Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC)


DALAM MEMPERTAHANKAN KESTABILAN SUHU PADA
BAYI BBLR DENGAN HIPOTERMI

DWI SUHARTANTI

P27220016 068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PRODI D III KEPERAWATAN
2018

i
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC)


DALAM MEMPERTAHANKAN KESTABILAN SUHU PADA
BAYI BBLR DENGAN HIPOTERMI

Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma III Keperawatan

DWI SUHARTANTI

P27220016 068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PRODI D III KEPERAWATAN
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Metode Kangaroo Mother Care (KMC)

dalam Mempertahankan Kestabilan Suhu pada Bayi BBLR dengan Hipotermi”.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan atas bimbingan,

pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebut satu persatu

dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Satino, SKM., MScN. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Surakarta

yang telah memberikan fasilitas akademi selama melaksanakan

pendidikan.

2. Widodo, MN. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

Jurusan Keperawatan.

3. Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., MKep. selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan dan pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk memberi saran, arahan, bimbingan secara cermat serta memotivasi

dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

4. Semua Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surakarta yang

telah membimbing penulis dalam menuntut ilmu.

5. Kedua orangtua dan keluarga yang telah menjadi sumber motivasi dan

semangat dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
6. Teman teman yang senantiasa membantu dan memberika motivasi dalam

menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari

kesempurnaan, hal itu karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan

penulis. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun penulis

harapkan demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Surakarta, 7 November 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.......................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM.....................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................iv
LEMBAR KEASLIAN TULISAN..................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................6
D. Manfaat Studi Kasus ...............................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................8
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ..................................8
a. Pengertian BBLR .......................................................8
b. Klasifikasi BBLR .......................................................9
c. Patofisiologi BBLR ....................................................10
d. Penyebab BBLR .........................................................11
e. Manifestasi Klinis BBLR ...........................................12
f. Masalah masalah pada BBLR .....................................13
g. Penatalaksanaan BBLR ..............................................16
2. Hipotermi.........................................................................17
a. Pengertian Hipotermi .................................................17
b. Klasifikasi Hipotermi .................................................18
c. Gejala dan Tand Hipotermi ........................................18

viii
d. Etiologi Hipotermi .....................................................18
e. Patofisiologi Hipotermi ..............................................21
f. Penatalaksanaan Hipotermi ........................................22
3. Asuhan Keperawatan .......................................................24
a. Pengkajian..................................................................24
b. Diagnosa Keperawatan ...............................................25
c. Intervensi Keperawatan ..............................................25
d. Implementasi Keperawatan ........................................27
e. Evaluasi Keperawatan ................................................28
4. Metode Kangaroo Mother Care (KMC) ...........................28
a. Pengertian Kangaroo Mother Care (KMC) .................28
b. Manfaat Kangaroo Mother Care (KMC) ....................29
c. Prosedur Kangaroo Mother Care (KMC) ....................31
B. Kerangka Teori .......................................................................34
C. Kerangka Konsep....................................................................35
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus..............................................................35
B. Subjek Studi Kaus ...................................................................35
C. Definisi Operasional ...............................................................36
D. Tempat dan Waktu ..................................................................36
E. Pengumpulan Data ..................................................................37
F. Metode Analisa Data...............................................................38
G. Etika Studi Kasus ....................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

2.1.Pemakain Kangaroo Mother Care (KMC).......................................33


2.2.Kerangka Teori..................................................................................34
2.3 Kerangka Konsep..............................................................................35

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SOP Kangaroo Mother Care (KMC)


Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Studi Kasus
Lampiran 4. Lembar Observasi
Lampiran 5. Format Permohonan Izin Penelitian

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang signifikan secara global karena efek jangka pendek maupun

panjang terhadap kesehatan. Pada tahun 2011, 15% bayi di seluruh dunia (lebih

dari 20 juta jiwa), lahir dengan BBLR. Sebagian besar bayi dengan BBLR

dilahirkan di negara negara berkembang termasuk Indonesia, khususnya di

daerah yang populasinya rentan. BBLR bukan hanya penyebab utama kematian

bayi dan penyebab kesakitan, studi terbaru menemukan bahwa bayi BBLR juga

meningkatkan risiko untuk penyakit tidak menular seperti diabetes dan

kardiovaskuler di kemudian hari. Begitu seriusnya perhatian dunia terhadap

permasalahan ini hingga World Health Assembly pada tahun 2012

mengesahkan Comprehensive Implementation Plan on Maternal, Infant and

Young Child Nutrition dengan menargetkan 30% penurunan BBLR pada tahun

2025 (WHO, 2014).

Menurut Word Health Organization (WHO, 2014) angka kematian bayi

yang memberikan kontribusi tertinggi (59%) adalah kematian neonatal pada

usia 0-28 hari pertama kehidupan, dimana penyumbang utama kematian bayi

adalah akibat BBLR. Berat badan lahir rendah atau low birth weight infants

adalah bayi yang dengan berat badan kurang dari 2500 tanpa memandang usia

gestasi yang dibedakan dalam dua kategori yaitu kelahiran sebelum waktunya

dengan usia kehamilan kurang 37 minggu (prematur) dan bayi yang lahir

1
2

cukup bulan tetapi berat badannya kurang atau mengalami gangguan

pertumbuhan selama masih dalam kandungan disebut intra uterin growth

restriction /IUGR.

Persentase BBLR tahun 2013 di Indonesia mencapai 10,2% (Riskesdas,

2013), artinya, satu dari sepuluh bayi di Indonesia dilahirkan dengan BBLR.

Jumlah ini masih belum bisa menggambarkan kejadian BBLR yang

sesungguhnya, mengingat angka tersebut didapatkan dari dokumen/catatan

yang dimiliki oleh anggota rumah tangga, seperti buku Kesehatan Ibu dan

Anak dan Kartu Menuju Sehat. Sedangkan, jumlah bayi yang tidak memiliki

catatan berat badan lahir jauh lebih banyak. Hal ini berarti kemungkinan bayi

yang terlahir dengan BBLR jumlahnya jauh lebih banyak lagi.

Bayi BBLR akan menimbulkan dampak jangka panjang dimasa yang

akan datang dan dapat mempengaruhi kualitas generasi penerus bangsa. Oleh

karena itu, penatalaksaan umum pada BBLR menjadi hal yang sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penatalaksaan umum yang

dapat diberikan pada bayi dengan BBLR yaitu mempertahankan suhu tubuh,

pengaturan dan pengawasan intake nutrisi, pencegahan infeksi, penimbangan

berat badan, pemberian oksigen dan pengawasan jalan nafas.

Perawatan bayi BBLR sifatnya sangat kompleks, pada umumnya bayi

BBLR dirawat dalam inkubator. Bayi BBLR perlu dirawat di inkubator

sedangkan pada faktanya jumlah inkubator dirumah sakit sangat terbatas

dibandingkan dengan jumlah bayi BBLR yang dirawat. Beberapa penelitian

telah dilakukan tentang kangaroo mother care (KMC), hasilnya mengatakan


3

bahwa metode KMC tidak hanya sekedar sebagai pengganti inkubator dalam

perawatan BBLR, namun juga memberi banyak keuntungan yang tidak bisa

diberikan oleh perawatan inkubator.

Bayi BBLR secara umum belum mempunyai kematangan dalam sistem

pertahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bayi BBLR

mempunyai keterbatasan dalam pengaturan fungsi tubuhnya, salah satunya

adalah ketidakstabilan suhu tubuh, sehingga dapat meyebabkan hipotermi pada

bayi BBLR. Bayi BBLR cenderung mengalami hipotermi karena tipisnya

lemak subkutan pada bayi sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh suhu

lingkungan. Suhu tubuh hampir semuanya diatur oleh mekanisme persyarafan

dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang

terletak pada hipotalamus. Pada bayi baru lahir pusat pengaturan suhu

tubuhnya belum berfungsi sempurna sehingga mudah terjadi penurunan suhu

terutama karena lingkungan yang dingin.

Salah satu tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh pada bayi

BBLR yaitu dengan perawatan metode KMC. Metode ini merupakan terapi

tanpa biaya yang dapat dilakukan ibu karena tidak semua bayi dengan BBLR

mampu mendapatkan pelayanan kesehatan menggunakan teknologi yang maju.

Biasanya hal tersebut disebabkan karena faktor sosial ekonomi yang rendah,

geografis, transportasi dan komunikasi. KMC pertama kali diterapkan di

Bogota, Colombia dengan tujuan mengurangi angka kesakitan dan kematian

yang tinggi pada BBLR akibat terbatasnya sumber daya di ruang NICU. Bayi

dengan berat lahir rendah yang mendapat perawatan KMC akan mempunyai
4

pengalaman psikologis dan emosional lebih baik karena dengan metode ini

bayi akan memperoleh kehangatan serta lebih dekat dengan ibu sehingga

mampu meningkatkan kualitas hidup bayi.

Metode KMC merupakan salah satu solusi pencegahan hipotermi pada

bayi BBLR, prinsip skin to skin contact yaitu perpindahan panas secara

konduksi dari ibu ke bayi sehingga bayi tetap hangat. Suhu tubuh ibu

merupakan sumber panas yang efisien dan murah, dapat memberikan

lingkungan hangat pada bayi, juga meningkatkan hubungan ibu dengan

bayinya.

KMC adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke kulit

antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kanguru. Metode ini mampu

memenuhi kebutuhan bayi baru lahir prematur dengan menyediakan situasi

dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu. Sehingga memberi peluang untuk

dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Perawatan kanguru ini telah

terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama

serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi. Perawatan kulit

ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini

mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan

pemberian ASI. Di samping efek sentuhan kulit, metode tersebut akan

membuat bayi lebih nyaman daripada dengan digendong memakai jarit, berat

badannya pun akan cepat naik (Azzam, 2009).

Manfaat metode KMC dapat mencegah terjadinya hipotermi karena

tubuh ibu dapat memberi kehangatan kepada bayinya secara terus menerus
5

dengan cara kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi. Selain itu manfaat

metode KMC dapat meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi,

memudahkan bayi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah infeksi dan

memperpendek masa rawat inap sehingga dapat mengurangi biaya perawatan.

Rekomendasi untuk melakukan KMC pada Bayi BBLR diatur dalam

Kepmenkes RI. No.203/MENKES/SK/III/2008 tentang pembentukan

kelompok kerja (POKJA) nasional perawatan metode kanguru dengan

intervensi untuk mengurangi kematian BBLR dan perawatan BBLR dengan

dukungan (Depkes RI, 2009). KMC merupakan perawatan untuk bayi berat

lahir rendah dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit

ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk

menghangatkan bayi (Atikah & Cahyo, 2010).

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian studi kasus yang berfokus pada pemberian metode

KMC dalam mempertahankan kestabilan suhu pada bayi BBLR yang

mengalami hipotermi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pemberian metode Kangaroo Mother Care (KMC)

dalam mempertahankan suhu tubuh pada bayi BBLR yang mengalami

hipotermi?
6

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan tindakan pemberian metode

KMC dalam mempertahankan suhu tubuh pada bayi BBLR yang

mengalami hipotermi

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pengkajian pada bayi BBLR dengan hipotermi

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pada bayi

BBLR dengan hipotermi

c. Menggambarkan intervensi keperawatan pada bayi BBLR dengan

hipotermi

d. Menggambarkan implementasi keperawatan pada bayi BBLR dengan

hipotermi

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan pada bayi BBLR dengan

hipotermi

f. Menggambarkan manfaat pemberian metode KMC pada bayi BBLR

dengan hipotermi

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

a. Dapat mengembangkan pengetahuan tentang metode KMC dalam

keperawatan anak pada bayi BBLR


7

b. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis dalam

mengaplikasikan metode KMC dalam keperawatan anak pada bayi

BBLR

2. Bagi Pendidik

Sebagai bahan referensi dan menambah keluasan ilmu di bidang

keperawatan

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan dan meningkatkan asuhan

keperawatan anak pada bayi BBLR secara komprehensif melalui metode

KMC

4. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat mengaplikasikan metode KMC dalam asuhan keperawatan anak

pada bayi BBLR

5. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua dalam

merawat anak dengan kondisi bayi BBLR


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR)

a. Pengertian BBLR

Bayi merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-12

bulan. Masa bayi merupakan dalam fase pertama kehidupan

manusia, dimana pada masa ini memerlukan adaptasi terhadap

lingkungan.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan Bayi

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir

dengan berat kurang dari 2500 gram.

Menurut WHO dalam Bebasari, Agonwardi dan Nandiati

(2017) BBLR ini dapat meningkatkan mortalitas, morbiditas,

disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak

jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR

bukan hanya penyebab utama kematian bayi dan penyebab

kesakitan, studi terbaru menemukan bahwa BBLR juga

meningkatkan risiko untuk penyakit tidak menular seperti diabetes

dan kardiovaskuler di kemudian hari (WHO, 2014).

8
9

b. Klasifikasi BBLR

Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa

gestasinya (Pantiawati, 2010). Berdasarkan derajat beratnya,

BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antara lain :

1) Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW)

dengan berat lahir 1500 – 2500 gram.

2) Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth

weight (VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1500 gram.

3) Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low

birth weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram.

Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu :

1) Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat

badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala

relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak

subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.

2) Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang

seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan

bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri.


10

c. Patofisiologi BBLR

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia

kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga

disebabkan karena dismaturitas, artinya bayi lahir cukup bulan

(usia kehamilan 38 minggu) tapi berat badan lahirnya lebih kecil

dari masa kehamilannya seharusnya. Masalah ini terjadi karena

adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan

yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti kelainan plasenta,

infeksi, hipertensi, dan keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan ke bayi menjadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu yang sedang hamil

agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan

selanjutnya dapat melahirkan bayi dengan berat badan normal.

Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi yang normal, tidak

menderita sakit dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil

maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih sehat daripada

kondisi sebaliknya. Ibu hamil dengan kondisi kurang gizi kronis

sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian

yang tinggi, terlebih lagi jika ibu menderita anemia.

Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan

besi sehingga hanya member sedikit besi kepada janin yang

dibutuhkan untuk metabolism besi yang normal. Kekurangan yang

besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada


11

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupunsel otak. Anemia gizi

dapat menimbulkan kematian janin didalam kandungan, cacat

bawaan, abortus, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi,

sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga

lebih besar (Nelson, 2010)

d. Penyebab BBLR

Menurut Pantiawati (2010) penyebab terbanyak terjadinya

BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah

umur, paritas, dan lain lain. Faktor plasenta seperti penyakit

vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga

merupakan penyebab terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor ibu

a) Penyakit ibu

Penyakit ibu yang menjadi faktor penyebab BBLR antara

lain toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma

fisik dan psikologis, nefritis akut, dan diabetes melitus.

b) Usia ibu

Usia ibu menjadi salah satu faktor penyebab BBLR, seperti

usia ibu < 16 tahun atau > 35 tahun. Jarak kelahiran yang

terlalu dekat juga dapat menjadi faktor dari penyebab

BBLR (Multigravida)
12

c) Keadaan sosial

Keadaan sosial ibu juga merupakan salah satu faktor dari

penyebab BBLR seperti ibu berasal dari golongan sosial

ekonomi rendah dan kehamilan merupakan hasil dari

perkawinan yang tidak sah

d) Sebab lain

Sebab lain dari kondisi ibu yang menyebabkan BBLR

antara lain ibu yang perokok, ibu peminum alkohol, dan ibu

pecandu narkotik

2) Faktor janin

Kondisi janin yang yang menjadi faktor dari penyebab BBLR

antara lain hidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan

kromosom

3) Faktor lingkungan

Lingkungan juga menjadi faktor dari penyebab BBLR seperti

tempat tinggal dataran tinggi dan terpapar radiasi

e. Manifestasi klinis BBLR

Manifestasi klinis menurut Sudarti & Afroh, (2013) sebagai berikut

1) BB < 2500 gram

2) PB < 45 cm, LK <33 cm, LD < 30 cm

3) Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan

halus, daun telinga elastis

4) Dada : dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk


13

5) Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah

kelihatan

6) Kulit : tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan

7) Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak

8) Genetalia : laki laki skrotum sedikit, testis tidak teraba,

perempuan labia mayora tipis, klitoris menonjol

9) Ekstremitas : kadang odema, garis telapak kaki sedikit

10) Motorik: pergerakan masih lemah

f. Masalah masalah yang terjadi pada BBLR

Menurut Pantiawati (2010) tingkat kematangan fungsi

sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi

dengan kehidupan diluar rahim. Penyakit yang terjadi pada bayi

BBLR berhubungan dengan belum matangnya fungsi organ

tubuhnya. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum

matang, bayi BBLR cenderung mengalami banyak masalah yag

bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa

neonatal. Adapun maslah masalah yang dapat terjadi pada bayi

BBLR adalah sebagai berikut :

1) Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan

yang normal dan stabil yaitu 360C sampai 370C. Segera setelah

lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya

lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada


14

kehilangan panas suhu bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi

karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan

kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena

pertumbuhan otot-otot yang belum memadai, lemak subkutan

yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu

tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan

dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

Setelah lahir, bayi tetap diliputi cairan ketuban dan diletakkan

di lingkungan dingin (200C-250C). Suhu kulit bayi dapat turun

0,30C /menit, dan suhu inti dapat dapat turun 0,10C /menit

dikamar bersalin. Tanpa adanya sumber panas eksternal, bayi

harus meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu

tubuh.

Hipotermi neonatus yang tidak ditangani dengan baik dapat

mengakibatkan komplikasi jangka pendek berupa asidosis,

hipoglikemia dan peningkatan risiko distress pernafasan. Tanda

tanda klinis dari hipotermia antara lain suhu tubuh dibawah

normal, kulit teraba dingin, akral dingin dan sianosis.

2) Hipoglikemia

Bayi dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar

glukosa dalam darah kurang dari 45 mg/dl (Sudarti, 2010)

Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar


15

gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat

mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72jam

pertama sedangkan pada bayi BBLR dalam kadar 40 mg/dl.

Tanda tanda klinis dari hipoglikemia antara lain gemetar atau

tremor, sianosis, kejang, apnea intermiten, tangisan lemah atau

melengking, terdapat gerakan putar mata, keringat dingin,

hipotermia, gagal jantung dan henti jantung

3) Perdarahan intracranial

Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma

lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau

trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidemial yang

kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan

terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intracranial antar lain kegagalan

umum untuk bergerak normal, refleks moro menurun atau tidak

ada, tonus otot menurun, letargi, pucat dan sianosis, apnea,

kegagalan menetek dengan baik, muntah yang kuat, tangisan

bernada tinggi dan tajam, kejang, kelumpuhan, fontanela mayor

tegang dan cembung.


16

g. Penatalaksanaan/perawatan BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang

tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Penanganan

BBLR meliputi hal-hal berikut :

1) Mempertahankan suhu dengan ketat

BBLR mudah mengalami hipotermi. Oleh karena itu, suhu

tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.

2) Mencegah infeksi dengan ketat

Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsip-

prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu

cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum

memegang bayi.

3) Pengawasan nutrisi dan ASI

Refleks menelan pada BBLR belum sempurna. Oleh karena itu,

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.

4) Penimbangan ketat

Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena

peningkatan berat badan merupakan salah satu status

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.


17

2. Hipotermi

Termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir

merupakan yang sangat penting dan menantang dalam merawat bayi

baru lahir. Banyak faktor yang berperan dalam termoregulasi seperti

umur, berat badan, luas permukaan tubuh dan kondisi lingkungan.

Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara

keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotermi dapat disebabkan

karena terpapar lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah,

permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah

atau tidak berpakaian (Debora, 2013)

a. Pengertian Hipotermi

Menurut Maryunani dan Puspita (2013) hipotermi

merupakan keadaan dimana seseorang individu gagal

mempertahakan suhu tubuh dalam batas normal (360C–37,50C) dan

dimana seseorang individu mengalami penurunan suhu tubuh terus

menerus dibawah 35,50C karena peningkatan kerentanan terhadap

faktor faktor eksternal tertenu.

Hipotermi sering terjadi pada neonatus BBLR karena belum

berfungsinya sistem saraf pengaturan suhu (termoregulasi) dan

sedikitnya jumlah jaringan lemak subkutan. Hipotermi adalah

gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga

mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak mampu

memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh yang hilang.


18

Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air, angin, dan

pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik.

b. Klasifikasi Hipotermi

1) Hipotermi ringan, suhu antara 36oC-36,5oC

2) Hipotermi sedang, suhu antara 32oC-36oC

3) Hipotermi berat, suhu kurang dari 32oC

c. Gejala dan tanda hipotermi

1) Gejala hipotermi bayi baru lahir:

Bayi tidak mau menetek, bayi lesu, tubuh bayi teraba dingin,

denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras.

2) Tanda-tanda hipotermi:

a) Hipotermi sedang: Aktivitas berkurang, tangisan melemah,

kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan

menghisap lemah dan kaki teraba dingin.

b) Hipotermi berat: sama dengan hipotermi sedang, bibir dan

kuku kebiruan, pernafasan tidak teratur, bunyi jantung

lambat, selanjutnya timbul hipoglikemi dan asidosis

metabolik.

d. Etiologi

Faktor risiko utama bayi khususnya pada bayi BBLR

mengalami hipotermi yaitu dikarenakan belum matangnya sistem

termoregulasi yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu tubuh


19

dan juga dikarenakan minimalnya jumlah lemak pada subkutan

bayi.

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi juga disebabkan

karena kurangnya pengetahuan tentang mekanisme kehilangan

panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat

mungkin. Risiko untuk terjadinya hipotermi dikarenakan perawatan

yang kurang tepat setelah bayi lahir, bayi dipisahkan dari ibunya

segera setelah lahir, berat badan bayi yang kurang dan memandikan

bayi segera setelah lahir.

BBLR dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme,

yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga

keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.

Adapun beberapa mekanisme kehilangan panas sebagai berikut:

1) Evaporasi

Jalan utama bayi kehilangan panas adalah dengan evaporasi.

Kehilangan panas dapat terjadi dapat terjadi karena penguapan

cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi

sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat

dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikerigkan atau

diselimuti.
20

2) Konduksi

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

Tempat tidur/timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari

tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme

konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda tersebut.

3) Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan

atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat

mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi

jika terjadi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara

melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

4) Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda benda yang mempunyai suhu tubuh

lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas

dengan cara ini karena benda benda tersebut menyerap radiasi

panas bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). Agar

dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka

lakukan hal hal tersebut:

a) Keringkan bayi secara seksama

b) Selimuti bayi dengan selimut kering dan hangat


21

c) Tutup bagian kepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

Menurut Sudarti & Afroh, (2013) faktor-faktor yang

menyebabkan hipotermi antara lain kesalahan perawatan bayi

segera setelah lahir, bayi dipisahkan dengan ibunya setelah

lahir, BBLR, kondisi ruangan yang dingin, asfiksia, dan

hipoksia

e. Patofisiologi

Temperatur pada kandungan 370C dan pada saat bayi

setelah lahir berada pada suhu 280C-320C, perubahan suhu ini

sangat perlu diperhatikan pada bayi BBLR karena belum bisa

mempertahankan suhu dengan normal dikarenakan:

1) Pusat pengaturan suhu masih dalam tahap perkembangan

2) Intake cairan dan kalori yang kurang dari kebutuhan

3) Cadangan energi yang kurang

4) Luas permukaan tubuh relatif lebih luas dari massa tubuh

sehingga risiko kehilangan panas lebih besar

5) Jaringan lemak subkutan yang sedikit sehingga kehilangan

panas yang lebih besar


22

6) Bayi BBLR sering mengalami kehilangan berat badan

dikarekan bayi malas minum dan pencernaan yang masih

lemah

7) BBLR rentan terjadi infeksi sehingga terjadi sindrom gawat

nafas, hipotermi, ketidakstabilan sirkulasi, hipoglikemi,

hipoklasemi, hiperbilirubin (Sudarti & Afroh, 2013)

f. Penatalaksanaan Hipotermi

Penatalaksanaa hipotermi pada bayi dapat dilakukan dengan

berbagai cara sebagai berikut:

1) Menempatkan bayi pada ruangan yang hangat dan bersih

2) Membungkus bayi dengan selimut yang kering dan hangat

3) Menempatkan bayi didalam inkubator

4) Menempelkan bayi pada dada ibu atau sering disebut dengan

metode kanguru

5) Menutup kepala bayi

6) Menganjurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya

7) Tidak memandikan bayi lama – lama


23

3. Asuhan Keperawatan pada bayi BBLR

a. Pengkajian

Pengkajian gangguan suhu tubuh pada bayi BBLR dapat berupa

berikut:

1) Kaji tanda dan gejala awal hipotermia, seperti:

a) Suhu tubuh bayi dibawah normal

b) Tubuh bayi teraba dingin terutama pada ekstremitas

c) Bibir dan kuku kebiruan atau sianosis

d) Tangisan bayi melemah

e) Bayi lemah dan terlihat pucat

f) Bayi tidak mau menetek atau kemampuan menghisap

buruk

g) Denyut jantung bayi menurun atau disritmia

h) Bayi terlihat menggigil

2) Kaji tanda dan gejala awal hipertemia, seperti:

a) Suhu tubuh bayi diatas normal

b) Bayi tidak berkeringat

c) Tubuh bayi teraba hangat hingga panas

d) Pernafasan bayi cepat

e) Denyut jantung cepat atau takikardia

f) Pantau aktivitas kejang demam

g) Pantau hidrasi bayi (kulit kering, turgor kulit menurun,

kelembapan membran mukosa)


24

b. Diagnosa Keperawatan

1) Hipotermi berhubungan dengan berat badan lahir rendah (berat

badan ekstrem)

2) Hipertermi berhubungan dengan sepsis

3) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan usia yang

ekstrem

c. Intervensi Keperawatan

1) Hipotermi berhubungan dengan berat badan lahir rendah (berat

badan ekstrem)

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan hipotermi pada bayi BBLR dapat teratasi

b) Kriteria Hasil : Suhu tubuh neonatus dalam batas normal

(36,50C-37,50C)

c) Rencana Keperawatan:

NOC : Termoregulasi Neonatus : Keseimbangan antara

panas yang dihasilkan, peningkatan panas, dan kehilangan

panas selama periode 28 hari pertama kehidupan

NIC :

(a) Monitor suhu tubuh minimal setiap 2jam

(b) Berikan perawatan model kanguru

(c) Monitor nadi dan RR

(d) Monitor perubahan warna kulit

(e) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi


25

(f) Monitor tanda tanda hipotermi

(g) Selimuti bayi untuk mencegah hilangnya kehangatan

tubuh

(h) Diskusikan kepada orangtua tentang pengaturan suhu

dan bahaya hipotermi pada bayi

2) Hipertermi berhubungan dengan sepsis

a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan hipertermi pada bayi BBLR dapat teratasi

b) Kriteria Hasil : Suhu tubuh neonatus dalam batas normal

(36,50C-37,50C)

c) Rencana Keperawatan:

NOC : Termoregulasi Neonatus : Keseimbangan antara

panas yang dihasilkan, peningkatan panas, dan kehilangan

panas selama periode 28 hari pertama kehidupan

NIC :

(a) Monitor suhu tubuh minimal setiap 2jam sekali

(b) Lepaskan pakaian yang berlebihan pada bayi

(c) Kompres dingin di aksila, kening, dan lipat paha

(d) Anjurkan ibu lebih sering menyusui bayinya

(e) Jika perlu, berikan obat antipiretik


26

3) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan usia yang

ekstrem

a) Tujuan: Setelah dilakkan tindakan diharapkan pengaturan

suhu tubuh menjadi lebih baik

b) Kriteria Hasil : Tidak terjadi gangguan suhu tubuh berupa

hipotermi maupun hipertermi

c) Rencana Keperawatan:

NOC : Termoregulasi Neonatus : Keseimbangan antara

panas yang dihasilkan, peningkatan panas, dan kehilangan

panas selama periode 28 hari pertama kehidupan

NIC :

(a) Menatalaksanaan selama masa transisi kehidupan

ekstrauteri dan periode stabilisasi selanjutnya

(b) Mencapai atau mempertahankan suhu tubuh dalam

batas normal

(c) Menganalisa data kardiovaskuler, pernafasan dan suhu

tubuh

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat

diaplikasikan pada klien. Tindakan yang dilakukan mungkin

sama, mungkin berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada

perencanaan. Aplikasi yang dilakukan klien akan berbeda,


27

disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang

paling dirasakan oleh klien (Krisanty, 2009).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima dari proses

keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil

tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah

ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi

seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan belum teratasi semuanya

(Krisanty, 2009).

4. Metode Kangaroo Mother Care (KMC)

a. Pengertian KMC

KMC adalah perawatan kontak kulit diantara ibu dan bayi

secara dini, terus menerus dan dikombinasikan dengan pemberian

ASI. Salah satu untuk mengurangi kesakitan dan kematian pada

bayi BBLR adalah perawatan metode KMC atau perawatan bayi

lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. KMC adalah perawatan

bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit

bayi dengan kulit ibu) sehingga tubuh bayi tetap terjaga hangat.

Perawatan metode ini sangat menguntungkan untuk bayi BBLR

(Atikah & Cahyo, 2010)

Istilah perawatan metode KMC diambil dari pengamatan

pada kanguru yang memiliki kantung pada perutnya, yang

berfungsi untuk melindungi bayinya tidak hanya melindungi


28

melindungi bayi yang prematur tetapi merupakan suatu tempat

yang memberikan kenyamanan yang sangat esensial bagi

pertumbuhan bayi. Dalam kantong ibu, bayi dengan metode ini

dapat merasakan kehangatan, mendapat makanan (ASI),

kenyamanan, stimulasi dan perlindungan dan bayi dapat dibawa

kemana saja setiap saat tanpa interupsi.

Perawatan metode KMC dapat dilakukan dengan 2 cara.

Pertama, secara terus menerus selama 24jam atau dengan cara

selang seling. Perawatan metode kanguru disarankan untuk

dilakukan secara terus menerus, akan tetapi jarang rumah sakit

yang menyediakan fasilitas rawat gabung menggunakan metode

KMC secara intermiten. Metode KMC yang dilakukan secara

intermiten juga memberikn manfaat sebagai pelengkap perawatan

konvensional atau inkubator.

b. Manfaat metode KMC bagi bayi

Metode KMC mempunyai banyak keuntungan dan manfaat baik

bagi bayi, orang tua, maupun petugas kesehatan. Beberapa manfaat

perawatan metode KMC pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:

1) Manfaat metode KMC bagi bayi

a) Suhu tubuh bayi lebih stabil

b) Pola pernafasan bayi lebih teratur (mengurangi kejadian

apnea periodic)

c) Denyut jantung lebih stabil


29

d) Pengaturan perilaku pada bayi lebih baik, misalnya

frekuensi menangis yang berkurang dan sewaktu bangun

tidur bayi lebih waspada

e) Bayi lebih sering minum ASI dan lama menetek dapat

meningkatkan panjang serta peningkatan produksi ASI

f) Pemakaian kalori lebih berkurang

g) Kenaikan berat badan lebih baik

h) Waktu tidur bayi lebih lama

i) Hubungan lekat ibu bayi lebih baik serta berkurangnya

kejadian infeksi

2) Manfaat metode KMC bagi ibu

Dari beberapa penelitian KMC terbukti dapat

mempermudah pemberian ASI, ibu lebih percaya diri dalam

merawat bayi, hubungan lekat ibu bayi lebih baik, kasih

sayang ibu kepada bayi optimal, pengaruh psikologis

ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu lebih puas, kurang

merasa stress) peningkatan lama menyusu dan kesuksesan

dalam menyusu.

3) Manfaat KMC bagi petugas kesehatan

Bagi petugas kesehatan paling banyak akan bermanfaat

dari segi efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat

bayinya sendiri. Dengan demikian, beban kerja petugas

kesehatan akan berkurang bahkan petugas dapat melakukan


30

tugas lain yang memerlukan perhatian petugas misalnya

pemeriksaan lain atau kegawatan pada bayi mau memberikan

dujungan kepada ibu dalam menerapkan metode KMC

(Rahmayanti, 2011)

c. Prosedur Pemberian Metode KMC

Pengertian: Metode KMC adalah metode perawatan

untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan cara kontak kulit

ibu dengan kulit bayi.

1) Tujuan:

a) Menciptakan ikatan emosi antara ibu dan bayi

b) Mempertahankan suhu tubuh bayi

c) Posisi bayi secara tegak membantu bayi bernafas secara

teratur

d) Menyiapkan ibu untuk merawat BBLR atau kurang

bulan dirumah

e) Melatih bayi menghisap dan menelan secara teratur

2) Alat alat yang dibutuhkan:

a) Baju kimono untuk ibu

b) Gendongan KMC

c) Popok/pampers

d) Penutup kepala bayi


31

3) Prosedur:

a) Memberitahu ibu mengenai tindakan yang akan

dilakukan

b) Menjaga privasi bayi dan ibu

c) Menyiapkan alat alat yang diperlukan

d) Membuka pakaian bayi (bayi telanjang)

e) Memasang popok/pampers

f) Meletakkan bayi digendongan KMC

g) Menganjurkan ibu membuka pakaian bagian atas

h) Meletakkan bayi (telanjang kecuali popok) ke dada ibu

diantara dua payudara dengan posisi vertikal

i) Mengikat gendongan sedemikian rupa sehingga ibu dan

bayi nyaman

j) Membantu ibu menggunakan kimono

k) Menyusui bayi setiap kali bayi mau


32

GAMBAR METODE KANGAROO MOTHER CARE

Gambar 2.1 Posisi Metode Kangaroo Mother Care (KMC)


33

B. Kerangka Teori

Etiologi

Faktor Ibu Faktor Janin Fakto Lingkungan

BBLR

Permukaan tubuh Jaringan lemak subkutan Termoregulasi belum

Relatif lebih luas lebih sedikit berfungsi baik

Penguapan berlebih Kehilangan panas


Ketidakefektifan
Termoregulasi

Hipertermi
Hipotermi

Kangaroo Mother Care (KMC) Mempertahankan suhu

dalam batas normal

Gambar 2.2 Kerangka Teori BBLR


34

C. Kerangka Konsep

Metode Kangaroo Mother


Hipotermi
Care (KMC)

Suhu tubuh dalam


batas normal

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Studi Kasus


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran

tentang tindakan pemberian metode Kangaroo Mother Care (KMC) dalam

mempertahankan kestabilan suhu pada bayi BBLR dengan hipotermi. Dengan

demikian, rancangan studi kasus ini menggunakan deskriptif dengan

pendekatan case study dengan pre test dan post test pemberian tindakan KMC

B. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam studi kasus ini direncanakan 2 bayi dengan gangguan suhu

tubuh hipotermi pada bayi BBLR yang dirawat di bangsal Bakung RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten.

1. Kriteria Inklusi

a) Berat badan kurang dari 2500 gram

b) Suhu tubuh dibawah 360C

c) Prematur dan tidak prematur

d) Reflek menghisap baik

2. Kriteria Eksklusi

a) Bergantung dengan alat bantu nafas

b) Bayi dengan komplikasi tertentu

35
36

c) Saturasi oksigen lebih dari 78%

d) Reflek menghisap buruk

C. Definisi Operasional

1. BBLR

BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasinya.

2. Hipotermi

Hipotermi merupakan keadaan dimana suhu tubuh seseorang dibawah

batas normal (360C-37,50C) yang disebabkan karena rentan terhadap

faktor faktor eksternal tertentu.

3. KMC

KMC adalah perawatan untuk bayi BBLR dengan melakukan kontak

langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin to skin contact

(Depkes RI, 2009). KMC merupakan salah satu tindakan keperawatan

yang bertujuan untuk mempertahankan suhu bayi.

D. Tempat dan Waktu

Studi kasus mengenai pemberian metode KMC pada bayi BBLR yang

mengalami hipotermi ini dilakukan di bangsal Bakung RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten. Rencana studi kasus ini akan dilakukan pada bulan

Januari-April 2019.
37

E. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah melihat adanya

tanda tanda hipotermi pada bayi BBLR

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah dengan cara

alloanamnesa dengan ibu dan anggota keluarga lainnya.

c. Pengukuran atau pemeriksaan

Pengukuran atau pemeriksaan yang dilakukan dalam studi kasus ini

yaitu dengan mengukur suhu aksila sebelum dan sesudah pemberian

metode KMC menggunakan alat ukur suhu yaitu termometer.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi pada studi kasus ini adalah dengan cara

mendokumentasikan hasil pemeriksaan bayi yang dilakukan pada saat

pengkajian serta data yang diambil dari rekam medis.

2. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah Standar

Operasional Prosedur (SOP) KMC, gendongan khusus KMC, dan

termometer aksila.
38

F. Metode Analisa Data

Analisa yang dilakukan yaitu dengan membandingkan suhu sebelum dan

sesudah pemberian metode KMC pada bayi BBLR yang mengalami

hipotermi. Metode ini dilakukan dengan tujuan agar perawat dapat

mengetahui kenaikan suhu dan dapat mengetahui respon bayi setelah

pemberian metode KMC kemudian dibandingkan dengan sumber-sumber

keilmuan (jurnal, buku, artikel)

G. Etika Studi Kasus

1. Informed Consent (Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden. Tujuan diberikannya Informed Consent adalah agar responden

mengerti maksud dan tujuan dari studi kasus ini. Jika responden bersedia

maka responden akan menandatangi lembar persetujuan tanpa paksaan

dari pihak penulis.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity adalah pemberian jaminan dalam penggunaan subjek. Dalam

studi kasus ini dengan cara tidak mencantumkan nama responden dan

hanya menggunakan kode responden dalam pengumpulan data dan hasil

studi kasus.
39

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality adalah pemberian jaminan hasil studi kasus baik informasi

maupun masalah masalah lainnya. Semua informasi yang diperoleh dan

dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh penulis.

4. Ethical Clearance (Kelayakan etik)

Ethical Clearance merupakan keterangan tertulis yang diberikan oleh

komisi etik penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup

(manusia, hewan dan tumbuhan) yang menyatakan bahwa suatu proposal

riset layak untuk dilaksanakan setelah memenuhi syarat tertentu.

Rancangan penelitian yang telah memenuhi kaidah etik penelitian

dibuktiksan dengan surat ethical clearance yang diberikan oleh komisi

etik penelitian dengan cara mengajukan proposal penelitian dan surat izin

penelitian yang sudah disahkan oleh institusi pendidikan. Surat ini

bertujuan agar responden diperlakukan sesuai hak dan tidak menimbulkan

bahaya atau kerugian bagi responden penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Anisa, M., Hermi, J. & Stephani, I. (2017). Asuhan Persalinan Normal & Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: Penerbit Andi
Azzam, F. (2009). Manfaat Menggendong Kanguru., Jurmal Keperawatan Anak,
6(1), 6-8

Bebasari, Agonwardi, Nandiati. (2017). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru


Terhadap Kenaikan Berat Badan pada bayi BBLR di ruang Perinatologi
RSUD Dr. Rasidin Padang Tahun 2017, Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK),
1(1), 32-38, E- ISSN : 2597-8594
Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba
Medika

Depkes, RI. (2009). Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Dengan Perawatan Motode Kanguru di Rumah Sakit dan
Jejaringya. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dyah, A., Mutoharoh, S. & Priyanti, R. (2013). Pengaruh Penerapan Metode
Kanguru dengan Peningkatan Berat Badan bayi BBLR di RS PKU
Muhammadiyah Gombong, Jurnal Involusi Kebidanan, 5 (1), 65-78
Judith M. W., & Nancy R. A., (2014) Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Diagnosis NANDA, Intervensi C, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta:
EGC
Krisanty, P. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Trans Info
Media
Lestari, S., Septiwi, C. & Ismawati, N. (2014). Pengaruh Perawatan Metode
Kanguru/KMC terhadap stabilitas suhu tubuh bayi BBLR diruang Peristi
di RSUD Kebumen, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 10 (3), 133-
136
Maryunani, A & Puspita, E. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika
Maryunani, A. (2013). Asuhan Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Jakarta: Trans Info Medika
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC
Keren, J., Marcdante, Robert, M. K. (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2.
Jakarta: EGC
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
Yogyakarta: Nuha Medika
Preverawati, A. & Ismawati, C. (2010). Bayi BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika
Rahmawati, A., Theresia, E. M., & Purnamaningrum, Y. E., (2015). Pengaruh
Musik Keroncong Selama Metode Kangaroo Mother Care terhadap
Respon Fisiologis dan Lama Rawat Bayi BBLR. Kesmas: National Public
Health Journal, 10(2), 93-98
RISKESDAS (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI
Silvia, P. Y. & Gusnila, E. (2015). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap
Perubahan berat badan bayi lahir rendah, Jurnal Ipteks Terapan, 9 (1), 11-
19, E-ISSN: 2460-5611
Solehati, T. & Kosasih, E. (2018). Kangaroo Mother Care (KMC) pada bayi berat
badan lahir rendah: sitematik review, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8 (1),
83-88, E-ISSN: 2503-1139
Sudarti & Afroh, F. (2013). Asuhan Keperawatan Neonatus Resiko Tinggi dan
Kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti. (2010) .Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.Yogyakarta:
Nuha Medika

Sudarti. (2013). Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sulistyowati, P. (2015). Evaluasi Kangaroo Mother Care (KMC) pada BBLR di
RSUD Margono Sukarjo Purwokerto, Jurnal Keperawatan Soedirman,
10(3), 210-221
Vivian, D L N. (2018). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Lampiran 1

RSUD KOTA BEKASI


Jl. Pramuka No. 55
Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bekasi
Dengan Metode Kanguru
No. Dokumen Halaman
SKP.S...VI...St... No. Revisi 1-2
E1.... 0

STANDAR PROSEDUR Tanggal terbit Ditetapkan


OPERASIONAL
17 Januari 2013 Direktur RSUD Pemerintah Kota Bekasi

Dr. Hj. Titi Masrifahati, MKM

Nip. 19650214 199103 2005

1. PENGERTIAN Perawatan untuk BBLR dengan melakukan kontak


langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-
skin contact).

2. TUJUAN a. Suatu metode untuk meningkatkan berat badan bayi prematur


atau berat badan lahir rendah (BBLR)
b. Memberikan kehangatan pada bayi
c. Meningkatkan durasi tidur

3. KEBIJAKAN - UU no 44/2009 tentang RS


- Standar Pelayanan NICU di Rumah Sakit (Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan dan Keteknisan Medik)
- SK Direktur

4. PROSEDUR Peralatan :
a. Alat pengukur tanda-tanda vital bayi (thermometer,
stetoskop, jam)
b. Gendongan dantopi

Langkah-langkah :
Lampiran 1

a. Ukur tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi,


respirasi Buka pakaian bayi kecuali popok
b. Cuci tangan (ibu yang akan melalukan PMK)
c. Buka pakaian atas ibu
d. Posisikan bayi di dada ibu
e. Pertahankan posisi dengan menggunakan gendongan bayi
f. Tepi kain penggedong bagian atas harus dibawah telinga
bayi
g. Pakaikan topi bayi
h. Pakai kembali baju atas ibu
i. Setelah dilakukan KMC, Anjurkan ibu mencuci tangan

Evaluasi
Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital dan status
oksigenisasi.

5. UNIT TERKAIT -R. PERINATOLOGI

-R. NIFAS

Sumber: http://www.rsudkotabekasi.net
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN


(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian studi

kasus yang akan dilakukan oleh Dwi Suhartanti dengan judul “Pemberian Metode

Kangaroo Mother Care (KMC) dalam Mempertahankan Kestabilan Suhu pada

Bayi BBLR dengan Hipotermi”. Saya memutuskan setuju / tidak setuju untuk

ikut berpartisipasi pada penelitian studi kasus ini secara sukarela tanpa paksaan.

Bila selama penelitian studi kasus ini saya menginginkan mengundurkan diri,

maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

.........,....................2019
Saksi Yang memberikan persetujuan

___________________ __________________________

Surakarta, 2019

Peneliti

Dwi Suhartanti
NIM. P272200160 68
Lampiran 3

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Studi Kasus

No. Jenis Tahun 2018 Tahun 2019


kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Pengajuan
judul
2. Penyusunan
proposal,
presentasi
proposal
3. Perijinan
4. Pengumpulan
data
5. Analisis data
6. Penulisan
hasil
7. Laporan hasil
8. Ujian/
Seminar hasil
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

Hari/ Hasil Observasi


Tanggal Kesimpulan
Sebelum Sesudah

Data Subjektif : Data Subjektif :

Data Objektif : Data Objektif :

Anda mungkin juga menyukai