Anda di halaman 1dari 41

LITERATUR REVIEW: PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI OTOT

PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA


PENDERITA DIABETES MELITUS

LAPORAN LITERATUR REVIEW


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh

Anas Nasrulloh ZA (J.0105.20.001) Meli Dwiyanti (J.0105.20.018)


Ayu Lestari (J.0105.20.044) Nia Agustina (J.0105.20.020)
Irmawati Sutisna (J.0105.20.011) Riva Febrianti (J.0105.20.027)
Lisa (J.0105.20.014) Sandi Rusmawan (J.0105.20.029)
M. Sugiwa Lasmana (J.0105.19.127)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan literatur review ini yang

berjudul “Literature Reviewe : Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif

Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus”.

Penulis dalam penyusunan literature review ini, mendapatkan banyak

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini

penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ns. Kiki Rizki Amelia., M.Kep selaku Koordinator stase keperawatan dan

Pembimbing Akademik

2. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Ners Tahap Profesi angkatan

11 Stikes Budiluhur cimahi tahun 2020 dan seluruh pihak yang tidak dapat

sebutkan satu persatu.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-

baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan. Oleh

karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

dari semua pihak untuk menyempurnakannya.

Cimahi, Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
D. Ruang Lingkup..............................................................................................7
E. Manfaat Penelitian........................................................................................8
BAB II......................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................9
A. Konsep Diabetes Melilitus............................................................................9
B. Konsep PMR (Progressive Muscle Relaxation)..........................................20
BAB III..................................................................................................................31
METODOLOGI.....................................................................................................31
A. Desain dan Jenis Penelitian.........................................................................31
B. Metode pengumpulan data..........................................................................31
BAB IV..................................................................................................................34
RINGKASAN PUSTAKA HASIL DAN PEMBAHASAN..................................34
A. HASIL (Analisa).........................................................................................40
BAB V....................................................................................................................45
PENUTUP..............................................................................................................45
A. SIMPULAN................................................................................................45
B. SARAN.......................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang


berlangsung kronik dimana penderita diabetes tidak biasa memproduksi
insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu memproduksi
insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin
secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula didalam darah (Atun, 2010).
Menurut Tartowo, et al., (2012) berkurang atau tidak adanya insulin
menjadikan glukosa tertahan di dalam darah, sementara sel menjadi
kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan
fungsi sel. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kondisi kadar gula darah
sewaktu lebih tinggi dari >11,01 mmol/l (>200 mg/dl) (World Health
Organitation/WHO, 2015). Diabetes Mellitus merupakan salah satu jenis
penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di
negara-negara seluruh dunia.
Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon
(IDF) tingkat prevalensi global penderita diabetes di Asia Tenggara
meningkat dari 8,2% di tahun 2014 menjadi 8,5% di tahun 2017. Menurut
Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) (2017), kawasan Asia Pasifik
merupakan kawasan terbanyak yang menderita diabetes melitus, dengan
angka 158,8 juta jiwa (9,5%). IDF memperkirakan pada tahun 2045
jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 425 juta jiwa di
antara usia penderita DM 20-79 tahun (IDF, 2017). Menurut IDF (2017)
Indonesia merupakan Negara urutan ke enam dengan prevalensi diabetes
tertinggi, dibawah Cina, India, USA, Brazil, dan Mexico (IDF, 2017).
Cina dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 114,3 juta jiwa, India
(72,9 juta jiwa), Amerika (30,1 juta jiwa), dan Indonesia sebanyak
10,276.1 jiwa.
Penyakit diabetes melitus merupakan ancaman kesehatan secara
global. Prevalensi global penderita diabetes melitus pada tahun 2017
mencapai 371 juta orang (IDF, 2017). Dan sekitar 90-95% dari mereka
menderita diabetes tipe 2 (WHO, 2019). Indonesia merupakan negara di
urutan ke-6 dengan jumlah penderita diabetes mencapai 10,3 juta orang
(IDF, 2017). Tidak jauh berbeda dengan hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) juga menunjukan peningkatan kejadian penyakit diabetes dari
6,9% tahun 2013 menjadi 8,5% tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan angka
kejadian diabetes melitus cukup tinggi yaitu 1,1% (Kementrian Kesehatan
RI, 2019). Indonesia menempati urutan ke tujuh di Dunia untuk negara
dengan penderita DM terbanyak setelah China, India, Amerika, Brasil,
Rusia dan Mexico (International Diabetes Federation, 2013). Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, DM termasuk
salah satu dari 10 penyakit terbanyak pada pasien dengan rawat jalan serta
salah satu dari 10 penyakit yang menyebabkan kematian. Prevalensi
Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur (Depkes,2013).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus yaitu diperlukan
penatalaksanaan diabetes melitus meliputi penatalaksanaan farmakologis
dan non farmakologis, penatalaksanaan farmakologis dengan pemberian
obat dan insulin. Sedangkan non farmakologis dengan terapi
komplementer. Terapi komplementer adalah pengobatan tradisional yang
sudah diakui dan dapat digunakan sebagai pendamping terapi
konvensional atau medis. Terapi komplementer diantaranya yaitu
relaksasi, olahraga, pijat refleksiologi, doa, hipnoterapi, terapi kreatif
termasuk seni musik, meditasi dan herbal. Banyak terapi komplementer
yang digunakan untuk melengkapi terapi konvensional, seperti sentuhan
terapeutik yang berisi metode terapeutik dan diagnostik spesifik terhadap
praktek yang memerlukan pelatihan khusus (Sugirto, et al, 2012; Potter &
Perry, 2010; Moyad & Hawks, 2009).
Relaksasi ini dapat mempengaruhi hipotalamus untuk mengatur
dan menurunkan aktifitas sistem saraf simpatis (Smeltzer, Bare, Hinkle, &
Cheever, 2008). Teknik relaksasi ada berbagai macam yaitu relaksasi nafas
dalam, relaksasi benson, relaksasi otogenik dan relaksasi otot progresif
(Potter & Perry, 2010). Relaksasi nafas dalam adalah relaksasi yang terdiri
atas pernapasan abdomen (diafragma) dan purse lips breathing (Kozier, et
al, 2010), sedangkan relaksasi otot progresif adalah suatu tindakan yang
dapat memberikan relaksasi pada otot melalui dua tahap dengan
memberikan tegangan pada kelompok otot, dan menghentikan tegangan
tersebut lalu memfokuskan perhatian untuk mendapatkan sensasi relaks
dan ketegangan menghilang (Mashudi, 2011).
Latihan relaksasi atau tehnik relaksasi adalah metode, proses,
prosedur, kegiatan yang dapat membantu seseorang menjadi rileks,
meningkatkan ketenangan, menurunkan cemas, stres, atau marah.
Relaksasi otot progresif mengarahkan perhatian pasien untuk membedakan
perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan. Relaksasi otot
progresif ini mengarahkan perhatian pasien untuk membedakan perasaan
yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan dengan
ketika otot dalam kondisi tegang. Relaksasi otot progresif bermanfaat
untuk menurunkan resistensi perifer dan menaikan elastisitas pemuluh
darah (Galfani Volta Simanjuntak, 2017).
Kelompok mengambil terapi relaksasi otot progresif sebagai
tindakan keperawatan untuk menagani tingkat penurunan kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus. Berdasarkan latar belakang di atas maka
kelompok tertarik melakukan literature review dengan judul “Penerapan
Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Melitus”
B. Rumusan Masalah

Seiring berjalannya waktu latihan relaksasi atau tehnik relaksasi


adalah metode, proses, prosedur, kegiatan, yang dapat membantu
seseorang menjadi rileks, meningkatkan ketenangan, menurunkan cemas,
stres, atau marah. Relaksasi otot progresif bermanfaat untuk menurunkan
resistensi perifer dan menaikan elastisitas pembuluh darah sehingga dapat
menurunan kadar gula darah pada diabetes melitus.
Dengan dukungan teori, pengamatan dan studi literatur yang
dilakukan pada penderita diabetes melitus yang menggunakan tehnik
relaksasi otot progresif sebagai terapi menurunan kadar gula darah pada
diabetes melitus. Sehingga kelompok tertarik untuk menggali pertanyaan :
1. Bagaimanakah fisiologi penurunan kadar gula darah melalui
penerapan teknik relaksasi?
2. Bagaimanakah proses penurunan kadar gula menggunakan tehnik
relaksasi otot progresif ?
3. Bagaimanakah prosedur tehnik relaksasi otot progresif untuk
menurunkan kadar gula ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh teknik relaksasi otot progresif dalam
menurunkan kadar gula darah pada diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya fisiologi penurunan kadar gula darah melalui
penerapana teknik relaksasi
b. Diketahuinya proses menurunkan kadar gula menggunakan tehnik
relaksasi otot progresif.
c. Diketahuinya prosedur melakukan tehnik relaksasi otot progresif
untuk menurunkan kadar gula.
D. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian dalam literatur review ini yaitu


semua jenis penelitian yang menggunakan tehnik relaksasi otot progresif
untuk menurunkan kadar gula pada pasien diabetes melitus.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Hasil review ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
reviewer selanjutnya serta dapat meningkatkan perkembangan ilmu
pengetahuan mengenai kesehatan yang lain khususnya dalam
mengaplikasikan hasil riset keperawatan dengan studi kasus tehnik
relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar gula pada diabetes
melitus.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkam dapat memberikan pengetahuan tetapi relaksasi otot
progresif untuk menurunkan kadar gula pada diabetes melitus dan
memperoleh gaya hidup yang lebih sehat.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini digunakan untuk kajian ilmu dan informasi dalam
menambah wawasan untuk menganalisa pada pasien diabetes melitus
di bidang keperawatan medikal bedah agar dijadikan bahan masukan
penelitian mendatang dan meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien DM dalam kaitannya dengan intervensi keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melilitus


1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang disebabkan kadar
gula darah lebih tinggi dari kondisi normal. Kadar gula normal
adalah 60 mg/dl – 145 mg/dl. Penyakit ini dapat terjadi karena
tidak dapatnya gula memasuki sel- sel akibat kekurangan atau
retensi insulin (Susanto, 2009 : 52). Sedangkan
menurut( Margareth TH, Rendi MC, 2012 : 164) Diabetes
Mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembulu darah.
Penyakit Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis
yang mempunyai dampak negatif terhadap fisik maupun
psikologis penderita, gangguan fisik yang terjadi seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk( Price &
Wilson, 2006 dalam Taulata YP, 2014).
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1) Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Mellitus bergantung
insulin) Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin
Dependen Diabetes Mellitus (IDDM), dengan jumlah
penderita sekitar 5% - 10% dari seluruh penderita Diabetes
Mellitus dan umumnya terjadi pada usia muda (95% pada usia
dibawah 25 tahun). Diabetes Mellitus tipe 1 ditandai dengan
terjadinya kerusakan sel ß pancreas yang di sebabkan oleh
proses autoimmune, akibatnya terjadi defisiensi insulin dari
luar (eksogen) untuk mempertahankan kadar gula darah dalam
batas normal.
2) Diabetes Mellitus tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak
bergantung Insulin) Diabetes Mellitus tipe 2 juga disebut
Non insulin Dependent
Diabetes Mellitus. Jumlah penderita Diabetes Mellitus tipe 2
merupakan kelompok yang terbesar, hampir mencapai 90-95%
dari seluruh kasus Diabetes Mellitus, terjadi pada usia dewasa
yaitu pertengahan kehidupan dan peningkatanya lebih tinggi
pada laki – laki di bandingkan pada wanita. Karena restensi
insulin, jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang,
walaupun jumlah insulin tidak berkurang. Hal ini
menyebabkan glukosa tidak masuk kedalam sel meskipun
insulin tersedia. Keadaan ini disebabkan obesitas trauma tipe
sentral, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurangnya
aktifitas fisik serta faktor keturunan( Suiraoka IP, 2012 : 47).
3. Etiologi Diabetes Mellitus
Secara pasti penyebab dari Diabetes Mellitus ini belum
diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peran penting
dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin penyakitnya mempunyai pola pilar yang kuat.
Ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel – sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula – mula mengikat dirinya
kepada reseptor – reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi
reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membrane sel. Pada pasien Diabetes Mellitus terdapat kelainan
dalam peningkatan insulin dengan reseptor, hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin
pada membran sel. akibatnya terjadi pengabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system tansport glukosa, kadar
glukosa normal dapat di pertahankan dalam waktu yang cukup lama
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Margareta TH & Rendi MC, 2012 : 165-166).
Sedangkan Faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya Diabetes Mellitus :

1) Faktor Usia yaitu resiko bertambah sejalan dengan


usia (jumlah sel ß yang produktif berkurang seiring
pertambahan usia), Upayakan memeriksa gula darah
puasa jika usia telah diatas 45 tahun.
2) Faktor resiko Riwayat Keluarga yaitu orang atau
saudara kandung mengidap Diabetes Mellitus, sekitar
40 % diabetes terbukti terlahir dari keluarga yang
juga menggidap Diabetes Mellitus, dan
± 60- 90% kembar identik merupakan penyandang
Diabetes Mellitus.
3) Faktor resiko pada Tekanan Darah yaitu lebih dari
140/90 mmHg (riwayat hipertensi).
4) Faktor resiko pada Gaya Hidup yaitu olahraga kurang
dari 3 kali seminggu, olah raga bagi diabetes
merupakan potent protective faktor yang
meningkatkan kepekaan jaringan terhadap insulin
hingga 6% (Arisman, 2011 : 47).
4. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang
dimakan mengalami metabolisme sempurna CO2 dan air, 10%
menjadi glikogen dan 20 % sampai 40 % di ubah menjadi lemak.
Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Akibat dari kekurangan insulin maka
glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga penyerapan
glukosa dalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan
ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia ( Margareta TH &
Rendi MC, 2012 : 168 - 169).

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus


1) Gejala Akut
a) Penurunan berat badan, rasa lemas dan cepat lelah.
b) Sering kencing (poliuri) pada malam hari dengan jumlah air
seni banyak.
c) Banyak minum (polidipsi).
d) Banyak makan (polifagi).
2) Gejala Kronis
a) Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur
dan menyebabkan sering ganti kaca mata
b) Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan, terutama
pada malam hari sering terasa sakit dan rasa
kesemutan di kaki
c) Gatal – gatal dan bisul, gatal umumnya di rasakan
pada daerah lipatan kulit ketiak, payudara dan alat
kelamin. Bisul dan luka lecet terkena sepatu atau jarum
yang lama sembuh
d) Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita
lupa memakai sandal dan sepatunya
e) Gangguan fungsi seksual. dapat berupa gangguan
ereksi, impoten yang disebabkan gangguan pada saraf
bukan karena gangguan pada kekuranggan hormone
seks (testosteron)
f) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal
sering dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh
penderita menurun (Suiraoka. IP, 2012 : 54).
g) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120
mg/ dl dan kadar glukosa darah dua jam sesudah
makan lebih dari 200 mg/dl (Margareta TH & Rendi
MC, 2012 : 169).
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya menggurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
Diabetes Mellitus adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan series pada pola aktivitas pasien, ada lima
komponen dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus, yaitu :
1) Diet
Syarat diet Diabetes Mellitus hendaknya dapat :
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa
muda
d) Mempertahankan KGD normal

e) Menekan dan menunda timbulnya


penyakit angiopati diabeteik
f) Memberikan modifikasi diet sesuai dengan
keadaan penderita Prinsip diet Diabetes Mellitus,
adalah
a) Jumlah sesuai kebutuhan
b) Jadwal diet ketat
c) Jenis : boleh dimakan/ tidak ( Margareth TH,
Rendi MC, 2012).
2) Latihan Jasmani
Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes antara
lain
a) Memperbaiki metabolisme : menomalkan kadar
glukosa darah dan lipid darah.
b) Meningkatkan kerja insulin.
c) Membantu menurunkan berat badan.
d) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri.
e) Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
Yang perlu diwaspadai bahaya latihan jasmani berat
adalah :
a) Hipoglikemia
b) Serangan jantung/ payah jantung.
c) Perdarahan retina.
d) Cidera lutut dan trauma kaki.
e) Memperberat keadaan diabetes berat.

Program latihan jasmani yang dianjurkan adalah


latihan eurobik secara teratur 3 – 4 kali/ minggu @30
menit yang bersifat CRIPE (continuoeus, rhythmic,
intrerval, progressive, endurance). Dalam
melaksanakan latihan eorbik di usahakan tercapai
denyut nadi 70 – 75 % denyut nadi maksimal (220 –
umur), (Syahbudin S, 2007).
3) Obat
a) Sulfonilurea mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan
pilihan utama pada pasien dengan berat badan
normal atau kurang. Untuk mengurangi resiko
hipoglikemik yang berkepanjangan, pada pasien
diabetes melitus usia lanjut, obat golongan
sulfonilurea yang waktu kerjanya panjang
( klorpopamid, glibenklamid) sebaiknya di
hindari.
b) Biguanid (misalnya metformin) mempunyai efek
utama menurunkan puncak glikemik sesudah
makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini
disamping memperbaiki ambilan glukosa perifer,
juga menghambat secara kompetitif absorpsi
glukosa di usus di anjurkan pemberianya pada
setiap memulai makan.

c) Insulin diberikan pada DM Tipe I, DM tipe II,


ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stres berat,
berat badan menurun cepat, DM hamil, gagal/
kontraindikasi dengan OHO ( Syahbudin, 2007
& Soegondo dkk, 2006).
4) Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah
Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk
penyuluhan kesehatan pada penderita Diabetes
Mellitus, melalui bermacam – macam cara atau media
misalnya : leaflet, poster, TV, kaset vidio, diskusi
kelompok.
5) Pemantauan Gula Darah Mandiri
Pemantauan glukosa darah mandiri adalah
pemeriksaan dan pencatatan hasil pemeriksaan
glukosa darah mandiri yang dilakukan sepanjang hari
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan regimen
pengobatan masing-masing penyandang diabetes dan
kemudian dianalisis untuk merencanakn penyesuaian
regimen pengobatan atau gaya hidup
7. Terapi Komplementer Pada Diabetes Melitus
1) Terapi Relaksasi Benson
Menurut Benson, H. and Proctor (2000) teknik Relaksasi
Benson merupakan teknik relaksasi yang digabung dengan
keyakinan yang dianut oleh pasien, relaksasi benson akan
menghambat aktifitas saraf simpatis yang dapat menurunkan
oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh menjadi
relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.
Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon
relaksasi dengan melibatkan factor keyakinan pasien.
2) Terapi Murottal Al Qur’an
Terapi murottal adalah salah satu terapi alternatif dalam
psikoterapi dengan media al-qur’an, teknik terapi murottal ini
dilakukan seperti teknik relaksasi dalam meditasi di bidang
kesehatan. Menurut Hidayati (2015) rangsangan suara pada
murottal akan meningkatkan pelepasan endorphin. Pelepasan
tersebut akan menyebabkan rileks, sehingga kadar kortisol,
epenefrin-norepinefrin, dopamine dan hormone pertumbuhan di
dalam serum akan mengalami penurunan.
3) Hidroterapi
Hidroterapi adalah sejumlah latihan fisik dengan berendam di
dalam air hangat, bentuk terapi fisik ini dapat membantu
penderita untuk mengatasi berbagai keluhan termasuk
peningkatan kadar gula darah. Terapi ini menggunakan air
dengan suhu yang berbeda-beda sebagai media terapinya,
manfaat dari hidroterapi ini dapat membantu meningkatkan
sirkulasi darah sehingga membersihkan tubuh dari racun
(toksin).
4) Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Teknik Progressive Muscle Relaxation (PMR)
merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi
pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan
tegangan pada kelompok otot, dan menghentikan
tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian
terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks,
merasakan sensasi relaks, dan ketegangan menghilang
( Richmond,2007 dalam Sugirto dkk, 2012).
8. Komplikasi yang dapat terjadi pada Diabetes Mellitus
1) Komplikasi akut
a) Hiperglikemia dan hiperglikemia ( Price Sylvia A,
2006
: 1267)
b) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh
darah besar, penyakit jantung
koroner( cerebrovaskuler, penyakit pembuluh
darah kapiler).
c) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh
darah kecil, retinopati, nefropati.

2) Neuropati saraf sensorik( berpengaruh pada


ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiovaskuler.
3) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a) Neuropati diabetik
b) Retinopati diabetik
c) Nefropati diabetik
d) Protenuria
e) Kelainan koroner ( Margareta TH & Rendi MC, 2012 :
169).
F. Konsep PMR (Progressive Muscle Relaxation)
1. Definisi Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Teknik Progressive Muscle Relaxation (PMR)
merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi
pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan
tegangan pada kelompok otot, dan menghentikan
tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian
terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks,
merasakan sensasi relaks, dan ketegangan menghilang
( Richmond,2007 dalam Sugirto dkk, 2012).
Relaksasi diketahui dapat membantu menurunkan
kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus karena
dapat menekan pengeluaran hormon – hormon yang
dapat menigkatkan kadar glukosa darah, yaitu epinefrin,
kortisol, glukagon, adrenocorticotropic hormone
(ACTH), kortikosteroid, dan tiroid. Dalam keadaan stres,
epinefrin bereaksi pada hati meningkatkan konversi
glikogen menjadi glukosa. Kortisol memiliki efek
meningkatkan metabolisme glukosa, sehingga asam
amino, laktat, dan pirufat di ubah didalam hati menjadi
glukosa (glukoneogenesis) akhirnya menaikan kadar
gula darah dengan cara mengkonversi glikogen di hati
( bentuk karbohidrat yang tersimpan pada mamalia)
menjadi glukosa, sehingga gukosa darah menjadi naik.
ACTH dan glukokortikoid pada korteks adrenal dapat
meningkatkan kadar glukosa darah dengan cara
meningkatkan pembekuan glukosa baru oleh hati. ACTH
dan glukokortiroid juga meningkatkan lipolysis dan
katabolisme karbohidrat( Brunner and suddarth’s, 2000
dalam Kosasih Cecep E dkk, 2008).
2. Manfaat PMR ( Progressive Muscle Relaxation) bagi kesehatan.
a. Manfaat relaksasi otot ini akan menginhibisi hipotalamus
untuk mengganti sekresi CRH (Corticotropin- releasing
hormone). Sehingga sekresi ACTH (
Andrenocorticotropic hormone) dan kortisol juga
berhenti. Hal ini akan berdampak pada penurunan glukosa
darah pasien.
b. Menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup
pasien yang menjalani dialysis (Sugirto dkk, 2012 : 2).
c. Mengurangi kecemasan yang berimplikasipada mual dan
muntah pada pasien yang mengalami kemoterapi (Sugirto
dkk, 2012. Hal 2).
d. Menurunkan tekanan darah pada pasien hipeetensi primer
di Kota Malang (Mashudi, 2012 : 687).
3. Prosedur Pelaksanaan PMR (Progressive Muscle Relaxation)
a. Gerakan pertama

Ditujukan untuk melatih otot tangan yang


dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri
sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta
membuat kepalan ini semakin kuat, sambil
merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
Lepaskan kepalan perlahan-lahan, sambil merasakan
rileks selama ± 8 detik. Lakukan gerakan 2 kali
sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
b. Gerakan kedua

Adalah gerakan untuk melatih otot tangan


bagian belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara
menekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan
bagian belakang dan lenga bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit. Lakukan penegangan ±
8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan
dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami. Lakukan gerakan ini 2
kali
c. Gerakan ketiga

Adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot


biceps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas
pangkal lengan. Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke
pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi
tegang. Lakukan penegangan otot ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

d. Gerakan keempat

Ditujukan untuk melatih otot-otot bahu.


Relaksasi untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu
dapatdilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu
setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa
hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian
gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi
di bahu, punggung atas, dan leher. Rasakan
ketegangan otot-otot tersebut
± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-
lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot
dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
e. Gerakan kelima sampai ke delapan

Adalah gerakan-gerakan yang di tujukan


untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot
wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata,
rahang, dan mulut Gerakan untuk dahi dapat
dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis
sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput, mata
dalam keadaan tertutup. Rasakan ketegangan otot-
otot dahi selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dart keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
f. Gerakan keenam

Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot


mata diawali dengan menutup keras-keras mata
sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata
dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
g. Gerakan ketujuh

Bertujuan untuk mengendurkan ketegangan


yang dialami oleh otot-otot rahang dengan
caramengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit
gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot- otot
rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan
dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
h. Gerakan kedelapan

Ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot


sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut. Rasakan ketegangan otot- otot sekitar mulut
selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
i. Gerakan kesembilan

Ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher


bagian belakang. Klien dipandu meletakkan kepala
sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk
menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan
ketegangan di bagian belakang leher dan punggung
atas. Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
j. Gerakan kesepuluh

Bertujuan untuk melatih otot leher bagian


depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara
membawakepala ke muka, kemudian klien diminta
untuk membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan
dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
k. Gerakan kesebelas

Bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.


Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat
tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga
tampak seperti pada gambar. Kondisi tegang
dipertahankan selama ± 8 detik, kemudian rileks.
Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi,
sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.
Rasakan ketegangan otot-otot punggung selama ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan
dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

l. Gerakan kedua belas

Dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada.


Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan
udara sebanyak- banyaknya. Tahan selama beberapa
saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan
dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
m. Gerakan ketiga belas

Bertujuan untuk melatih otot-otot perut.


Tarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian tahan
sampai perut menjadi kencang dan keras. Rasakan
ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
n. Gerakan keempat belas

Bertujuan untuk melatih otot-otot paha,


dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah
telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
Rasakan ketegangan otot-otot paha tersebut
selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secaraperlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.

o. Gerakan kelima belas

Bertujuan untuk melatih otot-otot betis,


luruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot
paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan
mengunci lutut.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
BAB III

METODOLOGI
A. Desain dan Jenis Penelitian

Desain dan jenis penulisan yang digunakan adalah literature review


merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya
yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam
menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti.
Topik yang dibahas dalam pembuatan literature review ini adalah tentang “pengaruh
teknik relaksasi otot progresif pada penurunan kadar gula darah penderita diabetes
melitus”

G. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dengan pencarian jurnal, yaitu sebagai berikut :


1. Sumber data base penelitian
Jurnal yang digunakan berjumlah 10 jurnal, diantaranya 1 jurnal international
(luar negeri) dan 9 jurnal dari dalam negeri. Dengan pembahasan tentang
pengaruh teknik relaksasi otot progresif pada penurunan kadar gula darah
penderita diabetes melitus. Jurnal penelitian yang digunakan dalam penyusunan
literature review didapatkan dengan pencarian jurnal, yaitu sebagai berikut:
a. Google : https://google.com
b. Google : https://scholar.google.co.id
2. Waktu publikasi
Waktu publikasi dari jurnal yang diambil sekitar 4 tahun (2016-2020).
3. Kriteria inklusi dan ekslusi
a. Kriteria Inklusi
1) Penelitian menggunakan besar sampel yang digunkana mulai dari 9
responden sampai 73 responden.
2) Penelitian teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar gula
darah penderita diabetes melitus
3) Penelitian dilakukan pada penderita diabetes
4) Publikasi atau terbitan jurnal pada tahun 2016-2020.
b. Kriteria eksklusi
1) Penelitian PMR untuk menurunkan tingkat nyeri
2) Penelitian PMR untuk menurunkan tingkat kecemasan
3) Laporan penelitian dalam bentuk monograf skripsi atau artikel.
4) Jurnal terbitan sebelum tahun 2016
4. Strategi penelusuran publikasi
Dalam penelusuran publikasi jurnal, desain penelitian yang di review
adalah semua jenis penelitian yang relevan dengan tema penelitian literature
review yaitu penelitian kuantitatif . Semua jenis sampel yang terkait penderita
diabetes dimasukan sebagai sampel yang diamati dalam literature review.
5. Merangkum dalam tabel Ringkasan Pustaka
Artikel yang masuk dalam kriteria inklusi dianalis dan disintesis kemudian
dirangkum dalam tabel ringkasan pustaka. Dari tabel rangkuman hasil penelitian
di atas diharapkan akan ditemukan sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan dasar
dalam melakukan intervensi keperawatan di rumah sakit.Intisari yang diambil dari
jurnal penelitian: judul penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat publikasi,
besar sampeldari kelompok intervensi maupun kelompok kontrol, metode
penelitian, alat yang digunakan selama penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian
lengkap dengan signifikansinya.
6. Hasil dan Pembahasan
Menjawab tujuan khusus kaitannya dengan penurunam kadar gula darah.
BAB IV

RINGKASAN PUSTAKA HASIL DAN PEMBAHASAN


Besar
Studi / Tempat Metode penelitian/ alat
NO sampel/ Usia Intervensi Kontrol Outcome
penulis penelitian ukur
partsipan
1 Pengaruh Rumah sakit k 10 orang - Dilakukan Hanya di Metode yang dilakukan Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
Teknik GRANDME relaksasi berikan pada penelitian ini adalah 0,001 ≤ α = 0,05 maka dapat disimpulkan
Relaksasi Otot D Lubuk otot injeksi dengan cara secara Quasi bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi
Progresif Pakam progresif insulin experiment. otot progresif terhadap kadar gula darah
Terhadap tahun 2019. Pada penelitian ini teknik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
Penurunan pengambilan sampel yang rumah sakit GRANDMED Lubuk Pakam
Kadar Gula digunakan nonprobability tahun 2019.
Darah Pada sampling yaitu purposive
Pasien sampling.
Diabetes Penelitian ini dilakukan
Mellitus Tipe selama 2 minggu.
2 Di Rumah
Sakit
Granmed
Lubuk Pakam,
Tati Murni
Karokaro
2019
2 Pengaruh RSUD Sampel - - Penelitian ini merupakan Menunjukkan p-value = 0,001 < 0,05, hal
Terapi Banyudono dalam diukur penelitian quasi ini menunjukkan Ho ditolak, sehingga
Relaksasi penelitian ini kadar eksperimental. Rancangan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
Progresif adalah 18 gula penelitian yang digunakan rata-rata kadar gula darah pre test dan
Terhadap orang. darah adalah one-group pretest- post test penderita diabetes mellitus tipe
Kadar Gula posttest design. 2.
Darah Pasien Rancangan ini
Diabetes
puasa menggunakan satu
Mellitus Tipe sebanyak kelompok sampel yang
2, dua kali, diukur kadar gula darah
Wahyuningsih yaitu puasa sebanyak dua kali,
Safitri 2019 sebelum yaitu sebelum diberikan
terapi relaksasi progresif
diberikan (pretest) dan sesudah
terapi diberikan terapi relaksasi
relaksasi progresif (posttest).
progresif Teknik sampling yang
dalam penelitian ini
(pretest)
dengan menggunakan
dan purposive sampling
sesudah
3 Pengatuh Di Wilayah 9 orang >55 Dilakukan Tidak di Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Relaksasi Otot Puskesmas pengukura lakukan kuasi eksperimen dengan pasien diabetes melitus (DM) yang diberi
Progresif Woha – n gula relaksasi pre and post control group latihan Relaksasi otot progresif selama
Terhadap Bima darah otot tiga hari dengan frekuensi latihan dua
Penurunan sebelum progresif kali sehari dan durasi masing-masing sesi
Kadar Gula dan ± 15 menit memperlihatkan adanya
Darah Pada sesudah perbedaan ratarata KGD baik KGD jam
Pasien dilakukan 08.00, 12.00, dan 17.00 sebelum dan
Diabetes intervensi setelah latihan Relaksasi otot progresif,
Melitus, Ns. relaksasi yaitu mengalami penurunan kadar
Junaidin otot glukosa darah
Tahun 2018 progresif
4 Pengaruh Di Panti 12 orang lansi Dilakukan - Jenis penelitian ini adalah Hasil uji statistik dengan menggunakan
Progressive Sosial lansia a pengeceka Pre Eksperimental Design uji paired T-Test didapatkan nilai p value
Muscle Tresna n gula dengan rancangan One 0,00 p <0,05 sehingga dapat disimpulkan
Relaxation Werda Sabai darah pre Group Pretest – Postest bahwa ada pengaruh pemberian terapi
Terhadap Gula Nan Aluih dan post Design. Rancangan ini progressive muscle relaxation terhadap
Darah Pada Sicincin intervensi hanya memiliki satu gula
Pasien kelompok eksperimen, darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di
Diabetes sebelum diberikan Panti Sosial Tresna Werda (PSTW)
Mellitus Tipe perlakuan terapi relaksasi Sabai
2 Tahun 2016, otot progresif terlebih Nan Aluih Sicincin Tahun 2016.
Ridha dahulu pretest, kemudian
Hidayati setelah selesai diberikan
perlakuan terapi relaksasi
otot progresif maka
dilakukan posttest.
Pengambilan sampel
menggunakan total
sampling.
5 Pengaruh Desa Sampel 60- Dilakukan - Penelitian ini merupakan Hasil analisa paired t-test pada
Latihan Ngemplak penelitian ini 74 relaksasi penelitian kuantitatif respondeen diperoleh p value = 0,000
Teknik sebanyak 19 otot dengan quasy experiment atau p< α = 0,05, sehingga disimpulkan
Relaksasi Otot
, orang progresif one group pretest-postest bahwa terdapat pengaruh latihan teknik
Progresif Karangno selama 15 design. relaksasi otot progresif terhadap kadar
Terhadap ngko menit Populasi dalam penelitian gula darah pada lansia penderita diabetes
Penurunan sebanyak 3 ini adalah lansia warga melitus.
Kadar Gula kali dalam Desa
Darah Pada 3 hari NgemplakKarangnongko
Lansia berturut- yang menderita DM
Penderita turut sebanyak 79 orang.
Diabetes yang diambil dengan
Mellitus, teknik purposive sampling.
Arlina Dhian Kriteria inklusi pasien
Sulistyowati berusia 60-74 tahun, kadar
2018 gula darah >200 mg/dl,
menderita Diabetes
Melitus tipe 1 dan 2.

6 Pengaruh Bengkulu Sampel yang - Dilakuka - Jenis penelitian yang Hasil uji statistik didapatkan nilai P value
Progressif akan diteliti n digunakan adalah pre 0,000 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka
Muscle berjumlah pengukura eksperiment menggunakan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
Relaxation 10 orang n gula pre dan post test design progressive muscle relaxation (PMR)
(PMR) menggunaka darah dengan pemberian terhadap perubahan kadar glukosa darah
Terhadap n tehnik sebelum progressive muscle pada pasien Diabetes Melitus di
Perubahan Purposive dan relaxation (PMR) pada Puskesmas Perawatan Lais.
Kadar sampling sesuadah pasien Diabetes Melitus.
Glukosa intervensi
Darah Pada yang
Pasien dilakukan
Diabetes selama 15
Melitus, Feny menit
Marlena 2020. sehari satu
kali dalam
3 hari
7 Efektivitas Kelurahan Sampel 15- Dilakukan Tidak Penelitian quasi Menunjukan bahwa terdapat perbedaan
Relaksasi Otot Kota Baru penelitian 64 pretest dan dilakukan experiment pre test and signifikan antara kelompok intervensi
Progresif Kecamatan dipilih postetst relaksasi post test with control dengan kelompok kontrol dengan nilai p
Terhadap Pontianak secara setelah otot group design. Sebanyak 24 0,000* (<0,05). Selisih kadar gula
Kadar Gula Selatan porpusive dilakukan progresif responden yang dibagi darah antar kelompok setelah
Darah: sebanyak 24 intervensi menjadi dua kelompok (12 diberikan terapi relaksasi otot
Penelitian orang sesuai SOP intervensi yang diberikan progresif yaitu -43,6 mg/dl.
Quasi terapi relaksasi otot
Eksperimen progresif dan 12 kontrol).
Pada Penderita
Diabetes
Militus Tipe 2
Usia Produktif
Rini Meilani
2020
8 Pengaruh RS PKU 73 orang 36- Dilakukan Hanya Penelitian kuantitatif Berdasarkan hasil analisa diketahui
relaksasi otot Muhammadi 70 pre dan dilakukan dengan rancaangan quasi bahwa nilai p hitung< p signifikan
progresif yah post tes pengeceka eksperimen dengan dimana p<0,05 hal ini berarti dapat
terhadap kadar Yogyakarta setelah n gula pretest-postest control. disimpulkan ada pengaruh relaksasi otot
gula darah intervensi darah Penganmbilan sampel progresif terhadap kadar gula darah pada
pasien DM menggunakan tknik non kelompok intervensi memperlihatkan
tipe 2 probality sampling adanya perbedaan setelah diberikan
perlakuan.
9 Pengaruh Sampel - Dilakukan - Jenis penelitian ini adalah Hasil uji statistik menggunakan paired t-
Latihan penelitian ini intervensi quasy eksperiment dengan test menunjukkan bahwa nilai p<0,05
Relaksasi Otot sebanyak 30 selama 3 pendekatan one group pre- yang berarti ada perbedaan signifikan
Progresif orang kali dalam post test. Populasi dalam rata-rata
Terhadap seminggu penelitian ini adalah Kadar gula darah sebelum dan setelah
Kadar Gula seluruh pasien DM Tipe II. dilakukan latihan relaksasi otot progresif
Darah Dan Sampel penelitian ini
Ankle sebanyak 30 orang yang
Brachial Index diambil dengan teknik
Pada Pasien purposive sampling
Diabetes dengan kriteria inklusi
Melitus Tipe pasien yang sudah
Ii” GV terdiagnosa diabetes
simanjuntak melitus tipe 2 ≥ 10 tahun
yang menjalani terapi obat,
10 Progressive Rs Ukuran - Dilakuakn - Penelitian ini adalah kelompok perawatan rata-rata KGD
Muscle Dr.salamun sampel 48 intervensi "Quasy Experimental with sebelum relaksasi otot progresif adalah
Relaxation bandung ditentukan selama 20- pre and post test 262,00 mg/dl dan KGD rata-rata setelah
Effectiveness pada tingkat 30 menit randomized control group relaksasi otot progresif adalah 183,87
of the Blood kepercayaan dalam 3 design". latihan terapi mg/dl, sedangkan kelompok kontrol rata-
Sugar Patients 0,05, 24 hari relaksasi rata KGD sebelum intervensi adalah
with Type 2 sampel progressivemuscle dengan 151,41mg/dl, dan KGD rata-rata setelah
Diabetes, Nani dibagi durasi 25 - 30 menit dalam intervensi adalah 180 mg/dl.
Avianti, menjadi satu latihan, gunakan 14
Desmaniarti eksperiment gerakan tubuh menunjukkan bahwa dalam kelompok
Z., Hotma al kelompok . Latihan PMR yang perawatan setelah Wilcoxon
Rumahorbo kontrol 24 dilakukan selama tiga hari menandatangani nilai rank test p = 0,000
2016 sampel. berturut-turut selama 6 kali (p < 0,05), maka ada perbedaan yang
setiap pagi dan sore hari, signifikan antara KGD rata-rata sebelum
setelah program pelatihan setelah relaksasi otot progresif. Dalam
selesai , lakukan kelompok kontrol setelah Wilcoxon
pengukuran glukosa darah menandatangani nilai peringkat p =
ke-4 0,000 (p < 0,05), yang berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara KGD
rata-rata sebelum setelah intervensi.

Tabel 7 menunjukkan bahwa setelah tes


Mann-Whitney, nilai p = 0,000 (p <
0,05), yang berarti bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara kesenjangan rata-
rata pasien diabetes KGD tipe 2 dalam
kelompok perawatan dan kelompok
kontrol
A. HASIL (Analisa)

1. Fisiologi penurunan kadar gula darah melalui penerapan teknik relaksasi


Penurunan kadar gula darah setelah dilakukan relaksasi otot progresif
dikarenakan latihan relaksasi otot progresif akan menghambat jalur umpan balik
stress dan membuat tubuh pasien rileks. Sistem parasimpatis akan mendominasi
pada keadaan seseorang yang rileks dimana beberapa efek yang ditimbulkan
adalah menurunkan kecepatan kontraksi jantung dan merangsang sekresi hormon
insulin. Dominasi system saraf parasimpatis akan merangsang hipotalamus untuk
menurunkan sekresi corticotrophin releasing hormone (CRH). Penurunan CRH
akan mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi sekresi hormone
adenokortikotropik (ACTH).
Keadaan ini dapat menghambat korteks adrenal untuk melepaskan
hormone kortisol. Penurunan hormon kortisol akan menghambat proses
glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel, sehingga kadar
gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas normal. (Guyton
& Hall. 2007 dalam jurnal Galvani Volta Simanjuntak, dkk. 2017)
2. Proses penurunan menurunkan kadar gula menggunakan tehnik relaksasi
otot progresif.
Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neurofatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM
adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan series pada pola aktivitas pasien. Salah satu aktivitas untuk
menurunkan kadar glukosa darah dengan melakukan latihan jasmani atau dengan
melakukan progressive muscle relaxation (Latihan otot progresive) dimana
dengan melakukan PMR ini dapat merelaksasi otot dan menginhibiti hipotalamus
untuk mengganti sekresi CRH (kortikotropin hormone). Sehingga sekresi ACTH
(adrenokortikotropik hormone) dan kortisol juga berhenti. Hal ini akan
berdampak pada penurunan glukosa darah.
Progressive Muscle Relaxation (PMR) ini dapat membantu mengurangi
ketegangan otot, lebih rileks, menurunkan tekanan darah, meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga status fungsional,
kadar glukosa darah normal dan kualitas hidup lebih meningkat (Smeltzer &
Bare, 2008 dalam jurnal Ridha Hidayati, 2018)
Hal diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh K. Tati Murni,
dkk (2019) bahwa terdapat penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2
setelah dilakukannya Teknik relaksasi progresif.
Menurut Rini Meylani, dkk dalam jurnal efektivitas relaksasi otot
progresif terhadap kadar gula darah: penelitian quasi eksperimen pada penderita
diabetes militus tipe 2 usia produktif (2020) teknik otot progresif pengaruh pada
penurunan kadar gula darah sewaktu. Aktivitas fisik dapat mempengaruhi nilai
kadar gula darah sewaktu dan dikendalikan dengan melakukan latihan jasmani
(terapi relaksasi otot progresif) secara teratur dan kontinu karena pada saat
istirahat ambilan glukosa oleh otot jaringan membutuhkan insulin sedangkan
pada otot aktif walaupun terjadi peningkatan kebutuhan glukosa, tetapi kadar
insulin tidak meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan kepekaan dan
perubahan permeabilitas membran sel pada saat melakukan aktivitas terapi
relaksasi otot progresif.
3. Prosedur melakukan tehnik relaksasi otot progresif untuk menurunkan
kadar gula.
a. Gerakan pertama
Ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta
membuat kepalan ini semakin kuat, sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi. Lepaskan kepalan perlahan-lahan, sambil merasakan rileks selama ± 8
detik. Lakukan gerakan 2 kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. Prosedur serupa juga
dilatihkan pada tangan kanan.
b. Gerakan kedua
Adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lenga bawah
menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Lakukan penegangan ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. Lakukan gerakan ini 2
kali
c. Gerakan ketiga
Adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot besar yang
terdapat di bagian atas pangkal lengan. Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa
kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-
lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
d. Gerakan keempat
Ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk mengendurkan bagian
otot-otot bahu dapatdilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-
tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga.
Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu,
punggung atas, dan leher. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
e. Gerakan kelima sampai ke delapan
Adalah gerakan-gerakan yang di tujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah.
Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut
Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis
sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput, mata dalam keadaan tertutup.
Rasakan ketegangan otot-otot dahi selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dart
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
f. Gerakan keenam
Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-
keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata. Lakukan penegangan otot ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
g. Gerakan ketujuh
Bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot rahang
dengan caramengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga
ketegangan di sekitar otot- otot rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut
± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
h. Gerakan kedelapan
Ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut. Rasakan ketegangan otot- otot sekitar mulut selama ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
i. Gerakan kesembilan
Ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian belakang. Klien dipandu
meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk
menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
klien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung
atas. Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
j. Gerakan kesepuluh
Bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan. Gerakan ini dilakukan
dengan cara membawakepala ke muka, kemudian klien diminta untuk
membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
k. Gerakan kesebelas
Bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan
dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak seperti pada gambar.
Kondisi tegang dipertahankan selama ± 8 detik, kemudian rileks. Pada saat
rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi
lemas. Rasakan ketegangan otot-otot punggung selama ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan
otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
l. Gerakan kedua belas
Dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada. Tarik nafas panjang untuk mengisi
paru-paru dengan udara sebanyak- banyaknya. Tahan selama beberapa saat,
sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada
saat ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
m. Gerakan ketiga belas
Bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Tarik kuat-kuat perut ke dalam,
kemudian tahan sampai perut menjadi kencang dan keras. Rasakan ketegangan
otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
n. Gerakan keempat belas
Bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan
kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Rasakan
ketegangan otot-otot paha tersebut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secaraperlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
o. Gerakan kelima belas
Bertujuan untuk melatih otot-otot betis, luruskan kedua belah telapak kaki
sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan
dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Fisiologi penurunan kadar gula darah melalui penerapan teknik relaksasi

Penurunan hormon kortisol akan menghambat proses glukoneogenesis

dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel, sehingga kadar gula darah yang

tinggi akan menurun dan kembali dalam batas normal. (Guyton & Hall. 2007

dalam jurnal Galvani Volta Simanjuntak, dkk. 2017)

2. Proses penurunan menurunkan kadar gula menggunakan tehnik relaksasi

otot progresif.

Progressive muscle relaxation (PMR) merupakan salah satu terapi yang

dapat diberikan kepada pasien diabetes melitus untuk menurunkan kadar glukosa

darah. Peregangan yang ada dalam gerakan PMR dapat meningkatan kebutuhan

glukosa dengan cara mengaktifkan pergerakan otot sehingga glukosa dalam darah

dipakai sebagai energi. Oto-totot yang aktif akan mempengarugi sirkulasi insulin

dengan cara meningkatkan produksi nitric oxide dan pembuluh darah menjadi

dilatasi sehingga membantu masuknya gula ke dalam sel, karena pada otot yang

aktif sensitifitas reseptor insulin pun akan meningkat sehinga pengambilan gula

meningkat 7-20 kali lipat (Price, 2015)

3. Prosedur melakukan tehnik relaksasi otot progresif untuk menurunkan

kadar gula.

Prosedur teknik progressive muscle relaxation (PMR) terdiri dari 15


gerakan.Dari hasil analisis pada 10 jurnal penelitian Pengaruh Pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus ,jurnal penelitian yang dilakulan Rini Meilani dengan judul
efektivitas relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah: penelitian quasi
eksperimen pada penderita DM tipe usia produktif didapatkan hasil bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol dengan nilai p 0,000 (<0,05). Selisih kadar gula darah antar kelompok
setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif yaitu -43,6 mg/dl menunjukan
bawah terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diberikan terapi
relaksasi otot progresif dan kelompok kontrol.Jadi dapat disimpulkan bahwa
Teknik Relaksasi Otot Progresif memiliki pengaruh terhadap penurunan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus
H. SARAN

1. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan STIKes Budi Luhur Cimahi sebagai lembaga yang
bergerak dalam menciptkan dan mencetak tenaga kesehatan profesional.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya, institusi pendidikan harus mampu
mengamalkan tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat. Hasil dari literature review ini diharapkan dapat
menjadi pembelajaran dan referensi.
2. Masyarakat
Sebagai salah satu jurnal yang meberikan pengetahuan tentang
pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah
pada diabetes mellitus.Dalam penanganan penurunan kadar gula darah pada
Diabetes Mellitus diharapkan hasil literature review ini dapat dijadikan
informasi dan masukan bagi pembaca tentang penanganan DM.
DAFTAR PUSTAKA

Ridha Hidayati.2018. PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION


TERHADAP GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDA SABAI NAN ALUIH SICINCIN TAHUN 2016. Vol. XII, No.
4 April 2018 ISSN 1693-2617 E-ISSN 2528-7613. MENARA Ilmu

Feny Marlena.2020.Pengaruh Progressif Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Perubahan


Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus. E-ISSN: 2746-2579 Vol. 1, No.2,
September 2020. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)

Ns. Junaidin.2018.PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI
WILAYAH PUSKESMAS WOHA – BIMA TAHUN 2018. Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511
April 2018. JIME

Wahyuningsih Safitri.2019.Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Kadar Gula Darah


Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Volume 16; No 2. PROFESI (Profesional Islam): Media
Publikasi Penelitian

Tati Murni Karokaro.2019. PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT GRANDMED LUBUK PAKAM. e-ISSN: 2655-
0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi
(JKF)

Arlina Dhian Sulistyowati.2018.PENGARUH LATIHAN TEKNIK RELAKSASI OTOT


PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAHPADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELITUS. VOL. 13 NOMOR 27, SEPTEMBER 2018. MOTORIK

Sukarmiasih.2019.Penerapan Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap gula darah


pada pasien Diabetes Mellitus di Desa Puncel Kecamatan Dukuh seti Kabupaten Pati. P-ISSN
2355-8040 Vol. 6 No. 2 Juli 2019. Jurnal Profesi Keperawatan (JPK) Akademi Keperawatan
Krida Husada Kudus.
Rini Meilani. 2020.EFEKTIVITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
KADAR GULA DARAH: PENELITIAN QUASI EKSPERIMEN PADA PENDERITA
DIABETES MILITUS TIPE 2 USIA PRODUKTIF. Vol. 2 No. 2 Tahun 2020. BORNEO
NURSING JOURNAL (BNJ)

Nani Aviani.2016. Progressive Muscle Relaxation Effectiveness of the Blood Sugar Patients
with Type 2 Diabetes. DOI: 10.4236/ojn.2016.63025. Open Journal of Nursing, 2016, 6, 248-
254

Galvani Volta Simanjuntak.2017 PENGARUH LATIHAN RELAKSASI OTOT


PROGRESIF TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN ANKLE BRACHIAL INDEX
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II”. ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445
Vol. VIII No. 1 2017. Idea Nursing Journal

Nur Agustina .2019. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pasien
DM Tipe II Di RS Muhammadiyah Yogyakarta: Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai