Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PERAWATAN
TELAGA DEWA KOTA BENGKULU

OLEH:

INTAN SEFTI ZAHRA


NIM: P051302180

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN GIZI
TAHUN 2022
PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PERAWATAN
TELAGA DEWA KOTA BENGKULU

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar


Program Studi Sarjana Terapan Gizi Dan Dietetika
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

OLEH:

INTAN SEFTI ZAHRA


NIM: P051302180

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN GIZI
TAHUN 2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PERAWATAN
TELAGA DEWA KOTA BENGKULU

Yang Dipersiapkan dan Dipresentasikan oleh:

INTAN SEFTI ZAHRA


NIM: P051302180

Proposal Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk di Presentasikan di


Hadapan Tim Penguji Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Jurusan Gizi

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing I, Pembimbing II,

Desri Suryani, SKM., M.Kes Yunita SKM., M.Gizi


NIP. 197312051996022001 NIP. 19750626199032006

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayahnyalah serta kemudahan yang telah diberikan sehingga penulis dapat

penyusunan dan menyelesaikan Proposal Skripsi Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Perawatan

Telaga Dewa Kota Bengkulu. Penyusunan Proposal Skripsi ini diajukan sebagai

syarat menyelesaikan Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika.

Dalam penulisan Proposal Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

masukkan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:

1. Eliana, SKM., MPH sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

2. Anag Wahyudi, S.Gz., MPH sebagai Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Bengkulu.

3. Tetes Wahyu, SST., M.Biomed sebagai Ketua Prodi Terapan Gizi dan

Dietetika Jurusan Gizi Polekkes Kemenkes Bengkulu.

4. Desri Suryani, SKM., M.Kes sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk mengoreksi, memberikan masukan dan saran serta motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Skripsi.

5. Yunia SKM., M.Gizi sebagai Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk

dan arahan dalam menyelesaikan Proposal Skripsi.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak agar

penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal dimasa yang akan datang. Semoga

iv
Proposal Skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi

perkembangan pengetahuan bidang gizi.

Bengkulu, Februari 2022

Intan Sefti Zahra

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
........................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kehamilan .............................................................................. 7
B. Anemia ................................................................................... 8
1. Definisi Anemia .............................................................. 8
2. Anemia Dalam Kehamilan ............................................. 9
a. Definisi Anemia Dalam Kehamilan .......................... 9
b. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan ..................... 11
c. Tahapan Anemia ....................................................... 13
d. Bahaya Anemia Dalam Kehamilan .......................... 14
e. Pencegahan Anemia Kehamilan ............................... 14
C. Pendidikan ............................................................................. 15
D. Paritas .................................................................................... 16
E. Usia Ibu Hamil ....................................................................... 17
F. Asupran Zat Besi (Fe) ............................................................ 19
G. Kerangka Teori ...................................................................... 21
H. Hipotesis Penelitian ............................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 22
C. Kerangka Konsep ................................................................... 22
D. Variabel Penelitian ................................................................. 23
E. Definisi Operasional .............................................................. 23
F. Populasi dan Sampel .............................................................. 24
G. Instrument Penelitian ............................................................. 25
H. Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 25

vi
I. Analisis Data .......................................................................... 27
J. Etika Penelitian ...................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................


LAMPIRAN .................................................................................................

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ....................................................................... 5


Tabel 2.1 Sumber Makanan Zat Besi (Fe) .................................................... 20
Tabel 2.2 Nilai Zat Besi dalam sumber makanan (mg/100 gram) ................ 20
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 21

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 21


Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 22

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ...............................................................

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penurunan angkat kematian ibu merupakan indikator keberhasilan

pembangunan dalam bidang kesehatan.  Menurut laporan WHO (2020), di

seluruh dunia pada tahun 2019 terdapat kematian ibu sebesar 210 jiwa per

100.000 persalinan hidup, hal ini mengalami penurunan dibandingkan pada

tahun 2018 yang sebesar 400 jiwa per 100.000 persalinan hidup dan sebesar

320 jiwa per 100.000 persalinan hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perdarahan, preeklampsia, dan infeksi.

Selain itu, penyebab kematian ibu secara tidak langsung antara lain gangguan

pada kehamilan seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Energi Kronis

(KEK), dan anemia. Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan

kadar hemoglobin dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering

disebut dengan kurang darah, kadar sel darah merah di bawah nilai normal

(Rukiyah, 2019).

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena

mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan

pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia

kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensi

membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian

serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Astuti dan

Ertiana, 2018).

1
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami

hemodilusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40%

yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu (Putri dkk, 2022).

Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan Hemoglobin sekitar 19%.

Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya

hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan

menjadi 9,5 sampai 10 gr% (Milah, 2019).

Menurut WHO (2020) dari tahun 2018 sampai tahun 2019 di seluruh

dunia frekuensi terjadinya anemia dalam kehamilan dapat dikatakan cukup

tinggi yaitu berkisar antara 64%. Sedangkan di Indonesia berdasarkan survei

yang dilakukan sejumlah fakultas kedokteran di beberapa universitas di

Indonesia pada tahun 2019 menemukan 50%-63% ibu hamil menderita anemia.

Tak hanya survei tersebut yang memaparkan ancaman anemia di Indonesia,

penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada tahun yang sama

menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan

kematian hingga 300 jiwa per hari (Kemenkes RI, 2020).

Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 menunjukkan bahwa

prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70% mengalami anemia

sedangkan di Provinsi Bengkulu jumlah ibu hamil yang mengalami anemia

sebesar 69% (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2019). Data yang diperoleh pada

bulan Desember 2021 dari 704 ibu hamil yang diperiksa Hb menunjukkan

terdapat 17 orang ibu hamil yang anemia (2,4%). Dan dari hasil survei awal

2
yang dilakukan pada 10 sampel, didapatkan 8 sampel yang mengalami anemia

dengan kadar Hb kurang dari 12 gr/dl.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Perawatan Telaga

Dewa Kota Bengkulu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka

peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada

hubungan usia ibu, paritas, pendidikan ibu, asupan Fe, asupan protein, asupan

vitamin C dan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil (usia ibu hamil, paritas,

pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C

dan status gizi) di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

b. Mengetahui gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

c. Mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

3
d. Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

e. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

f. Mengetahui hubungan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

g. Mengetahui hubungan asupan protein dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

h. Mengetahui hubungan asupan vitamin C dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

i. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan

khususnya mahasiswa jurusan gizi tentang faktor-faktor penyebab terjadinya

anemia pada ibu hamil.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat,

terutama ibu hamil untuk selalu aktif dan berperan serta dalam melakukan

tindakan pencegahan serta penanggulangan pada ibu hamil yang mengalami

kejadian anemia.

4
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau

sebagai pembanding bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian

berikutnya yang berkaitan dengan penyebab penyakit anemia pada ibu

hamil.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di

Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu dan diharapkan dapat

menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai kejadian anemia

pada ibu hamil.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Desain Variabel Variabel Hasil


Dan Tahun Penelitian Penelitian Independen Dependen
Wasfaedy, A Faktor-Faktor Cross Pengetahuan, Anemia Terdapat hubungan
2020 Yang Sectional Pola Makan signifikan antara faktor
Berhubungan dan Jarak tingkat pengetahuan ibu
Dengan Kehamilan dengan kejadian anemia
Kejadian pada ibu hamil,
Penyakit Terdapat
Anemia Pada hubungan antara faktor
Ibu Hamil Usia pola makan dengan
Kehamilan 1-3 kejadian anemia pada
Bulan Di ibu hamil dan terdapat
Wilayah Kerja hubungan antara faktor
Puskesmas jarak kehamilan dengan
Bontomarannu kejadian anemia pada
Kabupaten ibu hamil.
Gowa
Fadli, 2019 Analisis Faktor Correlational Ibu Hamil dan Anemia ada hubungan antara
Penyebab Design Kadar faktor pengetahuan
Kejadian Hemoglobin terhadap kejadian
Anemia Pada anemia (p 0,001); ada
Ibu Hamil hubungan antara faktor
kunjungan antenatal
care terhadap kejadian
anemia (p 0,003); ada
hubungan
antara faktor kecukupan
konsumsi tablet Fe

5
terhadap kejadian
anemia (p 0,009).
Sedangan hasil uji
multiple logistic
regression diperoleh
hasil bahwa faktor
kecukupan konsumsi
tablet Fe yang paling
berpengaruh (OR 9,221)
Riyanto, 2012 Faktor-Faktor Cross Konseling, Anemia Hasil analisis multivarit
Yang Sectional Konsumsi menyimpulkan bahwa
Berhubungan Tablet Fe dan faktor-faktor yang
Anemia Ibu Pengetahuan berhubungan dengan
Hamil Di kejadian anemia ibu
Kabupaten hamil adalah konseling
Lampung Timur oleh petugas kesehatan
(POR 3,428; p=0,002),
konsumsi Fe
(POR=2,683; 0,003)
dan pengetahuan POR=
2,103; p=0,033).
Willy, A 2017 Kejadian Cross Ibu Hamil, Anemia Adanya hubungan
Anemia Pada Sectional Paritas dan antara kejadian anemia
Ibu Hamil Usia pada ibu hamil dengan
Ditinjau Dari paritas (p value 0,023)
Paritas dan Usia dan usia (p value 0,028)
Indri, R, 2016 Faktor-Faktor Cross Status Gizi, Anemia ada hubungan yang
Yang Sectional Tingkat bermakna antara status
Berhubungan pengetahuan, gizi dengan kejadian
Dengan Paritas, Jarak anemia (p= 0,004),
Kejadian Kehamilan terdapat hubugan yang
Anemia Pada bermakna antara tingkat
Ibu Hamil Di pengetahuan dengan
Puskesmas anemia (p= 0,018),
Lubuk Buaya terdapat hubungan yang
Padang Tahun bermakna antara paritas
2015 dengan kejadian anemia
(p= 0,043), dan terdapat
hubungan yang
bermakna antara jarak
kehamilan dengan
kejadian anemia (p=
0,001).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami wanita. Kehamilan

merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi

pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm atau cukup bulan untuk lahir. Masa

kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu) dan terbagi dalam 3

triwulan. Triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai kehamilan usia

3 bulan. Triwulan kedua dimulai dari bulan ke-4 sampai 6 bulan, sedangkan

triwulan ketiga dimulai dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Ernawati, 2018).

Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis dan alamiah, dimana

setiap perempuan yang memiliki organ reproduksi sehat, telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat

maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Kehamilan juga dikenal

sebagai gravida atau gestasi adalah waktu dimana satu atau lebih bayi

berkembang di dalam seorang wanita. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

yaitu:

1. Trimester Pertama (1-12 minggu)

Trimester pertama adalah dari minggu pertama sampai 12 dan termasuk

pembuahan. Pembuahan adalah ketika sperma membuahi sel telur kemudian

berjalan ke tuba falopi dan menempel ke bagian dalam rahim, dimana ia

mulai membentuk janin dan plasenta.

7
2. Trimester Dua (13-28 minggu)

Trimester kedua adalah dari minggu ke-13 hingga ke-28. Sekitar

pertengahan trimester kedua, pergerakan janin bisa terasa.

3. Trimester tiga (29 – 40 minggu)

Trimester ketiga adalah dari 29 minggu sampai kira-kira 40 minggu dan

diakhiri dengan bayi lahir. Pada trimester tiga seluruh uterus terisi oleh bayi

sehingga tidak bebas bergerak/berputar banyak (Ernawati, 2018).

B. Anemia

1. Definisi Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) atau

jumlah eritrosit lebih rendah dari kadar normal. Pada wanita hamil

dikatakan mengalami anemia jika kadar Hb < 11 g/dl (Amini dkk, 2018).

Menurut Astriana (2017) mengatakan anemia adalah suatu keadaan dimana

tubuh memiliki jumlah sel daerah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang

mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk

membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurangnya nutrisi yang

dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah yang mengakibatkan

penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Alamsyah, 2020).

Anemia merupakan penurunan kapasitas darah dalam membawa

oksigen yang disebabkan oleh penurunan jumlah sel darah merah atau

berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah (Iriyanti,

2014). Anemia adalah suatu kondisi atau keadaan ditandai dengan

8
penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau jumlah sel darah merah

(Sjahriani, 2019).

Kemungkinan dasar penyebab anemia adalah penghancuan sel daerah

merah yang berlebihan. Biasanya disebut anemia hemolitik, muncul saat sel

darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah

normalnya 120 hari, pada anemia hemolitik umur sel daerah merah lebih

pendek). Sum-sum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi

kebutuhan tubuh akan sel darah merah. Hal ini akan disebabkan berbagai

penyebab, kadangkala infeksi dan obat-obatan (antibiotik dan anti kejang)

dapat sebagai penyebab. Kehilangan darah sedikit dalam jangka lama seperti

perdarahan dari inflammatory bowerl disease (IBD) juga dapat

menyebabkan anemia. Produksi sel darah merah yang tidak optimal ini

terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darah merah dalam

jumlah cukup (Priyanti dkk, 2020).

2. Anemia Dalam Kehamilan

a. Definisi Anemia Dalam Kehamilan

Menurut Priyanti, dkk (2020) menyebutkan bahwa anemia dalam

kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11

gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr%. Menurut WHO

(World Health Organization) anemia dalam kehamilan didefinisikan

sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl (Irianti dkk, 2015).

Anemia defisiensi zat besi adalah penurunan jumlah sel darah merah

dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit.

Anemia dalam kehamilan dapat diartikan ibu hamil yang

mengalami defisiensi zat besi dalam darah. Selain itu anemia dalam

9
kehamilan dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin (Hb) <11 gr% pada trimester I dan II, sedangkan pada

trimester II kadar hemoglobin <10,5 gr% (Reni & Dwi, 2018).

Anemia yang sering diderita oleh ibu hamil adalah anemia

defisiensi besi. Ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi pada

umumnya hanya memberi sedikit besi pada janin yang dibutuhkan untuk

kebutuhan metabolisme besi yang normal. Besi merupakan komponen

utama dari hemoglobin dan penting untuk fungsi yang tepat. Gejala awal

anemia defisiensi besi berupa:

1) Badan lemah

2) Lelah

3) Kurang energi

4) Kurang nafsu makan

5) Daya konsentrasi menurun

6) Sakit kepala

7) Mudah terinfeksi penyakit

8) Stamina tubuh menurun

9) Pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk.

10) Wajah

11) Selaput lendir

12) Kelopak mata

13) Bibir dan kuku penderita tampak pucat.

Jikalau anemia berat, ibu bisa sesak nafas bahkan lemah jantung

(Defroyati, 2012).

10
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi

besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling

berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi,

diantaranya 30 mg untuk janin dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit

ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg

besi/hari (Amini dkk, 2018).

b. Klasifikasi Anemia Dalam kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut (Priyanti, 2020)

sebagai berikut:

1) Anemia defisiensi zat besi

Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.

Anemia ini terjadi pada sekitar 62,3% pada kehamilan, merupakan

anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini

disebabkan oleh kurang masuknya unsur zat besi dan makanan karena

gangguan resorpsi, gangguan atau kena besi keluar terlampau banyak

dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah

dalam kehamilan terutama pada trimestera terakhir. Keperluan zat besi

untuk wanita hamil 17 mg.

2) Anemia megaloblastik

Anemia ini terjadi disekitar 29% pada kehamilannya. Biasanya

disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi

vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan.

11
3) Anemia hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh sum-sum tulang kurang

mampu membuat sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada sekitar

8% kehamilan, etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum

diketahui dengan pasti biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan,

apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas maka anemia akan

sembuh dengan sendirinya.

4) Anemia hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan

sel darah merah yang lebih cepat daripada pembuatannya. Gejala

utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,

kelelahan, kelemahan serta gejala komplikasi bila terjadi pada organ-

organ vital. Anemia ini terjadi pada sekitar 78% kehamilan.

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat

digolongkan sebagai berikut:

Hb 11 gr% : Tidak anemia

Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

Hb 7-8 gr% : Anemia sedang

Hb <7 gr% : Anemia berat (Prianty dkk, 2020)

c. Tahapan Anemia

Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat

besi dan biasanya terjadi secara bertahap.

12
1) Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam

tubuh terutama di sum-sum tulang.

2) Stadium 2

Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan

membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.

3) Stadium 3

Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.

4) Stadium 4

Sum-sum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi

dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah

merah baru yang sangat kecil (mikrositik).

5) Stadium 5

Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia akan timbul

gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.

Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah, janin dan

plasenta. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan

kebutuhan Fe (zat besi) (Priyanti dkk, 2020).

d. Bahaya Anemia Dalam Kehamilan

Pengaruh anemia pada kehamilan, risiko pada masa antenatal: berat

badan berkurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia

intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

intrantal, shock dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.

13
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus: premature,

apgar scor rendah, gawat janin.

Bahaya pada trimester II dan trimester III anemia dapat

menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum,

gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai

kematian, gestosisdan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis

hingga kematian ibu (Priyanti dkk, 2020).

e. Pencegahan Anemia Kehamilan

Untuk mencegah anemia pada kehamilan yaitu makan makanan

yang tinggi kandungan zat besi seperti:

1) Sayuran berdaun hijau

2) Daging merah

3) Sereal telur

4) Ikan

5) Kacang tanah dan

6) Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari

Selain itu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak

mengandung vitamin C dan A (buah dan sayuran) untuk membantu

penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb (Amini dkk,

2018).

C. Usia Ibu Hamil

Menurut Prianty dkk (2020) yang mengatakan bahwa usia adalah satuan

waktu yang mengukur waktu keberadaan benda atau makhluk, baik yang hidup

maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur

14
sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung, oleh karena itu umur tersebut

diukur tariknya lahir hingga tarikh semasa (semasa kini). Pembagian usia ibu

dikategorikan sebagai berikut < 20 tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun.

Usia ibu hamil digolongkan menjadi dua yaitu berisiko dan tidak

berisiko. Usia berisiko maksudnya usia ibu hamil mempunyai resiko tinggi jika

mengalami kehamilan yaitu umur terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (>

35 tahun). Usia tidak berisiko maksudnya usia ibu yang dianjurkan untuk

mengalami kehamilan yaitu usia 20-35 tahun (Ernawati, 2018).

Berdasarkan usia ibu di atas masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan

dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang sehat, terutama pada usia

muda. Anemia pada ibu hamil diperberat bila hamil pada usia < 20 tahun,

karena ibu muda tersebut membutuhkan zat besi lebih banyak untuk keperluan

pertumbuhan diri sendiri serta bayi yang dikandungnya. Resiko kematian pada

kelompok umur di atas 35 tahun adalah tiga kali lebih tinggi dari kelompok

umur reproduksi sehat.

Kehamilan di usia muda terjadi karena pernikahan dilakukan pada usia

muda. Djamilah dan Kartikawati menyatakan bahwa dampak signifikan dari

pernikahan usia muda adalah ibu muda tidak tahu atau tidak memahami

masalah kehamilan. Ibu tidak memahami kebutuhan gizi bagi ibu hamil.

Kondisi ini dapat menyebabkan anak yang dilahirkan kekurangan gizi yaitu

bayi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR). Sementara saat kehamilan

di usia 35 tahun atau lebih cenderung meningkat. Kondisi ini kemungkinan

disebabkan semakin berkembangnya bidang pendidikan dan lapangan

15
pekerjaan kaum wanita. Wanita yang berpendidikan tinggi berupaya mencari

kerja untuk mengaktualisasikan diri, akhirnya banyak wanita yang terlambat

untuk berkeluarga (Ernawati, 2018).

D. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021)

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempuranaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang

berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola makannya. Apabila pola

makanannya tercukupi, maka ibu hamil dapat terhindar dari anemia (Priyanti

dkk, 2020).

Pendidikan merupakan proses komunikasi yang di dalamnya terkandung

suatu proses transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-

keterampilan, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar sekolah, di

lingkungan masyarakat, di lingkungan keluarga dan pembelajarannya

berlangsung sepanjang hayat (long life learning) dari satu generasi ke generasi

lainnya (Hasan, 2021).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Siregar dkk, 2021).

16
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021,

disebutkan bahwa tingkat pendidikan terdiri atas :

1. Pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP

2. Pendidikan menengah, yaitu SMA

3. Pendidikan tinggi, yaitu perguruan tinggi

E. Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran hidup atau mati dengan usia kehamilan

36 minggu ke atas yang pernah dialami ibu. Paritas 1-3 merupakan paritas yang

baik untuk kesehatan ibu maupun janin yang ada dalam kandungan. Ibu hamil

yang paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali besar untuk mengalami

anemia dibanding yang paritas rendah (Ramadini, 2016).

Paritas atau jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik yang hidup

ataupun yang mati. Paritas dikatakan tinggi bila melahirkan anak ke empat atau

lebih. Anak dengan urutan paritas yang lebih tinggi seperti anak kelima atau

lebih kemungkinan menderita gangguan zat besi lebih besar. Paritas 2 sampai 3

merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maupun kesehatan

ibu dan bayinya. Paritas 4 mempunyai resiko tinggi terkena anemia. Hal ini

disebabkan karena jumlah kelahiran (paritas) yang banyak dapat

mempengaruhi keadaan kesehatan ibu sehingga ibu mudah terkena anemia

(Amini, 2018).

Paritas yang terlalu banyak dapat menjadi penyebab munculnya

permasalahan terutama kaitannya dengan kesehatan. Terjadinya kehamilan

disertai persalinan secara terus menerus berakibat pada semakin tergerusnya

pembuluh darah pada dinding rahim disertai dengan semakin hilangnya

17
elastisitas jaringan akibat peregangan pada masa kehamilan hingga persalinan.

Kerusakan pada jaringan tubuh memungkinkan timbulnya kelainan dalam

kandungan ibu yang akan sangat mempengaruhi kondisi letak janin atau

plasenta pada ibu yang dapat mengganggu pertumbuhan janin. Terganggunya

pertumbuhan janin dalam kandungan ibu membuat ibu melahirkan bayi yang

kurang sehat (Kurniawan, 2019).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu

menghasilkan janin, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas dibedakan

dalam tiga kategori, yaitu:

1. Paritas primigravida yaitu seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.

2. Paritas multigravida yaitu seorang wanita yang sudah hamil dua sampai tiga

kali.

3. Grandemultigravida yaitu wanita yang hamil untuk keempat kalinya atau

lebih kendati tidak selalu melahirkan bayi yang hidup pada kehamilan

berikutnya (Priyanti dkk, 2020).

F. Asupan Zat Besi (Fe)

Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk

hemoglobin (Hb). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada

dalam bentuk hemoglobin mioglobin, atau cytochrom. Untuk memenuhi

kebutuhan guna pembentukan hemoglobin, sebagian besar zat zat besi yang

berasal dari pemecahan sel darah merah akan dimanfaatkan kembali baru

18
kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan (Rahmiyanti,

2018).

Besi (Fe) merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan tubuh.

Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap

gizi ibu hamil merupakan predisposisi terjadinya anemia. Penyebab anemia

gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena

gangguan reabsorbsi, gangguan pencernaan atau terlampau banyaknya besi

keluar misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe

meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-

300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil 1040 mg.

Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk

pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan

20 mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester I

relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama

trimester III yaitu 6,3 mg sehari (Priyanti dkk, 2020).

Tabel 2.1 Sumber Makanan Zat Besi (Fe)


Berat Berat
Sumber Makanan Sumber Makanan
(gram) (gram)
Tempe 50 Bayam 100
Kacang Hijau 25 Kangkung 100
Kacang Merah 25 Daun Singkong 100
Udang 50 Daging Ayam 50
Hati Sapi 50 Daun Katuk 100
Pisang Ambon 75 Sawi 100

19
Tabel 2.2 Nilai Zat Besi dalam sumber makanan (mg/100 gram)
Nilai Zat Sumber
Sumber Makanan Nilai Zat Besi
Besi Makanan
Tempe 10,0 Bayam 3,9
Kacang Hijau 6,7 Kangkung 2,5
Kacang Merah 5,0 Daun Singkong 2,0
Udang 8,0 Daging Ayam 1,5
Hati Sapi 6,6 Daun Katuk 2,7
Pisang Ambon 0,5 Sawi 2,9
(Sumber: Almatsier, 2010)

G. Asupan Protein

1. Pengertian

Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, yang berarti yang

utama atau yang didahulukan. Protein merupakan polimer yang panjang dari

gabungan asam-asam amino yang bergabung melalui ikatan peptida.

Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah karbon

55%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, sulfur 1% dan kurang dari

1% fosfor (Sumbono, 2021).

Protein adalah biomakromolekul berukuran besar yang tersusun dari

unit-unit asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Asal katanya

yaitu proteos (Bahasa Yunani) yang artinya adalah “utama”. Protein

dianggap sebagai molekul utama dalam tubuh makhluk hidup dan bersifat

sangat penting bagi kelangsungan proses seluler. Sebagai suatu polimer,

protein tersusun dari monomer yang lebih kecil (asam amino), dengan berat

molekul sekitar 135 dalton untuk asam aminonya (Purba dkk, 2021).

Protein adalah molekul mikro dalam tubuh terbesar setelah air dan

berada pada setiap sel tubuh. Beratnya antara lima ribu hingga beberapa

juta. Protein adalah penyusun bagian tubuh sebanyak 1/5 bagian,

20
setengahnya ada di dalam otot, 1/5 bagian berada pada tulang dan tulang

rawan, 1/10 di bawah kulit dan sisanya dalam cairan tubuh. Protein juga

merupakan penyusun enzim, hormon dan pengakut zat-zat gizi (Mardalena,

2021).

2. Sumber Protein

Protein adalah zat yang tidak dapat disintesis oleh manusia, hanya

tumbuhan dan hewan yang dapat mendaur unsur protein berupa nitrogen.

Sumber protein dapat diperoleh dalam dua jenis yaitu protein nabati dan

hewani. Protein nabati tertinggi terdapat pada kacang kedelai yang memiliki

nilai protein 34,9 lainnya dapat diperoleh pada kacang merah, kacang tanah

terkelupas, kacang hijau, kacang mete, tempe kacang kedelai murni, tahu,

beras setengah giling, kentang, gaplek, ketela pohon, daun singkong, bayam,

kangkung, wortel, tomat masak, jagung kuning/pipil, roti putih dan mangga

harum manis. Sumber protein hewani dapat diperoleh pada daging sapi,

ayam, telur bebek, telur ayam udang segar, ikan segar, tepung susu/dan

krim, keju dan kerupuk udang (Mardalena, 2021).

3. Penggolongan Protein

Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan menjadi 8, yaitu:

a. Protein enzim adalah biokatalisator yang membantu semua proses-proses

kimia yang terjadi dalam tubuh. Protein ini bertanggung jawab pada

keberlangsungan reaksi kimia dalam sel.

b. Protein pertahanan adalah protein yang bertugas untuk menjaga tubuh

dari serangan luar baik dari bakteri, virus, jamur maupun penyakit.

21
Protein imun ini juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh atau sistem

imun.

c. Protein transport merupakan protein yang memiliki fungsi sebagai

molekul pembawa atau sebagai sarana transportasi molekul dalam tubuh.

Contoh yang paling mudah adalah protein hemoglobin yang memiliki

tugas untuk membawa molekul oksigen untuk diedarkan ke seluruh

tubuh.

d. Protein kontraktil adalah protein yang memiliki tugas dan peranan dalam

proses pergerakan atau kontraktil

e. Protein penyimpan merupakan protein yang berperan sebagai cadangan

atau simpanan energi maupun makanan. Protein ini akan digunakan pada

saat telah dibutuhkan.

f. Protein struktural adalah protein pembentuk struktur pada tubuh makhluk

hidup. Dengan adanya protein ini struktur sel maupun struktur tubuh dari

suatu organisme dapat bertahan dengan baik.

g. Protein pengatur merupakan protein yang bertugas untuk mengatur

seluruh proses kimiawi sel. Kapan suatu sel akan membelah ataupun

melakukan aktivitas seluler lainnya akan sangat tergantung dari perintah

yang diberikan oleh protein pengatur ini.

h. Protein reseptor, adalah protein yang berperan dalam penerimaan pesan

kimia yang dilakukan dalam komunikasi dari satu sel dengan sel lainnya

maupun antar organ. Protein reseptor ini yang akan menangkap molekul

sinyal baik berupa hormon maupun molekul lainnya (Purba dkk, 2021).

22
4. Asupan Protein Pada Masa Hamil

Selama masa kehamilan kebutuhan protein digunakan untuk

pertumbuhan janin, perkembangan plasenta, produksi cairan ketuban,

peningkatan volume darah ibu dan untuk kebutuhan jaringan lainnya.

Peningkatan kebutuhan protein tersebut digunakan untuk ibu dan

pertumbuhan janinnya. Kebutuhan protein tersebut dibutuhkan pada awal

kehamilan, yaitu trimester I dan II, digunakan untuk terjadi pembelahan sel.

Dan mengalami peningkatan pada trimester III. Selama masa kehamilan

kebutuhan total protein dibutuhkan sebesar 925 gram protein atau

dibutuhkan perhari 3,3 gram per harinya. Secara spesifik kebutuhan protein

pada minggu 0-10, minggu 10-20, minggu 20-30, minggu 30-40 masa

kehamilan dibutuhkan protein masing-masing sebesar 0,64 gram, 1,84 gram,

4,76 gram, 6,1 gram per harinya. Dari jumlah tersebut persentase kebutuhan

protein yang terbesar, yaitu diperlukan untuk janin, plasenta, rahim, cairan

ekstraseluler masing-masing sebesar 47,6%, 10,8%, 17,9% dan 14,6%

(Ahmadi, 2019).

Sedangkan menurut Pratiwi (2021), selama kehamilan tambahan

protein rata-rata 17 gram/hari. Kebutuhan gizi ibu hamil pada trimester I

meningkat secara minimal karena pertumbuhan janin pada 3 bulan pertama

masih lambat tetapi seluruh zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil harus

memenuhi kebutuhan janin. Pada trimester kedua, asupan protein bagi ibu

hamil harus bertambah. Pada trimester ketiga, protein bisa mencapai 2 gr/kg

berat badan/hari. Jenis protein yang dikonsumsi sebaiknya mempunyai nilai

23
biologi tinggi seperti daging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan, biji-

bijian, susu, sayuran, buah dan yogurt.

Menurut Litaay dkk (2021), ibu hamil mengalami peningkatan

kebutuhan protein sekitar 60 gram, artinya wanita hamil membutuhkan

protein sekitar 10-15 gram lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang

belum hamil. Protein itu sangat berguna untuk pembentukan dan

perkembangan jaringan baru, plasenta, dan janin. Protein juga dibutuhkan

untuk perkembangan dan pertumbuhan sel.

Penambahan protein pada ibu hamil berfungsi untuk proses sintesis

jaringan kehamilan dan jaringan janin. Jenis protein yang dikonsumsi

seperlimanya sebaiknya berasal dari protein hewani seperti daging, ikan,

telur, susu, yogurt dan selebihnya berasal dari protein nabati seperti tahu,

tempe, kacang-kacangan dan lain-lain. Adanya penyesuaian fisiologis pada

metabolisme protein menyebabkan adanya pergeseran fungsi bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Hal ini mengakibatkan

penurunan penggunaan protein untuk energi dan peningkatan sintesis

protein (Paramita, 2019).

Peningkatan protein saat kehamilan disebabkan oleh adanya

pertambahan jaringan protein. Sekitar 925 gram protein akan terakumulasi

pada jaringan protein saat kehamilan, 440 gram akan diserap oleh janin, 216

gram digunakan untuk peningkatan darah dan volume cairan eksraseluler

dan 100 gram protein terakumulasi pada plasenta. Peningkatan kebutuhan

protein juga dibutuhkan untuk proses perkembangan jaringan. Apabila

24
terjadi defisiensi protein pada kehamilan hal ini dapat berdampak pada

pertumbuhan janin yang terhambat. Dimana protein juga terlibat dalam

sintesa hormone dan neurotransimitter, inadequate intake protein dan energi

biasanya terjadi secara bersamaan, sehingga sulit untuk menentukan efek

kekurangan energi dan kekurangan protein. Karena itu ada beberapa

kelompok yang harus diperhatikan karena beresiko untuk defisiensi intake

protein yaitu pada vegetarian dan kehamilan kembar (Paramita, 2019).

H. Asupan Vitamin C

1. Pengertian

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan

memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini

juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.

Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal

berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain

sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam (Setiarto dan Karo,

2021).

Vitamin C merupakan kristal putih yang mudah larut dalam air.

Sifatnya akan labil dalam luratan alkali, stabil dalam kondisi kering dan

dalam kondisi kering dan dalam larutan asam. Vitamin C mudah rusak

karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas

(Mardalena, 2021).

25
2. Sumber Vitamin C

Tubuh tidak dapat memproduksi vitamin sendiri. Oleh karena itu,

tubuh membutuhkan asupan vitamin C dari makanan agar fungsi vitamin C

dalam tubuh berjalan optimal. Vitamin C berasal dari sumber makanan

antara lain jeruk, stroberi, tomat, buah kiwi, raspberi, adas, melon,

asparagus, kentang dan hati (Setiarto dan Karo, 2021).

Vitamin C banyak terdapat pada bahan nabati sayur dan buah terutama

yang segar, karenanya sering disebut fresh food vitamin. Bahan pangan yang

merupakan bahan sumber vitamin C adalah jeruk, tomat dan cabe hijau.

Buah yang masih mental lebih banyak kandungan vitamin C-nya. Semakin

tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. Buah jeruk baik

yang dibekukan maupun yang dikalengkan merupakan sumber vitamin C

yang tinggi (Nardina dkk, 2021).

3. Fungsi Vitamin C

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh Di antaranya

adalah:

a. Sintesis Kolagen: Vitamin C dibutuhkan untuk hidroksilasi prolin dan

lisin menjadi hidroksiprolin, bahan penting dalam pembentukan kolagen.

Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas

struktur sel disemua jaringan ikat, seperti pada tulang awan, matriks

tulang, dentin gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon (urat oto).

Dengan demikian, vitamin C berperan dalam penyembuhan luka, patah

tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan di gusi.

26
b. Sintesis Karnitin, Noradrenalin, Serotonin: Karnitin memegang peran

dalam mengangkut asam lemak-rantai panjang ke dalam mitikondria

untuk dioksidasi. Karnitin menurun pada devisiensi vitamin C yang

disertai rasa lemah dan lelah.

c. Absorbsi dan Metabolisme Besi: Vitamin C mereduksi besi feri menjadi

fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorbsi. Vitamin C

menghambat pembentukan homosiderin yang sukar dimobilisasi untuk

membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonheme

meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam

memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati.

d. Absorpsi Kalsium: Vitamin C juga membantu dalam absorpsi kalsium

dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan.

e. Mencegah Infeksi: Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi,

kemungkinan karena pemeliharaan terhadap membrane mukosa atau

pengaruh terhadap fungsi kekebalan (Setiarto dan Karo, 2021).

4. Asupan Vitamin C pada Masa Kehamilan

Kebutuhan vitamin meningkat dibanding sebelum hamil, sangat

diperlukan untuk tumbuh kembang janin selama kehamilan. Kebutuhan

vitamin C juga bertambah selama hamil, kebutuhan vitamin C larut air

selama kehamilan (AKG) adalah sebesar 85 mg untuk wanita yang hamil

usia > 18 tahun dan 80 mg untuk wanita yang hamil usia < 18 tahun (Litaay

dkk, 2021).

27
Tambahan kebutuhan vitamin C saat masa kehamilan adalah sebesar

10 mg per hari selama masa kehamilan. Vitamin C memiliki fungsi untuk

meningkatkan penyerapan zat besi nonheme. Karena makanan atau

minuman yang mengandung vitamin C diimbangi dengan konsumsi

makanan sumber zat besi untuk membantu penyerapannya. Sumber vitamin

C berada pada buah-buahan seperti jeruk, pepaya, stroberi dan lainnya

(Paramita, 2019).

I. Status Gizi

1. Pengertian

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat

gizi di dalam tubuh (Sulfianti dkk, 2021). Status gizi adalah kondisi

kesehatan seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh

konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi dapat

menggambarkan status kesehatan seseorang maupun kelompok (Rokhmah

dkk, 2021).

Status gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk status

kesehatan. Status gizi (nutritional status) adalah keadaan yang diakibatkan

oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat

gizi oleh tubuh. Status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi.

Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer

dan skunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi

dikarenakan susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan

28
faktor sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena

adanya gangguan dan pemanfaatan zat gizi dalam tubuh (Candra, 2020).

Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam level individu, faktor

yang dipengaruhi langsung oleh jumlah dan jenis asupan makanan serta

kondisi infeksi. Diartikan juga sebagai keadaan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi

ukuran-ukuran gizi tertentu (Supariasa, et al, 2010).

Menurut Aryani Dewi dalam (Priyanti dkk, 2020) status gizi dapat

diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian status gizi ibu hamil berarti

keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi

sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan

janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk dalam kehamilan akan

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, abortus dan

sebagainya.

Sedangkan menurut (Mardalena, 2021) status gizi adalah keadaan

tubuh manusia sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat

gizi. Adapun kategori dari status gizi dibedakan menjadi tiga, yaitu gizi

lebih, gizi baik dan gizi kurang. Baik buruknya status gizi manusia

dipengaruhi oleh 2 hal pokok yaitu konsumsi makanan dan keadaan

kesehatan tubuh atau infeksi.

29
2. Pengukuran status gizi ibu hamil

Salah satu cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan

mengetahui penambahan berat badan selama kehamilan. Selama kehamilan

diharapkan pertambahan berat badan ibu berkisar 10-12 kg. Rata-rata di

negara maju pertambahan berat badan ibu selama hamil sekitar 12-14

kilogram. Setiap wanita hamil akan mengalami pertambahan berat badan

yang menandakan bahwa janin tumbuh dan berkembang (Sari dkk, 2022).

Berikut dapat dijelaskan persentase pertambahan berat badan ibu selama

hamil:

Tabel 2.3: Persentase Pertambahan Berat Badan

Kehamilan Bulan Ke- Persentase Penambahan Berat Badan


0-3 10%
3-5 25%
5-7 45%
7-9 20%
Sumber: Sari dkk, 2022

Rekomendasi kenaikan berat badan bergantung pada Indeks Massa

Tubuh (IMT) sebelum kehamilan. Indeks Massa tubuh merupakan cara

untuk menentukan status gizi dengan cara membagi berat badan sebelum

hamil dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter (Paramita, 2019).

Berdasarkan perhitungan IMT ibu hamil, maka dapat diukur pertambahan

berat badan ibu selama hamil sesuai klasifikasi berat badan ibu.

30
Tabel 2.4: Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil

Klasifikasi Berat Badan


BMI Penambahan Berat Badan
(BB)
Berat Badan Kurang 18,50 ± 12-15 kg
Berat Badan Normal 18,50-24,99 9-12 kg
Berat badan Berlebih 25,00 6-9 kg
Pre Obesitas (sedikit gemuk) 25,00-29,99 ± 6 kg
Obesitas > 30,00 ± 6 kg
Sumber: Sari dkk, 2022.

Di Indonesia, pengukuran status gizi ibu hamil dengan menggunakan

parameter Lingkar Lengan Atas (LILA). Klasifikasi status gizi dibagi

menjadi 4 (Empat) klasifikasi yaitu malnutrisi berat, malnutrisi sedang,

malnutrisi ringan, dan status gizi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada Tabel berikut:

Tabel 2.5. Klasifikasi Status Gizi pada Wanita Hamil berdasarkan LILA

No LILA Klasifikasi
1. < 19,0 cm Malnutrisi berat
2. > 19 cm - < 22 cm Malnutrisi sedang
3. > 22 cm - < 23 cm Malnutrisi ringan
4. > 23 cm Status gizi normal
Sumber: Sari dkk, 2022.

Lingkar lengan atas (LILA) menjadi salah satu cara untuk penentuan

status gizi karena sangat mudah dilakukan, alat yang digunakan relatif

murah, mudah didapat dan mudah dibawa. Indeks antropometri LILA/U

dapat melihat status gizi seseorang, namun pengukuran pada orang dewasa

sering kurang sensitive, karena pada orang dewasa, kadar lemah biasanya

lebih besar, namun pengukuran ini sensitive bagi anak sekolah dan ibu

hamil (Kurniasari, 2020).

31
3. Angka Kecukupan Gizi Ibu Tidak Hamil dan Hamil

Angka Kecukupan Gizi pada ibu Tidak Hamil dan Hamil dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.6 Angka Kecukupan Gizi Protein, Vitamin C dan Zat Besi Untuk
Ibu Tidak Hamil dan Hamil
Kelompok Umur Protein (g) Vitamin C mg) Zat Besi (mg)
10-12 tahun 55 50 8
13-15 tahun 65 65 15
16-18 tahun 65 75 15
19-29 tahun 60 75 18
30-49 tahun 60 75 18
50-64 tahun 60 75 8
65-80 tahun 58 75 8
80+ tahun 58 75 8
Hamil (Tambahan):
Trimester 1 +1 +10 +0
Trimester 2 +10 +10 +9
Trimester 3 +30 +10 +9
Sumber: Permenkes Nomor 28 Tahun 2019

Tingkat kecukupan protein, vitamin C dan zat besi individu dihitung

dengan membandingkan total asupan dan angka kecukupan gizi (AKG)

sesuai dengan kelompok umur subjek. Status tingkat kecukupan asupan

protein, vitamin C dan zat besi dikelompokkan berdasarkan pengkategorian

Gibson. Kategori defisit jika tingkat kecukupan asupan protein, vitamin C

dan zat besi < 77% AKG dan kategori normal jika tingkat kecukupan

asupan protein, vitamin C dan zat besi > 77% AKG (Herawati dkk, 2018).

J. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia pada Ibu

Hamil

1. Usia Ibu Hamil

Ibu hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) tidak atau belum siap

untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan

32
janin. Di samping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan

ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan

hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil di atas 35

tahun lebih cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena

pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi

(Atika, Layli dan Winiastri, 2021).

Wanita yang hamil berumur < 20 tahun atau > 35 tahun, mempunyai

risiko yang tinggi untuk hamil karena akan membahayakan kesehatan dan

keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan

dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia (Dai, 2021).

2. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup di luar rahim. Paritas > 3 merupakan faktor terjadinya anemia.

Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat mengurus cadangan zat

gizi tubuh ibu (Atika, Layli dan Winiastri, 2021). Paritas > 3 merupakan

faktor terjadinya anemia, disebabkan karena terlalu sering hamil dapat

mengurus cadangan zat gizi tubuh ibu (Dai, 2021).

Anemia kehamilan dapat dipengaruhi oleh paritas, ibu hamil

primipara yang mengalami anemia kehamilan sebesar 44,6% sedangkan ibu

multipara yang mengalami anemia kehamilan sebesar 12,8%. Hal tersebut

disebabkan ibu primipara belum mempunyai pengalaman untuk menjaga

kesehatan kehamilan dari kehamilan sebelumnya karena baru pertama kali

hamil (Dai, 2021).

33
3. Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang

berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila

pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan

tercukupi, sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah anemia

(Atika, Layli dan Winiastri, 2021).

Pendidikan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam memberikan gizi yang cukup bagi ibu serta

lebih mudah menerima informasi sehingga dapat mencegah dan mengatasi

anemia pada masa kehamilan. Tingkat pendidikan dapat menyebabkan

terjadinya anemia kehamilan, karena dalam pendidikan terdapat proses

pengembangan pengetahuan, wawasan, kompetensi serta pola pikir

seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kesadaran

untuk perilaku hidup sehat dan membentuk pola pikir yang baik sehingga

ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi dan memiliki pengetahuan

yang memadai (Dai, 2021).

4. Asupan Zat Besi

Zat besi merupakan komponen pembentukan Hb atau sel darah merah.

Asupan zat besi yang kurang akibat tidak mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi (Dai,

2021). Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi

dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau

34
terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan.

Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan

plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi

yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg

Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.

Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk

pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah sel darah merah dan 200

mg lenyak ketika melahirkan. Sehingga pada ibu hamil perlu sekali

diperlakukan penambahan konsumsi zat besi dibandingkan dengan ibu yang

tidak hamil (Atika, Layli dan Winiastri, 2021).

Kebutuhan zat besi sejak trimester I masa kehamilan sangat

diperlukan dan mengalami peningkatan di trimester II dan III. Pada minggu

ke 12 masa kehamilan penyerapan zat besi hanya 7% yang digunakan untuk

proses pembelahan sel, dan mengalami peningkatan pada minggu ke 36

sebesar 66%. Tingginya persentase penyerapan zat besi hal ini dikarenakan

untuk kebutuhan ibu hamil dan janin. Jika ketersediaan besi pada ibu hamil

tersebut rendah, maka akan berdampak pada ibu yaitu salah satunya ada

anemia pada kehamilan (Yuliani dkk, 2021).

5. Asupan Protein

Asupan zat besi dan protein yang kurang akibat tidak mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi

besi (Dai, 2021). Peningkatan asupan protein berkaitan erat dengan kadar

hemoglobin darah. Penurunan asupan protein dalam darah akan

35
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, karena protein

merupakan salah satu unsur yang penting dalam sintesis hemoglobin dan

pembawa zat besi, oleh karena itu apabila kadar protein dalam tubuh rendah,

maka sintesis hemoglobin akan terganggu dan dapat mengakibatkan

penurunan kadar hemoglobin dalam darah (Indryani dkk, 2022).

6. Asupan Vitamin C

Vitamin C merupakan salah satu vitamin penting yang dibutuhkan

oleh tubuh. Fungsi utama vitamin C adalah mendukung pertumbuhan dan

perbaikan sel, meningkatkan daya tahan tubuh, serta menjaga kesehatan

kulit. Zat gizi bernama lain asam askorbat ini membantu mencegah anemia

defisiensi dengan cara meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan.

Selama kehamilan, vitamin C dibutuhkan untuk membantu penyerapan besi

non heme dengan mereduksi besi ferri menjadi ferro dalam usus halus

sehingga mudah diabsobsi. Vitamin C menghambat pembentukan

hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila

diperlukan, sehingga risiko anemia defisiensi zat besi bisa dihindari (Yuliani

dkk, 2021). Asupan vitamin C membantu penyerapan zat besi dalam tubuh

ibu hamil (Dai, 2021).

7. Status Gizi Ibu

Kecukupan zat besi pada ibu dan bayinya bergantung pada status gizi

ibu saat konsep dan makanannya ketika hamil. Pada ibu hamil dengan status

gizi baik, sekitar separuh dari kebutuhan zat besi selama kehamilannya

dipenuhi dari simpanan zat besi yang berada di dalam tubuhnya. Namun,

36
jika cadangan zat besi itu terlanjur menurun, maka terjadilah anemia karena

makanan saja ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan tambahan zat besi.

Ibu yang hamil harus memiliki gizi yang cukup karena gizi yang didapat

akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga janinnya. Seorang ibu yang

kekurangan gizi selama masa kehamilannya maka akan mengalami masalah

bagi ibu dan janinnya. Salah satu masalah dari gizi yang kurang bagi ibu

hamil adalah anemia, dimana terjadi kwantitas dan kualitas sel darah merah,

hal ini diperberat dengan terjadinya proses hemodilusi dalam kehamilan

sehingga kadar hemoglobin semakin menurun yang berpotensi

meningkatkan risiko terjadinya anemia (Utama, 2021)

Kurang energi kronis merupakan gambaran status gizi ibu di masa

lalu, kekurangan gizi kronis yang berulang, akan menyebabkan tubuh

pendek atau kurus pada saat dewasa. Ibu yang memiliki postur tubuh seperti

ini berisiko mengalami gangguan pada masa kehamilan (Anggraini dkk,

2020).

Status gizi malnutrisi merupakan faktor risiko terjadinya anemia pada

ibu hamil. Status gizi merupakan keadaan kesehatan seseorang akibat dari

konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi. Semakin

rendah status gizi seseorang, semakin meningkat pula risiko terjadinya

anemia (Anggraini dkk, 2020).

37
K. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor Dasar :
- Sosial Ekonomi
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Budaya
- Sikap

Faktor Tidak Langsung


- Kunjungan Antenatal
Care (ANC)
- Paritas Anemia Pada
- Umur Ibu Ibu Hamil
- Usia Kehamilan
- Dukungan Suami

Faktor Langsung
- Pola Konsumsi
- Penyakit Infeksi
- Pendarahan
- Asupan Zat Besi (Fe)
- Asupan Protein
- Asupan vitamin C
- Status Gizi

L. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan usia ibu, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe),

asupan protein, asupan vitamin C dan status gizi ibu dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota

Bengkulu.

Ho : Tidak ada hubungan usia ibu, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi

(Fe), asupan protein, asupan vitamin C dan status gizi dengan kejadian

38
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota

Bengkulu.

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik observasional

dengan rancangan pendekatan cross sectional. Pengertian cross sectional

adalah suatu rancangan penelitian observasional yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dimana

pengukurannya dilakukan pada satu waktu (serentak) (Indra dan

Cahyaningrum, 2019).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa

Kota Bengkulu. Rencana waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian

dari bulan April sampai Mei 2022. Alasan pengambilan penelitian di

Puskesmas Perawatan Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, berdasarkan

data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu didapatkan bahwa Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu yang mendapatkan tablet tambah

darah dengan jumlah terbanyak yaitu 704 orang.

40
C. Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Usia Ibu Hamil

Paritas

Pendidikan Ibu

Asupan Zat Besi (Fe) Kejadian Anemia

Asupan Protein

Asupan Vitamin C

Status Gizi

D. Variabel Penelitian

Variabel Independen : Usia Ibu, Paritas, Pendidikan Ibu, Asupan Zat Besi

(Fe), Asupan Protein, Asupan Vitamin C dan Status

Gizi.

Variabel Dependen : Kejadian Anemia

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi Cara Skala
No Variabel Alat ukur Hasil ukur
operasional ukur ukur
1 Kejadian Keadaan ibu Format Melihat 0: Anemia, jika Nominal
Anemia hamil pengumpulan rekam kadar Hb < 11
berdasarkan data medis gr%
gejala ibu 1: Tidak
hamil anemia, jika
kadar Hb > 11
gr%
(Priyanti dkk,
2020)

41
2 Usia Ibu Usia ibu Format Melihat 0: Beresiko, Nominal
Hamil ketika hamil pengumpulan rekam jika usia < 20
anak sekarang data medis tahun atau > 35
tahun
1: Tidak
berisiko, jika
usia 20-35
tahun
(Ernawati,
2018)
3 Paritas Jumlah anak Format Melihat 0: Grande Ordinal
yang lahir pengumpulan rekam multigravida
hidup data medis 1: Primigravida
2: Multigravida
(Priyanti dkk,
2020).
4 Pendidikan Pendidikan Format Melihat 0: Dasar, jika Ordinal
Ibu terakhir yang pengumpulan rekam ibu tidak tamat
telah data medis SD hingga
diselesaikan tamat SMP
oleh ibu hamil sederajat.
1: Menengah,
jika tamat
SMA
2 : Jika
Diploma atau
Sarjana
(PP Nomor 57
Tahun 2021)
5 Asupan Zat Asupan zat Format Food 0: Defisit, jika Nominal
Besi (Fe) besi yang pengumpulan Recall 24 asupan zat besi
terkandung data jam < 77% AKG
dalam 1: Normal, jika
makanan yang Defisit, jika
dikonsumsi asupan zat besi
oleh ibu > 77% AKG
(Herawati dkk,
2018)
6 Protein Asupan Format Food 0: Defisit, jika Nominal
protein yang pengumpulan Recall 24 asupan zat besi
terkandung data jam < 77% AKG
dalam 1: Normal, jika
makanan yang Defisit, jika
dikonsumsi asupan zat besi
oleh ibu > 77% AKG
(Herawati dkk,

42
2018)
7 Vitamin C Asupan Format Food 0: Defisit, jika Nominal
vitamin C pengumpulan Recall 24 asupan zat besi
yang data jam < 77% AKG
terkandung 1: Normal, jika
dalam Defisit, jika
makanan yang asupan zat besi
dikonsumsi > 77% AKG
oleh ibu (Herawati dkk,
2018)
8 Status Gizi Status gizi ibu Pita Ukur Menguku 0: malnutrisi, Nominal
pada saat r lengan jika LILA < 23
hamil yang atas ibu cm
diukur hamil 1 : normal, jika
berdasarkan LILA > 23 cm
ukuran LILA

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mendapatkan tambahan

zat besi di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu berjumlah

611 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Adapun

perhitungan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow,

sebagai berikut:
2
1−α/2
Z ⋅p( 1− p ) N
n= 2
2 1−α/2
d ( N −1)+ Z ⋅p (1− p)

Untuk 1-p = q, maka rumus di atas juga bisa ditulis sebagai :


2
1−α/2
Z ⋅p⋅q⋅N
n= 2
2 1−α/2
d ( N −1)+ Z ⋅p⋅q

43
Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z1-α/2 = derajat kepercayaan (1,96)

p = proporsi ibu hamil yang mengalami anemia (0,1)

q = 1-p (proporsi ibu hamil yang tidak mengalami anemia) (0,9)

d = limit dari error atau presisi absolut (10% = 0,1)

N = besarnya populasi (611)


2
1−α/2
Z ⋅p⋅q⋅N
n= 2
2 1−α/2
d ( N −1)+ Z ⋅p⋅q

(1 ,96 2 )( 0,1)(0,9 )(611 )


n=
(0,12 )(611−1)+(1 , 962 )(0,1 )( 0,9)

(3 ,8416 )(0,1)(0,9 )(611)


n=
(0,01)(610 )+(3 , 8416)(0,1 )(0,9)

211, 2496
n=
6,1+0 , 3457
211,2496
n=
6 ,4457

n = 32,77 dibulatkan menjadi 33

Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 33 orang.


G. Instrumen Penelitian

44
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan) dan

formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan

format pengumpulan data untuk memperoleh informasi mengenai kejadian

anemia, usia ibu hamil, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan

protein, asupan vitamin C dan status gizi yang diperoleh dari rekam medis dan

food recall.

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Mengurus surat perizinan ke Dinas Kesehatan Kota Bengkulu untuk

mengambil data prevalensi anemia.

b. Mengurus surat perizinan ke Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan

Telaga Dewa untuk mengambil data prevalensi ibu hamil.

c. Mempersiapkan alat dan bahan penelitian seperti alat untuk ambil darah

guna pengukuran hemoglobin.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inkulasi dan ekslusi.

b. Melakukan pengambilan darah untuk pemerikasaan kadar Hb, dibantu

oleh salah satu pegawai Puskesmas Perawatan Telaga Dewa

Menggunakan easy touch GcHb.

c. Mengambil data tentang kejadian anemia, paritas, pendidikan, usia ibu

hamil yang diperoleh dari pegawai Puskesmas Perawatan Telaga Dewa.

45
d. Melakukan wawancara untuk mengisi kuesioner yang berkaitan dengan

kejadian anemia kehamilan dan asupan Fe, asupan protein dan asupan

vitamin C yang diperoleh menggunakan food recall 24 jam.

e. Melakukan pengukuran lingkar lengan atas menggunakan pita ukur untuk

mengetahui status gizi ibu hamil.

I. Analisis Data

Data disajikan dalam analisis univariabel, analisis bivariabel dan analisis

multivariabel, yaitu:

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel independen (kejadian anemia). Analisis univariat yang dilakukan

pada setiap variabel yang didapat dari hasil penelitian menggunakan tabel

frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase. Hasil tabel

dilakukan analisis secara deskriptif dengan persentase yang digunakan

untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

sebagai berikut:

1. 0% : Tidak satupun dari responden

2. 1-25% : Sebagian kecil dari responden

3. 26-49% : Hampir sebagian dari responden

4. 50% : Setengah dari responden

46
5. 51-75% : Sebagian dari responden

6. 76-99% : Hampir seluruh dari responden

7. 100% : Seluruh responden (Arikunto, 2007)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan masing-

masing variabel dependen (kejadian anemia) di Puskesmas Perawatan

Telaga Dewa Kota Bengkulu. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-

Square yang berguna untuk menguji hubungan 7 variabel dan mengukur

kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya.

Analisis Chi-square dilakukan dengan tingkat signifikan p < 0,05 (taraf

kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat

kepercayaan 95%.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk melihat hubungan secara

serentak/bersama-sama (simultan) seluruh variabel bebas dengan variabel

terikat dengan menggunakan uji statistik regresi logistik, serta untuk melihat

faktor mana yang paling kuat hubungannya.

J. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan yaitui sebagai berikut:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Merupakan bentuk persiapan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan agar subjek mengerti

47
maksud dan tujuan penelitian, menandatangani lembar persetujuan.

Anonimity (Tanpa Nama).

Menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

yang diisi oleh responden dan lembar tersebut diberi kode tertentu.

2. Confiedentialitiy (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin hak-hak subjektif penelitian dengan cara menjamin

kerahasiaan identitas dari subjek penelitian dengan membuat angket yang

tidak mencantumkan nama jelas, kode, atau inisial responden.

3. Justice (Keadilan)

Peneliti harus memperlakukan subjek secara adil sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaan dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

subjek tidak bersedia menjadi responden.

48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota

Bengkulu pada bulan April sampai Mei 2022. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Desain penelitian

yang digunakan adalah cross sectional (Potong Lintang). Sampel dalam

penelitian ini berjumlah 33 orang ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu.

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu persiapan dan

pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi penetapan judul, pembuatan proposal,

survey awal dan pengurusan surat izin pra penelitian dari Institusi Pendidikan

yaitu Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang telah dilakukan Januari 2022.

Selanjutnya mengurus surat izin penelitian yang diberikan dari kampus

kemudian diserahkan ke Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

yang dijadikan tempat penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah kadar Hb (anemia), usia ibu

hamil, paritas, pendidikan ibu dan ukuran LILA (status gizi), serta asupan zat

besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C yang diperoleh dari food recall.

Data LILA dilakukan dengan menggunakan alat ukur pita LILA. Data usia ibu

hamil, paritas, pendidikan ibu diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh

49
responden, data kadar Hb diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium,

sedangkan data asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C

diperoleh dari hasil Semi FFQ yang dihitung dengan menggunakan software

Nutrisurvey. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah ibu hamil

di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Semua data yang

terkumpul kemudian dientry dalam bentuk master data yang kemudian diolah

dengan software dalam bentuk analisis univariat dan bivariat kemudian melihat

faktor yang paling berpengaruh melalui analisis multivariat. Selanjutnya,

dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan

dari penelitian yang telah dianalisis.

B. Hasil

1. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil analisis univariat dapat dilihat distribusi frekuensi

karakteristik responden berdasarkan kejadian anemia, usia ibu hamil,

paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin

C dan status gizi ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa yang

dapat dilihat pada masing-masing tabel.

Tabel 4.1 Gambaran Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas


Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia N %
Anemia 18 54,5
Tidak Anemia 15 45,5
Jumlah 33 100

Berdasarkan hasil Tabel 4.1 diketahui bahwa kejadian anemia pada

ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, sebagian

50
dari responden mengalami anemia sebanyak 18 responden (54,5%) dan

responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 15 responden (45,5%).

Tabel 4.2 Gambaran Usia Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga


Dewa Kota Bengkulu
Usia Ibu Hamil N %
Beresiko 8 24,2
Tidak Beresiko 25 75,8
Jumlah 33 100

Berdasarkan hasil Tabel 4.2 diketahui bahwa usia ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, hampir seluruh dari

responden termasuk usia yang tidak beresiko sebanyak 25 responden

(75,8%) dan responden yang termasuk usia beresiko sebanyak 8 responden

(24,2%).

Tabel 4.3 Gambaran Paritas Pada Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan


Telaga Dewa Kota Bengkulu
Paritas N %
Grande Multigravida 9 27,3
Primigravida 13 39,4
Multigravida 11 33,3
Jumlah 33 100

Berdasarkan hasil Tabel 4.3 diketahui bahwa paritas pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, hampir sebagian dari

responden mengalami termasuk paritas primigravida sebanyak 13 responden

(39,4%) dan responden yang termasuk paritas grande multigravida sebanyak

9 responden (27,3%), yang termasuk paritas multigravida sebanyak 11

responden (33,3%).

51
Tabel 4.4 Gambaran Pendidikan Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Pendidikan Ibu N %
Dasar 7 21,2
Menengah 15 45,5
Tinggi 11 33,3
Jumlah 33 100

Berdasarkan hasil Tabel 4.4 diketahui bahwa pendidikan pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, hampir

sebagian dari responden berpendidikan menengah sebanyak 15 responden

(45,5%) dan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 11 responden

(33,3%), responden yang berpendidikan dasar sebanyak 7 responden

(21,2%).

Tabel 4.5 Gambaran Asupan Zat Besi Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Asupan Zat Besi N %
Defisit 18 54,5
Normal 15 45,5
Jumlah 33 100

Berdasarkan hasil Tabel 4.5 diketahui bahwa asupan zat besi pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, sebagian dari

responden mengalami defisit asupan zat besi sebanyak 18 responden

(54,5%) dan responden yang asupan zat besinya normal sebanyak 15

responden (45,5%).

52
Tabel 4.6 Gambaran Asupan Protein Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Asupan Protein N %
Defisit 10 30,3
Normal 23 69,7
Jumlah 33 100

Berdasarkan hasil Tabel 4.6 diketahui bahwa asupan protein pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, sebagian dari

responden yang asupan proteinnya normal sebanyak 23 responden (69,7%)

dan responden yang asupan proteinnya mengalami defisit sebanyak 10

responden (30,3%).

Tabel 4.7 Gambaran Asupan Vitamin C Pada Ibu Hamil di Puskesmas


Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Asupan Vitamin C N %
Defisit 14 42,4
Normal 19 57,6
Jumlah 33 100

Berdasarkan hasil Tabel 4.7 diketahui bahwa asupan vitamin C pada

ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, sebagian

dari responden asupan vitamin C normal sebanyak 19 responden (57,6%)

dan responden yang mengalami defisit asupan vitamin C sebanyak 14

responden (42,4%).

Tabel 4.8 Gambaran Status Gizi Pada Ibu Hamil di Puskesmas


Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Status Gizi N %
Malnutrisi 20 60,6
Normal 13 39,4
Jumlah 33 100

53
Berdasarkan hasil Tabel 4.8 diketahui bahwa status gizi pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, sebagian dari

responden mengalami malnutrisi sebanyak 20 responden (60,6%) dan

responden yang status gizinya normal sebanyak 13 responden (39,4%).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel

independent (usia ibu hamil, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe),

asupan protein, asupan vitamin C dan status gizi) dengan variabel dependent

(kejadian anemia) dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil uji ini menghasilkan hubungan usia ibu hamil, paritas,

pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C dan

status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan

Telaga Dewa Kota Bengkulu.

Tabel 4.9 Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Usia Ibu Hamil Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Beresiko 7 87,5 1 12,5 8 100
0,081
Tidak Beresiko 11 44,0 14 56,0 25 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Tabel 4.9 diketahui

bahwa responden yang termasuk usia beresiko yang anemia sebanyak 7

54
orang (87,5%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 1 orang

(12,5%). Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan

antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu ditunjukan dengan p-Value = 0,081.

Tabel 4.10 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu


Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Paritas Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Grande 9 100,0 0 0,0 9 100
Multigravida
0,001
Primigravida 7 53,8 6 46,2 13 100
Multigravida 2 18,2 9 81,8 11 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Tabel 4.10 diketahui

bahwa responden dengan paritas grande multigravida yang anemia sebanyak

9 orang (100,0%), sedangkan tidak ada ibu hamil yang tidak anemia (0,0%).

Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara paritas

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga

Dewa Kota Bengkulu ditunjukan dengan p-Value = 0,001.

55
Tabel 4.11 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Pendidikan Ibu Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Dasar 5 71,4 2 28,6 7 100
Menengah 10 66,7 5 33,3 15 100 0,082
Tinggi 3 27,3 8 72,7 11 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Tabel 4.11 diketahui

bahwa responden dengan pendidikan dasar yang anemia sebanyak 5 orang

(71,4%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 2 orang (28,6%).

Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara

pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu ditunjukan dengan p-Value = 0,082.

Tabel 4.12 Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Asupan Zat Besi Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Defisit 16 88,9 2 11,1 18 100
0,000
Normal 2 13,3 13 86,7 15 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Tabel 4.12 diketahui

56
bahwa responden dengan defisit asupan zat besi yang anemia sebanyak 16

orang (88,9%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 2 orang

(11,1%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara

asupan zat besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu ditunjukan dengan p-Value = 0,000.

Tabel 4.13 Hubungan Protein Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu


Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Protein Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Defisit 7 70,0 3 30,0 10 100
0,426
Normal 11 47,8 12 52,2 23 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

hubungan antara protein dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Tabel 4.13 diketahui

bahwa responden dengan asupan protein defisit yang anemia sebanyak 7

orang (70,0%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 3 orang

(30,0%). Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan

antara protein dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu ditunjukan dengan p-Value = 0,426.

57
Tabel 4.14 Hubungan Vitamin C Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Vitamin C Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Defisit 13 92,9 1 71,1 14 100
0,000
Normal 5 26,3 14 73,7 19 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

hubungan antara vitamin C dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Tabel 4.14 diketahui

bahwa responden dengan asupan vitamin C defisit yang anemia sebanyak 13

orang (92,9%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 1 orang

(71,1%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara

vitamin C dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan

Telaga Dewa Kota Bengkulu ditunjukan dengan p-Value = 0,000.

Tabel 4.15 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Status Gizi Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Malnutrisi 15 75,0 5 25,0 20 100
0,082
Normal 3 23,1 10 76,9 13 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Tabel 4.15 diketahui

58
bahwa responden dengan status gizi malnutrisi yang anemia sebanyak 15

orang (75,0%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 5 orang

(25,0%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara

status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan

Telaga Dewa Kota Bengkulu ditunjukan dengan p-Value = 0,010.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel independen

mana yang menunjukkan paling dominan berhubungan terhadap variabel

dependen. Dalam penelitian ini, uji multivariat dilakukan dengan

menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel dependen berupa

data kategorik.

Variabel bebas yang tidak berpengaruh secara ototomatis akan

dikeluarkan dari perhitungan. Variabel yang dijadikan kandidat dalam uji

regresi logistik ini adalah variabel yang dalam analisis bivariat mempunyai

nilai p < 0,05. Variabel yang dijadikan kandidat dalam uji regresi logistik

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.16 Kandidat Uji Regresi Logistik


Variabel p Value Keterangan
Usia Ibu Hamil 0,081 Tidak memenuhi syarat
Paritas 0,001 Memenuhi syarat
Pendidikan Ibu 0,082 Tidak memenuhi syarat
Asupan Zat Besi 0,000 Memenuhi syarat
Protein 0,426 Tidak memenuhi syarat
Vitamin C 0,001 Memenuhi syarat
Status Gizi 0,010 Memenuhi syarat

59
Berdasarkan tabel 4.16 di atas diketahui terdapat 4 variabel bebas

yang memiliki nilai P-Value < 0,05, sehingga pada ke-4 variabel tersebut

dapat dilakukan uji regresi logistik. Variabel bebas tersebut yaitu paritas,

asupan zat besi, vitamin C dan status gizi.

Tabel 4.17 Faktor yang paling mempengaruhi kejadian anemia pada


ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Variabel Sig. Exp (B)/OR 95% CI Keterangan
Asupan Zat Besi 0,005 36,423 2,965-447,398 Ada Hubungan
Vitamin C 0,030 23,748 1,355-416,287 Ada Hubungan

Berdasarkan tabel 4.17 di atas diketahui hasil analisis uji Regresi

Logistik dengan metode backward pada tingkat kemaknaan 95% dan

menggunakan perangkat software SPSS for windows release 16.0. Alasan

penggunaan uji ini adalah agar dapat memilih variabel bebas yang paling

berpengaruh, jika diuji bersama-sama dengan variabel lain terhadap variabel

kejadian anemia. Setelah dilakukan pengeluaran terhadap variabel yang

mempunyai nilai p < 0,05 pada langkah-langkah (step) uji regresi logistik

terdapat 2 variabel yang tersisa yaitu variabel asupan zat besi dan vitamin C.

Hasil uji regresi logistik berganda pada variabel yang paling berpengaruh

dapat dilihat dari nilai OR tertinggi pada tabel 4.17 menunjukan bahwa

variabel asupan zat besi yang tertinggi dengan OR 36,423.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah ibu hamil yang menjadi responden

sebanyak 33 responden. Beberapa faktor yang akan dibahas adalah usia ibu

hamil, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi, protein, vitamin C dan status

60
gizi. Untuk itu dalam pembahasan ini akan diuraikan gambaran setiap variabel,

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen serta

mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota

Bengkulu dari 33 orang yang menjadi responden terdapat sebagian dari

responden mengalami anemia sebanyak 18 responden (54,5%) dan

responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 15 responden

(45,5%).

Penelitian Angraini (2020) mengatakan bahwa anemia pada ibu

hamil merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit di atasi di

seluruh dunia. Anemia pada kehamilan adalah bila kadar hemoglobin

(Hb) kurang dari 11 gr/dl. Anemia merupakan masalah kesehatan

masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas

dan mortalitas pada saat ibu melahirkan (Anggraini dkk, 2020). Anemia

pada ibu hamil akan berdampak terhadap tidak optimalnya pertumbuhan

dan prkembanan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan

komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian

ibu dan anak (Kemenkes RI, 2020).

61
b. Gambaran Usia Ibu Hamil Di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa

Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hampir seluruh dari

responden termasuk usia yang tidak beresiko sebanyak 25 responden

(75,8%) dan responden yang termasuk usia beresiko sebanyak 8

responden (24,2%).

Hasil penelitian Sukma (2020), menyatakan bahwa usia produktif

yang optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 20-35 tahun. Risiko

akan meningkat pada usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun.

Wanita hamil pada usia muda akan memiliki beberapa risiko diantaranya

keguguran, persalinan prematur, BBLR, kelainan bawaan, mudah terjadi

infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan (gestosis) dan

kematian (Sukma & Sari, 2020).

Kehamilan di usia muda terjadi karena pernikahan dilakukan pada

usia muda. Dampak signifikan dari pernikahan usia muda adalah ibu

muda tidak tahu atau tidak memahami masalah kehamilan. Ibu tidak

memahami kebutuhan gizi bagi ibu hamil. Kondisi ini dapat

menyebabkan anak yang dilahirkan kekurangan gizi yaitu bayi lahir

dengan berat badan yang rendah (BBLR). Sementara saat kehamilan di

usia 35 tahun atau lebih cenderung meningkat. Kondisi ini kemungkinan

disebabkan semakin berkembangnya bidang pendidikan dan lapangan

pekerjaan kaum wanita. Wanita yang berpendidikan tinggi berupaya

62
mencari kerja untuk mengaktualisasikan diri, akhirnya banyak wanita

yang terlambat untuk berkeluarga (Ernawati, 2018).

c. Gambaran Paritas Pada Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga

Dewa Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa paritas pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, hampir

sebagian dari responden mengalami termasuk paritas primipara sebanyak

13 responden (39,4%) dan responden yang termasuk paritas grande

multigravida sebanyak 9 responden (27,3%), yang termasuk paritas

multigravida sebanyak 11 orang (33,3%).

Paritas yang terlalu banyak dapat menjadi penyebab munculnya

permasalahan terutama kaitannya dengan kesehatan. Terjadinya

kehamilan disertai persalinan secara terus menerus berakibat pada

semakin tergerusnya pembuluh darah pada dinding rahim disertai dengan

semakin hilangnya elastisitas jaringan akibat peregangan pada masa

kehamilan hingga persalinan. Kerusakan pada jaringan tubuh

memungkinkan timbulnya kelainan dalam kandungan ibu yang akan

sangat mempengaruhi kondisi letak janin atau plasenta pada ibu yang

dapat mengganggu pertumbuhan janin. Terganggunya pertumbuhan janin

dalam kandungan ibu membuat ibu melahirkan bayi yang kurang sehat

(Kurniawan, 2019).

63
d. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga

Dewa Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, hampir

sebagian dari responden berpendidikan menengah sebanyak 15

responden (45,5%) dan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak

11 responden (33,3%), responden yang berpendidikan dasar sebanyak 7

responden (21,2%).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun

2021). Pendidikan merupakan proses komunikasi yang di dalamnya

terkandung suatu proses transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan-keterampilan, baik yang berlangsung di dalam maupun di

luar sekolah, di lingkungan masyarakat, di lingkungan keluarga dan

pembelajarannya berlangsung sepanjang hayat (long life learning) dari

satu generasi ke generasi lainnya (Hasan, 2021).

64
e. Gambaran Asupan Zat Besi pada Ibu Hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asupan zat besi pada

ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu,

sebagian dari responden mengalami defisit asupan zat besi sebanyak 18

responden (54,5%) dan responden yang asupan zat besinya normal

sebanyak 15 responden (45,5%).

Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk

hemoglobin (Hb). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang

berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan

oksigen dan berada dalam bentuk hemoglobin mioglobin, atau

cytochrom. Untuk memenuhi kebutuhan guna pembentukan hemoglobin,

sebagian besar zat zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah merah

akan dimanfaatkan kembali baru kekurangannya harus dipenuhi dan

diperoleh melalui makanan (Rahmiyanti, 2018).

Hasil penelitian Alza dkk (2017), menyatakan bahwa kebutuhan

zat besi pada saat kehamilan meningkat dua kali lipat dari

kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil,

volume darah meningkat 50% sehingga perlu lebih banyak zat besi

untuk membentuk hemoglobin. Pertumbuhan janin dan plasenta yang

sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi. Dalam keadaan tidak

hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari menu

makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai

65
zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan

suplemen berupa tablet besi (Alza dkk, 2017).

f. Gambaran Asupan Protein Pada Ibu Hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asupan protein pada

ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu,

sebagian dari responden yang asupan proteinnya normal sebanyak 23

responden (69,7%) dan responden yang asupan proteinnya mengalami

defisit sebanyak 10 responden (30,3%).

Selama masa kehamilan kebutuhan protein digunakan untuk

pertumbuhan janin, perkembangan plasenta, produksi cairan ketuban,

peningkatan volume darah ibu dan untuk kebutuhan jaringan lainnya.

Peningkatan kebutuhan protein tersebut digunakan untuk ibu dan

pertumbuhan janinnya. Kebutuhan protein tersebut dibutuhkan pada awal

kehamilan, yaitu trimester I dan II, digunakan untuk terjadi pembelahan

sel. Dan mengalami peningkatan pada trimester III. Selama masa

kehamilan kebutuhan total protein dibutuhkan sebesar 925 gram protein

atau dibutuhkan perhari 3,3 gram per harinya. Secara spesifik kebutuhan

protein pada minggu 0-10, minggu 10-20, minggu 20-30, minggu 30-40

masa kehamilan dibutuhkan protein masing-masing sebesar 0,64 gram,

1,84 gram, 4,76 gram, 6,1 gram per harinya. Dari jumlah tersebut

persentase kebutuhan protein yang terbesar, yaitu diperlukan untuk janin,

66
plasenta, rahim, cairan ekstraseluler masing-masing sebesar 47,6%,

10,8%, 17,9% dan 14,6% (Ahmadi, 2019).

g. Gambaran Asupan Vitamin C Pada Ibu Hamil di Puskesmas

Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asupan vitamin C

pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu,

sebagian dari responden asupan vitamin C normal sebanyak 19

responden (57,6%) dan responden yang mengalami defisit asupan

vitamin C sebanyak 14 responden (42,4%).

Tubuh tidak dapat memproduksi vitamin sendiri. Oleh karena itu,

tubuh membutuhkan asupan vitamin C dari makanan agar fungsi vitamin

C dalam tubuh berjalan optimal. Vitamin C berasal dari sumber makanan

antara lain jeruk, stroberi, tomat, buah kiwi, raspberi, adas, melon,

asparagus, kentang dan hati (Setiarto dan Karo, 2021).

Kebutuhan vitamin meningkat dibanding sebelum hamil, sangat

diperlukan untuk tumbuh kembang janin selama kehamilan. Kebutuhan

vitamin C juga bertambah selama hamil, kebutuhan vitamin C larut air

selama kehamilan (AKG) adalah sebesar 85 mg untuk wanita yang hamil

usia > 18 tahun dan 80 mg untuk wanita yang hamil usia < 18 tahun

(Litaay dkk, 2021).

67
h. Gambaran Status Gizi Pada Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan

Telaga Dewa Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa status gizi pada ibu

hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu, sebagian

dari responden mengalami malnutrisi sebanyak 20 responden (60,6%)

dan responden yang status gizinya normal sebanyak 13 responden

(39,4%).

Dalam penelitian ini status gizi digunakan dua kategori yaitu status

gizi malnutrisi dan status gizi normal. Menurut Mardalena (2021) status

gizi adalah keadaan tubuh manusia sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi dibedakan

menjadi tiga, yaitu gizi lebih, gizi baik dan gizi kurang. Baik buruknya

status gizi manusia dipengaruhi oleh 2 hal pokok yaitu konsumsi

makanan dan keadaan kesehatan tubuh atau infeksi.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia pada Ibu

Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan

p-value 0,081 hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu. Secara teori

wanita yang termasuk usia < 20 tahun atau > 35 tahun akan lebih berisiko

untuk membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun

68
janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu

mengalami anemia, demikian pula pada wanita yang tidak memperoleh

cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan

mudah terserang penyakit.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Isnaini dkk (2021)

tentang hubungan usia, paritas dan pekerjaan terhadap kejadian anemia

pada ibu hamil. Variabel salah satunya yaitu usia yang didapatkan hasil

uji statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan

kejadian anemia pada ibu hamil dengan p-value = 0,308.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sari dkk (2021),

tentang hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kota

Metro, dengan hasil terdapat hubungan antara usia dengan kejadian

anemia pada ibu hamil dimana ibu hamil diusia dibawah 20 tahun dan

diatas usia 35 tahun berisiko 3,921 kali lebih besar kemungkinan anemia

dalam kehamilannya diperbandingkan dengan ibu hamil pada usia antara

20 sampai dengan 35 tahun.

Masa kehamilan sangat rentan terhadap terjadinya kekurang zat

besi karena selama kehamilan, zat besi akan lebih banyak dibutuhkan

terutama untuk memasok janin dan plasenta yang sedang tumbuh dan

untuk meningkatkan massa sel darah merah ibu. Pada kondisi yang

membutuhkan banyak zat besi, maka kehamilan yang terjadi pada wanita

berusia sangat muda atau sangat tua akan rentan terhadap terjadinya

anemia. Usia tergolong sangat muda ialah usia dibawah 20 tahun dan

69
yang tergolong terlalu tua adalah > 35 tahun sementara usia yang

dianggap aman bagi kehamilan ialah usia 20 sampai 35 tahun

dikarenakan sudah siap hamil secara fisik dan kejiwaan.

Ibu yang mengalami kehamilan pada usia dibawah 20 tahun

masukan zat besi akan terbagi antara janin yang ada dirahimnya dengan

pertembuhan biologis dirinya sendiri. Ibu yang hamil >35 tahun, sudah

memasuki masa awal fase degenerative, sehingga fungsi tubuh tidak

optimal. Kehamilan  diusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun adalah

kehamilan yang memiliki resiko dan bisa menimbulkan anemia.

b. Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di

Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan

p-value = 0,001 yang berarti H0 ditolak (p < 0,05), hal ini menunjukan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota

Bengkulu. Seluruh ibu hamil dengan paritas grande multigravida

mengalami anemia sebanyak 9 responden (100,0%) yang menunjukan

bahwa kadar hemoglobin dalam darah < 11 gr/dl.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Adawiyah (2021) tentang

hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Trauma Center Samarinda, pada variabel paritas hasil uji statistik p-value

0,030 (< 0,05) yang berarti terdapat hubungan antara paritas dengan

kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

70
penelitian Ika Wardhani dkk (2020) tentang hubungan body image dan

pola makan dengan kekurangan energi kronis (KEK) pada remaja putri

SMAN di Jawa Barat pada variabel body image didapatkan hasil uji

statistik p-value 0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara body image dengan kejadian KEK pada remaja putri.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Nursanyoto dkk

(2020) menemukan adanya kecenderungan berbanding lurus antara

persepsi body image dan status KEK. Kelompok sampel dengan persepsi

body image yang buruk dianggap sebagai kelompok yang berisiko, maka

diperoleh nilai odds ratio (OR) sebesar 1,863 (95% CI = 1,133 – 3,062)

yang mengandung arti bahwa mereka yang memiliki persepsi body

image yang buruk akan memiliki risiko mengalami kejadian KEK 1,863

kali lipat dibanding mereka yang memiliki persepsi body image yang

baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK yaitu

pengaruh lingkungan seperti teman sebaya, remaja cenderung mudah

dipengaruhi oleh teman sebaya. Mereka lebih memperhatikan temannya

dibandingkan dengan orangtua, termasuk dalam pendapat dan

penilaiannya terhadap tubuhnya sendiri. Remaja putri membentuk

gambaran dan persepsi tentang tubuh yang dimiliki yang disebut body

image (Ika Wardhani dkk., 2020).

c. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian KEK Mahasiswi Remaja

Putri Di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu Tahun 2022

71
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan

p-value=0,000 yang berarti H0 ditolak (p<0,05), hal ini menunjukan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian

KEK mahasiswi Remaja Putri di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Bengkulu tahun 2022. Sebagian besar remaja putri memiliki pola makan

yang tidak baik sebanyak 37 responden (78,7%) dan remaja putri

memiliki pola makan yang baik sebanyak 10 responden (21,3).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ika Wardhani dkk

(2020) tentang hubungan body image dan pola makan dengan

kekurangan energi kronis (KEK) pada remaja putri SMAN di Jawa Barat,

pada variabel pola makan menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara pola makan dengan KEK dengan p-value 0,000

(p<0,05). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ardi (2021)

tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kurang

Energi Kronis (KEK) pada Remaja Putri, pada variabel pola makan hasil

uji statitik p-value 0,000 (<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara

pola makan dengan KEK pada remaja putri.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang

menderita KEK memiliki masalah terhadap pola makan, saat

diwawancarai mereka cenderung tidak pernah sarapan pagi serta sering

melewatkan jam makan yang semestinya, selain itu juga dilihat dari hasil

Semi-FFQ dibanding masak sendiri mereka lebih memilih

mengkonsumsi makanan junk food/fast food seperti geprek, bakso, seblak

72
dan lainnya. Pola makan sebagai faktor yang mempengaruhi status gizi

seseorang, apabila kekurangan asupan zat gizi maka akan mengakibatkan

berat badan berkurang dan kemerosotan jaringan pada tubuh dan jika

berlangsung lama maka akan mengakibatkan terjadi KEK (Ika Wardhani

et al., 2020).

d. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian KEK Mahasiswi

Remaja Putri Di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu Tahun

2022

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan

p-value=0,002 yang berarti H0 ditolak (p<0,05), hal ini menunjukan

bahwa adanya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan

kejadian KEK mahasiswi Remaja Putri di Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Bengkulu tahun 2022. Sebagian besar remaja putri memiliki

aktivitas yang ringan sebanyak 41 responden (87,2%) dan remaja putri

memiliki aktivitas fisik yang sedang sebanyak 6 responden (12,8). Pada

penelitian ini, faktor pemicu KEK yang juga memiliki kontribusi

bermakna terhadap kejadian KEK remaja putri adalah aktivitas fisik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nursanyoto dkk

(2020) Kelompok sampel dengan aktivitas fisik yang ringan/rendah

dianggap sebagai kelompok yang berisiko yang memperoleh nilai odds

ratio (OR) sebesar 1,83 (95% CI = 1,029 – 3,252) yang mengandung arti

bahwa mereka yang memiliki aktivitas fisik yang ringan/rendah akan

73
berisiko mengalami kejadian KEK 1,83 kali lipat dibanding mereka yang

memiliki aktivitas sedang/tinggi.

Pada masa remaja individu akan mengalami fase pertumbuhan

cepat (adolescence growth spurt) yang ditandai dengan meningkatnya

pertambahan massa otot. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk

melakukan aktifitas yang tinggi agar tidak mengalami gangguan

pertumbuhan massa ototnya. Remaja yang jarang berolahraga cenderung

memiliki massa otot yang lebih rendah dibanding mereka yang rajin

berolahraga (Nursanyoto dkk., 2020).

e. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian KEK Mahasiswi Remaja

Putri Di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu Tahun 2022

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan

p-value 1,000 hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan gizi dengan kejadian KEK mahasiswi

Remaja Putri di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu tahun 2022,

dari hasil skor kuesioner hampir semua mahasiswi remaja putri yang

mengalami KEK memiliki pengetahuan gizi yang baik sebanyak 45

(95,7%) responden, oleh karena itu tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan kejadian KEK.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosamala & Sri

(2021) tentang hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang gizi

dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK) pada usia remaja

menunjukkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value=0,297 sehingga

74
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan

kejadian KEK pada remaja putri. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Lasari dkk (2022) tentang analisis faktor risiko kejadian

kekurangan energi kronik (KEK) pada remaja putri di wilayah lahan

basah, pada variabel pengetahuan gizi hasil statistik p-value 0,432

(>0,05) menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada remaja.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam

membentuk perilaku setiap individu, termasuk perilaku kesehatan

individu tersebut. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan

lama dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan akan

berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan seseorang. Pada penelitian

ini dilakukan di jurusan gizi yang pada akhirnya pengetahuan mereka

hampir semua baik dikarenakan mereka sudah banyak menguasai

pengetahuan tentang gizi, oleh karena itu setelah di uji statistik

menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi

dengan kejadian KEK pada remaja putri di jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

3. Analisis Multivariat

a. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada

Ibu Hamil Di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu

75
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhadap kejadian KEK pada Remaja Putri di jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu Tahun 2022 yaitu variabel persepsi body

image. Untuk melihat variabel yang paling kuat hubungan dengan KEK

pada remaja, dapat dilihat dari nilai Exponen B atau OR pada variabel

yang signifikan. Pada hasil analisis multivariat, yang paling besar nilai

Exponen B atau OR nya adalah variabel body image yang paling

berpengaruh terhadap kejadian KEK pada Remaja Putri di jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu Tahun 2022.

76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian kekurangan energi kronis pada mahasiswi

remaja putri di jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu Tahun 2022 maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebanyak 38 responden mahasiswi remaja putri yang mengalami

kekurangan energi kronik (KEK).

2. Penyakit infeksi pada mahasiswi remaja putri jurusan gizi di Poltekkes

kemenkes tahun 2022 rata-rata responden tidak ada penyakit infeksi

sebanyak 38 responden dan 9 responden ada penyait infeksi.

3. Persepsi body image pada mahasiswi remaja putri jurusan gizi di

Poltekkes kemenkes tahun 2022 sebagian lebih memiliki persepsi body

image yang negatif sebanyak 34 responden dan 13 responden berpersepsi

positif terhadap citra tubuhnya.

4. Pola Makan pada mahasiswi remaja putri jurusan gizi di Poltekkes

kemenkes tahun 2022 sebagian lebih pola makan responden tidak baik

sebanyak 37 responden dan 10 responden memiliki pola makan yang baik.

5. Aktivitas Fisik pada mahasiswi remaja putri jurusan gizi di Poltekkes

kemenkes tahun 2022 rata-rata aktivitas fisik responden ringan sebanyak

41 responden dan 6 responden memiliki aktivitas fisik yang sedang.

6. Pengetahuan Gizi pada mahasiswi remaja putri jurusan gizi di Poltekkes

kemenkes tahun 2022 hampir semua responden memiliki pengetahuan

77
yang baik sebanyak 45 responden dan 2 responden memiliki pengetahuan

yang kurang.

7. Hasil uji statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit

infeksi dengan kejadian KEK pada mahasiswi remaja putri.

8. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara persepsi body

image dengan kejadian KEK pada mahasiswi remaja putri.

9. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan

kejadian KEK pada mahasiswi remaja putri.

10. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik

dengan kejadian KEK pada mahasiswi remaja putri.

11. Hasil uji statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

gizi dengan kejadian KEK pada mahasiswi remaja putri.

12. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian KEK pada mahasiswi

remaja putri adalah body image.

5.2 Saran

1. Bagi akademik, untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan

variabel-variabel yang berhubungan dengan kekurangan energik kronik

(KEK) pada remaja putri.

2. Bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan status gizi bertujuan untuk

mempersiapkan kondisi fisik dan mental ketika hamil dan calon ibu agar

selalu meningkatkan asupan zat gizi ibu sebelum hamil dan selama

kehamilan.

78
3. Agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai faktor

faktor yang mempengaruhi kejadian kekurangan energi kronik (KEK)

pada remaja putri.

79
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, F. (2021). Kehamilan, Janin dan Nutrisi. Yogyakarta: Deepublish


Alamsyah Wasfaedy. (2020). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian
penyakit anemia pada ibu hamil diwilayah kerja puskesmas botomarannu
kabupaten goa, 1(2).
Almatsier S., (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Amini, A., Pamungkas, C. E., & Harahap, A. P. (2018). Kerja Puskesmas
Ampenan. Midwifery Journal, 3(2), 108–113.
Anggraini, D.I., Imantika, E., Zuraida, R., & Wijaya, S.M.( 2020). Pengaruh
Status Gizi Terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Daerah Endemis
Malaria Kabupaten Pesawaran. Jurnal JK Unila, 4(2), 107-111

Arin Oktafia Asyari, Anggit Eka Ratnawati, E. Y. K. (2021). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri. 8(1), 30–35.
Astriana Willy. (2017). Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Ditinjau Dari Paritas
Dan Usia. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 123-130.
Atika, Z., Layli, A.N. dan Winiastri, D. (2021). Keajaiban “Kelor” Untuk
Kehamilan. Surabaya: Global Aksara Press

Dafroyati Yulliana. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia


Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Jurnal Info
Kesehatan, 11(2), 467-480.
Dai, N.F. (2021). Anemia Pada Ibu Hamil. Pekalongan: Penerbit NEM

Ernawati, A. (2018). Hubungan Usia Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang: Media Informasi
Penelitian, Pengembangan Dan Iptek, 14(1), 27–37.
Fadli, F., & Fatmawati, F. (2020). Analisis Faktor Penyebab Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 15(2), 137–146.
Farida, Y., Isnanto, & I.G.A Kusuma Astuti, N. P. (2021). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Skripsi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan.
Usia2, Viii(2), 14–22.
Fitriani, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2016. Naskah Publikasi, 11, 8–9.
Hasan dkk. (2021). Konsepsi Dan Makna Landasan Pendidikan.Jakarta: Tahta
Media Group.

80
Herawati, A.N., Palupi, N.S., Andarwulan, N & Efriwati. (2018). Kontribusi
Asupan Zat Besi dan Vitamin C terhadap Status Anemia Gizi Besi pada
Balita Indonesia. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 41(2), 65-76.

Indra, I.M., & Cahyaningrum, I., (2019). Cara Mudah Memahami Metodologi
Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish

Indryani, Mukhoirotin, Lestari, M., Niu, F. dkk. (2022). Komplikasi Kehamilan


dan Penatalaksanannya. Medan : Yayasan Kita Menulis

Irianti, B., dkk. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seteo.
Kemenkes R.I. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2019. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes R.I. (2020). Pedoman Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) Bagi
Ibu Hamil. Jakarta: Kemenkes RI
Keperawatan, N. J., Faktor, F., Berhubungan, Y., Kejadian, D., Ramadini, I.,
Risma, E., Parman, J. S., & Lolong, N. (2016). Anemia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2015 Pendahuluan Target
Sustainable Development Goals ( Sdgsz ) Meningkatkan Kesehatan Bagi
Seorang Ibu Untuk Mengurangi Angka Kematian Ibu . Seorang Ibu Yang
Kesehatannya Tidak Stabil Dapat Menga. 12(2), 174–192.
Kurniasari, L. 2020. Modul Praktikum Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Lakeisha

Kurniawan, R., & Melaniani, S. (2019). Hubungan Paritas, Penolong Persalinan


Dan Jarak Kehamilan Dengan Angka Kematian Bayi Di Jawa Timur. Jurnal
Biometrika Dan Kependudukan, 7(2), 113.
Litaay, C., Paotiana, M., Elisanti, E., Fitriyani, D., dkk. (2021). Kebutuhan Gizi
Seimbang. Yogyakarta: Zahir Publishing

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Nardina, E.A., Astuti, E.D., Hutomo, C.S dkk. (2021). Gizi Reproduksi. Medan:
Yayasan Kita Menulis

Pratiwi, L., & Dayaningsih, D. (2021). Kesehatan Ibu Hamil. Sukabumi: CV.
Jejak
Priyanti, S., Irawati, D., & Syalfina, A. D. W. I. (2020). Anemia Dalam
Kehamilan. Penerbit Stikes Majapahit Mojokerto.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2019). Bengkulu: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

81
Purba, D.H., Marzuki, I., Dailami, M., Saputra, H.A., dkk. (2021). Biokimia.
Medan: Yayasan Kita Menulis
Rahmiyanti D., Darmawati. (2018). Prevalensi Anemia Defisiensi Zat Besi Pada
Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 3(3), 140-145.
Ramadini I., Risma Elda. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Lubuk Buaya Padang.
Jurnal Keperawatan, 12(2), 174-192.
Reni Yuli Astuti & Dwi Ertiana. (2018). Anemia Dalam Kehamilan. Jakarta:
Pustaka Abadi.
Rustandi, A. A., Harniati, & Kusnadi, D. (2020). Jurnal Inovasi Penelitian. Jurnal
Inovasi Penelitian, 1(3), 599–597.
Rukiyah, & Yulianti. (2019) . Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak.
Jakarta Timur. CV. Trans Info Media.
Sari, M.H.N., Mukhoirotin, Louis, S.L., Zuraidah, dkk. (2022). Gizi Dalam
Kebidanan. Medan: Yayasan Kita Menulis

Salulinggi, A., Asmin, E., Titaley, C.R., & Bension, J.B. (2021). Hubungan
Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu Hamil Konsumsi Tablet Tambah Darah
dengan Kejadian Anemia di Kecamatan Leitmur Selatan dan Teluk Ambon.
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 6(1), 229-236.

Setiarto, H.B., & Karo, M.B. (2021). Pengantar Biokimia Klinis. Bogor:
Guepedia

Siregar dkk. (2021). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.


Tessa, S. & Vera, F. (2019). faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil. Fakultas kedokteran universitas Malahayati, 5(2),
106-115.
Sukma, D.R. & Sari, R.D.P. (2020). Pengaruh Faktor Usia Ibu Hamil Terhadap
Jenis Persalinan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal
Majority, 9(2), 1-5.

Sumbono, A. (2021). Protein Seri Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta:


Deepublish

Sulfianti, Sutrio, Novela, V., Saragih, E., dkk. (2021). Penentuan Status Gizi.
Medan: Yayasan Kita Menulis

Utama, R.P. (2021). Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 689-694

82
Yuliani, D.R., Saragih, E., Astuti, A., Ani, W.M. dkk. (2021). Asuhan Kehamilan.
Medan: Yayasan Kita Menulis.

World Health Organization. (2020).

83
84
85

Anda mungkin juga menyukai