OLEH :
MOHAMAD JIHAD FATURRAHMAN
200721031
PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Dementia adalah sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan/memori,
proses berpikir, perilaku, dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Sindrom ini bersifat kronik dan progresif. Hampir seluruh penderita
dementia adalah populasi lanjut usia (lansia). Meskipun demikian, sindrom ini
bukan bagian dari proses penuaan yang normal (WHO,2017).
2.2 Patofisiologi
Patofisiologi dementia masih belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan
terjadi berbagai proses molekular yang menyebabkan hilangnya hubungan sinaps,
kematian dan disfungsi sel otak, gliosis, serta inflamasi. Mekanisme molekular
yang dimaksud adalah:
1. Proteinopati
Pada dementia, terbentuk protein abnormal di otak, misalnya amiloid-β dan
protein tau pada penyakit Alzheimer. Selain itu, badan Lewy dapat
ditemukan pada penyakit Badan Lewy dan Parkinson, sedangkan prion
ditemukan pada penyakit Creutzfeldt-Jakob (“sapi gila”).
2. Gangguan Neurotransmitter
Salah satu hipotesis menyatakan bahwa pada penyakit Alzheimer terjadi
penurunan asetilkolin dan hiperaktivasi reseptor N-methyl-D-aspartate
(NMDA), yaitu reseptor glutamat. Gangguan sistem kolinergik dan
glutaminergik terjadi di korteks entorhinal, hipokampus, amigdala, korteks
frontal dan parietal. Akibatnya, terjadi gangguan fungsi belajar dan memori.
3. Stres Oksidatif
Akumulasi reactive oxygen species (ROS) menyebabkan apoptosis neuron.
Penyebab akumulasi ROS masih belum diketahui secara pasti, namun hal
ini diperkirakan berhubungan dengan penumpukan amiloid-β, stimulasi
reseptor NMDA, dan metabolisme mitokondria neuron yang abnormal.
4. Gangguan Homeostasis Kalsium
Kalsium adalah messenger intrasel yang terlibat dalam berbagai proses
fisiologis sel, termasuk sel neuron. Pada Alzheimer, terjadi gangguan
regulasi kalsium yang menyebabkan disfungsi dan apoptosis neuron.
Penyebab pasti gangguan homeostasis kalsium masih belum diketahui
(F.M. Elahi., et al, 2017; A.S. Castro., et al, 2017).
2.3 Etiologi
Etiologi dementia masih belum sepenuhnya dimengerti, tetapi faktor risiko
seperti usia lanjut, faktor gaya hidup, dan beberapa penyakit yang mendasari telah
teridentifikasi.
1. Proses Degeneratif
Proses degeneratif yang bisa menyebabkan dementia meliputi penyakit
Alzheimer, penyakit badan Lewy, Parkinson, atrofi lobus frontotemporal,
penyakit Huntington, degenerasi spinocerebellar, dan supranuclear palsy
progresif.
2. Gangguan Vaskular
Gangguan vaskular pada otak yang dapat menyebabkan dementia, meliputi
infark (tunggal atau multipel), perdarahan, hipoperfusi, vaskulitis, dan
penyakit Binswanger (dementia vaskular subkortikal).
3. Gangguan Psikiatri dan Neurologis
Gangguan psikiatri dan neurologis yang bisa menyebabkan dementia,
misalnya delirium, depresi, sindrom amnestik, dan hidrosefalus dengan
tekanan intrakranial normal (normal pressure hydrocephalus/NPH).
4. Neoplasma/Keganasan
Berbagai neoplasma atau keganasan pada otak dapat menyebabkan
dementia.
5. Gangguan Metabolik, Endokrin, dan Nutrisi
Berbagai gangguan metabolik, endokrin, dan nutrisi dapat menyebabkan
dementia, misalnya defisiensi vitamin B6 atau B12, hipopituitarisme,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, penyakit Cushing, uremia, dan penyakit
Wilson.
6. Trauma
Trauma pada otak berhubungan dengan akumulasi β-amiloid dan protein tau
dalam jangka panjang, sehingga juga dapat menyebabkan dementia.
7. Infeksi dan Inflamasi
Berbagai infeksi yang melibatkan otak, misalnya neurosifilis, meningitis
tuberkulosis, dan penyakit Lyme, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob, dapat
menyebabkan dementia sebagai gejala sisa. Inflamasi, miisalnya pada
penyakit demielinisasi, lupus eritematosa, sarkoidosis, dan sindrom Sjorgen
dapat menyebabkan dementia.
8. Zat toksik
Zat toksik, seperti alkohol, logam berat (arsen, merkuri, timbal), sianida,
dan karbon monoksida juga dapat menyebabkan dementia
9. Iatrogenik
Dementia juga dapat disebabkan oleh iatrogenik. Terdapat laporan bahwa
dementia berhubungan dengan penggunaan obat antihistamin dan
antikolinergik (E.L. Cunningham., et al, 2015; F.M. Elahi., et al, 2017).
Dari etiologi yang telah disebutkan di atas, penyakit Alzheimer merupakan
penyebab utama, yaitu 50–70% kasus. Etiologi tersering berikutnya adalah
gangguan vaskular (5–20%), penyakit badan Lewi (5%), dan atrofi lobus
frontotemporal (5%). Diperkirakan, 10–20% dementia disebabkan oleh etiologi
yang reversible (E.L. Cunningham., et al, 2015; R. Tampi, 2018).
1. Faktor Risiko
Faktor risiko dementia adalah:
- Usia
- Penyakit lain : Depresi, hipertensi, diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia, penyakit jantung koroner, disfungsi renal
- Gaya hidup : Merokok, penyalahgunaan alkohol, dan konsumsi
lemak tidak tersaturasi (unsaturated fat) yang rendah (R. Tampi,
2018)
2.5 Epidemiologi
Epidemiologi dementia di dunia maupun Indonesia semakin meningkat seiring
pertambahan usia. Pada tahun 2017, WHO memperkirakan dementia prevalensi
dementia adalah 50.000.000 orang di seluruh dunia, dengan insiden 10.000.000
kasus per tahun. Sekitar 91% kasus terjadi pada usia di atas 65 tahun. Hanya 9%
yang terjadi <65 tahun dan disebut sebagai dementia onset muda (young onset
dementia). Hampir 60% penderita dementia berasal dari negara dengan pendapatan
menengah ke bawah. WHO memprediksikan peningkatan jumlah penderita
dementia menjadi 82.000.000 orang pada tahun 2030 dan 152.000.000 pada tahun
2050. Peningkatan yang pesat ini juga disebabkan oleh peningkatan populasi lansia
di negara dengan pendapatan menengah ke bawah (WHO, 2017)
Kementerian Kesehatan RI (2016) memperkirakan 1.000.000 mengidap
dementia pada tahun 2013. Jumlah ini akan meningkat sebanyak dua kali lipat pada
tahun 2030 dan empat kali lipat pada 2050. Mortalitas pasien dengan dementia lebih
tinggi dibandingkan dengan populasi normal. Suatu systematic review pada yang
dipublikasi pada tahun 2016 menyatakan kelompok lansia dengan dementia
memiliki angka mortalitas 15,3%, sedangkan angka mortalitas kelompok lansia
yang tidak mengalami dementia adalah 8,7% (A. Rao., et al, 2016).
Studi lain yang dipublikasi tahun 2013 menyatakan bahwa rata-rata usia hidup
(survival time) setelah didiagnosis dementia adalah 3,3–11,7 tahun. Angka ini
bervariasi antar penelitian. Faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas pada
pasien dementia adalah usia, jenis kelamin, serta beratnya derajat dementia dan
gangguan fungsional (Muanpaisan, 2007).
2.6 Diagnosis
Dalam DSM-5, diagnosis dementia digolongkan sebagai major neurocognitive
disorder dengan kriteria sebagai berikut:
1. Penurunan fungsi kognitif yang signifikan dibandingkan fungsi kognitif
sebelumnya. Penurunan ini terjadi pada satu atau lebih area kognitif (atensi
kompleks, fungsi eksekusi, kemampuan belajar, ingatan, bahasa, persepsi
motorik, dan sosial). Penurunan kognitif dapat dibuktikan melalui:
- Anamnesis dari pasien, keluarga, caregiver, atau orang lain yang
dapat dipercaya yang menyatakan adanya penurunan fungsi kognitif
yang bermakna.
- Tes neuropsikologis standar (misalnya: MMSE) atau
pemeriksaan/tes lain yang sesuai.
- Defisit kognitif mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya:
membayar tagihan) sehingga pasien membutuhkan bantuan.
- Defisit kognitif tidak hanya terjadi pada saat pasien mengalami
delirium.
- Defisit kognitif tidak disebabkan oleh kelainan mental lainnya,
misalnya skizofrenia dan depresi mayor (APA,
2013).
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada pasien, keluarga dan caregiver untuk
mencari defisit kognitif, perubahan perilaku, dan gejala dementia
lainnya. Setiap tipe dementia memiliki gejala yang berbeda, yaitu:
- Penyakit Alzheimer
Perjalanan penyakit yang progresif dan perlahan, biasanya 10 tahun.
Gejala yang paling menonjol adalah defisit memori. Pada fase awal,
memori yang terganggu hanya memori jangka pendek, sedangkan
memori jangka panjang masih baik. Namun, pada dementia yang
berat, memori jangka panjang turut mengalami gangguan. Selain itu,
ditemukan gangguan kognitif lain misalnya disfungsi eksekutif,
apraksia, agnosia, gangguan visuospasial, serta perubahan perilaku
dan mood (depresi, ansietas, agitasi, perubahan pola makan,
wandering, dan lain-lain) (Muangpaisan, 2007; Burns, 2009; D.A.
Wolk, 2018).
- Gangguan vasKular
Onset gejala dapat terjadi secara tiba-tiba. Gejala yang timbul
bervariasi, tergantung area yang mengalami cedera vaskular. Selain
defisit kognitif, dapat ditemukan gangguan psikomotor, disfungsi
eksekusi, gangguan gait, gangguan motorik fokal, perubahan
kepribadian dan mood. Pasien biasanya memiliki faktor risiko
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner,
fibrilasi atrium, dan riwayat stroke atau transient ischaemic attacks
sebelumnya (Muangpaisan, 2007; C.B. Wright, 2017).
- Penyakit badan Lewy
Pada penyakit badan Lewy dapat ditemukan gangguan kognitif yang
berfluktuasi, halusinasi (biasanya visual), parkinsonisme
(bradikinesia dan rigiditas), dan gangguan tidur. Pasien atau
keluarga biasanya mengatakan bahwa pasien sering jatuh, pingsan,
tidur siang >2 jam, atau kehilangan kesadaran sesaat. Mood pasien
juga dapat mengalami gangguan berupa depresi, apati atau ansietas
(Muangpaisan, 2007; M. R. Farlow, 2018).
Dementia akibat penyakit badan Lewy memiliki gejala yang mirip
dengan dementia akibat penyakit Parkinson. Jika dementia terjadi
dalam 12 bulan setelah gejala parkinsonisme, kemungkinan
penyebabnya adalah penyakit badan Lewy. Sebaliknya, jika
dementia terjadi lebih dari 12 bulan setelah onset gejala
parkinsonisme, kemungkinan disebabkan oleh penyakit parkinson
(dikenal sebagai Parkinson’s disease with dementia/PDD). Selain
itu, pada Penyakit badan Lewy, jarang ditemukan tremor dan tidak
merespons pengobatan levodopa (Muangpaisan, 2007; M. R.
Farlow, 2018).
- Atrofi frontotemporal
Gejala yang menonjol adalah perubahan kepribadian dan perilaku,
yaitu disinhibisi, apati dan kehilangan empati, hiperorality
(perubahan preferensi terhadap makanan), serta perilaku kompulsif.
Sekiar 15–20% dementia akibat atrofi frontotemporal terjadi
bersamaan dengan penyakit saraf motorik (Muangpaisan, 2007; J.L.
Wilterdink, 2017).
b. Pemeriksaan Fisik
Temuan dalam pemeriksaan fisik pasien dementia berbeda-beda, tergantung
penyakit yang mendasari. Berikut adalah pemeriksaan fisik yang biasanya
dilakukan beserta temuannya:
- Pemeriksaan Saraf Kranial
Kerusakan saraf kranial tipe sentral dapat ditemukan pada dementia
akibat gangguan vaskular.
- Pemeriksaan Fungsi Motorik
Hemiparesis dapat terjadi akibat gangguan vaskular. Sedangkan
gangguan fungsi motorik berupa parkinsonisme ditemukan pada
penyakit Parkinson, penyakit badan Lewy, atau Alzheimer yang
berat.
- Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Gangguan metabolik, defisiensi nutrisi, atau zat toksik dapat
menyebabkan neuropati.
- Pemeriksaan Gait dan Fungsi Koordinasi
Dementia akibat NPH memiliki gejala berupa gangguan gait yang
mencolok. Gangguan gait juga dapat ditemukan pada pasien dengan
gangguan vaskular atau defisiensi vitamin B12.
- Pemeriksaan Refleks
Refleks primitif dapat ditemukan pada atrofi frontotemporal.
Sedangkan gangguan vaskular dapat menimbulkan refleks yang
asimetris. Mioklonus generalisata dapat ditemukan pada penyakit
Creutzfeldt-Jakob.
- Pemeriksaan Kardiovaskular
Ditemukan faktor risiko gangguan vaskular, yaitu hipertensi,
fibrilasi atrium, bruit karotis, dan lain-lain (R. Tampi, 2018;
Muangpaisan, 2007).
- Pemeriksaan Kognitif
Selain pemeriksaan fisik, pasien perlu menjalani pemeriksaan
kognitif untuk membuktikan adanya defisit kognitif. Tes yang
paling sering digunakan adalah MMSE dengan poin penilaian
sebagai berikut:
Orientasi waktu
Orientasi tempat
Memori
Atensi dan kalkulasi
Bahasa
Repetisi
Perintah yang kompleks (APA, 2013; R. Tampi, 2018)
Skor maksimal MMSE adalah 30. Skor 19–23 adalah defisit kognitif
ringan, skor 10–18 adalah defisit kognitif sedang, dan skor <9 adalah
defisit kognitif berat. Systematic review dari Cochrane menyatakan
bahwa MMSE memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 90% untuk
mendiagnosis dementia. Namun, MMSE tidak dapat digunakan
untuk membedakan etiologi dementia. Tes lain yang dapat
digunakan mengetahui defisit kognitif adalah MoCA, ADAS-Cog,
dan MDRS (R. Tampi, 2018).
Diagnosis Banding pada kasus dementia yang utama adalah delirium, MCI, dan
depresi.
1. Delirium
Delirium ditandai dengan perubahan kesadaran dan kognitif dengan onset
akut dan berfluktuasi. Keduanya sering terjadi bersamaan pada populasi
lansia.
2. Mild Cognitive Impairment (MCI)
Meskipun mengalami penurunan kognitif, pasien masih dapat melakukan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. MCI dapat berkembang menjadi
dementia.
3. Depresi
Depresi juga sering dialami oleh pasien dengan dementia. Berdasarkan
DSM-5, jika kedua kriteria diagnosis (dementia dan depresi) terpenuhi,
keduanya dianggap sebagai diagnosis dan diberikan penanganan yang
sesuai (APA, 2013; R. Tampi, 2018; E. B. Larson, 2018).
2. Radiologi
Beberapa pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk mencari penyebab
dementia dan membedakan tipe dementia satu dan lainnya.
- Foto polos toraks
- CT-scan atau MRI kepala (untuk pasien yang dicurigai mengalam
kelainan intraserebral)
- Photon emission tomography atau Single photon emission computed
tomography
3. Analisis Cairan Serebrospinal
Analisis cairan serebrospinal dilakukan untuk kondisi berikut:
- Onset dementia akut atau subakut yang disertai demam atau kaku
kuduk
- Dementia terjadi pada usia <55 tahun
- Manifestasi atipikal
- Progresivitas penyakit cepat
- Dicurigai pasien mengalami sifilis, infeksi, atau keganasan.
- Hidrosefalus
- Imunosupresi
- Penyakit demielinisasi
- Penyakit Creutzfeldt-Jakob
- Vaskulitis
Sebelum melakukan analisis cairan serebrospinal, harus dilakukan
pemeriksaan radiologi terlebih dahulu.
4. Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah
electroencephalography (EEG), electrocardiography (EKG), dan
ultrasonografi karotis (R. Tampi, 2018; Burns, 2009; K.R. Scott., et al,
2007). Tidak seluruh pemeriksaan penunjang di atas harus dilakukan.
Pemilihan pemeriksaan penunjang berdasarkan kecurigaan dokter mengenai
etiologi dementia. American Academy of Neurology menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan fungsi tiroid dan kadar vitamin B12 pada seluruh
pasien dementia (K.R. Scott., et al, 2007; D. S. Knopmann., et al, 2001)
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada dementia adalah pendekatan psikologis dan
suportif yang disertai tata laksana penyakit yang mendasari dementia. Oleh karena
itu, penting untuk mencari tahu penyebab dementia agar tata laksana yang diberikan
tepat. Diagnosis dementia akibat degeneratif ditegakkan jika penyebab lain sudah
disingkirkan dan gambaran klinis pasien sesuai (D. Press, 2018).
1. Medikamentosa
Beberapa obat yang digunakan untuk penanganan dementia adalah sebagai
berikut:
- Inhibitor kolinesterase
Penderita penyakit Alzheimer mengalami penurunan sintesis
asetilkolin sehingga mengganggu sistem kolinergik di otak.
Pemberian inhibitor kolinesterase akan menurunkan degradasi
asetilkolin di celah sinaps sehingga kadar asetilkolin meningkat.
Jenis inhibitor kolinesterase yang dapat diberikan adalah donepezil,
rivagstigmin, dan galantamin.
- Memantin
Memantin adalah antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate
(NMDA). Pada dementia vaskular, terjadi stimulasi berlebihan pada
reseptor NMDA. Hal ini dapat menyebabkan gangguan memori dan
kemampuan belajar. Oleh karena itu, pemberian memantin
bertujuan untuk melindungi reseptor NMDA. Memantin juga
digunakan untuk penyakit Alzheimer dan kerap kali dikombinasikan
dengan inhibitor kolinesterase (D.S Knopmann, 2001; D. Press,
2018).
Beberapa penelitian mengatakan bahwa antioksidan (vitamin E dan
selegilin), antiinflamasi, estrogen, dan statin dapat memperbaiki
gejala klinis dementia. Namun, hasil antar penelitian tidak konsisten
sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut (D. Press, 2018).
3. Rujukan
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, dementia tergolong
kelompok penyakit 3A, sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat
dua. Berikut adalah pertimbangan dalam merujuk kasus dementia:
- Diagnosis dementia masih belum jelas (terutama dementia tahap
awal)
- Kecurigaan bahwa dementia tidak disebabkan oleh penyakit
Alzheimer
- Onset pada usia muda (<65 tahun)
- Terdapat riwayat keluarga dengan dementia (K.R. Scott,
2007)
2.9 Prognosis
Prognosis dementia kurang baik karena penyakit ini mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sehingga memengaruhi kualitas hidup, ekonomi,
sosial, dan fungsi pasien. Selain itu, dementia juga berhubungan dengan berbagai
komplikasi seperti delirium, infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dehidrasi,
pneumonia, dan penyakit jantung. Pasien berisiko lebih tinggi untuk mengalami
depresi, bahkan bunuh diri (A. Rao, 2016; Burns, 2009; D. Press, 2018).
1. Pengkajian
Ruang Rawat : -
Tanggal dirawat : -
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. N (L / P)
Usia : 65 tahun
No. RM : -
Tanggal Pengkajian : Selasa, 19 Januari 2021
Informan : Sdr. Mjf
3. History
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya Fisik - - - - - -
Aniaya Seksual - - - - - -
Ny. M
60 30 55
Penolakan Tn. N Nn. Y (Keluarga/
tahun tahun tahun
Istri)
Kekerasan dalam
- - - - - -
rumah tangga
Tindakan Kriminal - - - - - -
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir
4. Adakah anggota
keluarga yang
( ) YA (√) TIDAK
mengalami gangguan
jiwa ?
Hubungan Gejala Riwayat
Pengobatan/Perawatan
- - -
Diagnosa Keperawatan : -
IV. FISIK
1. Tanda Vital
140/90
TD : Nadi : 58x/menit RR : 22x/menit
mmHg
2. Antropometri
TB : 157 cm BB : 48 kg
3. Keluhan Fisik
Keluarga Tn. N mengatakan bahwa Tn. N serin merasa pusing dan nyeri pada
kepala, sering tidak bisa tidur di malam hari, tidak nafsu makan.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
:
Laki-laki
:
Perempuan
:
Ibu klien
:
Bapak klien
:
Istri klien
:
Bercerai mati
:
Meninggal
:
Klien
Salah satu keluarga Tn. N mengatakan bahwa Tn. N jarang kontrol untuk terapi
dikarenakan semua anggota keluarganya sibuk berdagang, klien juga terkadang
tidak mau dibawa kontrol ke dokter karena tidak mau berhadapan dengan banyak
orang, sehingga proses pengobatan klien tidak terkontrol. Bahkan klien juga
terlihat tidak terurus untuk perawatan dirinya.
2. Konsep Diri
a Gambaran diri : Klien mengakatan bahwa dirinya tidak mau
melihat tubuhnya karena ia merasa dirinya tidak
berdaya lagi.
b Identitas : Klien mengatakan sebelumnya ia hidup
berkecukupan, meskipun tidak berpendidikan
tinggi ia bersyukur karena bekerja di sebagai
mandor bangunan, klien juga mengikuti pengajian
dikampung serta akrab dengan tetangga-
tetangganya. Namun sejak kambuh dementianya
terlebih lagi ketika Istrinya meninggal ia sering
menyendiri, malu dengan keadaannya dan tidak
pernah mengikuti kegiatan di lingkungan
rumahnya.
c Peran : Tn. N merupakan anak sulung, sebelum orang
tuanya meninggal ia tinggal bersama orang tuanya
dan merawatnya, klien juga terkadang membantu
adik dan ponakannya berdagang, dan merapihkan
rumah.
d Ideal diri : Tn. N berharap dan ingin bersama-sama dengan
istrinya lagi, keluarganya hanya bisa pasrah dan
berharap bahwa Tn. N bisa sembuh seperti sedia
kala.
e Harga diri : Tn. N mengatakan bahwa ia merasa tidak berdaya
dan malu untuk berinteraksi dengan orang lain,
terkadang ia juga sering dimarahi jika tidak mau
kontrol ke dokter.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a Orang yang berarti : Ny. Am mengatakan bahwa hal yang paling berarti
dalam hidupnya adalah istrinya, ia tidak pernah
bercerita tentang kehidupannya selain kepada
istrinya.
b Peran serta dalam : Sebelum istrinya meninggal Tn. N sering
kegiatan kelompok / mengikuti pengajian kampong, namun saat ini Tn.
masyarakat N lebih sering berada di dalam rumah.
c Hambatan dalam : Tn. N biasa berinteraksi dengan tetangga sekitar,
berhubungan namun sejak kambuh Tn. N cenderung menyendiri
dengan orang lain dan jarang berinteraksi dengan orang lain karena
ia pelupa.
Diagnosa Keperawatan : -
4. Spiritual
a Nilai dan : Tn. N mengatakan bahwa ia beragama islam
Keyakinan Keluarga Tn. N mengatakan bahwa masyarakat
sekitar sangat antusias dan membantu lansia yang
mengalami masalah seperti ini, namun ada juga
yang terkesan acuh.
.b Kegiatan ibadah : Selama kambuh dementia nya Tn. N tidak pernah
lagi melakukan kegiatan ibadah dan pengajian di
tempat tinggalnya. Ia juga tidak mau beribadah
karena istrinya telah meninggalkannya dan merasa
tidak adil pada keadaan.
Diagnosa Keperawatan : Distress Spiritual
Diagnosa Keperawatan : -
2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Gagap ( ) Keras
( ) Inkoheren (√) Apatis ( ) Lambat
( ) Membisu (√) Tidak dapat memulai pembicaraan
Klien apatis, kurang konsentrasi, dan tidak mau berbicara atau mulai berbicara,
terkadan hilang kontak mata, ketika berinteraksi ia sering lupa dengan apa yan
dikatakannya.
3. Aktivitas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang (√) Gelisah
( ) Agitasi ( ) Grimasen ( ) Tremor
( ) TIK ( ) Komplusif
Klien tampak gelisah, selalu menyendiri dan tampak lemas seperti tidak bergairah.
Diagnosa Keperawatan : -
4. Alam Perasaan
(√) Sedih ( ) Ketakutan (√) Putus asa
( ) Khawatir ( ) Euforia
Klien tampak sedih dan putus asa, ia mengatakan bahwa tidak berdaya lagi, ia
merasa semuanya yang menjadi hak untuk kehidupan sudah direnggut setelah
istrinya meninggal, ia juga mengatakan merasa tidak berarti terlebih lagi ketika ia
dibentak oleh orang.
Diagnosa Keperawatan : -
5. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul (√) Labil ( ) Tidak sesuai
Klien juga tampak labil, cenderung moody, terkadang ia hanya mau melakukan
sesuatu sesuai dengan perasaannya.
Diagnosa Keperawatan : -
7. Persepsi
( ) Penglihatan ( ) Pendengaran () Penciuman
( ) Pengecapan ( ) Peraba
Klien tidak memiliki masalah persepsi atau halusinasi.
Diagnosa Keperawatan : -
8. Proses berpikir
( ) Sirkumtansial ( ) Tangensial () Kehilangan asosiasi
Pengulangan
(√) Flight of ideas ( ) Blocking ()
pembicaraan
( ) Preservasi
Pada saat berkomunikasi klien terkdang berbicara meloncat pindah dari satu topik
ket topik yang lain atau tidak sesuai dengan topik pembicaraan
Diagnosa Keperawatan : -
9. Isi pikiran
(√) Obsesi ( ) Fobia ( ) Hiperkondria
(√) Dispersonalisasi ( ) Ide yang terkait ( ) Pikiran magis
Waham
( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran
( ) Nihilistik ( ) Curiga ( ) Sisip piker
( ) Siar piker ( ) Kontrol piker
Klien sering mengingat kejadian di masalalu saat istrinya meninggal, ia
mengakatan sudah berusaha melupakan tapi sering muncul tiba-tiba. Klien
tampak kebingungan tidak bergairah dan terkadang merasa aneh ketika melihat
orang-orang sekitar lingkugan rumahnya.
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat jangka pendek
() ()
jangka panjang
Gangguan daya ingat saat Konfabulasi
() (√)
ini
Pada saat dilakukan wawancara klien terkadang berbicara yang tidak sesuai topik
pembicaraan, mengada-ada dan terkadang merasa curiga. Hal ini dibenarkan oleh
pihak keluarga Tn. N
Diagnosa Keperawatan : -
Diagnosa Keperawatan : -
2. BAB/BAK
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total
3. Mandi
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total
4. Berpakaian/Berhias
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total
5. Kebersihan diri
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan Total
Aktivitas harian Tn. N dibantu maksimal oleh keluarganya seperti jadwal makan
dan minum obat Tn. N serta memfasilitasi kebutuhan kebersihan diri klien, untuk
BAK/BAB dan mandi klien dibantu oleh keluarga termasuk juga berpakaian dan
berhias diri. Kamar pasien tampak kotor, bau pesing, rambut kusut beruban, kulit
kering. Keluarga juga mengatakan bahwa ia sibuk berjualan sehingga Tn. N tidak
terurus perawatan dirinya.
7. Penggunaan obat
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total
8. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan (√) Ya ( ) Tidak
System pendukung (√) Ya ( ) Tidak
5 Bahasa 9 5 Tunjukan pada klien suatu benda dan minta pada klien
menyebutkan namanya
Jam tangan
Pulpen
Do :
- Respon apatis
- Kamar klien bau pesing, tampak
kotor
- Rambut kusam beruban
- Kulit kering
- Tercium aroma tidak sedap pada
klien
- ADLs dibantu total
2 Ds : Hambatan memori :
- Klien mengatakan terkadang ia Gangguan proses pikir/pikun
lupa dengan waktu, tidak ingat
tempat dan terkadang lupa dengan
orang-orang sekitarnya
- Keluarga Tn. N mengatakan klien
sering melamun dengan tatapan
kosong, lebih suka menyendiri,
ketika berinteraksi terkadang ia
lupa dengan sesuatu yang ia
kerjakan, merasa aneh dengan
lingkugan dan orang-orang
sekitar.
- Klien tidak mau tinggal satu atap
dengan keluarganya, ia merasa
bahwa rumahnya tidak mau
dikuasai oleh orang lain. Klien
juga pernah kabur dari rumah
namun ditemukan oleh warga
setempat dan dipulangkan
kembali.
Do :
- Respon apatis
- Tampak kebingungan
- Disorientasi waktu, tempat dan
orang (Demensia tahap III)
- Dispersonalisasi
- Afek labil
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Proses berpikir flight of idea
- MMSE skor 12
Do :
- Afek labil
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Respon apatis
- Tidak mau memulai pembicaraan
- Saat diwawancarai klien
kehilangan kontak mata, tidak
kooperatif
- Koping maladaptif (respon
lambat, menghindar)
3 Ds : Distress spiritual
- Keluarga klien mengatakan
selama kambuh dementia nya Tn.
N tidak pernah lagi melakukan
kegiatan ibadah dan pengajian di
tempat tinggalnya. Ia juga tidak
mau beribadah karena istrinya
telah meninggalkannya dan
merasa tidak adil pada keadaan.
Do :
- Selama sakit Tn. N tampak tidak
pernah lagi melakukan kegiatan
ibadah dan pengajian di tempat
tinggalnya.
- Afek labil
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Respon apatis
- Konfabulasi
- Tampak kebingungan
- Saat diwawancarai klien
kehilangan kontak mata, tidak
kooperatif
- Proses berpikir cenderung flight of
ideas
- Dispersonalisasi (+)
- Isi pikiran lebih cenderung obsesi
- Self insight : sering menyalahkan
hal-hal diluar dirinya
5 Ds : Insomnia
- Keluarga Tn. N mengatakan
bahwa Tn. N serin merasa pusing
dan nyeri pada kepala, sering tidak
bisa tidur di malam hari, tidak
nafsu makan.
- Keluarga klien mengatakan bahwa
klien sulit tidur, pada malam hari
klien hanya tidur 3 jam mulai dari
jam 21.00 s/d 00.00 kemudian
klien tidak tidur sampai pagi.
Klien juga tidak pernah tidur siang
Do :
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Kegiatan sebelum dan sesudah
bangun tidur ; melamun, dan
biasanya menyendiri di tempat
yang sepi
- Keadaan fisik klien tampak lemas
dan pucat
- TD 140/90 mmHg
- RR 22x/menit (cepat dangkal)
- Nadi 58x/menit (lambat dalam)
3. Pohon Masalah
Penurunan fungsi
fisiologis neurologi
Degeneratif faktor
4. Daftar Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Paraf
1 Domain 4. Kelas 5. Mjf
(00102/00108/00109/00110). Defisit
perawatan diri b.d penurunan fungsi kognitif
dan kurang motivasi
2 Domain 5. Kelas 4. (00126). Hambatan memori Mjf
: Gangguan proses pikir b.d penurunan fungsi
kognitif
3 Domain 6. Kelas 2. (00119). Harga diri rendah Mjf
b.d koping terhadap kehilangan tidak efektif
4 Domain 10. Kelas 3. (00066). Distress spiritual Mjf
b.d harga diri rendah d.d depresi
5 Domain 4. Kelas 1. (00095) Insomnia b.d Mjf
depresi
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. DX 1 TUM : Setelah dilakukan - Bina - Membina
Melatih tindakan hubungan hubungan
kemandirian keperawataan salin percaya saling
pasien dalam selama 2x, pada klien percaya
melakukan diharapkan dan keluarga dengan
perawatan diri perawatan diri Klien.
pasien terpenuhi - Jelaskan pada kontak yang
TUK : dengan kriteria klien cara jujur,
1. Klien hasil ; perawatan singkat, dan
mampu - Pasien diri konsisten
melakukan tampak bersih dengan
perawatan dan tidak bau - Latih klien perawat
diri : makan - Kebutuhan untuk dapat
2. Klien perawatan melakukan membantu
mampu diri : makan, perawatan klien
melakukan eliminasi, diri : makan membina
perawatan mandi, kembali rasa
diri : mandi berpakaian - Latih klien percaya diri
dan dan berhias untuk klien
elimnasi diir pasien melakukan - Agar pasien
3. Klien terpenuhi perawtaan dapat
mampu - Keluarga diri : mandi mengetahui
melakukan mengetahui dan eliminasi cara
perawatan cara menjaga dengan benar merawat
diri : kebersihan diri,
berpakaian diri pasien - Latih klien penjelasan
dan berhias - Keluarga melakukan juga dapat
4. Keluara dapat perawatan menstimulas
klien dapat memprakteka diri : i
melakukann n lansun cara berpakaian kemampuan
cara perawatan dan berhias kognitif
merawat diri dengan diri pasien
pasien benar - Melakukan
dengan - Evaluasi hasil atau
masalah latihan mempraktek
perawatan perawatan kan
diri diri klien langsung
dapat latih
- Berikan dan
motivasi dan menstimulas
pujian pada i
klien atas kemampuan
pencapaianny motoric
a dalam klien dalam
melakukan melakukan
latihan perawatan
perawatan diri
diri - Agar
kebutuhan
- Anjurkan makan
klien pasien dapat
menuliskan terjadwal
dalam agenda dengan baik
kegiatan - Agar
harian kebutuhan
mandi dan
- Diskusikan eliminasi
dengan paisen
keluarga cara terpenuhi
merawat - Berpakaian
pasien dengan dan berhias
deficit diri dapat
perawatan meningkatka
diri n harga diri
pasien
- Jelaskan pada - Motivasi dan
keluarga pujian
tanda gejala merupakan
deficit cara untuk
perawatan memberikan
diri reinforceme
nt pada klien
- Latih agar
keluarga kepercayaan
mempraktekk diri klien
an langsung meningkat.
cara merawat - Diskusi
pasien deficit dilakukan
perawatan untuk
diri mengetahui
dan mencara
solusi yan
tepat untuk
keluarga
dalam
merawat
pasien
dengan
deficit
perawatan
diri
- Penjelasan
dapat
melatih
kemampuan
kognitif
keluarga
- Latihan
dapat
membantu
dan
memotivasi
keluarga
dalam
merawat
pasien
- Berikan - Aktivitas
motivasi dan dan latihan
dapat
pujian pada
menstimulas
pasien i system
sewajarnya koordinasi
tubuh
- Diskusikan sehingga
dengan dapat
keluarga meningkatka
n
masalah
kemampuan
demensia memori
yang dialami pasien
pasien seperti
; penegertian, - Terapi
tanda gejala, kognitif
faktor terbukti
dapat
penyebab dan
menstimlasi
proses daya ingat
terjadinya pasien
demensia
- Penegatahua
- Latih n keluarga
keluarga cara tentang
demensia
merawat
yang diderita
pasien pasien dapat
dengan membantu
demensia mempercepa
t proses
dengan benar
pemulihan
pasien
- Berikan
motivasi pada - Dukungan
keluarga dari keluarga
dalam merupakan
merawat bagian
pasien penting dari
rehabilitasi
demensia klien
- Berikan
motivasi pada
keluarga
dalam
merawat
pasien
dengan harga
diri rendah
- Terapi
mindfulness
dapat
merangsang
kemampuan
sel otak,
merubah
frekuensi
gelombang
di otak dan
mensekresi
serotonin,
katekolamin,
dan
endorphin
yang dapat
membuat
pasien
menjadi
lebih tenang
5 DX 5 TUM : Setelah dilakukan - Tentukan - Masalah
Mengatasi tindakan pola tidur pasien
masalah terkait keperawatan tidur/aktivitas dapat diatasi
dengan selama 2x, pasien dengan
gangguan tidur diharapkan - Monitor dan mempertaha
(insomnia) masalah insomnia catat pola nkan dan
pasien dapat tidur pasien menjaga
TUK : teratasi dengan dan jumlah pola tidur
1. Kebutuhan kriteria hasil : jam tidur pasien
istirahat dan - Tanda vital - Monitor pola - Memperhati
tidur pasien dalam rentang tidur pasien kan faktor-
terpenuhi normal dan catat faktor yang
2. Pasien dapat TD 120/80 kondisi fisik menyebabka
memulai mmHg dan keadaan n
tidur tanpa P 60 – yang ketidaknyam
adanya 100x/menit menggangu ana pada saat
gangguan RR 12 – tidur (nyeri, tidur.
3. Mencipataka 20x/menit ansietas, - Rasa nyeri,
n lingkungan - Tidak ada dispneu dll) ansietas,
yang nyaman kebisingan - Sediakan dispneu,
dan aman - Pasien dapat lingkungan kebisingan
untuk tidur dengan yang nyaman dan
istirahat tenang (kebersihan kebersihan
pasien - Tidak ada tempat tidur, tempat tidur
gangguan tidur hindari perlu
- Ekpresi klien kebisingan, diperhatikan
saat bangun pencahayaan, untuk
tidur tampak suhu) meningkatka
bugar - Anjurkan n rasa
pasien untuk nyaman
tidak pasien.
mengkonsum - Konsumsi
si cairan yang cairan yang
berebihan di berlebih
malam hari sebelum
- Berikan tidur dapat
terapi meningkatka
murrotal n frekuensi
- Ajarkan berkemih
pasien latihan yang
relaksasi otot menyebabka
autogenic n
untuk ternganggun
memancing ya proses
tidur. tidur
- Terapi
mendengark
an murotal
dapat
menstimulas
i system
limbic,
amigdala
dan cortex
cerebris
dengan
mengubah
frekuensi
gelombang
otak ke stase
alpha dan
tetha. Pada
stase ini
tubuh akn
melepaskan
beberapa
hormon dan
neurotransm
itter seperti
endorphine,
katekolamin
dan
serotonin
yang dapat
meningkatka
n rasa
nyaman,
menurunkan
level
kecemasan
(Hidayat, S
&
Mumpuningt
yas D. E,
2018).
2 Hambatan SP 1 SP 1
memori : 1. Membina hubungan saling 1. Membina hubungan saling
Gangguan percaya dengan teknik percaya dengan teknik
proses pikir komunikasi terapeutik komunikasi terapeutik
(pikun) 2. Mengorientasikan waktu, 2. Menjelaskan pada keluarga
tempat dan orang-orang yang masalah demensia yang
ada disekitar pasien sering terjadi pada lansia
3. Memberikan pujian dan 3. Menjelaskan pada keluarga
kesempatan pada pasien tentang cara perawatan
untuk mengungkapkan lansia dengan masalah
perasaannya. demensia
4. Melatih keluarga cara
SP 2 perawatan lansia dengan
1. Mengorientasikan waktu, masalah demensia
tempat dan orang-orang yang 5. Membuat RTL untuk
ada disekitar pasien keluarga dalam merawat
2. Melatih pasien dalam lansia demensia
perawatan diri
3. Melatih pasien dalam SP 2
menyusun jadwal kegiatan 1. Mengevaluasi kegiatan
harian yang dilakukan keluarga
terhadap lansia
SP 3 2. Mengidentifkasi kendala
1. Mengevaluasi kemampuan yang dihadapi keluarga
pasien sesuai dengan tindakan dalam melakukan
SP 2 perawatan lansia dengan
2. Meminta pasien menyebutkan demensia
tempat, waktu dan salah satu 3. Mencari solusi cara
orang yang ada disekitar perawatan yang lebih
pasien efektif
3. Melatih daya ingat pasien 4. Mendorong keluarga untuk
dengan terapi kognitif menerapkan solusi yang
4. Mendiskusikan jadwal telah ditetapkan
kegiatan harian 5. Membuat RTL untuk
5. Mendorong upaya perawatan keluarga dalam merawat
diri pasien. pasien dan menerapkan
solusi yang lebih efektif
untuk pasien lansia
demensia
SP 3
1. Mengevaluasi kemampuan
keluarga sesuai dengan SP
2
2. Mendiskusikan sumber
rujukan yang mudah
dijangkau oleh keluarga
terkait dengan masalah
perawatan lansia dengan
demensia
3 Harga Diri SP 1 SP 1
Rendah 1. Membina hubungan saling 1. Mendiskusikan masalah
percaya dengan teknik yang dihadapi keluarga
komunikasi terapeutik dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi kemampuan 2. Menjelaskan pada keluarga
dan aspek positif yang tentang pengertian, tanda
dimiliki pasien dan gejala harga diri
3. Membantu pasien menilai rendah serta faktor
kemampuan pasien yang penyebab dan proses
masih dapat digunakan terjadinya masalah tersebut
4. Membantu pasien memilih 3. Menjelaskan pada keluarga
kegiatan yang akan dilatih cara merawat pasien
sesuai dengan kemampuan dengan harga diri rendah
pasien 4. Membuat RTL untuk
5. Melatih pasien sesuai dengan keluarga dalam merawat
kemampuan yang dipilih : pasien harga diri rendah
merapikan kamar, menyapu
halaman SP 2
6. Memberikan pujian yang 1. Melatih keluarga
wajar terhadap keberhasilan mempraktekan cara
dan progress latihan pasien merawat pasien dengan
7. Menganjurkan pasien untuk harga diri rendah
memasukan kedalam jadwal 2. Melatih kelurga
kegiatan hariannya. menerapkan secara
langsung cara merawat
SP 2 pasien dengan harga diri
1. Mengevaluasi jadwal rendah
kegiatan harian pasien 3. Membuat RTL untuk
2. Melatih pasien kemampuan keluarga dalam merawat
yang kedua ; menyiram pasien harga diri rendah
tanaman.
3. Menganjurkan pasien untuk SP 3
memasukkan kedalam jadwal 1. Mengevaluasi kemampuan
kegiatan hariannya. keluarga sesuai dengan
tindakan SP 2
2. Membantu keluarga
membuat jadwal kegiatan
harian pasien selama
dirumah seperti jadwal
minum obat (discharge
planning)
3. Menjelaskan pada keluarga
dalam melakukan
discharge planning pada
pasien secara konsisten dan
rencana follow up pasien
selama di rumah
4 Distress SP 1 SP 1
spiritual 1. Membina hubungan saling 1. Membantu keluarga
percaya dengan pasien mengidentifikasi masalah
2. Mengidentifikasi faktor yang dihadapi dalam
penyebab gangguan spiritual merawat pasien
pada pasien 2. Membantu keluarga
3. Membantu pasien mengetahui proses
mengungkapkan perasaan terjadinya masalah
dan pikiran terhadap spiritual spiritual yang dihadapi
yang diyakininya pasien
4. Membantu klien 3. Membuat RTL pada
mengembangkan skill untuk keluarga dalam merawat
mengatasi perubahan pasien dengan masalah
spiritual dalam kehidupan spiritual
SP 2 SP 2
1. Memfasilitasi pasien dengan 1. Melakukan rujuakan pada
alat-alat ibadah yang sesuai tokoh agama
keyakinan atau agama yang 2. Melatih keluarga tetang
dianut oleh pasien cara merawat pasien yang
2. Memfasilitasi klien untuk mengalami masalah
menjalankan ibadah sendiri spiritual
atau dengan orang lain
3. Membantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan
keagamaan
4. Membuat rencana tindak
lanjut terapi mindfulness
dengan psikiatri.
5. Insomnia SP 1 SP 1
1. Menentukan pola tidur 1. Membantu keluarga
/aktivitas pasien mengidentifikasi masalah
insomnia
2. Mengidentifikasi faktor 2. Membantu keluarga
penyebab insomnia pada mengetahui proses
pasien terjadinya insomnia yang
3. Memfasilitasi pasien dihadapi pasien
lingkungan yang nyaman 3. Membuat RTL pada
(kebersihan tempat tidur, keluarga dalam merawat
hindari kebisingan, pasien dengan insomnia
pencahayaan, suhu)
SP 2
SP 2 1. Melatih keluarga tetang
1. Melatih pasien untuk tidak cara merawat pasien yang
mengkonsumsi banyak mengalami masalah
cairan di malam hari insomnia
2. Melatih pasien teknik
relaksasi otot autogenic
untuk memancing tidur.
3. Menganjurkan pasien untuk
mendengarkan murrotal
sebelum tidur
7. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi
1 Kamis, Domain 4. Kelas 5. S ;
21/01/21 (00102/00108/00109/00110). - Keluarga Tn. T mengatakan
Defisit perawatan diri b.d klien sudah bisa melakukan
penurunan fungsi kognitif perawatan diri meskipun
dan kurang motivasi masih dibantu oleh keluarga.
- Keluarga mengatakan sudah
mengetahui cara merawat
pasien dengan deficit
perawtan diri
O;
- Keluarga melakukan
discharge planning yang
sudah dibuat bersama perawat
- Respon klien masih apatis
- Kamar klien tampak bersih
dan sudah tidak bau pesing
- Rambut halus beruban
- Kulit lembab
- ADLs dibantu parsial
- Klien belum mampu
melakukan perawatan diri :
makan, mandi, eliminasi
(BAB/BAK), dan berpakaian
rapi secara mandiri.
A;
Masalah defisit perawatan diri klien
belum sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evalasi dan RTL sesuai
dengan SP 2,SP 3 dan SP 4, lanjutkan
intervensi.
A;
Masalah hambatan memori dan
gangguan proses pikir belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi hasil
pengkajian MMSE dan RTL,
lanjutkan intervensi : latih klien sesuai
SP 1 dan SP 2, jika SP 1 dan 2
terpenuhi lakukan evaluasi dan
persiapan melakukan SP 3
O;
- Klien sudah mulai percaya diri
dan mau berinteraksi
meskipun terkadang lupa
dengan orang sekitar
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
terkadang masih tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
tampak agak sedih dan sedikit
putus asa
- Dispersonalisasi (+)
- Klien sudah mau memulai
pembicaraan
- Saat diwawancarai klien
berusaha untuk fokus dan
kooperatif
- Kleuarga tampak memotivasi
dengan ikut serta dalam
kegiatan harian pasien yang
sudah di jadwalkan
- Keluarga melakukan
discharge planning yang
sudah dibuat bersama perawat
A;
Masalah harga diri rendah belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi dan RTL,
lanjutkan intervensi : ulang SP 1 dan
lakukan evaluasi SP1, jika SP1 sudah
terpenuhi lakukan SP 2
4 Kamis, Domain 10. Kelas 3. (00066). S ;
21/01/21 Distress spiritual b.d harga - Tn. N mengatakan bahwa ia
diri rendah d.d depresi beragama Islam
- Keluarga Tn. N mengatakan
bahwa Tn. N sudah sedikit
menerima kepergian istrinya,
ia berusaha untuk besabar.
- Keluarga Tn. N mengatakan
sudah tahu cara merawat dan
memenuhi kebutuhan spiritual
Tn. N
O;
- Klien sudah mau mengikuti
kegiatan keagamaan seperti
mendengarkan cermah dan
murotal.
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
masih tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien terlihat
aak sedih dan sedikit putus asa
- Tampak sedikit kebingungan
- Saat diwawancarai klien
fokus, dan kooperatif
- Proses berpikir masih
cenderung flight of ideas
- Dispersonalisasi (+)
- Isi pikiran lebih cenderung
obsesi
- Klien sudah jarang
menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
A;
Masalah distress spiritual pasien
masih belum teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi pada SP 1 dan
RTL, lanjutkan intervensi : jika SP 1
terpenuhi, lakukan SP 2, libatkan
tokoh agama disekitar rumah untuk
melakukan tindakan
5 Kamis, Domain 4. Kelas 1. (00095) S ;
21/01/21 Insomnia b.d depresi - Klien mengatakan sudah bisa
tertidur nyenyak dimalam
hari, merasa relax dan sudah
jarng terbangun di malam hari.
- Klien mengatakan sudah bisa
tidur siang meskipun hanya 1
jam
- Klien mengatakan mulai
tertidur dimalam hari pukul
21.00 – 01.00 setelah itu sudah
tidak bisa tertidur lagi
O;
- TD 130/90 mmHg
- Nadi 64x/menit
- 18x/menit
- Aktivitas motorik ; klien
terlihat sedikit gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
terlihat sedikit putus asa
- Kegiatan sebelum dan sesudah
bangun tidur ; mendengarkan
murotal
- Keadaan fisik klien masih
tampak lemas
- Klien sudah mulai rutin
minum obat
A;
Masalah insomnia pasien masih
belum sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan RTL sesuai dengan SP
1 dan 2, lanjutkan intervensi
P;
Tetap latih pasien secara konsisten,
lakukan evalasi dan RTL sesuai
dengan SP 2,SP 3 dan SP 4, lanjutkan
intervensi.
A;
Masalah hambatan memori dan
gangguan proses pikir belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi hasil
pengkajian MMSE dan evaluasi pada
SP 1, lakukan RTL, lanjutkan
intervensi : latih klien sesuai SP 2, jika
SP 2 terpenuhi lakukan evaluasi dan
persiapan melakukan SP 3
O;
- Klien sudah mulai percaya diri
dan mau berinteraksi
meskipun terkadang lupa
dengan orang sekitar
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
terkadang masih tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
tampak agak sedih dan sedikit
putus asa
- Proses berpikir sudah terarah
- Klien sudah mau memulai
pembicaraan
- Saat diwawancarai klien
berusaha untuk fokus dan
kooperatif
- Keluarga tampak memotivasi
dengan ikut serta dalam
kegiatan harian pasien yang
sudah di jadwalkan
- Keluarga melakukan
discharge planning yang
sudah dibuat bersama perawat
A;
Masalah harga diri rendah belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi kegiatan SP 1
dan RTL, lanjutkan intervensi : ulang
SP 2, lakukan evaluasi 2, jika sudah
terpenuhi monitor strategi
pelaksanaan secara konsisten hingga
pasien dan keluarga mandiri.
O;
- Klien sudah mau mengikuti
kegiatan keagamaan seperti
mendengarkan cermah dan
murotal.
- Klien sudah mau belajar sholat
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
masih tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien terlihat
sedikit bersemangat
- Tampak sedikit kebingungan
- Saat diwawancarai klien
fokus, dan kooperatif
- Proses berpikir sudah terarah
- Isi pikiran terkadang masih
obsesi namun klien berusaha
melupakan kejadian dimasa
lalunya
- Klien sudah jarang
menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
A;
Masalah distress spiritual pasien
sebagian sudah teratasi.
P;
Tetap lakukan pemantauan RTL
sesuai dengan SP 1 dan 2, libatkan
tokoh agama disekitar rumah untuk
melakukan tindakan
A;
Masalah insomnia pasien sudah
teratasi.
P;
Tetap lakukan pemantauan RTL
sesuai dengan SP 1 dan 2 secara
konsisiten.
DAFTAR PUSTAKA