Anda di halaman 1dari 10

B.

Konsep Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf
autonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas (Hana, 2011).
Ancietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ancietas dialami secara subjektif
dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ancietas berbeda dengan rasa
takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ancietas
adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk
menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ancietas
yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2007).
Dengan demikian kecemasan bisa berarti respon psikologis
seseorang terhadap stressor pencetus (penyebab kecemasan) yang biasanya
datang dari luar diri seseorang.
Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap
hari, dalam ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut atau
cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi
secara berlebihan terhadap stres yang ringan pun. Tidak mampu santai,
mengalami gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepala, pening, dan jantung
berdebar-debar adalah keluhan fisik yang paling sering ditemukan. Selain
itu, individu terus menerus merasa takut akan kemungkinan masalah dan

mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan


(Luluk, 2010).
2. Faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan
Teori yang dikembangkan tentang kecemasan adalah :
a. Dalam pandangan psikoanalitik.
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh normanorma budaya seseorang. Ego atau aku,
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan
fungsi kecemasan adalah mengikat ego bahwa ada bahaya.
b. Menurut pandangan interpersonal.
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
timbul kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama,
mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.
c. Menurut pandangan perilaku.
Kecemasan merupakan produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu
dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa

individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada


ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan dalam
kehidupan selanjutnya.
d. Kajian keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi.

e. Kajian biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines.

Reseptor

ini

mungkin

membantu

mengatur

kecemasan. Penghambat asam aminobutirik gamma neroregulator


(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana bahaya dengan
endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.
(Hana, 2011).
3. Stresor Pencetus
Stresor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a. Ancaman terhadap integritas

Ancaman terhadap hal ini meliputi ketidakmampuan fisiologis


yang akan datang dan menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas
hidup sehari hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri
Ancaman ini dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. Faktor yang berhubungan
dengan timbulnya kecemasan adalah faktor situasi, yang pada
perinciannya adalah sebagai berikut :

1) Berhubungan dengan ancaman aktual atau dirasakan adanya


ancaman.
2) Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat.
3) Berhubungan dengan nyata atau merasa terganggu.
4) Berhubungan dengan nyata atau merasa adanya perubahan
lingkungan.
5) Berhubungan dengan perubahan nyata atau dirasakan dalam
lingkungan.
6) Berhubungan dengan transmisi kecemasan dari individu lain
(Hana, 2011).
4. Macam Kecemasan.
Tingkat Ancietas sebagai berikut :
a. Ancietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari; Ancietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan tapang persepsinya. Ancietas ini dapat memotivasi


belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ancietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ancietas ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area
jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ancietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik dari Ancietas berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dan proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat Ancietas ini tidak sejalan dengan kehidupan jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian.
RENTANG RESPONS ANSIETAS
Respons adaptif
Antisipasi

Respons Maladaptif
Ringan

Sedang

Berat

Panik

(Stuart, 2007).
5. Alat Ukur Kecemasan
Skala tingkat kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala TMAS (Taylor Manifest Anxiaty Scale) yang akan mengukur tingkat
kecemasan berdasarkan gejala fisik dan psikologis.
TMAS adala instrumen pengukuran kecemasan berisi 40 butir
pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan ya dan tidak sesuai
dengan keadaan dirinya. T MAS terdiri dari 5 pertanyaan unfavorable dan
35 pernyataan favorable. Setiap jawaban diberi niai 1 untuk jawaban ya dan
0 untuk jawaban tidak.
Klasifikasi penilaian untuk skala TMAS adalah sebagai berikut :
> 20

: Berat

10-20

: Sedang

>9

: Ringan
Gejala fisik dan psikologis dari perasaan

berikut :
a. Perasaan cemas (ancietas)
1)

Firasat buruk

2)

Takut akan pikiran sendiri

3)

Mudah tersinggung

cemas adalah sebagai

b. Ketegangan
1)

Merasa tegang

2)

Gemetar

3)

Gelisah

c. Ketakutan
1)

Pada orang asing

2)

Ditinggal sendiri

3)

Pada kerumunan orang banyak

d. Gangguan tidur
1)

Terbangun malam hari

2)

Bangun dengan lesu

3)

Mimpi buruk

e. Gangguan kecerdasan
1)

Sukar konsentrasi

2)

Daya ingat menurun

3)

Daya ingat buruk

f. Perasaan depresi (murung)


1)

Hilangnya minat

2)

Berkurangnya kesenangan pada hobi

3)

Sedih

g. Gejala sematik / fisik (otot)


1)

Sakit dan nyeri di otot - otot

2)

Gigi gemerutuk

3)

Suara tidak stabil

h. Gejala somatik / fisik (sensorik)


1)

Muka merah atau pucat

2)

Merasa lemas

3)

Perasaan ditusuk lusuk

i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)


1)

Lakikardia (denyut jantung cepat)

2)

Denyut nadi mengeras

3)

Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan

j. Gejala respirator (pernafasan)


1)

Rasa tertekan atau sempit di dada

2)

Rasa tercekik

3)

Nafas pendek / sesak

k. Gejala gastrointestinal (pencernaan)


1)

Gangguan pencernaan

2)

Mual

3)

Muntah

l. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)


1)

Sering buang air kecil

2)

Tidak dapat menahan air seni

3)

Menjadi dingin (frigid)

m. Gejala autonom
1)

Mulut kering

2)

Mudah berkeringat

3)

Kepala pusing

n. Tingkah laku (sikap)


1)

Gelisah

(Hawari, 2011)
6. Mekanisme Koping
Ketika mengalami kecemasan, individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, dan ketidak-mampuan
mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang
untuk mengatasi kecemasan ringan cenderung tetap dominan ketika
kecemasan menghebat. Kecemasan

ringan sering ditanggulangi tanpa

pemikiran yang serius. kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua


jenis mekanisme koping :
a.

Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya


yang disadari, dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara
realistik tuntutan situasi stres.

b.

Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah


atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Perilaku menarik diri
digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan
seseorang dari sumber stres.

c.

Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah


cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan
aspek kebutuhan personal seseorang.

d.

Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi


kecemasan ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tidak sadar
dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladatif terhadap stress (Hana, 2011).

Anda mungkin juga menyukai