OLEH
Ayu Alif Nurjanah
4201.0117.A.003
Skripsi
OLEH :
Ayu Alif Nurjanah
4201.0117.A.003
Kata Kunci : Stroke, Mirror therapy, Range of Motion (ROM), Kekuatan Otot
Daftar bacaan: 32 (2012-2020)
v
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STIN 2021
ABSTRACT
The Monthly Disease Report states that the prevalence of stroke increases in
line with the number of new cases of Primary Stroke in outpatient visits to the
puskesmas. To avoid the complications from the stroke, it is necessary to have
independent nursing actions that are more effective so as to minimize this
disability by doing mirror therapy with Range of Motion (ROM) movements on a
regular basis. This study aims to determine the effectiveness of mirror therapy
with Range of Motion (ROM) movement on muscle strength (upper extremity) in
stroke patients in Kedawung Village, Cirebon Regency RT.004 RW.004 2020.
This type of research uses one group pre test and post test design, to one
group. Sampling using total sampling with a sample size of 54 respondents. The
instruments used were observation sheets, mirrors, SOP, questionnaires,
Spygnanometer and Stethoscope. How to collect data by observation and provide
mirror therapy with offline ROM movements. This research data analysis
technique using t test (paired sample test).
In this study, there was an effect between mirror therapy and ROM movement
on muscle strength during the Covid-19 pandemic in Kedawung Village, Cirebon
Regency RT.RW 004.004 in 2020, it can be seen that from 54 respondents the
average was obtained before mirror therapy using ROM 2 with a standard
deviation. 0.82, and the mean after mirror therapy using ROM was 2.79 with a
standard deviation of 1.03, with a P value of 0.000 <0.05, so this study can be
concluded that Hi Accepted: there is an effect of mirror therapy with Range of
Motion (ROM) movement on muscle strength.
The results of this study are expected to be useful for nursing practice,
especially for stroke patients who experience hand weakness, so do routine mirror
therapy exercises with ROM movements 2x a day.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala
terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di desa Kedawung RT 004 RW 004
Kabupaten Cirebon Tahun 2020” Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat
Penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak yang
memberi dukungan dan motivasi, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
1 Keperawatan.
meluangkan waktu dan pikiran yang dengan kesabaran dan penuh tanggung
5. Heni Fa’riatul Aeni, M.KM Selaku pembimbing terimakasih atas waktu dalam
6. Seluruh dosen dan staf Sarjana 1 Keperawatan STIKes Cirebon yang telah
vii
7. Ayah, ibu serta keluarga yang selalu memberikan support doa maupun
dengan baik.
9. Serta semua pihak yang terlibat dan turut berperan serta memberikan bantuan
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna menunjang kesempurnaan proposal ini
dimasa mendatang. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga
Penulis
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
SURAT PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR BAGAN xii
LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 8
1.3 Tujuan Penelitian 8
1.4 Manfaat Penelitian 9
ix
2.4.7 Penatalaksanaan 29
2.4.8 Komplikasi 30
2.4.9 Kerangka Teori 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
aliran darah otak yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menyebabkan
kematian. Stroke juga penyakit yang penyebab kecacatan nomer satu di dunia.
Pada masyarakat Barat 80% penderita mengalami stroke hemorogik. Menurut data
statistik stroke diseluruh dunia juga menyatakan sekitar 15 juta orang di seluruh
dunia mengalami stroke setiap tahunnya. 1 dari 6 orang di seluruh dunia akan
mengalami stroke dalam hidup mereka. WHO juga memperkirakan 7.6 juta
setiap 40 detik terdapat 1 kasus baru stroke dengan prevalensi 795.000 pasien
stroke baru atau berulang terjadi di setiap tahunnya dan kira-kira setiap 4 menit
terdapat 1 pasien stroke meninggal. Angka kematian akibat stroke ini mencapai 1
tiga sebagai penyakit mematikan selain jantung dan kanker, Sebagian besar stroke
menyerang diatas usia 40 tahun, namun tidak bisa dipungkiri penyakit ini dapat
1
2
Prevalensi stroke di dunia kira-kira 200 per mil 100.000 penduduk dalam
setahun. Prevalensi stroke (permil) pada penduduk umur ≥15 tahun berdasarkan
perempuan 10.9% pada perkotaan 12.6% sedangkan pada perdesaan 8.8%. stroke
10.9 per mil, tertinggi di provinsi Kalimantan timur (14.7 per mil), terendah di
sebanyak 10.9 per 1.000 penduduk Indonesia. Angka ini menurun dari lima tahun
sebelumnya, 12.10 per 1.000 penduduk dan meningkat dibandingkan tahun 2007
sebanyak 8.3 per 1.000 penduduk. Stroke terjadi karena ada gangguan aliran
darah ke bagian otak. Bila darah otak yang kekurangan pasokan darah secara
tiba-tiba dan penderitanya mengalami gangguan system syaraf sesuai daerah otak
yang terkena.(4)
Menurut laporan SP3 tahun 2018, kasus stroke 411 kasus, meningkat dari
tahun 2017 yang mencapai 310 kasus. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013
Barat berturut-turut 1.6%, 0.3% dan 12%. Sedangkan Hasil Riskesdas tahun 2007
7.9%.(4)
Pada tahun 2018 kejadian stroke diwilayah provinsi Jawa Barat dengan angka
11.4%. dampak dari penyakit ini berupa penurunan fungsi ekstremitas atas
pada kekuatan otot. Stroke tertinggi di kota Cirebon 12.3%, kabupaten Bekasi
3
kabupaten Cirebon tahun 2011 tingkat penyakit tertinggi stroke 5.72%. Data yang
di peroleh dari puskesmas Kalitanjung kota Cirebon pada tahun 2019 di dapatkan
jumlah kasus stroke mencapai 30% sedangkan di tahun 2020 jumlah kasus stroke
Menurut Phys Ther Rehabil Sci (2020) hasil penelitian menunjukan ada
perbedaan yang signitifikan diamati pada semua kelompok sebelum dan sesudah
pelatihan (pretest) dan (postest) dua kelompok untuk kekuatan ekstremitas atas,
ROM, dan skor tes fungsi tangan jebsen-Taylor dibandingkan dengan kelompok
depan, pelatihan Virtual reality (VR) dalam kombinasi dengan stimulasi sensorik
Ulasi pada tungkai atas cenderung menjadi metode yang efektif (program
pelatihan rehabilitasi) untuk memperbaiki tungkai atas fungsi orang dengan stroke
kronis.(7)
yang signitifikan pada fungsi ektermitas atas, kecuali spastisitas, setelah intervensi
pergelangan tangan dari FMA, BBT, kekuatan cengkeraman, dan ROM dari fleksi
berulang 2 arah).(8)
4
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
Stroke juga dikenal dengan Icelebrovascular accident dan Brain attack. Stroke
berarti pukulan (to stroke) yang terjadi secara mendadak dan menyerang otak.
Gangguan peredaran darah di otak dapat berupa iskemia yaitu aliran darah
setelah latihan mirror therapy sebanyak Dua kali sehari dibuktikan dengan
intervensi sebelumnya rata-rata kekuatan otot ekstremitas atas dalah 2.12 (0.45)
setelah intervensi Otot. Sedangkan kekuatan ekstremitas atas menjadi 3,83 (0,56).
Berdasarkan hasil anlisis bivariate diperoleh nilai hitung (4369) dan taraf
Mirror Therapy menurut (AI Sayegb et al, 2013) dari hasil kajian literatur
yang telah dilakukan yaitu mekanisme gerakan yang dilakukan oleh klien hanya
berupa gerakan fleksi dan ekstensi dan gerakan ke atas serta ke bawah pada
ekstremitas atas maupun bawah. Oleh karena itu peneliti ingin mencoba
motion). Hasil kajian literatur dikatakan bahwa mirror therapy dapat mengurangi
nyeri dan meningkat fungsi motorik ekstermitas atas pada pasien stroke dengan
hari.(12)
pemenuhan dalam semua bidang yang sesuai, latihan ini dilakukan secepat
harus diulang 2-3 kali. Tujuan latihan ini adalah untuk memulai memperbaiki
menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarganya melalui therapy fisik dan
tehnik-tehnik lain.(12)
Salah satu terapi untuk memulihkan kekuatan otot pada pasien stroke adalah
tubuh yang mengalami gangguan pada cermin oleh bagian tubuh yang sehat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sengkey tahun 2015, tentang mirorr
stroke.(12)
6
skor penilaian Fugi-Meyer (berdasarkan item bahu / siku / lengan, 9.54 vs 4.61;
ekstremitas atas dan tangan (masing-masing sebesar 1.77 vs 0.69 dan 1.92 vs
kelompok control (PG 0.05). pada fungsi motoric ekstremitas atas, skor tes fungsi
Manual (berdasarkan item bahu, 5.00 vs 2.23; item tangan, masing-masing 5.07 vs
ditemukan antara kelompok untuk item kordinasi dalam penilaian FuglMeyer. (13)
kelompok mengalami peningkatan yang pada skor motorik FIM dan VAS
dibandingkan dengan skor awal. Namun, skor meningkat lebih banyak pada
kelompok terapi cermin dari pada kelompok kontrol (P<011 dan PZ.03, masing-
peningkatan yang signitifikan dalam tahap pemulihan Brunnstrom dan skor FMA
(P<0.5). Tidak ada perbedaan signitifikan yang ditemukan untuk skor MAS. (14)
Brunnstrom dan skor perawatan diri FIM pada kedua kelompok, tetapi skor FMA
pasca pengobatan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok terapi cermin
data bahwa mereka sudah di diagnose pasca stroke 5 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan
1 tahun. Semuanya mengalami perubahan gaya hidup. Ada yang ditemukan sudah
mengalami pasca stroke, Anggota badan merasakan lemas atau mati gaya,
memahami, serta kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai.
keperawatan mirror therapy yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri untuk
mengubah gaya hidup, mengubah pola fikir, yang akhirnya dapat mencegah
komplikasi stroke dengan cara mirorr therapy dengan gerakan Range of motion
(ROM) terhadap kekuatan otot. Dimana stroke salah satu penyebabnya adalah
ketika pasien tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya seperti biasanya, dan
salah satunya yang ditakuti adalah penyakit bawaan yang dialami dengan cara
dan Ningrum salah satu penanganan lebih lanjut yaitu peningkatan kekuatan otot,
karena pasien stroke akan merasa kehilangan kekuatan pada salah satu anggota
gerak. Pada pasien stroke atau lumpuh separuh badan, biasanya pasien akan
menyeluruh. Tindakan yang dapat dilakukan oleh peneliti kepada pasien stroke
dengan latihan Mirror terapi dengan gerakan Range Of Motion (ROM) sehari 2x
tindakan ini sangat efektif untuk mencegah kekuatan otot. Pada situasi saat ini,
dunia sedang dilanda pandemi COVID-19 dimana tingkat stress setiap orang
menjadi meningkat terlebih pasien pasca stroke. Kecemasan pasien akan virus
dengan judul Efektivitas mirror therapy pada kekuatan otot (ekstremitas atas)
dengan gerakan Range Of Motion (ROM) pada pasien stroke Di Desa kedawung
penelitian ini adalah: Efektifitas mirorr therapy dengan gerakan Range of Motion
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
ROM
9
ROM
stroke.
1) Bagi peneliti
Peneliti ini diharapkan sebagai bahan bacaan dan literature untuk menambah
4) Bagi pasien
kekuatan otot sehingga pasien bisa berlatih secara mandiri untuk mempercepat
proses penyembuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara otot dan
tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh
tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis atau kemampuan maksimal
1. Usia usia memiliki hubungan korelasi negatif sehingga semakin tua usia baik
2. Jenis kelamin perbedaan kekuatan otot pada pria dan wanita (rata-rata kekuatan
otot wanita ⅔ dari pria) disebabkan karena ada perbedaan otot dalam tubuh.
3. Suhu otot kontraksi otot akan lebuh kuat dan lebih cepat bila suhu otot sedikit
10
11
4. Makanan seperti pada pola makan sehat, aturlah asupan makanan dengan
protein tinggi dan rendah karbohidrat juga bisa memberi rasa kenyag yang
Menurut Guyton dari Hall bila sebuah otot berkontraksi, timbul suatu kerja dan
jumlah kerja yang dilakukan otot, semakin besar ATP yang dipecahkan, yang
Sumber energi sebenarnya yang digunakan untuk kontraksi otot adalah ATP
yang merupakan suatu rantai yang penghubung yang esensi antara fungsi
Proses gerak diawali dengan adanya rangsangan proses gerak ini, dapat terjadi
1. Suatu potensi aksi berjalan disepanjang saraf motorik sampai ujungnya pada
serabut otot
3. Asetilkolin bekerja pada membran serabut otot yang membuka banyak kanal
membaran.
natrium berdifusi kebagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan
5. Potensi aksi akan berjalan disepanjang membran serabut otot dengan cara yang
6. Potensi aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran
miosin, yang menyebabkan kedua filament tersebut bergeser satu sama lain,
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali kedalam
retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap
disimpan retikulum sampai potensi aksi otot yang baru datang lagi,
terhenti.(10)
13
Pengaruh struktur otot sangat bervariasi, penurunan jumlah dan serabut otot,
atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang
lain, peningkatan jaringan lemak dan lain-lain mengakibtakan efek negatif. Efek
status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang
pada penderita.(10)
kontraksi otot
melawan tekanan
0 : Tidak normal
1 : Buruk
2 : Sedikit buruk
3 : Sedang
4 : Baik
5 : Normal.
rehabilitasi stroke, prinsip terapi ini adalah pendekatan sensori motorik, yaitu
dengan cara melihat dan menggerakan anggota gerak yang sehat di depan cermin,
sedangkan anggota gerak yang sehat di depan cermin, sedangkan anggota gerak
melihat bahwa gerakan tersebut berasal dari anggota gerak yang mengalami
Ada tiga metode terapi cermin, yang pertama disebut latihan unilateral
(unilateral training) yaitu pasien diminta untuk melihat gerakan anggota gerak
dan berusaha menggerakan anggota gerak yang persis seperti yang sehat, latihan
15
ini disebut latihan bilateral (bilateral training), yang ketiga yaitu membayangkan
dan berusaha menggerakan serta digerakan secara pasif oleh pemeriksa. Dari
ketiga metode tersebut, metode yang telah efektif yaitu bilateral training dari
tangan saat latihan sejauh mungkin tampak serupa, maka tidak boleh memakai
sifatnya menginduksi aktivasi saraf korteks sensori motor. Dimana cermin akan
memberikan stimulasi visual kepada otak (saraf motorik serebral yaitu ipsilateral
atau kontralateral untuk pergerakan tubuh yang akan cenderung ditiru seperti pada
cermin oleh bagian tubuh yang mengalami gangguan. Beberapa penelitian yang
dilakukan dengan tehnik pemetaan atau pemindaian otak ditemukan bahwa selama
therapy), area yang aktif selama pelaksanaan percobaan ini adalah korteks
prefontal area premotor korteks, korteks parietalis dan otak kecil yang merupakan
kekuatan otot dan pencegah kerusakan neuromukular yang lebih berat mencegah
Sejumlah strategi pengobatan untuk paresis lengan yang saat ini banyak
dibahas salah satunya yaitu terapi cermin. Sebagai alternatife, mirror therapy
(MT) telah diusulkan sebagai potensi sebagai potensi yang menguntungkan karena
pasien dapat melakukan ini sendiri dan direkomndasikan sebagai terapi alternative
16
yang sederhana dan murah untuk mengobati fungsi motorik. Terapi cermin pada
amputansi. Refleksi dari lengan yang utuh dalam cermin memberi pasien
rasa sakit. Mirror therapy adalah suatu bentuk latihan mental, dan merangsang
korteks motorik primer dan membangkitkan gerakan sisi lumpuh karena pasien
dikonfirmasi gerakan secara visual dari sisi yang tidak lumpuh. Terapi cermin
fungsional mengukur skor pada pasien stroke sub akut. Pada penelitian crossover,
Terapi cermin merupakan suatu terapi yang dilakukan pasien dengan cara
mengatur posisi tubuh duduk dan meletakan cermin diantara kedua tangan atau
tungkai kemudian menggerakan lengan atau tungkai yang sehat bersama dengan
Terapi cermin bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas pada
pasien stroke. Terapi cermin dilakukan dengan cara melihat dan menggerakan
anggota gerak yang sehat didepan cermin dan yang sakit dibelakang cermin
(bilateral training), Hal ini bertujuan menciptakan ilusi visual (input sensoris)
pemulihan motorik anggota gerak yang paresis. Cermin akan memberikan ilusi
pada fungsi anggota anggota gerak sehingga dapat membantu dan memperbaiki
menggerakan tangan atau kaki mereka, baik yang mengalami kelemahan ataupun
yang sehat dengan gerakan yang sama. Sambil menggerakan lengan, pasien
melihat refleksi dari lengan yang sehat didepan cermin. Hal ini menimbulkan ilusi
Prosedur terapi cermin dilakukan dengan cara mengatur posisi tubuh kline
sewaktu melakukan latihan seperti, posisi duduk atau setengah duduk dan
pengintruksi kepala klien agar lengan atau tungkai yang sehat digerakan fleksi dan
ekstensi, ke atas dan ke bawah. Saat lengan atau tungkai digerakan, pasien
dianjurkan untuk melihat cermin yang ada kemudian klien disarankan untuk
merasakan bahwa lengan atau tungkai yang mengalami paresis turut bergerak.
Demikian diulang-ulang selama 30 hari dengan dosis 1 kali sehari, dengan durasi
5-7 menit sebanyak 8 kali gerakan ulang dalam satu kali latihan.(12)
18
oleh sendi dalam keadaan normal. ROM merupakan istilah untuk menggambarkan
seberapa luas sendi dapat bergerak dengan tujuan untuk melihat dan dan
mengetahui ruang gerak atau batas-batas gerakan dari suatu kontraksi otot dalam
tidak keduanya. Untuk mengetahui lingkup gerak satu sendi dibandingkan sendi
lainnya, yaitu sendi sakit dengan sendi normal. Untuk mengevaluasi keberhasilan
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.(12)
Latihan ROM adalah upaya untuk dilakukan untuk mengurangi kelakuan pada
sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan secara aktif maupun pasif
tergantung keadaan pasien. Dalam pelaksanaan latihan ROM. Tujuan ROM antara
lain:(12)
1. Latihan ROM pasif adalah ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan
dari orang lain, perawat, ataupun alat bantu setiap kali melakukan gerakan.
2. Latihan ROM aktif adalah latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien
Sebelum melakukan latihan ROM pada pasien stroke, ada beberapa hal yang
Menjabarkan indikasi ROM yang dilakukan untuk latihan pasif yaitu pada pasien
semikoma dan tidak sadar, usia lanjut dengan mobilisasi terbatas, pasien tirah
baring total, pasien dengan paralisis ekstremitas total. Sedangkan indikasi latihan
aktif dilakukan pada semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM
cedera, dan ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan.(12)
1. ROM harus diulang sekitar 2-3 kali dikerjakan 2 kali sehari dengan durasi ≤ 30
menit.
3. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli fisioterapi.
20
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan,
6. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian
menyebabkan nyeri. Untuk frekuensi setiap pergerakan harus diulang 2-3 kali
setiap gerakannya selama 1 bulan dengan dosis 2 kali sehari, dengan durasi ≤ 30
menit sesudah 24 jam pertama setelah stroke kecuali sesuai kontraindikasi yang
telah ditentukan.(12)
3. Abdukasi, yaitu gerakan satu anggota tubuh kearah mendekati aksis tubuh
4. Abdukasi, yaitu gerakan satu anggota tubuh kearah menjauh aksis tubuh
5. Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari aksis
tubuh
21
berkurangnya aliran darah dan oksigen kedalam otak. Pada stroke iskemik, aliran
darah keotak terhenti karena adanya bekuan darah yang telah menyumbat
Stroke adalah gejala klinis yang terjadi secara mendadak dan cepat akibat
akibat gangguan fungsi otak lokal atau global dengan kelainan yang menetap
hingga 24 jam atau lebih, atau menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh Gangguan Peredaran Darah Otak
(GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis
dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat.(16)
2.4.2 Klasifikasi
1. Stroke iskemik
Delapan puluh persen kasus stroke berasal dari proses iskemik dan
ventricular kiri), arteri kecil yang mempenetrasi pada otak (stroke lacunar),
2. Stroke Hemorogik
(hemoragia intraserebrum).(17)
Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke iskemik)
permanen.(11)
darah otak menjadi tersumbat (iscbemic stoke) atau pecah (baemorrrbagic stroke).
Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Otak kita sangat
tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan, yang dialirkan oleh arteri
(pembuluh darah).(18)
Asupan oksigen dan nutrisi akan dibawah oleh darah yang mengalir dalam
pembuluh-pembuluh dan menuju sel-sel otak. Apabila aliran darah dan atau aliran
oksigen dan nutrisi itu terhambat selama beberapa menit saja, maka terjadi stroke.
Penyempitan pembuluh darah munuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan
asupan nutrisi ke otak atau akan berkurang. Selain itu, endapan zat-zat lemak
23
tersebut dapat terlepas dalam bentuk gumpalan-gumpalan kecil yang suatu saat
dapat menyumbat aliran darah ke otak sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen
dan nutrisi. Itu yang menjadi penyebab mendasar bagi terciptanya stroke.(18)
Selain itu hipertensi juga dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada
dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan
pembuluh darah akan mudah pecah. Haemoragic stroke dapat juga terjadi pada
mereka yang tidak menderita hipertensi. Pada kasus seperti itu, biasanya
pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah yang terjadi secara
seharusnya yang dapat asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh
darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang keluar
dari pembuluh darah yang pecah juga dapat merisak sel-sel otak yang berada di
namun haemoragic stoke memiliki tingkat bahaya yang lebih serius dibandingkan
Namun, stroke juga bisa disebabkan karena turunan atau diturunkan secara
genetic, dan itu berate stroke bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan
meningkat jika ada kaka atau adik yang menderita penyakit yang disebabkan oleh
Ahli saraf di Lampung, dr. Ruth Mariva, Sp.S, menjelaskan bahwa penyakit
darah kecil, terutama di otak yang sudah terjadi sejak usia dewasa. (18)
Penderita CADALIS pertama kali di laporkan di Eropa, dan sejak tahun 1996
sudah bisa dilakukan tes genetika untuk mendukung diagnosis penyakit tersebut.
CADALIS, sementara tes genetika memerlukan biaya yang mahal. Selain itu,
konseling genetika dan pedigree (silsilah keluarga yang dimulai dari penederita
sampai dua generasi diatasnya, baik dari jalur ayah maupun ibu) masih merupakan
bahwa 85% akan menunjukkan gejala stroke. Namun dua pertiga penderita itu
biasanya akan mengalami stroke ringan (lacunar) dengan faktor risiko vaskuler
2.4.4 Patofisiologi
Patofisioligi utama stroke adalah penyakit jantung atau pembuluh darah yang
mendasarinya. Manifestasi sekunder di otak adalah hasil dari satu atau lebih dari
penyakit yang mendasari atau faktor risiko. Patologi utama termasuk hipertensi,
jantung, dan hiperlipemia. Dua jenis stroke yang dihasilkan dari penyakit ini
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik atau stroke penyumbatan disebabkan oleh oklusi cepat dan
mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu, jaringan
otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik akan
menyebabkan iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron
sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli yang terbentuk di
daerah sirkulasi laindalam system peredaran darah yang biasa terjadi di dalam
jantung atau sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang terlepas dan masuk
kesirkulasi darah otak, dapat pula mengganggu sistem sirkulasi darah otak, dapat
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat daerah otak terbagi menjadi
dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan daerah penumbra. Daerah
inti adalah daerah atau bagian otak yang memiliki aliran darah kurang dari
10cc/100g jaringan otak tiap menit. daerah ini berisiko menjadi nikrosis dalam
hitungan menit. Lalu daerah penumbra adalah daerah otak yang aliran darahnya
terganggu tetapi masih lebih baik dari pada daerah inti karena daerah ini masih
mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah lainnya. Daerah penumbra memiliki
aliran darah 10-25cc/100g jaringan otak tiap menit. Daerah penumbra memiliki
prognosis lebih baih dibandingkan dengan daerah inti. Defisit neurologis dari
iskemik stroke tidak hanya bergantung pada luas daerah inti dan penumbra, tetapi
vasospasme. (19)
26
Kerusakan jaringan otak akibat oklusi atau tersumbatnya aliran darah adalah
suatu proses biomelekular yang bersifat cepat dan progresif pada tingkat selular,
proses ini disebut dengan kaskade iskemia (iskemic cascase). Setelah aliran darah
energi ini membuat daerah yang kekurangan oksigen dan gula darah tersebut
menghasilkan influx natrium dan kalsium. Influx natrium membuat jumlah cairan
yang memecah protein, lemak, dan struktur sel. Infulk kalsium juga dapat
2. Stroke hemoragik
perluasan hematoma.(19)
Faktor predisposisi dari stroke heoragik yang sering terjadi adalah peningkatan
tekanan darah. Peningkatan tekanan darah adalah salah satu faktor hemodinamika
pecah.(19)
beberapa jam dan jika jumlahnya besar akan memengaruhi jaringan sekitarnya
hilangnya suplai darah ke jaringan yang terkena dan pada akhirnya dapat
menghasilkan infrak. Selain itu darah yang keluar selama ekstravasasi memiliki
efek toksik pada jaringan otak sehingga menyebabkan peradangan jaringan otak.
setelahnya. Proses dan onses yang cepat pada stroke perdarahan yang cepat,
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke. Beberapa faktor juga
3) Kolestrol tinggi
4) Diabetes
1) Usia. Orang berusia 55 tahun atau lebih memiliki risiko stroke yang lebih
3) Jenis Kelamin. Pria memiliki risiko stroke yang lebih tinggi daripada
2. Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki. Penderita stroke
lengan atau kaki. Hal ini sering terjadi di satu sisi tubuh.
3. Kesulitan melihat dalam satu atau kedua mata. Penderita stroke akan
4. Sakit Kepala. Sakit kepala yang tiba-tiba dan parah, yang mungkin disertai
2.4.7 Penatalaksanaan
normal.(20)
30
2.4.8 Komplikasi
beberapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian mana yang terdampak.
4. Masalah emosional
5. Rasa sakit, Nyeri, mati rasa, atau sensasi aneh lainnya dapat terjadi dibagian
6. Orang juga mungkin sensitif terhadap perubahan suhu setelah strok, terutama
dingin ekstrem.
31
Kerangka teori pada penelitian ini didasarkan pada beberapa sumber. Bahwa
teori stroke terjadi karena adanya faktor resiko seperti usia, aterosklerosis (lubang
hemiparesis (lemah salah satu tangan, kaki, wajah) dan perlu diberi latihan terapi
cermin (mirror therapy & Range of motion) pada stroke. Penjelasan tersebut dapat
Komplikasi:
Faktor Risiko stroke:
Penurunan tingkat
Usia STROKE kesadaran
Aterosklerosis
Dekubitus
Hipertensi
Merokok Gangguan peredaran
Jenis stroke: darah
1. Hemoragik
2. Iskemik
Disartri
1. Himiparesis
Agnesia Diplopi
2. Hemihipestesis Prosopagnosia vertigo
3. Afasia
OPERASIONAL
kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin
diteliti.(12)
konsep satu dengan konsep lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel
(Mirror Therapy)
Kekuatan Otot
dengan gerakan
Range Of Motion (Ekstremitas Atas)
(ROM) pada pasien stroke
33
34
3.2 Hipotesis
pernyataan penelitian.(20)
Ho: Tidak ada pengaruh mirror terapi dengan gerakan Range Of Motion (ROM)
HI: Ada pengaruh mirror therapy dengan gerakan Range Of Motion (ROM)
dan istilah yang ada dalam penelitian guna mempermudah pemahaman pembaca.
berikut:(12)
gerakan
otot sama
sekali
1=kontra
ksi saat
palpasi,
tetapi
tidak ada
gerakan
yang
terlihat.
2= ada
gerakan,
tetapi
tidak
dapat
melawan
gravitasi
3= dapat
bergerak
melawan
gravitasi
4= dapat
melawan
tahanan
dengan
kekuatan
penuh.
5=Kekua
tan otot
normal
BAB IV
METODE PENELITIAN
menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dari dalam rangka menjawab
Keterangan :
01 : pre test tentang Observasi kekuatan otot ekstermitas atas klien sebelum
02: Observasi kekuatan otot ekstremitas atas klien sesudah dilakukan Mirror
37
38
Variabel adalah sesuatu yang digunaan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep. Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah mirror terapi dengan gerakan ROM
variabel lain. Variabel independent pada penelitian ini adalah kekuatan otot
ekstermitas atas klien sebelum dilakukan mirror terapi dengan gerakan ROM
4.3.1 Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (20). Populasi dalam penelitian ini
4.3.2 Sampel
Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian.
Pada penelitian ini teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik total
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
Kriteria inklusi yaitu adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap
eklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak biasa dijadikan
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
pengumpulan data. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah SOP
terapi cermin pada ekstremitas atas dan menggunakan ROM (Mirror therapy &
1. Lembar Observasi
sistematis yang terdiri dari unsur-unsur yang muncul dalam beberapa gejala
40
dari objek penelitian. Hasil akan dilaporkan dalam laporan disusun sesuai
2. Tensimeter
1. Prosedur Administrasi
Pada tahap ini peneliti mengajukan surat perizinan dari STIKes Cirebon untuk
2. Prosedur Klinis
berikut:
dilakukan mirror therapy dan ROM (Mirror Therapy & Range Of Motion)
10) Peneliti menilai kekuatan otot ektremitas atas responden setelah dilakukan
diukur. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur benar-benar
responden. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji validitas dengan melihat
sebelum dan sesudah mirror terapi menggunakan ROM. Uji validitas digunakan
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat
ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Dalam uji validitas
penelitian ini. Uji validitas dilakukan dalam setiap pertemuan kuesioner diberikan
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama.
43
Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai
Cronbach’s Alpa > 0,60 maka variabel mirror terapi menggunakan ROM
1. Editing
Editing merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok
2. Coding
komputer.
3. Data Enty
4. Cleaning Data
Dalam pembersihan data dilakukan pembetulan atau koreksi terhadap data yang
telah dimasukkan.
44
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
mengungkap fenomena.(12)
1. Analisis Univariate
dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
2. Analisis Bivariate
penelitian ini yang akan digunakan uji t (paired sample test) untuk mengukur
ROM.
mengujikan permohonan izin kepada kepala desa daerah kedawung. Setelah itu
sebagai berikut.
Lembar persetujuan akan diberikan kepada setiap pasien yang menjadi subyek
Nama subyek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, dan untuk
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah didapat oleh peneliti dari responden akan
dijamin kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja yang akan peneliti
5.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan selama 30 hari mulai dari tanggal 14 januari sampai
yang menjalani mirorr therapy dengan gerakan Range of Motion (ROM) terhadap
kekuatan otot (ekstremitas atas) pada pasien stroke di desa Kedawung RT 004
RW 004 Kabupaten Cirebon. Pasien terdiri dari pasien laki-laki dan perempuan
(ROM) terhadap kekuatan otot (ekstremitas atas) pada pasien stroke dengan uji
mirror terapi menggunakan ROM. Hasil uji univariat dijabarkan pada tabel
berikut:
46
47
Tabel 5.1. Kekuatan Otot Sebelum Mirror Therapy menggunakan ROM ( Range Of
Motion)
Kategori Frequency Percent
Tidak Normal 0 0
Buruk 18 33.33
Sedikit Buruk 18 33.33
Sedang 18 33.33
Baik 0 0
Normal 0 0
Total 54 100.0
(33,33%), baik sebanyak 0 (0%), tidak normal sebanyak 0 (0%), normal sebanyak
0 (0%).
sebanyak 0 (0%).
Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisa bivariat dapat diketahui bahwa sebelum
mirror terapi menggunakan ROM didapat rata-rata 2 dengan standar deviasi 0,82.
Pada sesudah mirror terapi menggunakan ROM didapat rata-rata 2,79 dengan
Dari hasil uji Statistics dapat diketahui bahwa nilai p-value 0,00 kurang
dengan nilai alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kekuatan
otot pada pasien sebelum dan sesudah mendapatkan mirror therapy menggunakan
5.2 Pembahasan
standar deviasi didapat 0,82. Hasil uji statistik didapat nilai p= 0,00 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan kekuatan otot pada pasien sebelum dan
kekuatan otot pada pasien sebelum dan sesudah mendapatkan mirror therapy
seperti pada penelitian Susana Nurtanti, Wahyu Ningrum. pada yang berjudul
mengalami kenaikan kekuatan otot dari skala 2 yaitu mampu menggerakkan otot
atau bagian yang lemah sesuai perintah menjadi skala 3 yaitu mampu
aktif efektif terhadap peningkatan kekuatan otot pada penderita stroke. (21)
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ferry Agusman M, Evy
terhadap kekuatan otot pasien stroke non hemoragik. t hitung = -2.428 dengan p
pasien stroke.(22)
50
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian Muhamad
Arif, Suci Mustika, Def Primal. Pada yang berjudul “Pengaruh Terapi Cermin
Kumpulan Kabupaten Pasaman Tahun 2018”. Hasil penelitian ini adalah uji
statistik diperoleh nilai 0,000 yang dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara terapi cermin terhadap kemampuan gerak pada pasien stroke di
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Suharti, Siti Munifatul, Tryas
Telogorejo”. Hasil penelitian ini adalah uji statistik Independent TTest diperoleh
nilai p-value 0,000 (<0,05), sedangkan nilai t hitung 7,159 > nilai t tabel 1,73.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian Machyono,
Andi Kurnia Bintang, Jumraini Tammase, dkk pada yang berjudul “Efektivitas
Terapi Cermin Terhadap Perbaikan Motorik Lengan Pasien Stroke Iskemik Akut”.
Hasil penelitian ini adalah Didapatkan 32 subjek yang masing-masing terdiri dari
16 subjek pada tiap kelompok. Mayoritas subjek adalah laki-laki (59,4%), usia 45-
54 tahun (31,2%), memiliki riwayat hipertensi (81,2%), onset terbanyak pada hari
ke-3 (28,1%), dan memiliki gangguan motorik pada sisi kanan (59,4%). Rerata
51
selisih skor ARAT lebih tinggi pada kelompok terapi standar dan terapi cermin
fungsi motorik lengan yang signifikan antara kelompok dengan terapi cermin dan
menggenggam (grasp).(25)
responden banyak yang mengalami kekuata otot yang buruk dibagian ekstremitas
Motion (ROM) pada pasien stroke akan meningkatkan kekuatan otot menjadi baik
yang mengalami kekuatan otot buruk akan mengalami kehilangan pada fungsi
kekakuan sendi yang dapat mengakibatkan sendi yang kontraktur sehingga pada
Selama penelitian berlangsung tingkat aktifitas yang buruk pada ekstremitas atas
penurunan fungsi seperti atrofi otot, pelumasan sendi berkurang, dan kekuatan
sendi. Tetapi kekuatan rentang gerak kekuatan otot dan tonus otot ekstremitas atas
kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin
besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki , lutut
(ROM) kekuatan otot sebagian besar kategori sedang dan responde mampu
menggunakan Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dua kali sehari
(ROM) satu kali sehari karena dapat meningkatkan kekuatan otot yang lebih
pada sesudah mirror terapi menggunakan Range Of Motion (ROM) 2,79 dengan
standar deviasi 1,03 dengan skor 0-5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
53
dengan terapi dan latihan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pasien
latihan : latihan beban, keseimbangan, dan latihan ROM. Selain terapi rehabilitasi
ROM yang sering dilakukan pada pasien stroke, terdapat alternatif terapi lainnya
yang diterapkan pada pasien stroke untuk meningkatkan status fungsional pada
sensori motorik, yaitu terapi latihan rentang gerak dengan menggunakan media
terapi untuk pasien stroke dengan melibatkan sistem mirror neuron yang terdapat
kepada pasien agar lengan atau tungkai yang sehat digerakkan fleksi dan ekstensi
/ keatas atau kebawah. Saat lengan atau tungkai yang sehat digerakkan, pasien
untuk merasakan bahwa lengan atau tungkai yang mengalami kelemahan turut
bergerak. Demikian diulang – ulang selama ≤30 menit dalam satu kali latihan.(22)
Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat diketahui nilai rata-rata sebelum
menggunakan ROM sebanyak 2,79 dengan p value sebesar 0,00 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan kekuatan otot pada pasien sebelum dan
sebab vaskuler. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi
akibat kekurangan aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.
Sekitar 85%, Stroke terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri
besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus)
yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal.
cermin akan memberikan stimulasi visual kepada otak (saraf motorik serebral
hemiparesis) melalui observasi dari pergerakan tubuh yang akan ditiru seperti
Terapi Cermin adalah suatu intervensi terapi baru yang difokuskan pada
ekstermitas yang tidak mengalami gangguan. Menurut Bastian pasien stroke yang
sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi dapat ditangani salah satunya
dengan cara, latihan didepan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir, dan
pada bergerak anggota tubuh utuh. Ini adalah bentuk citra yang digunakan untuk
55
Latihan gerak yang diberikan harus distimulasi untuk membuat gerak dan
respon gerak sebaik dan senormal mungkin. Latihan pergerakan bagi pasien
akan membantu secara berangsur-angsur fungsi tungkai dan lengan kembali atau
dikontrol denga baik, bukan pada besarnya gerakan. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Verles and Mulder bahwa sejumlah pasien melaporkan bahwa ilusi
bergerak secara normal meskipun pola gerakan sebenarnya secara signifikan yang
dihasilkan oleh ilusi pada lengan di cermin. Hipotesis ini menyatakan bahwa
gerakan terbuka dan gerakan imajinasi pada dasarnya memiliki kesamaan dalam
Dari hasil penelitian, diketahui ada beberapa responden yang tidak mengalami
perubahan pada rentang gerak sendinya hal ini dipengaruhi oleh usia, dukungan
keluarga maupun motivasi pasien sendiri serta masa mirror terapi menggunkan
ROM. Penelitian sama dengan yang dilakukan oleh Tulandi, dimana terdapat
sendinya disebabkan oleh karakteristik usia, nyeri saat digerakkan, dan tidak ada
56
motivasi dari pasien sendiri sehingga tidak mengalami perubahan pada rentang
yang sering dialami berupa gangguan atau perubahan fungsi fisik maupun
muskuloskeletal dimana terjadi penurunan fungsi dan masa dari sel, otot menjadi
mulai rapuh. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kemampuan responden dalam
melakukan latihan range of motion serta hanya sebagian kecil perubahan yang
sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Jaringan otot yang memendek
akan memanjang secara perlahan apabila rentang gerak sendi ekstremitas atas
seperti sendi peluru, sendi engsel, dan sendi kondiloid mengalami keterbatasan.
sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Jaringan otot yang memendek
akan memanjang secara perlahan apabila dilakukan latihan range of motion dan
jaringan otot akan mulai beradaptasi untuk mengembalikan panjang otot kembali
normal.
57
stroke harus di mobilisasi sedini mungkin. Salah satu mobilisasi dini yang dapat
dapat terjadi hanya dalam waktu kurang dari satu bulan setelah terjadinya
dengan rutin dan sedini mungkin pada bagian tubuh yang mengalami kelemahan
dan jaringan otot akan mulai beradaptasi untuk mengembalikan panjang otot
kembali normal(32).
ROM harus diulang-ulang sekitar 8 kali gerakan, dan dikerjakan minimal 2 kali
sehari yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati agar tidak menyebabkan
melakukan mirror terapi menggunakan ROM dikerjakan 2 kali sehari dan hanya
diulang-ulang sekitar 3 kali gerakan dengan hasil yang di dapat peneliti kurang
6.1. Simpulan
responden (33,33%), Dengan kriteria sedikit buruk, buruk, sedang dan kriteria
2. Kekuatan otot pada pasien sesudah mirror terapi menggunakan ROM sebesar
3. Ada perbedaan kekuatan otot pada pasien sebelum dan sesudah mendapatkan
6.2. Saran
Dari hasil penelitian diatas maka penulis menyimpulkan beberapa saran yang
bisa diterapkan pada berbagai pihak terkait hasil penelitian ini. Saran untuk
1. Bagi peneliti
dengan gerakan Range of Motion (ROM) tehadap kekuatan otot pada pasien
58
59
4. Bagi pasien
Bagi pasien agar selalu menjaga pola hidup sehat agar mengurangi disabilitas
kesehatan terkait.
DAFTAR PUSTAKA
2. Anggraini, G. D., Septiyanti, S., & Dahrizal, D. (2018). Range Of Motion (ROM)
https://doi.org/10.32668/jitek.v6i1.85
https://prevalensi-stroke-di-indonesia-2018
Cirebon. Germas.
6. Dinkes, P.J.B (2018) Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2018. 46(9), S240.
http://www.joim.pl/pdf/MAZURv2.pdf
https://prevalensi-stroke-di-indonesia-2018
8. Kim, D.-H., & Lee, S.-M. (2020). Effects of sensory stimulation on upper limb
strength, active joint range of motion and function in chronic stroke virtual reality
https://doi.org/10.14474/ptrs.2020.9.3.171
9. Lee, D., Lee, M., Lee, K., & Song, C. (2014). Asymmetric training using virtual
reality reflection equipment and the enhancement of upper limb function in stroke
Diseases. https://doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2013.11.006
10. Intan Diah Suminar. Pengaruh Range Of Motion (ROM) Aktift Terhadap
Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Hemorogik. Skripsi. Insan Cendikia Jombang;
2018
11. Dedi Irawandi, Ketut Sudiana, Abu Bakar. Effectiveness of Mirror Therapy
12. Dede Nur Aziz Muslim, Agus Setiawan, Rohman Azzam. Pengaruh mirror terapi
terhadap kekuatan otot ekstremitas atas. Iskemic stroke, Muscle strength, Mirror
Therapy.2017; 1-2
13. Dedi Irawan. Perbedaan pemberian kombinasi terapi cermin dan ROM. Skripsi.
Universitas Airlangga;2018
14. Lee, M. M., Cho, H. Y., & Song, C. H. (2012). The mirror therapy program
enhances upper-limb motor recovery and motor function in acute stroke patients.
https://doi.org/10.1097/PHM.0b013e31824fa86d
15. Pervane Vural, S., Nakipoglu Yuzer, G. F., Sezgin Ozcan, D., Demir Ozbudak, S.,
17. Isna Fanesia Sinaga, Pengaruh mirror terapi terhadap uji kekuatan otot pasien
stroke non hemorogik di RSUP haji adam malik medan 2019. Skripsi. STIKes
18. Virzara Auryn. Seputar Stroke. Dalam: Pengertian Dan Memahami Stroke.
19. Rudi Haryono, Ns.,M.Kep. Gangguan Kebutuhan Aktivitas Dan Istirahat Akibat
22. Ferry Agusman M, Evi Kusgiarti. Pengaruh Mirrir Therapy Terhadap Kekuatan
23. Muhammad Arif, Suci Mustika, Def Primal. Pengaruh Terapi Cermin Terhadap
Cermin Terhadap perbaikan motorik lengan pasien stroke iskemik akut. 2018
26. Kwakkel, et al. 2014 Efekct of Augmented Exercise Therapy Time Afret stroke.
april 2013.
27. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis proses-prosespenyakit jilid
29. Fransiska Anita; Heni Pongantung; putri Veni Ada;Vhiola Hingkam. Pengaruh
latihan Range Of Motion terhadap rentang gerak sendi ekstremitas atas pada
30. Indahsari, P. N., MM, F.A., & Ekowati,S.I 2013. Hubungan perubahan Fungsi
fisik terhadap kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (AHS) pada lansia dengan
stroke (studi pada unit rehabilitasi sosial kota semarang). Journal Keperawatan,
dengan self efficacy pada pasien stroke di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makasar. ejournal.stikesmakassar.ac.id
32. Kozier, B., Erb, Garrison., Berman, A., & Snyder, S, J. 2010. Buku ajar
dengan hemiparesis.
Persiapan Cermin dengan ukuran panjang 60cm, lebar 30cm dan tinggi
Alat 25cm
Klien dilakukan
6) Evaluasi
Tujuan 1. Untuk mengurangi kekuatan pada sendi dan kelemahan pada otot
otot.
1) Leher
2) Lengan/pundak
3) Siku
4) Pergelangan tangan
5) Jari Tangan
kembali. Kepalkan seluruh jari lalu buka. Tekuk tiap jari satu
persatu.
6) Lutut
7) Pergelangan kaki
Tekuk pergelangan kaki keatas lalu luruskan. Tekuk jari kaki
mungkin.
Evaluasi 1) Respon
Pengertian Otot adalah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai
alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot menyebabkan
adanya pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ
dalam organisme tersebut.
Tujuan Untuk mengukur kenormalan fungsi otot
Alat dan 1) Kertas pengkajian klien
bahan 2) Alat tulis
3) Handscoon dan Midline
LEMBAR KUESIONER
kekuatan otot pada pasien stroke di Desa Kedawung RT/RW 004/004 Kabupaten
Kode Responden:
Tanggal Pengisian:
Petunjuk pengisian:
2. Berikut tanda check list (v) pada kotak yang telah disediakan
1 √ √
2 √ √
3 √ √
4 √ √
5 √ √
6 √ √
7 √ √
8 √ √
9 √ √
10 √ √
11 √ √
12 √ √
13 √ √
14 √ √
15 √ √
16 √ √
17 √ √
√ √
18
Lembar Observasi
Kombinasi Intervensi Terapi Cermin (Mirrir Therapy) dan ROM (Range
Of Motion)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
19 √ √
20 √ √
21 √ √
22 √ √
23 √ √
24 √√ √
25 √ √
26 √ √
27 √ √
28 √ √
29 √ √
30 √ √
31 √ √
32 √ √
33 √ √
34 √ √
35 √ √
36 √ √
Lembar Observasi
Kombinasi Intervensi Terapi Cermin (Mirrir Therapy) dan ROM (Range
Of Motion)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
37 √ √
38 √ √
39 √ √
40 √ √
41 √ √
42 √ √
43 √ √
44 √ √
45 √ √
46 √ √
47 √ √
48 √ √
49 √ √
50 √ √
51 √ √
52 √ √
53 √ √
54 √ √
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Di Desa Kedawung,
NIM : 4201.0117.A.003
dengan derakan ROM (Range Of Motion) terhadap kekuatan otot pada pasien
dalam penelitian ini. Semua data dan informasi akan dijaga kerahasiaanya dan
mengucapkan terimakasih,
(informed consent)
Nama :
Alamat :
Usia :
gerakan ROM (Range Of Motion) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di
saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Peneliti Responden
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Input
Split File <none>
FREQUENCIES
VARIABLES=pre_test
post_test
Syntax /STATISTICS=STDDEV
SEMEAN MEAN MEDIAN
SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
pre_test post_test
Valid 54 54
N
Missing 0 0
Frequency Table
pre_test
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Input
Split File <none>
T-TEST PAIRS=pre_test
WITH post_test (PAIRED)
Syntax
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
N Correlation Sig.
Paired Differences
Lower
Upper