Disusun oleh :
Ester Novitasari 1710711115
Husna Maharani 1710711078
Sonya Lapitacara S 1710711129
Tri Andhika Dessy W 1710711138
Mugia Saida Daruini 1710711145
1. Harapan
C. Jenis-jenis Berduka
Ada 5 jenis konsep berduka, yaitu :
1. Berduka Normal
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses
berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan
untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga
rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Fase IV
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Penyangkalan (Denial)
Kemarahan (Anger)
Penawaran (Bargaining)
Depresi (Depression)
Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
3. Teori Martocchio
4. Teori Rando
Penghindaran
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika
klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
Akomodasi
E. Pengertian Kehilangan
Kehilangan (loss) adalah situasi actual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan
kehilangan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami setiap individu
selama rentan kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respons terakhir kehilangan
sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya ( Potter
&Perry, 1997). Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan
berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat
dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
Individu mengalami kehilangan ketika individu lain, pengontrolan, bagian
tubuh, lingkungan yang dikenal atau perasan diri sudah berubah atau tidak ada lagi.
Perubahan kehidupan bersifat alami dan biasanya bersifat positif. Selama menjalani
kehidupan bersifat alami dan biasanya bersifat positif. Kehilangan dapat memiliki
beragam bentuk, sesuai nilai dan prioritas yang di pengaruhi oleh lingkungan
seseorang yang meliputi keluarga, teman, masyarakat dan budaya.
Selama menjalani kehidupan, kita mempelajari bahwa perubahan selalu
melibatkan kehilangan yang penting (necessary losses), yang merupakan bagian
dari hidup. Kita belajar bahwa sebagian besar dari rasa kehilangan yang dipelukan
pada akhirnya digantikan oleh sesuatu yang berbeda atau yang lebih baik. Namun,
beberapa rasa kehilanagn menyebabkan kita mengalami perubahan permanen dalam
hidup kita mengancam perasan kita tentang kepemilikan dan keamanan. Kematian
seseorang yang kita cintai, perceraian, atau kehilangan kebebasan akan mengubah
hidup kita selamanya dan secara signifikan mengganggu kesehatan fisik, psikologis,
dan spiritual.
Kehilangan maturasional (maturational losses) adalah suatu bentuk dari
kehilangan yang penting dan melibatkan semua harapan hidup yang secara normal
berubah disepanjang kehidupan. Beberapa rasa kehilangan terlihat tidak diperlukan
dan bukan merupakan bagian dari pengalaman pendewasaan yang diharapkan.
Secara tiba-tiba, kejadian eksternal yang tidak dapat diperkirakan menyebabkan rasa
kehilangan situasional.
Kehilangan dapat bersifat actual atau dirasa. Rasa kehilangan actual (actual
loss) terjadi ketika seseorang tidak dapat lagi merasakan, mendengar, atau
mengenali seseorang atau objek. Ada juga kehilangan objek yang beharga antara
lain semua yang dipakai atau salah tempat, dicuri, atau rusak oleh bencana. Rasa
kehilangan yang dirasa (perceived losses) didefinisikan secara untuk oleh seseorang
mengalami rasa kehilangan dan bersifat tidak begitu jelas bagi individu lain,
misalnya kehilanagn kepercayaan diri atau harga diri.
F.Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi dua tipe yaitu :
1. Actual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti atau di cinta.
2. Persepsi
Hanya di alami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasan kemandirian
dan kebebasannya menjadi menurun.
G. Jenis-jenis Kehilanagn
Menurut Aziz Alimul (2014), kehilangan digolongkan menjadi beberapa jenis
yakni sebagai berikut:
1. Kehilanagn objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat
bencana)
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat di
rumah sakit, atau berpindah pekerjaan)
3. Kehilanagn seseorang yang di cinta ( misalnya pekerjaan, kepergian angota
keluarga atau teman dekat, perawat yang dipercaya, atau binatang
peliharaan)
4. Kehilanagn yang ada pada diri sendiri( misalnya anggota tubuhdan fungsi
psiologis atau fisik)
5. Kehilangan kehidupan/meninggal ( misalnya kematian anggota keluarga,
teman dekat atau diri sendri)
Orang dewasa
Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
2. Faktor Keluarga
J. Rentang respon
1. Deniel ( pengingkaran )
Reaksi pertama individu yang mengalamikehilangan adalah syok, tidak
percaya, mengerti atau mengingkari kenyataan bahwa kehilanga benar-benar
terjadi.
2. Anger ( marah)
Individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering di proyeksikan
kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami khilangan
juga tidak jarang menunjukan prilaku agresif berbicara kasar menyerang
orang lain menolak pengobatan bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
kompeten. Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, denyut
nadi cepat, gelisah, susah tidur tangan mengepal dll
3. Bargaining ( tawar menawar)
Terjadi penundaan kesadaranatas kenyataan terjadi kehilangan dan dapat
mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang terangan
seolah olah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya
untuk melakukan tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan
4. Tahap depresi
Klien sering menunjukan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat
penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga,
bahkan bia muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukan antara
lain menolak makan, susah tidur, letih, turunnya dorongan libido dll
5. Acceptance ( penerimaan)
Berkaitan dengan eorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran berpusat pada
objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kenyataan kehilanga yang dialaminya dan mulai memandang
kedepan. Gambaran tntang objek atau orang yang hilang akan mulai
dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru.
Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan
perrasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses berduka serta dapat
mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk
ketahap penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut
dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya
Psikologis: Sosial budaya :
- Perasaan kehilangan - accident
(kehilangan anak) (kecelakaan)
Biologi :
- Trauma
- Penyakit
kronis
FAKTOR PRESDISPOSISI
FAKTOR PRESIPITASI
MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Kehilangan: Kematian
Anak
(penyebab)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan (Nanda, 2017):
1. Dukacita terganggu berhubungan dengan kematian orang terdekat
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan karena
kehilangan
Penatalaksanaan
Diagnosa Keperawatan
1 Dukacita Setelah dilakukan tindakan Fasilitasi Berduka
terganggu keperawatan, klien mampu 1. Identifikasi pada tahap
berhubungan menangani dukacita dengan berduka mana klien
dengan kematian kriteria hasil: terfiksasi
2. Dorong klien untuk
orang terdekat a. Monitor kemampuan
verbalisasi kenangan
konsentrasi (pasien
dari kehilangan, baik
Pengertian: mampu mengingat apa
masa lalu dan saat ini
Suatu gangguan yang perawat katakan
8
yang terjadi sebelumnya/pasien 3. Dukung perkembangan
setelah kematian mampu mengingat apa proses berduka pribadi
orang terdekat, yang dia makan) yang sesuai
b. Monitor intensitas depresi 4. Bantu untuk
ketika
(pasien tidak lagi sering mengidentifikasi strategi
pengalaman
menangis, menangus 2 koping pribadi
distres yang
5. Komunikasikan
kali/hari dari 4 kali/hari)
menyertai
c. Identifikasi tanda depresi penerimaan kehilangan
kehilangan gagal 6. Identifikasi sumber-
(pasien mampu tidur 7-8
memenuhi sumber dukungan
jam/hari)
harapan normatif d. Rencanakan strategi masyarakat
dan untuk mengurangi efek
bermanifestasi tanda gejala (pasien tidak
gangguan lagi sering menangis,
fungsional. menangis 2 kali/hari dari
4 kali/hari
e. Laporkan peningkatan
suasana hati (pasien
mengatakan senang)
NIC keluarga :
Dukacita, terganggu
1. Bantuan kontrol marah
Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan harmonis dengan pasien
Gunakan pendrkatan yang tenang dan meyakinkan
Instruksikan penggunaan cara untuk membuat pasien lebih tenang(mis. Waktu
jeda dan nafas dalam)
2. Dukungan emosional
Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan
Dengarkan/dorong ekspresi keyakinan dan perasaan
Berikan dukungan selama fase mengingkari (denial), marah, tawar-menawar,
dan menerima
4. Mobilisasi keluarga
Jadilah pendengar yang baik
Bangun hubungan saling percaya
Indentifikasi kekuatan dsn sumber daya keluarga, dalam anggota keluarga dan
dalam sistem dukungan keluarga dan masyarakat
Berikan informasi pada kekuarga untuk membantu mereka dalam
mengidentifikasi keterbatasan dan kemajuan pasien serta implikasinya untuk
perawatan pasien
Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan terapi
pasien dan perubahan gaya hidup
Arahkan anggota keluarga pada kelompok-kelompok pendukung yang sesuai
5. Dukungan keluarga
Yakinkan keluarga bahwa pasien sedang diberikan perawatan terbaik
Terima nilai yang di anut keluarga dengan sikap yang tidak menghakimi
Indentifikasi sifat dukungan spiritual bagi keluarga
Kurangi perbedaan harapan antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
melakui keterampilan komunikasi
Bantu keluarga untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan alat yang
diperlukan untuk mendukung keputusan mereka terhadap perawatan pasien
6. Terapi keluarga
Tentukan pola komunikasi dalam keluarga
Identifikasi bagaimana keluarga menyelesaikan masalah
Identifikasi kekuatan/sumber keluarga
Identifikasi peran yang biasa dalam sistem keluarga
Fasilitasi strategi untuk menurunkan stress
Bantu keluarga untuk meningkatkan strategi koping yang ada
Minta anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam merasakan aktivitas dirumah,
misalnya makan bersama
3. Peningkatan koping
Ajarkan keluarga untuk menggunakan pendekatam yang tenang
Ajarkan keluarga untuk mendukung kesabaran dalam mengembangkan suatu
hubungan
Ajak keluarga untuk terlibat dalam memperbaiki koping pasien
RENCANA INTERVENSI
Prinsip Intervensi
1. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial) adalah
memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara
berikut.
d. Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada individu yang
mengalami kehilangan.
HASIL PENELITIAN
PENGALAMAN KEHILANGAN DAN BERDUKA PADA IBU YANG
MENGALAMI KEMATIAN BAYI DI DEPOK
METODE
Penelitian ini akan menggunakan desain penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui fenomena sosial dan perspektif individu terhadap fenomena
sosial yang dijalaninya dalam hidup. Etika penelitian yang digunakan adalah adalah
beneficience, anonymity, confidentiality, dan autonomy.
PARTISIPAN
Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang pernah mengalami kehilangan
bayi. Dengan menggunakan sampel purposive diharapkan partisipan dapat
mengungkapkan pengalamannya secara gamblang, jelas dan alamiah (apa adanya),
sesuai dengan desain penelitian yang dipilih yaitu kualitatif. Pada penelitian jumlah
partisipan sebanyak 10 orang sesuai dengan saturasi data yang didapat.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Partisipan
Jumlah 10 orang dengan usia 20-40 tahun. Semua partisipan dalam penelitian ini
merupakan ibu-ibu yang pernah mempunyai pengalaman kehilangan berupa kematian
bayi. Kematian bayi yang dialami oleh para partisipan berada dalam kurun waktu 2005-
2015. Usia kematian bayi berada antara 0-18 bulan. Jumlah anak para partisipan antara
1-4 orang anak. Pekerjaan partisipan beragam, partisipan 8 diantaranya adalahibu rumah
tangga, selebihnya guru TK dan wiraswasta. Seluruh partisipan beragama Islam. 6 dari
partisipan yang ada merupakan keluarga inti (nuclear family) sementara sisanya tinggal
bersama-sama keluarga besarnya (extended family).
Hasil Analisis Tema
Beberapa tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu: penyebab kematian
bayi, tahapan berduka, respon kehilangan, dukungan sistem sosial, hikmah kehilangan,
harapan pasca kehilangan, dan strategi koping. Berikut penjabaran tema-tema tersebut:
1. Partisipan mengalami kematian bayi dengan penyebab yang berbeda-beda
Partisipan menyatakan penyebab kematian bayinya adalah demam yang
menyebabkan dehidrasi berat yang akhirnya menimbulkan kematian bayi. Dua
partisipan lainnya mengatakan penyebab kematian bayinya adalah diare. Penyebab
kematian bayi selanjutnya adalah posisi bayi yang kurang menguntungkan dan bayi
prematur yang dialami masingmasing oleh dua orang partisipan.
Kondisi berikutnya yang menjadi penyebab kematian bayi adalah adanya
masalah air ketuban yang dialami oleh dua orang partisipan. Penyebab kematian bayi
terakhir yang ditemukan adalah perkembangan bayi kurang optimal yang dialami
oleh tiga partisipan.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W. 2013. Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Buku 1.
Jakarta : Elsevier
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan jiwa (Cetakan 1). Bandung : PT Refika Aditama
Yusuf, Ahmad, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika