Disusun Oleh:
Anna Rahmawati 1032201005
Intan Amelia Putri 1032201021
Meidita Annisa Purman 1032201027
Nindya Isnanda Halimah 1032201029
Ansietas adalah perasaan ketakutan yang tidak memiliki penyebab yang jelas dan tidak
didukung oleh situasi, kecemasan dapat dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan
dan perasaan yang mendalam menyebabkan masalah kejiwaan dan berkembangan dalam
jangka panjang (Pardede, Simanjuntak & Manulu, 2020). Kecemasan merupakan suatu respon
psikologis maupun fisiologis individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan, atau
reaksi atas situasi yang dianggap mengancam (Hulu & Pardede, 2016). Kecemasan merupakan
suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020).
Etiologi
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping yang dikembangkan untuk menjelaskan ansietas (Stuart & suddent, 2017) yaitu :
1. Faktor predisposisi :
• Faktor psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang,
sedangkan superego mencermikan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengikatkan ego bahwa ada bahaya.
LANJUTAN…
• Faktor interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interposrnal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
meninmbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
• Faktor perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
• Kajian keluarga menunjukan bahwa ganguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluraga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi.
2. Faktor presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan
eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori :
a. Ancaman terhadap intergritas fisik meliputi disabiltitas fisiologis
yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan
aktifitas hidup sehari-hari
b. Ancaman terhadap sistim diri dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi social yang terintregasi pada individu.
Tingkat Ansietas
Menurut (Stuart, 2016) mengidentifikasi tingkat ansietas dengan penjelasan efeknya, yaitu :
4. Panik
3. Ansietas Berat
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror. Pada
Terjadi ditandai dengan penurunan
sebagian orang yang mengalami kepanikan tidak
yang signifikan dilapang persepsi.
Ansietas jenis ini cenderung dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan.
memfokuskan pada hal detail dan Gejala panic yang sering muncul adalah
tidak berfikir tentang hal lain.
peningkatan aktivitas motorik, penurunan
Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ansietas dan banyak kemampuan untuk berhubungan dnegan orang lain,
arahan yag dibutuhkan untuk persepsi yang menyempit dan kehilangn pemikiran
focus pada area lain. yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak dapat
bertahan tanpa batas waktu, karena tidak
kompatibel dengan kehidupan.
Manifestasi Klinis
Gangguan anxietas dibagi menjadi beberapa tipe (Baldwin, et al., 2014), yaitu:
1. Generalized Anxiety Disorders (GAD)
GAD merupakan perasaan cemas yang berat, menetap, disertai dengan gejala somatik yang
menyebabkan gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan (Locke, et al., 2015). Kriteria diagnostik
untuk GAD membutuhkan setidaknya gejala persisten hampir setiap hari selama minimal 6 bulan.
Kecemasan atau kekhawatiran disertai dengan setidaknya 3 gejala psikologis atau fisiologis. Gejala
psikologi seperti kecemasan yang berlebihan. kekhawatiran yang sulit dikontrol, gelisah, konsentrasi
rendah atau pikiran kosong. Gejala fisik meliputi kegelisahan, kelelahan, ketegangan otot, gangguan
tidur, dan iritabilitas (DiPiro, et al., 2009).
2. Panic Disorders (PD)
Gejala untuk panic disorders biasanya dimulai
dengan serangkaian serangan panik yang tak
terduga (Locke, et al., 2015). Kriteria diagnostiknya
diikuti oleh setidaknya kekhawatiran yang
berlangsung selama 1 bulan terus-menerus. Selama
terjadi serangan, harus ada setidaknya 4 gejala fisik,
ditambah dengan gejala psikologi. Gejala psikologi
seperti depersonalisasi, takut kehilangan kontrol,
takut menjadi gila, serta takut mati. Sedangkan
gejala fisik seperti distress abdominal, nyeri dada,
menggigil, pusing, hot flushes, palpitasi, mual,
sesak napas, berkeringat, takikardia, dan gemetar
(DiPiro, et al., 2009).
3. Social Anxiety Disorders (SAD)
Ciri penting dari SAD adalah rasa takut yang
intens, irasional, dan terusmenerus. Ketika berada
dalam situasi yang ditakuti biasanya memicu
serangan panik. Ketakutan dan penghindaran
terhadap suatu situasi dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari. Gejala takut seperti takut diteliti orang
lain, malu, serta takut dihina. Situasi yang
menakutkan seperti makan atau menulis di depan
orang lain, berinteraksi dengan figur otoritas,
berbicara di depan umum, berbicara dengan orang
asing, dan penggunaan toilet umum. Gejala fisik
meliputi wajah memerah, diare, berkeringat,
takikardia, dan gemetar (DiPiro, et al., 2009).
Keluhan yang sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami ansietas antara lain sebagai berikut :
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas (Waryuningsih, 2021) :
a. Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan
pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi