A. Pengertian
Efusi pleura adalah penumpukan cairan yang terjadi di dalam rongga pleura
(rongga diantara paru-paru dan rongga toraks). Rongga pleuran normalnya
mengandung sejumlah kecil cairan yang berfungsi untuk melapisi paru-paru pada
saat berkembang dan mengempis agar tidak terjadi gesekan dengan dinding
toraks. Cairan yang mengisi rongga pleura pada umumnya berupa cairan bening,
darah hingga cairan eksudat atau nanah
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi Pleura
Pleura merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana antara pleura yg membungkus
pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum. Pleura dr interna ke eksterna
terbagi atas 2 bagian :
• Pleura Visceralis/ PulmonisPleura yg langsung melekat pd permukaan pulmo.
• Pleura Parietalis Bagian pleura yg berbatasan dg dinding thorax.
Kedua lapisan pleura ini slg berhubungan pd hilus pulmonis sbg lig. Pulmonale (Pleura
penghubung) . Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat sebuah rongga yg disebut dg cavum
pleura. Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yg berfungsi agar tdk
terjadi gesekan antar pleura ketika proses pernapasan.
Refleksi Pleura
Refleksi vertebrae
Pleura costalis melanjut sbg pleura mediastinalis di depan columna vertebralis membentuk
refleksi vertebrae yg membentang dr SIC I – XII.
Refleksi costae
Pleura costalis melanjut sbg pleura diaphragmatica membentukk refleksi costae.
Refleksi sternal
Pleura costalis melanjut sbg pleura mediastinalis di belakang dr os. Sternum membentuk
refleksi sterna
Pleura mediastinalis melanjut sbg pleura diaphragm
Vaskularisasi Pleura
Pleura parietal divaskularisasi oleh Aa. Intercostalis, a. mammaria interna, a.
musculophrenica. Dan vena2 nya bermuara pd system vena dinding thorax.
Sedangkan pleura visceralis nya mendapatkan vaskularisasi dr Aa. Bronchiales.
Innervasi Pleura
Pleura parietalis pars costalis diinnervasi oleh Nn. Intercostales.
Pleura parietalis pars mediastinalis diinnervasi oleh n. phrenicus
Pleura parietalis pars diaphragmatica bagian perifer diinnervasi oleh Nn. intercostales.
Sedangkan bagian central oleh n. phrenicus
Pleura visceralis diinnervasi oleh serabut afferent otonom dr plexus pulmonalis.
Recessus Pleura
Recessus merupakan sebuah ruangan kosong yg akan terisi oleh paru saat inspirasi dalam dan
akan mjd tempat yg berisi cairan pd pasien dg kasus efusi pleura. terdapat 3 ps recessus,
yaitu :
recessus costodiaphragmatica dextra et sinistra recesssus yg terletak diantara pleura
parietalis pars costalis dan pleura parietalis pars diaphragmatica
recessus costomediastinalis anterior dextra et sinistra recessus yg terletak di antara pleura
parietalis pars costalis dan pleura parietalis pars mediastinalis di bagian ventral
recessus costomediastinalis posterior dextra et sinistra
recessus yg terletak di antara pleura parietalis pars costalis dan pleura parietalis pars
mediastinalis di bagian dorsal.
Fisiologi pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-paru,
sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat
(resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah
negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -
25 sampai -35 cm H2O.
Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, rongga pleura steril karena
mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan yang diproduksinya
bertindak sebagai lubrikans. Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat
hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi
kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura.
Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai
0.15 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya
pleural effusion.
Fungsi pleura yang lain mungkin masih ada karena belum sepenuhnya dimengerti.
C. Penyebab
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:
Transudat
Biasanya disebabkan Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia
pada nefrotik sindrom, obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen,
dialisis peritoneal, dan atelektasis akut.
Eksudat
Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses), Neoplasma (Ca. paru-
paru, metastasis, limfoma, dan leukemia), Kelebihan cairan rongga pleura dapat
terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan
infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
Penurunan tekanan osmotic koloid darah
Peningkatan tekanan negative intrapleural
Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
D. Manifestasi klinik
* Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan
sesak napas.
* Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
* Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
* Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
* Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak
karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini
didapati vesikuler melemah dengan ronki.
* Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc
yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura
viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian
kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar
sel – sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya
keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.
Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat
yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga
atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang –
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya
bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi
pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung,
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain
yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.
F. Patways
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
1. Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi
ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif
paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang
boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi
dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan
pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi
yang dapat timbul dengan tindakan aspirasi :
a. Trauma
Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai
pembuluh darah, saraf atau alat-alat lain disamping merobek pleura
parietalis yang dapat menyebabkan pneumothorak
b. Mediastinal Displacement
Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan
pleura tersebut. Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan
bergesernya kembali struktur mediastinal. Tekanan negatif yang
berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada
struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan
perburukan keadaan terutama disebabkan terjadinya gangguan pada
hemodinamik
c. Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan
hipoproteinemia.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan tiga pengaruh pokok :
o Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang
dapat menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan
elektrolit dalam tubuh
o Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum pleura yang
negatif sebagai faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura
yang lebih banyak
o Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi
2. Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini dihentikan
maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
3. Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang
kontraversi juga mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan pembentukan
cairan karena malignancy adalah karena erosi pembuluh darah. Oleh karena
itu penggunaan citostatic misalnya tryetilenthiophosporamide, nitrogen
mustard, dan penggunaan zat-zat lainnya seperi atabrine atau penggunaan talc
poudrage tidak memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh
pada faktor patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.
4. Thoracosintesis
Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula dengan
WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk
melakukan torasentesis adalah :
o Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga plera.:
o Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
o Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang
banyak dapat menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan
sesak. Kerugian :
o Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada
dalam cairan pleura.
o Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
o Dapat terjadi pneumothoraks.
5. Radiasi
Radiasi pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh karena
kerusakan aliran limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa publikasi terdapat
laporan berkurangnya cairan setelah radiasi pada tumor mediastinum..
Airway Management
Buka
jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Keluarkan
sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur
intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur
intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Terapi Oksigen
Bersihkan
mulut, hidung dan
secret trakea
Onservasi
adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor
adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Atur
intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Respiratory
Monitoring
Monitor
rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Catat
pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
Monitor
pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Monitor
kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi
suara nafas, catat
area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan
kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
auskultasi
suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
Sediakan
informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
Sediakan
bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
Dukung
pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk
pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instruksikan
pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
Daftar Pustaka
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di
edit oleh admin portalperawat.com.
Diktat Anatomi Situs Thoracis, ed. 2011. Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran
UNISSULA.
Pneumothoraks, dr. Bambang Sugeng Sp. B. Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung Semarang/ Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Alfarisi, 2010. Definisi dan Klasifikasi Efusi Pleura. Diakses pada tanggal 14 Mei 2018 pada
http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/05/definisi-dan-klasifikasi-efusi-pleura.html
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.