Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY.Y DENGAN DM TIPE II

1. Definisi
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik
kronik yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin
dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. (Medical Surgical Nursing , Brunner and
Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan
gangguan heterogen yang secara klinis ditandai dengan
ketidak normalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu
hiperglikemia (Lewis, 2000,hal.1367).
Berdasarka tipe, Diabetis Melitus terbagi atas:
a. DM tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
- Disebut juga Juvenile Diabeties, berkembaang pada
masa kanak kanak dan sebelum usia 30 tahun.
- Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak
dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat
sedikit.
b. DM tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus
(NIDDM)
- Biasanya terjadi diatas usia 35 tahun ke atas.
- Terjadi resistensi terhadap kerja insulin normal
karena interaksi insulin pada sel kurang efektif
sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan
berkurangnya produksi insulin relatif.

2. Etiologi
DM tipe I :
a. Faktor Genetik
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human
Leukosit Antigen ) yangn merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas transplantasi dan proses imun.
b. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. ( Masih
dalam proses penelitian)
c. Faktor Imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara beraksi terhadap jaringan yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.

DM tipe II :
a. Faktor genetik : memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
b. Faktor usia : resistensi insulin cenderung meningkat
pada usia diatas 65 tahun.
c. Obesitas : berkaitan dengan resistensi insulin, maka
kemungkinan besar terjadi gangguan toleransi glukosa.
3. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis
DM Tipe I :
a. Poliuria, polidipsia terjadi akibat kontrasepsi glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
yang disebut diuresis osmotik.
b. Polifagia :akibat menurunnya simpanan kalori dan
defesiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunana berat badan
c. Kelelahan dan kelemahan.
d. Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperfentilasi, napas
berbau aseton, perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian yaitu akibat dari ketoasidosis, yang merupakan
asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh
bila jumlahnya berlebihan.
DM Tipe II :
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dan
progresifmaka DM Tipe dapat berjalan tanpa terdeteksi
dengan gejala ringan seperti :
a. Kelelahan
b. Iritabilitas
c. Poliuria
d. Polidipsia
e. Luka pada kulit yang lama sembuh
f. Infeksi vagina
g. Pandangan kabur ( jika kadar gulanya sangat tinggi
sekali).
4. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh beta di
pulau langerhans. Insulin diproduksi terus menerus sesuai
tingkat kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM
produksi insulin terganggu atau tidak diproduksi.
Defisiensi insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat
masuk sel melalui siklus krebs dan akan mengakibatkan
sel mengakomodasi protein dan lemak dari jaringan
adipose untuk dipakai sebagai sumber energy. Pemecahan
ini akan menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton
sehingga menimbulkan ketoasidosis.
Pada DM tipe I (IDDM) adalah penyakit autoimun yang
ditentukan secara genetic dan gejala yang pada akhirnya
menuju pada proses tahap kerusakan imunologik sel sel
yang memproduksi insulin, yaitu kerusakan pada sel
Langerhans sehingga terjadi penurunan sekresi atau
defesiensi insulin sehingga metabolisme insulin menjadi
terganggu. Bila sekresi insulin berkurang atau tidak ada,
maka konsetrasi glukosa dalam darah akan meningkat (
hyperglikemia ), keadaan hiperglikemia menyebabkan
tekanan ekstra sel meningkat, karena peningkatan
tekanan ini sehingga cairan dari ektrasel di Tarik kedalam
darah sehingga terjadi gangguan reabsorbsi pada ginjal
sehingga kemampuan reabsorbsi melebihi batas ambang
ginjal dan akan tampak glukosuria akibat dari ginjal tidak
dapat menyaring semua glukosa yang keluar, ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin.
Ekskresi ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan ( diuresis osmotic) sebagai akibat
dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan
rasa haus (polidipsi). Pasien mengalami penurunan berat
badan akibat defisiensi insulin menyebabkan gangguan
metabolisme protein dan lemak. Oleh karena menurunnya
simpanan kalori pasien mengalami banyak makan
(polifagia). Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glukogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogenesis (pembentukan glukosa baru) yang dapat
menyebabkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan
produksi keton dengan tanda dan gejala : nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, bila tidak
ditangani dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
bahkan kematian. Pemecehan lemak yang tidak sempurna
akan meyebabkan peningkatan asam lemak bebas dan
menimbulkan aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke
seluruh tubuh terganggu, pada organ ginjal akan terlihat
adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya
fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ
mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ektermitas bawah
yang buruk mengakibatkan neuropati perifer dengan gejala
antara lain : kesemutan, parastesia, baal, penurunan
sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari
gangguan sirkulasi ekstermitas bawah yaitu lamanya
penyembuhan luka karena kurangnya O2 dan
ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang
mengakibatkan gangren. DM tipe II (NIDDM) terjadi
resistensi insulin yang secara normal akan terkait dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolism
glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
5. Pathway

DM Tipe I DM
Tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetic d

Sel β pancreas hancur


Jmlh sel pancreas
menurun

Definisi Insulin

Katabolisme protein meningkat


Hiperglikemi Liposis Meningkat

Penurunan BB
Pembatasan diit
Fleksibilitas darah
merah
Intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang

Pelepasan O2

Poliuria Deficit volume cairan


Hipoksia perifer
Perfusi jaringan
perifer tidak efektif
Nyeri
6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Kadar gula darah

- Gula darah puasa di atas 140 mg/dl.


- Gula darah sewaktu di atas 200 mg/dl.
- Gula darah 2 jam PP lebih dari 200 mg/dl
- Tes toleransi glukosa lebih dari 200 mg/dl
- HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu
terkaitnya glukosa dengan Hb. (Normal :3,8-8,4
mg/dl).
- Urinalisa : glukosuria dan keton uria.

7. Komplikasi

DM Tipe I

- DKA (Diabetik Ketoasidosis) : gangguan metabolic


yang berat, ditandai dengan adanya hiperglikemia,
hiperosmolaritas dan asidosis metabolic terjadi akibat
liposis yang hasil metabolisme akhirnya adalah badan
keton.

DM Tipe II

- HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non ketotik)


Terjadi jika asupan cairan kurang dan dehidrasi,
memungkinkan resiko terjadinya koma. Dehidrasi
terjadi akibat hiperglikemia, sehingga cairan intrasel
berpindah dan ke ekstrasel. Juga karena diuresis
osmotic (konsentrasi glukosa darah melebihi ambang
ginjal) dapat terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
dalam jumlah yang besar.
a. Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan
aterosklerosis pada arteri-arteri besar. Penderita
NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih
dari pada penderita IDDM. Insulin memainkan
peranan utama dalam metabolisme lemak dan lipid.
Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan
sebagai factor dalam timbulnya hipertensi yang dapat
mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen
pembuluh darah besar membahayakan pengiriman
oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan
ischemia jaringan, dengan akibatnya timbul berupa
penyakit cerebro vascular, penyakit arteri coroner,
stenosis arteri renalis dan penyakit penyakit vaskuler
perifer.
b. Perubahan mikrovaskuler
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran
basal pembuluh kapiler, sering terjadi pada penderita
IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya
neuropati, retinopati diabetic.
1) Nefropati
Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat
jenis lesi yang sering timbul adalah pyelonefritis, lesi-
lesi glomerulus, arteriosclerosis, lesi-lesi tubular yang
ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat
secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.

2) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer,
sistem syaraf otonom, medula spinalis atau sistim
saraf pusat.
Neoropati sensorik/neuropati perifer. Lebih sering
mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia
(rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa
terbakar terutama pada malam hari, penurunan
fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta
gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda
yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan
sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat
menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung,
penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat
penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera
dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.

3) Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh
darah kecil pada retina selain retinopati, penderita
diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak
yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
9. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

- Riwayat keluarga penderita Dm.

- BB turun pada DM Tipe I.

- Obesitas pada DM Tipe II.

- Biasa terjadi pada usia dibawah 30 tahun pada DM Tipe I.

- Terjadi di atas usia 35 tahun pada DM Tipe II.

b. Pola nutrisi metabolic

-Polifagia

-Polidipsi

-Mual,muntah

-Berat badan turun atau obesitas.

c. Pola eliminasi

-Poliuria

-Berkemih pada malam hari.

d. Pola aktivitas –latihan

- Keluhan tiba-tiba lemas, cepat lelah.

-Kurang olah raga

-Kram otot.

e. Pola tidur dan istirahat

- Gangguan pola tidur karena nokturia.

f. Pola persepsi kognitif

- Pusing/hipotensi

- Nyeri daerah luka operasi /gangguan post amputasi.

- Baal, kesemutan pada ekstremitas bawah, keluhan gatal.

- Nyeri abdomen.
- Pandangan kabur.

g. Pola persepsi diri-konsep diri

- Cemas akan luka yang lama sembuh.

- Mekanisme koping yang tidak efektif : cemas tentang

penyakitnya.

h. Pola peran dan hubungan sesame

- Hubungan dengan keluarga

- Hubungan dengan suami istri.

i. Pola reproduksi – seksual

- Impotensi pada pria

- Riwayat libido menurun.

10. Diagnosa Keperawatan

a. Hipoglikemi dan Hiperglikemi berhubungan dengan tidak


adekuatnya factor insulin dan insulin yang resisten.

b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan aliran darah arteri.

c. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik tentang proses


penyakit, pencegahan, pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan


vaskularisasi/gangguan sikulasi

e. Nyeri berhungan dengan adanya luka operasi post amputasi.

f. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya


kadar gula darah dan adanya luka post operasi.

g. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotic


diuresis.

h. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral yang


disebabkan adanya aterosklerosis.
i. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan
dengan peningkatan tahanan perifer, aterosklerosis.

11. Intervensi Keperawatan

a. Hipoglikemi dan Hiperglikemi berhungan dengan tidak


adekuatnya faktor insulin yang resisten.

Hasil yang diharapkan :

- Tidak terjadi hipoglikemi/hiperglikemi.


- Kadar gula darah dalam batas normal : GDS < 140
mg/dl, Gula darah 2 jam PP < 200 mg/dl.

Intervensi :

1. Kaji intake makanan pasien.


Rasional : Untuk melihat atau indikasi terjadinya
hipoglikemi bila makanan yang dihidangkan tidak habis.
2. Beri makanan sesuai diet.
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemi/hiperglikemi.
3. Amati dan kaji tanda dan gejala hipo/hiperglikemi : pucat,
keringat dingin, sakit kepala, gemetaran, cenderung tidur,
Rasional : Reaksi insulin dapat terjadi secara tiba-tiba yaitu
hipo/hiperglikemi yang dapat berakibat fatal.
4. Monitor dan catat kadar gula darah perifer, glukosuria.
Rasional : Menentukan diagnosa dan perencanan
keperawatan selanjutnya.
5. Beri dan pertahankan pemberian cairan melalui IV (NaCl
0,9%).
Rasional :Hiperglikemi menyebabkan dehidrasi yang
berhubungan dengan efek hiperosmola.
6. Beri insulin atau terapi peroral.
Rasional : Insulin meningkatkan pemasukan glukosa ke
dalam sel dan menurunkan glukoneogenesi.

b.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan aliran darah arterial.

Hasil yang diharapkan :

Klien menunjukan kesadaran tentang faktor-faktor


keamanan/perawatan kaki yang tepat, permukaan kulit utuh.

Intervensi :
1. Tinggikan kaki saat duduk dikursi, hindari periode
penekanan yang lama pada kaki yang cedera.
Rasional : Meminimalkan gangguan aliran darah.
2. Anjurkan pasien untuk menghindari baju atau kaos kaki
yang ketat dan sepatu yang sempit.
Rasional : Gangguan sirkulasi dan penurunan sensasi nyeri
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
3. Kaji tanda dehidrasi, pantau intake dan output cairan,
anjurkan cairan peroral.
Rasional : Glukosuria dapat mengakibatkan dehidrasi yang
menurunkan volume sikulasi dan selanjutnya
mengakibatkan perubahan perfusi perifer.
4. Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.
Rasional : Daerah insisi yang bersih dan kering mengurangi
resiko infeksi sehingga mempercepat proses penyembuhan
luka.

c.Ketidak efektifan manajemen regimen terapeutik tentang proses


penyakit, pencegahan, pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi.

Hasil yang diharapkan:

Pengetahuan klien meningkat dalam waktu 1 hari dengan kriteria


klien dapat menjelaskan kembali tentang perawatan luka operasi,
dan pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan.

Intervensi :

1. Beri penjelasan yang mudah dimengerti sesuai latar


belakang pendidikan klien.
Rasional : Bahasa yang mudah dimengerti membantu dalam
pemahaman klien.
2. Jelaskan pada klien tentang perawatan luka operasi.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan/pemahaman klien
tentang perawatn luka operasi.
3. Jelaskan pada pasien pentingnya pengobatan yang teratur.
Rasional : Mencegah terjadinya hipo/hiperglikemi.
4. Tekankan pentingnya aktifitas dan latihan
Rasional : Latihan menstimulasi metabolisme karbohidrat ,
menstabilkan berat badan.
d.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
vaskularisasi/gangguan sirkulasi.

Hasil yang diharapkan :

Tidak ada kemerahan disekitar kulit, luka jahitan bersih dan


tidak ada tanda-tanda infeksi.

Intervensi :

1. Kaji daerah sekitar kulit.


Rasional : Pengkajian terus menerus secara
berkesinambungan memudahkan deteksi awal jika terjadi
gangguan dalam proses penyembuhan luka.
2. Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.
Rasional : Daerah operasi yang bersih dan kering
mengurangi resiko infeksi sehingga mempercepat proses
penyembuhan luka.
3. Gunakan teknik aseptik dalam merawat luka.
Rasional : Mencegah infeksi silang dan mencegah transmisi
infeksi bakterial pada luka operasi.
4. Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
Rasional : Menurunkan jumlah organisme.

e.Nyeri berhubungann dengan adanya luka post operasi.

Hasil yang diharapkan:

Nyeri berkurang dalam waktu 3 hari dengan kriteria ekspresi


wajah tampak rileks, tidak kesakitan pasien dapat beristirahat.

Intervensi :

1. Kaji keluhan dan karakteristik nyeri (intensitas dan lokasi


)dan skala 0-10.
Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Rasional : perubahan TTV menunjukkan intensitas nyeri
yang tinggi.
3. Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi.
Rasional : Mengurangi rasa nyeri.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Lingkungan yang tenang membantu mengurangi
stress akibat nyeri.
5. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgeti.
Rasional : Analgetik membantu mengurangi nyeri.

f.Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotik


diuresis.

Hasil yang diharapkan :

Klien tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi ditandai dengan :


mukosa lembab, TTV dalam batas normal.TD. 120/80 mmHg, SB.
36-37°C.

1. Observasi TTV tiap 4 jam.


Rasional : Hipovolemik mengakibatkan hipoksia dan
takikardia.
2. Kaji membran kulit/membrane mukosa dan pengisian
kapiler.
Rasional : Mengetahui hidrasi sirkulasi tubuh yang adekuat.
3. Kaji tanda-tanda hipovolemik glukosa darah kurang atau
sama dengan 60 mg/dl.
Rasional : Mendeteksi tanda hipoglikemia : pucat,
takikardia, lapar, palpitasi, lemah, gemetaran, pandangan
kabur.
4. Pertahankan pemasukan cairan : 2,5-3 liter/hari.
Rasional : Memenuhi status cairan dalam tubuh.
5. Kolaborasi tim medik untuk pemriksaan SE.
Rasional : Penurunan SE mengindikasikan adanya
kekurangan elektrolit.

g.Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya kadar


gula darah dengan adanya luka post operasi.

Hasil yang diharapkan :

Mencegah atau mengurangi infeksi.

Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri, merah.
Rasional : Infeksi akan memperlambat proses
penyembuhan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan.
Rasional : Untuk mencegah resiko kontaminasi silang.
3. Berikan perawatan kulit dan teratur, jaga kulit tetap kering.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terjadi yang menempatkan
klien pada resiko terjadinya kerusakan pada kulit dan
infeksi.
4. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.
Rasional : mencegah infeksi lebih lanjut.
h. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan diabetois militus.

Hasil yang diharapkan :

Kadar gula darah dapat terkontrol dan kadar gula darah


stabil

Intervensi :

1.

12. Discharge Planning

a) Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang sudah ditetapkan


yakni rendah lemak, rendah glukosa, tinggi serat sebagai cara
efektif untuk mengendalikan lemak darah, gula darah dan
kolesterol.

b) Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemia(kadar gula darah turun)


seperti mengantuk, bingung, lemas, keringat dingin, mual,
muntah.

c) Menjelaskan pentingnya merawat kaki dan mencegah luka


seperti tidak memakai sepatu yang sempit, harus memakai alas
kaki, hindari kulit yang lembab.

d) Jaga luka tetap bersih dan kering

e) Hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka.

f) Menganjurkan untuk tetap control gula darah secara rutin.


h) Menjelaskan jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi
dengan dokter.

i) Minum obat secara teratur.

j) Informasikan kepada klien tentang perawatan kaki:

- Anjurkan/jelaskan pada klien dan keluarga untuk


membersihkan kaki dengan sabun terutama disela-sela setiap jari.

- Potong kuku jari kuku mengikuti lekungan jari kaki, jangan


memotong kuku berbentuk lurus pada tepinya karena dapat
menyebabkan tekanan pada jari-jari yang berdekatan.

- Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah


kerusakan kuku.

- Hindari merendam kaki berlama-lama, hindari merendam


dengan air panas.

- Gunakan pelembab untuk kulit yang kering.

- Pakai kaos kaki yang terawat dari bahan yang berkualitas baik.

- Hindari menyilangkan kaki saat duduk.

- Anjurkan klien untuk melakukan latihan kaki untuk


mempertahankan sirkulasi.

k) Informasikan kepada klien mengenai alas kaki.

- Hindari berjalan tanpa alas kaki.


- Anjurkan klien untuk memakai sepatu yang pas, tidak
sempit.
- Periksa sepatu setiap hari dari benda asing, bagian
yang kasar.
- Hindari memakai kaos kaki yang sempit.
- Ganti sepatu bila sudah rusak.
- Gunakan sepatu yang terbuat dari bahan yang
menyerap.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Buku ajar keperawatan Medikal Bedah.


(Edisi kedelapan). Jakarta: EGC.

Black, Joyce M. M.S.N (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical


Management for Continuity of care, (Fith Edition). Philadelphia
: W.B. Saunders Company.

Carpenito, Lynda juall (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. (Edisi keenam). Jakarta: Penerbit EGC.

Ignatavicius, Donna D. (1991). Medical Surgical Nursing, A


Nursing Process Approach W.B Saunders Company.

Luckman and Sorensens (1997). Medical Surgical Nursing, A


Psychophysiology Approach. Fourth Edition. W.B.Saunders.

Lewis, Sharon Mantik, R.N. FAAN (2000). Medical Surgical


Nursing, (Fifth Edition), St. Louis, Missouri:Mosby Inc.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Klien bernama ny. Y umur 54 tahun. Sudah menikah,
beragama islam, suku bangsa jawa. Pendidikan terakhir
SD, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
daerah, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat desa
sindangkerta kec. Lohbener kab Indramayu, sumber
biaya dirumah sakit adalah BPJS

B. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kepalanya pusing dan badan terasa
lemas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan datang ke poli dalam RSU PMC pada
sabtu 15 juni 2019 di antar oleh keluarganya pada saat
dikaji pasien mengatakan pusing dan badan terasa
lemas. Pasien ingin sembuh dan berhenti minum obat.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien datang melakukan pemeriksaan pada tahun 2015
dengan diagnosa diabetis militus tipe 2 kemudian pasien
melakukan control setiap sebulan sekali ke RSU PMC
dan mendapatkan obat untuk penurunan kadar gula
darah.Pasien mengatakan 3 bulan yang lalu Ny. Y pernah
dirawat di RSU PMC dengan penyakit hiperglukosa
selama 3 hari.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit menular seperti TBC, hepatitis
maupun penyakit keturunan hipertensi atau diabetis
mellitus.
e. Riwayat Penggunaan Obat
Pasien mengkonsumsi obat glimepiride 1x1, metformin
3x1, pasien mengerti kapan saat minum obat dan kapan
waktu control kembali.
C. Pola kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak bisa menjaga
pola makan dan sering sekali minum minuman yang
manis secara berlebihan. Pasien belum tahu mengenai
penyakit diabetis militus. Jika sakit pasien selalu
memeriksakan kesehatan kerumah sakit atau klinik
terdekat.
b. Pola Pemenuhan Nutrisi dan Metabolisme
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3x sehari
dengan menu nasi, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-
buahan, pasien menyukai semua jenis makanan, pasien
tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
Pasien minum ±8-9 gelas per hari dengan minuman yang
bervariasi seperti air putih, the manis dan susu, paling
suka minum minuman manis, berat badan 60 kg.
c. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB 1 kali perhari setiap pagi hari
dengan karakteristik feces lunak berbentuk, warna
kuning, bau khas, pasien biasa BAK 6-7 x/hari dengan
karakteristik urine jernih agak kekuningan.
d. Pola Aktivitas
Pasien mengatakan beraktivitas secara mandiri dan tidak
dibantu orang lain seperti makan, minum dan
melakukan aktifitas yang lain. Pasien tidak pernah
melakukan olah raga.
e. Pola Tidur Dan Istirahat
Pasien mengatakan tidur ±8 jam/hari, pasien
mengatakan tidak mempunyai pola gangguan tidur dan
pasien juga tidak pernah mengkonsumsi obat sedatif
(obat tidur).
f. Pola Perseptual dan Kognitif
Fungsi penglihatan pasien menurun pasien tampak
menggunakan kacamata. Pendengaran, pengecepan dan
penciuman berfungsi dengan baik. Sensori, pasien masih
mampu membedakan sensori tajam dan tumpul
sekalipun harus dengan tekanan yang kuat.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan pasien bisa menerima dengan
keadaan fisik tubuhnya saat ini.
b. Harga Diri
Pasien mengatakan harga dirinya semakin bertambah
karena keluarganya mendukung dirinya dalam
pengobatan.
c. Peran
Pasien mengatakan perannya saat ini adalah seorang
ibu dan seorang istri.
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin sembuh bebas dari obat.
e. Identitas
Pasien mengatakan menyadari identitasnya sebagai
seorang ibu dan seorang istri bagi suaminya.
h. Pola Peran dan Hubungan
Pasien mengatakan perannya saat ini adalah seorang ibu
dan istri dari suaminya. Hubungan pasien denganm
orang terdekat tidak mengalami masalah.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien sudah menikah satu kali, memiliki 2 orang anak.
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
gangguan reproduksi.
j. Pola Koping dan Stress
Pasien mengatakan apabila ada masalah pasti
didiskusikan dengan keluarga dan saudara terdekatnya.
Pasien menyelesaikan masalah dengan musyawarah.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan selalu taat
dalam menjalankan kewajiban beribadah.

D. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu :
a. Keadaan Umum Composmentis
b. Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, R : 20
x/mnt, S : 36°C, N : 80 x/menit, GDS : 386 mg/dl
c. Berat badan : 60 kg

a) Pemeriksaan Heat toe toe

Mata : Menggunakan kacamata,


penglihatan kkurang baik, kontungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik.

Hidung :Bersih, tidak ada secret, tidak


ada pembesaran polip, fungsi penciuman
normal
Mulut : Lidah bersih, mukosa lembab,
tidak ada karang gigi, gusi baik tidak ada
perdarahan

Telinga : Bersih, simetris, tidak ada


gangguan pendengaran

Dada : Simetris, perkembangan dada


kanan-kiri sama
P : Vocal Fremitus kanan dan
kiri sama
P : Suara Sonor
A : Bunyi Vesikuler tidak ada
hambatan

Jantung : I : Ictus kordis Tampak


P : Ictus kordis teraba
P : Suara redup
A : Bunyi jantung s1 dan s2
reguler

Abdomen : I : bentuk simetris, tidak ada


asites
A : Peristaltic Usus 10 x/menit
P : tympani negative
P : Tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas : Atas : tidak ada edema


Bawah : tidak ada edema

Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar


tyroid

Psikiatri : pasien tampak tenang, pasien


menanyakan bagaiamana caranya agar
kadar gula tidak naik lagi.

E. Terapi Medis
Glimipirid 1x1, metformin 2x 500

F. ANALISA DATA
a. Diagnosa Keperawatan
N Data Etiologi Masalah
o keperawatan
1
1 DS : Koping
Sistem
- Pasien individu
Pendukung
mengeluh tidak efektif
pusing dan yang tidak
badan efektif
terasa
lemas
- Pasien
tidak bisa
menahan
Kurang
lapar
informasi
- Pasien
mengataka
n ingin
sembuh
dan
berhenti Koping
minum individu
obat tidak efektif
DO :
- GDS 386
mg/dl (
sudah
sarapan)
- Skala nyeri
1 ( ringan)
- Pasien
diantar
suami yang
berumur
55 tahun
2 DS : Pola hidup Resiko
- Riwayat tidak sehat ketidak
penyakit stabilan
diabetis Sel beta di kadar
militus pankreas glukosa
sejak 4 terganggu darah
tahun yang
lalu Defesiensi
- Sering BAK insulin
- Pasien
suka Retensi
mengkonsu insulin
msi
minuman hiperglikem
manis i
- Pasien
mengataka kadar gula
n tidaqk darah tidak
pernah terkontrol
berolah
raga. ketidak
DO : stabilan
- Pasien kadar gula
mengataka darah
n badan
lemas
- Gula darah
sewaktu:38
6 mg/dl

G. Intervensi Keperawatan
N Diagnos Tujuan dan Intervensi Rasiona
o a KH l
keperaw
atn
1 Koping Setelah - kaji TTV Untuk
individu dilakukan - kaji mengeta
tidak tindakan pengeta hui
efektif keperawata huan status
b.d n selama 1x pasien kondisi
kurang 15 menit tentang pasien
informas diharapkan penyaki saat ini
i pasien tnya
memahami - kaji
tentang perawat
penyakitnya an
dengan KH selama
1. Pasien diruam
menu ah
njukk - berikan
an edukasi
pema pada
hama pasien
n tentang
tentan penyaki
g tnya
penya - berikan
kitnya edukasi
2. Pasien pada
menge pasien
rti tentang
cara penting
penan nnya
ganan minum
pada obat
saat secara
dirum teratur
ah - berikan
edukasi
kepada
pasien
tentang
diit DM
- kolabor
asi
dengan
keluarg
a untuk
control
secara
teratur
dan
mengin
gatkan
pasien
untuk
minum
obat
secara
teratur

2 Resiko Setelah - kaji


tinggi dilakukan status
ketidak asuhan kesehat
stabilan keperawata an
kadar n selama 1x pasien
gula 15 menit - observa
darah mampu si
b.d DM memenuhi tanda
dengan tanda
kriteria infeksi
hasil - motiva
si
pasien
untuk
melaku
kan
pola
hidup
sehat
- kolabor
asi
dengan
dokter
untuk
pemeri
ksaan
kadar
gula
darah
dan
pember
ian
obat

H. Implementasi Keperawaratan
Tanggal/ No.Diagn Implementasi Respon Ttd
jam osa pasien
15 juni 1 - Mengkji DS : De
2019/08 TTV -pasien wi
.00 mengatak
an
bersedia
diperiksa
DO:
-pasien
tampak
kooperatif
- TD:
120/80
mmHg
N: 80
x/mnt
R : 20
x/mnt
Sb: 36°C

15 juni 2 - Melaku DS : De
2019/08 kan cek Pasien wi
.00 kadar mengatak
gula an
darah bersedia
diperiksa
DO:
Pasien
tampak
kooperatif
GDS : 386
gr/dl

15 juni 2 - Mengka DS: De


2019/08 ji tanda Pasien wi
.02 tanda mengatak
infeksi an tidak
ada luka,
kulit tidak
bersisik
DO:
Tidak
tampak
adanya
tanda
tanda
infeksi
15 juni 1 - Mengka DS: De
2019/08 ji status Pasien wi
.05 kesehat mengatak
an an minum
pasien obat
teratur
tetapi
kurang
mengerti
untuk
manajeme
n asupan
makanan
DO:
Pasien
tampak
kurang
paham
tentang
diit yang
harus
dilakukan
untuk
menjaga
pola
makan
15 juni 1 - Kolabor DS: de
2019/08 asi Keluarga wi
.10 dengan mengatak
keluarg an
a untuk bersedia
menjag untuk
a pola mengnigat
hidup kan
sehat pasien
dan agar
mengko menjaga
ntrol pola
secara hidup
teratur sehat dan
control
secara
teratur
DO:
Keluarga
tampak
semangat
untuk
memotiva
si pasien.

I. Evaluasi

No Hari/tgl No Diagnosa Evaluasi TTd


jam
1 Sabtu 15 1 koping individu S : pasien Dewi
juni tidak efektif b.d mengatakan mengerti
08.15 kurang informasi tentang penyakitnya
O : pasien tampak
mengerti dan paham
tentang apa yang
sudah dijelaskan
A : masalah teratasi
P : hentikan
interfensi
2 Sabtu 15 2 resiko tinggi S : pasien Dewi
juni ketidak stabilan mengatakan kadar
2019 kadar gula darah gula darah tidak
08.15 b.d DM stabil
O : pasien sudah
mulai mengegrti
penting nya pola
hidup sehat
A: masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
interfensi control
kadar gula darah
secara teratur

Anda mungkin juga menyukai