VENI MAISAH
NIM. P05120217 034
Disusun oleh :
VENI MAISAH
NIM. P05120217034
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
VENI MAISAH
NIM. P05120217034
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Dipersentasikan
Dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah
Dengan Judul
VENI MAISAH
NIM: PO 5120217 034
Karya tulis ilmiah ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji Pada Program
Studi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
Pada tanggal : 10 Maret 2020
Panitia Penguji
Mengetahui
Ka. Prodi DIII Keperawatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
iv
KATA PENGANTAR
v
9. Teman-teman satu angkatan khususnya kelas 3A yang sejatinya juga selalu
memberikan motivasi baik berupa sharing pendapat dan hal lainnya dalam
rangka pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Pihak-pihak lainnya yang juga turut serta membantu penulis dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan
maupun penyusunan, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada seluruh pihak
agar dapat memberikan saran dan bimbingan penulis dapat berkarya lebih baik
dan optimal lagi dimasa yang akan datang.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis susun ini
dapat bermanfaat didalam bahan pembelajaran bagi semua pihak serta dapat
membawa perubahan posistif terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi
Keperawatan Bengkulu lainnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
4. Pengkajian nutrisi ............................................................... 24
5. Diagnosa keperawatan ........................................................ 26
6. Intervensi keperawatan ....................................................... 27
D. Monitoring Nutrisi Terhadap Pasien Diabetes Mellitus .... 31
1. Definisi monitoring nutrisi .................................................. 31
2. Manfaat monitor nutrisi ...................................................... 31
3. Terapi monitoring nutrisi medis (diet) diabetes mellitus...... 31
4. Jenis diet diabetes mellitus ................................................. 33
5. Pola makan diabetes mellitus ............................................. 34
6. Procedure tindakan ............................................................. 37
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM), termasuk penyakit jantung, stroke,
kanker, diabetes dan penyakit paru kronis, secara kolektif bertanggung jawab
atas hampir 70% dari semua kematian di seluruh dunia. Hampir tiga perempat
dari semua kematian akibat PTM dan 82% dari 16 juta orang yang meninggal
sebelum waktunya atau belum mencapai usia 70 tahun, terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2018).
World Health Organization (WHO) tahun 2017, Diabetes Melitus adalah
penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Hormon yang mengatur gula darah adalah insulin. Efek umum
diabetes yang tidak terkontrol dan seiring berjalannya waktu menyebabkan
kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh
darah merupakan hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah (WHO,
2017).
Diabetets melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari
oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi sehingga
penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Diabetes yang tidak terkontrol dan
tidak diatasi dapat menyebabkan komplikasi makrovaskular dan
mikrovaskular. beberapa komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal pembuluh
darah, saraf dan jantung. Komplikasi makrovaskular terutama didasari oleh
karena adanya resistensi insulin, sedangkan komplikasi mikrovaskular lebih
disebabkan oleh hiperglikemia kronik (Decroli Eva, 2019).
Ada 2 tipe diabetes melitus, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes
melitus tipe 2. Diabetes tipe 1 merupakan penyakit kronis yang ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh menghasilkan insulin yang diakibatkan oleh
rusaknya sel beta pankreas akibat faktor autoimun, genetik atau idipatik
1
2
tidak khas adalah yang menyertai diabetes melitus tipe 2 antara lain
kesemutan pada kaki, gatal daerah genital dan keputihan pada wanita, luka
sulit sembuh, mata kabur, cepat lelah dan mudah mengantuk (Paulus, 2019).
Penatalaksanaan diabetes melitus diabetes mellitus tipe 2 terdiri dari
penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologis.
Penatalaksanan farmakologis yaitu Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan terapi
insulin. Penatalaksanan non farmakologis meliputi edukasi dengan tujuan
hidup sehat, pencegahan dengan diet, latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama 30 menit/kali) bagi pasien yang mengalami komplikasi
intensitas latihan jasmani dapat dikurangi, terapi nutrisi meliputi upaya-upaya
mendorong pola hidup sehat dan diet diabetes dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal (BBI) (Decroli
Eva, 2019 dan Paulus, 2019).
Peran perawat dalam menjalankan monitor nutrisi dengan pemberian
terapi nutrisi untuk mengontrol gula darah pada pasien diabetes melitus
sangat diperlukan. Peran perawat dapat sebagai care provider, edukator,
kolaborator dan peran lainnya. Semua peran tersebut perlu dijalankan dengan
tepat guna meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan penderita diabetes melitus.
Terapi nutrisi medis ini dasarnya adalah melakukan pemantauan dalam
pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi. Tujuan umum terapi
gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan
aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar
serum lipid yang optimal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai
atau mempertahankan berat badan dan meningkatkan tingkat kesehatan secara
keseluruhan melalui gizi yang optimal (Tumiwa, 2010).
Komponen-komponen gizi makronutrien yang direkomendasikan pada
pasien diabetes adalah karbohidrat 45-65%, Protein 10-20 % total asupan
energi, lemak 20-25% kebutuhan kalori, natrium <2300 mg/hari Serat 20-35
gram/hari (PERKENI, 2015). Individu yang beresiko tinggi untuk diabetes
5
tipe 2 harus dianjurkan untuk diet tinggi serat (20-35 gram serat/1000
kkal). Serat memiliki kemampuan memperlambat penyerapan glukosa dan
lemak dengan cara meningkatkan kekentalan feses yang secara tidak langsung
menurunkan kecepatan difusi sehingga kadar glukosa darah, profil lipid dan
kolestrol menurun. Serat dapat ditemui pada sayur-sayuran, buah-buahan
yang mengandung vitamin C (Azmrimaidaliza, 2010).
Berdasarkan hasil observasi di ruang Melati RSUD dr. M. Yunus terlihat
bahwa perawat lebih banyak melakukan tindakan kolaborasi, tindakan
mandiri kurang diterapakan seperti manajemen monitor nutrisi, monitor
asupan setiap jadwal makan, kurangnya dalam memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga, dan mengingatkan pentingnya pengetahuan
mengenai diet kepada pasien dan keluarga. Sebaiknya perawat di RS tersebut
melakukan tindakan mandiri karena sangat berguna untuk membantu proses
penyembuhan pasien.
Berdasarkan data dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang penerapan monitoring nutrisi pada pasien
Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2020.
B. Batasan Masalah
Agar karya tulis ilmiah lebih terarah dan terfokus pada tujuan penelitian,
maka penulis memberikan batasan masalah studi kasus ini yaitu Penerapan
Monitoring Nutrisi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Diruang Melati
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan Penerapan Monitoring Nutrisi pada pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di ruang Melati RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2020.
2. Tujuan khusus
1) Mendeskripsikan karakteristik pasien penerapan monitoring nutrisi
pada pasien diabetes melitus tipe 2.
6
8
9
Obesitas setral
Gaya hidup sedentary
Resistensi insulin (Insulin dalam (kurang gerak)
Pre diabetes jumlah cukup tetapi tidak
Hiperglikemia berfungsi dengan baik
Kehamilan (riwayat
Dislipidemia diabetes Gestasional)
Pandangan kabur
Kelemahan
MK: Intoleransi
Aktifitas
a. Poliuria
Keadaan sering kencing atau poliuria disebabkan kadar glukosa
darah melebihi ambang batas ginjal dalam reabsorbsi glukosa di
tubulus ginjal. Hal tersebut menyebabkan glukosuria yang berdampak
pada terjadinya diuresis osmotik, yaitu pengenceran volume urine
sehingga volume urine yang dikeluarkan bertambah banyak.
b. Polidipsia
Keluhan merasakan haus yang berlebih dan sering minum ini
berhubungan dengan pengenceran plasma, yaitu penarikan cairan dari
dalam sel akibat hiperglikemia yang menyebabkan sel kekurangan
cairan, serta adanya hipovolemia akibat sering kencing.
c. Polifagia
Keluhan mudah lapar atau sering makan yang umumnya juga
disertai mudah lelah dan mengantuk, disebabkan adanya penurunan
ambilan glukosa oleh sel akibat defisiensi insulin. Ini menyebabkan sel
mengalami kelaparan karena kekurangan glukosa untuk digunakan
dalam pembentukan energi.
d. Berat badan menurun
Hal ini terjadi akibat sel kekurangan glukosa yang menyebabkan
terjadinya glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa dan energi
bukan berasal dari karbohidrat berupa pemecahan protein dan lemak
(lipolisis).
e. Kesemutan pada kaki
Kesemutan pada kaki merupakan tanda awal adanya komplikasi
perifer arterial deasease (PAD), yaitu adanya sumbatan arteri yang
menuju ke kaki. Adanya sumbatan yang semakin parah akan
menyebabkan sel saraf perifer mengalami kerusakan dan kematian kan
timbul rasa kebas, kebal dan mati rasa (neuropati).
7. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang terus menerus tinggi akan menyebabkan
gangguan-gangguan yang akan timbul beberapa tahun kemudian, Ini
17
b. Komplikasi mikrovaskular
Kerusakan pada pembuluh darah yang mengaliri darah ke
retina mata, ginjal dan saraf dapat menyebabkan kerusakan pada
mata berupa pengelihatan menjadi kabur (retinopati), gangguan
pada ginjal (nefropati), dengan gejala hipertensi dan adanya
protein dalam urine, serta timbulnya rasa mati rasa terutama pada
kaki.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi fisik pasien DM tipe
2 secara umum : (Paulus, 2019).
a. Glukosa darah sewaktu, puasa, dan 2 jam setelah makan (sesuai
kebutuhan) untuk mengeahui tanda hiperglikemia.
b. Aseton plasma dan urine (keton) : tanda positif menunjukkan
adanya komplikasi akut (Diabetik ketoasidosis/DKA).
c. Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat (data
penting sejauh mana tingkat pengendalian diabetes selain kadar
glukosa.
d. Kandungan elektrolit (sebagai dampak dari poliuria).
e. Gas darah arteri
Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik pada
keadaan komplikasi akut (Diabetik Ketoasidosis).
f. Ureum/kreatinin
Bisa jadi meningkat atau mungkin dalam kondisi normal.
Ureum atau kreatinin meningkat terjadi pada kondisi dehidrasi atau
penurunan fungsi ginjal.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diabetes melitus tipe 2 menurut PERKENI
tahun 2015 adalah sebagai berikut:
a. Laboratorium
1) Tes gula darah acak atau sewaktu (mg/dL) (Perkeni,2015).
19
2). Tes gula darah puasa (mg/dL). Tidak ada asupan kalori
minimal 8 jam (Perkeni,2015).
Tabel 2.2 Glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
puasa (mg/dL)
Plasma darah ≥126 110-120
Darah kapiler ≥110 90-110
aksesoris. Saluran pencernaan terdiri dari mulut sampai usus halus bagian
distal, sedangkan organ aksesoris terdiri atas hati, kantung empedu dan
pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan
secara kimiawi.
2. Hambatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi (Sri, 2017).
a. Perasaan takut mengkonsumsi gula
Perasaan takut merupakan tanggapan emosi terhadap ancaman.
Takut adalah mekanisme pertahanan hidup dasar akibat adanya
stimulus. perasaan takut mengkonsumsi gula timbul karena anggapan
bahwa mengkonsumsi gula dapat menaikkan kadar gula darah, sehingga
penderita diabetes melitus cenderung menghindari gula. Persepsi
tersebut timbul karena sebagian besar partisipan kurang memahami
tentang konsep diet pada penderita diabetes.
b. Diet yang sudah ditentukan tidak sesuai selera
Selera seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Diet yang tidak sesuai selera menyebabkan penderita
diabetes melitus tidak patuh terhadap diet, hal tersebut menyebabkan
kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik.
c. Bosan dengan menu diet
Bosan merupakan suatu bentuk emosi yang menyebabkan
berkurangnya minat terhadap suatu hal. Perasaan bosan terjadi karena
menu makanan diabetes melitus kurang variasi.
3. Rekomendasi nutrisi untuk diabetes melitus
a. Asupan karbohidrat
Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks.
Sumber-sumber gula yang dimurnikan (refined sugar) akan diserap
lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat yang berasal dari pati atau
makanan berserat seperti sereal atau buah. Melalui Indeks Glikemik
(IG) dapat ditentukan kuantitas glikemia dalam makanan. Makanan
dengan IG tinggi akan menyebabkan kenaikan kadar darah lebih cepat.
23
e. Asupan vitamin C
Salah satu zat gizi mikro adalah vitamin C. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Azmrimaidaliza, Melva Diana dan Ramadani (2010)
menunjukkan bahwa asupan vitamin C berpengaruh pada penurunan
kadar gula darah pada orang dewasa. Sumber makanan kaya
antioksidan, serat dan vitamin seperti buah-buahan apel, jeruk dan buah
naga mempunyai antioksidan, vitamin C yang memiliki kemampuan
untuk menurunkan kadar glukosa darah. Antioksidan yang tergantung
dalam vitamin C memiliki kemampuan untuk menurunkan stress
oksidatif dan mengurangi ROS (Reaktif Oxygen Species) melalui
perbaikan fungsi endothelial sehingga menimbulkan efek protektif
terhadap sel β pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin
(Azmrimaidaliza,2010).
4. Pengkajian Nutrisi
a. Pengkajian fokus kebutuhan nutrisi metode ABCD (PPSDM kesehatan,
kemenkes RI, 2013).
1) A (Antropometri)
a). Berat badan :
b). Tinggi badan :
c). Berat badan ideal : (TB-100) -10%(TB-100)
BB( kg)
d). IMT/ BMI (Body Mass Index) ¿ =
TBxTB(m)
Nilai normal 18 - 28 kg/m²
e). Lingkar lengan atas (MAC) :
Nilai normal 23,5 cm
2) B (Biokimia)
a). Hemoglobin normal pria : 13-16 g/dl dan wanita :12-14 g/dl
b). Hematokrit normal pria : 40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%
c). Albumin normal pria dan wanita : 4- 5,2 g/dl
d). Gula darah sewaktu 120 - ≤200 g/dl
25
3) C (Clinical sign)
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting di antara pengkajian
nutrisi. Petunjuk malnutrisi dapat diobservasi selama pengkajian
fisik.
Gejala : polifagia (sering lapar dan sering makan), sebaliknya nafsu
makan hilang atau berkurang, mual, muntah, tidak patuh diet,
peningkatan masukkan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan dari periode beberapa hari/minggu, haus berlebihan,
penggunaan diuretik.
Tanda : kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah
atau sebaliknya terjadi (hipoglikemi), kekakuan atau distensi
abdomen, muntah, bau halitosis, bau nafas aseton (Paulus, 2019).
4) D (Dietary history)
Tabel 2.3 Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat nutrisi
Pola diet/makan Vegetarian, tidak suka makan ikan laut, dll.
Kebiasaan makan Makan bersama-sama, makan sambil
mendengarkan musik, makan sambil minum
es.
Makanan Suka makan lalap, suka makan berlemak, suka
kesukaan makan manis-manis, suka makan pedas.
Jumlah 3x/hari makan dengan porsi sedang habis,
pemasukan snack 2x/hari, minum 8 L/hari atau jarang
makanan dan minum.
minuman
Masalah diet Susah menelan, mual, kesulitan menguyah,
takut makan banyak, tidak suka menu diet.
Aktifitas fisik Jenis pekerjaan, waktu bekerja malam/ siang,
perlu makanan tambahan atau tidak
Berat badan 6 Terjadi penurunan atau penambahan berat
bulan terakhir badan.
turun/naik
Riwayat Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus,
26
5. Diagnosa keperawatan
a. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
pemantauan glukosa darah tidak adekuat (NANDA, 2015)
1) Faktor risiko
a). Asupan diit tidak cukup
b). Gangguan status kesehatan fisik
c). Kurang pengetahuan pada rencana manajemen diabetes
d). Kurang pengetahuan tentang manajemen penyakit
e). Manajemen diabetes tidak tepat
f). Pemantauan glukosa darah tidak adekuat
g). Penambahan berat badan berlebih
h). Penurunan berat badab berlebihan
i). Rata-rata aktivitas harian kurang dari yang dianjurkan menurut
jenis kelamin dan usia
27
6. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang dipusat pada klien dan hasil yang
diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Nursalam, 2011).
Tabel 2.4 Intervensi keperawatan (NANDA, 2015. NOC & NIC, 2016).
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
.
1. Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi NIC : Monitor nutrisi
kadar glukosa darah keperawatan selama … x 24 Aktivitas Keperawatan :
berhubungan dengan jam, diharapkan : 1. Menimbang berat badan 1. Memberikan hasil pengkajian
pemantauan glukosa NOC : Status Nutrisi: pasien pemasukan makanan dari status
darah tidak adekuat Pengukuran Biokimia nutrisi yang sedang berlangsung
□ Dipertahankan pada level… dan selanjutnya untuk memantau
□ Ditingkatkan ke level… pertumbuhan pada pasien dalam
Deskripsi level : memberikan makanan pengganti.
1. Sangat menyimpang dari 2. Melakukan pengukuran 2. Menentukan status gizi dengan
rentang normal Indeks Massa Tubuh membandingkan berat badan dan
2. Banyak menyimpang dari (IMT) tinggi badan untuk mengetahui
rentang normal penderita DM mengalami
28
BB ( kg )
IMT =
TB2 (m)
Keterangan :
BB kurang : < 18,5
BB normal : 18,5 - 22,9
BB lebih : >22,9
Dengan Resiko : 23,0 – 24,9
Obes 1 : 25,0 – 29,9
Obes 2 : >30
4. Jenis diet diabetes
Tabel 2.5 Jenis diet diabetes melitus berdasarkan kandungan energi,
protein, lemak dan karbohidrat
No Jenis diit Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kcal) (gram) (gram) (gram)
1. Diit I 1100 36,49 22,81 179,35
2. Diit II 1300 41,74 28,55 217,88
3. Diit III 1500 47,3 34,3 253,5
4. Diit IV 1700 49,82 36,28 300,58
5. Diit V 1900 53,97 38,88 328,41
34
Jenis diet Energi (KKAL) Karbohidrat (Gram) Protein (Gram) Lemak (Gram)
N Nama pasien GD Tambahan
O dan umur Seb T T T T T T T T 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 4 3 4 4 5 5 6 6 7 2 2 3 3 3 4 5 5 GD
elu 1 2 3 4 5 6 7 8 1 3 5 7 9 1 3 5 7 1 5 0 2 7 9 2 7 2 7 0 4 5 8 5 3 9 4 6 9 6 1 7 Ses
m 0 0 0 0 0 0 0 0 9 8 3 0 8 7 6 5 uda
0 0 0 0 0 0 0 0 h
Tabel 2.6 lembar monitoring diet/24jam. Sumber, Mary E. Beck, Buku Ilmu Gizi dan Diet, 2011
Keterangan :
T1 : Tipe 1 Pelaksana
T2 : Tipe 2
T3 : Tipe 3 (Veni Maisah)
Dst
37
6. Procedure tindakan
a. Fase prainteraksi
1) Perawat melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum bertemu
pasien seperti membaca status pasien
2) Mempersiapkan alat dan bahan
3) Mengkaji diet yang dijalani pasien, Kebutuhan kalori yang
dibutuhkan pasien, jadwal makan pasien dan pola makan pasien
b. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
Mengucapkan salam, mengidentifikasi pasien, dan memperkenalkan
diri
2) Evaluasi dan validasi
Menanyakan kabar pasien dan keluhan yang dirasakan terkait nutrisi
3) Informed consent
a) Menjelaskan tindakan observasi diet dan asupan kalori nutrisi,
tujuan, manfaat, waktu dan persetujuan pasien
b) Memberikan kesempatan untuk bertanya
c) Meminta persetujuan klien
c. Fase interaksi
1) Persiapan alat
a) Alat pemeriksaan gula darah
b) Alkohol swab
c) Spuit 1 cc
d) Lembar monitoring diet
e) Pena/ pensil
f) Papan alas
2) Persiapan pasien
a) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin bagi pasien
3) Persiapan lingkungan
Mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu dan terjaga privacy
38
4) Persiapan perawat
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscoon
5) Prosedur tindakan
a) Mengecek kadar glukosa darah sewaktu.
b) Menanyakan dan mengobservasi nafsu makan
c) Melakukan observasi diet dan kebutuhan nutrisi pasien
d) Memotivasi pasien untuk menghabiskan menu diet
d. Fase terminasi
1) Evaluasi subjektif dan objektif
Menanyakan bagaimana perasaan pasien setelah dilakukan observasi
diet dan asupan kalori
2) Rencana tindakan lanjut
Akan dilakukan penerapan monitoring nutrisi di hari berikutnya
3) Kontrak yang akan datang
Mengkontrak waktu bertemu untuk besok harinya pada pukul 09.00
WIB
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Penelitian kualitatif ini menggunakan desain studi kasus yang bertujuan
untuk mengeksplorasi tahapan penerapan Monitoring nutrisi dengan
pendekatan proses asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.
Pendekatan yang digunakan pada studi kasus ini yaitu proses asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam studi kasus ini yaitu pasien Diabetes Melitus
Tipe II dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang menjalani
perawatan di Ruang Melati RSUD dr. M Yunus Bengkulu. Jumlah subyek
penelitian yang direncanakan yaitu 2 orang pasien dengan minimal perawatan
selama 3 hari. Kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan pada subyek
penelitian yaitu :
1. Kriteria inklusi
a. Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang dirawat inap di ruang
Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Penderita berusia lebih dari
20 tahun ke atas
b. Penderita bersedia menjadi responden
2. Kriteria ekslusi
a. Penderita Diabtes Melitus Tipe 2 dengan komplikasi
b. Penderita tidak bersedia menjadi responden
D. Definisi Operasional
1. Monitor nutrisi dalam kasus ini adalah pengumpulan dan analisa data
pasien yang berkaitan dengan asupan nutrisi (Bulecheak, 2016).
2. Pasien dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai orang yang menerima
pelayanan kesehatan atas penyakit Diabetes Melitus Tipe II yang dialami.
3. Diabetes Melitus Tipe II dalam studi kasus ini didefiniskan sebagai suatu
diagnosis penyakit yang ditetapkan dokter RSUD dr. M Yunus Bengkulu
berdasarkan manifestasi klinis, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Pada yang dirawat di ruang melati RSUD dr. M Yunus
Bengkulu.
4. Monitor nutrisi dalam studi kasus didefinisikan sebagai rangkaian
intervensi untuk memantau asupan nutrisi.
G. Penyajian Data
Pada studi kasus data akan disajikan secara narasi dan tekstular mulai
dari gambaran karakteristik pasien dan prosedur tindakan dari fase
prainteraksi, orientasi, interaksi, dan fase terminasi penerapan monitoring
nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II.
H. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
mengumpulkan data secara langsung pada pasien dengan menggunakan
format pengkajian yang telah dibuat terhadap 2 orang pasien.
Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis/status pasien, anamnesa
dengan klien langsung, anamnesa dengan kelurga klien, dokter, dan perawat
ruangan agar mendapatkan data yang valid, disamping itu untuk menjaga
validitas dan keabsahan data peneliti melakukan obsevasi dan pengukuran
ulang terhadap data data klien yang meragukan yang ditemukan melalui data
sekunder.
43
44
44
45
Yunus Bengkulu didapatkan pasien mengatakan Yunus Bengkulu didapatkan pasien mengatakan
lemas, takut untuk banyak makan karena glukosa masih lemas, pasien mengatakan merasa mual,
darah tinggi, pasien mengatakan mual saat gusi berdarah, susah menelan, mudah merasa
minum susu diabetasol dari gizi, pasien lapar, dan takut banyak makan karena glukosa
mengeluh mudah lapar dan sering merasa haus. darah tinggi. Keadaan umum pasien lemah,
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos kesadaran compos mentis, hasil GDS 535 g/dl, BB
mentis, hasil GDS 212 g/dl, BB 65 kg, TB 165 75 kg, TB 158 cm, IMT 31,25 kg/m² (Obesitas II),
cm, IMT 24 kg/m²(BB berlebih), TD 140/80 TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/m,
mmHg, frekuensi nadi 83x/m, frekuensi nafas frekuensi nafas 22x/m dan suhu tubuh 36,8 ̊C.
18x/m dan suhu tubuh 36,8 ̊C.
3. Riwayat Penyakit Pasien mengatakan bahwa ada riwayat Diabetes Pasien mengatakan ada riwayat penyakit asma,
Dahulu mellitus ± 3 tahun yang lalu. Pasien mengatakan pasien megatakan tidak pernah dirawat dirumah
pernah dirawat di rumah sakit umum daerah tais sakit dan tidak mengetahui bahwa menderita
sekitar 3 tahun yang lalu dengan penyakit diabetes mellitus sebelumnya, pasien megatakan
Diabetes Mellitus Tipe II, pasien mengatakan tidak pernah operasi, pasien megatakan tidak ada
tidak pernah operasi, tidak ada riwayat alergi, riwayat alergi, tidak ada riwayat merokok dan
ada riwayat merokok pasif ±30 tahun yang lalu tidak ada riwayat alkohol.
dan tidak ada riwayat alcohol.
4. Riwayat Kesehatan Pasien mengatakan ada keluarga yang memiliki Pasien mengatakan ada keluarga yang memiliki
keluarga riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu ibu riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu ibu
46
kandung pasien. Tn. T mengatakan ibu kandung pasien. Ny. Y mengatakan ibu
kandungnya sudah meninggal dan Tn. T kandungnya sudah meninggal dan Ny. Y
mempunyai 4 orang saudara dimana 2 mempunyai 4 orang saudara dimana 2 perempuan
perempuan dan 2 orang laki-laki. Tn. T dan 2 orang laki-laki. Ny. Y merupakan anak ke-
merupakan anak ke-2. Kedua orang tua istrinya 3. Kedua orang tua suaminya sudah meninggal,
masih hidup, dan mempunyai 5 orang anak. Istri dan mempunyai 4 orang anak. Suami Ny. Y
Tn. T merupakan anak pertama. Tn. T dan merupakan anak ketiga. Ny. Y dan suaminya
istrinya mempunyai 3 orang anak perempuan, mempunyai 4 orang anak, 3 laki-laki dan 1
Tn. T tinggal serumah dengan istri dan 2 orang perempuan, Ny. Y tinggal serumah dengan 4
anak perempuan, anak pertama Tn. T sudah orang anaknya, suami Ny. Y tinggal di curup.
menikah.
Pada fase pra interaksi ini perawat membaca status pasien terlebih dahulu untuk mendapatkan data sekunder, menanyakan
diet nutrisi pasien dan melakukan pengkajian nutrisi. Perawat menetapkan diagnosa keperawatan dan juga menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Gambaran hasil pengkajian kebutuhan nutrisi Tn. T dan Ny. Y
1) Pengkajian nutrisi
Tabel 4.3 Gambaran hasil pengkajian kebutuhan nutrisi Tn. T dan Ny. Y
No Aspek Yang Diambil Tn. T Ny. Y
1. A (Antropometri) Berat badan : 65 kg Berat badan : 75 kg
Tinggi badan : 165 cm Tinggi badan : 158 cm
Berat Badan Ideal (BBI) : Berat Badan Ideal (BBI) :
= (TB-100) – 10% (TB-100) = (TB-100) – 15% (TB-100)
= (165-100) – 10% (165-100) = (158-100) – 15% (158-100)
= (65) – 6,5 = (58) – 8,7
= 58,5 cm = 49,3 cm
BMI (Body Mass Index) BMI (Body Mass Index)
BB( kg) 65 kg BB( kg) 75 kg
¿ = = 24 kg/m² ¿ = = 31,25 kg/m²
TBxTB(m) 1,65 x 1,65 m² TBxTB(m) 1,58 x 1,58 m²
Dapat disimpulkan IMT BB berlebih Dapat disimpulkan IMT Obesitas II
Lingkar lengan atas : 29 cm Lingkar lengan atas : 29 cm
2. B (Biokimia) Pada tanggal 14 Februari 2020 pukul 09.40 Pada tanggal 22 februari 2020 pukul 17.50
48
WIB didapatkan hasil GDS yaitu 212 g/dl didapatkan hasil GDS yaitu 535 g/dl
3. C (Clinical sign) Kebutuhan nutrisi : Kebutuhan nutrisi :
Pasien mengeluh mudah lapar, nafsu Pasien mengeluh mudah lapar, nafsu makan
makan kurang, adanya mual, adanya caries kurang, adanya mual, susah menelan, adanya
gigi dan lidah tampak kotor, terjadi caries gigi, membran mukosa kering dan
penurunan berat badan dalam 1 tahun pecah-pecah, gusi berdarah, penurunan
terakhir, adanya rasa haus, kulit kering, berat badan dalam 1 tahun terakhir, kulit
distensi abdomen, gula darah meningkat kering, distensi abdomen, gula darah
212 g/dl, tidak ada nyeri tekan, bising usus meningkat 535 g/dl, bising usus 8x/menit,
7x/menit, bunyi abdomen timpani. bunyi abdomen timpani.
4. D (Dietary history) Tabel diet distory dapat dilihat di tabel 4.4 Tabel diet distory dapat dilihat ditabel 4.4
Tabel 4.4 Pola kebutuhan dasar manusia riwayat nutrisi Tn. T dan Ny. Y
49
No Pola Kebutuhan Pola Kebutuhan Dasar Manusia Tn. T Pola Kebutuhan Dasar Manusia Ny. Y
Dasar Manusia
perhari ? kue habis, minum ± 6 menghabiskan ¼ porsi kue habis, minum ± 6 kali makan hanya
liter/hari yang diberikan oleh gizi, liter/hari menghabiskan ¼ porsi
minum ± 4 liter/hari diberikan oleh gizi,
minum ± 3 liter/hari.
Masalah diet Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan Ada gangguan menelan,
menelan, kurang menelan, pasien takut menelan, kurang menghabiskan ¼ porsi
mengetahui makanan untuk banyak makan mengetahui makanan makan , pasien takut untuk
pantangan DM selain gula karena glukosa darah pantangan DM selain gula banyak makan karena
tinggi, pasien mual minum glukosa darah tinggi,
susu diabetasol dari gizi pasien tidak menyukai nasi
bubur dari gizi, mudah
merasa lapar
Frekuensi BB 6 bulan Turun BB di rumah sakit 65 kg Turun BB dirumah sakit 75 kg
terakhir naik/turun ?
Aktifitas fisik ? Petani kopi, bekerja setiap Tidak ada Petani kopi, bekerja setiap Tidak ada
hari dari pagi sampai sore hari dari pagi sampai sore
Makanan pantangan ? Makanan tinggi gula Makanan tinggi gula Tidak ada makanan Makanan tinggi gula
pantangan
Bagaimana nafsu Baik Tidak stabil Baik Tidak nafsu makan
51
makan?
52
No Tn. T Ny. Y
1. Dx: Risiko ketidakstabilan Dx: Risiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah b/d kadar glukosa darah b/d
asupan diet tidak cukup asupan diet tidak cukup
DS : DS :
1. Pasien mengatakan masih 1. Pasien mengatakan lemas
lemas 2. Pasien mengatakan merasa
2. Pasien mengatakan takut mual
untuk makan banyak karena 3. Pasien mengatakan susah
glukosa darah tinggi menelan
3. Pasien mengatakan mual saat 4. Pasien mengatakan takut
minum susu diabetasol dari banyak makan karena
gizi glukosa darah tinggi
4. Pasien mengeluh merasa 5. Pasien mengatakan BB nya
mudah lapar 75 kg
5. Pasien mengatakan 6. Pasien mengatakan BB ±1
menderita penyakit DM ± 3 tahun lalu 80 kg
tahun yang lalu 7. Pasien mengatakan nafsu
6. Pasien mengatakan BB nya makan tidak ada
sekarang 65 kg
7. Pasien mengatakan ± 1 tahun
yang lalu BB nya 70 kg
8. Pasien mengatakan nafsu
makan nya tidak stabil
DO : DO :
1. Pasien tampak lemah 1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak 2. Gusi tampak berdarah
menghabiskan ¼ porsi bubur 3. Pasien tampak
siang dari gizi menghabiskan ¼ porsi
58
Tn. T Ny. Y
Pada fase orientasi hari pertama Pada fase orientasi hari pertama
Jumat/14 Februari 2020 pukul 09.25 Minggu/23 Februari 2020 pukul
WIB. Peneliti memberi salam dan 09.15 WIB. Peneliti memberi salam
mengidentifikasi pasien dengan dan mengidentifikasi pasien dengan
melihat dan menanyakan nama melihat dan menanyakan nama
klien, tempat tanggal lahir pasien klien, dan tempat tanggal lahir
yang terdapat digelang identitas. pasien yang terdapat digelang
Kemudian peneliti identitas.
memperkenalkan diri dan Kemudian peneliti
menanyakan kabar pasien serta memperkenalkan diri dan
keluhan pasien terkait nutrisi pasien menanyakan kabar pasien serta
mengatakan lemas, takut untuk keluhan pasien terkait nutrisi pasien
banyak makan karena glukosa darah mengatakan lemas, mual, gusi
tinggi, mual saat minum susu berdarah, susah menelan, mudah
diabetasol, mengeluh mudah lapar merasa lapar, takut banyak makan
dan merasa haus, pasien terlihat karena glukosa darah tinggi, nafsu
lemah, pasien makan 3x/hari dengan makan tidak ada, makan 3x/hari
tiap kali makan hanya menghabiskan dengan tiap kali makan hanya
¼ porsi yang diberikan oleh gizi, menghabiskan ¼ porsi diberikan
pasien menghabiskan 150 ml dari oleh gizi, pasien tidak menyukai
350 ml susu diabetasol, pasien nasi bubur dari gizi.
menjalani diet DM 1700 kalori. Dari hasil yang didapatkan
Dari hasil yang didapatkan peneliti menjelaskan tindakan
peneliti menjelaskan tindakan untuk untuk melakukan pemeriksaan
melakukan pemeriksaan GDS dan GDS dan observasi diet dan asupan
melakukan observasi diet dan asupan kalori yang bertujuan untuk
kalori yang bertujuan untuk membantu memperbaiki kebiasaan
60
darah tinggi sudah berkurang, mual makan karena glukosa darah tinggi,
saat minum susu diabetasol, pasien tidak menyukai nasi bubur
mengeluh mudah lapar dan merasa dari gizi makan 3x/hari dan
haus, makan 3x/hari dengan tiap kali menghabiskan ½ porsi bubur pagi
makan hanya menghabiskan ½ porsi diberikan oleh gizi, pasien
makan pagi yang diberikan oleh gizi, menjalani diet DM 1500 kalori.
pasien masih menjalani diet DM Selanjutnya peneliti memberi
1700 kalori. penjelasan kembali tentang
Selanjutnya peneliti memberi tindakan yang akan dilakukan
penjelasan kembali tentang tindakan seperti hari sebelumnya dan
yang akan dilakukan seperti hari meminta izin untuk ketersediaan
sebelumnya dan meminta izin untuk pasien menjadi responden dihari
ketersediaan pasien menjadi kedua. Pasien mengatakan bersedia
responden dihari kedua. Pasien menjadi responden dalam
mengatakan bersedia menjadi penelitian hari kedua. Peneliti
responden dalam penelitian untuk kemudian memberikan kesempatan
hari kedua. Peneliti kemudian pada pasien untuk bertanya kepada
memberikan kesempatan pada peneliti. Ny. Y mengatakan tidak
pasien untuk bertanya kepada ada pertanyaan yang ingin ditanya
peneliti. Tn. T mengatakan tidak ada kepada peneliti.
pertanyaan yang ingin ditanya
kepada peneliti.
Pada fase orientasi hari ketiga Pada fase orientasi hari ketiga
Minggu/16 Februari 2020 pukul Selasa/25 Februari 2020 pukul
09.35 WIB. 09.20 WIB.
Peneliti memberi salam, Peneliti memberi salam,
kemudian peneliti menanyakan kemudian peneliti menanyakan
kabar pasien dan keluhan pasien kabar pasien dan keluhan pasien
terkait nutrisi pasien mengatakan terkait nutrisi pasien mengatakan
rasa takut untuk banyak makan dari tidak lemas lagi, mengeluh mudah
gizi sudah tidak ada, pasien merasa lapar berkurang, makan
62
Tn. T Ny. Y
Pada fase interaksi hari pertama Pada fase interaksi hari pertama
Jumat/ 14 Februari 2020. Peneliti Minggu/ 23 Februari 2020. Peneliti
mempersiapkan alat terlebih dahulu mempersiapkan alat terlebih dahulu
berupa alat pemeriksaan glukosa berupa alat pemeriksaan glukosa
darah, spuit 1 cc, alkohol swab, darah, spuit 1 cc, alkohol swab,
lembar monitoring nutrisi, pena dan lembar monitoring nutrisi, pena dan
papan pengalas. papan pengalas.
Peneliti memberikan pilihan Peneliti memberikan pilihan
posisi yang nyaman bagi pasien, posisi yang nyaman bagi pasien,
dimana pasien lebih nyaman saat dimana pasien lebih nyaman saat
posisi fowler dan menciptakan posisi semi fowler dan menciptakan
lingkungan yang nyaman dan terjaga lingkungan yang nyaman dan
privacy. terjaga privacy.
Tindakan pertama pukul 09.40 Tindakan pertama sewaktu pukul
WIB. Peneliti memastikan alat GDS 09.30 WIB. Peneliti memastikan
sudah menyala, mendesinfeksi jari alat GDS sudah menyala,
manis sebelah kanan pasien dengan mendesinfeksi jari manis sebelah
alcohol swab, kemudian menusuk kanan pasien dengan alcohol swab,
ujung jari pasien, tekan daerah kemudian menusuk ujung jari
tusukan dengan jari peneliti sampai pasien, tekan daerah tusukan
darah keluar secukupnya, kemudian dengan jari peneliti sampai darah
tempelkan ujung stick GDS pada keluar secukupnya, kemudian
mesin gluco test ke darah pasien tempelkan ujung stick GDS pada
hasil yang didapatkan adalah 212 mesin gluco test ke darah pasien
g/dl. hasil yang didapatkan adalah 413
Tindakan kedua pukul 11.15 g/dl.
WIB. Peneliti menanyakan dan Tindakan kedua pukul 11.20
mengobservasi nafsu makan, peneliti WIB. Peneliti menanyakan dan
64
Tn. T Ny. Y
Pada fase terminasi hari pertama Pada fase terminasi hari pertama
Sabtu/ 15 Februari 2020 pukul 09.15 Senin/ 24 Februari 2020 pukul
WIB. 09.15 WIB.
Peneliti menanyakan perasaan Peneliti menanyakan perasaan
pasien setelah dilakukan observasi pasien setelah dilakukan observasi
diet dan asupan kalori dimana Tn. T diet dan asupan kalori dimana Ny.
mengatakan senang dan merasa Y mengatakan senang dan merasa
terjaga untuk tetap patuh pada diet terjaga untuk tetap patuh pada diet
yang diberikan gizi yaitu diet bubur yang diberikan gizi yaitu diet bubur
1700 kalori, pasien sudah tidak 1500 kalori, pasien mengatakan
merasa lemas lagi, pasien masih lemas, pasien masih
mengatakan takut untuk makan mengeluh mudah lapar, pasien
sudah berkurang, pasien mengatakan mengatakan masih takut untuk
sudah tidak mual lagi, pasien makan karena glukosa darah tinggi,
mengatakan sudah makan buah jeruk pasien mengatakan tidak menyukai
2 buah, pasien masih mengeluh nasi bubur dari gizi, pasien
mudah lapar, nafsu makan pasien mengatakan nafsu makan tidak ada,
masih belum ada, pasien menjalani pasien mengatakan makan jambu 2
diet bubur DM 1700 kalori, diet buah dan jus pokat 250 ml tanpa
yang masuk 1200 kalori. gula, pasien menjalani diet bubur
Selanjutnya peneliti mengkontrak DM 1500 kalori, diet yang masuk
waktu untuk mengkaji kadar glukosa 1100 kalori .
darah setelah 24 jam dilakukan Selanjutnya peneliti mengkontrak
observasi diet dan asupan kalori dan waktu untuk mengkaji kadar
rencana tindak lanjut pada hari glukosa darah setelah 24 jam
selanjutnya. dilakukan observasi diet dan
asupan kalori dan rencana tindak
lanjut pada hari selanjutnya.
68
diet dan asupan kalori dimana Tn. T diet dan asupan kalori dimana Ny.
mengatakan senang dan merasa Y mengatakan senang dan merasa
terjaga untuk tetap patuh pada diet terjaga untuk tetap patuh pada diet
yang diberikan gizi yaitu diet bubur yang diberikan gizi yaitu diet bubur
1700 kalori, pasien sudah tidak 1500 kalori, pasien mengatakan
merasa lemas lagi, pasien tidak lemas lagi, pasien mengeluh
mengatakan rasa takut untuk makan mudah lapar sudah berkurang,
dari gizi sudah tidak ada, pasien pasien mengatakan rasa takut untuk
mengatakan sudah menghabiskan 1 makan karena glukosa darah tinggi
porsi makan pagi dari gizi, cemilan 2 sudah tidak ada, pasien menyukai
potong roti dan susu diabetasol 350 makanann dari gizi, pasien
ml, pasien menjalani diet bubur DM mengatakan nafsu makan baik,
1700 kalori, diet yang masuk 1820 pasien tampak mengahbiskan 1
kalori. porsi makan pagi dari gizi, pasien
Selanjutnya peneliti mengkontrak menjalani diet bubur DM 1500
waktu untuk mengkaji kadar glukosa kalori, diet yang masuk 1500
darah setelah 24 jam dilakukan kalori.
observasi diet dan asupan kalori dan Selanjutnya peneliti
rencana tindak lanjut memberikan mengkontrak waktu untuk
saran untuk menjaga pola makan di mengkaji kadar glukosa darah
rumah, menerapkan hidup sehat, setelah 24 jam dilakukan observasi
mengedukasi keluarga untuk diet dan asupan kalori dan rencana
memantau asupan diet pada pasien tindak lanjut memberikan saran
saat di rumah dan rajin mengontrol untuk menjaga pola makan di
gula darah puskesmas. rumah, menerapkan hidup sehat,
mengedukasi keluarga untuk
memantau asupan diet pada pasien
saat di rumah dan rajin mengontrol
gula darah puskesmas. .
Pada kasus Ny. Y ada 4 faktor risiko yang ditemukan yaitu faktor
obesitas (BB Ny. Y yaitu 75 kg, IMT 31.25 kg/m² dan dapat disimpulkan
Obesitas II), faktor gaya hidup sedentary (Ny.Y mengatakan dirumah biasa
mengkonsumsi makanan tinggi gula, santan dan kurang aktifitas), faktor
riwayat keluarga (Ny. Y mengatakan ada keluarga yang menderita
Diabetes mellitus yaitu dari ibu kandungnya), faktor jenis kelamin
(perempuan lebih berisiko diabetes karena memiliki peluang mempunyai
IMT diatas normal).
Pada pasien Tn. T menderita diabetes mellitus yang ditandai dengan
gula darah pada pasien dalam 3 hari berturut-turut dengan gula darah hari
pertama 212 g/dl, kedua 202 g/dl, ketiga 190 g/dl, dan hari keempat 198
g/dl pasien mengalami lemas, mual saat minum susu diabetasol dari gizi,
mudah lapar dan sering merasa haus, kulit kering, dan takut untuk banyak
makan, Makan 3x/hari dengan tiap kali makan hanya menghabiskan ¼
porsi yang diberikan oleh gizi. Selain itu, pada pasien Ny. Y juga
ditemukan hal yang tidak jauh berbeda yaitu pada pasien Ny. Y gula darah
saat pengkajian 535 g/dl, GDS hari pertama 413g/dl, hari kedua 203 g/dl,
hari ketiga 156g/dl, dan hari keempat 150 g/dl pasien mengalami lemas,
mual, gusi berdarah, susah menelan, mudah merasa lapar dan takut untuk
banyak makan, Makan 3x/hari dengan tiap kali makan hanya
menghabiskan ¼ porsi yang diberikan oleh gizi, dan tidak menyukai nasi
bubur dari gizi.
Tn. T mengatakan pernah menderita diabetes mellitus ± 3 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit umum daerah tais
sekitar 3 tahun yang lalu dengan penyakit diabetes mellitus tipe 2, pasien
mengatakan tidak pernah operasi, tidak ada riwayat alergi, ada riwayat
merokok pasif ±30 tahun yang lalu dan tidak ada riwayat alcohol. Anggota
keluarga Tn. T ada riwayat penyakit keluarga diabetes mellitus tipe 2 yaitu
ibu kandung Tn. T. Kemudian pada kasus Ny. Y ada riwayat penyakit
asma, pasien megatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak
mengetahui bahwa menderita diabetes mellitus sebelumnya, pasien
72
energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan dan
meningkatkan tingkat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal (Tumiwa, 2010).
24 jam dilakukan observasi diet dan asupan kalori dan rencana tindak
lanjut pada hari selanjutnya. Pada tanggal 15 Februari 2020 pukul 09.35
perawat kembali keruangan Tn. T guna mengecek kadar glukosa darah
sewaktu yang telah dilakukan observasi diet dan asupan kalori. Pada
tanggal 14 Februari 2020 pukul 09.40 sebelum dilakukan observasi diet
dan asupan kalori kadar glukosa darah sewaktu 212 g/dl berada di level 3
(cukup menyimpang dari rentang normal) dan pada tanggal 15 Februari
pukul 09.40 kadar glukosa darah sewaktu menjadi 202 g/dl berada di level
4 (sedikit menyimpang dari rentang normal). Kemudian hari ke-2
dilakukan pengkajian kembali terhadap perubahan kadar glukosa darah
sewaktu pada tanggal 15 februari 2020 pukul 09.50 kadar glukosa darah
didapatkan 202 g/dl berada di level 4 (sedikit menyimpang dari rentang
normal) dan pada tanggal 16 Februari 2020 pukul 09.45 kadar glukosa
darah didapatkan 190 g/dl berada di level 5 (tidak menyimpang dari
rentang normal). Pada hari ke-3 dilakukan pengkajian kembali terhadap
perubahan kadar glukosa darah sewaktu tanggal 16 Februari 2020 pukul
09.45 didapatkan 190 g/dl berada di level 5 (tidak menyimpang dari
rentang normal) dan pada tanggal 17 Februari 2020 pukul 09.45 kadar
glukosa darah didapatkan 198 g/dl berada di level 5 (tidak menyimpang
dari rentang normal). Pada hari terakhir pengkajian perawat berpamitan
kepada pasien dan keluarga, dimana Tn. T sangat berterimakasih kepada
peneliti karena sudah bersedia menjadikan dirinya sebagai responden.
Peneliti menganjurkan pasien untuk tetap menjaga diet dan asupan kalori
yang diberikan oleh gizi, menganjurkan untuk makan secara teratur,
menganjurkan untuk mengkonsumsi buah-buhan yang mengandung
vitamin C seperti jeruk, pisang, pear, menganjurkan banyak makan serat,
dan menghindari makanan yang tinggi lemak.
Kemudian pada kasus Ny. Y mengatakan senang dan merasa terjaga
untuk tetap patuh pada diet yang diberikan gizi yaitu diet bubur 1500
kalori, pasien mengatakan masih lemas, pasien masih mengeluh mudah
lapar, pasien mengatakan masih takut untuk makan karena glukosa darah
77
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus penerapan monitoring nutrisi pada Tn. T dan
Ny. Y Dengan masalah Diabetes Mellitus Tipe II yang telah penulis lakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada kasus Tn. T dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
didapatkan keluhan pasien mengatakan lemas, takut untuk banyak makan
karena glukosa darah tinggi, mual minum susu diabetasol dari gizi,
mengeluh mudah lapar dan sering merasa haus. Kemudian pada kasus Ny.
Y didapatkan pasien mengatakan lemas, mual, gusi berdarah, gusi
berdarah, susah menelan, mudah merasa lapar, dan takut untuk banyak
makan karena glukosa darah tinggi.
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan respon pasien pada Tn.
T dan Ny. Y adalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan asupan diet tidak cukup.
3. Pengkajian kebutuhan nutrisi pasien mengunakan pengkajian ABCD,
pada kasus Tn. T didapatkan pasien menjalani diet bubur 1700 kalori,
pola makan pasien 3x/hari dengan jadwal pagi, siang dan malam tiap kali
makan hanya menghabiskan ¼ porsi yang diberikan gizi, masalah diet
yang ditemukan pasien takut untuk banyak makan karena glukosa darah
tinggi dan mual minum susu diabetasol dari gizi, dan Ny. Y menjalani
diet bubur 1500 kalori, pola makan pasien 3x/hari dengan jadwal pagi,
siang dan malam tiap kali makan hanya menghabiskan ¼ porsi yang
diberikan gizi, masalah diet yang ditemukan adalah ada gangguan
menelan, pasien takut untuk banyak makan karena glukosa darah tinggi,
pasien tidak menyukai nasi bubur dari gizi dan mudah merasa lapar.
79
80
B. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga
Disarankan untuk pasien dan keluarga sebaiknya sudah bisa
mengontrol pemasukan makanan sehari-hari yang dikonsumsi pada
pasien, mengatur jadwal makan dan menggunakan cara mengatur diet
untuk menghilangkan rasa lapar pada pasien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Bagi perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan perawat sebagai
wawasan tambahan dan acuan intervensi yang dapat di berikan pada
pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah. Perawat sebaiknya dapat meneruskan monitoring nutrisi
untuk merawat pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah. Perawat juga dapat memberikan
inspirasi lebih banyak lagi dalam menyusun asuhan keperawatan
khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan pada penderita
Diabetes Mellitus dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
sesuai dengan penelitian terbaru.
3. Bagi rumah sakit
Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
fasilitas secara maksimal kepada perawat dan pasien, sehingga diharapkan
proses perawatan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar
yang ada.
4. Bagi institusi rumah sakit
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
berupa informasi dan ilmu mengenai penerapan monitoring nutrisi, yang
dapat dimanfaatkan baik bagi institusi pada umumnya dan mahasiswa
pada khususnya, sehingga dalam praktiknya dapat menerapkan dan
mengembangkan hasil karya tulis ilmiah ini lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Azrimaidaliza. (2010). Asupan zat gizi dan penyakit diabetes melitus. Journal
kesehatan masyarakat, Vol. 6 no.
Ben, Rafanani. 2013. Buku Pintar Pola Makan Sehat dan Cerdas Bagi Penderita
Diabetes. Yogyakarta: Araska
Harvard School Of Public Health. The Nutrition source. Fats and cholesterol: Out
with the bad, in with the good. Diakses pada https://www.hsph.harvard.edu
tanggal 14 oktober 2019
81
82
Linus Pauling Institute. Glycemic Index and Glycemic Load. Oregon State
University Diakses pada http:lpi. Oregonstate.edu tanggal 14 oktober 2019
Moorhead, sue dkk (Ed). 2016. Nursing outcomes Classification (NOC), Edisi ke-
5 (Edisi Bahasa Indonesia). Elsevier
Mary E. Back. 2011. Buku ajar ilmu gizi dan diet hubungannya dengan penyakit-
penyakit untuk perawat dan dokter. Ed.I. Yayasan Essentia Medica
(YEM) : Yogyakarta
Ns. Paulus Subiyanto, M.Kep., Sp.KMB. 2019. Buku ajar asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem endokrin: untuk dosen dan
mahasiswa DIII keperawatan. Pustaka baru press: Yogyakarta
Pearce, Evelyn C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Purwanto, H. 2016. Modul bahan ajar keperawatan medical bedah II. Jakarta :
Kemenkes RI
http://www.depkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-prevent-and-prevent-
the-voice-of-the-world-fight-diabetes.html. Di akses tanggal 18 September
Rock CL. 2004. Nutrition in the Prevalention and Treatment of disease. Di dalam:
Goldman L Ausiello D, editor. Cecil Textbook of medicin. Philadelphia:
Saunders
Tumiwa A. Franky, Yuanita A. langi. (2010). Terapi Gizi Medis Pada Diabetes
Melitus. Manado:Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biome
dik/article/download/846/664&ved=2. Diakses tanggal 7 september 2019