Anda di halaman 1dari 235

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

N
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KONDA
KABUPATEN KONAWE SELATAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH :

WD. RANI AMELIA


NIM P00324019147

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
PRODI D-III KEBIDANAN
2022
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PENULIS
1. Nama : Wd. Rani Amelia
2. NIM : P00324019147
3. Tempat/Tanggal Lahir : Ereke, 7 januari 2022
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
6. Agama : Islam
7. Nama Orang Tua
Ayah : La Ode. Ruslan A
Ibu : Hasni
8. Alamat : BTN GRAHA REKSA KENCANA
Tahap V,Blok D2 No. 5
II. JENJANG PENDIDIKAN
1. Tahun 2005 2006 : TK Pertiwi
2. Tahun 20062012 : SD Negeri 1 kulisusu
3. Tahun 2012 2015 : SMP Negeri 1 Kulisusu
4. Tahun 2015 2018 : SMA 1 Kulisusu
5. Tahun 2018  2021 : Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan D-IIIKebidanan

iv
KATA PENGANTAR

Pujidansyukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas

limpahan rahmat dan hidayahnya penulis bisa menyelesaikan LaporanTugasAkhir

ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.N GII PI A0 mulai

dari Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja

Puskesmas Konda Tahun 2022” yang merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Prodi D-

III Jurusun Kebidanan dengan lancar.

Sejak persiapan, pelaksanaan dan pengolahan hingga terselesaikannya

Laporan Tugas Akhir ini penulis memperoleh banyak bantuan bimbingan, arahan

dan motivasi dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya khususnya pada Ibu Kartini,,S.Si.T,M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu

Farming, SST,M.Keb selaku Pembimbing II, yang telah ikhlas meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan Laporan Tugas Akhir

ini. Dan tak lupa juga penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Teguh Fatur Rahman, SKM, MPPM, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari.

2. Ibu Arsulfa.S.SiT,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari.

3. Penguji I Ibu Arsulfa,S.Si.T, M.Kes.Penguji II Ibu Heyrani,S,Si.T,

M.Kes.Penguji III Ibu Malahayati, S.Si.T,M.Kes yang telah meluangkan

v
waktu untuk menguji dan memberikan arahan kepada penulis hingga Laporan

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Puskesmas Konda terkhususnya Kepala Ruangan Poli KIA Bidan Haryani,

S.ST,M.Keb dan Kepala Ruangan Bersalin Bidan Haryani, S.ST, M.Keb

terima kasih atas kerjasamanya.

5. Kepada seluruh dosen dan staff Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan

Kebidanan yang membantu penulis dalam menempuh pendidikan.

6. Teristimewa ucapan terima kasih tak terhingga kepada keluarga saya terutama

kepada Ayah Tercinta Laode. Ruslan A, Ibu Tercinta Hasni dan Kakak saya

Feni,Rasyid,Ram yang telah memberikan doa dan kasih sayang serta motivasi

dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Ny.”N” dan keluarga telah bersedia untuk menjadi subjek studi kasus

saya dalam Laporan Tugas Akhir ini.

8. Kepada penghuni BTN Delima terimakasih telah menyediakan tempat tinggal

dan suasana yang sangat nyaman sehingga saya dapat mengerjakan Laporan

Tugas akhir saya dengan baik.

9. Sahabat-sahabatku Nurmila, Evi, lia,wiwin, asma, rati, mila dan sepupu saya

Devi Dan MysFam’s dan yang tidak bisa saya sebut satu-satu penulis ucapkan

terimakasih selalu ada buat saya serta dukungan yang diberikan kepada saya,

serta terimakasih Teman-teman Angkatan 2019 Prodi D-III Kebidanan

terkhusus kelas IIIC atas dukungan dan kerjasama selama perkuliahan.

vi
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak

luput dari kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun demi kesempurnaanya. Akhir kata, penulis berharap semoga

Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang

menggunakannya.

Kendari,2022

Wd. Rani Amelia

vii
ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.N


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KONDA
KOTA KENDARI

Wd.Rani Amelia1, DR Kartini 2,Farming2

Latar Belakang : Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari


pelayanan dasar yang terjangkau oleh seluruh masyarakat, didalamnya
termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat
melalui kehamilan dan persalinanya dengan selamat. Upaya ini dapat
tercapai bila pelayanan bermutu dan berkesinambungan. Kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir merupakan suatu proses fisiologis
dimana dalam prosesnya terdapat kemungkinan yang akan mengancam jiwa
ibu dan bayi bahkan dapat menyebkan kematian. Upaya untuk menurunkan
angka kematian ibu dan bayi salah satunya dengan asuhan kebidanan
berkesinambungan Tujuan : Memberikan asuhan kebidanan secara
continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir sesuai
manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP.
Metode : Jenis penelitian adalah deskriptif studi kasus dilakukan di
Puskesmas Konda pada Ny.N mulai tanggal 21 April 2022 sampai tanggal
13 Mei 2022
Hasil : Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.N umur 21 tahun mulai
dari kehamilan trimester III, Kunjungan ANC I pada usia kehamilan 35
minggu 1 hari, Kunjungan ANC II pada usia kehamilan 39 minggu 5 hari
dan kunjungan PNC pada 6 jam dan 6 hari post partum. Saat proses
persalinan ibu bersalin secara normal dengan Asuhan APN 60 langkah, bayi
lahir spontan dengan BBL 3100 gram, PB 48 cm dan segera dilakukan
asuhan bayi baru lahir.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan secara komprehensif yang telah
dilakukan pada Ny.N saat hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dalam
batas normal dan tidak ada penyulit yang menyertai. Diharapkan profesi
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif,
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dalam memberikan asuhan
sesuai standar pelayanan kebidanan

Kata Kunci : Kehamilan, Persalinan , Masa Nifas dan Bayi Baru Lahir

Daftar Pustaka : 2010-2019

1
Mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
2
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

viii
DAFTAR ISI
Hal

HALAMAN SAMPUL...........................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................iii

RIWAYAT HIDUP.................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................v

ABSTRAK..............................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................ix

DAFTAR TABEL...................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xii

DAFTAR ARTI,LAMBANG, SINGKATAN, DANISTILAH...........xiii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................1

B. Ruang Lingkup Asuhan.........................................................4

C. Tujuan Penulisan...................................................................5

D. Manfaat Penulisan.................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan..............................................................................10

B. Persalinan...............................................................................42

C. Nifas.......................................................................................80

D. Bayi Baru Lahir......................................................................96

E. Manajemen Tujuh Langkah varney........................................106


ix

F. Pendokumentasian SOAP......................................................108
BAB III METODE PENULISAN LAPORAN

A. Jenis Penelitian.......................................................................112

B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................112

C. Subjek Penelitian....................................................................112

D. Instrumen Penelitian...............................................................113

E. Teknik Pengumpulan Data.....................................................113

F. Trianggulasi Data...................................................................114

BAB IV TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan............................115

B. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.............................140

C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.....................................167

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir.............................183

E. Pembahasan............................................................................196

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................210

B. Saran.......................................................................................211

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel2.1 TFU Menurut penambahan pertigaan...........................................11

Tabel 2.2 Diagnosa banding primipara dan multipara..................................28

Tabel 2.3 Pemberian vaksin TT....................................................................35

Tabel 2.4 PemantauanUraian APN...............................................................60

Tabel 2.5 Perbedaan masing-masing lochea.................................................77

Tabel 2.6 Kunjungan masa nifas...................................................................85

Tabel 2.7 Apgar score...................................................................................96

Tabel 4.1 Observasi his................................................................................149

Tabel 4.2 Penilaian Apgar score....................................................................180

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Partograf

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan asuhan komprehensif Lampiran

3. Surat persetujuan telah menjadi klien

Lampiran 4. Surat keterangan bebas pustaka

Lampiran 5. Dokumentasi

xii
DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

ABORTUS : Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

A/S : Apgar Score

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Angka Kematia Bayi

BAB : Buang Air Besar

BB : Berat Badan

BAK : Buang Air Kecil

DJJ : Detak Jantung Janin

GRAVIDA : Seorang ibu yang hamil

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

LBK : Letak Belakang Kepala

LD : Lingkar Dada

LK : Lingkar Kepala

LP : Lingkar Perut

TTV : Tanda-Tanda Vital

TD : Tekanan Darah

N : Nadi

P : Pernapasan

S : Suhu

PAP : Pintu Atas Panggul

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam

pembangunan kesehatan di Indonesia. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi

baru lahir yang berkualitas dapat mencegah tingginya angka kematian. Di

Indonesia, angka kematian bayi baru lahir pada anak-anak yang ibunya

mendapatkan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh profesional

medis adalah seperlima dari angka kematian pada anak-anak yang ibunya

tidak mendapatkan pelayanan ini. Wanita yang melahirkan di fasilitas

kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses ke pelayanan obstetrik

darurat dan perawatan bayi baru lahir, meskipun pelayanan ini tidak selalu

tersedia di semua fasilitas Kesehatan (Nurjasmi, E, 2016).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Masalah kematian dan

kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional menargetkan penurunan Angka

Kematian Ibu hingga 183/100.000 kelahiran hidup pada 2024. Berdasarkan

Survei Penduduk Antar Sensus 2015, tercatat AKI di Indonesia masih jauh

dari target yakni 305/100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di

Sulawesi Tenggara pada tahun 2018

1
2

sebanyak 60 kematian dan pada tahun 2019 naik menjadi 66 kematian.

Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar

76% kematian ibu terjadi di fase persalinan dan setelah persalinan dengan

proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat persalinan dan 40% setelah

persalinan. Tingginya angka kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor

risiko yang terjadi, mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia

subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, dan memiliki penyakit

penyerta seperti tuberculosis (Kemenkes RI, 2020).

Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dimana angka kematian Ibu bersalin yang masih cukup tinggi.

Keadaan ini disertai dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama

persalinan, sehingga memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik

dalam bidang kesehatan, dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dan menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan perinatal (Rohani, dkk,

2013).

Bidan menjadi salah satu profesi atau tenaga medis yang berperan

penting dalam upaya kesehatan ibu dan anak. Bidan yang pertama

memberikan pertolongan persalinan, memastikan keselamatan ibu dan

bayi. Selain membantu proses kelahiran, bidan juga membantu mengontrol

perkembangan kesehatan ibu hamil mulai dari awal mengandung hingga pasca

kelahiran. bidan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis

sebagai ujung tombak dalam memajukan


3

dan meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil, bayi, dan anak-anak berumur

di bawah lima tahun (balita) terutama dalam mendukung peran ibu untuk

memprioritaskan ASI kepada anaknya. ASI sangat penting bagi

tumbuhkembang anak, ASI sebisa mungkin diberikan kepada yang baru di

lahirkan. Asuhan continuity of care juga perlu diberikan untuk menjamin

kesehatan ibu dan bayi dengan baik. (Kemenkes RI, 2020).

Bidan memiliki peran penting dalam kesehatan ibu dan bayi. Selain

memeriksa kondisi kehamilan, edukasi makanan sehat untuk ibu hamil juga

penting untuk disampaikan. Nutrisi yang tepat merupakan modal awal

pertumbuhan agar bayi dapat lahir dengan sehat dan tumbuh optimal setelah

lahir. Pemenuhan gizi selama kehamilan juga dapat mencegah terjadinya

stunting pada anak. Upaya melakukan asuhan pada ibu bersalin, proses

persalinan dilakukan dengan cara mengawasi kondisi ibu dan janinnya agar

dapat diketahui adanya komplikasi sedini mungkin, maka asuhan kebidanan

dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada ibu bersalin dengan

pendekatan manajemen kebidanan (Winkjosastro, 2011).

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada

bayi baru lahir. Asuhan kebidanan komprehensif bertujuan untuk mengetahui

hal- hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin,

nifas sampai dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih dalam melakukan

pengkajian, menegakkan diagnosa


4

secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan

segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta

mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan (Varney,

H., 2016).

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk menyusun laporan

“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. A GIP0A0 di Praktek Mandiri

Bidan St. Harniati Kota Kendari”. Praktek Mandiri Bidan St. Harniati

merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan di Kota Kendari yang

memberikan pelayanan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan

bayi baru lahir.

Kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu masalah kesehatan yang

hingga saat ini masih mendapat perhatian pemerintah. Salah satu masalah

yang berhubungan dengan ibu dan bayi adalah bayi dan balita yang

mengalami gizi buruk,stunting dan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kartini,

2017)

Jumlah kasus stunting di dunia tahun 2017 tertinggi di India sebesar

48,2%, diikuti Pakistan sebesar 10,0%, Nigeria sebesar 10,0% dan Indonesia

sebesar 8,8%. Jumlah kejadian stunting di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak

30,8% dan di Sulawesi Tenggara sebesar 30,4%. Prevalensi BBLR didunia

diperkirakan sebesar 15% dimana 38% terjadi terutama di negara-negara

berkembang (Kartini, 2018).


5

Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian mendadak

pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah

(BBLR) (Kartini, 2020).

Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini juga mempunyai

kontribusi terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang mencapai 10,2%. 3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK mempunyai risiko 2

kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai lingkar

lengan atas (LILA) lebih dari 23 cm. Ibu hamil yang mengalami KEK mempunyai

risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih

besar dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK (Kartini, 2017).

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup asuhan kebidanan komprehensif diberikan Pada ibu

hamil trimester III fisiologi, ibu bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny.A

GIP0A0.

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan komprehensif dari masa kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. A di PMB St. Harniati

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan

pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus
6

a. Untuk memberikan asuhan kehamilan trimester III pada Ny. A di

PMB St. Harniati dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan dan pendokumentasian SOAP.

b. Untuk memberikan asuhan persalinan pada Ny. A di PMB St.

Harniati dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan

pendokumentasian SOAP.

c. Untuk memberikan asuhan nifas pada Ny. A di PMB St. Harniati

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan

pendokumentasian SOAP.

d. Untuk memberikan asuhan pada bayi baru lahir Ny. A di PMB St.

Harniati dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan

pendokumentasian SOAP.

D. Manfaat penulisan

1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan suatu kajian dan penambahan pengetahuan tentang

asuhan kebidanan secara komprehensif pada masa kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir sesuai dengan prosedur manajemen kebidanan

Varney dan pendokumentasian metode SOAP.

2. Manfaat Praktik

a. Dapat dijadikan bahan acuan bagi Praktek Mandiri Bidan (PMB)

dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).


7

b. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi Institusi Pendidikan dalam

pengembangan materi baik dalam proses perkuliahan dan praktik

lapangan tentang asuhan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi barulahir dengan pendekatan manajemen kebidanan

Varney dan pendokumentasian metode SOAP.

c. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan peningkatan

pengetahuan masyarakat terutama ibu tentang kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan

Varney dan pendokumentasian metode SOAP.

hamil yang mengalami KEK mempunyai risiko melahirkan bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan

ibu hamil yang tidak KEK (Kartini, 2017).

Asuhan kebidanan komprehensif (continuity of care) merupakan

asuhan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil,

bersalin, nifas sampai pada bayi baru lahir. Asuhan kebidanan ini dilakukan

agar mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak

hamil, bersalin, nifas sampai dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih

dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi

masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan

perencanaan dan tindakan


8

sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan

yang telah dilakukan (Kemenkes, 2015).

Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari pelayanan dasar

yang terjangkau oleh seluruh masyarakat di dalamnya termasuk pelayanan

kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan

dan persalinannya dengan selamat. Upaya ini dapat tercapai bila pelayanan

bermutu dan berkesinambungan (Kartini, 2016) Puskesmas Konda

merupakan salah satu fasilitas pelayanan Kesehatan yang melayani Kesehatan

Ibu dan anak yang berada di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan uraian diatas,

maka penulis melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.N

di wilayah kerja Puskesmas Konda.

A. Ruang Lingkup Asuhan

Ruang lingkup asuhan yang diberikan pada Ny.N umur 21 tahun,

G2P1A0 yaitu asuhan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir secara

komprehensif di Puskesmas Konda

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.N di Puskesmas Konda

dengan menerapkan prinsip Manajemen Asuhan Varney

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan ibu hamil trimester III pada

Ny.N di Puskesmas Konda


9

b. Memberikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.N di

Puskesmas Konda

c. Memberikan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.N di

Puskesmas Konda

d. Memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.N di

Puskesmas Konda

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan, referensi dan kajian mengenai asuhan kebidanan

secara langsung dengan continuity of care dari masa kehamilan, persalinan, nifas

dan bayi baru lahir.

2. Manfaat Praktis

Dapat di jadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan informasi tentang

perubahan fisiologis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum yang menghasilkan konsepsi dilanjutkan dengan

nidasi atau implamantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 37-40 minggu atau

10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan

berlangsung dalam 3 trimester, trimester 1 berlangsung dalam 13 minggu,

trimester 2 14 minggu (minggu ke 14 hingga ke27), dan trimester ke 3 13

minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Evayanti, 2015).

Salah satu cara untuk mencegah pertumbuhan terhambat dan

kematian janin adalah asuhan kebidanan. Asuhan kehamilan sebagai bagian

dari asuhan kebidanan merupakan upaya yang dapat dilaksanakan untuk

mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan. Ibu hamil diharapkan dapat

menjaga kehamilannya dengan baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu dalam pemeriksaan kehamilan antara lain faktor internal dan

eksternal. Faktor internal adalah usia dan paritas, sedangkan faktor eksternal

adalah pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial, budaya, geografis, dukungan

orang terdekat, pekerjaan dan pendidikan (Kartini, 2016)

10
11

2. Proses Kehamilan

a. Spermatozoa

Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas: Kepala yang

berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (mukleus), leher yang

menghubungkan kepala dan bagian tengah dan ekor yang dapat bergetar

sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor kira-kira

10x bagian kepala. Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel-

sel primitif tubulus testis. Setelah bayi laki-laki lahir, jumlah

spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai akhir

masa akil baliq. Masa pubertas, dibawah pengaruh sel-sel interstisial

leyding, sel- sel spermatogonium tadi mulai aktif mengadakan mtosis

dan terjadilah spermatogenesis.

Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis):

1) Spermatogonium, membelah dua.

2) Spermatosit pertama, membelah dua

3) Spermatosit kedua, membelah dua.

4) Spermatid, kemuadian tumbuh menjadi

5) Spermatozoon (sperma)

b. Konsepsi

Pembuahan dalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan

sel telur dituba uterine. Satu sperma yang dapat melintasi zona pelusida

dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu zona


12

pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh

sperma lain. Proses tersebut diikuti oleh penyatuan ke dua pronuklei

yang disebut zigot yang terdiri atas acuan genetic dari wanita dan pria.

Pembuahan mungkin akan menghasilkan.

1) XX zigot menurunkan bayi perempuan atau

2) XY zigot yang dihasilkan bayi laki-laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot

selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi ini tetap

digerakan kea rah rongga rahim oleh:

1) Getaran rambut getar (silia).

2) Kontraksi tuba.

3) Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkat

blastula.

c. Nidasi atau implantasi

Nidasi adalah masukya atau terbentuknya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai disebut

trofoblas yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika

blastula mencapai rongga rahim jaringan endometrium berada dalam

masa sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel

desidua yaitu sel-sel besar yang mengandung banyak glikogen serta

mudah dihancurkan oleh trofoblas. Nidasi terjadi pada dinding depan

atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.


13

d. Plasenta dan Mukosa Rahim

Mukosa rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas stratum

kompaktum dan stratum spongiosum. Desidua adalah mukosa rahim

pada kehamilan terdiri atas:

1) Desidua basalis: terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim

tempat terjadinya plasentasi.

2) Desidua kapsularis: meliputi hasil konsepsi kearah rongga rahim, lama

kelamaan bersatu dengan desidua vera karena oblitersi.

3) Desidua vera(parietalis): meliputi lapisan dalam dinding Rahim.

3. Perubahan Fisiologis Kehamilan

a. Perubahan pada sistem reproduksi

1) Vagina

Vagina sampai minggu ke-8, mengalami penigkatan pembuluh

darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin bewarna

merah kebiruan (tanda Chadwicks)

2) Serviks

Perubahan serviks merupakan akibat pengaruh hormone estrogen

Peningkatan vaskularisasi dan edema, hyperplasia dan hipertrofi

kelenjar serviks menyebabkan serviks menjadi lunak (tanda

goodell) serta serviks berwarna kebiruan (tanda Chadwick) akibat

pelunakan isthmus maka terjadi antefleksi.

3) Uterus

a) Ukuran
14

Rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos

rahim, serabut- serabut kolagennya menjadi higroskopi.

Ukuran pada kehamilan cukup bulan adalah 30 x 25 x 20 cm

dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc.

b) Berat

Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi1.000

gram pada akhir kehamilan (40 minggu)

c) Bentuk dan Konsistensi

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah

alpukat. Pada kehamilan 4 bulan atau kurang lebih 16 minggu

rahim berbentuk bulat, sedangkan pada akhir kehamilan

berbentuk bujur telur. Ukuran rahim

kira-kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan

sebesar telur bebek, dan kehamian 3 bulan sebesar telur angsa,

Pada minggu pertama, isthmus rahim hipertrofi dan bertambah

panjang sehingga bila diraba terasa lebih panjang dan terasa

lebih lunak (soft). Keadaan ini disebut tanda Hegar. Pada

kehamilan 5 bulan, rahim teraba seperti berisi cairan ketuban

dan dinding rahim terasa tipis.

d) Posisi rahim

(1) Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau

retrofleksi.
15

(2) Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam

rongga pelvis

(3) Mulai memasuki rongga perut.

(4) Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih

mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.

e) Vaskularisasi

Arteri uterin dan arteri ovarika bertambah dalam diameter

panjang dan anak-anak cabangnya.

f) Gambaran Besarnya Rahim Dan Tuanya Kehamilan

Tabel 2.1

Tinggi Fundus Uteri (TFU) menurut Penambahan pertigaan

Tinggi Fundus Uteri Usia


3 diatas symphysis 12 minggu
Pertengahan pusat- simfisis 16 minggu
3 jari dibawah pusat 20 minggu
Setinggi 24 minggu
3 jari diatas pusat 28 minggu
Pertengahan pusat-prosesus xifoideus 32 minggu
3 jari dibawah prosesus xifoideus (px) 36 minggu
Pertengahan pusat-prosesus xifoideus 40 minggu

4). Ovarium

Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta yang mengambil alih pengeluaran

hormon estrogen dan progesterone (kira-kira pada kehamilan 16

minggu dan korpus luteum graviditas


16

berdiameter kurang lebih 3 cm). Kadar relaksin di sirkulasi maternal

dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaksin

mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin.

b. Perubahan Pada Sistem Pernafasan

1) Timbul keluhan atau sesak dan nafas pendek. Hal ini disebabkan

karena usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran

rahim.

2) Volume tidal ( volume udara yang di inspirasi/diekspirasi setiap

kali bernafas normal) meningkat. Hal ini dikarenakan pernafasan

cepat dan perubahan bentuk rongga thoraks sehingga O2 dalam

darah meningkat (Kumalasari, 2015).

c. Perubahan Ginjal

1) Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring

darah yang volumenya meningkat sampai 30-50% atau lebih, yang

puncaknya terjadi pada kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat

sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang

akibat penekanan rahim yang membesar).

2) Miksi (berkemih) sering pada awal kehamilan karena kandung

kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan

menghilang akan menghilang pada trimester III kehamilan dan di

akhir kehamilan gangguan ini muncul kembali karena


17

turunnya kepala janin ke rongga panggul yang menekan

kandung kemih (Kumalasari, 2015).

d. Sistem Endokrin

Kehamilan mempengaruhi hampir semua hormone di dalam tubuh

1) Ovarium dan plasenta

Korpus luteum mulai menghasilkan estrogen dan progesteron dan

setelah plasenta terbentuk menjadi sumber utama kedua hormone

tersebut. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah hormon

utama yang di hasilkan oleh plasenta yang berperan mencegah

ovulasi dan dan merangsang pembentukan estrogen serta

progesteron oleh ovarium untuk mempertahankan kehamilan.

Plasenta juga menghasilkan Human Placental Lactogen (HPL) atau

Human Chorionic Somatomammotropin (HCS), Human Chorionic

Thyrotropin (HCT), dan Melanocyte-stimulating hormone yang

menyebabkan kulit berwarna lebih gelap di saat kehamilan.

2) Kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang lebih

aktif menyebabkan denyut jantung yang cepat, jantung berdebar-

debar (palpitasi), keringat berlebihan, dan perubahan

suasana hati, selain itu juga bisa terjadi


18

pembesaran kelenjar tiroid. Akan tetapi, hipertiroidisme

(overaktivitas kelenjar tiroid) hanya terjadi 1%

3) Kelenjar Paratiroid

Ukuranya meningkat karena kebutuhan kalsium janin

meningkat sekitar minggu ke 15-35. Oleh karena itu hormone

ini untuk mempertahankan kecukupan kalsium dalam darah,

jadi tanpa hormone ini metabolisme

tulang dan otot terganggu khususnya pada ibu hamil

harus memenuhi kebutuhan kalsium.

4) Pankreas

Sel-selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak insulin

untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Oleh karena itu,

penderita diabetes yang sedang hamil bisa mengalami gejala

diabetes yang lebih buruk

5) Kelenjar Pituitari

Lobus interior mengalami sedikit pembesaran dan terus

menghasilkan semua hormon tropik, tetapi dengan jumlah yang

sedikit berbeda. FSH di tekan oleh HCG. Hormon pertumbuhan

berkurang dan hormon melanotropik meningkat. Pembentukan

prolaktin meningkat selama kehamilan dan persalinan.

Oksitosin meningkat dan menstimulasi kontraksi otot uterus


19

e. Perubahan Sistem Integumen

1) Payudara

Payudara biasanya membesar disebabkan karena hipertrofi

alveoli. Puting susu biasanya membesar dan berwarna lebih gelap

serta sering mengeluarkan kolustrum. Perubahan- perubahan pada

payudara ini disebabkan karena pengaruh hormonal

2) Pigmentasi

Mengalami pengumpulan pigmen di tiga area yaitu linea nigra

(garis gelap mengikuti midline (garis tengah) abdomen), Topeng

kehamilan (Cloasma) adalah bintik- bintik pigmen kecoklatan

yang tampak di kulit kening dan pipi, dan peningkatan

pigmentasi di sekitar putting susu (areola).

3) Spider angioma

Spider angioma (pembuluh dara kecil yang memberi gambaran

seperti laba-laba) biasa muncul di kulit, biasanya diatas pinggang.

4) Striae gravidarum

Striae gravidarum yaitu tanda regangan yang di bentuk

akibat serabut-serabut elastic dari lapisan kulit terdalam

terpisah dan putus.

5) Perspirasi dan sekresi keleenjar lemak


20

Kelenjar sebasea atau keringat menjadi lebih aktif, akibatnya ibu

hamil mungkin mengalami gangguan bau badan, banyak

mengeluarkan keringat, dan berminyak (Kumalasari, 2015).

6) Sistem Muskuloskeletal.

a) Gigi, tulang, dan persendian membutuhkan kira-kira sepertiga

lebih banyak kalsium dan fasfor pada masa kehamilan. Oleh

karena itu pada saat hamil dibutuhkan kalsium yang dapat

membantu mencegah gigi rusak

b) Saliva yang asam pada saat hamil membantu aktivitas

peghancuran bakteri email yang menyebabkan karies.

c) Sendi pelvic sedikit dapat bergerak

d) Bahu tertarik lebih ke belakang dan tulang belakang lebih

melengkung sebagai akibat dari penyesuaian diri karena janin

yang membesar dalam abdomen sehingga tulang belakang

menjadi kifosis (Kumalasari, 2015).

f. Perubahan sistem Gastrointestinal

1) Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus

bagian bawah sehingga terjadi sembelit (konstipasi). Sembelit

semakin berat karena gerakan otot di dalam usus di perlambat oleh

tingginya kadar progesterone.

2) Wanita hamil sering mengalami heartburn (rasa panas di dada)

dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih

lama berada di dalam lambung dan arena


21

relaksasi sfingter di krongkongan bagian bawah yang

memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke krongkongan

sehingga dapat menyebabkan dada terasa panas.

3) Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika

sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan membaik

karena asam lambung yang di hasilkan lebih sedikit (Kumalasari,

2015).

4. Perubahan Psikologis Kehamilan

a. Trimester I

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim penentuan untuk

membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas

psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan

akan kehamilannya. Keadaan ini menciptakan

kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka

dengan suami. Wanita merasa butuh dicintai dan merasakan kuat untuk

mencintai namun tanpa berhubungan seks. Libido sangat di pengaruhi

kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan, kekhawatiran.

Semua ini bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama

(Kumalasari, 2015).

b. Trimester II

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan

kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan

sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum


22

terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah

menerima kehamilannya dan dapat dimulai menggunakan energy dan

pikiran secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat

merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya

sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri (Marjati, 2011).

c. Trimester III

Trimester ke tiga ini sering disebut sebagai priode penantian. Priode ini

wanita merasa kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia

menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Trimester III adalah

waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang

tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi (Kumalasari,

2015).

5. Tanda Gejala Kehamilan

a. Tanda Tidak Pasti (presumtive Sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat

dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tanda

tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

1) Amenorea

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan

folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.

Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi dengan memastikan hari

pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk


23

memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi

amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor

pituitary, perubahan dan factor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya

gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan sering terjadi

pada ibu hamil khusunya ibu yang baru pertama kali hamil (Walyani,

2015).

2) Mual (nausea) muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi

terutama pada pagi hari yang di sebut morning sickness, dalam batas

tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat

menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis

gravidarum

3) Mengidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang

demikian di sebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan

pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya

kehamilan

4) Syncope (pingsan)

Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi


24

terutama jika berada di tempat yang rama, biasanya akan hilang

setelah 16 minggu

5) Kelelahan

Kelelahan sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari

kecepatan penurunan basal metabolisme pada kehamilan, yang

akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas

metabolisme

6) Payudra Tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus pada

payudara, sedangkan kadar progesterone menstimulasi

perkembangan sistem alveolar payudara. Somatomamotropin,

hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara,

menimbulakan perasaan tegang dan nyeri selama 2 bulan pertama

kehamilan, pelebaran putting susu, serta pengeluaran kolustrum

7) Sering Miksi

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada

triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap kandung kemih.

Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena

uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir

triwulan, gejala bisa timbul karena


25

janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali

kandung kemih

8) Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat pristaltik usus (tonus

otot menurun) sehingga kesulitan unuk BAB.

9) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu,

terjadi akibat pengaruh hormon kortikostiroid.

Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini:

a) Sekitar pipi: Cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah

dahi, hidung, pipi, dan leher)

b) Sekitar leher tampak lebih hitam

c) Dinding perut: Striae lividae/gravidarum (terdapat pada seorang

primi gravida, warnanya membiru), striae nigra, linea alba

menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra).

d) Sekitar payudara: Hiperpigmentasi areola mamae sehingga

terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap

wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua

pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam.

Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh darah

menifes sekitar payudara.

e) Sekitar paha dan pantat gterdapat striae.


26

10) Epulis

Hipertropi papilla ginggivae/ gusi, sering terjadi pada triwulan

pertama.

11) Varises/ penampakan pembuluh darah

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.

Varises dapat terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, serta

payudara (Hani dkk, 2011).

b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologi yang dapat

diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik terhadap

wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

1) Pembesaran perut

Pembesaran perut terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi

pada bulan ke empat kehamilan.

2) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya

isthmus uteri.

3) Tanda Goodel

Tanda ini adalah pelunakan serviks pada wanita hamil

melunak seperti bibir.

4) Tanda Chadwicks
27

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina

termasuk juga porsio dan serviks.

5) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena

ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga

daerah tersebut berkembang lebih dulu.

6) Kontraksi Brakton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkat nya

actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,

seporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu,

tetapi baru dapat di amati dari pemeriksaan abdominal pada trimester

ke 3. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan

kekuatan sampai mendekati partus.

7) Teraba Ballothement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin

bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh

tangan pemeriksa.

8) Pemeriksaan Test Biologis Kehamilan

Pemeriksaan ini adalah untuk mendekati adanya human chorionic

gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik selama

kehamilan. Hormon ini di sekresi di peredaran darah ibu (pada plasma

darah), dan di ekskresi pada urin ibu. Hormon ini dapat mulai di

deteksi pada 26 hari


28

setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30- 60 .

tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menuraun

pada hari ke 100-130.(Hani dkk, 2011).

c. Tanda Pasti ( positive )

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan

janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa (Walyani, 2015).

Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut :

1) Gerakan Janin dalam Rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh

pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasa pada usia

kehamilan sekitar 20 minggu biasanya primi lebih cepat

merasakan pergerakan janinnya.

2) Denyut Jantung Janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat

fetal elektrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stethoscope

laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20

minggu

3) Bagian-bagian Janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas

pada usia kehamilan lebih tua (trimester trakhir).


29

Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan

USG.

4) Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat dari foto rontgen maupun USG.

6. Kebutuhan Dasar Selama Kehamilan

a. Oksigen, kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia

termasuk ibu hamil, untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka hamil

perlu melakukan :

1) Latihan nafas melalui senam hamil

2) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi

3) Makan tidak terlalu banyak

4) Kurangi atau hentikan merokok

5) Kontrol ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan

b. Nutrisi, makan-makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi

meskipun tidak berarti makanan yang mahal.gizi pada waktu hamil harus

di tingkatkan 300 kalori perhari, ibu hamil harus mengonsumsi makanan

yang mengandung, protein, zat besi, dan menu cukup cairan (menu

seimbang) (Kuswati, 2014).

1) Kalori

Jumlah kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah 2000

kkal, sedangkan untuk orang hamil dan menyusui masing-


30

masing adalah 2300-2800 kkal, kalori di pergunakan untuk

produksi energi.

2) Protein

Jumlah protein yang dibutuhkan ibu hamill adalah 85 gram per hari.

Sumber-sumber tersebut diperoleh dari tumbuhan- tumbuhan

(kacang-kacanagan) atau hewani (ikan, ayam, telur, keju, susu).

3) Mineral

Pada prinsipnya semua mineral dapat dipenuhi dengan makan-

makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayuran dan susu.

Kebutuhan akan besi pada pertengahan kedua kehamilan kira- kira 17

mg/hari. Untuk kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg

sebagai ferosus, ferofumarat atau feroglukonat per hari dan pada

kehamilan kembar atau pada wanita yang sedikit anemia di butuhkan

60-100 mg/hari.

4) Zat besi

Zat besi yang diperlukan ibu hamil adalah 30 mg/hari. Berupa ferrous

fumarate, atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu

hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. (Prawirohardjo,

2014)

c. Personal Hygine

Kebersihan harus dijaga selama kehamilan. Mandi dianjurkan

setidaknya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk


31

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama

lipatan kulit (ketiak, lipatan bawah buah dada, daerah genetalia)

dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.

1) Perawatan gigi

Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat perhatian karena sering

kali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan

kalsium. Paling tidak dilakukan dua kali pemeriksaan gigi selama

kehamilan, yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Penjadualan

untuk trimester pertama terkait dengan adanya hiperemesis dan

patialisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga

mulut harus selalu terjaga. Sementara itu, pada trimester ketiga, terkait

dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga

perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi

ibu hamil. Ibu dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan

karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya carries

(Prawirohardjo, 2014).

2) Pakaian

Meskipun pakaian bukan hal yang berakibat langsung

terhadap kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika

tetap dipertimbangkan beberapa aspek kenyamanan dalam

berpakaian. Pemakaian pakaian dan kelengkapan yang kurang tepat

akan mengakibatkan beberapa ketidak


32

nyamanan yang akan mengganggu fisik ibu. Gunakan

Pakaian harus longgar,bersih,dan tidak ada ikatan yang ketat pada

bagian perut, Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap

keringat, Memakai bra yang menyokong payudara, memakai sepatu

dan hak yang rendah, pakaian dalam yang selalu bersih (Kuswanti,

2014).

3) Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada

riwayat penyakit seperti :

a) Sering abortus dan kelahiran premature

b) Perdarahan pervaginam

c) Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu

terakhir kehamilan

d) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intrauteri (Kuswanti, 2014).

4) Senam hamil

Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot

sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi optimal dalam

persalinan normal. Senam hamil ditunjukkan pada ibu hamil tanpa

kelainan atau tidak terdapat penyakit yang menyertai kehamilan,

yaitu penyakit ginjal, jantung, penyulit kehamilan (hamil dengan

perdarahan, hamil dengan kelainan


33

letak), dan kehamilan disertai anemia. Senam hamil dimulai pada

usia kehamilan 24 sampai 28 minggu.

7. Diagnosa Kehamilan

Menurut (Marjati, 2011) diagnosa banding nulipara dan multipara dapat

dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 2.2
Diagnosa Banding Primipara dan Multipara
No. Primipara Multipara
Perut longgar,perut gantung
1. Perut tegang
dan banyak striae
2. Pusat menonjol Tidak begitu menonjol
3. Rahim tegang Rahim agak lunak
Kurang tegang dan
4. Payudara tegang tergantung ada terdapat
striae
Labia mayora tampak
5. Labia mayora tampak terbuka
Bersatu
Hymen tampak koyak
6. Kurunkula himenalis
pada beberapa tempat
Vagina sempit dengan Lebih besar, rugae kurang
7.
rugae yang utuh menonjol
Serviks licin, bulat dan Bisa terbuka dengan satu jari,
8. tidak dapat dilalui oleh kadang kala ada luka bekas
satu ujung jari robekan persalinan yang lalu.
Bekas robekan atau bekas
9. Perineum utuh dan baik
episiotomy
Pembukaan serviks a. Mendatar sambil
a. Serviks mendatar membuka hamper
dulu, baru membuka sekaligus
10.
b. Pembukaan rata-rata 1 b. Pembukaan 2 cm dalam 1
cm dalam 2 jam jam
Bagian terbawah janin Biasanya tidak terfiks pada
11. turun pada 4-6 minggu PAP sampai persalinan
akhir kehamian mulai.
Persalinan hampir
Biasanya tidak selalu dengan
12. selalu dengan
episiotomy,
episiotomy
34

8. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Peradarahan pervaginam

Peradarahan vagina dalam kehamilan adalah normal. Pada masa awal

sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit

atau spotting disekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini

adalah perdarahan implantasi dan normal. Pada waktu yang lain dalam

kehamilan, perdarahan kecil mungkin pertanda dari friable cervix .

Perdarahan semacam ini mungkin normal atau suatu pertanda adanya

suatu infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal

adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang

sangat menyakitkan. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan

mola atau kehamilan ektopik.

b. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala pada saat kehamilan yang sering kali terjadi merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang

menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat

yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat.

c. Masalah penglihatan

Pandangan kabur akibat pengaruh hormonal dalam kehamilan,

Masalah penglihatan yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan visual secara mendadak,


35

d. Bengkak pada muka dan tangan

Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengak yang normal pada

kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah

beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat

menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada permukaan

muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan

keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia,

gagal jantung, atau preeklamsia

e. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri perut akut (acute abdomen) merupakan keluhan yang sering

didapatkan pada ibu hamil. Yang dimaksud dengan nyeri perut akut

adalah setiap keadaan akut intra abdomen yang ditandai dengan rasa

nyeri, otot perut tegang,nyeri tekan serta Nyeri perut akut (acute

abdomen) merupakan keluhan yang sering didapatkan pada ibu hamil.

Nyeri perut akut adalah setiap keadaan akut intra abdomen yang ditandai

dengan rasa nyeri, ototperut tegang, nyeri tekan serta

memerlukan tindakan bedah emergensi (Prawirohardjo, 2014).

f. Gerakan janin tidak terasa

Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6,

beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih. Jika janin tidur

gerakannya akan melemah. Janin harus bergerak


36

paling sedikit 3 kali dalam priode jam, gerakan janin akan lebih mudah

terasa jika ibu berbaring, termasuk tanda bahaya adalah bila gerakan

janin mulai berkurang bahkan tidak ada sama sekali biasanya gerakan

janin dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu

g. Demam

Demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu

maupun janin, oleh karena itu harus segera mendapatkan pertolongan

dari bidan maupun dokter

h. Keluar cairan pervaginam secara tiba-tiba

Keluar cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,

Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan

preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm

(Saifuddin, 2011).

9. Asuhan Antenatal Care

a. Tujuan asuhan antenatal care

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

social ibu juga bayi.


37

3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dan menerima kelahiran bayi

agar dapat tumbuh kembang secara norma (Marjati, 2011).

b. Jadwal pemeriksaan antenatal

Frekuensi pelayanan ANC ditetapkab 6 kali kunjungan ibu hamil,

selama kehamilannya dengan ketentuan sebagai berikut:

1) 2 kali pada trimester pertama

2) 1 kali pada trimester dua

3) 3 kali pada trimester ketiga ( Kemenkes, 2020 )

c. Standar asuhan pelayanan antenatal

Menurut (Nurjasmi, 2016) dalam melakukan pemeriksaan antenatal,

tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai

standar (10T) terdiri dari :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan Penimbangan berat

badan pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan


38

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9

kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan

dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi

badan ibu hamil kuraangdari 145 cm menigkatkan risiko untuk

terjadinya CPD (Cephal Pelvic Disproportion).

2) Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi

(tekanan darah ≥140/90 mmHg) pada kehamilan dan

preeklampsia (hipertensi disertai odema wajah).

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas / LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK.

Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)

dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).


39

4) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri ada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan usia

kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar

pengukuran menggunakan pita pengukuran setelah kehamilan 24

minggu.

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. DJJ lambat kurang dari

120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit

menunjukkan adanya gawat janin.

6) Skiring status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid

(TT) bila diperlukan untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum,

ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama,

ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT

pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini.

Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan

perlindungan terhadap infeksi tetanus, jika telah selesai TT5 makan

ibu tidak perlu lagi disuntik imunisasi TT.


40

Tabel 2.3
Pemberiaan vaksin TT yang sudah pernah imunisasi
Pernah Pemberian dan selang waktu minimal

1 Kali TT 2, 4 minggu setelah TT 1 (pada kehamilan)

2 kali TT 3, 6 bulan setelah TT 2 (pada kehamilan)

3 kali TT 4, 1 tahun setelah TT 3

4 kali TT 5, 1 tahun setelah TT 4

5 kali Tidak perlu lagi

7) Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Tablet besi untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil

harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam

folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak

kotak pertama.

Kebijakan program kesehatan ibu dan anak (KIA) di

Indonesia saat ini menetap :

a) Pemberian tablet Fe (320 mg Fe Sulfat dan 0,5 mg asam folat)

untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet selama 90 hari.

Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama

kehamilan yaitu 100 mg.

b) Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-

3 kali satu tablet/hari selama 2-3 bulan dilakukan, pemantauan Hb

(bila masih anemia), pemeriksa sampel tinja untuk melihat

kemungkinan adanya cacing tambang dan


41

parasit lainnya, dan pemeriksaan darah tetapi terhadap parasit

malaria (di daerah endemik).

8) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah

pemeriksaan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada

setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, protein

urine dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria,

IMS, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus dalah

pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada

ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.

9) Tatalaksana/penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

bidan. Kasus-kasus yang tidak ditangani dirujuk sesuai dengan

sistem rujukan.

10) Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi :

a) Kesehatan ibu dan perilaku hidup bersih dan sehat

b) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan
42

c) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasi

d) Asupan gizi seimbang serta gejala penyakit menular dan tidak

menular

e) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah

epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan

TB daerah epidemic rendah.

f) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

g) KB pasca persalinan dan imunisasi

h) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

booster) .

B. Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan oleh bidan maupun dokter

obgyin (Marmi, 2012).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul

dengan pelepasan dan pengeluaran plasenta serta selaput janin dari tubuh

ibu. Persalianan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan

cukup bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.


43

Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Kumalasari, 2015).

2. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Walyani dan Purwoastuti, 2015 yang termasuk tanda-tanda

persalinan meliputi :

1) Adanya kontraksi rahim

Secara umum tanda awal bahwa ibu hamil untu melahirkan adalah

mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi

tersebut berirama, teratur, dan involunter, umumnya kontraksi bertujuan

untuk menyiapkan mulut rahim untuk membesar dan meningkatkan aliran

darah di dalam plasenta.

2) Keluar lendir bercampur darah

Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal

kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal

pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarna lendir yang

berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi

yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi

lunak dan membuka.

3) Keluarnya air-air (ketuban)

Keluarnya air yang jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang

pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Jika ketuban


44

yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah, maka sudah saatnya

bayi harus keluar.

4) Pembukaan serviks

Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontrasi yang

berkembang. Tanda ini tidak diketahui oleh pasien tetapi dapat

diketahui melalui pemeriksaan dalam.

Tanda-Tanda Awal Persalinan a.)

Timbulnya his persalinan

1. Nyeri melingkar dari punggung memancar keperut bagian depan

2. Makin lama makin pendek intervalnya

3. Kalau dibawah berjalan bertambah kuat

4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan

serviks. (Kartini, 2016 )

3. Tahapan Persalinan

a. Kala I (Pembukaan)

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi

pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10

menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi

menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka

sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10

cm. Kontraksi lebih kuat dan


45

sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan

berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang

bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam,

Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida

1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Perhitungan

tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

(Sulistyawati, 2012).

b. Kala II (Pengeluaran Bayi)

Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan

meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:

1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100

detik.

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah akan pecah

3) Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

4) Kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi

sehingga kepala bayi membuka pintu: Suboksiput bertindak


46

sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun- ubun besar,

dahi, hidung, dan muka serta kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan jalan berikut:

a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,

kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan,

dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

b) Kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan

bayi.

c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multi

gravid 30 menit.

c. Kala III (Pengeluaran Plasenta)

Kala II terjadi dengan kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai

10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta

pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda

uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta

dilepas ke segmen bawah


47

rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan, dan

melahirkan plasenta

Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat

implantasinya, dipakai beberapa prasat (Marmi, 2016).

a) Perasat Kustner

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan

kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk

kembali dalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding

uterus.

b) Perasat Strassman

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan

kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila tidak terasa getaran, berarti

plasenta telah lepas dari dinding uterus.

c) Perasat Klein

Wanita tersebut disuruh mengejan dan tali pusat tampak turun ke

bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk

kembali kedalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding

uterus.

d) Perasat Crede,

Memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari

dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila terpaksa misalnya

perdarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan


48

kecelakaan perdarahan postpartum. Pada orang yang gemuk, perasat

crede sukar atau tidak dapat dikerjakan.

d. Kala IV

Masa sampai 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas

pertimbangan bayi praktis masih diakui adanya kala IV persalinan,

meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa

nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul

pendarahan. (Kartini, 2020b).

4. Sebab Mulainya Persalina

Selama kehamilan dalam tubuh wanita terdapat dua hormone yang

dominan:

a. Estrogen

Meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin ddan

mekanis.

b. Progesteron

Menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar

seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis, serta

menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, 2012).

Adapun teori-teori tersebut diantarannya:

1) Teori penurunan Hormon


49

Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi

penurunan kadar esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot-otol polos rahim, jika kadar progesteron

turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan

menimbulkan his (Sulistyawati, 2010).

2) Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar

estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan

pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim (Marmi,

2012).

3) Teori Distensi Rahim

a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

b) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

c) Contohnya pada kehamilan gemeli

4) Teori Oksitosin

a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi

Braxton Hicks.

c) Menurunya konsentrasi progesteron karena magangnya usia

kehamilan menyebabkan fisik meningkatkan aktivitasnya


50

dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan

akhirnya persalinan dimulai (Rohani, 2011).

5) Indikasi Persalinan

Persalinan dapat juga di timbulkan dengan jalan sebagai berikut.

a) Gagang laminaria: dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam

kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.

b) Amniotomi: pemecahan ketuban

c) Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse

(Sulistyawati, 2012).

5. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a. Power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang

mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot

perut, (Marmi, 2014).

1) Kontraksi Uterus (HIS)

Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan susunan berupa anyaman yang

sempurna. Tediri atas lapisan otot longitudinal dibagian luar, lapisan

otot sirkular dibagian dalam, dan lapisan otot menyilang diantara

keduannya. Ketika otot rahim berkontraksi maka pembuluh darah

yang terbuka setelah plasenta lahir akan terjepit oleh otot dan

perdarahan dapat berhenti


51

2) Kontraksi Dinding Rahim

3) Kontraksi Diafragma perlvis atau kekuatan mengejan

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum

b. Passage

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan

dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran

dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

Jalan lahir dibagi atas:

1) Bagian keras: Tulang-tulang panggul

2) Bagian lunak: Uterus, otot dasar panggul dan perineum

Ruang panggul (Pelvic Cavity) dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Pelvis mayor (flase pelvic), diatas linea terminalis.

2) Pelvis minor (true pelvic), dibawah linea terminalis

Bidang-bidang Panggul:

Bidang hodge adalah bidang semua sebagai pedoman untuk menentukan

kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui

pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT).

Bidang hodge terbagi empat antara lain sebagai berikut:

1) Bidang Hodge I: Bidang datar yang melalui bagian atas simpisis dan

promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas pamggul


52

2) Bidang Hodge II: Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I

terletak setinggi bagian bawah simpisis

3) Bidang Hodge III: Bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan

II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.

4) Bidang Hodge IV: Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II,

dan III terletak setinggi os koksigis (Prawirohardjo, 2014).

c. Pasanger

1) Janin

Hubungan janin dengan jalan lahir:

a) Sikap: Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin satu sama lain,

biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (avoid) kira-kira sesuai

dengan kavum uterus.

b) Letak (situs): Menujukkan hubungan sumbu janin dengan sumbu

jalan lahir, bila kedua sumbunya sejajar disebut letak memanjang,

bila tegak lurus satu sama lain disebut letak melintang.

c) Presentasi dan bagian bawah: Presentasi menunjukkan bagian janin

yang berada dibagian terbawah jalan lahir.

d) Posisi dan Penyebutnya: Posisi menujukan hubugan bagian janin

tertentu (Penyebut, umpamanya ubun- ubun kecil, dagu atau

sacrum) dengan bagian kiri, kanan, depan, lintang (lateral) dan

belakang dari jalan lahir (Sulistyawati, 2012).


53

2) Plasenta

Plasenta dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.

Sehingga harus di lahirkan melalui jalan lahir, namun plasenta jarang

menghambat proses persalinan pada persalinan normal. Plasenta

memiliki peranan berupa tansport zat dari ibu ke janin, penghasil

hormone yang berguna selama kehamilan, serta sebagai barier.

Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelaianan

pada plasenta akan menyebabkan kelaianan pada janin ataupun

mengganggu proses persalinan (Marmi, 2012).

3) Air Ketuban

Air ketuban merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air

ketuban dapat dijadikan acuan dalam

menentukan diagnose kesejahteraan janin (Sulistyawati, 2012).

d. Psikologis Ibu

Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman

bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada

kehidupan ibu (Walyani, 2015).

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani

komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.


54

Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam

menghadapi proses persalinan.

6. Mekanisme Persalinan

Engagement dan penurunan merupakan dua mekanisme persalinan.

Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk

menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Ada tiga ukuran diameter kepala

janin yang digunakan sebagai patokan dalam mekanisme persalinan normal,

antara lain :

a. Jarak biparietal, merupakan diameter melintang terbatas dari kepala

janin, dipakai di dalam definisi penguncian (engagement).

b. Jarak suboksipito bregmatika, jarak antara batas leher dan oksiput ke

anterior fontanel, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan

presentasi kepala.

c. Jarak oksipitomental, merupakan diameter terbesar dari kepala janin, ini

adalah diameter yang bersangkutan dengan hal presentasi dahi.

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap

gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya

seluruh anggota badan bayi.

1) Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalianan karena daya dorong dari

kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari

pasien.
55

2) Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparetal dari kepala

janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

3) Fleksi

Proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal

yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin

terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar

panggul, pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahannya

akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat

diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah

dalam keadaan fleksi maksimal.

4) Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter

anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan dari

dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien.

Rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah

sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala

yang dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang

mempunyai kontraksi efisien.

5) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul,

dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carus,


56

yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian

leher belakang di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simpisis

pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang

berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala

yang menyebabkan ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva-vagina

membuka lebar.

6) Restitusi

Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan

atau ke kiri bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran

menuju posisi oksiput anterior.

7) Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi bersama dengan putaran internal dari bahu. Pada

saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami

perputaran dalam arah yang sama dengan kepala, janin agar

terletak dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu

anterior akan terlihat pada lubang vagina-vulva, Putaran ini terjadi

bersama dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin

mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam

arah yang sama dengan kepala, janin agar terletak dalam diameter

yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada

lubang vagina-vulva.
57

7. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

Beberapa kebutuhan fisiologis dasar ibu selama proses persalinan antara

lain :

a. Makanan dan minuman

Pemberian makanan padat pada pasien memungkinkan sewaktu- waktu

memerlukan tindakan anastesi tidak disetujui, karena makanan yang

tertinggal dilambung akan menyebabkan aspirasi pneumoni (terdesak dan

masuk dalam saluran pernafasan) (Sulistyawati, 2012).

b. Istirahat

Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks, diawal

persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai

persiapan untuk menghadapi persalinan yang panjang. Posisi

dikombinasikan dengan aktivitas dalam ambulasi sesuai kenyamanan ibu

c. Buang air kecil (BAK)

Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri

sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi

terpenuhi (Sulistyawati, 2012)

d. Buang air besar (BAB)

Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan

untuk BAB. kondisi ini penting bagi keluarga serta


58

bidan untuk menunjukkan respons yang positif dalam hal kesiapan

untuk memberikan bantuan (Sulistyawati, 2012).

e. Posisi dan ambulasi

Posisi yang aman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien,

selain mengurangi pada ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu

justru akan memebantu proses penurunan kepala janin sehingga

persalinan akan berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontra indikasi

dari keadaan pasien). Beberapa posisi dapat diambil antara lain

Rekumben lateral (miring), lutut-dada duduk, berdiri, berjalan, dan

jongkok

f. Akses intervena

Ada 2 tujuan pemasangan infus, yakni:

1) Sebagai jalur obat, cairan atau darah untuk mempertahankan

keselamatan ketika terjadi kegawatdaruratan obstetric.

2) Sebagai cara mempertahankan hidrasi maternal.

8. Tanda dan Gejala Perasalinan

a. Perasaan Distensi Berkurang (Lightening)

Lightening yang mulai dirasa kira-kira dua minggu seelum

persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis

minor

b. Perubahan serviks

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas

Braxton hiks. Serviks menjadi matang selama periode yang


59

berbeda-beda sebelum persalinan, kematangan serviks mengindikasikan

kesiapan untuk persalinan. Setelah menentukan kematangan serviks,

bidan dapat meyakinkan ibu bahwa ia akan berlanjut ke proses

persalinan begitu muncul kontraksi persalinan dan bahwa waktunya

sudah dekat agar ibu dapat mempersiapkan dirinya (Asri dkk, 2013).

c. Persalinan palsu

Kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang member pengaruh signifikan

terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya

sebenarnya timbul akibat kontraksi Beaxton hicks yang tidak

nyeri, yang telah terjadi sekitar enam minggu kehamilan.

d. Ketuban pecah

Kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I

persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalian, disebut ketuban

pecah dini (KPD). Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia

kehamilan cukup bulan dan mengalai KPD mulai mengalami

persalinan spontan mereka dalam waktu 24 jam (Asri dkk, 2013).

e. Blood Show

Plak lender disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir

serviks pada awak kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung

dan menutup jalan lahir selama kehamilan.


60

Pengeluaran plak inilah yang dimaksud sebagai bloody show. Blody

show paling sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur darah yang

lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni,

ketika melihat rabas tersebut, wanita seringkali berfikir bahwa melihat

tanda persalinan. Kadang- kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam

bentuk masa. Plak yang keluar pada saat persalinan berlangsung dan

terlihat pada vagina seringkali disangka tali pusat yang lepas. Blody

show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24

sampai 48 jam (Asri, 2013).

f. Lonjakan energi

Wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam

sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa

letih secara fisik dan lelah secara hamil, mereka terjaga pada suatu hari

dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita ini merasa

enerjik melakukan sebelum kedatangan bayi, selama beberapa

jam sehingga mereka semangat

melakukan berbagai aktivitas yang sebelumnya tidak mampu mereka

lakukan, akibatnya mereka memasuki masa persalinan dalam keadaan

letih.

Lonjakan energi memungkinkan wanita tersebut memperoleh

energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita tersebut

harus di beri informasi tentang kemungkinan lonjakan


61

energi ini dan diarahkan untuk menahan diri menggunakannya dan

menghematnya untuk persalinan (Asri, 2013).

9. Lima Benang Merah

a. Membuat Keputusan Klinik

Keputusan klinik merupakan proses yang menentukan untuk

menyelesaikan masalah dan merencanakan asuhan yang diperlukan oleh

pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi

pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.

b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan

dan keinginan ibu. Beberapa prinsip-prinsip dasar asuhan sayang ibu

adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan

bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama masa

persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai

proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan

mendapat rasa aman dan hasil yang lebih baik (APN, 2017).

c. Pencegahan Infeksi

Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang

dan atau dari peralatan atau sarana kesehatan ke orang dapat

dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara


62

mikroorganisme dan individu. Penghalang ini dapat berupa proses secara

fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi meliputi:

1) Cuci tangan

2) Pakai sarung tangan

3) Penggunaan cairan antiseptic.

4) Pemrosesan alat bekas (Dekontaminasi, desinfeksi,

desinfeksi tingkat tinggi, mencuci dan membilas, sterilisasi).

a) Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah tindakan yng dilakukan untuk memastikan

bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-

benda (perlatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang

terkontaminasi darah dan cairan tubuh, cara memastikannya

adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda

tersebut setelah terpapar atau terkontaminasi darah atau cairan

tubuh.

b) Desinfeksi

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua

mikroorganisme penyebab penyakit pada benda mati atau

instrumen.

c) Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

Proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa

endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengkukus,

atau penggunaan desifektan kimia.


63

d) Mencuci dan membilas

Proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran,

darah, dan bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan

membuang sejumlah besar mikroorganisme untuk mengurangi

resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau mengangi benda

tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan sabun atau

detergen dan air, pembilasan dengan air bersih dan pengeringan

secara seksama).

e) Sterilisasi

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua

mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) termasuk endospora

bakteri pada benda-benda mati atau instrumen. Prinsip-prinsip

pencegahan infeksi :

a) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan

penyakit.

b) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

c) Permukaan benda disekitar kita, peralatan atau benda- benda

lainnya yang akan dan telah bersentuh dengan permukaan kulit

yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap

terkontaminasi, sehingga harus diproses secara benar.


64

d) Jika tidak diktahui apakah permukaan atau bend lainnya

telah diproses maka semua itu harus dianggap masih

terkontaminasi.

e) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat

dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan

tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan

konsisten.

d. Pencatatan (Dokumentasi)

Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika

asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan.

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik

karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus

memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan

kelahiran bayi.

Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang

telah dikumpulkan dan lebih efektif dalam merumusakan suatu

diagnosis dan membuat rencanan asuhan atau perawatan bagi ibu dan

bayinya.

e. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas

rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana yang lebih lengkap,

diharapkan mampu menyelamatkan jiwa, diharapakan mampu

menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.


65

Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu (BAKSOKUDA):

1) Bidan

Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh

penolong persalinan yang kompeten untuk melaksanakan gawat

darurat obstetric dan BBL untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

2) Alat

Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan persalinan, masa

nifas, dan BBL (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi, dll)

bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkpan dan bahan-bahan

tersebut mungkin diperlukan.

3) Keluarga

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi

dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka

alasan dan tujuan rujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut

4) Surat

Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan. Surat ini

memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL. Cantumkan alasan

rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat- obatan yang

diterima ibu dan BBL.

5) Obat
66

Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas

rujukan.

6) Kendaraan

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu

dalam kondisi yang nyaman.

7) Uang

Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup

untuk membeli obat-obatan yang diperlukan.

8) Darah

Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat

sebagai persiapan jika terjadi perdarhan.

10. Asuhan Persalinan Normal

Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang

diberikan secara bersih dan aman selama persalinan berlangsung APN

terdiri atas :

Tabel 2.4: Uraian APN


No Uraian Langkah
1 Melihat tanda dan gejala kala dua 1
2 Menyiapkan pertolongan persalinan 2-6
3 Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik 7-10
4 Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses 11-13
pimpinan meneran

5 Persiapan pertolongan kelahiran bayi 14-17


6 Menolong kelahiran bayi dan lahirnya kepala 18-21
7 Lahir bahu 22-24
67

8 Penanganan bayi baru lahir 25-30


9 Oksitosin 31-33
10 Penegangan tali pusat terkendali 34-36
11 Mengeluarkan plasenta 37-38
12 Pemijatan uterus 39
13 Menilai perdarahan 40-41
14 Melakukan prosedur pasca melahirkan 42-52
15 Kebersihan dan keamanan 53-59
16 Partograf 60
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva –vagina dan spingter anal membuka

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan

tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung tangaan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam
68

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan

kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengotaminasi tabung suntik).

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah

dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau

anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan cara

seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas

atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti

sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).

8. Menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput

ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan

amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % selama

10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).


69

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 x/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan DJJ, dan asuhan lainnya

dalam partograf.

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin

sesuai dengan pedoman persalinan aktip dan pendokumentasikan

temuan-temuan

b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan member semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisiibu untuk meneran.

(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan

ibu merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran:

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk

meneran.
70

b. Mendukung dan member semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f. Mengajurkan asupan per oral.

g. Menilai DJJ setiap 5 menit.

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60

menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak

mempunyai keinginan untuk meneran.

i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi

yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan

ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi- kontraksi tersebut

dan beristirahat di antara kontraksi.

j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, etakkan

handuk bersih di atas perutibu untuk mengeringkan bayi

15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
71

16. Membuka partus set

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapasi dengan kain tadi , letakkan

tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan

tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-

lahan. Meganjurkan ibu meneran perlahan- lahan atau bernapas cepat

saat kepala lahir.

19. Menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang

bersih dengan lembut

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar , lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi

b. Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengklemnya di dua tempat

dan memotongnya

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke

arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah


72

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke

arah luar untuk melahirkan bahu posterior

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi

yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan

lengan posterior lahir ke tangan tersebut kemudian penolong

mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,

gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat

dilahirkan menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas

(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat

punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan hati-hati

membantu kelahiran kaki.

25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi

di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan). Bila bayi asfiksia, lakukan resusitasi.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan

kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitoksin (lihat keterangan

di bawah).
73

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting

dan memotong tali pusatdi anatara dua klem tersebut.

29. Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi

bagian kepala bayi membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil

tindakan yang sesuai.

30. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen

untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua

32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

33. Waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitoksin 10 unit

I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.

34. Memindahkan klem pada tali pusat

35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas

tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan


74

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan

klem dengan tangan yang lain

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke

arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik

tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva

jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva

b. Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit :

1) Mengulangi pemberian oksitoksin 10 unit I.M

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung kemih

dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua

tangan dengan hati-hati memutar plasenta


75

hingga selaput ketuban terpilin. Jika selaput ketuban robek , memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina

dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem

atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian

selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

menjadi keras).

40. Memeriksa kedua plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput

ketuban lengkap dan uth . Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik

atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung

tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya

dengan kain yang bersih dan kering.


76

44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling

tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin

0,5%.

47. Meneyelimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan vagina.

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan

yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteris

e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukukan

penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan

memeriksa kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.


77

52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pascapersalinan.Memeriksa temperatur suhu tubuh

sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas pakaian setelah

dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah

yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah . Membantu

ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan

yang diinginkan

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin 0,5%

dan membilas dengan air bersih

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).


78

11. Partograf

Partograf digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu

petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.

Penerapan partograf ditujukan pada kehamilan normal yang

direncanakan untuk persalinan pervaginan, dengan memperhatikan

garis waspada dan garis tindakan sebagai titik tolak evaluasi pertolongan

persalinan jika patograf melewati garis waspada maka ibu harus dirujuk

(Manuaba, 2010).

a. Denyut jantung janin, dicatat setiap 30 menit

b. Air ketuban, dicatat setiap melakukan pemeriksaan vagina: U :

Selaput utuh

J : Selaput pecah, air ketuban jernih M

: Air ketuban bercampur mekonium D :

Air ketuban bernoda darah

K : Tidak ada cairan ketuban (kering)

c. Perubahan bentuk kepala janin (molding dan molase) :

0 : sutura terpisah

1 : Sutura tepat bersesuaian

2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat di perbaiki

3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat di perbaiki

d. Pembukaan mulut rahim (serviks), dinilai setiap 4 jam dan di beri

tanda silang (x).


79

e. Penurunan, mengaju pada bagian kepala (di bagi 5 bagian) yang teraba

(pada pemeriksaan abdomen/luar) di atas simpisis pubis, dicatat

dengan tanda lingkaran (O).

f. Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah diajalani sesudah

pasien di terima

g. Jam, dicatat jam sesungguhnya

h. Kontraksi, dicatat setiap 30 menit, melakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap

kontraksi dalam hitungan detik

i. Oksitosin, apabila memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin per

volume cairan infuse dan dalam tetesan permenit

j. Obat yang diberikan, dicatat semua obat lain yang diberikan

k. Nadi, dicatat setiap 30-60 menit pada fase aktif serta ditandai

dengan sebuah titik besar (.)

l. Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah

m. Suhu badan, dicatat setiap 4 jam pada fase laten, dan 2 jam pada

fase aktif

n. Protein, aseton, volume urine, dicatat setiap kali ibu berkemih

(Saifuddin, 2011).
80

C. Nifas

1. Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari ( Saifuddin, 2016)

Periode postpartum terdiri dari periode immediate postpartum,

early postpartum dan late postpartum. Immediate postpartum yaitu

masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan dua puluh empat jam

pertama. Periode early postpartum mulai dari dua puluh empat jam sampai

satu minggu dan periode late postpartum mulai satu minggu pertama

sampai lima minggu (Mardiatun, 2015).

2. Proses Masa Nifas

a. Pengecilan rahim atau involusi

Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat

mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah

selnya. Bentuk otot rahim mirip jala berlapis 3 dengan serat-

seratnya,yang melintang kanan, kiri dan transversal.

Diantara otot-otot itu ada pembuluh darah yang mengalir darah ke

plasenta. Setelah plasenta lepas, otot rahim akan berkontraksi atau

mengerut, sehingga pembuluh darah terjepit dan pendarahan berhenti.

Setelah bayi lahir, umumnya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan

dapat diraba kira-kira 2 jari dibawah umbilikus.


81

Setelah 1 minggu beratnya sekitar 300gr dan tidak dapat diraba lagi.

Secara alamiah rahimm akan kembali mengecil perlahan- lahan

kebentunya semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gr.

b. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal Selama

hamil darah ibu relatif encer, karea ccairan darah ibu banyak,

sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan

kadar Hemoglobin (Hb) akan tampak sedikit

menurun dari angka normal sebesar 11-12 gr%. Jika hemoglobin terlalu

rendah setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan kembali

seperti semula. Darah kembali mengental, dimana kadar perbandingan

sel darah dan cairan darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi

pada hari ke-3 sampai hari ke-15 pasca persalinan.

c. Proses laktas dan menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta

mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. ASI keluar 2-3 hari pasca melahirkan.

3. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Andina,

2018).
82

a. Purperium dini, yaitu kepuilhan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan

lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Purperium Intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat ginetlia

yang lamanya 6-8 minggu

c. Remote Purperium, yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih kembali

dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-minggu

, berbulan-bulan atau tahunan.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Perubahan ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi

untuk meraba dimana TFU-nya

a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000

gram.

b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.

c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat

d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan

berat 350 gram.

e) Pada 6 minggu post partum, tinggi fundus uteri mengecil (tak

teraba) dengan berat 50 gram

2) Lochea
83

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.

Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik

dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam

yang ada pada vagina normal.

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:

a) Lochea Rubra/merah (kruenta)

Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanungo (rambut bayi) dan meconium.

b) Lochea Sanguiloenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.

c) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklaan karena mengandung serum,

leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7

sampai hari ke 14 postpartum (Sulistyawati, 2012).

d) Lochea alba/putih

Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender

serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa


84

belangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum

(Ambarwati, 2010).

Table 2.5
Perbedaan masing-masing lochea
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Terdiri dari darah segar, jaringan


Merah sisa- sisa plasenta, dinding rahim,
Rubra 1-3 hari
kehitaman lemak lanugo (rambut
bayi), dan sisa meconium

Merah
Sisa darah bercampur
Sanguinolenta 4-7 hari kecoklatan
Lender
Berlendir

Lebih sedikit darah dan lebih


Kuning banyak serum, juga terdiri dari
Serosa 7-14 hari
kecoklatan leukosit dan robekan/laserasi
plasenta

Mengandung leukosit, sel


Kurang dari
desidua dan sel epitel ,
Alba 14 hari Putih
selaput lendir serviks dan
postpartum
serabut jaringan yang mati

Lokia Terjadi infeksi, keluar cairan seperti


Putih
Purulenta nanah busuk

Lokia tidak lancer


Lokiastasis
keluarnya.

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh

pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat

laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang


85

terjadai selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada

keadaan sebelum hamil (Ambarwati, 2010).

Bentuknya seperti corong karena di sebabkan oleh korpus uteri

yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks

terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10

cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap.

Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,

setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6

postpartum serviks menutup

3) Vulva Dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara

bertahap dalam 6 sampai 8 minggu postpartum.

Penurunan hormone ekstrogen pada masa postpartum berperan

dalam penyisipan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan

terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4. (Ambarwati, 2010).

b. Sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam

proses tersebut:

1) Oksitosin
86

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama

tahap ketiga persalinan, hormone oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi

ASI dan sekresi oksitosin.

2) Prolaktin

Rangsangan payudara sampai pengeluaran ASI (Andina,2018)

3) Estrogen dan Progesteron

Esterogen berfungsi merangsangan perkembangan duktus, pada

kehamilan rangsangannya tinggi sedangkan pada pasca lahir lebih

rendah. Progesteron berfungsi merangsangan pembentukan lobulus

dan alveolus (Andina ,2018)

c. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

1) Suhu

Dalam 24 jam postpartum suhu akan naik 37,5oC-38 oC yang

merupakan pengaruh dari proses persalinan dimana ibu banyak

kehilangan banyak cairan dan kelelahan

2) Nadi

Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Denyut

nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat.

Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah


87

abnormal dan hal ini akan menunjukkan adanya kemungkinan

infeksi

3) Tekanan Darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum akan

menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-

penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengbatan,

tekanan darah normalnya 120/80 mmHg pada umumnya jika lebih

dari itu maka dikatakan bahwa ibu mengalami preeklamsia yang

dapat berbahaya bagi kehamilannya (Andina,2018)

5. Perubahan Psikologis Masa Nifas

a. Taking in period

Masa ini terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat bergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya,

ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang

dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti mules,

nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang

tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu istirahat yang

cukup untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami,

seperti menangis, dan mudah tersinggung. Pada fase ini petugas

kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu

dapat
88

melewati fase ini dengan baik. Ibu hanya ingin didengarkan dan

diperhatikan. Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu

yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.

Kehadiran suami sangat diperlukan pada fase ini

b. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitive sehingga

membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi

kritikan yang dialami (Andina,2018).

c. Letting go period

Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Priode ini

sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh

keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab

terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala

kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan

berkurangnya hak ibu, keterbatasan dan hubungan sosial (Sulistyawati,

2012).

6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

a. Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,

karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu

dan sangat mempengaruhi susunan air susu.


89

Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,

tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai

berikut :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalri tiap hari

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pascapersalinan

5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit

b. Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

untuk berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai

pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal,

tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomy, dan tidak

memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps uteri atau istirahat.

Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain :

1) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.

2) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.


90

3) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu

mengenai cara merawat bayinya.

4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)

c. Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan- jalan

ringan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam

demi jam sampai hitungan hari. Eliminasi: BAK dan BAB

1) BAK

Pengeluaran urine akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai

hari ke lima post partum karena volume darah ekstra yang

dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.

Ibu harus berkemih sepontan dalam 6-8 jam post partum. Pada ibu

yang tdak bisa berkemih motivasi ibu untuk berkemih dengan

membasahi bagian vagina atau melakukan kateterisasi

(Kumalasari, 2015).

2) BAB

Pasien harus segara buang air besar karena semakin lama feses

tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air

besar secara lancer. Feses yang tertahan dalam usus semakin lama

akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu

terserap oleh usus. Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak

takut buang air besar karena buang air besar tidak akan menambah

parah luka
91

jalan lahir. Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien untuk

makan makanan yang berserat dan banyak minum air putih

(Sulistyawati, 2012).

d. Istirahat dan Tidur

Hal yang biasa dilakukan pada ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur adalah berikut:

1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan, serta untuk tidur sering atau beristirahat selagi

bayi tidur.

3) Kurang istrahat akan mempengaruhi ibu

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi

dan dirinya sendiri (Saifuddin, 2014).

e. Latihan/senam nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh

wanita, involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan,

akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai

adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat

terganggu. Cara untuk


92

mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti

semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas.

Tabel 2.6
Kunjungan masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
setelah
uteri
persalinan
2. Mendeteksi dan merawat penyebab
lainperdarahan: rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas
4. Memberikan ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
6. Menjaga bayi tetap hangat dengan mencegah
hipotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk
jam pertama kelahiran, atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal:
persalinan
uterus berkontraksi dengan baik, fundus dibawah
umbilikus , tidak ada perdarahan abnormal
2. Menilai adanya tanda-tanda demam
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan penyulit
93

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai


asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat, dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu
setelah Sama seperti 6 hari setelah persalinan
persalinan
4 6 minggu 1. Memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, tinggi
setelah
fundus uteri dan pengeluaran pervaginam
persalinan
2. Memberitahukan pada ibu bahwa aman untuk
memulai hubungan suami kapan saja ibu siap
3. Menganjurkan ibu dan suami untuk memakai alat
kontrasepsi dan menjelaskan kelebihan,
kekurangan dan efek sampingnya.

7. Komplikasi Masa Nifas

a. Infeksi Nifas

Infeksi masa nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia,

terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 atau

lebih selama dua hari dalam sepuluh hari pertama pascapersalinan,

dengan pengecualian 24 jam pertama (Marliandiani, 2015).

b. Komplikasi lain dalam masa nifas

1) Perdarahan pervagiman

Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorhagae) yang

terjadi pada 24 jam pertama. Perdarahan postpartum sekunder (late

post partum hemorrhagae) yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab

perdarahan postpartum primer adalah atonia


94

uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan

inversion uteri (Ambarwati, 2010).

2) Robekan jalan lahir

Robekan atau laserasi bisa disebabkan oleh robekan spontan atau

memang sengaja dilakukan episiotomy, robekan jalan lahir dapat

terjadi di tempat seperti robekan serviks, perlukaan pervagina,

robekan perineum. Faktor resiko robekan jalan lahir

yaitu persalinan pervaginam dengan tindakan, makrosomia janin,

tidakan episiotomy. Gejala pada robekan jalan lahir adalah darah

segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi

keras, dan plasenta lengkap. Penyulit robekan jaalan lahir yaitu pucat,

lemah dan menggigil (Marliandiani, 2015).

3) Sub involusi uteri

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim

dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi

40-60 gram 6 minggu kemudian. Pada beberapa keadaan terjadi

proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,

sehingga proses pengecilan terlamabat. Keadaan demikian disebut

sub involusi uteri (Ambarwati, 2010).


95

4) Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum

Sindroma Sheehan atau nekrosis lobus depan dari hipofisis karena

syok akibat perdarahan persalinan. Hipofisis ikut berinvolusi

setelah persalinan karena syok akibat perdarahan hebat pada

hipofisis terjadilah nekrosis pada pars anterior.

Mungkin pula nekrosis ini terjadi karena pembekuan intravaskuler

menyebabkan thrombosis pada sinusoid hipofisis. Gejala timbul

agalaksia, amenore, dan insufisiensi hormone pars anterior hipofisis

(Ambarwati, 2010).

8. Perawatan Masa Nifas

a. Kebersihan diri

1) Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan kelamin, yaitu terlebih

dahulu dari depan kebelakang kemudian daerah anus.

2) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2x/hari.

3) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan

sesudah membersihkan kemaluannya.

4) Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi, sarankan ibu untuk

menghindari daerah luka.

b. Istirahat

1) Menganjurakan pada ibu untuk istirahat cukup, bertujuan untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan.

2) Menyarankan untuk kembali beraktifitas secara perlahan-lahan


96

serta tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

c. Gizi (Nutrisi)

1) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tambahan 500 kalori

setiap hari.

2) Makan dengan diet berimbang cukup protein, mineral dan vitamin.

3) Minum sedikitnya 3 liler air setiap hari

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40

hari pasca post partum.

d. Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan setengah jari kedalam

vagina tanpa rasa nyeri, maka aman untuk memulai hubungan suami

istri kapan saja ibu siap.

e. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kuranya 2 tahun

sebelum ibu hamil lagi, setiap pasangan harus menentukan sendiri

kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang

keluarganya (Manuaba, 2010).

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian


97

fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk

dapat bertahan hidup (Marmi, 2012).

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan idividu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstrauterin (Vivian, 2011).

2. Fisiologi Bayi Baru Lahir

a. Sistem pernafasan

Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan

sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas

harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan gerakan terjadi karena

beberapa hal berikut:

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir

(stimulasi mekanik).

2) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).

3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam

uterus (stimulasi sensorik).

4) Refleks deflasi Hering Brreur

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30


98

menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali Suntik

mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan,

juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan

merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Neonatus bernafas

dengan cara bernafas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk

frekuensi dan dalamnya bernafas belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru- paru kaku, sehingga

terjadi atelektasis.

Kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih dapat

mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan

metabolisme anaerobic (Vivian, 2011).

b. Suhu tubuh

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi

baru lahir kehilangan panas tubuhnya.

1) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuh bayi. Sebagian contoh, konduksi

bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan,

memegang bayi memegang bayi saat tangan dingin, dan

mengunakan stetoskop untuk memeriksa BBL.

2) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung


99

pada kecepatan da suhu udara) sebagai contoh, konveksi dapat terjadi

ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau

membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.

3) Radiasi

Panas di pancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang

lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai

suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan

AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan

BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan

dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).

4) Evaporasi

Panas hilang melaui proses penguapan yang bergantung pada

kecepatan dan kelembabapan udara (perpindahan panas dengan cara

mengubah cairan menjadi uap) (Muslihatun, 2010).

3. Masalah-masalah Pada Bayi Baru Lahir

a. Asfiksia

Asfiksia neonaturum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan

oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan

factor-faktor yang timbul dalam kehamilan,


10

persalinan, atau segera setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2014).

b. Infeksi

Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR dan

bayi yang dilahirkan dirumah sakit. Setelah lahir, bayi terpapar

dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap kuman

dari orang lain, dalam hal ini bayi tidak mempunyai imunitas.

Penanganannya:

1) Pertahankan yubuh bayi tetap hangat.

2) ASI tetap diberikan

3) Diberi injeksi antibiotic berspektrum luas.

4) Perwatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggal tali pusat

(omfalitis) diberi salep yang mengandung neomisin dan basitrasin

(Prawirohardjo, 2014).

c. Ikterus

Ikterus adalah perubahan warna kulit yang sering ditemukan pada bayi

baru lahir. Macam-macam ikterus (Prawirohardjo, 2014).

1) Ikterus Fisiologis

Ikterus yang timbul pada hari ketiga dan keempat, tidak

mempunyai dasar patologi, keadaan tidak melampaui potensi

menjadi kern-icterus, tidak menyebabkan suatu morbiditas pada

bayi dan akan hilang setelah 7 hari.

2) Ikterus Patologis
10

Ikterus yang mempunyai dasar patologis, yang terjadi segera

setelah bayi lahir dan belum hilang setelah 14 hari kadar

bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia. Penilaian kadar

bilirubin, sebaiknya dilakukan secara laboratories, apabila fasilitas

tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.

d. Kejang

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya

berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa.

Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif,

kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot hilang

disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan tidak menentu,

mata mengedip- ngedip paroksimal, gerakan seperti mengayuh dan

menelan, bahkan apnu. Gerakan kejang berlangsung berulang-ulang

dan periodic (Prawirohardjo, 2014).

4. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit, retraksi dada inspirasi

b. Kulit, bibir biru atau pucat, memar atau sangat kuning

(terutama pada 24 jam pertama)


0
c. Suhu terlalu panas lebih dari 38 C atau terlalu dingin atau kurang
0
dari 36 C

d. Pemberian ASI sulit ( hisapan lemah dan banyak muntah)


10

e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, berdarah

f. Mekonium tidak keluar setelah 3 hari pertama setelah kelahiran,

urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntak terus menerus, distensi

abdomen, feses hijau/berlendir/darah.

g. Mata bengkak dan mengeluarkan cairan.

h. Adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat, merah,

bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit.

i. Bayi menggigil atau menangis tidak seperti biasanya, lemas,

mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak bisa tenang.

j. Menangis terus-menerus.

(Muslihatun, 2010).

5. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

a. Berat badan 2.500-4.000 gram.

b. Panjang badan 48-52 cm.

c. Lingkar dada 30-38 cm.

d. Lingkar kepala 33-35 cm.

e. Pernafasan 40-60 kali/menit.

f. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

g. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

h. Kaku agak panjang dan lemas.


10

i. Genetalia pada bayi perempuan labia mayora sudah menutup labia

minora, pada laki-laki testis sudah turun skrotum sudah ada

j. Reflex isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

k. Reflex moro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

l. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan

Table 2.7
APGAR SCORE
Tanda Nilai: 0 Nilai:1 Nilai:2
Appearance Pucat/biru Tubuh merah Seluruh
(warna kulit) seluruh tubuh Ekstremitas tubuh
biru kemeraha
n
Pulse Tidak ada <100 >100
(Denyut
Jantung)
Grimace Tidak Sedikit Reaksi
(Reflex) Bereaksi Gerakan melawan
,
Activity Lumpuh Ekstermitas Gerakan aktif,
(Tonus Otot) sedikit fleksi ekstermitas
fleksi dengan
baik.

Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis


(Pernapasan) Teratur Kuat.

Interpretasi
1) Nilai 1-3 asfiksia berat

2) Nilai 4-6 asfiksia sedang

3) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).


10

6. Pelayanan Kesehatan Neonatus

a. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam

setelah lahir. Hal yang dilakukan :

1) Jaga kehangatan tubuh bayi.

2) Berikan ASI eksklusif

3) Rawat tali pusat.

b. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-

3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.

1) Jaga kehangatan tubuh bayi.

2) Berikan ASI eksklusif.

3) Cegah infeksi.

4) Rawat tali pusat.

c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke

8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

1) Periksa ada atau tidak tanda bahaya atau gejala sakit.

2) Lakukan:

a) Jaga kehangatan tubuh.

b) Beri ASI eksklusif

c) Rawat tali pusat.

(Walyani, 2014)

7. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

a. Nutrisi

Jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.


10

hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak setelah mendapat

susu kurang lebih hari ke-6. Kebutuhan energi bayi pada tahun

pertama sangat bervariasi menurut usia dan

berat badan. Taksiran kebutuhan selama dua bulan adalah sekitar

120 kkal/kgBB/hari. Secara umum, selama 6 bulan pertama bayi

membutuhkan energi sebesar 115-120 kkal/kgBB/hari (Marmi,

2012).

b. Eliminasi

Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4

hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa (Marmi, 2012).

Feses pertama ini berwarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung

empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel, sejak hari ketiga hingga ke

lima kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan menjadi berwarna

kuning kecoklatan. Urin pertama

dikeluarkan dalam 24 jam pertama dan setelahnya dengan frekuensi

yang semakin sering seiring meningkatnya asupan cairan. Urin encer,

berwarna kuning dan tidak berbau (Fraser, 2009).

c. Istirahat dan tidur

Bayi baru lahir tidur 16-18 jam sehari, paling sering blog waktu 45 menit

sampai 2 jam. Bayi dapat menangis setidikitnya 5 menit per hari sampai

sebanyak-banyaknya 2 jam per hari

d. Personal hygine
10

Bayi dimandikan ditunda sampai sedikitnya 4-6 jam setelah kelahiran,

setelah suhu bayi stabil. Mandi selanjutnya 2-3 kali seminggu. Mandi

menggunakan sabun dapat menghilangkan minyak dari kulit bayi, yang

sangat rentan untuk mongering.

Pencucian rambut hanya perlu dilakukan sekali atau dua kali dalam

seminggu. Pemakaian popok harus dilipat sehingga putung tali pusat

terbuka ke udara, yang mencegah urin dan feses membasahi tali pusat.

E. Asuhan Kebidanan Manajemen 7 Langkah Varney

1. Pengkajian

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dari

semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat

dilakukan dengan cara anamnesa,pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan

pemeriksaan penunjang.

Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah

berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi

akan menetukanan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya.

2. Interpretasi Data Dasar

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga sehingga

dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik.


10

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak

dapat didefenisikan seperti diagnose tetapi tetap membutuhkan

penanganan masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian.

3. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan sambil mengawasi pasien, bidan bersiap-siap bila masalah

potensial benar-benar terjadi.

4. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera dan Kolaborasi

Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter untuk

konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain.

5. Rencana Asuhan

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

eridentifikasi dari kondisi/masalah klien, tapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu konseling,

penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah-masalah

yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini tugas

bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil

pembahasan
10

rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan

bersama sebelum melaksanakannya.

6. Implementasi

Langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah dibuat dapat

dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim

kesehatan lain.

7. Evaluasi

Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi

sesuai dengan diagnose/masalah .

F. Pendokumentasian SOAP

1. Subyektif (S)

a. Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui

anamnesa.

b. Tanda dan gejala subyektif yang dipeoleh dari hasil bertanya pada

klien,suami atau keluarga (identitas umum, keluhan,riwayat

menarche,riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,riwayat

persalinan,riwayat KB,riwayat penyakit keluarga,riwayat penyakit

keturunan, riwayat psikososial dan pola hidup).

c. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan

langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada

orang yang bisu,dibagian


10

data belakang “S” diberi tanda “O” atau “X” ini menandakan orang

itu bisu. Data subyektif menguatkan diagnose yang dibuat.

2. Obyektif (O)

a. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil

laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus

untuk mendukung assessment.

b. Tanda gejala obyektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan

umum, vital sign, fisk, pemeriksaan dalam, laboratorium dan

pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.

c. Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosa. Data biologis, hasil observasi, informasi kajian

teknologi (hasil laboratorium, sinar-X, rekaman CTG dan lain-lain).

Serta informasi dan keluarga dan orang lain dapat dimasukkan dalam

kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen

yang berarti dari diagnose yang akan ditegakkan.

3. Assessment (A)

a. Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan. Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada

informasi baru baik subjektif maupun obyektif, maka proses

pengkajian adalah suatu proses yang dinamika, sering


11

menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti

perkembangan klien.

b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosa/masalah

a) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi

klien hamil,bersalin, nifas dan bayi baru lahir.berdasarkan hasil

analisa yang diperoleh.

b) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga

kebutuhan klien terganggu.

2) Antisipasi masalah lain / diagnosa potensial.

4. Planning (P)

Menggambarkan pendoksumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assessment. Untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi

dimasukkan dalam planning.

a. Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan dating. Untuk

mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin. Proses ini

termasuk criteria tujuan tertentu dari kebutuhanklien yang harus dicapai

dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu

mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi

dokter dan diakui sangat membantu pasien.


11

b. Implementasi

Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi


masalaha klien. Tindakan ini harus disetujui oleh kllien

kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien.

Kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau

disesuaikan.

c. Evaluasi

Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai

tindakan. Jika criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi

dasar untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga mencapai

tujuan.
BAB III

METODE PENULISAN LAPORAN

A. Jenis Penelitian

Laporan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

adalah Pendekatan yang menggunakan latar alamiah dengan maksud

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara

holistik (utuh), dengan mendeskripsikan data bentuk kata-kata dan

bahasa,dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pendekatan kualitatif

data dikumpulkan bukan berupa angka- angka melainkan data berasal dari

naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo,

gambar (foto) dan dokumen resmi lainnya (Handari Nawawi, 2014).

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Studi kasus asuhan komprehensif dilakukan di wilayah kerja puskesmas

Konda.Waktu penyusunan laporan dimulai sejak pertama kali kontak saat

hamil trimester III tanggal 21 april 2022 sampai dengan masa nifas tanggal

13 mei 2022.

C. Subjek Penelitian

Subjek laporan kasus adalah siapa orang dan golongan mana yang

menjadi sasaran pelaksanaan pengambilan kasus (Notoatmodjo,2015). Pada

kasus ini subjeknya dilakukan pada Ny.N 21 tahun G2P1A0.

112
11

D. Instrumen Penelitian

Instrumen laporan kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2015). Instrument yang digunakan dalam

penyusunan asuhan komprehensif adalah catatan perkembangan kebidanan

(SOAP), format pengkajian dan buku KIA/KMS dan Partograf.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-

hal tau keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen

populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian

(Sulistyawati, 2016). Dalam penyusunan studi ini digunakan berbagai

pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan panduan

instrument berupa format pengkajian, bila ada data pendukung yang

belum tercoverd alam format pengkajian pengumpulkan data maka

dikembangkan dengan mengajukan pertanyaan.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan terlibat langsung memberikan asuhan pada

masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan asuhan bayi baru lahir.

Kegiatan observasi antara lain pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-

tanda vital, pemeriksaan darah dan urin.


11

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan membuat pencatatan dalam bentuk

manajemen asuhan kebidanan varney saat kunjungan pertama dan

pendokumentasian SOAP saat kunjungan kedua.

F. Trianggulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Sugiono, 2012).

Dalam peneitian ini yang digunakan penulis adalah triangulasi melalui

sumber. artinya memandingkan hasil dari wawancara dengan hasil

pengamatan, membandingkan apa yang dikatakan orang atau informan

tentang situasi penelitian dengan hasil perpanjangan keikutsertaan yang

dilakukan oleh peneliti, membandingkan data dari prespektif yang berbeda

yaitu antara warga masyarakat biasa, tokoh masyarakat, orang pemerintah

atau bukan, dan tidak lupa untuk membandingkan hasil wawancara dengan isi

dokumen/ arsip sertapelaksanaanya.

Trianggulasi data dilakukan pada keluarga dalam hal ini, suami, klien

dan tenaga kesehatan yaitu bidan yang mengetahui awal dari proses

kunjungan kehamilan Ny.N


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan


1. Kunjungan Antenatal Care 1

Hari/Tanggal pengkajian : Kamis,21-04-2022

Waktu Pengkajian : Jam 10:30 wita

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

a. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny. “N” / Tn. “A”

Umur : 21 tahun / 21 tahun

Suku bangsa : Tolaki / Tolaki

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Ds. Tanea

Lama menikah : ±2 tahun

b. Data Biologis

1) Keluhan utama: Ibu mengatakan sering merasakan sakit pinggang

2) Riwayat Obstetri

a) Ibu mengatakan kehamilan sekarang adalah kehamilan yang

ke dua, dan tidak pernah keguguran

b) Ibu mengetahui kehamilannya pada saat umur kehamilan

115
11

4 minggu dengan melakukan tes kehamilan di puskesmas c)

HPHT:04 -08 -2021

d) TP : 11-05-2022

e) Gerakan janin :Pergerakan janin sudah dirasakan sejak umur

kehamilan 22 minggu pada sisi kiri perut ibu

f) Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tanda bahaya

kehamilan seperti ( perdarahan dari jalan lahir dan tidak ada

nyeri tekan pada perut, bengkak pada wajah dan ekstremitas,

sakit kepala hebat, tekanan darah tinggi, penglihatan kabur,

mual dan muntah yang berlebihan janin tidak bergerak seperti

biasanya.

g) Keluhan saat hamil muda : Kadang-kadang mual

h) Pemeriksaan kehamilan yang lalu : Setiap bulan rutin

keposyandu

i) Imunisasi TT , Ibu mengatakan telah mendapatkan

imunisasi TT, 2 kali pada kehamilan sekarang

j) Ibu sedang mengkonsumsi tablet Fe, dan Calk

3) Riwayat haid

a) Menarche : 14 tahun

b) Siklus : 28-30 hari

c) Lamanya : 5-7 hari

d) Banyaknya :Sehari 2-3x ganti pembalut


11

4) Riwayat kehamilan, persalinan & nifas yang lalu

Hamil Penyulit Anak Nifas


Ke Tahun Usia Jenis Penolong Kehamilan &
Partus Kehamilan Partus Persalinan JK BB PB ASI Penyulit
1 2019 Aterm Normal Dukun - P 2600 45 + -
gram cm

2 Kehamilan Sekarang

5) Riwayat Ginekologi

Ibu tidak mempunyai riwayat infertilitas, massa, penyakit lain

maupun operasi.

6) Riwayat KB

Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi

7) Riwayat penyakit yang lalu

Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit asma, TBC, hepatitis B,

jantung,lambung, hipertensi,diabetes melitus, maupun penyakit

lainnya.

8) Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

a) Pola Nutrisi

Kebiasaan

(1) Pola makan : Teratur

(2) Jenis makanan : Nasi, sayur, lauk pauk, kadang

buah dan susu.

(3) Frekuensi makan : 3 x/ hari

(4) Frekuensi minum : 6-8 gelas/hari


11

(5) Pantangan makanan : tidak ada

Selama kehamilan : tidak ada perubahan saat hamil

b) Pola eliminasi

Kebiasaan

(1) BAK

(a) Frekuensi : 5-6x/ hari

(b) Warna : Kuning jernih

(c) Bau : Khas amoniak

(d) Masalah : Tidak ada

(2) BAB

(a) Frekuensi : 1-2x/ hari

(b) Konsistensi : Kuning / lunak

(c) Masalah : Tidak ada

Selama Hamil : Ibu mengatakan lebih sering

BAK.

c) Kebersihan diri

Kebiasaan

(1) Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun mandi

(2) Sikat gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi

(3) Keramas 3 kali seminggu menggunakan shampo

(4) Pakaian diganti setiap kali kotor dan setelah mandi

(5) Kuku tangan dan kaki dipotong setiap kali panjang

Selama Hamil: tidak ada perubahan saat hamil


11

d) Pola Istirahat/ tidur

Kebiasaan

(1) Istirahat/ tidur Malam: ±8 jam (21.00-05.00 Wita)

(2) Istirahat/ tidur Siang: ±2 jam (13.00-15.00 wita) Selama

Hamil : Ibu mengatakan selama hamil lebih susah tidur.

c. Pengetahuan Ibu Hamil

1) Ibu mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan

kefasilitas kesehatan

2) Ibu mengatakan belum mengetahui tentang makanan bergizi

seimbang bagi janin dan dirinya

3) Ibu mengetahui manfaat ASI eksklusif

d. Data Sosial

1) Dukungan suami :Suami mendukung kehamilan ibu

2) Dukungan keluarga :Keluarga sangat senang dengan

kehamilanya

e. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan umum

a) Kesadaran : Composmentis

b) BB hamil : 50 kg

c) BB sebelum hamil : 45 kg

d) Tinggi badan : 155 cm

e) LILA : 23,5 cm
12

f) Tanda-tanda vital

TD : 120/70 mmHg,

Nadi : 84x/menit,

Suhu : 36,10C,

Pernapasan : 22x/menit.

2) Pemeriksaan head to toe

a) Kepala

Rambut hitam, lurus, panjang dan tebal, tidak ada ketombe, tidak

rontok dan tidak ada benjolan

b) Wajah

Ekspresi wajah tenang, tidak ada cloasma gravidarum dan tidak

ada oedema

c) Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak

d) Hidung

Simetris kiri dan kanan tidak ada polip, tidak ada secret dan

tidak ada epitaksis.

e) Mulut dan gigi

Bibir nampak lembab, tidak ada sariawan, gigi ada yang

tanggal dan ada caries gigi.


12

f) Telinga

Simetris kiri dan kann, daun telinga terbentuk dengan

sempurna,tidak ada pengeluaran secret dan pendengaran baik.

g) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran

vena jugularis

h) Payudara

Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, areola mamae

mengalami hiperpigmentasi dan tidak ada benjolan serta sekresi

(+)

i) Abdomen

(1) Inspeksi: tampak striae albicans dan linea nigra, bekas luka

operasi ada (apendisitis) dan tonus otot perut nampak tidak

tegang.

(2) Palpasi

(a) Leopold I: Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah

prosesus xypodeus (31 cm)

(b) Leopold II: teraba keras, memanjang seperti papan pada

sisi kanan perut ibu

(c) Leopold III: teraba keras, bundar dan melenting

pada bagia terendah (presentasi kepala)

(d) Leopold IV: Kepala belum masuk PAP


12

(e) LP: 87 cm

(3) Auskultasi: terdengar denyut jantung janin 147x/ menit,

kuat jelas dan teratur di sebelah perut kanan Ibu

j) Genetalia luar

Tidak dilakukan pemeriksaan pada daerah genetalia

k) Anus

Tidak dilakukan pemeriksaan anus

l) Ekstremitas

(1) Ekstremitas atas

Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema dan kuku tidak

anemis

(2) Ekstremitas bawah

Simteris kiri dan kanan, tidak ada oedema, tidak ada

varises, warna kuku tidak pucat refleks patela (+)/(+)

m) Pemeriksaan panggul luar

(1) Distansia spinarum : 24 cm

(2) Distansia kristarum : 29 cm

(3) Konjugata eksterna : 19 cm

n) Data penunjang

(1) Pemeriksaan HB : 11,5 gr/dL

(2) Pemeriksaan Glukosa: (-)

(3) Protein urine : (-)


12

Langkah II Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

G2P1A0, usia kehamilan 35 minggu 1 hari, intra uterin, janin hidup,

janin tunggal, punggung kanan, presentasi kepala, kepala belum masuk

PAP dan keadaan umum ibu dan janin baik dengan masalah sakit

pinggang.

a. G2P1A0

DS :Ibu mengatakan ini kehamilan kedua, melahirkan satu kali dan

tidak pernah keguguran.

DO :Tonus otot perut ibu nampak tidak tegang/ kendor ,tampak linea

nigra, dan striae albicans

Analisis dan Interpretasi

Tonus perut nampak tidak tegang karena perut ibu sudah pernah

meregang sebelumnya dan terdapat striae albicans karena ibu sudah

pernah hamil serta terdapat linea nigra yaitu garis hitam yang

terbentang dari simpisis sampai pusat pada saat kehamilan warnanya

akan menjadi lebih hitam (Prawirohardjo, 2014).

b. Usia kehamilan 35 minggu 1 hari

DS : Ibu mengatakan HPHT tanggal 04-08-2021

DO :Tanggal kunjungan 21 april 2022, tafsiran persalian 11 Mei

2022, tinggi fundus uteri 31 cm

Analisis dan interpretasi


12

HPHT tanggal 04-08-2021 sampai dengan tanggal 21 April 2022.

Maka masa gestasi 35 minggu 1 hari (Prawirohardjo, 2014).

HPHT : 04-08-2021

TK : 21-04-2022

Rincian HPHT 04-08-2021 - 3 mg 6 hr

09 - 4 mg 2 hr

10 - 4 mg 3 hr

11 - 4 mg 2 hr

12 - 4 mg 3 hr

01 - 4 mg 3 hr

02 - 4 mg

03 - 4 mg 3 hr

21-04-2022 - 3 mg

35 mg 1hr

c. Intrauterin

DS : Ibu mengatakan tidak pernah perdarahan dan tidak ada nyeri tekan

pada perut

DO : Palpasi leopold ibu tidak merasakan nyeri tekan

Analisis dan interpretasi

Tidak ada nyeri tekan perut menandakan bahwa kehamilan

intrauterin (Prawirohardjo, 2014).


12

d. Janin hidup

DS :Ibu mengatakan merasakan gerakan janin sejak umur kehamilan

22 minggu sampai sekarang

DO : Auskultasi DJJ 147x/ menit terdengar jelas dan kuat.

Analisis dan interpretasi

Gerakan janin dapat dirasakan pertama terjadi diantara gestasi 20

minggu dan pada pemeriksaan DJJ terdengar jelas dan kuat

menandakan bahwa janin hidup (Prawirohardjo, 2014).

e. Janin tunggal

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kiri perut

ibu

DO: leopold satu, 3 jari dibawah prosesus xypodeus dan DJJ

terdengar jelas, teratur dan kuat di sebelah kanan perut ibu.

Analisis dan interpretasi

Pemeriksaan palpasi dengan teknik leopold I ditemukan bagian bulat

dan lunak difundus uteri merupakan tanda janin tunggal dan pada saat

dilakukan pemeriksaan DJJ terdengar pada satu bagian disisi kanan

perut ibu (Prawirohardjo, 2014).

f. Punggung Kanan

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kiri perut


12

DO :Pemeriksaan Leopold II teraba keras, panjang seperti papan disisi

kanan perut ibu.

Analisis dan interprestasi

Ibu mengatakan merasakan gerakan disisi kiri perut ibu dan pada

pemeriksaan Leopold II teraba keras dan panjang seperti papan disisi

kanan perut ibu yang merupakan punggung janin (Prawirohardjo,

2014).

g. Presentasi kepala

DS : -

DO : Pemeriksaan Leopold III teraba bulat, keras dan melenting pada

daerah bawah perut ibu

Analisis dan interprestasi

Pemeriksaan leopold III untuk menentukan daerah terendah janin.

Apabila teraba bulat, keras dan melenting menandakan presentase

kepala, dan apabila teraba bulat, tidak keras dan tidak melenting

menandakan presentase bokong. (Muliani, 2017)

h. Belum masuk PAP

DS : -

DO :Pemeriksaan Leopold IV kepala belum masuk PAP

Analisis dan interprestasi

Pemeriksaan leopold IV untuk menentukkan penurunan kepala dengan

cara tangan kanan berada di bagian bawah kanan perut ibu dan tangan

kiri berada disebelah kiri perut ibu. Apabila kedua


12

tangan bertemu (konvergen), menandakan kepala belum masuk PAP.

(Prawirohardjo, 2014)

i. Keadaan ibu baik

DS: -

DO:Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, kesadaran

composmentis, TTV dalam batas normal.

TD : 120/70 mmHg

N : 84 x/ menit

S :36,1 ºC

P : 22x/ menit

Analisis dan interpretasi

Pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan, kesadaran

composmentis, tanda-tanda vital dalam batas normal yang

menandakan keadaan umum ibu baik (Prawirohardjo, 2014).

j. Keadaan janin baik

DS : Ibu mengatakan dapat merasakan pergerakan janin sejak umur

kehamilan 22 minggu

DO :DJJ+, jelas, kuat dan teratur, frekuensi 147 x/ menit

Analisis dan interprestasi

Adanya pergerakan janin, DJJ terdengar jelas dan teratur dengan

frekuensi normal yaitu 120-160x/menit menandakan janin dalam

keadaan baik. DJJ kurang dari 120 x/menit atau lebih


12

dari 160 x/menit atau tidak teratur menandakan janin dalam

asfiksia (kekurangan O2). (Manuaba.2013)

k. Dengan masalah sakit pinggang

DS :ibu mengeluh sering merasakan sakit pinggang DO :

Analisis dan interpretasi

Sakit pinggang merupakan keluhan yang umum dialami ibu hamil,

yang disebabkan oleh perubahan hormon terutama tingkat hormon

HCG dan estrogen yang akan menyebabkan peregangan ligamen

secara normal untuk mempersiapakan persalinan dan ukuran janin

yang bertambah berat sehingga menambah beban pinggang dan

punggung (Muliani, 2017).

Langkah III. Identifikasi Diagnosa /Masalah Aktual

Tidak ada data yang mendukung terjadinya masalah potensial Langkah

IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Tidak ada

data yang mendukung perlunya dilakukannya tindakan segera/

kolaborasi

Langkah V. Rencana Asuhan

a. Tujuan

1) Keadaan ibu dan janin baik


12

2) Mendeteksi dini adanya tanda bahaya kehamilan dan

mencegah terjadinya komplikasi kehamilan

3) Perkembangan janin sesuai dengan umur kehamilan

b. Kriteria keberhasilan

1) Ibu dan janin dalam kondisi sehat dan TTV dalam baatas

normal

TD : 100-130 sistole dan 60-90 diastole mmHg N :

80- 100x/ menit

S : 36,5-37,5˚C

P : 16-24x/ menit

DJJ (+) Frekuensi 120-160x/menit

2) Tidak ditemukan tanda bahaya kehamilan dan komplikasi

c. Rencana tindakan

1) Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

Rasional :

Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan agar ibu

tidak khawatir dan merasa senang dapat mengetahui

perkembangan kehamilannya.

2) Anjurkan pada ibu untuk memperbanyak istirahat dan tidak

mengangkat beban berat

Rasional:

Istirahat yang cukup dapat memulihkan stamina dan

mengurangi beban kerja jantung yang mengalami


13

peningkatan karena kehamilan serta dengan tidak mengangkat

beban berat dapat mengurangi nyeri pada pinggang

3) Anjurkan pada ibu untuk menggunakan bantal penyangga

dipunggung pada saat duduk atau berbaring dalam waktu lama

dan berolahraga ringan seperti jalan kaki atau senam hamil

dapat mengurangi rasa sakit pinggang

Rasional :

Menggunakan bantal sebagai penyangga dipunggung membuat

ibu menjadi lebih rileks dan dapat mengurangi rasa nyeri.

4) Jelaskan keadaan sering BAK yang di alami ibu pada trimester

III

Rasional :

Ibu sering mengalami BAK pada Trimester III karena adanya

penekanan kandung kemih oleh bagian terendah janin yang

menyebabkan ibu sering BAK

5) Anjurkan pada ibu untuk tidak banyak minum pada saat malam

hari

Rasional :

Minum yang terlalu banyak pada malam hari akan membuat

ibu akan sering BAK dan ibu akan sulit tidur karena merasa

tidak nyaman
13

6) Berikan pendidikan kesehatan tentang

a) Gizi ibu hamil

Rasional :

Untuk mengetahui makanan atau pentingnya nutrisi bagi

pertumbuhan diri dan janinnya seperti karbohidrat protein,

vitamin, mineral, dan zat besi

b) Personal hygene

Rasional :

Kebersihan yang kurang terutama di daerah genitalia dapat

menyebabkan ISK (Infeksi Saluran kemih) karenabakteri

penyebab infeksi menyukai tempat yang lembab.

7) Ajarkan ibu cara perawatan payudara

Rasional :

Perawatan payudara secara dini pada masa hamil merupakan

tahapan penting untuk persiapan menyusui.

8) Kenalkan kepadan ibu tentang 10 tanda bahaya dalam kehamilan.

Rasional :

Dengan memberi tahu tentang adanya tanda bahaya dalam

kehamilan, ibu akan mengerti dan mendengarkan anjuran

bidan jika mengalami salah satu tanda bahaya ibu harus segera

dating ke fasilitas kesehatan.


13

9) Lakukan pendokumentasian

Rasioanal :

Sebagai tanda pertanggung jawaban atas asuhan yang telah

dilakukan

Langkah VI. Implementasi

Tanggal: 21-04-2022 Jam : 10.35 WITA

1) Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu

Hasil: Ibu merasa senang mengetahui kehamilannya dalam

keadaan normal dan ibu merasa lega karena mengetahui

kandungannya dalam keadaan baik

2) Menganjurkan pada ibu untuk memperbanyak istirahat dan tidak

mengangkat beban yang berat

Hasil: Ibu bersedia untuk melakukannya

3) Menganjurkan pada ibu untuk menggunakan bantal penyangga

dipunggung pada saat duduk atau berbaring dalam waktu lama dan

berolahraga ringan seperti jalan kaki atau senam hamil. Hasil :Ibu

bersedia melakukannya untuk mengurangi rasa sakitnya

4) Menjelaskan keadaan BAK yang sering di alami pada trimester III

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

5) Menganjurkan pada ibu untuk tidak banyak minum pada malam hari

agar dapat mengurangi BAK dimalam hari


13

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

6) Memberikan health education yang berhubungan dengan personal

hygene, dan gizi yang seimbang

Hasil: Ibu bersedia menjaga kebersihan dirinya, dan

mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.

7) Mengajarkan pada ibu tentang perawatan payudara

a) Melicinkan tangan dengan minyak/baby oil secukupnya

b) Tempatkan kedua tangan diantara payudara ibu kemudian diurut

kearah atas, terus kesamping, kebawah melintang sehinggga

menyangga payudara, lakukan 20-30 kali.

c) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri kemudia 3 jari

tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai

dari pangkal payudara berakhir pada puting susu. Lakukan

tahapan yang sama pada payudara kanan lakukan 2 kali gerakan

pada setiap payudara.

d) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, telapak tnagan

kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan sisi kelingking

mengurut payudara kearah puting susu, gerakan diulang

sebanyak 20-30 kali. Untuk setiap payudara.

e) Telapak tangan kiri menyokong payudara, tangan dikepalkan

kemudian buku-buku jari tangan mengurut payudara mulai dari

pangkal kearah puting susu, gerakan ini diulang sebanyak 20-3-

kali untuk setiap payudara.


13

f) Setelah pengurutan, kompres kedua payudara dengan air hangat

selama 2 menit kemudian kompres kembali menggunakan air

dingin selama 1 menit

g) Keringkan payudara dengan handuk kering dan pakaikan bra

Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan

payudara

8) Mengenalkan 10 tanda bahaya dalam kehamilan yaitu sakit kepala

yang hebat, penglihatan kabur, mual dan muntah yang berlebihan,

nyeri epigastrium, hipertensi pergerakan janin berkurang, keluar air-

air dari jalan lahir, erdarahan pervaginam, oedema dan kejang, dan

apabila merasakan salah satu tanda segera dating ke fasilitas

kesehatan.

Hasil: Ibu mengerti dan memahami 10 tanda bahaya kehamilan serta

bersedia datang ke fasiltas kesehatan apabila merasakan salah satu

tanda bahaya kehamilan.

9) Melakukan pendokumentasian

Hasil: Telah dilakukan pendokumentasian

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal : 21-04-2021, Pukul 10.45 WITA

1) Keadaan ibu dan janin baik


13

2) Tidak terdapat adanya tanda bahaya kehamilan dan tidak terjadi

komplikasi kehamilan

3) Perkembangan janin sesuai dengan umur kehamilan

4) Ibu mengerti dan mau bekerja sama dengan bidan tentang tindakan

yang dilakukan.

2. Kunjungan Antenatal Care Ke-2

Hari/Tanggal pengkajian : Senin, 09-05-2022

Waktu Pengkajian : jam 10.23 WITA

a. Data Subjektif (S)

1) Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua, melahirkan satu kali

dan tidak pernah keguguran

2) Ibu mengatakn HPHT tanggal 04-08-2021

3) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular atau

keturunan pada ibu atau keluarga klien

4) Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri tekan perut dan

tidak pernah mengalami perdarahan selama kehamilan

5) Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janinnya pada usia

kehamilan 22 minggu

6) Ibu mengatakan masih merasakan sakit pada pinggang

7) Ibu mengatakan gerakan janinnya semakin kuat

8) Ibu mengatakan sering BAK

9) Ibu mengatakan merasa tidak nyaman saat tidur

b. Data Objektif (O)


13

1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis 2)

TP : 11-05-2022

3) TTV

TD :120/80mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu :36,80C

Pernafasan :20x/menit

4) BB hamil : 57 kg

5) BB sebelum hamil : 45 kg

6) TB : 155 cm

7) LILA : 28,5 cm

8) Abdomen

a) Inspeksi: tampak striae albicans dan linea nigra, bekas luka

operasi ada dan tonus otot perut tampak kendor

b) Palpasi

(1) Leopold I: tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus

xypodeus pusat ( 33 cm )

(2) Leopold II: teraba keras, memanjang seperti papan pada

sisi kanan perut ibu

(3) Leopold II: teraba keras, bundar dan melenting

(presentasi kepala)

(4) Leopold IV: kepala belum masuk PAP

(5) LP: 90 cm
13

c. Auskultasi: DJJ (+),frekuensi 143 X/ menit, Irama kuat,

jelas dan teratur

c. Assesment (A)

G2P2A0, usia kehamilan 38 minggu 5 hari, intra uterin, janin hidup,

janin tunggal, punggung kanan, presentasi kepala, kepala belum

masuk PAP dan keadaan umum ibu dan janin baik, dengan masalah

sakit pinggang

d. Planning (P)

Tanggal: 21-04-2022 Jam : 10:28 WITA

1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

Hasil: Ibu mengerti dan mau bekerja sama dengan bidan

tentang tindakan yang dilakukan.

2) Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu

Hasil: Ibu merasa senang mengetahui kehamilannya dalam

keadaan normal

3) Menganjurkan pada ibu untuk memperbanyak istirahat dan tidak

mengangkat beban yang berat

Hasil: Ibu bersedia melakukannya

4) Menganjurkan pada ibu untuk melakukan pijatan halus pada

pinggang yang sakit

Hasil: Ibu bersedia melakukannya

5) Menganjurkan pada ibu untuk tidak minum banyak air pada

malam hari
13

Hasil : Ibu bersedia melakukannya

6) Menjelaskan pada ibu tentang keadaan BAK yang sering di

alaminya pada trimester III

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan bidan

7) Memberikan health education yang berhubungan dengan

personal hygene, dan gizi yang seimbang

Hasil: Ibu bersedia menjaga kebersihan dirinya dan

makanan yang bergizi seimbang

8) Mengajarkan pada ibu tentang perawatan payudara

a) Melicinkan tangan dengan minyak/baby oil secukupnya

b) Tempatkan kedua tangan diantara payudara ibu kemudian

diurut kearah atas, terus kesamping, kebawah melintang

sehinggga menyangga payudara, lakukan 20- 30 kali.

c) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri kemudian 3 jari

tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan

mulai dari pangkal payudara berakhir pada puting susu.

Lakuakan tahapan yang sama pada payudara kanan lakukan 2

kali gerakan pada setiap payudara.

d) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, telapak tnagan

kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan sisi

kelingking mengurut payudara kearah puting susu,


13

gerakan diulang sebanyak 20-30 kali. Untuk setiap payudara.

e) Telapak tangan kiri menyokong payudara, tangan dikepalkan

kemudian buku-buku jari tangan mengurut payudara mulai

dari pangkal kearah puting susu, gerakan ini diulang

sebanyak 20-3- kali untuk setiap payudara.

f) Setelah pengurutan, kompres kedua payudara dengan air

hangat selama 2 menit kemudian kompres kembali

menggunakan air dingin selama 1 menit

g) Keringkan payudara dengan handuk kering dan pakaikan bra

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan payudara

9) Mengenalkan 10 tanda bahaya dalam kehamilan yaitu, sakit

kepala yang hebat, penglihatan kabur, mual dan muntah yang

berlebihan, nyeri epigastrium, hipertensi, pergerakan janin

berkurang, keluar air-air dari jalan lahir, perdarahan pervaginnam,

oedema, dan kejang.

Hasil: Ibu mengerti dan memahami 10 tanda bahaya

kehamilan.

10) Menganjurkan pada ibu untuk rutin berjalan-jalan pagi atau sore
14

Hasil: Ibu bersedia melakukannya

11) Mengenalkan pada ibu tanda-tanda persalinan

a) Rasa sakit/mules diperut dan menjalar keperut bagian

bawah sampai kepinggang bagian belakang

b) Rasa sakit ini terjadi secara teratur dan semakin lama

semakin sering

c) Adanya pengeluaran lender campur darah dari vagina Hasil:

Ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan bersedia datang ke

pelayanan kesehatan jika merasakan tanda tersebut.

12) Mendiskusikan tentang persiapan persalinan

Hasil: Ibu mengatakan rencana bersalin di Puskesmas Konda

13) Melakukan pendikumentasian

Hasil: Telah dilakukan pendokumentasian

B. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan

No Register :-

Hari/Tanggal Masuk :Jumat, 11-05-2022 Jam 01.55 WITA

Hari/Tangga Pengkajian :Jumat, 11-05-2022 Jam 02.00 WITA

1. Kala I Persalinan

Langkah I : Identitifikasi Data Daar


14

A. Data Biologis / Fisiologis

1. Keluhan Utama : Nyeri perut tembus belakang disertai pengeluaran

lendir darah sejak tanggal 10-05-2022 pukul 21.00 WITA

2. Riwayat Keluhan Utama :

a. Mulai timbulnya : Sejak tanggal 10-05-2022 pukul 21.00

WITA

b. Sifat keluhan : Hilang timbul

c. Lokasi keluhan : Pinggang

d. Faktor pencetus : Adanya his (kontraksi uterus)

e. Usaha klien untuk mengatasi keluhan : dengan mengelus– elus

dan memijat daerah pinggang.

f. Pengaruh keluhan terhadap fungsi tubuh sangat

mengganggu

3. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar :

a. Pola nutrisi

1) Kebiasaan sebelum inpartu

a) Frekuensi makan: 3x sehari (pagi, siang dan malam)

b) Jenis makanan : Nasi, ikan, telur, tahu, tempe, sayur-

sayur, buah-buahan, dan kadang-

kadang

susu.

c) Kebutuhan cairan: ± - 8 gelas sehari


14

2) Perubahan selama inpartu

Nafsu makan ibu menjadi berkurang karena sakit yang

dirasakan.

b. Kebutuhan eliminasi BAB / BAK

1) Kebiasaan sebelum inpartu

a) Frekuensi : 4 - 5 x sehari

b) Warna : Kekuningan

c) Bau khas : khas amoniak

d) Tidak ada gangguan pola BAK dan BAB

2) Perubahan selama inpartu

a) Dysurhia : Tidak

b) Hemoroid : Tidak

c) Obstipasi : Tidak

c. Kebutuhan personal hygiene

1) Kebiasaan sebelum inpartu

a) Kebersihan rambut : rambut dikeramas 3 x seminggu dengan

menggunakan shampo.

b) Kebersihan gigi dan mulut : dibersihkan setiap kali mandi dan

sebelum tidur

c) Kebersihan badan : mandi 2–3 x sehari

d) Kebersihan genitalia dibersihan setiap kali selesai BAB, BAK dan

pada saat mandi

2) Perubahan selama inpartu


14

Ibu tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik karena

terdapat pengeluaran lendir campur darah.

d. Istirahat/tidur

1) Kebisaan sebelum inpartu

a) Istirahat / tidur siang : ±2 jam (pukul 14.00 -16. 00 wita)

b) Istirahat / tidur malam: ± 5 jam (pukul 23.00 - 05.00 wita).

2) Perubahan selama inpartu

Ibu tidak dapat beristirahat karena sakit yang dirasakan.

4. Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi

1. Kesadaran composmentis

2. Tanda – tanda vital

a) TD : 120/80 mmHg

b) N : 80 ×/ menit

c) S : 36,7 º c

d) P : 20 ×/ menit

3. Abdomen

a) Inspeksi

1) Bentuk: Pembesaran perut sesuai umur kehamilan

2) Striae : Albican

3) Bekas luka operasi : Tidak ada

b) Palpasi
14

1) Tonus otot perut: Tegang

2) Leopold I : TFU 3 jari atas pusat (31 cm)

3) Leopold II : Punggung kanan

4) Leopold III : Presentasi kepala

5) Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP ( divergen ) 3/5

6) Lingkar perut : 88 cm

7) Kontraksi uterus: Kuat, 2x/10 menit durasi 40-45 detik.

c) Auskultasi

1) DJJ : (+)

2) Frekuensi : 140 x / menit

3) Irama : Teratur

4) Kekuatan : Terdengar jelas dan kuat pada kuadran kiri

bawah perut ibu.

4. Genitalia Luar

a) Varises : Tidak ada

b) Oedema : Tidak

c) Massa/kista : Tidak ada

d) Pengeluaran pervaginam : Lendir bercampur darah

5. Pemeriksaan dalam

Pukul 02.10 WITA dengan indikasi untuk mengetahui

kemajuan

persalinan
14

1) Vulva / vagina : Elastis

2) Portio : Tipis

3) Pembukaan : 5 cm

4) Ketuban : Masih utuh ( + )

5) Presentasi : Kepala

6) Posisi UUK : Ubun-ubun kecil kanan depan

7) Penurunan kepala : Hodge III

8) Kesan panggul : Normal

9) Pelepasan : lendir bercampur darah

10) Penumbungan : tidak ada

6. Anus

a) Hemoroid : Tidak

b) Oedema : Tidak

7. Ekstremitas

a) Simetris : Kiri dan kanan

b) Oedema : Tidak

c) Varises : Tidak ada

Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

G2P1A0, Umur kehamilan 40 minggu ,Intrauterin, janin hidup, janin tunggal,

punggung kanan, presentasi kepala, Kepala sudah masuk PAP (3/5), Inpartu

Kala I Fase Laten, Keadaan Ibu dan Janin baik, dengan masalah nyeri perut

tembus belakang disertai pengeluaran lendir bercampur darah.


14

1. G2P1A0

DS :Ibu mengatakan ini kehamilan keempat, melahirkan tiga kali dan tidak

pernah keguguran.

DO :Tanus otot perut ibu nampak tidak tegang/ kendor ,tampak linea nigra,

dan striae albicans

Analisis dan Interpretasi :

Tonus perut nampak tidak tegang karena perut ibu sudah pernah meregang

sebelumnya dan terdapat striae albicans karena ibu sudah pernah hamil

serta terdapat linea nigra yaitu garis hitam yang terbentang dari simpisis

sampai pusat pada saat kehamilan warnanya akan menjadi lebih hitam

(Prawirohardjo, 2014).

2. Umur kehamilan 40 minggu

DS :

HPHT : 04-08-2021

DO :

a. Tanggal pengkajian : 11-05-2022

b. Pertengahan px

Analisis dan interpretasi :

Dari HPHT tanggal 04-08-2021 sampai dengan tanggal ibu datang ke

puskesmas 11-05-2022 maka umur kehamilan 40 minggu

(Prawirohardjo, 2014).

3. Intrauterin
14

DS : Ibu mengatakan tidak pernah perdarahan dan tidak ada nyeri tekan

pada perut

DO : Palpasi leopold ibu tidak merasakan nyeri tekan Analisis

dan interpretasi :

Tidak ada nyeri tekan perut menandakan bahwa kehamilan

intrauterin

(Prawirohardjo, 2014).

4. Janin hidup

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin sejak umur

kehamilan

22 minggu sampai sekarang

DO : Auskultasi DJJ 146x/ menit terdengar jelas dan kuat.

Analisis dan interpretasi :

Gerakan janin dapat dirasakan pertama terjadi diantara gestasi 20 minggu

dan pada pemeriksaan DJJ terdengar jelas dan kuat menandakan bahwa

janin hidup (Prawirohardjo, 2014).

5. Janin tunggal

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kiri perut ibu

DO: Pembesaran perut sesuai masa kehamilan, leopold satu, 3 jari dibawah

prosesus xypodeus dan DJJ terdengar jelas, teratur dan kuat.

Analisis dan interpretasi :


14

Pemeriksaan palpasi dengan teknik leopold I ditemukan bagian bulat dan

lunak difundus uteri merupakan tanda janin tunggal dan pada saat

dilakukan pemeriksaan DJJ terdengar pada satu bagian disisi kanan perut

ibu (Prawirohardjo, 2014).

6. Punggung Kanan

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kiri perut ibu

DO :Pemeriksaan Leopold II teraba keras, panjang seperti papan disisi

kanan perut ibu.

Analisis dan interprestasi

Ibu mengatakan merasakan gerakan disisi kiri perut ibu dan pada

pemeriksaan Leopold II teraba keras dan panjang seperti papan disisi

kanan perut ibu yang merupakan punggung janin (Prawirohardjo, 2014).

7. Kepala sudah masuk PAP (3/5)

DS : -

DO: a. Pada leopold IV sudah belum masuk PAP

b. Pada pemeriksaan dalam bagian terendah janin turun setinggi SIAS

kiri dan kanan.

Analisis dan interprestasi :

a. Leopold IV digunakan untuk menentukan seberapa jauh

masuknya bagian terendah janin dalam rongga panggul.


14

b. Pada leopold IV kedua tangan tidak bertemu, hal ini menandakan

bahwa kepala janin sudah masuk PAP (divergen) (Wiknjosastro,

2014).

8. Inpartu kala I fase aktif

DS :

Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah tembus belakang disertai

pengeluaran lendir campur darah sejak pukul 02:10 WITA

DO :

a. Kontraksi uterus (4 kali dalam 10 menit, durasi 30 detik)

b. Adanya pelepasan lendir bercampur darah c

Adanya pembukaan serviks 5 cm

Analisis dan interpretasi :

a. Saat plasenta sudah tua, terjadi insufisiensi sehingga kadar

progesterone menurun dan estrogen meningkat menyebabkan

kekejangan terjadi pada pembuluh darah sehingga timbul his

b. Selama kehamilan , terjadi peningkatan kadar lendir serviks lebih kental

dan saat serviks mulai tertarik dan menipis karena kontraksi lendir

serviks akan keluar melalui vagina bercampur darah dan hormon

prostaglandin memberi pengaruh terhadap matang dan melembutnya

serviks uteri (Wiknjosastro, 2014).

9. Keadaan ibu dan janin baik

DS :

Ibu telah merasakan pergerakan janin sejak umur kehamilan 22


15

minggu.

DO :

a. Kesadaran ibu composmentis

b. Tanda – tanda vital ibu dalam batas normal : 1)

TD : 120/80 mmHg

2) N : 80 ×/ menit

3) S : 36,7º c

4) P : 20 ×/ menit

c. Tidak ada oedema pada wajah dan ekstremitas.

d. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.

e. DJJ (+), terdengar jelas dan kuat dengan frekuensi 140x/

menit.

Analisis dan interpretasi :

a. Kesadaran ibu composmentis, TTV dalam batas normal, tidak ada

oedema pada wajah dan ekstremitas, konjungtiva tidak anemi, serta

sklera tidak ikterus menunjukkan keadaan ibu baik.

b. Janin dalam kedaan baik dimana detak jantungnya terdengar jelas

dan kuat serta frekuensinya dalam batas normal yaitu 120-160 x /

menit (Prawirohardjo, 2014).

10. Masalah nyeri perut tembus belakang disertai pengeluaran lendir

bercampur darah

DS :Ibu mengeluh nyeri perut tembus belakang disertai pengeluaran


15

lendir bercampur darah pada tanggal 10-04-2022 jam 03.10 wita Data

Objektif :

a. Kontraksi uterus 2 kali dalam 10 menit, durasi 30 detik.

b. Tampak pengeluaran lendir bercampur darah.

Analisis dan interpretasi :

a. Nyeri his disebabkan oleh anoxia dari sel–sel otot–otot waktu

kontraksi, tekanan pada ganglion dalam serviks dan segmen bawah

rahim oleh serabut–serabut otot–otot yang berkontraksi.

b. Lendir yang bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis karena

serviks mulai membuka atau mendatar sedangkan darahnya berasal

dari pembuluh-pembuluh kapiler (Wiknjosastro, 2014).

Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk tindakan segera/kolaborasi

Langkah V. Rencana Tindakan

a. Tujuan :

1) Ibu dapat beradaptasi terhadap nyeri akibat kontraksi uterus.

2) Ibu mendapat dukungan psikologis dari keluarga dan petugas.

3) Kala I dapat berlangsung normal.

4) Keadaan ibu dan janin baik.

b. Kriteria keberhasilan :
15

1) Ibu bisa menerima nyeri yang dirasakan, ditandai saat nyeri wajah

ibu tampak tidak terlalu meringis.

2) Ibu dapat menerima dukungan dari keluarga dan petugas.

3) Kala I berlangsung normal.

4) Tanda – tanda vital ibu dan DJJ dalam batas normal : a)

TD : 100/70 – 120/90 mmHg

b) N : 60 – 90 x / menit

c) S : 36,5oC – 37,5 ° C

d) P : 16 – 24 x / menit

e) DJJ : 120 – 160x / menit

c. Rencana Asuhan :

1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu

Rasional : Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh bidan

2. Memberi informasi tentang nyeri kala I.

Rasional : Agar ibu mengerti bahwa nyeri yang dirasakan disebabkan

oleh kontraksi uterus dan yang dialaminya fisiologis dalam persalinan.

3. Memberi dukungan pada ibu.

Rasional : Dukungan yang baik dalam memberikan semangat dan

sikap optimis seorang ibu dalam menghadapi persalinan.


15

4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi

janin dengan tidur miring ke salah satu sisi secara bergantian.

Rasional : Tidur miring ke salah satu sisi secara bergantian dapat

meningkatkan oksigenasi janin karena tidur miring di salah satu sisi

mencegah penekanan vena kava inferior oleh uterus yang

berkontraksi.

5. Observasi kontraksi uterus, tanda- tanda vital dan detak jantung janin.

Rasional : Untuk mengetahui kontraksi yang adekuat pada saat ada his

dan membantu memantau kemajuan persalinan

6. Melakukan pemeriksaan dalam (VT) Setiap 4 jam

Rasional : untuk memantau kemajuan persalinan dan mengetahui

berapa pembukaan serviks

7. Memberi ibu makan dan minum sebagai sumber kalori.

Rasional : Makan dan minum dapat mencegah dehidrasi dan kelelahan

serta memberi kekuatan saat mengedan dalam proses persalinan.

8. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.

Rasional : Agar kontraksi uterus tidak terganggu dengan kandung

kemih yang penuh.

9. Ajarkan pada ibu untuk mengedan yang baik dan benar saat ada his.
15

Rasional : His dan proses mengedan yang baik dan benar berguna

untuk proses persalinan.

10. Persiapan alat pakai.

Rasional : Agar dalam melakukan suatu tindakan berjalan dengan

lancar karena semua alat telah disiapkan dengan baik dan ergonomis.

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 11-05-2022 Jam 02.15 WITA

1. Menjelaskan tentang prosedur intervensi yang akan di lakukan Hasil

: Ibu bersedia dengan tindakan yang akan dilakukan

2. Memberikan informasi tentang nyeri pada kala I.

Hasil : Ibu dapat merespon dengan baik tentang nyeri yang di alaminya

dan dapat beradaptasi dengan nyeri akibat kontraksi uterus ditandai dengan

ibu mengelus-elus bagian nyeri

3. Memberikan dukungan pada ibu.

Hasil : Ibu terlihat bersemangat dalam menghadapi persalinannya dan

ibu terlihat bahagia menyambut bayinya

4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janin

dengan tidur miring ke salah satu sisi secara bergantian.

Hasil : Ibu bersedia mengikut anjuran bidan


15

5. Mengobservasi kontraksi uterus, tanda- tanda vital dan detak jantung janin.

Hasil :

Tabel 4.1 Observasi his

Jam Frekuensi Durasi DJJ Tekanan Nadi Suhu


darah
02.00-02.30 2 kali 30’ 30’30’ 145x/m 120/80 80x/m 36.7OC
mmHg
03.00-03.30 3 kali 32’ 32’ 33’ 145x/m 80x/m

04.00-04.30 3 kali 35’ 35’ 35’35’ 140x/m 80x/m 36,7OC

05.00-05.30 4 kali 45’ 45’ 45’ 45’45’ 140x/m 120/80 80x/m


mmHg
6. Lakukan pemeriksaan dalam (VT) setiap 4 jam

Hasil :Pukul 05.00 WITA dengan indikasi ketuban pecah

1) Vulva / vagina : Elastis

2) Portio : Tipis

3) Pembukaan : 10 cm

4) Ketuban : Pecah (-)

5) Presentasi : Kepala

6) Posisi UUK : Ubun-ubun kecil kanan depan

7) Penurunan kepala : Hodge IV

8) Kesan panggul : Normal

9) Pelepasan : lendir bercampur darah

10) Penumbungan : tidak ada

1) Vulva / vagina : Elastis

7. Memberi ibu makan dan minum sebagai sumber kalori.

Hasil : Ibu makan dan minum sebelum persalinan


15

8. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.

Hasil : Kandung kemih kosong

9. Mengajarkan pada ibu untuk mengedan yang baik dan benar saat ada

his.

Hasil : Ibu mengerti dan dapat mengedan dengan benar

10. Mempersiapkan alat pakai

a. Bak partus ( dalam )

Menyiapkan 2 pasang handscone, 2 buah klem koher, 1 buah ½ koher,

1 buah gunting tali pusat, 2 buah pengikat tali pusat dan kasa

secukupnya

b. Bak partus ( luar )

Menyiapkan nierbeken, timbangan bayi, tensi meter, stetoskop,

leanec, betadine, celemek, larutan clorin, air DTT, tempat sampah

basah, tempat sampah kering dan spoit 3 cc

c. Hecting set

Menyiapkan 1 buah gunting, buah nalfuder, 1 buah jarum hecting,

Benang catgut, 1 buah pingset, kapas secukupnya

d. Persiapan obat – obatan Oxytocin 2

ampul, Hb0, vitamin K

e. Persiapan pakaian ibu

Ibu perlu mempersiapkan baju, gurita, duk / softeks, pakaian dalam,

alas bokong dan waslap

f. Pakaian bayi
15

Menyiapkan handuk, sarung,baju bayi, kaos tangan dan kaki dan loyor

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 11-05-2022 Jam 05.10 WITA

1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan bidan.

2. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan

3. Hasil pemantauan kontraksi 4x dalam 10 menit dengan durasi 40- 46

detik, tanda – tanda vital ibu dan DJJ dalam batas normal.

4. Ibu diberi makan dan minum.

5. Kandung kemih ibu kosong.

6. Ibu mengerti dengan cara mengedan yang baik dan benar saat ada his.

7. Persiapan alat lengkap.

2. Kala II Persalinan : 11-05-2022, Jam 05.20 WITA

Data Subjektif (S)

1. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

2. Ibu merasakan ingin BAB

3. Ibu mengatakan nyeri tembus belakang menjalar sampai paha Data

Objektif (O)

1. Tanda – tanda vital :

a. TD : 120 / 80 mmHg
15

b. N : 80x / menit

c. S : 36,70 C

d. P : 20x / menit

2. Tanda dan gejala kala II

a. Adanya dorongan untuk meneran

b. Adanya tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vagina

c. Perineum tampak menonjol

d. Vulva dan sfingter ani membuka

3. Kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit dengan durasi > 45 detik

4. Dilakukan pemeriksaan dalam :

Dinding vagina elastis, pembukaan serviks 10 cm, portio tidak teraba,

ketuban (-), presentasi kepala, posisi UUK depan, tidak ada moulage,

penurunan kepala hodge IV, tidak ada penumbungan tali pusat, tidak

teraba bagian–bagian kecil janin seperti kaki dan tangan, kesan panggul

normal, dan DJJ 140x / menit.

Assesment (A)

G2P1A0 , Inpartu kala II, keadaan ibu dan janin baik.

Planning (P)

Tanggal 11-05-2022 Jam 05.25 WITA

1. Memastikan adanya tanda dan gejala kala II


15

Hasil : adanya dorongan ibu untuk meneran, adanya tekanan yang

semakin meningkat pada rectum dan vagina, perineum tampak menonjol,

vulva dan sfingter ani membuka.

2. Memastikan alat partus yang lengkap dan steril

Hasil : persiapan alat sudah lengkap.

3. Menyiapkan ibu dan diri untuk menolong, pakai celemek.

Hasil : celemek telah dipakai

4. Mencuci tangan sebelum menolong.

Hasil : telah mencuci tangan

5. Memakai sarung tangan DTT.

Hasil : sarung tangan telah terpasang

6. Menyiapkan oxytocin dalam spoit.

Hasil oksitosin telah dimasukan dalam tabung suntik.

7. Menggunakan sarung tangan dan membersihkan vulva dan perineum

dengan kapas DTT.

Hasil : telah dilakukan vulva hygiene.

8. Melakukan pemeriksaan dalam.

Hasil : telah dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 10cm

9. Mendekontaminasi sarung tangan yang sudah dipakai.

Hasil : sarung tangan telah didekontaminasi

10. Mendengarkan DJJ

Hasil : DJJ 145x/menit


16

11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik.

Hasil : Ibu mengetahui pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janinnya baik.

12. Memberitahu keluarga untuk membantu menyiapkan posisi ibu yaitu

setengah duduk.

Hasil : keluarga membantu menyiapkan posisi ibu.

13. Memimpin ibu meneran jika ada his dan anjurkan ibu istirahat

diantara kontraksi.

Hasil : ibu meneran saat ada his.

14. Mengajurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran.

Hasil : Ibu tetap memilih posisi terlentang

15. Memasang handuk bersih dan kering di atas perut ibu Hasil

: handuk diletakan diatas perut ibu.

16. Memasang kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dan diletakkan di

bawah bokong ibu.

Hasil : telah dipasang alas bokong.

17. Membuka partus set untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan.

Hasil : alat dan bahan lengkap.

18. Memakai handscone pada kedua tangan.

Hasil : handscoon telah terpasang


16

19. Memimpin persalinan dengan menyokong perineum dan tahan puncak

kepala.

Hasil : perineum ibu telah disokong dan menahan puncak kepala

20. Memeriksa lilitan tali pusat pada bayi.

Hasil : tidak ada lilitan tali pusat.

21. Menunggu sampai kepala melakukan putaran paksi luar.

Hasil : kepala melakukan putaran paksi luar secara sempurna.

22. Melahirkan kepala dan bahu dengan kedua tangan secara biparietal.

Hasil : kepala dan bahu bayi lahir.

23. Melahirkan seluruh badan bayi kemudian sanggah dan susur sampai

tungkai.

Hasil : badan dan tungkai lahir

24. Menilai bayi dengan cepat yaitu tangis, gerak, dan warna kulit Hasil :

pukul 05.35 WITA bayi lahir spontan, LBK, langsung menangis,

bergerak aktif

25. Mengeringkan dan menghangatkan seluruh badan bayi

Hasil: bayi segera dikeringkan.

26. Mengecek fundus pastikan bayi tunggal.

Hasil : janin tunggal.

27. Menjepit dan memotong tali pusat.

Hasil : tali pusat dijepit menggunakan klem kocher dan dilakukan pemotongan tali

pusat.
16

28. Meletakan bayi di dada ibu.

Hasil: bayi diletakan di dada ibu.

29. Menyelimuti ibu dan bayi.

Hasil : bayi dan ibu diselimuti.

3. Kala III Persalinan : 11-05-2022 Jam 05.35 WITA

Data Subjektif (S)

Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

Data Objektif (O)

1. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.

2. TFU setinggi pusat.

3. Adanya pelepasan darah

Assesment (A)

Kala III (Pelepasan plasenta), keadaan ibu dan bayi baik.

Planning (P)

Tanggal 11-05-2022 Jam 05.35 WITA

1. Memastikan apakah janin tunggal atau ganda

Hasil : Janin tunggal.

2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin pada paha kanan

Hasil : ibu bersedia untuk disuntik.

3. Memberikan suntikan oxytocin 10 unit secara IM.

Hasil : telah disuntikan oksitosin

4. Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva


16

Hasil : klem telah dipindahkan 5-10 cm di depan vulva.

5. Meletakan tangan kiri diatas perut ibu dan tangan kanan memegang

klem pada tali pusat. Perhatikan tanda pelepasan plasenta yaitu uterus

teraba globuler, tali pusat bertambah panjang, dan semburan darah

secara tiba-tiba.

Hasil : telah ada tanda pelepasan plasenta.

6. Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali) Hasil :

peregangan tali pusat terkendali telah dilakukan.

7. Melahirkan plasenta dengan hati-hati, saat plasenta nampak di introitus

vagina lahirkan plasenta dengan kedua tangan putar searah jarum jam

sampai tali pusat terpilin.

Hasil : plasenta telah lahir lengkap pukul 05.50 WITA

8. Melakukan masase fundus uteri setelah segera setelah plasenta lahir

Hasil : masase fundus telah dilakukan.

9. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputketuban

Hasil : plasenta lahir lengkap, kotiledon utuh dan selaput amnion utuh

10. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum.

Hasil : adanya laserasi pada jalan lahir L/D : 3/2

11. Mengobservasi kontraksi uterus

Hasil : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.

12. Memeriksa kandung kemih


16

Hasil : kandung kemih ibu kosong.

4. Kala IV Perslalinan :11-05-2022 Jam 07.50 WITA

Data Subjektif (S)

Ibu mengeluh masih nyeri pada perut bagian bawah dan perineum Data

Objektif (O)

1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis

2. Tanda – tanda vital Ibu

TD : 120/80 mmHg

N : 80 x / menit

S : 36,7° C

P : 20 x / menit

3. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.

4. Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat

5. Perdarahan ± 100 cc

6. Kandung kemih kosong

Assesment (A)

Kala IV (Pengawasan)

Planning (P)

Tanggal 11-05-2022 Jam : 07.50 WITA

1. Mengobservasi tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg

b. Nadi : 80x/menit

c. Suhu : 36,70C
16

d. Pernapasan : 20x/menit

Hasil : Tanda - tanda vital ibu dalam batas normal

2. Mengobservasi kontraksi uterus

Hasil : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.

3. Memeriksa kandung kemih Hasil

: kandung kemih kosong

4. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya bagaimana melakukan

masase uterus dan cara memeriksa kontraksi uterus

Hasil : ibu dan keluarga telah mengerti.

5. Mengevaluasi jumlah perdarahan

Hasil : perdarahan dalam batas normal yaitu ± 100 cc

6. Merendam alat dengan menggunakan larutan clorin 0,5 % selama 15

menit

Hasil : semua alat sudah direndam.

7. Membuang sampah basah dan sampah kering ke dalam

tempatnya

Hasil : sampah basah dan kering telah dibuang.

8. Membersihkan ibu dari darah, lendir dan sisa air ketuban Hasil

: membersihkan dengan menggunakan air DTT.

9. Membantu ibu memakai pakaiannya dan memakaikan ibu

duk/pembalut.

Hasil : ibu telah memakai pakaian.


16

10. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makan dan minum

pada ibu

Hasil : ibu telah diberi makan dan minum.

11. Mendekontaminasi tempat persalinan menggunakan larutan clorin 0,5

%.

Hasil : tempat bersalin telah didekontaminasi

12. Mencelup tangan dalam larutan clorin, buka sarung tangan secara

terbalik rendam selama 10 menit

Hasil : sarung tangan telah di dekontaminasi.

13. Mencuci tangan dibawah air mengalir dan keringkan menggunakan

handuk pribadi, pakai kembali sarung tangan untuk pemeriksaan fisik

bayi.

Hasil: sarung tangan telah dipakai.

14. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, pengukuran panjang badan

bayi dan pengukuran berat badan bayi.

Hasil : telah dilakukan pemeriksaan fisik, pengukuran panjang

badan dan penimbangan berat badan bayi.

15. Melakukan pemberian salep mata dan suntikan vitamin K pada pada

kiri bayi.

Hasil: Telah dilakukan pemberian salep mata dan suntikan vitamin K.

16. Memberikan suntikan hepatitis B pada paha kanan bayi, 1 jam

setelah pemberian suntik vitamin K.


16

Hasil : telah dilakukan pemberian suntik hepatitis B.

17. Melepaskan sarung tangan, dan mencuci tangan.

Hasil: sarung tangan telah dilepaskan.

18. Melakukan pemantauan Kala IV

Hasil : Kala IV berlansung normal

19. Melengkapi Partograf

Hasil : partograf telah dilengkapi

B. Asuhan kebidanan masa nifas

Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 11-05-2022

Waktu Pengkajian : 13.50 WITA

1. Kunjungan nifas I (Postpartum ± 6 jam)

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

A. Data Biologis

1. Keluhan utama : ibu merasakan nyeri pada perut bagian bawah

2. Riwayat keluhan utama

a. Mulai timbulnya : Setelah persalinan tanggal 11-05-2022 Sifat

keluhan : Hilang timbul

b. Lokasi keluhan : Perut bagian bawah

c. Pengaruh keluhan terhadap aktivitas ibu sedikit

mengganggu karena ibu meringis kesakitan

d. Usaha klien untuk mengatasi keluhan : Berbaring di tempat

tidur
16

3. Riwayat obstetric

a). Riwayat Haid

1. Menarche : 14 tahun

2. Siklus : 28-30 hari

3. Lamanya : 5-7 hari

4. Banyaknya : Sehari 2-3x ganti pembalut

b) Riwayat Kehamilan, persalinan nifas yang lalu

1. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 11-05-2022 jam

05.30 WITA

2. Ibu mengatakan melahirkan yang kedua kali dan tidak

pernah keguguran

3. Aterm, cukup bulan

4. Tempat persalinan : Ruang bersalin puskesmas Konda

5. Penolong : bidan

6. Jenis persalinan: spontan, LBK

7. Apgar score : menit 1 / menit 5 : 9/10

8. Jenis kelamin : laki-laki

9. BBL/PBL : 3100 gr/ 48 cm

10. Plasenta lahir lengkap pukul 05.50 WITA

11. TFU 2 jari di bawah pusat

12. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

13. Perdarahan : ±50 cc


16

14. Terapi yang diberikan : Amoxylin 3x1 dosis 500 mg/tab dan

Asam Mefenamat 3x1 dosis 500 mg/tab.

4. Pola nutrisi

Kebiasaan sebelum pesalinan

a. Frekuensi makan : 3-4x/hari

b. Frekuensi minum : 6-8 gelas/hari

c. Pantang makan : tidak ada

Kebiasaan pasca persalinan

a. Frekuensi makan : 3x sehari

b. Frekuensi minum : 6-8 gelas/ hari

5. Pola eliminasi

Kebiasaan sebelum persalinan

a. BAK

1) Frekuensi : 3-4x/hari

2) Warna : kuning jernih

3) Bau : khas amoniak

4) Masalah : tidak ada

b. BAB

1) Frekuensi : 1-2x/hari

2) Konsistensi : lunak

3) Masalah : tidak ada

Kebiasaan pasca persalinan


17

a. BAK, Ibu berkemih terhitung 1 kali dari waktu persalinan sampai

waktu pengkajian

b. BAB, Ibu belum BAB sejak pasca persalinan pukul 05.30

WITA sampai waktu pengkajian.

6. Pola istirahat/tidur

Kebiasaan sebelum persalinan

a. Malam : ± 8 jam (pukul : 21.00-05.00 wita)

b. Siang : ± 2 jam (pukul : 13.00-15.00 wita)

c. Masalah : tidak ada

Kebiasaan pasca persalinan:

Ibu mengatakan sudah tidur kurang lebih 3 jam setelah

melahirkan.

B. Pengetahuan Ibu Nifas

1. Pengetahuan tentang nyeri fisiologi pada perut bagian bawah pasca

persalinan : ibu belum tahu

2. Pengetahuan tentang ASI

a. Manfaat ASI : ibu sudah tahu

b. Teknik menyusui: ibu sudah tahu

3. Pengetahuan tentang kebutuhan perawatan diri pada masa nifas:

a. Perawatan payudara: ibu sudah tahu

b. Perawatan diri : ibu sudah tahu

4. Pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas: ibu belum

tahu
17

5. Pengetahuan tentang perawatan tali pusat pada bayi: ibu sudah

mengetahui karena sudah ada pengalaman sebelumnya

C. Data Sosial

1. Dukungan suami : suami sangat senang dengan kehadiran

bayinya

2. Dukungan keluarga : keluarga sangat senang dengan kehadiran

bayi tersebut

3. Masalah : tidak ada

D. Pemeriksaan

1. Kesadaran : composmentis

2. Berat badan : 58 kg

3. Tinggi badan : 155 cm

4. LILA : 25 cm

5. Tanda- tanda vital

TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

P : 20 x/menit

S : 36,40C

Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual

P2A0, post partum 6 jam dengan masalah nyeri perut bagian bawah

1. P2A0

DS :

a. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 11-05-2022


17

b. Ibu mengatakan melahirkan empat kali dan tidak pernah keguguran DO :

a. Ibu melahirkan tanggal 11-05-2022

b. TFU teraba 2 jari di bawah pusat

c. Tampak pengeluaran lochea rubra

d. Tampak striae albicans dan linea nigra

Analisis dan interpretasi

a. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi

dan retraksi otot-otot fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat, selama 2 hari

berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari ini

terus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke 10 tidak teraba lagi

dari luar (Prawirohardjo, 2014).

b. Lochea rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel- sel

desidua, verniks kaseosa, lanogo dan mekonium yang keluar selama 2

hari pasca persalinan (Wiknjosastro, 2014).

c. Pada kulit terdapat depsit pigmen dan hiperpigmentasi bagian- bagian

tertentu. Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating

hormone ( MSH). Linea pada dinding perut nampak hitam disebut linea

nigra (Wiknjosastro, 2014).

d. Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh

hormone MSH. Kulit juga nampak seperti retak, warnanya berubah agak

hiperemis dan kebiruan, yang disebut striae livide.


17

Setelah partus, striae livide berubah warnanya menjadi putih dan

disebut striae albicans (Wiknjosastro, 2014).

1. Post partum 6 jam

Dasar

DS :

a. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 11-05-2022 jam 05.35 WITA

b. Ibu mengatakan melahirkan anak keempat DO

a. TFU teraba 3 jari di bawah pusat

b. tampak pengeluaran lochea rubra

c. kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

Analisis dan interpretasi

a. Dari tanggal 11-05-2022 pada pukul 05.50 WITA saat plasenta lahir

sampai dengan tanggal 11-05-2022 pada pukul 13.50 WITA saat

pengkajian terhitung post partum 6 jam. Pada pemeriksaan fisik TFU

teraba 2 jari dibawah pusat karena involusi uteri jaringan ikat dan

jaringan otot mengalami proses peristaltik berangsur-angsur akan

mengecil dan setiap hari TFU akan turun setiap 1 cm setiap harinya.

b. Lochea rubra adalah sekret luka plasenta yang keluar dari vagina yang

berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak mengandung

darah segar dari sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,

lanugo, mekonium, pengeluaran


17

segera setelah persalinan sampai dua hari pasca persalinan (Wiknjosastro,

2014).

3. Nyeri perut bagian bawah

Dasar

DS :

Ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah DO :

a. kontaraksi uterus baik

b. Ibu tampak meringis jika kesakitan

Analisis dan interpretasi

After pains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus,

kadang-kadang sangat mengganggu 2-3 hari post partum. Perasaan mules

ini lebih terasa bila ibu sedang menyusui dan timbul bila masih terdapat

sisa-sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan darah didalam kavum

uteri (Wiknjosastro, 2014).

Langkah III. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya tindakan

segara/kolaborasi

Langkah V. Rencana Asuhan

a. Tujuan

1. KU ibu baik dan TTV dalam batas normal


17

2. Nyeri perut dapat teratasi

3. Tidak terjadi perdarahan

4. Memenuhi kebutuhan fisiologis anak/bayi serta kebutuhan

biologisnya

5. Memberi pemahaman kepada ibu tentang KB dan memilih alat

kontrasepsi yang baik

6. Memberi pemahaman kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan dasar

ibu nifas

7. Memberi pemahaman kepada ibu tentang ASI dan manfaat ASI serta

teknik menyusui.

b. Kriteria Keberhasilan

1. TTV dalam batas normal

2. Involusi uterus berlangsung normal

3. Ibu memberikan ASI kepada bayinya dengan teknik yang baik dan benar

4. Pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas dapat dipahami dengan baik oleh

ibu dan keluarga

5. Ibu dan suami bersedia jika ibu menggunakan KB minimal pada 40- 42

hari post partum.

c. Rencana tindakan

1. Beritahu ibu tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan tujuan

tindakan.
17

Rasional : agar ibu mengetahui atau mendapat informasi yang cukup

untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan diberikan.

2. Observasi tanda-tanda vital ibu.

Rasional : TTV merupakan indikator untuk menilai kondisi ibu dan menentukan

prosedur tindakan yang akan dilakukan.

3. Observasi kontraksi, TFU, lochea dan kandung kemih ibu.

Rasional :

a. Kontraksi yang baik dapat mencegah perdarahan

b. TFU yang mengalami perubahan yang tidak normal merupakan

tanda-tanda kelainan involusi uteri dan dapat menyebabkan resiko

perdarahan

c. Lochea yang berbau busuk merupakan tanda infeksi

d. Kandung kemih yang penuh merupakan pemicu buruknya kontraksi

4. Lakukan massase fundus uteri.

Rasional : massase fundus uteri mampu merangsang kontraksi uterus

sehingga tidak terjadi perdarahan.

5. Jelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bagian bawah yang

dirasakannya adalah hal yang fisiologi.

Rasional : agar dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan ibu,

sehingga ibu mampu beradaptasi dengan nyeri yang timbul.


17

6. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri seperti

menarik napas.

Rasional : teknik relaksasi akan membuat ibu lebih rileks dan sirkulasi O2

dalam darah kejaringan menjadi lancar, sehingga proses penyembuhan

luka menjadi cepat.

7. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut saat terasa penuh atau terasa

tidak nyaman.

Rasional : dengan mengganti pembalut sesering mungkin dapat mencegah

kuman penyebab infeksi berkembang disekitar luka.

8. Berikan pada ibu pendidikan kesehatan tentang:

a. Nutrisi ibu nifas

Ibu harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dari berbagai

sumber makanan yang mengandung protein, lemak, karbohidrat,

zink, DHA, vitamin, magnesium. Selain itu ibu nifas juga perlu

minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

b. Ambulasi dini (24-48 jam setelah persalinan)

Manfaat ambulasi dini yaitu :

1) Ibu merasa sehat dan kuat

2) Fungsi usus, paru-paru, sirkulasi dan perkemihan lebih baik

3) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai

c. Eliminasi
17

BAK penting untuk membantu berlangsungnya kontraksi sehingga

involusi uteri berlangsung normal, jika kandung kemih penuh dapat

menganggu kontraksi uterus

d. Personal hygiene

e. Pada hari pertama persalinan ibu masih dibantu untuk mandi.

Saat mandi mulut, gigi, rambut dan daerah kewanitaan dapat

dibersihkan sendiri oleh ibu. Ibu harus mandi 2x sehari.

f. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup. Tidur yang dibutuhkan

ibu nifas yaitu 8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang hari.

g. Perawatan payudara

Dengan melakukan perawatan payudara, dapat menjaga kebersihan

payudara, terutama kebersihan putting susu agar terhindar dari

infeksi, sehingga bayi dapat menyusu dengan baik, merangsang

kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi menjadi lancar.

Rasional : dengan menjelaskan kebutuhan dasar ibu nifas, ibu

menjadi paham dan mampu menggali kesadaran ibu untuk

memperhatikan kondisi kesehatan selama masa nifas, serta

mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan

selama masa nifas.

9. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif pada bayinya


17

Rasional : dengan menyusui bayinya secara eksklusif dapat memberikan

manfaat, seperti memberikan gizi terbaik untuk bayi, meningkatkan

kekebalan tubuh bayi, meningkatkan IQ pada bayi, meningkatkan kasih

sayang antara ibu dan bayi.

10. Anjurkan ibu untuk ber-KB minimal 40-42 hari pasca persalinan Rasional

: dengan ber-KB ibu dapat mengatur jarak kehamilan sehingga alat

reproduksi siap untuk kehamilan selanjutnya.

11. Anjurkan ibu untuk meminum obat-obatan yang telah diberikan secara

teratur

Rasional : agar proses pemulihan ibu berlangsung baik dan ibu dalam

keadaan sehat

12. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan

Rasional : pendokumentasian merupakan pegangan atau bukti bidan dari

setiap tindakan yang dilakukan dan dipertanggung jawabkan

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 11-05-2022 Jam 13.50 WITA

1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan dan menjelaskan tujuan

tindakan

Hasil : Ibu mengerti dengan tindakan yang akan di lakukan

2. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu ( Pukul 13.51 wita )

Hasil :

TD : 120/80 mmHg
18

N : 86 x/menit S

: 36,4 0c

P : 20 x/menit

3. Mengobservasi kontraksi, TFU, lochea dan kandung kemih ibu

4. Hasil : Kontraksi ibu baik, teraba keras dan bundar serta nampak pengeluaran

lochea rubra

5. Melakukan massase fundus uteri

Hasil : Fundus ibu teraba 2 jari di bawah pusat teraba keras dan bundar

6. Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bagian bawah yang

dirasakannya adalah hal yang fisiologi

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan

7. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri seperti

menarik napas

Hasil : Ibu mengerti apa yang diajarkan bidan

8. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut saat terasa penuhatau terasa

tidak nyaman

9. Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

10. Memberikan pada ibu pendidikan kesehatan tentang

a. Nutrisi ibu nifas

b. Ambulasi dini

c. Eliminasi

d. Istirahat

e. Perawatan payudara
18

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan

11. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif pada bayinya.

Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

12. Menganjurkan ibu untuk ber-KB minimal 40-42 hari pasca persalinan.

Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

13. Menganjurkan ibu untuk meminum obat-obatan yang telah diberikan

secara teratur.

Hasil : ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

14. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.

Hasil : Telah di lakukan pendokumentasian

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 11-05-2022 Jam 13.56 wita

1. Ibu mengertahui tindakan yang akan dilakukan serta mengetahui tujuannya

2. TTV ibu dalam batas normal.

3. Kontraksi ibu baik, teraba keras dan bundar, serta nampak pengeluaran lochea

rubra.

4. TFU ibu teraba 3 jari dibawah pusat.

5. Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan bersedia

melakukannya.

6. Telah dilakukan pendokumentasian.

2. Kunjungan Nifas II (Postpartum 6 hari)

Hari/Tgl Pengkajian : 17-05-2022


18

Waktu Pengkajian : Jam 16.30 wita

Subyektif (S)

1. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua dan tidak

pernah mengalami keguguran.

2. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular dan

penyakit menahun.

4. Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan.

5. Ibu mengatakan tidak ada kelainan dalam persalinan, plasenta lahir

spontan dan lengkap.

6. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 11-05-2022 pukul 05.35

WITA di puskesmas Konda

Obyektif (O)

1. Pemeriksaan umum ; keadaan ibu baik kesadaran composmetis

2. Pemeriksaan TTV (TD: 110/70 mmhg, N: 75 x/menit, S: 36,70C, P: 20

x/menit).

3. Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.

4. Pengeluaran lochia sanguinolenta

5. TFU teraba di atas simpisis.

6. Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.

7. Tampak linea nigra pada abdomen.

8. Tidak ada luka bekas jahitan perineum.


18

9. Produksi ASI lancar

Asesment (A)

Post partum 6 hari

Planning (P)

Tanggal 17-05-2022 Jam 16.35 WITA.

1. Melakukan informed consent kepada ibu untuk setiap tindakan

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk

tindakan yang akan dilakukan bidan

2. Memantau keadaan umum dan tanda – tanda vital itu.

Hasil : tekanan darah= 110/70 mmhg, Nadi= 80x/menit, suhu= 36,5 0C, pernapasan=

20x/menit.

3. Mengobservasi tinggi fundus uteri, dan pengeluaran lokhia.

Hasil : TFU tidak teraba diatas pusat dan pengeluarab lochea

sanguiloneta

4. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi Hasil :

ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh bidan dan mau

melaksanakannya

5. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan payudara.

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melaksanakannya.

6. Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB.

Hasil : ibu mengerti dan akan segera ber-KB.

D. Asuhan kebidanan bayi baru lahir


18

Hari/Tanggal Pengkajian : Minggu 11-05-2022

Waktu Pengkajian : Jam 14.15 WITA

1. Kunjungan neonatus I (Umur 6

Jam) Langkah I: Identifikasi Data

Dasar

A. Identitas Bayi

Nama : Bayi NY ”N”

Tanggal/jam lahir : 11.05.2022 jam 05.35 WITA

Umur : 6 jam

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 2 (Dua)

B. Data Biologis

1. Keluhan utama : tidak ada keluhan

2. Riwayat kesehatan sekarang

Bayi lahir tidak mengalami asfiksia,sianosis dan tidak kejang

3. Riwayat kelahiran bayi

a. Bayi lahir tanggal/jam: 11-05-2022, jam 05.35 WITA

b. Tempat bersalin : Ruang Bersalin Puskesmas Konda

c. Penolong persalinan : Bidan

d. Jenis persalinan : lahir spontan, LBK, menangis kuat

e. BBL / PBL : 3100 gram / 48 cm

f. LK : 32 cm

g. LD : 31 cm

h. LP : 30 cm
18

i. LILA : 12 cm

j. Jenis kelamin : Laki-laki

k. Apgar Score : 9/10

l. Bayi diberi suntikan vitamin K, salep mata dan HB-0 (+

Tabel 4.2 Penilaian apgar skor

Menit
Nilai tanda 0 1 2 Menit 5
1

Seluruh
Appearance (warna Tubuh lemah
Pucat tubuh 2 2
kulit) ekstremitas biru
kemerahan

Pulse ( frekuensi
Tidak ada 100x/menit 100x/menit 2 2
jantung)

Grimance Tidak Reaksi


Sedikit gerakan 2 2
(rangsangan) bertoksi melawan

Ekstremitas dlm Sedikit


Activity ( aktivitas) Tidak ada 1 2
keadaan fleksi gerakan

Respiration Menangis
Tidak ada Lambat 2 2
( pernapasan) kuat
Jumlah 9 10

C. Data Kebutuhan Dasar Bayi

1. Pola nutrisi

a. Jenis minum : ASI (IMD)

b. Frekuensi : setiap bayi membutuhkan

2. Pola eliminasi

a. BAK

Bayi sudah BAK saat dikaji

b. BAB
18

Bayi belum BAB saat dikaji

3. Pola tidur

Pola tidur bayi belum dapat di identifikasi, sebab bayi sering

tertidur

4. Pola kebersihan diri

a. Bayi sudah dimandikan

C. Pengetahuan Ibu

1. Ibu mengetahui cara merawat bayi

2. Ibu mengetahui cara menyusui yang benar

3. Ibu mengetahui cara perawatan tali pusat

4. Ibu mengetahui pentingnya pemberian imunisasi

D. Data Sosial

1. Ibu dan ayah sangat senang dengan kelahiran bayinya

2. Keluarga dari ayah maupun ibu sangat senang dengan kelahiran bayi

E. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

1. Keadaan umum bayi baik

2. BBL/PBL : 3100 gram/48 cm

3. Tanda-tanda vital

Nadi : 110x/menit

Suhu : 36,60c

Pernapasan : 46x/menit
18

b. Pemeriksaan fisik khusus

1. Kepala

Rambut hitam dan tipis, terdapat sisa ketuban, tidak ada caput

succedaneum, tidak ada cephal hematoma.

2. Wajah

Ekspresi wajah tenang, tidak ada oedema.

3. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtifa tidak anemis, sklera tidak

ikterus.

4. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran

sekret.

5. Mulut

Warna bibir merah mudah, warna gusi kemerahan, lidah bersih.

6. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna tidak

ada pengeluaran secret.

7. Leher

Tidak nampak pelebaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar

tyroid.

8. Dada
18

Gerakan dada sesuai dengan gerakan napas, dada simetris kiri dan

kanan.

9. Payudara

Simetris kiri dan kanan, terdapat puting susu menonjol.

10. Abdomen

Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril.

11. Genetalia luar

Terdapat lubang uretra, testis sudah masuk ke dalam skrotum.

12. Anus

Terdapat lubang anus, tampak bersih.

13. Kulit

Tidak ada tanda lahir, warna kulit merah mudah, tampak

bersih dan tidak ada kelainan.

14. Ekstremitas

a. Tangan

Simetris kiri dan kanan, jari-jari tangan lengkap, warna kuku

merah muda panjang, bergerak aktif, tidak ada kelainan.

b. Kaki

Simetris kiri dan kanan, jari kaki lengkap, warna kuku merah.

15. Penilaian reflex


18

a. Reflex morrow (terkejut) : baik

b. Reflex sucking (mengisap) : baik

c. Reflex rooting (menelan) : baik

d. Reflex graps (menggenggam) : baik

e. Reflex babysky (gerakan kaki) : baik

f. Reflex swallowing (menelan ) : baik

g. Reflex graps ( menggenggam) : baik

16. Pengukuran antropometri

a. Lingkar kepala pronto occipital : 32 cm

b. Lingkar dada : 31 cm

c. Lingkar perut : 30 cm

d. Lingkar lengan : 12 cm

Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Bayi baru lahir aterm, sesuai masa kehamilan (SMK), umur 6 jam, dan

keadaan umum bayi baik.

1. Bayi aterm sesuai masa kehamilan (SMK) DS

a. Ibu mengatakan HPHT tanggal 04-08-2021

b. ibu mengatakan melahirkan bayinya tanggal 11-05-2022,Jam 05.35 WITA

DO :

a. BBL : 3100 garm


19

b. PBL : 48 cm

c. UK : 40 minggu

Analisis dan interpretasi

Bayi aterm adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu

dengan berat badan lahir 2500 gram–4000 gram. Dari HPHT 04-08-2021

sampai tanggal persalinan 11-05-2022 maka masa gestasinya adalah 40

minggu (Wiknjosastro, 2014).

2. Bayi umur 6 jam

DS :

a. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 11-05-2022, jam 05.35 WITA

b. Ibu mengatakan bayi sudah disusui

DO :

a. Tanggal pengkajian 11-05-2022 jam 14.15 WITA

b. Keadaan umum bayi baik

c. Bayi lahir spontan letak belakang kepala, bayi langsung m6nangis kuat.

d.Jenis kelamin : laki-laki

e. Apgar sore : menit 1 / menit 5 : 9/10

f. BBL/PBL : 3100 gram / 48 cm

Analisis dan interpretasi

a. Dari tanggal lahir 11-05-2022, pukul 05.35 WITA, sampai tanggal

pengkajian 06-05-2022, pukul 14.15 wita, terhitung usia 6 jam.


19

b. Bayi lahir normal melalui persentase kepala melalui vagina dan tanpa

melakukan alat, dengan persentase letak belakang kepala, dengan BBL

3100 gram dan PBL 48 cm, serta tidak terjadi komplikasi lain yang

menyertai (Wiknjosastro, 2014).

3. Keadaan umum bayi baik

DS : Ibu mengatakan bayinya sehat DO

a. Keadaan umum bayi baik

b. Tanda-tanda vital

1. Nadi : 110x/menit

2. Suhu : 36,60c

3. Pernapasan : 46x/menit

c. Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik

d. Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril

e. Bayi tidak magap-magap

Analisis dan interpretasi

Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan, dan tanda-tanda vital

dalam batas normal, menandakan keadaan bayi baik(

Wijaksono,2014)

Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

Langkah IV: Evaluasi Perlunya Tindakan Segera


19

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya tindakan segera

Langkah V: Rencana Asuhan

a. Tujuan

1) Keadaan umum bayi baik

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

3) Tidak terjadi hipotermi

4) Tidak terjadi infeksi tali pusat

b. Kriteria keberhasilan

1) Keadaan umum bayi baik

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

3) Bayi tidak mengalami hipotermi

4) Tidak terjadi infeksi tali pusat

5) Bayi tidak mengalami infeksi

6) Bayi dapat beradptasi dengan lingkungan

c. Rencana Tindakan

1. Beritahu ibu tindakan yang akan dilakukan pada bayi

Rasional : agar ibu mengetahui pemeriksaan apa saja yang akan

dilakukanpada bayinya

2. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi

Rasional : Observasi keadaan umum dan TTV bayi bertujuan untuk

mengidentifikasi secara dini masalah kesehatan bayi serta sebagai

indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya

3. Beri bayi kehangatan dengan membedong/menyelimuti


19

Rasional : untuk mencegah terjadinya hipotermi.

4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

Rasional : untuk merangsang produksi ASI dan refleks hisap bayi, ASI

juga merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.

5. Beritahu ibu Health education tentang :

a. Pentingnya memberikan ASI eksklusif

Rasional : agar bayi tumbuh sehat dan cerdas serta tidak mudah Sakit

b. Tanda dan gejala infeksi tali pusat

Rasional: agar ibu dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi tali pusat

sehingga pengawasan dilakukan sedini mungkin.

6. Melakukan pendokumentasian.

Rasional : untuk mempertangungjawabkan asuhan yang telah

diberikan

Langkah VI: Implementasi

Tanggal 11-05-2022 Jam : 14.20 WITA

1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan pada bayi Hasil: Ibu

mengerti tindakan yang akan di berikan pada bayinya

2. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi Hasil

: TTV dalam keadaan normal

3. Memberi bayi kehangatan dengan membedong/menyelimuti Hasil

: Bayi telah disemangati

4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin


19

Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin jika bayinya membutuhkan

5. Beritahu ibu Health education tentang

a. Pentingnya memberikan ASI eksklusif

b. Tanda dan gejala infeksi tali pusat

Hasil : Ibu mengerti tentang penjelasan bidan

6. Melakukan pendokumentasian.

Hasil : Telah di lakukan pendokumentasian

Langkah VII: Evaluasi

Tanggal 11-05-2022 Jam 14.22 WITA

1. Keadaan umum bayi baik

2. Tanda-tanda Vital dalam batas normal

Nadi : 110x/menit

Suhu : 36,6oc

Pernapasan : 46x/menit

3. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan

4. Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar

5. Telah dilakukan pendokumentasian.

2. Kunjungan Neonatus II (Umur 6 Hari)

Hari/Tanggal pengkajian : 17-05-2022

Waktu pengkajian : Jam 16.40 wita

Subjektif (S)
19

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi dapat menyusui dengan benar, BAB 3

kali/hari (kuning) BAK 7-8 kali/hari (kuning jernih) gerak bayi aktif dan tidak

ada tanda bahaya pada bayi.

Objektif (O)

A. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum ibu baik

2. Jenis kelamin laki-laki

3. TT

4. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Nadi : 120 x/m Pernafasan

: 40 x/m

Suhu : 36,8 0c

5. PB Saat Lahir : 48 cm

PB Saat Ini : 49 cm

BB Saat Lahir : 3100 gram

BB saat ini : 3300 gram

6. pemeriksaan fisik dalam batas nomral

Assesment (A)

Neonatus cukup bulan usia 6 hari fisiologis.

Planning (P)

Tanggal : 17-05-2022 jam : 14.44. wita

1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan.

Hasil : ibu mengerti tindakan yang akan dilakukan.


19

2. Memberi tahu hasil Observasi TTV

Nadi : 120 x/m Pernafasan

: 40 x/m

Suhu : 36,8 0c

Hasil : TTV bayi dalam batas normal

3. Menjelaskan tanda bahaya neonatal seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

Hasil : ibu mengerti dan tidak terdapat salah satu tanda bahaya neonatal.

4. Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu untuk diberikan

imunisasi.

Hasil : Ibu bersedia untuk membawa bayinya ke posyandu

5. Memberikan health education tentang menjaga tali pusat dalam keadaan

bersih dan kering dan menjaga suhu bayi agar tetap hangat. Hasil : Ibu

mengerti tentang health education yang diberikan dan bersedia mengikuti

anjuran bidan

6. Melakukan pendokumentasian

Hasil : telah dilakukan pendokumentasian.

E. Pembahasan

1. Kehamilan

Anamnese pertama kali dilakukan penulis pada tanggal Januari 2021

diRumah Ny.Nasra, klien menyatakan bahwa usianya


19

sekarang 21 tahun. Usia ini merupakan usia yang baik untuk bereproduksi.

Ibu yang melahirkan pada usia diatas 40 tahun, memiliki penyakit yang

beresiko, misalnya kelainan bawaan dan penyulit pada waktu persalinan

yang disebabkan oleh otot rahim kurang baik untuk menerima kehamilan.

Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada ibu berumur antara 20

hingga 34 tahun karena jarang terjadi penyulit kehamilan dan persalinan

(Prawirohardjo, 2014).

Menurut Mochtar (2015) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

sangat penting dinyatakan untuk mengetahui lebih pasti usia kehamilan ibu

dan taksiran persalinan. Maka dapat dijabarkan tafsiran tanggal persalinan

memakai rumus neagle. Pada Ny.N mengatakan hari pertama haid terakhir

pada tanggal 04-08-2021, dan diperkirakan tafsiran persalinan pada tanggal

11-05-2022 sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

karena Ny.N dapat memberikan keterangan yang jelas mengenai hari

pertama haid terakhir sehingga memudahkan untuk memperkirakan tafsiran

persalinan.

Pada teori dinyatakan bahwa pemeriksaan yang lengkap adalah K1,

K2, K3 dan K4. K merupakan singkatan dari kunjungan. Hal ini berarti

minimal dilakukan satu kali kunjungan antenatal pada trimester pertama,

satu kali kunjungan pada trimester kedua dan dua kali kunjungan antenatal

pada trimester ke tiga. (Manuaba, 2014). Sesuai dengan teori tersebut, Ny.N

melakukan pemeriksaan antenatal 5 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 2 kali

pada trimester II, 2 kali pada


19

trimester III.

Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan kontribusi

yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Berat badan Ny.N

sebelum hamil adalah 50 kg dengan tinggi badan 155 cm. Berdasarkan

hasil pengukuran terakhir berat badan Ny.N adalah 62 kg dan kenaikan

berat badan selama kehamilan adalah 12 kg.. Berdasarkan hasil perhitungan

didapatkan bahwa ibu dalam kondisi normal berdasarkan IMT dan

kenaikan berat badan yaitu 14 kg,sesuai dengan rentang total kenaikan

yang dianjurkan yaitu 11,5 – 16 kg untuk kategori IMT normal (IMT 19,8 –

26) (Wiknjosastro, 2014).

Pada pemeriksaan tekanan darah selama kunjungan antenatal yaitu

130/80 mmHg, tidak ditemukannya tekanan darah melebihi batas normal

pada Ny. N Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi

adanya faktor risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah

normal 110/80 mmHg, bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam

kehamilan (Mufdillah, 2018). Pada pemeriksaan LILA (lingkar lengan atas)

guna penilaian status gizi didapatkan LILA ibu adalah 28 cm. Ambang

batas LILA wanita usia subur dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5

cm. Bila < 23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis

(Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) (Mufdillah, dkk 2018). Sehingga hasil tersebut menunjukkan

bahwa
19

ibu tidak termasuk ke dalam klasifikasi KEK (kekurangan energi kronis).

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen

yang mencangkup manuver leopold untuk mendeteksi keadaan letak janin.

TFU Ny. N pada usia kehamilan 35 minggu 1 hari adalah 31 cm, Sesuai

dengan teori Manuaba (2014) panjang fundus uteri pada usia kehamilan 35

minggu adalah 31 cm, usia kehamilan 32 minggu adalah 29,5 cm, dan usia

kehamilan 36 minggu panjangnya 32 cm. Selama kehamilan TFU Ny. N

mengalami peningkatan sehingga keadaan dan letak janin dalam keadaan

baik, pengukuran tinggi fundus uteri dapat menghitung taksiran berat janin

dengan menggunakan rumus Johson-Tausack = (mD-N)x155). Taksiran

berat janin yang didapatkan saat usia kehamilan 40 minggu dan sudah

masuk pintu atas panggul, dengan tinggi fundus uteri 37 cm adalah 3100

gram. Keadaan ini masih dalam batas normal sesuai dengan teori yang

menyatakan berat badan bayi lahir normal adalah 2500 gram-4000 gram

(Prawirohardjo, 2014).

Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mengetahui denyut jantung

janin. Selama pemeriksaan kehamilan denyut jantung janin dalam kondisi

normal. Pada kunjungan pertama didapatkan 146 x/menit, kunjungan kedua

143 x/menit. Hasil pemeriksaan ini masih sesuai dengan teori yang

menyatakan denyut jantung janin normal ialah 120-160 x/menit

(Wiknjosastro, 2014).
20

Ny. N melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Hb.

Pada pemeriksaan tersebut didapatkan Hb ibu sebesar 11,5 gr/dl. Dari hasil

pemeriksaan Hb klien, klien dapat dikatakan tidak mengalami anemia.

Karena batasan anemia pada ibu hamil yaitu memiliki Hb < 11 gr/dl pada

trimester ke III (Prawirohardjo, 2014).

Keluhan Ny.Nselama hamil yang berhubungan dengan perubahan

fisiologis yaitu nyeri pinggang, sering berkemih, dan Braxton Hicks, hal

ini merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan trimester ke III. Sering

berkemih dikeluhan oleh ibu selama kehamilan akibat dari meningatnya laju

Filtrasi Glomerolus. Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung

kemih oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas

kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat. Rasa nyeri

pada bagian punggung ibu dialami oleh ibu hamil, keluhan ini dimulai pada

usia 35 minggu sampai menjelang persalinan. Pada akhir kehamilan,

Braxton Hicks dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi

peyebab persalinan palsu. Salah satu dampak klinis yang baru-baru ini

dibuktikan adalah bahwa 75% wanita dengan 12 atau lebih kontraksi per

jam didiagnosis memasuki persalinan aktif dalam 24 jam. (Wiknjosastro,

2014)

Penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda- tanda

bahaya pada kehamilan seperti perdarahan dari jalan lahir, gerakan janin

tidak terasa, nyeri perut hebat, demam, sakit kepala,


20

pandangan berkunang-kunang, bengkak dibagian wajah dan tangan, nyeri

ulu hati (Prawiroharjo, 2014). Selama kehamilan tidak ditemukan adanya

tanda-tanda bahaya kehamilan pada ibu.

Sesuai dengan program Kementrian Kesehatan (2016) mengenai

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Ny.N

berencana ingin melahirkan di Puskesmas Benu-benua didampingi oleh

suami, menggunakan kendaraan mobil untuk menuju BPM.

Selain P4K, program Kementrian Kesehatan yang termasuk ke

dalam 10 T yaitu perencanaan KB, setelah klien dijelaskan mengenai jenis-

jenis KB klien memilih untuk menggunakan kontrasepsi jenin suntik 3

bulan setelah masa nifasnya selesai.

2. Persalinan

Pada tanggal 11 Mei 2022 pukul 01.55 WITA Ny. N datang ke

Puskesmas Konda ditemani oleh suami dan keluarga. Klien mengatakan

mules-mules sejak pukul 07.00 WITA. Pada pemeriksaan dalam,

didapatkan ibu sudah masuk kala I fase laten yaitu pembukaan 2. Sesuai

dengan teori bahwa persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi

dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika

kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Jannah, 2017).

Pada kala 1 fase aktif, penulis melakukan beberapa asuhan


20

kebidanan seperti menganjurkan ibu untuk didampingi oleh pendamping

persalinan dan ibu memilih untuk didampingi oleh suami, membimbing

Ny.N melakukan teknik relaksasi, dan membimbing suami untuk

melakukan pijatan ringan kepada ibu. Sesuai dengan penelitian bahwa

pendamping persalinan memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap

keberhasilan persalinan yang aman, sangat kecil kemungkinan gangguan

emosional dan fisiknya, komplikasi pada bayi yang akan dilahirkan, serta

akan memudahkan persalinan. Teknik relaksasi nafas dalam dan terapi pijat

dapat mengurangi tingkat nyeri persalinan.

Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tetap memiliki

tenaga yang akan digunakan saat ibu memasuki kala II. Serta

mempersilahkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB demi lancarnya

proses kala 1 fase laten. Asuhan kebidanan yang penulis lakukan sesuai

dengan asuhan kebidanan kala I yang dianjurkan (Prawirohardjo, 2014).

Kala I persalinan pada Ny.N berlangsung ±9 jam, dihitung dari ibu

merasakan mules pukul 20.00 WITA sampai pembukaan lengkap pukul

05.00 WITA. Menurut teori yang ada, fase laten berlangsung hampir 8 jam

dan fase aktif berlangsung selama 7 jam. Dalam hal ini tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan prektek, hal ini normal karena dipantau

melalui partograf dan tidak melewati garis waspada. (Saifuddin, 2016).

Faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu


20

dengan adanya power, pasenger, dan passege ketiga faktor utama ini

sangat mendukung jalannya persalinan ( Manuaba, 2014). Kala II pada

Ny.N berlangsung 15 menit dari pembukaan lengkap pukul

05.00 WITA dan bayi lahir spontan pukul 05.30 WITA. Menurut teori yang

ada, Kala II berlangsung 30 menit pada primi dan ½ jam pada multi. Dalam

hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek hal ini dikarenakan

oleh beberapa faktor seperti paritas (multipara), his yang adekuat, faktor

janin dan faktor jalan lahir sehingga terjadi proses pengeluaran janin yang

lebih cepat (Saifuddin, 2016). Setelah dilakukan pemotongan tali pusat bayi

diletakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap untuk IMD. Kala III

berlangsung selama 5 menit. Menurut teori yang ada, Kala III berlangsung

selama kurang dari 30 menit, dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara

teori dan praktek (Prawirohardjo,2014).

3. Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan, masa

perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat- alat

kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau

40 hari pascapersalinan (Jannah, 2017).

Penulis melakukan kunjungan masa nifas pada 6 jam dan 6 hari.

Dengan tujuan memonitor masa nifas klien, dan mendeteksi apakah adanya

gangguan yang dirasakan oleh klien pada masa nifas serta

menginformasikan tentang KB. Sesuai dengan teori bahwa


20

kunjungan masa nifas diperlukan dengan tujuan, mendeteksi adanya

perdarahan masa nifas, melaksanakan skrining secara komprehensif,

memberikan pendidikan kesehatan diri, memberikan pendidikan mengenai

laktasi dan perawatan payudara dan konseling mengenai KB (Kemenkes,

2015).

Masa nifas Ny.N berlangsung normal, keadaan umum dan tanda-

tanda vital dalam batas normal. Proses involusi uteri pada Ny.N

berlangsung normal pada 10 jam postpartum TFU setinggi 2 jari dibawah

pusat tampak pengeluaran loche rubra, kontraksi uterus baik. Pada hari ke

14 post partum TFU teraba di atas simpisis. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Prawirohardjo (2014).

Pada masa nifas ibu memiliki keluhan pada pola eliminasi, BAB

yang tidak teratur dan konsistensi yang sedikit keras yang muncul pada hari

ke 1 masa nifas sedikit membuat ibu terganggu. Penulis telah menyarankan

untuk tetap mengonsumsi makanan yang dapat memperlancar proses

eliminasi BAB, dan tetap memenuhi hidrasi agar tidak terjadi dehidrasi.

BAB yang tidak teratur pada masa nifas nyatanya adalah hal yang wajar

dikarenakan terdapat perubahan pada sistem pencernaan. Hal ini disebabkan

karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan

pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan

lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan


20

diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong

dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain

(Wiknjosastro, 2014).

Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada

masa nifas (Prawirohardjo, 2014). Pada pengeluaran lokhea Ny.N

berlangsung fisiologis yaitu pada pemeriksaan nifas pertama yaitu 6 jam

postpartum, pengeluaran lokhea pada Ny.N adalah lokhea rubra dengan

warna kemerahan. Pada pemeriksaan nifas kedua yaitu 14 hari post partum,

pengeluaran lokhea pada Ny.N adalah lokhea alba dengan warna putih

berisi lendir. Berdasarkan hasil pemantauan lokhea, dapat disimpulkan

bahwa Ny.N memiliki pengeluaran lokhea yang fisiologis. Hal ini sesuai

teori (Prawirohardjo, 2014).

Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan tidak

terjadi pembengkakan pada payudara ibu. Segera setelah lahir, penulis

menganjurkan agar ibu memberikan hanya ASI saja tanpa makanan atau

minuman tambahan apapun. Penulis juga memberikan pujian kepada ibu

karena hingga pada kunjungan nifas ke 14 hari ibu masih tetap memberikan

ASI kepada bayinya dan bertekad akan memberikan ASI Ekslusif hingga

bayi berusia 6 bulan. Penulis juga memberikan penkes mengenai manfaat

dari pemberian ASI, sesuai dengan teori yang dikemukakan, Air Susu Ibu

(ASI) mempunyai sifat melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastro

enteritis, radang jalan


20

pernafasan dan paru-paru, otitis media, karena air susu ibu mengandung

lactoferrin, lysozyme dan immune globulin A (Prawirohardjo, 2014).

Penulis juga memberikan konseling tentang penggunaan KB,

memberitahu jenis-jenis KB serta manfaat dari penggunaan KB. Ny.N

memutuskan ingin menggunakan kontrasepsi jenis suntik 3 bulan setelah

masa nifasnya usai, Ny.N memilih suntik 3 bulan karena ibu bertekad untuk

ASI esklusif 6 bulan sampai 2 tahun juga ingin menunda kehamilan.

Berdasarkan teori, kunjungan 40 hari setelah persalinan, asuhan yang

diberikan adalah memberikan konseling KB secara dini (Kemenkes, 2015).

4. Bayi Baru Lahir (BBL)

Setelah bayi Ny.N lahir, langsung dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu

Dini) bersama ibu dengan meletakkan bayi diatas ibu dengan posisi

telungkup tanpa menggunakan baju agar terjadi kontak kulit antara ibu dan

bayi, bayi diselimuti badan dan ujung kaki bayi sebagai upaya pencegahan

kehilangan panas, selama satu jam pertama dan IMD telah berhasil terbukti

dengan bayi tampak mencari puting susu ibu (Kemenkes 2015). Bayi juga

langsung menyusu setelah dilakukan IMD. Inisiasi Menyusu Dini akan

menentukan kesuksesan menyusui selanjutnya, karena ibu yang

memberikan ASI dalam satu jam pertama setelah melahirkan mempunyai

peluang 2-8 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif. Kontak

awal ini
20

merupakan periode sensitif, sehingga apabila terlambat, perkembangan anak

dan keberhasilan menyusui akan terganggu.

Pada kunjungan neonatus pertama, penulis melakukan kunjungan 8

jam. Penulis melakukan antropometri dan pemeriksaan fisik secara

lengkap mulai dari pengukuran berat badan, panjang badan terhadap bayi

baru lahir. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap bayi Ny.N

didapatkan bahwa berat badan bayi Ny.N sebesar 3500 gram, hal tersebut

menunjukkan bahwa berat badan bayi Ny.N termasuk normal. Sesuai

dengan ciri-ciri bayi baru lahir normal menurut Pawirohardjo (2014) bahwa

berat badan bayi baru lahir normal ialah berkisar dari 2500 gram–4000

gram. Panjang badan bayi Ny.N ialah 48 cm, sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh (Wiknjosastro, 2014) bahwa panjang badan bayi baru

lahir normal ialah 48 cm – 52 cm. Selain berat badan dan panjang badan,

pemeriksaan antropometri lain yang diperiksa adalah lingkar kepala dan

lingkar dada, dari pemeriksaan dihasilkan bayi Ny. N memiliki lingkar

kepala 33 cm dan lingkar dada 32 cm, hasil pemeriksaan menunjukkan

bahwa bayi Ny.N termasuk normal dikarenakan menurut teori bahwa

lingkar kepala dan lingkar dada bayi baru lahir normal ialah 33-35 cm, dan

30 -38 cm (Prawiroharjo, 2014).

Selain pemeriksaan antropometri, penulis juga melakukan

pemeriksaan fisik pada bayi Ny.N berdasarkan pemeriksaan didapatkan

hasil bahwa bayi Ny.N dalam keadaan normal, hal ini


20

sesuai dengan teori bahwa bunyi jantung normal 120-160 x/menit,

pernapasan pada menit pertama sekitar 40-60 kali/menit, kulit kemerah-

merahan, licin dan diliputi verniks caseosa, rambut lanugo telah tidak

terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku telah agak panjang

dan lemas, pada alat genetalia testis sudah turun dan berbagai refleks telah

terlihat baik (Wiknjosastro, 2014).

Bayi Ny.N diberikan salep mata chlorampenicole 1% pada kedua

konjungtiva mata, yang berguna untuk mencegah penularan infeksi dari ibu

ke bayi. Sesuai dengan teori, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata.

Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penularan infeksi (Kemenkes, 2015). Penulis juga

memberikan vitamin K setelah 1 jam persalinan pada 1/3 paha luar kiri.

Menurut teori, semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K untuk

mencegah perdarahan pada otak akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian BBL (Kemenkes, 2014). Penulis juga melakukan

perawatan tali pusat seperti menjaga tali pusat dalam kondisi kering dan

bersih, hal ini sesuai dengan asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi

baru lahir (IDAI, 2016).

Pada kunjungan neonatus kedua yaitu pada usia 6 hari (09 April

2020). Penulis melakukan kunjungan rumah. Pada kunjungan ini ibu

mengatakan bahwa tali pusat bayi belum puput. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa tali pusat biasanya lepas dalam satu minggu


20

setelah lahir, beberapa kasus dapat lebih lambat hingga 10-14 setelah bayi

lahir (IDAI, 2016).

Bayi Ny.N juga diberikan imunisasi HB-0 yang pertama kali pada

paha 1/3 paha kanan secara I.M dengan dosis 0,5 cc. Imunisasi HB-0

bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi, terutama jalur

penularan ibu ke bayi. Dalam buku kesehatan Ibu dan Anak (2016) yang

menyatakan bahwa pemberian imunisasi HB-0 adalah saat bayi berusia 0-7

hari.

Selama melakukan kunjungan baik kunjungan di Puskesmas Benu-

benua pada KN 1 ataupun kunjungan rumah pada KN 2, tidak

ditemukannya tanda bahaya bayi baru lahir seperti, sulit bernapas atau lebih

dari 60 kali/menit, suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC),

biru, pucat atau memar, hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah,

tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan dan berdarah, tanda-tanda

infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar

cairan dan pernapasan sulit, tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24

jam, tinja lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir atau darah,

menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis terus- menerus

(Saifuddin, 2016).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny.N umur 21 tahun hamil normal

dan tidak ditemukan kesenjangan teori dan praktik.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. N umur 21 tahun persalinannya

normal dan tidak ditemukan kesenjangan teori dan praktik.

3. Asuhan Kebidanan masa Nifas pada Ny.N umur 21 tahun nifas normal,

tidak ditemukan kelainan atau komplikasi pada Ny. N dan tidak

ditemukan kesenjangan teori dan praktik.

4. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Ny.N umur 21 tahun neonatal

normal, tidak ada kelainan atau komplikasi pada bayi Ny.N dan tidak

ditemukan kesenjangan teori dan praktik.

5. Implementasi telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan

standar kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir.

6. Selama proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

mendapatkan asuhan yang aman dan nyaman.

7. Mengevaluasi hasil tindakan secara komprehensif pada masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir tidak ditemukan

penyulit pada ibu dan kondisi ibu sehat

210
21

B. Saran

Sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan

kebidanan penulis menyimpulkan suatu saran sebagai berikut : 1.Institusi

Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan mengembangkan materi yang telah diberikan

baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan dan juga menambah

referensi-referensi agar bisa dijadikan evaluasi dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas, neonatus, dan KB sesuai

dengan standart pelayanan minimal.

2. Tempat PMB

Tempat penelitian disarankan untuk mempertahankan serta meningkatkan

mutu pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan secara continuity of care

pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas, neonatus, dan KB. Secara

berkesinambungan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Kebidanan.

3. Klien dan keluarga

Setelah mendapatkan pelayanan kebidanan secara continuity of care mulai dari

masa kehamilan TM III, bersalin, neonatus, nifas, dan KB keluarga serta klien

diharapkan bertambah wawasannya sehingga dapat mendeteksi dini jika ada

penyulit dan dapat diminimalkan resiko- resikonya.


21

4. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan

sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan secara continuity of care pada

ibu hamil TM III, nifas, neonatus, hingga KB.


21

Daftar Pustaka

Marianti ddk, 2012. asuhan kebidanan.jakarta : trans info media

Depertemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia

2015.jakarta:Depertemen Kesehatan RI ; 2016

WHO.(2019). Material mortality key fact. https:www.who.int/new s-

room/fact-sheet/detail/maternal-mortality

Armini, Sriasih dan Marhaeni. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,

Balita, Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : ANDIN

Br Sembiring, J. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Prasekolah

(Pertama). Sleman : CV Budi Utama.

Elisabeth. S. S, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Penerbit :

pustaka baru press. Yogyakarta.

Gavi. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2015

Juwita Septiani, Prisusanti Dwi Retno. 2021. Asuhan Neonatus. Penerbit,

Qiara Medis. Jawa Timur.

Kartini. (2016a). Effect of Education on the Fetus Growth in Content in Kendari

Southeast Sulawesi Province. International Journal of Sciences: Basic

and Applied Research (IJSBAR), 26(3), 122–137.

Kartini. (2016b). Public Health of Indonesia. Public Health of Indonesia

Navianti, 4(2), 67–72.

Kartini. (2017a). Kartini Poltekkes Kemenkes Kendari. 9(2), 27–34. Kartini.

(2017b). Risiko Penyakit Infeksi terhadap Kejadian Kekurangan


21

Energi Kronik (KEK) pada Ibu. HIJP : Health Information Jurnal

Penelitian, 9, 10–14.

Kartini. (2018). Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018. HUBUNGAN

ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN PANJANG BADAN BAYI

BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH KABUPATEN

KOLAKA TAHUN 2018 Kartini, 10(1), 33–38.

Kartini. (2020a). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Kejadian Obesitas Pada

Wanita Usia Subur (Wus) Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo – Lepo.

Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 5(1), 5.

https://doi.org/10.31764/mj.v5i1.1093

Kartini. (2020). HIJP : HEALTH INFORMATION JURNAL PENELITIAN

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause 1.

12(1).

Kadek. W, 2019 “Asuhan Komprehensif” http://eprints,ukmc,ac Id.

(Diakses pada 13 juli 2021).

Kemenkes RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.

Kumalasari, 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Kebidanan

Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.

Jakarta: Salemba

Lapau, 2015. Metode Penelitian Kesehatan ( Edisi Revisi ). Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Legawati. 2018. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang : Wenika

Medika.
21

Marmi, 2017. Aauhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”.

Penerbit : Pustaka Belajar.

Maternity, D, Anjani, AD, dan Evrianasari, N. 2018. Asuhan Neonatus,

Bayi Balita, Dan Anak Prasekolah. ANDI : pp. 223-233

Mutmaimunah, A.U., Johan, H., Llyod, S.S. 2017. Asuhan Persalinan

Normal Dan Bayi Baru Lahir ( its ed ). Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Noordiati. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak

Prasekolah. Malang : Wineka Media

Notoatmodjo, S. 2018. Metodolgi Penelitan Kesehatan. Cetakan Ketiga.

Jakarta : PT Rineka Cipta

Nurjasmi, 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Cetakan

Pertama.Pengurus Pustaka Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Kebidanan Praktis Edisi, 4.

Jakarta: Salemba Medika.

Permata Ratna Nilam, 2020. “Desain Model Asuhan Kebidanan”

http://respository2.unw,ac.id. (Diakses 14 juli 2021).

Purwoastuti, E Dan E.,S Walyani. 2015. Panduan Materi Kesehatan

Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Pres.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.

Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati, Islaely dan Aspuah. 2015. Buku Ajar Pelayanan KB.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.


21

Saleha, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba

Medika.

Salemba Medika, 2015. Asuhan Kebidana Pada Masa Kehamilan.

Jakarta.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai