KEDARURATAN BENCANA
LATAR BELAKANG
• Penanggulangan bencana adalah bagian integral dari pembangunan nasional dalam
rangka melaksanakan amanat konstitusi sebagaimana tersirat di dalam alinea ke-IV
Pembukaan UUD 1945
• Dalam implementasi normatifnya, penanggulangan bencana menjadi tugas dan
tanggung- jawab pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU
PB),
• Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, terdapat tahap pra-bencana
yang meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam situasi tidak terjadi bencana
dan terdapat potensi bencana. Pada situasi tidak terjadi bencana, salah satu upaya
yang dilakukan adalah penguatan kesiapsiagaan dimana salah satu kegiatannya
adalah menyusun rencana penanggulangan kedaruratan bencana (RPKB).
Kesiapsiagaan
BAB I SITUASI
a. Profil Wilayah
b. Risiko Bencana Wilayah
c. Prioritas Penanganan Kedaruratan Bencana
d. Skenario Kejadian dan Asumsi Dampak
BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI
a. Kebijakan
b. Strategi
BAB III MEKANISME
a. Identifikasi Pemangku Pemerintahan
b. Konsep Operasi
c. Fungsi
d. Tugas-tugas
e. Instruksi Koordinasi
BAB IV KOMANDO, KENDALI, DAN KOMUNIKASIBAB V PENUTUP
LAMPIRAN
Lampiran-A: Rencana Uji Coba RPKB
Lampiran-B: Lembar Berita Acara Penyusunan RPKBLampiran-C: Daftar Sumberdaya Daerah
Lampiran-D: Rencana Kontingensi Prioritas Bencana 1
Lampiran-E: Rencana Kontingensi Prioritas Bencana 2Lampiran-
F: Rencana Kontingensi Prioritas Bencana 3
BAB I SITUASI
• Situasi pada dasarnya berisi rangkuman umum hasil KRB
yang ada untuk menggambarkan potensi bahaya,
kerentanan, kapasitas dan prioritas ancaman bencana. Hal
ini diperlukan untuk penyusunan skenario kejadian dan
dampak bencana serta untuk pertimbangan dalam
penyusunan kebijakan, strategi, serta fungsi, tugas-tugas,
dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan dalam
penanganan darurat bencana.
• Contoh: Profil Wilayah Profil Kota Ambon
• Kondisi Geografi
• Kota Ambon secara geografis berada pada posisi astronomis 3°- 4° Lintang Selatan dan 128°-129° Bujur Timur. Secara umum Kota Ambon meliputi wilayah di sepanjang pesisir dalam
Teluk Ambon dan pesisir luar Jazirah Leitimur, dengan total luas wilayah seluas 377 km2 dengan luas wilayah daratan 359,45 km2 yang membujur di sepanjang pantai mengelilingi
perairan Teluk Ambon dan Teluk Dalam. Kota Ambon sebelah barat berbatasan dengan: Kecamatan Leihitu Barat Kab. Maluku Tengah, sebelah utara berbatasan dengan : Kecamatan
Leihitu Kab. Maluku Tengah, sebelah timur berbatasan dengan: Kecamatan Salahutu Kab. Maluku Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan : Laut Banda. Kota Ambon yang berada
dalam Pulau Ambon serta Pulau Haruku termasuk Busur Banda Dalam dan termasuk ke dalam Orogen Maluku. Daerah ini diapit oleh 2 lautan luas yaitu Laut Banda (kedalaman sekitar
7.000 m) dan Laut Seram (kedalaman sekitar 5.000 m).
• 1.1.2. Administratif
• Kota Ambon terdiri dari 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kecamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, dan Kecamatan Teluk
Ambon. Secara keseluruhan Kota Ambon meliputi 20 kelurahan dan 30 desa.
• Kondisi Fisik
• Kota Ambon mempunyai wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal dengan kemiringan di atas 20 % seluas kurang lebih 186,9 km2 atau 73% dan
daerah datar dengan kemiringan sekitar 10% seluas kirakira 55 km 2 atau 17% dari luas seluruh wilayah daratannya. Kota Ambon juga memiliki 10 gunung dengan gunung tertinggi adalah
Gunung Nona 600 mdpl dan memiliki 14 sungai dengan sungan terpanjang adalah Sungai Wai Sikula dengan Panjang 15,50 km 2.
• Jumlah penduduk Kota Ambon pada pertengahan tahun 2014 berjumlah 395.423 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 meningkat sebesar 4,16 %.
Penduduk masih terkonsentrasi di Kecamatan Sirimau dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 1 926,01 jiwa per Km2. Sementara itu Kecamatan yang paling jarang penduduknya
adalah Kecamatan Leitimur Selatan dengan tingkat kepadatan penduduk hanya sebesar 222,22 jiwa per Km 2.
• Kondisi Perekonomian
• Secara umum, kontribusi sektor-sektor usaha dalam pembentukan PDRB Kota Ambon Tahun 2007-2014 didominasi oleh sector perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan,
hotel dan restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kota Ambon.
Risiko Bencana Wilayah
• Risiko bencana wilayah merupakan rangkuman dari potensi bahaya wilayah,
kerentanan, kapasitas, dan risiko bencana yang ada di daerah berdasarkan hasil
kajian risiko bencana yang telah dibuat sebelumnya.
Potensi Bahaya
• Setiap daerah memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda. Hal tersebut
dipengaruhi oleh posisi geologis, astronomis, sumberdaya yang tersedia di lokasi
tersebut (lingkungan, infrastruktur, ekonomi, sosial - budaya, kebijakan), dan
perilaku manusianya. Potensi bahaya dapat diketahui dari hasil kajian risiko
bencana suatu daerah. Potensi bahaya di dalamnya termasuk jenis bencana, luas
bahaya, serta kelas bahaya. Potensi bahaya diperlukan sebagai gambaran
penanganan bencana yang diperlukan
Kerentanan
• Pengkajian kerentanan dalam kajian risiko bencana dihasilkan dari analisis
potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian bencana. Jumlah
penduduk yang berpotensi terpapar bencana disajikan dalam setiap jenis
bencana beserta kelasnya (rendah, sedang, tinggi). Sedangkan potensi
kerugian bencana dianalisis berdasarkan kerugian fisik, ekonomi, dan
lingkungan yang juga disajikan dalam setiap jenis bencana beserta kelasnya.
Berdasarkan kedua komponen tersebut, diperoleh rekapitulasi kerentanan
daerah dalam menghadapi bencana. Semakin tinggi kerentanan suatu
daerah, maka semakin besar upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi
kerentanan tersebut
Kajian risiko
• Pengkajian risiko adalah suatu metodologi untuk menentukan sifat dan
besarnya risiko dengan menganalisa bahaya potensial dan mengevaluasi
kondisi kerentanan yang ada
• Kajian risiko bencana dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya dan
kerentanan dari suatu daerah yang kemudian menganalisa dan mengestimasi
kemungkinan timbulnya risiko bencana
• Selain itu juga untuk mempelajari kelemahan dan celah dalam mekanisme
perlindungan dan strategi adaptasi yang ada terhadap bencana. serta untuk
memformulasikan rekomendasi realistis langkah-langkah mengatasi
kelemahan dan mengurangi resiko bencana yang telah diidentifikas
PRIORITAS PENANGANAN KEDARURATAN BENCANA
• Kelima prioritas bencana inilah yang nantinya diharapkan dapat disusun rencana kontingensinya sebagai pelengkap RPKB.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Contoh rumusan Kebijakan:
• Pemerintah Kabupaten A bertanggungjawab dan berwenang penuh dalam penanggulangan kedaruratan
bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten A dan memberikan perlindungan kepada setiap masyarakat
terdampak
• Pemerintah Kabupaten A melaksanakan penanggulangan kedaruratan bencana setelah Bupati menyatakan
Kabupaten A dalam status keadaan darurat bencana, komandan telah ditunjuk dan organisasi komando
penanganan kedaruratan bencana telah terbentuk
• Dalam penanggulangan kedaruratan bencana, prioritas diberikan pada pencarian dan pertolongan untuk
penyelamatan jiwa masyarakat terdampak, perbaikan fungsi sarana prasarana vital dan pemulihan fungsi
layanan umum yang terkait kebutuhan mendasar hidup orang banyak
• Setelah pemulihan fungsi akibat terdampak bencana, dalam waktu yang sesingkat- singkatnya Pemerintah
Kabupaten A kembali melaksanakan roda pemerintahan untuk dapat melaksanakan fungsi layanan umum
yang diprioritaskan pada urusan pemerintahan yang bersifat wajib dan berkaitan dengan pelayanan dasar
• Pengaktifan dan optimalisasi pos anggaran Dana Tak Terduga/Belanja Tak Terduga dalam APBD tahun berjalan
untuk penanggulangan kedaruratan bencana
• Pemerintah Kabupaten A mengajukan pendampingan dan fasilitas Dana Siap Pakai kepada pemerintah pusat
melalui BNPB untuk pemenuhan sumberdaya dan efektifitas penanggulangan kedaruratan dst.
Contoh rumusan Strategi (turunan dari contoh kebijakan no. 3):
• Pembebasan seluruh biaya medis untuk setiap masyarakat yang menderita luka, kecacatan dan kematian
akibat bencana
• Pengerahan sarana angkutan udara yang tersedia untuk operasi penyelamatan di daerah terpencil dan
terisolasi
• Pengerahan personil pencarian dan pertolongan yang terlatih, sarana pencarian dan evakuasi yang
mencukupi
• Pelibatan masyarakat relawan dan pemberi bantuan dalam pencarian dan pertolongan.
• Pemanfaatan semua fasilitas umum yang aman milik pemerintah ataupun milik masyarakat sebagai tempat
evakuasi dan penampungan sementara
• Pengerahan cadangan logistik kabupaten untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak
bencana
• Dst
BAB III MEKANISME
• Identifikasi Pemangku Kepentingan, contohnya
Pemegang mandat Pendukung
Unsur pemerintah Unsur pemerintah Unsur non
kab/kota pemerintah
Semua unsur struktural
Semua OPD yang
pemerintah pusat yang Organisasi
disebut
dalam peraturan terdapat di daerah masyarakat
kepala setempat, misal: sipil, media, badan
daerah tentang OPD TNI/Polri, usaha,
di SAR, Kanwil, Balai, perguruan tinggi, dll
daerah setempat, Stasiun (BMKG), UPT
misal: dinas
dan
dan badan yang
menjadi lainnya.
bagian dari
KONSEP OPERASI
• Memuat ruang lingkup operasi pada status keadaan darurat dimulai sejak status siaga darurat, tanggap
darurat, dan transisi darurat ke pemulihan
Siaga Darurat Tanggap Darurat Transisi Darurat
Siaga Darurat adalah Tanggap darurat bencana Transisi darurat ke
serangkaian kegiatan yang adalah serangkaian kegiatan pemulihan adalah
dilakukan dengan segera yang dilakukan dengan segera serangkaian kegiatan
pada saat potensi bencana pada saat kejadian bencana yang dilakukan dengan
terjadi untuk menghadapi untuk menangani dampak segera yang meliputi
dampak buruk yang mungkin buruk yang ditimbulkan, yang pemenuhan
ditimbulkan, meliputi meliputi kegiatan kebutuhan dasar,
kegiatan penyelamatan dan penyelamatan dan evakuasi perlindungan
evakuasi korban, harta korban, harta benda, kelompok rentan, dan
benda, pemenuhan pemenuhan kebutuhan dasar, perbaikan darurat.
kebutuhan dasar, perlindungan kelompok
perlindungan kelompok rentan,pengungsi, serta
Siaga Darurat Tanggap Darurat Transisi Darurat