TANAH LONGSOR
KABUPATEN MAGELANG
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Gambaran Umum Wilayah
C. Potensi Kejadian Bencana
D. Kelembagan dan Peraturan Terkait Penanggulangan Bencana
A. Latar Belakang
Pengurangan risiko bencana menjadi dasar berfikir dan bertindak negara dan
masyarakat sejak prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Tahapan pra
bencana atau kesiapsiagaan dengan menyusun sebuah perencanaan kontingensi.
Perencanaan Kontingensi merupakan suatu proses perencanaan ke depan; dalam
keadaan yang tidak menentu; dimana skenario dan tujuan disepakati bersama; tindakan
teknis dan manajerial ditetapkan; dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi
disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi
darurat atau kritis. Suatu rencana Kontingensi perlu diperbarui setiap kurun waktu
tertentu, untuk memperoleh data masukan yang baru tentang dampak bencana, sumber
daya manusia, peralatan, maupun sumber daya lainnya.
Kabupaten Banjarnegara secara geografis memiliki potensi tanah longsor yang relatif
tinggi. Kawasan rawan bencana tanah longsor tersebut sebagian besar berada di wilayah
pegunungan dengan kondisi kemiringan lereng yang curam. Setiap memasuki musim
penghujan BPBD Kabupaten Banjarnegara menempatkan petugasnya untuk memantau
daerah-daerah yang berada di kawasan longsor tersebut.
Wilayah Kecamatan Bawang juga termasuk kedalam daerah rawan bencana longsor
maka dari itu diperlukan upaya pemantauan daerah-daerah rawan tersebut. Upaya
tersebut perlu diperkuat dengan perencanaan kontingensi bencana tanah longsor yang
lebih komprehensif. Penyusunan rencana kontingensi bencana tanah longsor melibatkan
pemerintah, dan masyarakat di wilayah Kecamatan Bawang.
Kegiatan penyusunan dokumen rencana kontingensi bencana tanah longsor ini telah
dilaksanakan dalam beberapa tahapan awal. Dalam tahapan awal ini diharapkan telah
diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai kajian risiko bencana yang meliputi
kajian kapasitas dan kajian kerentanan kawasan rawan bencana di wilayah kecamatan
bawang
6) Pengertian
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis;
2. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana;
3. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik (mitigasi struktural) maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi non-struktural);
4. Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yang berwenang-wenang;
5. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta,
dan gangguan kegiatan masyarakat;
6. Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang
memerlukan tindakan penanganan segera dan memadai;
7. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan/Lembaga
yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana;
8. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sesegera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi;
9. Bantuan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat;
10. Penanganan Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada keadaan darurat bencana untuk mengendalikan ancaman/penyebab
bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan;
11. Bantuan Penanganan Darurat Bencana adalah bantuan untuk mengendalikan
ancaman / penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan pada
keadaan darurat bencana;
12. Rencana Operasi adalah rencana yang dibuat/disusun dalam rangka pelaksanaan
operasi penanganan darurat bencana. Rencana operasi ini disusun oleh satuan
tugas Komando Penanganan Darurat Bencana dengan mempertimbangkan rencana
kontingensi dan hasil kaji cepat (Perka BNPB nomor 03 Tahun 2016 tentang
Sistim Komando Penanganan Darurat Bencana - SKPDB);
13. Komando adalah kewenangan untuk memberikan perintah, mengkoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi upaya penangangan darurat
bencana;
14. Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah suatu kesatuan upaya
tersturktur dalam satu komando yang digunakan untuk mengintegrasikan kegiatan
penanganan darurat secara efektif dan efisien dalam mengendalikan ancaman/
penyebab bencana dan menanggulangi dampak pada saat keadaan darurat
bencana;
15. Pos Komando Penanganan Darurat Bencana yang selanjutnya disingkat Posko PDB
adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat komando operasi penanganan darurat
bencana yang merupakan posko utama di dalam Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana, untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan
mengevaluasi pelaksanaan penanganan darurat bencana;
16. Pos Lapangan Darurat Bencana yang selanjutnya disebut Pos Lapangan PDB adalah
institusi yang berfungsi secara langsung sebagai pelaksana operasi penanganan
darurat bencana baik di lokasi bencana, sekitar lokasi bencana mapun lokasi
pengungsian;
17. Klaster adalah pengelompokan para pelaku yang memiliki kompetensi sama dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah, lembaga non pemerintah, lembaga usaha dan
kelompok masyarakat dalam upaya penanganan darurat bencana, dipimpin oleh
koordinator yang berasal dari instansi/lembaga yang memiliki kewenangan teknis;
18. Kelompok rentan adalah kelompok yang mempunyai risiko lebih besar secara fisik,
psikologis atau kesehatan sosial yang terdiri dari lansia, penyandang disabilitas, ibu
hamil dan balita;
19. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dalam lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasakan
persamaan hak;
20. Penyintas adalah orang yang berhasil bertahan hidup setelah mengalami kejadian
bencana atau guncangan lainnya.
B. Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa tengah. Kabupaten yang
berbatasan langsung dengan beberapa Kabupaten, antara lain dengan Kabupaten
Wonosobo dan Temanggung di bagian barat, Kabupaten Kulon Progo dan Purworejo di
bagian selatan, Kabupaten Klaten, Boyolali di bagian timur, Kabupaten Semarang di
bagian utar, dan Kota Magelang di bagian tengahnya. Secara geografis Kabupaten
Magelang terletak diantara 110 01’51” dan 110 26’58” BT, 7 19’33” dan 7 42’16” LS.
Dengan letak geografis tersebut Kabupaten Magelang memiliki topografi yang beragam.
Keragaman topografi tersebut memasukkan Kabupaten Magelang menjadi salah satu
Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki ancaman bencana yang tinggi.
Gambar 1. Peta Kabupaten Magelang
Ragam topografi antara lain Kabupaten Magelang dilalui oleh dua sungai besar yaitu Kali
Elo dan Kali Progo. Selain sungai, Kabupaten Magelang juga dikelilingi rangkaian
pegunungan. Dibagian barat daya, Kabupaten Magelang dikelilingi oleh rangkaian
Pegunungan Menoreh, dan dibagian utara dikelilingi rangkaian Pegunungan Andong. Di
lereng pegunungan yang mengelilingi Kabupaten Magelang ini memiliki ancaman risiko
bencana khususnya tanah longsor yang tinggi. Jenis tanah yang gembur, unsur batu yang
sedikit menyebabkan tanah di rangkaian Pegunungan Menoreh ini jika dimusim
penghujan mudah terjadi longsor. Beberapa desa di lereng pegunungan tersebut terdapat
pemukiman penduduk yang rumayan banyak. Banyak pemukiman penduduk yang masuk
dizona merah atau zona tidak aman untuk ditempati.
SALAMAN 9 31 45 27 112
BOROBUDUR 5 16 43 36 100
SAWANGAN 4 6 29 2 41
WINDUSARI 6 4 12 1 33
KALIANGKRI 1 7 14 9 31
K
NGABLAK 2 4 17 7 30
PAKIS 5 8 13 3 29
KAJORAN 2 3 15 5 25
GRABAG 4 6 4 4 18
BANDONGAN 1 3 9 3 16
SECANG 2 3 8 1 14
TEMPURAN 2 0 9 0 11
CANDIMULYO 0 2 4 3 9
DUKUN 1 5 0 2 8
MUNTILAN 0 3 4 1 8
TEGALREJO 0 0 3 3 6
MERTOYUDAN 1 0 0 4 5
MUNGKID 0 0 2 2 4
SALAM 1 0 2 0 3
NGLUWAR 0 0 2 1 3
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pembukaan pada Alinea IV.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan Bencana.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran serta
Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
10. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 tahun 2016
tentang Pos Penanganan Darurat Bencana
1. Penilaian Bahaya
Penilaian bahaya longsor di Kabupaten Magelang mengacu pada sejarah terjadinya
longsor yang terjadi dari tahun 2015 – 2018. Data kejadian tersebut dihimpun oleh
Pusdalops BPBD Magelang. Data sejarah longsor menunjukkan adanya kenaikan
intensitas longsor yang terjadi dikawasan desa di Kabupaten Magelang, disetiap musim
penghujan ada longsor yang terjadi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kabupaten Magelang adalah Kabupaten yang rawan terjadinya longsor.
Penilaian bahaya yang akan berdampak jika terjadi longsor antara lain :
a). material longsoran tanah, batu, air, dan pohon yang mengancam pemukiman
penduduk
b). longsoran susulan dari sisa – sisa material longsoran awal
2. Penentuan Kejadian
Penentuan kejadian berdasarkan kesepakatan pada hasil diskusi peserta penyusunan
rencana kontijensi yang membahas tentang sejarah terjadinya longsor dari setiap fase
Fase – fasae yang dapat digambarkan saat terjadi longsoran sebagai berikut :
Fase 1 : Memasuki musim penghujan (status siaga daruat)
Fase 2: kenaikan intensitas hujan (status siaga darurat)
Fase 3: intensitas hujan tinggi terjadi berhari – hari (status siaga darurat)
Fase 4: terdapat tanda – tanda yang membahayakan dan akan bepotensi longsor (status
siaga darurat)
Fase 5 : terjadi tanah longsor (status tanggap darurat)
Fase 6: evakuasi warga terdampak ke pengungsian (status tanggap darurat)
Fase 7: masa transisi tanggap darurat ke pemulihan (status transisi tanggap darurat ke
pemulihan)
BAB III
PENGEMBANGAN SKENARIO KEJADIAN DAN SKENARIO DAMPAK BENCANA
M
emasuki musim penghujan pada bulan November 2019 Pemerintah
Kabupaten Magelang melalui BPBD menyampaikan himbauan
kepada seluruh warga untuk selalu waspada dan berhati-hati.
Himbauan tersebut didasarkan pada jurnal rutin yang diterbitkan
oleh BMKG maupun melalui website BMKG (www.bmkg.go.id).
Himbauan ini selanjutnya diteruskan kepada para Camat di seluruh
Magelang. Himbauan ini secara khusus disampaikan kepada para
Kepala Desa di kawasan rawan bencana longsor yang meliputi 11
Kecamatan di Kabupaten Magelang. BPBD juga menghimbau agar pihak Kecamatan
melakukan koordinasi intensif dengan masing-masing Desa tersebut terkait dengan
kondisi cuaca di musim penghujan kali ini.
Selama kurun waktu bulan November hingga Desember 2019 terpantau kondisi curah
hujan masih dalam keadaan normal. Namun memasuki awal bulan Januari 2020 curah
hujan cenderung meningkat. Melalui siaran pers nya BMKG menyampaikan bahwa
memasuki bulan Januari 2020 ini hujan cenderung terus mengalami peningkatan
intensitasnya. BPBD Kabupaten Magelang meneruskan informasi BMKG tersebut
kepada seluruh Camat terutama yang berada di kawasan rawan bencana tanah longsor
khususnya di Kecamatan Salaman, Borobudur, dan Grabag. Kepada para Camat tersebut,
BPBD menghimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dengan mengaktifkan tim Siaga
Bencana di Desa dan melakukan pemantauan terhadap alat peringatan dini (EWS-early
warning system) yang sudah terpasang. BPBD Magelang juga menghimbau pihak
Kecamatan untuk menggelar rapat-rapat koordinasi kesiapsiagaan menghadapi ancaman
bencana tanah longsor.
Selama bulan Januari hingga Februari ini curah hujan semakin meningkat intensitasnya
bahkan hujan dengan intensitas tinggi dapat berlangsung selama beberapa hari. BPBD
Kabupaten terus melakukan koordinasi dengan pihak Kecamatan dan Desa yang berada
di kawasan rawan longsor. Informasi yang diterima dari lokasi menyebutkan bahwa di
beberapa lokasi telah terlihat tanda-tanda yang membahayakan dan berpotensi terjadi
tanah longsor. Tanda-tanda tersebut antara lain mulai ada retakan tanah dibeberapa desa
ada tanggal 17 Februari 2020 pukul 17.30 wib telah terjadi tanah longsor
P
secara bersamaan di Kecamatan Salaman, Borobudur dan Grabag. Longsor
menimpa 6 desa yaitu di Desa Kalirejo, Ngargoretno, Sodosari(Kecamatan
Salaman); Desa Kenalan, Giripurno (Kecamatan Borobudur); dan Desa
Baleagung(Kecamatan Grabag). Longsor mengakibatkan ratusan KK
mengungsi ke tempat yang lebih aman. Dengan kejadian ini maka Bupati
Magelang mengeluarkan pernyataan bencana dan menetapkan penanganan
darurat bencana selama 7 hari hingga tanggal 24 Februari 2020. Bantuan
mengalir dari berbagai pihak untuk warga terdampak longsor. Beberapa BPBD di dari
Kabupaten terdekat turut memberikan dukungan langsung di lokasi bencana.
Gambar 3. Peta kawasan rawan longsor di Desa Kalirejo
Gambar 4. Peta kawasan longsor di Desa Ngargoretno
Gambar 5. Peta Kawasan rawan longsor di Desa Sidosari
Gambar 6. Peta kawasan rawan longsor di Desa Kenalan
Gambar 7. Peta kawasa rawan longsor di Desa Giripurno
Gambar 8. Peta kawasan rawan longsor di Desa Baleagung
Kondisi cuaca semakin membaik yang ditandai dengan curah hujan yang semakin
menurun dan cenderung normal. Mendasarkan pada hal tersebut maka pada tanggal 25
Februari 2020 Bupati Magelang menetapkan penanganan darurat bencana tanah longsor
dinyatakan selesai dan dilanjutkan dengan tahapan transisi darurat ke pemulihan hingga
bulan April 2020
1. Jalan antar desa desa Brudan, Kalirejo, Rusak berat Tertutup material
Salaman (titik longsor,sebagian
pertama) jalan longsor
11. Jaringan air bersih karangwetan, Rusak berat Jaringan air bersih
Kalirejo, Salaman terputus
12. Jaringan air bersih Kupen, Baleagung, Rusak berat Jaringan air bersih
Grabag terputus
Dalam situasi darurat bencana, sering terjadi kesimpang-siuran data dan informasi
warga terdampak maupun kerusakan sarana dan prasarana, sehingga mempersulit
pengambilan kebijakan penanganan darurat. Penanganan darurat juga sering kurang saling
mendukung, distribusi bantuan dan pelayanan kurang cepat, kurang merata, sulit terpantau
dengan baik, sehingga kemajuan hasil kegiatan penanganan darurat kurang bisa terukur
secara objektif. Situasi-situasi tersebut disebabkan antara lain karena kurangnya koordinasi
antar instansi terkait dalam kegiatan penanganan darurat bencana. Kerapkali dalam situasi
darurat aspek-aspek manajemen tidak berjalan sama seperti pada kondisi biasa (bukan
darurat). Hal tersebut dikarenakan dalam kondisi darurat waktu sangat mendesak, semua
keputusan berisiko tinggi, seringkali kebutuhan lebih besar dari kemampuan sumber daya
dan kewenangan koordinasi menjadi kabur.
Aspek penting dalam penetapan kebijakan dan strategi terkait dengan penentuan
masa penanganan darurat dan mekanisme operasi kedaruratan yang meliputi:
1. Status keadaan darurat bencana dimulai sejak status peringatan dini, siaga darurat,
dan tanggap darurat serta transisi darurat ke pemulihan beserta kegiatannya;
2. Dasar penentuan status di dalam keadaan darurat;
3. Pemicu dan jangka waktu masing-masing status dalam keadaan darurat untuk
setiap skenario dan jenis bencana;
4. Mekanisme aktivasi rencana operasi penanganan darurat bencana.
Beberapa permasalahan yang kerapkali terjadi dalam situasi darurat bencana antara
lain:
Di sisi lain, dalam kondisi seperti ini, diperlukan suatu institusi yang menjadi pusat
komando penanganan darurat bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana. Pos
Lapangan penanganan darurat bencana juga dibentuk di tingkat yang lebih kecil yang
merupakan satu kesatuan sistem penanganan darurat bencana. Peran dari Pos Lapangan
tersebut adalah:
Arah kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung hal-hal diatas
adalah sebagai berikut:
No Kebijakan Strategi
1 Meminimalkan - Membentuk Pos Komando sebagai fungsi
kerusakan dan kerugian manajemen dan koordinasi penanganan bencana
(BPBD), dan juga sebagai pengendali operasi
- Mengidentifikasi dampak dan potensi kerusakan
yang ditimbulkan
- Menjamin pelayanan logistik dengan
memberdayakan sumber daya provinsi maupun
kabupaten disekitar 3 kabupaten terdampak
langsung,
- Menjamin pelayanan publik tetap berfungsi
termasuk didalamnya pelayanan kesehatan,
pendidikan dan administrasi kependudukan dengan
mendirikan pos-pos layanan.
2 Penanganan bencana - Mengidentifikasi dan mengelola jenis-jenis potensi
alam berbasis komunitas yang berbasis komunitas,
- Memberdayakan penyintas untuk melakukan
kegiatan ekonomi
3 Menjamin pemenuhan - Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-
kebutuhan dasar secara nilai kebijakan dalam penanganan bencana
realistik dan bermartabat termasuk etika berinteraksi
serta memberikan - Memastikan kebutuhan dasar pengungsi (pasokan
perhatian khusus kepada air bersih dan sanitasi, makanan, bantuan non
kelompok rentan pangan, kesehatan, hunian sementara,sarana dan
(Perka BNPB No. 14 prasarana lainnya) terpenuhi secara inklusi
Tahun 2014, pasal 8) bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait
- Melakukan kerjasama dengan berbagai elemen
masyarakat dan antar wilayah
4 Memberikan - Mendirikan pos pengaduan layanan
penyelamatan dan - Memastikan keamanan dan keselamatan selama
perlindungan kepada tanggap darurat baik pada manusia, asset dan
masyarakat sesuai skala aksesnya
prioritas secara non
diskriminatif
Sasaran :
a) Terlaksananya pembentukan Pos Komando PDB di tingkat
Kabupaten dan Pos Lapangan PDB di tingkat Kecamatan
terdampak beserta kelengkapannya
b) Terlaksananya rapat rapat koordinasi dan komando dengan seluruh
lembaga terkait
c) Terkendalinya penanganan darurat bencana bencana secara efektif
dan efisien
d) Tersusunnya laporan kegiatan penanganan darurat bencana secara
menyeluruh
e) Terkendalinya arah dan tujuan penanganan darurat bencana guna
pemenuhan kebutuhan warga terdampak
f) Terkendalinya integrase sistim informasi kepada para pihak
g) Terdatanya kerusakan dan kerugian dampak bencana
Proyeksi Kebutuhan :
KEBUTUHAN BIDANG EVAKUASI DAN TRANSPORTASI
JUMLAH
NO URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
TERSEDIA KEBUTUHAN
1 KOMPUTER SET 4 4 BPBD
2 ALAT KOMUNIKASI 12 12 BPBD
BPBD, TNI,
3 PERSONIL 15 15 POLRES,
4 INTERNET
KENDARAAN BPBD,TNI,POLRES
5 OPERASIONAL 4 4 , PEMKAB
6 PETA DAERAH BENCANA 1 1 BPBD
BPBD
KEC. SALAMAN
KEC. BOROBUDUR
7 GUDANG LOGISTIK 4 4 KEC. GRABAG
8 GENSET 2 2 BPBD
9 ALAT TIDUR 1 1 DINSOS
10 PUBLIC ADRESS (TOA)
Sasaran :
Proyeksi Kebutuhan :
BIDANG PPE
Proyeksi Kebutuhan:
N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
PSKESMAS,
MOBIL AMBULANCE DAN AMBULANCE
1 PERLENGKAPAN MEDIS 4 6 -2 DESA
2 SEPEDA MOTOR 18 18 TNI, POLRES
3 MOBIL ANGKUT SAMPAH 2 2 DPU
MCK DAN BAK
4 PENAMPUNGAN AIR - 60 60 DPU
5 KONTAINER SAMPAH 1 12 11 DPU
16 DOKTER 12 12 - DINKES,TNI
27 PERAWAT 24 24 - DINKES,TNI
38 BIDAN 6 6 - DINKES,TNI
49 SOPIR 6 6 - DINKES,TNI
OBAT OBATAN (TANAH
10 LONGSOR) - 508 508 DINKES
11 MASKER PETUGAS - 336 336 DINKES
12 PERSONAL HYGIENE KIT - 508 508 DINKES
13 SANITARY KIT - 508 508 DINKES
Sasaran :
Proyeksi Kebutuhan :
N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
NON FOOD
TNI,POLRI,PMI,
1 PERSONIL 80 80 RELAWAN
2 PAKAIAN 508 SET 508 SET DINSOS
DINKES, PALAKU
3 HYGIENE KIT 76 PAKET 76 PAKET USAHA
DINKES, PMI,
4 OBAT OBATAN 3 SET 3 SET PALAKU USAHA
5 ALAT PENERANGAN 40 40 BPBD
6 TIKAR/ALAS 30 30 DINSOS, BPBD
BPBD, PELAKU
7 BABY KIT 76 PAKET 76 PAKET USAHA
BPBD, PELAKU
8 ALAT IBADAH 508 PAKET 508 PAKET USAHA
ATK 4 SET 4 SET BPBD
FOOD
BULOG, DINSOS,
1 BERAS 2 TON PELAKU USAHA
2 LAUK PAUK 500 Kg DINSOS
3 SAYURAN 500 Kg DINSOS
4 MINUMAN KEMASAN 480 DUS DINSOS, PELAKU
USAHA
DINSOS, PELAKU
5 SUSU 48 DUS USAHA
DINSOS, PELAKU
6 MINYAK 500 LITER USAHA
DINSOS, PELAKU
7 BUMBU 3 TRUK USAHA
DINSOS, PALAKU
8 MIE INSTANT 240 DUS USAHA
Sasaran :
a) Terlaksananya koordinasi antar pelaku di Bidang operasi
Dapur umum di masing-masing Kecamatan
b) Terpenuhinya bantuan dapur umum di 6 Desa terdampak
c) Terpenuhinya kebutuhan dapur umum bagi petugas dan relawan
d) Terlaksananya monitoring dan evaluasi bantuan dapur umum.
e) Tersusunnya laporan kegiatan Bidang operasi Dapur umum.
Proyeksi Kebutuhan :
JUMLAH
N URAIAN LEBIH/KURAN
KEBUTUHA KETERANGAN
O SUMBERDAYA G
TERSEDIA N
TNI,RELAWAN,WARGA,DINSO
1 PERSONIL 36 48 ORANG S
2 DU LAPANGAN 3 3 BPBD,TNI ,DINSOS
TEMPAT MASAK
3 DAN ALAT MASAK - 200 BPBD,TNI ,DINSOS
SUPLAY DAN
4 TAMPUNGAN AIR 1 TANGKI 1 TANGKI BPBD,PDAM, DAMKAR
URAIAN JUMLAH
NO LEBIH/KURANG KETERANGAN
SUMBERDAYA TERSEDIA KEBUTUHAN
1 TENDA PLETON 4 6 BPBD, DINSOS, TNI,POLRES
2 MCK @3X6 18 DPU
3 AIR BERSIH 2500 L PDAM, DAMKAR
4 LAMPU 6 BPBD, PEMKAB
5 GENSET 2 6 BPBD
6 ALAS TIDUR 284 DINSOS
7 ALAT KOMUNIKASI 12 BPBD, KOMINFO,
8 SELIMUT 568 DINSOS, BPBD,
9 ALAT MANDI 187 DINSOS, BPBD,
PUBLIK ADRESS
10 (TOA) 6 BPBD
N URAIAN JUMLAH
LEBIH/KURANG KETERANGAN
O SUMBERDAYA TERSEDIA KEBUTUHAN
ARMADA
PENGANGKUT
1 TERNAK 80 EKOR 10 DLH, DESA
ARMADA
PENGANGKUT
KAMBING 200
2 EKOR 8 DLH, DESA
3 KANDANG SAPI 400 LAPANGAN DESA
KANDANG
4 KAMBING 600 LAPANGAN DESA
5 EMBER KECIL 100 SWADAYA
6 EMBER BESAR 80 SWADAYA
7 SEKOP 40 DLH
8 ANGKONG 15 DLH
9 KATUL 168 DINAS PETERNAKAN
10 RUMPUT 750 SWADAYA
AIR 4000 PDAM
11 BAK TAMPUNG AIR 8 SWADAYA
12 POS TERNAK JAGA 2 SWADAYA
13 TERPAL 8X12 15 SWADAYA
14 TIKAR 4 SWADAYA
15 LAMPU 60 WATT 10 SWADAYA
OBAT KESEHATAN
16 TERNAK DINAS PETERNAKAN
17 MANTRI HEWAN 4 DINAS PETERNAKAN
18 LAHAN KOTORAN 30 DINAS PETERNAKAN
BIDANG KEAMANAN
N JUMLAH
URAIAN SUMBERDAYA LEBIH/KURANG KETERANGAN
O TERSEDIA KEBUTUHAN
1 TNI 90 100 10
2 POLRI 90 90
3 ORMAS 70 70
4 LINMAS 60 60
BAB VI
RENCANA TINDAK LANJUT
Beberapa hal terpenting setelah penyusunan dokumen rencana kontingensi ini adalah:
Apabila masa penanganan darurat bencana telah berakhir, maka akan dilanjutkan ke masa
transisi darurat ke pemulihan. Tujuan ditetapkannya masa transisi darurat agar sarana prasarana
vital serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat segera berfungsi kembali, yang dilakukan sejak
berlangsungnya penanganan darurat bencana, sampai dengan tahap rehabilitasi dan
rekonstruksi.Selama masa transisi darurat ke pemulihan, maka bantuan kebutuhan lanjutan yang
belum dapat diselesaikan pada saat penanganan darurat bencana dapat diteruskan.
Pemerintah Kabupaten Magelang juga perlu meningkatkan kesiapsiagaan pada masa yang
akan datang dengan melakukan kegiatan:
1. Pendataan dan pemuktahiran data daerah rawan bencana setiap 2 tahun sekali;
2. Mengadakan sosialisasi dan simulasi bencana diutamakan pada masyarakat daerah rawan;
bencana dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam kesiapsiagaan bencana;
3. Mengembangkan dan memfasilitasi sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran
kegiatan yang ada pada pusat pengendalian operasi;
4. Melengkapi alat Sistim Peringatan Dini (Early Warning System/EWS) untuk kawasan yang
rawan terjadi longsor
5. Memperbaiki serta merawat peralatan bencana dan Sistim Peringatan Dini (Early
Warning System/EWS) disetiap periodik waktu
6. Menyiapkan jalur evakuasi dan tanda-tanda/simbol daerah rawan bencana.
7. Memperbaiki jalur evakuasi yang sudah ada beserta tanda/simbol petunjuk arahnya
8. Mengkosolidasikan dan meningkatkan kapasitas relawan, organisasi atau
Forum Pengurangan Risiko Bencana tingkat Desa
9. Meningkatkan kapasitas organisasi Relawan atau Organisaasi pengurangan Risiko Bencana
Dengan berbagai kegiatan di atas maka diharapkan rencana kontingensi ini akan terus
mengalami pemutakhiran secara rutin dan berjangka waktu disesuaikan dengan situasi dan
kondisi terkini.
BAB VII : PENUTUP
Demikian Dokumen Rencana Kontingensi Tanah Longsor ini disusun dengan maksud
menjadi pedoman, acuan utama bagi semua pihak yang terkait pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha dalam pelaksanaan operasi gawat darurat tanah longsor. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh para pihak sebagai berikut :
a. Rencana kontingensi ini dibuat sebagai pedoman dan landasan operasional penanganan
darurat bencana tanah longsor.
b. Jumlah proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh beberapa bidang
operasi masuk di dalam perancanaan anggaran penanganan darurat bencana.
c. Rencana proyeksi kebutuhan yang dibutuhkan dapat dipenuhi oleh berbagai sumber daya
yang ada, bisa diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Magelang, Masyarakat, maupun
Dunia Usaha.
Komitmen Bersama Rencana Kontijensi Tanah Longsor Kabupaten Magelang
2018
1. KODIM 0705
MAGELANG
2. POLRES MAGELANG
3. BPBD MAGELANG
4. DINAS KOMINFO
PPA
6. DINAS
PERHUBUNGAN
7. DINAS KESEHATAN
8. DINAS PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
9. DINAS LINGKUNGAN
HIDUP
11. DPRKP
14. SAR
15. PDAM
27. MARGOYOSO
28. SIDOSARI
29. MENOREH
30. KALIREJO
31.. NGARGORETNO
32. MAJAKSINGI
33. GIRIPURNO
34. BIGARAN
35. KENALAN
37. MEJING
38. BANYUSARI
39. JAPAN
40. BANYUSIDI
41.. MUNENG
42. KAJANGKOSO
43. JAMBEWANGI
44. JOGONAYAN
45. GENIKAN
46. BALEAGUNG
47. TIRTO
48. SAMBUNGREJO
49 SUTOPATI
50. PANDANSRI
51. PANDANRETNO
52. SUKOMULYO
53.. WUWUHARJO
54. BAMBUSARI
55 KETANGI
56. TEMANGGUNG
57. MANGLI
58.. BALEREJO
59 NGEPANREJO
60. REJOSARI
61. GANDUSARI
62.. SIDOREJO
63. BALESARI
64. GENITO
65. NGEMPLAK
66. DAMPIT