Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma III
Keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis
Ilmiah dengan Judul “Penerapan Foot Spa Diabetic pada penyandang diabetes
mellitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu
Tahun 2021”. Penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan
bimbingan dan bantuan baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya lah Karya Tulis Ilmiah ini
dapat diselesaikan
2. Ibu Eliana, S.K.M., M.P.H, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bengkulu yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan Poltekkes Bengkulu.
3. Ibu Ns.Septiyanti, S.Kep., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Bengkulu.
4. Ibu Asmawati, S.Kp., M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan Program
Diploma Tiga
5. Bapak Ns. Idramsyah, M.Kep., Sp.KMB, selaku pembimbing, dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa
terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
7. Orang tua, keluarga tercinta yang telah memberikan doa, motivasi dan inspirasi
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini .
v
8. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Program Studi Keperawatan Program Diploma
Tiga Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun
penyusunan dan metodelogi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal
lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi
penulis sendiri dan mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Bengkulu lainnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
vii
D. Prosedur Penerapan Foot Spa Diabetic.............................................31
1. Fase Prainteraksi............................................................................31
2. Fase Orientasi.................................................................................32
3. Fase Interaksi.................................................................................33
4. Fase Terminasi...............................................................................35
E. Jurnal Pendukung Foot Spa Diabetic.................................................36
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................80
LAMPIRAN
viii
DAFTAR
ix
DAFTAR
x
DAFTAR
xi
DAFTAR
xii
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Batasan Masalah
Agar karya tulis ilmiah ini lebih terarah dan terfokus pada tujuan studi
kasus, maka penulis memberikan batasan masalah studi kasus ini yaitu
Bagaimana gambaran penerapan foot spa diabetic pada penyandang diabetes
mellitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu
Tahun 2021.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mendeskripsikan penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Alfacare Center Bengkulu tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan fase pra interaksi penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes melllitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Alfacare Center Bengkulu Tahun 2021.
b. Dideskripsikan fase orientasi penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Alfacare Center Bengkulu secara komprehensif.
c. Dideskripsikan fase interaksi penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Alfacare Center Bengkulu secara tepat.
d. Dideskripsikan fase terminasi penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Alfacare Center Bengkulu.
5
D. Manfaat Penulisan
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi bila ada
peningkatan kadar glukosa dalam darah seseorang karena tubuh mereka
tidak dapat memproduksi salah satu atau cukup horman insulin, atau tidak
bisa secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (IDF, 2019).
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (Hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduaanya. Tiga
komplikasi akut utama diabetes terkait ketidakseimbangan kadar glukosa
yang berlangsung dalam jangka waktu pendek ialah hipoglikemia,
ketoasidosis diabetic (DKA) dan sindrom nonketotik hiperosmolar
hiperglikemik (Brunner & Suddarth, 2016).
Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan menyebabkan
komplikasi mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi
neuropatik. Diabetes juga dikaitkan dengan peningkatan insidensi penyakit
makrovaskular, seperti penyakit arterikoroner (infarkmiokard), penyakit
serebrovaskular (stroke), dan penyakit vascular perifer (Brunner & Suddarth,
2016).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic kronik yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan
ketidakadekuatan penggunaan insulin (Engram, 1999)
6
7
a. Anatomi
b. Fisiologi
3) Insulin
Pengeluaran insulin oleh sel β dirangsang oleh kenaikan
glukosa dalam darah yang ditangkap oleh reseptor glukosa pada
sitoplasma permukaan sel β yang akan merangsang pengeluaran ion
kalsium dalam sel, ion kalsium akan meningkatkan eksostosis dari
veslket seksresi yang berisi insulin dan meningkatkan jumlah
Insulin dalam beberapa detik. Jika keadaan hiperglikemia masih
bertahan maka mRNA akan dibentuk dalam nukleus dan berpindah
ke sitoplasma untuk selanjutnya meningkatkan sintesis dari räntai
polipeptida tunggal (proinsulin) di daltam RE. Dan selama
pembentukan dalam apparatus golgi, proinsulin ini akan ditkat oleh
2 disulfida yang oleh enzim protease akan diubah menjadi Insulin
dan disimpan dalam vesikel sekresi yang jika dibutuhkan akan
dikeluarkan melalui proses eksostosis. Insulin bekerja dengan jalan
terikat dengan reseptor insulin yang terdapat pada membran sel
target. Mekanisme kerja insulin dapat berlangsung segera dalam
beberapa detik, dalam beberapa menit, atau dalam beberapa Jam
4) Glukagon
Glukagon mempunyai fungsi yang berlawanan dengan
hormon insulin yaitu meningkatkan konsentrasi glukosa. Efek
glukagon pada metabolisme glukosa adalah:
a) Pemecahan glikogen di hati (glikogenolisis)
b) Meningkatkan glukoneogenesis pada hati
Glukagon juga meningkatkan lipolisis, menghambat
penyimpanan trigliserida dan efek ketogenik. Selain itu glukagon
konsentrasi tinggi mempunyai efek inotropik pada Jantung, juga
meningkatkan sekresi empedu dan menghambat sekresi asam
lambung.
1
5) Somatostatin
Somatestatin merupakan polipeptida dengan 14 asam amino
dan berat molekul 1640 yang dihasilkan di sel-sel D langerhans.
Hormon ini juga berhasil diisolasi di hypothatamus, bagian otak
lainnya dan saluran cerna, Sekresi somatostatin ditingkatkan oleh:
a) Meningkatkan konsentrasi gula darah
b) Meningkatkan konsentrasi asam amino
c) Meningkatkan konsentrasi asam lemak, dan
d) Meningkatkan konsentrasi beberapa hoimon saluran cerna yang
dilepaskan pada Somatostatin saat makan.
Samatostatin mempunyai efek inhibisi terhadap sekresi
insulin dan glukagon. Hormon ini juga mengurangi motilitas
lambung. duodenum dan kandung empedu. Sekresi dan absorbsi
saluran cerna juga dihambat. Selain itu somatostatin menghambat
sekresi hormon pertumbuhan yang dihasilkan hipofise anterior.
6) Pankreas polipeptida
Hormon ini terdiri dari 36 asam amino dengan berat molekul
4200. Sampai saat ini proses sintesanya belum jelas. Sekresinya
dipengaruhi oleh hormon kolinergik, dimana konsentrasinya dalam
plasma menurun setelah pemberian atropine. Sekresi juga menurun
pada pemberian somatostatin dan glukosa intravena. Sekresinya
meningkat pada pemberian protein, puasa, latihan fisik.
3. Faktor Resiko
a. Diabetes mellitus tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
1) Factor genetic/herediter
Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibodi
autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.
2) Factor infeksi virus
1
4. Tipe diabetes
Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes dibagi
menjadi 4 tipe, antara lain:
a. Diabetes mellitus tipe I (diabetes mellitus tergantung insulin)
1
5. Patofisiologi
Berkurangnya penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh yang
menyebabkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolism lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari
berkurangnya protein didalam jaringan tubuh. Klien-klien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemmia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar
160-180 mg/100 ml) akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa darah (Price, 2006).
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar
bersama dengan urine maka klien mengalami keseimbangan protein negatif
dan berat badan menurun serta cenderung menjadi polifagi. Akibat yang lain
adalah astemia atau kekurangan energi sehingga klien menjadi cepat lelah
dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein
tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikremia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan
membrane basalis dan perubahan pada saraf perifer. Hal ini akan
memudahkan terjadinya gangrene (Price, 2006).
1
6. WOC
Kerusakan sel α dan β
Resiko
Defisit
Small vessel disease Arterosklerosis Gangguan fungsi imun
Diabetic
Hipertensi, Peningkatan Kadar LDL
Berkura
ng Perfusi Jaringan
sensasi Suplai
perifer Darah Menurunn
tidak Infeksi, Gangguan Penyembuhan Luk
Pembedahan : Amputasi
neuropati efektif
Nyeri Intoleran
Bagan 2.1 WOC Diabetes Mellitus si
1
7. Manifestasi Klinis
Pada diabetes, glukosa darah yang tinggi bertindak sebagai racun.
Diabetes sering disebut ‘Silent Killer’ jika gejalanya terabaikan dan
ditemukan sudah terjadi komplikasi. Berikut ini merupakan manifestasi
klinis diabetes mellitus menurut Brunner & Suddarth (2016) antara lain:
a. Poliuria (banyak kencing)
Karena sel-sel ditubuh tidak dapat menyerap glukosa dengan
baik, ginjal mencoba mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibat,
penderita jadi lebih sering kencing dari pada orang normal. Kencing
yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat menggangu penderita
terutama pada malam hari.
b. Polidipsia ( banyak minum)
Rasa haus sering dialami penderita kerena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing, keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Penderita menganggap sebab rasa haus ialah udara yang panas atau
beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita
banyak minum.
c. Polifagia (banyak makan)
Rasa lapar yang semakin besar timbul pada penderita Diabetes
Mellitus karena klien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu
penderita banyak makan.
d. Keletihan dan kelemahan, penurunan pandangan secara mendadak,
sensasi kesemutan atau kebas ditangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit
atau luka yang lambat sembuh atau infeksi berulang.
e. Awitan diabetes tipe I dapat disertai dengan penurunan berat badan
mendadak atau mual, muntah, atau nyeri lambung.
f. Diabetes tipe II disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif
berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkan komplikasi
2
8. Komplikasi
Menurut Burnner & Suddarth (2016) komplikasi yang berkaitan
dengan diabetes diklasifikasikan sebagai komplikasi akut dan kronik.
Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dalam
jangka waktu pendek dan mencakup berikut:
a. Hipoglikemia
b. DKA
c. HHNS
Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan
Diabetes mellitus. Komplikasinya mencakup berikut:
a. Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar)
Penyakit makrovaskuler memengaruhi sirkulasi koroner,
pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak. Penyakit arteri
perifer yaitu suatu penyakit yang disebabkan karena adanya sumbatan
arteri di ekstremitas bawah karena adanya arterosklerosis. Pada penyakit
diabetes akan membantu mempercepat proses arterosklerosis, yang
dapat mengakibatkan terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit koroner
dan serebrovaskuler
Diabetes melitus mampu mampu meningkatkan peningkatan
resiko berkembangnya PAD (Peripheral Arterial Desease) sebanyak 1.5
2
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa
1) Gula darah sewaktu/random > 200 mg/dl
2) Gula darah puasa/nucher >140 mg//dl
3) Gula darah 2 jam PP (Post Prandial) >200 mg/dl
b. Aseton plasma: hasil (+) mencolok
c. Asam lemak bebas: peningkatan lipid dan kolesterol
d. Osmolaritas serum (>330 osm/l)
e. Urinalisis: Proteinuria, ketonuria, glukosuria
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi vaskular
dan neropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah untuk
mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa disertai
hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas klien sehari- hari. Ada
2
1. Definisi
Menurut Mubarak dkk (2015) kebutuhan akan keamanan adalah
suatau keadaan seseorang terhindar dari acaman bahaya atau kecelakaan.
Keamanan adalah keadaan aman dan tentram, sedangkan keselamatan adalah
suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau
kecelakaan (Tarwoto dan wartonah, 2010).
Menurut Potter & Perry (2006) Keamanan biasa didefinisikan
sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, salah satu kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi. Dalam lingkungan pelayanan kesehatan
memiliki rasa aman merupakan hal yang penting dalam perawatan klien
terutama bagi seorang perawat yang sudah tugasnya menjaga keamanan diri
serta orang yang dirawat baik yang sakit maupun sehat yang berkaitan
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien.
5. Pemeriksaan fisik
Menurut doenges (2000) dasar data pengkajian penyandang diabetes
mellitus dengan masalah keperawatan gangguan pada kebutuhan
keamanan terdapat gejala kulit kering, gatal, ulkus kaki dan ditandai
dengan adanya demam, diaforesis, kulit rusak, adanya lesi/ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, prestasia/paralisis otot
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
a. Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki/jari(-), kalus, claw toe,
ulkus tergantung saat ditemukan (0-5)
b. Palpasi
1) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
2) Kusi arteri dingin, pulsasi (-)
3) Ulkus: kalkus tebal dan keras
6. Pemeriksaan vaskuler
Tes Vaskuler noninvasive: pengukuran oksigen transkutaneus, ankle
brankial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI: tekanan sistoik
betis dengan tekanan sistolik lengan.
7. Pemeriksaan radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomyelitis
8. pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. pemeriksaan darah meliputi: GDS >200 mg/dl, gula darah puasa >
120 mg/dl dan 2 jam post prandial >200g/dl.
b. Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi).
2
4. Diagnosa Keperawataan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
atau potensial, diagnose keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung
jawab (Muhith, 2015).
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa
keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana
pencegahannya dapat dilakukan dalam batasan wewenang perawatan.
(Barbara, dkk, 2013).
Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus utama untuk di bahas
dalam penulisan karya ilmiah adalah risiko gangguan integritas kulit.
Diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit/jaringan masuk kedalam
kategori lingkungan dan subkategori: keamanan dan proteksi. Definisi risiko
gangguan integritas kulit adalah berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis
dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen) (SDKI, 2016).
2
5. Intervensi
Dalam mengatasi diagnosis keperawatan resiko gangguan integritas kulit maka perawat mengacu kepada
intervensi dan kriteria hasil yang terdapat di SLKI dan SIKI (2018). Selain itu, intervensi yang dilakukan selain
mengacu kepada SIKI (2018), penulis juga melakukan intervensi tambahan berdasarkan evidence base yang telah
penulis baca dari beberapa sumber ilmiah yang sudah dilakukan penelitian. Sehingga penulis menyusun intervensi
untuk diagnosa resiko gangguan integritas kulit adalah:
Tabel 2.1 Intervensi
No Diangosa Tujuan Dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Rasional
(SIKI )
1 Resiko gangguan Setelah dilakukan intervensi SIKI :Perawatan Kaki:
integritas kulit keperawatan selama …x 24 jam, 1. Identifikasi perawatan kaki 1. Mengetahui tindakan perawatan kaki
berhubungan dengan diharapkan yang biasa dilakukan yang telah digunakan sebelumnya
perubahan sirkulasi SLKI : Perfusi Perifer
Dipertahankan pada level 3 2. Periksa adanya iritasi, retak, 2. Footspa diabetic merupakan salah satu
Ditingkatkan ke level 4 lesi, kapalan, kelainan bentuk, tindakan untuk mencegah komplikasi
Deskripsi level : atau edema kaki diabetic dan kontra indikasi
1. menurun terhadap klien dengan adanya iritasi,
2. cukup menurun retak, lesi, kapalan, kelainan bentuk,
3. sedang atau edema.
4. cukup meningkat
5. meningkat 3. Periksa adanya ketebalan 3. Penebalan kuku pada kaki penderita
kuku dan perubahan warna diabetes menyebabkan kuku sulit
Dengan Kriteria Hasil : dipotong dan menyebabkan kaki sakit
1. pengisian kapiler akral saat menggunakan sepatu.
1/2/3/4/5
2. turgor kulit1/2/3/4/5 4. Monitor kelembaban kaki 4. Neuropati otonom mengakibatkan
3. tekanan darah sistolik penurunan kelembaban kulit kaki
1/2/3/4/5 sehingga kaki mudah pecah-pecah.
4. tekanan darah diastolic Pemulihan neuropati dilakukan dengan
1/2/3/4/5 memperbaiki sirkulasi darah serta
2
1. Definisi
Foot spa (spa kaki) adalah perawatan kaki dan jari-jari kaki beserta
kuku-kukunya yang dilakukan sebagai bagian dari perawatan spa. Foot Spa
Diabetic merupakan terapi untuk klien diabetes mellitus secara menyeluruh
mulai dari pembersihan (skin cleansing), padycure (pemotongan kuku)
dan foot massage (pijat kaki) (affiani, 2017). Tindakan dalam foot spa
diabetic membantu memperbaiki sirkulasi pada kaki.
2. Tujuan
Tujuan dari perawatan foot spa diabetic adalah untuk menyehatkan
kulit kaki, menghilangkan kepenatan atau membuat kaki menjadi lebih rileks
(rileksasi), melembutkan bagian kulit yang kasar, membersihkan kulit yang
keras yang berada disekitar kuku dan tumit kaki membersihkan kotoran-
kotoran kuku,dan menguatkan bantalan kuku (Jummarani, 2009).
Tindakan yang dilakukan dalam foot spa diabetic dapat melancarkan
sirkulasi darah perifer pada kaki, ketika seseorang sudah terkena diabetes
mellitus maka hal yang dapat dilakukan adalah mencegah komplikasi
penyakit vaskuler perifer dan neuropati diabetik dengan memperbaiki
sirkulasi darah pada kaki. Pada klien diabetes, penurunan sirkulasi darah
perifer disebabkan oleh insufisiensi insulin, sehingga terjadi gangguan-
gangguan berupa penimbunan zat zat kimia darah (Price & Wilson, 2006).
3. Tindakan Foot Spa Diabetic
Tindakan foot spa diabetic terdiri dari 3 prosedur utama yaitu Skin
cleansing (pembersihan), Padycure (memotong dan merapikan kuku kaki),
Foot massage (pemijitan kaki).
Skin cleansing (pembersihan) adalah tindakan di dalam foot spa
diabetic yang dilakukan untuk membersihkan kaki klien. Tindakan diawali
dengan perendaman kaki menggunakan air. Kemudian dibersihkan dengan
3
mengunakan sabun gentle antiseptik non toksik atau sabun bayi. Perendaman
kaki sebaiknya dilakukan selama 5-10 menit. Pada penderita DM sebaiknya
tidak boleh lebih dari 10 menit karena berisiko maserasi. Penyikatan kaki
dilakukan pada tumit dan sela-sela jari kaki dan kuku.
Kegiatan rendam kaki air dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi
edema, dan meningkatkan sirkulasi relaksasi otot. Karena dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
peningkatan sirkulasi darah (Suandika, 2015).
Padycure merupakan tindakan perawatan yang dilakukan pada kuku
kaki, meliputi kegiatan pemotongan dan merapikan kuku kaki klien
(Purwanto, 2014). Pemotongan kuku kaki penderita DM sebaiknya
menggunakan alat potong yang tajam seperti jepit kuku atau tang kuku.
Teknik pemotongan kuku kaki tidak disarankan melengkung namun lurus.
Foot Massage merupakan tindakan perawatan berupa pemijatan di
area kaki. Pemijatan dilakukan dengan usapan lembut dengan sedikit
tekanan, dengan tujuan untuk meningkatkan kelancaran aliran darah pada
kaki (Purwanto, 2014).
Jenis dan
Judul, Penulis dan
No Metode Sample dan Tempat Intervensi dan Pengambilan Data Hasil
Tahun Penelitian
1 Efektifitas Foot Spa Artikel 32 Responden klien Peneliti melakukan intervensi Foot Foot Spa Diabetic selama 3
Diabetic Terhadap penelitian/kuantit Diabetes Mellitus di Spa Diabetic selama 3 kali dalam dan 5 hari efektif meningkatkan
Nilai Ankle Brachial atif. Dengan Puskesmas Wawonasa seminggu pada kelompok 1 dan Foot nilai ABI. Perawat praktisi dapat
Index Pada Klien rancangan quasy- Spa Diabetic selama 5 kali dalam menggunakan Foot Spa Diabetic
Diabetes Melitus Tipe experiment two seminggu pada kelompok 2, Analisa sebagai terapi untuk mencegah
II group data dilakukan secara univariat, terjadinya komplikasi kaki
(Rizkan, Busjra & bivariat, menggunakan uji wilcoxon diabetic.
Rohman, 2019) dan mann whitney. Pengambilan dan
pengumpulan data menggunakan
lembar Kuesioner, observasi
pengukuran nilai ABI, Instrumen
Pengukuran ABI, SPO Foot Spa
Diabetic dan SPO pengukuran ABI.
2 Diabetic Foot Spa Artikel 30 responden klien Peneliti mengukur kadar glukosa Hasil penelitian ini
Implementation in penelitian/kuantit Diabetes Mellitus Tipe darah, sensitivitas kaki, skor Ankle menunjukkan bahwa Foot Spa
Early Neuropathy atif. Design II di Puskesmas Waru Brachial Index (ABI) sebelum dan yang dilakukan secara rutin dan
Diagnosis Based on penelitian ini Sidoarjo. sesudah intervensi Foot Spa Diabetic . mandiri dapat menurunkan
Blood Glucose adalah pre Proses pengumpulan data dimulai dari tingkat komplikasi pada klien
Levels, Foot experiment izin untuk melakukan penelitian, untuk Diabetes Mellitus. Selain itu,
Sensitivity and the menentukan diagnosisis neuropati, masalah dapat diatasi dan klien
Ankle Brachial Index peneliti menggunakan rekam medik dapat terhindar dari
in Patients with yang tersedia di Puskesmas komplikaasi seperti ulserasi dan
Diabetes Mellitus amputasi.
(Erika, Chilyatiz dan
Nur Ainiyah, 2019)
3
3 Efektifitas Kombinasi Artikel Penelitian Jumlah sampel dalam Data dikumpulkan dengan mengukur Penelitian ini menunjukkan
Terapi Foot Spa Dan /Kuantitatif. quasi penelitian ini adalah 114 pre-test ABI dan post-test di setiap bahwa dengan
Bueger’s Allen eksperimen (pre- sampel, dibagi menjadi kelompok. Intervensi dilakukan sekitar mengkombinasikan terapi foot
Exercise Terhadap testand posttest 3 kelompok, masing 24 sesi selama 8 minggu. spa dan bueger’s allen exercises
Nilai Ankle Brachial comparison group masing kelompok terdiri dapat menaikan nilai ABI kanan
Index Pada Lansia design) dari 38 responden di secara optimal
dengan Diabetes wilayah kerja
Mellitus Puskesmas Limo,
(Diah Ratnawati1, Depok.
Sang Ayu Made
Adyani2 dan Ritanti
(2020))
4 Spa Kaki Diabetik Artikel penelitian/ 45 orang yang dibagi Intervensi pada Kelompok perlakuan Dari penelitian ini didapatkan
Efektif Memperbaiki kuantitatif. menjadi 25 orang diberikan perlakuan berupa spa kaki bahwa antara spa kaki dan
Sensasi Kaki pada Desain penelitian menjadi kelompok diabetic meliputi senam kaki, rendam senam bersama-sama dapat
Diabetesi ini adalah pre test perlakuan dan 20 orang kaki dan masase dengan VCO selama meningkatkan sensasi kaki dan
(Made Sukarja1, post menjadi kelompok 4 minggu, sedangkan kelompok meningkatkan nilai ABI.
Wayan Sukawana dan test with control kontrol yang diambil kontrol mendapatkan senam kaki yang
Ari Rasdini (2017)) group design dengan teknik dilakukan oleh puskesmas.
acak sederhana di
Puskesmas II Denpasar
Barat tahun 2017.
5 The Effectiveness Artikel penelitian/ 46 responden, di Desain penelitian ini mengguna kan Terdapat perbedaan signifikan
Diabetic Foot Spa To kuantitatif. Puskesmas Wonokromo quasy eksperiment dengan rancangan pada kelompok sebelum
Pheripheral Blood Dengan Surabaya Teknik sampling menggunakan diberikan perlakuan dan setelah
Circulation Of Dm rancangan quasy- purposive sampling technique pada 46 diberikan Spa Kaki Diabetic.
Tipe 2 Patient In experiment responden. Hasil penelitiaan dengan Semakin sering dilakukan Spa
Puskesmas mann whitney Kaki Diabetic maka semakin
Wonokromo Surabaya baik peredaran darah perifer,
(Puji, 2017) dan dapat mencegah terjadinya
komplikasi Diabetes Mellitus
BAB III
Studi kasus ini menggunakan desain studi kasus deskriptif. Studi kasus
deskriftif adalah upaya untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat
tentang suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat factual
(Notoadmojo, 2010). Pada studi kasus ini penulis mendeskripsikan secara
sistematis tentang penerapan foot spa diabetic pada penyandang diabetes mellitus
di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu Tahun
2021.
Pada studi kasus ini penulis menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik yang meliputi tahapan prainteraksi, orientasi, interaksi, dan terminasi.
Penulis menggambarkan setiap fase tersebut dalam penerapan foot spa diabetic
pada penyandang diabetes mellitus di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Alfacare Center Bengkulu Tahun 2021.
Subyek studi kasus ini yaitu penyandang diabetes mellitus di Balai Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu. Jumlah subyek studi
kasus yang direncanakan yaitu 2 orang. Subyek studi kasus dilibatkan pada
tindakan selama 1 kali perminggu dan kegiatan dilaksanakan dalam 2 minggu.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan pada subjek penelitian yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Penyandang diabetes mellitus tipe I dan II yang mendapatkan perawatan
promotif dan preventif di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Alfacare Center Bengkulu
38
3
Studi kasus ini difokuskan pada diagnosa medis diabetes mellitus tipe I dan
II. Fokus tindakan keperawatan dalam studi kasus ini adalah penerapan foot spa
diabetic pada penyandang diabetes mellitus tipe I dan II. Fokus pemenuhan
kebutuhan yang dipenuhi adalah kebutuhan keamanan dan proteksi dengan focus
masalah keperawatan risiko kerusakan integritas kulit.
D. Definisi Operasional
Foot spa diabetic dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai tindakan
perawatan kaki pada penyandang diabetes mellitus yang didalamya terdapat
kegiatan skin cleansing (pembersihan), padycure (memotong dan merapikan
kuku kaki), foot massage (pemijatan kaki diabetes). Tindakan foot spa diabetic
diberikan selama 1 kali dalam seminggu.
Diabetes mellitus tipe I dan II pada studi kasus ini didefinisikan sebagai
suatu diagnosa medis pada klien di Alfacare Center Bengkulu terhadap gangguan
metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia).
4
F. Pengumpulan Data
Studi kasus ini menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer didapat langsung dari klien dan keluarga,
sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari rekam medis klien untuk
melihat pengumpulan data riwayat perjalanan penyakit klien.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat psikologi, pola kesehatan kemanan dan proteksi.
Data hasil wawancara ini dapat bersumber dari klien dan keluarga dengan
menggunakan instrument pengkajian keperawatan.
2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Observasi ini digunakan untuk memperoleh data pengkajian
pemeriksaan fisik dengan menggunakan instrumen pengkajian keperawatan.
Observasi dilakukan juga terhadap respon klien setelah dilakukan foot spa
diabetic dengan menggunakan format evaluasi ABPI.
4
G. Penyajian Data
Pada studi kasus data akan disajikan secara narasi dan tekstular maupun
bentuk tabel meliputi dari mendeskripsikan fase prainteraksi, fase orientasi, fase
interaksi, dan fase terminasi. Penyajian data akan ditampilkan secara sistematis,
meliputi:
Tahap orientasi
Melakukan salam terapeutik
Melakukan evaluasi validasi
Melakukan informed concent
Tahap Terminasi
Tahap Interaksi
Melakukan laporan hasil studi kasus
Penyelesaian
Melakukan
kegiatan:
kegiatan:
a.a. Evaluasi subjektif
Persiapan alat
Bagan 3.1 Prosedur
b. Studi
b. Evalusi
Persiapan Kasus
lingkungan
Objektif
c.c. Rencana
Persiapan klienlanjut
tindak
d. Persiapan
d. Kontrak yang petugas
akan datang
e. Prosedur foot spa diabetic
4
Bab ini menjelaskan tentang hasil studi kasus dan pembahasan. Studi kasus
deskriptif ini menguraikan tentang penerapan foot spa diabetic pada penyandang
diabetes mellitus. Studi kasus ini dilakukan di Balai Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Alfacare Center Bengkulu tanggal 15 Maret 2021-22 Maret 2021 pada 2
orang responden. Hasil studi kasus ini diuraikan berdasarkan tahapan fase
komunikasi terapeutik yang meliputi fase pra interaksi, fase orientasi, fase interaksi
dan fase terminasi.
1. Fase prainteraksi
45
46
di Balai Asuhan Keperawatan Medical Bedah Alfacare Center Bengkulu Tahun 2021
Seorang klien laki-laki Tn.E berusia 56 tahun, Seorang klien laki-laki Tn.F berusia 52 tahun, beragama
beragama islam, pendidikan SMP, bekerja sebagai islam, pendidikan SMA, bekerja sebagai wiraswasta,
nelayan, bersuku Kaur, dan tinggal di Tanjung Iman, bersuku Kaur, dan tinggal di Cahaya Batin, Kecamatan
Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur. Semidang Gumay, Kabupaten Kaur.
2) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dikaji pada fase pra interaksi saat pertama kali perawat bertemu dengan klien. Setelah klien
diberikan penjelasan tentang tujuan studi kasus, perawat meminta klien menandatangani surat persetujuan menjadi
responden. Selanjutnya perawat mulai melakukan pengkajian riwayat kesehatan yang meliputi keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat kesehatan dahulu. Hasil pengkajian tersebut dapat terlihat
pada tabel berikut:
4
Tabel 4.2 Hasil Pengkajian Riwayat Kesehatan Klien Penyandang Diabetes Mellitus
di Balai Asuhan Keperawatan Medical Bedah Alfacare Center Bengkulu tahun 2021
dirumah sakit
3 Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak ada keluarga Klien mengatakan tidak ada keluarga yang
yang memiliki riwayat diabetes mellitus, memiliki riwayat diabetes mellitus, kelien
kelien mengatakan keluarga ada yang mengatakan keluarga tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit jantung, klien memiliki riwayat penyakit jantung dan
mengatakan ada keluarga yang memiliki hipertensi, kien mengatakan asda kelurga
riwayat hipertensi, klien mengatakan yang memiliki riwayat asma
tidak ada keluarga yang memiliki
riwayat asma
5
Table 4.3 Hasil Pengkajian Kebutuhan Keamanan dan Proteksi pada Penyandang Diabetes Mellitus
di Balai Asuhan Keperawatan Medical Bedah Alfacare Center Bengkulu tahun 2021
4) Pemeriksaan fisik
Perawat juga melakukan pemeriksaan fisik pada kaki terkait dengan kebutuhan keamanan dan proteksi klien.
Hasil pemeriksaan fisik pada kedua klien tersebut dapat terlihat pada tabel berikut:
Table 4.4 Hasil Pemeriksaan Fisik pada Penyadang Diabetes Mellitus
di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu Tahun 2021
7) Analisa Data
Data objektif:
□ Kuku kaki klien tampak
menebal dan keras
□ Kuku kaki klien tampak
berwarna putih kekuningan
□ Kulit klien tampak kering
□ Kaki klien tidak terdapat luka
□ ABPI : 0,8 mmHg
□ TD: 140/80 mmHg
□ Frekuensi nadi: 95x/menit
5
□ RR: 23 x/menit
□ S: 36,5 ºC
Data objektif:
□ Kaki klien tampak
menebal dan sedikit keras
□ Kulit klien tampak kering
□ Tid ak ada perubahan warna
pada kuku kaki klien
□ Kaki klien tidak terdapat luka
□ ABPI: 0,9 mmHg
□ TD: 130/90 mmHg
□ Frekuensi nadi: 90x/menit
□ RR: 21 x/menit
□ S: 36,7 ºC
5
b. Diagnosa Keperawatan
c. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan yang dilakukan dalam penerapan sebagai tambahan berdasarkan evidence base yang
telah penulis baca dari beberapa sumber ilmiah yang sudah dilakukan penelitian. Sehingga penulis menyusun rencana
keperawatan untuk diagnosa resiko gangguan integritas kulit seperti dalam table berikut:
Table 4.10 Rencana Keperawataan
Definisi Perawatan kaki dan jari-jari kaki beserta kuku-kukunya yang dilakukan sebagai bagian dari
perawatan spa bagi penyandang diabetes mellitus
Tujuan Menyehatkan kulit kaki, melancarkan sirkulasi darah, menghilangkan kepenatan atau membuat
kaki menjadi lebih rileks (rileksasi), melembutkan bagian kulit yang kasar, membersihkan kulit
yang keras yang berada disekitar kuku dan tumit kaki membersihkan kotoran-kotoran kuku,dan
menguatkan bantalan kuku
8. Oil massage
9. Lotion
B. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Mengidentifikasi klien, mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
3. Evaluasi dan validasi
Menanyakan kabar klien dan apa yang dirasakan setelah diberikan tindakan
4. Informed consent
Menjelaskan tindakan foot spa diabetic, tujuan, manfaat, waktu dan meminta persetujuan
klien
C. Fase Interaksi
1. Persiapan Alat
Dekatkan alat alat ke klien dan mudah dijangkau perawat
2. Persiapan klien
Mengatur posisi klien senyaman mungkin bagi klien
3. Persiapan lingkungan
Mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu dan privacy klien terjaga
4. Persiapan perawat
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscoon serta memakai masker
5
Prosedur tindakan
Skin cleansing (pembersihan)
Dekatkan baskom perendam kaki.
Kaki klien direndam hingga atas mata kaki dengan. Rendam kaki lima hingga sepuluh menit.
3) Angkat kedua kaki dari tempat perendaman kaki, kemudian bersihkan kulit kaki dengan mengguna
lembut.
6
4) Sikat kuku kaki menggunakan sikat khusus hingga kesela-sela jari kaki sampai
bersih.
6) Bilas kedua kaki dengan waslap air bersih kemudian keringkan kedua kaki
dengan handuk.
6
2) Setelah selesai memotong kuku maka dilanjutkan dengan meratakan kuku yang
telah dipotong dengan menggunakan pengikir kuku.
3) Jika kuku tidak panjang, cukup beri lotion pada kuku kaki.
Foot massage (pemijatan kaki diabetes)
Beri oil massage pada kedua kaki klien
Lakukan pemijatan pada kedua kaki. Pemijatan yang dilakukan adalah massage superficial maksudnya ad
6
sedikit tekanan dengan tujuan untuk meningkatkan kelancaran aliran darah pada
kaki
2. Fase Orientasi, Interaksi, dan Terminasi dalam Implementasi foot spa diabetic
Penerapan implementasi foot spa diabetic pada Tn.E dan Tn.F dilakukan penulis selama 1 kali seminggu
dalam 2 minggu terhadap 2 orang responden, dilaksanakan menggunakan tahapan komunikasi terapeutik yaitu mulai
dari tahapan orientasi, interaksi, terminasi. Setiap kali pertemuan, penulis melakukan ketiga tahap tersebut secara
berkesinambungan. Hasil gambaran penerapan intervensi foot spa diabetic selama 1 kali seminggu dan dilakukan
dalam 2 minggu tersebut dengan tahap komunikasi terapeutik dapat terlihat pada tabel berikut:
Pertemuan Pertama
Fase Orientasi Klien Tn.E Klien Tn.F
15 maret 2021 pukul 14.00 WIB 15 maret 2021 pukul 15.30 WIB
Salam Pada fase orientasi perawat memberi salam dan Pada fase orientasi perawat memberi salam dan
Terapeutik memperkenalkan diri terlebih dahulu seperti memperkenalkan diri terlebih dahulu seperti
memperkenalkan, nama, pendidikan, institusi, memperkenalkan, nama, pendidikan, institusi, tujuan
tujuan penerapan. penerapan.
“Selamat pagi pak, perkenalkan saya Bella Samya “Assalamu’alaikum pak, perkenalkan saya Bella
Dwi Putri dari Pendidikan Keperawatan Poltekkes Samya Dwi Putri dari Pendidikan Keperawatan
Kemenkes Bengkulu jurusan keperawatan” Poltekkes Kemenkes Bengkulu”
Evaluasi dan Perawat mengidentifikasi klien dengan Perawat mengidentifikasi klien dengan menanyakan
Validasi menanyakan kabar klien, nama klien, umur kabar klien, nama klien, umur dan keluhan klien
dan keluhan klien
“Bapak apa kabar, namanya siapa Pak? Umur
“Bapak apa kabar pak, namanya siapa Pak? berapa Pak? dan apa keluhan yang Bapak rasakan
Umur berapa Pak? dan apa keluhan yang Bapak saat ini?”.
rasakan saat ini?”
6
Informed Perawat menjelaskan tindakan foot spa diabetic, Perawat menjelaskan tindakan foot spa diabetic,
Consent tujuan, manfaat, waktu pemberian, memberikan tujuan, manfaat, waktu pemberian, memberikan
kesempatan bertanya dan meminta persetujuan kesempatan bertanya dan meminta persetujuan klien
klien untuk menjadi responden untuk menjadi responden.
“Saya akan melakukan studi kasus foot spa diabetic “Saya akan melakukan studi kasus foot spa diabetic
yang bertujuan untuk membuat kaki menjadi lebih yang bertujuan untuk membuat kaki menjadi lebih
rileks, melancarkan sirkulasi darah perifer pada rileks, melancarkan sirkulasi darah perifer pada kaki
kaki sehingga dapat mencegah kompikasi diabetic sehingga dapat mencegah kompikasi diabetic foot
foot ulcer. Apakah bisa kita mulai sekarang pak?” ulcer. Apakah bisa kita mulai sekarang pak?”
Persiapan Alat Perawat mempersiapkan alat-alat yang akan Perawat mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
digunakan dalam foot spa diabetic meliputi produk dalam foot spa diabetic meliputi produk perawatan
perawatan (sabun, oil massage), handuk (sabun, oil massage), handuk kecil/washlap, bak
kecil/washlap, bak peredaman kaki, sikat, peredaman kaki, sikat, handscoon, masker, alat
handscoon, masker, alat pemotong dan pengikir pemotong dan pengikir kuku.
kuku.
Persiapan Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi klien, Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi klien,
klien dimana klien lebih nyaman saat posisi semifowler. dimana klien lebih nyaman saat posisi fowler. Perawat
Perawat mengangkat sedikit pakaian bagian bawah mengangkat sedikit pakaian bagian bawah (celana) dan
(celana) dan membebaskan kaos kaki klien untuk membebaskan kaos kaki klien untuk memudahkan
memudahkan tindakan. tindakan.
Persiapan Perawat mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu Perawat mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu dan
Lingkungan dan perawat menjaga privasi klien saat dilakukan perawat menjaga privasi klien saat dilakukan tindakan
tindakan foot spa diabetic foot spa diabetic
Persiapan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu dan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu dan
Perawat menggunakan pelindung diri berupa handscoon, menggunakan pelindung diri berupa handscoon,
6
akan datang datang yaitu kamis tanggal 22 maret 2021 jam datang yaitu kamis 22 maret 2021 jam 15.30 WIB
14.00 WIB
Rencana Perawat akan melakukan tindakan foot spa diabetic Perawat akan melakukan tindakan foot spa diabetic
Tindak Lanjut pada hari selanjutnya dan perawat menganjurkan pada hari selanjutnya dan perawat menganjurkan klien
klien untuk melakukan foot spa diabetic secara untuk melakukan foot spa diabetic secara mandiri jika
mandiri jika merasa kaki semakin terasa sering merasa kaki semakin terasa sering kesemutan dan
kesemutan dan mengoleskan lotion/oil pada kulit mengoleskan lotion/oil kulit pada kulit kaki yang
kaki yang kering. kering.
“Selamat siang pak, perkenalkan saya Bella dari “Selamat siang pak, perkenalkan saya Bella dari
Pendidikan keperawatan mahasiswa yang minggu Pendidikan keperawatan mahasiswa yang minggu
kemarin melakukan penerapan” kemarin melakukan perapan”
Evaluasi dan Bagaimana perasaannya hari ini pak? Bagaimana perasaannya hari ini pak?
Validasi
“Alhamdulillah rasa kesemutannya sudah tidak “sukur alhamdulillah rasa kesemutannya sudah
seperti sebelumnya, sudah sedikit berkurang dan lumayan berkurang dan kulit tidak begitu kering lagi”
kulit tidak begitu kering lagi”
Informed Perawat menjelaskan kembali, tujuan, manfaat, Perawat menjelaskan kembali, tujuan, manfaat, waktu
Consent waktu pemberian foot spa diabetic. pemberian foot spa diabetic.
“Seperti yang sudah saya jelaskan minggu kemarin “Seperti yang sudah saya jelaskan minggu kemarin
pak, bahwa saya akan melakukan studi kasus foot pak, bahwa saya akan melakukan studi kasus foot spa
6
spa diabetic yang bertujuan untuk membuat kaki diabetic yang bertujuan untuk membuat kaki menjadi
menjadi lebih rileks, melancarkan sirkulasi darah lebih rileks, melancarkan sirkulasi darah perifer pada
perifer pada kaki sehingga dapat mencegah kaki sehingga dapat mencegah kompikasi diabetic foot
kompikasi diabetic foot ulcer. ulcer.
Disini saya akan melanjutkan tindakan yang Disini saya akan melanjutkan tindakan yang sudah
sudah kita lakukan kemarin yaitu melakukan kita lakukan kemarin yaitu melakukan tindakan foot
tindakan foot spa diabetic. Sebelum tindakan spa diabetic. Sebelum tindakan dimulai apakah ibu
dimulai apakah ibu masih bersedia menjadi masih bersedia menjadi responden pada penelitian
responden pada penelitian ini? (Tn.E mengatakan ini? (Tn.F mengatakan masih bersedia menjadi
masih bersedia menjadi responden) dan apakah responden) dan apakah ada yang ingin bapak
ada yang ingin bapak tanyakan? (Tn.E tanyakan? (Tn.F mengatakan tidak ada pertanyaan)
mengatakan tidak ada pertanyaan)
Hari Kedua Fase Intraksi
Fase Intraksi Klien Tn.E Klien Tn.F
Persiapan Alat Perawat mempersiapkan alat-alat yang akan Perawat mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
digunakan dalam foot spa diabetic meliputi produk dalam foot spa diabetic meliputi produk perawatan
perawatan (sabun, oil massage), handuk (sabun, oil massage), handuk kecil/washlap, bak
kecil/washlap, bak peredaman kaki, sikat, peredaman kaki, sikat, handscoon, masker, alat
handscoon, masker, alat pemotong dan pengikir pemotong dan pengikir kuku.
kuku.
Persiapan Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi klien, Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi klien,
klien dimana klien lebih nyaman saat posisi semifowler. dimana klien lebih nyaman saat posisi fowler. Perawat
Perawat mengangkat sedikit pakaian bagian bawah mengangkat sedikit pakaian bagian bawah (celana) dan
(celana) dan membebaskan kaos kaki klien untuk membebaskan kaos kaki klien untuk memudahkan
memudahkan tindakan. tindakan.
Persiapan Perawat mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu Perawat mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu dan
Lingkungan dan perawat menjaga privasi klien saat dilakukan perawat menjaga privasi klien saat dilakukan tindakan
tindakan foot spa diabetic foot spa diabetic
6
Persiapan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu dan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu dan
perawat menggunakan pelindung diri berupa handscoon, menggunakan pelindung diri berupa handscoon,
memakai masker, celemek. memakai masker, celemek.
yang telah dipotong dengan menggunakan 3. Foot massage (pemijatan kaki diabetes)
pengikir kuku
□ Perawat memberi oil massage pada kedua kaki
klien
3. Foot massage (pemijatan kaki diabetes)
□ Melakukan pemijatan pada kedua kaki, dengan
□ Perawat memberi oil massage pada kedua pijatan usapan yang lembut dengan sedikit
kaki klien tekanan dengan tujuan untuk meningkatkan
□ Melakukan pemijatan pada kedua kaki, kelancaran aliran darah pada kaki.
dengan pijatan usapan yang lembut dengan □ Keringkan kaki klien dengan handuk atau
sedikit tekanan dengan tujuan untuk washlap
meningkatkan kelancaran aliran darah pada □ Perawat merapikan alat-alat
kaki.
□ Keringkan kaki klien dengan handuk atau
washlap
□ Perawat merapikan alat-alat
Objektif : Objektif :
□ Klien terlihat nyaman saat diberikan tindakan □ klien terlihat nyaman saat diberikan tindakan foot
foot spa diabetic spa diabetic
□ Kulit kaki klien teraba lembab, kulit kaki tidak □ kulit klien teraba lembab dan kulit tidak kering,
kering, kulit kaki tampak bersih dan wangi. kulit kaki tampak bersih dan wangi
7
□ Kuku kaki klien tampak sudah terpotong rapi □ kuku kaki klien tampak terpotong rapi dengan arah
dengan arah lurus, kuku yang menbal tampak lurus, kuku kaki yang menebal tampak berkurang
berkurang □ akral teraba hangat
□ Akral klien teraba hangat
Kontrak yang Perawat berpamitan serta memberi edukasi untuk Perawat berpamitan serta memberi edukasi untuk
akan datang melakukan tindakan yang telah dilakukan. Jika melakukan tindakan yang telah dilakukan. Jika klien
klien merasakan kulit kaki kering, kesemutan merasakan kulit kaki kering, kesemutan kembali, maka
kembali, maka bisa dilakukan penerapan foot spa bisa dilakukan penerapan foot spa diabetic
diabetic
Rencana Perawat menganjurkan klien untuk sering Perawat menganjurkan klien untuk sering melakukan
Tindak Lanjut melakukan foot spa diabetic dirumah foot spa diabetic dirumah
Pada tahap ini penulis melakukan evaluasi secara keseluruhan hasil dari penerapan foot spa diabetic, evaluasi dilakukan
dari hasil pertama hingga hari kedua kegiatan. Hasil evaluasi tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini:
B. Pembahasan
1. Gambaran karakteristik klien penyandang diabetes mellitus di Balai
Asuhan Keperawatan Medical Bedah Alfacare Center Bengkulu
Penerapan ini dilakukan di Balai Asuhan Keperawatan Medical
Bedah Alfacare Center Bengkulu. Sampel yang diberikan penerapan
berjumlah 2 orang. Data primer klien didapatkan langsung dari klien dan
keluarga dengan metode wawancara dan observasi, sedangkan untuk data
sekunder didapat dari rekam medis klien yang terdapat di Balai Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu guna untuk
mendukung penerapan ini.
Terdapat dua klien yang dilakukan pengkajian yaitu, seorang klien
laki-laki Tn. E berusia 56 tahun, beragama islam, berpendidikan SMP,
bekerja sebagai nelayan, sudah menikah, bersuku kaur, dan tinggal di
Tanjung Iman, Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur, kemudian
pada seorang klien laki-laki Tn.F berusia 52 tahun, beragama islam,
pendidikan SMA, bekerja sebagai wiraswasta, bersuku Kaur, dan tinggal
di Cahaya Batin, Kecamatan Semidang Gumay, Kabupaten Kaur.
Glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya
aliran darah atau penyakit vaskular perifer sehingga aliran darah ke kaki
dan betis menjadi tidak cukup (Tambayong, 2000). Berkurangnya suplai
darah, kesemutan, rasa tidak nyaman di area kaki dalam jangka lama
dapat mengakibatkan kematian jaringan. Pada keadaan ini akan
mengakibatkan penyumbatan vaskular dan gangren pada ekstremitas,
sehingga menyebabkan luka kaki diabetes (diabetic foot ulcer) yang dapat
berujung pada amputasi.
Pencegahan supaya tidak terjadi amputasi sebenarnya sangat
sederhana, tetapi sering terabaikan. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah kepatuhan klien dalam perawatan atau mengatur dirinya
untuk mengontrol kadar glukosa darah melalui kedisiplinan diet,
7
kuku kaki menebal, kuku berwarna sedikit kekuningan, kuku kaki keras,
dan Tn.F mengeluh kaki sering terasa kesemutan tiba-tiba.
Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus utama yang muncul
pada penyandang diabetes mellitus Tn.E dan Tn.F dalam penerapan ini
adalah risiko gangguan integritas kulit. Definisi risiko gangguan integritas
kulit adalah berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen) (SDKI, 2016). Diagnosa
ini ditegakkan karena diagnosa keperawatan merupakan pernyataan
respon aktual atau pontensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya
Dalam mengatasi resiko gangguan integritas kulit maka perawat
melakukan pemberian penerapan foot spa diabetic sebagai terapi
pendamping pada klien diabetes mellitus. Salah satu cara untuk
menigkatkan sirkulasi darah yaitu dengan foot spa diabetic yang terdiri
dari berbagai macam kegiatan yaitu skin cleansing yaitu pembersihan
dengan menggunakan sabun mandi bayi yang lembut dan ringan,
pedicure yaitu pemotongan dan pengikisan kuku jika responden memiliki
kuku yang sedang panjang dan terakhir adalah foot massage yaitu
pemijatan superfisial pada kaki untuk meningkatkan sirkulasi darah
(Affiani, 2017).
Menurut Djafar dkk (2019) foot spa diabetic dapat meningkatkan
sirkulasi darah perifer, semakin sering dilakukan foot spa diabetic maka
sirkulasi darah perifer akan semakin baik, sehingga dapat mencegah
komplikasi dari diabetes mellitus. Maka dari itu peneliti tertarik
menggunakan penerapan foot spa diabetic sebagai terapi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetic foot ulcer.
Sebelum melakukan penelitian, perawat menyiapkan bahan dan
alat 3 hari sebelum penerapan. Bahan yang digunakan adalah Handscoon,
7
Masker, celemek, Sabun gentle antiseptic non toksik atau sabun bayi,
Baskom berisi air, Sikat lembut (sikat gigi/sikat khusus kaki), 1 Handuk,
1 washlap, Tang kuku/pemotong kuku, Oil massage dan Lotion.
on Blood Glucose Levels, Foot Sensitivity and the Ankle Brachial Index
in Patients with Diabetes Mellitus dan jurnal pendukung lainnya.
klien teraba lembab dan kulit tidak kering, kulit kaki tampak bersih dan
wangi, kuku kaki klien tampak terpotong rapi dengan arah yang lurus,
dan kuku kaki yang menebal tampak berkurang serta akral teraba
hangat.
Pada hari terakhir pertemuan perawat berpamitan kepada klien
dimana Tn. E dan Tn.F mengatakan sangat senang kepada perawat
karena sudah mengajarkan tindakan penerapan foot spa diabetic untuk
mencegah komplikasi kaki diabetik dan melancarkan sirkulasi darah,
sekaligus yang merawatnya. Perawat juga memberikan edukasi untuk
melakukan foot spa diabetic dan menganjurkan klien untuk melakukan
tindakan tersebut jika klien merasakan kulit kering serta kaki sering
kesemutan kembali.
C. Keterbatasan
A. KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus penerapan foot spa diabetic pada Tn. E dan Tn. F
dengan masalah resiko kerusakan integritas kulit pada penyandang diabetes
mellitus yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik Tn.E ialah seorang klien laki-laki berusia 56 tahun, beragama
islam, pendidikan SMP, bekerja sebagai nelayan, bersuku Kaur, dan tinggal
di Tanjung Iman, Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur, dan pada Tn.F
Seorang klien laki-laki berusia 52 tahun, beragama islam, pendidikan SMA,
bekerja sebagai wiraswasta, bersuku Kaur, dan tinggal di Cahaya Batin,
Kecamatan Semidang Gumay, Kabupaten Kaur.
2. Fase Prainteraksi Tn.E dan Tn.F dimulai dari mengumpulkan data dengan
membaca status klien dan melakukan pengkajian dengan wawancara dan
observasi. Lalu peneliti membuat rencana pertemuan, menyiapkan alat, serta
mempersiapkan lingkungan senyaman mungkin dan menjaga privacy klien.
3. Pada fase orientasi peneliti melakukan salam terapeutik, evaluasi validasi
serta informed consent, menjelaskan bahwa penerapan foot spa diabetic
bertujuan menyehatkan kulit kaki, melancarkan dan meningkatkan sirkulasi
darah, menghilangkan kepenatan atau membuat kaki menjadi lebih rileks
(rileksasi), melembutkan bagian kulit yang kasar, membersihkan kulit yang
keras yang berada disekitar kuku dan tumit kaki membersihkan kotoran-
kotoran kuku,dan menguatkan bantalan kuku. Penerapan yang dilakukan
dengan benar dapat mencegah kompliasi kaki diabetik yang dapat berujung
pada amputasi. Tindakan ini dilakukan selama seminggu sekali dalam 2
minggu dan dilakukan pengukuran nilai ABPI sebagai bahan evaluasi untuk
81
8
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Affiani. 2017. Efektivitas Spa Kaki Diabetik terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada
Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokromo
Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, vol 10, no 1, 120-129
Bakker. 2005. The Year On The Diabetic Foot. Diabetic Voice. Vol.50
Black, J. M & Hawks, Jane Hokanson.. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Jilid 3. Elsevier. Singapura : PT Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 12. Jakarta: EGC.
Djafar, Rizkan Halalan, Busjra M. Nur dan Rohman Azzam. 2019. Efektifitas Foot
Spa Diabetic terhadap Nilai Ankle Brachial Index pada Klien Diabetes
Melitus Tipe II. Jurnal Keperawatan Silampari. Vol 3, no 1.
Erika M artining Wardani, Chilyatiz Zahroh and Nur Ainiyah.2019. Diabetic Foot
Spa Implementation in Early Neuropathy Diagnosis Based on Blood Glucose
Levels, Foot Sensitivity and the Ankle Brachial Index in Patients with
Diabetes Mellitus. Jurnal Ners vol. 14, no 1
Internasional Diabetes Federation (IDF). 2019. IDF diabetes Atlas Ninth Edition,
Internasional Diabetes Federation (IDF)
84
8
Purwanto, B. (2014). Spa Kaki Diabetesi (Layanan Estetika pada Kaki Penderita
Kencing Manis). Yogyakarta: Gava Medika
Price, S.A, Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Ratnawati, Diah, Sang Ayu Made Adyani, dan Ritanti. 2020. Efektifitas Kombinasi
Terapi Foot Spa dan Bueger’s Allen Exercise terhadap Nilai Ankle Brachial
Index pada Lansiadengan Diabetes Mellitus. Jurnal JKFT: Universitas
Muhamadiyah Tangerang. vol 5, no 1.
Riskesdas. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses dari
http://www.pusdatin.kemkes.go.ig
Suraoka. 2017. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Brunner & Suddarth’s Textbook of
medical surgical nursing . Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
8
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 .Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Waspadji S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
SOP PENERAPAN FOODSPA DIABETIC
Definisi Perawatan kaki dan jari-jari kaki beserta kuku-kukunya yang dilakukan
sebagai bagian dari perawatan spa bagi penyandang diabetes mellitus
i.
Keringkan kaki klien dengan handuk atau washlap.
Rapikan alat-alat
D. Fase terminasi
Evaluasi subjektif dan objektif
Menanyakan bagaimana perasaan klien setelah dilakukan foot spa diabetic
Rencana tindakan lanjut
Akandilakukantindakanfootspadiabeticpadahari selanjutnya
Kontrak yang akan dating
Mengkontrak waktu kapan akan dilakukan tindakan foot spa diabetic
FOTO KEGIATAN
Pada Tn.E
Pada Tn.F
PENGKAJIAN STATUS KAKI DIABETES
I. Data Umum
Nama : .................................... Jenis kelamin : Lk / Pr
Usia : ....................................
Pendidikan Terakhir : ....................................
Pekerjaan : ....................................
Alamat : ....................................
Berat badan : ....................................
Tinggi badan : ....................................
II. Anamnesis
□ Keluhan utama sekarang:
...........................................................................................
...........................................................................................
□ Riwayat kesehatan keluarga:
...........................................................................................
□ Riwayat amputasi
1. Kiri : bawah lutut/atas lutut/jari ke...../ transmetatarsal, tahun.....
2. Kanan : bawah lutut/atas lutut/jari ke...../ transmetatarsal, tahun.....
Kanan Kiri
Medsos : IG Bellasamyaa
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 16 Kabupaten Seluma
2. SMP Negeri 5 Kabupaten Seluma
3. SMA Negeri 6 Kota Bengkulu