Anda di halaman 1dari 21

Manajemen Keperawatan

Bencana Pada Fase Preparedness

Ns. Martha K. Silalahi, M.Kep


Pengantar..
Kesiapsiagaan (Preparadness) adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.

Kesiapsiagaan (Preparedness) adalah program atau kegiatan


yang dikembangkan dan dapat di implementasikan sebelum
respon bencana/darurat terjadi (dalam upaya
kesiapsiagaan bencana).

Tujuan:
Untuk mendukung dan meningkatkan mitigasi, respon dan
pemulihan dari bencana.
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah aktivitas dan
langkah-langkah kesiapsiagaan yang dapat
dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya
korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya
tata kehidupan masyarakat.

Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana


akan terjadi dan sudah mulai teridentifikasi, kegiatan
yang dilakukan antara lain:
Lanjutan..
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya.
2. Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor
penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana
dan pekerjaan umum).
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumber daya/logistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan
terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini
(early warning)
7. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
8. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana
peralatan
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan
persiapan yang baik dengan memikirkan berbagai
tindakan untuk meminimalisir kerugian yang
ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan
menyusun perencanaan agar dapat melakukan
kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif
pada saat terjadi bencana (Merencanakan
bagaimana menaggapi bencana).
Contoh: merencanakan kesiagaan; latihan keadaan
darurat, system peringatan.
Pada fase/tahap kesiapsiagaan ini, masanya panjang,
banyak sekali yang bisa dilakukan dan batas
waktunya tidak dapat ditentukan. Tahap
kesiapsiagaan ini akan berakhir atau berlanjut ke
tahap berikutnya bila bencana terjadi. Karena itu
pada fase kesiapsiagaan ini, kita membagi menjadi
dua fase yaitu pencegahan bencana dan mitigasi.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan
untuk mengurangi serta menanggulangi resiko
bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat
berupa perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik
maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.

Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat


dilakukan secara struktural maupun kultural (non
struktural).
Secara struktural upaya yang dilakukan untuk
mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap
bencana adalah rekayasa teknis bangunan tahan
bencana.
Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi
kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah
dengan cara mengubah paradigma, meningkatkan
pengetahuan dan sikap sehingga terbangun
masyarakat yang tangguh.
Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah
membuat masyarakat peduli terhadap lingkungannya
untuk meminimalkan terjadinya bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan
pada tahapan ini adalah:
1. Membuat peta atau denah wilayah yang sangat
rawan terhadap bencana
2. Pembuatan alarm bencana
3. Membuat bangunan tahan terhadap bencana
tertentu
4. Memberi penyuluhan serta pendidikan yang
mendalam terhadap masyarakat yang berada di
wilayah rawan bencana.
5. Menyusun rencana pengembangan sistem
peringatan, pemeliharaan persediaan dan
pelatihan personil.
6. Menyusun langkah-langkah pencarian dan
penyelamatan serta rencana evakuasi untuk
daerah yang mungkin menghadapi risiko dari
bencana berulang.
7. Melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut
dilakukan sebelum  peristiwa bencana terjadi dan
ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa,
gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana
terjadi.
Strategi Simulasi di Masyarakat, Kesiapan
Sarana & Prasarana untuk Menghadapi
Bencana
1. Kenali lokasi dan tempat terjadinya bencana
2. Kenali masyarakat (kebiasaan, adat istiadat, dan
juga pengetahuan serta ketersediaan akses
untuk mendapatkan informasi)
3. Sarana prasarana di linkungan masyarakatnya
memadai/tidak
4. Bagaimana penanggungjawab /pengambil
keputusan di masyarakat.
Keterbatasan data dan informasi spasial
kebencanaan merupakan salah satu permasalahan
yang menyebabkan manajemen bencana di
Indonesia berjalan kurang optimal.

Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit


dilakukan karena data yang beredar memiliki banyak
versi dan sulit divalidasi kebenarannya. Oleh karena
itu perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk
menghindari atau meminimalisasi dampak bencana
yang terjadi.
Strategi Penanganan Bencana di Indonesia
dan Empat Fase Benanganan Bencana
Secara Umum, Strategi penanganan bencana
di Indonesia
1. Meningkatkan kebijakan dan kelembagaan
penanggulangan bencana
2. Mengembangkan pengkajian risiko dan
perencanaan terpadu
3. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan
Logistik.
4. Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
5. Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi
Bencana
6. Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat
7. Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana.
4 Fase Penanganan Bencana
1. Tahap Pencegahan dan Mitigasi bencana
dilakukan untuk mengurangi serta
menanggulangi resiko bencana
2. Tahap Kesiapsiagaan dilakukan menjelang
sebuah bencana akan terjadi.
3. Tahap Tanggap Darurat dilakukan saat kejadian
bencana terjadi. 
4. Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi; biasa
dilakukan setelah terjadinya bencana
KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT
Bencana

Pemulihan
Peringatan RENCANA RENCANA
KONTINJENSI Darurat
Dini OPERASI

RENCANA
PENANGGULANGAN
RENCANABENCANA RENCANA
MITIGASI PEMULIHAN

PEMULIHAN
PENCEGAHAN &
MITIGASI
Strategi Penanganan Bencana di Masa Pandemi COVID-19

1. Perlunya penguatan institusi pemerintah guna menekan


penyebaran virus selama terjadinya bencana. BNPB dan
BPBD harus terus berkoordinasi dengan lembaga
pemerintah lainnya yang mempunyai fasilitas untuk deteksi
dini bencana seperti BMKG ; Diharapkan dengan koordinasi
yang kuat, penanganan multibencana bisa semakin cepat
dan tepat, sehingga kalaupun bencana alam terjadi, korban
bisa diminimalkan karena upaya mitigasi telah dilakukan.
2. Penataan logistik dan infrastruktur. salah satu sifat
karakteristik dari bencana alam adalah merusak
infrastruktur, baik itu infrastruktur transportasi maupun
komunikasi. Akibatnya, terjadi kelangkaan logistik yang
disebabkan oleh terputusnya jaringan transportasi dan
komunikasi yang berujung pada tidak adanya pasokan
bahan makanan serta bahan bakar minyak (BBM)
3. Perekrutan atau Pengerahan Relawan (bagian ini dapat dilakukan
secara online utk mengurangi aktivitas berkerumun) Diberikannya
info dan pelatihan (meningkatkan kompetensi dan kesiapan relawan
ketika terjadi multibencana) terkait penanganan bencana/
multibencana, dari materi pra-bencana, tanggap darurat sampai
dengan materi pasca bencana-simulasi bencana”
4. Penyediaan Tempat Evakuasi dan Penampungan Sementara.
Langkah ini akan sangat penting bagi daerah-daerah yang rawan
bencana, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan
banjir maupun bencana hidrometeorologi seperti banjir dan
kebakaran hutan. Fasilitas-fasilitas pemerintah (rg terbuka, gedung
pertemua, dll) yang mampu mengakomodir masyarakat dalam
jumlah besar.
5. Peningkatan Kesiapsiagaan Individu. Harus update dengan
informasi-informasi penting melalui perangkat komunikasi dengan
memonitoring informasi melalui situs-situs berita dari sumber yang
terpercaya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai