HIPERTENSI
DISUSUN OLEH:
RANDI SAISELAR
1490123088
Konsep Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Suwarsa, 2016).
Menurut WHO (1999) batasan tekanan darah normal orang dewasa adalah
maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah seseorang di atas angka tersebut
pada beberapa kali pengukuran di waktu yang berbeda, orang tersebut bisa
dikatakan menderita hipertensi
B. Klasifikasi
Menurut Darmajo & Hadimartono (2014), hipertensi pada usia lanjut dibedakan
menjadi; hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg, dan hipertensi sistolik
terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg.
Sedangkan berdasarkan penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu: Hipertensi essensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder.
1. Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus
hipertensi yang banyak terjadi dimasyarakat.
2. Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu
sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat.
Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus. Isolated
Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal. Keadaan
ini berhubungan dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri). Pregnancy
Induced Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi
selama kehamilan, dimana naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
dari 15 mmHg (Guibert R dan Franco ED, 1999).
C. Etiologi
Terdapat beberapa data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan hipertensi, yaitu:
1. Faktor Keturunan: Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang
memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah
tinggi lebih besar. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang
diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
2. Ciri Perseorangan: Usia; penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang
bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah anda saat muda akan sama ketika anda
bertambah tua.
3. Kebiasaan Pola Hidup: Konsumsi garam tinggi (lebih dari 30 gram); garam
dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang,
khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan
usia tua, dan mereka yang berkulit hitam. Makan berlebihan (kegemukan);
orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki
kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
D. Patofisiologi
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (2000)
menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau
mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator.
Pada medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal
tersebut.
Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. Hal ini
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan
renin. Pelepasan renin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang
akan diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi
peningkatan volume intra vaskular. Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya
hipertensi.
Pada keadaan gerontologis dengan perubahan struktural dan fungsional sistem
pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia lanjut.
Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan mengurangi
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut menurun,
sedangkan tahanan perifer meningkat (Darmojo & Hadimartono, 1999).
E. Pathway
Analisa Data
Nyeri
Perubahan afterload
DO:
-Mengeluh lelah
Gangguan sirkulasi
Afterload meningkat
Kelelahan /fatigue
Intoleransi aktifitas
5 DS:- Menurunnya system oragan tubuh Risiko jatuh
Risiko jatuh
B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagnose keperawatan prioritas yang mungkin muncul pada
lansia dengan hipertensi, diantaranya :
1. Gangguan Rasa Nyaman behubungan dengan gejala penyakit (Nyeri kepala,
pusing)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
5. Resiko jatuh
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa (SDKI) Tujuan (SDKI) Intervensi (SLKI)
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan intervensi selama 1. Identifikasi karakteristik, jenis
Nyaman 2 x 30 menit diharapkan status gangguan rasa nyaman pada
kenyamanan meningkat dengan klien
kriteria hasil : 2. Identifikasi adanya keluhan
1. keluhan tidak nyaman nyeri pada klien
menurun 3. Kontrol lingkungan yang
mempengaruhi
ketidaknyamanan
4. Berikan teknik non farmakologi
meningkatkan kenyamanan
5. Ajarkan teknik non
farmakologi meningkatkan
kenyamanan
6. Berikan edukasi penyebab,
periode, pemicu
ketidaknyamanan
7. Kolaborasi pemberian medikasi
pengobatan
2 Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi selama 1. Identifikasi tanda gelala
jantung 2 x 30 menit diharapkan curah penurunan curah jantung
jantung meningkat dengan kriteria (dipsnea, Lelah, edema,
hasil : ortopnea)
1. dipsnea menurun 2. Monitor tekanan darah
2. Lelah menurun 3. Monitor intake output cairan
4. Posisiakan klien semi fowler
3. paroximal nocturnal dyspnea 5. Berikan diet jantung (Batasi
menurun kafein, natrium, kolestrol dan
makanan tinggi lemak)
6. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi keluhan
7. Anjurkan pembatasan aktivitas
8. Anjurkan beraktivitas secara
bertahap
9. Kolaborasi pemberian medikasi
pengobatan
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi selama
2 x 30 menit diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan
meningkat dengan kriteria hasil : tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun 2. Identifikasi faktor pengganggu
2. Keluhan sering terjaga menurun tidur (fisik dan/atau psikologis)
3. Modifikasi lingkungan (mis:
pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
4. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis: pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
5. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
6. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
7. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
8. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
9. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis:
psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
10. Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi
lainnya
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi selama 1. Identifikasi gangguan fungsi
2 x 30 menit diharapkan toleransi tubuh yang mengakibatkan
aktivitas meningkat dengan kriteria kelelahan
hasil : 2. Pantau kelelahan fisik dan
1. keluhan dipsnea menurun emosional
2. keluhan Lelah menurun 3. Pantau pola dan jam tidur
4. Sediakan lingkungan yang
nyaman
5. Lakukan latihan rentang gerak
aktif dan pasif
6. Anjurkan untuk membatasi
aktivitas
7. Anjurkan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap
8. Fasilitasi memilih aktivitas
yang mampu dilakukan
9. Ajarkan relaksasi
10. Edukasi keluarga untuk
membantu aktivitas yang
dibutuhkan
11. Kolaborasi tenntang cara
meningkatkan asupan makanan
5 Resiko Jatuh Setelah dilakukan intervensi selama 1. Identifikasi faktor jatuh (usia,
2 x 30 menit diharapkan tingkat kesadaran, gangguan
jatuh menurun dengan kriteria hasil keseimbangan, gangguan
: penglihatan)
1. jatuh saat berdiri menurun 2. Identifikasi faktor lingkungan
2. jatuh saat berjalan menurun 3. Atur posisi tempat tidur supaya
tidak terlalu tinggi
4. Fasilitasi penyediaan alat bantu
keamanan lingkungan
5. Anjurkan menggunakan alat
bantu berjalan
6. anjurkan keluarga untuk
menyediakan perawat lansia
jika dibutuhkan anjurkan untuk
menggunakan alas kaki yang
tidak licin
DAFTAR PUSTAKA