Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

PADA TN. N PASIEN DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL :


DEMENTIA

OLEH :
MOHAMAD JIHAD FATURRAHMAN
200721031

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), dementia adalah sindrom yang
ditandai dengan disorientasi ingatan/memori, proses berpikir, perilaku, dan
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sindrom ini bersifat
kronik dan progresif. Hampir seluruh penderita dementia adalah populasi lanjut usia
(lansia). Meskipun demikian, sindrom ini bukan bagian dari proses penuaan yang
normal (WHO,2017).
Dementia diperkirakan terjadi pada 50.000.000 orang di seluruh dunia. Di
Indonesia, prevalensi dementia diperkirakan mencapai 1.000.000 kasus pada tahun
2013. Mayoritas kasus (50–70%) disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Etiologi
dementia yang lain yang sering ditemui adalah penyebab vaskular, penyakit badan
Lewy, dan atrofi lobus frontotemporal. Faktor risiko utama yang berhubungan
dengan dementia adalah usia tua (WHO, 2017; E.L. Cunninham., et al, 2015).
Diagnosis dementia ditegakkan berdasarkan kriteria dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Pada tahap anamnesis, dapat
ditemukan gejala defisit kognitif berupa gangguan atensi kompleks, fungsi
eksekusi, kemampuan belajar, ingatan/memori, bahasa, persepsi motorik, dan
sosial. Anamnesis biasanya dilakukan pada keluarga atau caregiver. Untuk
membantu diagnosis, dapat digunakan tes neuropsikologis standar, yaitu mini
mental state examination (MMSE), Montreal Cognitive Assessment (MoCA),
Alzheimer’s Disease Assessment Scale-Cognitive Section (ADAS-Cog), dan
Mattis Dementia Rating Scale (MDRS) (APA, 2013; R. Tampi, 2018).
Pemeriksaan fisik dan penunjang dilakukan untuk mengetahui penyebab
dementia dan membedakan dementia dengan diagnosis banding yang lain.
Diagnosis banding dementia yang tersering adalah delirium, mild cognitive
impairment (MCI), dan depresi (R. Tampi, 2018). Penatalaksanaan dementia terdiri
dari terapi etiologi dementia dan terapi untuk mengatasi sindrom dementia itu
sendiri. Terapi untuk dementia dibagi menjadi terapi farmakologis dan non-
farmakologis. Selain penatalaksanaan yang sesuai, edukasi kepada keluarga dan
caregiver juga penting dalam menangani kasus dementia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dementia adalah sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan/memori,
proses berpikir, perilaku, dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Sindrom ini bersifat kronik dan progresif. Hampir seluruh penderita
dementia adalah populasi lanjut usia (lansia). Meskipun demikian, sindrom ini
bukan bagian dari proses penuaan yang normal (WHO,2017).

2.2 Patofisiologi
Patofisiologi dementia masih belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan
terjadi berbagai proses molekular yang menyebabkan hilangnya hubungan sinaps,
kematian dan disfungsi sel otak, gliosis, serta inflamasi. Mekanisme molekular
yang dimaksud adalah:
1. Proteinopati
Pada dementia, terbentuk protein abnormal di otak, misalnya amiloid-β dan
protein tau pada penyakit Alzheimer. Selain itu, badan Lewy dapat
ditemukan pada penyakit Badan Lewy dan Parkinson, sedangkan prion
ditemukan pada penyakit Creutzfeldt-Jakob (“sapi gila”).
2. Gangguan Neurotransmitter
Salah satu hipotesis menyatakan bahwa pada penyakit Alzheimer terjadi
penurunan asetilkolin dan hiperaktivasi reseptor N-methyl-D-aspartate
(NMDA), yaitu reseptor glutamat. Gangguan sistem kolinergik dan
glutaminergik terjadi di korteks entorhinal, hipokampus, amigdala, korteks
frontal dan parietal. Akibatnya, terjadi gangguan fungsi belajar dan memori.
3. Stres Oksidatif
Akumulasi reactive oxygen species (ROS) menyebabkan apoptosis neuron.
Penyebab akumulasi ROS masih belum diketahui secara pasti, namun hal
ini diperkirakan berhubungan dengan penumpukan amiloid-β, stimulasi
reseptor NMDA, dan metabolisme mitokondria neuron yang abnormal.
4. Gangguan Homeostasis Kalsium
Kalsium adalah messenger intrasel yang terlibat dalam berbagai proses
fisiologis sel, termasuk sel neuron. Pada Alzheimer, terjadi gangguan
regulasi kalsium yang menyebabkan disfungsi dan apoptosis neuron.
Penyebab pasti gangguan homeostasis kalsium masih belum diketahui
(F.M. Elahi., et al, 2017; A.S. Castro., et al, 2017).

2.3 Etiologi
Etiologi dementia masih belum sepenuhnya dimengerti, tetapi faktor risiko
seperti usia lanjut, faktor gaya hidup, dan beberapa penyakit yang mendasari telah
teridentifikasi.
1. Proses Degeneratif
Proses degeneratif yang bisa menyebabkan dementia meliputi penyakit
Alzheimer, penyakit badan Lewy, Parkinson, atrofi lobus frontotemporal,
penyakit Huntington, degenerasi spinocerebellar, dan supranuclear palsy
progresif.
2. Gangguan Vaskular
Gangguan vaskular pada otak yang dapat menyebabkan dementia, meliputi
infark (tunggal atau multipel), perdarahan, hipoperfusi, vaskulitis, dan
penyakit Binswanger (dementia vaskular subkortikal).
3. Gangguan Psikiatri dan Neurologis
Gangguan psikiatri dan neurologis yang bisa menyebabkan dementia,
misalnya delirium, depresi, sindrom amnestik, dan hidrosefalus dengan
tekanan intrakranial normal (normal pressure hydrocephalus/NPH).
4. Neoplasma/Keganasan
Berbagai neoplasma atau keganasan pada otak dapat menyebabkan
dementia.
5. Gangguan Metabolik, Endokrin, dan Nutrisi
Berbagai gangguan metabolik, endokrin, dan nutrisi dapat menyebabkan
dementia, misalnya defisiensi vitamin B6 atau B12, hipopituitarisme,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, penyakit Cushing, uremia, dan penyakit
Wilson.
6. Trauma
Trauma pada otak berhubungan dengan akumulasi β-amiloid dan protein tau
dalam jangka panjang, sehingga juga dapat menyebabkan dementia.
7. Infeksi dan Inflamasi
Berbagai infeksi yang melibatkan otak, misalnya neurosifilis, meningitis
tuberkulosis, dan penyakit Lyme, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob, dapat
menyebabkan dementia sebagai gejala sisa. Inflamasi, miisalnya pada
penyakit demielinisasi, lupus eritematosa, sarkoidosis, dan sindrom Sjorgen
dapat menyebabkan dementia.
8. Zat toksik
Zat toksik, seperti alkohol, logam berat (arsen, merkuri, timbal), sianida,
dan karbon monoksida juga dapat menyebabkan dementia
9. Iatrogenik
Dementia juga dapat disebabkan oleh iatrogenik. Terdapat laporan bahwa
dementia berhubungan dengan penggunaan obat antihistamin dan
antikolinergik (E.L. Cunningham., et al, 2015; F.M. Elahi., et al, 2017).
Dari etiologi yang telah disebutkan di atas, penyakit Alzheimer merupakan
penyebab utama, yaitu 50–70% kasus. Etiologi tersering berikutnya adalah
gangguan vaskular (5–20%), penyakit badan Lewi (5%), dan atrofi lobus
frontotemporal (5%). Diperkirakan, 10–20% dementia disebabkan oleh etiologi
yang reversible (E.L. Cunningham., et al, 2015; R. Tampi, 2018).
1. Faktor Risiko
Faktor risiko dementia adalah:
- Usia
- Penyakit lain : Depresi, hipertensi, diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia, penyakit jantung koroner, disfungsi renal
- Gaya hidup : Merokok, penyalahgunaan alkohol, dan konsumsi
lemak tidak tersaturasi (unsaturated fat) yang rendah (R. Tampi,
2018)

2.4 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala utama dementia adalah penurunan memori dan perubahan cara
berpikir, sehingga tampak perubahan pada perilaku dan cara berbicara. Gejala
tersebut dapat memburuk seiring waktu. Tahapan gejala yang muncul pada
penderita dementia adalah sebagai berikut ;
1. Dementia Tahap 1
Pada tahap ini, kemampuan fungsi otak masih dalam tahap normal, sehingga
belum ada gejala yang terlihat.
2. Dementia Tahap 2
Gangguan yan terjadi pada tahap ini belum mempengaruhi aktivitas harian
penderita seperti, penderita menjadi sulit melakukan beragam kegiatan
dalam satu waktu, sulit membuat keputusan atau memecahkan masalah,
mudah lupa akan kegiatan yang belum lama dilakukan, serta kesulitan
memilih kata-kata yang tepat.
3. Dementia Tahap 3
Pada tahap ini, mulai terjadi gangguan mental organic. Penderita dapat
tersesat saat melewati jalan yang biasa dilalui, kesulitan mempelajari hal
baru, suasana hati tampak datar dan kurang bersemangat, serta terjadi
perubahan kepribadian dan menurunnya kemampuan bersosialisasi.
4. Dementia Tahap 4
Ketika memasuki tahap ini, penderita mulai membutuhkan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpakaian dan mandi. Penderita
juga mengalami perubahan pola tidur, kesulitan dalam membaca dan
menulis, menjadi apatis, menarik diri dari lingkungan sosial, berhalusinasi,
mudah marah, dan bersikap kasar.
5. Dementia Tahap 5
Ketika masuk ke tahap ini, seseorang dapat dikatakan mengalami demetia
berat. Dementia pada tahap ini menyebabkan penderita tidak dapat hidup
mandiri. Penderita akan kehilangan kemampuan dasar seperti, berjalan,
duduk, tidak mengenali anggota keluarga dan tidak mengerti bahasa.

2.5 Epidemiologi
Epidemiologi dementia di dunia maupun Indonesia semakin meningkat seiring
pertambahan usia. Pada tahun 2017, WHO memperkirakan dementia prevalensi
dementia adalah 50.000.000 orang di seluruh dunia, dengan insiden 10.000.000
kasus per tahun. Sekitar 91% kasus terjadi pada usia di atas 65 tahun. Hanya 9%
yang terjadi <65 tahun dan disebut sebagai dementia onset muda (young onset
dementia). Hampir 60% penderita dementia berasal dari negara dengan pendapatan
menengah ke bawah. WHO memprediksikan peningkatan jumlah penderita
dementia menjadi 82.000.000 orang pada tahun 2030 dan 152.000.000 pada tahun
2050. Peningkatan yang pesat ini juga disebabkan oleh peningkatan populasi lansia
di negara dengan pendapatan menengah ke bawah (WHO, 2017)
Kementerian Kesehatan RI (2016) memperkirakan 1.000.000 mengidap
dementia pada tahun 2013. Jumlah ini akan meningkat sebanyak dua kali lipat pada
tahun 2030 dan empat kali lipat pada 2050. Mortalitas pasien dengan dementia lebih
tinggi dibandingkan dengan populasi normal. Suatu systematic review pada yang
dipublikasi pada tahun 2016 menyatakan kelompok lansia dengan dementia
memiliki angka mortalitas 15,3%, sedangkan angka mortalitas kelompok lansia
yang tidak mengalami dementia adalah 8,7% (A. Rao., et al, 2016).
Studi lain yang dipublikasi tahun 2013 menyatakan bahwa rata-rata usia hidup
(survival time) setelah didiagnosis dementia adalah 3,3–11,7 tahun. Angka ini
bervariasi antar penelitian. Faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas pada
pasien dementia adalah usia, jenis kelamin, serta beratnya derajat dementia dan
gangguan fungsional (Muanpaisan, 2007).

2.6 Diagnosis
Dalam DSM-5, diagnosis dementia digolongkan sebagai major neurocognitive
disorder dengan kriteria sebagai berikut:
1. Penurunan fungsi kognitif yang signifikan dibandingkan fungsi kognitif
sebelumnya. Penurunan ini terjadi pada satu atau lebih area kognitif (atensi
kompleks, fungsi eksekusi, kemampuan belajar, ingatan, bahasa, persepsi
motorik, dan sosial). Penurunan kognitif dapat dibuktikan melalui:
- Anamnesis dari pasien, keluarga, caregiver, atau orang lain yang
dapat dipercaya yang menyatakan adanya penurunan fungsi kognitif
yang bermakna.
- Tes neuropsikologis standar (misalnya: MMSE) atau
pemeriksaan/tes lain yang sesuai.
- Defisit kognitif mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya:
membayar tagihan) sehingga pasien membutuhkan bantuan.
- Defisit kognitif tidak hanya terjadi pada saat pasien mengalami
delirium.
- Defisit kognitif tidak disebabkan oleh kelainan mental lainnya,
misalnya skizofrenia dan depresi mayor (APA,
2013).

a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada pasien, keluarga dan caregiver untuk
mencari defisit kognitif, perubahan perilaku, dan gejala dementia
lainnya. Setiap tipe dementia memiliki gejala yang berbeda, yaitu:
- Penyakit Alzheimer
Perjalanan penyakit yang progresif dan perlahan, biasanya 10 tahun.
Gejala yang paling menonjol adalah defisit memori. Pada fase awal,
memori yang terganggu hanya memori jangka pendek, sedangkan
memori jangka panjang masih baik. Namun, pada dementia yang
berat, memori jangka panjang turut mengalami gangguan. Selain itu,
ditemukan gangguan kognitif lain misalnya disfungsi eksekutif,
apraksia, agnosia, gangguan visuospasial, serta perubahan perilaku
dan mood (depresi, ansietas, agitasi, perubahan pola makan,
wandering, dan lain-lain) (Muangpaisan, 2007; Burns, 2009; D.A.
Wolk, 2018).
- Gangguan vasKular
Onset gejala dapat terjadi secara tiba-tiba. Gejala yang timbul
bervariasi, tergantung area yang mengalami cedera vaskular. Selain
defisit kognitif, dapat ditemukan gangguan psikomotor, disfungsi
eksekusi, gangguan gait, gangguan motorik fokal, perubahan
kepribadian dan mood. Pasien biasanya memiliki faktor risiko
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner,
fibrilasi atrium, dan riwayat stroke atau transient ischaemic attacks
sebelumnya (Muangpaisan, 2007; C.B. Wright, 2017).
- Penyakit badan Lewy
Pada penyakit badan Lewy dapat ditemukan gangguan kognitif yang
berfluktuasi, halusinasi (biasanya visual), parkinsonisme
(bradikinesia dan rigiditas), dan gangguan tidur. Pasien atau
keluarga biasanya mengatakan bahwa pasien sering jatuh, pingsan,
tidur siang >2 jam, atau kehilangan kesadaran sesaat. Mood pasien
juga dapat mengalami gangguan berupa depresi, apati atau ansietas
(Muangpaisan, 2007; M. R. Farlow, 2018).
Dementia akibat penyakit badan Lewy memiliki gejala yang mirip
dengan dementia akibat penyakit Parkinson. Jika dementia terjadi
dalam 12 bulan setelah gejala parkinsonisme, kemungkinan
penyebabnya adalah penyakit badan Lewy. Sebaliknya, jika
dementia terjadi lebih dari 12 bulan setelah onset gejala
parkinsonisme, kemungkinan disebabkan oleh penyakit parkinson
(dikenal sebagai Parkinson’s disease with dementia/PDD). Selain
itu, pada Penyakit badan Lewy, jarang ditemukan tremor dan tidak
merespons pengobatan levodopa (Muangpaisan, 2007; M. R.
Farlow, 2018).
- Atrofi frontotemporal
Gejala yang menonjol adalah perubahan kepribadian dan perilaku,
yaitu disinhibisi, apati dan kehilangan empati, hiperorality
(perubahan preferensi terhadap makanan), serta perilaku kompulsif.
Sekiar 15–20% dementia akibat atrofi frontotemporal terjadi
bersamaan dengan penyakit saraf motorik (Muangpaisan, 2007; J.L.
Wilterdink, 2017).

b. Pemeriksaan Fisik
Temuan dalam pemeriksaan fisik pasien dementia berbeda-beda, tergantung
penyakit yang mendasari. Berikut adalah pemeriksaan fisik yang biasanya
dilakukan beserta temuannya:
- Pemeriksaan Saraf Kranial
Kerusakan saraf kranial tipe sentral dapat ditemukan pada dementia
akibat gangguan vaskular.
- Pemeriksaan Fungsi Motorik
Hemiparesis dapat terjadi akibat gangguan vaskular. Sedangkan
gangguan fungsi motorik berupa parkinsonisme ditemukan pada
penyakit Parkinson, penyakit badan Lewy, atau Alzheimer yang
berat.
- Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Gangguan metabolik, defisiensi nutrisi, atau zat toksik dapat
menyebabkan neuropati.
- Pemeriksaan Gait dan Fungsi Koordinasi
Dementia akibat NPH memiliki gejala berupa gangguan gait yang
mencolok. Gangguan gait juga dapat ditemukan pada pasien dengan
gangguan vaskular atau defisiensi vitamin B12.
- Pemeriksaan Refleks
Refleks primitif dapat ditemukan pada atrofi frontotemporal.
Sedangkan gangguan vaskular dapat menimbulkan refleks yang
asimetris. Mioklonus generalisata dapat ditemukan pada penyakit
Creutzfeldt-Jakob.
- Pemeriksaan Kardiovaskular
Ditemukan faktor risiko gangguan vaskular, yaitu hipertensi,
fibrilasi atrium, bruit karotis, dan lain-lain (R. Tampi, 2018;
Muangpaisan, 2007).
- Pemeriksaan Kognitif
Selain pemeriksaan fisik, pasien perlu menjalani pemeriksaan
kognitif untuk membuktikan adanya defisit kognitif. Tes yang
paling sering digunakan adalah MMSE dengan poin penilaian
sebagai berikut:
 Orientasi waktu
 Orientasi tempat
 Memori
 Atensi dan kalkulasi
 Bahasa
 Repetisi
 Perintah yang kompleks (APA, 2013; R. Tampi, 2018)
Skor maksimal MMSE adalah 30. Skor 19–23 adalah defisit kognitif
ringan, skor 10–18 adalah defisit kognitif sedang, dan skor <9 adalah
defisit kognitif berat. Systematic review dari Cochrane menyatakan
bahwa MMSE memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 90% untuk
mendiagnosis dementia. Namun, MMSE tidak dapat digunakan
untuk membedakan etiologi dementia. Tes lain yang dapat
digunakan mengetahui defisit kognitif adalah MoCA, ADAS-Cog,
dan MDRS (R. Tampi, 2018).
Diagnosis Banding pada kasus dementia yang utama adalah delirium, MCI, dan
depresi.
1. Delirium
Delirium ditandai dengan perubahan kesadaran dan kognitif dengan onset
akut dan berfluktuasi. Keduanya sering terjadi bersamaan pada populasi
lansia.
2. Mild Cognitive Impairment (MCI)
Meskipun mengalami penurunan kognitif, pasien masih dapat melakukan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. MCI dapat berkembang menjadi
dementia.
3. Depresi
Depresi juga sering dialami oleh pasien dengan dementia. Berdasarkan
DSM-5, jika kedua kriteria diagnosis (dementia dan depresi) terpenuhi,
keduanya dianggap sebagai diagnosis dan diberikan penanganan yang
sesuai (APA, 2013; R. Tampi, 2018; E. B. Larson, 2018).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bukan untuk menegakkan diagnosis
dementia, tetapi untuk mengetahui penyebabnya. Berikut adalah tes yang dapat
dilakukan adalah:
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai dengan keadaan klinis pasien
dan kecurigaan penyebab dementia yang didapat berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan di
antaranya adalah:
- Darah perifer lengkap dan hitung jenis
- Kimia darah : elektrolit, ureum, dan kreatinin
- Gula darah sewaktu dan puasa
- Tes fungsi tiroid, ginjal, dan hati
- Kadar kobalamin dan asam folat
- C-reactive protein (CRP)
- Urinalisa
- Kultur urine
- Toksikologi urine : benzodiazepin, kokain, kanabis, dan opioid
- Kadar logam berat untuk kecurigaan keracunan atau riwayat paparan
logam berat
- Antibodi treponema untuk pasien yang dicurigai mengalami sifilis
- HIV antibodi untuk pasien yang dicurigai mengalami HIV
- Faktor rematoid dan antinucleolar antibody

2. Radiologi
Beberapa pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk mencari penyebab
dementia dan membedakan tipe dementia satu dan lainnya.
- Foto polos toraks
- CT-scan atau MRI kepala (untuk pasien yang dicurigai mengalam
kelainan intraserebral)
- Photon emission tomography atau Single photon emission computed
tomography
3. Analisis Cairan Serebrospinal
Analisis cairan serebrospinal dilakukan untuk kondisi berikut:
- Onset dementia akut atau subakut yang disertai demam atau kaku
kuduk
- Dementia terjadi pada usia <55 tahun
- Manifestasi atipikal
- Progresivitas penyakit cepat
- Dicurigai pasien mengalami sifilis, infeksi, atau keganasan.
- Hidrosefalus
- Imunosupresi
- Penyakit demielinisasi
- Penyakit Creutzfeldt-Jakob
- Vaskulitis
Sebelum melakukan analisis cairan serebrospinal, harus dilakukan
pemeriksaan radiologi terlebih dahulu.

4. Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah
electroencephalography (EEG), electrocardiography (EKG), dan
ultrasonografi karotis (R. Tampi, 2018; Burns, 2009; K.R. Scott., et al,
2007). Tidak seluruh pemeriksaan penunjang di atas harus dilakukan.
Pemilihan pemeriksaan penunjang berdasarkan kecurigaan dokter mengenai
etiologi dementia. American Academy of Neurology menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan fungsi tiroid dan kadar vitamin B12 pada seluruh
pasien dementia (K.R. Scott., et al, 2007; D. S. Knopmann., et al, 2001)

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada dementia adalah pendekatan psikologis dan
suportif yang disertai tata laksana penyakit yang mendasari dementia. Oleh karena
itu, penting untuk mencari tahu penyebab dementia agar tata laksana yang diberikan
tepat. Diagnosis dementia akibat degeneratif ditegakkan jika penyebab lain sudah
disingkirkan dan gambaran klinis pasien sesuai (D. Press, 2018).
1. Medikamentosa
Beberapa obat yang digunakan untuk penanganan dementia adalah sebagai
berikut:
- Inhibitor kolinesterase
Penderita penyakit Alzheimer mengalami penurunan sintesis
asetilkolin sehingga mengganggu sistem kolinergik di otak.
Pemberian inhibitor kolinesterase akan menurunkan degradasi
asetilkolin di celah sinaps sehingga kadar asetilkolin meningkat.
Jenis inhibitor kolinesterase yang dapat diberikan adalah donepezil,
rivagstigmin, dan galantamin.
- Memantin
Memantin adalah antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate
(NMDA). Pada dementia vaskular, terjadi stimulasi berlebihan pada
reseptor NMDA. Hal ini dapat menyebabkan gangguan memori dan
kemampuan belajar. Oleh karena itu, pemberian memantin
bertujuan untuk melindungi reseptor NMDA. Memantin juga
digunakan untuk penyakit Alzheimer dan kerap kali dikombinasikan
dengan inhibitor kolinesterase (D.S Knopmann, 2001; D. Press,
2018).
Beberapa penelitian mengatakan bahwa antioksidan (vitamin E dan
selegilin), antiinflamasi, estrogen, dan statin dapat memperbaiki
gejala klinis dementia. Namun, hasil antar penelitian tidak konsisten
sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut (D. Press, 2018).

2. Penatalaksanaan Non-farmakologis dan Perawatan Suportif


Tata laksana non-farmakologis dan perawatan suportif memegang peranan
penting dalam penanganan pasien dementia (K.R. Scott, 2007; D. Press,
2018).
a. Nutrisi
Pasien dementia sering kali mengalami malnutrisi dan dehidrasi.
Keluarga dan caregiver sebaiknya memperhatikan asupan makanan
dan cairan pasien.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi dapat berupa :
 Latihan/rehabilitasi kognitif : Peningkatan fungsi kognitif
bergantung pada jenis dan frekuensi latihan/rehabilitasi
kognitif yang dilakukan.
 Latihan fisik : Latihan fisik secara teratur bertujuan untuk
meningkatkan fungsi fisik pasien dan mengurangi depresi.
Namun, manfaat latihan fisik pada fungsi kognitif masih
belum terbukti karena hasil antar penelitian berbeda-beda.
c. Intervensi Perilaku
Beberapa pasien dapat menunjukkan gejala ansietas dan agitasi yang
dapat diatasi dengan intervensi perilaku.

3. Rujukan
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, dementia tergolong
kelompok penyakit 3A, sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat
dua. Berikut adalah pertimbangan dalam merujuk kasus dementia:
- Diagnosis dementia masih belum jelas (terutama dementia tahap
awal)
- Kecurigaan bahwa dementia tidak disebabkan oleh penyakit
Alzheimer
- Onset pada usia muda (<65 tahun)
- Terdapat riwayat keluarga dengan dementia (K.R. Scott,
2007)
2.9 Prognosis
Prognosis dementia kurang baik karena penyakit ini mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sehingga memengaruhi kualitas hidup, ekonomi,
sosial, dan fungsi pasien. Selain itu, dementia juga berhubungan dengan berbagai
komplikasi seperti delirium, infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dehidrasi,
pneumonia, dan penyakit jantung. Pasien berisiko lebih tinggi untuk mengalami
depresi, bahkan bunuh diri (A. Rao, 2016; Burns, 2009; D. Press, 2018).

2.10 Discharge Planning


Edukasi dan pencegahan dementia sebaiknya dijelaskan oleh dokter kepada
pasien, keluarga, dan caregiver (Alexander, E.B, 2018).
1. Edukasi
Pada kasus dementia, dokter sebaiknya memberikan edukasi kepada
keluarga dan caregiver mengenai cara untuk merawat pasien, yaitu:
- Menggunakan bahasa yang sederhana untuk berkomunikasi dengan
pasien.
- Membuat rutinitas harian, misalnya makan, mandi, tidur, dan lain-
lain. Bantu pasien agar dapat melakukan kegiatan harian secara
mandiri.
- Reorientasi, dapat digunakan gambar, tanda, kalender, foto
keluarga, dan jadwal harian.
- Tidak mengkonfrontasi tindakan atau pemikiran pasien yang salah
karena dapat memicu pasien untuk melakukan tindakan yang tidak
diinginkan. Sebaiknya ganti subyek pembicaraan atau memberitahu
kebenaran secara persuasi.
- Lingkungan rumah dibuat agar aman, misalnya tidak meletakkan
peralatan elektronik di toilet, menyimpan benda berbahaya di lemari
yang dikunci, dan lain-lain. Sebaiknya, tidak melakukan perubahan
yang besar di lingkungan rumah.
Merawat pasien dementia kadang melelahkan. Oleh karena itu, dokter perlu
memberikan dukungan pada keluarga dan caregiver (K.R. Scott, 2007; M.
Alexander, E.B, 2018).

2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Pencegahan dementia dilakukan dengan menghindari dan mengobati faktor
risiko. Pasien juga disarankan untuk menjalani gaya hidup sehat dengan
menjaga pola makan, melakukan aktivitas fisik secara rutin, serta melatih
kemampuan kognitif. Pasien juga sebaiknya membatasi konsumsi alkohol
karena dapat memperburuk fungsi kognitif. Meskipun demikian, beberapa
penelitian menyatakan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit (<7
gelas/minggu) dapat memberikan efek neuroprotektif (K.R. Scott, 2007; D.
Press, 2018; M. Reid, 2006).
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N PASIEN DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL : DEMENTIA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

1. Pengkajian
Ruang Rawat : -
Tanggal dirawat : -

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. N (L / P)
Usia : 65 tahun
No. RM : -
Tanggal Pengkajian : Selasa, 19 Januari 2021
Informan : Sdr. Mjf

II. ALASAN MASUK


Keluarga Tn. N mengatakan klien sering melamun dengan tatapan kosong, lebih
suka menyendiri, ketika berinteraksi terkadang ia lupa dengan sesuatu yang ia
kerjakan, merasa aneh dengan lingkugan dan orang-orang sekitar.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami
gangguan jiwa di ( ) YA (√) TIDAK
masa lalu ?
Keluarga Tn. N mengatakan bahwa sebeneranya Tn. N tidak pernah mengalami
gangguan jiwa sebelumnya namun masalah dementia sudah dirasakan 5 tahun
yang lalu. Hal tersebut disebabkan karena Tn. N pernah terjatuh dari kamar mandi
dan mengalami benturan di kepalanya. Tn. N sempat koma dan dirawat di RSUD
X, klien juga mengalami operasi karena subdural hematoma. Selang 2 tahun
kesembuhannya Istri Tn. N meninggal dunia dan hal tersebut membuat klien
menjadi depresi.

2. Pengobatan ( ) Berhasil (√) Kurang ( ) Tidak Berhasil


sebelumnya Berhasil
Keluarga Tn. N mengatakan bahwa Tn. N dulu pernah menjalankan terapi
pengobatan (Alprazolam, Memantine dan Donepezil) dan terapi okupasional,
setelah 1 tahun Tn. N berhenti melakukan terapi dengan perencanaan selanjutnya
rawat jalan, namun selama di rumah Tn. N jarang meminum obat dan tidak kontrol
sesuai yang direkomendasikan.

3. History
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia

Aniaya Fisik - - - - - -

Aniaya Seksual - - - - - -
Ny. M
60 30 55
Penolakan Tn. N Nn. Y (Keluarga/
tahun tahun tahun
Istri)
Kekerasan dalam
- - - - - -
rumah tangga
Tindakan Kriminal - - - - - -
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

4. Adakah anggota
keluarga yang
( ) YA (√) TIDAK
mengalami gangguan
jiwa ?
Hubungan Gejala Riwayat
Pengobatan/Perawatan
- - -
Diagnosa Keperawatan : -

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Keluarga Tn. N mengatakan bahwa sebeneranya Tn. N tidak pernah mengalami
gangguan jiwa sebelumnya namun masalah dementia sudah dirasakan 5 tahun
yang lalu. Hal tersebut disebabkan karena Tn. N pernah terjatuh dari kamar mandi
dan mengalami benturan di kepalanya. Tn. N sempat koma dan dirawat di RSUD
X, klien juga mengalami operasi karena subdural hematoma. Selang 2 tahun
kesembuhannya Istri Tn. N meninggal dunia dan hal tersebut membuat klien
menjadi depresi, murung dan lebih sering sendiri, dan ia merasa tidak berdaya
lagi. Tn. N juga memiliki konflik dengan anak perempuannya hingga anaknya
diusir dan tidak diakui lagi.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

IV. FISIK
1. Tanda Vital
140/90
TD : Nadi : 58x/menit RR : 22x/menit
mmHg
2. Antropometri

TB : 157 cm BB : 48 kg

3. Keluhan Fisik
Keluarga Tn. N mengatakan bahwa Tn. N serin merasa pusing dan nyeri pada
kepala, sering tidak bisa tidur di malam hari, tidak nafsu makan.

Diagnosa Keperawatan : Insomnia

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

:
Laki-laki
:
Perempuan
:
Ibu klien
:
Bapak klien
:
Istri klien
:
Bercerai mati
:
Meninggal
:
Klien
Salah satu keluarga Tn. N mengatakan bahwa Tn. N jarang kontrol untuk terapi
dikarenakan semua anggota keluarganya sibuk berdagang, klien juga terkadang
tidak mau dibawa kontrol ke dokter karena tidak mau berhadapan dengan banyak
orang, sehingga proses pengobatan klien tidak terkontrol. Bahkan klien juga
terlihat tidak terurus untuk perawatan dirinya.

Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah, DPD

2. Konsep Diri
a Gambaran diri : Klien mengakatan bahwa dirinya tidak mau
melihat tubuhnya karena ia merasa dirinya tidak
berdaya lagi.
b Identitas : Klien mengatakan sebelumnya ia hidup
berkecukupan, meskipun tidak berpendidikan
tinggi ia bersyukur karena bekerja di sebagai
mandor bangunan, klien juga mengikuti pengajian
dikampung serta akrab dengan tetangga-
tetangganya. Namun sejak kambuh dementianya
terlebih lagi ketika Istrinya meninggal ia sering
menyendiri, malu dengan keadaannya dan tidak
pernah mengikuti kegiatan di lingkungan
rumahnya.
c Peran : Tn. N merupakan anak sulung, sebelum orang
tuanya meninggal ia tinggal bersama orang tuanya
dan merawatnya, klien juga terkadang membantu
adik dan ponakannya berdagang, dan merapihkan
rumah.
d Ideal diri : Tn. N berharap dan ingin bersama-sama dengan
istrinya lagi, keluarganya hanya bisa pasrah dan
berharap bahwa Tn. N bisa sembuh seperti sedia
kala.
e Harga diri : Tn. N mengatakan bahwa ia merasa tidak berdaya
dan malu untuk berinteraksi dengan orang lain,
terkadang ia juga sering dimarahi jika tidak mau
kontrol ke dokter.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a Orang yang berarti : Ny. Am mengatakan bahwa hal yang paling berarti
dalam hidupnya adalah istrinya, ia tidak pernah
bercerita tentang kehidupannya selain kepada
istrinya.
b Peran serta dalam : Sebelum istrinya meninggal Tn. N sering
kegiatan kelompok / mengikuti pengajian kampong, namun saat ini Tn.
masyarakat N lebih sering berada di dalam rumah.
c Hambatan dalam : Tn. N biasa berinteraksi dengan tetangga sekitar,
berhubungan namun sejak kambuh Tn. N cenderung menyendiri
dengan orang lain dan jarang berinteraksi dengan orang lain karena
ia pelupa.
Diagnosa Keperawatan : -

4. Spiritual
a Nilai dan : Tn. N mengatakan bahwa ia beragama islam
Keyakinan Keluarga Tn. N mengatakan bahwa masyarakat
sekitar sangat antusias dan membantu lansia yang
mengalami masalah seperti ini, namun ada juga
yang terkesan acuh.
.b Kegiatan ibadah : Selama kambuh dementia nya Tn. N tidak pernah
lagi melakukan kegiatan ibadah dan pengajian di
tempat tinggalnya. Ia juga tidak mau beribadah
karena istrinya telah meninggalkannya dan merasa
tidak adil pada keadaan.
Diagnosa Keperawatan : Distress Spiritual

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapih Penggunaan Cara berpakaian
() ( ) pakaian yang tidak (√) seperti biasanya
sesuai
Penampilan Tn. N dalam berpakaian terlihat seperti biasanya meskipun agak
kurang rapih.

Diagnosa Keperawatan : -

2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Gagap ( ) Keras
( ) Inkoheren (√) Apatis ( ) Lambat
( ) Membisu (√) Tidak dapat memulai pembicaraan
Klien apatis, kurang konsentrasi, dan tidak mau berbicara atau mulai berbicara,
terkadan hilang kontak mata, ketika berinteraksi ia sering lupa dengan apa yan
dikatakannya.

Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah, Gangguan proses pikir

3. Aktivitas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang (√) Gelisah
( ) Agitasi ( ) Grimasen ( ) Tremor
( ) TIK ( ) Komplusif
Klien tampak gelisah, selalu menyendiri dan tampak lemas seperti tidak bergairah.

Diagnosa Keperawatan : -

4. Alam Perasaan
(√) Sedih ( ) Ketakutan (√) Putus asa
( ) Khawatir ( ) Euforia
Klien tampak sedih dan putus asa, ia mengatakan bahwa tidak berdaya lagi, ia
merasa semuanya yang menjadi hak untuk kehidupan sudah direnggut setelah
istrinya meninggal, ia juga mengatakan merasa tidak berarti terlebih lagi ketika ia
dibentak oleh orang.

Diagnosa Keperawatan : -
5. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul (√) Labil ( ) Tidak sesuai
Klien juga tampak labil, cenderung moody, terkadang ia hanya mau melakukan
sesuatu sesuai dengan perasaannya.

Diagnosa Keperawatan : -

6. Interaksi selama wawancara


( ) Bermusuhan (√) Tidak kooperatif ( ) Mudah tersinggung
(√) Kontak mata ( ) Defensif ( ) Curiga
Pada saat diwawancarai klien tidak kooperatif, apatis terkadang sering
menghindar dan pergi sendiri, dan ketika sedang berbicara klien sering kehilangan
kontak mata, merasa aneh dan sering lupa
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

7. Persepsi
( ) Penglihatan ( ) Pendengaran () Penciuman
( ) Pengecapan ( ) Peraba
Klien tidak memiliki masalah persepsi atau halusinasi.

Diagnosa Keperawatan : -

8. Proses berpikir
( ) Sirkumtansial ( ) Tangensial () Kehilangan asosiasi
Pengulangan
(√) Flight of ideas ( ) Blocking ()
pembicaraan
( ) Preservasi
Pada saat berkomunikasi klien terkdang berbicara meloncat pindah dari satu topik
ket topik yang lain atau tidak sesuai dengan topik pembicaraan

Diagnosa Keperawatan : -

9. Isi pikiran
(√) Obsesi ( ) Fobia ( ) Hiperkondria
(√) Dispersonalisasi ( ) Ide yang terkait ( ) Pikiran magis
Waham
( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran
( ) Nihilistik ( ) Curiga ( ) Sisip piker
( ) Siar piker ( ) Kontrol piker
Klien sering mengingat kejadian di masalalu saat istrinya meninggal, ia
mengakatan sudah berusaha melupakan tapi sering muncul tiba-tiba. Klien
tampak kebingungan tidak bergairah dan terkadang merasa aneh ketika melihat
orang-orang sekitar lingkugan rumahnya.

Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir


10. Tingkat kesadaran
(√) Bingung ( ) Sedasi ( ) Stupor
(√) Disorientasi
(√) Waktu (√) Tempat (√) Orang
Klien tampak kebingungan, apatis, sering melamun dan mendadak heran dengan
keadaan lingkungan sekitar, klien juga mengalami demensia tahap 3, terkadang ia
lupa dengan waktu, tidak ingat tempat dan terkadang lupa dengan orang-orang
sekitar lingkungannya

Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat jangka pendek
() ()
jangka panjang
Gangguan daya ingat saat Konfabulasi
() (√)
ini
Pada saat dilakukan wawancara klien terkadang berbicara yang tidak sesuai topik
pembicaraan, mengada-ada dan terkadang merasa curiga. Hal ini dibenarkan oleh
pihak keluarga Tn. N

Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


(√) Mudah beralih (√) Tidak mampu berkonsentrasi
(√) Tidak mampu berhitung sederhana
Tingkat konsentrasi kadang klien mudah beralih, tidak dapat fokus pada saat
diwawancarai ataupun saat berintraksi dengan keluarganya, kehilangan kontak
mata da terkadang gestur tubuh berubah menjadi defensive. Klien kesulitan
berhitung sederhana dan agak susah untuk dilatih.

Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

13. Kemampuan penilaian


(√) Gangguan ringan ( ) Gangguan bermakna
Klien dapat mengambil keputusan sendiri meskipun dibantu keluarganya seperti
mengingatkan jadwal kontrol, terapi dan minum obat, melakukan aktivitas sehari-
hari meskipun terkadang klien agak susah dan cenderung moody.

Diagnosa Keperawatan : -

14. Daya tilik diri (Self Insight)


Mengingkari penyakit
() (√) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
yang diderita
Klien sering terlihat putus asa, ia mengatakan bahwa keadaannya seperti ini
karena istrinya telah meninggalkannya dan keluarganya yang acuh dengan
keadaannya dan tidak mau merawatnya.

Diagnosa Keperawatan : -

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total

2. BAB/BAK
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total

3. Mandi
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total

4. Berpakaian/Berhias
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total

5. Kebersihan diri
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan Total
Aktivitas harian Tn. N dibantu maksimal oleh keluarganya seperti jadwal makan
dan minum obat Tn. N serta memfasilitasi kebutuhan kebersihan diri klien, untuk
BAK/BAB dan mandi klien dibantu oleh keluarga termasuk juga berpakaian dan
berhias diri. Kamar pasien tampak kotor, bau pesing, rambut kusut beruban, kulit
kering. Keluarga juga mengatakan bahwa ia sibuk berjualan sehingga Tn. N tidak
terurus perawatan dirinya.

Diagnosa Keperawatan : DPD

6. Istirahat dan tidur


( ) Tidur siang Lama, s/d
(√) Tidur malam Lama, 21.00 s/d 00.00
Kegiatan sebelum Melamun, dan biasanya menyendiri dikamar
(√)
/sesudah tidur

7. Penggunaan obat
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total

8. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan (√) Ya ( ) Tidak
System pendukung (√) Ya ( ) Tidak

9. Kegiatan di dalam rumah


Menyiapkan ( ) Ya (√) Tidak
makanan
Menjaga kerapihan (√) Ya ( ) Tidak
rumah
Mencuci pakaian (√) Ya ( ) Tidak

10. Kegiatan di luar rumah


Belanja ( ) Ya (√) Tidak
Transportasi ( ) Ya (√) Tidak
Lainnya ;
( ) Ya (√) Tidak
Diagnosa Keperawatan : DPD

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Berbicara dengan orang Minum alcohol
() ()
lain
Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebihan
() (√)
masalah
(√) Teknik relaksasi () Bekerja berlebihan
( ) Aktivitas konstruksi (√) Menghindar
( ) Olahraga () Mencederai diri
Lainnya …….. Lainnya (terkadang tidak mau
meminum obat secara rutin, kabur
() (√)
dari rumah, keluar rumah di tengah
malam tanpa sebab yang jelas)
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan Koping

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


(√) Masalah dengan dukungan kelompok, (spesifik)
Klien terkadang merasa malu dan putus asa akrena keadaannya berbeda dari
tetangga-tetangganya, ia juga merasa tidak ada yang peduli pada
kondisinya.

(√) Masalah hubungan dengan lingkungan, (spesifik)


Klien sudah jarang berinteraksi dilingkungan, ia biasa menyendiri di kamar,
terkadang ia merasa pusing dan tidak nyaman ketika berada dikerumunan

() Masalah dengan pendidikan, (spesifik)


(Tidak ada masalah dengan pendidikan)

(√) Masalah dengan pekerjaan, (spesifik)


Klien terkadang dibentak dan dimarahi ketika ia tidak mau kontrol ke
dokter, sehingga ia sering depresi dan menyendiri.

(√) Masalah dengan perumahan, (spesifik)


Klien tidak mau tinggal satu atap dengan keluarganya, ia merasa bahwa
rumahnya tidak mau dikuasai oleh orang lain. Klien juga pernah kabur dari
rumah namun ditemukan oleh warga setempat dan dipulangkan kembali.

(√) Masalah ekonomi, (spesifik)


Klien merasa hidupnya susah, dan terkadang curiga pada orang-orang di
rumahnya, ia mengatakan uangnya sering diambil oleh orang lain.

(√) Masalah dengan pelayanan kesehatan, (spesifik)


Keluarga klien mengatakan Tn. N kadang tidak mau pergi ke pelayanan
kesehatan untuk konsultasi masalah kesehatannya klien merasa bahwa ia
menjadi pusat perhatian orang banyak.

() Masalah lainnya, (spesifik)

Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah, Gangguan proses pikir

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


(√) Penyakit Jiwa (√) Sistem Pendukung
(√) Faktor Presipitasi (√) Penyakit Fisik
(√) Koping (√) Obat-obatan
( ) Lainnya
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnosa Medik : Dementia State III
2. Terapi Medik : Medikamentosa (Donezepil, Alprazolam,
Memantine)

MINI MENTAL STATE EXAM ( MMSE )


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maks klien
1. Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun (tidak dijawab)
 Musim (penghujan)
 Tanggal (tidak dijawab)
 Hari (Selasa)
 Bulan ( tidak dijawab)
Orientasi 5 2 Dimana kita berada ?
 Negara Indonesia
 Provinsi Jawa Barat (Tidak dijawab)
 Kota Bandung (Tidak dijawab)
 Tinggal dirumah
 Wisma ……………….
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa masing masing
1 detik kemudian minta klien untuk menyebutkan
ulang ketiga objek tersebut ?
 Objek jam
 Objek pensil
 Objek kertas
3 Perhatian & 5 0 Minta klien untuk memulai angka 100 kemudian
Kalkulasi dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengigat 3 0 Minta klien untuk mengingat objek pada nomor 2 (
registrasi) dan nilai 1 poin untuk jawaban benar untuk
masing masing objek

5 Bahasa 9 5 Tunjukan pada klien suatu benda dan minta pada klien
menyebutkan namanya
 Jam tangan
 Pulpen

Minta klien untuk mengulang kata kata berikut “tak


ada jika dan atau tetapi
 Pernyataan benar 2 buah :tak ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah yang terdiri dari
3 langkah :
“ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh
dilantai”
 Ambil kertas ditangan anda
 Lipat dua
 Taruh dilantai

Perintahkan klien untuk mengikuti hal berikut :


 “Tutup mata anda”

Perintahkan klien untuk membuat kalimat dan suatu


gambar
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
Total Nilai 30 12 1. Terdapat kerusakan aspek mental berat.
2. Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1 Ds : Defisit perawatan diri
- Keluarga mengatakan aktivitas
harian Tn. N dibantu maksimal
oleh keluarganya seperti jadwal
makan dan minum obat Tn. N serta
memfasilitasi kebutuhan
kebersihan diri klien, untuk
BAK/BAB dan mandi klien
dibantu oleh keluarga termasuk
juga berpakaian dan berhias diri.
- Keluarga juga mengatakan bahwa
ia sibuk berjualan sehingga Tn. N
tidak terurus perawatan dirinya.

Do :
- Respon apatis
- Kamar klien bau pesing, tampak
kotor
- Rambut kusam beruban
- Kulit kering
- Tercium aroma tidak sedap pada
klien
- ADLs dibantu total

2 Ds : Hambatan memori :
- Klien mengatakan terkadang ia Gangguan proses pikir/pikun
lupa dengan waktu, tidak ingat
tempat dan terkadang lupa dengan
orang-orang sekitarnya
- Keluarga Tn. N mengatakan klien
sering melamun dengan tatapan
kosong, lebih suka menyendiri,
ketika berinteraksi terkadang ia
lupa dengan sesuatu yang ia
kerjakan, merasa aneh dengan
lingkugan dan orang-orang
sekitar.
- Klien tidak mau tinggal satu atap
dengan keluarganya, ia merasa
bahwa rumahnya tidak mau
dikuasai oleh orang lain. Klien
juga pernah kabur dari rumah
namun ditemukan oleh warga
setempat dan dipulangkan
kembali.
Do :
- Respon apatis
- Tampak kebingungan
- Disorientasi waktu, tempat dan
orang (Demensia tahap III)
- Dispersonalisasi
- Afek labil
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Proses berpikir flight of idea
- MMSE skor 12

3 Ds : Harga diri rendah


- Klien mengakatan bahwa dirinya
tidak mau melihat tubuhnya
karena ia merasa dirinya tidak
berdaya lagi.
- Tn. N mengatakan bahwa ia
merasa tidak berdaya dan malu
untuk berinteraksi dengan orang
lain, terkadang ia juga sering
dimarahi jika tidak mau kontrol ke
dokter.
- Tn. N berharap dan ingin bersama-
sama dengan istrinya lagi,
keluarganya hanya bisa pasrah dan
berharap bahwa Tn. N bisa
sembuh seperti sedia kala.

Do :
- Afek labil
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Respon apatis
- Tidak mau memulai pembicaraan
- Saat diwawancarai klien
kehilangan kontak mata, tidak
kooperatif
- Koping maladaptif (respon
lambat, menghindar)

3 Ds : Distress spiritual
- Keluarga klien mengatakan
selama kambuh dementia nya Tn.
N tidak pernah lagi melakukan
kegiatan ibadah dan pengajian di
tempat tinggalnya. Ia juga tidak
mau beribadah karena istrinya
telah meninggalkannya dan
merasa tidak adil pada keadaan.
Do :
- Selama sakit Tn. N tampak tidak
pernah lagi melakukan kegiatan
ibadah dan pengajian di tempat
tinggalnya.
- Afek labil
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Respon apatis
- Konfabulasi
- Tampak kebingungan
- Saat diwawancarai klien
kehilangan kontak mata, tidak
kooperatif
- Proses berpikir cenderung flight of
ideas
- Dispersonalisasi (+)
- Isi pikiran lebih cenderung obsesi
- Self insight : sering menyalahkan
hal-hal diluar dirinya

5 Ds : Insomnia
- Keluarga Tn. N mengatakan
bahwa Tn. N serin merasa pusing
dan nyeri pada kepala, sering tidak
bisa tidur di malam hari, tidak
nafsu makan.
- Keluarga klien mengatakan bahwa
klien sulit tidur, pada malam hari
klien hanya tidur 3 jam mulai dari
jam 21.00 s/d 00.00 kemudian
klien tidak tidur sampai pagi.
Klien juga tidak pernah tidur siang

Do :
- Aktivitas motorik ; klien tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak
sedih dan putus asa
- Kegiatan sebelum dan sesudah
bangun tidur ; melamun, dan
biasanya menyendiri di tempat
yang sepi
- Keadaan fisik klien tampak lemas
dan pucat
- TD 140/90 mmHg
- RR 22x/menit (cepat dangkal)
- Nadi 58x/menit (lambat dalam)

3. Pohon Masalah

Defisi Perawatan diri

Gangguan konsep diri : Gangguan proses


Distress spirirtual
Harga diri rendah berpikir

DEMENTIA STATE III

Penurunan fungsi
fisiologis neurologi

Degeneratif faktor
4. Daftar Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Paraf
1 Domain 4. Kelas 5. Mjf
(00102/00108/00109/00110). Defisit
perawatan diri b.d penurunan fungsi kognitif
dan kurang motivasi
2 Domain 5. Kelas 4. (00126). Hambatan memori Mjf
: Gangguan proses pikir b.d penurunan fungsi
kognitif
3 Domain 6. Kelas 2. (00119). Harga diri rendah Mjf
b.d koping terhadap kehilangan tidak efektif
4 Domain 10. Kelas 3. (00066). Distress spiritual Mjf
b.d harga diri rendah d.d depresi
5 Domain 4. Kelas 1. (00095) Insomnia b.d Mjf
depresi
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. DX 1 TUM : Setelah dilakukan - Bina - Membina
Melatih tindakan hubungan hubungan
kemandirian keperawataan salin percaya saling
pasien dalam selama 2x, pada klien percaya
melakukan diharapkan dan keluarga dengan
perawatan diri perawatan diri Klien.
pasien terpenuhi - Jelaskan pada kontak yang
TUK : dengan kriteria klien cara jujur,
1. Klien hasil ; perawatan singkat, dan
mampu - Pasien diri konsisten
melakukan tampak bersih dengan
perawatan dan tidak bau - Latih klien perawat
diri : makan - Kebutuhan untuk dapat
2. Klien perawatan melakukan membantu
mampu diri : makan, perawatan klien
melakukan eliminasi, diri : makan membina
perawatan mandi, kembali rasa
diri : mandi berpakaian - Latih klien percaya diri
dan dan berhias untuk klien
elimnasi diir pasien melakukan - Agar pasien
3. Klien terpenuhi perawtaan dapat
mampu - Keluarga diri : mandi mengetahui
melakukan mengetahui dan eliminasi cara
perawatan cara menjaga dengan benar merawat
diri : kebersihan diri,
berpakaian diri pasien - Latih klien penjelasan
dan berhias - Keluarga melakukan juga dapat
4. Keluara dapat perawatan menstimulas
klien dapat memprakteka diri : i
melakukann n lansun cara berpakaian kemampuan
cara perawatan dan berhias kognitif
merawat diri dengan diri pasien
pasien benar - Melakukan
dengan - Evaluasi hasil atau
masalah latihan mempraktek
perawatan perawatan kan
diri diri klien langsung
dapat latih
- Berikan dan
motivasi dan menstimulas
pujian pada i
klien atas kemampuan
pencapaianny motoric
a dalam klien dalam
melakukan melakukan
latihan perawatan
perawatan diri
diri - Agar
kebutuhan
- Anjurkan makan
klien pasien dapat
menuliskan terjadwal
dalam agenda dengan baik
kegiatan - Agar
harian kebutuhan
mandi dan
- Diskusikan eliminasi
dengan paisen
keluarga cara terpenuhi
merawat - Berpakaian
pasien dengan dan berhias
deficit diri dapat
perawatan meningkatka
diri n harga diri
pasien
- Jelaskan pada - Motivasi dan
keluarga pujian
tanda gejala merupakan
deficit cara untuk
perawatan memberikan
diri reinforceme
nt pada klien
- Latih agar
keluarga kepercayaan
mempraktekk diri klien
an langsung meningkat.
cara merawat - Diskusi
pasien deficit dilakukan
perawatan untuk
diri mengetahui
dan mencara
solusi yan
tepat untuk
keluarga
dalam
merawat
pasien
dengan
deficit
perawatan
diri
- Penjelasan
dapat
melatih
kemampuan
kognitif
keluarga
- Latihan
dapat
membantu
dan
memotivasi
keluarga
dalam
merawat
pasien

2. DX 2 TUM : Setelah dilakukan - Bina - Membina


Melatih fungsi tindakan hubungan hubungan
memori dankeperawatan saling saling
meningkatkan selama 2x, percaya
percaya
kemampuan diharapkan dengan
daya ingat klienmasalah dengan Klien.
disorientasi klien mengemukak kontak yang
TUK : dapat teratasi an prinsip jujur,
1. Klien dengan kriteria komunikasi singkat, dan
mampu hasil ; terapeutik konsisten
mengenali - Klien mampu dengan
waktu, mengenali perawat
- Identifikasi
tempat, dan waktu, tempat dapat
orang dan orang- permasalahan membantu
2. Klien orang disekitar yang di klien
mampu dengan benar hadapi klien membina
melakukan - Klien tidak kembali rasa
aktvitas kebingungan - Orientasikan percaya diri
hariannya - Klien dapat waktu, tempat klien
mengingat
dan orang
jadwal - Mengetahui
kegiatan disekitar tanda dan
hariannya pasien gejala
- Klien dapat demensia
melakukan - Latih pasien yang
aktivitas untuk muncul,
hariannya melakukan sehingga
perawat
aktivitas dapat
hariannya menentukan
seperti langkah
intervensi
perawatan
selanjutnya.
diri
- Pengenalan
- Latih pasien waktu dan
dengan objek seperti
menerapkan tempat dan
terapi orang
kognitif disekitar
dapat
seperti tebak melatih
gambar, kemampuan
berhitung kognitif
sederhana, dll pasien

- Berikan - Aktivitas
motivasi dan dan latihan
dapat
pujian pada
menstimulas
pasien i system
sewajarnya koordinasi
tubuh
- Diskusikan sehingga
dengan dapat
keluarga meningkatka
n
masalah
kemampuan
demensia memori
yang dialami pasien
pasien seperti
; penegertian, - Terapi
tanda gejala, kognitif
faktor terbukti
dapat
penyebab dan
menstimlasi
proses daya ingat
terjadinya pasien
demensia
- Penegatahua
- Latih n keluarga
keluarga cara tentang
demensia
merawat
yang diderita
pasien pasien dapat
dengan membantu
demensia mempercepa
t proses
dengan benar
pemulihan
pasien
- Berikan
motivasi pada - Dukungan
keluarga dari keluarga
dalam merupakan
merawat bagian
pasien penting dari
rehabilitasi
demensia klien

3. DX 3 TUM ; Setelah dilakukan - Bina - Membina


Klien dapat tindakan hubungan hubungan
mengenal keperawatan saling saling
identitas diri, selama 2x percaya
percaya
citra diri dan diharapkan pasien dengan
memiliki dapat mengenali dengan Klien.
kepercayaan diri aspek positif dan mengemukak kontak yang
yang kuat. kemampuan yang an prinsip jujur,
dimilikinya komunikasi singkat, dan
TUK : dengan kriteria terapeutik konsisten
1. Klien dapat hasil : dengan
membina - Klien tampak perawat
- Identifikasi
hubungan ceria dapat
- Ada kontak permasalahan membantu
saling
mata, yang di klien
percaya
konsetrasi hadapi klien membina
2. Klien dapat
terjaga kembali rasa
mengenali
- Klien bersedia - Identifkasi percaya diri
apek positif
mengungkapk kemampuan klien
yang ada
pada dirinya an dan aspek
- Mengetahui
3. Klien dapat perasaannya positif yang tanda dan
mengenali - Klien bersedia dimiliki klien gejala harga
kemampuan mengungkapk diri rendah
dirinya an yang
- Bantu pasien
permasalahan muncul,
4. Klien dapat menilai
nya sehingga
melatih kemampuan
- Klien mampu perawat
seasuai
mengenali dirinya dapat
dengan
aspek positif menentukan
kemampuan
dalam dirinya - Bantu pasien langkah
yang
dimilikinya - Klien mampu melatih intervensi
5. Klien mengenali kemampuan selanjutnya.
mampu kemampuan yang
menjelaskan dan kelebihan - Pengenalan
dimilikinya
perasaannya yang aspek positif
tentang dimilikinya dan
- Keluarga - Berikan kemampuan
kemampuan
yang dapat pasien untuk diri klien
dimilikiny menjelaskan mengungkap merupakan
masalah yang kan suatu
6. Klien dihadapi perasaannya penguatan
mendapat
pasien yang dapat
dukungan
- Keluarga meningkatak
keluarga - Berikan
dapat an rasa
dalam pujian pada
mengetahui percaya diri
melatih pasien
cara merawat dan harga
kemampuan
pasien dengan sewajarnya diri klien
yang
harga diri atas
dimilikinya
rendah pencapaianny - Penegatahua
n keluarga
a
tentang
masalah
- Diskusikan kejiwaan
pentingnya yang diderita
peran serta pasien dapat
keluarga membantu
mempercepa
sebagai
t proses
system pemulihan
pendukung pasien
utama untuk
mengatasi - Dukungan
masalah dari keluarga
pasien merupakan
bagian
penting dari
- Latih rehabilitasi
keluarga cara klien
merawat
pasien
dengan harga
diri rendah

- Berikan
motivasi pada
keluarga
dalam
merawat
pasien
dengan harga
diri rendah

4 DX 4 TUM : Setelah dilakukan - Bina - Membina


Meningkatkan tindakan hubungan hubungan
kemampuan keperawatan saling saling
spiritualitas selama 2x, percaya percaya
klien. diharapkan dengan klien dengan
spiritualitas Klien.
TUK : pasein dapat - Identifikasi kontak yang
1. Klien ditingkatkan faktor jujur,
mampu dengan kriteria penyebab singkat, dan
membina hasil ; gangguan konsisten
hubungan - Konsentrasi spiritual pada dengan
saling klien klien perawat
percaya meningkat dapat
2. Klien - Klien tampak - Bantu pasien membantu
mampu ceria mengungkap klien
mengungkap - Klien tidak kan pikiran membina
kan kebigungan dan perasaan kembali rasa
penyebab - Klien tidak terhadap percaya diri
masalah merasa putus spiritual yang klien.
spiritual asa diyakininya
3. Klien dapat - Afeksi klien - Mengetahui
mengungkap tidak labil - Bantu klien penyebab
kan perasaan - Klien dapat mengembang gangguan
dan pikiran melakukan kan skill spiritual
tentang kegiatan untuk dapat
spiritual spiritual dan mengatasi memantu
yang keagamaan perubahan perawat
diyakininya spiritual menyusun
4. Klien dalam strategi
mampu kehidupan tindakan
mengatasi yang tepat
masalah atau - Fasilitasi untuk pasien
penyakit pasien
atau dengan alat- - Mengidentif
perubahan alat ibadah ikasi isi
spiritual dengan cara pikiran dan
dalam manipulasi perasaan
kehidupan lingkungan pasien
5. Klien aktif sesuai terhadap
melakukan keyakinan kemampuan
kegiatan yang dianut spiritualnya
spiritual dan klien sehingga
keagamaan perawat
- Fasilitasi dapat
klien untuk mengetahui
menjalankan inti
ibadah sendiri permasalaha
atau dengan nnya dan
orang lain dapat
dengan
- Bantu pasien mudah
untuk ikut menentukan
serta dalam strategi
kegiatan tindakan
keagamaan selanjutnya

- Bantu pasien - Fasilitas


mengevaluasi alat-alat
perasaan ibadah
setelah seperti
melakukan tempat
kegiatan ibadah yang
ibadah atau memadai
kegiatan dapat
spiritual menstimulas
lainnya. i pasien
untuk
- Kolaborasi mengikuti
dengan kegiatan
psikiatri ibadah
untuk
dilakukan - Keikutsertaa
terapi n pasien
mindfulness dalam
kegiatan
keagamaan
dapat
menurunkan
tingkat
stress,
membuat
pasien
menjadi
lebih tenang
- Ungkapan
perasaan
pasien dapat
dijadikan
system
pendukung
untuk
memotivasi
pasien
melakukan
kegiatan
keagamaan

- Terapi
mindfulness
dapat
merangsang
kemampuan
sel otak,
merubah
frekuensi
gelombang
di otak dan
mensekresi
serotonin,
katekolamin,
dan
endorphin
yang dapat
membuat
pasien
menjadi
lebih tenang
5 DX 5 TUM : Setelah dilakukan - Tentukan - Masalah
Mengatasi tindakan pola tidur pasien
masalah terkait keperawatan tidur/aktivitas dapat diatasi
dengan selama 2x, pasien dengan
gangguan tidur diharapkan - Monitor dan mempertaha
(insomnia) masalah insomnia catat pola nkan dan
pasien dapat tidur pasien menjaga
TUK : teratasi dengan dan jumlah pola tidur
1. Kebutuhan kriteria hasil : jam tidur pasien
istirahat dan - Tanda vital - Monitor pola - Memperhati
tidur pasien dalam rentang tidur pasien kan faktor-
terpenuhi normal dan catat faktor yang
2. Pasien dapat TD 120/80 kondisi fisik menyebabka
memulai mmHg dan keadaan n
tidur tanpa P 60 – yang ketidaknyam
adanya 100x/menit menggangu ana pada saat
gangguan RR 12 – tidur (nyeri, tidur.
3. Mencipataka 20x/menit ansietas, - Rasa nyeri,
n lingkungan - Tidak ada dispneu dll) ansietas,
yang nyaman kebisingan - Sediakan dispneu,
dan aman - Pasien dapat lingkungan kebisingan
untuk tidur dengan yang nyaman dan
istirahat tenang (kebersihan kebersihan
pasien - Tidak ada tempat tidur, tempat tidur
gangguan tidur hindari perlu
- Ekpresi klien kebisingan, diperhatikan
saat bangun pencahayaan, untuk
tidur tampak suhu) meningkatka
bugar - Anjurkan n rasa
pasien untuk nyaman
tidak pasien.
mengkonsum - Konsumsi
si cairan yang cairan yang
berebihan di berlebih
malam hari sebelum
- Berikan tidur dapat
terapi meningkatka
murrotal n frekuensi
- Ajarkan berkemih
pasien latihan yang
relaksasi otot menyebabka
autogenic n
untuk ternganggun
memancing ya proses
tidur. tidur
- Terapi
mendengark
an murotal
dapat
menstimulas
i system
limbic,
amigdala
dan cortex
cerebris
dengan
mengubah
frekuensi
gelombang
otak ke stase
alpha dan
tetha. Pada
stase ini
tubuh akn
melepaskan
beberapa
hormon dan
neurotransm
itter seperti
endorphine,
katekolamin
dan
serotonin
yang dapat
meningkatka
n rasa
nyaman,
menurunkan
level
kecemasan
(Hidayat, S
&
Mumpuningt
yas D. E,
2018).

6. Strategi Pelaksanaan Tindakan Pada Klien dengan Isolasi Sosial


Tindakan Keperawatan
No Diagnosa
Pasien Keluarga
1. Defisit SP 1 SP 1
Perawatan Diri 1. Membina hubungan saling 1. Mendiskusikan masalah
percaya dengan menggunakan yang dihadapi keluarga
salam terapeutik dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pentingnya 2. Menjelaskan pada keluarga
kebersihan diri tentang tanda dan gejala
3. Menjelaskan cara menjaga defisit perawatan diri yang
dialami pasien
kebersihan diri
3. Menjelaskan pada keluarga
4. Membantu pasien cara
cara merawat pasien
menjaga kebersihan diri dengan masalah defisit
5. Menganjurkan pasien perawatan diri.
memasukkan dalam kegiatan 4. Membuat RTL untuk
jadwal harian keluarga dalam merawat
pasien defisit perawatan
SP 2 diri
1. Mengevaluasi kegiatan pasien
sebelumnya, dan memberikan SP 2
pujian pada pasien atas 1. Mengevaluasi kemampuan
perkembangan yang telah dan pengetahuan keluarga
dicapainya sesuai dengan SP 1
2. Menjelaskan cara makan yang 2. Melatih keluarga
baik mempraktekkan cara
3. Membantu pasien merawat pasien dengan
mempraktikkan cara makan defisit perawatan diri
yang baik 3. Melatih keluarga
4. Menganjurkan pasien melakukan cara merawat
memasukkan ke dalam jadwal langsung pada pasien
kegiatan harian. dengan defisit perawatan
diri
SP 3 4. Membuat RTL untuk
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
sebelumnya (SP2), berikan pasien defisit perawatan
pujian pada pasien atas diri
pencapaiannya
2. Menjelaskan cara eliminasi SP 3
1. Mengevaluasi kemampuan
yang baik keluarga sesuai dengan SP
3. Membantu pasien 2
memprakteikkan cara 2. Melatih keluarga membuat
eliminasi yang baik. jadwal kegiatan harian
4. Menganjurkan pasien pasien selama dirumah
memasukkan ke dalam jadwal seperti jadwal minum obat
(discharge planning)
kegiatan harian
3. Membuat RTL keluarga
dan menjelaskan follow up
SP 4 pasien selama di rumah
1. Mengevaluasi kegiatan
sebelumnya (SP 1, SP 2 dan
SP 3), berikan pujian pada
pasien atas pencapaiannya.
2. Menjelaskan cara berpakaian
dan berhias diri
3. Melatih pasien
mempraktekkan cara
berpakaian dan berhias diri.
4. Menganjurkan pasien untuk
memasukan kedalam jadwal
kegiatan hariannya.

2 Hambatan SP 1 SP 1
memori : 1. Membina hubungan saling 1. Membina hubungan saling
Gangguan percaya dengan teknik percaya dengan teknik
proses pikir komunikasi terapeutik komunikasi terapeutik
(pikun) 2. Mengorientasikan waktu, 2. Menjelaskan pada keluarga
tempat dan orang-orang yang masalah demensia yang
ada disekitar pasien sering terjadi pada lansia
3. Memberikan pujian dan 3. Menjelaskan pada keluarga
kesempatan pada pasien tentang cara perawatan
untuk mengungkapkan lansia dengan masalah
perasaannya. demensia
4. Melatih keluarga cara
SP 2 perawatan lansia dengan
1. Mengorientasikan waktu, masalah demensia
tempat dan orang-orang yang 5. Membuat RTL untuk
ada disekitar pasien keluarga dalam merawat
2. Melatih pasien dalam lansia demensia
perawatan diri
3. Melatih pasien dalam SP 2
menyusun jadwal kegiatan 1. Mengevaluasi kegiatan
harian yang dilakukan keluarga
terhadap lansia
SP 3 2. Mengidentifkasi kendala
1. Mengevaluasi kemampuan yang dihadapi keluarga
pasien sesuai dengan tindakan dalam melakukan
SP 2 perawatan lansia dengan
2. Meminta pasien menyebutkan demensia
tempat, waktu dan salah satu 3. Mencari solusi cara
orang yang ada disekitar perawatan yang lebih
pasien efektif
3. Melatih daya ingat pasien 4. Mendorong keluarga untuk
dengan terapi kognitif menerapkan solusi yang
4. Mendiskusikan jadwal telah ditetapkan
kegiatan harian 5. Membuat RTL untuk
5. Mendorong upaya perawatan keluarga dalam merawat
diri pasien. pasien dan menerapkan
solusi yang lebih efektif
untuk pasien lansia
demensia

SP 3
1. Mengevaluasi kemampuan
keluarga sesuai dengan SP
2
2. Mendiskusikan sumber
rujukan yang mudah
dijangkau oleh keluarga
terkait dengan masalah
perawatan lansia dengan
demensia

3 Harga Diri SP 1 SP 1
Rendah 1. Membina hubungan saling 1. Mendiskusikan masalah
percaya dengan teknik yang dihadapi keluarga
komunikasi terapeutik dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi kemampuan 2. Menjelaskan pada keluarga
dan aspek positif yang tentang pengertian, tanda
dimiliki pasien dan gejala harga diri
3. Membantu pasien menilai rendah serta faktor
kemampuan pasien yang penyebab dan proses
masih dapat digunakan terjadinya masalah tersebut
4. Membantu pasien memilih 3. Menjelaskan pada keluarga
kegiatan yang akan dilatih cara merawat pasien
sesuai dengan kemampuan dengan harga diri rendah
pasien 4. Membuat RTL untuk
5. Melatih pasien sesuai dengan keluarga dalam merawat
kemampuan yang dipilih : pasien harga diri rendah
merapikan kamar, menyapu
halaman SP 2
6. Memberikan pujian yang 1. Melatih keluarga
wajar terhadap keberhasilan mempraktekan cara
dan progress latihan pasien merawat pasien dengan
7. Menganjurkan pasien untuk harga diri rendah
memasukan kedalam jadwal 2. Melatih kelurga
kegiatan hariannya. menerapkan secara
langsung cara merawat
SP 2 pasien dengan harga diri
1. Mengevaluasi jadwal rendah
kegiatan harian pasien 3. Membuat RTL untuk
2. Melatih pasien kemampuan keluarga dalam merawat
yang kedua ; menyiram pasien harga diri rendah
tanaman.
3. Menganjurkan pasien untuk SP 3
memasukkan kedalam jadwal 1. Mengevaluasi kemampuan
kegiatan hariannya. keluarga sesuai dengan
tindakan SP 2
2. Membantu keluarga
membuat jadwal kegiatan
harian pasien selama
dirumah seperti jadwal
minum obat (discharge
planning)
3. Menjelaskan pada keluarga
dalam melakukan
discharge planning pada
pasien secara konsisten dan
rencana follow up pasien
selama di rumah

4 Distress SP 1 SP 1
spiritual 1. Membina hubungan saling 1. Membantu keluarga
percaya dengan pasien mengidentifikasi masalah
2. Mengidentifikasi faktor yang dihadapi dalam
penyebab gangguan spiritual merawat pasien
pada pasien 2. Membantu keluarga
3. Membantu pasien mengetahui proses
mengungkapkan perasaan terjadinya masalah
dan pikiran terhadap spiritual spiritual yang dihadapi
yang diyakininya pasien
4. Membantu klien 3. Membuat RTL pada
mengembangkan skill untuk keluarga dalam merawat
mengatasi perubahan pasien dengan masalah
spiritual dalam kehidupan spiritual

SP 2 SP 2
1. Memfasilitasi pasien dengan 1. Melakukan rujuakan pada
alat-alat ibadah yang sesuai tokoh agama
keyakinan atau agama yang 2. Melatih keluarga tetang
dianut oleh pasien cara merawat pasien yang
2. Memfasilitasi klien untuk mengalami masalah
menjalankan ibadah sendiri spiritual
atau dengan orang lain
3. Membantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan
keagamaan
4. Membuat rencana tindak
lanjut terapi mindfulness
dengan psikiatri.

5. Insomnia SP 1 SP 1
1. Menentukan pola tidur 1. Membantu keluarga
/aktivitas pasien mengidentifikasi masalah
insomnia
2. Mengidentifikasi faktor 2. Membantu keluarga
penyebab insomnia pada mengetahui proses
pasien terjadinya insomnia yang
3. Memfasilitasi pasien dihadapi pasien
lingkungan yang nyaman 3. Membuat RTL pada
(kebersihan tempat tidur, keluarga dalam merawat
hindari kebisingan, pasien dengan insomnia
pencahayaan, suhu)
SP 2
SP 2 1. Melatih keluarga tetang
1. Melatih pasien untuk tidak cara merawat pasien yang
mengkonsumsi banyak mengalami masalah
cairan di malam hari insomnia
2. Melatih pasien teknik
relaksasi otot autogenic
untuk memancing tidur.
3. Menganjurkan pasien untuk
mendengarkan murrotal
sebelum tidur
7. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi
1 Kamis, Domain 4. Kelas 5. S ;
21/01/21 (00102/00108/00109/00110). - Keluarga Tn. T mengatakan
Defisit perawatan diri b.d klien sudah bisa melakukan
penurunan fungsi kognitif perawatan diri meskipun
dan kurang motivasi masih dibantu oleh keluarga.
- Keluarga mengatakan sudah
mengetahui cara merawat
pasien dengan deficit
perawtan diri
O;
- Keluarga melakukan
discharge planning yang
sudah dibuat bersama perawat
- Respon klien masih apatis
- Kamar klien tampak bersih
dan sudah tidak bau pesing
- Rambut halus beruban
- Kulit lembab
- ADLs dibantu parsial
- Klien belum mampu
melakukan perawatan diri :
makan, mandi, eliminasi
(BAB/BAK), dan berpakaian
rapi secara mandiri.
A;
Masalah defisit perawatan diri klien
belum sepenuhnya teratasi.

P;
Tetap lakukan evalasi dan RTL sesuai
dengan SP 2,SP 3 dan SP 4, lanjutkan
intervensi.

2 Kamis, Domain 5. Kelas 4. (00126). S ;


21/01/21 Hambatan memori : - Keluarga klien mengatakan
Gangguan proses pikir b.d Tn. N masih sering lupa
penurunan fungsi kognitif dengan lingkungan sekitarnya
- Keluarga Tn. N mengatakan
bahwa sudah tahu cara
merawat pasien dementia dan
keluarg juga sering melakukan
latihan untuk mengingat
waktu, nama tempat dan orang
disekitar.
- Keluarga juga mengatakan
bahwa Tn. N sudah mau
minum obat (donezepil,
alprazolam, memantine)
O;
- Klien masih tampak sedikit
kebingungan
- Kadang-kadang mengalami
disorientasi
- Klien salah menyebutkan
waktu, tempat dan orang
disekitar
- Afek terkadang labil
- Aktivitas motorik ; klien
masih sering terlihat gelisah
- Alam perasaan ; sudah lebih
baik meskipun klien terlihat
sedih dan sedikit putus asa
- Klien selalu membawa buku
catatan untuk menghafal
sesuatu tempat
- Skor MMSE 12

A;
Masalah hambatan memori dan
gangguan proses pikir belum
sepenuhnya teratasi.

P;
Tetap lakukan evaluasi hasil
pengkajian MMSE dan RTL,
lanjutkan intervensi : latih klien sesuai
SP 1 dan SP 2, jika SP 1 dan 2
terpenuhi lakukan evaluasi dan
persiapan melakukan SP 3

3 Kamis, Domain 6. Kelas 2. (00119). S ;


21/01/21 Harga diri rendah b.d koping - Keluarga Tn. N mengatakan
terhadap kehilangan tidak bahwa Tn. N merasa sudah
efektif sedikit percaya diri dan sudah
mau berinteraksi dengan orang
lain meskipun terkadang lupa
dengan orang sekitar.
- Keluarga mengatakan bahwa
ia sudah tahu cara merawat
pasien dengan harga diri
rendah
- Keluarga klien mengatakan
klien sudah mau melakukan
kegiatan di rumahnya seperti
merapihkan pakaian,
menyapu, mencuci meskipun
dibantu oleh keluarga.

O;
- Klien sudah mulai percaya diri
dan mau berinteraksi
meskipun terkadang lupa
dengan orang sekitar
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
terkadang masih tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
tampak agak sedih dan sedikit
putus asa
- Dispersonalisasi (+)
- Klien sudah mau memulai
pembicaraan
- Saat diwawancarai klien
berusaha untuk fokus dan
kooperatif
- Kleuarga tampak memotivasi
dengan ikut serta dalam
kegiatan harian pasien yang
sudah di jadwalkan
- Keluarga melakukan
discharge planning yang
sudah dibuat bersama perawat

A;
Masalah harga diri rendah belum
sepenuhnya teratasi.

P;
Tetap lakukan evaluasi dan RTL,
lanjutkan intervensi : ulang SP 1 dan
lakukan evaluasi SP1, jika SP1 sudah
terpenuhi lakukan SP 2
4 Kamis, Domain 10. Kelas 3. (00066). S ;
21/01/21 Distress spiritual b.d harga - Tn. N mengatakan bahwa ia
diri rendah d.d depresi beragama Islam
- Keluarga Tn. N mengatakan
bahwa Tn. N sudah sedikit
menerima kepergian istrinya,
ia berusaha untuk besabar.
- Keluarga Tn. N mengatakan
sudah tahu cara merawat dan
memenuhi kebutuhan spiritual
Tn. N

O;
- Klien sudah mau mengikuti
kegiatan keagamaan seperti
mendengarkan cermah dan
murotal.
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
masih tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien terlihat
aak sedih dan sedikit putus asa
- Tampak sedikit kebingungan
- Saat diwawancarai klien
fokus, dan kooperatif
- Proses berpikir masih
cenderung flight of ideas
- Dispersonalisasi (+)
- Isi pikiran lebih cenderung
obsesi
- Klien sudah jarang
menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
A;
Masalah distress spiritual pasien
masih belum teratasi.

P;
Tetap lakukan evaluasi pada SP 1 dan
RTL, lanjutkan intervensi : jika SP 1
terpenuhi, lakukan SP 2, libatkan
tokoh agama disekitar rumah untuk
melakukan tindakan
5 Kamis, Domain 4. Kelas 1. (00095) S ;
21/01/21 Insomnia b.d depresi - Klien mengatakan sudah bisa
tertidur nyenyak dimalam
hari, merasa relax dan sudah
jarng terbangun di malam hari.
- Klien mengatakan sudah bisa
tidur siang meskipun hanya 1
jam
- Klien mengatakan mulai
tertidur dimalam hari pukul
21.00 – 01.00 setelah itu sudah
tidak bisa tertidur lagi

O;
- TD 130/90 mmHg
- Nadi 64x/menit
- 18x/menit
- Aktivitas motorik ; klien
terlihat sedikit gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
terlihat sedikit putus asa
- Kegiatan sebelum dan sesudah
bangun tidur ; mendengarkan
murotal
- Keadaan fisik klien masih
tampak lemas
- Klien sudah mulai rutin
minum obat

A;
Masalah insomnia pasien masih
belum sepenuhnya teratasi.

P;
Tetap lakukan RTL sesuai dengan SP
1 dan 2, lanjutkan intervensi

1 Jum’at, Domain 4. Kelas 5. S ;


22/01/21 (00102/00108/00109/00110). - Keluarga Tn. T mengatakan
Defisit perawatan diri b.d klien sudah bisa melakukan
penurunan fungsi kognitif perawatan diri meskipun
dan kurang motivasi masih dibantu oleh keluarga.
- Keluarga mengatakan sudah
mengetahui cara merawat
pasien dengan deficit
perawtan diri
O;
- Keluarga melakukan
discharge planning yang
sudah dibuat bersama perawat
- Respon klien masih apatis
- Kamar klien tampak bersih
dan sudah tidak bau pesing
- Rambut halus beruban
- Kulit lembab
- ADLs dibantu parsial
- Klien belum mampu
melakukan perawatan diri :
makan, mandi, eliminasi
(BAB/BAK), dan berpakaian
rapi secara mandiri.
A;
Masalah defisit perawatan diri klien
belum sepenuhnya teratasi.

P;
Tetap latih pasien secara konsisten,
lakukan evalasi dan RTL sesuai
dengan SP 2,SP 3 dan SP 4, lanjutkan
intervensi.

2 Jum’at, Domain 5. Kelas 4. (00126). S ;


22/01/21 Hambatan memori : - Keluarga klien mengatakan
Gangguan proses pikir b.d Tn. N masih sering lupa
penurunan fungsi kognitif dengan lingkungan sekitarnya
- Keluarga Tn. N mengatakan
bahwa sudah tahu cara
merawat pasien dementia dan
keluarg juga sering melakukan
latihan untuk mengingat
waktu, nama tempat dan orang
disekitar.
- Keluarga juga mengatakan
bahwa Tn. N sudah mau
minum obat (donezepil,
alprazolam, memantine)
O;
- Klien masih tampak sedikit
kebingungan
- Kadang-kadang mengalami
disorientasi
- Klien sudah benar
menyebutkan waktu, tempat
namun masih lupa dengan
orang disekitar
- Afek terkadang labil
- Aktivitas motorik ; klien
masih sering terlihat gelisah
- Alam perasaan ; sudah lebih
baik meskipun klien terlihat
sedih dan sedikit putus asa
- Klien selalu membawa buku
catatan untuk menghafal
sesuatu tempat
- Skor MMSE 15

A;
Masalah hambatan memori dan
gangguan proses pikir belum
sepenuhnya teratasi.

P;
Tetap lakukan evaluasi hasil
pengkajian MMSE dan evaluasi pada
SP 1, lakukan RTL, lanjutkan
intervensi : latih klien sesuai SP 2, jika
SP 2 terpenuhi lakukan evaluasi dan
persiapan melakukan SP 3

3 Jum’at, Domain 6. Kelas 2. (00119). S ;


22/01/21 Harga diri rendah b.d koping - Keluarga Tn. N mengatakan
terhadap kehilangan tidak bahwa Tn. N merasa sudah
efektif sedikit percaya diri dan sudah
mau berinteraksi dengan orang
lain meskipun terkadang lupa
dengan orang sekitar.
- Keluarga mengatakan bahwa
ia sudah tahu cara merawat
pasien dengan harga diri
rendah
- Keluarga klien mengatakan
klien sudah mau melakukan
kegiatan di rumahnya seperti
merapihkan pakaian,
menyapu, mencuci meskipun
dibantu oleh keluarga.

O;
- Klien sudah mulai percaya diri
dan mau berinteraksi
meskipun terkadang lupa
dengan orang sekitar
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
terkadang masih tampak
gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
tampak agak sedih dan sedikit
putus asa
- Proses berpikir sudah terarah
- Klien sudah mau memulai
pembicaraan
- Saat diwawancarai klien
berusaha untuk fokus dan
kooperatif
- Keluarga tampak memotivasi
dengan ikut serta dalam
kegiatan harian pasien yang
sudah di jadwalkan
- Keluarga melakukan
discharge planning yang
sudah dibuat bersama perawat

A;
Masalah harga diri rendah belum
sepenuhnya teratasi.

P;
Tetap lakukan evaluasi kegiatan SP 1
dan RTL, lanjutkan intervensi : ulang
SP 2, lakukan evaluasi 2, jika sudah
terpenuhi monitor strategi
pelaksanaan secara konsisten hingga
pasien dan keluarga mandiri.

4 Jum’at, Domain 10. Kelas 3. (00066). S ;


22/01/21 Distress spiritual b.d harga - Tn. N mengatakan bahwa ia
diri rendah d.d depresi beragama Islam
- Keluarga Tn. N mengatakan
bahwa Tn. N sudah sedikit
menerima kepergian istrinya,
ia berusaha untuk besabar.
- Keluarga Tn. N mengatakan
sudah tahu cara merawat dan
memenuhi kebutuhan spiritual
Tn. N

O;
- Klien sudah mau mengikuti
kegiatan keagamaan seperti
mendengarkan cermah dan
murotal.
- Klien sudah mau belajar sholat
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien
masih tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien terlihat
sedikit bersemangat
- Tampak sedikit kebingungan
- Saat diwawancarai klien
fokus, dan kooperatif
- Proses berpikir sudah terarah
- Isi pikiran terkadang masih
obsesi namun klien berusaha
melupakan kejadian dimasa
lalunya
- Klien sudah jarang
menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
A;
Masalah distress spiritual pasien
sebagian sudah teratasi.

P;
Tetap lakukan pemantauan RTL
sesuai dengan SP 1 dan 2, libatkan
tokoh agama disekitar rumah untuk
melakukan tindakan

5 Jum’at, Domain 4. Kelas 1. (00095) S ;


22/01/21 Insomnia b.d depresi - Klien mengatakan sudah bisa
tertidur nyenyak dimalam
hari, merasa relax dan sudah
jarng terbangun di malam hari.
- Klien mengatakan sudah bisa
tidur siang meskipun hanya 1
jam
- Klien mengatakan mulai
tertidur dimalam hari pukul
21.00 – 03.00 dan sudah tidak
mengkonsumsi banyak cairan
di malam hari
O;
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 72x/menit
- 16x/menit
- Aktivitas motorik ; klien
terlihat sedih dan sedikit
gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
terlihat sedikit bersemangat
- Kegiatan sebelum dan sesudah
bangun tidur ; mendengarkan
murotal
- Keadaan fisik klien tampak
bugar
- Klien sudah mulai rutin
minum obat

A;
Masalah insomnia pasien sudah
teratasi.

P;
Tetap lakukan pemantauan RTL
sesuai dengan SP 1 dan 2 secara
konsisiten.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization, Dementia, 2017. http://www.who.int/news-


room/fact-sheets/detail/dementia
2. E. L. Cunningham, B. McGuiness, B. Herron, A. P. Passmore. Dementia, Ulster
Med J, 2015, 84(2) 79-87.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4488926/
3. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disorder, American Psychiatric Association, United States of America, 5th ed.,
2013.
4. R. Tampi. Assessment of Dementia, 2018.
https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/242
5. F.M. Elahi, B.L. Miller, A clinicopathological approach to the diagnosis of
dementia, Neurol, 2017, 13.
6. A.S. Castro, I.A. Echeverria, C.M. Bonilla, Molecular pathogenesis of
Alzheimer’s disease: an update, Ann Neurosci, 2017, 24(1) 46-54.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5448443/
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes: Lansia yang sehat, lansia
yang jauh dari demensia, 2016.
http://www.depkes.go.id/article/print/16031000003/menkes-lansia-yang-
sehat-lansia-yang-jauh-dari-demensia.html
8. A. Rao, A. Suliman, S. Vuik, P. Aylin, A. Darzi. Outcomes of dementia:
Systematic review and meta-analysis of hospital administrative database
studies, Arch Gerontol Geriatr, 2016, 66, 198-204.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27362971
9. W. Muangpaisan. Clinical differences among four common dementia
syndromes, Geriatric and aging, 2007, 10(7) 425-429.
https://www.researchgate.net/publication/287591570_Clinical_differences_am
ong_four_common_dementia_syndromes
10. A. Burns, S Iliffe. Dementia, BMJ, 2009, 338, 405-409.
https://www.bmj.com/bmj/section-
pdf/186137?path=/bmj/338/7691/Clinical_Review.full.pdf
11. D.A. Wolk, B.C. Dickerson. Clinical features and diagnosis of Alzheimer
disease, 2018. https://www.uptodate.com/contents/clinical-features-and-
diagnosis-of-alzheimer-disease?topicRef=5083&source=see_link#H1
12. C.B. Wright, Etiology, clinical manifestations, and diagnosis of vascular
dementia, 2017. https://www.uptodate.com/contents/etiology-clinical-
manifestations-and-diagnosis-of-vascular-
dementia?topicRef=5083&source=see_link#H1
13. M. R. Farlow. Clinical features and diagnosis of dementia with Lewy bodies,
2018. https://www.uptodate.com/contents/clinical-features-and-diagnosis-of-
dementia-with-lewy-bodies?topicRef=5083&source=see_link#H1
14. J.L. Wilterdink, Frontotemporal dementia: Clinical features and diagnosis,
2017. https://www.uptodate.com/contents/frontotemporal-dementia-clinical-
features-and-diagnosis?topicRef=5083&source=see_link#H533509364
15. E. B. Larson, Evaluation of cognitive impairment and dementia, 2018.
https://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-cognitive-impairment-and-
dementia
16. K.R. Scott, A.M. Barret, Dementia syndromes: evaluation and treatment,
Expert Neurother, 2007, 7(4) 407-422.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2536654/
17. D.S. Knopman, S.T. DeKosky, J.L. Cummings, H. Chui, J. Corey-Bloom, N.
Relkin, et al. Practice parameter: diagnosis of dementia (an evidence-based
review). Report of the Quality Standards Subcommittee of the American
Academy of Neurology, Neurology, 2001, 56(9) 1143-1153.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11342678
18. D. Press, M. Alexander, Treatment of dementia, 2018.
https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-
dementia?topicRef=5083&source=related_link#H5767442
19. M. Alexander, E.B. Larson, Patient education: Dementia (including Alzheimer
disease) (Beyond the Basics}, 2018.
https://www.uptodate.com/contents/dementia-including-alzheimer-disease-
beyond-the-basics?topicRef=5073&source=see_link#H1
20. M. Reid, P.V. Ness, K. Hawkins, V. Towle, J. Concato, Z. Guo. Light to
moderate alcohol consumption is associated with better cognitive function
among older male veterans receiving primary care. J Geriatr Psychiatry Neurol.
2006;19:98–105. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16690995

Anda mungkin juga menyukai