1. Definisi
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik
kronik yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin
dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. (Medical Surgical Nursing , Brunner and
Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan
gangguan heterogen yang secara klinis ditandai dengan
ketidak normalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu
hiperglikemia (Lewis, 2000,hal.1367).
Berdasarka tipe, Diabetis Melitus terbagi atas:
a. DM tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
- Disebut juga Juvenile Diabeties, berkembaang pada
masa kanak kanak dan sebelum usia 30 tahun.
- Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak
dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat
sedikit.
b. DM tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus
(NIDDM)
- Biasanya terjadi diatas usia 35 tahun ke atas.
- Terjadi resistensi terhadap kerja insulin normal
karena interaksi insulin pada sel kurang efektif
sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan
berkurangnya produksi insulin relatif.
2. Etiologi
DM tipe I :
a. Faktor Genetik
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human
Leukosit Antigen ) yangn merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas transplantasi dan proses imun.
b. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. ( Masih
dalam proses penelitian)
c. Faktor Imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara beraksi terhadap jaringan yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
DM tipe II :
a. Faktor genetik : memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
b. Faktor usia : resistensi insulin cenderung meningkat
pada usia diatas 65 tahun.
c. Obesitas : berkaitan dengan resistensi insulin, maka
kemungkinan besar terjadi gangguan toleransi glukosa.
3. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis
DM Tipe I :
a. Poliuria, polidipsia terjadi akibat kontrasepsi glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
yang disebut diuresis osmotik.
b. Polifagia :akibat menurunnya simpanan kalori dan
defesiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunana berat badan
c. Kelelahan dan kelemahan.
d. Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperfentilasi, napas
berbau aseton, perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian yaitu akibat dari ketoasidosis, yang merupakan
asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh
bila jumlahnya berlebihan.
DM Tipe II :
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dan
progresifmaka DM Tipe dapat berjalan tanpa terdeteksi
dengan gejala ringan seperti :
a. Kelelahan
b. Iritabilitas
c. Poliuria
d. Polidipsia
e. Luka pada kulit yang lama sembuh
f. Infeksi vagina
g. Pandangan kabur ( jika kadar gulanya sangat tinggi
sekali).
4. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh beta di
pulau langerhans. Insulin diproduksi terus menerus sesuai
tingkat kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM
produksi insulin terganggu atau tidak diproduksi.
Defisiensi insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat
masuk sel melalui siklus krebs dan akan mengakibatkan
sel mengakomodasi protein dan lemak dari jaringan
adipose untuk dipakai sebagai sumber energy. Pemecahan
ini akan menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton
sehingga menimbulkan ketoasidosis.
Pada DM tipe I (IDDM) adalah penyakit autoimun yang
ditentukan secara genetic dan gejala yang pada akhirnya
menuju pada proses tahap kerusakan imunologik sel sel
yang memproduksi insulin, yaitu kerusakan pada sel
Langerhans sehingga terjadi penurunan sekresi atau
defesiensi insulin sehingga metabolisme insulin menjadi
terganggu. Bila sekresi insulin berkurang atau tidak ada,
maka konsetrasi glukosa dalam darah akan meningkat (
hyperglikemia ), keadaan hiperglikemia menyebabkan
tekanan ekstra sel meningkat, karena peningkatan
tekanan ini sehingga cairan dari ektrasel di Tarik kedalam
darah sehingga terjadi gangguan reabsorbsi pada ginjal
sehingga kemampuan reabsorbsi melebihi batas ambang
ginjal dan akan tampak glukosuria akibat dari ginjal tidak
dapat menyaring semua glukosa yang keluar, ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin.
Ekskresi ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan ( diuresis osmotic) sebagai akibat
dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan
rasa haus (polidipsi). Pasien mengalami penurunan berat
badan akibat defisiensi insulin menyebabkan gangguan
metabolisme protein dan lemak. Oleh karena menurunnya
simpanan kalori pasien mengalami banyak makan
(polifagia). Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glukogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogenesis (pembentukan glukosa baru) yang dapat
menyebabkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan
produksi keton dengan tanda dan gejala : nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, bila tidak
ditangani dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
bahkan kematian. Pemecehan lemak yang tidak sempurna
akan meyebabkan peningkatan asam lemak bebas dan
menimbulkan aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke
seluruh tubuh terganggu, pada organ ginjal akan terlihat
adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya
fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ
mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ektermitas bawah
yang buruk mengakibatkan neuropati perifer dengan gejala
antara lain : kesemutan, parastesia, baal, penurunan
sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari
gangguan sirkulasi ekstermitas bawah yaitu lamanya
penyembuhan luka karena kurangnya O2 dan
ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang
mengakibatkan gangren. DM tipe II (NIDDM) terjadi
resistensi insulin yang secara normal akan terkait dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolism
glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
5. Pathway
DM Tipe I DM
Tipe II
Definisi Insulin
Penurunan BB
Pembatasan diit
Fleksibilitas darah
merah
Intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang
Pelepasan O2
7. Komplikasi
DM Tipe I
DM Tipe II
2) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer,
sistem syaraf otonom, medula spinalis atau sistim
saraf pusat.
Neoropati sensorik/neuropati perifer. Lebih sering
mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia
(rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa
terbakar terutama pada malam hari, penurunan
fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta
gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda
yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan
sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat
menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung,
penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat
penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera
dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.
3) Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh
darah kecil pada retina selain retinopati, penderita
diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak
yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
9. Pengkajian
-Polifagia
-Polidipsi
-Mual,muntah
c. Pola eliminasi
-Poliuria
-Kram otot.
- Pusing/hipotensi
- Nyeri abdomen.
- Pandangan kabur.
penyakitnya.
Intervensi :
Intervensi :
1. Tinggikan kaki saat duduk dikursi, hindari periode
penekanan yang lama pada kaki yang cedera.
Rasional : Meminimalkan gangguan aliran darah.
2. Anjurkan pasien untuk menghindari baju atau kaos kaki
yang ketat dan sepatu yang sempit.
Rasional : Gangguan sirkulasi dan penurunan sensasi nyeri
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
3. Kaji tanda dehidrasi, pantau intake dan output cairan,
anjurkan cairan peroral.
Rasional : Glukosuria dapat mengakibatkan dehidrasi yang
menurunkan volume sikulasi dan selanjutnya
mengakibatkan perubahan perfusi perifer.
4. Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.
Rasional : Daerah insisi yang bersih dan kering mengurangi
resiko infeksi sehingga mempercepat proses penyembuhan
luka.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri, merah.
Rasional : Infeksi akan memperlambat proses
penyembuhan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan.
Rasional : Untuk mencegah resiko kontaminasi silang.
3. Berikan perawatan kulit dan teratur, jaga kulit tetap kering.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terjadi yang menempatkan
klien pada resiko terjadinya kerusakan pada kulit dan
infeksi.
4. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.
Rasional : mencegah infeksi lebih lanjut.
h. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan diabetois militus.
Intervensi :
1.
- Pakai kaos kaki yang terawat dari bahan yang berkualitas baik.
B. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kepalanya pusing dan badan terasa
lemas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan datang ke poli dalam RSU PMC pada
sabtu 15 juni 2019 di antar oleh keluarganya pada saat
dikaji pasien mengatakan pusing dan badan terasa
lemas. Pasien ingin sembuh dan berhenti minum obat.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien datang melakukan pemeriksaan pada tahun 2015
dengan diagnosa diabetis militus tipe 2 kemudian pasien
melakukan control setiap sebulan sekali ke RSU PMC
dan mendapatkan obat untuk penurunan kadar gula
darah.Pasien mengatakan 3 bulan yang lalu Ny. Y pernah
dirawat di RSU PMC dengan penyakit hiperglukosa
selama 3 hari.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit menular seperti TBC, hepatitis
maupun penyakit keturunan hipertensi atau diabetis
mellitus.
e. Riwayat Penggunaan Obat
Pasien mengkonsumsi obat glimepiride 1x1, metformin
3x1, pasien mengerti kapan saat minum obat dan kapan
waktu control kembali.
C. Pola kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak bisa menjaga
pola makan dan sering sekali minum minuman yang
manis secara berlebihan. Pasien belum tahu mengenai
penyakit diabetis militus. Jika sakit pasien selalu
memeriksakan kesehatan kerumah sakit atau klinik
terdekat.
b. Pola Pemenuhan Nutrisi dan Metabolisme
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3x sehari
dengan menu nasi, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-
buahan, pasien menyukai semua jenis makanan, pasien
tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
Pasien minum ±8-9 gelas per hari dengan minuman yang
bervariasi seperti air putih, the manis dan susu, paling
suka minum minuman manis, berat badan 60 kg.
c. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB 1 kali perhari setiap pagi hari
dengan karakteristik feces lunak berbentuk, warna
kuning, bau khas, pasien biasa BAK 6-7 x/hari dengan
karakteristik urine jernih agak kekuningan.
d. Pola Aktivitas
Pasien mengatakan beraktivitas secara mandiri dan tidak
dibantu orang lain seperti makan, minum dan
melakukan aktifitas yang lain. Pasien tidak pernah
melakukan olah raga.
e. Pola Tidur Dan Istirahat
Pasien mengatakan tidur ±8 jam/hari, pasien
mengatakan tidak mempunyai pola gangguan tidur dan
pasien juga tidak pernah mengkonsumsi obat sedatif
(obat tidur).
f. Pola Perseptual dan Kognitif
Fungsi penglihatan pasien menurun pasien tampak
menggunakan kacamata. Pendengaran, pengecepan dan
penciuman berfungsi dengan baik. Sensori, pasien masih
mampu membedakan sensori tajam dan tumpul
sekalipun harus dengan tekanan yang kuat.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan pasien bisa menerima dengan
keadaan fisik tubuhnya saat ini.
b. Harga Diri
Pasien mengatakan harga dirinya semakin bertambah
karena keluarganya mendukung dirinya dalam
pengobatan.
c. Peran
Pasien mengatakan perannya saat ini adalah seorang
ibu dan seorang istri.
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin sembuh bebas dari obat.
e. Identitas
Pasien mengatakan menyadari identitasnya sebagai
seorang ibu dan seorang istri bagi suaminya.
h. Pola Peran dan Hubungan
Pasien mengatakan perannya saat ini adalah seorang ibu
dan istri dari suaminya. Hubungan pasien denganm
orang terdekat tidak mengalami masalah.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien sudah menikah satu kali, memiliki 2 orang anak.
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
gangguan reproduksi.
j. Pola Koping dan Stress
Pasien mengatakan apabila ada masalah pasti
didiskusikan dengan keluarga dan saudara terdekatnya.
Pasien menyelesaikan masalah dengan musyawarah.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan selalu taat
dalam menjalankan kewajiban beribadah.
D. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu :
a. Keadaan Umum Composmentis
b. Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, R : 20
x/mnt, S : 36°C, N : 80 x/menit, GDS : 386 mg/dl
c. Berat badan : 60 kg
E. Terapi Medis
Glimipirid 1x1, metformin 2x 500
F. ANALISA DATA
a. Diagnosa Keperawatan
N Data Etiologi Masalah
o keperawatan
1
1 DS : Koping
Sistem
- Pasien individu
Pendukung
mengeluh tidak efektif
pusing dan yang tidak
badan efektif
terasa
lemas
- Pasien
tidak bisa
menahan
Kurang
lapar
informasi
- Pasien
mengataka
n ingin
sembuh
dan
berhenti Koping
minum individu
obat tidak efektif
DO :
- GDS 386
mg/dl (
sudah
sarapan)
- Skala nyeri
1 ( ringan)
- Pasien
diantar
suami yang
berumur
55 tahun
2 DS : Pola hidup Resiko
- Riwayat tidak sehat ketidak
penyakit stabilan
diabetis Sel beta di kadar
militus pankreas glukosa
sejak 4 terganggu darah
tahun yang
lalu Defesiensi
- Sering BAK insulin
- Pasien
suka Retensi
mengkonsu insulin
msi
minuman hiperglikem
manis i
- Pasien
mengataka kadar gula
n tidaqk darah tidak
pernah terkontrol
berolah
raga. ketidak
DO : stabilan
- Pasien kadar gula
mengataka darah
n badan
lemas
- Gula darah
sewaktu:38
6 mg/dl
G. Intervensi Keperawatan
N Diagnos Tujuan dan Intervensi Rasiona
o a KH l
keperaw
atn
1 Koping Setelah - kaji TTV Untuk
individu dilakukan - kaji mengeta
tidak tindakan pengeta hui
efektif keperawata huan status
b.d n selama 1x pasien kondisi
kurang 15 menit tentang pasien
informas diharapkan penyaki saat ini
i pasien tnya
memahami - kaji
tentang perawat
penyakitnya an
dengan KH selama
1. Pasien diruam
menu ah
njukk - berikan
an edukasi
pema pada
hama pasien
n tentang
tentan penyaki
g tnya
penya - berikan
kitnya edukasi
2. Pasien pada
menge pasien
rti tentang
cara penting
penan nnya
ganan minum
pada obat
saat secara
dirum teratur
ah - berikan
edukasi
kepada
pasien
tentang
diit DM
- kolabor
asi
dengan
keluarg
a untuk
control
secara
teratur
dan
mengin
gatkan
pasien
untuk
minum
obat
secara
teratur
H. Implementasi Keperawaratan
Tanggal/ No.Diagn Implementasi Respon Ttd
jam osa pasien
15 juni 1 - Mengkji DS : De
2019/08 TTV -pasien wi
.00 mengatak
an
bersedia
diperiksa
DO:
-pasien
tampak
kooperatif
- TD:
120/80
mmHg
N: 80
x/mnt
R : 20
x/mnt
Sb: 36°C
15 juni 2 - Melaku DS : De
2019/08 kan cek Pasien wi
.00 kadar mengatak
gula an
darah bersedia
diperiksa
DO:
Pasien
tampak
kooperatif
GDS : 386
gr/dl
I. Evaluasi