Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KOBAKMA
KABUPATEN MAMBERAMO TENGAH
PAPUA

Oleh:
Selvyana Ta’dung
202106040151

PROGRAM STUDI FROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial,perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya,
olehkarena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkanagar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat
ikut sertaberperan aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).Aging process atau proses menua merupakan
suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yangakan dialami oleh setiap orang.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan(graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan strukturdan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya

2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan usi lanjut.
2. Tujuan Khusus.
a) Agar mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan usia lanjut
b) Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan usia lanjut.
c) Agar mahasiswa (i) mampu melakukan intervensi pada keluarga dengan usia lanjut.
d) Agar mahasiswa (i) mampu melaksanakan implementasi pada keluarga dengan usia lanjut.
e) Agar mahasiswa (i) mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan usia lanjut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LANSIA
1. Definisi lansia

Menurut WHO, lansia menurut seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia adalah kelompok umur pada manusia yangtelah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan.
Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun lebih, karena factor tertentu tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun social
(Nugroho, 2012)
2. Klasifikasi
Lansia Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari
1) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun
2) Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain

3. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia sebagai berikut:
1) Lansia merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagai
Datangdari factor fisik dan factor psikologis sehingga memotivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Contohnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang mmiliki motivasi yang tinggi,
maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi

2. Lansia memiliki status kelompok minoritas Kondisi ini sebagai akibat dari
Sikap social yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh
pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap social di masyarakat menjadi negative, tetapi ada juga
lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social
masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran Perubaha peran pada lansia atas
dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Cotohnya
lansia menduduki jabatan social dimasyarakat sebagai ketua RW, sebaiknya
masyarakat tidak meberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap
Lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk
sehingga dapat memperlihatkan benuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk membuat penyesuain diri lansia menjadi buruk pula.
Misalnya lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
memiliki harga diri rendah
4. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra Sistem pendengaran: prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas , sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Integument Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbecak.kekringan kulit ini disebabkan atropi grandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Musculoskeletal Perubahan system musculoskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen
sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur
(1) Kartilago: jaringan kaertilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap
gesekan.
(2) Tulang: berkurangya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut
akan mengakibatkan nyeri, deformatis dan fraktur.
(3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot. Peningkatan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negative.
(4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament fasia
mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem Kardiovaskuler Masa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami
hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa Nude dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat sistem respirasi.
5) Sistem Respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jarinagn ikan parut, kapasitas
total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi
kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru bekurang. 25 Perubahan
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerkan pernapasan terganggu
dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolism Perubahan yang terjadi pada system pencernaan,
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan,
dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem Perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, eksresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem Saraf Susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai denagn
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.
5.Perubahan Kognitif
1) Daya Ingat, Ingatan (Memory) 26
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan belajar (Learning)
4) Kemampuan pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan masalah (Problem solving)
6) Pengambilan keputusan (Decission Making)
7) Kebijaksanaan (Widsom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi (Motivation)
6. Perubahan Mental
Factor-faktor yang mempengaruhi perubahn mental :
1. Pertama-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (Hereditas)
5. Lingkungan
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutuhan dan ketulian
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8. Rangkain dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri. Perubahan spiritual agama atau kepercayaan dalam
kehidupannya.

7.Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutamajika
lansia megalami penuruan kesehatan, seperti menderita peyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sesrik terutama pedengaran
2) Duka Cita (Betrevement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlaut akan meimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episde depresi, depresi juga
dapat disesbabkan karena stress lingkungan dan menurunya kemapuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golngan: fobia, panic, gangguan obsesif kompulsif,
gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan degan skunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau
gejala penghetian mendadk dari suatu obat. 28
5) Parafreia
Suatu betuk skizofreia pada lansia, ditandai dega waham (curiga), lansia
serimg merasa tetangga mencuri barang-barang atau berniat membutuhkannya.
Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/dislasi atau menarik diri dengan sosial.
6) Sidroma
Diogenes Suatu kelainan diamana lansia meunjukan penampilan perilaku
sangat megaggu. Rumah atau kama tidur bau karena lansia bermain-main degan feses
da urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadan tersebut dapat terulang kembali.
2.2 Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jatung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
(Sylvia A.price, 2015). Hipertensi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi (HST),
meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian
stroke dan infark miokard walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated
systolic hypertension) (Siti Widyaningrum, 2012).
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan:
A. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Factor
yang mempengaruhinya yaitu: genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem
rennin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang
meningkatkanresiko: obesitas, merokok, alcohol dan polisetamia. (Nurarif& Kusuma,
2015) Seiring dengan bertambahnya usia, elastisitas dinding pembuluh darah semakin
menurun. Demikian pula dengan jenis kelamin, laki-laki memiliki resiko hipertensi di
bandingkan pada wanita. Hal ini berkaitan dengan adanya hormone estrogen pada
wanita yang berkontribusi pada kelenturan pembuluh darah. Penurunan produksi
hormone estrogen pada usia menoupose membuat resiko pada wanita juga meningkat.
(Yasmara, Deni dkk, 2016)
B. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan dampak dari penyakit tertentu. Angka
kejadiannya berkisar antara 10-20% saja. Beberapa kelainan yang dapat menimbulkan
hipertensi sekunder:
1) Glomerulosnefritisakut. Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan memburuk dengan
cepat.
2) Sindromnefrotik. Penyakit ini bersifat lambat dan menimbulkan gejala klinis
sindrom nefrotik seperti proteinuria berat, hippoproteinemia, dan edema yang berat.
3) Pielonefritis. Peradangan pada ginjal ini sering disertai dengan kelainan struktur
bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal. 10
4) KimmeltStiel-Wilson. Penyakit pada ginjal ini merupakan komplikasi dari penyakit
diabetes militus yang berlangsung lama.
5) Hipertensirenovaskular. Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada arteri
renalis. (Yasmara, Deni dkk, 2016)
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastoliknya lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4)Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perier untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
2.1 Derajat hipertensi
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1 Optimal <120 <80

2 Normal 120-129 80-84

3 High Normal 130-139 85-89

4 Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (Berat) 180-209 100-119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

(Nurarif& Kusuma, 2015)

C. Faktor resiko dan target organ penderita hipertensi


Table 2.2 Faktor Resiko dan target organ penderita hipertensi
Factor resiko Target organ yang dapat mengalami
kerusakan

Perokok Penyakit jantung (angina, gagal


jantung)
Dislepedemia Stroke

Diabetes Nefropati

Usia > 60 tahun Retinopati

Jenis kelamin: pria dan wanita


pascamenopouse

Riwayat penderita (yang memiliki


Riwayat penyakit jantung). Wanita
(Syamsudin, 2011)
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
A. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak berukuran.
B. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual, muntah
6) Epistaksis
7) Kesadaran menurun (Nurarif& Kusuma, 2015)

4. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi juga dapat diklasifikasikan menjadi
A. Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder.
1. Hipertensi primer Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi yang
tidak di ketahui penyebabnya. Ini merupakan jenis hipertansi yang paling banyak yaitu 90-95%
dari insidensi hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi primer ini sering tidak disertai dengan
gejala dan biasanya gejala baru muncl saat hipertensi sudah berat atau sudah menimbulkan
komplikasi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan hipertensi dijuluki sebagai silent killer.
2. Hipertensi Sekunder Jumlah hipertensi sekunder hanya sekitar 5-10% dari kejadian hipertensi
secara keseluruhan. Hipertensi jenis ini merupakan dampak sekunder dari penyakit tertentu.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain penyempitan arteri renalis,
penyakit parenkim ginjal, hiperardosteron maupun kehamilan. Selain itu, obat-obatan tertentu
juga bisa menjadi pemicu hipertensi sekunder
Hipertensi primer maupun sekunder memiliki potensial untuk menjadi hipertensi berat atau
dengan pula sebagai krisis hipertensi. Angka kejadian krisi hipertensi di Amerika berkisar 2-7%
pada populasi penderita hipertensi yang tidak melakukan pengobatan secara teratur. Sedangkan
seiring perbaikan 14 penanganan yang dilakukan, angka kejadiannya menurun hingga tinggal 1%
saja. Sayangnya kejadian krisis hipertensi di Indonesia hingga saat ini masih belum ada laporan
mengenai hal tersebut. (Yasmara, Deni dkk, 2016)
5.Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan derajat
dilatasi kontruksi arteriola (resistensi vascular sistemik).Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu
singkat oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama, dan kemudian
melalui mekanisme umpan balik hormonal menimbulkan berbagai variasi respons tubuh seperti
frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jatung, kontraksi otot polos pada pembuluh darah dengan
tujuan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Baroreseptor dalam komponen
kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan
penting dalam pengaturan hormonal volume vascular. Penderita hipertensi dipastikan mengalami
peningkatan salah satu atau kedua komponenini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular
sistematik. (Yasmara, Deni dkk, 2016).
Saat hipertensi bertambah berat dan jantung mulai mengalami pembesaran, curah jantung
mengalami penurunan secara progresif meskipun belum terdapat tanda-tanda gagal jantung. Hal ini
disebabkan resistensi perifer semakin tinggi dan kecepatan ejeksi ventrikel kiri semakin
menurun .penurunan curah jantung ini akan menyebabkan gangguan perfusi ke organ tubuh, terutama
ginjal. Kondisi ini berdampak penurunan volume ekstrasel dan perfusi ginjal ini akan mengaktivasi
system rennin angiostensin. Renin yang 15 dikeluarkan oleh ginjal ini akan merangsang
angiotensinogen untuk mengeluarkan angiotensionogen I (AI) yang bersifat vasokonstriktor lemah.
Adanya angiotensin I pada peredaran darah akan memicu pengeluaran angiotensin converting enzym
(ACE) di endothelium pembuluhparu. ACE ini kemudian akan mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II (AII) yang merupakan vasokonstriktor kuat sehingga berpengaruh pada sirkulasi tubuh
secara keseluruhan. Selain sebagai vasokonstriktor kuat, AII memiliki efek lain yang pada akhirnya
meningkatkan tekanan darah. Dampak yang timbul oleh AII antara lain hipertrofi jantung dan
pembuluh darah, stimulasi rasa haus, memicu produksi oldesteron dan anti-diuretic hormone (ADH)
(Yasmara, Deni dkk, 2016)
Rennin diekskresikan sebagai respons tubuh terhadap beberapa kondisi diantaranya stimulasi system
saraf simpatik, hipotensi, dan penurunan asupan natrium. Kemudian rennin akan menginduksikan
angiotensinogen untuk berubah menjadi angiotensi I (AI). Angiotensin converting enzyme (ACE) yang
dihasilkan oleh endothelium pembuluh darah paru mengubah AI menjadiangiotensin II (AII).
Peningkatan tekanan darah sebagai dampak dari adanya AII ini terjadi melalui dua cara utama yaitu
efek fasokontruksi dan perangsangan kelenjar adrenal. Vasokontruktoryaitu AII menebabkan
vasokontruksi baik pada arteriol maupun vena. Kontruksi arteriol akan meningkat tahanan perifer
sehingga membutuhkan usaha jantung lebih besar dalam melakukan pemompaan. sedangkan pada vena
dampak , tetapi sudah mampu menimbulkan peningkatan aliran balik darah vena ke jantung.
Perangsangan kelenjar endokrin yaitu AII merangsang kelenjar adrenal untuk 16 mengeluarkan
hormone aldosteron, hormone inibekerja pada tubulus distal nefron. Dampak dari keberadaan hormone
aldesteron ini adalah peningkatan penyerapan kembali air dan NACl oleh tubulus distal nefron. Hal ini
akan mengurangi pengeluaran garam dan air melalui ginjal. Kondisi ini membuat volume darah
meningkat yang diikuti pula dengan peningkatan tekanan darah. Berat ringannya gejala hipertensi
sendiri sangat di pengaruhi oleh seberapa banyak dan seberapa vital organ yang terkena dampak dari
penurunan perfusi darah akibat tingginya resisitensi sistemik tersebut.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan atau pun dengan memodifikasi gaya hidup. Sebagian besar pasien
memerlukan obat anti hipertensi seumur hidup dengan obat tunggal maupun kombinasi lebih dari satu
obat. Pedoman penatalaksanaan hipertensi sangat diperlukan oleh para dokter untuk mencegah
terjadinya komplikasi kardio-serebrovaskuler (Yenny, 2016). Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan
dengan membatasi asupan garam, menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok
dan minuman beralkohol. Olahraga juga di anjurkan bagi penderita hipertensi (Soenarta, dkk., 2015)
A. Terapi non farmakologi
Terapi nonfarmakologi digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi nonfarmakologi meliputi:
1. Diet
1) Mengurangi makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
2) Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hr menjadi 5gr/hr
3) Penurunan berat badan
4) Diet tinggi kalium
5) Makanan dan minuman dalam kaleng
6) Mengurangi konsumsi alcohol dan merokok (Depkes, 2014)
2. Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi seperti
lari, jongging, bersepeda, berenang dan lainlain. Lama latihan berkisar 20-15 menit
B. Terapi farmakologi
Obat-obatan anti hipertensi menurut Muttaqin. A (2012)
Dapat digunakan sebagai obat tunggal atau di campur dengan obat lain. Klasifikasi obat hipertensi
yaitu sebagai berikut:
1) Diuretic: diberikan dengan tujuan agar memacu aktivitas keluaran
natrium dan air melewati ginjal. Penggunaanya harus dilakukan secara
ahti-hati karena efek sampingnya bisa menyebabkan terjadinya
hyponatremia dan hipokalemia, seperti chlorthalidone lasix, Aldoctone,
Drenium diuretic
2) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE (
Angiotensin Converting Enzym) 18
3) Antagonis (penyekat) reseptor beta(B-Blocker), terutama penyekat
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.
4) penyemburan darah oleh ventrikel. O bat ini berfungsi untuk
memperbaiki pengosongan ventrikel serta peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat di turunkan.Terapi
vasodilator: obat-obatan fasoaktif ini digunakan untuk mengurangi
adanya tekanan terhadap
7. PemeriksaanPenunjang A.
PemeriksaanLaboratorium 1) Hb/Ht:
untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti:
1. hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / keratin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glucose: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran
kadar ketokolamin.
4. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
B. CTScan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
C. EKG: dapatmenunjukanpolaregangan, dimana luas, peninggian
gelombang p adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
D. IUP: mengindentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal
E. Photodada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, jantung(Nurarif& Kusuma,
2015).
8. Komplikasi
A. Stroke
Stroke dapat terjadi karena hemorogi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh selain otak ang terpajan tekanan tinggi. stroke dapat terjadi pada
penyakit hipertensi kronis, apabila arteri yang memperdarai otak mengalami hipertrofi dan
penebalan.
B. Gagal jantung
Tekan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah.
Kondisi ini berakibat otot jantung akan menebal dan meregang sehingga daya pompa oto menurun.
Pada akhirnya, terjadi kegagalan kerja otot jantung (Yuli, 2018).
C. Gagal ginjal
Gagal ginjal bisa terjadi sebab kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus gijal. Denganrusaknya glomerulus, aliran darah kenefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi kematian dan hipoksik (Bianti Nuraini, 2015)
D. Enselopati
Terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya).
Tekanan yang sangattinggi pada 20 kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong
cairan keruangan intersistil di seluruh susunan saraf pusat (Aspiani, R.Y, 2014).
E. Kejang Bisa terjadi pada wanita preeklamasia. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat badan yang
kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis
jika ibu mengalami kejang selama bisa juga sebelum persalinan. (Aspiani, R.Y, 2014)
9. Dampak Masalah

Dampak ekonomi pengobatan hipertensi sebagai upaya penanggulangan kondisi kesehatan


yang berhubungan dengan obesitas dapat menyebabkan peningkatan beban ekonomi pada system
perawatan pengusaha keluarga individu termasuk pada peningkatan biaya yang harus dikeluarkan
untuk pengobatan hipertensi.selain itu dampak juga dapat menyebabkan derajat Kesehatan sumber
daya menurun (Wulan sari, 2016).
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 16 September 2022

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 60 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Protestan
Status Perkawinan : Janda
TB / BB : 150 Cm / 50 Kg
Penampilan : Kurang rapi
Ciri-Ciri Tubuh : kurus, agak bungkuk kalau berjalan
Alamat : Desa Broges Kobakma
Orang Yang Dekat Dihubungi : An. E L/P
Hubungan dengan Usila : Cucu PAsien
Alamat : Desa Broges Kobakma

B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :

Klien

Keterangan :
Laki-laki Meninggal

Perempuan Klien
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Berkebun
Alamat Pekerjaan : Desa Broges
Berapa Jarak Dari Rumah : 500 m
Alat Tarnsportasi : Berjalan kaki
Pekerjaan Sebelumnya : Klien pernah mejadi seorang pendeta
Berapa Jarak Dari Rumah : 2 Km
Alat Tarnsportasi : Berjalan kaki
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan terhadap kebutuhan : Klien hidup dari
berkebun, dan hasil kebun tersebut dijadikan makanan sehari-hari bersama dengan anak
dan cucu-cucunya.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Tipe Tempat Tinggal : Rumah panggung (milik alm. Anaknya)


Jumlah Kamar : 2 kamar, Jumlah Tongkat : 1 buah
Kondisi Tempat Tinggal : isi rumah terlihat semrawut, barang berserakan
ada dimana- mana
Jumlah orang yang tinggal di rumah : Tinggal sendiri, akan tetapi kadang ada cucu
yang datang menemani
Derajat Privasi : Kurang diperhatikan oleh menantunya, Klien
bertetangga dengan cucux yang sudah
berkeluarga
Tetangga Terdekat : ada
Alamat/Telepon : 081245378787

E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Membuat noken
Keanggotaan Organisasi : Persekutuan Kaum Ibu Gereja Gidi Broges
Liburan / Perjalanan : Tidak ada

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Klien didukung oleh seorang perawat yang
merupakan tetangga klien
Jarak dari rumah : 100 m
Rumah Sakit : ada, Jaraknya : 3 Km
Klinik : tidak ada
Pelayanan Kesehatan di rumah : tidak ada
Makanan yang dihantarkan :
…………………………………………………………
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : tidak ada
Lain – lain : …………………………………………………………………

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : meskipun klien sudah tua tapi selalu rajin
mengikuti ibadah di Gereja setiap hari Minggu atau hari raya keagamaan lainnya
Yang lainnya :
…………………………………………………………………………
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan nyeri pada
kepala sejak 2 tahun yang lalu, leher terasa tegang, nyeri makin dirasakan ketika klien ada
masalah yang tidak terselesaikan, ketika berjalan jauh klien juga kadang merasa lelah dan
merasa ingin jatuh

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : cucu klien mengatakan bahwa
klien pernah mengalami nyeri yang sama di kepala

Keluhan Utama : Nyeri kepala


 Provokative / Paliative : Nyeri ketika lagi ada masalah atau ketika klien terlalu
lelah
 Quality / Quantity : Seperti ditusuk-tusuk
 Region : kepala sebelah kiri dan kanan
 Severity Scale : 3-5
 Timming :Hilang timbul

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : jika klien merasa sakit, klien
kadang datang berobat ke RS dan mengkonsumsi obat penghilang nyeri atau
menggunakan salonpas yang dibeli di kios.

Obat-Obatan :

No. Nama Obat Dosis Keterangan

1 Captopril 12,5 mg 2 x 1 sehari Sesudah makan

2 Natrium Diclofenak
2 x 1 sehari
Sesudah makan

Alergi : (catatan agen dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : Klien tidak ada alergi pada obat-obatan
Makanan : Klien tidak ada alergi pada obat-obatan
Faktor Lingkungan: Klien tidak ada alergi pada obat-obatan
Penyakit Yang Diderita :
Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia
Lain – Lain : Sebutkan ………………………………………………………………
I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)
Indeks Katz :A/B/C/D/E/F/G
(terlampir)

Oksigenasi : Frequensi napas 20x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu


pernafasan, bernapas melalui hidung

Cairan & Elektrolit: Klien hanya minum air putih ±1000 liter/hari

Nutrisi : Klien makan 2-3x sehari dengan ubi dan sayur, klien jarang makan
nasi

Eliminasi : Klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, BAK 3-4x/hari


Aktivitas :Klien setiap hari menghabiskan waktunya di rumah dengan membuat
noken dan berkebun di belakang rumahklien tidur cukup, klien juga mandi 1x sehari

Istirahat & Tidur : Klien tidur cukup, tidur malam ±7 jam dan jarang tidur siang, klien
merasa puas saat bangun tidur

Personal Hygiene : klien mandi 1x sehari

Seksual : Klien tidak pernah melakukan hubungan sexual lagi karena suaminya
sudah meninggal dan sudah tua dan keinginan untuk berhubungan sudah tidak ada.
Rekreasi : Klien tidak pernah berekreasi ke tempat yang jauh mengingat kondisi
klien, klien hanya berkunjung ke rumah cucu yang berada di dekat rumah
Psikologis : Klien sering berdoa dan membaca Alkitab jika ada masalah
 Persepsi Klien : ..............................................

 Konsep diri : Klien menyadari bahwa dirinya sudah tua (lansia)

 Emosi : Emosi klien Labil, kadang marah-marah kadang juga diam

 Adaptasi : Klien mudah beradaptasi dengan tetangga sekitar

 Mekanisme Pertahanan Diri : tidak terkaji

J. TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : baik
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital : TD = 150/100 mmHg, Nadi = 88x/menit, S=36°C

1. Kepala : Inspeksi :
- Tampak rambut Hitam bercampur putih
- Penyebaran merata
- Tampak kurang terawat
Palpasi :
- Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda infeksi

2. Mata, Telinga, Hidung :


Mata bentuknya normal, pandangan klien kabur saat melihat objek yang jauh, klien
tidak buta warna dan kadang-kadang menggunakan kaca mata, pupil isokor

Telinga : Membran Tympani agak keruh, klien juga mengalami gangguan


pendengaran, Aurikel Normal, Tinnitus tidak ada
Hidung : Bentuk normal dan tidak mengalami gangguan penciuman

3. Leher :
Inspeksi :
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfa
Palpasi :
- Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nadi karotis teraba

4. Dada :
Inspeksi :
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi,
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda infeksi.
Perkusi :
sonor
Auskutasi :
Suara jantung S1 dan S2 tunggal, suara mur – mur tidak ada ronchi (-),
wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
5. Abdomen :
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, agak
kembung, pergerakan peristaltik usus baik.

6. Ektremitas:
Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak terjadi kelumpuhan, dari
ke-4 ektrimitas mampu menggerakan persendian, mampu mengangkat dan melipat
persendian secara sempurna..

7. Sistem Immune : …………………………………………………………


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….

8. Genetalia : Tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, tidak


ada nyeri pelvic,tidak ada penyakit kelamin,tidak ada infeksi.Riwayat
mentruasi tidak terkaji riwayat menopause tidak terkaji

9. Sistem Reproduksi :
Payudara
Bentuk : normal
Benjolan : tidak ada

Kelamin
Bentuk :
Keputihan : tidak ada keputihan
Siklus haid : sudah monopause

10. Sistem Persyarafan :


Masalah Koordinasi : tidak ada
Tremor/Spasme : tidak ada
GCS : E4M6V5 total 15
Kesadaran : composmentis
Orientasi orang : baik
Orientasi waktu : baik

11. Sistem Pengecapan : menurun

12. Sistem Penciuman : masih normal

13. Tactil Respon : …………………………………………………………


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ) :terlampir

2. Mini-Mental State Exam (MMSE) :terlampir

3. APGAR Keluarga :terlampir


L. DATA PENUNJANG

ANALISA DATA

Data Masalah INTERPRESTASI


No ( Sign / Symptom ) ( Problem ) ( Etiologi )
1 2 3 4

1 DS :
- Klien mengatakan nyeri di Nyeri Kronis Peningkatan Tekanan
kepala sejak 2 tahun yang Darah
lalu
- Klien mengatakan nyeri di
leher belakang
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan saat ada
masalah atau capek

P : Nyeri saat ada masalah


atau saat capek

Q : Seperti ditusuk-tusuk

R : Seluruh kepala

S : 3-5

T : Hilang timbul

DO:
- Klien terlihat meringis
kesakitan jika
penyakitnya timbul
- TD : 150/100 mmHg
2.
DS : Risiko Jatuh
- Klien mengatakan jika
berjalan jauh mudah lelah
dan merasa ingin jatuh

DO :
- Klien terlihat berjalan
secara perlahan dan
kadang terlihat
menggunakan tongkat
PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Kronis
2. Resiko Jatuh
NURSING CARE PLAN

No Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional


1 Nyeri Kronis Keluhan nyeri pasien dapat Manajemen Nyeri ( I.08238) 1) Untuk
teratasi dengan kriteria hasil : - Mengedintifikasi lokasi dan mengukur skala
- Keluhan nyeri menurun nyeri pasien
- Meringis menurun - Mengedintifikasi faktor yang memperberat
Menambah pengetahuan klien
nyeri
- Memberikan teknik non farmakologi kepada 2) Nyeri hebat dapat mengakibatkan shock
pasien untuk mengurangi rasa nyeri dengan
terapi massage atau relaksasi nafas dalam kardiogenik yang berdampak pada kematian
- Mendorong pasien untuk istirahat dan tidur
- Menjelaskan penyebab nyeri
- Mengajarkan menggunakan obat pereda nyeri mendadak
dengan tepat
- Memberikan analgesik Natrium Diclofenak 2 x 3) Teknik dikstraksi dapat mengurangi rasa nyeri
1 sehari

2 Risiko Jatuh Keluhan pasien dapat teratasi Pencegahan Jatuh (I.14540)


dengan criteria hasil : Observasi:
Ambulasi (L.05038) - Mengidentifikasi factor risiko jatuh (usia
- Berjalan dengan lebih dari 60)
langkah yang efektif Terapeutik:
cukup meningkat - menggunakan alat bantu berjalan
- Berjalan dengan Edukasi:
langkah sedang
- menganjurkan melebarkan jarak kedua
meningkat
kaki untuk meningkatkan keseimbangan
- Berjalan jarak jauh
meningkat
- Nyeri saat berjalan
menurun
IMPLEMENTASI

No Hari/ Tanggal Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi


Jam
1 Sabtu, 17 Nyeri Kronis - Mengkaji skala nyeri dan PQRST S: :
September 2022 P : Sakit Kepala
Jam 09.00
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Seluruh kepala
S :5
T : Hilang timbul

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas - klien mengatakan paham atas tindakan relaksasi
nafas dalam
dalam jika nyeri terjadi
- Klien merasa nyaman dan rileks setelah ROP
dan nafas dalam

O:
- Klien kooperatif
- Klien memegang area yang nyeri
- TD : 140/90 mmhg
A:
- masalah teratasi sebagian yaitu klien paham dan
rileks
P: Lanjutkan intervensi nafas dalam dan ROP

Risiko Jatuh - Mengobservasi dan mengkaji cara berjalan S:klien mengatakan paham akan tindakan pencegahan
klien jatuh
- Memberikan edukasi terkait penggunaan O: - klien terlihat pelan-pelan saat berjalan
tongkat untuk membantu berjalan A:masalah teratasi sebagian, klien paham untuk
- Mengedukasi untuk melebarkan kaki agar pencegahan jatuh
lebih seimbang P:mengobservasi cara berjalan klien

Selasa, 20 Nyeri Kronis - Mengkaji skala nyeri dan PQRST S: : :


September 2022 P : Sakit Kepala
Jam 9.30 WIT
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : seluruh kepala
S :4
T : Hilang timbul
- Melakukan relaksasi nafas dalam - Klien merasa nyaman dan rileks setelah ROP
- Melakukan relaksasi otot progresif dan nafas dalam
O:
- Klien kooperatif
A:
- masalah teratasi sebagian yaitu klien rileks skala
nyeri berkurang menjadi 3
P: lanjutkan intervensi nafas dalam dan ROP

Risiko Jatuh
Mengedukasi untuk melebarkan kaki agar lebih S: klien mengatakan paham akan tindakan pencegahan
seimbang jatuh
O: - klin terlihat pelan-pelan saat berjalan
A: masalah teratasi sebagian, klien paham untuk
pencegahan jatuh
P: mengobservasi cara berjalan klien

-
INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)
========================================================
Nama Klien : Ny. S Tanggal : 17 September 2022
Jenis Kelamin :P
Umur : 60 tahun
TB / BB : 150 Cm / 55 Kg
Agama : Kristen
Suku : Yali
Gol Darah :
Tahun Pendidikan : …………SD
Alamat : Desa Broges Distrik Kobakma Kabupaten Mamberamo
Tengah

Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
A kamar kecil, berpakaian dan mandi.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
B kecuali satu dari fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
C kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
D kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
E kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi
tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
F kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.


Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-Lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE


( SPMSQ )
(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manula.)
========================================================

Skore
+ - No. Pertanyaan Jawaban
+ 1. Tanggal berapa hari ini? Tanggal 7
+ 2. Hari apa sekarang ini ? Rabu
+ 3. Apa nama tempat ini ? Broges
+ 4. Berapa nomor telepon Anda ? Tidak ada
4.a. Dimana alamat Anda ?
Broges
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
- 5. Berapa umur Anda ? Tidak tahu
- 6. Kapan Anda lahir ? Tidak tahu
- 7. Siapa presiden Indonesia sekarang ? Tidak tahu
- 8. Siapa presiden sebelumnya ? Tidak tahu
+ 9. Siapa nama kecil ibu Anda ? Hana
_ 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap Tidak tahu
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun ?
Jumlah kesalahan total 5

Keterangan :
1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan intelektual Berat
MINI - MENTAL STATE EXAM ( MMSE )
(Menguji Aspek – Aspek Kognitif dari Fungsi Mental)
==================================================================

Nilai
Maksimum Pasien Pertanyaan

Orientasi
5 5 (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang) ?
5 3 Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah -sakit)
(lantai) ?

Registrasi
3 3 Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian
tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1
poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat.
Percobaan : ………..
Perhatian dan
Kalkulasi
5 0 Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke belakang.

Mengingat
3 0 Minta untuk mengulang ketiga objek diatas.
Berikan 1 poinuntuk setiap kebenaran.

Bahasa
9 Nama pensil dan melihat ( 2 poin )
Mengulang hal berikut : “Tak ada jika, dan, atau tetapi” ( 1poin )

Nilai Total

Kaji Tingkat Kesadaran sepanjang kontinum :

Composmentis Apatis Sumnolen Suporus Coma

Keterangan :
Nilai maksimal 30, Nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
APGAR KELUARGA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial
========================================================

No Uraian Fungsi Skore


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 1
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya. Adaptation
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya. Partnership
3. Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru. Growth
4. Saya puas dengan cara keluarga ( teman-teman ) saya 1
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai. Affection
5. Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama-sama.
Resolve

Penilaian :
Pertanyaan – pertanyaan yang dijawab ;
Total 6
 Selalu : skore 2
 Kadang – kadang : skore 1
 Hampir tidak pernah : skore 0

Dari : Smilkstein G : 1982

Anda mungkin juga menyukai