Anda di halaman 1dari 41

LITERATUR REVIEW: PENGARUH FISIOTERAPI DADA DALAM

MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK


DENGAN PNEUMONIA

LAPORAN LITERATUR REVIEW


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Stase
Keperawatan Anak

KELOMPOK 2
1. Adinanda Putri
2. Fredi Subagja
3. Iffa Agesti
4. Muhammad Anwar Ansori
5. Sandra Irawan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS (PROFESI)
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga literature review ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. literature review ini sebagai salah satu
tugas kelompok Mata Kuliah Stase Keperawatan Anak.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan literature review


ini, hal itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun, berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya pembuatan literature
review ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu.

Penulis berharap dalam penulisan literature review ini dapat bermanfaat


khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya, serta semoga
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan
prestasi di masa yang akan datang.

Cimahi, 21 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................................. 4
D. Ruang Lingkup........................................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian................................................................................... 4
1. Manfaat Teoritis............................................................................ 5
2. Manfaat Praktis.............................................................................. 5
BAB II METODE LITERATURE REVIEW................................................... 6
A. Konsep Pneumonia ................................................................................. 6
1. Definisi .......................................................................................... 6
2. Etiologi .......................................................................................... 6
3. Klasifikasi ..................................................................................... 6
4. Tanda dan Gejala .......................................................................... 6
5. Patofisiologi .................................................................................. 7
6. Pemeriksaan penunjang................................................................. 8
7. Penatalaksanaan ............................................................................ 9
8. Komplikasi .................................................................................... 9
B. Konsep Dasar Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif................................. 22
1. Definisi........................................................................................... 22
2. Data Mayor dan Minor ................................................................. 22
3. Faktor Penyebab............................................................................ 23
C. Konsep Fisioterapi Dada ........................................................................ 30
1. Definisi........................................................................................... 30
2. Tujuan Fisioterapi Dada................................................................. 30
3. Teknik Fisioteapi Dada.................................................................. 30
4. Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif................. 32
5. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 35
6. Intervensi Keperawatan................................................................. 36
7. Implementasi Keperawatan............................................................ 38
8. Evaluasi Keperawatan.................................................................... 40
BAB III METODE........................................................................................... 34

A. Desain Dan Jenis Penelitian.................................................................... 34


B. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 34
1. Sumber Data Base Penelitian........................................................... 34
2. Waktu Publikasi............................................................................... 34
3. Ktiteria Inklusi Dan Eksklusi........................................................... 35
4. Strategi Penelusuran Publikasi......................................................... 35
5. Merangkum Dalam Tabel Ringkasan Pustaka................................. 36
BAB IV RINGKASAN PUSTAKA.................................................................
BAB V SIMPULAN DAN HASIL..................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak yang menderita gangguan pada sistem pernapasan seringkali
mengalami kelebihan produksi lendir di paru-parunya. Dahak atau sputum
biasanya akan menumpuk hingga kental dan menjadi sulit untuk dikeluarkan
Penyakit pada sistem pernapasan yang paling sering diderita oleh anak antara
lain infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, asma dan
tuberculosis (Aryayuni dan Siregar, 2019).

Di Amerika Serikat, terdapat dua juta kasus penyakit pneumonia per tahun
dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (Dewi & indrawati (2016)
Menurut World Health Organization (2016) pneumonia merupakan angka
kematian paling tinggi pada balita di dunia dibandingkan dengan penyakit
AIDS, malaria dan campak.

Kemenkes RI, (2016) menyebutkan bahwa hasil Sample Registration


System (SRS) di Indonesia tahun 2014 pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor 3 pada balita, dengan angka cakupan berkisar antara 20-30%,
sedangkan pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%. Pneumonia
membunuh lebih banyak anak daripada penyakit menular lainnya, merenggut
nyawa lebih dari 800.000 anak balita setiap tahun, atau sekitar 2.200 setiap
hari. Ini termasuk lebih dari 153.000 bayi baru lahir. Data dari (Kemenkes,
2018) menunjukkan jumlah balita yang mengalami pneumonia 505.331, terdiri
atas 167.665 kasus pneumonia pada balita usia >1 tahun dan 337.666 pada
balita usia 1-4 tahun. Jumlah kematian balita akibat pneumonia pada tahun
2018 mencapai 425 balita.

Penyakit pada sistem pernapasan menyebabkan terjadinya peningkatan


lendir di paru-paru. Dahak akan menumpuk hingga kental sehingga menjadi
susah untuk dikeluarkan (Ningrum et al, 2019). Oleh karena diperlukan
penanganan yang tepat untuk mengeluarkan dahak atau sputum yang
menumpuk pada pasien, salah satunya intervensi dalam keperawatan yang
dapat digunakan adalah fisioterapi dada yang telah terbukti efektif dapat
membersihkan dahak pada saluran-saluran (Tahir et al, 2019).

Pada umumnya, fisioterapi dada dilakukan oleh terapis fisik dan terapis
pernafasan, dimana pernapasan meningkat dengan penghapusan tidak
langsung dari lender saluran pernapasan pasien. Fisioterapi dada terdiri dari
perkusi dada (clapping), postural drainase, dan vibrasi (Putri Cahya & Andi A,
2020). Fisioterapi dada juga dapat mengevakuasi eksudat inflamasi dan
sekresi trakeobronkial, menghilangkan penghalang jalan napas, mengurangi
resistensi saluran napas, meningkatkan pertukaran gas, dan mengurangi kerja
pernapasan (GSS et al, 2019).

Dalam menanggulangi masalah maka upaya yang dilakukan untuk


mencegah Jumlah kematian balita akibat pneumonia pada tahun 2018
mencapai 425 balita. Perawatan standar untuk pasien dengan pneumonia
adalah perawatan antibiotik dan terapi simptomatik, termasuk pemberian
oksigen, terapi cairan, fisioterapi dada dan pengisapan untuk mengevakuasi
lendir dari saluran pernapasan. Tujuan perawatan standar tersebut untuk
meningkatkan ventilasi, dan mengurangi kerja pernapasan (Desak Putu
Kristian Purnamiasih, 2020). Salah satu dari beberapa perawatan standar yang
sering diberikan pada anak yang mengalami pneumonia adalah fisioterapi
dada. Fisioterapi dada secara efektif memobilisasi sekresi trakeobronkial pada
anak dengan pneumonia yang dinilai berdasarkan parameter klinis individu
seperti frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen (Abdelbassset & Elnegamy,
2015)

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai


penerapan fisioterapi dada dalam mengatasi bersihan jalan nafas anak dengan
pneumonia, oleh karena itu peneliti ingin merangkum literatur yang bertujuan
untuk mengidentifikasi masalah penerapan fisioterapi dada dalam mengatasi
bersihan jalan nafas pada anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan rangkuman literatur mengenai “Apa saja hasil dari pengaruh
fisioterapi dada dalam menagatasi masalah bersihan jalan nafas pada anak
dengan pneumonia ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Rangkuman literatur ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hasil
pengaruh fisioterapi dada dalam menagatasi bersihan jalan nafas pada anak
dengan pneumonia.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya bersihan jalan napas pada anak membaik dengan
dilakukannya penerapan perawatan fisioterapi dada
b. Diketahuinya proses bersihan jalan napas pada anak dengan
dilakukannya perawatan fisioterapi dada
c. Diketahuinya prosedur bersihan jalan napas pada anak dengan
perawatan fisioterapi dada
D. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian dalam review literature ini yaitu semua
jenis penelitian mengenai perawatan bersihan jalan napas yang meliputi
perawatan antibiotik dan terapi simptomatik, termasuk pemberian oksigen,
terapi cairan, fisioterapi dada dan pengisapan untuk mengevakuasi lendir dari
saluran pernapasan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penulis berharap hasil study kasus ini dapat menambah informasi,
wawasan dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
diharapkan mampu menjadi salah satu gambaran untuk dijadikan suatu
informasi untuk penulis.
2. Manfaat praktis
Dalam kasus ini diharapkan agar hasilnya dapat bermanfaat untuk berbagai
pihak yaitu:
a. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pemahaman penulis tentang penerapan fisio
terapi dada pada anak dengan pneumonia dan mengembangkan
kemampuan penulis dalam menyusun suatu laporan dan diharapkan
dapat menjadi referensi bagi penulis selanjutnya.
b. Bagi Stikes Budi Luhur Cimahi
Dapat dijadikan modul pembelajaran pada proses belajar khususnya
penerapan fisio terapi dada pada anak dengan pneumonia, dan
diaplikasikan dalam bidang perawatan, disamping itu juga dapat
menambah informasi, sumber, bahan bacaan bagi mahasiswa dan
sebagai referensi di perpustakaan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi informasi referensi bagi peneliti selanjutnya
sebagai acuan dalam melakukan literature review.
BAB II
METODE LITERATURE REVIEW

A. KONSEP PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang
mengenai saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala
seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya
agen infeksius seperti virus,bakteri,mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan)
dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah,
2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai
jaringan(paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun
mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsistensi jaringan paru dan gangguan gas setempat. Pneumonia
adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian
kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).
Penyebab pneumonia adalah infeksi bakteri, virus, maupun jamur.
Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan.
Pada kasus pneumonia, alveoli terisi nanah dan cairan
menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen sehingga terjadi
kesulitan bernapas (M.P.Sari & Cahyati, 2019).
2. Etiologi
Menurut Nugroho.T (2011),pneumonia dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun
misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP),
penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia,
aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015)
3. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi
berdasarkan anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap
pemberantasan pneumonia melalui usia :
Pembagian anatomis

1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu


bagian besar dari satu atau lebih lobus paru.
Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai
pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus
yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses
inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstinium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular
Pembagian etiologis
4) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
5) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
6) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans,
Blastornyces Dermatitides
7) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion,benda asing
8) Pneumonia Hipostatik
9) Sindrom Loeffler
f. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang
dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
- Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu
pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih,
dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
- Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa
dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau
lebih.
- Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat.
4. Tanda dan Gejala Pneumonia
Menurut (Biggers, 2019) Gejala pneumonia bisa ringan hingga mengancam
jiwa. Mereka dapat mencakup:
a. Batuk yang mengeluarkan dahak (lendir)
b. Demam
c. Berkeringat atau kedinginan
d. Sesak nafas yang terjadi saat melakukan aktivitas normal/istirahat
e. Nyeri dada yang semakin parah saat bernapas atau batuk
f. Perasaan lelah atau lelah
g. Kehilangan selera makan
h. Mual atau muntah
i. Sakit kepala
Gejala lain dapat bervariasi sesuai dengan usia dan kesehatan umum.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun mungkin mengalami napas cepat atau mengi.
Bayi mungkin tampak tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi terkadang
mereka mungkin muntah, kurang energi, atau kesulitan minum atau makan.
5. Patofisiologi

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi


karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas
bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan
jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif
seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-
paru , partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius
terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen
mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke
alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak
mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai
bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran
darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi
fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan
menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena
penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).
Normal

(sistem pertahanan

organisme

Virus Saluran nafas bagian bawah Stapilokokus


pneumokokus

Trombus

Toksin , coagulase

Permukaan lapisan pleura


tertutup tebal eksudat trombus
vena pulmonalis

Konsulidasi paru

Leukosit + fibrin mengalami konsolidasi Nekrosis

Kapasita vital, compliance


menurun, hemoragik

Leukositosis
aktifitas pengetahuan

Ketidakefektifan
pola nafas

(Sumber pathway : Nurarif A.H, 2015

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien dengan pneumonia yaitu :
a. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor, bronchial), dapat
juga meyatakan abses.
b. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis. 3. Pemeriksaan gram atau kultur,
sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
f. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

g. Radiologi (foto toraks), terindikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkial),
dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrat, empiema (staphilokokus),
penyebaran atau lokasi infiltrat (bakterial), atau penyebaran/extensive nodul infiltrat
(sering kali viral), pda pneumonia mycoplasma foto toraks mungkin bersih.
h. Analisa Gas Darah dan Pulse Oximetry, abnormalitas mungkin timbul tergantung
dari luasnya kerusakan paru-paru.
i. Pewarnaan Gram/Culture Sputum dan Darah; didapatkan dengan needle biopsy,
aspirasi transtrakheal, fiberoptik bronchoscopy, atau biopsi paru- paru terbuka untuk
mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat
ditemukan, seperti Diplococus pneumoniae, Staphylococus aureus, A. Hemolytic
streptococus, dan Hemophilus Influenzae.
j. Periksa Darah Lengkap : leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan
darah putih (white blood count – WBC) rendah pada infeksi virus.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Titus & Kupang, 2019), penatalaksanaan medis pada pasien
pneumonia adalah :
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10
% : NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan
berat badan, kenaikan suhu,dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpormukossiller

5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.


6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg BB/ hari dalam 4
hari pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/hari dalam 4 hari pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari
dalam 2 kali pemberian,

b. Penatalaksaan Keperawatan
Menurut (Nurarif dan Kusuma, 2015) penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa
diberikan antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. (Abdjul & Herlina, 2020) mengatakan peran perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pneumonia meliputi usaha promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative. Dalam usaha promotif berupa memotivasi klien untuk melakukan
olahraga atau bergerak secara teratur, menjaga pola makan, menghindari asap rokok, dan
menjaga diri agar tetap sehat. Selain itu, usaha preventif dilakukan dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian pneumonia, penyebab
pneumina, tanda dan gejala pneumonia, serta komplikasi pneumonia. Dari segi usaha
kuratif, dengan cara melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-
obatan. halnya inhalasi combivent dan injeksi ceftriaxone. Sedangkan dalam usaha
rehabilitative, perawat menganjurkan untuk melakukan rehabilitasi fisik atau
pengistirahatan sejenak untuk memaksimalkan proses penyembuhan dan membiasakan
untuk menjalani pola hidup yang baik dan sehat.(Titus & Kupang, 2019) menyebutkan
bahwa peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara primer yaitu
memberikan pendidikan kepada keluarga klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit pneumonia dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene
personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat adalah memberikan terapi
mandiri perawat, seperti fisioterapi dada dan pursed lips breathing. (Setijaningsih dkk,
2019) menyebutkan Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk membersihkan paru-paru dari sekret. Penelitian ini dilakukan pada pasien dengan
PPOK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi pernapasan pada pasien
sebelum dan sesudah fisioterapi terjadi penurunan serta mampu meningkatkan
pengeluaran sekret. Selain fisioterapi dada, (Azizah et al., 2018) menyebutkan tindakan
non farmakologi untuk menaikkan RR pasien dengan pneumonia adalah melakukan
latihan Pursed Lips Breathing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada efek dari latihan
Pursed Lips Breathing dalam perubahan RR di pasien dengan pneumonia (nilai 0.02
<0.05).

8. Komplikasi

Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak


dengan pneumonia adalah:
a. Pleurisi
b. Atelektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Edema pulmonary
f. Infeksi super perikarditis
g. Meningitis
h. Arthritis

c. Konsep Dasar Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


pada Pasien dengan Pneumonia
1. Pengertian Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI,
2017)

Kondisi ketika individu mengalami ancaman pada status pernapasannya


sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito &
Moyet, 2013).
2. Data Mayor dan Minor Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Data mayor dan minor pada pasien dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan
napas tidak efektif sesuai dengan standar diagnosa keperawatan indonesia (SDKI, 2017)
adalah seperti tabel berikut :
Tabel 1 Data Mayor Dan Minor Pada Pasien Dengan Diagnose
Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Data Data
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
(Tidak Tersedia) Dispnea
Sulit
bicara
Ortopnea
Objektif Objektif
Gelisah
Batuk tidak
Sianosi
efektif Tidak
s
mampu batuk
Bunyi nafas menurun
Sputum
Frekuensi nafas
berlebihan
berubah Pola nafas
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi
berubah
kering Mekonium di jalan nafas pada
neonatus
Sumber : PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.2017
3. Faktor Penyebab Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Menurut (SDKI, 2017) penyebab terjadinya bersihahan jalan napas tidak efektif
yaitu spasme jalan nafas, hiperskresi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler, benda asing
dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding
jalan nafas, proses infeksi, respon alergi dan efek farmakologis (misalnya anastesi).
4. Penatalaksanaan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Fisioterapi dada
1) Pengertian Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan kombinasi penggunaan postural drainage
dan teknik lainnya yang dapat memudahkan pengeluaran sekret dari jalan napas.
Adapun teknik tambahan yang dimaksudkan adalah berupa perkusi manual,
vibrasi, menekan dada, batuk, ekspirasi panjang, dan latihan pernapasan
(Hockenberry & Wilson, 2009). Fisioterapi dada menggunakan prinsip gravitasi
untuk membantu mengalirkan sekret keluar dari paru-paru dan menyebabkan
reflek batuk. Pelaksanaan fisioterapi pada rumah sakit dapat menjadi tanggung
jawab perawat maupun fisioterapis respirasi (Mardiyanti, 2013).
2) Tujuan Fisioterapi Dada
Tujuan dari tindakan fisioterapi dada berdasarkan (Hockenberry &
Wilson, 2009) adalah untuk memfasilitasi pengeluaran sekret, mengencerkan
sekret, menjaga kepatenan jalan napas, dan mencegah obstruksi pada pasien
dengan peningkatan produksi sputum. Sedangkan (Irawati, 2009 dalam
Mardiyanti, 2013) menyatakan tujuan dari fisioterapi dada adalah
a) Mencegah obstruksi saluran pernapasan dengan mengatasi penumpukan
sekret yang akan mempengaruhi respirasi
b) Menjaga kebersihan saluran pernapasan dan ventilasi melalui mobilisasi
secret
c) Mengajarkan dan merangsang batuk efektif
d) Mengajarkan relaksasi
e) Mengurangi biaya dan energi melalui breathing retraining
f) Memperbaiki ketahanan dan toleransi umum
g) Memelihara atau memperbaiki mobilisasi dada.
3) Teknik Fisioterapi Dada
Secara umum, fisioterapi dada terdiri usaha yang bersifat pasif dan aktif.
Usaha pasif pada fisioterapi dada berupa penyinaran, relaksasi, postural drainase,
perkusi, dan vibrasi, sedangkan usaha yang bersifat aktif seperti latihan batuk,
latihan bernpas, dan koreksi sikap (Mashabi, Hardianto & Rohimin, 1978;
Worjodiardjo, 1985; Waluyo, 1981; dalam Lubis, 2005).
a) Perkusi
Teknik perkusi terdiri dari irama menepuk yang teratur sepanjang
segmen paru yang terlibat dengan menggunakan telapak tangan yang
dicembungkan membentuk seperti mangkuk (cupped hand). Perkusi yang
baik menghasilkan suara yang bergema dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Perkusi berfungsi menyalurkan gelombang energi melalui dinding dada
sehingga melepaskan sekret yang menempel di dinding bronkus
(Mackenzie, 1989, dalam Mardiyanti, 2013).
b) Vibrasi
Vibrasi merupakan kompresi dinding dada atau menggetarkan
dinding dada saat atau sesaat sebelum ekspirasi. Vibrasi menggunakan
telapak tangan yang diletakan pada area dinding dada dan gerakannya
searah dengan ekspirasi. Satu telapak tangan bisa diletakan di anterior dan
tangan lainnya di posterior (Mardiyanti, 2013). Vibrasi dengan kompresi
dada bertujuan menggerakan sekret ke jalan napas yang besar. Vibrasi
dilaksanakan pada saat puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir
ekspirasi. Vibrasi ini dapat dilakukan 5-8 kali permenit
c) Postural Drainage
Postural drainase (PD) merupakan cara untuk mengeluarkan
sekret dari paru dengan menggunakan gaya gravitasi (Lubis, 2005 dalam
Mardiyanti, 2013). Postural drainase diberikan tiga sampai empat kali
sehari, dan lebih efektif ketika disertai dengan terapi lain seperti
pemberian bronkodilator atau nebulizer. Terapi ini diberikan satu sampai
setengah jam sebelum makan untuk mencegah muntah dan aspirasi.
Lamanya waktu melakukan postural drainase disesuaikan dengan kondisi
pasien yang biasanya sekitar 20-30 menit.

d. Intervensi Inovasi Keperawatan


Intervensi inovasi keperawatan yang dapat digunakan untuk pasien dengan
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif berdasarkan jurnal-jurnal yang ada dapat
dilihat pada tabel 2 lampiran 5.
e. Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif pada Pasien dengan
Pneumonia
Menurut (Brunner & Suddarth, 2016) proses keperawatan adalah
penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan
melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
f. Pengkajian keperawatan
 Identitas
Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal
masuk, pekerjaan, status perkawinan. No. RM, diagnosa medis dan keluhan utama.
 Pengkajian primer
1) Airway

Pengkajian airway pada pasien pneumonia akan mengalami obstruksi jalan


napas yang disebabkan oleh adanya sekret dan terdapat suara napas ronchi
2) Breathing
Pada pengkajian breathing, pasien pneumonia mengalami sesak napas, terdapat
pernapasan cuping hidung, terdengar suara ronchi perkusi pekak, ada retraksi dinding
dada dan peningkatan frekuensi napas, kualitas napas lemah, pernapasan cepat dan
dangkal.
3) Circulation
Pada pengkajian circulation, tingkat kesadaran pasien dengan pneumonia
tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Akral teraba dingin dan adanya sianosis
perifer.
4) Disability
Pengkajian disability pada pasien pneumonia dengan kondisi yang berat dapat
terjadi asidosis metabolis sehingga menyebabkan kelemahan hingga penurunan
kesadaran.
 Pengkajian sekunder
1) Wawancara
(a) Pasien
Wawancara dengan pasien dilakukan dengan menanyakan identitas
klien, keluhan klien saat ini, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
sekarang, dan riwayat penyakit keturunan.
(b) Anamnesa
Hasil dari anamnesa biasanya klien mengalami demam, batuk, gelisah,
dan sesak napas
(c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada semua kelompom umur penderita pneumonia
akan dijumpai adanya pernapasan cuping hidung. Pada auskultasi dapat terdengar
pernapasan menurun. Gejala lain adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus
menurun, dan fine crackles (ronkhi basah halus) di daerah yang terkena. Iritasi
pleura akan mengakibatkan nyeri dada. Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak
yang dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan didapatkan hasil
sebagai berikut :
(d) Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya thacipnea, dispnea, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk non produktif atau produktif,
serta nyeri dada saat menarik napas.
(e) Palpasi
Fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, nadi mungkin
mengalai peningkatan, dan hati mungkin membesar.
(f) Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
(g) Auskultas
Terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,
ronkhi basah pada masa resolusi.
g. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan pneumonia
adalah :
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai
dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing atau
ronkhi kering, dispnea, sulit bicara, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah.
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi ditandai dengan dispnea, PCO2 meningkat atau menurun, PO2 menurun,
takikardi, pH arteri meningkat atau menurun, bunyi napas tambahan, pusing,
pengeliatan kabur, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase
ekspirasi memanjang, pola napas abnormal, ortopnea, pernapasan pursed-lip,
pernapasan cuping hidung, diameter thorak anterior-posterior meningkat, ventilasi
semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan
inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.
c) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
h. Intervensi keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan berhasil ditentukan, Intervensi keperawatan pada
pasien pneumonia diambil dari Standar Intervensi Keperatawan Indonesia (SIKI, 2018)
yang tujuannya disesuaikan dan berfokus berdasarkan pada Standar Luaran Keperatawan
Indonesia (SLKI, 2018), yang terdiri atas bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, dan hipertermia. Telah dijabarkan pada tabel 3
dengan judul intevensi keperawatan pada pasien pneumonia berdasarkan
standar intervensi keperawatan Indonesia terlampir pada lampiran 6.
i. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai intervensi.
j. Evaluasi keperawatan

 Evaluasi formatif

Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap respon langsung klien


dengan intervensi keperawatan.

 Evaluasi sumatif

Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis mengenai status


kesehatan klien terhadap waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah literature review. Literature Review
merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang
diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam menyusun
kerangka pikir yang jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti. Topik yang dibahas
dalam pembuatan literature review ini adalah “Pengaruh fisioterapi dada dalam mengatasi
masalah bersihan jalan napas pada anak dengan pneumonia ”

B. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dengan pencarian jurnal yaitu sebagai berikut:
1. Sumber Data Base Penelitian
Dalam literature review ini penelusuran menggunakan data base penelitian jurnal
online dengan penelusuran melalui Google:http://google.com ,dan Google:
https://schoolar.co.id dan pub med demgan kata kunci: ketidakefektifan bersihan jalan
nafas, fisioterapi dada
2. Waktu Publikasi
Dalam literature review ini waktu publikasi dari seluruh jurnal yang didapat adalah
pencarian terbatas dalam kurun waktu maksimal 8 tahun (2014-2021)
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Penelitian ini menetapkan kriteria inklusi dengan judul penelitian yang dibutuhkan
yaitu “Pengaruh fisioterapi dada dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas pada anak
dengan pneumonia ”. Jurnal yang digunakan telah memenuhi kriteria inklusi penelitian
untuk dijadikan sebagai literature dalam penulisan literature review. Untuk mencari artikel,
peneliti melakukan pencarian menggunakan kata kunci yang sudah disusun adalah kriteria
inklusi yang telah ditetapkan.
Tabel 3.1 kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


Jangka waktu Rentang waktu penerbitan jurnal
maksimal 8 tahun (2014-2021)
Bahasa Indonesia
Subyek Usia rentang 1-5 tahun
Responden >11 responden <11responden
Penerapan terapi fisioterapi yang menggunakan
perawatan kaki tehnik postural drainase, vibrasi
dan perkusi, Steem Inhaler
Aromatheraphy, Pursed Lips
Breathing
Jenis penelitian Kuantitatif, pre test and post Kualitiatif, laporan penelitian
tes, kelompok kontrol dan dalam bentuk manograf
intervensi, perbandingan 2 skripsi
perlakuan/ 2 metode
Jenis jurnal Full text Publikasi atau terbitan
sebelum tahun 2016

4. Strategi Penelusuran Publikasi


Penelusuran pustaka jurnal dilakukan dalam publikasi jurnal online melalui google
schoolar dengan mengikuti kriteria inklusi, dan disesuaikan dengan judul literature review
yaitu “Pengaruh fisioterapi dada dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas pada anak
dengan pneumonia ”. Peneliti mendapatkan 10 jurnal yang kemudian dilakukan skrining
dan didapatkan 9 jurnal inti dan 1 jurnal pedukung yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Desain penelitian yang di review adalah semua jenis penelitian yang relevan dengan tema
penelitian literature review yaitu penelitian kuantitatif, pre test and post test. Publikasi
terbitan dari tahun 2016 sampai dengan 2021 dengan objek usia rentang 1-5 tahun dan
penelitian menggunakan besar sampel sebanyak lebih dari 11 responden.
5. Merangkum Dalam Tabel Ringkasan Pustaka
Artikel yang masuk dalam kriteria inklusi dianalisis dan disintesis kemudian dirangkum
dalam tabel ringkasan pustaka. Inti sari yang diambil dari jurnal penelitian: judul penelitian,
nama peneliti, tahun dan tempat publikasi, besar sampel dari kelompok intervensi maupun
kelompok kontrol, metode penelitian, alat yang digunakan selama penelitian, hasil dan
kesimpulan penelitian lengkap dengan signifikansinya

Tabel. 3.1 Daftar Jurnal Hasil Pencarian

N Nama Jurnal Tahun


O
1 Penerapan Fisioterapi Dada Dalam Mengatasi Bersihan Jalan Nafas Tidak 2021
Efektif Pada Anak Pneumonia Usia Toddler (3-6 Tahun)

2 Penerapan Fisioterapi Dada Untuk Mengeluarkan Dahak Pada Anak Yang 2020
Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif
3 Fisioterapi Dada Dan Steem Inhaler Aromatheraphy Dalam 2020
Mempertahankan Kepatenan Jalan Napas Pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronis
4 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Perbaikan Klinis Pada Anak Dengan 2020
Pneumonia
5 Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Dan Pursed Lips Breathing (Tiupan 2019
Lida) Terhadap Bersihan Jalan Napas Anak Balita Dengan Pneumonia
6 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak 2019
Dengan Dengan Penyakit Gangguan Pernapasan Di Poli Anak RSUD Kota
Depok
7 Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Sebagai Penatalaksanaan 2019
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Tb Paru Di RSUD
Kota Kendari
8 Pengaruh Pelaksanaan Fisioterapi Dada (Clapping) Terhadap Bersihan 2020
Jalan Napas Pada Anak Dengan Bronkopneumonia
9 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Usia 2014
1- 5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di
Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung
10 Penerapan Fisioterapi Dada Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan 2019
Nafas Pada Pasien Bronkitis Usia Pra Sekolah
BAB III:

HASIL ANALISA JURNAL/LITERATURE REVIEW

SUMBER
TULISA
PENULIS & JUDUL & (Buku,Jurn TUJUAN METODE
No N YANG
PENERBIT TAHUN al,Prosidin PENELITIAN PENELITIAN PE
DIBACA
gs dsb)
1 Penulis : Penerapan Jurnal Penerapan ini Desain penerapan Pener
1. Naufa Alya
Fisioterapi adalah untuk karya tulis ilmiah dilaku
Syafiati, Dada Dalam mengetahui ini menggunakan fisiote
2. Immawati Mengatasi penerapan desain studi kasus selam
3. Sri NurhayatiBersihan fisioterapi dada dengan subyek menu
Jalan Nafas terhadap yang digunakan 1 perub
Tidak Efektif bersihan jalan orang pasien penur
Penerbit : Pada Anak nafas pada pneumonia. perna
Jurnal Cendikia Pneumonia pasien Analisa data yang dindin
Muda Volume 1, Usia Toddler pneumonia dilakukan penur
Nomor 1, Maret (3-6 Tahun) anak. menggunakan nafas
2021 ISSN : analisis deskriptif.
2807-3469 Tahun 2021

2 Penulis : Penerapan Jurnal Tujuan literature Proses pencarian setela


1. Putri Cahya Fisioterapi review ini dan seleksi artikel fisiote
Mutiara Mas Dada untuk adalah untuk dalam literature terbuk
Hanafi Mengeluarka mengetahui review ini meng
2. Andi n Dahak pada pengaruh dari menggunakan bukti pada
Arniyanti Anak Yang penerapan kuantitatif dalam meng
Mengalami fisioterapi dada database elektronik napas
Jalan Napas untuk Pubmed, dan
Penerbit : Tidak Efektif mengeluarkan Google Scholar
LPPM Akademi dahak pada anak dengan melakukan
Keperawatan Tahun 2020 yang mengalami review terhadap 4
Yapenas 21 jalan napas tidak artikel yang
Maros efektif. memiliki full text
dari abstrak, tujuan,
metode, dan hasil
penelitian paling
sesuai dengan
tujuan literature.
3 Penulis : Fisioterapi Jurnal bertujuan untuk Metode studi kasus Komb
1. Daya Dada dan mengetahui terhadap 2 fisiote
2. Nury Steem Inhaler efektivitas responden dengan steem
Sukraeny Aromatherap fisioterapi dada pendekatan asuhan aroma
hy dalam dan steem keperawatan pasien terbuk
Penerbit : Mempertahan inhaler dalam penyakit paru dalam
Ners Muda kan mempertahanka obstruktif kronis memp
Kepatenan n jalan napas yang diberikan kepate
Jalan Nafas intervensi nafas.
Pasien fisioterapi dada dan
Penyakit Paru steem inhaler
Obstruktif aroma therapy
Kronis selama tiga hari
berturut-turut
Tahun 2020 sebelum pasien
makan.

4 Penulis : Pengaruh Jurnal Tujuan Metode yang Terda


Desak Putu Fisioterapi penelitian ini digunakan dalam peneli
Kristian Dada adalah untuk pembuatan digun
Purnamiasih Terhadap mereview penelitian ini literat
Perbaikan pengaruh adalah literature Sebag
Penerbit : Klinis Pada fisioterapi dada review mengenai artike
Syntax Literate: Anak Dengan terhadap pengaruh peneli
Vol. 5, No. 10, Pneumonia perbaikan klinis fisioterapi dada meng
Oktober 2020 anak yang terhadap perbaikan metod
Tahun 2020 dirawat karena klinis pada anak exper
pneumonia. dengan pneumonia. rando
Pencarian artikel contro
dilakukan secara (satu)
elektronik peneli
menggunakan kata meng
kunci chest penga
physiotherapy, denga
pneumonia in (Rand
children, kata kunci Contr
dalam bahasa Sebag
Indonesia yang respon
digunakan adalah artike
fisioterapi dada, adalah
pneumonia pada diraw
anak. pneum
rentan
tahun
artike
denga
respon
tahun

5 Penulis : Pengaruh Jurnal Tujuan dari Penelitian ini Hasil


Titin Hidayatin Pemberian penelitian ini menggunakan menu
Fisioterapi adalah menggunakan kelom
Penerbit : Dada Dan diketahuinya quasy dada
SURYA, Vol. 11, Pursed Lips pengaruh experimental fisiote
No. 01, April Breathing pemberian dengan rancangan pursed
2019 (Tiupan fisioterapi dada non randomized menu
Lidah) dan pursed lips without control penga
Terhadap breathing group pretest- signif
Bersihan terhadap posttest dengan bersih
Jalan Nafas bersihan jalan jumlah sampel denga
Pada Anak napas pada anak yang akan diambil 0,000
Balita balita dengan sebanyak 30 untuk
Dengan pneumonia di responden yang pursed
Pneumonia RSUD dibagi dalam 3 tidak
Kabupaten kelompok terhad
Tahun 2019 Indramayu intervensi. Teknik jalan
pengambilan data nilai P
adalah concecutive
sampling

6 Penulis : Pengaruh Jurnal Penelitian ini Jenis penelitian ini ada


1. Chella Fisioterapi bertujuan untuk menggunakan fisiote
Aryayuni Dada mengetahui quasi experimental terhad
2. Tatiana Siregar Terhadap pengaruh design dengan penge
Pengeluaran fisioterapi dada pendekatan one pada
Penerbit : Sputum Pada terhadap group pretest penya
Jurnal Anak Dengan pengeluaran posttes, jumlah 11 perna
Keperawatan Penyakit sputum pada responden. Kota D
Widya Gantari Gangguan anak di RSUD
Vo. 2 No.2 Pernafasaan Kota Depok
/Desember 2015 Di Poli Anak
Rsud Kota
Depok

Tahun 2015

7 Penulis : Fisioterapi Jurnal Tujuan Jenis penelitian ini setela


1. Rusna Tahir Dada Dan pelaksanaan adalah deskiftif tindak
2. Dhea Sry Ayu Batuk Efektif studi kasus ini dengan pendekatan dada
Imalia S Sebagai adalah untuk observasional efekti
3. Siti MuhsinahPenatalaksan mengetahui melalui studi kasus perub
aan gambaran untuk memperoleh jalan
Sumber : Ketidakefekti penerapan gambaran kedua
Health fan Bersihan fisioterapi dada penerapan yang
Information : Jalan Nafas dan batuk efektif fisioterapi dada dan denga
Jurnal Pada Pasien sebagai batuk efektif pada (24x/m
Penelitian Tb Paru Di penatalaksanaan pasien TB paru. napas
Volume 11 no 1 Rsud Kota ketidakefektifan ada
Juni 2019 Kendari bersihan jalan pasien
nafas pada meng
Tahun 2019 pasien TB paru sputum
di RSUD Kota jalan
Kendari. dipert
sampa

8 Penulis : Pengaruh Jurnal Tujuan dari Metode analisa Terda


1. Hernanda Ari Pelaksanaan penelitian ini data yang dig penga
Sukma Fisioterapi adalah untuk unakan data yang yang
2. Puji Dada mengetahui sudah diperoleh signif
Indriyani (Clapping) Pengaruh kemudian bersih
3. Rahaju Terhadap Pelaksanaan dianalisis dengan jalan
Ningtyas Bersihan Fisioterapi Dada metode anak d
Jalan Napas (Clapping) analisis deskriptif. bronk
Pada Terhadap setela
Anak Dengan Bersihan Jalan dilaku
Bronkopneu Napas Pada fisiote
monia Anak Dengan dada
Bronkopneumon dikare
Tahun 2020 ia perba
kondi
perna
respon
dianta
frekue
napas
atau
respir
, su
ara na
ronki,
produ

9 Penulis : Pengaruh Jurnal Penelitian ini Desain penelitian hasil


Fisioterapi bertujuan adalah kuasi menu
Maidartati Dada mengetahui eksperimen.post perbe
Terhadap pengaruh group pre dan rerata
Bersihan fisioterapi dada postest, bersih
Jalan Nafas terhadap pengambilan sebelu
Pada Anak bersihan jalan sampel dengan cara fisiote
Usia 1-5 nafas pada anak purposive P-valu
Tahun Yang usia 1-5 tahun sampling dengan sedan
Mengalami yang mengalami jumlah sampel 17 beda
Gangguan gangguan orang. sebelu
Bersihan bersihan jalan fisiote
Jalan Nafas nafas di didap
Di Puskesmas value
Puskesmas Moch. Ramdhan fisiote
Moch. Bandung. dapat
Ramdhan sebag
Bandung rutin
dalam
Tahun 2014 suppo
yang
gangg
jalan n

10 Penulis : Penerapan Jurnal Penelitian ini Jenis metode Setela


1. Hidayah Fisioterapi bertujuan untuk penelitian yang tindak
Widias Dada menyusun digunakan adalah dada s
Ningrum Terhadap resume asuhan metode penelitian sehari
2. Yuli Ketidakefekti keperawatan dan deskriptif dengan bersih
Widyastuti fan mengidentifikasi pendekatan case pada
3. Anik Bersihan manfaat study research efekti
Enikmawati Jalan Nafas fisioterapi dada (studi kasus) kriteri
Pada Pasien untuk frekue
Bronkitis meningkatkan dalam
Usia Pra efektifitas irama
Sekolah bersihan jalan dalam
nafas pada mamp
Tahun 2019 asuhan meng
keperawatan sputum
anak dengan suara
bronkitis tamba
berku
A.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Karakteristik umum literature review

No Kategori F %
A Tahun Publikasi
1 2021 1 10
2 2020 4 40
3 2019 4 40
4 2014 1 10
Jumlah 10 100

B Desain F %
Penelitian
1 Deskriptif 5 50
2 Quasy 4 40
experiment
2 One grup Pra 1 10
Test Post test
design
Jumlah 10 100
Berdasarkan hasil analisis 10 jurnal bahwanya hampir dari setengahnya (40%)
di publikasikan pada tahun 2020 dan 2019 dan setengahnya menggunakan desain
penelitian Deskriptif (50%).

B. HASIL (Analisis)
Hasil Analisis Literratuer review ini adalah sebagai berikut :
1. Fisiologi tindakan fisioterapi dada dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas
tidak efektif pada anak dengan Pneumonia
Pada penyakit pneumonia akan terjadi gangguan respiratori yaitu batuk,
disertai produksi secret berlebih, sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain.
Bila terjadi infeksi atau iritasi, akan mengkonpensasi dengan cara tubuh
menghasilkan banyak mukus tebal untuk membantu paru menghindari infeksi. Bila
mukus yang terlalu banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan pernapasan
menjadi lebih sulit. (Lang, Quehenberger, Greger, Silbernagl, & Stockinger, 1980).
Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang
bersifat akut maupun kronis (Andersson-Marforio, Hansen, Ekvall Hansson, &
Lundkvist Josenby, 2019)(Corten, Jelsma, & Morrow, 2015). Fisioterapi dada
adalah salah satu fisioterapi yang menggunakan teknik postural drainage, perkusi
dada dan vibrasi. Secara fisiologis Perkusi pada permukaan dinding akan
mengirimkan gelombang berbagai amplitude dan frekuensi sehingga dapat
mengubah konsistensi dan lokasi secret (Potter, Perry, Stockert, Hall, & Ochs,
2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Maidartati (2014) menunjukkan hasil bahwa
fisioterapi dada dapat membersihkan jalan napas pada 67% responden balita usia
1–5 tahun. Hasil penelitian lainnya didapatkan bahwa pada intervensi fisioterapi
dada pertama belum terjadi perubahan terhadap bersihan jalan napas, tetapi pada
intervensi berikutnya terjadi perubahan terhadap bersihan jalan napas dan
perubahan yang sangat signikan terjadi pada intervensi kedua (sore hari) hari
kedua. Semakin lama intervensi yang dilakukan maka akan semakin terlihat
perubahan terhadap bersihan jalan napas balita (Hidayatin, 2019). (Siregar &
Aryayuni, 2019) melakukan penilaian terhadap pengeluaran sputum pada anak usia
6-12 tahun setelah dilakukan fisioterapi dada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
fisioterapi dada berpengaruh terhadap pengeluaran sputum.
Penelitian yang dilakukan oleh (Desak Putu Kristian Purnamiasih, 2020) yang
berjudul “Pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis anak dengan
pneumonia”. Yaitu Fisioterapi dada mempunyai pengaruh besar terhadap perbaikan
klinis anak yang dirawat karena Pneumonia. Perbaikan klinis yang dialami
responden dimanifestasikan dalam bentuk Respiratory Rate kembali ke rentang
normal, Hearth Rate kembali ke rentang normal, peningkatan saturasi oksigen dan
peningkatan kemampuan pengeluaran sputum sehingga jalan napas menjadi bersih.
Fisioterapi dada mempunyai pengaruh terhadap perbaikan klinis anak yang
mengalami pneumonia.
Penelitian yang dilakukan oleh (titin hidayatin, 2019) yang berjudul “Pengaruh
pemberian fisioterapi dada dan pursed lips breathing (tiupan lida) terhadap
bersihan jalan nafas anak balita dengan pneumonia” bahwa penelitian
menunjukkan untuk kelompok fisioterapi dada serta kelompok fisioterapi dada
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap bersihan jalan napas dengan
nilai P value 0,000,
2. Proses
Perawatan standar untuk pasien dengan pneumonia adalah perawatan
antibiotik dan terapi simptomatik, termasuk pemberian oksigen, terapi cairan,
fisioterapi dada dan pengisapan untuk mengevakuasi lendir dari saluran
pernapasan. Tujuan perawatan standar tersebut untuk meningkatkan ventilasi, dan
mengurangi kerja pernapasan (Wong & Hernandez, 2012). Salah satu dari
beberapa perawatan standar yang sering diberikan pada anak yang mengalami
pneumonia adalah fisioterapi dada.
Fisioterapi dada secara efektif memobilisasi sekresi trakeobronkial pada anak
dengan pneumonia yang dinilai berdasarkan parameter klinis individu seperti
frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen (Abdelbassset & Elnegamy, 2015).
Fisioterapi dada adalah terapi tambahan penting dalam pengobatan sebagian besar
penyakit pernapasan untuk anak-anak dengan penyakit pernapasan. Tujuan utama
fisioterapi dada bagi anak-anak adalah untuk membantu pembersihan sekresi
trakeobronkial, sehingga menurunkan resistensi jalan napas, meningkatkan
pertukaran gas, dan membuat pernapasan lebih mudah. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Chella Aryayuni1 dan Tatiana Siregar tentang
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan
Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak RSUD Kota Depok, diperoleh hasil
analisis secara paired sample t-test didapatkan p value 0,000 < α 0,025, dapat
diartikan bahwa ada pengaruh fisioterafi dada terhadap pengeluaran sputum pada
anak deegan penyakit gangan pernafasan di RSUD Kota Depok.
Adapun teknik fisioterapi yang diterapkan untuk anak-anak mirip dengan
orang dewasa. Teknik fisioterapi dada terdiri atas drainase postural, clapping,
vibrasi, perkusi, napas dalam dan batuk efektif yang bertujuan untuk memudahkan
pembersihan mukosiliar (Chaves et al., 2019). Peningkatan sekresi paru pada
pneumonia menimbulkan obstruksi pada jalan napas sehingga mengganggu
ventilasi. Gangguan ventilasi menimbulkan akan terlihat pada manifestasi klinis
anak yaitu penurunan saturasi oksigen dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Penanganan yang tepat akan mengurangi risiko komplikasi berupa gagal napas.
Penanganan dengan tindakan fisioterapi dada merupakan terapi yang dapat
mengefektifkan fungsi dari terapi lain, misalnya: pemberian obat – obat mukolitik
maupun ekspektoran.
3. Prosedur
Beberapa penelitian dalam literature review ini menyebutkan bahwa fisioterapi
dada dikombinasikan dengan terapi standar lainnya. Langkah – langkah prosedur
fisioterapi dada tidak dijelaskan lebih lanjut dan jenis terapi standar yang
digunakan juga tidak dijelaskan. Hasil yang didapatkan setelah fisioterapi dada
adalah terjadi perubahan klinis ke arah yang lebih baik pada responden. Perubahan
klinis tersebut ditunjukkan dengan hasil frekuensi napas kembali rentang normal,
frekuensi denyut nadi ke rentang normal, saturasi oksigen meningkat, dan
peningkatan pengeluaran sputum (Abdelbasset & Elnegamy, 2015 );(Maidartati,
2014);(Hidayatin, 2019).
Penelitian lainnya menyampaikan secara singkat prosedur fisioterapi dada,
yaitu penelitian Abdelbasset & Elnegamy (2015) menjelaskan bahwa Fisioterapi
dada dilakukan selama 20 menit setiap sesi dengan tindakan drainase postural,
perkusi dada, getaran, stimulasi batuk dan aspirasi sekresi (jika perlu). Posisi
drainase postural didasarkan pada hasil foto thorak untuk memberikan drainase
sekresi dan eksudat yang lebih efektif dari area yang terdapat sekresi dan eksudat.
Fisioterapi menggunakan Infra red, dan Chest physiotherapy (Deep breathing,
Postural drainage, Clapping, Vibrasi, dan Batuk efektif) terhadap
Bronchopneumonia yang dapat bermanfaat untuk menghilangkan adanya sesak
napas dan sputum pada paru kanan lobus superior segmen anterior pada pasien
(Amin et al., 2018). Fisioterapi dada terdiri dari postural drainage, vibrasi dan
perkusi dikombinasikan dengan pemberian terapi inhalasi melalui nebulizer.
Fisioterapi dada diberikan 1-1,5 jam setelah makan selama 30 menit (Lestari et al.,
2018).
Terdapat 1 penelitian yang menjelaskan secara lengkap prosedur fisioterapi
dada yang dilakukan, yaitu penelitian (Mehrem et al., 2018). Pada penelitian
tersebut, fisioterapi dada dilakukan selama 3-5 menit untuk setiap segmen dengan
drainase postural, getaran, dan perkusi. Setiap sesi dilakukan sekali sehari selama 6
hari/minggu. Setiap sesi proses fisioterapi dada memerlukan waktu 30 menit yang
meliputi drainase postural, perkusi dan vibrasi. Pada drainase postural, pasien
diposisikan dalam, sehingga gravitasi memiliki efek terbesar pada segmen paru-
paru yang harus didrainase. Perkusi dada dilakukan dengan memanfaatkan tiga jari,
empat jari, atau menggunakan alat perkusi yang dibuat untuk neonatus. Setelah
perkusi dilakukan gerakan getaran manual jari-jari pada dada bayi. Dengan
meletakkan jari-jari satu tangan pada dada bayi, membuat otot-otot lengan bawah
dan tangan menyebabkan gerakan getaran yang halus dan tangan lainnya
menopang kepala bayi (Mehrem et al., 2018).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian literature review 10 jurnal diatas maka dapat


disimpulkan bahwa penerapan fisioterapi dada dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas
pada anak dengan pneumonia. Mempunyai pengaruh terhadap perbaikan klinis anak yang
mengalami pneumonia dan terbukti efektif mempengaruhi bersihan jalan nafas pada anak
dengan pneumonia dengan dilakukanya metode fisioterapi dada menunjukan adanya
perubahan penurunan frekuensi pernafasan, retraksi dinding dada dan penurunan suara nafas
tambahan. penelitian (Mehrem et al., 2018) fisioterapi dada dilakukan selama 3-5 menit
untuk setiap segmen dengan drainase postural, getaran, dan perkusi. Setiap sesi dilakukan
sekali sehari selama 6 hari/minggu. Setiap sesi proses fisioterapi dada memerlukan waktu 30
menit yang meliputi drainase postural, perkusi dan vibrasi .
B. SARAN
1. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan STIKes Budi Luhur Cimahi sebagai lembaga yang
bergerak dalam menciptkan dan mencetak tenaga kesehatan profesional. Dalam
menjalankan fungsi dan perannya, institusi pendidikan harus mampu
mengamalkan tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat. Hasil dari literature review ini diharapkan dapat menjadi
pembelajaran dan referensi.
2. Masyarakat
Sebagai salah satu jurnal yang menerapkan fisioterapi dada dalam
mengatasa masalah bersihan jalan nafas diharapkan hasil literature review ini
dapat dijadikan informasi dan masukan bagi pembaca.
3. Bagi Peneliti Lain

Perlu diadakannya penelitian dengan variabel lebih spesifik dengan

memerhatikan faktor-faktor bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian,

sehingga penelitian tersebut mendapatkan hasil yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai