Anda di halaman 1dari 56

DOKUMEN RENCANA KONTINGENSI

TANAH LONGSOR
KABUPATEN MAGELANG

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH


KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Gambaran Umum Wilayah
C. Potensi Kejadian Bencana
D. Kelembagan dan Peraturan Terkait Penanggulangan Bencana

BAB II : PENILAIAN BAHAYA DAN PENENTUAN KEJADIAN


A. Penilaian Bahaya
B. Penentuan Kejadian

BAB III : PENGEMBANGAN SKENARIO KEJADIAN DAN SKENARIO


DAMPAK BENCANA
A. Pengembangan Skenario Kejadian Bencana
B. Dampak Aspek Kependudukan
C. Dampak Aspek Sarana dan Prasarana
D. Aspek Ekonomi
E. Aspek Lingkungan
F. Aspek Kesehatan

BAB IV : PENETAPAN TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI


PENANGANAN DARURAT
A. Tujuan
B. Strategi

BAB V : PERENCANAAN BIDANG OPERASI


A. Penentuan Pos Komando, Jalur Evakuasi, Titik Kumpul, Tempat Pengungsian
B. Perencanan Bidang Oprasi
1. Bidang Operasi Manajemen Pos Pendamping
2.Bidang Operasi PPE (Penyelamatan dan Evakuasi)
3.Bidang Operasi Kesehatan dan Psikososial
4.Bidang Operasi Logistik
5. Bidang Operasi Dapur Umum
6. Bidang Operasi Barak / Pengungsian
7. Bidang Operasi Pendidikan
8. Bidang Operasi Ekonomi
9. Bidang Operasi Kominfo
10. Bidang Operasi Keamanan

BAB VI : RENCANA TINDAK LANJUT

BAB VII : PENUTUP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana merupakan


payung hukum dalam penanggulangan bencana; adanya mandat bagi perlindungan
rakyat dari risiko bencana; perubahan cara pandang dari responsif menjadi pengurangan
risiko dan kesiapsagaan; terintegrasinya penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan; penanggulangan bencana diselenggarakan dan dibiayai oleh anggaran
pembangunan pemerintah dan pemerintah daerah serta masyarakat dan dunia usaha;
pembentukan kelembagaan yang kuat, serta hal-hal yang mengatur tentang hak dan
kewajiban masyarakat.

Kerangka kerja pengurangan risiko bencana yang diselenggarakan Indonesia sejalan


dengan kerangka aksi hyogo (Hyogo Framework in Action-HFA) 2005-2015 dan
kerangka aksi Sendai 2015-2030 sebagai bagian dari ketangguhan warga masyarakat
dunia. Konsep ini disepakati bersama oleh kurang lebih 168 negara-negara di dunia
yang semakin menyadari betapa pentingnya usaha-usaha Disaster Risk Reduction-DRR
(pengurangan risiko bencana) akan mendorong pada usaha membangun budaya
keselamaan bagi penduduk dunia.

Pengurangan risiko bencana menjadi dasar berfikir dan bertindak negara dan
masyarakat sejak prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Tahapan pra
bencana atau kesiapsiagaan dengan menyusun sebuah perencanaan kontingensi.
Perencanaan Kontingensi merupakan suatu proses perencanaan ke depan; dalam
keadaan yang tidak menentu; dimana skenario dan tujuan disepakati bersama; tindakan
teknis dan manajerial ditetapkan; dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi
disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi
darurat atau kritis. Suatu rencana Kontingensi perlu diperbarui setiap kurun waktu
tertentu, untuk memperoleh data masukan yang baru tentang dampak bencana, sumber
daya manusia, peralatan, maupun sumber daya lainnya.
Kabupaten Banjarnegara secara geografis memiliki potensi tanah longsor yang relatif
tinggi. Kawasan rawan bencana tanah longsor tersebut sebagian besar berada di wilayah
pegunungan dengan kondisi kemiringan lereng yang curam. Setiap memasuki musim
penghujan BPBD Kabupaten Banjarnegara menempatkan petugasnya untuk memantau
daerah-daerah yang berada di kawasan longsor tersebut.

Wilayah Kecamatan Bawang juga termasuk kedalam daerah rawan bencana longsor
maka dari itu diperlukan upaya pemantauan daerah-daerah rawan tersebut. Upaya
tersebut perlu diperkuat dengan perencanaan kontingensi bencana tanah longsor yang
lebih komprehensif. Penyusunan rencana kontingensi bencana tanah longsor melibatkan
pemerintah, dan masyarakat di wilayah Kecamatan Bawang.

Kegiatan penyusunan dokumen rencana kontingensi bencana tanah longsor ini telah
dilaksanakan dalam beberapa tahapan awal. Dalam tahapan awal ini diharapkan telah
diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai kajian risiko bencana yang meliputi
kajian kapasitas dan kajian kerentanan kawasan rawan bencana di wilayah kecamatan
bawang

1) Maksud Dan Tujuan


Dokumen Rencana Kontingensi Erupsi Tanah Longsor Kecamatan Bawang
disusun sebagai dasar, acuan utama oleh pihak – pihak terkait dalam operasi
penanganan darurat Longsor di Kecamatan Bawang . Tujuan penyusunan Dokumen
Rencana Kontingensi Tanah Longsor adalah:

1. Menjadi pedoman dalam melaksanakan operasi darurat bencana bagi, pemerintah,


masyarakat, dan dunia usaha
2. Sebagai komitmen bersama pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam
penanganan darurat bencana dengan tugas masing masing pihak
3. Sebagai wadah koordinasi dan kesepahaman bersama dalam penangnaan darurat
bencana longsor
4. Menurunkan risiko bencana melalui kesiapsiagaan penanganan darurat bencana
tanah longsor bagi pihak terkait
2) Sifat Rencana Kontingensi
Dokumen Rencana Kontingensi Tanah Longsor Kecamatan Bawang bersifat:

1. Partisipatoris dalam penyusunannya melibatkan semua pihak.


2. Dinamis dan selalu terbarukan di setiap periodik waktu sesuai dan perkembangan
situasi dan kondisi.
3. Sebagai pedoman utama dalam penanganan darurat longsor di Kecamatan
Bawang
3) Ruang Lingkup
Dokumen Rencana Kontingensi Erupsi Gunung Merapi merupakan dokumen
Pemerintah Kecamatan Bawang yang didalamnya terdapat kebijakan – kebijakan, dan
strategi yang akan dilakukan jika sewaktu – waktu terjadi longsor. Juga terdapat rincian
tugas bagi setiap instansi berdasarkan sumber daya yang dimiliki.

4) Tahapan Penyusunan Rencana Kontingensi


Kegiatan penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi Tanah Longsor ini
dilakukan dengan tahapan–tahapan sebagai berikut:

1. Membentuk Tim Kerja rencana kontingensi yang bertugas menyusun rencana


kegiatan penyusunan rencana kontingensi;
2. Orientasi dan penyamaan persepsi tentang pentingnya rencana kontingensi tanah
longsor bagi semua pelaku penanggulangan bencana di tingkat Kacamatan Bawang
3. Pengumpulan, pengolahan dan mutakhiran data di Kecamatan Bawang pada semua
sektor penanganan bencana dan lintas administratif.
4. Penyusunan rancangan rencana kontingensi;
5. Penyusunan naskah, pembahasan dan perumusan dokumen rencana kontingensi
yang disepakati;
6. Konsultasi publik tentang hasil rumusan rencana kontingensi;
7. Penyebaran/diseminasi dokumen rencana kontingensi kepada pemangku
kepentingan penanggulangan bencana.
5) Aktifasi Rencana Kontingensi
Transfomasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi dilaksanakan setelah
terjadi peringatan dini akan datangnya ancaman terjadi tanah longsor dari tanda –
tanda alam yang terlihat dikhawatikan akan terjadinya tanah longsor. Tanda – tanda
alam ini menandai peningkatan status “Siaga Darurat” Tanah Longsor.

6) Pengertian
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis;
2. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana;
3. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik (mitigasi struktural) maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi non-struktural);
4. Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yang berwenang-wenang;
5. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta,
dan gangguan kegiatan masyarakat;
6. Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang
memerlukan tindakan penanganan segera dan memadai;
7. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan/Lembaga
yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana;
8. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sesegera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi;
9. Bantuan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat;
10. Penanganan Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada keadaan darurat bencana untuk mengendalikan ancaman/penyebab
bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan;
11. Bantuan Penanganan Darurat Bencana adalah bantuan untuk mengendalikan
ancaman / penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan pada
keadaan darurat bencana;
12. Rencana Operasi adalah rencana yang dibuat/disusun dalam rangka pelaksanaan
operasi penanganan darurat bencana. Rencana operasi ini disusun oleh satuan
tugas Komando Penanganan Darurat Bencana dengan mempertimbangkan rencana
kontingensi dan hasil kaji cepat (Perka BNPB nomor 03 Tahun 2016 tentang
Sistim Komando Penanganan Darurat Bencana - SKPDB);
13. Komando adalah kewenangan untuk memberikan perintah, mengkoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi upaya penangangan darurat
bencana;
14. Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah suatu kesatuan upaya
tersturktur dalam satu komando yang digunakan untuk mengintegrasikan kegiatan
penanganan darurat secara efektif dan efisien dalam mengendalikan ancaman/
penyebab bencana dan menanggulangi dampak pada saat keadaan darurat
bencana;
15. Pos Komando Penanganan Darurat Bencana yang selanjutnya disingkat Posko PDB
adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat komando operasi penanganan darurat
bencana yang merupakan posko utama di dalam Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana, untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan
mengevaluasi pelaksanaan penanganan darurat bencana;
16. Pos Lapangan Darurat Bencana yang selanjutnya disebut Pos Lapangan PDB adalah
institusi yang berfungsi secara langsung sebagai pelaksana operasi penanganan
darurat bencana baik di lokasi bencana, sekitar lokasi bencana mapun lokasi
pengungsian;
17. Klaster adalah pengelompokan para pelaku yang memiliki kompetensi sama dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah, lembaga non pemerintah, lembaga usaha dan
kelompok masyarakat dalam upaya penanganan darurat bencana, dipimpin oleh
koordinator yang berasal dari instansi/lembaga yang memiliki kewenangan teknis;
18. Kelompok rentan adalah kelompok yang mempunyai risiko lebih besar secara fisik,
psikologis atau kesehatan sosial yang terdiri dari lansia, penyandang disabilitas, ibu
hamil dan balita;
19. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dalam lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasakan
persamaan hak;
20. Penyintas adalah orang yang berhasil bertahan hidup setelah mengalami kejadian
bencana atau guncangan lainnya.
B. Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa tengah. Kabupaten yang
berbatasan langsung dengan beberapa Kabupaten, antara lain dengan Kabupaten
Wonosobo dan Temanggung di bagian barat, Kabupaten Kulon Progo dan Purworejo di
bagian selatan, Kabupaten Klaten, Boyolali di bagian timur, Kabupaten Semarang di
bagian utar, dan Kota Magelang di bagian tengahnya. Secara geografis Kabupaten
Magelang terletak diantara 110 01’51” dan 110 26’58” BT, 7 19’33” dan 7 42’16” LS.
Dengan letak geografis tersebut Kabupaten Magelang memiliki topografi yang beragam.
Keragaman topografi tersebut memasukkan Kabupaten Magelang menjadi salah satu
Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki ancaman bencana yang tinggi.
Gambar 1. Peta Kabupaten Magelang
Ragam topografi antara lain Kabupaten Magelang dilalui oleh dua sungai besar yaitu Kali
Elo dan Kali Progo. Selain sungai, Kabupaten Magelang juga dikelilingi rangkaian
pegunungan. Dibagian barat daya, Kabupaten Magelang dikelilingi oleh rangkaian
Pegunungan Menoreh, dan dibagian utara dikelilingi rangkaian Pegunungan Andong. Di
lereng pegunungan yang mengelilingi Kabupaten Magelang ini memiliki ancaman risiko
bencana khususnya tanah longsor yang tinggi. Jenis tanah yang gembur, unsur batu yang
sedikit menyebabkan tanah di rangkaian Pegunungan Menoreh ini jika dimusim
penghujan mudah terjadi longsor. Beberapa desa di lereng pegunungan tersebut terdapat
pemukiman penduduk yang rumayan banyak. Banyak pemukiman penduduk yang masuk
dizona merah atau zona tidak aman untuk ditempati.

C. Potensi Kejadian Bencana

Gambar 2. Peta Kawasan Rawan Longsor Kab. Magelang


Berdasarkan data Pusdalpos BBPD Magelang mengenahi Kejadian Longsor di
Kabupaten Magelang tahun 2015 – 2018 ada beberapa Kecamatan yang memiliki
ancaman longsor yang tinggi. Hampir disetiap musim penghujan terjadi longsor. Catatan
sejarah sebelum terjadi longosor ada tanda-tanda alam yang menunjukkan akan terjadinya
longosor, antara lain adanya retakan tanah disekitar lereng, terdengar suara gemuruh, dan
munculnya sumber mata air baru. Bahaya Primer atau bahaya yang langsung menenahi
penduduk saat terjadi longosr adalah material yang terbawa longosoran, antara lain tanah,
batu, air, kayu yang dapat menimpa penduduk yang bisa mengakibatkan timbulnya
korban jiwa maupun harta benda.
Bahaya lain yang mengancam penduduk adalah bahaya sekunder, yaitu bahaya yang
timbul setelah terjadinya tanah longsor bisa terjadinya lonsor susulan, atau longornya
sisa-sisa dari longsoran sebelumnya. Dampak dari longsor juga mengakibatkan kerusakan
lingkungan, pemukiman, maupun sumber mata air. Data sejarah kejadian tanah longsor di
Kabupaten Magelang, intensitas longosor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
hamper dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
KECAMATAN 2015 2016 2017 2018 JUMLAH

SALAMAN 9 31 45 27 112

BOROBUDUR 5 16 43 36 100

SAWANGAN 4 6 29 2 41

WINDUSARI 6 4 12 1 33

KALIANGKRI 1 7 14 9 31
K
NGABLAK 2 4 17 7 30

PAKIS 5 8 13 3 29

KAJORAN 2 3 15 5 25

GRABAG 4 6 4 4 18

BANDONGAN 1 3 9 3 16

SECANG 2 3 8 1 14

TEMPURAN 2 0 9 0 11

CANDIMULYO 0 2 4 3 9

DUKUN 1 5 0 2 8

MUNTILAN 0 3 4 1 8

TEGALREJO 0 0 3 3 6

MERTOYUDAN 1 0 0 4 5

MUNGKID 0 0 2 2 4
SALAM 1 0 2 0 3

NGLUWAR 0 0 2 1 3

Tabel 1. Sejarah kejadian tanah longsor di Kabupaten Magelang


D. Kelembagaan dan Peraturan Kebencanaan Daerah
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana yang akan datang merupakan kewajiban dari
semua pihak. Diperlukan suatu koordinasi yang berkelanjutan dari instansi terkait untuk
mewujudkan kominten bersama mengenahi tugas masing-masing instansi mengenahi
pengerahan sumber daya yang dimiliki dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Dokumen rencana kontijensi ini dimaksudkan sebagai acuan referensi jika sewaktu –
waktu terjadi tanah longsor untuk pihak terkait pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Dasar hukum dalam penyusunan rencana kontijensi tanah longsor
Kabupaten Magelang :

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pembukaan pada Alinea IV.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan Bencana.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran serta
Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
10. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 tahun 2016
tentang Pos Penanganan Darurat Bencana

11. Buku Pedoman Penyusunan Rencana Kontingensi Menghadapi Ancaman Bencana


yang diterbitkan BNPB edisi ke-3 tahun 2013
BAB II
PENILAIAN BAHAYA DAN PENENTUAN KEJADIAN

1. Penilaian Bahaya
Penilaian bahaya longsor di Kabupaten Magelang mengacu pada sejarah terjadinya
longsor yang terjadi dari tahun 2015 – 2018. Data kejadian tersebut dihimpun oleh
Pusdalops BPBD Magelang. Data sejarah longsor menunjukkan adanya kenaikan
intensitas longsor yang terjadi dikawasan desa di Kabupaten Magelang, disetiap musim
penghujan ada longsor yang terjadi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kabupaten Magelang adalah Kabupaten yang rawan terjadinya longsor.
Penilaian bahaya yang akan berdampak jika terjadi longsor antara lain :
a). material longsoran tanah, batu, air, dan pohon yang mengancam pemukiman
penduduk
b). longsoran susulan dari sisa – sisa material longsoran awal
2. Penentuan Kejadian
Penentuan kejadian berdasarkan kesepakatan pada hasil diskusi peserta penyusunan
rencana kontijensi yang membahas tentang sejarah terjadinya longsor dari setiap fase
Fase – fasae yang dapat digambarkan saat terjadi longsoran sebagai berikut :
Fase 1 : Memasuki musim penghujan (status siaga daruat)
Fase 2: kenaikan intensitas hujan (status siaga darurat)
Fase 3: intensitas hujan tinggi terjadi berhari – hari (status siaga darurat)
Fase 4: terdapat tanda – tanda yang membahayakan dan akan bepotensi longsor (status
siaga darurat)
Fase 5 : terjadi tanah longsor (status tanggap darurat)
Fase 6: evakuasi warga terdampak ke pengungsian (status tanggap darurat)
Fase 7: masa transisi tanggap darurat ke pemulihan (status transisi tanggap darurat ke
pemulihan)
BAB III
PENGEMBANGAN SKENARIO KEJADIAN DAN SKENARIO DAMPAK BENCANA

A. Pengembangan Skenario Kejadian Bencana

M
emasuki musim penghujan pada bulan November 2019 Pemerintah
Kabupaten Magelang melalui BPBD menyampaikan himbauan
kepada seluruh warga untuk selalu waspada dan berhati-hati.
Himbauan tersebut didasarkan pada jurnal rutin yang diterbitkan
oleh BMKG maupun melalui website BMKG (www.bmkg.go.id).
Himbauan ini selanjutnya diteruskan kepada para Camat di seluruh
Magelang. Himbauan ini secara khusus disampaikan kepada para
Kepala Desa di kawasan rawan bencana longsor yang meliputi 11
Kecamatan di Kabupaten Magelang. BPBD juga menghimbau agar pihak Kecamatan
melakukan koordinasi intensif dengan masing-masing Desa tersebut terkait dengan
kondisi cuaca di musim penghujan kali ini.

Selama kurun waktu bulan November hingga Desember 2019 terpantau kondisi curah
hujan masih dalam keadaan normal. Namun memasuki awal bulan Januari 2020 curah
hujan cenderung meningkat. Melalui siaran pers nya BMKG menyampaikan bahwa
memasuki bulan Januari 2020 ini hujan cenderung terus mengalami peningkatan
intensitasnya. BPBD Kabupaten Magelang meneruskan informasi BMKG tersebut
kepada seluruh Camat terutama yang berada di kawasan rawan bencana tanah longsor
khususnya di Kecamatan Salaman, Borobudur, dan Grabag. Kepada para Camat tersebut,
BPBD menghimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dengan mengaktifkan tim Siaga
Bencana di Desa dan melakukan pemantauan terhadap alat peringatan dini (EWS-early
warning system) yang sudah terpasang. BPBD Magelang juga menghimbau pihak
Kecamatan untuk menggelar rapat-rapat koordinasi kesiapsiagaan menghadapi ancaman
bencana tanah longsor.

Selama bulan Januari hingga Februari ini curah hujan semakin meningkat intensitasnya
bahkan hujan dengan intensitas tinggi dapat berlangsung selama beberapa hari. BPBD
Kabupaten terus melakukan koordinasi dengan pihak Kecamatan dan Desa yang berada
di kawasan rawan longsor. Informasi yang diterima dari lokasi menyebutkan bahwa di
beberapa lokasi telah terlihat tanda-tanda yang membahayakan dan berpotensi terjadi
tanah longsor. Tanda-tanda tersebut antara lain mulai ada retakan tanah dibeberapa desa

ada tanggal 17 Februari 2020 pukul 17.30 wib telah terjadi tanah longsor

P
secara bersamaan di Kecamatan Salaman, Borobudur dan Grabag. Longsor
menimpa 6 desa yaitu di Desa Kalirejo, Ngargoretno, Sodosari(Kecamatan
Salaman); Desa Kenalan, Giripurno (Kecamatan Borobudur); dan Desa
Baleagung(Kecamatan Grabag). Longsor mengakibatkan ratusan KK
mengungsi ke tempat yang lebih aman. Dengan kejadian ini maka Bupati
Magelang mengeluarkan pernyataan bencana dan menetapkan penanganan
darurat bencana selama 7 hari hingga tanggal 24 Februari 2020. Bantuan
mengalir dari berbagai pihak untuk warga terdampak longsor. Beberapa BPBD di dari
Kabupaten terdekat turut memberikan dukungan langsung di lokasi bencana.
Gambar 3. Peta kawasan rawan longsor di Desa Kalirejo
Gambar 4. Peta kawasan longsor di Desa Ngargoretno
Gambar 5. Peta Kawasan rawan longsor di Desa Sidosari
Gambar 6. Peta kawasan rawan longsor di Desa Kenalan
Gambar 7. Peta kawasa rawan longsor di Desa Giripurno
Gambar 8. Peta kawasan rawan longsor di Desa Baleagung
Kondisi cuaca semakin membaik yang ditandai dengan curah hujan yang semakin
menurun dan cenderung normal. Mendasarkan pada hal tersebut maka pada tanggal 25
Februari 2020 Bupati Magelang menetapkan penanganan darurat bencana tanah longsor
dinyatakan selesai dan dilanjutkan dengan tahapan transisi darurat ke pemulihan hingga
bulan April 2020

A. Dampak Aspek Kependudukan


Di dalam skenario ini disepakati jumlah warga yang terdampak adalah 508 jiwa
yang berasal dari enam Desa dari tiga Kecamatan, warga terdampak di Evakuasi
ke titik Pengungsian yang telah disepakati. Warga yang dievakuasi terdiri dari
kelompok rentan yaitu lansia, anak-anak, balita, dan kaum perempuan termasuk
ibu-ibu serta penyandang disabilitas.

No. Kecamatan Dusun RT / RW Jumlah KK


1. Salaman Brudan, Kalirejo 01 / 07 10
2. Salaman Karangwetan, Kalirejo 01 / 02 15
3. Salaman Selorejo 1, Ngargoretno - 10
4. Salaman Palungan, Sidorejo - 14
5. Salaman Krajang lor, Sidoreo - 11
6. Borobudur Kemloko, Kenalan 02 / 01 15
7. Borobudur Kemloko, Kenalan 01 / 01 8
8. Borobudur Miriombo, Giripurno 06 / 06 4
9. Grabag Kupen, Baleagung 10 / 30
10. Grabag Kupen, Baleagung 9/ 8
11. Grabag Kupen, Baleagung 8/ 2
TOTAL KK 127
TOTAL JIWA 508
KELOMPOK RENTAN 76
LAKI – LAKI DEWASA 190
PEREMPUAN DEWASA 242
B. Dampak Aspek Sarana dan Prasarana
No. Prasarana Desa Kerusakan keterangan

1. Jalan antar desa desa Brudan, Kalirejo, Rusak berat Tertutup material
Salaman (titik longsor,sebagian
pertama) jalan longsor

2. Jalan desa karangwetan, Rusak berat Jalan longsor


Kalirejo, Salaman
(titik kedua)

3. Jalan antar desa desa Selorejo. 1, rusak sedang Tertutup material


Ngargoretno, longsor
Salaman

4. Jalan desa Palungan, Sidorejo, rusak sedang Tertutup material


Salaman longosr

5. Jalan desa Kemloko, Kenalan, Rusak sedang Tertutup material


Borobudur longosr

6. Jalan desa Kupen, Baleagung, Rusak sedang Tertutup material


Grabag longsor

7. Makam Palungan, Sidorejo, Rusak sedang Sebagian makam


Salaman longosr

8. Makam Miriombo, Rusak Berat Sebagian besar


Giripurno, makam longsor
Borobudur

9. Jaringan listrik Brudan, Kalirejo, Rusak sedang 150m jaringan


Salaman listrik rubuh
10. Jaringan listrik Kemloko, Kenalan, Rusak sedang 100m jaringan
Borobudur listrik rubuh

11. Jaringan air bersih karangwetan, Rusak berat Jaringan air bersih
Kalirejo, Salaman terputus

12. Jaringan air bersih Kupen, Baleagung, Rusak berat Jaringan air bersih
Grabag terputus

13. Madrasah Ibtidaiyah Kupen, Baleagung, Rusak berat Bangunan sekolah


Muslimat NU Grabag rubuh

14 Masjid 1 Kupen, Baleagung, Rusak berat Bangunan masjid


Grabag rubuh

15 Masjid 2 Kupen, Baleagung, rusak berat Bangunan masjid


Grabag rubuh

16 Rumah Brudan RT01 / 07 rusak berat 10 Unit


Kalirejo, Salaman

17 Rumah Karangwetan RT 01 rusak berat 15 Unit


/ 02, Kalirejo,
Salaman

18 Rumah Selorejo 1, rusak berat 10 Unit


Ngargoretno,
Salaman

19 Rumah Palungan, Sidorejo, rusak berat 14 Unit


Salaman,

20 Rumah Krajang lor, Sidoreo, rusak berat 11 Unit


Salaman
21 Rumah Kemloko RT 02 / rusak berat 15 Unit
01, Kenalan,
Borobudur

22 Rumah Kemloko 01 / 01, rusak berat 8 Unit


Kenalan, Borobudur

23 Rumah Miriombo RT , rusak berat 4 Unit


Giripurno,
Borobudur

24 Rumah Kupen RT 10, rusak berat 30 Unit


Baleagung, Grabag

25 Rumah Kupen RT 9, rusak berat 8 Unit


Baleagung, Grabag

26 Rumah Kupen RT 8, rusak berat 2 Unit


Baleagung, Grabag

C. Dampak Aspek Ekonomi


no jenis lokasi jumlah

1. Hewan Brudan RT 01 / 07, Kalirejo, Salaman 1 sapi, 2 kambing

2 Sawah Palungan, Sidorejo, Salaman 6 petak sawah


BAB IV
PENETAPAN TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENANGANAN DARURAT

Dalam situasi darurat bencana, sering terjadi kesimpang-siuran data dan informasi
warga terdampak maupun kerusakan sarana dan prasarana, sehingga mempersulit
pengambilan kebijakan penanganan darurat. Penanganan darurat juga sering kurang saling
mendukung, distribusi bantuan dan pelayanan kurang cepat, kurang merata, sulit terpantau
dengan baik, sehingga kemajuan hasil kegiatan penanganan darurat kurang bisa terukur
secara objektif. Situasi-situasi tersebut disebabkan antara lain karena kurangnya koordinasi
antar instansi terkait dalam kegiatan penanganan darurat bencana. Kerapkali dalam situasi
darurat aspek-aspek manajemen tidak berjalan sama seperti pada kondisi biasa (bukan
darurat). Hal tersebut dikarenakan dalam kondisi darurat waktu sangat mendesak, semua
keputusan berisiko tinggi, seringkali kebutuhan lebih besar dari kemampuan sumber daya
dan kewenangan koordinasi menjadi kabur.

Penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat memprioritaskan pada


penyelamatan jiwa dan perbaikan prasarana/sarana vital guna berfungsinya kembali
pelayanan publik secepatnya. Tujuan dan strategi mencakup aspek-aspek durasi
penanganan darurat, kelompok rentan, kebutuhan dasar, kesehatan, sosial, penyelamatan
jiwa, manajemen penanganan darurat. Dalam situasi kedaruratan, waktu merupakan faktor
utama dalam melatarbelakangi seluruh kegiatan penanganandarurat. Pentingnya
melaksanakan tugas secara cepat dan tepat yang menuntut pengambilan keputusan secara
cepat dan tepat untuk mencegah/mengurangi jatuhnya korban jiwa serta meluasnya
dampak bencana. Pelaksanaan kebijakan dan strategi harus mendasarkan pada prinsip-
prinsip kedaruratan dimana tujuan rencana operasi dimaksudkan untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasarana dan sarana.

Rencana Operasi sebagai rencana yang dibuat/disusun dalam rangka pelaksanaan


operasi penanganan darurat bencana, disusun oleh satuan tugas Komando Penanganan
Darurat Bencana dengan mempertimbangkan rencana kontingensi dan hasil kaji cepat
(Perka BNPB nomor 03 tahun 2016 tentang Sistim Komando Penanganan Darurat
Bencana - SKPDB). Kebijakan dan strategi pada saat tanggap darurat juga harus ditetapkan
termasuk tata cara pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi:

1. Penetapan pemenuhan kebutuhan dasar termasuk manajemen logistik dan


peralatan;
2. Penetapan tugas secara cepat dan tepat yang menuntut pengambilan keputusan
secara cepat dan tepat pula untuk mencegah/mengurangi jatuhnya korban jiwa
serta meluasnya dampak bencana;
3. Terpenuhinya prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan dasar;
4. Penetapan aktor-aktor yang bertanggungjawab di dalam keadaan darurat

Aspek penting dalam penetapan kebijakan dan strategi terkait dengan penentuan
masa penanganan darurat dan mekanisme operasi kedaruratan yang meliputi:

1. Status keadaan darurat bencana dimulai sejak status peringatan dini, siaga darurat,
dan tanggap darurat serta transisi darurat ke pemulihan beserta kegiatannya;
2. Dasar penentuan status di dalam keadaan darurat;
3. Pemicu dan jangka waktu masing-masing status dalam keadaan darurat untuk
setiap skenario dan jenis bencana;
4. Mekanisme aktivasi rencana operasi penanganan darurat bencana.

Beberapa permasalahan yang kerapkali terjadi dalam situasi darurat bencana antara
lain:

1. Kesiapan kurang sempurna/tidak ada;


2. Peringatan dini tidak ada atau kurang efektif;
3. Informasi tidak lengkap/tidak tepat, membingungkan;
4. Komunikasi/ transportasi terputus;
5. Kebingungan, chaos, krisis, gagal kordinasi;
6. Kebutuhan besar, bahan bantuan tidak mencukupi;
7. Lingkup terlalu besar/meluas;
8. Sasaran yang tidak jelas;
9. Masalah keamanan dan jaminan perlindungan;
10. Terlalu banyak tugas, waktu terlalu sempit;
11. Banyak yang terlibat, koordinasi sangat kompleks;
12. Hambatan politis, administratif dan birokratis.

Dengan memperhatikan berbagai permasalahan tersebut, maka penyelenggaraan


penanggulangan bencana perlu menetapkan kebijakan yang mampu menjalankan fungsi
manajemen dengan baik sekaligus dapat mengurangi risiko bencana. Kebijakan tersebut
diimplementasikan dalam strategi tindakan yang tepat dan segera sekaligus menuntut
tanggapan dan cara penanganan yang luar biasa (diluar prosedur rutin/standar). Seluruh
tindakan tersebut harus bertujuan untuk:

1. Mengurangi jumlah korban;


2. Meringankan penderitaan;
3. Stabilisasi kondisi korban/pengungsi;
4. Mengamankan aset;
5. Memulihkan fasilitas kunci atau vital;
6. Mencegah kerusakan lebih jauh;
7. Menyediakan pelayanan dasar dalam penanganan pasca darurat;

Di sisi lain, dalam kondisi seperti ini, diperlukan suatu institusi yang menjadi pusat
komando penanganan darurat bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana. Pos
Lapangan penanganan darurat bencana juga dibentuk di tingkat yang lebih kecil yang
merupakan satu kesatuan sistem penanganan darurat bencana. Peran dari Pos Lapangan
tersebut adalah:

1. Meminimalkan risiko kerusakan dan kerugian


2. Memberikan perlindungan, perhatian khusus pada kelompok rentan (Perka BNPB
Nomor 14 tahun 2014)
3. Memberikan perlindungan dan penyelamatan kepada masyarakat sesuai skala
prioritas dan non diskriminatif
4. Penanganan, perlindungan dan partisipasi penyandang disabilitas dalam
penanggulangan bencana
5. Memberdayakan segenap potensi yang ada dan menghindari terjadinya ego
sektoral
6. Menjamin pelayanan publik untuk tetap berfungsi

Arah kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung hal-hal diatas
adalah sebagai berikut:
No Kebijakan Strategi
1 Meminimalkan - Membentuk Pos Komando sebagai fungsi
kerusakan dan kerugian manajemen dan koordinasi penanganan bencana
(BPBD), dan juga sebagai pengendali operasi
- Mengidentifikasi dampak dan potensi kerusakan
yang ditimbulkan
- Menjamin pelayanan logistik dengan
memberdayakan sumber daya provinsi maupun
kabupaten disekitar 3 kabupaten terdampak
langsung,
- Menjamin pelayanan publik tetap berfungsi
termasuk didalamnya pelayanan kesehatan,
pendidikan dan administrasi kependudukan dengan
mendirikan pos-pos layanan.
2 Penanganan bencana - Mengidentifikasi dan mengelola jenis-jenis potensi
alam berbasis komunitas yang berbasis komunitas,
- Memberdayakan penyintas untuk melakukan
kegiatan ekonomi
3 Menjamin pemenuhan - Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-
kebutuhan dasar secara nilai kebijakan dalam penanganan bencana
realistik dan bermartabat termasuk etika berinteraksi
serta memberikan - Memastikan kebutuhan dasar pengungsi (pasokan
perhatian khusus kepada air bersih dan sanitasi, makanan, bantuan non
kelompok rentan pangan, kesehatan, hunian sementara,sarana dan
(Perka BNPB No. 14 prasarana lainnya) terpenuhi secara inklusi
Tahun 2014, pasal 8) bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait
- Melakukan kerjasama dengan berbagai elemen
masyarakat dan antar wilayah
4 Memberikan - Mendirikan pos pengaduan layanan
penyelamatan dan - Memastikan keamanan dan keselamatan selama
perlindungan kepada tanggap darurat baik pada manusia, asset dan
masyarakat sesuai skala aksesnya
prioritas secara non
diskriminatif

Berdasarkan pada hal hal tersebut dan memperhatikan kapasitas 3 Kecamatan


terdampak, maka penetapan kebijakan dan strategi Penanganan Darurat Bencana
disepakti membentuk Pos Komando Penanganan Darurat Bencana berada ditingkat
Kabupaten. Sedangkan Pemerintah Kecamatan menjadi Pos Lapangan Penanganan
Darurat Bencana Longsor.
BAB V
PERENCANAAN BIDANG OPERASI
A. Penentuan Pos Komando, Jalur Evakuasi, Titik Kumpul, Tempat
Pengungsi.
Perencanaan bidang operasi disusun agar tujuan penanganan bencana
tanah longsor dapat melindngi segenap masyarakat. Pengembangan bidang
operasi dilakkan sebagai fungsi managemen penanganan bencana tanah
longsor dengan melakukan kajian terhadap tingkatan ancaman dan
kerentanan, prinsip evakuasi pengngsian untuk perlindungan masyarakat
dan menata kembali kehidupan setelah terjadi bencana.

Gambar 9. Struktur Organisasi Penanganan Darurat Bencana di


Kabupaten
Gambar 10. Struktur Organisasi Pos Lapangan Penanganan Darurat
Bencana
Perencanaan bidang operasi disusun agar tujuan penanganan
bencana tanah longsor dapat melindngi segenap masyarakat.
Pengembangan bidang operasi dilakkan sebagai fungsi managemen
penanganan bencana tanah longsor dengan melakukan kajian terhadap
tingkatan ancaman dan kerentanan, prinsip evakuasi pengngsian untuk
perlindungan masyarakat dan menata kembali kehidupan setelah terjadi
bencana.
B. Perencanaan Bidang operasi meliputi :
Perencanaan bidang operasi dimaksudkan untuk dapat
mengakomodasi kebutuhan dari warga terdampak mulai dari kebutuhan
dasar warga sampai kebutuhan khusus. Juga dapat sebagai acuan pihak
terkait saar respon agar tepat waktu, tepat, sasaran, tepat, jenis, dan tepat
waktu.
Bidang operasi yang disusun antara lain :
1. Management Posko
2. PPE (Pencarian Pertolongan dan Evakuasi)
3. Kesehatan dan Psikososial
4. Logistik
5. Dapur Umum
6. Barak / Pengungsian
7. Pendidikan
8. Ekonomi
9. Kominfo
10. Keamanan
1. Bidang operasi Management Posko
Kegiatan :
a) Mendirikan Pos Komando PDB di tingkat Kabupaten dan Pos
Lapangan PDB di tingkat Kecamatan terdampak beserta
kelengkapannya
b) Menyelenggarakan rapat – rapat koordinasi dan komando PDB
c) Mengkoordinasikan kegiatan semua bidang operasi PDB
d) Membuat laporan menyeluruh
e) Memberikan arah pelaksanaan penanganan darurat bencana
f) Menerima dan menyampaikan informasi terbaru kepada para pihak

Sasaran :
a) Terlaksananya pembentukan Pos Komando PDB di tingkat
Kabupaten dan Pos Lapangan PDB di tingkat Kecamatan
terdampak beserta kelengkapannya
b) Terlaksananya rapat rapat koordinasi dan komando dengan seluruh
lembaga terkait
c) Terkendalinya penanganan darurat bencana bencana secara efektif
dan efisien
d) Tersusunnya laporan kegiatan penanganan darurat bencana secara
menyeluruh
e) Terkendalinya arah dan tujuan penanganan darurat bencana guna
pemenuhan kebutuhan warga terdampak
f) Terkendalinya integrase sistim informasi kepada para pihak
g) Terdatanya kerusakan dan kerugian dampak bencana
Proyeksi Kebutuhan :
KEBUTUHAN BIDANG EVAKUASI DAN TRANSPORTASI
JUMLAH
NO URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
TERSEDIA KEBUTUHAN
1 KOMPUTER SET 4 4 BPBD
2 ALAT KOMUNIKASI 12 12 BPBD
BPBD, TNI,
3 PERSONIL 15 15 POLRES,
4 INTERNET
KENDARAAN BPBD,TNI,POLRES
5 OPERASIONAL 4 4 , PEMKAB
6 PETA DAERAH BENCANA 1 1 BPBD
BPBD
KEC. SALAMAN
KEC. BOROBUDUR
7 GUDANG LOGISTIK 4 4 KEC. GRABAG
8 GENSET 2 2 BPBD
9 ALAT TIDUR 1 1 DINSOS
10 PUBLIC ADRESS (TOA)

2. Bidang Operasi PPE (Pencarian Pertolongan dan Evakuasi)


Kegiatan :

a) Melakukan pertemuan koordinasi antar pelaku Bidang


Operasi pencarian, pertolongan dan evakuasi.
b) Mengkoordinasikan kebutuhan personil pencarian, pertolongan dan
evakuasi.

c) Mengakoordinasikan dan memobilisasi kebutuhan peralatan


pendukung pencarian, pertolongan dan evakuasi.
d) Melakukan mobilisasi potensi sumberdaya yang dibutuhkan

e) Melakukan persiapan peralatan operasi dan sarana penunjang


lainnya

f) Melakukan operasi pencarian, pertolongan dan evakuasi warga


terdampak
g) Menyusun laporan pelaksanaan operasi pencarian, pertolongan dan
evakuasi

Sasaran :

a). Terlaksananya pertemuan koordinasi antar pelaku Bidang


Operasi pencarian, pertolongan dan evakuasi.
b). Terpenuhinya kebutuhan personil pencarian, pertolongan dan
evakuasi di 6 Desa terdampak

c). Terpenuhinya kebutuhan peralatan pendukung pencarian,


pertolongan dan evakuasi di 6 Desa terdampak
d). Terlaksananya mobilisasi potensi sumberdaya yang dibutuhkan.

e). Terlaksananya persiapan peralatan operasi dan sarana penunjang


lainnya.

f). Terlaksananya operasi pencarian, pertolongan dan evakuasi warga


terdampak.

g). Tersusunnya laporan pelaksanaan operasi pencarian, pertolongan


dan evakuasi.

Proyeksi Kebutuhan :

BIDANG PPE

KEBUTUHAN BIDANG EVAKUASI DAN TRANSPORTASI


N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
1 POLRI 100 100
2 TNI 150 300 150
3 SAR 100 100
4 RELAWAN 150 100
5 PMI 100 100
TRANSPORTASI
N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
1 TRUCK 10 15 5
2 PICK UP 7 7
3 MINI BUS 2
4 AMBULANCE 6
PERALATAN
N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
1 SARUNG TANGAN 1000 600 400
2 TANDU 10 6 4
3 KANTONG JENAZAH 50
4 SENTER 150 200 50
5 SEKOP 200 300 100
6 CANGKUL 200 300 100
7 POMPA AIR 20 12 8
8 GERGAJI 12 12

3. Bidang Operasi Kesehatan dan Psikososial


Kegiatan :

a) Melakukan koordinasi antar pelaku di Bidang operasi


Kesehatan dan psikososial di masing-masing Kecamatan
b) Memobilisasi bantuan tenaga, peralatan dan obat-obatan
dari masing-masing Kecamatan
c) Mengkoordinasikan bantuan tenaga, peralatan dan obat-
obatan baik dari RS swasta, klinik maupun lembaga
kesehatan dan psikososial lainnya.
d) Mengkordinasikan rumah sakit Lapangan dan
penanganan psikososial
e) Melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan dan
psikososial.

f) Menyusun laporan kegiatan layanan kesehatan dan psikososial.


Sasaran :

a). Terlaksananya koordinasi antar pelaku di Bidang operasi


Kesehatan dan psikososial di masing-masing Kecamatan
b). Terdistribusinya bantuan tenaga, peralatan dan obat-obatan.
c) Terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan psikososial, baik
kelompok rentan maupun penyandang disabilitas.
d). Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan dan
psikososial.

e). Tersusunnya laporan kegiatan layanan kesehatan dan psikososial.

Proyeksi Kebutuhan:
N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
PSKESMAS,
MOBIL AMBULANCE DAN AMBULANCE
1 PERLENGKAPAN MEDIS 4 6 -2 DESA
2 SEPEDA MOTOR 18 18 TNI, POLRES
3 MOBIL ANGKUT SAMPAH 2 2 DPU
MCK DAN BAK
4 PENAMPUNGAN AIR - 60 60 DPU
5 KONTAINER SAMPAH 1 12 11 DPU
16 DOKTER 12 12 - DINKES,TNI
27 PERAWAT 24 24 - DINKES,TNI
38 BIDAN 6 6 - DINKES,TNI
49 SOPIR 6 6 - DINKES,TNI
OBAT OBATAN (TANAH
10 LONGSOR) - 508 508 DINKES
11 MASKER PETUGAS - 336 336 DINKES
12 PERSONAL HYGIENE KIT - 508 508 DINKES
13 SANITARY KIT - 508 508 DINKES

4. Bidang Operasi Logistik


Kegiatan :

a) Melakukan koordinasi antar pelaku di Bidang


operasi Logistik di masing-masing Kecamatan
b) Memobilisasi kebutuhan logistik di 6 Desa terdampak

c) Mengkoordinasikan bantuan kebutuhan dasar logistik.

d) Memberikan bantuan peralatan yang dibutuhkan semua bidang


operasi dalam SKPDB
e) Melakukan monitoring dan evaluasi bantuan logistik.

f) Menyusun laporan kegiatan bidang operasi logistik.

Sasaran :

a) Terlaksananya koordinasi antar pelaku di Bidang


operasi Logistik di masing-masing Kecamatan
b) Terpenuhinya bantuan kebutuhan dasar.

c) Terpenuhinya bantuan peralatan yang dibutuhkan semua


bidang operasi dalam SKPDB

d) Terlaksananya monitoring dan evaluasi bantuan logistik.

e) Tersusunnya laporan kegiatan Bidang operasi Logistik.

Proyeksi Kebutuhan :
N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
NON FOOD
TNI,POLRI,PMI,
1 PERSONIL 80 80 RELAWAN
2 PAKAIAN 508 SET 508 SET DINSOS
DINKES, PALAKU
3 HYGIENE KIT 76 PAKET 76 PAKET USAHA
DINKES, PMI,
4 OBAT OBATAN 3 SET 3 SET PALAKU USAHA
5 ALAT PENERANGAN 40 40 BPBD
6 TIKAR/ALAS 30 30 DINSOS, BPBD
BPBD, PELAKU
7 BABY KIT 76 PAKET 76 PAKET USAHA
BPBD, PELAKU
8 ALAT IBADAH 508 PAKET 508 PAKET USAHA
ATK 4 SET 4 SET BPBD
FOOD
BULOG, DINSOS,
1 BERAS 2 TON PELAKU USAHA
2 LAUK PAUK 500 Kg DINSOS
3 SAYURAN 500 Kg DINSOS
4 MINUMAN KEMASAN 480 DUS DINSOS, PELAKU
USAHA
DINSOS, PELAKU
5 SUSU 48 DUS USAHA
DINSOS, PELAKU
6 MINYAK 500 LITER USAHA
DINSOS, PELAKU
7 BUMBU 3 TRUK USAHA
DINSOS, PALAKU
8 MIE INSTANT 240 DUS USAHA

5. Bidang Operasi Dapur Umum


Kegiatan :

g) Melakukan koordinasi antar pelaku di Bidang


operasi Dapur umum di masing-masing Kecamatan
h) Memobilisasi kebutuhan dapur umum di 6 Desa terdampak

i) Mengkoordinasikan kebutuhan dapur umum bagi petugas dan


relawan

j) Melakukan monitoring dan evaluasi bantuan dapur umum.


h) Menyusun laporan kegiatan bidang operasi dapur umum

Sasaran :
a) Terlaksananya koordinasi antar pelaku di Bidang operasi
Dapur umum di masing-masing Kecamatan
b) Terpenuhinya bantuan dapur umum di 6 Desa terdampak
c) Terpenuhinya kebutuhan dapur umum bagi petugas dan relawan
d) Terlaksananya monitoring dan evaluasi bantuan dapur umum.
e) Tersusunnya laporan kegiatan Bidang operasi Dapur umum.

Proyeksi Kebutuhan :

JUMLAH
N URAIAN LEBIH/KURAN
KEBUTUHA KETERANGAN
O SUMBERDAYA G
TERSEDIA N
TNI,RELAWAN,WARGA,DINSO
1 PERSONIL 36 48 ORANG S
2 DU LAPANGAN 3 3 BPBD,TNI ,DINSOS
TEMPAT MASAK
3 DAN ALAT MASAK - 200 BPBD,TNI ,DINSOS
SUPLAY DAN
4 TAMPUNGAN AIR 1 TANGKI 1 TANGKI BPBD,PDAM, DAMKAR

6. Bidang operasi Barak / Pengungsian


Kegiatan :
a) Melakukan koordinasi antar pelaku bidang operasi Tempat
pengungsian.
b) Memobilisasi kebutuhan tempat pengungsian dari
lembaga/ instansi tingkat Kabupaten
c) Mengkoordinasikan penyediaan sarana prasarana tempat
pengungsian antara lain penerangan, air dan sanitasi, dan
keperluan istirahat
Sasaran :

a) Terlaksananya koordinasi antar pelaku


bidang operasi tempat pengungsian
b) Tersedianya tempat pengungsian yang layak sesuai standar
minimum
c) Tersedianya sarana air bersih dan sanitasi.
d) Tersedianya sarana penerangan.
e) Tersedianya tempat pembuangan sampah.
f) Tersedianya sarana khusus bagi penyandang disabilitas.
g) Tersedianya sarana untuk pelayanan publik.
h) Tersedianya sarana komunikasi, informasi dan multimedia.
i) Tersedianya sarana belajar mengajar sementara.
j) Tersedianya sarana ibadah
k) Tersedianya sarana sosial dan psikososial
Proyeksi Kebutuhan :

URAIAN JUMLAH
NO LEBIH/KURANG KETERANGAN
SUMBERDAYA TERSEDIA KEBUTUHAN
1 TENDA PLETON 4 6 BPBD, DINSOS, TNI,POLRES
2 MCK @3X6 18 DPU
3 AIR BERSIH 2500 L PDAM, DAMKAR
4 LAMPU 6 BPBD, PEMKAB
5 GENSET 2 6 BPBD
6 ALAS TIDUR 284 DINSOS
7 ALAT KOMUNIKASI 12 BPBD, KOMINFO,
8 SELIMUT 568 DINSOS, BPBD,
9 ALAT MANDI 187 DINSOS, BPBD,
PUBLIK ADRESS
10 (TOA) 6 BPBD

7. Bidang Operasi Pendidikan


Kegiatan :
1) Menyiapkan kebutuhan personil guru dan tenaga pengajar
lainnya beserta peralatan yang mendukung kegiatan belajar
mengajar di lokasi pengungsian dan sekolah darurat yang
ditetapkan
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lokasi pengungsian dan
sekolah darurat yang ditetapkan
3) Memfasilitasi kegiatan dan permainan yang menyenangkan bagi
anak-anak peserta didik selama berada di lokasi pengungsian
4) Melaporkan setiap perkembangan kondisi pendidikan peserta didik
selama berada di lokasi pengungsian kepada Pos Komando PDB
dan Pos Lapangan PDB
Sasaran :
1) Tercukupinya kebutuhan personil guru dan tenaga pengajar lainnya
beserta peralatan yang mendukung kegiatan belajar mengajar di
lokasi pengungsian dan sekolah darurat yang ditetapkan
2) Terlaksananya kegiatan belajar mengajar di lokasi pengungsian dan
sekolah darurat yang ditetapkan
3) Terlaksananya kegiatan dan permainan yang menyenangkan
bagi anak-anak peserta didik selama berada di lokasi
pengungsian
4) Terpenuhinya laporan secara terus menerus dan berkelanjutan
terhadap kondisi pendidikan peserta didik selama berada di lokasi
pengungsian kepada Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
Proyeksi Kebutuhan :
URAIAN JUMLAH
NO LEBIH/KURANG KETERANGAN
SUMBERDAYA TERSEDIA KEBUTUHAN
1 MEJA 85 DIN. PENDIDIKAN, DESA
2 KURSI 170 DIN. PENDIDIKAN,DESA
ALAS (
3 KARPET,TIKAR,DLL ) 12 DESA,
ALAT TULIS (
4 LENGKAP ) 170 DIN. PENDIDIKAN
5 ALAT AUDIO 3 DESA
6 SCHOOL KIT 340 DIN. PENDIDIKAN
7 TENAGA PENGAJAR 24 DIN. PENDIDIKAN
8 PSIKIATER 3 DIN. PENDIDIKAN, DINSOS
9 GURU AGAMA 5 DIN. PENDIDIKAN

8. Bidang operasi Ekonomi


Kegiatan :
1) Menyiapkan kebutuhan personil bidang operasi ekonomi
2) Memberikan pendampingan kepada warga terdampak terkait
dengan pengamanan aset terdampak bencana
3) Melakukan penghitungan kerugian ekonomi akibat bencana
4) Melaporkan perkembangan penanganan bidang operasi
ekonomi kepada Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
Sasaran :
Terpenuhinya personil bidang operasi ekonomi
1) Terlaksananya pendampingan kepada warga terdampak terkait
pengamanan aset terdampak bencana
2) Teridentifikasinya kebutuhan pemulihan ekonomi warga terdampak
3) Terpenuhinya data kerugian ekonomi akibat bencana yang
menimpa sarana dan prasarana perekonomian
4) Terpenuhinya laporan perkembangan bidang operasi ekonomi
kepada Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB secara
terukur
Proyeksi Kebutuhan:

N URAIAN JUMLAH
LEBIH/KURANG KETERANGAN
O SUMBERDAYA TERSEDIA KEBUTUHAN
ARMADA
PENGANGKUT
1 TERNAK 80 EKOR 10 DLH, DESA
ARMADA
PENGANGKUT
KAMBING 200
2 EKOR 8 DLH, DESA
3 KANDANG SAPI 400 LAPANGAN DESA
KANDANG
4 KAMBING 600 LAPANGAN DESA
5 EMBER KECIL 100 SWADAYA
6 EMBER BESAR 80 SWADAYA
7 SEKOP 40 DLH
8 ANGKONG 15 DLH
9 KATUL 168 DINAS PETERNAKAN
10 RUMPUT 750 SWADAYA
AIR 4000 PDAM
11 BAK TAMPUNG AIR 8 SWADAYA
12 POS TERNAK JAGA 2 SWADAYA
13 TERPAL 8X12 15 SWADAYA
14 TIKAR 4 SWADAYA
15 LAMPU 60 WATT 10 SWADAYA
OBAT KESEHATAN
16 TERNAK DINAS PETERNAKAN
17 MANTRI HEWAN 4 DINAS PETERNAKAN
18 LAHAN KOTORAN 30 DINAS PETERNAKAN

9. Bidang operasi Kominfo


Kegiatan :
1) Menyiapkan kebutuhan personil dan peralatan komunikasi dan
informasi di Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
2) Mengatur arus komunikasi dan informasi yang terintegrasi di Pos
Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
3) Melakukan pemutakhiran informasi penanganan darurat bencana di
Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
Sasaran :
1) Terpenuhinya kebutuhan personil dan peralatan komunikasi dan
informasi di Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
2) Terpenuhinya sistim komunikasi dan informasi bencana secara
baik di Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
3) Terpenuhinya pemutakhiran informasi penanganan darurat bencana
di Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB yang berguna bagi
percepatan pemenuhan kebutuhan warga terdampak
Proyeksi Kebutuhan :
N URAIAN JUMLAH
LEBIH/KURANG KETERANGAN
O SUMBERDAYA TERSEDIA KEBUTUHAN
DISKOMINFO, BPBD,
1 KOMPUTER 4 6 -2 PEMKAB
RADIO
2 KOMUNIKASI (HT) 6 6 DISKOMINFO, RELAWAN
3 SEKRETRIAT 3 3 DISKOMINFO
4 PRINTER 6 6 DISKOMINFO
5 ATK 1 1 DISKOMINFO
6 KAMERA 6 6 DISKOMINFO
7 TELEPON 6 6 DISKOMINFO
8 KIPAS 6 6 DISKOMINFO
JARINGAN
9 INTERNET 6 6 DISKOMINFO
10 DISPENSER 6 6 DISKOMINFO
PERALATAN
11 MAKAN 18 18 DISKOMINFO
12 KOMPOR 6 6 DISKOMINFO
13 MOBIL 3 3 DISKOMINFO
14 MOTOR 6 6 DISKOMINFO
15 MEJA 6 6 DISKOMINFO
16 KURSI 18 18 DISKOMINFO
17 PESAAWAT RIG 6 6 RAPI / ORARI
18 LCD 6 6 DISKOMINFO
19 GENSET 6 6 BPBD
20 BBM 70 70 BPBD
DISKOMINFO, BPBD,
21 PERSONIL 60 60 RELAWAN

10. Bidang Operasi Keamanan


Kegiatan :
1) Menyiapkan kebutuhan personil keamanan di lokasi Desa
terdampak yang ditinggalkan warganya mengungsi
2) Mendampingi jalannya evakuasi warga terdampak menuju lokasi
pengungsian
3) Melakukan pengaman di lokasi pengungsian
4) Melaporkan setiap perkembangan situasi dan kondisi keamanan
kepada Pos Komando PDB dan Pos Lapangan PDB
Sasaran :
1) Terpenuhinya kebutuhan personil keamanan di lokasi Desa
terdampak dengan melibatkan petugas keamanan dari masyarakat
setempat
2) Terpenuhinya pendampingan evakuasi warga terdampak menuju
lokasi pengungsian dengan selamat dan lancar
3) Terkendalinya pengamanan di lokasi pengungsian dengan
melibatkan warga
4) Terlaksananya laporan perkembangan situasi dan kondisi
keamanan kepada Pos Komando PDB dan Pos Lapangan
PDB
Proyeksi Kebutuhan :

BIDANG KEAMANAN

N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
1 TNI 90 100 10
2 POLRI 90 90
3 ORMAS 70 70
4 LINMAS 60 60
BAB VI
RENCANA TINDAK LANJUT
Beberapa hal terpenting setelah penyusunan dokumen rencana kontingensi ini adalah:

1. Memahami bagaimana rencana kontingensi dioperasionalisasikan menjadi rencana operasi;


2. Memahami tugas masing – masing Instansi berdasarkan kesepakan bersama dan sumber
daya yang dimiliki
3. Memahami proses pembentukan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana dan
Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana
4. Memahami proses penetapan Komandan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana
dan Komandan Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana Komando Tanggap Darurat
5. Memahami kabutuhan dari warga terdampak berdasarkan rancangan di setiap bidang
operasi;
6. Memahami cara menyusun draft rencana operasi tanggap darurat
Transformasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi dilakukan melalui
pembentukan Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) dan penunjukan
Komandan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana. Komandan bertanggung jawab untuk
menyusun rencana operasi berdasarkan rencana kontingensi dan masukan dari hasil kaji
cepat.Pemahaman komprehenshif terhadap isi dan materi dokumen rencana kontingensi menjadi
hal penting agar seluruh pelaksanaan rencana operasi tanggap darurat dapat berjalan efektif dan
efisien.

Untuk memudahkan memahami dokumen rencana kontingensi sekaligus bagian dari


langkah awal penyusunan rencana operasi maka dapat dilakukan simulasi guna memahami
secara operasional bagaimana SKPDB dibentuk dan bagaimana Komandan ditunjuk serta
bagaimana operasi penanganan darurat bencana berjalan dengan menggunakan rencana operasi.
Catatan proses operasi penanganan darurat akan ditulis dan menjadi bahan perbaikan draft
Prosedur Tetap Peringatan Dini (Penyebaran Informasi Bencana) dan Prosedur Tetap Operasi
Penanganan Darurat Bencana yang disusun.

Apabila masa penanganan darurat bencana telah berakhir, maka akan dilanjutkan ke masa
transisi darurat ke pemulihan. Tujuan ditetapkannya masa transisi darurat agar sarana prasarana
vital serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat segera berfungsi kembali, yang dilakukan sejak
berlangsungnya penanganan darurat bencana, sampai dengan tahap rehabilitasi dan
rekonstruksi.Selama masa transisi darurat ke pemulihan, maka bantuan kebutuhan lanjutan yang
belum dapat diselesaikan pada saat penanganan darurat bencana dapat diteruskan.

Pemerintah Kabupaten Magelang juga perlu meningkatkan kesiapsiagaan pada masa yang
akan datang dengan melakukan kegiatan:

1. Pendataan dan pemuktahiran data daerah rawan bencana setiap 2 tahun sekali;
2. Mengadakan sosialisasi dan simulasi bencana diutamakan pada masyarakat daerah rawan;
bencana dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam kesiapsiagaan bencana;
3. Mengembangkan dan memfasilitasi sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran
kegiatan yang ada pada pusat pengendalian operasi;
4. Melengkapi alat Sistim Peringatan Dini (Early Warning System/EWS) untuk kawasan yang
rawan terjadi longsor
5. Memperbaiki serta merawat peralatan bencana dan Sistim Peringatan Dini (Early
Warning System/EWS) disetiap periodik waktu
6. Menyiapkan jalur evakuasi dan tanda-tanda/simbol daerah rawan bencana.
7. Memperbaiki jalur evakuasi yang sudah ada beserta tanda/simbol petunjuk arahnya
8. Mengkosolidasikan dan meningkatkan kapasitas relawan, organisasi atau
Forum Pengurangan Risiko Bencana tingkat Desa
9. Meningkatkan kapasitas organisasi Relawan atau Organisaasi pengurangan Risiko Bencana

Dengan berbagai kegiatan di atas maka diharapkan rencana kontingensi ini akan terus
mengalami pemutakhiran secara rutin dan berjangka waktu disesuaikan dengan situasi dan
kondisi terkini.
BAB VII : PENUTUP
Demikian Dokumen Rencana Kontingensi Tanah Longsor ini disusun dengan maksud
menjadi pedoman, acuan utama bagi semua pihak yang terkait pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha dalam pelaksanaan operasi gawat darurat tanah longsor. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh para pihak sebagai berikut :

a. Rencana kontingensi ini dibuat sebagai pedoman dan landasan operasional penanganan
darurat bencana tanah longsor.
b. Jumlah proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh beberapa bidang
operasi masuk di dalam perancanaan anggaran penanganan darurat bencana.
c. Rencana proyeksi kebutuhan yang dibutuhkan dapat dipenuhi oleh berbagai sumber daya
yang ada, bisa diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Magelang, Masyarakat, maupun
Dunia Usaha.
Komitmen Bersama Rencana Kontijensi Tanah Longsor Kabupaten Magelang

2018

No Nama Instansi TandaTangan

1. KODIM 0705

MAGELANG

2. POLRES MAGELANG

3. BPBD MAGELANG

4. DINAS KOMINFO

5. DINAS SOSIAL PPKB &

PPA

6. DINAS

PERHUBUNGAN

7. DINAS KESEHATAN

8. DINAS PENDIDIKAN

DAN KEBUDAYAAN

9. DINAS LINGKUNGAN

HIDUP

10. DPU –PR

11. DPRKP

12. SATOL PP & PK


13. PMI

14. SAR

15. PDAM

16. KEC. SALAMAN

17. KEC. BOROBUDUR

18. KEC. CANDIMULYO

19. KEC. TEGALREJO

20. KEC. PAKIS

21. KEC. NGABLAK

22. KEC. GRABAG

23. KEC. KAJORAN

24. KEC. KALIANGKRIK

25. KEC. BANDONGAN

26. KEC. WINDUSARI

27. MARGOYOSO

28. SIDOSARI

29. MENOREH

30. KALIREJO

31.. NGARGORETNO

32. MAJAKSINGI

33. GIRIPURNO
34. BIGARAN

35. KENALAN

36. TAMPIR KULON

37. MEJING

38. BANYUSARI

39. JAPAN

40. BANYUSIDI

41.. MUNENG

42. KAJANGKOSO

43. JAMBEWANGI

44. JOGONAYAN

45. GENIKAN

46. BALEAGUNG

47. TIRTO

48. SAMBUNGREJO

49 SUTOPATI

50. PANDANSRI

51. PANDANRETNO

52. SUKOMULYO

53.. WUWUHARJO

54. BAMBUSARI
55 KETANGI

56. TEMANGGUNG

57. MANGLI

58.. BALEREJO

59 NGEPANREJO

60. REJOSARI

61. GANDUSARI

62.. SIDOREJO

63. BALESARI

64. GENITO

65. NGEMPLAK

66. DAMPIT

Anda mungkin juga menyukai