OLEH:
OLEH:
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Skripsi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
Telaga Dewa Kota Bengkulu. Penyusunan Proposal Skripsi ini diajukan sebagai
masukkan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
2. Anag Wahyudi, S.Gz., MPH sebagai Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.
3. Tetes Wahyu, SST., M.Biomed sebagai Ketua Prodi Terapan Gizi dan
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak agar
penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal dimasa yang akan datang. Semoga
iv
Proposal Skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
v
DAFTAR ISI
vi
I. Analisis Data .......................................................................... 27
J. Etika Penelitian ...................................................................... 28
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR BAGAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seluruh dunia pada tahun 2019 terdapat kematian ibu sebesar 210 jiwa per
tahun 2018 yang sebesar 400 jiwa per 100.000 persalinan hidup dan sebesar
320 jiwa per 100.000 persalinan hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) dapat
Selain itu, penyebab kematian ibu secara tidak langsung antara lain gangguan
pada kehamilan seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Energi Kronis
kadar hemoglobin dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering
disebut dengan kurang darah, kadar sel darah merah di bawah nilai normal
(Rukiyah, 2019).
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Astuti dan
Ertiana, 2018).
1
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan Hemoglobin sekitar 19%.
Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya
Menurut WHO (2020) dari tahun 2018 sampai tahun 2019 di seluruh
Indonesia pada tahun 2019 menemukan 50%-63% ibu hamil menderita anemia.
penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada tahun yang sama
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70% mengalami anemia
sebesar 69% (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2019). Data yang diperoleh pada
bulan Desember 2021 dari 704 ibu hamil yang diperiksa Hb menunjukkan
terdapat 17 orang ibu hamil yang anemia (2,4%). Dan dari hasil survei awal
2
yang dilakukan pada 10 sampel, didapatkan 8 sampel yang mengalami anemia
B. Rumusan Masalah
peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada
hubungan usia ibu, paritas, pendidikan ibu, asupan Fe, asupan protein, asupan
vitamin C dan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C
c. Mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu
3
d. Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
f. Mengetahui hubungan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada
i. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Masyarakat
terutama ibu hamil untuk selalu aktif dan berperan serta dalam melakukan
kejadian anemia.
4
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau
hamil.
4. Bagi Peneliti
E. Keaslian Penelitian
5
terhadap kejadian
anemia (p 0,009).
Sedangan hasil uji
multiple logistic
regression diperoleh
hasil bahwa faktor
kecukupan konsumsi
tablet Fe yang paling
berpengaruh (OR 9,221)
Riyanto, 2012 Faktor-Faktor Cross Konseling, Anemia Hasil analisis multivarit
Yang Sectional Konsumsi menyimpulkan bahwa
Berhubungan Tablet Fe dan faktor-faktor yang
Anemia Ibu Pengetahuan berhubungan dengan
Hamil Di kejadian anemia ibu
Kabupaten hamil adalah konseling
Lampung Timur oleh petugas kesehatan
(POR 3,428; p=0,002),
konsumsi Fe
(POR=2,683; 0,003)
dan pengetahuan POR=
2,103; p=0,033).
Willy, A 2017 Kejadian Cross Ibu Hamil, Anemia Adanya hubungan
Anemia Pada Sectional Paritas dan antara kejadian anemia
Ibu Hamil Usia pada ibu hamil dengan
Ditinjau Dari paritas (p value 0,023)
Paritas dan Usia dan usia (p value 0,028)
Indri, R, 2016 Faktor-Faktor Cross Status Gizi, Anemia ada hubungan yang
Yang Sectional Tingkat bermakna antara status
Berhubungan pengetahuan, gizi dengan kejadian
Dengan Paritas, Jarak anemia (p= 0,004),
Kejadian Kehamilan terdapat hubugan yang
Anemia Pada bermakna antara tingkat
Ibu Hamil Di pengetahuan dengan
Puskesmas anemia (p= 0,018),
Lubuk Buaya terdapat hubungan yang
Padang Tahun bermakna antara paritas
2015 dengan kejadian anemia
(p= 0,043), dan terdapat
hubungan yang
bermakna antara jarak
kehamilan dengan
kejadian anemia (p=
0,001).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
kembang hasil konsepsi sampai aterm atau cukup bulan untuk lahir. Masa
kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu) dan terbagi dalam 3
triwulan. Triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai kehamilan usia
3 bulan. Triwulan kedua dimulai dari bulan ke-4 sampai 6 bulan, sedangkan
triwulan ketiga dimulai dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Ernawati, 2018).
menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat
sebagai gravida atau gestasi adalah waktu dimana satu atau lebih bayi
yaitu:
7
2. Trimester Dua (13-28 minggu)
diakhiri dengan bayi lahir. Pada trimester tiga seluruh uterus terisi oleh bayi
B. Anemia
1. Definisi Anemia
jumlah eritrosit lebih rendah dari kadar normal. Pada wanita hamil
dikatakan mengalami anemia jika kadar Hb < 11 g/dl (Amini dkk, 2018).
tubuh memiliki jumlah sel daerah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang
mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
oksigen yang disebabkan oleh penurunan jumlah sel darah merah atau
8
penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau jumlah sel darah merah
(Sjahriani, 2019).
merah yang berlebihan. Biasanya disebut anemia hemolitik, muncul saat sel
darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah
normalnya 120 hari, pada anemia hemolitik umur sel daerah merah lebih
pendek). Sum-sum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan sel darah merah. Hal ini akan disebabkan berbagai
dapat sebagai penyebab. Kehilangan darah sedikit dalam jangka lama seperti
menyebabkan anemia. Produksi sel darah merah yang tidak optimal ini
terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darah merah dalam
gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr%. Menurut WHO
sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl (Irianti dkk, 2015).
Anemia defisiensi zat besi adalah penurunan jumlah sel darah merah
dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit.
mengalami defisiensi zat besi dalam darah. Selain itu anemia dalam
9
kehamilan dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) <11 gr% pada trimester I dan II, sedangkan pada
defisiensi besi. Ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi pada
umumnya hanya memberi sedikit besi pada janin yang dibutuhkan untuk
utama dari hemoglobin dan penting untuk fungsi yang tepat. Gejala awal
1) Badan lemah
2) Lelah
3) Kurang energi
6) Sakit kepala
10) Wajah
Jikalau anemia berat, ibu bisa sesak nafas bahkan lemah jantung
(Defroyati, 2012).
10
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi
sebagai berikut:
disebabkan oleh kurang masuknya unsur zat besi dan makanan karena
2) Anemia megaloblastik
11
3) Anemia hipoplastik
mampu membuat sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada sekitar
apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas maka anemia akan
4) Anemia hemolitik
c. Tahapan Anemia
12
1) Stadium 1
2) Stadium 2
3) Stadium 3
4) Stadium 4
5) Stadium 5
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah, janin dan
13
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus: premature,
2) Daging merah
3) Sereal telur
4) Ikan
2018).
Menurut Prianty dkk (2020) yang mengatakan bahwa usia adalah satuan
waktu yang mengukur waktu keberadaan benda atau makhluk, baik yang hidup
maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur
14
sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung, oleh karena itu umur tersebut
diukur tariknya lahir hingga tarikh semasa (semasa kini). Pembagian usia ibu
dikategorikan sebagai berikut < 20 tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun.
Usia ibu hamil digolongkan menjadi dua yaitu berisiko dan tidak
berisiko. Usia berisiko maksudnya usia ibu hamil mempunyai resiko tinggi jika
mengalami kehamilan yaitu umur terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (>
35 tahun). Usia tidak berisiko maksudnya usia ibu yang dianjurkan untuk
dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang sehat, terutama pada usia
muda. Anemia pada ibu hamil diperberat bila hamil pada usia < 20 tahun,
karena ibu muda tersebut membutuhkan zat besi lebih banyak untuk keperluan
pertumbuhan diri sendiri serta bayi yang dikandungnya. Resiko kematian pada
kelompok umur di atas 35 tahun adalah tiga kali lebih tinggi dari kelompok
pernikahan usia muda adalah ibu muda tidak tahu atau tidak memahami
masalah kehamilan. Ibu tidak memahami kebutuhan gizi bagi ibu hamil.
Kondisi ini dapat menyebabkan anak yang dilahirkan kekurangan gizi yaitu
bayi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR). Sementara saat kehamilan
15
pekerjaan kaum wanita. Wanita yang berpendidikan tinggi berupaya mencari
D. Pendidikan
makanannya tercukupi, maka ibu hamil dapat terhindar dari anemia (Priyanti
dkk, 2020).
berlangsung sepanjang hayat (long life learning) dari satu generasi ke generasi
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
16
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021,
E. Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran hidup atau mati dengan usia kehamilan
36 minggu ke atas yang pernah dialami ibu. Paritas 1-3 merupakan paritas yang
baik untuk kesehatan ibu maupun janin yang ada dalam kandungan. Ibu hamil
yang paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali besar untuk mengalami
Paritas atau jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik yang hidup
ataupun yang mati. Paritas dikatakan tinggi bila melahirkan anak ke empat atau
lebih. Anak dengan urutan paritas yang lebih tinggi seperti anak kelima atau
lebih kemungkinan menderita gangguan zat besi lebih besar. Paritas 2 sampai 3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maupun kesehatan
ibu dan bayinya. Paritas 4 mempunyai resiko tinggi terkena anemia. Hal ini
(Amini, 2018).
17
elastisitas jaringan akibat peregangan pada masa kehamilan hingga persalinan.
kandungan ibu yang akan sangat mempengaruhi kondisi letak janin atau
pertumbuhan janin dalam kandungan ibu membuat ibu melahirkan bayi yang
1. Paritas primigravida yaitu seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
2. Paritas multigravida yaitu seorang wanita yang sudah hamil dua sampai tiga
kali.
lebih kendati tidak selalu melahirkan bayi yang hidup pada kehamilan
hemoglobin (Hb). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan
kebutuhan guna pembentukan hemoglobin, sebagian besar zat zat besi yang
berasal dari pemecahan sel darah merah akan dimanfaatkan kembali baru
18
kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan (Rahmiyanti,
2018).
Besi (Fe) merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan tubuh.
Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap
gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena
meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-
300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil 1040 mg.
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan
relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama
19
Tabel 2.2 Nilai Zat Besi dalam sumber makanan (mg/100 gram)
Nilai Zat Sumber
Sumber Makanan Nilai Zat Besi
Besi Makanan
Tempe 10,0 Bayam 3,9
Kacang Hijau 6,7 Kangkung 2,5
Kacang Merah 5,0 Daun Singkong 2,0
Udang 8,0 Daging Ayam 1,5
Hati Sapi 6,6 Daun Katuk 2,7
Pisang Ambon 0,5 Sawi 2,9
(Sumber: Almatsier, 2010)
G. Asupan Protein
1. Pengertian
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, yang berarti yang
utama atau yang didahulukan. Protein merupakan polimer yang panjang dari
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah karbon
55%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, sulfur 1% dan kurang dari
unit-unit asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Asal katanya
dianggap sebagai molekul utama dalam tubuh makhluk hidup dan bersifat
protein tersusun dari monomer yang lebih kecil (asam amino), dengan berat
molekul sekitar 135 dalton untuk asam aminonya (Purba dkk, 2021).
Protein adalah molekul mikro dalam tubuh terbesar setelah air dan
berada pada setiap sel tubuh. Beratnya antara lima ribu hingga beberapa
20
setengahnya ada di dalam otot, 1/5 bagian berada pada tulang dan tulang
rawan, 1/10 di bawah kulit dan sisanya dalam cairan tubuh. Protein juga
2021).
2. Sumber Protein
Protein adalah zat yang tidak dapat disintesis oleh manusia, hanya
tumbuhan dan hewan yang dapat mendaur unsur protein berupa nitrogen.
Sumber protein dapat diperoleh dalam dua jenis yaitu protein nabati dan
hewani. Protein nabati tertinggi terdapat pada kacang kedelai yang memiliki
nilai protein 34,9 lainnya dapat diperoleh pada kacang merah, kacang tanah
terkelupas, kacang hijau, kacang mete, tempe kacang kedelai murni, tahu,
beras setengah giling, kentang, gaplek, ketela pohon, daun singkong, bayam,
kangkung, wortel, tomat masak, jagung kuning/pipil, roti putih dan mangga
harum manis. Sumber protein hewani dapat diperoleh pada daging sapi,
ayam, telur bebek, telur ayam udang segar, ikan segar, tepung susu/dan
3. Penggolongan Protein
kimia yang terjadi dalam tubuh. Protein ini bertanggung jawab pada
dari serangan luar baik dari bakteri, virus, jamur maupun penyakit.
21
Protein imun ini juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh atau sistem
imun.
tubuh.
d. Protein kontraktil adalah protein yang memiliki tugas dan peranan dalam
atau simpanan energi maupun makanan. Protein ini akan digunakan pada
hidup. Dengan adanya protein ini struktur sel maupun struktur tubuh dari
seluruh proses kimiawi sel. Kapan suatu sel akan membelah ataupun
kimia yang dilakukan dalam komunikasi dari satu sel dengan sel lainnya
maupun antar organ. Protein reseptor ini yang akan menangkap molekul
sinyal baik berupa hormon maupun molekul lainnya (Purba dkk, 2021).
22
4. Asupan Protein Pada Masa Hamil
kehamilan, yaitu trimester I dan II, digunakan untuk terjadi pembelahan sel.
dibutuhkan perhari 3,3 gram per harinya. Secara spesifik kebutuhan protein
pada minggu 0-10, minggu 10-20, minggu 20-30, minggu 30-40 masa
4,76 gram, 6,1 gram per harinya. Dari jumlah tersebut persentase kebutuhan
protein yang terbesar, yaitu diperlukan untuk janin, plasenta, rahim, cairan
(Ahmadi, 2019).
masih lambat tetapi seluruh zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil harus
memenuhi kebutuhan janin. Pada trimester kedua, asupan protein bagi ibu
hamil harus bertambah. Pada trimester ketiga, protein bisa mencapai 2 gr/kg
23
biologi tinggi seperti daging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan, biji-
protein sekitar 10-15 gram lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang
telur, susu, yogurt dan selebihnya berasal dari protein nabati seperti tahu,
pada jaringan protein saat kehamilan, 440 gram akan diserap oleh janin, 216
24
terjadi defisiensi protein pada kehamilan hal ini dapat berdampak pada
H. Asupan Vitamin C
1. Pengertian
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam (Setiarto dan Karo,
2021).
Sifatnya akan labil dalam luratan alkali, stabil dalam kondisi kering dan
dalam kondisi kering dan dalam larutan asam. Vitamin C mudah rusak
(Mardalena, 2021).
25
2. Sumber Vitamin C
antara lain jeruk, stroberi, tomat, buah kiwi, raspberi, adas, melon,
Vitamin C banyak terdapat pada bahan nabati sayur dan buah terutama
yang segar, karenanya sering disebut fresh food vitamin. Bahan pangan yang
merupakan bahan sumber vitamin C adalah jeruk, tomat dan cabe hijau.
Buah yang masih mental lebih banyak kandungan vitamin C-nya. Semakin
tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. Buah jeruk baik
3. Fungsi Vitamin C
adalah:
struktur sel disemua jaringan ikat, seperti pada tulang awan, matriks
tulang, dentin gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon (urat oto).
26
b. Sintesis Karnitin, Noradrenalin, Serotonin: Karnitin memegang peran
meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam
usia > 18 tahun dan 80 mg untuk wanita yang hamil usia < 18 tahun (Litaay
dkk, 2021).
27
Tambahan kebutuhan vitamin C saat masa kehamilan adalah sebesar
(Paramita, 2019).
I. Status Gizi
1. Pengertian
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat
gizi di dalam tubuh (Sulfianti dkk, 2021). Status gizi adalah kondisi
konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi dapat
dkk, 2021).
Status gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk status
oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat
gizi oleh tubuh. Status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi.
Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer
dan skunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi
28
faktor sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena
adanya gangguan dan pemanfaatan zat gizi dalam tubuh (Candra, 2020).
Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam level individu, faktor
yang dipengaruhi langsung oleh jumlah dan jenis asupan makanan serta
Menurut Aryani Dewi dalam (Priyanti dkk, 2020) status gizi dapat
penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian status gizi ibu hamil berarti
janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk dalam kehamilan akan
sebagainya.
gizi. Adapun kategori dari status gizi dibedakan menjadi tiga, yaitu gizi
lebih, gizi baik dan gizi kurang. Baik buruknya status gizi manusia
29
2. Pengukuran status gizi ibu hamil
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan
negara maju pertambahan berat badan ibu selama hamil sekitar 12-14
yang menandakan bahwa janin tumbuh dan berkembang (Sari dkk, 2022).
hamil:
untuk menentukan status gizi dengan cara membagi berat badan sebelum
hamil dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter (Paramita, 2019).
berat badan ibu selama hamil sesuai klasifikasi berat badan ibu.
30
Tabel 2.4: Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil
malnutrisi ringan, dan status gizi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat
Tabel 2.5. Klasifikasi Status Gizi pada Wanita Hamil berdasarkan LILA
No LILA Klasifikasi
1. < 19,0 cm Malnutrisi berat
2. > 19 cm - < 22 cm Malnutrisi sedang
3. > 22 cm - < 23 cm Malnutrisi ringan
4. > 23 cm Status gizi normal
Sumber: Sari dkk, 2022.
Lingkar lengan atas (LILA) menjadi salah satu cara untuk penentuan
status gizi karena sangat mudah dilakukan, alat yang digunakan relatif
dapat melihat status gizi seseorang, namun pengukuran pada orang dewasa
sering kurang sensitive, karena pada orang dewasa, kadar lemah biasanya
lebih besar, namun pengukuran ini sensitive bagi anak sekolah dan ibu
31
3. Angka Kecukupan Gizi Ibu Tidak Hamil dan Hamil
Angka Kecukupan Gizi pada ibu Tidak Hamil dan Hamil dapat dilihat
Tabel 2.6 Angka Kecukupan Gizi Protein, Vitamin C dan Zat Besi Untuk
Ibu Tidak Hamil dan Hamil
Kelompok Umur Protein (g) Vitamin C mg) Zat Besi (mg)
10-12 tahun 55 50 8
13-15 tahun 65 65 15
16-18 tahun 65 75 15
19-29 tahun 60 75 18
30-49 tahun 60 75 18
50-64 tahun 60 75 8
65-80 tahun 58 75 8
80+ tahun 58 75 8
Hamil (Tambahan):
Trimester 1 +1 +10 +0
Trimester 2 +10 +10 +9
Trimester 3 +30 +10 +9
Sumber: Permenkes Nomor 28 Tahun 2019
dan zat besi < 77% AKG dan kategori normal jika tingkat kecukupan
asupan protein, vitamin C dan zat besi > 77% AKG (Herawati dkk, 2018).
Hamil
Ibu hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) tidak atau belum siap
32
janin. Di samping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan
pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi
Wanita yang hamil berumur < 20 tahun atau > 35 tahun, mempunyai
risiko yang tinggi untuk hamil karena akan membahayakan kesehatan dan
2. Paritas
mampu hidup di luar rahim. Paritas > 3 merupakan faktor terjadinya anemia.
Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat mengurus cadangan zat
gizi tubuh ibu (Atika, Layli dan Winiastri, 2021). Paritas > 3 merupakan
33
3. Pendidikan Ibu
pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan
pengambilan keputusan dalam memberikan gizi yang cukup bagi ibu serta
untuk perilaku hidup sehat dan membentuk pola pikir yang baik sehingga
ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi dan memiliki pengetahuan
Asupan zat besi yang kurang akibat tidak mengkonsumsi makanan yang
2021). Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi
34
terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan.
plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi
yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah sel darah merah dan 200
sebesar 66%. Tingginya persentase penyerapan zat besi hal ini dikarenakan
untuk kebutuhan ibu hamil dan janin. Jika ketersediaan besi pada ibu hamil
tersebut rendah, maka akan berdampak pada ibu yaitu salah satunya ada
5. Asupan Protein
Asupan zat besi dan protein yang kurang akibat tidak mengkonsumsi
besi (Dai, 2021). Peningkatan asupan protein berkaitan erat dengan kadar
35
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, karena protein
merupakan salah satu unsur yang penting dalam sintesis hemoglobin dan
pembawa zat besi, oleh karena itu apabila kadar protein dalam tubuh rendah,
6. Asupan Vitamin C
kulit. Zat gizi bernama lain asam askorbat ini membantu mencegah anemia
non heme dengan mereduksi besi ferri menjadi ferro dalam usus halus
diperlukan, sehingga risiko anemia defisiensi zat besi bisa dihindari (Yuliani
dkk, 2021). Asupan vitamin C membantu penyerapan zat besi dalam tubuh
Kecukupan zat besi pada ibu dan bayinya bergantung pada status gizi
ibu saat konsep dan makanannya ketika hamil. Pada ibu hamil dengan status
gizi baik, sekitar separuh dari kebutuhan zat besi selama kehamilannya
dipenuhi dari simpanan zat besi yang berada di dalam tubuhnya. Namun,
36
jika cadangan zat besi itu terlanjur menurun, maka terjadilah anemia karena
makanan saja ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan tambahan zat besi.
Ibu yang hamil harus memiliki gizi yang cukup karena gizi yang didapat
akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga janinnya. Seorang ibu yang
bagi ibu dan janinnya. Salah satu masalah dari gizi yang kurang bagi ibu
hamil adalah anemia, dimana terjadi kwantitas dan kualitas sel darah merah,
pendek atau kurus pada saat dewasa. Ibu yang memiliki postur tubuh seperti
2020).
ibu hamil. Status gizi merupakan keadaan kesehatan seseorang akibat dari
37
K. Kerangka Teori
Faktor Dasar :
- Sosial Ekonomi
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Budaya
- Sikap
Faktor Langsung
- Pola Konsumsi
- Penyakit Infeksi
- Pendarahan
- Asupan Zat Besi (Fe)
- Asupan Protein
- Asupan vitamin C
- Status Gizi
L. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan usia ibu, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe),
asupan protein, asupan vitamin C dan status gizi ibu dengan kejadian
Bengkulu.
Ho : Tidak ada hubungan usia ibu, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi
(Fe), asupan protein, asupan vitamin C dan status gizi dengan kejadian
38
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota
Bengkulu.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Cahyaningrum, 2019).
40
C. Kerangka Konsep
Paritas
Pendidikan Ibu
Asupan Protein
Asupan Vitamin C
Status Gizi
D. Variabel Penelitian
Variabel Independen : Usia Ibu, Paritas, Pendidikan Ibu, Asupan Zat Besi
Gizi.
E. Definisi Operasional
41
2 Usia Ibu Usia ibu Format Melihat 0: Beresiko, Nominal
Hamil ketika hamil pengumpulan rekam jika usia < 20
anak sekarang data medis tahun atau > 35
tahun
1: Tidak
berisiko, jika
usia 20-35
tahun
(Ernawati,
2018)
3 Paritas Jumlah anak Format Melihat 0: Grande Ordinal
yang lahir pengumpulan rekam multigravida
hidup data medis 1: Primigravida
2: Multigravida
(Priyanti dkk,
2020).
4 Pendidikan Pendidikan Format Melihat 0: Dasar, jika Ordinal
Ibu terakhir yang pengumpulan rekam ibu tidak tamat
telah data medis SD hingga
diselesaikan tamat SMP
oleh ibu hamil sederajat.
1: Menengah,
jika tamat
SMA
2 : Jika
Diploma atau
Sarjana
(PP Nomor 57
Tahun 2021)
5 Asupan Zat Asupan zat Format Food 0: Defisit, jika Nominal
Besi (Fe) besi yang pengumpulan Recall 24 asupan zat besi
terkandung data jam < 77% AKG
dalam 1: Normal, jika
makanan yang Defisit, jika
dikonsumsi asupan zat besi
oleh ibu > 77% AKG
(Herawati dkk,
2018)
6 Protein Asupan Format Food 0: Defisit, jika Nominal
protein yang pengumpulan Recall 24 asupan zat besi
terkandung data jam < 77% AKG
dalam 1: Normal, jika
makanan yang Defisit, jika
dikonsumsi asupan zat besi
oleh ibu > 77% AKG
(Herawati dkk,
42
2018)
7 Vitamin C Asupan Format Food 0: Defisit, jika Nominal
vitamin C pengumpulan Recall 24 asupan zat besi
yang data jam < 77% AKG
terkandung 1: Normal, jika
dalam Defisit, jika
makanan yang asupan zat besi
dikonsumsi > 77% AKG
oleh ibu (Herawati dkk,
2018)
8 Status Gizi Status gizi ibu Pita Ukur Menguku 0: malnutrisi, Nominal
pada saat r lengan jika LILA < 23
hamil yang atas ibu cm
diukur hamil 1 : normal, jika
berdasarkan LILA > 23 cm
ukuran LILA
1. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mendapatkan tambahan
611 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Adapun
sebagai berikut:
2
1−α/2
Z ⋅p( 1− p ) N
n= 2
2 1−α/2
d ( N −1)+ Z ⋅p (1− p)
43
Keterangan :
211, 2496
n=
6,1+0 , 3457
211,2496
n=
6 ,4457
44
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan) dan
anemia, usia ibu hamil, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan
protein, asupan vitamin C dan status gizi yang diperoleh dari rekam medis dan
food recall.
1. Tahap Persiapan
c. Mempersiapkan alat dan bahan penelitian seperti alat untuk ambil darah
2. Tahap Pelaksanaan
45
d. Melakukan wawancara untuk mengisi kuesioner yang berkaitan dengan
kejadian anemia kehamilan dan asupan Fe, asupan protein dan asupan
I. Analisis Data
multivariabel, yaitu:
1. Analisis Univariat
pada setiap variabel yang didapat dari hasil penelitian menggunakan tabel
sebagai berikut:
46
5. 51-75% : Sebagian dari responden
2. Analisis Bivariat
Telaga Dewa Kota Bengkulu. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-
kepercayaan 95%.
3. Analisis Multivariat
terikat dengan menggunakan uji statistik regresi logistik, serta untuk melihat
J. Etika Penelitian
47
maksud dan tujuan penelitian, menandatangani lembar persetujuan.
yang diisi oleh responden dan lembar tersebut diberi kode tertentu.
2. Confiedentialitiy (Kerahasiaan)
3. Justice (Keadilan)
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian
Bengkulu pada bulan April sampai Mei 2022. Penelitian ini bertujuan untuk
survey awal dan pengurusan surat izin pra penelitian dari Institusi Pendidikan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah kadar Hb (anemia), usia ibu
hamil, paritas, pendidikan ibu dan ukuran LILA (status gizi), serta asupan zat
besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C yang diperoleh dari food recall.
Data LILA dilakukan dengan menggunakan alat ukur pita LILA. Data usia ibu
hamil, paritas, pendidikan ibu diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh
49
responden, data kadar Hb diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium,
sedangkan data asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C
diperoleh dari hasil Semi FFQ yang dihitung dengan menggunakan software
Nutrisurvey. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah ibu hamil
terkumpul kemudian dientry dalam bentuk master data yang kemudian diolah
dengan software dalam bentuk analisis univariat dan bivariat kemudian melihat
B. Hasil
1. Analisis Univariat
paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin
C dan status gizi ibu hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa yang
50
dari responden mengalami anemia sebanyak 18 responden (54,5%) dan
(24,2%).
Berdasarkan hasil Tabel 4.3 diketahui bahwa paritas pada ibu hamil di
responden (33,3%).
51
Tabel 4.4 Gambaran Pendidikan Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Pendidikan Ibu N %
Dasar 7 21,2
Menengah 15 45,5
Tinggi 11 33,3
Jumlah 33 100
(21,2%).
Tabel 4.5 Gambaran Asupan Zat Besi Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Asupan Zat Besi N %
Defisit 18 54,5
Normal 15 45,5
Jumlah 33 100
Berdasarkan hasil Tabel 4.5 diketahui bahwa asupan zat besi pada ibu
responden (45,5%).
52
Tabel 4.6 Gambaran Asupan Protein Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Asupan Protein N %
Defisit 10 30,3
Normal 23 69,7
Jumlah 33 100
Berdasarkan hasil Tabel 4.6 diketahui bahwa asupan protein pada ibu
responden (30,3%).
responden (42,4%).
53
Berdasarkan hasil Tabel 4.8 diketahui bahwa status gizi pada ibu
2. Analisis Bivariat
independent (usia ibu hamil, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe),
asupan protein, asupan vitamin C dan status gizi) dengan variabel dependent
pendidikan ibu, asupan zat besi (Fe), asupan protein, asupan vitamin C dan
status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan
Tabel 4.9 Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Usia Ibu Hamil Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Beresiko 7 87,5 1 12,5 8 100
0,081
Tidak Beresiko 11 44,0 14 56,0 25 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100
hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
54
orang (87,5%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 1 orang
(12,5%). Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan
antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas
9 orang (100,0%), sedangkan tidak ada ibu hamil yang tidak anemia (0,0%).
Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara paritas
55
Tabel 4.11 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Pendidikan Ibu Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Dasar 5 71,4 2 28,6 7 100
Menengah 10 66,7 5 33,3 15 100 0,082
Tinggi 3 27,3 8 72,7 11 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100
hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
(71,4%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 2 orang (28,6%).
Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara
Tabel 4.12 Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Asupan Zat Besi Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Defisit 16 88,9 2 11,1 18 100
0,000
Normal 2 13,3 13 86,7 15 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100
hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
56
bahwa responden dengan defisit asupan zat besi yang anemia sebanyak 16
orang (88,9%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 2 orang
(11,1%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
asupan zat besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas
orang (70,0%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 3 orang
(30,0%). Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan
57
Tabel 4.14 Hubungan Vitamin C Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Vitamin C Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Defisit 13 92,9 1 71,1 14 100
0,000
Normal 5 26,3 14 73,7 19 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100
orang (92,9%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 1 orang
(71,1%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
Tabel 4.15 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa Kota Bengkulu
Kejadian Anemia
P
Tidak
Status Gizi Anemia Total Value
Anemia
n % n % n %
Malnutrisi 15 75,0 5 25,0 20 100
0,082
Normal 3 23,1 10 76,9 13 100
Jumlah 18 54,5 15 45,5 33 100
hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
58
bahwa responden dengan status gizi malnutrisi yang anemia sebanyak 15
orang (75,0%), sedangkan ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 5 orang
(25,0%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan
3. Analisis Multivariat
data kategorik.
regresi logistik ini adalah variabel yang dalam analisis bivariat mempunyai
nilai p < 0,05. Variabel yang dijadikan kandidat dalam uji regresi logistik
59
Berdasarkan tabel 4.16 di atas diketahui terdapat 4 variabel bebas
yang memiliki nilai P-Value < 0,05, sehingga pada ke-4 variabel tersebut
dapat dilakukan uji regresi logistik. Variabel bebas tersebut yaitu paritas,
penggunaan uji ini adalah agar dapat memilih variabel bebas yang paling
mempunyai nilai p < 0,05 pada langkah-langkah (step) uji regresi logistik
terdapat 2 variabel yang tersisa yaitu variabel asupan zat besi dan vitamin C.
Hasil uji regresi logistik berganda pada variabel yang paling berpengaruh
dapat dilihat dari nilai OR tertinggi pada tabel 4.17 menunjukan bahwa
C. Pembahasan
sebanyak 33 responden. Beberapa faktor yang akan dibahas adalah usia ibu
hamil, paritas, pendidikan ibu, asupan zat besi, protein, vitamin C dan status
60
gizi. Untuk itu dalam pembahasan ini akan diuraikan gambaran setiap variabel,
1. Analisis Univariat
(45,5%).
dan mortalitas pada saat ibu melahirkan (Anggraini dkk, 2020). Anemia
61
b. Gambaran Usia Ibu Hamil Di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa
Kota Bengkulu
responden (24,2%).
yang optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 20-35 tahun. Risiko
Wanita hamil pada usia muda akan memiliki beberapa risiko diantaranya
usia muda. Dampak signifikan dari pernikahan usia muda adalah ibu
muda tidak tahu atau tidak memahami masalah kehamilan. Ibu tidak
62
mencari kerja untuk mengaktualisasikan diri, akhirnya banyak wanita
sangat mempengaruhi kondisi letak janin atau plasenta pada ibu yang
dalam kandungan ibu membuat ibu melahirkan bayi yang kurang sehat
(Kurniawan, 2019).
63
d. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan Telaga
responden (21,2%).
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
64
e. Gambaran Asupan Zat Besi pada Ibu Hamil di Puskesmas
sebagian besar zat zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah merah
zat besi pada saat kehamilan meningkat dua kali lipat dari
volume darah meningkat 50% sehingga perlu lebih banyak zat besi
sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi. Dalam keadaan tidak
65
zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan
atau dibutuhkan perhari 3,3 gram per harinya. Secara spesifik kebutuhan
protein pada minggu 0-10, minggu 10-20, minggu 20-30, minggu 30-40
1,84 gram, 4,76 gram, 6,1 gram per harinya. Dari jumlah tersebut
66
plasenta, rahim, cairan ekstraseluler masing-masing sebesar 47,6%,
antara lain jeruk, stroberi, tomat, buah kiwi, raspberi, adas, melon,
usia > 18 tahun dan 80 mg untuk wanita yang hamil usia < 18 tahun
67
h. Gambaran Status Gizi Pada Ibu Hamil di Puskesmas Perawatan
(39,4%).
Dalam penelitian ini status gizi digunakan dua kategori yaitu status
gizi malnutrisi dan status gizi normal. Menurut Mardalena (2021) status
dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi dibedakan
menjadi tiga, yaitu gizi lebih, gizi baik dan gizi kurang. Baik buruknya
2. Analisis Bivariat
p-value 0,081 hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil
wanita yang termasuk usia < 20 tahun atau > 35 tahun akan lebih berisiko
68
janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan
pada ibu hamil. Variabel salah satunya yaitu usia yang didapatkan hasil
uji statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan
tentang hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kota
anemia pada ibu hamil dimana ibu hamil diusia dibawah 20 tahun dan
diatas usia 35 tahun berisiko 3,921 kali lebih besar kemungkinan anemia
besi karena selama kehamilan, zat besi akan lebih banyak dibutuhkan
terutama untuk memasok janin dan plasenta yang sedang tumbuh dan
untuk meningkatkan massa sel darah merah ibu. Pada kondisi yang
membutuhkan banyak zat besi, maka kehamilan yang terjadi pada wanita
berusia sangat muda atau sangat tua akan rentan terhadap terjadinya
anemia. Usia tergolong sangat muda ialah usia dibawah 20 tahun dan
69
yang tergolong terlalu tua adalah > 35 tahun sementara usia yang
masukan zat besi akan terbagi antara janin yang ada dirahimnya dengan
pertembuhan biologis dirinya sendiri. Ibu yang hamil >35 tahun, sudah
p-value = 0,001 yang berarti H0 ditolak (p < 0,05), hal ini menunjukan
Trauma Center Samarinda, pada variabel paritas hasil uji statistik p-value
0,030 (< 0,05) yang berarti terdapat hubungan antara paritas dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
70
penelitian Ika Wardhani dkk (2020) tentang hubungan body image dan
pola makan dengan kekurangan energi kronis (KEK) pada remaja putri
SMAN di Jawa Barat pada variabel body image didapatkan hasil uji
bermakna antara body image dengan kejadian KEK pada remaja putri.
persepsi body image dan status KEK. Kelompok sampel dengan persepsi
body image yang buruk dianggap sebagai kelompok yang berisiko, maka
diperoleh nilai odds ratio (OR) sebesar 1,863 (95% CI = 1,133 – 3,062)
image yang buruk akan memiliki risiko mengalami kejadian KEK 1,863
kali lipat dibanding mereka yang memiliki persepsi body image yang
baik.
gambaran dan persepsi tentang tubuh yang dimiliki yang disebut body
71
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian
Bengkulu tahun 2022. Sebagian besar remaja putri memiliki pola makan
kekurangan energi kronis (KEK) pada remaja putri SMAN di Jawa Barat,
Energi Kronis (KEK) pada Remaja Putri, pada variabel pola makan hasil
uji statitik p-value 0,000 (<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara
melewatkan jam makan yang semestinya, selain itu juga dilihat dari hasil
72
dan lainnya. Pola makan sebagai faktor yang mempengaruhi status gizi
berat badan berkurang dan kemerosotan jaringan pada tubuh dan jika
et al., 2020).
2022
ratio (OR) sebesar 1,83 (95% CI = 1,029 – 3,252) yang mengandung arti
73
berisiko mengalami kejadian KEK 1,83 kali lipat dibanding mereka yang
pertambahan massa otot. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk
memiliki massa otot yang lebih rendah dibanding mereka yang rajin
p-value 1,000 hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
dari hasil skor kuesioner hampir semua mahasiswi remaja putri yang
74
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan
kejadian KEK pada remaja putri. Penelitian ini juga sejalan dengan
Kemenkes Bengkulu.
3. Analisis Multivariat
75
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling
image. Untuk melihat variabel yang paling kuat hubungan dengan KEK
pada remaja, dapat dilihat dari nilai Exponen B atau OR pada variabel
yang signifikan. Pada hasil analisis multivariat, yang paling besar nilai
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
remaja putri di jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu Tahun 2022 maka
kemenkes tahun 2022 sebagian lebih pola makan responden tidak baik
77
yang baik sebanyak 45 responden dan 2 responden memiliki pengetahuan
yang kurang.
7. Hasil uji statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit
8. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara persepsi body
9. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan
10. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
11. Hasil uji statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
12. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian KEK pada mahasiswi
5.2 Saran
mempersiapkan kondisi fisik dan mental ketika hamil dan calon ibu agar
selalu meningkatkan asupan zat gizi ibu sebelum hamil dan selama
kehamilan.
78
3. Agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai faktor
79
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, A. (2018). Hubungan Usia Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang: Media Informasi
Penelitian, Pengembangan Dan Iptek, 14(1), 27–37.
Fadli, F., & Fatmawati, F. (2020). Analisis Faktor Penyebab Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 15(2), 137–146.
Farida, Y., Isnanto, & I.G.A Kusuma Astuti, N. P. (2021). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Skripsi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan.
Usia2, Viii(2), 14–22.
Fitriani, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2016. Naskah Publikasi, 11, 8–9.
Hasan dkk. (2021). Konsepsi Dan Makna Landasan Pendidikan.Jakarta: Tahta
Media Group.
80
Herawati, A.N., Palupi, N.S., Andarwulan, N & Efriwati. (2018). Kontribusi
Asupan Zat Besi dan Vitamin C terhadap Status Anemia Gizi Besi pada
Balita Indonesia. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 41(2), 65-76.
Indra, I.M., & Cahyaningrum, I., (2019). Cara Mudah Memahami Metodologi
Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish
Irianti, B., dkk. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seteo.
Kemenkes R.I. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2019. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes R.I. (2020). Pedoman Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) Bagi
Ibu Hamil. Jakarta: Kemenkes RI
Keperawatan, N. J., Faktor, F., Berhubungan, Y., Kejadian, D., Ramadini, I.,
Risma, E., Parman, J. S., & Lolong, N. (2016). Anemia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2015 Pendahuluan Target
Sustainable Development Goals ( Sdgsz ) Meningkatkan Kesehatan Bagi
Seorang Ibu Untuk Mengurangi Angka Kematian Ibu . Seorang Ibu Yang
Kesehatannya Tidak Stabil Dapat Menga. 12(2), 174–192.
Kurniasari, L. 2020. Modul Praktikum Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Lakeisha
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Nardina, E.A., Astuti, E.D., Hutomo, C.S dkk. (2021). Gizi Reproduksi. Medan:
Yayasan Kita Menulis
Pratiwi, L., & Dayaningsih, D. (2021). Kesehatan Ibu Hamil. Sukabumi: CV.
Jejak
Priyanti, S., Irawati, D., & Syalfina, A. D. W. I. (2020). Anemia Dalam
Kehamilan. Penerbit Stikes Majapahit Mojokerto.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2019). Bengkulu: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
81
Purba, D.H., Marzuki, I., Dailami, M., Saputra, H.A., dkk. (2021). Biokimia.
Medan: Yayasan Kita Menulis
Rahmiyanti D., Darmawati. (2018). Prevalensi Anemia Defisiensi Zat Besi Pada
Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 3(3), 140-145.
Ramadini I., Risma Elda. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Lubuk Buaya Padang.
Jurnal Keperawatan, 12(2), 174-192.
Reni Yuli Astuti & Dwi Ertiana. (2018). Anemia Dalam Kehamilan. Jakarta:
Pustaka Abadi.
Rustandi, A. A., Harniati, & Kusnadi, D. (2020). Jurnal Inovasi Penelitian. Jurnal
Inovasi Penelitian, 1(3), 599–597.
Rukiyah, & Yulianti. (2019) . Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak.
Jakarta Timur. CV. Trans Info Media.
Sari, M.H.N., Mukhoirotin, Louis, S.L., Zuraidah, dkk. (2022). Gizi Dalam
Kebidanan. Medan: Yayasan Kita Menulis
Salulinggi, A., Asmin, E., Titaley, C.R., & Bension, J.B. (2021). Hubungan
Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu Hamil Konsumsi Tablet Tambah Darah
dengan Kejadian Anemia di Kecamatan Leitmur Selatan dan Teluk Ambon.
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 6(1), 229-236.
Setiarto, H.B., & Karo, M.B. (2021). Pengantar Biokimia Klinis. Bogor:
Guepedia
Sulfianti, Sutrio, Novela, V., Saragih, E., dkk. (2021). Penentuan Status Gizi.
Medan: Yayasan Kita Menulis
Utama, R.P. (2021). Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 689-694
82
Yuliani, D.R., Saragih, E., Astuti, A., Ani, W.M. dkk. (2021). Asuhan Kehamilan.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
83
84
85