KELOMPOK 2
1. Adinanda Putri
2. Fredi Subagja
3. Iffa Agesti
4. Muhammad Anwar Ansori
5. Sandra Irawan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga literature review ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. literature review ini sebagai salah satu
tugas kelompok Mata Kuliah Stase Keperawatan Anak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................................. 4
D. Ruang Lingkup........................................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian................................................................................... 4
1. Manfaat Teoritis............................................................................ 5
2. Manfaat Praktis.............................................................................. 5
BAB II METODE LITERATURE REVIEW................................................... 6
A. Konsep Pneumonia ................................................................................. 6
1. Definisi .......................................................................................... 6
2. Etiologi .......................................................................................... 6
3. Klasifikasi ..................................................................................... 6
4. Tanda dan Gejala .......................................................................... 6
5. Patofisiologi .................................................................................. 7
6. Pemeriksaan penunjang................................................................. 8
7. Penatalaksanaan ............................................................................ 9
8. Komplikasi .................................................................................... 9
B. Konsep Dasar Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif................................. 22
1. Definisi........................................................................................... 22
2. Data Mayor dan Minor ................................................................. 22
3. Faktor Penyebab............................................................................ 23
C. Konsep Fisioterapi Dada ........................................................................ 30
1. Definisi........................................................................................... 30
2. Tujuan Fisioterapi Dada................................................................. 30
3. Teknik Fisioteapi Dada.................................................................. 30
4. Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif................. 32
5. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 35
6. Intervensi Keperawatan................................................................. 36
7. Implementasi Keperawatan............................................................ 38
8. Evaluasi Keperawatan.................................................................... 40
BAB III METODE........................................................................................... 34
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang menderita gangguan pada sistem pernapasan seringkali
mengalami kelebihan produksi lendir di paru-parunya. Dahak atau sputum
biasanya akan menumpuk hingga kental dan menjadi sulit untuk dikeluarkan
Penyakit pada sistem pernapasan yang paling sering diderita oleh anak antara
lain infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, asma dan
tuberculosis (Aryayuni dan Siregar, 2019).
Di Amerika Serikat, terdapat dua juta kasus penyakit pneumonia per tahun
dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (Dewi & indrawati (2016)
Menurut World Health Organization (2016) pneumonia merupakan angka
kematian paling tinggi pada balita di dunia dibandingkan dengan penyakit
AIDS, malaria dan campak.
Pada umumnya, fisioterapi dada dilakukan oleh terapis fisik dan terapis
pernafasan, dimana pernapasan meningkat dengan penghapusan tidak
langsung dari lender saluran pernapasan pasien. Fisioterapi dada terdiri dari
perkusi dada (clapping), postural drainase, dan vibrasi (Putri Cahya & Andi A,
2020). Fisioterapi dada juga dapat mengevakuasi eksudat inflamasi dan
sekresi trakeobronkial, menghilangkan penghalang jalan napas, mengurangi
resistensi saluran napas, meningkatkan pertukaran gas, dan mengurangi kerja
pernapasan (GSS et al, 2019).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan rangkuman literatur mengenai “Apa saja hasil dari pengaruh
fisioterapi dada dalam menagatasi masalah bersihan jalan nafas pada anak
dengan pneumonia ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Rangkuman literatur ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hasil
pengaruh fisioterapi dada dalam menagatasi bersihan jalan nafas pada anak
dengan pneumonia.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya bersihan jalan napas pada anak membaik dengan
dilakukannya penerapan perawatan fisioterapi dada
b. Diketahuinya proses bersihan jalan napas pada anak dengan
dilakukannya perawatan fisioterapi dada
c. Diketahuinya prosedur bersihan jalan napas pada anak dengan
perawatan fisioterapi dada
D. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian dalam review literature ini yaitu semua
jenis penelitian mengenai perawatan bersihan jalan napas yang meliputi
perawatan antibiotik dan terapi simptomatik, termasuk pemberian oksigen,
terapi cairan, fisioterapi dada dan pengisapan untuk mengevakuasi lendir dari
saluran pernapasan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penulis berharap hasil study kasus ini dapat menambah informasi,
wawasan dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
diharapkan mampu menjadi salah satu gambaran untuk dijadikan suatu
informasi untuk penulis.
2. Manfaat praktis
Dalam kasus ini diharapkan agar hasilnya dapat bermanfaat untuk berbagai
pihak yaitu:
a. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pemahaman penulis tentang penerapan fisio
terapi dada pada anak dengan pneumonia dan mengembangkan
kemampuan penulis dalam menyusun suatu laporan dan diharapkan
dapat menjadi referensi bagi penulis selanjutnya.
b. Bagi Stikes Budi Luhur Cimahi
Dapat dijadikan modul pembelajaran pada proses belajar khususnya
penerapan fisio terapi dada pada anak dengan pneumonia, dan
diaplikasikan dalam bidang perawatan, disamping itu juga dapat
menambah informasi, sumber, bahan bacaan bagi mahasiswa dan
sebagai referensi di perpustakaan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi informasi referensi bagi peneliti selanjutnya
sebagai acuan dalam melakukan literature review.
BAB II
METODE LITERATURE REVIEW
A. KONSEP PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang
mengenai saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala
seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya
agen infeksius seperti virus,bakteri,mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan)
dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah,
2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai
jaringan(paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun
mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsistensi jaringan paru dan gangguan gas setempat. Pneumonia
adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian
kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).
Penyebab pneumonia adalah infeksi bakteri, virus, maupun jamur.
Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan.
Pada kasus pneumonia, alveoli terisi nanah dan cairan
menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen sehingga terjadi
kesulitan bernapas (M.P.Sari & Cahyati, 2019).
2. Etiologi
Menurut Nugroho.T (2011),pneumonia dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun
misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP),
penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia,
aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015)
3. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi
berdasarkan anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap
pemberantasan pneumonia melalui usia :
Pembagian anatomis
(sistem pertahanan
organisme
Trombus
Toksin , coagulase
Konsulidasi paru
Leukositosis
aktifitas pengetahuan
Ketidakefektifan
pola nafas
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien dengan pneumonia yaitu :
a. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor, bronchial), dapat
juga meyatakan abses.
b. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis. 3. Pemeriksaan gram atau kultur,
sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
f. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
g. Radiologi (foto toraks), terindikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkial),
dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrat, empiema (staphilokokus),
penyebaran atau lokasi infiltrat (bakterial), atau penyebaran/extensive nodul infiltrat
(sering kali viral), pda pneumonia mycoplasma foto toraks mungkin bersih.
h. Analisa Gas Darah dan Pulse Oximetry, abnormalitas mungkin timbul tergantung
dari luasnya kerusakan paru-paru.
i. Pewarnaan Gram/Culture Sputum dan Darah; didapatkan dengan needle biopsy,
aspirasi transtrakheal, fiberoptik bronchoscopy, atau biopsi paru- paru terbuka untuk
mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat
ditemukan, seperti Diplococus pneumoniae, Staphylococus aureus, A. Hemolytic
streptococus, dan Hemophilus Influenzae.
j. Periksa Darah Lengkap : leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan
darah putih (white blood count – WBC) rendah pada infeksi virus.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Titus & Kupang, 2019), penatalaksanaan medis pada pasien
pneumonia adalah :
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10
% : NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan
berat badan, kenaikan suhu,dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpormukossiller
b. Penatalaksaan Keperawatan
Menurut (Nurarif dan Kusuma, 2015) penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa
diberikan antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. (Abdjul & Herlina, 2020) mengatakan peran perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pneumonia meliputi usaha promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative. Dalam usaha promotif berupa memotivasi klien untuk melakukan
olahraga atau bergerak secara teratur, menjaga pola makan, menghindari asap rokok, dan
menjaga diri agar tetap sehat. Selain itu, usaha preventif dilakukan dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian pneumonia, penyebab
pneumina, tanda dan gejala pneumonia, serta komplikasi pneumonia. Dari segi usaha
kuratif, dengan cara melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-
obatan. halnya inhalasi combivent dan injeksi ceftriaxone. Sedangkan dalam usaha
rehabilitative, perawat menganjurkan untuk melakukan rehabilitasi fisik atau
pengistirahatan sejenak untuk memaksimalkan proses penyembuhan dan membiasakan
untuk menjalani pola hidup yang baik dan sehat.(Titus & Kupang, 2019) menyebutkan
bahwa peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara primer yaitu
memberikan pendidikan kepada keluarga klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit pneumonia dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene
personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat adalah memberikan terapi
mandiri perawat, seperti fisioterapi dada dan pursed lips breathing. (Setijaningsih dkk,
2019) menyebutkan Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk membersihkan paru-paru dari sekret. Penelitian ini dilakukan pada pasien dengan
PPOK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi pernapasan pada pasien
sebelum dan sesudah fisioterapi terjadi penurunan serta mampu meningkatkan
pengeluaran sekret. Selain fisioterapi dada, (Azizah et al., 2018) menyebutkan tindakan
non farmakologi untuk menaikkan RR pasien dengan pneumonia adalah melakukan
latihan Pursed Lips Breathing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada efek dari latihan
Pursed Lips Breathing dalam perubahan RR di pasien dengan pneumonia (nilai 0.02
<0.05).
8. Komplikasi
Data Data
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
(Tidak Tersedia) Dispnea
Sulit
bicara
Ortopnea
Objektif Objektif
Gelisah
Batuk tidak
Sianosi
efektif Tidak
s
mampu batuk
Bunyi nafas menurun
Sputum
Frekuensi nafas
berlebihan
berubah Pola nafas
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi
berubah
kering Mekonium di jalan nafas pada
neonatus
Sumber : PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.2017
3. Faktor Penyebab Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Menurut (SDKI, 2017) penyebab terjadinya bersihahan jalan napas tidak efektif
yaitu spasme jalan nafas, hiperskresi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler, benda asing
dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding
jalan nafas, proses infeksi, respon alergi dan efek farmakologis (misalnya anastesi).
4. Penatalaksanaan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Fisioterapi dada
1) Pengertian Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan kombinasi penggunaan postural drainage
dan teknik lainnya yang dapat memudahkan pengeluaran sekret dari jalan napas.
Adapun teknik tambahan yang dimaksudkan adalah berupa perkusi manual,
vibrasi, menekan dada, batuk, ekspirasi panjang, dan latihan pernapasan
(Hockenberry & Wilson, 2009). Fisioterapi dada menggunakan prinsip gravitasi
untuk membantu mengalirkan sekret keluar dari paru-paru dan menyebabkan
reflek batuk. Pelaksanaan fisioterapi pada rumah sakit dapat menjadi tanggung
jawab perawat maupun fisioterapis respirasi (Mardiyanti, 2013).
2) Tujuan Fisioterapi Dada
Tujuan dari tindakan fisioterapi dada berdasarkan (Hockenberry &
Wilson, 2009) adalah untuk memfasilitasi pengeluaran sekret, mengencerkan
sekret, menjaga kepatenan jalan napas, dan mencegah obstruksi pada pasien
dengan peningkatan produksi sputum. Sedangkan (Irawati, 2009 dalam
Mardiyanti, 2013) menyatakan tujuan dari fisioterapi dada adalah
a) Mencegah obstruksi saluran pernapasan dengan mengatasi penumpukan
sekret yang akan mempengaruhi respirasi
b) Menjaga kebersihan saluran pernapasan dan ventilasi melalui mobilisasi
secret
c) Mengajarkan dan merangsang batuk efektif
d) Mengajarkan relaksasi
e) Mengurangi biaya dan energi melalui breathing retraining
f) Memperbaiki ketahanan dan toleransi umum
g) Memelihara atau memperbaiki mobilisasi dada.
3) Teknik Fisioterapi Dada
Secara umum, fisioterapi dada terdiri usaha yang bersifat pasif dan aktif.
Usaha pasif pada fisioterapi dada berupa penyinaran, relaksasi, postural drainase,
perkusi, dan vibrasi, sedangkan usaha yang bersifat aktif seperti latihan batuk,
latihan bernpas, dan koreksi sikap (Mashabi, Hardianto & Rohimin, 1978;
Worjodiardjo, 1985; Waluyo, 1981; dalam Lubis, 2005).
a) Perkusi
Teknik perkusi terdiri dari irama menepuk yang teratur sepanjang
segmen paru yang terlibat dengan menggunakan telapak tangan yang
dicembungkan membentuk seperti mangkuk (cupped hand). Perkusi yang
baik menghasilkan suara yang bergema dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Perkusi berfungsi menyalurkan gelombang energi melalui dinding dada
sehingga melepaskan sekret yang menempel di dinding bronkus
(Mackenzie, 1989, dalam Mardiyanti, 2013).
b) Vibrasi
Vibrasi merupakan kompresi dinding dada atau menggetarkan
dinding dada saat atau sesaat sebelum ekspirasi. Vibrasi menggunakan
telapak tangan yang diletakan pada area dinding dada dan gerakannya
searah dengan ekspirasi. Satu telapak tangan bisa diletakan di anterior dan
tangan lainnya di posterior (Mardiyanti, 2013). Vibrasi dengan kompresi
dada bertujuan menggerakan sekret ke jalan napas yang besar. Vibrasi
dilaksanakan pada saat puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir
ekspirasi. Vibrasi ini dapat dilakukan 5-8 kali permenit
c) Postural Drainage
Postural drainase (PD) merupakan cara untuk mengeluarkan
sekret dari paru dengan menggunakan gaya gravitasi (Lubis, 2005 dalam
Mardiyanti, 2013). Postural drainase diberikan tiga sampai empat kali
sehari, dan lebih efektif ketika disertai dengan terapi lain seperti
pemberian bronkodilator atau nebulizer. Terapi ini diberikan satu sampai
setengah jam sebelum makan untuk mencegah muntah dan aspirasi.
Lamanya waktu melakukan postural drainase disesuaikan dengan kondisi
pasien yang biasanya sekitar 20-30 menit.
Evaluasi formatif
Evaluasi sumatif
2 Penerapan Fisioterapi Dada Untuk Mengeluarkan Dahak Pada Anak Yang 2020
Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif
3 Fisioterapi Dada Dan Steem Inhaler Aromatheraphy Dalam 2020
Mempertahankan Kepatenan Jalan Napas Pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronis
4 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Perbaikan Klinis Pada Anak Dengan 2020
Pneumonia
5 Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Dan Pursed Lips Breathing (Tiupan 2019
Lida) Terhadap Bersihan Jalan Napas Anak Balita Dengan Pneumonia
6 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak 2019
Dengan Dengan Penyakit Gangguan Pernapasan Di Poli Anak RSUD Kota
Depok
7 Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Sebagai Penatalaksanaan 2019
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Tb Paru Di RSUD
Kota Kendari
8 Pengaruh Pelaksanaan Fisioterapi Dada (Clapping) Terhadap Bersihan 2020
Jalan Napas Pada Anak Dengan Bronkopneumonia
9 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Usia 2014
1- 5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di
Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung
10 Penerapan Fisioterapi Dada Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan 2019
Nafas Pada Pasien Bronkitis Usia Pra Sekolah
BAB III:
SUMBER
TULISA
PENULIS & JUDUL & (Buku,Jurn TUJUAN METODE
No N YANG
PENERBIT TAHUN al,Prosidin PENELITIAN PENELITIAN PE
DIBACA
gs dsb)
1 Penulis : Penerapan Jurnal Penerapan ini Desain penerapan Pener
1. Naufa Alya
Fisioterapi adalah untuk karya tulis ilmiah dilaku
Syafiati, Dada Dalam mengetahui ini menggunakan fisiote
2. Immawati Mengatasi penerapan desain studi kasus selam
3. Sri NurhayatiBersihan fisioterapi dada dengan subyek menu
Jalan Nafas terhadap yang digunakan 1 perub
Tidak Efektif bersihan jalan orang pasien penur
Penerbit : Pada Anak nafas pada pneumonia. perna
Jurnal Cendikia Pneumonia pasien Analisa data yang dindin
Muda Volume 1, Usia Toddler pneumonia dilakukan penur
Nomor 1, Maret (3-6 Tahun) anak. menggunakan nafas
2021 ISSN : analisis deskriptif.
2807-3469 Tahun 2021
Tahun 2015
A. HASIL
Karakteristik umum literature review
No Kategori F %
A Tahun Publikasi
1 2021 1 10
2 2020 4 40
3 2019 4 40
4 2014 1 10
Jumlah 10 100
B Desain F %
Penelitian
1 Deskriptif 5 50
2 Quasy 4 40
experiment
2 One grup Pra 1 10
Test Post test
design
Jumlah 10 100
Berdasarkan hasil analisis 10 jurnal bahwanya hampir dari setengahnya (40%)
di publikasikan pada tahun 2020 dan 2019 dan setengahnya menggunakan desain
penelitian Deskriptif (50%).
B. HASIL (Analisis)
Hasil Analisis Literratuer review ini adalah sebagai berikut :
1. Fisiologi tindakan fisioterapi dada dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas
tidak efektif pada anak dengan Pneumonia
Pada penyakit pneumonia akan terjadi gangguan respiratori yaitu batuk,
disertai produksi secret berlebih, sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain.
Bila terjadi infeksi atau iritasi, akan mengkonpensasi dengan cara tubuh
menghasilkan banyak mukus tebal untuk membantu paru menghindari infeksi. Bila
mukus yang terlalu banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan pernapasan
menjadi lebih sulit. (Lang, Quehenberger, Greger, Silbernagl, & Stockinger, 1980).
Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang
bersifat akut maupun kronis (Andersson-Marforio, Hansen, Ekvall Hansson, &
Lundkvist Josenby, 2019)(Corten, Jelsma, & Morrow, 2015). Fisioterapi dada
adalah salah satu fisioterapi yang menggunakan teknik postural drainage, perkusi
dada dan vibrasi. Secara fisiologis Perkusi pada permukaan dinding akan
mengirimkan gelombang berbagai amplitude dan frekuensi sehingga dapat
mengubah konsistensi dan lokasi secret (Potter, Perry, Stockert, Hall, & Ochs,
2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Maidartati (2014) menunjukkan hasil bahwa
fisioterapi dada dapat membersihkan jalan napas pada 67% responden balita usia
1–5 tahun. Hasil penelitian lainnya didapatkan bahwa pada intervensi fisioterapi
dada pertama belum terjadi perubahan terhadap bersihan jalan napas, tetapi pada
intervensi berikutnya terjadi perubahan terhadap bersihan jalan napas dan
perubahan yang sangat signikan terjadi pada intervensi kedua (sore hari) hari
kedua. Semakin lama intervensi yang dilakukan maka akan semakin terlihat
perubahan terhadap bersihan jalan napas balita (Hidayatin, 2019). (Siregar &
Aryayuni, 2019) melakukan penilaian terhadap pengeluaran sputum pada anak usia
6-12 tahun setelah dilakukan fisioterapi dada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
fisioterapi dada berpengaruh terhadap pengeluaran sputum.
Penelitian yang dilakukan oleh (Desak Putu Kristian Purnamiasih, 2020) yang
berjudul “Pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis anak dengan
pneumonia”. Yaitu Fisioterapi dada mempunyai pengaruh besar terhadap perbaikan
klinis anak yang dirawat karena Pneumonia. Perbaikan klinis yang dialami
responden dimanifestasikan dalam bentuk Respiratory Rate kembali ke rentang
normal, Hearth Rate kembali ke rentang normal, peningkatan saturasi oksigen dan
peningkatan kemampuan pengeluaran sputum sehingga jalan napas menjadi bersih.
Fisioterapi dada mempunyai pengaruh terhadap perbaikan klinis anak yang
mengalami pneumonia.
Penelitian yang dilakukan oleh (titin hidayatin, 2019) yang berjudul “Pengaruh
pemberian fisioterapi dada dan pursed lips breathing (tiupan lida) terhadap
bersihan jalan nafas anak balita dengan pneumonia” bahwa penelitian
menunjukkan untuk kelompok fisioterapi dada serta kelompok fisioterapi dada
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap bersihan jalan napas dengan
nilai P value 0,000,
2. Proses
Perawatan standar untuk pasien dengan pneumonia adalah perawatan
antibiotik dan terapi simptomatik, termasuk pemberian oksigen, terapi cairan,
fisioterapi dada dan pengisapan untuk mengevakuasi lendir dari saluran
pernapasan. Tujuan perawatan standar tersebut untuk meningkatkan ventilasi, dan
mengurangi kerja pernapasan (Wong & Hernandez, 2012). Salah satu dari
beberapa perawatan standar yang sering diberikan pada anak yang mengalami
pneumonia adalah fisioterapi dada.
Fisioterapi dada secara efektif memobilisasi sekresi trakeobronkial pada anak
dengan pneumonia yang dinilai berdasarkan parameter klinis individu seperti
frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen (Abdelbassset & Elnegamy, 2015).
Fisioterapi dada adalah terapi tambahan penting dalam pengobatan sebagian besar
penyakit pernapasan untuk anak-anak dengan penyakit pernapasan. Tujuan utama
fisioterapi dada bagi anak-anak adalah untuk membantu pembersihan sekresi
trakeobronkial, sehingga menurunkan resistensi jalan napas, meningkatkan
pertukaran gas, dan membuat pernapasan lebih mudah. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Chella Aryayuni1 dan Tatiana Siregar tentang
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan
Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak RSUD Kota Depok, diperoleh hasil
analisis secara paired sample t-test didapatkan p value 0,000 < α 0,025, dapat
diartikan bahwa ada pengaruh fisioterafi dada terhadap pengeluaran sputum pada
anak deegan penyakit gangan pernafasan di RSUD Kota Depok.
Adapun teknik fisioterapi yang diterapkan untuk anak-anak mirip dengan
orang dewasa. Teknik fisioterapi dada terdiri atas drainase postural, clapping,
vibrasi, perkusi, napas dalam dan batuk efektif yang bertujuan untuk memudahkan
pembersihan mukosiliar (Chaves et al., 2019). Peningkatan sekresi paru pada
pneumonia menimbulkan obstruksi pada jalan napas sehingga mengganggu
ventilasi. Gangguan ventilasi menimbulkan akan terlihat pada manifestasi klinis
anak yaitu penurunan saturasi oksigen dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Penanganan yang tepat akan mengurangi risiko komplikasi berupa gagal napas.
Penanganan dengan tindakan fisioterapi dada merupakan terapi yang dapat
mengefektifkan fungsi dari terapi lain, misalnya: pemberian obat – obat mukolitik
maupun ekspektoran.
3. Prosedur
Beberapa penelitian dalam literature review ini menyebutkan bahwa fisioterapi
dada dikombinasikan dengan terapi standar lainnya. Langkah – langkah prosedur
fisioterapi dada tidak dijelaskan lebih lanjut dan jenis terapi standar yang
digunakan juga tidak dijelaskan. Hasil yang didapatkan setelah fisioterapi dada
adalah terjadi perubahan klinis ke arah yang lebih baik pada responden. Perubahan
klinis tersebut ditunjukkan dengan hasil frekuensi napas kembali rentang normal,
frekuensi denyut nadi ke rentang normal, saturasi oksigen meningkat, dan
peningkatan pengeluaran sputum (Abdelbasset & Elnegamy, 2015 );(Maidartati,
2014);(Hidayatin, 2019).
Penelitian lainnya menyampaikan secara singkat prosedur fisioterapi dada,
yaitu penelitian Abdelbasset & Elnegamy (2015) menjelaskan bahwa Fisioterapi
dada dilakukan selama 20 menit setiap sesi dengan tindakan drainase postural,
perkusi dada, getaran, stimulasi batuk dan aspirasi sekresi (jika perlu). Posisi
drainase postural didasarkan pada hasil foto thorak untuk memberikan drainase
sekresi dan eksudat yang lebih efektif dari area yang terdapat sekresi dan eksudat.
Fisioterapi menggunakan Infra red, dan Chest physiotherapy (Deep breathing,
Postural drainage, Clapping, Vibrasi, dan Batuk efektif) terhadap
Bronchopneumonia yang dapat bermanfaat untuk menghilangkan adanya sesak
napas dan sputum pada paru kanan lobus superior segmen anterior pada pasien
(Amin et al., 2018). Fisioterapi dada terdiri dari postural drainage, vibrasi dan
perkusi dikombinasikan dengan pemberian terapi inhalasi melalui nebulizer.
Fisioterapi dada diberikan 1-1,5 jam setelah makan selama 30 menit (Lestari et al.,
2018).
Terdapat 1 penelitian yang menjelaskan secara lengkap prosedur fisioterapi
dada yang dilakukan, yaitu penelitian (Mehrem et al., 2018). Pada penelitian
tersebut, fisioterapi dada dilakukan selama 3-5 menit untuk setiap segmen dengan
drainase postural, getaran, dan perkusi. Setiap sesi dilakukan sekali sehari selama 6
hari/minggu. Setiap sesi proses fisioterapi dada memerlukan waktu 30 menit yang
meliputi drainase postural, perkusi dan vibrasi. Pada drainase postural, pasien
diposisikan dalam, sehingga gravitasi memiliki efek terbesar pada segmen paru-
paru yang harus didrainase. Perkusi dada dilakukan dengan memanfaatkan tiga jari,
empat jari, atau menggunakan alat perkusi yang dibuat untuk neonatus. Setelah
perkusi dilakukan gerakan getaran manual jari-jari pada dada bayi. Dengan
meletakkan jari-jari satu tangan pada dada bayi, membuat otot-otot lengan bawah
dan tangan menyebabkan gerakan getaran yang halus dan tangan lainnya
menopang kepala bayi (Mehrem et al., 2018).
BAB V