Anda di halaman 1dari 70

HUBUNGAN PENCAHAYAAN, SUHU, KELEMBAPAN

RUMAH DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGHUNI


RUMAH KAWASAN PERMUKIMAN PADAT

Proposal Skripsi
Guna memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh
Predikat Sarjana Terapan Kesehatan

Oleh :
Jumiatul Khairiyah
NIM : P07133218019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2022
HUBUNGAN PENCAHAYAAN, SUHU, KELEMBAPAN
RUMAH DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGHUNI
RUMAH KAWASAN PERMUKIMAN PADAT

Proposal Skripsi
Guna memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh
Predikat Sarjana Terapan Kesehatan

Oleh :
Jumiatul Khairiyah
NIM. P07133218019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2022

i
@2022
Halaman Hak Cipta ada pada penulis

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulisan Proposal yang berjudul “Hubungan Pencahayaan, Suhu,

Kelembapan Rumah Dengan Tingkat Kenyamanan Penghuni Rumah Kawasan

Permukiman Padat” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam

menyelesaikan Proposal, khususnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Mahpolah M.Kes Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Banjarmasin.

2. Bapak Zulfikar Ali As, S.KM, M.T, Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Banjarmasin.

3. Ibu Dr. Isnawati, S.KM, M.Kes Ketua Program Studi Sanitasi Lingkungan

Program Sarjana Terapan Jurusan Kesehatan Lingkungan.

4. Bapak H. Imam Santoso, S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan proposal

skripsi.

5. Ibu Rahmawati, S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan proposal skripsi.

6. Semua dosen serta staff perpustakaan di lingkungan Jurusan Kesehatan

Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Banjarmasin.

iii
7. Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang telah

mendoakan, memberi semangat, dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan dari Program Studi Sanitasi Lingkungan Program

Sarjana Terapan Jurusan Kesehatan Lingkungan angkatan tahun 2018 yang

telah memberikan motivasi dan semangat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

proposal skripsi ini. Tentunya, dengan segala kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Harapan penulis

semoga proposal skripsi ini dapat diterima, sehingga dapat dijadikan pedoman

penelitian nanti. Atas perhatian dan kerjasama dalam penulisan proposal skripsi

ini penulis mengucapkan terimakasih.

Banjarbaru, Januari 2022

Jumiatul Khairiyah

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN HAK CIPTA ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
E. Keaslian Penelitian............................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Permukiman .......................................................................... 12
B. Permukiman Padat ................................................................. 12
C. Perumahan.............................................................................. 15
D. Kualitas Fisik Dalam Ruangan .............................................. 22
E. Kenyamanan Penghuni Rumah.............................................. 25
F. Kerangka Teori ..................................................................... 34
G. Kerangka Konsep................................................................... 35
H. Hipotesis ................................................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..................................................................... 37
B. Desain / Rancangan Penelitian............................................. 37
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 38
D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 39
E. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional........................ 41
F. Metode Pengumpulan Data.................................................. 43
G. Instrumen Pengumpul Data.................................................. 44
H. Pengolahan dan Analisis Data.............................................. 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ........................................................................ 38


Tabel 3.2 Definisi Oprasional Variabel Penelitian ..................................... 42
Tabel 3.3 Bobot Skor Skala Pengukuran .................................................... 47
Tabel 3.4 Interval Penilaian ........................................................................ 47

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Matriks Petunjuk Pengisian Kuisioner Tingkat Kenyamanan


Penghuni ................................................................................. 33
Gambar 2.2 Kerangka Teori ...................................................................... 34
Gambar 2.3 Kerangka Konsep .................................................................. 35

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Teknik Pengukuran Instrumentasi


Lampiran 2 Kuisioner Penelitian
Lampiran 3 Lembar Pengukuran
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 6 Kartu Konsultasi dan Saran Perbaikan Proposal Skripsi
Lampiran 7 Rekapitulasi Data Visual Penduduk Kecamatan Martapura
Lampiran 8 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
829/MENKES/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
Lampiran 9 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara
Dalam Ruang Rumah
Lampiran 10 Dokumentasi Kegiatan Uji Validitas Kuisioner

viii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam keberlangsungan hidupnya di dunia ini

memerlukan beberapa kebutuhan pokok yang harus dimiliki sepanjang

hidupnya. Terdapat tiga unsur utama diantara tiga kebutuhan pokok yaitu

sandang, pangan dan papan yang harus ada sejak manusia itu dilahirkan.

Yang dimaksud dengan papan merupakan kebutuhan pokok manusia

dalam berlindung terhadap cuaca panas dan dingin. Papan bisa diartikan

sebuah rumah atau tempat tinggal. (Kasjono, 2011).

Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia, sebagai shelter

rumah merupakan tempat untuk berteduh dan berlindung. Secara sosial

rumah merupakan tempat pembinaan pertama sebuah generasi, sehingga

diamanatkan dalam Undang-undang Perumahan dan Permukiman No. 1

Tahun 2011, serta Undang-undang Hak Asasi Manusia No. 39 Tahun

1999, bahwa setiap warga Negara berhak untuk bertempat tinggal dan

menghuni rumah serta berkehidupan yang layak. (Suhaeni, 2011).

Ketika jumlah penduduk perkotaan terus bertambah dan lahan

perkotaan untuk perumahan semakin terbatas, penduduk tidak mempunyai

pilihan selain tinggal pada kawasan perumahan dimana kepadatan

penduduk dan bangunan terus meningkat. (Suhaeni, 2011).

Rumah harus memenuhi syarat kesehatan, karena rumah dan

lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit baik antara

1
2

keluarga maupun kepada orang lain. (Adnani & Mahastuti, 2006). Rumah

tinggal harus mampu memenuhi standar kenyamanan penggunanya,

sehingga manusia yang tinggal didalamnya dapat merasa nyaman dalam

melakukan aktifitas. Sedangkan aspek kenyamanan pada bangunan yang

penting untuk diperhatikan adalah aspek kenyamanan visual, termal dan

akustik (Elizer, 2018).

Menurut Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat (2002), rumah

sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan

dipengaruhi oleh 3 aspek yaitu pencahayaan, suhu dan kelembapan udara

dalam ruangan.

Kenyamanan dapat dicapai dengan pencahayaan alami, suhu udara

dan kelembapan. Kenyamanan tersebut meliputi kenyamanan visual dan

kenyamanan termal. Kenyamanan visual berkaitan dengan cahaya alami

yang membantu manusia untuk menggunakan penglihatannya sedangkan

kenyamanan termal berkaitan dengan cahaya matahari yang memberikan

energi panas ke dalam ruangan (Ashadi et al., 2016). Selain itu,

kenyamanan juga dapat dicapai dengan kenyamanan spasial seperti

kemudahan pergerakan individu dalam beraktifitas di dalam ruang dan

kenyamanan lingkungan berkaitan dengan lingkungan yang bersih, indah,

sejuk sehingga orang merasa aman, dan senang. Bagi hunian atau rumah

yang ideal di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, harus mampu

meminimalkan problem perolehan panas matahari sehingga pada siang


3

hari suhu di dalam ruang dapat lebih rendah bila dibandingkan dengan

suhu luar ruangan. (Rury et al., 2015).

Rumah yang tidak memenuhi persyaratan, diantaranya persyaratan

seperti pencahayaan, suhu ruangan dan kelembapan yang terlalu rendah

mengakibatkan rumah menjadi lembap dan suhu terlalu tinggi

menyebabkan rumah menjadi panas yang berlebihan sehingga dapat

menimbulkan penyakit. Tidak terpenuhinya persyaratan tersebut pada

sebuah ruang akan menyebabkan kegiatan manusia didalamnya menjadi

tidak optimal, dan menandakan bahwa proses perancangan ruang/gedung

tersebut kurang berhasil. (Kusumaningrum & Martiningrum, 2017).

Pencahayaan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenophia

(kelelahan mata). Pencahayaan yang kurang bukannya menyebabkan

penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata. Kelelahan mata

disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan. (Lestari et al.,

2012).

Dari hasil penelitian Dewi (2018), rumah yang memiliki ventilasi

atau bukaan yang kurang akan menyebabkan pertukaran udara tidak

optimal serta pengaruh masuknya pencahayaan pada bangunan

meningkatkan suhu dinding sehingga temperatur udara meningkat dan

kelembapan menurun akibatnya dapat menimbulkan perasaan sesak yang

tidak hanya berpengaruh pada kenyamanan, tetapi dapat berdampak pada

kesehatan manusia.
4

Indonesia memiliki posisi geografis yang terletak di sepanjang garis

khatulistiwa, sehingga memiliki 2 jenis iklim yaitu panas dan lembab

Iklim tropis lembab menurut Egan (1999) & Szokolay (2004) memiliki

karakteristik curah hujan dan kelembapan yang relatif tinggi, dengan

variasi perbedaan temperatur yang kecil sepanjang hari maupun sepanjang

musim, kecepatan angin rendah, serta intensitas cahaya matahari yang

cukup tinggi. Kondisi tersebut membutuhkan desain pada bangunan yang

tanggap terhadap iklim (Nugraha, 2018).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1077/MENKES/V/2011 tentang Penyehatan Udara Dalam Ruang,

sebagaimana disebutkan bahwa suhu dalam ruang rumah yang terlalu

rendah dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti hipotermia,

sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi dan heat

stroke. Sedangkan kelembapan yang baik dalam ruang rumah adalah

antara 40-60 %. Kelembapan yang cukup tinggi dan didukung pula dengan

suhu yang tinggi, akan menyebabkan biota seperti jamur dan serangga

dapat tumbuh subur.

Dalam penelian yang dilakukan oleh (Darmiah et al., 2015),

menyatakan bahwa kepadatan hunian pada suatu rumah mempengaruhi

suhu dan kelembapan. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuni menyebabkan overcrowded (jumlah penghuni yang berlebihan),

hal ini tentu saja mempengaruhi kenyamanan termal penghuni rumah.


5

Ruang tamu dan ruang tidur merupakan salah satu bagian rumah

yang mewakili keseluruhan ruangan di dalam rumah. Kenyamanan

penghuni rumah mampu dinilai berdasarkan persepsi masing-masing

individu pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu

mungkin berbeda dengan individu yang lainnya (Hamdani, 2010).

Kalimantan Selatan mempunyai posisi geografis yang terletak di

tengah Kepulauan Nusantara, membuat Provinsi Kalimantan Selatan

mempunyai akses perdagangan barang dan jasa yang strategis. Selain itu,

wilayah ini juga kaya akan sumber daya alam, khususnya hasil tambang.

Hal ini yang menyebabkan Kalimantan Selatan berpotensi memiliki laju

pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah pada setiap tahunnya.

Kalimantan Selatan mempunyai 11 Kabupaten dan 2 Kota, salah

satunya adalah Kabupaten Banjar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika

tahun 2020, Kabupaten Banjar merupakan Kabupaten yang memiliki laju

jumlah pertumbuhan penduduk yang tinggi ke 2 setelah Kota Banjarmasin.

Kabupaten Banjar memiliki 20 Kecamatan salah satunya adalah

Kecamatan Martapura. Berdasarkan data visual kependudukan Gis

Dukcapil tahun 2021 jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Martapura

sebesar 120.825 jiwa, yang terdiri dari 19 Desa dan 7 Kelurahan. Salah

satunya adalah Kelurahan Keraton.

Kelurahan Keraton memiliki tingkat kepadatan hunian yang tinggi

dilihat dari data jumlah penduduk yang mencapai 14.480 jiwa dengan luas

wilayah sebesar 31 Ha, didapatkan hasil kepadatan penduduk 467 jiwa/Ha.


6

Keadaan tersebut berdasarkan SNI 03-1733-2004 dikategorikan dalam

kepadatan penduduk sangat padat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2018

persentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas khususnya

kecamatan martapura jumlah rumah yang memenuhi syarat rumah sehat

ada 4.873 rumah dengan persentase 64,32%.

Berdasarkan suvei pendahuluan, Kelurahan Keraton merupakan

permukiman yang bangunannya tersusun secara berderet atau berhimpitan

satu sama lain, jarak bangunan dan keadaan lingkungan bervariasi, hal ini

adalah salah satu yang mempengaruhi kenyamanan penghuni rumah.

Rumah tidak dapat memperoleh pencahayaan alami yang memadai karena

terbatasnya jendela, ruangan menjadi gelap dan tidak sehat akibat

minimnya pencahayaan alami yang didapatkan. Sehingga menyebabkan

menurunnya suhu dinding dan menurunnya temperatur udara kemudian

meningkatnya kelembapan yang dapat menyebabkan masalah pernafasan

asma, alergi dan batuk.

Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan mengharuskan

segala aktivitas baik perkantoran maupun sekolah dilakukan secara

terbatas salah satunya dengan konsep work from home (WFH).

Dihubungkan dengan lokasi penelitian yang mayoritas masyarakatnya

bekerja sebagai pegawai kantoran dan pelajar, berdasarkan keluhan

masyarakat selama mereka berkerja dan belajar dari rumah yang tidak

mendapat pencahayaan alami yang optimal hanya dibantu oleh


7

pencahayaan atau penerangan buatan maka 3 dari 5 penghuni mengeluh

kelelahan mata dan dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, keluhan

pegal-pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata serta kerusakan

alat penglihatan.

Berdasarkan pernyataan penghuni rumah yang mengatakan bahwa

kurang nyaman tinggal di permukiman padat akibat kondisi permukiman

yang berhimpitan sehingga mendapat pencahayaan alami yang kurang dan

suhu temperatur berkurang dengan kelembapan yang meningkat, maka

menarik untuk dilakukan penelitian tentang hubungan pencahayaan, suhu,

kelembapan rumah dengan tingkat kenyamanan penghuni rumah

dikawasan permukiman padat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Pencahayaan,

Suhu, dan Kelembapan Rumah Dengan Tingkat Kenyamanan Penghuni

Rumah Kawasan Permukiman Padat”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pencahayaan, suhu, kelembapan rumah

dengan tingkat kenyamanan penghuni rumah kawasan permukiman

padat.
8

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pencahayaan rumah di permukiman padat.

b. Diketahui suhu di dalam rumah permukiman padat.

c. Diketahui kelembapan di dalam rumah permukiman padat.

d. Diketahui tingkat kenyamanan penghuni di permukiman padat.

e. Menganalisis hubungan pencahayaan didalam rumah dengan

tingkat kenyamanan penghuni.

f. Menganalisis hubungan suhu dengan kenyamanan penghuni.

g. Menganalisis hubungan kelembapan dengan kenyamanan

penghuni.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai pencahayaan, suhu, serta kelembapan

rumah yang baik untuk kenyamanan penghuni rumah kawasan

permukiman padat.

2. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak penentu

kebijakan, dalam hal ini pejabat kecamatan setempat untuk

meningkatkan kualitas hidup dalam taraf kenyamanan masyarakat.


9

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

melakukan penelitian yang sejenis tentang permukiman.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Shaleha Mar’atus (2020), Hubungan Pencahayaan, Suhu,

dan Kelembaban Dengan Kenyamanan Penghuni di Permukiman

Lahan Basah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan pencahayaan dengan

kenyamanan penghuni, terdapat hubungan suhu dengan tingkat

kenyamanan penghuni, tidak terdapat hubungan kelembaban dengan

kenyamanan penghuni di permukiman lahan basah.

a. Adapun perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah ada

penelitiannya mengkaji kenyamanan penghuni di permukiman

lahan basah.

b. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis

penelitian analitik dan sama-sama meneliti tentang kenyamanan

penghuni di permukiman.

2. Penelitian Swasti, Tathia Edra (2016). Pengaruh Kerapatan Bangunan

Pada Karakteristik Termal Rumah Tinggal Kampung Naga Terhadap

Kenyamanan Penghuni. Hasil penelitian dalam hal ini berarti jarak

antar bangunan tidak mempengaruhi kenyamanan di dalam bangunan

karena semua karakter jalan ternyata nyaman. Tetapi jarak antar


10

bangunan mempengaruhi kenyamanan di luar bangunan, outdoor

karakter jalan 3 diketahui kurang nyaman (cenderung dingin). Selain

itu desain bangunan Kampung Naga membuat suhu ruang dalam

bangunannya menjadi nyaman. Dalam hal ini berarti letak bangunan

tidak mempengaruhi kenyamanan di dalam bangunan karena kedua

karakter jalan tersebut ternyata nyaman.

a. Adapun perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah

pada variabel penelitian.

b. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis

penelitian analitik dan sama-sama meneliti tentang kenyamanan

penghuni.

3. Penelitian Handayani Malinda (2016), Persepsi Masyarakat Terkait

Kenyamanan Termal di Permukiman Padat (Non-AC) Kecamatan

Dukuh Pakis Kota Surabaya. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa

persepsi masyarakat terkait kenyaman termal dalam rumah adalah

Kurang Nyaman yang berarti bahwa masyarakat merasa sedikit

terganggu dengan kondisi termal didalam rumah, seperti merasakan

terlalu panas namun kondisi tubuh masyarakat masih bisa menerima.

Sedangkan untuk persepsi masyarakat terkait kenyamanan termal luar

rumah adalah tidak nyaman yang berarti bahwa masyarakat merasa

terganggu dengan kondisi termal dilingkungan sekitar mereka, seperti

merasakan terlalu panas sehingga membuat kondisi tubuh masyarakat


11

menjadi tidak nyaman dan terganggu untuk melakukan aktifitas di luar

rumah.

a. Adapun perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah

pada variabel penelitian.

b. Adapun persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

sama-sama melakukan penelitian tentang kenyamanan di

permukiman.

4. Penelitian Widiyantoro , H. Muladi, E. & Vidiyanti, C. (2017) dengan

judul Analisis Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Visual Pada

Pengguna Kantor. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan bukaan

jendela sudah sesuai untuk menghasilkan kenyamanan visual, namun

untuk kondisi tirai dibuka sebagian mencapai kenyamanan visual tapi

tidak untuk tirai ditutup begitupun sebaliknya.

a. Adapun perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah

pada penelitiannya mengkaji analisis pencahayaan terhadap

kenyamanan visual pada pengguna kantor.

b. Adapun persamaan pada penelitian ini sama-sama meneliti tentang

kenyamanan visual.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Permukiman

Dalam sebuah buku “Penyehatan Permukiman”. Pengertian

permukiman adalah suatu keadaan atau tempat dimana manusia dapat

tinggal pada kedudukan yang tetap sehingga keluarga dapat berkembang

secara harmonis dalam kondisi yang menguntungkan.

Selain itu pengertian permukiman; Menurut WHO (World Health

Organization), permukiman adalah “Suatu Struktur Fisik” dimana orang

menggunakannya sebagai tempat berlindung, juga lingkungan dari struktur

tersebut termasuk semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,

perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta

keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu (Suharno & Masra,

2011).

B. Permukiman Padat

1. Pengertian

Permukiman padat adalah kawasan permukiman yang dihuni

terlalu banyak penduduk dan terjadi ketidakseimbangan antara lahan

dengan bangunan yang ada. Permukiman padat menjadikan kawasan

permukiman tersebut cenderung terlihat kurang tertata pola

perkembangannya.

12
13

2. Penyebab Timbulnya Permukiman Padat

Timbulnya permukiman padat pada dasarnya disebabkan oleh

dua faktor, yaitu faktor konsentrasi penduduk dan faktor kebutuhan

ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Faktor konsentrasi penduduk

adalah kepadatan penduduk dalam satuan jiwa per km2 di wilayah

tersebut. Faktor penyebab kedua adalah faktor fasilitas sosial ekonomi

yang mendorong perubahan penggunaan lahan pertanahan, antara lain

mencakup segi-segi kebutuhan sebagai berikut :

a. Penambahan lahan untuk permukiman dan perumahan.

b. Perluasan dan penambahan panjang jalan untuk fasilitas sarana

transportasi.

c. Fasilitas penunjang kehidupan, yaitu jumlah pertokoan, warung

makan dan sebagainya.

d. Fasilitas pendidikan, yaitu gedung sekolah.

e. Fasilitas kesehatan, seperti klinik atau tempat-tempat pengobatan

lainnya.

f. Fasilitas peribadatan, seperti masjid, mushola, gereja dan

sebagainya.

g. Fasilitas kelembagaan, seperti perkantoran baik swasta maupun

negeri.

h. Fasilitas olahraga, seperti lapangan futsal, tenis, sepakbola dan

lain-lain.
14

i. Fasilitas hiburan seperti, gedung-gedung pertemuan ataupun

perhelatan dan yang sejenis.

Kriteria yang digunakan dalam penilaian derajat kepadatan ini

meliputi:

a. Kesesuaian peruntukan dengan RUTRK / RDTRK.

b. Letak atau kedudukan lokasi kasawan padat.

c. Tingkat kepadatan penduduk.

d. Kepadatan rumah atau bangunan.

e. Kondisi rumah atau bangunan.

f. Kondisi tata letak rumah atau bangunan.

g. Kondisi prasarana dan sarana lingkungan meliputi :

1) Penyediaan air bersih

2) Jamban keluarga/MCK (mandi, cuci, kakus)

3) Pengelolaan sampah

4) Saluran air atau drainase

5) Jalan setapak

6) Jalan lingkungan

h. Kerawanan kesehatan (ISPA, diare, penyakit kulit, usia harapan

hidup) dan lingkungan (bencana banjir dan kesenjangan sosial).

i. Kerawanan sosial, diantaranya :

1) Kriminalitas

2) Kesenjangan sosial
15

C. Perumahan

1. Pengertian Rumah

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

829/Menkes/SK/VII/1999 menjelaskan bahwa rumah adalah bangunan

yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana

pembinaan keluarga. Sedangkan arti perumahan adalah kelompok

rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

lingkungan. (Istiqomah & Sundari, 2011).

2. Persyaratan Rumah Sehat

Rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung / bernaung

serta tempat untuk beistirahat, yang menjadikan kehidupan yang

sempurna baik secara fisik, rohani dan sosial. (Istiqomah & Sundari,

2011).

Kriteria rumah sehat yang diajukan oleh Istiqomah (2011) dan

Sundari (2011) yang dikutip dari Winslow dan APHA (American

Public Health Association). Rumah yang sehat harus memenuhi

persyaratan antara lain :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis.

Rumah sehat yang memenuhi kebutuhan fisiologis harus

meliputi pencahayaan yang cukup, kebisingan, ventilasi, bahan

bangunan, terbebas dari vektor penyakit, dan sebagainya.


16

1) Memiliki pencahayaan yang cukup

Kurangnya pencahayaan akan menimbulkan beberapa

penyakit pada mata, kenyamanan dan sekaligus produktifitas

seseorang. Kecelakaan dirumah sering terjadi karena

pencahayaan yang kurang. Pencahayaan yang cukup untuk

penerangan ruangan dalam rumah merupakan kebutuhan untuk

kesehatan manusia.

2) Memiliki ventilasi yang baik

Untuk ventilasi yang baik harus memenuhi persyaratan

antara lain :

a) Ventilasi yang baik berukuran ± 10-20% dari luas lantai.

b) Ventilasi yang baik dapat memberikan kecukupan udara

yang segar dari luar.

c) Suhu oprimum 22-24oC.

d) Kelembapan ruang 60%.

3) Bebas dari kegaduhan dan kebisingan

a) Tingkat kebisingan yang ada di perumahan maksimal

mencapai 55 dBA

b) Tingkat kebisingan untuk daerah perumahan yang ideal nya

antara 40-45 dBA


17

c) Dampak kebisingan dapat mengakibatkan gangguan

kenyamanan, gangguan aktivitas serta keluhan stress pada

manusia.

4) Kepadatan hunian dalam ruang tidur

Luas bangunan pada ruang tidur minimal 8 m2, dan tidak

dianjurkan untuk digunakan lebih dari 2 orang dalam satu

ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

5) Tersedia tempat bermain untuk anak-anak

a) Kesempatan bermain dengan bebas di rumah dan halaman

di sekitar lingkungan rumah.

b) Kesempatan untuk berkembang baik secara jasmani dan

rohani dalam pertumbuhannya.

c) Menghindari kesempatan bermain di luar rumah, di jalanan,

atau di tempat lain yang sulit untuk diawasi oleh orang

dewasa.

b. Memenuhi kebutuhan psychologis.

Untuk memenuhi kebutuhan psychologis di rumah harus

memiliki beberapa aspek antara lain :

1) Kesempatan serta kebebasan untuk kehidupan keluarga yang

normal

2) Memiliki hubungan serasi antara orang tua dan anak.

c. Mencegah penularan penyakit.


18

Memberikan pencegahan dan perlindungan terhadap

penularan penyakit dan pencemaran, antara lain :

1) Vektor penyakit, seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk agar

tidak bersarang di dalam rumah sehingga dapat menjegah

terjadinya penularan penyakit pada manusia.

2) Tersedianya sarana air bersih dengan kapasitas maksimal

mencapai 60 liter/orang/hari. Penyediaan air bersihnya harus

memenuhi persyaratan kesehatan.

3) Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari

air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan

tanah. Sedangkan untuk limbah padat harus melewati proses

pengelolaan agar tidak menimbulkan bau, pencemaran

terhadap permukaan tanah dan air tanah.

4) Tersedianya fasilitas untuk tempat menyimpan makanan

sehingga baik makanan mentah maupun makanan yang sudah

matang tidak terkontaminasi dari lingkungan luar.

d. Mencegah terjadinya kecelakaan.

Memberikan perlindungan atau pencegahan terhadap

bahaya kecelakaan dan kebakaran seperti :

1) Kontruksi rumah yang kuat, sebaiknya tidak menggunakan

abses

2) Menghindari bahaya kebakaran


19

3) Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan antara lain

jatuh atau kecelakaan mekanik.

3. Upaya Penyehatan Perumahan

Dalam upaya melaksanakan penyehatan rumah dapat dilakukan

melalui beberapa aspek antara lain : aspek teknis, aspek administrasi

dan manajemen, aspek sosial, aspek budaya, aspek ekonomi, dan aspek

politik.

a. Aspek teknis untuk pembangunan rumah

1) Pemilihan lokasi

Agar rumah yang dibangun memenuhi persyaratan kesehatan,

peletakan rumah harus :

a) Di atas tanah berpasir dan tidak lembab.

b) Di tempat terbuka, artinya memiliki cahaya yang cukup

atau mendapatkan pencahayaan yang cukup dari sinar

matahari.

c) Tanahnya tidak turun naik, sehingga memudahkan

pembuatan saluran air.

Tempat yang kurang baik untuk meletakkan bangunan rumah

antara lain :

a) Bentuk tanahnya sedemikian rupa sehingga susah

mengeringkan tanah.

b) Berasal dari tumpukan sampah


20

c) Kemungkinan cahaya matahari terhalang dan dekat sumber

polusi

d) Tempat yang dialiri oleh aliran air atau sebab lain yang

membuat tempat tersebut tidak dapat dibangun bangunan

dengan metode biasa.

e) Karena hal ini maka penelitian mengenai sifat fisik dari

tanah antara lain:

(1) Peletakan dan keadaan lingkungan

Misalnya :

(a) Jarak antar atap rumah satu dengan yang lain

minimal 3 meter

(b) Jarak rumah dengan tempat pembuangan sampah

minimal 100 meter

(c) Jarak rumah dengan pabrik harus cukup jauh

sehingga tidak menimbulkan polusi (bising,

pencemaran udara)

(2) Luas tanah dan batas tanah. Misalnya seperti, luas persil

yang tertutup bangunan maksimum mencapai 60% dari

luas persil.

(3) Tidak tergenang air saat musim kemarau

(4) Tinggi muka air tanah, sangat penting diketahui untuk

penyediaan air minum yang bersumber dari air tanah.


21

b. Penetapan luas rumah, jumlah dan ukuran ruang

Mengingat rumah tidak hanya digunakan untuk tempat

berlindung, membina individu dan keluarga, tetapi juga sebagai

tempat melakukan kegiatan kerja yang ringan bagi penghuninya,

maka perlu adanya penetapan untuk luas bangunan rumah, jumlah

serta ukuran ruangan yang disesuaikan dengan data berikut ini :

1) Jumlah penghuni

Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan standart

minimalnya yaitu 105 ft m2 (14 m2), luas untuk lantai untuk

penguin pertama dan 100 ft2 (9 m2.

2) Adat kebiasaan

Selain luas rumah minimal terpenuhi, jumlah dan ukuran

sebuah ruangan harus sesuai dengan adat serta kebiasaan dan

aktivitas penghuninya.

3) Hobi dan selera

Guna menciptakan rumah yang sehat maka diperlukan

pengadaan ruangan yang disesuaikan dengan hobi dan selera

penghuninya.

4) Ukuran persil tanah dan dana yang tersedia.

Mengupayakan perencanaan bentuk, ukuran serta jumlah

ruang yang memenuhi syarat kesehatan meskipun untuk ukuran

ruangan serta dana yang terbatas.


22

D. Kualitas Fisik Dalam Ruangan

1. Pencahayaan

Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang di dalam

rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan

ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya

alami. Kuat sinar yang memenuhi kebutuhan standar penerangan

berkisar 60 –100 lux, hanya untuk bagian-bagian tertentu seperti

dapur memerlukan 200 lux (Kasjono, 2011).

a. Pencahayaan Buatan

Cahaya buatan yang baik tidak akan mengganggu

atau menurunkan produktifitas kerja. Malah dengan cahaya

buatan yang baik dan disaringdari kesilauan dapat

mempertinggi produktifitas kerja dibandingkan dengan bila

bekerja pada cahaya siang alamiah.Perkembangan cahaya buatan

dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara, lampu minyak

tanah, lilin, lampu gas sampai pada lampu listrik.

Setelahlistrik ditemukan, lampu-lampu jenis lain mulai

hilang.Pencahayaan buatan bisa terjadi dengan cara :

1) Direct (langsung), bila cahaya diterima langsung dari

sumbernya, misalnya lampu meja untuk membaca.

2) Indirect (tidak langsung), bila cahaya diterima adalahhasil

pantulan dinding dan loteng, seperti di ruang tamu.


23

3) Semi direct atau “General diffusing”, bila cahaya itu

datang dan dipancarkan ke segala jurusan, seperti di kantor-

kantor.

b. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar

matahari kedalam ruangan melalui jendela, celah-celan dan

bagian-bagian bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya

tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok

pagar yang tinggi.

Cahaya matahari ini berguna selain untuk penerangan juga

dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk,

membunuh kuman-kuman penyebab penyakit tertentu seperti

TBC, infuenza, penyakit mata dan lain-lain.Lokasi penempatan

jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar

matahari lebih lama menyinari lantai (bukan menyinari

dinding), maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah

tinggi dinding (tembok). Jalan masuknya cahaya alamiah juga

diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat

dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa

pada waktu pembuatannya, kemudian menutupnya dengan

pecahan kaca (Notoatmodjo,2007).


24

2. Suhu

Suhu udara adalah keadaan panas atau dingin yang ada pada

lingkungan atmosfir atau pada suatu ruangan. Suhu ruangan

dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan air laut, sinar matahari

yang masuk ke dalam ruangan, kelembaban, pertukaran udara dalam

ruangan, keberadaan ventilasi, kepadatan hunian dalam ruang, bahan

dinding, lantai dan atap ruangan., peralatan elektronik yang ada dalam

ruangan. Untuk ruangan sendiri suhu udara paling nyaman berkisar

antara 18oC – 30oC. (Cahyono, 2017).

Dampak suhu dalam ruangan, tempat kerja, tempat umum, serta

permukiman sangat mendukung kenyamanan manusia saat beraktivitas

atau bekerja. Pada suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan

hipertermia, mengeluarkan banyak keringat sehingga pada akhirnya

akan menimbulkan dehidrasi pada tubuh manusia. Gangguan suhu

panas akan menyebabkan : Heat cramps, Heat xyncripe, Heat

exhausted, Heat stroke. (Cahyono, 2017).

3. Kelembapan

Kelembapan merupakan persentase kandungan uap air yang ada

di udara disbanding uap air jenuh pada suhu yang sama. Singkatnya

kelembapan adalah banyak sedikitnya uap air yang melayang di udara.

Kelembapan relatif tinggi antara 25-70% sehingga mempengaruhi

tingkat pertumbuhan jamur, dan terjadi pula kemungkinan peningkatan

pertumbuhan pada permukaan penyerapan air. Skin scalerperti


25

(sefabrice leathers dan wood materials). Yang menyerap air dari udara

untuk membantu percepatan pertumbuhan jamur. Terjadinya

kebocoran di atap atau pada pipa air meskipun kecil dapat membantu

pertumbuhan jamur yang berlebihan. (Cahyono, 2017).

Dampak suatu ruangan dengan kondisi kelembaban yang rendah,

kulit manusia akan terasa cepat kering. Sedangkan jika kondisi

kelembapannya tinggi, uap air akan keluar dari air ludah ketika

bernafas. Kelembapan adalah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan mikroba di udara. Semakin tinggi kelembapannya maka

akan cenderung semakin banyak kandungan mikroba udara dan juga

bau yang tidak sedap. Tingginya mikroba udara menyebabkan semakin

beresiko untuk terjadinya penularan penyakit (airbone disease).

(Cahyono, 2017).

E. Kenyamanan Penghuni Rumah

1. Pengertian

Kenyamanan adalah sebuah kondisi dimana sudah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan

terpenuhinya kenyamanan dapat menyebabkan perasaan sejahtera di

individu tersebut. Kenyamanan adalah penilaian secara keseluruhan

seseorang terhadap lingkungannya. Sedangkan kenyamanan pada

permukiman berbeda antara satu kawasan dengan kawasan lainnya,

diketahui dalam analisis pendekatan keruangan kawasan permukiman


26

pertama yakni penggunaan ruang yang telah ada kemudian yang kedua

penyediaan yang akan digunakan untuk berbagai kegiatan

pembangunan yang telah di rencanakan (Hamdani, 2010).

Kondisi lingkungan di nilai oleh manusia yaitu rangsangan yang

masuk ke dalam diri mereka melalui keenam indera melalui syaraf dan

dicerna oleh otak untuk dinilai. Berkaitan dengan hal ini terlihat tidak

hanya masalah fisik biologis saja namun juga pada perasaan, selain itu

ada juga suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain, rangsangan tersebut

ditangkap sekaligus diolah oleh otak, sehingga otak akan memberikan

penilaian relatif apakah kondisi tersebut nyaman atau tidak.

Ketidaknyamanan disuatu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain.

(Satwiko, 2009).

2. Kriteria Kenyamanan Penghuni Rumah

Ada beberapa faktor dalam kriteria kenyamanan penghuni rumah

antara lain :

a. Kenyamanan Visual / Pencahayaan

Kenyamanan visual adalah kriteria tidak terukur

yang merupakan perlindungan terhadap pengamat dari faktor

yang ada di dalam atau instrusi dari luar tapak yang

dapat mengurangi pengalaman visual yang menyenangkan dari

lingkungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam

kenyamanan visual adalah pencahayaan alami, yang merupakan

distribusi luminasi, baik dari matahari, langit, bangunan


27

ataupun permukaan tanah. Untuk mendapatkan pencahayaan

yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem

pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya

(Kustianingrum et al. 2016).

Ketidaknyamanan visual menghasilkan banyak gejala yang

dapat diidentifikasi, dipahami, dan dievaluasi dengan jelas

penyelidikan subyektif seperti silau, kesulitan dalam melakukan

tugas visual, gangguan, stres, dan gejala fisik seperti sakit

kepala, sakit, gatal, mata berair. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi jumlah cahaya siang yang memasuki ruangan

yaitu :

1) Musim

2) Tinggi tempat dari permukaan lau

3) Waktu atau jam berapa siang itu

4) Jauh dekatnya dan tingginya gedung yang bersebelahan

5) Ada atau tidaknya embun, kabut dan asap

6) Ukuran dan posisi letak jendela

b. Kenyamanan Termal / Suhu dan Kelembaban

Kenyamanan termal secara umum dikenal sebagai rasa

nyaman terhadap situasi di lingkungan sekitar tubuh. Situasi

kenyamanan termis sering dihubungkan dengan situasi klimatik

(Sangkertadi, 2013). Kenyamanan termal / suhu bergantung pada


28

faktor lingkungan berupa suhu udara, kecepatan angin,

kelembaban, serta faktor manusia. (Parapari, 2018).

Kenyamanan termal daerah tropis dapat dibagi :

1) Sejuk nyaman, antara temperature efektif 20,5oC – 22,8oC.

2) Nyaman optimal, antara temperature efektif 22,8oC – 25,8oC.

3) Hangat Nyaman, antara temperature efektif 25,8oC – 27,1oC.

Apabila suhu udara diatas 27,1oC. maka akan timbul

ketidaknyamanan.

Selain suhu udara kenyamanan termal juga meliputi

kelembapan udara, kelembapan udara mempengaruhi pelepasan

kalor dari tubuh manusia. Kelembapan udara yang tinggi akan

menyebabkan kalor dalam tubuh manusia sulit untuk dilepaskan

sehingga timbul rasa ketidaknyamanan. Begitupun dengan

kelembaban udara yang rendah akan banyak mengambil kalor dari

tubuh sehingga akan menimbulkan kulit yang kering dan

sebagainya.

Kondisi kenyamanan termal tercapai karena kondisi badan

dalam keadaan seimbang, artinya keadaan tubuh yang mampu

menyeimbangkan suhu tubuh dari proses metabolisme melalui

proses evaporasi (penguapan), radiasi, konduksi serta konveksi.

Dapat dijlaskan dari proses tersebut bahwa kecepatan produksi

panas badan dan kecepatan buang panas badan ke lingkungan harus

seimbang.
29

c. Kenyamanan Spasial

Kenyamanan spasial adalah kenyamanan ruang yang dapat

diartikan dengan kemudahan pergerakan individu dalam

beraktivitas di dalam ruang. Jumlah ruang, ukuran, lokasi ruang

dalam hunian dapat mempengaruhi kenyamanan spasial (Ginting et

al., 2018).

d. Kenyamanan Lingkungan

Dapat diartikan bahwa kenyamanan lingkungan kondisi

dimana lingkungan sekitar bersih, indah dan sejuk yang membuat

seseorang merasa aman, senang, tenang dan menikmati lingkungan

sekitarnya. Kenyamanan di lingkungan mempengaruhi manusia

secara langsung dalam aspek fisiologis, dan aspek psikologis dan

bertindak atas kinerja kegiatan. (Bernardi & Kowaltwski, 2006).

3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kenyamanan Penghuni

Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian

komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Faktor -faktor

yang mempengaruhi kenyamanan adalah sebagai berikut (Satwiko,

2004):

a. Pencahayaan

Manusia tidak akan terlepas dari yang namanya cahaya.

cahaya berfungsi untuk mengenali lingkungan dan menjamin

aktifitas penghuninya. Pencahayaan berhubungan dengan

penglihatan manusia yang tentu juga mempengaruhi kondisi


30

psikis manusia (berhubungan dengankuat lemahnya cahaya).

Intensitas cahaya matahari pada umumnya memberikan cahaya

yang belebih pada ruangan. Kondisi yang terlalu kuat

mengakibatkan silau. Sialu mengganggu kenyamanan karena

bisa melelahkan mata. Kesilauan dapat terjadi karena :

1) Pantulan sinar dating

2) Kontras antara gelap dan terang

3) Sinar langsung ke mata.

b. Suhu Udara

1) Produksi panas internal yang ditentukan oleh tingkat

metabolisme dalam badan dan tingkat aktivitas.

2) Kehilangan panas karena repirasi melalui paru-paru.

3) Kehilangan panas melalui penguapan kulit. Kenyamanan

termal untuk daerah tropis dapat dibagi :

a) Sejuk nyaman, antara temperatur efektif 20,5 ºC –22,8 ºC

b) Nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,8 ºC –25,8 ºC

c) Hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,8 ºC –27,1

ºC Apabila suhu diatas 27,1ºC maka akan timbul

ketidaknyamanan

c. Kelembapan Udara

Kelembapan udara adalah kandungan uap air di

udara. Kelembapan udara ini mempengaruhi pelepasan kalor


31

dari tubuh manusia. Tingkat kelembaban ideal (40% -70% RH)

sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan.

Kelembapan udara yang tinggi akan menyebabkan kalor

di dalam tubuh manusia sulit dilepaskan sehingga timbul

ketidaknyamanan. Begitupun dengan kelembapan udara yang

rendah akan banyak mengambil kalor dari tubuh sehingga akan

timbul kulit kering dan sebagainya.

4. Cara Mengetahui Kenyamanan Penghuni

Perasaan nyaman terjadi karena adanya keseimbangan antara

suhu tubuh manusia dengan suhu di lingkungan sekitarnya. Perasaan

nyaman dapat di ungkapkan secara empiris dengan menggunakan

beberapa variabel yang terkait dengan perhitungan, tetapi perasaan

nyaman juga bersifat psikis dan sering berbeda-beda hasilnya antara

orang satu dengan orang yang lainnya, walaupun mereka berada pada

lingkungan/tempat yang sama. Oleh sebab itu dalam mengevaluasi

kenyamanan penghuni dengan kondisi faktor alam tertentu

memerlukan indeks atau formula yang dapat menyeragamkan

perhitungan tingkat kenyamanan termal manusia (Kaharu & Waani,

2017).

Salah satu persamaan empiris yang ditemukan oleh Finger

(1970) yang digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal

manusia pada lingkungann disekitarnya disebut dengan PMV

(Predicted Mean Vote). Formulasi pada PMV ini berdasarkan 4


32

variabel klimatis antara lain (suhu, kelembaban, angin, suhu radiasi)

dan 2 variabel fisiologis yaitu (pakaian dan aktivitas). (Kaharu &

Waani, 2017).

Kenyamanan termal adalah kondisi mengekspresikan kepuasan

terhadap lingkungan termal dan diukur melalui evaluasi subjektif.

Faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan termal adalah faktor

yang berpengaruh terhadap panas yang masuk dan keluar dari dalam

tubuh, berupa temperature udara, kelembaban udara, kecepatan angin.

Kenyamanan termal di interprestasikan dalam bentuk indeks PMV

(Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted Persentage Dissatisfied).

(Markov, 2003).

a. Temperature udara merupakan salah satu faktor yang paling

dominan dalam menentukan kenyamanan termal.

b. Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di

dalam udara.

c. Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak

secara mendatar atau horizontal pada ketinggian 2 meter di atas

tanah.

Kenyamanan lingkungan dapat tercapai jika kategori terkait

aspek lingkungan perumahan yang ingin ditinggali terpenuhi. Adapun

pengelompokkan kategori tersebut dibagi dalam dua aspek, yaitu aspek

fisik dan aspek non fisik. (Syafrina et al, 2018).


33

5. Pengukuran Kenyamanan

Rating Scale adalah alat pengumpulan data yang digunakan

untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi.

Dalam skala model rating tidak akan menjawab dari salah satu

jawaban kualitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating scale

ini lebih fleksibel, tidak terbatas pengukuran sikap saja, tetapi untuk

mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala

untuk mengukur pengetahuan, kemampuan, kenyamanan dan lain-lain.

(Bangunan, 2010).

Matriks Petunjuk Pengisian Kuisioner Tingkat Kenyamanan Penghuni

Petunjuk Pengisian :
Mohon untuk member tanda “√” pada setiap pernyataan yang anda pilih.

Keterangan :

Tidak Nyaman Cukup Nyaman Nyaman Sangat Nyaman

Gambar 2.1
Matriks Petunjuk Pengisian Kuisioner Tingkat Kenyamanan Penghuni
34

F. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat disusun kerangka

teori seperti gambar 2.2 sebagai berikut :

Memenuhi
Persyaratan
Kebutuhan
Fisiologis

Pencahayaan yang cukup Ventilasi yang baik - Bebas dari kebisingan


berupa suhu dan - Bahan bangunan
kelembapan - Kepadatan hunian
- Tersedianya tempat
bermain untuk anak

Kualitas Rumah

Kenyamanan Penghuni

1. Kenyamanan Visual
2. Kenyamanan Termal
3. Kenyamanan Spasial
4. Kenyamanan Lingkungan

Gambar 2.2 Kerangka Teori


(Sumber : Satwiko, 2004)
35

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah formulasi dari kerangka teori yang

mendukung suatu penelitian, dengan kata lain kerangka konsep merupakan

hubungan variabel yang satu dengan variabel lain. Dengan adanya

kerangka konsep dapat membantu mengarahkan untuk menganalisis hasil

penelitian. (Notoatmodjo, 2012).

Ditemukan variabel yang diduga kuat mempunyai hubungan jarak,

suhu, dan kelembapan rumah dengan tingkat kenyamanan penghuni di

permukiman padat, seperti digambarkan dalam kerangka konsep 2.3

berikut ini :

Variabel Bebas

(Independent Variabel)
Variabel Terikat
1. Pencahayaan
2. Suhu Rumah (Dependent Variabel)
3. Kelembapan Rumah
Kenyamanan Penghuni

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pernyataan

penelitian. Biasanya hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara

dua variabel, variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk

menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan

pernyataan yang harus dibuktikan. Oleh sebab itu hipotesis seyogianya


36

spesifik, konkret, dan observable (dapat diamati / diukur). (Notoatmodjo,

2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara pencahayaan rumah dengan kenyamanan

penghuni di permukiman padat.

2. Ada hubungan antara suhu dengan kenyamanan penghuni di

permukiman padat.

3. Ada hubungan antara kelembapan dengan kenyamanan penghuni

permukiman padat.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis peelitian ini adalah jenis penelitian observasional yang bersifat

analitik yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan

sebab dan akibat antara dua buah variabel (Sugiyono, 2011). Penelitian ini

membuktikan ada tidaknya hubungan antara pencahayaan, suhu,

kelembapan rumah dengan tingkat kenyamanan penghuni permukiman

padat.

B. Desain / Rancangan Bangun Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross

Sectional Study. Desain atau rancangan penelitian ini berusaha

mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor risiko dengan

dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama. Subyek penelitian

diobservasi hanya satu kali dan faktor resiko serta dampak diukur menurut

keadaan atau status pada saat dilakukan observasi (Setyawan, 2017).

Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu pencahayaan, suhu, dan

kelembaban rumah yang diukur pada waktu yang bersamaan. Variabel

terikat pada penelitian ini adalah kenyamanan penghuni rumah.

37
38

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Keraton Kecamatan

Martapura Kabupaten Banjar untuk mengetahui pencahayaan rumah,

suhu dan kelembapan dengan tingkat kenyamanan penghuni dikawasan

permukiman padat,

2. Waktu Penelitian

Penyusunan proposal dilakukan pada bulan September sampai

Desember tahun 2021 dan seminar proposal dilaksanakan pada bulan

Januari tahun 2022, sedangkan penelitian dilaksanakan pada bulan

Januari sampai April 2022, adapun jadwal kegiatan penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Bulan/Tahun
Kegiatan
No Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
Penelitian
2021 2021 2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022
Proposal
1
Penelitian
Seminar
2
Proposal
Revisi
3
Proposal
Skripsi &
4
Penelitian
Sidang
5
Skripsi
Revisi
6
Skripsi
Pengumpulan
7
Skripsi
39

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Masturoh dan Temesvari, 2018). Adapun populasi

pada penelitian ini adalah seluruh rumah permanen yang berada di

Kelurahan Keraton Kabupaten Banjar dengan jumlah 2.896 rumah.

(Data Visual Kependudukan Kecamatan Martapura, 2021). Dengan

responden berupa seluruh anggota penghuni rumah.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini sampel

yang diambil peneliti adalah sebagian rumah permanen yang berada di

Kelurahan Keraton Kabupaten Banjar. Dengan responden kepala

keluarga atau salah satu anggota keluarga yang mewakili dan mampu

diajak berkomunikasi.

a. Besar Sampel

Setelah dilakukan perhitungan besar sampel menggunakan

rumus slovin, maka didapatkan 97 rumah sebagai sampel. Besar

sampel ini akan diteliti dengan perhitungan sebagai berikut :

(Arikunto, 2010).
40

𝑁
n=
1 + 𝑁(𝑑2)

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Nilai presisi (Ketelitian) sebesar 90%

Perhitungan jumlah sampel yang diambil :

𝑁
n=
1 + 𝑁(𝑑2)

2.896
1 + 2.896 (0,12)

= 97 rumah

Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahuinya jumlah

populasi rumah di wilayah Kelurahan Keraton Kabupaten Banjar

sebanyak 2.896 rumah maka didapatkan besar sampel yang akan

diteliti sebanyak 97 rumah. Dengan jumlah responden ada 97 orang

atau setiap 1 (satu) rumah diwakili oleh kepala keluarga atau salah

satu anggota keluarga yang mampu diajak berkomunikasi.

b. Teknik Sampling

Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian sampel acak sederhana (Simple

Random Sampling) dari semua populasi (Notoatmodjo, 2012).


41

Dilakukan menggunakan tabel random untuk menentukan

responden agar sampel yang diambil dari populasi bersifat

representatif atau bisa mewakili karakter populasi secara

keseluruhan.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Variabel dalam penelitian ini

berupa:

a. Variabel bebas atau independen variabel dalam penelitian ini

adalah pencahayaan, suhu dan kelembapan rumah.

b. Variabel terikat atau dependen variabel dalam penelitian ini adalah

tingkat kenyamanan penghuni di kawasan permukiman padat

Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura

2. Definisi Oprasional

Definisi Oprasional adalah pengertian sebuah variabel dalam

istilah yang bisa diamati, diuji atau bisa dijadikan angka (Djiwandono,

2015).
42

Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah jarak, suhu, dan

kelembaban rumah serta kenyamanan penghuni. Definisi oprasional

seperti tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Definisi Oprasional Variabel Penelitian

Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Intensitas
cahaya umum
1. Tidak memenuhi
masuk ke dalam
1 Pencahayaan Lux meter Pengukuran Ordinal syarat
rumah di
2. Memenuhi syarat
permukiman
padat.

Panas atau
dinginnya udara
dalam ruang
1. Tidak memenuhi
yang
2 Suhu Thermometer Pengukuran Ordinal syarat
dinyatakan
2. Memenuhi syarat
dengan satuan
derajat Celcius
(oC).
Persentase
kadar air di
1. Tidak memenuhi
dalam rumah
3 Kelembapan Hygro-meter Pengukuran Ordinal syarat
pada siang hari
2. Memenuhi syarat
di permukiman
padat
Rasa atau
respon
penghuni
berdasarkan
kenyamanan
visual
1. Tidak nyaman
(pencahayaan),
Kenyamanan 2. Cukup nyaman
4 kenyamanan Kuisioner Angket Ordinal
Penghuni 3. Nyaman apabila
termal (suhu
4. Sangat nyaman
dan
kelembapan),
kenyamanan
spasial dan
kenyamanan
lingkungan
43

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data

primer untuk keperluan penelitian (Nazir, 2003). Pengumpulan data dalam

penelitian ini berdasarkan pengukuran dan kuisioner.

a. Pengukuran

Pengukuran untuk mengetahui intensitas pencahayaan, suhu dan

kelembapan di dalam rumah dipermukiman padat Kelurahan Keraton

Kabupaten Banjar. Pengukuran dilakukan didalam rumah pada ruang

tamu dan kamar tidur pada saat hari yang cerah dengan rentang jam

10.00 s/d 15.00 WITA. Untuk pengukuran pencahayaan, suhu dan

kelembapan dilakukan dalam 3 kali pengulangan. Hasil pengukuran

yang dilakukan dicatat dalam lembar pengukuran.

b. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada para responden untuk dijawab (Sujarweni, 2015).

Kuisioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat

kenyamanan penghuni rumah dalam aspek kenyamanan visual

(pencahayaan), kenyamanan termal (suhu dan kelembapan),

kenyamanan spasial dan kenyamanan lingkungan. Kuisioner yang

digunakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mar’atus

Shaleha (2020), yang dimodifikasi sesuai kebutuhan.


44

G. Instrumen Pengumpul Data

Instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang digunakan dalam

pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasil yang baik,

lengkap, sistematis dan mudah untuk diolah (Arikunto, 2010). Instrumen

data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Lembar Pengukuran

b. Luxmeter untuk mengukur intensitas pencahayaan

c. Thermometer untuk mengukur suhu

d. Hygrometer untuk mengukur kelembapan

e. Kuisioner terkait kenyamanan penghuni terhadap kondisi rumah

dengan pencahayaan, suhu, dan kelembapan dalam rumah.

Kuisioner yang digunakan terdiri dari masing-masing variabel yaitu

kenyamanan visual (6 pertanyaan), kenyamanan termal (6 pertanyaan),

kenyamanan spasial ( 1 pertanyaan), dan kenyamanan lingkungan ( 3

pertanyaan).

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data (Santoso, 2013)

a. Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian adalah :

1) Pemeriksaan data (editing) adalah memeriksa data yang telah

dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku

register. Kegiatan editing untuk melakukan pengecekan

kuisioner apakah jawaban yang ada di kuisioner sudah lengkap,


45

jelas, relevan dan konsisten. Data yang didapat dilapangan

yaitu data pencahayaan, suhu, dan kelembapan serta

kenyamanan penghuni.

2) Pemberian kode (coding) adalah kegiatan merubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.

3) Proses data (processing) dilakukan dengan cara memasukkan

data (data entry) dari kuisioner paket program Statistik.

4) Pembersihan data (cleaning) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dimasukkan (entry), apakah ada

kesalahan atau tidak.

b. Hasil Ukur Pengolahan Data Pada Penelitian adalah :

1) Perhitungan Variabel Pencahayaan sebagai berikut :

a) Memenuhi syarat : apabila hasil ukur pencahayaan berkisar

antara 60 lux – 100 lux.

b) Tidak memenuhi syarat : apabila hasil ukur pencahayaan

<60 lux atau >100 lux.

2) Perhitungan Variabel Suhu sebagai berikut :

a) Memenuhi syarat : apabila hasil ukur suhu berkisar antara

18oC – 30oC

b) Tidak memenuhi syarat : apabila hasil ukur suhu <18oC atau

>30oC

3) Perhitungan Variabel Kelembapan sebagai berikut :


46

a) Memenuhi syarat : apabila hasil ukur kelembapan berkisar

antara 40% - 70%.

b) Tidak memenuhi syarat : apabila hasil ukur kelembapan

<40% atau >70%.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian dari suatu penelitian, tujuan dari

analisis data ini adalah agar memperoleh suatu kesimpulan masalah

yang diteliti. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan computer

dengan analisis sebagai berikut :

a. Analisis deskriptif (Univariat)

Tujuan analisis deskriptif adalah untuk menjelaskan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Notoatmodjo,

2012).

Cara pengukuran kenyamanan penghuni sebagai data variabel

terikat dalam menentukan kenyamanan menggunakan nilai

kuantitatif yang dikualitatifkan sebagai berikut :

1) Kriteria Tidak Nyaman memiliki rentang nilai 1-2

2) Kriteria Cukup Nyaman memiliki rentang nilai 3-4

3) Kriteria Nyaman memiliki rentang nilai 5-6

4) Kriteria Sangat Nyaman memiliki rentang nilai 7-8

Jawaban dari setiap kriteria item kuisioner mempunyai nilai

dari sangat negatif menjadi sangat positif, sebagai berikut :


47

Tabel 3.3 Bobot Skor Skala Pengukuran

No Kenyamanan Penghuni Bobot


1 Tidak Nyaman 1
2 Cukup Nyaman 2
3 Nyaman 3
4 Sangat Nyaman 4
Sumber : (Masturoh dan Temesvari, 2018)

Untuk menentukan kategori dari tingkat dengan cara sebagai

berikut:
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖) ― (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑃𝑖𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛

(16 𝑥 8) ― (16 𝑥 1 )
4
=

128 ― 16
4
= 28

Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka didapatkan hasil

lebar interval kelas atau selisih batas atas dan batas bawah senilai

28

Dari rumus berikut maka dapat terbentuk interval penilaian

seperti Tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4 Interval Penilaian

Tingkat Kenyamanan
No Interval
Penghuni
1 Tidak Nyaman 16 – 43
2 Cukup Nyaman 44 – 71
3 Nyaman 72 - 99
4 Sangat Nyaman 100
48

b. Analisis Analitik (Bivariat)

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel

dapat diteruskan analisis lebih lanjut, tujuannya untuk diagnosis

data dan melakukan uji hipotesis dua variabel. Apabila diinginkan

analisis hubungan antara dua variabel, maka analisis dilanjutkan

pada tingkat bivariat (Notoatmodjo, 2012).

Analisis analitik (bivariat) adalah analisis yang digunakan

untuk mengetahui hubungan anatara variabel bebas (pencahayaan,

suhu, dan kelembapan) dengan variabel terikat (kenyamanan

penghuni). Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

Uji korelasi Somers’d yang mana uji ini adalah korelasi

nonparametric yang tepat digunakan untuk menganalisis suatu

hubungan di antara dua variabel yang memiliki skala data ordinal.

Korelasi Somers’d terdiri dari dua variabel yaitu variabel X dan

variabel Y (Nugroho, Akbar, Vusvitasari, 2008). Jika variabel X

dinyatakan sebagai variabel independen dan variabel Y dinyatakan

sebagai dependen, maka ∆yx adalah suatu parameter populasi

diantara kedua variabel tersebut. Pada suatu sampel, lambang

untuk koefisien korelasi Somers’d dinotasikan dengan dyx dan dxy

secara berturut-turut (Siegel dan Castellan, 1988 dalam Kriesniati,

et al. 2013).

2 (𝐾 ― 𝐷)
dyx = 𝑛1 ― ∑1 𝐶12

Keterangan :
49

K : Banyaknya pasangan konkordan

D : Banyaknya pasangan diskordan

n : Banyaknya data pengamatan

C1 : Frekuensi marginal ke-j dari variabel X

Analisis data dilakukan dengan program aplikasi statistic

mulai dari entry data, pengolahan data, analisis data statistik

sampai dengan penarikan kesimpulan. (Dahlan, M. Sopiyudin.

2011).

Untuk menguji kemaknaan digunakan batas kemaknaan sebesar

5% (α = 0,05).

Ho : Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna apabila

nilai p > α ( p > 0,1).

Ha : Hasil uji dikatakan ada hubungan yang bermakna apabila nilai

p ≤ α ( p ≤ 0,1).
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, H., & Mahastuti, A. 2006. Hubungan Kondisi Rumah Dengan Penyakit
TBC Paru Di wilayah Kerja Puskesmas Karangmojo II Kabupaten
Gunungkidul tahun 2003-2006. Jurnal kesehatan Surya Meedika Yogyakarta.

Alfiani, V. (2016). Persepsi Masyarakat Terkait Kenyamanan Tinggal Di


Pemukiman Kumuh (Studi Kasus: Pemukiman Kumuh Kelurahan Keputih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya). Swara Bhumi, 4(02).
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashadi, A., Nelfiyanti, N., & Anisa, A. (2016). Pencahayaan Dan Ruang Gerak
Efektif Sebagai Indikator Kenyamanan Pada Rumah Sederhana Sehat Yang
Ergonomis (Studi Kasus Rumah Sederhana Sehat Di Bekasi). NALARs, 15(1),
35-44.

Azizah, R. (2013). Kajian Kenyamanan Termal pada Rumah Tinggal dengan


Model Innercourt. Jurnal Arsitektur NALARs, 13(Juli), 73–88.

Badan Standardisasi Nasional. 2004. SNI 03-1733-2004. Tata cara perencanaan


lingkungan perumahan di perkotaan Frick, Heinz. 1984. Rumah Sederhana.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Bangunan, M. (2010). Skala Pengukuran.

Bernardi, N., & Kowaltowski, D. C. C. K. (2006). Environmental comfort in


school buildings: A case study of awareness and participation of users.
Environment and Behavior.

Cahyono, Tri. (2017). Penyehatan Udara. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Dahlan, Sopiyudin., 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5.


Jakarta, Salemba Medika

Darmiah, D., Santoso, I., & Maharso, M. (2015). Hubungan Kepadatan Hunian
dan Kualitas Fisik Rumah Desa Penda Asam Barito Selatan. JURNAL
KESEHATAN LINGKUNGAN: Jurnal Dan Aplikasi Teknik Kesehatan
Lingkungan, 12(1), 231.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1999. Kepmenkes RI


No.829/Menkes/SK/VII/1999. Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi, D. A. K. 2018. Hubungan Luas Ventilasi Udara Dan Luas Lantai
Rumah Terhadap Kejadian TB Paru Di Puskesmas Demangan Dan
Puskesmas Banderejo Kecamatan Taman Kota Madiun. Madiun.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Banjar.
Djiwandono, P. (2015) Meneliti itu Tidak Sulit: Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Deepublis
Ellizar, E. (2018). Implementasi Teori Pencahayaan, Termal Dan Kebisingan
Terhadap Kenyamanan Ruang Ibadah Pada Mesjid Al Safar Di Rest Area
Km. 88 Purwakarta. Jurnal Ilmiah Arjouna, 2(2), 27-33.
Feriza Mesra, S. (2011). Penyehatan Permukiman (H. S. Kasjono, Ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ginting, Y. U.U., Ginting, N., & Zahrah, W. 2018. The spatial comfort study of
shophouse at Kampung Madras. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science.
Hamdani, A. F. (2010). Tingkat Kenyamanan Kawasan Permukiman Berdasarkan
Kajian Iklim Mikro di Kecamatan Klojen Malang.
Handayani, M. (2016). Persepsi Masyarakat Terkait Kenyamanan Termal Di
Pemukiman Padat Kecamatan Dukuh Pakis Kota Surabaya. Swara Bhumi,
IV, 1–7.
Hasanah, N., Husein, A., & Sudaryanto, S. (2017). Analisis Kepadatan Penghuni,
Luas Lantai Dan Luas Ventilasi Terhadap Suhu Dan Kelembaban Di Rumah
Kos Putri Kajor, Nogotirto, Gamping, Sleman, Diy. Sanitasi: Jurnal
Istiqomah, H. S., & Sundari, C. D. (2011). Penyehatan Permukiman. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Kaharu, A., & Waani, J. O. (2017). TROPIS LEMBAB “Studi Kasus Rumah Atas
Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara.
Kasjono, H.S. 2011. Penyehatan Permukiman. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No
403/KPTS/M/2002Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sederhana Sehat (Rs SEHAT).
Kustianingrum, D. W. I., Muhamad, Y. A., Rizqika, M., Wijaya, A. N., &
Pramana, A. D. W. I. 2016. Kenyamanan Visual ditinjau dari Orientasi
Massa Bangunan dan Pengolahan Fasad Apartemen Gateway , Bandung.

Kusumaningrum, A., & Martiningrum, I. 2017. Persepsi Pengunjung


terhadap Tingkat Kenyamanan Bangunan Pelayanan Kesehatan. Jurnal
Mahasiswa Jurusan Arsitektur.
Lestari S., Naria E., Dharma S. 2012. Hubungan Karaktristik dan
Lingkungan Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan Mata Pengrajin
Ulos di Kelurahan Kebun Sayur Kecamatan Siantar Timur Kotamadya
Pematangsiantar. [Tesis Ilmiah]. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara.

Markov, D. (2003). Standards in Thermal Comfort. New York.

Masturoh, I. dan Temesvari, Nauri A. (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan.


Jakarta: BPPSDMK Kemenkes RI.

Nazir, Moch. 2003.Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :


Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nugraha, D. (2018). Efektivitas Ventilasi Rumah Lingkungan Padat Di Perumnas
Depok Timur. Lakar, Jurnal Arsitektur, 01(01), 27–31.
Nugroho, Sigit, Akbar, Syahrul dan Vusvitasari, Resi. 2008. Kajian Hubungan
Koefisien Korelasi Pearson (r), Spearman-rho (ρ), Kendall-Tau (τ), Gamma
(G) dan Somers (dYX). Jurnal Gradien Vol. 4 No. 2: 372-381.
Pandopotan Lubis, Ms. (1985). perumahansehat. proyek pengembangan
pendidikan tenaga sanitasi pusat pusat pendidikan tenaga kesehatan
departemen kesehatan.
Parapari, D. M. (2018). Outdoor Thermal Comfort in Informal Settlements
Outdoor Thermal Comfort in Informal Settlements.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang Rumah.
Purnomo, N. H., & Si, M. (2020). NGAGELREJO KECAMATAN
WONOKROMO KOTA SURABAYA Ika Wahyuningtyas Abstrak. Swara
Bhumi, 2(1), 1–8.
Rury, N., Pribadi, I. G. O. S., &Santoso, D. 2015. Pengaruh Material Dan Bentuk
Atap Rumah Tinggal Terhadap Suhu Di Dalam Ruang the Effect of
House Material and Roof Shape on Indoor Temperature. Jurnal Arsitektur
Santoso I, Muchsin R. (2011). Penyehatan Permukiman (H. S. Kasjono, Ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Santoso, Imam. (2013). Manajemen Data Untuk Analisis Data Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Santoso, Imam. (2015). kesehatan lingkungan permukiman perkotaan (Gosyen
Publishing (ed.)).
Satwiko. 2004. Prasasto Fisika Bangunan Edisi 1, ANDI, Yogyakarta
Satwiko. 2009. Pengertian Kenyamanan Dalam Suatu Bangunan.
Yogyakarta:Wignjosoebroto
Setyawan, F. (2017) Pedoman Metodologi Penelitian (Statistika Praktis).
Sidoarjo: Zifatama Jawara.
Shaleha, M. (2020). Hubungan Pencahayaan, Suhu, dan Kelembaban Dengan
Kenyamanan Penghuni di Permukiman Lahan Basah Kabupaten Hulu
Sungai Utara. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN: Jurnal dan Aplikasi
Teknik Kesehatan Lingkungan.
Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametric Statistic for Behavioral
Sciences. (2nd Ed.). Tokyo Mc. Graw-Hill International Edition.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
AFABETA.
Suhaeni, Heni. (2011). Kepadatan Penduduk dan Hunian Berpengaruh Terhadap
Kemampuan Adaptasi Penduduk di Lingkungan Perumahan Padat
(Population Density Has Effected on the Inhabitants Adaption in the
Densely Housing Environment). JURNAL PERMUKIMAN.
Suharno, Feriza Masra. (2011). Penyehatan Permukiman (H. S. Kasjono, Ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sujarweni, V. Wiratna. (2015). SPSS Untuk Penelitian (Florent, Ed.). Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Baru Press.
Swasti, T. E. (2016). Pengaruh Kerapatan Bangunan Pada Karakteristik Termal
Rumah Tinggal Kampung Naga Terhadap Kenyamanan
Penghuni. Vitruvian: Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan, 5(2).
Syafrina, A., Tampubolon, A. C., Suhendri, Hasriyanti, N., & Kusuma, H. E.
(2018). Preferensi Masyarakat tentang Lingkungan Perumahan yang ingin
Ditinggali. Jurnal RUAS.
Widiyantoro, H., Muladi, E., & Vidiyanti, C. (2017). Analisis Pencahayaan
Terhadap Kenyamanan Visual Pada Pengguna Kantor (Studi Kasus: Kantor
PT. Sandimas Intimitra Divisi Marketing di Bekasi). Vitruvian: Jurnal
Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan, 6(2), 185905.
LAMPIRAN
Teknik Pengukuran Pencahayaan, Suhu dan Kelembaban

Pelaksanaan pengukuran dilakukan 1 kali dalam satu hari dengan 3 kali


pengulangan pada waktu yang sama namun hari yang berbeda. Pada
rentang jam 10.00 s/d 15.00. Saat pengukuran pencahayaan, suhu dan
kelembaban jika terjadi hujan maka :
1. Apabila hujan berhenti masih dalam jangka waktu periode pengukuran,
maka pengukuran tetap dilanjutkan.
2. Apabila hujan terus menerus melebihi waktu yang ditentukan maka
pengukuran dilakukan pada hari berikutnya.

Berikut cara kerja pengukuran pada setiap variabel :

Pengukuran dilakukan di ruang keluarga dan ruang tidur.

1. Pencahayaan
Hidupkan lux meter yang telah di kalibrasi, bawa alat pada ruangan
yang akan dilakukan pengukuran, baca hasil pengukuran pada layar
monitor setelah menunggu beberapa saat hingga didapatkan nilai
angka yang stabil, dan catat angka tersebut pada lembar pengukuran
2. Suhu
Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan thermometer pada
ruangan dan didiamkan selama 5 menit, setelah itu lakukan pembacaan
hasil dan catat angka tersebut pada lembar pengukuran.
3. Kelembaban
Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan hygrometer pada
ruangan yang ingin diukur kelembaban dan diamkan selama 5 menit,
lalu lakukan pembacaan hasil dan catat pada lembar pengukuran.
LEMBAR PENGUKURAN
HUBUNGAN PENCAHAYAAN, SUHU, KELEMBABAN RUMAH
DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGHUNI PERMUKIMAN
LAHAN PADAT KELURAHAN KERATON KABUPATEN BANJAR

No Urut Responden :
Tanggal Pengukuran :
Jam Pengukuran :
Nama Responden :
Nama Kepala Keluarga (KK) :
Alamat : Kelurahan Keraton RT. No.
Hasil Pengukuran :

Kualitas Fisik Rumah:

No Kualitas Fisik Persyaratan Hasil Pengukuran


1 Pencahayaan Pencahayaan berkisar antara
60 Lux – 100 Lux
2 Suhu Suhu Berkisar antara 18oC –
30o C
3 Kelembaban Kelembaban berkisar antara
40% - 70%
Keterangan :
Pencahayaan : Memenuhi syarat/Tidak memenuhi syarat
Suhu : Memenuhi syarat/tidak memenuhi syarat
Kelembaban : Memenuhi syarat/tidak memenuhi syarat
LEMBAR KUISIONER
HUBUNGAN PENCAHAYAAN, SUHU, KELEMBABAN RUMAH
DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGHUNI PERMUKIMAN
PADAT KELURAHAN KERATON KABUPATEN BANJAR
A. Data Umum
1. No. Urut Responden :
2. Nama Kepala Keluarga (KK) :
3. Nama Responden :
4. Alamat : Kelurahan Keraton
RT / RW : No :
5. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
6. Umur Responden :
7. Tingkat Pendidikan : a. Tidak Pernah Sekolah
b. Tidak Tamat SD
c. Tamat SD/Sederajat
d. Tamat SMP/Sederajat
e. Tamat SMA/Sederajat
f. Tamat Perguruan Tinggi

8. Pekerjaan : a. Tidak Memiliki Pekerjaan Tetap


b. Petani
c. Pedagang
d. Wiraswasta
e. PNS
f. Lain-lain (…………)

9. Status Kepemilikan Rumah : a. Kontrak/Sewa


b. Milik Sendiri

10. Lama Tinggal : Tahun / bulan


11. Ukuran Luas Rumah : m2
12. Jumlah Penghuni : Orang
Petunjuk Pengisian :

Mohon untuk member tanda “√” pada setiap pernyataan yang anda pilih.

Keterangan :

Tidak Nyaman Cukup Nyaman Nyaman Sangat Nyaman

No Pertanyaan Kenyamanan
A Kenyamanan Visual
1 Saya merasa nyaman terhadap luas
ventilasi atau jendela untuk
mendapat pencahayaan alami (sinar
matahari) pada siang hari
2 Saya merasa nyaman menggunakan
pencahayaan alami (sinar matahari)
pada setiap ruangan dalam rumah
pada siang hari
3 Saya merasa nyaman untuk
melakukan aktivitas di dalam
rumah seperti memasak
menggunakan pencahayaan alami
(sinar matahari) pada siang hari
4 Saya merasa nyaman untuk
melakukan aktivitas di dalam
rumah menggunakan pencahayaan
buatan (seperti lampu) pada siang
hari
5 Saya merasa nyaman menggunakan
pencahayaan alami (sinar matahari)
untuk membaca dan menulis di
dalam rumah pada siang hari
6 Saya merasa nyaman menggunakan
pencahayaan buatan (seperti lampu)
untuk membaca dan menulis di
dalam rumah pada siang hari
B Kenyamanan Termal
7 Saya merasa nyaman saat udara
sejuk di dalam rumah pada siang
hari
8 Saya merasa nyaman saat udara
sejuk di dalam rumah pada malam
hari
9 Saya merasa nyaman saat
kelembaban pada siang hari di
dalam rumah karena tidak pengap
10 Saya merasa nyaman saat
kelembaban pada malam hari di
dalam rumah karena tidak pengap
11 Saya merasa nyaman terhadap
kecepatan angin yang masuk ke
dalam rumah pada siang hari karena
angin yang masuk berhembus sepoi
12 Saya merasa nyaman terhadap
kecepatan angin yang masuk ke
dalam rumah pada malam hari
karena angin yang masuk
berhembus sepoi
C Kenyamanan Spasial
13 Saya merasa nyaman terhadap luas
ruangan untuk melakukan segala
aktivitas di dalam rumah
D Kenyamanan Lingkungan
14 Saya merasa nyaman terhadap
akses jalanan yang saya lalui pada
permukiman padat
15 Saya merasa nyaman terhadap tidak
adanya pepohonan disekitar rumah
akibat permukiman yang padat
16 Saya merasa nyaman terhadap tata
lingkungan perumahan di wilayah
saya di permukiman padat

Banjarbaru…………..

Peneliti

Anda mungkin juga menyukai