Anda di halaman 1dari 85

EFEKTIVITAS METODE AUDIOVISUAL DAN MEDIA PUZZLE

TERHADAP PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN CUCI


TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK SD ADZKIA
PADANG TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan Kebidanan

SITI ROHMAH ABDULLAH


1815301135

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa Peneliti ucapkan, karena telah

memberi nikmat kesehatan, kekuatan pikiran dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul“Efektivitas Metode Audiovisual

Dan media puzzle Terhadap Pengetahuan dan pelaksanaan Cuci tangan Pakai

Sabun Pada Anak SD Adzkia Kota Padang Tahun 2019”.

Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini peneliti mendapatkan bimbingan serta

petunjuk banyak dari banyak pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan

tugas akhir ini. Selanjutnya melalui tulisan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Nurhayati S.ST, M.Biomed, selaku Ketua Universitas Fort De Kock Kota

Bukittinggi.

2. Ibu Febriyeni S,ST, M.Biomed, selaku Ketua Prodi studi Sarjana Terapan

Kebidanan

3. Bapak Fizran SKM, M.Kes Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan

memberikan arahan serta motivasinya sehingga proposal ini dapat selesai pada

waktunya.

4. Ibu Vitria Melinda S.ST, M.Kes Selaku Pembimbing II.yang telah mengarahkan

dan memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

5. Ibu / bapak dosen Universitas Fort De Kock yang telah memberikan ilmu

pengetahuan , bimbingan serta nasehat selama menjadi pendidik.

6. Bapak Hafizul S.TP selaku Kepala Sekolah SD IT Adzkia Padang yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian .

7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dokungan moral, materi
serta dorongan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini.

8. Kepada rekan-rekan seperjuangan dan teman dekat yang banyak membantu dalam

menyelesaikan laporan tugas akhirini.

Peneliti menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu peneliti mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan

ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Bukittinggi, juli 2019

Peneliti

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Media Audio Visual.......................................................................................... 10
1. Pengertian media audiovisual ................................................................. 10
2. Jenis- jenis media audiovisual.................................................................. 13
3. Karakteristik media audiovisual……………………………………….. 15
4. Fungsi media audiovisual......................................................................... 16
5. Manfaat menggunakan media audiovisual .............................................. 17
6. Kelebihan dan kelemahan audiovisual…………………………………. 18
B. Media Permainan ............................................................................................ 19
1. Pengertian permainan ............................................................................. 19
2. Manfaat permainan bagi pembelajaran .................................................... 21
3. Media puzzle............................................................................................ 23
C. Pengetahuan .................................................................................................... 24
1. Pengertian pengetahuan............................................................................ 24
2. Tingkat pengetahuan................................................................................. 24
3. Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan.................................... 25

D. Pelaksanaan .................................................................................................... 28
1. Pengertian pelaksanaan............................................................................. 28
E. Pengertian cuci tangan
1. Cuci tangan ..............................................................................................31
2. Pentingnya mencuci tangan pakai sabun………………………………. 32
3. Bahaya jika tidak mencuci tangan……………………………………… 35
4. Cara mencuci tangan yang benar ……………………………………… 37
5. Pilihan sabun dan durasi efektif cuci tangan…………………………… 37
6. Jenis - jenis penyakit tidak menncuci tangan...........................................38
F. Anak Usia Sekolah ..........................................................................................40
1. Pengertian anak usia sekolah....................................................................40
2. Ciri - ciri anak usia sekolah......................................................................40
3. Tugas perkembangan usia sekolah............................................................43
G. Kerangka teori .................................................................................................44
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep............................................................................................45
B. Definisi Operasional........................................................................................46
C. Hipotesis .........................................................................................................47

BAB IV METODELOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian................................................................................................48
B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................49
C. Populasi dan Sampel........................................................................................49
D. Kriteria Inkulsi dan Ekskulsi Responden .......................................................50
E. Tekhnik Pengumpulan Data............................................................................ 50
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian......................................................................51
G. Tekhnik Pengolahan Data...............................................................................52
H. Teknik Analisis Data.......................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN

No Tabel Halaman

2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 44


3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 45
DAFTAR GAMBAR

No Tabel Halaman

2.1 Gambar Gerakan 1...................................................................................... 36


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebersihan merupakan sebuah cerminan bagi setiap individu dalam

menjaga kesehatan yang begitu penting dalam kehidupan sehari- hari. Kebersihan

lingkungan merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran dan

penyakit, yang dapat merugikan segala aspek yang menyangkut setiap kegiatan

dan perilaku lingkungan kesehatan, dimana kehidupan manusia tidak bisa di

pisahkan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial (Buhungo,2012).

Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu upaya memelihara

kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit. Kebersihan diri atau personal hygine

dalam menjaga dan memelihara kebersihan dirinya, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Layli (2012:2) “bahwa kebersihan diri atau personal hygine

adalah seutu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehantan seseorang

untuk kesejahhteraan , baik fisik maupun psikisnya “ kesejahteraan fisik yang

dimaksud ialah bahwa ia dapat terhindar dari resiko penyakit yang mungkin dapat

ditimbulkan akibat mikroorganisme patogen. Kesejahteraan psikis yang dimaksud

ialah bahwa seseorang dapat memenuhi kebutuhan akan rasa nyaman dan percaya

diri, sehigga ia dapat berinteraksi sosial yang lebih baik.

Kebersihan diri yang dimaksud terdiri dari 5 macam perawatan diantaanya,

perawatan kulit; perawatan kaki , tangan dan kuku ; perawatan mulut dan gigi ;

perawatran rambut; mata, telingan dan hidung , (Layli , 2012;2). Kelima macam

peraswatan tersebut bertujuan umtuk meningkatkan kepercayaan diri, menciptakan


keindahan, memlihara kebersihan diri, minigkatkan derajat kesehatn seseorang,

dan sebagai bentuk pencegahan sebagai penyakit. Apabila kelima macam

perwatan tersebut dilakukan secara baik, maka individu yang bersangkutan akan

merasaakan manfaat nya, baik segi kesejahteraan fisik maupun psikisnya.

Apabila prilaku personal hygien sesorang baik, maka hal ini akan

meminimalkan pintu masuk mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

pada orang tersebut.sebaliknya apabila personal hygine seseorang buruk, maka hal

ini akan mempertinggi resiko mikroorganisme penyakit untuk tumbuh dan

menyebabkan infeksi pada tubuh orang tersebut. Ganguan kesehatan yang dapat

ditimbulkan akibat buruknya personal hygine seseorang diantaranya diare, karies

pada gigi, gangguan intekgritas kulit, infeksi pada mata dan telinga serta gangguan

pada kuku.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devi (2011;11) menyatakan

adanya hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah

BAB dengan kejadian diare. Terlebih apabila melakukan tindakan mencuci

tangan dengan menggunakan sabun dapat memutus mata rantai kuman. Mencuci

tangan pakai sabun disebut juga sebagai salah satu pencegahan penyakit. Hal ini

dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen pembawa kuman penyakit dan

menyebabkan patogen yang berpindah dari satu orang ke orang lain, baik kontak

langsung maupun tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan seperti

handuk, gelas, dan lain-lain) ( Kemenkes RI,2014).

Cuci tangan pakai sabun telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah

penyebaran penyakit menular seperti diare, ISPA ( Isfeksi Saluran Pernafasan Atas

), infeksi cacing dan pneumonia ( Kemenkes RI, 2014).


Berbagai pihak yang telah memberitahukan perilaku ini sebagai intervensi

kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas

masyarakat indonesia. Berbagai survey di lapangan menunjukkan menurunnya

angka ketidakhadiran anak di sekolah karena sakit yang disebabkan oelh penyakit-

penyakit yang ditimbulkan dari kurangnya cuci tangan pakai sabun ( Depkes RI,

2010 ).

Mencuci Tangan Pakai Sabun menurut Departemen Kesehatan

merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah

penyebaran penyakit - penyakit menular seperti diare, ISPA, flu burung, bahkan

mencegah penularan virus H1N1 (Depkes,2010).

Penyakit lain yang juga dapat di hindari dengan cuci tangan pakai sabun

yaitu cacingan. Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing

dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui tanah. Penderita cacingan yang

selanjutnya disebut penderita adalah seseorang yang dalam pemeriksaan tinjanya

mengandung telur cacing atau cacing (Kemenkes 2017) lebih dari 1,5 miliar orang

atau 24% dari populasi dunia terinfeksi cacing dan lebih dari 880 juta anak

membutuhkan pengobatan penyakit akibat parasit ini (WHO, 2013). Di indonesia

angka kejadian infeksi cacing pada anak sekolah dasar berkisar antara 2,7 - 60,7%

(Depkes RI, 2013).

Data WHO ( World Health Organization ) menunjukkan, perilaku cuci

tangan pakai sabun mampu mengurangi angka kejadian diare sebanyak 45%,

dikutip dari menteri Kesehatab RI, dr. Nafsiah Mboi, SP.A,MPH, saat berdialog

dengan 8 orang Duta Sanitasi Nasional pada peringat Hari Cuci Tangan Pakai

Sabun (HCTPS) sedunia ke-5 tahun 2012 di kompleks Sekolah Dasar Negeri
04,05 dan 06 Karet Pagi, Setiabudi, Jakarta Selatan “ (Depkes RI, 2012)

Prilaku sehat cuci tangan pakai sabun yang merupakan salah satu perilaku

hidup bersih dan sehat, saat ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena

masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di Negara-

negara berkembang saja. Ternyata di negara-negara maju pun kebanyakan

masyarakat masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun

(Rompas, 2013).

Cuci tangan pakai sabun belum menjadi budaya yang dilakukan

masyarakat luas di indonesia. Di kehidupan sehari-hari, masih banyak yang

mencuci tangan hanya dengan air sebelum makan,cuci tangan pakai sabun hanya

di lakukan setelah makan. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci

tangan perlu mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering

disepelekan. Kebiasaan cuci tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus

dibiasakan sejak kecil (Rompas, 2013).

Menurut Riset kesehatan dasar 2018 proporsi pada umur ≥ 10 tahun yang

melakukan cuci tangan dengan benar 49,8%. Direktorat Jendral Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI (2013 ) menyebutkan hanya

18,5% masyarakat Indonesia yang mencuci tangan dengan sabun di lima waktu

penting. Basic Human Services ( BHS ) di Indonesia tahun 2006 menemukan baru

12 % yang melakukan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar, 14 %

sebelum makan, 9% setelah menceboki anak dan 6% sebelum menyiapkan

makanan (Kemenkes 2012).

upaya membiasakan cuci tangan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat.

Pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan menggunakan sabun pada anak


sekolah dasar diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak sehingga anak

usia sekolah dasar dapat menerapkan prilaku cuci tangan menggunakan sabun.

Pengetahuan dapat diperoleh seseorang atau sasaran pendidikan kesehatan

dari proses pembeljaran dengan menggunakan berbagai macam alat bantu

pendidikan atau media (Notoatmodjo, 2010). Media yang dapat digunakan untuk

memberikan promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan adalah audiovisual.

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis

media ini mempunyai kemampuan lebih baik karena meliputi jenis media yang

memiliki kemampuan suara dan mengandalkan penglihatan (Djamaarah dan Zain,

2010, p: 124).

Menurut Setiyowati (2011) media audiovisual dengan menyampaikan dan

tampilan persuasif menjadikan media komunikasi sangat bermanfaat bagi

peningkatan pengetahuan dan perilaku hidup sehat. Media audiovisual ini mampu

menstimulasi indera pendengar dan penglihatan saat proses penyampaian bahan

pendidikan kesehatan.(Setiyowati, 2011)

Dari data awal yang didapatkan dari SD Islam Terpadu di Kota Padang

bahwa tenaga kesehatan yang datang atau berkunjung ke sekolah tersebut

melakukan beberapa kegiatan, salah satunya tentang cuci tangan pakai sabun.

Sekolah tersebut memiliki 4 tempat cuci tangan pakai sabun yang sekaligus

dijadikan tempat berwudhu bagi siswa dan siswi. Kesempatan untuk melakukan

cuci tangan pakai sabun tidak dimiliki oleh seluruh siswa yang melakukan cuci

tangan pakai sabun.

SD IT Adzkia Padang merupakn salah satu sekolah dasar yang terletak di

Kecamatan Kuranji Padang. Berdasarkan study pendahulan yang dilakukan di SD


IT Adzkia Padang dengan cara observasi diperoleh hasil bahwa sekolah tellah

menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan dan sabun. Hasil wawancara dengan

kepala SD IT Adzkia Padang diperoleh informasi bahwa anak-anak disekolah

tersebut belum memiliki pemahaman yang cukup tentang pentingnya mencuci

tangan dengan sabun sehingga menimbulkan kemalasan untuk mencuci tangan

pakai sabun terutama saat berada disekolah.

Berdasarkan urain latar belakang diatas penulis untuk memotivasi siswa

untuk lebih termotivasi dalam melaksanakan cuci tangan pakai sabun melalui “

Efektivitas media audiovisual dan media puzzel terhadap pengetahuan dan

pelaksanaan cuci tangan pakai sabun pada siswa SD IT Adzkia kota padang Tahun

2019 ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu “Bagaimana Efektivitas media audiovisual dan media puzzel

terhadap pengetahuan dan pelaksanaan cuci tangan pakai sabun pada siswa SD IT

Adzkia kota padang Tahun 2019 ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Efektivitas media audiovisual dan media puzzel terhadap

pengetahuan dan pelaksaaan cuci tangan pakai sabun pada siswa SD IT

Adzkia kota padang Tahun 2019 .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan sebelum diberikan metode


audiovisual dan media puzzel cuci tangan pakai sabun pada siswa SD IT

Adzkia kota padang Tahun 2019 .

b. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman sebelum diberikan metode

audiovisual dan media puzzel tentang cuci tangan pakai sabun pada siswa

SD IT Adzkia kota padang Tahun 2019 .

c. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan sebelum diberikan metode

audiovisual dan media puzzel tentang cuci tangan pakai sabun pada

siswa SD IT Adzkia kota padang Tahun 2019 .

d. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan sesudah diberikan metode

audiovisual dan media puzzel cuci tangan pakai sabun pada siswa SD IT

Adzkia kota padang Tahun 2019 .

e. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman sesudah diberikan metode

audiovisual dan media puzzel tentang cuci tangan pakai sabun pada siswa

SD IT Adzkia kota padang Tahun 2019 .

f. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan sesudah diberikan metode

audiovisual dan media puzzel tentang cuci tangan pakai sabun pada

siswa SD IT Adzkia kota padang Tahun 2019 .

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa Sekolah Dasar

Meningkatkan pengetahuan dan penerapan siswa tentang cuci tangan pakai

sabun agar terhidar dari penyakit melalui metode audiovisual dan media

puzzle.
2. Bagi Tempat Penelitian

Pihak institusi pendidikan, diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan

untuk perencanaan program UKS yang berkaitan tentang cuci tangan pakai

sabun.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih sering mengadakan kegiatan-

kegiatan mengenai cuci tangan pakai sabun di seluruh sekolah-sekolah.

4. Bagi Profesi

Sebagai bahan literatul bagi Universitas Fort De Kock dalam

mengembangkan ilmu kesehatan yang berkaitan dengan efektivitas metode

audiovisul dan media puzzel terhadap pengetahuan dan penerapan siswa

tentang cuci tangan pakai sabun.

5. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti dan pengalaman peneliti dalam melakukan

penelitian.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen atau eksperimen semu

dengan desainpretest-posttest one group yang bertujuan untuk mengetahui

Efektivitas metode audiovisual dan media puzzel terhadap pengetahuan dan

pelaksaan cuci tangan pakai sabun pada siswa SD IT Adzkia kota Padang.

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan mei – juli tahun 2019. Populasi
dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas I SD IT Adzkia kota padang.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas I dengan teknik

Total sampling. Data dalam penelitian penelitian ini di analisis dengan analisis

univariat dan bivariat. Dilakukan uji normalitas pada data yang telah

didapatkan.jika nilai p > 0,05 maka data terdistribusi normal. Jika data terdistribusi

normal maka pada analisa bivariar digunakan uji “ independent sampel T-Test

“secara komputerisasi dengan α 0,05.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Audiovisual

1. Pengertian Media Audio-Visual

Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media

Audio-visual merupakan sebuah alat bantu audio-visual yang berarti bahan atau

alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata

yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Media audio-

visual juga merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau.

Sekali kita membeli tape dan peralatan seperti tape recorder, hampir tidak

diperlukan lagi biaya tambahan karena tape dapat dihapus setelah digunakan

dan pesan baru dapat direkam kembali. Di samping itu, tersedia pula materi

audio yang dapat digunakan dan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan

siswa. Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi.

Di samping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi

lebih banyak, materi audio dapat digunakan untuk:

a. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang

telah di dengar 

b. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang

telah di dengar 

c. Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan

pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi 

d. Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa 

e. Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat

kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.

Media audio-visual terdiri atas audio-visual diam, yaitu media yang

menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slide),

film rangkai suara. Audio-visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.

Dan dilihat dari segi keadaannya, media audio visual dibagi menjadi audio

visual murni yaitu unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber

seperti film audio cassette. Sedangkan audio visual tidak murni yaitu unsur

suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai

suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsur suaranya

berasal dari tape recorder. Dalam hal ini, media audio visual yang digunakan

yaitu film atau video.

Azhar Arsyad menyatakan film atau gambar hidup merupakan gambar-

gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa

proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film

bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang

kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek

yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya

daya tarik sendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk

tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan

informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,

mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan

mempengaruhi sikap. 

Alasan Memilih Media Berbasis Audio-Visual dalam Proses Pembelajaran

bahwa mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar

siswa belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah

proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pembelajaran yang efektif


memerlukan perencanaan yang baik. Oleh karena itu media yang digunakan

dalam proses pembelajaran juga memerlukan perencanaan yang baik. 

Selain itu media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan minat

belajar yang baru dalam diri siswa. Salah satu media yang dapat digunakan

dalam pembelajaran adalah meda audio-visual. Media ini mempunyai

kemampuan yang lebih, karena media ini mengandalkan dua indera sekaligus,

yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan. Dengan media tersebut

diharapkan bisa membangkitkan motivasai dalam belajar dan memperjelas

materi yang disampaikan. 

Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media pembelajaran di

antaranya menurut Nugent, video merupakan media yang cocok untuk berbagai

ilmu pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang

diri sekalipun.

2. Jenis-Jenis Media Audio Visual 

Adapun jenis-jenis media audio visual adalah sebagai berikut: 

a. Audio-Visual Murni 

Audio-visual murni atau sering disebut dengan audio-visual gerak yaitu

media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak,

unsur suara maupun unsur gambar tersebut berasal dari suatu sumber.

1) Film Bersuara 

Film bersuara ada berbagai macam jenis, ada yang digunakan

untuk hiburan seperti film komersial yang diputar di bioskop-bioskop.

Akan tetapi, film bersuara yang dimaksud dalam pembahasan ini ialah

film sebagai alat pembelajaran. Film merupakan media yang amat


besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Film

yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa

sehubungan dengan apa yang dipelajari. Film yang baik memiliki ciri-

ciri sebagai berikut: 

a) Sesuai dengan tema pembelajaran 

b) Dapat menarik minat siswa 

c) Benar dan autentik 

d) Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan 

e) Sesuai dengan tigkat kematangan siswa 

f) Perbendaharaan bahasa yang benar. 

2) Video 

Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak,

semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang

disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat informative,

edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat

digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan

menggantikan kedudukan film. Media video merupakan salah satu

jenis media audio visual, selain film yang banyak dikembangkan

untuk keperluan pembelajaran. 

3) Televisi 

Selain film dan video, televisi adalah media yang

menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual

dengan disertai unsur gerak. 

b. Audio-Visual tidak murni 


Audio Visual tidak murni yaitu media yang unsur suara dan

gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Audio-visual tidak murni ini

sering disebut juga dengan audio-visual diam plus suara yaitu media yang

menampilkan suara dan gambar diam seperti Sound slide (Film bingkai

suara). Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-

visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu

slide atau filmstrip termasuk media audio-visual saja atau media visual

diam plus suara. Gabungan slide (film bingkai) dengan tape audio adalah

jenis system multimedia yang paling mudah diproduksi. Media

pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai

lokasi dan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-

gambar guna menginformasikan atau mendorong lahirnya respon

emosional.

3. Karakteristik Media Audio-Visual 

Karakteristik media audio-visual adalah memiliki unsur suara dan unsur

gambar. Alat-alat audio visual merupakan alat-alat audible artinya dapat

didengar dan alat-alat yang visible artinya dapat dilihat. Jenis media ini

mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media yaitu

media audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan

pemakaian perangakat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor

film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau ciri-ciri

utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut: 


a. Mereka biasanya bersifat linier 

b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis 

c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang/pembuatnya 

d. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan

abstrak 

e. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan

kognitif 

f. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan

interaktif murid yang rendah. 

4. Fungsi media Audio Visual

Fungsi media dalam pembelajaran dalam konteks komunikasi memiliki fungsi

yang sangat luas yakni sebagai berikut :

a. Fungsi edukatif, memberikan pengaruh yang bernilai pendidikan, mendidik

siswa dan masyarakat untuk berfikir kritis, memberi pengalaman yang

bermakna, serta mengembangkan dan memperluas cakrawala berpikir

siswa.

b. Fungsi social, memberikan informasi autentik dalam berbagai bidang

kehidupan dan konsep yang sama pada setiap orang sehingga dapat

memperluas pergaulan, pengenalan, pemahaman tentang orang, adat

istiadat dan cara bergaul.

c. Fungsi ekonomis, dengan menggunakan media pendidikan pencapaian

tujuan dapat dilakukan dengan efisien, penyampaian materi dapat menekan

sedikit mungkin penggunaan biaya, tenaga, serta waktu tanpa mengurangi


efektivitas dalam pencapaian tujuan.

d. Fungsi budaya, memberikan perubahan-perubahan dalam segi kehidupan

manusia, dapat mewariskan dan meneruskan unsur-unsur budaya dan seni

yang ada di masyarakat.

Menurut Winataputra (Arindawati, 2010 : 47-48), bahwa media pembelajaran

berfungsi sebagai berikut :

a. Untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif

b. Media pembelajaran sebagai bagian yang integral dari keseluruhan proses

pembelajaran

c. Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan tujuan

dan isi pembelajaran.

d. Hiburan dan memancing perhatian siswa

e. Untuk mempercepat proses belajar dalam menangkap tujuan dan bahan

ajar secara cepat dan mudah

f. Meningkatkan kualitas belajar mengajar.

g. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkrit dalam

menghindari terjdinya penyakit verbalisme.

5. Manfaat menggunakan Media Audio Visual ( Film/Video )

Beberapa manfaat menggunakan media berbasis Audio visual (film atau

video) yaitu karena kelebihan atau keuntungan dari media tersebut, diantaranya

a. Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa

ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. Film merupakan

pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara
normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut.

b. Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.

c. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video

menanamkansikap dan segi-segi afektif lainnya.

d. Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang

pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

e. Film dan video dapat menyajikan eristiwa yang berbahya bila dilihat

secaralangsung.

f. Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kecil,

kelompok yang heterogen, maupun perorangan

g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar, frame demi frame,

film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat

ditampilkan satuatau dua menit.

6. Kelebihan dan kelemahan Audio Visual

Beberapa kelebihan atau kegunaan media Audio-Visual pembelajaran sama

dengan pengajaran audio visual yaitu:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

b. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti :

1) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film

bingkai, film atau model.


2) Objek yang kecil di bantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film

atau gambar.

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame

lapse atau high speed photography

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

5) Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan

model, diagram dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-

lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-

lain.

Pengajaran audio visual juga mempunyai beberapa kelemahan yang sama

dengan pengajaran visual, yaitu :

1) Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses

pengembangannya dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat

bantu guru dalam mengajar.

2) Media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja,

karena media audio visual cenderung tetap di tempat.

3) Media audio visual cenderung menggunakan model komunikasi satu

arah.

B. Media Permainan

1. Pengertian permainan

Menurut Sadiman (2011:78) permainan sebagai suatu media

pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, diantaranya permainan adalah


sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu yang menghibur.

Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar.

Permainan memberikan pengalaman-pengalaman nyata dan dapat membantu

siswa untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya. Beberapa manfaat belajar

sambil bermain adalah menyingkirkan keseriusan yang menghambat,

menghilangkan stres dalam lingkungan belajar, mengajak siswa terlibat penuh

dalam pembelajaran, meningkatkan proses belajar, membangun kreativitas

diri, mencapai tujuan dengan ketidaksadaran, meraih makna belajar melalui

pengalaman, dan memfokuskan siswa sebagai subjek belajar (Yusuf, 2011:17)

Bermain dan permainan merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia

anak. Menurut Simanjuntak (2010: 6.2) bagi anak, belajar adalah bermain,

bermain adalah belajar. Anak lebih suka suasana bebas tanpa ada tekanan,

berinteraksi dengan teman, dan bermain.

Pendapat tersebut ditambahkan oleh Zhafari (2012). bahwa permainan

dalam pembelajaran merupakan suatu pemanasan atau penyegaran guna

membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan penuh dengan

antusias. Rumpf (Ariqah, 2013) berpendapat bahwa bermain memungkinkan

adanya hubungan yang aktif dengan materi pelajaran. Permainan dalam

pembelajaran juga mempelajari tentang perasaan dan hal-hal abstrak seperti

kemenangan dan menerima kekalahan. Selain itu, permainan juga menguji dan

meningkatkan kemampuan dan prestasi. Permainan selain berlangsung dalam

kehidupan anak sehari-hari, juga bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran.

Banyak sekali macam permainan yang bisa dipadukan dengan pembelajaran

diantaranya menurut Gustini (2011)


Hurlock (2010: 280) mengemukakan pengertian permainan adalah

proses aktivitas fisik atau psikis yangmenyenangkan dan menggembirakan.

Bagi anak bermain merupakan kegiatan khas sebagaimana pekerjaan yang

merupakan aktivitas khas orang dewasa dalam kehidupan. Senada dengan

pendapat diatas, Joan Freeman dan Utami Munandar (Andang Ismail, 2010:

16) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktivitas yang membantu anak

mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan

emosional. 

Berdasarkan uraian diatas dapat ditegaskan bahwa permainan merupakan suatu

aktivitas yang menyenangkan bagi anak yang mampu mengembangkan seluruh

aspek perkembangan anak. Permainan bagi anak yaitu permainan yang

mengandung nilai pendidikan karena melalui permainan tersebut anak belajar

mengembangkan segenap aspek. 

2. Manfaat Permainan Bagi Pembelajaran Anak 

Cara belajar yang baik, salah satunya adalah dalam suasana tanpa tekanan

dan paksaan. Cara belajar yang paling menyenangkan adalah sambil bermain.

Teknik mengajar dengan permainan sangat efektif untuk menjelaskan suatu

pengertian yang bersifat abstrak dan konsep yang sulit dijelaskan dengan kata-

kata.

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa bermain mempunyai manfaat

yang besar bagiperkembangananak. Bermain merupakan pengalaman belajar

yang berguna untuk anak. Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2010:38-44),

bermain mempunyai beberapa manfaat, yaitu: 

a. Mengembangkan aspek fisik 


Bermain merupakan wahana untuk mengembangkan fisik. Bermain

memberikan kesempatanuntuk mengembangkan gerakanhalus dan kasar. 

b. Mengembangkan aspek sosial 

Aspek sosial anak seperti sikap sosial, komunikasi,mengorganisasi peran,

dan interaksi dengan sesama teman akanberkembang melalui permainan. 

c. Mengembangkan aspek emosi Bermain merupakan media untuk

mengekspresikan pikirandan perasaan. Saat kegiatan permainan, anak dapat

mengendalikan emosinya, menyalurkan keinginannya, dan menerapkan

disiplin dengan menaati peraturan. 

d. Mengembangkan aspek kognisi Bermain bagi anak berfungsi untuk

mempermudah perkembangan kognisi anak. Anakberkomunikasi

dengananaklain sehingga perbendaharaan katanya menjadi lebih

banyak.Bermain simbolik juga dapat meningkatkan kognisi anak untuk

dapat berimajinasi menuju berpikir abstrak. 

Frobel (Mayke Sugianto, 2011: 4) mengemukakan bahwa bermain penting

dalam belajar. Kegiatan bermain sangat dinikmati anak dan mainan yang sangat

disukai anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan

kapasitas dan pengetahuan anak tersebut.

Mayke Sugianto (2011: 4) menyatakan bahwa tokoh-tokoh seperti Plato,

Aristoteles, dan Frobel melihat bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai

praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan

keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. 

Dengan demikian, belajar bahasa melalui bermain lebih efektif karena anak

menggunakan bahasa bukan hanya sekedar teoritis tetapi juga pragmatik dalam
kehidupan dan dunia mereka sendiri. Melalui bermain anak belajar bagaimana

menggunakan bahasa secara nyata dan kontekstual. 

3. Media pazzule

a. Pengertian puzzle

Olivia (2010) mengatakan bahwa puzzle merupakan sebuah permainan

mengabungkan gambar yang sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan

yang memiliki arti. Dengan bermain puzzle maka anak akan terlatih

berfikir secara kritis. Mainan berupa gambar terbagi dalam potongan-

potongan yang beraneka bentuk, bahan, ukuran , dari tingkat mudah

sampai ke tingkat yang lebih rumit. Puzzle memiliki gambar yang

bervariasi seperti kartun, mobil, buah- buahan dan sebagainya. Secara tidak

langsung anak diminta memecahkan sebuah masalah.

Masalahnya adalah menggabungkan potong – potrongan sehingga

berbentuk menjadi sebuah gambar yang aneh. Otak anak dilatih berfikir

dengan memasang kepingan. Ketika tangan memasang potongan gambar,

ketrampilan motorik halus anak akan semakin terampil anak memasang

potongan–potongan gambar maka keterampilan anak akan semakin baik.

Berulang kali anak mencoba memasang dan mengabungkan potongan–

potongan gambar,membantu anak emmbuat kesimpulan sebuah masalah.

b. Manfaat puzzle

Penerapan media puzzle dalam pembelajaran pada anak dapat

menstimulasi untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Sealin itu, puzzle juga

bermanfaat jika digunakan dalam metode pembelajarn. Adapun manfaat

dari puzzle itu sendiri adalah meningkatkan perhatian anak dalam proses
pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi aktif.

c. Kelebihan dan kelemahan puzzle

Kelebiham media puzzle :

1) Menstimulasi anak lebih aktif mengikuti pembelajaran

2) Warna danpotongan gambar yang bervariasi

3) Memudahkan dalam menyampaikan materi pembelajaran.

d. Kekurangan media puzzle :

1) Terkadang siswa mlas membawa media puzzle

2) Membutuhkan waktu dan kesabaran dalam menyususn puzzle.

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (Know) Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension) Memahami adalah suatu kemampuan

untuk menjelaskan tentang suatu objek yang diketahui dan

diinterpretasikan secara benar

c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk

mempraktekkan materi yang sudah dipelajari padakondisi real

(sebenarnya).

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau


menjelaskan suatu objek atau materi tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan

bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin capat menerima dan memahami

suatuinformasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin

tinggi (Sriningsih, 2011).

b. Informasi/ Media Massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan,menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. 11 Informasi diperoleh dari

pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan

pengetahuan.Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-

macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan


masyarakat. Informasi mempengaruhi

pengetahuan seseorang jika sering mendapatkaninformasi tentang

suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuandan wawasannya,

sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan

menambah pengetahuan dan wawasannya.

c. Sosial

Budaya dan Ekonomi Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan

menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu

sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya

akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya

akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat

pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-

rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang

diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam

individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan

pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik

maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.

e. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri

sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu

permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara

menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah

dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai

pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.

f. Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga

akan semakin membaik dan bertambah.

Pengukuran tingkat pengetahuan Menurut Budiman dan Riyanto (2013)

pengetahuan seseororang ditetapkan menurut hal-hal berikut :

a) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.

b) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

c) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan

evaluasi

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden. Menurut Arikunto (2010)

terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan yang didasarkan pada nilai

presentase sebagai berikut :

a) Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.

b) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%


c) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah

masyarakat umum, yaitu :

a) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%

b) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%

D. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana

pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan

pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa

Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan

bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.

Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirimuskan

dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan,

siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan

bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan

tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas
pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau

kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang

ditetapkan semula .

Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu

kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di

lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan

beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat

penujang.

Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai

berikut:

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan

baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses

penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi

yang disampaikan;

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan

guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan;

c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program

khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya

dari mereka yang menjadi implementer program;

d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang


mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit

dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus

tanpa pola yang baku.

Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses

implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi

antara suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses

implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak

yaitu :

a) Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan;

b) Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari

program perubahan dan peningkatan;

c) Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksana dan

pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa pelaksana suatu program

senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut.

E. Pengertian Cuci Tangan

1. Cuci tangan

Menurut Dr. Handrawan Nadesul, (2010) tangan adalah media utama

bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya

kebiasaan cuci tangan, anak-anak merupakan penderita tertinggi dari

penyakit diare dan penyakit pernapasan. Hingga tak jarang berujung pada

kematian. Menurut Kusnoputranto, (2010) mengatakan bahwa kebersihan

perorangan (hygiene) adalah usaha kesehatan masyarakat yang


mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sanitasi

lingkungan adalah usaha pengedalian dari semua faktor - faktor lingkungan

fisik manusia yang dapat menimbulkan hal - hal yang merugikan bagi

perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak,

punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman

penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan

menjadi harum baunya.Cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan sanitasi

dalam membersihkan tangan serta jari - jari dengan menggunakan sabun dan

air agar tangan menjadi bersih dan dapat memutuskan mata rantai kuman

penyakit (KEMENKERS RI, 2014).

Mencuci tangan merupakan kebiasaan yang sederhana, yang

membutuhkan pelatihan yang minim dan tidak membutuhkan peralatan.

Selain itu, mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk menghindari sakit.

Kebiasaan sederhana ini hanya membutuhkan sabun dan air. Mencuci tangan

yang baik dan sehat membutuhkan beberapa peralatan sebagai berikut di

bawah ini :

a. Sabun / antiseptic.

b. Air bersih.

c. Lap / tisu kering bersih

2. Pentingnya Mencuci Tangan Memakai Sabun Mantan Menteri

Kesehatan

Dr. dr. Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa kebiasaan mencuci

tangan dengan air saja, tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman
penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak

dibawah air mengalir. Berbagi kobokan sama saja saling berbagi kuman.

Kebiasaan itu harus ditinggalkan. Mencuci tangan pakai sabun terbukti

efektif dalam membunuh kuman yang menempel di tangan. Gerakan

nasional cuci tangan pakai sabun dilakukan sebagai bagian dari kebijakan

pemerintah untuk pengendalian risiko penyakit yang berhubungan dengan

lingkungan seperti diare dan penyakit kecacingan. (Hr. Suara Karya

18/6/06).

Sama halnya dengan Erman (2010) yang mengatakan bahwa, untuk

mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan

mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja

melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang

mengalir karena sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada

di tangan. Dewan kota Franklin di New Jersey, Amerika sudah mengesahkan

peraturan tentang cuci tangan melalui system voting dengan suara bulat,

untuk membantu kesehatan masyarakat di kota tersebut. Peraturan Dewan

kota Franklin tentang cuci tangan diantaranya adalah pada semua kamar

mandi harus dalam kondisi bersih/sehat secara terus menerus, menyediakan

air panas dan air dingin, dan penyediaan tissue WC juga sabun tangan

beserta alat-alat pengeringan tangan.

Peraturan ini sebagai sarana pendidikan pedagang eceran pinggir jalan

di dalam praktek penyediaan WC yang bersih. 11 Anggota Dewan, Shirley

Eberle, sebagai salah satu anggota Badan Penasihat dari Bidang Kesehatan,

mengatakan, bahwa peraturan ini akan membantu kota menjadi sehat dan
mengatakan bahwa WC umum yang sudah terdapat sabun akan mendorong

orang-orang untuk mencuci tangan mereka. Menurut Pusat-pusat

Pencegahan dan Kendali Penyakit (Centers for Disease Control / CDC), cuci

tangan adalah tindakan paling utama dan menjadi satusatunya cara

mencegah serangan dari penyakit. Cuci tangan adalah murah, mudah, dan

untuk mencegah penyakit. Dan pencegahan penyakit adalah yang paling

penting dari itu semua. (Journal of Environmental Health, 2011).

Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk

menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara

efektif. (Carl A Osborne, 2010). Kebersihan tangan yang tidak memenuhi

syarat juga berkontribusi menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti

Salmonella dan infeksi E. Coli. Menurut data CDC and The American

Society for Microbiology (2010). Menurut Iswara (2013), mencuci tangan

dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

sangatlah penting dan mudah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk

mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau dari:

a. Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai aktivitas, benda dan

lingkungan.

b. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan.

c. Kontak mulut dan tangan saat makan / minum.

d. Dapat menimbulkan penyakit saluran cerna.

e. Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan

setelah beraktifitas.
Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun

menurut Handayani , dkk (2010).

a. Sebelum dan setelah makan.

b. Setelah ganti pembalut.

c. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan

setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.

d. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.

e. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.

f. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.

g. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.

h. Setelah menangani sampah.

i. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.

j. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan lain

- lain).

k. Pulang bepergian dan setelah bermain

l. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.

3. Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan

Disamping manfaat secara kesehatan yang telah terbukti, banyak orang

tidak melakukannya sesering yang seharusnya bahkan setelah ke kamar

mandi. Jika tidak mencuci tangan memakai sabun, kita dapat menginfeksi

diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut.

Dan kita juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh

mereka atau dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh juga seperti

handel pintu. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke


tangan termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan

sistem 13 pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga

menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan

E.coli.

Apa pun yang Anda atau Si Kecil lakukan hari ini, pasti akan

berhubungan dengan kuman. Kuman yang berada di tangan sangat mudah

berpindah ke bagian mulut ketika Anda makan. Hal ini tentunya bisa

membahayakan kesehatan.

Gambar 2.1 Langkah-langkah cuci tangan

a. Umumnya, orang sering menyentuh mata, hidung, dan mulut mereka

tanpa disadari. Hal itu bisa membuat kuman dengan mudah masuk ke

dalam tubuh melalui ketiga area yang Anda sentuh tadi. Mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dapat mencegah Anda terkena penyakit

diare, infeksi saluran pernapasan, serta infeksi kulit dan mata.

b. Ketika Anda makan tanpa mencuci tangan, kuman yang berada di


tangan bisa saja masuk ke minuman dan makanan, baik saat Anda mulai

menyiapkan makanan atau saat mengonsumsinya. Kuman dapat

berkembang biak pada beberapa jenis makanan dan minuman, yang

kemudian dapat membuat Anda jatuh sakit.

c. Kuman dari tangan yang tidak dicuci, tentunya dapat berpindah ke

benda lain. Misalnya, mainan, gagang pintu, atau permukaan meja.

Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual,

muntah, diare. (Lestari, 2011)f. 2.1.3

4. Cara Mencuci Tangan Yang Baik

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air

yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak

tangan secara lembut

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara

memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan

dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau

tisu.

5. Pilihan Sabun dan Durasi Efektif Cuci Tangan


Setidaknya, dibutuhkan minimal 20 detik untuk mencuci tangan Anda

hingga bersih dan efektif. Jangan lupa untuk mengajarkan cuci tangan yang

benar pada Si Kecil dan juga anggota keluarga Anda. Namun perlu Anda

ingat, hanya mencuci tangan menggunakan sabun yang mampu

menghilangkan kuman dan menurunkan risiko terkena penyakit secara

efektif, dibanding dengan menggunakan air saja.

Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan, baik sabun

mandi, sabun biasa, sabun antiseptik, atau pun sabun cair. Namun, sabun

antibakteri atau antiseptik cenderung lebih sering digunakan karena sabun

antibakteri  dapat membunuh kuman dengan baik. Intinya, untuk membasmi

kuman saat mencuci tangan, Anda perlu mencuci tangan dengan air mengalir

dan sabun.

6. Jenis - Jenis Penyakit Tidak Mencuci Tangan

Menurut Dr. Handrawan Nadesul ada sekitar 20 jenis penyakit yang bisa

hinggap di tubuh akibat tidak mencuci tangan dengan baik dan benar.

Beberapa penyakit yang dapat disebabkan karena kurang pedulinya terhadap

kegiatan cuci tangan pakai sabun, diantaranya :

a. Diare. Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling

umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30

penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat

mengurangi angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare

seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat

sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti


tinja 14 dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare

berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat

manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah

menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan

peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan

tempat makannya yang kotor. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan

sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe

inovasi pencegahan adalah : Mencuci tangan dengan sabun (44%),

penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%),

penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).

b. Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA).

ISPA adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci

tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini

dengan dua langkah:

c. Dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada

3tangan dan permukaan telapak tangan.

d. Dengan menghilangkan pathogen (kuman penyakit) lainnya (terutama

virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga

gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa

praktek-praktek menjaga kesehatan dan kebersihan seperti - mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat

mengurangi tingkat infeksi hingga 25 persen. Penelitian lain menemukan

bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi 15 saluran

pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita


hingga lebih dari 50 persen.

e. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit.

F. Anak Usia Sekolah

1.Definisi Anak Usia Sekolah

Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,

yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-

anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia

sekolah merupakan masa anak memperoleh

dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

2.Ciri-ciri Anak Usia Sekolah

Menurut Hurlock (2010), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis

memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu

mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu

sebagai berikut:

1) Label yang digunakan oleh orang tua

a) Usia yang menyulitkan Suatu masa dimana anak tidak mau

lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak

dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang

tua dan anggota keluarga lainnya.

b) Usia tidak rapi Suatu masa dimana anak cenderung tidak

memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan

kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan


keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan

barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali

kalau orang tua mengharuskan melakukannya dan

mengancam dengan hukuman.

2) Label yang digunakan oleh para pendidik

a) Usia sekolah dasar Pada usia tersebut anak diharapkan

memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap

penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan

dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting

tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra

kurikuler.

b) Periode kritis Suatu masa di mana anak membentuk

kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat

sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah,

diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap

sampai dewasa.Telah dilaporkan bahwa tingkat perilaku

berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi

yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.

3. Label yang digunakan ahli psikologi

a) Usia berkelompok Suatu masa di mana perhatian utama

anak tertuju pada keinginanditerima oleh teman-teman

sebaya sebagai angota kelompok, terutama kelompok yang

bergengsi dalam pandangan temantemannya. Oleh karena

itu, anak inginmenyesuaikan dengan standar yang disetujui


kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.

b) Usia penyesuaian diri Suatu masa dimana perhatian pokok

anak adalah dukungan dari teman-teman sebaya dan

keanggotaan dalam kelompok.

c) Usia kreatif Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana

akan ditentukan apakah anak-anak menjadi konformis atau

pencipta karya yang baru yang orisinil. Meskipun dasar-

dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada awal masa

kanak-kanak, namun kemampuan untuk menggunakan

dasar-dasar ini dalamkegiatan-kegiatan orisinal pada

umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak

belum mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak.

d) Usia bermain Bukan karena terdapat lebih banyak waktu

untuk bermain dari pada alam periode-periode lain hal mana

tidak dimungkinkan lagi apabila anak-anak sudah sekolah

melainkan karena terdapat 10 tumpang tindih antara ciri-ciri

kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-

ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini

disebut sebagai usia bermain adalah karenaluasnya minat

dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu

untuk bermain.

3.Tugas Perkembangan Usia Sekolah

Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst


dalam Hurlock (2010) adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk

permainanpermainan yang umum

2) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk

yang sedang tumbuh

3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat

5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,

menulis dan berhitung

6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari

7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan

nilai

8) Mengembangkansikap terhadap kelompok-kelompok social dan

lembaga-lembaga

9) Mencapai kebebasan pribadi


G. Kerangka Teori

Faktor predisposisi:
Pelaksanaan cuci
Pengetahuan cuci
tangan pakai
tangan pakai sabun
sabun
Cuci tangan pakai
Metode
sabun merupakan
Pengertian audiovisual 1. Leaflet
tindakan sanitasi
media yang mempunyai 2. Demonstrasi
dalam memberasih
unsur suara dan gambar.
3. Audio Visual kan tangan serta jari-
jenis media ini
jari dengan

mempunyai kemampuan 4. Puzzle
menggunakan sabun
lebih baik karena
dan air agar tangan
meliputi jenis jenis media
menjadi bersih dan
yang memiliki
Pengertian puzzle dapat memuttuskan
kemampuan suara dan
Sebuah permainan mata rantai kuman
mengandalkan
mengabungkan gambar penyakit.
penglihatan
yang sebelumnya
terpisan menjadi satu
kesatuan yang memiliki
arti.dengan bermain
puzzle anak akan terlatih
berfikir secara kritis.
Keterangan : = Tidak diteliti
= Diteliti

Sumber : modifikasi Notoadmojo ( 2011) ; Olivia (2011)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikirana pada penelitian yang di

anggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang diteliti

(Hidayat, 2014, p43) pada penelitian ini kerangka konsep yang digunakan dapat

digambarkan sebagai berikut .

Pretest Perlakuan Postes

Cuci tangan pakai Cuci tangan pakai


Pemberian
sabun sebelum sabun sesudah
metode
diberikan Metode diberikan metode
audiovisual dan
Audiovisual dan audiovisual dan
media puzzle
media puzzle media puzzle
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep Efektivitas Metode Audiovisual Dan Media
Puzzle terhadap Pengetahuan Dan Pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun
Pada Anak SD Adzkia Pdanag Tahun 2019

B. Definisi Operasional

Tabel 3.2

Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala

Ukur Ukur Ukur

Metode Metode yang Lembar SOP Baik :(≥75) rasio


audiovisual menyampaikan kuesioner Cukup:(56-74)
pesan atau Kurang: (<55)
informasi
tentang cuci
tangan pakai
Sumber:Vivi
sabun yang Dwi
benar kepada Andriani,2017
responden,dibe
rikan 2 kali
pertemuan.
Media Media Lembar SOP Baik : (≥75 rasio
puzzle permainan kuesioner Cukup:(56-74)
anak yang Kurang:(<55)
sangat menarik
dan
menyenangkan
yang akan Sumber : Asrita
merubah dan Ahmad,2018
meningkatkan
kemampuan
anak untuk
berprilaku
sehat ,dan
diberikan 2
kali
pertemuan,
dilakukan
pengulangan
sebanyak 6
kali.
pengetahua Segala Lembar kuesioner Baik :(≥75) rasio
n informasi yang kuesioner Cukup:(56-74)
diketahui Kurang:(<55)
siswa dalam
mencuci
tangan pakai Sumber:
sabun Arikunto,2010

Pelaksanaa merupakan Lembar observasi Skor 0-12 : rasio


n cuci kemampuan observasi baik (76-100)
tangan siswa SD
pakai melakukan Skor 10-12 :
sabun cuci tangan cukup ( 56-75)
pakai sabun
sesuai apa Skor 7-9 :
yang diajarkan Kurang (<56)
sesuai
Sumber :
prosedur
Asrita ahmad,
2018

C. Hipotesis

Adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan

informasi melalui media audiovisual dan media Puzzel tentang cuci tangan

pakai sabun terhadap pengetahuan dan pelaksanan pada kelompok intervensi

dan kelompok control pada siswa SD IT Adzkia Padang.


BAB IV

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi Experimental

dengan rencanagan Pretest Postest With Control Group Design. Tipe penelitian ini

adalah pengelompokan anggota - anggota kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random (Notoatmojo, 2010,p:98).

Tabel 4.1

Desain Pretest - Posttest Control Group Disign

kelompok pretest intervensi postest

KE 01 Metode audivisual 02
dan media puzzle
KK 01 Tidak diberikan 02
media
Keterangan :

KE : Kelompok Eksperimen

KK : Kelompok kontrol

01 : pengukuran pertama ( pre test )


X : intervensi dan perlakuan

02 : pengukuran akhir ( post test )

Tujuan penelitian eksperimen ini untuk menyelidiki kemungkinan saling

berhubungan sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi atau

mengenakan. perlakuan kepada satau atau lebih kelompok eksperimen,

Tujuan penelitian eksperimen ini untuk menyelidiki kemungkinan saling

berhubungan sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi atau

mengenakan. perlakuan kepada satau atau lebih kelompok eksperimen, kemudian

hasil (akibat ) dari intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak

dikenalkan perilaku ( kelompok kontrol ). dalam penelitian eksperimen sering

digunakan kontrol dan yang dimaksud kontrol dalam hal ini ialah suatu

kelompok atau individu yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan. Kontrol di

dalam penelitian eksperimen ini sangat penting untuk melihat perbedaan

perubahan variabel terpengaruh antara kelompok yangdikenai perlakuan dengan

yang tidak dikenai perlakuan ( kontrol ).

B. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di SD IT Adzkia Padang pada bulan juli-september

Tahun 2019.

C. Populasi Dan Sampel

1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono , 2010, p:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa seluruh kelas I SD IT Adzkia Padang.
2.Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2010, p:81). Teknik yang digunakan dalam pengambilan

sampel adalah Purposive sampling .purposive sampling adalah pengambilan

sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat - sifat

populasi ataupun ciri-ciri yang diketahui sebelumnya ( Notoatmodjo,2010)

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa, 15 anak terdiri dari

kelompok intervensi dan 15 anak terdiri dari kelompok control. Dalam

penelitian ini digunakan kriteria dalam pengambilan sampel yaitu criteria

inklusi dan criteria eksklusi. Kriteria inklusi adalahh criteria yang harus

dipenuhi setiap anggota populasi yang akan dijadikan sampel (Notoatmodjo,

2010)

D. Pada penelitian ini yang menjadi kriteria inklusi adalah

a. Siswa-siswi yang bersedia menjadi responden

b. Seluruh siswa-siswi kelas I SD IT Adzkia Padang .

c. Tidak cacat fisik

d. Belum bisa melakukan cuci tangan yang benar

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri dari anggota popu;asi yang tidak bisa

menjadi sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini yang

menjadi criteria eksklusi adalah:

a. Siswa-siswi selain kelas I SD IT Adzkia Padang

b. Siswa-siswi yang tidak bersedia menjadi responden.

c. Siswa-siswi tidak hadir saat dilakukan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari hasil observasi responden.

b. Data Skunder

Data yang ada kaitanya dengan masalah yang diteliti, data ini diperoleh

melalui SD IT Adzkia Padang

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data primer yang diperoleh langsung dari responden tanpa perantara orang

lain. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

yang berisi sejumlah pertanyaan kepada responden yang dijadikan objek

penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari SD IT

Adzkia Padang

F. Prosedur Penelitian

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengambilan data, yaitu :

1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam

penelitianPeneliti membuat surat survey awal untuk sekolah dari Prodi

Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi

2. Melakukan survey awal ke sekolah

3. Menyusun referensi dan proposal

4. Peneliti membuat surat izin penelitian untuk pihak sekolah dari Prodi Sarjana

Terapan Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi

5. Peneliti mendatangi pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan

membuat kontrak waktu penelitian

6. Peneliti mempersiapkan peralatan untuk pelaksanaan penelitia


7. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah dijanjikan dan dibantu

oleh kepala sekolah

8. Pihak sekolah memberi izin peneliti untuk langsung melakukan penelitian

pada siswi pada saat jam istirahat atau jam kosong dimana penelitian tidak

mengganggu jam pelajaran

9. Peneliti membagikan lembar observasi pretest pada hari yang ditetapkan

maksimal 2 hari sebelum peneliti memberikan intervensi pada kedua

kelompok, baik eksperimen maupun kontrol

10. Peneliti memberikan materi tentang cuci tangan dengan menggunakan metode

audiovisual dan media puzzel kelompok eksperimen

11. Peneliti menilai mengunakan lembar observasi posttest setelah pemberian

materi cuci tangan dengan menggunakan metode audiovisual dan media

puzzel kelompok eksperimen dengan waktu 15 menit

12. Peneliti melakukan intervensi pada responden kelompok kontrol di hari yang

berbeda dengan kelompok eksperimen

13. Di hari yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah, peneliti memberikan materi

cuci tangan dengan menggunakan metode audiovisual dan media puzzel

14. Peneliti mengumpulkan data dari hasil observasi

15. Peneliti berpamitan dengan responden dan pihak sekolah

16. Peneliti melakukan analisis data.

G. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) pengolahan data akan dilakukan secara

komputerisasi dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data (editing)


Setelah responden mengisi kuesioner dan mengembalikannya kepada peneliti,

maka langsung mengecek kelengkapan dari pengisian kuesioner tersebut dan

memastikan bahwa kuesioner telah diisi dengan benar oleh responden.

2. Pengkodean data (Coding)

Setelah proses editing selesai dilakukan, hasil catatan atau jawaban yang

dinilai telah memenuhi syarat data, maka dilanjutkan dengan pengkodean.

Memberi kode setiap informasi yang telah dikumpulkan pada setiap

pertanyaan tersebut dalam kuesioner memudahkan pengolahan data.

3. Memasukkan Data (Entry)

Langkah ini merupakan kegiatan memasukkan data agar dapat dianalisis. Data

telah diedit dan diberi kode kemudian diolah dengan komputer.

4. Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

5. Mentabulasi Data (Tabulating)

Setelah data diolah kemudian data ditabulasikan dan disajikan dalam tabel

distribusi frekuensi.
H. Analisa Data

1. Uji Pernyataan Analisis

a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

diambil dari populasi yang memiliki varian yang sama tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara yang satu dengan yang

lain. Untuk menguji homogenitas varian tersebut perlu dilakukan uji

statistik (test of variance) pada distribusi kelompok-kelompok yang

bersangkutan (Sugiyono, 2017). Uji homogenitas dilakukan pada skor

hasil prestest dan posttest dengan kaidah jika nilai signifikasi hitung

lebih dari taraf signifikasi 0,05 (5%). Perhitungan homogenitas

dilakukan dengan bantuan komputer porgram SPSS versi 23.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran

data penelitian. Uni normalitas dilakukan pada skor prestest dengan

menggunakan rumus kolmogrov smirnov yang dilakukan dengan kaidah

Asymp.Sign atau nilai p pada taraf signifikasi alpha sebesar 5%. Jika p >

0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Perhitungan normalitas

ini menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 23.

2. Penerapan Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis jika hasil

uji normalitas data berdistribusi tidak normal, maka menggunakan uji

mann-whitney. Tetapi apabila data yang dihasilkan dari hasil uji

normalitas berdistribusi normal, maka teknik analisis data yang


LX

digunakan ialah uji wilcoxon. Syarat data bersifat signifikan apabila

nilai p lebih kecil dibandingkan taraf signifikasi 5%. Namun, sebelum

dilakukan pengujian terhadap hipotesis, dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu, yaitu uji normalitas sebaran dan uji

homogenitas.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Adzkia Padang dengan membagi dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dengan memberikan perlakuan media

audiovisual dan media puzzle kepada sebanyak 15 orang dan kelompok

kontrol tidak memberikan perlakuan kepada sebanyak 15 orang. Penelitian ini

dilakukan dua kali penilaian yaitu sebelum dan sesudah dengan perlakuan dan

tanpa perlakuan.

1. Analisa Univariat

Perbedaan skor pengetahuan pada anak SD Adzkia Padang tahun

2019.

a. Skor Pengetahuan Pre Kelompok Eksperimen

Tabel 5.1`
Skor Pengetahuan Pre Kelompok Eksperimen Pada Anak SD Adzkia
Padang Tahun 2019

Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pengetahuan
Pre Kelompok 15 5,5 5 4 3 8
Eksperimen

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat pada skor pengetahuan pre

kelompok eksperimen dari 15 responden didapatkan nilai mean adalah

5,5, median adalah 5, mode adalah 4 nilai minimum adalah 3, dan nilai

maksimum adalah 8.
b. Skor Pengetahuan Post Kelompok Eksperimen

Tabel 5.2
Skor Pengetahuan Post Kelompok Eksperimen Pada Anak SD Adzkia
Padang Tahun 2019

Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pengetahuan
Post Kelompok 15 10,4 10 9 7 14
Eksperimen

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat pada skor pengetahuan post

pada kelompok eksperimen dari 15 orang responden didapatkan nilai

mean adalah 10,4, median adalah 10, mode adalah 9 nilai minimum

adalah 7, dan nilai maksimum adalah 14.

c. Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Pre Kelompok Eksperimen

Tabel 5.3
Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Pre Kelompok Eksperimen Pada Anak SD
Adzkia Padang Tahun 2019

Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pelaksanaan
Pre Kelompok 15 7,6 7 7 6 9
Eksperimen

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat pada skor pelaksanaan cuci

tangan pre pada kelompok eksperimen dari 15 responden didapatkan nilai

mean adalah 7,6, median adalah 7, mode adalah 7, nilai minimum adalah

6, dan nilai maksimum adalah 9.

d. Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Post Kelompok Eksperimen


Tabel 5.4
Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Post Kelompok Eksperimen Pada Anak
SD Adzkia Padang Tahun 2019

Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pelaksanaan
Cuci Tangan Post 15 10 10 10 9 12
Kelompok
Eksperimen

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat pada skor pelaksanaan cuci

tangan post pada kelompok eksperimen dari 15 responden didapatkan

nilai mean adalah 10, median adalah 10, mode adalah 10 nilai minimum

adalah 9, dan nilai maksimum adalah 12,0.

e. Skor Pengetahuan Pre Kelompok Kontrol

Tabel 5.5
Skor Pengetahuan Pre Kelompok Kontrol Pada Anak SD Adzkia Padang
Tahun 2019

Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pengetahuan 15 5,7 6 6 4 8


Pre Kelompok
Kontrol

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat pada skor pengetahuan pre

kelompok kontrol dari 15 responden didapatkan nilai mean adalah 5,7,

median adalah 6, mode adalah 6, nilai minimum adalah 4, dan nilai

maksimum adalah 8.

f. Skor Pengetahuan Post Kelompok Kontrol

Tabel 5.6
Skor Pengetahuan Post Kelompok Kontrol Pada Anak SD Adzkia Padang
Tahun 2019

Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pengetahuan
Post Kelompok 15 6,1 6 7 4 8
Kontrol

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat pada skor pengetahuan post

kelompok kontrol dari 15 responden didapatkan nilai mean adalah 6,1,

median adalah 6, mode adalah 7, nilai minimum adalah 4, dan nilai

maksimum adalah 8.

g. Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Pre Kelompok Kontrol

Tabel 5.7
Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Pre Kelompok Kontrol Pada Anak SD
Adzkia Padang Tahun 2019

Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pelaksanaan
Cuci Tangan Pre 15 7,2 7 7 5 9
Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat pada skor pelaksanaan cuci

tangan pre kelompok kontrol dari 15 responden didapatkan nilai mean

adalah 7,2, median adalah 7, mode adalah 7, nilai minimum adalah 5, dan

nilai maksimum adalah 9.

h. Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Post Kelompok Kontrol

Tabel 5.8
Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Post Kelompok Kontrol Pada Anak SD
Adzkia Padang Tahun 2019
Variabel N Mean Median Mode Min Mak

Skor Pelaksanaan
Cuci Tangan Post 15 7,4 7 7 6 9
Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat pada skor pelaksanaan cuci

tangan post kelompok kontrol dari 15 responden didapatkan nilai mean

adalah 7,4, median adalah 7, mode adalah 7, nilai minimum adalah 6, dan

nilai maksimum adalah 9.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk melihat ada atau tidak

perbedaan skor pengetahuan dan pelaksanaan cuci tangan sebelum dan

sesudah pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada anak

SD Adzkia Padang Tahun 2019.

a. Perbedaan Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Kelompok


Eksperimen

Tabel 5.9
Perbedaan Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Kelompok
Eksperimen Pada Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019

Std. Std.
Skor Pengetahuan N Mean P value
Deviasi Error
15 0,000
Pre 5,5 1,597 0,412
Post 10,4 1,882 0,485

Berdasarkan uji paired sample T-Test yang dipakai dalam

penelitian ini, jika p value ≤ 0,05 maka terdapat perbedaan skor

pengetahuan sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat standar deviasi

skor pengetahuan pre adalah 1,597 dan post adalah 1,882 dengan uji

statistik didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05), artinya terdapat

perbedaan skor pengetahuan pre dan skor pengetahuan post pada

kelompok eksperimen pada Anak SD Adzkia Padang tahun 2019.

b. Perbedaan Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pada


Kelompok Kontrol

Tabel 5.10
Perbedaan Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Kelompok Kontrol
Pada Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019

Std. Std.
Skor Pengetahuan N Mean P value
Deviasi Error

Pre 5,7 1,279 0,330

15 0,136

Post 6,1 1,162 0,300

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat standar deviasi skor

pengetahuan pre pada kelompok kontrol adalah 1,279 dan post adalah

1,162 dengan uji statistik didapatkan nilai p = 0,136 (p > 0,05), artinya

tidak ada perbedaan skor pengetahuan pre dan skor pengetahuan post
pada kelompok kontrol pada anak SD Adzkia Padang Tahun 2019.

c. Perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan


Sesudah Kelompok Eksperimen

Tabel 5.11
Perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah
Kelompok Eksperimen Pada Anak SD Adzkia Padang
Tahun 2019

Skor Pelaksanaan Std. Std.


N Mean P value
Cuci Tangan Deviasi Error

Pre 7,6 0,975 0,251

15 0,001

Post 10 0,925 0,239

Berdasarkan uji wilcoxon yang dipakai dalam penelitian ini, jika

p value ≤ 0,05 maka terdapat perbedaan skor pelaksanaan cuci tangan

pre dan skor pelaksanaan cuci tangan post pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat standar

deviasi skor pelaksanaan cuci tangan pre pada kelompok eksperimen

adalah 0,975 dan post adalah 0,925 dengan uji statistik didapatkan nilai

p = 0,001 (p < 0,05), artinya terdapat perbedaan skor pelaksanaan cuci

tangan pre dan skor pelaksanaan cuci tangan post pada kelompok

eksperimen pada Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019.

d. Perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan


Sesudah Kelompok Kontrol

Tabel 5.12
Perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Kelompok Kontrol Pada Anak
SD Adzkia Padang Tahun 2019

Skor Pelaksanaan Std. Std.


N Mean P value
Cuci Tangan Deviasi Error
15 0,180
Pre 7,2 1,207 0,311

Post 7,4 0,910 0,235

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat standar deviasi skor

pelaksanaan cuci tangan pre pada kelompok kontrol adalah 1,207 dan

standard deviasi skor pelaksanaan cuci tangan post adalah 0,910 dengan

uji statistik didapatkan nilai p = 0,180 (p > 0,05), artinya tidak ada

perbedaan skor pelaksanaan cuci tangan pre dan skor pelaksanaan cuci

tangan post pada kelompok kontrol pada Anak SD Adzkia Padang

Tahun 2019.

e. Perbandingan Skor Pengetahuan Pre dan Post Pada Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.13
Perbandingan Skor Pengetahuan Pre dan Post pada Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada Anak SD Adzkia Padang
Tahun 2019

Std. Std.
Skor Pengetahuan N Mean P value
Deviasi Error
Pre dan Post
Kelompok 4,86 1,995 0,515
Eksperimen
15 0,000

Pre dan Post 0,33 0,816 0,210


Kelompok Kontrol

Berdasarkan uji Independent Samples Test yang dipakai dalam

penelitian ini, jika p value ≤ 0,05 maka terdapat perbedaan Skor

Pengetahuan pre dan postpada elompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat bahwa rata-rata


peningkatan skor pengetahuan pre dan post pada kelompok eksperimen

adalah 4,86, dan rata-rata peningkatan skor pengetahuan pre dan

postpada kelompok kontrol yaitu 0,33. Hasil uji statistic didapatkan

nilai p adalah 0,000 (p< 0,05) artinya ada perbedaan skor pengetahuan

pada kelompok eksperimen dan kelompok control pada Anak SD

Adzkia Padang. Selisih peningkatan skor pengetahuan adalah 4,53.

f. Perbandingan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan

Sesudah Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.14
Perbandingan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan sebelum dan sesudah
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada Anak SD
Adzkia Padang Tahun 2019

Skor Pelaksanaan Std. Std.


N Mean P value
Cuci Tangan Deviasi Error
Pre dan Post
Kelompok 2,33 0,899 0,232
Eksperimen
15 0,000

Pre dan Post 0,2 0,560 0,144


Kelompok Kontrol

Berdasarkan uji Mann-Whitney yang dipakai dalam penelitian

ini, jika p value ≤ 0,05 maka terdapat perbedaan Skor pelaksanaan cuci

tangan pre dan post kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan skor

pelaksanaan cuci tangan pre dan post paa kelompok eksperimen adalah

2,33, dan rata-rata peningkatan skor pelaksanaan cuci tangan pre dan

post pada kelompok kontrol yaitu 0,2. Hasil uji statistic didapatkan nilai

p adalah 0,000 (p< 0,05) artinya ada perbedaan skor pelaksanaan cuci

tangan pre dan post pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pada Anak SD adzkia Padang Tahun 2019. Selisih peningkatan skor

pelaksanaan cuci tangan adalah 2,13.

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Kelompok Eksperimen


2. Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Kelompok Kontrol
3. Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Kelompok Eks
4. Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Kelompok
Kontrol

B. Analisa Bivariat
a. Perbedaan Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Kelompok
Eksperimen
b. Perbedaan Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Kelompok Kontrol
c. Perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah
Kelompok Eksperimen
d. Perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah
Kelompok Kontrol
e. Perbandingan Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
f. Perbandingan Skor Pelaksanaan cuci tangan Sebelum dan Sesudah pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai Efektivitas Metode Audiovisual dan Media

Puzzle Terhadap Pengetahuan dan Pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada

Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rata-rata Skor Pengetahuan Pre Pada Kelompok Eksperimen adalah 7,5


2. Rata-rata Skor Pengetahuan Post Pada Kelompok Eksperimen adalah 9,8

3. Rata-rata Skor Pengetahuan Pre Pada Kelompok Kontrol adalah 8,4

4. Rata-rata Skor Pengetahuan Post Pada Kelompok Kontrol adalah 12,6

5. Rata-rata Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Pre Pada Kelompok Eksperimen

adalah 53,8

6. Rata-rata Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Post Pada Kelompok Eksperimen

adalah 61,0

7. Rata-rata Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Pre Pada Kelompok Kontrol adalah

54,6

8. Rata-rata Skor Pelaksanaan Cuci Tangan Post Pada Kelompok Kontrol

adalah 67,1

9. Terdapat Perbedaan Skor Pengetahuan pre dan post pada kelompok

eksperimen Pada Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019

10. Tidak ada perbedaan Skor Pengetahuan pre dan post pada kelompok Kontrol

Pada Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019

11. Terdapat Perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan pre dan post pada

kelompok eksperimen Pada Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019

12. Tidak ada perbedaan Skor Pelaksanaan Cuci Tangan pre dan post pada

kelompok kontrol Pada Anak SD Adzkia Padang Tahun 2019

13. Ada peningkatan rata-rata skor pengetahuan pre dan post pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol pada Anak SD Adzkia Padang Tahun

2019. Selisih peningkatan skor pengetahuan adalah 4,53

14. Ada peningkatan rata-rata skor pelaksanaan cuci tangan pre dan post pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Anak SD Adzkia Padang


Tahun 2019. Selisih peningkatan skor pengetahuan adalah 2,13.

B. Saran (Sesuaikan dg manfaat penelitian)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad asrita. 2018, Pengarh Pendidikan Dengan Metode Bermain Puzzle


Terhadap Kemampuan Mencuci Tangan Anak Tunagrahita Di Slb Negeri 1
Gowa.

Andang Ismail. 2010, Education Games Cerdas Dan Ceria dengan permainan
Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek : Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Arindawati, 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran- kooperatif- tipe-stad.html.
Ariqah,2013: http://zaafarani-ariqah.blogspot.com
Arif Sadiman. 2011 . Media dan proses Belajar Mengajar, pengertian
Pengembangan dan Pemanfaatanya, jakarta: Raja Grafindo Persada
Budiman & Riyanto.A. 2013. Kapita Selekta aKuesioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan . Jakarta: Salemba Medika pp 66-69

Depkes RI.,2012, Insiden Diare di Indonesia, Jurnal Kesehatan.


Depkes RI.,2010, Insiden Diare di Indonesia, Jurnal Kesehatan
Djamar ,Syaiful dan Aswan Zain .2010. Stragtegi Belajar Mengajar .Jakarta :
Rineka Cipta.
Depkes Kemenkes RI. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Di Indonesia .pus
data dan Inf. 2014:1-8

Elizabeth B. Hurlock. 2010. Perkembangan Anak : Jakarta : Penerbit Erlangga.


Gustini, 2011 :http://www.bpplsp-reg-1.go.id
Kusnoputranto, H. 2010. Air Limbah Dan Eksreta manusia . Aspek Kesehatan
Masyarakar Dan Pengelolaanya. Jakarta : Direktorat Pergutruan Tinggi.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Kemenkes RI.2011,Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan,


Kementrian Kesehatan RI,direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Jakarta : Vol.2 No.1
Maulana HDJ.Promosi Kesehatan .Jakarta : EGC.2012:5
Mayke.S.Tedja Saputra, 2011, Bermain ,Main, dan Permainan, Jakarta , PT
Grasindo
Mayke.S.Tedja Saputra, 2010, Bermain ,Main, dan Permainan, Jakarta ,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Notoadmodjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Notoadmodjo, 2011. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta
LXXV

Notoadmodjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka


Cipta

Notoadmodjo, 2012. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Ndesul, Handrawan . 2010 Sehat Itu Murah.Penerbit Buku Kompas.

Olivia, Femi .2011. Career Skill For Kids Kembangkan Kecerdikan Anak Dengan
Taktik Biosmart. Jakarta : Gramedia

Riskidas.2018, Riset Kesehatan Dasar.


Rompas ,M.J.;Tuda,J.,dan Ponidjan,T.,2013 Hubungan Anatara Perilaku Cuci
Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadi Diare Pada Anak Usia Sekolah di SD
GMIM Dua Kecamatan Tareran. Ejournal Keperwatan (e-kep), Volume
1,Nomor 1:3
Setyowati. Efektivitas Media Audiovisual pada Pendidikan Kesehatn Personal
Hygiene Pengetahuan dan Sikap Siswa SD Negeri pusmalang ,Wukisari ,
Cangkringan ,Sleman, Yogyakarta. 2011
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R & D ,Penerbit Alfabeta, Bandung.
Soraya ayu, & rohmah, nikmatur . (2012) pengaruh pendidikan kesehatan dengan
media puzzle terhadapa kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah
(6-12) tahun di kecamatan, jelbuk ,kabupaten jember . Universitas
Muhammadiyah jember.
WHO. ( 2013 ). Reducing risks, promoting healty life. The World Health Report
2013.
LXXVI

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN

Judul : Mencuci tangan pakai sabun


Pengertian : cuci tangan bersih adalah membersihkan kedua tangan
dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
atau yang disiram.
Tujuan : 1. Menghilangkan mikroorganisme
2. Mencegah terjadinya infeksi silang
Sasaran : Anak SD IT Adzkia kelas 1
Petugas : penelitian
Persiapan alat : 1. Westaflt / kran / air dan timba
2. Sabun batang / cair
3. Tisu / handuk
Prosedur kerja 1. Menuju westaflt atau tempat cuci tangan
2. Membuka kran air
3. Membasahi kedua tangan ddengan air mengalir
4. Mengambil sabun
5. Menggosok kedua telapak tangan
6. Menggosok punggung tangan dan sela- sela jari
7. Menggosok ujung jari dengan jari - jari sisi dalam
kedua tangan saling mengunci
8. Menggosok ibu jari secara berputar dalam
menggenggam jari
9. Menggosok kuku jari ketelapak tangan
10. Membasuh tangan dengan air mengalir
11. Mengeringkan tangan dengan lap
12. Mematikan air
Hal - hal yang perlu 1. Periksa adanya luka pada tangan
diperhatikan 2. Tanyakan kemungkinan alergi pada sabun cair / sabun
LXXVII

batang tertentu
3. Lepaskan accesioris pada tanagn seperti jam tangan
jam cincin
LXXVIII

LEMBAR OBSERVASI
A. Identitas Responden
Nama responden :
Kelas :
Umur :
Jenis kelamin :

B. Langkah-Langkah Mencuci Tangan Tangan

No Langkah- langkah cuci tangan Ya Tidak

Menuju westafle atau tempat cuci


1. tanagan
Membuka kran
2.

3. Membasahi kedua tangan dengan


air mengalir
4. Mengambil sabun

5. Mengosok kedua tangan dengan


menyilang

Menggosok punggung tangan dan


6. sela-sela jari

7. Menggosok ujung jari dengan jari-


jari sisi dalam kedua tangan saling
mengunci
8. Menggosok ibu jari secara
berputar dalam menggenggam jari

9. Menggosok kuku jari ketelapak


tangan
10. Membasuh tangan dengan air
mengalir
11. Mengeringkan tangan dengan lap

12. Mematikan air


Sumber : Arista ahmad , 2018
Total skor
LXXIX

KUESIONER CUCI TANGAN PAKAI SABUN

No :
Nama :
Kelas :
Umur :

1. Sebelum dan sesudah makan diperlukan mencuci tangan pakai sabun.


A. Iya
B. Tidak
1. Apabila tidak mencuci tangan pakai sabuun dapat menyebabkan diare.
A. Iya
B. Tidak
2. Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat menyebabkan cacingan.
A. Iya
B. Tidak
3. mencuci tangan pakai sabun diperluka setelah kita bermain atau
berolahraga.
A. Iya
B. Tidak
4. Mencuci tangan dapat dapat memutuskan penyebaran kuman.
A. Iya
B. Tidak
5. Apakah kalian suka melihat video langkah - langkah cuci tangan pakai
sabun
A. Iya
B. Tidak
6. Apakah kalian mengerti dengan video cuci tangan pakai sabun yang
ditampilkan.
A. Iya
B. Tidak
7. Apakah sebelumnya kalian sudah pernah melihat video cuci tangan pakai
sabun.
A. Iya
B. Tidak
8. Apakah dengan video ini kalian lebih mudah mengerti.
A. Iya
B. Tidak
9. Apakah kalian tahu apa itu media audiovisual.
A. Iya
B. Tidak
10. apakah kalian suka mendengarkan
A. Iya
B. Tidak
11. Apakah kalian tahu apa permainan puzzle.
A. Iya
B. Tidak
12. Apakah menyusun sebuah gambar termasuk puzzle.
LXXX

A. Iya
B. Tidak
13. Apakah potongan- potongan gambar seperti buah dan sebagainya itu
puzzle
A. Iya
B. Tidak
14. Apakah kalian suka belajar menggunakan puzzle
A. Iya
B. Tidak
15. Apakah kalian mengerti belajar dengan media puzzle
A. Iya
B. Tidak

DOKUMENTASI
LXXXI
LXXXII
LXXXIII
LXXXIV
LXXXV

Anda mungkin juga menyukai