DISUSUN OLEH :
PUPUT RAMADHANI
NIM.P05120219076
Disusun Oleh:
PUPUT RAMADHANI
P05120219076
i
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
PUPUT RAMADHANI
P05120219076
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Dipresentasikan di
Hadapan Tim Penguji Program Studi Diploma III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal 01 Juli 2022
Oleh:
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang merupakan tugas
akhir dalam menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan di Poltekkes
Kemenkes Bengkulu yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Aman Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruangan
Perinatologi Rsud dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2022”.
iv
akan datang. Penulis berharap semoga yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu lainnya.
Penulis
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Jangan biarkan hari kemarin merenggut banyak hal hari ini”
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan untuk:
1. Orang Tua Terhebat Bapak Sugimansyah dan Ibu Ruwinah yang tidak
pernah berhenti mendoakan dan memohonkan keberhasilan anak-anaknya,
yang selalu memberikan dukungan dan semangat, yang selalu berusaha
memenuhi semua kebutuhan dan memberikan segalanya kepada penulis
sehingga menjadi alasan penulis bisa menjalani dan menyelesaikan
pendidikan DIII keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Pasien kelolaan By. S dan keluarga beserta seluruh perawat, bidan, dokter,
dan seluruh tenaga media lain yang bertugas di Ruang Perinatologi RSUD
Dr. M. Yunus Kota Bengkulu.
3. Kedua Ayuk Tersayang penulis Ayuk Epa Desi Restiana, Ayuk Evi
Novanyanti, dan semua kakak ipar penulis yang terus memberikan
semangat kepada penulis yang merupakan adik kecil mereka yang selalu
mereka sayangi dan keponakan penulis Ade Pratama Wijaya dan
Ramadhan Afriza Hayadi yang sangat penulis sayangi dan cintai.
4. Kakak-kakak pembimbing tersayang sist Ade Mahesso Fitri Fibri, sist
Novia Yulita, kak Valerian Haidar, saudara asuh Yogi Kurniawan, adek
asuh Muhammad Fadhil Zaidli, Wulan Permata Sari, Dhea Pitaloka,
Ahmad Yaro, Dan Widia.
5. Teman-teman Kosan Pak Bowo: Ayu, Sri, Azel, Ica, Feny, Nosi, Fina,
Peggi yang menemani penulis setiap hari dan selalu siap sedia membantu
kapanpun penulis membutuhkan bantuan.
6. Teman tim keperawatan anak Nosi, Trisna Wulan, Wulan Anggraini, dan
Afrina yang telah bimbingan dan berjuang bersama hingga akhirnya
berada di titik ini.
7. Semua teman-teman angkatan 14 Excellent Nursing Class yang berjuang
bersama agar dapat menyelesaikan pendidikan sebaik mungkin.
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Analisa Data .................................................................................... 28
Tabel 2. 2 intervensi keperawatan .................................................................... 30
Tabel 4. 1 Permeriksaan Labolatorium ............................................................ 44
Tabel 4. 2 Terapi Obat ..................................................................................... 45
Tabel 4. 3 Analisa Data .................................................................................... 45
Tabel 4. 4 Diagnosa Keperawatan ................................................................... 46
Tabel 4. 5 Intervensi Keperawatan................................................................... 47
Tabel 4. 6 Implementasi Keperawatan ............................................................. 49
Tabel 4. 7 Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 58
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Biodata penulis
Lampiran 2 : Leafleat resiko Infeksi
Lampiran 3 : Foto dokumentasi
Lampiran 4 : Surat izin pra penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Lampiran 5 : Surat izin penelitian Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Lampiran 6 : Surat izin penelitian DPMPTSP Kota Bengkulu
Lampiran 7 : Surat izin penelitian RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Lampiran 8 : Surat keterangan selesai penelitian RSUD dr. M.Yunus Bengkulu
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih menjadi
masalah karena merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. BBLR
berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang karena dapat
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak. BBLR adalah bayi
yang lahir dengan kondisi berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Bayi
dengan BBLR memiliki peluang hidup sangat kecil dan risiko untuk
mengalami kematian lebih tinggi yaitu sebanyak 20 kali jika dibandingkan
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain itu, bayi BBLR jika
bertahan hidup akan mengalami berbagai masalah kesehatan seperti, masalah
pertumbuhan atau perkembangan kognitif dan penyakit degeneratif pada saat
dewasa (Rerung Layuk, 2021).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2020 secara global
terdapat sekitar 5 juta kematian neonatus pertahun sebanyak 98%, terdapat 4,5
juta kematian bayi dibawah lima tahun, 7,5% diantaranya terjadi pada tahun
pertama kehidupan. Insiden global BBLR 15,5%, berkisaran 1-8 kasus/1.000
kelahiran hidup dengan case fatality rate (CFR) yang berkisaran 10-50%.
Upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30% pada tahun 2025 mendatang dan
sejauh ini sudah terjadi penurunan angka bayi BBLR dibandingkan dengan
tahun 2012 sebelumnya yaitu sebesar 2,9%. Dengan hal ini, data tersebut
menunjukkan telah terjadi pengurangan dari tahun 2012 sampai tahun 2019
yaitu dari 20 juta menjadi 14 juta bayi BBLR (Novitasari et al., 2020).
Berdasarkan profil Kesehatan Anak Indonesia tahun 2020 Angka
Kematian Bayi (AKB) Indonesia yaitu 24/1000 kelahiran hidup (KH),
sedangkan kematian neonatal di Indonesia disebabkan oleh BBLR (35,3%)
dan penyebab lainnya (Rizka, 2021). Menurut kemenkes (2018) proporsi
BBLR di Indonesia, pada anak umur 0-59 bulan yaitu sebesar 6,2% .
Menurut Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2019
angka kematian neonatal (AKN) sebesar 19/1000 kelahiran. Penyebab
1
2
kematian salah satunya berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 11,2%.
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Februari 2022
di Rumah Sakit RSUD dr. M.Yunus Bengkulu jumlah bayi yang mengalami
BBLR pada tahun 2019 terdapat 21 bayi BBLR dari 21 bayi, mengalami
penurunan pada tahun 2020 menjadi 11 bayi BBLR, jadi jumlah bayi BBLR
dari tahun 2019-2020 32 bayi BBLR (Medical Record RSUD dr. M.Yunus
Bengkulu, 2022).
Salah satu penyumbang penyebab kematian bayi adalah berat badan lahir
rendah (BBLR). BBLR sendiri banyak dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor yang dapat menyebabkan BBLR adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun,
jarak kelahiran yang terlalu dekat, mengalami komplikasi kehamilan seperti
anemia, hipertensi, preeklampsia, ketuban pecah dini, keadaan sosial ekonomi
yang rendah, keadaan gizi yang kurang,kebiasaan merokok, minum alkohol.
Faktor janin meliputi kelainan kongenital dan infark, faktor lingkungan adalah
terkena radiasi, terpapar zat yang beracun (Sari et al., 2021).
Hal lain yang harus diperhatikan pada bayi BBLR adalah kebutuhan rasa
aman yaitu hipotermia dan resiko infeksi. Bayi dengan berat badan lahir
rendah rasa aman fisik harus diperhatikan karna bayi dengan berat badan lahir
rendah sangat lah sensitif dengan keadaan sekitar, terutama dengan keadaan
suhu tubuh, oleh karena itu biasanya bayi dengan berat badan rendah mudah
mengalami hipotermia.
Hipotermi terjadi saat suhu tubuh berada dibawah rentang normal
berkisar 36,5º C-37,5ºC. Tanda dan gejala hipotermi terdiri dari tanda gejala
mayor yaitu kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah rentang
normal. Tanda gejala minor yaitu akrosianosis, bradikardi, dasar kuku
sianotik, hipoglikemia, hipoksia, pengisian kapiler kurang dari 3 detik,
konsumsi oksigen meningkat, ventilasi menurun, takikardi, penyempita
pembuluh darah pada bagian ujung jari kaki atau tangan, dan kulit tampak biru
muda ketika terkena suhu dingin pada neonatus (PPNI, 2016)
2
3
Secara teoritis pada bayi BBLR dapat mengalami hipotermi karena sistem
organ belum berfungsi secara sempurna, paru yang belum mature dapat
menyebabkan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, dampak jangka panjang terhadap bayi BBLR ialah bayi
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan berbicara
atau komunikasi, gangguan neurologi dan gangguan hiperaktif terhadap
kehidupannya di masa depan (Kusparlina,2016).
BBLR dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme yang
berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas. Adanya hipotermia terjadi bila panas
tubuh berpindah ke lingkungan sekitar dan terjadi mekanisme tubuh
kehilangan panas secara konduksi/merambat (popok bayi basah tidak langsung
diganti, menyentuh bayi dengan tangan dingin), konveksi/mengalir (bayi dekat
dengan kipas angina/AC, radiasi/memancar (bayi diletakan diruangan yang
dingin, dan dibiarkan telanjang), dan evaporasi/menguap (bayi tidak dilap
setelah lahir) pada tubuh. Masalah pernafasan juga akan muncul sehingga
akan mengganggu dalam pemenuhan nutrisi secara oral dan potensial juga,
untuk kehilangan panas bayi dengan masalah BBLR seperti suhu tubuhnya
tidak stabil, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf, dan
pengatur suhu tubuh, sehingga menyebabkan hipotermia (Yuliana, 2017).
Bayi BBLR sangat rentan untuk mengalami hipotermia karena banyak
perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di
dalam rahim kekehidupan di luar rahim. Mengingat secara fisiologis bayi
belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang baru setelah dilahirkan,
dukungan lingkungan agar bayi tetap bayi terjaga kehangatan sangat
diperlukan. Bayi yang baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar
daripada orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu.
Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi panas maka bayi
sangat rentan mengalami penurunan panas (Heriyeni, 2018).
4
Dampak yang sangat parah pada bayi BBLR dengan hipotermia akan
menghadapi risiko yang lebih tinggi terkena infeksi. BBLR dengan hipotermia
akan lebih besar kemungkinan meninggal dibandingkan dengan BBLR yang
tidak mengalami hipotermia. Hipotermia dapat menyebabkan kesakitan
bahkan kematian pada bayi BBLR (Parti et al., 2020).
Tindakan farmakologi untuk bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu
pemberian vitamin K untuk mencegah pendarahan defesiensi (kekurangan
vit.K) melalui injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau per oral 2mg sekali
pemberian atau 1mg/3 kali pemberian (saat lahir umur 3-10 hari dan umur 4-6
minggu). Tindakan non farmakologi yaitu manajemen hipotermia, dengan
tindakan observasi memonitor suhu tubuh bayi, mengidentifikasi penyebab
hipotermia, memonitor tanda dan gejala hipotermia. Tindakan terapeutik
menyediakan lingkungan yang hangat, melakukan penghangatan pasif seperti
memberi selimut atau memakaikan pakaian tebal untuk bayi, mengganti
pakaian/linel yang basah, dan melakukan penghangatan aktif eksternal seperti
kompres air hangat,botol hangat, dan selimut hangat (Triana, 2015; PPNI
2018).
Peran perawat perlu menerapkan intervensi tersebut pada bayi yang
memiliki Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan pemenuhan kebutuhan rasa
aman terutama yang mengalami masalah keperawatan hipotermia,untuk
menjaga kestabilan suhu tubuh bayi, serta diharapkan ibu bayi dapat mengerti
tentang bagaimana cara agar suhu tubuh bayi tidak turun ketika bayi sudah
berada di rumah (Triana, 2015)
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat banyak BBLR, maka peneliti
tertarik untuk mengangkat dan membuat karya tulis ilmiah yang berjudul
“asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) di Ruangan Perinatologi RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2022”
5
B. Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) baik di Indonesia maupun di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sehingga
rumusan masalah penelitian “Bagaimanakah asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di
Ruangan perinatologi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2022”?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman belajar
di bidang ilmu keperawata khususnya tentang pemenuhan kebutuhan
rasa aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
6
2. Bagi Keluarga
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam
merawat bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Meningkatkan keterampilan keluarga dalam penerapkan metode pada
saat dirumah.
c. Memberi pengetahuan pelayanan keperawatan yang berkualitas
dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
a. Menerapkan asuhan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa
aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan mutu pelayanan akan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori BBLR
1. Definisi BBLR
Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai anak dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Dahulu “berat badan lahir rendah”
diartikan sebagai bayi prematur. Namun, WHO mengubah pernyataan
tersebut karena tidak semua bayi yang lahir dibawah 2.500 gram. Definisi
BBLR di Indonesia hampir sama dengani definisi WHO, artinya jika berat
badan bayi kurang dari 2500 gram aspek usia kehamilan tidak
diperhitungkan dan berat badan anak ditimbang 24 jam pertama setelah
lahir (Kemenkes RI, 2016 ; (Kognisi et al., 2021). Menurut Sembiring
(2017) Berat badan lahir rendah yaitu keadaan bayi lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. berat lahir adalah
berat badan bayi lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah dilahirkan.
Bayi yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah jika
berat bayi tersebut kurang dari angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat
periode waktu bayi berada dalam rahim. BBLR dapat terjadi dikarenakan
usia kehamilan yang kurang dari usia normal yaitu 37 minggu dan berat
bayi pun lebih rendah dari bayi pada umumnya (Kemenkes, 2018 ; Rizka,
2021).
2. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Berat badan lahir rendah (BBLR),yaitu berat badan lahir bayi antara
1500 sampai 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir bayi
< 1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), yaitu berat bayi lahir
< 1000 gram.
7
8
2) Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.
kejadian terendah bayi BBLR ialah pada usia antara 20-35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial ekonomi rendah. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam
tampa istirahat. Keadaan gizi yang kurang baik. pengawasan
antenatal yang kurang. Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir
dari perkawinan yang tidak sah, yang terjadi lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawaninan yang sah.
4) Ibu perokok, ibu peminum alkohol, ibu pecandu obat narkotika
penggunaan obat antimetabolik.
b. Faktor janin
1) Kelainan kromosom
2) Infeksi janin kronik
3) Radiasi
4) kehamilan ganda/kembar
5) Ketuban pecah dini
c. Faktor plasenta
Berat plasenta kurang atau berongga bisa juga keduanya
(hidramion). Alas permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri,
virus dan parasit), infark. tumor, plasenta yang lepas, sindrom plaseta
yang lepas, sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik).
d. Faktor lingkungan
1) Polusi udara atau asap rokok
2) Bertempat tinggal didaratan tinggi
3) Terkena radiasi
4) Terpapar zat beracun.
10
5. Pathway BBLR
Faktor
BBLR
O2 dalam
darah menurun
CO2 tinggi Kerusakan sel
Hipotermia
Asidosis Penurunan BB
Resiko Infeksi
Gangguan
Defisit Nutrisi
pertukaran gas
luka operasi yang terbuka; dan evaporasi dari cairan yang dituangkan
ke kulit seperti larutan antibakteri.
8. Pemeriksaan Penunjang BBLR
Menurut (Natalina, 2020) pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta
menemukan gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
c. Pemeriksaan hematokrit.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi
SMKe. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
9. Penatalaksanaan BBLR
Menurut (Natalina, 2020) penatalaksanaannya sebagai berikut:
a. Pengaturan Suhu Tubuh
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan
lemak coklat ( brown fat).
Untuk mencegah hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi
oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila
bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2000 gr adalah 35C dan untuk bayi dengan BB
2000 gr sampai 2500 gr 34C , agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60
persen . Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan
sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 C
per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara
berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27C-29C.
16
d. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus
alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan
asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak
dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga
berisiko mengalami kurangnya suplai oksigen, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan
nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi
miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik
tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan
pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi
asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.
d. Mata
Inspeksi : Simetris/tidak, konjungtivanormal/anemis, sklera
(putih,bersih,ikterus), pupil miosis/midriasis, bersih/tidak, mata
cowong/tidak, bentuk bola mata menonjol/cekung/normal.
Palpasi : Nyeri tekan/tidak
e. Hidung
Inspeksi : Simetris/tidak, pernafasan cuping hidung iya/tidak, adanya
pembengkakan sputum hidung/tidak, ada polip/tidak, ada sekret/tidak.
Palpasi : Nyeri tekan/tidak.
f. Telinga
Inspeksi : Simetris/tidak, ada serumen/tidak, tulang rawan sudah
matang/belum, ketiak ditekuk kembali/tidak
Palpasi : Daun telinga keras/lunak, ada nyeri tekan /tidak.
g. Dada dan Punggung
Inspeksi :Simetris/tidak, ada pergerakan dada/tidak, adanya
penonjolan/tidak
Palpasi : Nyeri tekan/tidak
Adakah rabut abnormal/tidak
h. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak buncit/kembung, pembuluh darah
tampak/tidak
Palpasi : Nyeri tekan/tidak pada area abdomen
Auskultasi : Peristaltik usus dapat terdengar antara 9-30 x/menit,
timpani/hipertimpani
i. Genetalia dan Anus
Pada bayi perempuan labia minora belum tertutup dengan labia
mayora, pada bayi laki-laki didapatkan testis yang belum turun
j. Ekstremitas
Otot-otot masih hipotonik, kepala mengarah kesatu sisi, pergelangan
kaki dan sendi lutut dalam fleksi/lurus.
25
k. Refleks
1) Refleks Rooting
Reflek in karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi
akan merutar kepala seakan-akan mencari puting susu. Pola
perkembangan menghilang di usia 3- 7 bulan bila tak ada respons:
Bayi kurang bulan (prematur) atau kerungkinan adanya kelainan
sensorik.
2) Reflek Sucking
Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan / dimasukkan ke
mulut pola perkembangan menghilang di usia 3-7 bulan bila tdk
ada respon, reflek menghisap dan menelan akan terjadi pada
kehamilan 34 minggu, kelainan saluran pernapasan dan kelainan
pada mulut termasuk langit-langit mulut.
3) Refleks Moro/Startl
Reflek di mana bayi akan mengembangkan tangan dan jari lebar-
lebar, lalu mengembalikan dengan yg cepat seakan - akan memeluk
jika tiba-liba dikejutkan oleh suara atau gerakan pola
perkembangan hilang di usia 3-4 bulan bila tak ada respons,
menunjukkan fraktur atau cedera pada bagian tubuh tertentu.
4) Refleks menggenggam (Grasp)
Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan
bayi, maka bayi akan menutup telapak tangannya, menghilang di
usia 3-4 bulan bila tak ada respons menunjukkan kelainan pada
saraf otak.
5) Reflek Plantar
Reflek yang timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan
menutup telapak kakinya, menghilang di usia 8 bulan.
26
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan proses perfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan.
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi
dan menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri.
Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat
yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu
yang aktual, resiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan
(Sulistyorini 2015). Berdasarkan manifestasi klinis dengan BBLR, maka
diagnose yang muncul sesuai dengan SDKI, SIKI, SLKI 2018 sebagai
berikut :
a. Hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem
1) Data Mayor:
Subjektif: -
Objektif
a) Kulit teraba dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh di bawah nilai normal
2) Data Minor:
Subjektif: -
Objektif:
a) Akrosianosis
b) Bradikardi
c) Dasar kuku sianosis
d) Hipoglikemia
e) Hipoksia
f) Pengisiaan kapiler >3 detik
g) Konsumsi oksigen meningkat
h) Ventilasi menurun
27
i) Piloereksi
j) Takikardi
k) Vasokonstriksi perifer
l) Kutis memorata (pada neonates)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
pantogen lingkungan.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis, diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Mununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
28
Data Minor:
Subjektif:
-
Objektif:
1. Akrosianosis
2. Bradikardi
3. Dasar kuku sianosis
4. Hipoglikemia
5. Hipoksia
6. Pengisiaan kapiler >3 detik
7. Konsumsi oksigen meningkat
8. Ventilasi menurun
9. Piloereksi
10. Takikardi
11. Vasokonstriksi perifer
12. Kutis memorata (pada
neonates)
waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Mununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
7. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan kepada klien
sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat
terpenuhi. Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan
rencana dan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Perencanaan keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi klien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan
Spesifik, Measure, Arhieverble, Rasional, Time (SMART) selanjutnya
akan diuraikan rencana asuhan keperawatan dari diagnosa yang
ditegakkan (SDKI, 2016).
30
patogen lingkungan strategi kontrol mendampingi pasien 7. Agar orang tua paham
5. Ketidakadekuatan faktor resiko Edukasi: bagaimana cara pncegahan
pertahanan tubuh 4. Kemampuan 1. Jelaskan cara membuat infeksi
primer: memodifikasi lingkungan rumah yang aman
1) Gangguan lingkungan 2. Ajarkan keluarga pasien/orang tua
peristaltic 5. Kemampuan tentang upaya pencegahan infeksi
2) Kerusakan menghindari
integritas kulit faktor resiko
3) Perubahan
sekresi pH
4) Penurunan kerja
siliaris
5) Ketuban pecah
lama
6) Ketuban pecah
sebelum
waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan
tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder:
1) Penurunan
hemoglobin
2) Mununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
adekuat.
33
7. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksanaan dari rencana intervensi
yang dilakukan untuk tercapainya intervensi yang jelas.
Implementasi merupakan tindakan asuhan keperawatan yang sudah
direncanakan dalam tahap perencanaan keperawatan. Tahap
implementasi dilakukan setelah rencana intervensi disusun untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan untuk mengatasi
masalah kesehatan klien. Pada tahap implementasi ini perawat
harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi yang efektif dan
terapeutik, serta kemampuan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan yang tepat (Sukmawati, 2017)
8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan intelektual yang
bertujuan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat
dapat memonitor apa saja yang terjadi selama tahap pengkajian,
diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan keperawatan yang telah
dilakukan terhadap pasien yang ditangani, Evaluasi yang
digunakan berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisa),P
(Perencanaan terhadap analisis), ( Marpaung, 2016).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rencana Studi Kasus
Desain penulisan karya ilmiah ini yaitu studi kasus deskriptif. Untuk
membuat gambaran, atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai Gambaran asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang perinatologi RSUD
dr. M.Yunus Bengkulu. dengan metode literature review, yaitu serangkaian
penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka yang
berkaitan atau yang objek penelitiannya digali melalui beragam informasi
kepustakaan (buku, esiklopedia, jurnal ilmiah, dan dokumen) untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relavan dengan permasalahan yang
dihadapi atau teliti sebagai bahan rujukan dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi kasus dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
34
35
2. Kriteria eklusi
a) Tanda-tanda vital bayi yang tidak stabil.
b) Bayi yang menggunakan alat bantu nafas CPAP dan ventilator karna
bayi memerlukan perhatian yang lebih.
c) Bayi dalam keadaan penurunan kesadaran.
D. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan pada studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
2. Pasien dalam studi kasus ini adalan bayi BBLR dan di rawat di Ruangan
Perinatologi RSUD dr.M.Yunus Bengkulu.
3. BBLR adalah suatu diagnosis yang ditetapkan berdasarkan diagnose
dokter dan manifestasi, hasil pemeriksan fisik dan pemeriksaan diagnostik
lainya.
4. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan hipotermia dan resiko
termoregulasi tidak efektif.
5. Manajemen hipotermia (penghangatan pasif misalnya. Selimut, penutup
kepala, pakaian tebal) dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai
rangkaian tindakan keperawatan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
yang mengalami hipotermia diberikan selama 3 hari.
35
36
2. Waktu
Studi kasus ini dilaksanakan mulai dari tanggal 3 Juni 2022 sampai dengan
tanggal 05 Juni 2022.
36
37
37
38
H. Keabsahan Data
Dalam melakukan keabsahan data dilakukan dengan cara peneliti
menggunakan data secara langsung pada bayi BBLR dengan menggunakan
format pengkajian yang telah dibuat.
Pengalokasian data dilakukan pada catatan media/status pasien, anamnesa
dengan pasien dan keluarga langsung serta perawat ruangan agar dapat data
yang benar, disamping itu juga menjaga validasi keabsahan data penelitian
melakukan observasi.
38
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
39
40
Keterangan :
: Laki-Laki Meninggal : Perempuan Meninggal
: Laki-Laki : Pasien
: Perempuan : Serumah
41
c. Riwayat Kehamilan
1) Riwayat Natal
Riwayat kehamilan Ny.S usia 39 tahun dengan usia kehamilan 32
minggu, selama kehamilan Ny.S rutin memeriksa kandungan ke bidan
desa. Pada pemeriksaan tersebut tidak mengalami masalah kehamilan,
tapi pada minggu terakhir pemeriksaan sebelum melahirkan, ada
keluhan pada Ny.S yaitu badan, kaki, dan tangan bengkak, tekanan
darah Ny.S tinggi, kemudian diberikan obat oleh bidan desa untuk
meredakan tekanan darah tinggi, tetapi badan, kaki, dan tangan Ny.S
masih bengkak hingga kemudian Ny.S melahirkan By.S.
2) Riwayat Persalinan
Pada tanggal 24 Mei 2022 Ny.S mengalami sakit perut, mulas dan
diikuti kontraksi. Ny.S datang ke RS Tais Bengkulu dan melahirkan
secara normal pada tanggal 24 Mei 2022 jam 09:00 WIB dengan berat
badan lahir rendah 1720 gram, kemudian By.S dirujuk ke RSUD dr.
M.Yunus Bengkulu pada tanggal 26 Mei 2022. Dari RS Tais
Bengkulu pada 24 Mei 2022 jam 09:00 WIB. Ny.S melahirkan dengan
usia kehamilan 32 minggu, warna ketuban jernih, bayi tidak banyak
gerak dan tidak langsung menangis saat lahir.
3) Post Natal
Setelah Ny.S melahirkan bayi perempuan dengan berat 1720 gram,
beberapa hari setelah melahirkan Ny.S menjalani operasi
pengangkatan rahim di RS Tiara Sella.
d. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Pola Nutrisi
Reflek hisap dan menelan lemah, bayi dipasang OGT pada tanggal 26
Mei 2022. Diberikan ASI sebanyak 2cc/2 jam, jenis nutrisi yang
diberikan berupa ASI. Dan dinaikan secara teratur setiap harinya
sehingga menjadi 21cc/2 jam.
42
2) Pola Eliminasi
Bayi Ny S BAK dalam sehari sebanyak ± 50 cc, warna kuning pekat,
BAK diserap popok disposable dan tidak menggunakan alat bantu. BAB
(mekonium) sudah keluar 8 jam setelah lahir, berwarna coklat dan
jumlah frekuensi BAB sekarang ± 3x/hari.
3) Personal Hygine
Bayi Ny. S setiap pagi di lap dengan air hangat menggunakan waslap
dan tidak menggunakan sabun atau shampoo, rambut By.S tidak di
basahi dengan air, dan sesudah dilap di seluruh badan By S di keringan
dan di pakaikan pakaian yang hangat.
4) Aktivitas
By.S tampak rewel, gerak tubuh kurang aktif.
5) Istirahat dan Tidur
Jumlah jam tidur By.S adalah 15-17 jam/hari.
e. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran bayi Ny. S compos mentis, tanda-tanda vital suhu tubuh: 35,5ºC ,
diinkubator dengan suhu 35ºC, pernapasan : 68x/menit, nadi :151x/menit.
Pemeriksaan antropemetri : berat badan 1750 gram, panjang badan : 30 cm,
lingkar kepala : 28 cm, lingkar dada : 30 cm.
1) Antropometri
Panjang badan : 30 cm, lingkar kepala : 28 cm, lingkar dada : 30 cm,
berat badan 1750 gram.
2) Kepala
Bentuk kepala simetris, ukuran kepala kecil, rambut dan kepala bersih,
tekstur rambut lembut, warna rambut hitam, distribusi rambut merata,
tidak ada molase pada kepala bayi, tidak ada fraktur di tulang-tulang
tengkorak.
3) Wajah
Tampak simetris anatara kanan dan kiri, tidak ada tanda-tanda down
syndrome seperti mata sipit, kepala mengecil, hidung datar dan dahi
43
melebar, dahi tidak menonjol kedepan, kulit wajah berwarna pink dan
tidak ada keriput.
4) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, mata membuka spontan lambat, bola mata
simetris kanan dan kiri, konjungtiva anaemis, sclera ikterik dan
pupilmengecil saat terkena cahaya, terdapat sclera mata, reflex kedip
positif.
5) Hidung
Terdapat lubang hidung kiri dan kanan, lubang hidung simetris kiri dan
kanan, tidak terdapat lesi, tidak ada sumbatan hidung, tidak ada
pendarahan, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung.
6) Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda infeksi,
lengkungan terbentuk baik, recoil dan daun telingan baik, tidak ada
cairan yang keluar dari telinga.
7) Mulut dan Bibir
Mukosa bibir kering, warna mulut merah muda, tidak ada lesi di mulut,
reflek mencari (rooting) lambat, reflek menghisap (sucking) lemah,
reflek menelan (swallowing) lemah, gusi merah muda.
8) Leher
Integritas kulit baik, tidak ada lesi di leher, reflek tonic neek (+) tetapi
masih lemah.
9) Dada dan Punggung
Kulit terlihat keriput warna merah muda dan sdikit sudah tebal, lanugo
dipunggung bayi masih terlihat walaupun tidak banyak.
10) Abdomen
Abdomen simetris kanan dan kiri, tampak sedikit membuncit, warna
kulit merah muda, keadaan tali pusar kering dan masih di klem, tidak
ada tanda-tanda infeksi, turgor kulit abdomen baik, kulit abdomen
kemerahan karena memakai diapers.
44
g. Penatalaksanaan medis
Tabel 4. 2 Terapi Obat
Tanggal
NO Nama Obat Rute Dosis Waktu 3/6/22 4/6/22 5/6/22
1. IUFD D10% IV 10 cc 24 jam
h. Analisa Data
Tabel 4. 3 Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1. DS : Berat Badan Hipotermia
- Ibu By.S mengatakan Ekstrem
bahwa pada saat bayi
dirujuk ke RSUD Dr. M.
Yunus kulit bayi terasa
dingin, dan dikuku bayi
sedikit biru
- Ibu By.S mengatakan
bayi tampak lemah dan
kecil
DO :
- Di inkubator dengan
suhu 35ºC
- Bayi tampak menggigil
jika dikeluarkan
sebentar pada saat
tindakan
- Suhu tubuh 35,5ºC
- Kuku ada sianosis
- BB 1750 gram
2. DS : Peningkatan Resiko Infeksi
- Ny S mengatakan takut paparan organisme
dan bayi nya mengalami pathogen
hal-hal yang tidak di lingkungan
inginkan
DO :
- Bayi di incubator
dengan suhu 35ºC
- RR 49x/menit
- Nadi 151x/menit
- SPO2 97%
- Suhu tubuh 35,5ºC
- BB 1750 gram
46
2. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4. 4 Diagnosa Keperawatan
No. Nama Diagnosa Tanggal Paraf
Pasien Ditegakkan
1. Hipotermia berhubungan dengan berat 3 Juni 2022
badan ekstrem.
ditandai dengan:
DS :
- Ibu By S mengatakan bahwa
pada saat bayi dirujuk ke RSUD
Dr. M. Yunus kulit bayi terasa
dingin, dan dikuku bayi sedikit
kebiruan
- Ibu By S mengatakan bayi
tampak lemah dan kecil
DO :
- Di inkubator dengan suhu 35ºC
- Bayi tampak menggigil jika
dikeluarkan sebentar pada saat
tindakan
- Suhu tubuh 35,5ºC
- Kuku ada sianosis
By. S - BB 1750 gram
2. Resiko infeksi berhubungan dengan 3 Juni 2022
peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan
Di tandai dengan :
DS :
- Ny S mengatakan takut dan bayi
nya mengalami hal-hal yang
tidak di inginkan
DO :
- Bayi di incubator dengan suhu
35ºC
- RR 49x/menit
- Nadi 151x/menit
- SPO2 97%
- Suhu tubuh 35,5ºC
- BB 1750 gram
47
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4. 5 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil (Slki) Intervensi Keperawatan (Siki)
Keperawatan
1. Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi SIKI: Manajemen hipotermia
dengan berat badan ekstrem. keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
DS : maka Termoregulasi Neonatus 1. Monitor suhu tubuh.
- Ibu By S mengatakan membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab hipotermia (misalnya.
bahwa pada saat bayi 1. Suhu tubuh membaik. Terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian tipis,
dirujuk ke RSUD Dr. 2. Suhu kulit membaik. kerusakan hipotalamus, penurunan laju
M. Yunus kulit bayi 3. Pengisian kapiler membaik. metabolism, kekurangan lemak subkutan).
terasa dingin, dan 4. Ventilasi membaik. 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
dikuku bayi sedikit (hipotermia ringan: takipnea, disartria, menggigil,
kebiruan hipertensi, diuresis ; hipotermia sedang: aritmia,
- Ibu By S mengatakan hipotensi, apatis, koagulopati, reflex menurun;
bayi tampak lemah dan hipotermia berat: oligulia, reflex menghilang,
kecil edema paru, asam-basa abnormal).
DO : Terapeutik
- Di inkubator dengan 1. Sediakan lingkungan yang hangat ( misalnya.
suhu 35ºC Atur suhu ruangan, incubator).
- Bayi tampak menggigil 2. Ganti pakaian/linern yang basah.
jika dikeluarkan 3. Lakukan penghangatan pasif (misalnya. Selimut,
sebentar pada saat penutup kepala, pakaian tebal).
tindakan 4. Lakukan penghangatan aktif eksternal(misalnya.
- Suhu tubuh 35,5ºC Kompres hangat, botol hangat, selimut hangat,
- Kuku ada sianosis perawatan metode kanguru).
- BB 1750 gram 5. Lakukan penghangatan aktif internal (misalnya.
Infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase
peritoneal dengan cairan hangat).
48
Edukasi
1. Anjurkan kepada orang tuauntuk memberikan
makan/minum hangat.
4. Implemetasi Keperawatan
Nama pasien : By.S
No RM :647151
Ruangan : Perinatologi
Usia : 10 Hari
Tabel 4. 6 Implementasi Keperawatan hari ke 1 (03 Juni 2022)
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Respon Hasil Paraf
/Jam
1. Hipotermia berhubungan 03 Juni
dengan berat badan ekstrem 2022/
DS : 09:30 WIB 1. Memonitor suhu tubuh. 1. Suhu tubuh By.S 35,5ºC
- Ibu By S 09:35 WIB 2. Mengidentifikasi penyebab 2. Terpapar suhu lingkungan
mengatakan bahwa hipotermia (misalnya terpapar rendah pada By.S.
pada saat bayi suhu lingkungan rendah, pakaian
dirujuk ke RSUD tipis, kerusakan hipotalamus,
Dr. M. Yunus kulit penurunan laju metabolism,
bayi terasa dingin, kekurangan lemak subkutan).
dan dikuku bayi 09:45 WIB 3. Memonitor tanda dan gejala 3. Hipotermia ringan By,S
sedikit kebiruan akibat hipotermia (hipotermia menggigil, kulit terasa
- Ibu By S ringan: takipnea, disatria, dingin.
mengatakan bayi mengigil, hipertensi, diuresis.
tampak lemah dan Hipotermia sedang: aritmia,
kecil hipotensi, apatis, koagulopti,
reflek menurun. Hipotermia
DO : berat: oligulia, reflek
- Di inkubator menghilang, edema paru, asam-
dengan suhu 35ºC basa abnormal
- Bayi tamapak 10:00 WIB 4. Menyediakan lingkungan yang 4. Perawat menyediakan
menggigil jika hangat. lingkungan yang hangat
dikeluarkan dengan memberikan
50
- RR 49x/menit
- Nadi
149x/menit
- SPO2 97%
- Suhu tubuh
36,5ºC
- BB 1750 gram
58
5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4. 7 Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1. 03 Juni 2022 Hipotermia S:
berhubungan dengan - Ny S mengatakan By.S badanya dingin dan kuku sedikit
berat badan ekstrem. terlihat kebiruan.
- Ny.S mengatakan bayi tampak lemah dan kecil.
O:
- Di inkubator dengan suhu 35ºC
- Bayi tampak menggigil jika dikeluarkan sebentar pada saat
tindakan
- Suhu tubuh 35,5ºC
- Kuku ada sianosis
- BB 1750 gram
A:
- Masalah keperawatan hipotermia belum membaik
- Masalah keperawatan hipotermia belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
2. 03 Juni 2022 Risiko infeksi S:
berhubungan dengan - Ny.S mengatakan takut terjadi hal-hal yang dialami oleh bayi
peningkatan paparan nya..
organisme pathogen - Ny S mengatakan belum tau bagaimana cara membuat
lingkungan. lingkungan rumah dan mencegah infeksi
O:
- Keadaan umum bayi lemah
- Kesadaran compos mentis
- RR : 49x/mnt
- N 151x/mnt
- Suhu 35,5ºC
- BB 1750 Gram
59
Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1. 04 Juni 2022 Hipotermia S:
berhubungan dengan - Ny S mengatakan By.S badanya dingin dan kuku sedikit
berat badan ekstrem. terlihat kebiruan.
- Ny.S mengatakan bayi tampak lemah dan kecil.
O:
- Di inkubator dengan suhu 35ºC
- Bayi tampak menggigil jika dikeluarkan sebentar pada saat
tindakan
- Suhu tubuh 36ºC
- Kuku ada sianosis
- BB 1750 gram
A:
- Masalah keperawatan hipoterimia belum teratasi
- Masalah keperawatan hipotermia teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
2. 04 Juni 2022 Risiko infeksi S:
berhubungan dengan - Ny.S mengatakan takut terjadi hal-hal yang dialami oleh bayi
peningkatan paparan nya.
organisme pathogen - Ny.S mengatakan berat badan bayi 1750 gram.
lingkungan. - Ny S mengatakan sudah mulai paham bagaimana cara
membuat lingkungan rumah dan mencegah infeksi
O:
- RR : 43x/mnt
- N 144x/mnt
- Suhu 36ºC
- BB 1750 Gram
- Bayi di incubator dengan suhu 35ºC
61
A:
- Masalah keperawatan risiko infeksi belum membaik
- Masalah keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
62
Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1. 05 Juni 2022 Hipotermia S:
berhubungan dengan - Ny S mengatakan By.S badanya sudah sedikit hangat
berat badan ekstrem. O:
- Di inkubator dengan suhu 34ºC
- Bayi tidak tampak menggigil
- Suhu tubuh 36,5ºC
- Kuku sianosis berkurang
- BB 1750 gram
A:
- Masalah keperawatan hipotermia sudah membaik
- Masalah keperawatan hipotermia teratasi penuh
P:
- Intervensi dihentikan.
P:
- Intervensi di hentikan dan dilanjutkan dirumah secara mandiri
oleh orang tua By.S
64
B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan data
yang ditemukan dalam proses keperawatan pada kasus By. S dengan
pemenuhan kebutuhan rasa aman pasien BBLR yang dirawat di Ruang
Perinatologi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Penerapan proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung
gugat perawatan yang terdiri dari tahap pengkajian keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Perry, 2015).
1. Gambaran Pengkajian pada By.S
Penulis melakukan proses pengkajian untuk memperoleh data dari
pasien, hal ini sesuai dengan teori Hendarsih, 2016 yang menyebutkan
pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistemik untuk
menentukan status kesehatan dan fungsi kerja respon klien pada saat ini
dan sebelumnya. Penulis melakukan pengkajian dimulai dari tanggal 03-
05 Juni 2022 di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan didapatkan pasien
dengan BBLR hipotermia By. S berjenis kelamin perempuan dan berumur
10 hari.
Pasien By. S dengan diganosa BBLR didapatkan data bahwa Ny. S
pada saat melahirkan By. S dengan usia kandungan 32 minggu. By. S
dirujuk ke RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 26 Mei 2022. Pada
saat By. S di rujuk ke RSUD dr. M. Yunus Bengkulu By. S dengan
diagnosa BBLR-Hipotermia. Ny. S mengatakan bayi nya kecil dan
lemah,dan sangat takut terjadi hal yang buruk terhadap bayi nya, karena
hal ini baru pertana kali di alami oleh Ny. S, kelahiran sebelumnya tidak
ada masalah pada anak nya. Ny.S mengatakan kulit bayinya terasa dingin,
kuku bayi sedikit kebiruan ,bayi kecil dan lemah. Observasi dari peneliti
suhu tubuh bayi S 35,5ºC, akral teraba dingin, kuku terdapat sianosis dan
di inkubator dengan suhu 35ºC.
Beberapa gejala klinis ini dapat menimbulkan hipotermia pada bayi
BBLR, antara lain akral teraba dingin, suhu tubuh di bawah normal, dasar
kuku sianosisi. Hipotermia pada bayi BBLR di sebabkan banyak
65
perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan
di dalam rahim dan kehidupan diluar rahim, kemampuan bayi yang belum
sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan mengalami
penurunan panas (Heriyeni, 2018).
2. Gambaran Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Berdasarkan SDKI
diagnosa keperawatan yang dapat di tegakan penulis dalam kasus By.S
memiliki satu diagnosa prioritas yaitu hipotermia b.d berat badan ekstrem
dimanifestasi klinisnya dengan adanya suhu tubuh di bawah normal yaitu
35,5ºC, terdapat sianosis, dan akral bayi dingin.
Diagnosa yang ditemukan pada kasus BBLR dengan hipotermia pada
kasus By. S terdapat perbedaan yang tidak terlalu berarti dengan diagnosa
yang dibahas pada tinjauan teoritis di bab II. Pada tinjauan teoritis bab 2 di
penatalaksanaan terdapat penganturan suhu tubuh, pencegahan
infeksi,pencegahan intake dan pernapasan (Menurut Natalina, 2020), itu
berkaitan dengan diagnosa yang di ambil penulis yaitu hipotermia dan
resiko infeksi, jadi tidak ada kesengjangan pada diagnose, di bab 2 bagian
pathway BBLR terdapat 4 diagnosa keperawatan yaitu Hipotermia, Resiko
Infeksi, Gangguan Pertukaran Gas, Defisit Nutrisi. Dalam kasus ini
penulis mengangkat 2 diagnosa yang dibahas pada teori bab II yaitu
diagnosa hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem dan Resiko
Infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pathogen
lingkungan. Karena data yang ditemukan saat pengkajian mendukung
tegaknya diagnosa tersebut. Data yang ditemukan antara lain suhu tubuh
bayi 35,5ºC, akral bayi dingin, terdapat sianosis pada kuku dan untuk data
resiko infeksi data yang ditemukan adalah orang tua bayi terutama Ny.S
belum mengetahui cara mencegah infesi, dan Ny.S belum bias membuat
lingkungan yang aman dan nyaman untuk bayi nya.
66
dapat dicapai dengan cara pendidikan kesehatan kepada orang tua bayi
denga cara mengobrol santai.
Pada evaluasi perkembangan hari ketiga perawatan diagnosa
hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem didapatkan hasil (S)
Subjektif : Ny. S mengatakan By. S badanya sudah hangat dan kuku tidak
terlihat kebiruan, Ny. S mengatakan berat bayi 1750 gram, (O) Objektif :
RR : 49x/mnt, N 149x/mnt, Temperatur 36,5ºC, BB 1750 Gram, Bayi di
inkubator dengan suhu 34ºC, (A) Analisa: Masalah keperawatan
hipotermia teratasi penuh, (P) Planning:Intervensi dihentikan, pada
diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan didapatkan hasil (S) Subjektif : Ny.S
mengatakan sudah mengerti bagaimana cara membuat lingkungan yang
aman dan nyaman, Ny.S mengatakan sudah pahambagaimana cara
pencegahan infeksi, (O) Objektif : RR : 49x/mnt, N 149x/mnt, Temperatur
36,5ºC, BB 1750 Gram, Bayi di dalam inkubator dengan suhu 34ºC, (A)
Analisa : Masalah keperawatan resiko infeksi teratasi penuh, (P) Planning
Intervensi di hentikan dan dilanjutkan dirumah secara mandiri oleh orang
tua By. S.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan anak pada By. S dengan
hipotermia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Data fokus hasil pengkajian pada kasus By.S didapatkan bahwa By.S
lahir dengan berat badan lahir rendah 1750 gram, dan suhu tubuh By.S
35,5ºC dengan akral dingin, dan kuku sianosis. By.S dimasukan ke dalam
inkubator dengan suhu 35ºC. saat Ny. S mengandung By. S tidak ada
komplikasi dalam kandungan, tetapi pada pemeriksaan kehamilan minggu
terakhir sebelum lahir, Ny. S mengalami hipertensi dan pembengkaan pada
ekstermitas atas dan bawah, kemudian, By. S lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dengan berat 1750 gram. Terlihat akral By .S dingin,
mukosa bibir lembab, sianosis pada kuku, By. S terlihat lemah, kesadaran
compos mentis, dan badanya terlihat kecil.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada teori dan kasus By. S
hamper semuanya sesuai dengan data teori. Diagnosa hipotermia
berhubungan dengan berat badan ekstrem pada By. S diangkat berdasarkan
data pengkajian yang ditemukan sesuai dengan teori, begitu juga dengan
diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan pada By. S diangkat sesuai dengan data
pengkajian.
Penulis mengangkat diagnosa hipotermia berhubungan dengan berat
badan ekstrem menjadi diagnosa utama karena merupakan diagnosa aktual
yang harus segera diatasi agar kebutuhan rasa aman suhu tubuh hangat
terpenuhi dengan baik. Kemudian resiko infeksi berhubungan dengan
peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan menjadi diagnosa
kedua sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan rasa aman pada By. S.
71
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan
rasa aman pasien BBLR adalah dengan melaksanakan tindakan teraupeutik
memberikan selimut tebal yang bertujuan untuk mempertahankan suhu
tubuh By. S, dan pendidikan kesehatan tentang resiko infeksi untuk
pemahaman bagi Ny. S agar tau bagaimana cara mencegah infeksi untuk
By. S. Perencanaan pada kasus By. S ini telah disusun secara sistematis
dengan mengacu pada buku SLKI dan SIKI sesuai fokus dari penulisan
karya tulis ilmiah ini yaitu mengenai asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman pada bayi BBLR.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan observasional yang dapat dilakukan dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman pasien BBLR adalah dengan memonitor suhu tubuh
By. S, mengidentifikasi penyebab hipotermia, melakukan penghangat pasif
(menggunakan selimut hangat), mengganti panel/pakaian basah, dan
memberikan ASI hangat. Tindakan pendidikan kesehatan resiko infeksi
dilakukan menggunakan leaflet pencegahan infeksi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan dilaksanakan untuk menilai keberhasilan
tindakan melalui indicator yang ditetapkan sebelumnya dan dilakukan
segera setelah tindakan maupun setiap akhir shif untuk evaluasi
perkembangan. Hasil evaluasi pada hari ketiga semua indicator telah
berhasil dicapai sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan
standar intervensi yang telah disusun tersebut, penulis berhasil
melaksanakan asuahan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman
pada bayi BBLR.
72
B. Saran
1. Bagi Keluarga
Keluarga sebaiknya dapat menerapkan cara mempertahan agar suhu tubuh
bayi tetap hangat untuk mencegah kehilangan suhu tubuh bayi, dan agar
keluarga paham cara mencegah infeksi.
2. Bagi Perawat
Perawat hendaknya dapat memberikan asuhan keperawatan
mempertahankan suhu tubuh secara komprehensif dan menyeluruh, dan
menggunakan menggunakan metode kanguru untuk memenuhi kebutuhan
rasa aman bayi BBLR dengan hipotermia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dosen dan Mahasiswa
Diharapkan dosen melatih dan mendampingi mahasiswa dalam
melaksanakan pengkajian, pengembangan intervensi yang dapat
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman pada bayi BBLR.
Dan diharapkan mahasiswa mempelajari lebih dalam mengenai
pengkajian dan memperluas wawasan tentang pengembangan
intervensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman pada bayi BBLR.
73
DAFTAR PUSTAKA
Kognisi, P. K., Risiko, P., Jenis, D. A. N., Bidori, F., Puspitowati, L. I. dan I.,
Wijaya, I. G. B., Alifah, U., Artikel, I., Paedagoria, S. N., Anwar, I., Jamal,
M. T., Saleem, I., Thoudam, P., Hassan, A., Anwar, I., Saleem, I., Islam, K.
M. B., Hussain, S. A., Witcher, B. J. alma. (2021). Industry and Higher
Education,3(1),1689–1699.
http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspac
e.uc.ac.id/handle/123456789/1288
Parti, Malik, S., & Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
(PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan
Cerdas, 2(2), 66–71. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.56
Rerung Layuk, R. (2021). Analisis Deskriptif Risiko BBLR (Bayi Berat Lahir
Rendah) Di RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Masokan: Ilmu Sosial
Dan Pendidikan, 1(1), 1–11. https://doi.org/10.34307/misp.v1i1.1
Sari, A. P., Lah, R., & Anita, T. (2021). Faktor Maternal Terhadap Kejadian
BBLR. Citra Delima : Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung,
5(1), 1–5. https://doi.org/10.33862/citradelima.v5i1.210
74
L
A
M
P
I
R
A
N
76
DOKUMENTASI KEGIATAN
3 Juni 2022– Hari Perawatan Ke-1
81