Anda di halaman 1dari 26

ETIK LEGAL KEPERAWATAN

BENCANA
PENDAHULUAN
• Etika adalah nilai-nilai atau norma yang berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik baik
pada diri seseorang ataupun orang lain. Etika berkaitan
dengan nilai-nilai dan kepercayaan bagi individu ataupun
masyarakat
• Etika Profesi (professional ethics) adalah sikap hidup berupa keadilan
untuk dapat/bisa memberikan suatu pelayanan professional terhadap
masyarakat itu dengan penuh ketertiban sesuai rambu-rambu serta juga
keahlian yakni sebagai pelayanan dalam rangka melakukan tugas yang
merupakan kewajiban terhadap masyarakat
Kode Etik Keperawatan Bencana
1. Perawat bencana memberikan pelayanan dengan
penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien
2. Perawat bencana mempertahankan kompetensi dan tanggung
 jawab dalam praktek keperawatan emergensi
3.  Perawat bencana melindungi klien manakala mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak cakap, tidak legal, 
sehingga keselamatannya terancam
Asas-Asas Dalam Penanggulangan Bencana

1. Kemanusiaan
2. Keadilan
3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
4. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian
5. Ketertiban dan kepastian hukum
6. Kebersamaan
7. Kelestarian lingkungan hidup
8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu:
1. Kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang
ekstensif,
2. Komponen intelektual yang bermakna dalam
melakukan tugasnya, dan
3. Memberikan pelayanan yang penting kepada
masyarakat.
Berikut berdasarkan norma profesi keperawatan :

1.Menghargai klien
2.Memberikan yang terbaik
3.Mempertanggungjawabkan pelayanan keperawatan
4.Tidak memanbah permasalahan bekerja sama dengan teman
sejawat ataupun Tim Kesehatan lainnya
ASPEK ETIK DAN ISU DALAM
KEPERAWATAN BENCANA
Menurut Veenema (2012) menyatakan aspek danisu etik tersebut
meliputi:
1. Pencatatan dan Pelaporan Penyakit.
Negara mempunyai kewenangan untuk meminta health care
provider (penyedia layanan kesehatan) untuk melaporkan kasus-kasus
penyakit yang ada. Meskipun laporan tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan pribadi pasien. Hampir semua negara membutuhkan
laporan tentang kasus-kasus penyakit baru dalam 24 jam, atau penyakit
yang timbul lebih dari 24 jam
2. Informasi Kesehatan.
Informasi kesehatan berisi tentang identitas individu, sehingga disini
akan muncul isu tentang privasi dan kerahasiaan.Seringkali istilah ini ini
digunakan saling tertukar, tidak dibedakan. Sebenarnya keduanya
mempunyai pengertian teknis yang berbeda. Informasi medis bisa
berisi identitas individu seperti: nama, alamat, nomor tilpon, tanggal
lahir,dan identitas lainnya yang memungkinkan pihak ketiga
berkomunikasi. Secara etik kerahasiaan klien harus tetap dijaga,dimana
perawat mempunyai kewajiban etika untuk melindungi pasien dan
menjaga kerahasian pasien yang dirawat.
The Center for Law and Public’s Health at Georgetown dan John Hopkins Universities
membuat model sebagai frameworkaspek legal dalam public health crisis, dan bioterrorist.
Model ini disebut dengan Model State Emergency Health Power Art (MSEHPA).

Model State Emergency Health Power Art (MSEHPA) juga membatasi dalam memberikan
keterangan terkait dengan kerahasiaan klien. Umumnya informasi kesehatan tidak bisa
diberikan tanpa sepengetahuan individu yang bersangkutan. Namun demikian ada 5
(lima ) pengecualian, yaitu:

1) Keterangan langsung untukindividu yang bersangkutan.


2)  Keterangan untuk pihak keluarga atau yang mewakili keluarga.
3) Keterangan untuk lembaga atau otoritas yang berkaitan dengan hukum.
4)  Keterangan untuk pengadilan atau untuk pusat layanan kesehatan.
5)  Keterangan untuk mengidentifikasi penyebab kematian
3. Karantina, Isolasi, dan Civil Commitment.
• Perbedaan antara karantina, isolasi, dan civil commitment yaitu:
• Karantina: berasal dari undang-undang maritim dan praktik, dan merupakan
keharusan untuk isolasi orang atau barang (biasanya 40 hari), bila orang atau
barang tersebut dicurigai mengandung penyakit infeksi.
• Isolasi: Penempatan orang atau barang yang diketahui mengandung penyakit dalam
waktu tertentu sehingga penyakit tidak menyebar.
• Civil Commitmetn: Berhubungan dengan gangguan system kesehatan mental dan
membahayakan dirinya dan orang lain. Dapat dibayangkan dalam keadaan krisis
kesehatan masyarakat atau bencana, kebutuhan untuk memberi perlindungan bisa
bertentangan dengan kebutuhan untuk mencegah penyebaran penyakit.

• Memberi isolasi sementara dan karantina harus segera dilakukan, bila terlambat
akan mengganggu kemampuan otoritas kesehatan masyarakat untuk mencegah
penularan penyakit.
4. Vaksinasi
Negara memiliki lembaga otoritas untuk mewajibkan warga negaranya
menjalani vaksinasi dalam pencegahan penyakit. Pengadilan di USA
mewajibkan vaksinasi tetap harus diberikan walaupunorang tersebut
menolak. Negara mewajibkansetiap anak sekolah mendapatkan
vaksinasi terhadap penyakit tertentu. Adapan vaksinasi tersebut antara
lain: rubella dan polio sebelum anak masuk sekolah. Pengecualian bagi
mereka untuk tidak menjalani vaksinasi dengan alasan agama dan
alasan penyakit kronis tertentu yang punya reaksi negatif terhadap
vaksinasi.
5. Treatment for Disease (Pengobatan Penyakit).
Pengadilan di USA member hak kepada orang dewasa untuk
memilih tempat dan jenis pengobatan untuk penyakit mereka,
termasuk hak untuk menolak pengobatan. Dalam etika
keperawatan dimana perawat memberikan hak otonomi (self
determination) dimana seseorang diberi kebebasan dalam
membuat keputusan bagi dirinya.Undang-undang kesehatan
wajib memberikan pengobatan pada penyakit menular seperti
penyakit kelamin dan tuberkulosis (Gostin, 2000 dalam
Veenema, 2012
6. Screening & Testing.
Screening dan testing merupakan upaya pelayanan kesehatan publik yang
berbeda.
Testing biasanya mengacu pada prosedur medis untuk memeriksa apakah
seseorang mempunyai suatu penyakit tertentu.
Screening melakukan deteksi dini dengan memeriksa semua anggota dari
suatu populasi untuk menemukan adanya suatu penyakit. Pada situasi krisis
kesehatan di komunitas yang disebabkan oleh serangan bioterroris perlu
memeriksa semua anggota populasi, kecuali otoritas public meneluarkan surat
pengecualiaan untuk golongan tertentu
Klien diberitahu jika dia positif tertular penyakit tersebut dan akan ditawari
pengobatan sesuai dengan standar
Orang yang menolak dilakukan pemeriksaan medis dan pengobatan dapat
diisolasi atau karantina.
7. Professional Licensing (Lisensi Profesional).
Dapatkah perawat (tanpa memiliki ijin dari pemerintah) membantu
sepenuhnya dalam keadaan krisis kesehatan publik atau bencana?.
Bisakah perawat melakukan tugas diluar kewenangannya?
Semua negara mengharuskan seseorang memiliki surat ijin agar dapat
praktik keperawatan
Di Indonesia Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan republik Indonesia nomor 161/Menkes/PER/I/2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan. BAB II Pasal 2 menyatakan setiap tenaga
kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya wajib
memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dengan melampirkan sertifikat
kompetensi yang dilegalisir.
8. Alokasi Sumberdaya (Resource Allocation)
Dalam keadaan bencana, distribution justice menyangkut distribusi yang adil atas
sumber daya yang terbatas.
Perawat juga harus adil dalam memberikan pelayanan atau mendistribusikan
sumber daya tanpa membedakan agama, suku bangsa, dan golongan

9. Professional Liabelity.
Semua profesi pelayanan kesehatan termasuk perawat bisa mendapatkan “civil
liability” dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terstandar. “ Malpractice
Liabelity” masalah malpraktik dari kewenangan yang boleh diberikan seorang
perawat. Seorang perawat mungkin dikatakan malpraktik dan harus mengganti
kerugian akibat dari memberikan layanan dibawah standar meskipun dalam
situasi darurat. Untuk itu, perawat hendaknya memberikan pelayanan
berdasarkan standar dan SOP yang telah ditetapkan.
Aspek Legal Keperawatan
• Aspek Legal Keperawatan adalah aspek Aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya
• Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
• Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang
bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada
masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas
• Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri,
seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan
waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap
altruis (rela berkorban)
• Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang profesional dari
pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari
penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin
• Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal
• Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan
kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP
• Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat
Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
• Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan
tentang praktek Keperawatan.
Pra Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan
Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana :
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman
bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.
Program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana:
1. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).

2. Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain.

3. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan


dan penggunaan air yang aman

4. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.

5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan posko-posko bencana.

6. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian


seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan lainnya
Saat Bencana
Peran perawat Saat Bencana yaitu Tanggap darurat dengan peran perawat
pada pase intra/saat bencana yaitu:
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk
jangka waktu 30 bulan pertama
Pasca Bencana (Rekuntruksi dan rehabilitasi )
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan psikologis korban.

b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder
(PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama.
• Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali.

• Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacunya.
• Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori

c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas
sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase
pemulihan menuju keadaan sehat dan aman
Aspek Legal
SAMARITAN LAW: menolong karena kerelaan
menolong yang membutuhkan

UU PENANGGULANGAN BENCANA UU No. 24 Tahun


2017: tindakan saat tanggap bencana

UU KESEHATAN, UU No. 36 Thn 2009 (63) Pengobatan


dan perawatan menggunakan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan

UU No.38 Tahun 2014 PASAL 28 (AYAT 3): Praktik keperawatan


didasarkan pada: kode etik, standar pelayanan, standar profesi,
dan SOP
DASAR HUKUM
PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA

• UUD 1945 RI, Pasal 4, Ayat 1


• UU No.24 Th. 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana
• PP No. 38 Th. 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
• PP No. 21 Th. 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
• PP No. 32 Th. 2008 Tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana.
• Pepres No. 8 Th. 2008 Tentang BNPB
Kebijakan Penanggulangan Bencana
Menurut UU No.24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana adalah
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai