhan sesuai dengan rencana yaitu keadaan umum baik,

memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, N: 80

x/m, R: 20 x/m, S: 36,5°C, menjelaskan pada ibu tentang penyebab keluhan

yang dialami yaitu bengkak pada ekstremitas bagian bawah merupakan hal

yang abnormal karena kelebihan cairan dalam ruang jaringan intraseluler, yang

mengakibatkan aliran darah menjadi tidak lancar sehingga mengalami

pembengkakan. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe yang

telah diberikan oleh tenaga kesehatan guna mencegah terjadinya anemia

selama kehamilan, memberikan asuhan komplementer pada ibu tentang rendam

kaki pada air hangat untuk mengatasi keluhan bengkak pada ekstremitas bagian

bawah. Hasil evaluasi keadaan responden baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal dan responden mengerti dengan penjelasan yang diberikan serta

bersedia untuk mengikuti saran yang telah dianjurkan. Peneliti melakukan

pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Dapat disimpulkan dalam

memberikan asuhan antenatal pada Ny.M.M bertujuan dalam memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi sehingga jika

terdapat komplikasi dapat dikenali secara dini dan tertangani dengan cepat.

2. Persalinan

Pengumpulan data dasar dikumpulkan pada tanggal 05 Maret 2021 pukul

10.00 Wita saat ibu datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut bagian

bawah menjalar ke tulang belakang yang dirasakan sejak jam 08.00 Wita
157

ditandai dengan pengeluaran lender bercampur darah. Dilakukan pemeriksaan

tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit,

suhu 36,5°C, BB : 58 kg, LILA : 26,5 cm, BB sebelum hamil Ny.M.M adalah

47 kg dibandingkan dengan berat badan sekarang Ny.M.M mengalami

peningkatan BB 9 kg, penulis menyatakan dalam hal ini tidak terjadi

kesenjangan dengan teori Walyani S.E, (2015) yang mengatakan peningkatan

berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5 kg.

Dilakukan pemeriksaan palpasi leopold dengan hasil Palpasi Leopold I

Tinggi Fundus Uteri 39 cm, pada bagian fundus teraba bulat, lunak dan kurang

melenting (bokong). Leopold II teraba keras dan memanjang seperti papan

disebelah kiri (punggung kiri) dan teraba bagian-bagian kecil disebelah kanan

(ekstremitas kanan), Leopold III Pada bagian terbawah janin teraba satu bagian

bulat, keras dan sukar digerakkan yaitu kepala. Leopold IV Kepala sudah

masuk Pintu Atas Panggul (Divergen). DJJ (+) teratur, frekuensi 146

kali/menit. Dilakukan perlimaan diperoleh hasil 4/5, Hodge I-II, His Frekuensi

2 kali dalam 10 menit lamanya 20-40 detik, dilakukan pemeriksaan dalam

portio konsistensi lunak, pembukaan 3-4 cm, ketuban (+), presentasi belakang

kepala, penunjuk ubun-ubun kecil, tidak ada moulase. Ny.M.M masuk dalam

Kala I fase aktif akselarasi, dimana dari pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dan

berlangsung selama 2 jam. Ibu diberikan asuhan komplementer tentang

kompres air hangat untuk mengurangi atau membebaskan rasa nyeri persalinan

kala I. Tidak terdapat kesenjangan antara yang peneliti temukan dilahan


158

dengan teori Walyani S.E & Purwoastuti E, (2015) yaitu fase aktif dibagi

dalam 3 fase :

1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Kala II pada Ny.M.M berlangsung 10 menit dari pembukaan lengkap.

Bayi lahir spontan dengan BBL 3300 gr, PBL 48 cm dengan usia kehamilan

37-38 minggu. Hal ini sesuai dengan teori Febrianti & Aslina (2019) bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu

dan berat badannya 2500 gram sampai 4000 gram. Penulis menyatakan tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik. Setelah dilakukan pemotongan tali

pusat, bayi diletakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap untuk IMD. Pada

bayi Ny.M.M di lakukan IMD selama 1 jam. Hal ini sesuai teori Fitriana Y &

Nurwiandani W, (2018) IMD dilakukan selama paling sedikit 1 jam segera

setelah bayi lahir yang bermanfaat untuk memberikan kenyamanan untuk bayi

agar ia dapat merasa nyaman dekat dengan ibunya, membantu bayi untuk

mempunyai perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu,

mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, memperoleh kolostrum yang

sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi.

Kala III Ny.M.M berlangsung 15 menit, hal ini tidak perlu penanganan

karena menurut Walyani S.E & Purwoastuti E, (2015) jika plasenta lahir lebih
159

dari 30 menit, maka harus diberi penanganan yang lebih lanjut. Perdarahan ±

150 cc, dilakukan manajemen aktif kala III yaitu penyuntikan oxytosin 10 unit

IM 1/3 paha bagian luar bagian atas, 1 menit setelah kelahiran bayi,

berdasarkan 58 langkah APN menurut Fitriana Y & Nurwiandani W, ( 2018 )

suntikan oksitosin diberikan dalam 2 menit setelah bayi lahir. Penulis

menyatakan tidak terdapat kesenjangan dengan teori Fitriana Y &

Nurwiandani W, ( 2018 ). Setelah plasenta lahir melihat adanya laserasi pada

vagina dan perinium, pada kasus Ny.M.M tidak terdapat robekan jalan lahir

pada perineum.

Kala IV dilakukan observasi KU dan TTV pada 2 jam pertama, penulis

melakukan observasi melalui perantara keluarga, pemeriksaan tanda-tanda

vital, kontraksi uterus dan terjadi perdarahan hal ini sejalan dengan teori

Walyani S.E & Purwoastuti E, (2015). Kemudian perineum ibu dibersihkan,

dipasang pembalut dan mengganti pakaian ibu dengan yang bersih dan kering

dan mengajarkan ibu cara melakukan masase uterus. Setelah itu penulis

menganjurkan ibu untuk makan dan minum dan memberikan Vitamin A nifas

(200.000 unit) yang bermanfaat untuk meningkatkan kuantitas ASI,

meningkatkan daya tahan tubuh, untuk mempercepat proses involusi uteri

(Siregar A.P, 2019).

Hasil observasi didapatkan keadaan umum ibu baik, kontraksi baik,

involusi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan normal TD : 110/80

mmHg, N : 80 kali/menit, R : 20 kali/menit, S: 36,5°C, TFU : 2 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus : baik, perdarahan : ± 50 cc, sesuai dengan teori


160

Walyani S.E dan Purwoastuti E, (2015), TFU setelah uri atau plasenta lahir

yaitu 2 jari dibawah pusat, penulis menyatakan tidak ada kesenjangan teori.

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

By.Ny.M.M lahir pada tanggal 05 Maret 2021 Pukul 21.47 Wita spontan

dengan letak belakang kepala. Di lakukan pemeriksaan : berat badan 3300

gram, panjang badan 48 cm, hasil lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm.

menurut Teori Walyani, S.E & Purwoastuti, E (2016) bahwa normalnya

lingkar kepala berkisar 33-35 cm, Lingkar dada 30,5-33 cm. Untuk berat

badan normal menurut Febrianti & Aslina (2019) yaitu 2500-4000 gram.

Tali pusat segera dipotong, tidak diikat atau dibubuhi apapun. Berdasarkan

hasil penelitian oleh Reni, dkk (2018) responden yang tali pusatnya dirawat

dengan perawatan terbuka memiliki peluang pelepasan tali pusat 1-7 hari

dibandingkan dengan responden yang tali pusatnya dirawat dengan kasa

kering. Penilaian awal bayi bernafas spontan dan menangis, warna kulit tubuh

dan ekstremitas kemerahan, tonus otot aktif, apgar score 8/9 masuk klasifikasi

normal. Sesuai dengan teori Walyani, S.E & Purwoastuti, E (2016) berikut :

Klasifikasi nilai Apgar :

a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik

b. Nilai 4-6 menunjukkan bahwa bayi mengalami depresi sedang dan

membutuhkan tindakan resusitasi

c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan

resusitasi segera sampai ventilasi.


161

Peneliti melakukan kunjungan neonatus I melalui keluarga tanggal 06

Maret 2020 pukul 03.47 WITA dilakukan pemeriksaan neorologi dengan hasil

pemeriksaan : refleks moro ada, refleks rooting ada, refleks graps ada, refleks

sucking ada, refleks tonik tonik neek ada, bayi sudah BAK dan BAB pada

pukul 02.20 WITA. Hasil pemeriksaan tersebut normal karena menurut Teori

Walyani, S.E & Purwoastuti, E (2016) bahwa normalnya suhu tubuh bayi

berkisar antara 36,50-37,50C, nadi berkisar antara 120-140 kali per menit,

pernapasan 30-60 kali per menit. Penulis menyatakan tidak terjadi

kesenjangan antara teori dengan apa yang ditemukan pada saat dilapangan.

Peneliti melakukan kunjungan bayi baru lahir sebanyak 3 kali dengan

melakukan anamnesa pada ibu, dan pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital

keadaan bayi dalam batas normal tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada bayi.

Saat dilakukan kunjungan ketiga bayi baru lahir pada usia 15 hari, ibu

mengatakan tali pusat bayinya sudah lepas pada hari ketujuh, sesuai dengan

hasil penelitian oleh Reni, dkk (2018) responden yang tali pusatnya dirawat

dengan perawatan terbuka memiliki peluang pelepasan tali pusat 1-7 hari

dibandingkan dengan responden yang tali pusatnya dirawat dengan kasa

kering, penulis menyatakan tidak ada kesenjangan teori dengan praktik.

Asuhan komplementer yang dilakukan pada Bayi yaitu tindakan Pijat

Bayi. Manfaat dari pijat bayi yaitu dapat memberikan sensasi dan efek pijatan

yang akan meningkatkan frekuensi menyusui serta membuat bayi lebih mudah

tidur dan tidak rewel.


162

Hasil evaluasi setelah melakukan kunjungan pada bayi selama di Rumah

Sakit maupun di rumah, keadaan bayi stabil dan ibu mengerti dengan

penjelasan yang telah diberikan serta kooperatif sehingga pelaksanaan dapat

dilaksanakan sesuai rencana dan tidak ditemukan masalah-masalah yang lain.

4. Masa Nifas

Tahap awal yang dilakukan adalah pengumpulan data dasar dimana pada

langkah ini dikumpulkan semua data dari berbagai sumber yang berkaitan

dengan kondisi ibu. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, dan

hasil dari pemeriksaan yang telah peneliti lakukan terdapat keluhan masih

merasa mules. Bayinya sudah mulai menyusu, melalui hasil pemeriksaan

post-partum 7 jam dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi

uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, lochea rubra, pengeluaran ASI lancar.

Peneliti memberitahukan pada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi dan

mengajarkan cara merawat tali pusat tanpa dibungkus dan dibubuhi apapun.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny.M.M dikategorikan sebagai nifas

normal sesuai teori Walyani S.E dan Purwoastuti, E (2015), perubahan

fisiologis masa nifas yaitu keluarnya sisa-sisa darah dari vagina lochea rubra

yaitu lochea yang berwarna merah berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium yang berlangsung

selama 2 hari pasca persalinan. Peneliti menemukan masalah yaitu perut ibu

mules dan merasa lemas kemudian penulis memberikan asuhan komplementer

tentang bakera pada ibu untuk memberikan stamina baru dan menambah

kesegaran tubuh.
163

Peneliti menentukan diagnosa ibu nifas Ny. M.M umur 19 tahun P1A0

post-partum 7 jam. Penulis menganjurkan ibu untuk istirahat cukup 8 jam

pada malam hari dan 1 jam pada siang hari karena berdasarkan teori Walyani,

S.E dan Purwoastuti, E (2015) kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal, yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat

proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi

dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Dari data-data

yang telah diidentifikasi pada Ny.M.M umur 19 tahun P1A0 post-partum 7 jam

tidak ditetapkan diagnosa potensial.

Pada kunjungan nifas kedua saat 6 hari post partum peneliti melakukan

pemeriksaan pada ibu dengan hasil keadaan umum dan tanda-tanda vital

normal, kontraksi uterus baik, TFU pertengahan pusat-sympisis, pengeluaran

lochea sanguinolenta. Tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan teori karena

lochea sanguinolenta berwarna kuning berisi darah dan lendir pada hari ke 3-7

postpartum dan TFU satu minggu setelah persalinan yaitu pertengahan pusat-

sympisis (Walyani S.E & Purwoastuti E, 2015). Penulis memberitahukan pada

ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti perdarahan, infeksi, payudara tegang,

demam, lochea berbau, bengkak pada wajah dan bagian ekstremitas dan jika

terjadi demikian segera pergi ke fasilitas kesehatan. Penulis tidak menemukan

masalah dalam kasus ini.

Pada kunjungan nifas ketiga saat 2 minggu post partum didapatkan

pengeluaran pervaginam Ny.M.M kuning kecoklatan. Peneliti melakukan

pemeriksaan pada ibu dengan hasil keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam
164

batas normal, TFU tidak teraba, pengeluaran lochea serosa. kasus ini sesuai

dengan teori Walyani S.E & Purwoastuti E, (2015) Lochea serosa: berwarna

lebih pucat tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan. Peneliti

menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi dan tetap memperhatikan

istirahatnya agar stamina tetap terjaga dengan cara ibu tidur/istirahat ketika

bayinya sedang tidur. Peneliti juga mengingatkan kembali tentang tanda

bahaya masa nifas dan menganjurkan ibu segera menghubungi tenaga

kesehatan atau datang ke fasilitas kesehatan terdekat jika terjadi salah satu dari

tanda bahaya tersebut, penulis juga memberikan konseling tentang KB pada

ibu dan ibu memilih menggunakan KB Suntik 3 Bulan.

Pada kunjungan nifas keempat peneliti melakukan kunjungan 6 minggu

post partum. Saat kunjungan Ny.M.M mengatakan telah beraktifitas kembali

seperti sebelum hamil. Peneliti melakukan pemeriksaan keadaan umum dan

tanda vital dalam batas normal serta pengeluaran pervaginam sudah tidak ada.

Masa nifas berlangsung dengan normal dan baik. Penulis melakukan

kunjungan nifas pada Ny.M.M mulai dari 7 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6

minggu. Sesuai dengan kebijakan program nasional pada masa nifas dalam

teori Walyani S.E & Purwoastuti E, (2015) penatalaksanaan masa nifas yaitu

paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Rencana asuhan yang diberikan berdasarkan diagnose dan kebutuhan pada

Ny.M.M umur 19 tahun adalah observasi KU, tanda-tanda vital, TFU,

kontraksi uterus, lochea, ajarkan ibu menilai kontraksi, ajarkan ibu cara
165

menyusui dengan benar, ajarkan ibu melakukan perawatan payudara,

memberikan asuhan komplementer pada ibu tentang Pijat Oksitosin, anjurkan

ibu untuk istirahat yang cukup, Komunikasi Informasi Edukasi tentang nutrisi

dan konseling tentang KB.

Pelaksanaan langsung yang diberikan pada ibu nifas sesuai dengan rencana

yaitu mengobservasi KU, tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, lochea,

menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif, mengajarkan ibu

melakukan perawatan payudara, memberikan asuhan komplementer tentang

Pijat Oksitosin untuk membantu meningkatkan hormone oksitosin dan

hormone prolactin yang berfungsi untuk merangsang produksi ASI, berfungsi

juga sebagai penekan hormone kortisol (hormone pemicu terjadinya stress)

yang membuat ibu stress dari masa kehamilan, persalinan hingga terbawa

sampai masa nifas.

Pada kasus ini dilakukan evaluasi dalam penerapan asuhan kebidanan

untuk meneliti sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan yang telah

dilakukan. Hasil evaluasi ibu nifas setelah melakukan perawatan di Rumah

Sakit maupun di Rumah, keadaan ibu dan tanda-tanda vital dalam batas

normal, ibu mengikuti anjuran yang telah diberikan serta tidak terjadi hal-hal

yang menyulitkan ibu maupun pelaksana sehingga pelaksanaan dan evaluasi

dapat dilaksanakan sesuai rencana.

5. Keluarga Berencana

Tahap awal yang dilakukan adalah pengumpulan data dasar, dimana pada

langkah ini dikumpulkan semua data dari berbagai sumber yang berkaitan
166

dengan kondisi ibu. Pada kunjungan yang dilakukan peneliti, dilakukan

pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital normal, berat badan

sekarang 54 kg, dari hasil pemeriksaan peneliti memberitahu Ny.M.M bahwa

saat ini keadaan ibu baik sehingga dapat menjadi calon akseptor KB. Peneliti

kemudian menjelaskan cara kerja, keuntungan dan kerugian serta efek

samping dari KB Suntik 3 Bulan, sesuai dalam buku Jitowiyono S & Rouf

A.M (2019).

Berdasarkan data yang telah diidentifikasi, pada akseptor KB Suntik 3

Bulan Ny.M.M P1A0 umur 19 tahun di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan

Lembeh Utara Kota Bitung, diagnosa potensial tidak ditetapkan sehingga tidak

dilakukan tindakan segera. Rencana asuhan yang diberikan berdasarkan

diagnosa dan kebutuhan pada Ny.M.M P1A0 umur 19 tahun akseptor KB

Suntik 3 Bulan, perencanaan yang dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda

vital, Komunikasi Informasi Edukasi efek samping KB Suntik 3 Bulan dan

anjurkan ibu untuk kontrol jika ada keluhan.

Pelaksanaan pada tanggal 3 Mei 2021 di Puskesmas Pintu Kota Kecamatan

Lembeh Utara Kota Bitung.


BAB V. PENUTUP`

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pemeriksaan kehamilan Ny.M.M G1P0A0 penulis melakukan

kunjungan kehamilan sebanyak 6 kali, yaitu 2 kali di trimester II dan 4 kali

di trimester III, penulis melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar

14 T di Puskesmas Pintu Kota. Pada awal kunjungan penulis

memperkenalkan diri dan menjelaskan serta memberikan informed consent

dan ditanda tangani oleh ibu dan suami, setelah itu melakukan penempelan

stiker P4K. Selama kunjungan penulis melakukan pemantauan TTV,

Pemeriksaan Leopold, pengukuran LILA, pemeriksaan Hb, pemeriksaan

golongan darah, pemeriksaan kolesterol, pemeriksaan asam urat,

pemeriksaan gula darah, konseling tentang perubahan fisiologis pada ibu

hamil dan nutrisi yang baik serta pemantauan jumlah konsumsi tablet Fe

trimester II & III. Ny.M.M mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2x.

Kehamilan Ny.M.M berlangsung normal, ibu maupun bayi dalam keadaan

sehat dan memberikan asuhan komplementer sesuai keluhan.

2. Proses persalinan pada Ny.M.M tanggal 05 Mei 2021 pukul 21.47 WITA,

ibu melahirkan secara spontan pervaginam. Dilakukan pemantauan dengan

menggunakan partograf. Pada Kala I penulis memberikan asuhan

komplementer pada ibu untuk mengurangi rasa nyeri persalinan kala I,

melakukan pemantauan TTV, His, Denyut Jantung Janin, Pembukaan

167
168

3. serviks, yang berlangsung selama 4 jam, memimpin ibu mengedan pada

persalinan kala II selama 30 Menit, Melakukan Manajemen aktif Kala III

12 menit dan pemantauan Kala IV 2 jam.

4. Bayi Ny.M.M lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis

kelamin laki-laki, berat badan 3300 gram, panjang badan 48 cm, apgar

score 8-9 lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 34 cm, hasil pemeriksaan

fisik, reflek normal. Bayi Ny.M.M mendapat Vit. K, Hb 0 dan salep mata.

Dilakukan pengisapan lendir menggunakan slim seher, IMD selama 1 jam,

mulut bayi mencapai puting dan kehangatan bayi terjaga. Penulis

melakukan kunjungan BBL 3 kali yaitu 1 kali di Rumah Sakit dan 2 kali di

rumah. Selama kunjungan penulis memberikan informasi tanda-tanda

bahaya pada bayi, menganjurkan ibu untuk menjemur bayi dibawah sinar

matahari pagi (pukul 06.30-06.45) dan mengajarkan ibu tentang perawatan

tali pusat yang baik dan benar dengan tidak membungkus atau

mengoleskan sesuatu di tali pusat bayi serta selalu menjaga kebersihan tali

pusat. Tali pusat bayi puput pada hari ke 7. Penulis melakukan pijat bayi

sebagai asuhan komplementer pada bayi saat berusia 3 minggu.

5. Masa nifas 7 jam Ny.M.M berlangsung normal tanpa komplikasi, TTV

dalam batas normal, kontraksi Ibu baik, lochea normal, ibu diberikan Vit

A nifas 2 kali, Penulis melakukan kunjungan rumah I, II, III, dan IV.

Selama kunjungan penulis melakukan pemeriksaan TFU, observasi lochea,

menjelaskan cara perawatan payudara, memberikan informasi nutrisi yang

diperlukan ibu nifas, tanda-tanda bahaya nifas serta memberikan asuhan


169

komplementer tentang pijat oksitosin untuk meningkatkan hormone

oksitosin dan hormone prolactin yang berfungsi untuk merangsang

produksi ASI.

6. Pada tanggal 02 Mei 2021 di rumah pasien. Penulis melakukan Informed

choice dan Informed Consent, Ny.M.M memilih menggunakan KB

Suntikan 3 bulan karena ibu ingin metode yang mudah dipakai dan efektif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa melalui belajar di

laboratorium maupun di lapangan untuk mengaplikasikan teori-teori yang

di dapat khususnya di bidang penelitian dan bimbingan untuk lebih baik

dalam melakukan pembuatan laporan studi kasus

2. Bagi Tempat Penelitian

Agar tetap mempertahankan bahkan meningkatkan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan pada masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana.

3. Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan asuhan

kebidanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB sehingga

dapat mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu

dan bayi.
170

4. Bagi Responden

Agar meningkatkan pengetahuan dan lebih kooperatif dalam

memeriksakan diri ke tenaga kesehatan selama masa hamil, bersalin, bayi

baru lahir, nifas dan keluarga berencana.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, D.R dkk. (2015). Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Pada Ibu
Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 8 (2:1-5).

Aisyaroh, N. (2020). Efektivitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan


Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas. Jurnal
Majalah Ilmiah Sultan Agung. 50 (127:1-15).

Amita, D.N. (2019). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologi Pada Ny. T Hari Ke 6
Di PMB Yuni Hartini, S.ST Di Sukaharjo Pringsewu. Program Pascasarjana
Universitas Stikes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung.

Ayuningtyas, F.I. (2019). Terapi Komplementer Dalam Kebidanan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Budiart, V dkk. (2018). Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami dengan
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan.
Journal of Issues in Midwifery. 2 (1:1-19).

Chasanah, U.S. (2015). Peran Petugas Kesehatan Masyarakat Dalam Upaya


Penurunan Angka Kematian Ibu Pasca MDGs 2015. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas. 9 (2:73-79).

Damanik, K.R. dan Linda. (2019). Hubungan Perawatan Tali Pusat Dengan
Kejadian Infeksi Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
2019. Jurnal Keperawatan Priority. 2 (2:51-60).

Damarsanti, P dkk. (2018). Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Pegandon
Kendal. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah. 4 (1:1-9).

Dartiwen dan Yati N. (2019). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta:


ANDI

Delima, M. dan Yessi A. (2019). Memandikan Bayi Dan Perawatan Tali Pusat
Bayi Baru Lahir Di RSI Ibnusinah Yarsi Bukittinggi. Jurnal Abdimas
Kesehatan Perintis. 1 (1:26-30).

Dinkes Provinsi Sulawesi Utara. (2020). Profil kesehatan Provinsi Sulawesi


Utara.

Dinkes Kota Bitung. (2019). Profil Dinas Kesehatan Kota Manado.

Dinkes Kota Bitung. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kota Manado.

171
172

Elisabeth S.W dan Th. Endang P. (2020). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS

Fatkhiyah, N. dan Ayu I. (2019). Keteraturan Kunjungan Antenatal Care Di


Wilayah Kerja Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal Kebidanan. 3
(1:18-23).

Febrianti,. (2019). Praktik Klinik Kebidanan I: Teori dan Implementasinya dalam


Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Fitrayeni, dkk. (2015). Penyebab Rendahnya Kelengkapan Kunjungan Antenatal


Care Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas. 10 (1:101-107).

Fitriana, Y. dan Widy N. (2018). Asuhan Persalinan: Konsep Persalinan secara


Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Harahap, D. dkk. (2019). Hubungan Pemberian Makanan Prelakteal Terhadap


Kejadian Sakit Pada Neonatus. Jurnal Online Mahasiswa. 6 (1:72-80).

Ikhlasiah, M. dkk. (2016). Hubungan Minat Belajar Dengan Evaluasi Hasil


Pembelajaran Teori Dengan Praktek Laboratorium Asuhan Persalinan
Normal Mahasiswa Prodi D III Kebidanan Stikes Yatsi Tangerang T.A
2014/2015. Jurnal Dinamika UMT. 1 (2:10-33).

Imtihanatun N dan Irmayani. (2019). Pengaruh Pendampingan dalan Kelas Ibu


Hamil terhadap Kunjungan Neonatus ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Jurnal Ilmiah Bidan.4(2:36-45).

Indah, dkk. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny. N dengan
Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 01 Juli
2018. Jurnal Midwifery. 1 ( 1:1-14).

Jitowiyono, S dan Masniah, A.R. (2019). Keluarga Berencana Dalam Perspektif


Bidan. Yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU.

Kemenkes, (2019). Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Anak.

Kusmiyati, Y dan Heni, P.W. (2015). Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Lestari, U. (2016). Massase Simpisis Pubis Dan Pengencangan Musculus


Transversus Abdominis Terhadap Percepatan Pengeluaran Urin Pada Ibu
Post Partum Spontan. Jurnal Kebidanan. 5 (1:35-40).

Lumy, F. dkk. (2019). Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir. Manado:


Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.
173

Machmudah,. (2015). Gangguan Psikologis Pada Ibu PostPartum; PostPartum


Blues. Jurnal Keperawatan Maternitas. 3 (2:118-125).

Maulani, S.S. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Di BPM Bd. Siti Fatimah Kota Tasikmalaya. Jurnal Kebidanan.
1 (1:1-37).

Maryuni,. dan Sela, W. (2017). Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat
Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan. 3 (1:269-273).

Mutmainnah, U.A. dkk. (2017). Asuhan Persalinan Normal Dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: ANDI.

Naibaho, A.Y. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny.Y Masa Hamil Sampai
Dengan Pelayanan Keluarga Berencana Di Klinik Bersalin Anna Medan
Tahun 2018. Program Pascasarjana Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan.

Naviri, T. (2019). Buku Pintar Ibu Hamil. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Nurjanah, N. (2017). Gambaran Lama Pengeluaran Lochea dan Pola Menyusui


Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Pajang Dan Banyuanyar Surakarta.
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Paninsari, D. dan Sri, Y.D. (2018). Perilaku Ibu Pasca Persalinan Tentang
Manfaat Oukup Di Klinik Damai Yanti. Jurnal Maternitas Kebidanan. 3
(2:76-80).

Puskesmas Pintu Kota. (2018). Profil Kesehatan Puskesmas Pintu Kota.

Puskesmas Pintu Kota. (2019). Profil Kesehatan Puskesmas Pintu Kota.

Puskesmas Pintu Kota. (2020). Profil Kesehatan Puskesmas Pintu Kota.

Rachmawati, I.A. dkk. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan


Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil. Jurnal Majority. 7 (1:72-76).

Rahman, A.S. dkk. (2017). Penurunan Nyeri Persalinan Dengan Kompres Hangat
Dan Massage Effleurage. Jurnal MKMI. 13 (2:147-151).

Rembang S, Sandra T, Syuul A. (2015). Pengaruh Promosi Kesehatan tentang


Antenatal Care terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil. Jurnal
Ilmiah Bidan. 3(2:21-27).

Reni, P.D. dkk. (2018). Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa
Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya. 6 (2:7-13).
174

Rini, S.A. dan Yusran, M. (2017). Oftalmia Neonatorum et Causa Infeksi


Gonokokal. Medical Journal Of Lampung University. 6 (3:58-62).

Rochmaedah, S. dkk. (2019). Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat


Terhadap Kadar Hb Bayi Dan Lama Pelepasan Tali Pusat. Journal Global
Health Science. 4 (2:80-84).

Rufaidah, A. (2019). Pelaksanaan Antenatal Care (ANC) 14 T Pada Bidan Di


Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Jurnal Penelitian dan
Kajian Ilmiah. 13 (2:1-12).

Rustikayanti, N.R. dkk. (2016). Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester
III. The Southeast Asian Journal of Midwifery. 2 (1:45-49).

Safitri, Y. dan Ratnasari, D.C. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan


Motivasi Terhadap Kemandirian Ibu Nifas Dalam Perawatan Diri Selama
Early PostPartum. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 5 (4:1937-1945).

Saragih, R. (2017). Pengaruh Dukungan Suami dan Tingkat Kecemasan Ibu


Primigravida Terhadap Lama Kala I Persalinan Spontan Di Klinik
Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai
Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Kohesi. 1 (1:299-313).

Sari, H.N. dan Rodiani. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Jurnal Majority. 4
(9:108-112).

Sari, P.D. (2019). Persepsi Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Kunjungan Nifas.
Jurnal Biomedika. 12 (1:92-99).

Sari W.N, Iin N, Yosie P.M. (2020). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan,
Bersalin, Nifas, Neonatus dan KB Pasca Salin dengan Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri Punggung. Jurnal Kebidanan. 5(2:78-84).

Sawitry, Fitria H.U, Elisabeth J.A. (2015). Manfaat Rendaman Air Hangat dan
Garam dalam Menurunkan Derajat Edema Kaki Ibu Hamil Trimester III.
Jurnal Kebidanan. 5(1:23-34).

SDKI,. (2012). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.

SDKI,. (2017). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017.

Sefriani, W. dan Ekawati,. (2015). Hubungan Penerapan Program Perencanaan


Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Dengan Tingkat Ekonomi.
Jurnal Media Ilmu Kesehatan. 4 (1:20-23).
175

Sembiring, B.J. dkk. (2019). Hubungan Usia, Paritas Dan Usia Kehamilan
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di RSU Mitra Medika Medan Periode
2017. Jurnal Bidan Komunitas. 2 (1:38-46).

Seniorita, D. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Kebutuhan


Dasar Selama Masa Nifas Di Rumah Bersalin Srikaban Binjai Tahun
2016. Jurnal Ilmiah Kohesi. 1 (1:32-42).

Sholikah, M.B. (2018). Hubungan Penolong Persalinan, Inisiasi Menyusu Dini


dan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian
ASI Ekslusif. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 3 (2:6-12).

Siti N, Herni J, Ni Wayan K. (2020). Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi,


Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Siti N.N, Ade S.M, Dewi L.B. (2020). Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung:
Refika Aditama

Soviyati, E. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Persalinan


Di RSUD 45 Kuningan Jawa Barat Tahun 2015. Midwife Journal. 2 (1:33-
43).

Sumarmi, S. (2017). Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan Dan Pendekatan


Continuum Of Care Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu. The
Indonesian Journal of Public Health. 12 (1:129-141).

Suoth, S. dkk. (2015). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tenaga Penolong


Persalinan Di Puskesmas Kota Manado Terhadap Profilaksis Vitamin K.
Jurnal e-Clinic. 3 (2:617-620).

Susanto, J. dkk. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan


Antenatal Care (ANC) Kunjungan 1 – Kunjungan 4 (K1-K4) Pada Ibu
Hamil Di RSUD Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat. 1 (3:1-7).

Sutanto, V.A. (2019). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui: Teori dalam
Praktik Kebidanan Profesional. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Tampubolon, M.L,. (2017). Faktor-Faktor Penyebab Suami Memilih Kondom


Dan Tidak Memilih Kondom Di Kelurahan Sentang Kecamatan Kisaran
Timur. Jurnal Ilmiah Kebidanan. 3 (1:219-224).

Than, D. dkk,. (2018). Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim : Eviden


Based Pengetahuan Ibu di Indonesia. Jurnal Ilmiah Bidan. 5 (2:47-56).

Toemandoek, P.J. (2015). Pengetahuan Dan Sikap Bidan Mengenai Penggunaan


Partograf Dalam Persalinan Di Puskesmas PONED Kota Manado. Jurnal
e-Clinic. 3 (2:735-740).
176

Trisnawati, Y. dan Amik, K. (2015). Permasalahan Antenatal Care (ANC) Pada


Kehamilan Remaja Di Wilayah Puskesmas Karanglewas Kabupaten
Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan. 6 (1:80-89).

Wahyuni, N. dan Lisa, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses


Involusi Uterus Pada Masa Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2016. Jurnal Medikes. 4 (2:167-
176).

Walyani, S.E. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:


PUSTAKABARUPRESS.

Walyani, S.E. dan Endang, P. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Werdiyanthi, M.N. dkk,. (2017). Hubungan Penerapan Program Perencanaan


Persalinan dan Pencegahan Komplikasi Kehamilan Oleh Ibu Hamil
Dengan Komplikasi Kehamilan Di Puskesmas Doloduo Kab.Bolaang
Mongondow. E-Journal Keperawatan. 5 (1:1-5).

Wildan, D.H. dan Pertiwi, F. (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Kejadian Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Sumbersari
Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Kedokteran Keluarga. 11
(1:34-38).

Winastuti, A.R. (2015). Pengaruh Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pil


Oral Kombinasi Terhadap Kecenderungan Depresi Pada Akseptor KB Di
Puskesmas Sumbersari Jember. Program Pascasarjana Universitas Jember.

Wuryani, M. (2019). Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Pada Proses Persalinan Di


BLUD Rumah Sakit Kabupaten Konawe. Jurnal SMART Kebidanan. 6
(1:37-41).

Yuni F dan Widy N. (2018). Asuhan Persalinan. Yogyakarta: PUSTAKA BARU


PRESS
177

Lampiran
178
179
180
181
182
183
184
185
186

DOKUMENTASI

bar 2.
Stike

mpel

Gam
Gambar 1. Menandatangani inform consent

Pene
Gambar 2. Penempelan

P4K

an
r
dan mengisi Amanat Persalinan Stiker P4K

Gambar 3. Melakukan Gambar 4. Melakukan Palpasi


pengukuran TFU Leopold
187

Gambar 5. Melakukan Gambar


Gambar 6. Melakukan
6. Melakukan
penimbangan Berat Badan pengukuran
pengukuran TDTDdandan LILA
LILA

Gambar 7. Melarutkan garam Gambar 8. Melakukan Asuhan


Gambar 7. Melarutkan
ke dalam garam
air hangat Komplementer Rendam Kaki
ke dalam air hangat
dengan Air Hangat dan Garam
188

Gambar 9. Catatan Imunisasi Gambar 10. Kunjungan Neonatus


Bayi Ny.M.M di rumah Pasien

Gambar 11. Bayi Ny.M.M Gambar 12. Foto bersama Bayi


Ny.M.M
189

Gambar 13. Mengajarkan Ibu tentang Perawatan Bayi Baru Lahir


menggunakan Leaflet Perawatan Bayi Baru Lahir

Gambar 14. Melakukan Asuhan Komplementer Pijat Oksitosin


pada Ny.MM
190

Gambar 15. Melakukan Asuhan Gambar 16. Bayi Ny.M.M saat


Komplementer Pijat Bayi Posyandu

Gambar 17. Melakukan Edukasi Gambar 18. Foto bersama Bayi


pemilihan Alat Kontrasepsi dan Ny.M.M
191

Gambar 19. Leaflet Perawatan Bayi Baru Lahir

Gambar 20. Buku Kesehatan Ibu dan Anak Ny.M.M


(Catatan kunjungan ante natal care)

Anda mungkin juga menyukai