Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang studi kasus deskriftif tentang penerapan Prosedur
Pengaturan Posisi Pada Pasien Asma Bronkial yang dilakukan pada Ny.N dan Tn. B
dengan diagnosa medis Asma Bronkial. Asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, Analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian ini dilakukan
dengan metode auto anamnesa (wawancara dengan klien langsung) dan allo
anamnesa (wawancara dengan keluarga atau orang terdekat), tenaga kesehatan lain
(perawat ruangan), pengamatan, observasi, pemeriksaaan fisik, menganalisa catatan
medis dan catatan keperawatan.
A. Hasil Studi kasus
1. Gambaran Karakteristik Pasien Asma Bronkial Di RSUD Dr. M.Yunus
a. Karakteristik Demografi Pasien Asma Bronkial
Table 4.1 Karakteristik Demografi Pasien Asma Bronkial
Identitas Klien Ny.N Identitas Klien Tn.B
Hasil anamnesa pada tanggal 17 Februari Hasil anamnesa pada tanggal 9 Maret
2020 pukul 11:00 WIB di ruang 2020 pukul 14.15 WIB di ruang
Kemuning RSUD Dr. M. Yunus Kemuning RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu didapatkan hasil bahwa Bengkulu di dapatkan hasil bahwa
seorang pasien perempuan, Ny.N dengan seorang pasien laki-laki, Tn.B dengan
nomor medical record 771755 lahir nomor medical record 673264 lahir
tanggal 21 April 1965 (54 tahun) tanggal 17 Januari 1949 (71 tahun),
beragama islam, berpendidikan SMA, beragama islam, menikah, alamat
menikah, alamat Perumnas Kopri, Desa Rana Jaya Bengkulu Tengah,
Bentiring Kota bengkulu, bahasa yang di bahasa yang di gunakan bahasa
gunakan bahasa Bengkulu. Rejang dan bahasa Bengkulu.
2. Gambaran Fase Pra Interaksi
a. Gambaran Pengkajian Riwayat Kesehatan
Table 4.2 Riwayat Kesehatan
No Riwayat Kesehatan Pasien Ny.N Pasien Tn.B
1. Keluhan Utama Pada tanggal 17 Februari 2020 pukul 06.00 WIB, Pada tanggal 9 Maret 2020 pukul 11.00 WIB,
pasien datang ke IGD RSUD Dr M. Yunus pasien datang ke IGD RSUD Dr M. Yunus
dengan keluhan sesak nafas disertai batuk sejak 1 dengan keluhan sesak napas disertai batuk sejak 5
minggu yang lalu. Upaya pasien yang dilakukan hari yang lalu. Upaya pasien yang telah dilakukan
di rumah untuk mengurangi batuk adalah dengan di rumah untuk mengurangi sesak adalah
minum obat Konidin. menggunakan inhealer pasien yang sudah pasien
gunakan selama 4 tahun.
2. Riwayat Kesehatan Pada saat dikaji tanggal 17 Februari 2020 pukul Pada saat dikaji tanggal 9 Maret 2020 pukul 14.15
Sekarang 11.00 WIB di kamar 4 ruang rawat inap WIB di kamar 5 ruang rawat inap Kemunig, Tn.B
Kemuning, Ny. N mengatakan merasa sesak mengatakan masih merasa sesak nafas, dan batuk.
nafas, dan batuk. Pasien mengatakan sesak nafas Pasien mengatakan tidak nyaman dan sesak
bertambah apabila pasien dalam posisi terlentang. bertambah apabila pasien dalam posisi terlentang.
Pasien mengatakan saat menarik nafas terkadang Pasien mengatakan saat menarik napas terkadang
merasa nyeri. Keadaan umum lemah, kesadaran merasa nyeri. Keadaan umum lemah, kesadaran
compos mentis. Hasil pengukuran tanda- tanda compos mentis. Hasil pengukuran tanda-tanda
vital didapatkan, tekanan darah 110/90 mmHg, vital didapatkan tekanan darah 121/97 mmHg,
nadi radialis 89x/menit, teraba kuat dan teratur, nadi radialis 93x/menit, suhu tubuh 37oC,
suhu tubuh 36,7 °C, Respiratory Rate (RR) 27 Respiratory Rate (RR) 29x/m.
x/menit.
3. Riwayat Penyakit Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu pernah di Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu pernah di
Dahulu rawat di RS DKT Bengkulu dengan diagnosa rawat di RSUD Dr M.Yunus Bengkulu dengan
Asma Bronkial. Pasien mengatakan alergi diagnosa Asma Bronkial. Pasien mengatakan
dengan debu dan udara dingin, pasien pernah di operasi usus buntu. Pasien mengatakan
mengatakan tidak memiliki alergi makanan memiliki riwayat merokok sejak remaja dan
maupun obat. Pasien mengatakan tidak memiliki berhenti 4 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
riwayat merokok, dan tidak ada riwayat minum memiliki alergi yaitu dengan debu dan udara
alkohol. dingin.
4 Riwayat Penyakit Pasien mengatakan ada anggota keluarga yang Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
Keluarga memiliki penyakit Asma Bronkial yaitu kakek yang memiliki penyakit Asma Bronkial. Pasien
pasien. Pasien mengatakan tidak memiliki mengatakan tidak memiliki anggota keluarga
anggota keluarga dengan penyakit keturunan dengan penyakit keturunan lainnya seperti
lainnya seperti hipertensi dan diabetes melitus. hipertensi dan diabetes melitus.

b. Gambaran Pengkajian Oksigenisasi


Tabel 4.3 Gambaran Pengkajian Oksigenisasi
Pengkajian Oksigenisasi Pasien Ny. N Pasien Tn. B
Keluhan Batuk Ny.N mengatakan batuk berdahak sejak 1 minggu Tn.B mengatakan batuk berdahak sejak 5 hari
(Kering/Berdahak) yang lalu. yang lalu.
Produksi Sputum Ny.N mengatakan adanya produksi sputum. Tn.B mengatakan adanya produksi sputum.
Kemampuan Mengeluarkan Ny.N mengatakan sulit untuk mengeluarkan Tn.B mengatakan sulit untuk mengeluarkan
Sputum sputum. sputum.
Kemampuan Bernafas Ny.N mengatakan kesulitan bernafas dengan Tn.B mengatakan kesulitan bernafas dengan
frekuensi nafas 27x/menit, dan telah diberikan frekuensi nafas 29x/menit, dan diberikan
oksigen nasal kanul dengan kecepatan aliran 3 terapi oksigen rebreathing mask dengan
liter/menit. kecepatan aliran 8liter/menit.
Nyeri Dada Ny.N mengatakan terkadang merasakan nyeri dada Tn.B mengatakan terkadang merasakan nyeri
saat menarik nafas. dada saat menarik nafas.

c. Gambaran Hasil Pemeriksaan Fisik


Tabel 4.4 Gambaran Hasil Pemeriksaan Fisik

No Aspek Yang Diambil Pasien Ny.N Pasien Tn.B


1. Sistem Pernafasan Dari hasil pengkajian, ditemukan pasien masih Dari hasil pengkajian, ditemukan pasien masih
mengeluh sesak napas dengan frekuensi napas mengeluh sesak napas dengan frekuensi napas
27x/menit dengan saturasi oksigen 96%. 29x/menit dengan saturasi oksigen 97%. Pasien
Pasien mengatakan sesak napas bertambah mengatakan sesak napas bertambah ketika dalam
ketika dalam posisi terlentang. Pasien telah di posisi terlentang. Pasien telah di berikan terapi
berikan terapi oksigen nasal kanul dengan oksigen rebreathing mask dengan kecepatan aliran
kecepatan aliran 3 liter/menit. Ekspansi dada 8 liter/menit. Ekspansi dada simetris kiri dan
simetris kiri dan kanan, bentuk dada normo kanan, bentuk dada normo chest, irama pernapasan
chest, irama pernapasan tidak teratur (ireguler) tidak teratur (ireguler) dengan kedalaman dangkal.
dengan kedalaman dangkal. Tidak terdapat Tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak
pernapasan cuping hidung, tidak ada ada penggunaan otot bantu pernapasan. Taktil
penggunaan otot bantu pernapasan. Taktil fremitus normal, dengan perkusi lapang paru
fremitus normal, dengan perkusi lapang paru sonor. Pada auskultasi terdapat suara wheezing.
sonor. Pada auskultasi terdapat suara wheezing. Batuk (+) dan Sputum (+).
Batuk (+) dan Sputum (+).

d. Gambaran Hasil Pemeriksaan Penunjang


Tabel 4.5 Gambaran Hasil Pemeriksaan Penunjang

No Aspek Yang Pasien Ny.N Pasien Tn. B


Diambil
1. Hasil Pemeriksaan H2TL 17 Februari 2020 Pemeriksaan H2TL 9 Maret 2020
laboratorium Jenis Jenis
No Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan No Pemeriksaa Hasil Nilai Rujukan
1 Hematokrit 36 34-47%
n
2 Hemoglobin 11,7 13,0- 18,0 g/dl
1 Hematokrit 36 40- 52%
3 Leukosit 9.600 4.000- 10.000 mm3
2 Hemoglobin 12,8 13,0- 18,0 g/dl
Trombosit 246.000 150.000- 450.000
4 3 Leukosit 8.500 4.000- 10.000 mm3
t/mm3 Trombosit 350.000 150.000- 450.000
4
t/mm3
Kimia Darah 17 Februari 2020
Jenis Nilai Kimia Darah 09 Maret 2020
No Hasil
Pemeriksaan Rujukan Jenis Nilai
Gula Darah 150 <160 No Hasil
1. Pemeriksaan Rujukan
Sewaktu mg/dL Gula Darah 135 <160
2. Ureum 17 20- 40 1.
Sewaktu mg/dL
2. Ureum 35 20- 40
Elektrolit 17 Februari 2020
Jenis Nilai Elektrolit 09 Maret 2020
No Hasil
Pemeriksaan Rujukan Jenis Nilai
Kalium 3,7 3,4-5,1 No Hasil
1. Pemeriksaan Rujukan
mm ol/I Kalium 3,9 3,4-5,1
Natrium 138 136-145 1.
2. mm ol/I
mm ol/I 2. Natrium 140 136-145
Clorida 104 96-106 mm ol/I
3. Clorida 101 96-106
mm ol/I 3.
mm ol/I
e. Gambaran Hasil Kolaborasi
Tabel 4.6 Gambaran Hasil Kolaborasi
Nama Pasien : Ny.N 17/02/20 18/02/20 19/02/20
No Register : 771755
No Obat Dosis Dosis Dosis Via
1. Ringer Lactate 1500 cc 1500cc 1500 cc Parenteral
2. Ampicilin Sulbactam 3x1500 mg 3x1500 mg 3x1500mg Parenteral
2. Combivent 3x1 UDV 3x1 UDV 3x1 UDV Nebulizer
3. Hydrocortisone 3x1000 mg 3x1000mg 3x1000 mg Parenteral
4. OBH Syrup 3x125 mg 3x125 mg 3x125 mg Oral
Nama Pasien : Tn. B 09/03/20 10/03/20 11/03/20
No Register : 673264
No Obat Dosis Dosis Dosis Via
1. Ringer Lactate 1500 cc 1500cc 1500 cc Parenteral
2. Ampicilin Sulbactam 3x1500 mg 3x1500 mg 3x1500mg Parenteral
3. Combivent 3x1 UDV 3x1 UDV 3x1 UDV Nebulizer
4. Hydrocortisone 3x1000 mg 3x1000mg 3x1000 mg Parenteral
6. Aspilet 1x8 mg 1x8 mg 1x8 mg Oral

f. Gambaran Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.7 Gambaran Diagnosa Keperawatan
No Pasien I Ny.N Pasien II Tn. B
1. Dx: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Dx: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
berhubungan dengan spasme jalan napas berhubungan dengan spasme jalan napas

DS : DS :
 Pasien mengatakan sesak napas  Pasien mengatakan sesak napas
 Pasien mengatakan sesak napas  Pasien mengatakan sesak napas
bertambah ketika dalam posisi bertambah ketika dalam posisi
terlentang terlentang

DO : DO :
 Frekuensi napas 27x/menit  Frekuensi napas 29x/menit
 Terpasang alat bantu pernapasan  Terpasang alat bantu pernapasan
oksigen nasal kanul 3 liter/menit oksigen rebreathing mask 8
 Ekspansi dada terlihat simetris liter/menit
kiri dan kanan  Ekspansi dada terlihat simetris kiri
 Bentuk dada terlihat normo chest dan kanan
 Irama pernapasan terlihat tidak  Bentuk dada terlihat normo chest
teratur (ireguler) dengan  Irama pernapasan terlihat tidak
kedalaman dangkal teratur (ireguler) dengan
 Terlihat tidak ada pernapasan kedalaman dangkal
cuping hidung  Terlihat tidak ada pernapasan
 Terlihat tidak ada penggunaan cuping hidung
otot bantu pernapasan  Terlihat tidak ada penggunaan otot
 Terdengar suara wheezing bantu pernapasan
 Terdengar suara wheezing

g. Gambaran Persiapan Alat Dan Bahan Penerapan Pengaturan Posisi


Tabel 4.8 Gambaran Persiapan Alat Dan Bahan Penerapan Pengaturan Posisi
Pasien Ny.N Pasien Tn.B
Sebelum melakukan penelitian, Sebelum melakukan penelitian, peneliti
peneliti menyiapkan bahan dan alat menyiapkan bahan dan alat beberapa
beberapa jam sebelum penelitian. jam sebelum penelitian. bahan yang
bahan yang digunakan adalah bantal, digunakan adalah bantal, peneliti
peneliti menggunakan bantal yang menggunakan bantal yang disediakan
disediakan dari ruang Kemuning, dari ruang Kemuning, karena pasien
karena pasien sedang tidak banyak, sedang tidak banyak, peneliti dapat
peneliti dapat menggunakan bantal menggunakan bantal yang tersedia.
yang tersedia. Selanjutnya peneliti Selanjutnya peneliti memeriksa bed
memeriksa bed pasien, apakah bed pasien, apakah bed masih berfungsi
masih berfungsi baik untuk digunakan baik untuk digunakan mengatur posisi
mengatur posisi pasien. Kemudian pasien. Kemudian peneliti menyiapkan
peneliti menyiapkan jam untuk jam untuk menghitung frekuensi
menghitung frekuensi pernapasan pernapasan pasien. Peneliti juga
pasien. Peneliti juga mempersiapkan mempersiapkan format pengkajian
format pengkajian keperawatan keperawatan medikal bedah dan lembar
medikal bedah dan lembar observasi observasi untuk mendokumentasikan
untuk mendokumentasikan frekuensi frekuensi napas pasien sebelum dan
napas pasien sebelum dan sesudah sesudah tindakan. Setelah alat dan
tindakan. Setelah alat dan bahan bahan sudah siap. Setelah alat dan
sudah siap, peneliti akan bahan sudah siap, peneliti akan
melaksanakan penelitian. Semua alat melaksanakan penelitian. Semua alat
dan bahan dipersiapkan oleh peneliti dan bahan dipersiapkan oleh peneliti
sampai selesai. sampai selesai.

3. Gambaran Fase Orientasi


Table 4.9 Gambaran Fase Orientasi
Fase Pasien Ny.N Pasien Tn. B
Orientasi
Salam Peneliti memberi salam dan Peneliti memberi salam dan
Terapeutik memperkenalkan diri terlebih memperkenalkan diri terlebih
dahulu setelah itu dahulu setelah itu
mengidentifikasi nama pasien, mengidentifikasi nama pasien,
umur dan keluhan pasien. umur dan keluhan pasien.
Pasien menerima perkenalan Pasien menerima perkenalan
dengan peneliti, pasien dengan peneliti, pasien
menyebutkan nama Ny.N , menyebutkan nama Tn. B, umur
umur 54 tahun dengan keluhan 71 tahun dengan keluhan sesak
sesak napas serta batuk. napas dan batuk.
Evaluasi Peneliti menanyakan kabar Peneliti menanyakan kabar pasien
Validasi pasien dan perasaan pasien. dan perasaan pasien.
Pasien mengatakan kabarnya Pasien mengatakan kabarnya baik
baik tetapi masih sesak dan tetapi masih sesak dan terkadang
terkadang masih batuk, pasien masih batuk, pasien mengatakan
mengatakan perasaanya baik malam tadi tidak bisa tidur.
dan sedang santai. Pasien mengatakan perasaanya
baik dan sedang santai.
Inform Selanjutnya peneliti melakukan Selanjutnya peneliti melakukan
Concent inform consent dengan inform consent dengan
menjelaskan tindakan menjelaskan tindakan penerapan
penerapan prosedur pengaturan prosedur pengaturan posisi yang
posisi yang bertujuan untuk bertujuan untuk membantu
membantu oksigenisasi pasien. oksigenisasi pasien. Posisi
Posisi diberikan masing- diberikan masing-masing 5 menit
masing 5 menit 1 kali sehari 1 kali sehari selama 3 hari dengan
selama 3 hari dengan jeda jeda waktu 1 jam. Setelah peneliti
waktu 1 jam. Setelah peneliti menjelaskan tentang penerapan
menjelaskan tentang penerapan pengaturan posisi, pasien bersedia
pengaturan posisi, pasien menjadi resonden dalam
bersedia menjadi resonden penelitian studi kasus selama 3
dalam penelitian studi kasus hari. Peneliti kemudian
selama 3 hari. Peneliti memberikan kesempatan pada
kemudian memberikan pasien untuk bertanya kepada
kesempatan pada pasien untuk peneliti. Tn.B tidak mengajukan
bertanya kepada peneliti. Ny.N pertanyaan tetapi mengatakan
tidak mengajukan pertanyaan. semoga penerapan ini bisa
membantu pernapasannya saat
berada dirumah.

4. Gambaran Fase Interaksi


Table 4.10 Gambaran Fase Interaksi
Fase Interaksi Pasien Ny.N Pasien Tn. B
Persiapan Alat Peneliti mempersiapkan bantal, Peneliti mempersiapkan bantal,
format pengkajian keperawatan format pengkajian keperawatan
medikal bedah dan lembar medikal bedah dan lembar
observasi. observasi.
Persiapan Peneliti mengatur posisi nyaman Peneliti mengatur posisi nyaman
Pasien untuk pasien yaitu posisi duduk. untuk pasien yaitu posisi duduk.
Persiapan Peneliti mengatur lingkungan Peneliti mengatur lingkungan
Lingkungan yang nyaman untuk pasien, yang nyaman untuk pasien,
seperti menutup sampiran. seperti menutup sampiran.
Persiapan Peneliti mencuci tangan terlebih Peneliti mencuci tangan terlebih
Petugas dahulu dahulu
Prosedur 1. Sebelum melakukan tindakan 1. Sebelum melakukan tindakan
tindakan peneliti menghitung peneliti menghitung
frekuensi napas pasien frekuensi napas pasien
terlebih dahulu, setelah itu terlebih dahulu, setelah itu
peneliti mendokumentasikan peneliti mendokumentasikan
frekuensi pernapasan pasien frekuensi pernapasan pasien
kedalam lembar observasi. kedalam lembar observasi.
Peneliti mengatur posisi bed Peneliti mengatur posisi bed
pasien semi fowler, dan pasien semi fowler, dan
membantu pasien membantu pasien
memposisikan diri semi memposisikan diri semi
fowler sesuai bed yang sudah fowler sesuai bed yang sudah
diatur. Setelah 5 menit, diatur. Setelah 2 menit,
peneliti menghitung kembali pasien tiba-tiba duduk dan
frekuensi pernapasan pasien, mengatakan merasa tidak
hasilnya dimasukkan ke nyaman dan lebih sulit
lembar observasi. bernapas. Selanjutnya
Peneliti menghitung kembali
2. Selanjutnya setelah 1 jam frekuensi pernapasan pasien,
peneliti kembali menghitung hasilnya dimasukkan ke
frekuensi pernapasan pasien lembar observasi.
dan didokumentasikan ke
dalam lembar observasi. 2. Selanjutnya setelah 1 jam
Peneliti langsung melakukan peneliti kembali menghitung
SOP posisi tripod (Condong frekuensi pernapasan pasien
ke depan). Peneliti mengatur dan didokumentasikan ke
kembali posisi pasien untuk dalam lembar observasi.
duduk dengan kaki Peneliti langsung melakukan
diluruskan. Lalu peneliti SOP posisi tripod (Condong
meletakkan bantal di paha ke depan). Peneliti mengatur
pasien sejajar dengan dada. kembali posisi pasien untuk
Kemudian peneliti duduk dengan kaki
menganjurkan pasien untuk diluruskan. Lalu peneliti
memposisikan badan ke arah meletakkan bantal di paha
bantal. Setelah 5 menit, pasien sejajar dengan dada.
peneliti menghitung kembali Kemudian peneliti
frekuensi pernapasan pasien, menganjurkan pasien untuk
hasilnya dimasukkan ke memposisikan badan ke arah
lembar observasi. bantal. Setelah 5 menit,
peneliti menghitung kembali
frekuensi pernapasan pasien,
hasilnya dimasukkan ke
lembar observasi.

3. Gambaran Fase Terminasi


Table 4.11 Gambaran Fase Terminasi
Fase Pasien Ny.N Paien Tn.B
Terminasi
Evaluasi 1. Peneliti menanyakan perasaan 1. Peneliti menanyakan perasaan
Subjektif dan pasien setelah dilakukan pasien setelah dilakukan
Objektif pengaturan posisi semi pengaturan posisi semi
fowler, pasien mengatakan fowler, pasien mengatakan
kurang merasa nyaman dan merasa tidak nyaman dan
masih sulit bernapas. lebih sulit bernapas dengan
Pada Ny.N, sebelum posisi semi fowler.
dilakukan penerapan posisi Pada Tn.B, sebelum
semi fowler, didapatkan dilakukan penerapan posisi
frekuensi napas 27x/menit. semi fowler, didapatkan
Setelah dilakukan penerapan frekuensi napas 29x/menit.
posisi semi fowler, frekuensi Setelah dilakukan penerapan
napas pasien 28x/menit. posisi semi fowler, frekuensi
napas pasien menjadi
2. Peneliti menanyakan perasaan 31x/menit. Dan pasien terlihat
pasien setelah dilakukan sulit bernapas.
pengaturan posisi tripod
(condong ke depan). Pasien 2. Peneliti menanyakan perasaan
mengatakan merasa sangat pasien setelah dilakukan
nyaman dan saat bernapas pengaturan posisi tripod
juga lebih nyaman ketika (condong ke depan). Pasien
dengan posisi tripod. mengatakan hampir tertidur
Pada Ny.N, sebelum karena merasa sangat nyaman
dilakukan penerapan posisi dan saat bernapas juga lebih
tripod (condong ke depan), nyaman ketika dengan posisi
didapatkan frekuensi napas tripod.
25x/menit. Setelah dilakukan Pada Tn.B, sebelum
penerapan posisi tripod dilakukan penerapan posisi
(condong ke depan), frekuensi tripod (condong ke depan),
napas pasien menjadi didapatkan frekuensi napas
20x/menit. 27x/menit. Setelah dilakukan
penerapan posisi tripod
(condong ke depan), frekuensi
napas pasien menjadi
20x/menit.
Rencana Peneliti menyakan kepada Peneliti menyakan kepada
tindak lanjut pasien apakah penerapan pasien apakah penerapan
pengaturan posisi ini bisa pengaturan posisi ini bisa
dilanjutkan lagi esok hari? dilanjutkan lagi esok hari?
Kemudian pasien mengatakan Kemudian pasien mengatakan
bisa. bisa.
Kontrak Peneliti mengontrak waktu yang Peneliti mengontrak waktu yang
pertemuan akan disepakati untuk esok akan disepakati untuk esok
selanjutnya harinya. Pasien mengatakan harinya. Pasien mengatakan bisa
selagi tidak ada kegiatan ia bisa kapan saja asal jangan jam
kapan saja, peneliti mengontrak makan siang dan jam sholat.
waktu jam 11.00 pagi kemudian Kemudian peneliti mengontrak
pasien menyepakati kontrak waktu jam 13.00 siang dan
waktu tersebut. pasien menyepakati kontrak
waktu tersebut.

B. Pembahasan
1. Gambaran Karakteristik Pasien
Penelitian ini dilakukan di ruang Kemuning RSUD Dr. M. Yunus,
sampel yang diteliti berjumlah 2 pasien. Data pasien didapatkan dengan
melakukan pengkajian secara langsung kepada pasien atau keluarga melalui
wawancara dan observasi. Selain itu pengumpulan data sekunder juga
diambil dari bagian keperawatan guna mendukung penelitian ini.
Berdasarkan jawaban yang didapatkan melalui wawancara dan observasi di
peroleh data yang kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan
disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan secara deskriptif.
Terdapat 2 klien yang dilakukan pengkajian yaitu, seorang pasien
perempuan Ny.N berusia 54 tahun, datang ke IGD RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu pada tanggal 17 Februari 2020 pukul 06.00 WIB dengan
keluhan dengan keluhan sesak nafas disertai batuk sejak 1 minggu yang
lalu. Kemudian pada kasus kedua, seorang pasien laki-laki Tn. B berusia
71 tahun datang ke IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 09
Maret 2020 pukul 11.00 WIB dengan keluhan sesak napas disertai batuk
sejak 5 hari yang lalu. Keluhan yang dialami oleh Ny.N dan Tn.B sesuai
dengan gejalah Asma Bronkial yang diungkapkan oleh (Smeltzer & Bare,
2001).
Faktor resiko Asma Bronkial yaitu riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya, karena debu, binatang, serbuk sari, udara dingin, obat-obatan
tertentu, dan polusi udara dari luar dan dalam ruangan (Kemenkes RI,
2017). Pada kasus Ny.N faktor penyebab terjadinya Asma Bronkial yang
ditemukan yaitu faktor keturunan keluarga yang didapat pasien dari
kakeknya, pasien juga mengatakan Asma Bronkial yang pasien alami pasti
berulang 2 tahun sekali. Kemudian pada kasus Tn. B faktor penyebab
terjadinya Asma Bronkial yang ditemukan adalah faktor dari riwayat atopi
pasien sendiri. Pasien memiliki riwayat merokok sejak remaja, dan
berhenti sejak 4 tahun yang lalu.
Pada pasien Ny.N menderita Asma Bronkial ditandai dengan sesak
napas, batuk berdahak dan terkadang merasa nyeri dibagian dada, dengan
tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 110/90 mmHg, frekuensi nadi
89x/m, teraba kuat dan teratur, frekuensi nafas 27x/m dan suhu tubuh 36,7
o
C. Kemudian pada pasien Tn. B juga ditandai dengan gejala yang sama
yaitu dengan sesak napas dan batuk, dengan tanda-tanda vital meliputi TD
121/97 mmHg, frekuensi nadi 93x/m, frekuensi nafas 29x/m dan suhu
tubuh 37 ̊C. Tn. B mengatakan pernah di rawat 3 tahun yang lalu dengan
diagnosa Asma Bronkial dan tidak terdapat keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama.

2. Fase Pra Interaksi


Komunikasi dalam fase pra interaksi ini adalah perawat mengumpulkan
data-data riwayat sebelumnya, agar perawat tahu apa saja tindakan yang
boleh dan tidak di lakukan oleh perawat. Perawat juga harus mengikuti
standar operational prosedur yang berlaku agar perawat tidak melenceng
dari peraturan yang berlaku (Mahfud, 2009)
Keluhan sesak yang dirasakan pasien Asma Bronkial menurut (Wahid
dan Suprapto, 2013) disebabkan karena jalan udara dalam paru-paru
meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang
menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan
mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengi.
Dari hasil pengkajian kebutuhan oksigenisasi didapatkan Ny.N
memiliki masalah pernapasan berupa sesak napas, batuk berdahak, sesak
yang bertambah apabila pasien dalam posisi terlentang, dan bunyi mengi
(wheezing) pada saat pasien ekspirasi. Kemudian pada Tn. B memiliki
masalah pernapasan berupa sesak napas, batuk berdahak, sesak yang
bertambah apabila pasien dalam posisi terlentang, dan pasien memiliki
riwayat merokok.
Terapi pengobatan yang di berikan pada Ny.N yaitu berupa terapi
IVFD Ringer Lactate dengan dosis 1500 cc, Ampicilin sulbactam 3x1500
mg, combivent 3x1 UDV, Hydrocortisone 3x1000 mg, dan OBH syrup
3x125 mg. Sedangkan terapi yang diberikan pada Tn. B yaitu berupa
IVFD Ringer Lactate dengan dosis 1500 cc, Ampicilin sulbactam 3x1500
mg, combivent 3x1 UDV, Hydrocortisone 3x1000 mg, dan Aspilet 1x8
mg.
Diagnosa keperawatan yang diangkat pada pasien Ny.N dan Tn.B
dengan Asma Bronkial adalah Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan spasme jalan napas. Diagnosa ini ditegakkan karena
diagnosa keperawatan merupakan pernyataan respon aktual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya.
Dalam mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif yang dirasakan maka
perawat melakukan pemberian penerapan prosedur pengaturan posisi semi
fowler dan posisi tripod (condong ke depan) sebagai terapi pendamping
bersihan jalan napas pasien Asma Bronkial, dimana menurut (Potter &
Perri, 2005), posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45o dapat
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma, dan menurut (Kozeir, et al., 2009), pasien yang diberikan posisi
tripod (condong ke depan) dapat dibantu agar ekspansi dada membaik.
Sebelum melakukan penelitian, perawat menyiapkan bahan dan alat
penelitian. Peneliti menyiapkan bantal, jam tangan, format pengkajian
keperawatan medikal bedah, dan lembar observasi.

3. Fase Orientasi
Fase orientasi bertujuan memvalidasi kekuatan data dan rencana yang
telah dibuat sesuai keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan
yang lalu. harus memperkenalkan dirinya dan begitu pula pasien agar terjadi
hubungan saling percaya, pada saat fase orientasi perawat juga
memberitahukan bagaimana langkah kerja dan kontrak waktu yang
digunakan, agar pasien tidak merasakan waktu yang cukup lama
(Damaiyanti, 2008).
Pada fase orientasi peneliti memberi salam dan memperkenalkan diri
terlebih dahulu dan mengkontrak waktu ± 30 menit setelah itu
mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama klien, umur dan keluhan
pasien. Pada fase ini didapatkan Ny.N mengalami sesak napas dan batuk
sejak 1 minggu yang lalu dengan frekuensi pernapasan 27x/menit dan Tn. B
mengalami sesak dan batuk sejak 5 hari yang lalu dengan frekuensi
29x/menit. Peneliti menjelaskan tindakan penerapan prosedur pengaturan
posisi ini bertujuan untuk membantu oksigenisasi pasien. Posisi diberikan
masing-masing 5 menit 1 kali sehari selama 3 hari dengan jeda waktu 1 jam.
Setelah memberikan penjelasan mengenai penerapan prosedur
pengaturan posisi, peneliti menanyakan apakah pasien bersedia menjadi
responden, dan pasien mengatakan bersedia. Setelah mendapatkan
persetujuan pasien bersedia menjadi responden peneliti kemudian
mengkontrak waktu selama 3 hari dan akan memberikan penerapan
pengaturan posisi pada Ny.N dan Tn.B.

4. Fase Interaksi
Pada fase interaksi peneliti mempersiapkan alat terlebih dahulu berupa
bantal, peneliti juga mengatur posisi nyaman untuk pasien yaitu posisi
duduk. Untuk persiapan lingkungan tirai ditutup demi menjaga privasi
pasien, lalu peneliti mencuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan
tindakan.
Pada Ny.N sebelum melakukan tindakan peneliti menghitung frekuensi
napas pasien terlebih dahulu, setelah itu peneliti mendokumentasikan
frekuensi pernapasan pasien kedalam lembar observasi. Peneliti mengatur
posisi bed pasien semi fowler, dan membantu pasien memposisikan diri
semi fowler sesuai bed yang sudah diatur. Setelah 5 menit, peneliti
menghitung kembali frekuensi pernapasan pasien, hasilnya dimasukkan ke
lembar observasi. Selanjutnya setelah 1 jam peneliti kembali menghitung
frekuensi pernapasan pasien dan didokumentasikan ke dalam lembar
observasi. Peneliti langsung melakukan SOP posisi tripod (Condong ke
depan). Peneliti mengatur kembali posisi pasien untuk duduk dengan kaki
diluruskan. Lalu peneliti meletakkan bantal di paha pasien sejajar dengan
dada. Kemudian peneliti menganjurkan pasien untuk memposisikan badan
ke arah bantal. Setelah 5 menit, peneliti menghitung kembali frekuensi
pernapasan pasien, hasilnya dimasukkan ke lembar observasi.
Selanjutnya pada Tn.B Sebelum melakukan tindakan peneliti menghitung
frekuensi napas pasien terlebih dahulu, setelah itu peneliti
mendokumentasikan frekuensi pernapasan pasien kedalam lembar
observasi. Peneliti mengatur posisi bed pasien semi fowler, dan membantu
pasien memposisikan diri semi fowler sesuai bed yang sudah diatur. Setelah
2 menit, pasien tiba-tiba duduk dan mengatakan merasa tidak nyaman dan
lebih sulit bernapas. Selanjutnya Peneliti menghitung kembali frekuensi
pernapasan pasien, hasilnya dimasukkan ke lembar observasi. Selanjutnya
setelah 1 jam peneliti kembali menghitung frekuensi pernapasan pasien dan
didokumentasikan ke dalam lembar observasi. Peneliti langsung melakukan
SOP posisi tripod (Condong ke depan). Peneliti mengatur kembali posisi
pasien untuk duduk dengan kaki diluruskan. Lalu peneliti meletakkan bantal
di paha pasien sejajar dengan dada. Kemudian peneliti menganjurkan pasien
untuk memposisikan badan ke arah bantal. Setelah 5 menit, peneliti
menghitung kembali frekuensi pernapasan pasien, hasilnya dimasukkan ke
lembar observasi.

5. Fase Terminasi
Pada fase terminasi perawat menanyakan perasaan pasien setelah
dilakukan penerapan prosedur pengaturan posisi pada Ny.N dan Tn.B. untuk
penerapan posisi semi fowler, pada Ny.N sebelum dilakukan penerapan,
didapatkan frekuensi napas 27x/menit. Setelah dilakukan penerapan posisi
semi fowler, frekuensi napas pasien 28x/menit, selanjutnya Ny.N
mengatakan pasien mengatakan kurang merasa nyaman dan masih sulit
bernapas. Pada Tn. B sebelum dilakukan penerapan posisi semi fowler,
didapatkan frekuensi napas 29x/menit. Setelah dilakukan penerapan posisi
semi fowler, frekuensi napas pasien menjadi 31x/menit dan pasien terlihat
sulit bernapas. Peneliti menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan
pengaturan posisi semi fowler, pasien mengatakan merasa tidak nyaman dan
lebih sulit bernapas dengan posisi semi fowler. Pada Tn.B, posisi semi
fowler tidak dilakukan selama 5 menit, karena pasien merasa tidak nyaman.
Selanjutnya penerapan posisi tripod (Condong ke depan), pada Ny.N
sebelum dilakukan penerapan posisi tripod (condong ke depan), didapatkan
frekuensi napas 25x/menit. Setelah dilakukan penerapan posisi tripod
(condong ke depan), frekuensi napas pasien menjadi 20x/menit. Peneliti
menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan pengaturan posisi tripod
(condong ke depan). Pasien mengatakan merasa sangat nyaman dan saat
bernapas juga lebih nyaman ketika dengan posisi tripod. Pada Tn.B,
sebelum dilakukan penerapan posisi tripod (condong ke depan), didapatkan
frekuensi napas 27x/menit. Setelah dilakukan penerapan posisi tripod
(condong ke depan), frekuensi napas pasien menjadi 20x/menit. Selanjutnya
peneliti menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan pengaturan posisi
tripod (condong ke depan). Pasien mengatakan hampir tertidur karena
merasa sangat nyaman dan saat bernapas juga lebih nyaman ketika dengan
posisi tripod.

C. Keterbatasan
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi
keterbatasan penelitian ini. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri
maupun pasien. Beberapa keterbatasan yang ada pada peneliti yaitu
keterbatasan waktu, tenaga dan dana penelitian. Pada penelitian ini terdapat
beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian ini, Keterbatasan
ini dapat berasal dari peneliti sendiri. Beberapa keterbatasan yang ada pada
penelitian yaitu sulitnya menemukan pasien dengan diagnosa Asma Bronkial.
Keterbatasan lainya yaitu, secara teoritis banyak sekali masalah yang harus
diteliti dalam masalah Asma Bronkial, tetapi karena keterbatasan waktu dan
tenaga, maka peneliti hanya meneliti beberapa variabel yang terkait dengan
Asma Bronkial yaitu masalah oksigenisasi dengan fokus utama sesak dan
frekuensi napas pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus pengkajian okaigenisasi pada Ny.N dan Tn.B
dengan masalah Asma Bronkial yang telah penulis lakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada Ny.N dengan Asma Bronkial terdapat tanda dan gejala
dimana pasien mengatakan sesak napas dan batuk sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien mengatakan sesak semakin parah jika pasien dalam posisi
terlentang. Ny.N juga memiliki anggota keluarga yang memiliki penyakit
yang sama yaitu kakek pasien. Kemudian pada kasus Tn. B dengan Asma
Bronkial terdapat tanda dan gejala dimana pasien mengatakan sesak napas
dan batuk sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengatakan sesak semakin parah
jika pasien dalam posisi terlentang. Tn.B memiliki riwayat merokok sejak
remaja dan berhenti 4 tahun yang lalu.
2. Diangnosa yang diangkat pada kasus Ny.N dan Tn.B adalah bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas.
3. Evaluasi yang didapatkan setelah penerapan prosedur pengaturan posisi
semi fowler pada Ny.N dan Tn.B yaitu terdapat peningkatan frekuensi
pernapasan pada Ny.N dan Tn.B, dan pasien mengatakan tidak terlalu
nyaman dengan posisi semi fowler. Sedangkan setelah dilakukan
penerapan prosedur pengaturan posisi tripod (condong ke depan),
didapatkan frekuensi pernapasan pasien menurun mendekati nilai
pernapasan normal.

B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien hendaknya lebih memahami tentang apa saja yang dapat
memicu masalah oksigenisasi pada Asma Bronkial, keluarga dapat
berperan dalam mengingatkan serta membatasi kegiatan yang dapat
menyebabkan kambuhnya masalah oksigenisasi, serta mengenali tanda-
tandanya, apabila terjadi masalah oksigenisasi yang tidak tertahankan
hendaknya segera membawa ke pelayanan kesehatan sehingga masalah
kesehatan dapat langsung ditangani. Bagi keluarga juga harus ikut serta
dalam mendukung pengobatan pasien misalnya dalam memberikan
dukungan moral dan semangat pada pasien selama pengobatan di rumah.
2. Bagi perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan perawat sebagai
wawasan tamabahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan pada
pasien yang mengalami Asma Bronkial. Perawat sebaiknya dapat
meneruskan terapi dan perawat juga dapat memberikan inspirasi lebih
banyak lagi dalam memberikan intervensi keperawatan pada penderita
Asma Bronkial sesuai dengan penelitian terbaru.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan kontribusi informasi dan ilmu mengenai
penyakit Asma Bronkial serta menjadi referensi untuk tingkatan
selanjutnya dalam membuat KTI pada jurusan keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai