Anda di halaman 1dari 10

ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN

EKSTENSI KEPERAWATAN

Disusun Oleh :
Perry Nugraha Kusnadi
NIM. AK. 215.071

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA


TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan
tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum
untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan
persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah
membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman
bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga
pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang
diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Terjadinya pergeseran
paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic
yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan
(Cohen, 1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini
ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua pelayanan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat Keperawatan
dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh
kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga
kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan
dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem
klien.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep legal etik keperawatan.

Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami difinisi etika
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Isi dari prinsipprinsip legal dan etis
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Masalah Legal Dalam Keperawatan
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Landasan Aspek Legal Keperawatan
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami contoh kasus terkait dengan etik dan legal
beserta penyelesaiannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Legal Etik


Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan
tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat
yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice, bidang
Care Provision and Management dan bidang Professional Development Setiap profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang
ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan
pelayanan yang penting kepada masyarakat. (Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan UI
2006)
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

2.2. Isi dari prinsip prinsip legal dan etis adalah :


a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Beneficience ( Berbuat Baik )


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. d.
Nonmal eficience ( Tidak Merugikan ) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien.

e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.

f. Fidellity (Metepati Janji)


Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien.

h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

i. Informed Consent
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah
mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan consent yang berarti persetujuan
atau memberi izin. Jadi informed consent mengandung pengertian suatu persetujuan yang
diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian informed consent dapat
didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang
berkaitan dengannya.

2.3. Masalah Legal Dalam Keperawatan


Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap
orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau
hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :
a) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan
hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika
anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat
dianggap sebagai pencurian.
c) Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,
anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal
atau tertulis.
d) False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan
melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment.
Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter
e) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau
bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang
lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent.
Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita
lakukan.
f) Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan
hukum.
g) Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya
orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa
seseorang menganiaya orang lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa
orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan
berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya.
2.4. Landasan Aspek Legal Keperawatan
Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan
Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin
Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila
bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang
didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang
tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai
penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan
yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan
kepada profesi masing- masing.

2.5. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan


Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang
melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan
yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia.
Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi :
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Yang
mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanan
keperawatan di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti
dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-penelitian yang
menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan
serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk
keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien selaku penerima
asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan
dengan aspek legalisasi keperawatan :
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan keperawatan
3) Informed Consent

Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum,
perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes
1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956
BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-
undang keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang
ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

4.2 SARAN
1. Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan suatu tindakan
agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian yang fatal akibatnya.
2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua pihak
(Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi kepada
pelayanan yang bermutu.
3. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang diselenggarakan
oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap mendidik sekaligus bersifat
menghukum yang mudah dipahami dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik
keperawatan menyangkut berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif
dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut
4. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keper awatan,
sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus meningkatkan mutu belajar agar
memiliki kemampuan berpikir rasional dalam menyalankan tugas sebagai perawat
profesional.

Anda mungkin juga menyukai