DISUSUN OLEH :
DENNY EMIRSADIQ
P05120219010
TAHUN 2022
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
DENNY EMIRSADIQ
P05120219 010
TAHUN 2021/2022
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Dengan Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pada pasien
stroke di RSUD M.Yunus Tahun 2022” Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
mendapatkan bimbingan dan bantuan baik materi maupun nasehat dari berbagai
pihak sehingga dapat diselesakan tepat waktunya. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
v
9. Suport Tiara Anugra yang sudah meluangkan waktu dalam membantu
menemani penulis selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah hingga selesai.
10. Semua teman-teman angkatan 14 Excellent Nursing Class yang berjuang
bersama agar dapat menyelesaikan pendidikan sebaik mungkin.
11. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan
maupun penyusunan dan metodelogi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih
baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
12. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis susun ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif
terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi DIII Keperawatan
Bengkulu lainnya.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................ 41
A. Hasil Studi Kasus ................................................................................. 41
B. Pembahasan .......................................................................................... 67
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 70
A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN .................................................................................................... 73
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah serangan akut mendadak dari disfungsi otak fokal dan
global yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, yang berlangsung
lebih dari 24 jam. Menurut penulis, stroke adalah ensefalopati fungsional
fokal dan global yang disebabkan oleh obstruksi aliran darah otak yang
disebabkan oleh perdarahan atau obstruksi, dan gejala serta tandanya sesuai
dengan bagian otak yang terkena. Orang yang bisa sembuh total, cacat atau
bahkan meninggal (Goleman et al., 2019).
Stroke menduduki keempat penyebab utama kematian dan merupakan
penyebab tersering timbulnya kecacatan pada orang dewasa. Stroke
mengakibatkan sekitar 300.000 orang harus hidup dengan kecacatan stroke
menyerang semua usia, termasuk anak – anak, meskipun setengah kasus
terjadi pada usia di atas 75 tahun dan Stroke juga merupakan penyebab
disabilitas ketiga di dunia dengan jumlah kematian sekitar 5,5 juta setiap
tahunnya (Sugiharti et al. 2020).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) (2020), pada tahun
2020, diperkirakan 40 juta kematian terjadi oleh penyakit tidak menular, yaitu
70% dari total kematian (56.4 Juta). Mayoritas kematian tersebut disebabkan
oleh empat penyakit tidak menular utama. Dari total kematian karena
penyakit tidak menular, proporsinya adalah kardiovaskular 45%, kanker
22%,penyakit pernapasan kronis 10%, dan diabetes 4%. Dari 56.4 juta
kematian diseluruh dunia pada tahun 2020, lebih dari setengah (54%)
disebabkan oleh 10 penyebab teratas. Penyakit ini tetap menjadi penyebab
utama kematian di dunia dalam 15 tahun terakhir (WHO, 2020).
Hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit stroke di Indonesia
meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas(43,1%) dan
terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke dengan masalah
keperawatan Defisit Perawatan Diri.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum sesuai kasus tersebut adalah untuk melakukan
asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan masalah keperawatan
defisit perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien stroke dengan
masalah defisit perawatan diri.
b. Untuk menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien stroke dengan
masalah defisit perawatan diri.
c. Mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada pasien
stroke dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien stroke dengan
masalah keperawatan defisit perawatan diri.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien stroke dengan
masalah keperawatan defisit perawatan diri.
f. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien stroke
dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu keperawatan serta
menambah informasi dan wawasan dengan masalah keperawatan defisit
5
A. Konsep Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke atau cidera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Sering
ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun
(Smelzer&Bare 2017). Stroke sering menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan
bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak
(Esti, 2020).
Stroke / penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan
oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Doengoes, 2000).
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilngnya
fungsi sistem saraf fokal atau global yang berkembang cepat (dalam detik
atau menit) (Ginsberg, 2007). Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak dengan awitan akut, disertai manifestasi
klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma
ataupun infeksi susunan saraf pusat (George dkk, 2009).
2. Etiologi Stroke
Etiologi stroke ( Esti, 2020) adalah sebagai berikut.
a) Trombosis Serebral
Terjadi pada saat pembuluh darah mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema
dan kongesi di sekitarnya. Trombosis dapat terjadi akibat aterosklerosis
pada arteristis dan juga emboli.
6
7
b) Hemoragik (Perdarahan)
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri sebagai
akibat dari pecahnya pembuluh darah otak. Pecahnya pembuluh darah
tersebut diakibatkan oleh adanya aterosklerosis dan hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak yang terjadi mengakibatkan penekanan,
pergeseran pada jaringan otak yang berdekatan, sehinga otak akan
membengkak yang menyebabkan infark otak.
c) Hipoksia Umum
Hipoksia umum disebabkan oleh hipertensi yang parah, henti
jantung paru, dan curah jantung turun akibat aritmia yang
mengakibatkan aliran darah ke otak terganggu.
d) Hipoksia Setempat
Hipoksia setempat diakibatkan oleh spasme arteri serebral yang
disertai perdarahan subaraknoid dan vasokonstriksi arteri otak disertai
sakit kepala.
Faktor-faktor penyebab meningkatnya resiko stroke (Maria, 2021),
meliputi:
1) Faktor kesehatan yang meliputi: hipertensi, diabetes
mellitus,kolesterol tinggi, obesitas, penyakit jantung seperti gagal
jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung atau aritmia.
2) Faktor Gaya Hidup yang meliputi : merokok, kurang olahraga atau
aktivitas fisik, konsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan alkohol.
3) Jenis Stroke (Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik)
4) Faktor lainnya, meliputi faktor keturunan dan bertambahnya usia
e) Faktor Risiko Stroke yang Dapat Diubah
1) Hipertensi.
2) Diabetes Melitus.
3) Merokok.
4) Atrial Fibrilasi.
8
3. Klasifikasi Stroke
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pecahnya pembuluh darah di otak.
Perdarahan otak dapat disebabkan oleh banyak kondisi biasanya saat
melakukan aktivitas atau juga dapat terjadi saat istirahat. Biasanya
tingkat kesadaran pasien menurun.
Jenis stroke hemorogik dibagi menjadi dua :
1) Perdarahan Intraserebral
Dalam perdarahan intra serebral, pembuluh darah diotak pecah
dan menyebar ke jaringan otak disekitarnya, sehingga menyebabakan
kerusakan sel otak. Penyebab utamanya adalah hipertensi, trauma,
malformasi vaskular, penggunaan obat pengencer darah dan kondisi
lain dapat menyebabkan perdarahan intraserebral.
2) Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya disebabkan oleh aneurisma
serebral atau kelainan arteri pada dasar otak. Aneurisma serebral
adalah area kecil bulat yang mengalami pembengkakan arteri.
Pembengkakan yang parah membuat dinding pembuluh darah
melemah dan rentan pecah.
9
3) Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika arteri ke otak menyempit atau
terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak berkurang.
Biasanya terjadi saat istirahat, baru bangun tidur di pagi
hari.Menurut perjalanan penyakitnya, dapat dibedakan menjadi:
4) TIA (Transient Ischemic Attack)
Gangguam neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang muncul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
5) Stroke involusi
Stroke yang berkembang perlahan-lahan sampai alur munculnya
gejala makin lama semakin buruk, proses progresif beberapa jam
sampai beberapa hari.
6) Stroke komplit
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan namanya, stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.
e. Kesulitan berjalan
Penderita stroke kemungkinan tersandung atau mengalami pusing
mendadak, kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi.
6. Patofisiologis
Otak sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai
darah. Hipoksia dapat mneyebabkan iskemia serebral karena tidak seperti
jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa
menggunakan matabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen atau
glukosa, Otak di perfusi dengan jumlah yang cukup mempertahankan
metabolisme serebral. Iskemia jangka pendek dapat mengarah kepada
penurunan sistem neurologis sementara atau TIA. Jika aliran darah tidak
diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak
atau infark dalam hitungan menit. Luasnya infark bergantung pada lokasi
dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral ke area
yang di suplai.
Iskemia dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel
dan perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit.
Tingkat oksigen dasar klien dan kemampuan mengkompensasi menentukan
seberapa cepat perubahan yang tidak bisa diperbaiki akan terjadi. Aliran
darah dapat terganggu oleh masalah perfusi lokal, seprti pada stroke atau
gangguan perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung.
Tekanan perfusi serebral harus turun dua pertiga dibawah nilai normal
(nilai tengah tekanan arterial sebanyak 50 mmHg atau dibawahnya
dianggap nilai normal) sebelum otak yang singkat, klien yang sudah
kehilangan kompetensi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari
gangguan neurologis.
Penurunan perfusi biasanya disebabkan oleh sumbatan di arteri
serebral atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi
mengakibatkan iskemia pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari
arteri yang terganggu dan karena adanya pembengkakan di jaringan
13
sekelilingnya. Sel-sel di bagian tengah atau utama pada lokasi stroke akan
mati dengan segera setelah kejadian stroke terjadi.
Hal ini dikenal dengan istilah cedera sel-sel saraf primer (primary
neuronal injury). Daerah yang mengalami hipoperfusi juga terjadi di sekitar
bagian utama yang mati. Bagian ini disebut penumbra. Ukuran dari bagian
ini bergantung pada jumlah sirkulasi kolateral yang ada. Sirkulasi kolateral
merupakan gambaran pembuluh darah yang memperbesar sirkulasi
pembuluh darah utama dari otak. Perbedaan dalam ukuran dan jumlah
pembuluh darah kolateral dapat menjelaskan berbagai macam tingkat
keparahan manifestasi stroke yang dialami oleh klien anatomis yang sama.
Kondisi ini terjadi karena terdapat sirkulasi kolateral yang memadai
daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin dari berbagai
proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa :
a. Keadaan penyakit dalam pembuluh darah itu sendiri, seperti
arterosklorosis dan trombosis robeknya dinding pembuluh darah atau
peradangan.
b. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ektrakranium.
c. Ruptur vaskular didalam jaringan atau ruang subaraknoid.
14
8. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan perawatan yang paling tepat untuk pasien stroke,
serta evaluasi jenis stroke yang dialami pasien dimana area otak yang
terkena, maka harus dilakukan pemeriksaan diantaranya :
a. Tes Darah
Pasien harus mengalami serangkaian ters darah agar dapat
diketahui seberapa cepat gumpalan darah berkembang, untuk
mengetahui gula darah tinggi atau rendah secara abnormal, untuk
mengetahui zat kimia darah yang tidak seimbang, dan juga untuk
mengetahui apakah pasien infeksi atau tidak.
b. CT Scan
Pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan infark dengan
perdarahan.
c. Scan Resonasi Magnetik (MRI)
MRI digunakan untuk mendeteksi jaringan otak yang rusak oleh
stroke iskemik dan perdarahan otak.
d. USG Karotis
Tes ini untuk menunjukkan penumpukan deposit lemak (plak) dan
aliran darah diarteri karotid.
e. Angiogram Serebral
Pemeriksaan ini membantu untuk menentukan penyebab stroke
secara spesifik antara lain perdarahan, obstruksi arteri, dan ruptur.
f. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan sumber gumpalan
dijantung yang mungkin telah berpindah dari jantung ke otak dan
menyebabkan stroke.
9. Komplikasi
Menurut Susilo (2019) terdapat komplikasi dari penyakit stroke antara lain :
a. Pneumonia
b. Infeksi saluran kencing
c. Malnutrisi
16
d. Dekubitus
e. Infark miokard, aritmia jantung dan gagal jantung
f. Penekanan intrakranial
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan keperawatan
Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase
akut dan fase paska akut (Smeltzer & Bare, 2017).
1) Penatalaksanaan pada fase akut:
a) Fase akut biasanya berakhir 48-72 jam. Prioritas pada fase ini
mempertahankan jalan napas dan ventilasi.
b) Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup
dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan
vena serebral berkurang.
c) Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien
dengan stroke masif, karena henti pernapasan biasanya faktor
yang mengancam kehidupan pada situasi ini.
d) Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi,
atelektasis, pneumonia) yang mungkin berkaitan dengan
kehilangan refleks jalan napas, imobilitas dan hipoventilasi.
e) Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama
serta tanda dan gejala jantung kongestif.
2) Penatalaksanaan pada fase paska akut :
a) Mengatur posisi kepala dan badan atas setinggi 20-30 derajat,
posisi miring jika muntah dan boleh dilakukan mobilitas secara
bertahap jika hemodinamik stabil.
b) Memonitor tanda-tanda vital diusahakan dalam keadaan tetap
stabil dan normal.
c) Menganjurkan pasien untuk tetap bedrest.
d) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Berikan cairan
intravena berupa koloid dan hindari penggunaan cairan glukosa
murni atau cairan hipotonik.
17
1) Perkembangan
Keluarga yang terlalu mempertahankan serta memanjakan pasien
sehingga perkembangan inisiatifnya bisa terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis terjadi pada klien bisa melaksanakan perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Defisit perawatan diri merupakan kurangnya pengetahuan motivasi,
serta penurunan kognisi atau perceptual, gelisah, kelelahan/kelemah
mengalami pada orang terjadi kurang mampu melakukan perawatan diri.
5. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri
a) Klasifikasi defisit perawatan diri menurut (Chye and Han 2018):
1) Defisit perawatan diri mandi
Defisit perawatan diri mandi ketidakmampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas mandi secara mandiri.
2) Defisit perawatan diri berpakaian
Defisit perawatan diri berpakaian adalah ketidakmampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian secara mandiri.
3) Defisit perawatan diri makan
Defisit perawatan diri makan adalah ketidakmampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara mandiri.
4) Defisit perawatan diri eliminasi
Defisit perawatan diri eliminasi adalah ketidakmampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi secara mandiri.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan
untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas tiga kegiatan, yaitu
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan diagnosis
keperawatan.
22
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial
budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi.
kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnosis medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan
atau kelumpuhan seluruh badan, bicara pelo dan tidak dapat
berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obatobat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif dan kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes melitus bahkan ada anggota keluarga yang pernah
menderita stroke.
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
23
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan integument
Kulit: jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke hemoragik harus bedrest 2-3 minggu. Kuku: perlu
dilihat adanya clubbing finger, sianosis. Rambut: umumnya tidak ada
kelainan.
c. Pemeriksaan kepala leher
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
whezzing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan. Pada inspeksi di dapatkan klien
batuk, peningkatan prosuksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu, peningkatan frekuensi pernafasan. Pada klien dengan tingkat
kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada
kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan
kiri. Auskutasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. Pengkajian pada
system kardiovaskular didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang
sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi
peningkatan dan dapat terjadi hipertensi massif (tekanan darah >200
mmHg).
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bedrest yang lama dan
kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Kadang terdapat incontinensia
atau retensio urine dan konstipasi,
g. Pemeriksaan ektermitas Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh. Kekuatan otot
26
Nilai 1 Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
== Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi.
h. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan Saraf Pusat Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran
area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah koleteral (sekunder atau
aksesori).
Saraf I Olfaktorius Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
Saraf VIII Akustikus Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
(auditoris) persepsi
Saraf Hipoglosus XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal
1) Pemeriksaan motoric:
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan
mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motoric:
inspeksi umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu tubuh
adalah tanda yang lain. Tonus Otot Didapatkan meningkat. Hampir selalu
terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
2) Pemeriksaan sensorik:
Dapat terjadi hemihepitesi (pengurangan sensitivitas pada satu sisi tubuh)
28
3) Pemeriksaan refleks:
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari reflek fisiologis akan muncul kembali didahului
dengan refleks patologis.
3. Neurologis
1) Nervus I (Olfaktorius)
Biasanya pada pasien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
2) Nervus II (Optikus)
Biasanya pasien tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidak mampuan untuk mencocokan pakaiannya.
3) Nervus III (Okulomotorius)
Gerakan mata, kontriksi pupil akomodasi.
4) Nervus IV (Toklearis)
Biasanya pasien dapat melihat mengikut arah tangan perawat.
5) Nervus V (Trigeminus)
Biasanya pasien dapat menyebut lokasi rangsangan nyeri.
6) Nervus VI (Abdusen)
Biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan kanan.
7) Nervus VII (Facialis)
Pada pasien stroke saat menggembungkan pipi terlihat tidak simetris
kanan dan kiri tergantung lokasi kelemahan
8) Nervus VIII (Auditori)
Biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan benda sekitar
tetapi tergantung dengan lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat
mendengarkan jika suara jelas dan artikulasi jelas.
9) Nervus IX (Glosofaringeus)
Pada pasien stroke biasanya ovula terangkat simetris, mencong kearah
bagian tubuh yang lemah.
10) Nervus X (Vagus)
Pada pasien stroke biasanya mengalami gangguan menelan.
29
mampu mandi secara 1. Kemampuan merawat diri meningkat c. Monitor Kebersihan tubuh
31
32
35
36
2. Kriteria eklusi
37
38
Jenis data yang dikumpulkan ada 2 yaitu data primer atau data
Skunder.
1. Keluarga Klien
2. Dokumen/riwayat
Melakukan pengkajian dari riwayat dan dokumen klien yang
ada di rumah sakit guna dalam pendukung hasil anamnesa klien
39
41
42
f. Terapi Pengobatan
Tabel 4.1 Terapi Pengobatan
Tanggal/jam pemberian
NO Nama obat Dosis
7 8 9
1 Cairan RL 500 cc 19:00 19:00 -
2 Omeprazole 40 mg 19:00 -
Diagnosa
Data
Keperawatan
1. Defisit Perawatan DO: DS:
diri: Mandi 1. Nampak kulit pasien 1. Keluarga mengatakan pasien hanya di mandikan di pagi hari
terdapat bintik hitam 2. Keluarga mengatakan pasien mandi hanya dilap menggunakan air
dan sedikit bersisik. hangat
2. Nampak pasien agak 3. Keluarga mengatakan pasien dibersihkan mulutnya menggunakan
kusam listerin 1x/sehari
3. Kulit pasien terlihat 4. Keluarga mengatakan rambut pasien hanya diusap menggunakan air
kering 2x/sehari
5. Keluarga mengatakan pasien setelah mandi tidak pernah diberikan
minyak pelembab kulit.
47
48
2. Terdapat kelemahan 3. Keluarga mengatakan pakaian yang dipakai pasien hanya bersih
otot di sebelah kanan .
pasien (skala otot 1)
3. Nampak pasien
dibantu saat
berpakaian
49
4. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri
5. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan
Hari Pertama
N Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon Hasil
O (SDKI)
Hari Kedua
N Diagnosa
O Keperawatan
Implementasi Respon Hasil
(SDKI) Evaluasi
anggota tubuhnya. dilakukan setiap hari sabun dan listrin yang kemarin bersisik pasien mulai
5. Membantu pasien dan sudah dibeli berkurang, pasien Nampak
O: keluarga dalam memandikan 4. Sampiran telah ditutup saat segar dan kulit pasien
1. Nampak kulit pasien pasien. proses mandi berlangsung Nampak lembab
terdapat bintik hitam 6. Memasage tubuh pasien 5. Keluarga menggunakan listrin TD: 140/90mmHg
dan sedikit bersisik. setelah mandi (tengkuk, yang telah dibeli kemarin Suhu: 38℃
2. Nampak pasien agak punggung, extermitas atas untuk digunakan saat oral RR: 20x/m
kusam dan bawah) hygine Nadi: 84x/m
3. Kulit pasien terlihat Edukasi 6. Menyampaikan kembali Spo2: 98%
kering 7. Menjelaskan pada pasien kepada istri untuk rutin
TD: 140/90mmHg manfaat mandi dan massage dilakukan setiap hari A: Defisit Perawatan diri mandi
Suhu: 38℃ menggunakan minyak zaitun. 7. Istri mulai belajar memandikan
RR: 20x/m 8. Mengajarkan Teknik mandi pasien dengan cara di lap di P: Intervensi dilanjutkan
Nadi: 80x/m yang baik dan benar tempat tidur dengan baik dan
Spo2: 98% benar
A: Defisit Perawatan 8. Istri mulai belajar memasage
diri mandi tubuh pasien dari kepala
P: Intervensi sampai ke ujung kaki setelah
dilanjutkan mandi
57
9. Edukasi
10. Menyampaikan kembali pada
pasien manfaat mandi dan
massage menggunakan minyak
zaitun
11. Mengulangi kembali kepada
istri pasien teknik mandi yang
baik dan benar untuk pasien
58
Hari Ketiga
N Diagnosa
O Keperawatan
Implementasi Respon Hasil
(SDKI) Evaluasi
listerin untuk extermitas atas dan bawah) 5. Keluarga menggunakan listrin zaitun.
membersihkan mulut Edukasi yang telah dibeli kemarin untuk TD: 130/80 mmHg
digunakan saat oral hygine
pasien. 6. Menjelaskan pada pasien Suhu: 37℃
6. Menyampaikan kembali kepada
O: Nampak bintik hitam manfaat mandi dan massage istri untuk rutin dilakukan setiap RR: 20x/m
dan bersisik pasien menggunakan minyak zaitun. hari Nadi: 80x/m
7. Istri memandikan pasien dengan
mulai berkurang, 7. Mengajarkan Teknik mandi Spo2: 98%
cara di lap di tempat tidur
pasien Nampak segar yang baik dan benar dengan baik dan benar
dan kulit pasien 8. Istri memasage tubuh pasien dari A: Defisit Perawatan diri
kepala sampai ke ujung kaki
Nampak lembab mandi
setelah mandi
TD: 140/90mmHg P: Intervensi di hentikan,
Suhu: 38℃ Edukasi pasien pulang
RR: 20x/m 9. Istri pasien dapat menyebutkan
manfaat mandi dan massage
Nadi: 84x/m menggunakan minyak zaitun
Spo2: 98% 10. Istri pasien dapat mengulangi
A: Defisit Perawatan teknik mandi yang baik dan
benar untuk pasien
diri mandi
P: Intervensi
dilanjutkan
60
Hari Pertama
N Diagnosa Keperawatan
O Implementasi
(SDKI) Respon Hasil
Hari Kedua
N Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon Hasil Evaluasi
O (SDKI)
O: Nampak pasien hanya sampiran selama disiapkan oleh keluarga A: Defisit perawatan diri
terbaring di tempat mengganti pakaian 5. Sampiran telah ditutup saat berpakaian
tidur.Terdapat kelemahan 5. Menganjurkan kepada proses mengganti pakaian P: Intervensi dilanjutkan
otot di sebelah kanan keluarga untuk langsung berlangsung
pasien (skala otot 1). dicuci/laundry pakaian 6. Keluarga langsung
Nampak pasien dibantu pasien yang sudah membawa pulang pakaian
saat berpakaian dan digunakan kotor untuk segera dicuci
terlihat kusam 6. Menganjurkan keluarga 7. Keluarga telah mengolesi
TD: 130/86mmHg untuk mengolesi minyak seluruh tubuh pasien dengan
Suhu: 38℃ zaitun di tubuh pasien minyak zaitun
RR: 20x/m sebelum dikenakan Edukasi
Nadi: 82x/m pakaian 8. Menjelaskan kepada
Spo2: 98% Edukasi keluarga manfaat dari
A: Defisit Perawatan diri 7. Menyampaikan kepada minyak zaitun
Berpakaian keluarga manfaat dari
P: Intervensi dilanjutkan minyak zaitun
64
Hari Ketiga
N Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon Hasil Evaluasi
O (SDKI)
Edukasi
8. Menyampaikan kepada
keluarga manfaat dari
minyak zaitun
67
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus pengkajian stroke pada Tn. M dengan masalah
defisit perawatan diri mandi dan berpakaian yang telah penulis lakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Gambaran karakteristik pasien defisit perawatan diri pada pasien
stroke menggunakan metode wawancara dan observasi. Data focus yang
didapat dari pasien dimana terdapat terganggunya saraf yang
menyebabkan kelemahan pergerakan pada pasien sehingga hanya bisa
berbaring tidak dapat melakukan perawatan diri, hal itu juga disebabkan
oleh adanya tekanan darah yang tinggi 160/100 mmHg.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di angkat pada Tn. M adalah defisit
perawatan diri mandi dan defisit perawatan diri berpakaian.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada Tn. M telah dilaksanakan sesuai
dengan diagnose yang ditegakkan yang merujuk pada buku SLKI, SIKI
dan jurnal penerapan. Intervensi disusun berdasarkan fokus dari penulisan
karya tulis ilmiah ini yaitu mengenai asuhan keperawatan penerapan
metode massage menggunakan minyak zaitun pada pasien stroke.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien adalah menggunakan
fase prainteraksi, fase orientasi, fase interaksi, dan fase terminasi.
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang disusun yaitu
perawatan diri mandi, perawatan diri berpakaian dan terapi massage
minyak zaitun. Implementasi dilakukan selama 3 hari pertemuan, setiap
jadwal dinas di rumah sakit RSUD M.Yunus kota Bengkulu. Pasien
merasa nyaman setelah dilakukan terapi message menggunakan minyak
70
71
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Keluarga pasien berperan penting dalam melakukan serta
meningkatkan pola hidup yang sehat dan bersih selama pasien dalam
proses penyembuhan. Dengan belajarnya keluarga dalam merawat pasien
dapat diharapkan akan menambah kenyamanan serta mempercepat proses
penyembuhan pada pasien walau sudah dirawat dirumah nantinya.
2. Bagi Perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan perawat sebagai
wawasan tambahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan pada pasien
stroke yang mengalami defisit perawatan diri. Perawat sebaiknya dapat
meneruskan terapi dan perawat juga dapat memberikan inspirasi lebih
banyak lagi dalam memberikan intervensi keperawatan pada penderita
stroke sesuai dengan penelitian terbaru.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan kontribusi informasi dan ilmu mengenai
penyakit stroke serta menjadi referensi untuk tingkatan selanjutnya dalam
membuat karya tulis ilmiah pada jurusan keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
DAFTAR PUSTAKA
Chye, Brandon, and Zhi Han. 2018. “No Analisis Struktur Kovarians Judul Untuk
Indikator Terkait Kesehatan Pada Lansia Di Rumah Dengan Fokus Pada
Kesehatan Subjektif.” (2013)
Gambaran aktivitas fisik penderita stroke, Ayu, Cut Khatimah, Husnul, Thahirah,
Hayatun
Khashamini, Z dkk, Jurnal Rehabilitasi Iran, Vol. 11, No. 14, 2011, PengaruhPijat
Swedia pada Glikohemoglobin pada Anak dengan Diabetes Mellitus, Tahun
2011
Kesehatan, Majalah. 2021. “Tinjauan Literatur EFEKTIFITAS MINYAK
ZAITUN DALAM PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUS Firman Prastiwi
, Siska Puji Lestari* Abstrak.” Tahun 2021
Sugiharti, Nisa, Tita Rohita, Nina Rosdiana, and Dedeng Nurkholik. 2020.
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Dalam Self
Care (Perawatan Diri).” Jurnal Keperawatan Galuh
72
73
L
A
M
P
I
R
A
N
74
BIODATA PENULIS
LEFLET MASSAGE
Membantu Keluarga
memandikan pasien