Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK : INKONTINENSIA URINE

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4
1. BENEDICTA SARNI TELAUMBANUA (180204002)
2. ANGELYCA MAWANTI MANULANG (180204042)
3. IWAN ALIANSY MAYBANG (180204033)
4. BORISMAN HULU (180204031)
5. REYHANISYA FITRA (180204020)
6. YOHANA PASARIBU (180204030)
7. LYBERNIATI HULU (180204012)

Kelas : 4.1
Dosen pembimbing : Ns. Siska Evi, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat, serta peyertaan-Nya sehingga makalah konsep terapi keluarga dapat
terselesaikan.

Kami juga mengucapkan terimakasih dan menyampaikan hormat kami kepada


1. Ketua Yayasan, Pak Perlindungan Purba, SH,MN
2. Rektor USMI, Dr. Ivan Elisabet Purba, M.kes
3. Ketua Prodi S1 keperawatan, Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, MNS
4. Dosen Pengajar Keperawatan Gerontik, Ns. Siska Evi, M.Kep

Yang telah menjadi inpirasi dan pedoman kami dalam menjalani studi kami
ini.Dalam penulisan makalah kami ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana, singkat dan mudah dipahami.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan serta masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah kami ini. Maka kami harap
kerjasamanya, supaya segala sesuatu bentuk kesalahannya mohon dimaklumi dan kami
berharap adanya masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Disusun oleh

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungnnya, ditandai dengan kegagalan seseorang individu untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis dan juga berkaitan dengan penurunan
daya kemaampuan untuk kehidupan serta peningkatan kepekaan secara individual
(Muhith ,2016).
Berbagai macam perubahan terjadi akibat proses menua diantaranya sistem
kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem persarafan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinaria, sistem endokrin dan sistem indera. Pada sistem genitourinaria proses
menua mempengaruhi salah satunya saluran kemih bagian bawah, seperti terjadinya
kontraksi kandung kemih tanpa disadari, otot pengatur saluran kencing lemah, dan
frekuensi buang air kecil meningkat. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi estrogen
menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan
penurunan pada otot-otot dasar panggul. Termasuk otot-otot dasar panggul pada sfingter
pada saluran perkemihan (Aspriani,2014).
Kondisi di atas disebut inkontinensia urine. Inkontinensia urine yaitu kondisi
dimana sfingter eksternal tidak mampu mengontrol dorongan berkemih. Inkontinensia
urine mempunyai beberapa klasifikasi diantaranya: tipe stres, tipe akut reversible, tipe
persisten, dan tipe fungsional. Inkontinensia urine dapat berakibat seperti: infeksi
saluran kemih, gangguan tidur, dekubitus, dan gejala ruam pada area selangkangan.
Selain itu masalah psikososial seperti dijauhi orang lain karena berbau pesing, yang
menyebabkan minder, tidak percaya diri, mudah marah juga sering terjadi dan hal ini
berakibat pada depsresi dan isolasi sosial (Dewi,2017).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mendeskripsikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
inkontinensia urin

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsinya hasil pengkajian pada lansia dengan inkontinensia urine


b. Mendeskripsinya rumusan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
inkontinensia urine
c. Mendeskripsinya intervensi keperawatan pada lansia dengan inkontinensia urine
d. Mendeskripsinya implementasi keperawatan pada lansia dengan inkontinensia
urine
e. menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan katarak.

C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang inkontinensia urine
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada lansia inkontinensia
urine
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR LANSIA

1. Defenisi lansia
Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 lansia adalah manusia
yang umurnya melebihi 65 tahun (Rhosma, 2014). Di
indonesia dikatan lansia jika berumur lebih dari 60 tahun.
Lansia bukan suatu penyakit namun merukapan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan, ditandai dengan kegagalan seseorang
individu untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stress fisiologis dan juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk kehidupan serta
peningkatan kepekaan secara individual ( Setianto dan
Pudjiastusi dalam Muhith, 2016).

2. Proses Menua
Fatimah (2010), macam-macam penuaan berdasarkan
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial yaitu:
1. Penuaan biologik
Merujuk pada perubahan struktur dan fungsi yang
terjadi sepanjang kehidupan.
2. Penuaan fungsional
Merujuk pada kapasitas individual mengenai
fungsinya dalam masyarakat, dibandingkan dengan
orang lain yang sebaya.
3. Penuaan psikologik
Perubahan prilaku, perubahan dalam persepsi diri, dan
reaksinya terhadap perubahan biologis.
4. Penuaan sosiologik
Merujuk pada peran dan kebiasaan sosial individu di masyarakat.
5. Penuaan spiritual
Merujuk pada perubahan diri dan persepsi diri, cara
berhubungan dengan orang lain atau menempatkan
diri di dunia dan pandangan dunia terhadap dirinya.

3. Batasan Umur Lanjut Usia


UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyatakan “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun keatas”. Kementrian kesehatan republik
indonesia membagi batasan umur lansia sebagai berikut:
a). Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun,
keadaan ini dikatakan sebagai masa virilitas; b).
Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa
presenium; c). Kelompok usia lanjut (>65 tahun) yang
dikatakan maa senium.
Menurut WHO (World Health Organization) kategori
lanjut usia meliputi: a). Usia pertengahan (middle age) :
45-59 tahun, b)Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun, c).
Usia tua (old) : 75-90 tahun, d). Usia sangat tua (very old)
di atas 90 tahun.

4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan


a. Perubahan kondisi fisik
Maryam dkk (2008), menjelaskan perubahan-
perubahan kondisi fisik pada lansia yaitu :
1) Sel;
Ketika seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel
dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang
menurun, iukuran lebih besar sehingga mekanisme
perbaikan sel akan terganggu dan proporsi protein di
otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang.
2) Kardiovaskuler;
Katup jantung akan menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
3) Respirasi
Otot – otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehinga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun serta
terjadi penyempitan bronkus.

4) Persyarafan;
Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stress.
Berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin akson
sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik
dan reflek.
5) Musculoskeletal
Pada lansia terjadi penurunan kekuatan otot yang
disebabkan penurunan massa otot ( atropi otot). Ukuran
otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak
terjadi pada ektermitas bawah. Kekuatan atau jumlah
daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan
bertambahnya usia.
6) Genitourinaria
Ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran
darah ke ginjal akan menurun.
7) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran, tulang- tulang pendengaran mengalami
kekakuan.
8) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang
menurun dan kekeruhan lensa atau katarak.
9) Kulit
Kulit keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
Rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
10) Endokrin
Produksi hormone menurun, menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya daya pertukaran gas dan
memurunnya produksi aldosteron.

b. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi memori


jangka pendek, frustasi, kesepian, takut kehilangan,
takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,
depresi, dan kecemasan (Maryam dkk, 2008).

c. Perubahan sosial
Perubahan sosial pada lansia meliputi perubahan
peran, keluarga, teman, masalah hukum, agama dan
panti jompo (Maryam dkk, 2008).

B. Konsep Dasar Inkontinensia Urine


1. Pengertian
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan
berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter
ekternal. (Mubarak dalam Yuli,2014).
Inkontinensia urin dalah ketidakmampuan otot sfingter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol
ekresi urin( wartonah dalam Yuli, 2014).
Inkontinensia urine adalah keluarnya urin secara tidak
terkendali atau tidak pada tempatnya (soeparmaan dalam
Yuli,2014).

2. Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut Soeparman dalam Yuli (2014),
yaitu:
1) Poliuria, nokturia
2) Gagal jantung
3) Factor usia: lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
4) Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria
hal ini disebabkan oleh:
a) Penurunan produksi estrogen menyebabkan atropi
jaringan uretra dan efek akibat melahirkan dapat
mengakibatkan penurunan otot-otot dasar panggul.
b) Perokok
c) Minum alcohol
d) Obesitas
e) Infeksi saluran kemih (ISK)

3. Klasifikasi
Klasifikasi Inkontinensia menurut Yuli (2014):
1) Inkontinensia Urin Akut Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol
atau tidak dapat pergi ketoilet sehingga berkemih tidak
pada tempatnya. Bila delirium teraratasi mak
inkontinensia urin umumnya juga akan teratasi. Setiap
kondisi yang menghambat mobilisasi pasien dapat
memicu timbulnya inkontinensia urin fungsional atau
memburuknya inkontinensia persisten, seperti fraktur
tulang panggul, stroke, artrittis dan sebagainya.
Retensi urin karena obat-obatan, atau obstruksi anatomis
dapat pula menyebabkan inkontinensia urine. Keadaan
inflamasi pada vagina dan uretra (vaginitis dan urhetritis)
mungkin akan memicu inkontinensia urin. Konstipasi
juga sering mengakibatkan inkontinensia akut. Berbagai
kondisi yang menyebabkan poliuria dapat memicu
terjadinya inkontinensia urine, seperti glukosuria atau
kalsiuria. Gagal jantung dan insufisiensi vena dapat
menyebabkan edema dan nokturia yang kemudian
mencetuskan terjadinya inkontinensia urine nocturnal.
Berbagai macam obat juga dapat mencetuskan terjadinya
inkontinensia urin seperti kalsium chanel blocker, against
andregenik alfa, analgesik narkotik, psikotropik,
antikolinergik daan diuretik.

2) Inkontinensia Urine Persisten


Inkontinensia urine persisten daapat diklasifikasikan
dalam berbagai cara, meliputi anatomi, patofisiologi dan
klinis. Untuk kepentingan praktek klinis, kalsifikasi klinis
lebih bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan
intervensi klinis.
Kategori klinis meliputi:
a. Inkontinensia dorongan
Merupakan kedaan dimana seseorang mengalaami
pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah
merasa dorongan yang kuat berkemih.
Inkontinensia urine jenis ini umumnya dikaitkan
dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor
overactivity). Maslah-masalah neurologis sering
dikaitkan dengan inkontinensia urine urgensi ini,
meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan
cedera medulla spinalis. Pasien mengeluh tak cukup
waktu untuk sampai di toilet setelah timbul keinginan
untuk berkemih sehingga timbul peristiwa
inkontinensia urine.

Inkontinensia tipe urgensi ini merupakan penyebab


tersering inkontinensia pada lansia diatas 75 tahun.
Satu variasi inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas
detrusor dengan kontraktilitas yang terganggu. Pasien
megalami kontraksi involunter tetapi tidak dapat
mengosongkan kandung kemih sama sekali. Mereka
memiliki gejala seperti inkontinensia urine stress,
overflow dan obstruksi.

b. Inkontinensia Stres
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan
peningkatan tekanan intra abdomen, seperti pada saat
batuk, bersin atau berolahraga.Umumnya disebabkan
oleh melemahnya otot dasar panggul,merupakan
penyebab tersering inkontinensia urine pada lansia di
bawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita
tetapi mungkin terjadi pada laki-laki akibat kerusakan
sfingter uretra setelah pembedahan transsuretral dan
radiasi. Pasien menegeluh mengeluarkan urine pada
saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urine yang
keluar dapat sedikit atau banyak.

c. Inkontinensia reflex
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada
interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung
kemih mencapai jumlah tertentu.
d. Inkontinensia fungsional
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa
disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya pengeluaran
urine akibat factor-faktor diluar saluran kemih. Penyebab terseringnya
adalah demensia berat, masalah muskuloskletal berat, factor lingkungan
yang menyebakan kesulitan untuk pergi ke kamar mandi, dan fktor
psikologis. Seringkali inkontinensia urine pada lansia muncul dengan
berbagai gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia

urine. Penatalaksanaan yang tepat memerlukan identifikasi semua


komponen.

e.Inkontinensia urine overflow


Merupakan suatu keadaan tidak terkendalinya pengeluaran urine dikaittkan
dengan distensi kandung kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh
obstruksi anatomis, seperti pembesaran prostat, factor neurogenik pada
diabetes mellitus atau sclerosis multiple, yang menyebabkan berkurang atau
tidak berkontraksinya kandung kemih, dan factor-faktor obat-obatan. Pasien
uumunya mengeluh keluarnya sedikit urine tanpa adanya sensasi bahwa
kandung kemih sudah penuh.
4. Patofisiologi
Yuli (2008),Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi,
antara lain:
1) Perubahan yang terkait dengan usia pada system perkemihan.
Kapasitas kandung kemih (vesika urinaria) yang normal sekitar 300-
600ml. dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350ml.
berkemih dapat ditunda 1-2jam sejak keinginan berkemih dirasakan.
Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontraksi
dan sfingter ekternal relaksasi, yang membuka uretra. Pada orang dewasa
muda hamper semua urin dikeluarkan dengan proses ini.

Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50ml attau
kurang dianggap adekuat. Jumla yang lebih dari 100ml mengindiikasikan
adanya retensi urine. Perubahan lainnya pada proses pnuaan adalah
terjadinya kontraksi kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi
penurunan produksi estrogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan
efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar
panggul
2) Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih.

3) Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih,


urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi
sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih sampai kapasitas
berlebihan. Fungsi Sfingter yang terganggu menyebabkan kandung
kemih bocor bila batuk atau bersin.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Yuli (2014), yaitu:
1) Inkontinensia dorongan
Gejalanya adalah berkemih sering disertai oleh tingginya frekuensi
berkemih (lebih sering 2 jam sekali). Spasme kandung kemih atau
kontraktur berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau dalam
jumlah besar (lebih dari 500ml).
2) Inkontinensia stress
Gejalanya adalah keluarnya urine pada saat tekanan intra abdomen
meningkat dan seringnya berkemih.
3) Inkontinensia reflex
Gejalanya adalah tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi,
kurangnya berkemih, kontraksi spasme kandung kemih yang tidak
dicegah.
4) Inkontinensia fungsional
Gejalanya adalah mendesaknya keinginan untuk berkemih menyebabkan
urine keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai.
5) Inkontinensia urine overflaw
Gejalanya adalah mengeluh keluarnya sedikit urine tanpa adanya sensasi
bahwa kandung kemih sudah penuh, distensi kndung kemih.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang inkontinensia urine menurut Soeparman dan
Waspadji dalam Yuli (2014). Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan
tanpa menggunakan alat-alat mahal.Sisa-sisa urine paska berkemih perlu
diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran yang spesifik dapat
dilakukan dengan ultrasound atau katerisasi urine. Merembesnya urine pada
saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi tersebut juga harus
dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk
berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi
lithotomic atau berdiri. Merembesnya urine sering kali dapat dilihat.
Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan
berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali,
dan kapasitas kanduung kemih.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:


1) Urinalis
Dilakukan terhadap specimen urine yang bersih untuk mendeteksi adanya
factor yang berperan terhadap terjadinya inkontinensia urine seperti
hematuri, piouri, baktheriuri, glukosuria, dan proteinuria.
2) Pemeriksaan darah
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk
menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.
3) Tes laboratorium tambahan
Seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin, kalsium, glukosa,
sitologi.
4) Tes diagnostik lanjutan
Perlu dilanjutkan bila evaluasi awal didiagnosis belum jelas. Tes lanjutan
tersebut adalah:
a) Tes urodinamik untuuk mengetahui anatmoi fungsi saluran kemih
bagian bawah.
b) Tes tekanan urethra untuk mengukur tekanan didalam urethra saat
istirahat dan saat dinamis
c) Imaging tes terhadap saluran perkemihan bagian atas dan bagian
bawah.

6) Catatan berkemih
Catatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan
ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urine saat mengalami
inkontinensia urine dan tidak inkontinensia urine, dan gejala berkaitan
dengan inkontinensia urine. Pencatatan pola berkemih tersebut dilakukan
selama 1-3 hari
Catatan tersebut dapat digunakan untuk memantau respon terapi dan juga
dapat dipakai sebagai intervensi terapeutik karea dapat menyadarkan
pasien faktor-faktor yang memicu terjadinya inkontinensia urine pada
dirinya.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inkontinensia urine menurut (muller dalam yuli,2014)
adalah mengurangi faktor resiko, mempertahankan homeostatis, mengontrol
inkontinensia urine, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan
pembedahan. Dari beberapa hal tersebut dapat diatas, dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah
urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar
karena tak tertahan, selain itu dicatat pula wakktu, jumlah dan jenis
minuman yang diminum.
2) Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya
inkontinensia urin, seperti hyperplasia prostat, infeksi saluran kemih,
diuretic, hiperglikemi, dan lain-lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan:
a. Melakukan latihan menahan kemih(memperpanjang interval waktu
berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
berkemih 6-7x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk
berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk berkemih pada
interval waktu tertentu, mula mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang
secara bertahap sampai lansia ingin berkemih 2-3 jam.
b. Membiasakan berkemih pada waktu yang telah ditentukan sesuai
dengan kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara
mengajari lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat
memberitahukan petugas bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan
pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif(berpikir).
c. Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengontraksikan otot
dasar panggul secara berulang-ulang
Adapun cara mengontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah
dengan cara:

1. Berdiri dilantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan


terbuka, kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan kekiri ±10
kali, kedepan dan kebelakang ±10kali, dan berputar searah dan
berlawanan dengan arah jarum jam ±10 kali.
2. Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air
besar dilakukan ±10 kali. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul
menjadi lebih kuat dan urethra dapat tertutup dengan baik.
3) Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik seperti Oxybuttinin, Propanetteine, Dyclomine,
flasvoxate, Imipramine. Pada inkontinensia stress diberikan alfa
andregenic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan
retensi uretra. Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis,
seperti bethanecol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin
untuk stimulasi kontraksi, terapi diberikan secara singkat.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Inkontinensia
Urine
1. Pengkajian
Pengkajian menurut Tamher (2009), dilakukan secara menyeluruh pada lansia
yang meliputi: mengidentifikasi status kesehatan (anamnesis dan pemeriksaan
fisik), status gizi, kapasitas fungsional, kapasitas fungsional, status psikososial,
masalah kasus lainnya yang dihadapi secara individual. Dalam melakukan
pengkajian harus secara akurat dan up to date, termasuk pula mengenai
persepsi lansia mengenai bagaimana persepsi lansia tentang kesehatan dirinya.

a. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji nama, alamat, usia, karena ada beberapa
penyakit perkemihan banyak terjadi pada klien diatas usia 60 tahun.

b. Keluhan utama
Keluhan yang sering ditemukan urine keluar tidak terkontrol atau urin
keluar menetes (retensi urine), poliuri.
Pengkajian khusus menurut Tamher (2009), pada lansia dengan
inkontinensia saat pertama mengeluhakan kondisinya yaitu:
1. Kapan mulainya?
2. Apa tindakan anda untuk mengatasinya? (dengan cara
membatasi minum/sering berkemih)
3. Adakah sesuatu hal tertentu yang memperburuk atau dapat
menguranginya?
4. Apakah sakit saat berkemih?
5. (wanita) adakah merasa tekanan di panggul?
Pengkajian tentang rasa takut, sikap, konsekuensi psikososial.
1. Sudahkah mencari pengobatan?
2. Apakah merasa perlu berada dekat dengan toilet?
3. Apakah menghindari berpergian karena hal itu?
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
olh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien
dibawa ke pelayanan kesehatan, biasanya urine yang keluar tak terkontrol
lebih dari 8 kali per hari.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit perkemihan
sebelumnya, riwayat penyakit infeksi pada sluran kemih, pengobatan
penyakit sebelumnya, riwayat mengkonsumsi alcohol dan merokok,
poliuri dan nokturi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama karena factor genetic/ keturunan.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada lansia ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan
umunya dengan penekanan pada tanda tanda vital, keadaan gizi, aktivitas
tubuh, baik dalm kedaan berbaring atau berjalaan.(muhith, 2016)
1) Keadaan umum
Keadaan umum lansia yang mengalami gangguan perkemihan
biasanya lemah (Aspiarni, 2014).
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya Composmentis, Apatis sampai Somnolen
(Aspiarni, 2014).
3) Tanda-tanda vital
a. Suhu meningkat (>37ºC)
b. Nadi meningkat (N: 70-82x/menit)
c. Tekanan darah meningkat
d. Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat
(Aspiarni, 2014).
4) Pemeriksaan review of system (ROS)
a) System pernafasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam
batas normal.( Aspiarni, 2014).
b) System sirkulasi (B2: Bleeding)
Kaji adanya denyut jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi perifer,
warna, kehangatan biasanya agak dingin seiring berkurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. (Aspiarni,
2014).
c) System persarafan (B3: Brain)
Kaji adanya kehilangan gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/ hilang fungsi( diakibatkn adanya atrofi otot). Pergerakan
mata/kejelasan melihat(biasanya visus akan menurun), dilatasi
pupil(biasanya ada terdapat arkus senilis pada lansia dengan
hiperkolestrol), Agitasi (Aspiarni, 2014).
d) System perkemihan (B4: Bleder)
Perubahan pola berkemih biasanya lebih dari 8x/hari dan sering pada
malam hari, kaji juga distensi abdomen, kesusahan mengeluarkan
urin, warna dan bau, jumlah urin yang keluar dan kebersihan.
(Aspiarni, 2014).
Proses penuaan pada ginjal, kandung kemih, uretra, dan system
persyarafan memengaruhi fisiologi pengeluaran urine. Proses penuan
dapat mengarah pada terjadinya inkontinensia. (muhfith, 2016).
e) System pencernaan (B5: Bowel)
Konstipasi(menurunnya motilitas usus), konsisten feses, frekuensi
eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia(produksi saliva
berkurang), adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
(Aspiarni, 2014).
f) System Muskuloskletal (B6: Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi (karena osteoporosis),
kontraktur atrofi otot,laserasi kulit dan perubahan warna (Aspiarni,
2014).
g. Pemeriksaan fisik menurut (Effendy,2009),yaitu:
a. Kepala: pada lansia terjadi perubahan pada warna rambut yang mulai
memutih, kuning dan penyebarannya tidak merata.
b. Mata: timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa lebih suram(keruh) dapat menyebabkan katarak.
c. Hidung: pada lansia system pancaindera mulai mengalami penurunan
fungsi termasuk pada indera penciuman.
d. Mulut: pada lansia system pancaindera mulai mengalami penurunan
fungsi termasuk pada indera perasa, dan juga sudah mulai mengalami
gigi yang mulai copot.

e. Leher: biasanya tidak terjadi gangguan pada Kelenjar Getah Bening


dan Dada: pada lansia tampak tarikan napas yang lebih berat karena
elastisitas paru mulai menurun, dan mengalami penurunan kekuatan
otot pernapasan.
f. Abdomen: peristaltic usus menurun, timbul konstipasi, abdomen terasa
berisi.
g. Genitourinaria: otot otot kandung kemih melemah, menyebabkan
pengeluaran urine meningkat, pada pria biasanya mengalami
pembesaran prostat.
h. Kulit: kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, berkurangnya elastisitas.
i. Ekstermitas:tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh,
kifosis, persendian membesar, terjadinya atrofi otot.

h. Pola fungsi kesehatan


Menurut Aspiarni (2014), yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang
biasa dilakukan sehubungan dengan adanya ketidakmampuan mengontrol
urin yang keluar atau urin yang keluar menetes.
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, daan penanganan
kesehatan.
2) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan
makanan kesukaan, konsumsi alcohol/rokok.
j. Kelenjar Tiroid.
k. Pola eliminasi
Menjelaskan pola efungsi ekresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, eliminasi urine (biasanya terdapat poliuri
dan nokturia dan atau urine yang menetes, masalah nutrisi, dan
penggunaan kateter.

3) Pola tidur dan istirahat


Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy,
jumlah jam tidur pda siang dan malam hari, masalah tidur, dan
insomnia.
4) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernapasan, dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman
pernapasan. Pengkajian KATZ.
5) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak
punya rumah, dan masalah keuangan.
6) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Pada
klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap.
Sedangkan tandanya adalah kecoklatan atau putih susu pada pupil,
peningkatan air mata. Pengkajian staus mental menggunakan table
short portable mental status quisioner (SPMSQ).
7) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran
diri, harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai system terbuka
dan makhluk bio-psiko-sosiso-kultural-spiritual, kecemasan,
ketakutan, dan dampak terhadap sakit. Pengkajian tingkat depresi
mengguankan table inventaris depresi beck.
8) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas
9) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan koping.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual.

i. Pengkajian aspek spiritual


Muhith (2016), indeks untuk mengukur upaya yang dilakukan secara
individual dalam pencarian arti dan makan kehidupan.
a) Perasaan klien tentang kehidupan keagamaannya.
b) Melakukan kewajiban-kewajiban agar berkontepalasi tentang
makna kehidupan menurut agama dan kepercayaannya.
c) Tanyakan apakah nilai keagaaman menuntunnya dalam aktivitas
sehari-hari.
d) Apakah nilai keberagamannya dapat menuntun menjawab
tantangan-tantangan dalam kehidupan.
e) Mengetahui bahwa kehidupan spritualnya merupakan suatu proses
yang berlangsung terus menerus selama hayat.
f) Apakah klien peduli tentang isu-isu kemanusiaan.
g) Apakah klien menyenangi bila sewaktu-waktu terlibat dalam
diskusi tentang nilai-nilai keagamaannya.
h) Apakah klien masih mendalami pengetaahuan keagamaannya.
i) Apakah kewaspadaan agama juga muncul di saat klien berada di
luar maasa kritis.
j) Apakah klien meyakini tentang konsep keimanan terhadap Tuhan
penciptanya.
k) Apakah terdapat keinginan untuk membagi nilai-nilai spiritual yang
dijalaninya bersama orang lain.
2. Diagnosis Keperawatan (Nanda,2018)
1. Inkontinensia urine berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dan
struktur penyangganya.
2. Defisit perawatan diri: Toileting berhubungan dengan kelemahan.
3. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan tentang
penyakit.

5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan gangguan sensori motorik.


6. Resiko Infeksi
7. Resiko Kerusakan Integritas Kulit
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan NOC NIC
1 Inkontinensia urine Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan
kelemahan otot pelvis dan keperawatan….x 24
struktur penyangganya. jam diharapkan
inkontinensia urine
dengan kriteria:

.
Batasan karakteristik : 1. Perawatan
a. Ketidakmampuan 1. Kontinensia eliminasi urine:
menahan berkemih urine
secara volunter a. Monitor eliminasi
b. Sensasi dorongan a. Klien mengenali urine termasuk
berkemih tanpa urgensi berkemih. frekuensi,
hambatan volunter konsistensi, bau,
kontraksi kandung volume, dan warna
kemih dengan tepat.
c. Tidak ada sensasi b. Monitor tanda dan
b. Klien menunjukkan
berkemih gejala retensi urine.
keadekuatan waktu
d. Tidak ada dorongan untuk mencapai
untuk berkemih kamar mandi.
c. Instruksikan
c. Klien menunjukkan
klien/keluarga untuk
pakaian dalam tetap
mencatat haluaran
kering sepanjang
urin bila diperlukan.
hari.

d. Klien dalam atau d. Instruksikan klien


tempat tidur kering untuk berespon
sepanjang malam. segera terhadap
kebutuhan eliminasi.

e. Ajarkan klien untuk


e. Klien mampu minum 200ml cairan
berkemih secara pada saat makan,
mandiri. diantara waktu
makan dan diawal
petang.

f. Bantu klien untuk


f. Klien mampu mengembangkan
memperkirakan pola kebiasaan berkemih
mengeluarkan urine. sesuai kebutuhan
g. Instruksikan klien
untuk memonitor
tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
Perawatan
inkontinensia urine:
a. Identifikasi penyebab
multifaktor
inkontinensia.
b. Berikan privasi untuk
eliminasi.
c. Jelaskan penyebab
masalah dan alas an
tindakan.
d. Pantau eliminasi
urine, termasuk
frekuensi,
konsistensi,
bau,volume,dan
warna.
e. Diskusikan prosedur
dan hasil yang
diharapkan klien.
f. Bantu klien untuk
mengembangkan/
mempertahankan
pengharapan.
g. Modifikasi pakaian
dan lingkungan
untuk memberikan
kemudahan akses ke
toilet.
h. Berikan pakaian
yang melindungi
sesuai kebutuhan.
i. Bersihkan pakaian
yang melindungi
sesuai kebutuhan.
j. Bersihkan kulit di
area genital dengan
interval yang teratur.
k. Berikan umpan balik
positif terhadap
penurunan episode
inkontinensia.
l. Batasi cairan selama
2-3 jam sebelum
waktu tidur sesuai
kebutuhan.

2 Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan


Toileting berhubungan tindakan
dengan kelemahan keperawatan….x 24
jam diharapkan klien
dapat menunjukkan
perawatan diri aktivitas
kehidupan sehari-hari
toileting dengan
kriteria:
Batasan karakteristik :
- Ketidakmampuan
mencapai toilet 1. Perawatan diri 1. Bantu
- Ketidakmampuan perawatan
naik ke toilet diri:
- Ketidakamampuan
untuk duduk di toilet
a. lansia menerima
bantuan dari a. Kaji kemampuan klien
pemberi perawatan. untuk mengguanakan
alat bantu.

b. lansia mengenali/ b. Pantau adanya


mengetahui perubahan
kebutuhan akan kemampuan fungsi.
bantuan untuk
Toileting.
c. Pantau kemampuan
c. lansia mengenali klien dalam
dan berespon melakukan perawatan
terhadap urgensi mandiri.
untuk berkemih atau d. Pantau kebutuhan
defekasi. klien terhadap
perlengkapan alat-alat
untuk kebersihan diri,
berpakaian, dan
makan.
e. Berikan bantuan
sampai klien mampu
melakuakan
perawatan diri.
f. Bantu klien menerima
ketergantungan
pemenuhan kebutuhan
sehari hari.
g. Dukung kemandirian
dalam melakukan
mandi dan hygiene
mulut, bantu klien
hanya jika diperlukan.

Bantu perawatan diri:


Toileting
a. Ajarkan klien rutinitas
toileting.
b. Berikan informasi
perawatan diri kepada
keluarga/ orang lain
yang penting tentang
lingkungan rumah
yang aman.
c. Bantu klien ke toilet/
menggunakan
psipot/urinal pada
jangka waktu tertentu.
d. Fasilitasi hygiene
toilet setelah
eliminasi.
e. Siram toilet, bersihkan
peralatan eliminasi.
f. Ganti pakaian klien
setelah eliminasi.
g. Berikan privasi
selama eliminasi.

3 Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan


dengan krisis situasional tindakan
keperawatan….x 24
jam diharapkan:
Batasan karakteristik :
Kriteria hasil: 1. Menurunkan
a. kontrol kecemasan kecemasan
diri 1.Tingkat Kecemasan a. Gunakan pendekatan
b. Level ansietas yang menenangkan
c. Koping a. Klien mampu
menidentifikasi dan
mengungkapkan b.Nyatakan dengan jelas
gejala cemas harapan terhadap
b. Mengidentifikasi, pelaku pasien
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik c. Jelaskan semua
untuk mengontrol prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
c. Vital sign dalam prosedur
batas normal d.Pahami perspektif
pasien terhadap situasi
stress
d. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan e. Temani pasien untuk
tingkat aktivitas memberikan keamanan
menunjukkan dan mengurangi rasa
berkurangnya takut
kecemasan f. Identifikasi
tingkatkecemasan
g.Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
h.Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan
i. Instruksikan kepada
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
j. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
ASUHAN KEPERAWATAN INKONTINENSIA URINE

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas diri klien
1. Nama (umur) : Ny A (80 tahun)
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Status perkawinan : Janda
4. Agama /suku : islam/minang
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Sumber informasi : Ny A
7. Keluarga yang bisa dihubungi : tidak ada
8. Diagnosa medis :-
B. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama : saat dialakukan pengkajian tanggal 04 februari 2019 pukul 10:00 WIB
didapatkan Ny.A mengeluh sering BAK setiap harinya terutama pada malam hari. Ny A
BAK sebanyak 14-16 x/hari diantaranya 5-6x dimalam hari dengan volume sedikit. Ny.A
mengatakan kondisi yang dialaminya sudah berlangsung ±1 tahun yang lalu. Klien
mengatakan sering tidak mampu menahan BAK sebelum mencapai toilet, karena desakan
berkemih sangat kuat saat malam hari sehingga. Klien mengatakan sering pipis dicelana
(ngompol). Klien mengatakan tidak paham tentang keadaannya, dan klien juga tidak tahu
bagaimana mengatasi keadaannya. Klien mengatakan berharap masalahnya dapat di atasi.
Klien juga mengatakan tidak puas dengan tidurnya karena sering terbangun pada malam hari
karena desakan BAK yang kuat. klien mengatakan badannya terasa letih. Klien
mengatasinya dengan memakai pempers yang telah disediakan ileh pihak panti, namun klien
tidak memakainya lagi karna merasa tidak nyaman.
2. Alasan masuk panti : Ny A mengatakan ia masuk di bawa oleh tetangganya karna
dirumah tidak ada yang mengurusnya, Ny A mengatakan anak-anaknya tidak ada
yang mau mengurusnya.
3. Tanggal masuk panti : 08 Juni 2018
C. Riwayat kesehatan dahulu : Ny. A mengatakan tidak ada alergi makanan maupun
obat-obatan. Ny. A mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit dan tidak ada
riwayat pemakain obat jangka panjang. Ny A mengatakan perih pada kedua
matanya sejak 3 bulan yang lalu.
D. Riwayat kesehatan keluarga
Ny A mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien ataupun penyakit degeneratif lainnya.
E. Riwayat psikososial dan spiritual
1. Orang yang terdekat dengan klien : Ny A mengatakan tidak ada orang yang dekat
dengan klien.
2. Masalah yang mempengaruhi klien : klien mengatakan masalah yang ada bukan
hanya inkontinensia urine saja tetapi juga matanya yang mengalami katarak.
3. Mekanisme koping terhadap stres : Ny A mengatakan saat ini tidak begitu stres
dengan keadaannya yang sekarang, Ny A sering mengatasinya dengan bedoa
kepada Allah SWT.
4. Persepsi Ny A terhadap penyakitnya :
a) Hal yang sangat dipikirkan klien: Ny A mengatakan sangat memikirkan keadaannya
sekarang karena tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.
b) Harapan setelah menjalani pembinaan dipanti: Ny A mengatakan setelah dilakukan
pembinaan di panti melalui peneliti Ny A dapat mengatasi keadaannya dan tidak
terlalu memikirkan kondisi yang mengganggunya.
c) Perubahan yang dirasakan setelah masuk panti: Ny A mengatakan perubahan
semenjak masuk ke panti yaitu Ny A lebih banyak menyendiri.
F. System Nilai Kepercayaan
1. Kebiasan ibadah klien: Ny A mengatakan jarang mengikuti sholat berjamaah di
mesjid dan di wisma juga tidak melakukannya.
2. Harapan Ny A terhadap ibadahnya: Ny A berharap dapat meningkatkan ibadahnya.
3. Kepercayaan akan adanya kematian : Ny A mengatakan percaya akan adanya
kematian karena kematian pasti akan datang kepada setiap yang bernyawa tetapi
waktunya tidak ada yang tau.
G. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
a) Frekuensi makan: 3 kali sehari
b) Jenis makanan: Ny A makan biasanya nasi dengan lauk dan tambah sayur yang
disediakan oleh pihak panti.
c) Kebiasaan sebelum makan: klien hanya mencuci tangan saja.
d) Nafsu makan: nafsu makan Ny A stabil.
e) Makanan yang disukai: Ny A menyukai makanan yang disediakan oleh pihak panti.
f) Makanan yang tidak disukai: tidak ada makanan yang tidak disukai oleh Ny A.
g) TB/BB: 158/65
2. Eliminasi
a) Berkemih
Frekuensi: Ny A mengatakan BAK 14-16x/hari Warna: putih kekuning kuningan
Keluhan: Ny A mengatakan frekuensi BAK yang sering pada siang ataupun malam
hari dan sulit untuk menahan BAK sampai ke kamar mandi. Terutama pada malam
hari sehingga membuat klien susah untuk tidur, terkadang klien BAK di tempat
tidurnya.
b) Defekasi
Frekuensi: 3 kali seminggu Warna : kuning
Waktu : pagi dan sore Bau : bau khas BAB Konsistensi : lembek
Keluhan lainnya: tidak ada keluhan saat BAB
3. Hygiene Personal
a) Mandi
Frekuensi : 1x sehari Pakai sabun : ya
b) Hygiene oral Frekuensi : 2x sehari Waktu : 10 detik
c) Cuci rambut
Frekuensi : 2x seminggu Pakai shampo : Ya
d) Gunting kuku
Frekuensi : 1x seminggu
4. Istirahat dan tidur Tidur siang: 1-2 jam
Tidur malam : 6-7 jam terkadang terganggu inkontinensia urine
5. Aktivitas dan latihan Olahraga : tidak ada Jenis olahraga: tidak ada
Kegiatan diwaktu luang: tidak ada Keluhan dalam beraktivitas : tidak ada
6. Kebiasaan
a) Merokok
Frekuensi / jumlah : tidak merokok
b) Minuman keras
Frekuensi / jumlah : tidak ada mengkonsumsi minuman berakohol
c) Ketergantungan obat
Frekuensi / jumlah / lama pakai: tidak ada mengkonsumsi obat
H. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah : 120/100mmHg Nadi : 63x/menit
Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36,5oc
1. Kepala
Kebersihan : bersih
Kerontokan rambut: tidak ada kerontokan pada rambut Keluhan : tidak ada keluhan
yang dirasakan
2. Mata
Konjungtiva : sub anemis Sklera: tidak ikterik Starbisum : tidak starbisum
Penglihatan : penglihatan kabur
Penggunaan kaca mata : tidak menggunakan kaca mata Peradangan : terdapat
peradangan pada kacamata Riwayat katarak: ada riwayat katarak
Keluhan : mata terasa perih dan mengeluarkan kotoran, klien sering mengucek matanya
3. Hidung
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Peradangan : tidak ada peradangan pada hidung Penciuman: tidak ada gangguan
penciuman Keluhan: tidak ada keluhan pada area hidung
4. Telinga
Kebersihan: telinga terlihat bersih
Peradangan: tedak ada peradangan pada telinga
Pendengaran: tidak ada gangguan
5. Mulut dan bibir
Kebersihan : mulut terlihat bersih
Mukosa: mukosa agak kering, ninir terlihat pecah-pecah Peradangan/stomatitis: tidak
ada peradangan/stomatitis Gigi: tidak ada karies pada gigi
Radang gisi: tidak ada peradangan pada gusi
Kesulitan mengunyah: tidak ada kesulitan dalam mengunyah Kesulitan menelan: tidak
ada kesulitan dalam menelan
6. Leher
Pembesaran kelenjer tiroid: tidak terdapat pembesaran kelenjer tiroid
Kaku kuduk: tidak terjadi kaku kuduk
7. Dada
Inspeksi: Dada simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada mendalama tidak ada
Palpasi: Fremitus kiri dan kanan teraba baik Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler
8. Abdomen
Inspeksi: Abdomen simetris, tidak ada asites
Palpasi: Tidak ada pembengkakan pad abdomen, tidak terjadi pembesaran limfa/hepar
Perkusi: Tympani
Auskultasi : Bising usus (5x/menit)

9. Genetalia: Tidak dilakukan pemeriksaan

10. Ekstremitas
Atas: bentuk simetris kiri dan kanan, edema(-), CRT <2 detik, akral hangat
Bawah: Bentuk simetris kiri dan kanan, edema(-), CRT<2 detik
Postur tubuh : normal
Rentang gerak: kurang maksimal Defomitas : tidak terjadi defomitas
Tremor: tidak terjadi tremor pada tangan pasien Edema : tidak ada edema pada
ektremitas Penggunaan alat bantu: tidak ada

I. Pengkajian status mental


Daya orientasi : baik
2. Daya ingat jangka panjang dan pendek: baik
3. Kontak mata: baik

NO Kegiatan Mandiri Bergantung


(nilai 1) (nilai 0)

1 Mandi dikamar mandi (menggosok 1


,membersihkan, dan mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan 1
menggunakan
3 Memakan makanan yang disiapkan 1

4 Memelihara kebersihan diri untuk 0


penampilan
5 Buang air besar di toilet 1

6 Dapat mengontrol pengeluaran feses/tinja 1


7 Buang air kecil ke toilet 0

8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih 0

9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau 1


keluar ruangan tanpa alat bantu,seperti
tongkat
10 Menjalankan agama sesuia agama dan 1
kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah 0

12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau 1


kebutuhan keluarga
13 Mengelola ruangan 1

14 Menggunakan transportasi umum untuk 1


beopergian
15 Menyiapkan obat dan minum obar sesuai 1
dengan aturan
16 Merencanakan dan mengambil keputusan 1
untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunaan uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang 1

J. Pengkajian Status Kemandirian

K. Pengakjian psikososial

NO Data Ya Tidak

1 Apakah pada dasarnya anda puas 


dengan kehidupan anda?
2 Apakah anda telah meninggalkan 
banyak kegiatan dan minat atau
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda 
kosong?
4 Apakah anda sering merasakan 
bosan?
5 Apakah anda memilik semangat yang 
baik setiap hari?
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu 
yang buruk akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk 
sebagian besar hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak 
berdaya?
9 Apakah anda lebih senang tinggal 
dirumah dari pada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa bahwa anda 
lebih banyak mempunyai masalah
dengan ingatan anda dibandingkan
kebanyakan orang?
11 Apakah anda berpikir bahwa hidup 
anda sekarang lebih menyenangkan
12 Apakah anda merasa tidak berharga 
seperti perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh 
semangat?
14 Apakah anda bepikir bahwa kondisi 
anda saat ini tidak ada harapan?
15 Apakah anda berpikir bahwa orang 
lain lebih baik keadaannya dari anda?
Analisa data

NO Data Masalah Penyebab

1. Ds: Inkontinensia urine Gangguan kontrol


1. Klien mengatakan sering sfingter uretra
BAK 14-16x/hari
diantaranya 5-6 kali
dimalam hri dengan
volume sedikit.
2. Klien mengatakan kondisi
seperti ini ±1 tahun yang
lalu.
3. Klien mengatakan sering
terbangun dimalam hari
karna desakan BAK.
4. Klien mengatakan sering
tidak mampu menahan
BAK nya sebelum
mencapai toilet.
5. Klien mengatakan sering
pipis dicelana (ngompol).

DO:
1. Lingkungan diwisma klien
berbau pesing.
2. Terlihat ada ember kecil
didekat tempat tidur klien.
2. DS: Gangguan rasa Kurang
1. Klien mengatakan tidak nyaman pengendalian
nyaman dengan situasional
lingkungan yang berbau
pesing.
2. Klien mengatakan tidak
mampu untuk rileks
dengan lingkungan yang
bau.
3. Klien mengatakan
merasakan gatal-gatal.
4. Klien mengatakan
mengeluh lelah.

DO:
1. Klien terlihat gelisah
2. Klien terlihat tidak
nyaman berada di dalam
kamar yang berbau pesing.
3. DS: Gangguan pola Dorongan berkemih
1. Klien mengatakan sulit tidur yang kuat
tidur.
2. Klien mengatakan tidak
puas dengan tidurnya.
3. Klien mengeluh
istirahatnya tidak cukup.
4. Klien mengatakan sering
terbangun karna desakan
BAK yang kuat dan
terkadang klien ngompol

DO:
1. Mata klien terlihat agak
sedikit sayu
2. Klien terlihat letih dan
lemah
Diagnosis Keperawatan

NO Diagnosis Keperawatan Ditemukan dipecahkan

tanggal Paraf Tanggal paraf

1. Inkontinensia urine b/d 06 februari 15 februari


gangguan kontrol sfingter 2019 2019
uretra
2. Gangguan rasa nyaman b/d 06 februari 15 februari
kurang pengendalian 2019 2019
situasional
3. Gangguan pola tidur b/d 06 februari 15 februari
dorongan berkemih yang 2019 2019
kuat

Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosis NOC (tujuan dan kriteria NIC(intervensi Keperawatan)


Keperawatan hasil

1. Inkontinensia urine b/d Setelah dilakukan tindakan


gangguan kontrol sfingter keperawatan 3x24 jam
uretra diaharapkan kriteria hasil:

1. Kontinensia urine
1. Perawatan eliminasi urine
Batasan Karakteristik
a. Monitor eliminasi urine
a. Klien mengenali
termasuk frekuensi,
urgensi berkemih.
a. Ketidakmampuan konsistensi, bau, volume,
menahan berkemih dan warna dengan tepat.
secara volunter b. Klien menunjukan b. Monitor tanda dan gejala
b. Sensasi dorongan keadekuatan waktu retensi urine.
berkemih tanpa untuk mencapai
hambatan volunter kamar mandi
kontraksi kandung c. Klein menunjukan
kemih pakai dalam tetap
c. Tidak ada sensasi kering sepanjang c. Intruksikan
berkemih hari klien/keluarga untuk
d. Tidak ada dorongan mencatat keluar urnie
untuk berkemih d. Klein menunjukan bila diperlukan.
tempat tidur kering
sepanjang hari d. Instruksikan klien untuk
e. Klein mampu merespon segera
berkemih secara terhadap kebutuhan
mandiri eliminasi.
e. Ajarkan klein untuk
minum 200ml cairan
pada saat makan,diantara
f. Klien mampu waktu dan diawal petang.
memperkirakan pola f. Bantu klien untuk
mengeluarkan urine mengembangkan
kebiasaan berkemih
sesuai kebutuhan.
g. Intruksikan klien untuk
memonitor tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih.

Perawatan
inkontinensia urine:

m. Identifikasi penyebab multifaktor


inkontinensia.
n. Berikan privasi untuk eliminasi.
o. Jelaskan penyebab masalah dan
alas an tindakan.
p. Pantau eliminasi urine, termasuk
frekuensi, konsistensi,
bau,volume,dan warna.
q. Diskusikan prosedur dan hasil
yang diharapkan klien.
r. Bantu klien untuk
mengembangkan/
mempertahankan pengharapan.
s. Modifikasi pakaian dan
lingkungan untuk memberikan
kemudahan akses ke toilet.
t. Berikan pakaian yang
melindungi sesuai kebutuhan.
u. Bersihkan pakaian yang
melindungi sesuai kebutuhan.
v. Bersihkan kulit di area genital
dengan interval yang teratur.
w. Berikan umpan balik positif
terhadap penurunan episode
inkontinensia.
x. Batasi cairan selama 2-3 jam
sebelum waktu tidur sesuai
kebutuhan.

2. Gangguan rasa nyaman b/d Setelah dilakukan asuhan


kurang pengendalian keperawatan 3x24jam
situasional diharapakan kriteria hasil:

Manajemen
Batasan karakteristik: Status kenyamanan: lingkungan:kenyamanan
a. Gatal-gatal
b. Ketidakmampuan a. Menentukan tujuan klien/
untuk relaks a. Kesejahteraan keluarga dalam mengelola
c. Kurang puas psikologis lingkungan dan kenyamanan
dengan keadaan yang optimal.
d. Merasa kurang
senang dengan b. Memudahkan transis klien /
situasi b. Lingkungan fisik keluarga dengan adanya
e. Merasa tidak sambutan hangat di
nyaman lingkungannya yang baru.

c. Dukungan sosial dari c. Menghindari gangguan yang


teman-teman tidak perlu dan berikan untuk
waktu istirahat.
d. Perawatan sesuai
dengan kebutuhan d. Menciptakan lingkungan
yang tenang dan mendukung.

e. Mampu
mengkonsumsikan e. Mempertimbangkan sumber-
sumber ketidaknyamanan,
kebutuhan seperti balutan
lembab,maupun lingkungan
yang mengganggu.
f. Memfasilitasi tindakan-
tindakan kebersihan untuk
menjaga kenyamanan, atau
memebersihkan badan.
3. Gangguan pla tidur b/d Setelah dilakukan asuhan
drorongan BAK yang kuat keperawatan 3x24jam
diharapkan kriteria hasil:

Batasan karakteristik: 1. Istirahat Manajemen tidur

a. Perubahan pola tidur a. Jumlah pola istirahat a. Jelaskan pentingnya tidur


normal kualitas istirahat. yang adekuat.
b. Ketidakpuasan tidur b. Fisik , mental,
c. Menyatakan sering emosional harus b. Fasilitasi untuk
terjaga diistirahatkan. mempertahankan aktivitas
d. Menyatakan tidak sebelum tidur.
mengalami kesulitan c. Ciptakan lingkungan yang
tidur nyaman.
e. Menyatakan tidak d. Diskusikan dengan klien atau
merasa cukup tidur keluarga tentang teknik tidur
pasien.
e. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
f. Monitor atau catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari dan
jam.
g. Ajarkan teknik relaksasi
pada klien
h. Lakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.

2. Kebutuhan tidur

a. Jumlah dalam
tidur dalam batas
normal, normal
6-8 jam/ hari
b. Pola tidur,
kualitas dalam
batas normal.
c. Perasaan fres/
d. segar sesudah
tidur/ istirahat.
e. Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan
tidur

Catatan Perkembangan keperawatan gerontik


Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Ttd
tanggal
/waktu
Senin, 4 Inkontinensi a. Meminta klien untuk S:
februari a urine mencatat eliminasi a. Ny A mengatakan
2019 berhubungan urine,termasuk frekuensi, frekuensi BAK masih 14-
09:30- dengan konsistensi vulome, dan 16x/hari diantaranya 5-6x
10:00 gangguan warna urine. dimalam hari dengan
kontrol b. Memberitahu agar Ny A volume sedikit.
sfingter membersihkan area b. Ny A masih belum bisa
uretra genetalia secara teratur. menahan BAKnya.
c. Memberitahu agar selalu c. Ny A mengatakan sudah
menjaga area genetalia menjaga dan
tetap kering.. membersihkan area
d. Menyarankan Ny A untuk genetalianya setiap
minum minimal 1500cc selesai BAK.
perhari. d. Ny A mengatakan sudah
e. Menyarankan Ny A untuk melakukan latihan yang
mencatat urine output dan telah diajarkan.
pola berkemih. e. Ny A mengatakan masih
f. Memeberikan pujian positif sering terbangun di
setiap pengurangan malam hari karena
inkontinensia urine. desakan BAK.
g. Meminta klien untuk O:
membatasi asupan cairan 2- a. Ny A tampak tergesa-
3 jam sebelum tidur. gesa saat ada desakan
h. Menentukan kemampuan BAK.
Ny A dalam menyadari b. Lingkungan Ny A masih
desakan berkemih. berbau pesing.
i. Menjelaskan cara latihan A:Masalah belum teratasi.
menahan BAK sebelum P: intervensi dilanjutkan.
mencapai toilet.
j. Mengajarkan klien latihan
tahan kontraksi BAK 5-10
detiknya sebelum ke toilet.
k. Mengajarkan secara
bertahap untuk menahan
BAK klien.
10:00- Gangguan a. Menentukan tujuan klien S:
10:30 rasa nyaman dalam mengelola a. Ny A mengatakan
lingkungan dan lingkunganya berbau
kenyamanan yang optimal. pesing karna BAKnya
b. Menghindari gangguan sendiri.
yang tidak perlu dan b. Ny A mengatakan
berikan waktu untuk terganggu karna merasa
istirahat. tidak nyaman di
c. Menciptakan lingkungan lingkungan wismanya.
yang tenang dan c. Ny A mengatakan baju
mendukung. yang ia pakai tidak
d. Meminta klien untuk nyaman di badan.
mengganti baju 2x dalam O:
sehari. a. Ny A tampak gelisah
e. Menjelaskan pentingnya b. Ny A tampak tidak
dalam mengganti baju agar tenang saat berada di
badan tidak berbau. sekitar teman wismanya
f. Meminta klien agar sehabis c. Ny A terlihat
terkena BAK langsung menggaruk-garuk badan
mandi dan ganti pakaian. nya.
g. Meminta klien mengganti A: masalah belum teratasi
celana dalam agar terasa P: intervensi dihentikan
nyaman.

10:30- Gangguan a. Meminta klien untuk S:


11:00 pola tidur menyebutkan kebiasaan a. Ny A mengatakan
tidur meliputi durasi, tidurnya masih serung
waktu, dan hal-hal yang terbangun karena adanya
memudahkannya untuk dorongan BAK yang
memulai tidur. kuat.
b. Menjelaskan pentingnya b. Ny A mengatkan masih
tidur mulai dari efeknya, belum cukup untuk
durasi, frekuensi, hal yang istirahat.
dapat mempermudah untuk c. Ny A mengatakan sudah
memulai tidurnya. membatasi minum 2 jam
c. Pantau pola tidur dan sebelum tidur.
catatan fisik d. Ny A mengatakan
(ketidaknyamanan dan badannya masih terasa
frekuensi BAK) atau lemah.
keadaan psikologis yang O:
dapat mengganggu pola a. Ny A tampak letih
tidur. b. Ny A tampak sering
d. Membantu menghilangkan menguap.
situasi stres sebelumtidur c. TD: 120/100mmHg
dengan teknik relaksasi d. Nadi: 63x/menit
nafas dalam. A: masalah belum teratasi
e. Jelaskan pentingnya tidur P: intervesi dilanjutkan.
yang adekuat yaitu 6-7 jam
perhari.
f. Memotivasi untuk
melakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.
Selasa, Inkontinensi a. Meminta klien untuk S:
5 a urine mencatat eliminasi a. Ny A mengatakan
februari berhubungan urine, termasuk frekuensi BAK 13-
2019 dengan frekuensi, komsistensi 15x/hari.
10:00- gangguan volume, dan warna b. Ny A mengatakan setiap
10:30 kontrol urine. BAK ±100-150cc urine
sfingter b. Memberitahu agar Ny keluar, warnanya bening.
uretra A membersihkan area c. Ny A mengatakan masih
genetalia secara teratur. belum bisa menahan
c. Memberitahu agar BAKnya.
selalu menjaga area d. Ny A mengatakan sudah
genetalia tetap kering.. melakukan latihan tahan
d. Menyarankan Ny A kontraksi selama 5-10
untuk minum minimal detiknya.
1500cc perhari. e. Ny A mengatakan masih
e. Menyarankan Ny A mengalami kebocoran
untuk mencatat urine urine dalam interval 2
output dan pola jam.
berkemih. f. Ny A mengatakan masih
f. Memeberikan pujian sering terbangun malam
positif setiap hari karena desakan
pengurangan BAK.
inkontinensia urine. O:
g. Meminta klien untuk a. Ny A tampak regesa-
membatasi asupan gesa saat ada desakan
cairan 2-3 jam sebelum BAK.
tidur. b. Lingkungan Ny A berbau
h. Menentukan pesing.
kemampuan Ny A A: masalah belum teratasi
dalam menyadari P: intervensi dilanjutkan.
desakan berkemih.
i. Menjelaskan cara
latihan menahan BAK
sebelum mencapai
toilet.
j. Mengajarkan klien
untuk menahan BAK 5-
10 detik sebelum ke
toilet.
k. Mengajarkan secara
bertahap untuk menahan
BAK klien.
10:30- Gangguan S:
11:00 rasa nyaman a. Menentukan tujuan klien a. Ny A mengatakan
dalam mengelola lingkunganya berbau
lingkungan dan pesing karna BAKnya
kenyamanan yang optimal. sendiri.
b. Menghindari gangguan b. Ny A mengatakan
yang tidak perlu dan terganggu karna merasa
berikan waktu untuk tidak nyaman di
istirahat. lingkungan wismanya.
c. Menciptakan lingkungan c. Ny A mengatakan baju
yang tenang dan yang ia pakai tidak
mendukung. nyaman di badan.
d. Meminta klien untuk d. Ny A mengatakan setiap
mengganti baju 2x dalam habis BAK area
sehari. genetalianya tidak dicuci.
e. Menjelaskan pentingnya O:
dalam mengganti baju agar a. Ny A tampak gelisah
badan tidak berbau. b. Ny A tampak tidak
f. Meminta klien agar sehabis tenang saat berada di
terkena BAK langsung sekitar teman wismanya
mandi dan ganti pakaian. c. Ny A terlihat
g. Meminta klien mengganti menggaruk-garuk badan
celana dalam agar terasa nya.
nyaman. A: masalah belum teratasi
P: intervensi dihentikan

11:00- Gangguan a. Meminta klien untuk S:


11:30 pola tidur menyebutkan kebiasaan a. Ny A mengatakan
tidur meliputi durasi, tidurnya masih serung
waktu, dan hal-hal yang terbangun karena adanya
memudahkannya untuk dorongan BAK yang
memulai tidur. kuat.
b. Menjelaskan pentingnya b. Ny A mengatkan masih
tidur mulai dari efeknya, belum cukup untuk
durasi, frekuensi, hal yang istirahat.
dapat mempermudah untuk c. Ny A mengatakan sudah
memulai tidurnya. membatasi minum 2 jam
c. Pantau pola tidur dan sebelum tidur.
catatan fisik d. Ny A mengatakan
(ketidaknyamanan dan badannya masih terasa
frekuensi BAK) atau lemah.
keadaan psikologis yang O:
dapat mengganggu pola a. Ny A tampak letih
tidur. b. Ny A tampak sering
d. Membantu menghilangkan menguap.
situasi stres sebelumtidur c. TD: 120/100mmHg
dengan teknik relaksasi d. Nadi: 63x/menit
nafas dalam. A: masalah belum teratasi
e. Jelaskan pentingnya tidur P: intervesi dilanjutkan.
yang adekuat yaitu 6-7 jam
perhari.
f. Memotivasi untuk
melakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.
Rabu , Inkontinensi a. Meminta klien untuk S:
6 a urine mencatat eliminasi a. Ny A mengatakan
februari berhubungan urine,termasuk frekuensi, frekuensi BAK masih 14-
2019 dengan konsistensi vulome, dan 16x/hari diantaranya 5-6x
10:00- gangguan warna urine. dimalam hari dengan
10:30 kontrol b. Memberitahu agar Ny A volume sedikit.
sfingter membersihkan area b. Ny A masih belum bisa
uretra genetalia secara teratur. menahan BAKnya.
c. Memberitahu agar selalu c. Ny A mengatakan sudah
menjaga area genetalia melakukan latihan yang
tetap kering.. telah diajarkan.
d. Menyarankan Ny A untuk d. Ny A mengatakan masih
minum minimal 1500cc sering terbangun di
perhari. malam hari karena
e. Menyarankan Ny A untuk desakan BAK.
mencatat urine output dan O:
pola berkemih. a. Ny A tampak tergesa-
f. Memeberikan pujian positif gesa saat ada desakan
setiap pengurangan BAK.
inkontinensia urine. b. Lingkungan Ny A masih
g. Meminta klien untuk berbau pesing.
membatasi asupan cairan 2- A:Masalah belum teratasi.
3 jam sebelum tidur. P: intervensi dilanjutkan.
h. Menentukan kemampuan
Ny A dalam menyadari
desakan berkemih.
i. Menjelaskan cara latihan
menahan BAK sebelum
mencapai toilet.
j. Mengajarkan klien latihan
tahan kontraksi BAK 5-10
detiknya sebelum ke toilet.
k. Mengajarkan secara
bertahap untuk menahan
BAK klien.
10:00- Gangguan a. Menentukan tujuan klien S:
10:30 rasa nyaman dalam mengelola a. Ny A mengatakan
lingkungan dan lingkunganya berbau
kenyamanan yang optimal. pesing karna BAKnya
b. Menghindari gangguan sendiri.
yang tidak perlu dan b. Ny A mengatakan
berikan waktu untuk terganggu karna merasa
istirahat. tidak nyaman di
c. Menciptakan lingkungan lingkungan wismanya.
yang tenang dan c. Ny A mengatakan baju
mendukung. yang ia pakai tidak
d. Meminta klien untuk nyaman di badan.
mengganti baju 2x dalam O:
sehari. a. Ny A tampak gelisah
e. Menjelaskan pentingnya b. Ny A tampak tidak
dalam mengganti baju agar tenang saat berada di
badan tidak berbau. sekitar teman wismanya
f. Meminta klien agar sehabis c. Ny A terlihat
terkena BAK langsung menggaruk-garuk badan
mandi dan ganti pakaian. nya.
g. Meminta klien mengganti A: masalah belum teratasi
celana dalam agar terasa P: intervensi dihentikan
nyaman.

11:00- Gangguan a. Meminta klien untuk S:


11:30 pola tidur menyebutkan kebiasaan a. Ny A mengatakan
tidur meliputi durasi, tidurnya masih serung
waktu, dan hal-hal yang terbangun karena adanya
memudahkannya untuk dorongan BAK yang
memulai tidur. kuat.
b. Menjelaskan pentingnya b. Ny A mengatkan masih
tidur mulai dari efeknya, belum cukup untuk
durasi, frekuensi, hal yang istirahat.
dapat mempermudah untuk c. Ny A mengatakan sudah
memulai tidurnya. membatasi minum 2 jam
c. Pantau pola tidur dan sebelum tidur.
catatan fisik d. Ny A mengatakan
(ketidaknyamanan dan badannya masih terasa
frekuensi BAK) atau lemah.
keadaan psikologis yang O:
dapat mengganggu pola a. Ny A tampak letih
tidur. b. Ny A tampak sering
d. Membantu menghilangkan menguap.
situasi stres sebelumtidur c. TD: 120/100mmHg
dengan teknik relaksasi d. Nadi: 63x/menit
nafas dalam. A: masalah belum teratasi
e. Jelaskan pentingnya tidur P: intervesi dilanjutkan.
yang adekuat yaitu 6-7 jam
perhari.
f. Memotivasi untuk
melakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.
Kamis , Inkontinensi a. Meminta klien untuk S:
7 a urine mencatat eliminasi a. Ny A mengatakan
februari berhubungan urine, termasuk frekuensi BAK 11-
2019 dengan frekuensi, komsistensi 15x/hari.
10:00- gangguan volume, dan warna b. Ny A mengatakan setiap
10:30 kontrol urine. BAK ±100-150cc urine
sfingter b. Memberitahu agar Ny keluar, warnanya bening.
uretra A membersihkan area c. Ny A mengatakan masih
genetalia secara teratur. belum bisa menahan
c. Memberitahu agar BAKnya.
selalu menjaga area d. Ny A mengatakan sudah
genetalia tetap kering.. melakukan latihan tahan
d. Menyarankan Ny A kontraksi selama 5-10
untuk minum minimal detiknya.
1500cc perhari. e. Ny A mengatakan masih
e. Menyarankan Ny A mengalami kebocoran
untuk mencatat urine urine dalam interval 2
output dan pola jam.
berkemih. f. Ny A mengatakan masih
f. Memeberikan pujian sering terbangun malam
positif setiap hari karena desakan
pengurangan BAK.
inkontinensia urine. O:
g. Meminta klien untuk a. Ny A tampak regesa-
membatasi asupan gesa saat ada desakan
cairan 2-3 jam sebelum BAK.
tidur. b. Lingkungan Ny A berbau
h. Menentukan pesing.
kemampuan Ny A A: masalah belum teratasi
dalam menyadari P: intervensi dilanjutkan.
desakan berkemih.
i. Menjelaskan cara
latihan menahan BAK
sebelum mencapai
toilet.
j. Mengajarkan klien
untuk menahan BAK 5-
10 detik sebelum ke
toilet.
k. Mengajarkan secara
bertahap untuk menahan
BAK klien.
10:30- Gangguan S:
11:00 rasa nyaman a. Menentukan tujuan klien a. Ny A mengatakan
dalam mengelola lingkunganya berbau
lingkungan dan pesing karna BAKnya
kenyamanan yang optimal. sendiri.
b. Menghindari gangguan b. Ny A mengatakan sudah
yang tidak perlu dan menjaga dan
berikan waktu untuk membersihkan area
istirahat. genetalianya setiap
c. Menciptakan lingkungan selesai BAK.
yang tenang dan c.
mendukung. d. Ny A mengatakan
d. Meminta klien untuk terganggu karna merasa
mengganti baju 2x dalam tidak nyaman di
sehari. lingkungan wismanya.
e. Menjelaskan pentingnya e. Ny A mengatakan baju
dalam mengganti baju agar yang ia pakai tidak
badan tidak berbau. nyaman di badan.
f. Meminta klien agar sehabis O:
terkena BAK langsung a. Ny A tidak tampak
mandi dan ganti pakaian. gelisah
g. Meminta klien mengganti b. Ny A tampak tenang saat
celana dalam agar terasa berada di sekitar teman
nyaman. wismanya
c. Ny A terlihat tidak
menggaruk-garuk badan
nya.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dihentikan
11:00- Gangguan a. Meminta klien untuk S:
11:30 pola tidur menyebutkan kebiasaan a. Ny A mengatakan
tidur meliputi durasi, tidurnya masih serung
waktu, dan hal-hal yang terbangun karena adanya
memudahkannya untuk dorongan BAK yang
memulai tidur. kuat.
b. Menjelaskan pentingnya b. Ny A mengatakan sudah
tidur mulai dari efeknya, cukup waktu untuk
durasi, frekuensi, hal yang istirahat.
dapat mempermudah untuk c. Ny A mengatakan sudah
memulai tidurnya. membatasi minum 2 jam
c. Pantau pola tidur dan sebelum tidur.
catatan fisik d. Ny A mengatakan
(ketidaknyamanan dan badannya sudah tidak
frekuensi BAK) atau terasa lemah.
keadaan psikologis yang O:
dapat mengganggu pola a. Ny A tidak tampak letih
tidur. b. Ny A tidak tampak
d. Membantu menghilangkan sering menguap.
situasi stres sebelumtidur c. TD: 120/100mmHg
dengan teknik relaksasi d. Nadi: 63x/menit
nafas dalam. A: masalah belum teratasi
e. Jelaskan pentingnya tidur P: intervesi dilanjutkan.
yang adekuat yaitu 6-7 jam
perhari.
f. Memotivasi untuk
melakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.
Jumat , Inkontinensi a. Meminta klien untuk S:
8 a urine mencatat eliminasi a. Ny A mengatakan
februari berhubungan urine,termasuk frekuensi, frekuensi BAK 11-
2019 dengan konsistensi vulome, dan 15x/hari.
10:00- gangguan warna urine. b. Ny A mengatakan setiap
10:30 kontrol b. Memberitahu agar Ny A BAK ±100-150cc urine
sfingter membersihkan area keluar, warnanya bening.
uretra genetalia secara teratur. c. Ny A mengatakan masih
c. Memberitahu agar selalu belum bisa menahan
menjaga area genetalia BAKnya.
tetap kering.. d. Ny A mengatakan sudah
d. Menyarankan Ny A untuk melakukan latihan tahan
minum minimal 1500cc kontraksi selama 5-10
perhari. detiknya.
e. Menyarankan Ny A untuk e. Ny A mengatakan masih
mencatat urine output dan mengalami kebocoran
pola berkemih. urine dalam interval 2
f. Memeberikan pujian positif jam.
setiap pengurangan f. Ny A mengatakan masih
inkontinensia urine. sering terbangun malam
g. Meminta klien untuk hari karena desakan
membatasi asupan cairan 2- BAK.
3 jam sebelum tidur. O:
h. Menentukan kemampuan a. Ny A tampak tergesa-
Ny A dalam menyadari gesa saat ada desakan
desakan berkemih. BAK.
i. Menjelaskan cara latihan b. Lingkungan Ny A berbau
menahan BAK sebelum pesing.
mencapai toilet. A: masalah belum teratasi
j. Mengajarkan klien latihan P: intervensi dilanjutkan.
tahan kontraksi BAK 5-10
detiknya sebelum ke toilet.
k. Mengajarkan secara
bertahap untuk menahan
BAK klien.
10:30- Gangguan S:
11:00 rasa nyaman a. Menentukan tujuan klien a. Ny A mengatakan
dalam mengelola lingkunganya berbau
lingkungan dan pesing karna BAKnya
kenyamanan yang optimal. sendiri.
b. Menghindari gangguan b. Ny A mengatakan
yang tidak perlu dan terganggu karna merasa
berikan waktu untuk tidak nyaman di
istirahat. lingkungan wismanya.
c. Menciptakan lingkungan c. Ny A mengatakan baju
yang tenang dan yang ia pakai tidak
mendukung. nyaman di badan.
d. Meminta klien untuk d. Ny A mengatakan sudah
mengganti baju 2x dalam menjaga dan
sehari. membersihkan area
e. Menjelaskan pentingnya genetalianya setiap
dalam mengganti baju agar selesai BAK.
badan tidak berbau.
f. Meminta klien agar sehabis
terkena BAK langsung O:
mandi dan ganti pakaian. a. Ny A tidak tampak
g. Meminta klien mengganti gelisah
celana dalam agar terasa b. Ny A tampak tenang saat
nyaman. berada di sekitar teman
wismanya
c. Ny A tidak terlihat
menggaruk-garuk badan
nya.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dihentikan
11:00- Gangguan a. Meminta klien untuk S:
11:30 pola tidur menyebutkan kebiasaan a. Ny A mengatakan
tidur meliputi durasi, tidurnya masih serung
waktu, dan hal-hal yang terbangun karena adanya
memudahkannya untuk dorongan BAK yang
memulai tidur. kuat.
b. Menjelaskan pentingnya b. Ny A mengatkan sudah
tidur mulai dari efeknya, cukup waktu untuk
durasi, frekuensi, hal yang istirahat.
dapat mempermudah untuk c. Ny A mengatakan sudah
memulai tidurnya. membatasi minum 2 jam
c. Pantau pola tidur dan sebelum tidur.
catatan fisik d. Ny A mengatakan
(ketidaknyamanan dan badannya sudah tidak
frekuensi BAK) atau terasa lemah.
keadaan psikologis yang O:
dapat mengganggu pola a. Ny A tidak tampak letih
tidur. c. Ny A tidak tampak
d. Membantu menghilangkan sering menguap.
situasi stres sebelumtidur d. TD: 120/100mmHg
dengan teknik relaksasi e. Nadi: 63x/menit
nafas dalam. A: masalah belum teratasi
e. Jelaskan pentingnya tidur P: intervesi dilanjutkan.
yang adekuat yaitu 6-7 jam
perhari.
f. Memotivasi untuk
melakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol
oleh sfingter ekternal. (Mubarak dalam Yuli,2014).
Inkontinensia urin dalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekresi urin( wartonah dalam Yuli, 2014).
Inkontinensia urine adalah keluarnya urin secara tidak terkendali atau tidak pada
tempatnya (soeparmaan dalam Yuli,2014).
Penatalaksanaan inkontinensia urine menurut (muller dalam yuli,2014) adalah
mengurangi faktor resiko, mempertahankan homeostatis, mengontrol inkontinensia urine,
modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspriani, Reny Yuli, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Jilid 1,Jakarta: Cv
Trans Info Media

Dewi, Julianti Karjoyo, 2017. Pengaruh Senam Kegel Terhadap Frekuensi Urine Pada
Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumpaan Minahasa Selatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


Indonesia (Riskesdas) 2013.

Effendi,Ferry, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik Dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Egc

Juananda D, Febriantara D. 2017. Inkontinensia Urine Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha
Provinsi Riau

Kartina, Nita Aprila, 2016.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Inkontinensia Di Panti


Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Pada Tahun 2016.Kti. Poltekkes
Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai