Anda di halaman 1dari 53

Diabetes Melitus

Yahya Syukria
1710711060
Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan
gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Suatu kelainan kronis dari metabolisme
karbohidrat yang menyebabkan gangguan
metabolisme protein dan lemak. Ditandai oleh
hiperglikemia yang terjadi sebagai akibat dari,
tidak adanya insulin (Tipe 1), tidak adanya efek
insulin (Tipe 2), atau keduanya.
Kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang mengalami peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan hormon
insulin secara absolut atau relatif.
Dm tipe 1
Dm tipe 1 adalah diabetes yang terjadi karena
berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi
darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin
pada pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-
anak maupun orang dewasa.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta
pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel
beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Dm tipe 2
Dm tipe 2 merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi
karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh
mutasi pada banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β,
gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap
insulin disebabkan oleh disfungsi GLUT10. terutama
pada hati menjadi kurang peka terhadap
insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa
oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah
oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi
pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat
yang ditemukan pada manusia.
Diabetes Gestasional
Diabetes yang dipicu oleh kehamilan disebut
diabetes gestasional (kehamilan bisa juga
menyebabkan resistensi insulin). Keadaan ini
biasanya didiagnosis pada pertengahan atau
akhir usia kehamilan. Karena kadar gula darah
yang tinggi dalam tubuh ibu masuk melalui
plasenta ke dalam tubuh bayi, diabetes
gestasional ini harus dikendalikan agar bayi
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
ETIOLOGI DAN FAKTOR
RESIKO
REFIANA GUNAWAN 1710711083
ANNISA HILMY NURARIFAH 1710711087
DM TIPE 1
ETIOLOGI
Kerusakan sel
Defisiensi hiperglikemi
B pada glukosuria
insukin a
pankreas

P3
Diuresis (poliuria,poli
osmotic Ketoasidosis Ph menurun
dipsi,polipag
ia)

asidosis koma meninggal


FAKTOR RESIKO DM
TIPE 1
• Faktor genetik
• Faktor imunoglobin
• Faktor lingkungan
Faktor Faktor Faktor
genetik imunoglobin lingkungan

Type antigen virus,baktri,to


otoimun
HLA ksik

DR3&DR4 otoimun

Kerusakan
sel B pada
pangkreas
ETIOLOGI DM TIPE 2

Diabetes mellitus tipe 2 adalah kondisi yang


disebabkan akibat pankreas tidak mampu
menghasilkan cukup insulin agar gula darah normal.
Penyebabnya:
• resistensi insulin
• Kekurangan insulin
• Gangguan sekresi atau produksi insulin
FAKTOR RESIKO DM TIPE 2

Pola
Riwayat
makan
penyakit Usia Stress
yang
DM
salah

Minimny
a Hipertens
Obesitas Merokok
Aktivitas i
Fisik
3 Gejala
Utama
Mudah lapar (polifagia). Di awal diabetes,
penderitanya akan merasa lapar berlebihan,
sekalipun sudah makan dengan teratur. Hal ini
disebabkan karena makanan yang dimakan sulit
diubah menjadi energi akibat kekurangan hormon
insulin.

Mudah haus (polidipsi).Penderita diabetes biasanya


akan mudah merasa haus, sehingga minum air lebih
sering. Hal ini berhubungan dengan jumlah buang air
kecil yang sering.

Sering buang air kecil (poliuria). Ketika kadar


gula dalam darah terlalu tinggi, tubuh akan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urine.
Itulah mengapa penderita diabetes akan lebih
sering buang air kecil. Hal ini pula yang
kemudian menyebabkannya menjadi lebih
Addsering
a Footer haus. 16
Penurunan berat badan
Seseorang yang sedang dalam tahap pra-diabetes dapat menderita penurunan
berat badan yang tidak biasa. Ini dapat terjadi karena kehilangan gula secara
berlebihan dalam urin. Tubuh mulai menggunakan protein otot dan lemak
sebagai sumber energi, yang mengakitbatkan penurunan berat badan. Ini
adalah gejala khas diabetes tipe 1.

Kelelahan
Kelebihan glukosa ditemukan dalam darah dan tidak dalam sel. Karena sel tubuh
kehilangan glukosa sebagai sumber energi utama, penderita dapat merasa
kelelahan hampir setiap waktu. Kemampuan fisik menurun dan penderita jadi
sangat cepat lelah.

Penglihatan kabur
Masalah visi dapat dialami oleh penderita diabetes tipe 2. Peningkatan kadar
gula darah menyebabkan perubahan bentuk lensa mata. Seiring berjalannya
waktu, daya fokus mata berkurang dan penglihatan menjadi kabur.

Penderita diabetes tipe 2 sering terkena infeksi jamur dan kulit. Kadar gula tinggi
yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan saraf, menyebabkan
gejala neuropati (kesemutan, mati rasa, kaku, dll). Selain itu, luka biasanya perlu
waktu lebih lama untuk sembuh. 17
PENATALAKSANAAN
MEDIS
JESICA RACHEL MELIALA – 1710711098
SITI LUTHFIA AWANDA - 1710711084
Penatalaksanaan medis bagi pasien dengan DM
meliputi pengembalian dan pemeliharaan kadar glukosa
senormal mugkin dengan diet seimbang, olahraga, dan
penggunaan obat hipoglikemik oral (OHO) atau insulin.
• Mempertimbangkan Nutrisi yang tepat
• Alkohol
• Pemanis Buatan
1. Obat – obat Antidiabetes Oral 2. Terapi Insulin
• Meningkatkan
• Aktivitas Fisik Teratur
Sulfoniurea • DM Tipe I – Harus Memakai
• Biguanid Insulin
• Pengobatan
• Meglitinid • DM Tipe II – Dikelola dengan
obat – obatan beberapa kelas
Terapi Pompa Insulin
Alat terapi ini berupa pompa kecil yang dipakai di luar dan menyuntikan insulin secara
subkutan ke dalam perut melalui sebuah tempat jarum indwelling yang diganti setiap 1-3 hari.
Insulin diinfuskan secara normal pada laju kecepatan basal rendah (laju kecepatan yang cocok
dengan kebutuhan metabolik basal klien), dengan menambahkan jumlah infus insulin lebih besar
(bolus) sebelum makan.
Insulin Hirup
Terapi ini merupakan alternatif untuk insulin suntik, telah
dites keamanan dan efikasi serta disetujui oleh FDA bulan
Januari 2006 untuk dipakai orang yang memiliki DM tipe 1
dan 2 > 18 tahun. Kemajuan teknologi terbaru
memungkinkan mengirimkan insulin sampai ruang alveolar
melalui pemakaian dari tipe alat penghirup. Insulin
kemudian diserap secara cepat ke dalam pembuluh
kapiler alveolar dan diedarkan memalui sirkulasi sistemik.

Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi adalah penggunaan ≥ 2 obat antidiabetes oral atau obat oral yang
dikombinasikan dengan isulin. Keuntungan terapi kombinasi dalam beberapa contoh manfaat
tambahan dapat ditunjukan dari 2 tipe obat berbeda yang dapat melengkapi dan
memantapkan satu sama lain. Contohnya seperti mengkombinasikan sulfonylurea dengan
insulin.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
SINTYA MARLIANI PUTRI 1710711092
TES KADAR GLUKOSA DARAH

Tes Hasil
Gula Darah Sewaktu >200 mg/dl, Diagnosa DM
Gula Darah Puasa <100 mg/dl, Glukosa puasa normal
110-125 mg/dl, Glukosa puasa
terganggu
>126, Diagnosa DM
Toleransi Glukosa Oral, 2 jam setelah <140 md/dl, Toleransi glukosa
makan terganggu
140-199 mg/dl, Intoleransi glukosa
Terganggu
>200 mg/dl, Diagnosis DM
UJI LABORATORIUM TERKAIT DM

• Kadar Hemoglobin Glikosilase


• Kadar Albumin Glikosilase
• Kadar Connecting peptide (C-peptide)
• Ketonuria
• Proteinuria
• Pemantauan Glukosa Darah Sendiri
MENURUT SMELTZER BARE
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
• Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa lembek.
• Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya
ulkus
Pemeriksaan Vaskuler
• Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda asing,
osteomelietus.
Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP (Gula
Darah Puasa),
• Pemeriksaan urine, dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan
cara Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari
perubahan warna yang ada : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah
bata (++++).
• Pemeriksaan kultur pus. Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang
terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan rencana tindakan
selanjutnya.
Komplikasi Akut
Diabetes
Hipoglikemia (Reaksi Insulin)

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah)


terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dL
(2,7 hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlaalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah
menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel – sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar
untuk bekerja dengan baik.
Pada hipoglikemia berat, fungsi sistem saraf pusat
mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang
dideritanya.
Faktor lain yang berperan dalam menimbulkan perubahan
gejala hipoglikemia adalah penurunan respons hormonal (adrenergik)
terhadap hipoglikemia. Dengan penurunan kadar glukosa darah,
limpahan adrenalin yang normal tidak terjadi. Pasien tidak merasakan
gejala adrenergik yang lazim seperti perspirasi dan perasaan lemah.
Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia.
Rekomendasi biasanya berupa pemberian 10 hingga 15 gram gula
yang bekerja cepat per oral :
2 – 4 tablet glukosa yang dapat dibeli di rumah obat/apotik
4 – 6 ons sari buah atau teh yang manis
6 – 10 butir permen khusus atau permen manis lainnya
2 – 3 sendok teh sirup atau madu
Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin


atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis :
• Dehidrasi
• Kehilangan elektrolit
• Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang pula. Di samping itu produksi glukosa
oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan
hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dari dalam t8ubuh, ginjal akan mensekresikan glukosa
bersama – sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium).
Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuria) ini
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangn elektrolit.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
(lipolisis) menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak
bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis
diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat
dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk
dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik.
Ada tiga penyebab utama diabetes ketoasidosis :
Insulin tidak berikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
Keadaan sakit atau infeksi
Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis
dan tidak diobati
Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik

Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketosis (HHNK)


merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Pada
sindrom HHNK, kadar insulin tidak rendah, meskipun tidak cukup
untul mencegah hiperglikemia (dan selanjutnya diuresis osmotik).
Namun, sejumlah kecil insulin ini cukup untuk mencegah pemecahan
lemak.
Gambaran klinis sindrom HHNK terdiri atas gejala hipotensi,
dehidrasi berat (membran mukosa kering, tugor kulit jelek), takikardi,
dan tanda – tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori,
kejang – kejang, hemiparesis).
Keadaan ini paling sering terjadi pada individu yang berusia
50 hingga 70 tahun dan tidak memiliki riwayat diabetes atau hanya
menderita diabetes tipe II yang ringan. Timbulnya keadaan akut
tersebut dapat diketahui dengan melacak beberapa kejadian
pencetus, seperti sakit yang akut (pnuemonia, infark miokard, stroke),
konsumsi obat – obatan yang diketahui akan menimbulkan insufiensi
insulin (preparat diuretik taizida, propanolol) atau prosedur terapeutik
(dialisis peritoneal/hemodialisis, nutrisi parenteral total).
Komplikasi Kronis
Diabetes
Komplikasi kronis adalah penyebab utama
kesakitan dan kematian pada klien DM.
Komplikasi terkait diabetes diklasifikasikan
sebagai satu dari 2 tipe:
1. Makrovaskular
2. Mikrovaskular
Komplikasi Makrovaskular

Penyakit makrovaskular (penyakit pembuluh besar)


mencerminkan aterosklerosis dengan penumpukan lemak
pada lapisan dalam dinding pembuluh darah. Penyakit
makrovaskular, khususnya penyakit pembuluh koroner,
paling umum penyebab kematian klien diabetes, terhitung
dari 40-60% dari semua kasus penyakit makrovaskular
terkait diabetes.
1. Penyakit Arteri Koroner
Klien dengan DM 2-4 kali lebih mungkin
dibandingkan klien nonDM untuk meninggal
karena penyakit arteri koroner, dan faktor risiko
relatif untuk penyakit jantung pembuluh pada
perempuan dengan DM tipe 2 adalah 3-4 kali
lebih besar.
2. Hipertensi
40% laju peningkatan hipertensi telah tercatat pada
populasi diabetik. Hipertensi adalah faktor risiko mayor
untuk stroke dan nefropati. Pengobatan untuk hipertensi
>130/80 mm/hg disarankan bagi klien DM. Penghambat ACE
dan calcium-chann el blocker adalah pilihan untuk
pengobatan. Beta blocker dan diuretik mungkin
meningkatkan toleransi glukosa dan kadar lemak.
3. Infeksi
Infeksi saluran kencing adalah tipe infeksi paling sering
memengaruhi klien DM, terutama perempuan. Satu faktor
mungkin dihambat leukosit PMN saat glukosuria ada.
Glukosuria berhubungan dengan hiperglikemia.
Perkembangan kandung kemih neurogenik akibat
pengosongan tidak lengkap dan retensi urine, mungkin juga
berkontribusi terhadap risiko infeksi saluran kencing
Komplikasi Mikrovaskular

Mikroangiopati merujuk kepada perubahan yang terjadi di


retina, ginjal, dan kapiler perifer pada DM. Uji komplikasi dan kontrol
diabetes telah membuat hal ini jelas bahwa kontrol glikemik ketat dan
konsisten mungkin mencegah atau menghentikan perubahan
mikrovaskular.
1. Nefropati
Nefropati diabetik adalah penyebab tunggal paling
sering dari penyakit ginjal kronis tahap 5, dikenal
sebagai penyakit ginjal tahap akhir (end-stage renal
disease (ESRD). Sekitar 35-45 % klien dengan DM tipe I
ditemukan memiliki nefropati 15-20 tahun setelah
diagnosis . Sekitar 20 % klien dengan DM tipe 2
ditemukan memiliki nefropati 5-10 tahun setelah
diagnosis. Klien dengan nefropati memantau kadar
glukosa darah dan tekanan darah di rumah.
Penghambat ACE dapat digunakan untuk menurunkan
mikroalbuminuria.
2. Neuropati
Neuropati adalah komplikasi kronis paling sering
dari DM . Hampir 60 % klien DM mengalaminya.
Penyebab neuropati diabetik yang teridentifikasi
termasuk (1) insufisiensi pembuluh darah, 2)
kenaikan kronis kadar glukosa darah, (3) hipertensi,
dan (4) merokok sigaret.
3. Retinopati
Retinopati diabetik adalah penyebab utama kebutaan di antara klien
dengan DM ; sekitar 80 % memiliki beberapa bentuk retinopati 15 tahun
setelah diagnosis. Penyebab pasti retinopati tidak dipahami baik tapi
kemungkinan multifaktor dan berhubungan dengan glikosilasi protein,
iskemik, dan mekanisme hemodinamik.
Ada tiga tipe retinopati diabetik:
1. Nonproliferatif retinopati diabetik adalah fase awal rettinopati. Hal
ini dicirikan dengan mikroaneurisma dan hemoragi "titik dan noda"
intraretinal.
2. Praproliferatif retinopati diabetik melibatkan perkembangan lanjut
hemoragi dan penurunan ketajaman penglihatan. Hal ini biasanya
berkembang ke proliferatif retinopati diabetik.
3. Proliferatif retinopati diabetik adalah akhir dan tipe paling
mengancam penglihatan. Pembuluh darah rusak dan lemah yang
telah proliferasi, atau membentuk, dalam merespons iskemik
mungkin ruptur, menyebabkan hemoragi retina dan eksudat.
ASUHAN KEPERAWATAN

Aldin Aditya 1710711075


Rismayanti Saleha 1710711100
Ridha Tiomanta 1710711128
Kasus
• Seorang pasien dirawat diruang perawatan umum rumah sakit
swasta. Pasien dirawat dengan keluhan tubuhnya lemas nyaris
pingsan. Akhir-akhir ini pasien sering mengeluh haus, sering
BAK, sering merasa lapar, berat badan turun 5 kg dalam satu
bulan ini. Keluhan lain yang dirasakannya adalah mudah lelah,
suka terasa “kesemutan” pada jari-jari tangan atau kaki, serta
penglihatannya menjadi kabur. Hasil pemeriksaan Gula darah
423 mg/dl dan HbA1c meningkat, pasien diberikan insulin.
Sebelumnya pasien meminum metformin. Pasien bertanya
bagaimana bisa terkena penyakit.
Data Fokus
Data subjektif Data Objektif
- Pasien mengatakan tubuhnya - Pasien terlihat lemas
lemas nyaris pingsan - Hasil pemeriksaan glukosa darah
- Pasien mengatakan akhir-akhir sewaktu (GDS) 423mg/dl dan
ini sering BAK pada malam hari HbA1c meningkat
disertai perasaan haus, sering - Pasien diberikan insulin dan
merasa lapar sebelumnya meminum
- Pasien mengatakan berat metformin
badannya turun 5kg dalam 1 - TB : 153 cm , BB : 60 kg
bulan - Pemeriksaan ttv
- Pasien mengatakan pusing TD : 110/70 mmhg
- Pasien mengatakan mudah Nadi : 90x/menit
lelah, suka terasa kesemutan RR : 16 x/’menit
Analisis Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Kekurangan volume Kehilangan cairan
- Pasien mengatakan akhir- cairan aktif
akhir ini sering BAK pada
malam hari disertai
perasaan haus, sering
merasa lapar
- Pasien mengatakan berat
badannya turun 5kg dalam
1 bulan
DO :

- Pasien terlihat lemas


- TB : 153 cm , BB : 60 kg
2 DS : Ketidakseimbangan Faktor biologis
nutrisi: kurang dari
- Pasien mengatakan berat
kebutuhan tubuh
badannya turun 5kg dalam 1
bulan
- Pasien mengatakan tubuhnya
lemas nyaris pingsan
DO :
- Pasien terlihat lemas
- TB : 153 cm , BB : 75 kg
3 DS : Resiko Gangguan status
ketidakseimkbangan kesehatan fisik
- Pasien mengatakan pusing
kadar glukosa darah
- Pasien mengatakan mudah
lelah, suka terasa kesemutan
pada jari tangan atau kaki,
penglihatannya kabur
-
DO :
- Pasien terlihat lemas
- Hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu (GDS)
meningkat dan hasil
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Kekurangan NOC : NIC :
volume cairan Setelah dilakukan asuhan • Management
Definisi : keperawatan selama 3 x elektrolit/cairan.
penurunan cairan 24 jam maka dibutuhkan - Pantau adanya tanda
intravascular,interst kriteria hasil : dan gejala overhidrasi
isial,dan - Mempertahakan uine misalnya : poliuria atau
intraseluler . ini output sesuai dengan oliguria atau
mengacu pada usia dan BB perubahan perilaku
dehidrasi , - Tekanan darah,nadi - Timbang berat badan
kehilangan cairan suhu tubuh dalam harian dan pantau
saja tanpa batas normal. gejala
perubahan natrium. - Tidak ada tanda-tanda - Monitor tanda-tanda
Batasan dehidasi , elastisitas vital yang sesuai
karakteristik : turgor kulit baik, - Berikan cairan yang
membrane mukosa sesuai.
- Haus - Jaga pencatatan
- Penurunan berat lembab , tidak ada
2. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan  Management nutrisi
kebutuhan tubuh asuhan keperawatan - Instruksikan pasien
Definisi : asupan selama 2 x 24 jam mengenai kebutuhan
nutrisi tidak cukup maka dibutuhkan nutrisi.
untuk memenuhi criteria hasil : - Ciptakan lingkungan
kebutuhan yang optimal pada
metabolic. - adanya saat mengkonsumsi
peningkatan berat makan.
Batasan karakteristik badan sesuai
: - Lakukan atau bantu
tujuan . pasien terkait dengan
- berat badan turun - berat badan ideal perawatan mulut
20% sesuai dengan sebelum makan.
- tonus otot tinggi badan. - Monitor kadar
menurun. - Tidak terjadi glukosa darah
- Penurunan berat penurunan berat - Monitor tanda dan
badan dengan badan yang gejala hiperglikemi
asupan makanan tidakberarti. - Monitor ketokloin,
adekuat. - Tidak ada tanda – sesuai indikasi.
- Kurang minat tanda malnutrisi.
3. Resiko NOC : NIC :
keidakseimbangan Setelah - Monitor level glukosa darah
kadar glukosa darah dilakukan
-Monitor tanda dan gejala hiperglikemia:
Definisi : asuhan
puliuria, polidipsi, polipagi, kelemahan,
kerentanan terhadap keperawatan
letargi, malaise, pandangan kabur, sakit
variasi kadar selama 3x 24
kepala
glukosa/ gula darah jam maka
dari rentang normal, dibutuhkan -Monitor keton dalam urine
yang dapat
criteria hasil : -Berikan insulin
menggangu
kesehatan. - Glukosa -Monitor status cairan (intake dan output)
darah -Konsultasi dengan dokter bila tanda
Batasan dalam
karakteristik : hiperglikemi memburuk atau persisten
batas
- Gangguan status normal. -Identifikasi kemungkinan penyebab
kesehatan fisik - Urin hiperglikemia
- Kurang glukosa -Antisipasi situasi dimana kebutuhan
pengetahuan normal insulin meningkat
tentang - Urin keton
-Batasi latihan bila kadar gula darah lebih
management normal
dari 250 mg/dl, terutama bila ada keton
penyakit.
dalam urine
Implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan

Diagnose Implementasi tindakan keperawatan Evaluasi


dx.1 - Memantau adanya tanda S:
dan gejala overhidrasi - pasien mengatakan
misalnya : poliuria atau BAK sudah mulai
oliguria atau perubahan berkurang
perilaku
- Timbang berat badan harian - pasien
dan pantau gejala mengatakan masih
- Monitor tanda-tanda vital lemas dan pusing
yang sesuai O : -pasien terlihat
- memberikan cairan yang lemas
sesuai. A : -intervensi
- menjaga pencatatan dilanjutkan
intake/asupan dan output P :- masalah belum
- Menginstruksikan pasien mengenai S : Pasien mengatakan berat
kebutuhan nutrisi. badanya kembali normal
- Menciptakan lingkungan yang sesuai dengan tinggi badan
optimal pada saat mengkonsumsi O : pasien tidak terlihat
dx.2 makan. lemas
- Melakukan atau bantu pasien terkait
dengan perawatan mulut sebelum A : intervensi dihentikan
makan. P : masalah teratasi
- Memonitor kadar glukosa darah
- Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemi
- Memonitor ketokloin, sesuai
indikasi.
- Membangun hubungan pribadi S : pasien tidak merasa
dengan pasien dan anggota keluarga pusing
yang akan terlibat dalam perawatan. O : - pasien tidak terliat
- Menidentifikasi deficit perawatan lemas
dx.3 diri pasien
- Memonitor keterlibatan anggota - Hasil pemeriksaan
keluarga dalam perawatan pasien. glukosa darah sewaktu

Anda mungkin juga menyukai