DI SUSUN OLEH :
KRIS ADINATA
42010121008
1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
LAPORAN PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia
60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan. Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau
lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani
maupun sosial (Nugroho, 2012).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya
usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan
tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of
daily living (Fatimah, 2010).
Klasifikasi Lansia
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah
kesehatan,
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
Batasan Lanjut Usia
Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan lanjut usia yaitu:
berikut:
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)
c. Lanjut usia (geriatric age) yaitu usia lebih dari 65/70 tahun, terbagi:
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).
1. Perubahan Fisik
3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
terutamaterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan berkerut. Kulit akan
atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
c. Sistem Muskuloskeletal
elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon,
tidak teratur.
gesekan.
3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangatbervariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot
4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total parutetap tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang
mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan
kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar
menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yangmengalami
5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresifpada
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterusTerjadi
2. Perubahan Kognitif:
(1) Daya Ingat (Memory); (2) IQ (Intellegent Quotient); (3) Kemampuan Belajar
3. Perubahan mental
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
keluarga.
6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
sehari-hari.
4. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jikalansia mengalami
meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengankeinginan
untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresijuga dapat disebabkan
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,gangguan stress
kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit medis,
depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansiasering merasa
f. Sindroma Diogenes
atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering
menumpuk barang dengan tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat
terulang kembali.
Definisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosalambung yang disebabkan
oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturandalam pola makan, minsalnya telat makan,
makan terlalu banyak, cepat,makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyoto,
2015).
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung. Sakit maag atau gastritis adalah
peradangan (pembengkakan ) dari mukosa lambung, yang bisa disebabkan oleh faktor iritasi
dan infeksi. Seperti kita ketahui, lambung adalah organ pencernaan dalam tubuh manusia
yang berfungsi untuk menyimpan makanan, mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke usus
kecil. Didalam lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti pepesin, asam lambung,
Bila terjadi ketidakseimbangan diantara faktor tersebut, minsalnya asam berlebih atau mucus
berkurang, dapat mengiritasi lambung sehinga terjadi proses peradangan pada lambung
8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
Etiologi
6) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal
ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus- lambung Makanan dan minuman yang
bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol
merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung
7) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa
8) Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung
9) Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme
pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan
pada mukosa lambung (Mutaqqin dan Sari, 2013)
Klasifikasi
a. Gastritis Akut
lambung akibat terpapar pada zat iritan dan merupakan suatu penyakit yang mudah
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun,
yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri helicobacter pylori. Gastritis kronis cenderung terjadi
9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
pada usia muda yang menyebabkan penipisan dan degenerasi dinding lambung. (Suratum,
2010)
c. Perut kembung
b. Anoreksia
Patofisiologi
reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam
lambung sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual, muntah dan anoreksia. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang ditimbulkan karena kontak HCl dengan mukosa
gaster. Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan persarafan,
misalnya
dalam kondisi cemas, stress, marah melalui serabut parasimpatik vagus akan menjadi
10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ion H⁺ (hidrogen) yang tidak diikuti
mukosa lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi. Prostaglandin dibutuhkan tubuh untuk
memproduksi kekebalan lapisan mukosa, serta bikarbonat untuk menghambat produksi asam
lambung dan meningkatkan aliran dalam lambung. Semua efek ini diperlukan lambung
untuk mempertahankan integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi
11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
Pemeriksaan Penunjang
1) Urea breath test (tes napas urea), tes serologis, tes antigen feses untuk pemeriksaan
3) Kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah dievaluasi untuk mengetahui
adanya anemia
Penatalaksanaan
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat mengurangi gejala
Pengobatan meliputi :
1) Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium, untuk
lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan
13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
2) Histamine (H2) blocker, seperti ranitidine, untuk pengobatan jangka pendek
hiperekskresi patologis
(Anggarini, 2018)
Definisi
Nyeri akut dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit
atau intervensi bedah dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta
berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah pulih pada area yang rusak (Mubarak, et al., 2015).
Nyeri akut pada gastritis pada umumnya ditandai dengan adanya nyeri pada ulu
hati. Nyeri ulu hati merupakan gejala dari suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
peradangan pada mukosa lambung. Keluhan nyeri ulu hati adalah keluhan fisik subjektif
abdomen bagian atas.Nyeri pada daerah epigastrium adalah nyeri yang berhubungan
dengan rasa tajam dan terlokalisasi yang dirasakan oleh seseorang pada daerah tengah
14 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku dari pasien. Secara umum, orang
1. Suara
Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas
2. Ekspresi wajah
3. Pergerakan tubuh
4. Interaksi sosial
Pengkajian Nyeri
Tindakan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada klien nyeri akut adalah :
15 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s
Pengkajian nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada
(perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan
klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.
Terdapat komponen yang harus diperhatikan dalam mengkaji respon nyeri tersebut,
diantaranya :
nyeri klien walaupun adanya observasi perawat yang tidak menemukan cedera
ataupun luka. Setiap nyeri yang dilaporkan klien adalah nyata.(Prasetyo, 2010)
Faktor pencetus (P: Provocate), perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-
stimulus nyeri klien, dalam hal ini perawat melakukan observasi bagian-bagian
psikogenetik maka perawat harus dapat menanyakan perasaan apa yang dapat
mencetuskan nyeri.
Kualitas (Q: Quality), merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
Dimana tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang
dirasakan.
16 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n G a s t r i ti s G e r o n ti k
Lokasi (R: Region), untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk
melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat memnta klien untuk melacak
daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal itu akan sulit apabila nyeri
yang paling subjektif. Pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang
dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau nyeri berat.(Zakiyah, 2015)
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
Face Rating Scale (FRS), pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan
sekolah menggunakan face rating scale yaitu terdiri enam wajah kartun mulai dari
wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk
17 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
Skala Numerik, digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.
Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 1 Angka 0
nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk
Penatalaksaan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri, meliputi
dengan jari tangan serta aliran energy didalam tubuh kita. Teknik ini dilakukan
sehingga dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari
akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuk energy pada meridian (energy
channel) yang terletak pada jari tangan kita. Titik-titik refleksi pada tangan akan
Gelombang tersebut diterima dan diproses dengan cepat oleh otak, lalu
18 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
sumbatan dijalur energy menjadi lancar (Utami dan Kartika, 2018)
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri
yang dialami. Dalam teori Gate Control menjelaskan distraksi dapat mengurangi
nyeri dengan cara pada spina cord sel-sel reseptor yang menerima stimulus nyeri
peripheral dihambat oleh stimulus dari serabut – serabut saraf yang lain. Maka,
sehingga pintu spina cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan
perasaan nyeri klien akan berkurang. Beberapa teknik distraksi antara lain:
3) Relaksasi, merupakan kebiasaan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Ada tiga hal utama yang
lingkungan yang tenang. Posisi tubuh disokong (misal, bantal menyokong leher),
persendian fleksi dan otot-otot tidak tertarik (misal tangan dan kaki tidak
sebagai berikut :
19 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
c. Klien bernapas beberapa kali dengan irama normal
20 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
d. Klien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan- pelan. Anjurkan
klien untuk mengkonsentrasikan pikiran klien pada kakinya yang terasa ringan
dan hangat
f. Setelah merasa rileks, klien dianjurkan untuk bernapas secara pelan-pelan. Bila
nyeri hebat, anjurkan klien bernapas dangkal dan cepat.(Purba dan Trafina, 2017)
4) Tindakan farmakologis
a. Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Ada tiga
oral), Colchicine 1,0 – 3,000 mg (dalam NaCl intravena) tiap 8 jam sekali untuk
mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang,
21 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
22 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis dengan Masalah Nyeri Akut
Pengkajian
a. Nama klien : untuk mengidentifikasi klien dan membedakan antara satu klien dengan
potensi yang sama dapat menderita gastritis (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
penyakit ini bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan
mukosa lambung yang merangsang noniseptor nyeri pada lapisan otot lambung
3. Riwayat Penyakit Sekarang : keluhan pasien berupa nyeri ulu hati sampai datang
riwayat diet dan pola makan tidak teratur (Muttaqin dan Sari, 2013).
yang pernah diderita oleh keluarga dan dikhususkan terhadap riwayat kesehatan
23 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
terutama penyakit genetik dan penyakit keturunan (Setiadi, 2012).
6. Riwayat Alergi : riwayat alergi yang dimiliki klien harus diketahui perawat.
Alergen dapat berupa makanan, obat, bulu hewan, serbuk sari maupun alergen lain
a. Pola Nutrisi
Peningkatan asam lambung pada penderita gastritis akan menurunkan nafsu makan,
karena produk sekretorik lambung akan lebih banyak mengisi lumen lambung
(Sukarmin, 2012).
b. Pola Eliminasi
Pola fungsi ekskresi feses, urine dan kulit seperti pola BAB, BAK, dan gangguan atau
c. Pola Aktivitas
Penderita juga tampak malas untuk beraktivitas, banyak tiduran, dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti makan, BAB, BAK banyak dibantu oleh keluarga
(Sukarmin, 2012).
d. Pola Istirahat
Difokuskan pada pola tidur, istirahat, relaksasi dan bantuan-bantuan untuk merubah
Difokuskan pada upaya yang dilakukan individu dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental guna memberikan perasaan stabil
8. Pemeriksaan Fisik
24 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
a. Keadaan umum : kemungkinan lemah akibat penurunan oksigen jaringan,
cairan Tubuh & Nutrisi
c. Tanda-tanda vital
d. Kondisi fisik :
Inspeksi : persebaran warna kulit, ada atau tidak edema, ada atau tidak
lesi, bentuk dan warna dasar kuku
Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit elastis atau tidak, CRT, suhu
akral dingin atau hangat (Mubarak, et al., 2015).
b) Pemeriksaan kepala
Palpasi : ada atau tidaknya massa pada kepala, ada atau tidaknya nyeri
tekan (Ambarwati, 2014).
c) Pemeriksaan mata
d) Pemeriksaan hidung
25 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
Inspeksi : kesimetrisan lubang hidung, kepatenan jalan napas, ada atau tidak
pernapasan cuping hidung
Palpasi : ada atau tidak massa, ada atau tidak pembengkakan, ada atau tidak
nyeri tekan (Debora, 2017).
e) Pemeriksaan telinga
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada daun telinga saat
ditarik dan tragus ditekan (Mubarak,etal.,2015).
f) Pemeriksaan mulut
g) Pemeriksaan leher
Palpasi : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, teraba atau tidak
kelenjar tiroid (Estrada, 2014).
h) Pemeriksaan thoraks
Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada, warna kulit, ada atau tidak
lesi
Palpasi : pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa, pemeriksaan taktil
fremitus
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan, suara nafas vesikuler
(Debora, 2017).
i) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis, tampak atau tidak vena jugularis
26 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
menjadi lemah, volume darah menurun sehingga jantung melakukan
tambahan(Sukarmin,2012)
j) Pemeriksaan payudara
k) Pemeriksaan abdomen
teriritasi
terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak pada area hepar dan
pancreas
Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri
Diagnosa Keperawatan
SDKI DPP PPNI, 2016). Dengan data yang mendukung : Gejala & Tanda
27 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
Mayor & Minor:
1) Subjektif
2) Objektif
a. Tampak meringis
e. Sulit tidur
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
d. Menarik diri
28 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi Keperawatan
29 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
meningkat (Tim Non verbal Mone, et al., 2015)
Pokja SLKI (Tim Pokja
DPP SIKI DPP 3. Dengan
PPNI, 2018) PPNI, 2018) mengidentifika si respon nyeri non
Edukasi verbal klien dapat mengetahui
- Kemampuan seberapakuat nyeriyang dirasakan
mengontrol nyeri 4. Ajarkan oleh klien (Anggarini, 2018)
meningkat (Tim teknik non
Pokja SLKI farmakologis 4. Pemberian teknik nonfarmakolog
DPP PPNI, 2018) untuk is dapat membantu klien
mengurangi dalam mengurangi kecemasan
- Kemampuan rasa nyeri nyeri (Zakiyah, 2015)
menggunaka n (Tim Pokja
teknik non SIKI DPP 5. Denganmenjelaskan tujuan
farmakologis PPNI, 2018) dan manfaat dapat membantu klien
meningkat (Tim dan keluarga dalam pentingnya
Pokja SLKI 5. Jelaskan informasi mengontrol nyeri
DPP PPNI, 2018) tujuan dan dan menemukan dukungan keluarga
manfaat (Anggarini, 2018)
- Gelisah menurun teknik napas
(Tim Pokja SLKI (Tim Pokja
DPP PPNI, SIKI DPP
2018) PPNI, 2018)
7. Ajarkan
melakukan
inspirasi
dengan
menghirup
udara
melalui
hidung
secara
perlahan
(Tim Pokja
SIKI DPP
PPNI, 2018)
30 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
6. Untuk
8. Ajarkan membantu klien rileks dan
melakukan ekspirasi menurunkan stimulus internal
dengan menghembu (Zakiyah, 2015)
skan udara mulut
mencucu (Tim Pokja 7. Untuk
SIKI DPP PPNI, memudahkan ekspirasi
2018) maksimal pada klien
(Anggarini, 2018)
9. Demonstrasi kan
menarik napas selama 8. Untuk
4 detik memungkinkan ekspirasi lebih
menahan napas selama baik dengan meningkatkan
2 detik dan menghembu tekanan jalan udara sehingga
skan selama 8 detik klien merasa rileks (Prasetyo,
(Tim Pokja 2010)
SIKI DPP PPNI,
2018) 9. Dapat
membuat klien lebih baik,
10. Anjurkan sering lebih rileks dan dapat
mengulangi atau melatih melupakan nyeri (Khanza, et
teknik relaksasi yang al., 2017)
dipilih (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 10. Untuk
2018) mengetahui seberapa jauh
klien mampu
11. Anjurkan pasien untuk mengontrol nyeri
mengambil posisi
nyaman 11. Pemberian posisi yang tepat
dan dirasa nyaman
Kolaborasi oleh
klien dapat mengurangi resiko
12. Kolaborasi pemberian klien terhadap nyeri (khanza et
analgesic (Tim Pokja SIKI al, 2017)
DPP PPNI, 2018)
Pemberian analgetik dapat
memblok nyeri pada
susunan saraf
pusat (Sukarmin, 2012)
31 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat keperawatan dan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan
memonitor kondisi klien dengan membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
Hasil yang harus dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
meningkat
6. Gelisah menurun
32 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A., dan Uliyah, M. 2014. Buku Pengantar Keperawatan Dasar Manusia.
Alimul, A., dan Uliyah, M. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Manusia.
Anggarini, K.D. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis Dalam
Pemenuhan Gangguan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I Gianyar
[skripsi]. Gianyar (ID): Politeknik Kesehatan Denpasar.
Bickley, Lynn S. 2015. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates,
Le Mone P, Burke, Karene, dan Bauldoff. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Le Mone P, Karene, dan Gerene. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 5
Vol. 1. Jakarta: EGC.
Mubarak., Indrawati, dan J. Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Mutaqqin, A., dan K. Sari. 2013. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
33 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k
Suratum, L. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: Trans Info Media
Takdir., La Ode, dan Lymbran. 2018. Hubungan Stres, Keteraturan Makan, Jenis
Makanan Dengan Kejadian Gastritis Pada Santri Di Pondok Pesantren
Ummusari Kota Kediri Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. Vol. 3 (no.1): 2.
Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi
103 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n p a d a G a s t r i ti S K e p e r a w a t a n G e r o n ti k