bencana,
merupakan
fase
pers
dapat
memainkan
dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada
dapat melalui perangkat komunikasi dan informasi, antara lain :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Ronda disekitar lingkungan
pemukiman warga dan khususnya di tempat-tempat rawan kebakaran
(pemantauan, informasi dan komunikasi). Kegiatan deteksi dan
patroli untuk setiap kelas bahaya kebakaran akan semakin
sering dilaksanakan apabila tingkatan bahaya kebakaran
semakin ekstrim.
2. Merencanakan dan Mensosialisasikan Kesepakatan penyampaian tanda
bahaya yang disepakati bersama : Kentongan, sirine, peluit atau apa yang
telah disepakati.
3. Merencanakan dan Mensosialisasikan Kesepakatan jalur evakuasi :
Disepakati jalur mana yang akan dilewati untuk penyelamatan.
4. Merencanakan dan Mensosialisaasikan Kesepakatan Tujuan/Tempat
Pengungsian yang akan digunakan : Disepakati tujuan pengungsian ke
tempat yang lebih aman.
5. Mensosialisasikan Persiapan Masing-Masing Keluarga : Yang diutamakan
untuk diselamatkan, seperti surat-surat berharga, ternak, pakaian
secukupnya.
Selain itu, sumber daya manusia yang ada dapat membantu dalam hal
pengorganisasian masyarakat, seperti Kerjasama dengan Perangkat Desa
Setempat, PEMDA , LSM; mempersiapkan Alat Bantu Transportasi, dan
mempersiapkan/membuat Alat Bantu Penerangan (obor, senter, dll)
Jika SOI bernilai positif, maka akan terjadi musim penghujan di Indonesia
dan jika nilai SOI lebih dari 10 maka akan terjadi gejala La-Nina. Begitu pula
sebaliknya. Jika nilai SOI lebih dari 10, maka akan terjadi gejala El Nino di
Indonesia yang menyebabkan terjadinya kemarau yang hebat di Indonesia,
seperti yang terjadi sepanjang tahun 1982/1983 dan 1997 1998.
Hubungan antara hasil prediksi/peramalan dini terhadap tingkat kekeringan
yang terjadi dengan hasil tingkat kekeringan yang diperoleh dari pemantauan
stasiun cuaca pada saat ini
3. Persiapan (preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur
mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan
pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan
pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus
melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman.
Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan
pemahamannya sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana.
Selain itu jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya
bencana (mitigasi non struktur), serta usaha-usaha keteknikan untuk
membangun struktur yang aman terhadap bencana dan melindungi struktur
akan bencana (mitigasi struktur).
Penguatan kelembagaan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta
merupakan faktor kunci dalam upaya mitigasi bencana. Penguatan kelembagaan
dalam bentuk dalam kesiapsiagaan, sistem peringatan dini, tindakan gawat
darurat, manajemen barak dan evakuasi bencana bertujuan mewujudkan
masyarakat yang berdaya sehingga dapat meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.
Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah daerah dalam kegiatan
sebelum/pra bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/lembaga yang telah
ada dan pelatihan kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga
antar daerah maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal
wilayah administrasi, sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulangan
bencana yang potensial di wilayahnya.
efektif,
melalui
kebakaran
baik
nasional
maupun
lembaga-lembaga
kemasyarakatan
dalam
https://books.google.co.id/books?
id=VM4MzdSjKYkC&pg=PA133&dq=bencana+kebakaran&hl=id&sa=X&redir_
esc=y#v=onepage&q=bencana%20kebakaran&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=yrgiBN5MrKQC&pg=PA75&dq=bencana+kebakaran&hl=id&sa=X&redir_es
c=y#v=onepage&q=bencana%20kebakaran&f=false