Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG


MENGALAMI POST OPERASI DI RUANG ICU RSUP SANGLAH
DENPASAR

Studi dilakukan di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Oleh :

NI WAYAN WINDARI
213221201

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya,penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran Tingkat

Kecemasan Keluarga Pasien Yang Mengalami Post Operasi Di Ruang ICU RSUP

Sanglah Denpasar “ pada waktunya.

Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira

Medika Bali.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan sejak awal

sampai akhir terselesainya penelitian ini, untuk itu dengan segala hormat dan

kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana., MM Sebagai Ketua STIKes Wira Medika

Bali yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di Program Studi

Ilmu Keperawatan.

2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep.,M.Kep Sebagai Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali yang memberikan pengarahan

dalam pembuatan proposal ini.

3. Bapak, ibu, kakak, adik dan semua keluarga atas segala bantuan materi dan

dukungan baik moral maupun spiritual.

i
4. Rekan-rekan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali dan

para staf dosen serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya

penyusunan proposal ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka

penyempurnaan proposal ini. Penulis juga berharap agar penelitian ini dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

khususnya bidang keperawatan

Denpasar, Agustus 2022


Penulis

(Ni Wayan Windari)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………….... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………...………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 5
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 5
1.3.1 Tujuan Umum ………………………………….………. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………….……… 5
1.4 Manfaat Penelitian …………………………….……………….. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ………………………………………. 6
1.4.2 Manfaat Praktis ……………………………………….. 6
1.5 Keaslian Penelitian ………………………………………………. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembedahan atau operasi adalah tindakan pengobatan dengan cara invasive

dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh, dan pada umumnya dilakukan

dengan membuat sayatan pada bagian tubuh yang akan ditangani serta dilakukan

perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Apriansyah,

Romadoni & Andrianovita, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO)

dalam Setiani (2017), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka

peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat ditahun 2011

terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun

2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa.Tindakan operasi di

Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa (WHO dalam Setiani, 2017).

Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pertama penanganan

pola penyakit di rumah sakit se Indonesia yang diperkirakan 32%.

Keperawatan pasca operasi merupakan sebuah periode akhir dari keperawatan

perioperative, dimana proses keperawatan ditujukan untuk menstabilkan kondisi

pasien dalam keadaan ekuilibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan

pencegahan komplikasi. Pasien dipindahkan dengan perhatian khusus untuk

mempertahankan kenyamanan dan keselamatan selang dan peralatan drainase

1
dengan ditangani secara cermat untuk fungsi yang optimal. Ada beberapa masalah

yang sering muncul pada pasca pembedahan diantaranya luka akan mengalami

stress selama masa penyembuhan akibat dari nutrisi yang tidak adekuat, gangguan

sirkulasi dan perubahan metabolism yang dapat memperlambat penyembuhan

luka (Perry and Potter, 2016). Pasien-pasien pasca operasi yang memerlukan

pemantauan atau observasi ketat dapat dirawat di ruang Intensive Care Unit

(ICU).

Ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah bagian dari bangunan rumah sakit

dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi gawat

darurat, sehingga perlu dilakukan pengelolaan bangunan Ruang Perawatan

Intensif dengan baik, terpadu dan memenuhi persyaratan teknis bangunan. Ruang

ICU merupakan salah satu perawatan mandiri di dalam rumah sakit dengan staf

dan peralatan khusus yang bertujuan untuk mengobservasi, merawat, dan

memberikan terapi bagi pasien dengan penyakit akut, cidera, ataupun penyulit

yang dapat mengancam jiwa dan diharapkan masih reversible (Kemenkes, 2012).

Pengobatan dan perawatan selama di ICU akan menimbulkan dampak

psikologi tidak hanya pada pasien namun berdampak pada keluarga. Beban

perawatan yang ditanggung keluarga pada anggota keluarga yang mempunyai

penyakit kritis dapat berdampak pada kecemasan. Anggota keluarga pasien sakit

kritis mengalami tingkat kecemasan tinggi situasional dan stres ketika orang-

orang tercintanya dirawat di ruang ICU. Peraturan untuk kunjungan ke pasien di

ruang ICU juga dibatasi dan berbeda dengan unit lain sehingga keluarga akan

2
mengalami suatu keadaan depresi, kecemasan bahkan gejala trauma setelah

anggota keluarganya dirawat di ruang ICU. Keluarga pasien kemungkinan

merasakan rasa sedih dan cemas yang dirasakan ketika keluarganya berada dalam

situasi antara hidup dan mati. Dampak nyata yang dapat dirasakan adalah

kecemasan (Shania, 2020).

Kecemasan merupakan kekhawatiran berhubungan dengan ketidakpastian

an ketidakberdayaan (Annisa&Ifdil, 2016). Kecemasan timbul akibat adanya

stimulus yang berlebih sehingga individu melampaui kemampuannya untuk

mengatasi stimulus tersebut dan timbullah rasa cemas. Setiap anggota keluarga

memiliki kecemasan yang berbeda-beda. Keluarga umumnya dapat mengalami

perubahan prilaku dan emosional yang berdampak pada pikiran dan motivasi

keluarga untuk mengembangkan perannya (Astuti&Sulastri, 2012).

Dampak dari kecemasan itu sendiri diantaranya, dalam jangka panjang dapat

mengganggu sistem saraf pusat, serangan panik yang biasanya dialami oleh orang

dengan gangguan kecemasan dapat menyebabkan otak melepaskan hormon secara

teratur (Amiman, 2019). Kondisi ini dapat meningkatkan frekuensi munculnya

gejala seperti sakit kepala dan depresi. Kemudian dapat menyebabkan risiko

penyakit kardiovaskular, gangguan kecemasan dapat menyebabkan detak jantung

meningkat, jantung berdebar dan nyeri dada. Dalam jangka pendek yang dapat

terjadi akibat kecemasan salah satunya yaitu bermasalah pada sistem pencernaan

karena perasan cemas dapat menyebabkan sakit perut, mual, diare dan masalah

pencernaan lainnya (Amiman, 2019).

3
Dampak yang dapat terjadi akibat kecemasan pada keluarga saat salah satu

anggota keluarganya dalam kondisi kritis dan dirawat di ruang ICU yaitu, dalam

pengambilan keputusan mengalami penundaan dan akan merugikan pasien yang

seharusnya diberikan tindakan namun keluarga pasien belum bisa memberikan

keputusan karena mengalami kecemasan (Rosmala, 2017). Apabila kejadian

penundaan perawatan pasien akibat keluarga yang mengalami kecemasan tersebut

terus terjadi maka dapat mengakibatkan tingginya kasus kematian pasien di

rumah sakit. Keluarga pasien adalah pemegang penuh keputusan yang akan

diambil dalam pasien. Peran keluarga berarti memberikan dukungan kepada

pasien dalam menjalani perawatan. Masalah-masalah kecemasan pada keluarga

pasien yang dirawat di ruang ICU penting sekali diperhatikan karena dalam

perawatan pasien dan keluarga merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain, hal ini perlu menjadi perhatian perawat

(Rosmala, 2017).

Sebuah studi penilaian tingkat stres dan kecemasan pada anggota keluarga

pasien rawat inap di unit perawatan khusus (ICU) menunjukan bahwa lebih dari

50% anggota keluarga melaporkan gejala depresi, kejadian ingin bunuh diri,

ketidakberdayaan, dan kecemasan. Hal ini disebabkan oleh kurang lengkapnya

informasi yang disampaikan oleh perawat sehingga menimbulkan kecemasan dan

depresi diantara anggota keluarga (Zarei, 2015). Kondisi yang sama juga terjadi di

Amerika Serikat. Setiap tahunnya di Amerika Serikat sekitar 20% dari semua

kematian terjadi diruang perawatan kritis (ICU). Akibatnya, dengan pengalaman

4
negatif ini dapat memicu munculnya stress dan resiko terkena gangguan mental

dan fisik (Zarei, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pasongli & Evelin (2021)

dengan judul penelitian “Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Tenaga

Kesehatan Akibat Pandemi Covid-19)” menunjukkan hasil bahwa lebih dari

setengah responden (67.05%) mengalami kecemasan dengan rentan tingkat

kecemasan ringan sampai berat. Sebanyak 24.8% responden mengalami

kecemasan ringan, 11.2% kecemasan sedang dan 22,1% kecemasan berat dan

8.8% mengalami kecemasan berat sekali.

Penelitian yang dilakukan oleh Amiman, dkk (2019) yang berjudul

“Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat” menunjukkan

hasil dari 69 responden didapatkan bahwa sebanyak 47 responden dengan

persentase 68.1% mengalami kecemasan berat.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Yang Mengalami Post

Operasi Di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, peneliti mengambil perumusan

masalah “Bagaimanakah Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien

Yang Mengalami Post Operasi Di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar?”

5
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran

Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Yang Mengalami Post Operasi Di Ruang

ICU RSUP Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga pasien yang mengalami post

operasi di ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar.

2.4 Manfaat penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk memperkaya khasanah

ilmu keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan kritis dan dapat pula

digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi perawat kritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi

bagi perawat untuk memahami bagaimana kecemasan pada keluarga dengan

pasien post operasi serta dijadikan bahan evaluasi bagi perawat dalam upaya

6
pemberian komunikasi terapeutik kepada keluarga pasien untuk mengurangi

kecemasan saat keluarganya di rawat.

2. Bagi keluarga pasien post operasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi respon psikologis

keluarga pasien saat mendampingi keluarganya yang sedang dirawat di

ruang ICU dan mengedukasi keluarga yang mengalami kecemasan selama

keluarganya dirawat.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar teori baru dan dapat dijadikan

sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya mengenai gambaran kecemasan

keluarga pasien yang mengalami post operasi dalam menghadapi

keluarganya yang sedang dirawat dan intervensinya.

1.4 Keaslian Penelitian

1. Penelitain yang dilakukan oleh Amiman, dkk (2019) dengan judul

“Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat”. Jenis

penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan kuisioner

HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety), Sampel yang digunakan yaitu

pasien yang berkunjung di IGD RS Bhayangkara Manado yakni berjumlah

69 responden. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 69 responden yang

diteliti sebanyak 47 responden (68.1%) mengalami kecemasan berat.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang gambaran

7
tingkat kecemasan, desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif,

kuisioner yang digunakan yaitu kuisioner HARS. Kemudian perbedaan

dalam penelitian ini pada variable bebas yang di teliti teknik sampling,

jumlah responden, tempat dan waktu penelitian.

2. Penelitian Yasdani (2019) tentang “Gambaran Kecemasan Orang Tua

Menghadapi Hospitalisasi Pada Anak Di Ruang Cilinaya RSD Mangusada

Badung”. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional. Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu

Consecutive Sampling, kuisioner yang digunakan yaitu HARS. Hasil

penelitian menunjukkan dari 45 responden sebagian besar mengalami

kecemasan sedang yaitu sebanyak 22 orang (48.9%). Persamaan dalam

penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang gambaran kecemasan, desain

penelitian, teknik sampling, dan kuisioner. Perbedaan dalam penelitian ini,

pada variable bebas yang diteliti, jumlah responden, tempat dan waktu

penelitian.

3. Penelitian Pasongli, dkk (2021) tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan

Keluarga Tenaga Kesehatan Akibat Pandemi Covid-19”. Metode penelitian

ini menggunakan deskriptif kuantitatif menggunakan teknik purposive

sampling, kuisioner yang digunakan yaitu HARS. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (67.05%) mengalami

kecemasan dengan tingkat kecemasan ringan sampai berat. Sebanyak 24.8%

responden mengalami kecemasan ringan, 11.2% kecemasan sedang, 22.1%

8
kecemasan sedang, 22.1% kecemasan berat dan 8.8% mengalami kecemasan

berat sekali. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti

gambaran tingkat kecemasan keluarga, kuisioner yang digunakan, metode

penelitian. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada teknik sampel,

variabel bebas yang diteliti, jumlah sampel, waktu dan tempat penelitian.

Anda mungkin juga menyukai