Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA BAPAK A DENGAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL: REUMATHOID


ARTHRITIS PADA TAHAP PERKEMBAGAN KELUARGA
LANSIA DI DUSUN III DESA TANJUNG GUSTA

DISUSUN
OLEH :
M. RIVALSYAH 21.02.02.032

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARAINDONESIA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada penulis dan atas berkah rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Bapak A Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal: Reumathoid Arthritis Pada Tahap Perkembagan
Keluarga Lansia Di Dusun III Desa Tanjung Gusta ”
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan
terimakasih yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners.
6. Ns. Rumondang Gultom, M.KM, selaku koordinator Stase Keperawatan
Keluarga dan Komunitas
7. Ns. Siska Evi Simanjuntak, MNS, selaku dosen pembimbing stase
keperawatan Keluarga dan Komunitas
8. Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep, selaku dosen pembimbing stase
keperawatan Keluarga dan Komunitas
9. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, M.Kep, selaku dosen pembimbing stase
keperawatan Keluarga dan Komunitas
10. Ns. Masri Saragih, M.Kep, selaku dosen pembimbing stase keperawatan
Keluarga dan Komunitas
11. Serta terimakasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Prodi Ners Universitas
Sari Mutiara Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki kekurangan
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan asuhan keperawatan ini dan dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang keperawatan. Akhir kata
saya mengucapkan terimakasih.
Medan, April 2022
Penulis

M. RIVALSYAH
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan modal dasar manusia untuk hidup produktif dan hidup
berdaya guna. Kesadaran akan hal ini menjadi landasan di akhirinya kesehatan
sebagai hak setiap orang yang mengacu pada visi pembangunan Kesehatan, yaitu
Indonesia sehat 2010 yang merupakan gambaran masyarakat Indonesia yang
ingin di capai di masa depan yaitu masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya (Mubarak, 2019).

Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk


memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat (Moeleak, 2016). Sejalan dengan semakin meningkatnya
usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh manusia.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan rematik. Rematik adalah penyakit
yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi, golongan
penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak di derita oleh kaum
lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada
perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif
Muttaqin, 2018). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum,
tendon dan persendian pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia.

Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit
rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga
terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan
dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas
tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan
masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta Resiko
tinggi terjadi cidera (Kisworo, 2018).

Penderita Artritis Rhemathoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta
jiwa, artinya 1 dari 6 orang didunia ini menderita Rhemathoid. Diperkirakan
angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25%
akan mengalami kelumpuhan (Depkes RI, 2019). Di dunia ini, rematik merupakan
penyakit muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Angka kejadian rematik pada
tahun 2013 yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) adalah
20% dari penduduk dunia yang telah terserang Artritis Rhemathoid, dimana 5-
10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia
55 tahun (Wiyono, 2020).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2018), menunjukkan bahwa


kecenderungan prevalensi rematik di Indonesia tahun 2013-2018 pada usia lansia
terdapat 30,3 % pada tahun 2007, dan mengalami penurunan pada tahun 2013
yaitu menjadi 24,7%. Pada Tahun 2016 jumlah penderita rematik adalah sebanyak
23,8%. Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 melalui Dinas
Kesehatan menyebutkan bahwa penyakit pada sistem otot (rematik) menempati
urutan ke-4 dari 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan dari keseluruhan
Puskesmas. Data ini menunjukkan prevalensi penyakit rematik sebanyak 22,5%.
Sementara itu, di Puskesmas Kukutio penyakit ini, menempati urutan ke-3 dari 10
penyakit terbanyak, setelah ISPA dan infeksi penyakit usus lain. Berdasarkan data
terakhir pada Bulan September 2017, dilaporkan bahwa penyakit pada sistem
otot (rematik) menempati urutan ke-4 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas
Kukutio dan angka terbanyak berada pada rentang usia 45-54 orang.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan Keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif Pada TN.A
Dengan kasus gangguan sistem muskulo skeletal : Reumatik

b. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada TN.A
dengan kasus gangguan sistem muskulo skeletal : Reumatik
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada TN.A
dengan kasus gangguan sistem muskulo skeletal : Reumatik
3. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan keluarga pada TN.A
dengan kasus gangguan sistem muskulo skeletal : Reumatik
4. Penulis mampu melakukan Implementasi keperawatan keluarga pada
TN.A dengan kasus gangguan sistem muskulo skeletal : Reumatik
5. Penulis mampu melakukan Evaluasi keperawatan keluarga pada TN.A
dengan kasus gangguan sistem muskulo skeletal : Reumatik

C. Manfaat Penulisan
a. Bagi Pelayanan Kesehatan Puskesmas
1) Dapat digunakan sebagai contoh dalam meningkatkan program
keperawatan keluarga dengan reumatik Di Puskesmas Kukutio.
2) Karya ilmiah ini diharapkan sebagai contoh untuk dijadikan pemikiran
untuk pihak puskesmas dalam mengatasi nyeri akut pada kasus reumatik.
b. Bagi Masyarakat
1) Dapat memberikan informasi tentangperawatan atau tindakan
pada pasien dengan masalah reumatik.
2) Dapat mencegahterjadinya serangan berulang yang
mengakibatkan komplikasi.
3) Bagi pengembang Ilmu Keperawatan..
4) Untuk memberikan refrensi tentang penanganan pada pasien reumatik.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga
1. Defenisi keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga (Friedman, 2018).

2. Bentuk keluarga
a. Keluarga tradisional
1. The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2. The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui,
keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak
mempunyai anak.
3. Single parent yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
4. Single adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami. 5) Extended family yaitu
keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan 20 sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di
daerah pedesaan.
5. Middle-aged or elderly couple yaitu orang tua yang tinggal sendiri
di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anakanaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
6. Kin-network family yaitu beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barangbarang pelayanan,
seperti dapur dan kamar mandi yang sama.

b. Tipe keluarga nontradisional


1. Unmarried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri
atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. Cohabitating couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama di
luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3. Gay and lesbian family yaitu seorang pasangan yang
mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family yaitu keluarga
yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5. Foster family yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk 21
menyatukan kembali keluarga yang aslinya(Kholifah &
Widagdo, 2016)

3. Fungsi Kleuarga
Menurut Friedman (2018) ada lima fungsi keluarga:
a. Fungsi afektif Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui
pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan
psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri
anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial Sosialisasi dimulai saat
lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan
suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu
secara lanjut mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap
situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi
merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami
oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan
keturunan dan menambah sumber daya manusia
d. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik dan
perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik
sehat (yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga
secara individual) merupakan bagian yang paling relevan dari
fungsi perawatan kesehatan

4. Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga
menurut Friedman & Marylin (2017) adalah berikut :
a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga
baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai
kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,
berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan,
perencanaan keluarga
b. Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia
30 bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu
kunci menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan
tahap II adalah membentuk keluarga muda sebagai suattu unit
yang stabil ( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga),
memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan
dengan hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran
menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah) Tahap ketiga siklus
kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat
terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-
ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara
perempuan.
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah) Tahap ini dimulai
ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini
juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV
adalah menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan
restasi, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja) Ketika anak pertama
berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak
tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda) Permulaan
fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama
dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas
keluarga pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga
terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukkan anggota
keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya,
melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan pernikahan, membantu orang tua suami dan istri yang
sudah menua dan sakit.
g. Tahap VII (Orang tua paruh baya) Merupakan tahap masa
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara
orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat
hubungan pernikahan.
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan) Tahap terakhir siklus
kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua
pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan dan
berakhir dengan kematian.

5. Peran Perawat Keluarga


Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto dalam Fajri
(2017) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pendidik Perawat bertanggung jawab memberikan
pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan Perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan
unit pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan Pelayanan keperawatan
dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat
menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif
d. Sebagai supervisi pelayanan keperawatan Perawat melakukan
supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko
tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga
perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang
diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat) Perawat berperan sebagai advokat
keluarga untuk melindungi hakhak keluarga klien.Perawat
diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi
system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan
kebutuhan keluarga.
f. Sebagai fasilitator Perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu, keluarga dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh angota
keluarga

B. KONSEP REMATIK
a. Definisi Reumatik
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi,
hal. 165).

Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik


yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang progresif, akan
tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi
pada pasien Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih
lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala
artikular, Artritis Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala konstitusional
berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular
lainnya (Nugroho, 2017). Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas,
pembengkakan, kekakuan dan kemerahan pada sendi. Akibat Artritis, timbul
inflamasi umum yang dikenal sebagai Artritis Rhemathoid yang merupakan
penyakit autoimun (Nugroho, 2017)

b. Anatomi Fisiologi Sendi


Sendi merupakan pertemuan dua tulang, tetapi tidak semua pertemuan
tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan (Roger, 2019). Ada tiga jenis
sendi pada manusia dan gerakan yang dimungkinkannya yaitu, sendi fibrosa,
kartilaginosa dan sinovial (Roger, 2019).
i. Sendi fibrosa atau sendi mati
Terjadi bila batas dua buah tulang bertemu membentuk cekungan yang akurat
dan hanya dipisahkan oleh lapisan tipis jaringan fibrosa. Sendi seperti ini
terdapat di antara tulang-tulang kranium.
ii. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang rawan)
Sendi tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisi tulang rawan
hialin dan dihubungkan oleh sebuah bantalan fibrokartilago dan ligamen yang
tidak membentuk sebuah kapsul sempurna disekeliling sendi tersebut. Sendi
tersebut terletak diantara badan-badan vertebra dan antara manubrium dan
badan sternum.
iii. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas
Terdiri dari dua atau lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan
hialin sendi. Terdapat rongga sendi yang mengandung cairan sinovial, yang
memberi nutrisi pada tulang rawan sendi yang tidak mengandung pembuluh
darah dan keseluruhan sendi tersebut dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi
membran sinovial. Membran sinovial ini melapisi seluruh interior sendi,
kecuali ujung-ujung tulang, meniskus, dan diskus. Tulang-tulang sendi
sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah ligamen dan sejumlah gerakan
selalu bisa dihasilkan pada sendi sinovial meskipun terbatas, misalnya gerak
luncur (gliding) antara sendi-sendi metakarpal.
Adapun jenis-jenis Sendi Sinovial :
1. Sendi pelana (hinge) memungkinkan gerakan hanya pada satu arah;
misalnya sendi siku
2. Sendi pivot memungkinkan putaran (rotasi), misalnya antara radius dan
ulna pada daerah siku dan antara vertebra servikalis I dan II yang
memungkinkan gerakan memutar pada pergelangan tangan dan kepala.
3. Sendi kondilar merupakan dua pasang permukaan sendi yang
memungkinkan gerakan hanya pada satu arah, tetapi permukaan sendi
bisa berada dalam satu kapsul atau dalam kapsul yang berbeda, misalnya
sendi lutut.
4. Sendi bola dan mangkuk (ball and socket) sendi ini dibentuk oleh sebuah
kepala hemisfer yang masuk kedalam cekungan berbentuk mangkuk;
misalnya sendi pinggul dan bahu.
5. Sendi plana merupakan gerakan menggelincir dibatasi oleh ligamen dan
tonjolan tulang, misalnya sendi-sendi tulang karpal dan tarsal.
6. Gerakan menyudut menyebabkan peningkatan atau penurunan sudut
diantara tulang. Gerakan ini mencakup fleksi (membengkok) dan ekstensi
(melurus), dan juga abduksi (menjauhi garis tengah) dan aduksi
( mendekati garis tengah)
7. Gerakan memutar memungkinkan rotasi internal (memutar suatu bagian
pada porosnya mendekati garis tengah) dan rotasi eksterna (menjauhi
garis tengah). Sirkumduksi adalah gerakan ekstremitas yang membentuk
suatu lingkaran. Istilah supinasi dan pronasi merujuk pada gerakan
memutar telapak tangan keatas dan kebawah.

c. Etiologi
Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya
penyakit ini (Nugroho, 2018). Kecendrungan wanita untuk menderita Artritis
Rhemathoid dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil
menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai
salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian
karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan
perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini
(Nugroho, 2018) Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab
Artitis Rhemathoid. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab Artritis
Rhemathoid juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang
mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu
mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan
kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin
mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya Artritis Rhemathoid.
Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab Artritis Rhemathoid antara
lain adalah bakteri, mikroplasma atau virus (Nugroho, 2019).

d. Patofisiologi
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi
merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan
synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun (Nugroho, 2018).
Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu
proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan
tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi
kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Nugroho, 2018).

Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem imun terhadap


antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik (Nugroho,
2018). Suatu antigen penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada
membran sinovial akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi
mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag akan meningkatkan aktivitas
fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B
untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan antigen, antibody
yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara
bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun ini akan
mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho, 2018).

Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan


permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler
(PMN) dan monosit kearah lokasi tersebut (Nugroho, 2018). Fagositosi
komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan pembebasan
radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan erosi
rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya
depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen
dan proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2018). Pengendapan komplek imun
akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan
terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi
jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho,
2018).

Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan


komplek imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen
yang paling destruktif dalam pathogenesis Artritis Rhemathoid. Pannus
merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblast yang
berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel
mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan
proteoglikan (Nugroho, 2018).

e. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2018), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim
ditemukan pada penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki
gambaran yang sangat bervariasi.
i. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
ii. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi artrodial dapat terserang.
iii. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada Osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung
selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
iv. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
v. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapra deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada
kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder
dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
vi. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid. Lokasi
yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku)
atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian
nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat- tempat lainnya.
Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu
penyakit yang aktif dan lebih berat. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis
Rhemathoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi.
Jantung (perikarditis), paru- paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah
dapat rusak.

f. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nugroho (2018), tidak banyak berperan dalam diagnosis Artritis
Rhemathoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk
melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
i. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis
Rhemathoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien Lepra, Tuberkulosis paru, Sirosis Hepatis, Hepatitis Infeksiosa,
Endokarditis Bakterialis, penyakit kolagen, dan Sarkoidosis.
ii. Protein C-reaktif biasanya positif.
iii. LED meningkat.
iv. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
v. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
vi. Trombosit meningkat.
vii. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.

Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering
adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga
sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan
demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi
(Nugroho, 2017).

g. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering di jumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease
modifying antirheumathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada Artritis Rhemathoid (Nugroho, 2018).
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar di bedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan meilopati akibat ketidakstabilan iskemik akibat
vaskulitis (Nugroho, 2018).

h. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan pertama
yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang
baik antar pasien dengan keluargannya dengan dokter atau tim pengobatan
yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini sukar untuk dapat
memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu
yang cukup lama (Nugroho, 2018).
i. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
ii. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi.
iii. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat Artritis Rhemathoid.
iv. Riwayat penyakit alamiah
Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang
bersifat monosiklik ( hanya mengalami satu episode dan selanjutnya akan
mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan
menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh
beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil
lainnya akan menderita Artritis Rhemathoid yang progresif yang disertai
dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap
eksaserbasi.
v. Rehabilitasi pasien Artritis Rhemathoid
vi. Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien
Artritis Rhemathoid
C. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMATIK
a. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan metode observasi,
wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2018). Variabel data dalam
pengkajian keperawatan keluarga mencakup :

i. Data umum/Identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,


komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehaari-
hari, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transportasi.
ii. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama,
hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status
imunisasi dasar, dan penggunaan alat bantu atau protesa serta status
kesehatan anggota keluarga saat ini meliputi keadaan umum, riwayat
penyakit/alergi.
iii. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (Saat
ini sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosisi
medis, rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi,
cairan, perkemihan, pernafasan, musculoskeletal, neurosensori, kulit,
istirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya, kebersihan
diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang medis indivisu
yang sakit (Lab, radiologi, EKG, USG).
iv. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan
pemukiman antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat
pembuangan sampah dll.
v. Struktur keluarga ; struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai
(value), komunikasi, kekuatan.
vi. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel ini akan
menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan
keluarga.

vii. Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental dan ekspresif. Aspek
instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup sehari-hari
seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. Aspek ekspresif fungsi
keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan masalah,
keyakinan dan lain-lain.

b. Diagnosis Keperawatan Keluarga


a. Manajemen Kesehatan Keluarga B/D Kurang Pengetahuan Tentang
Penyakit
b. Ketidakmampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
c. Risiko cedera b/d ketdakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

c. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnosis keperawatan.
i. Menetapkan prioritas masalah
Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2018).
ii. Skoring

d. Implementasi keperawatan keluarga


Implementasi pada asuhan keperwan keluarga dapat dilakukan pada individu
dalam keluaga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi yang
ditujukan pada individu meliputi:
a. Tindakan keperawatan langsung
b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
c. Tindakan observasi.
d. Tindakan pendidikan kesehatan.

Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi :


a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah.
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk
individu dengan cara mengindentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
mendiskusikan tentan konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada dirumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara menentukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga, seoptimal
mungkin.
e. Memotifasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga,
membantu keluarga menggukan fasilitas kesehatan yang ada.

e. Evalusi keperawatan keluarga


Sesuai denan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/ keluarga.

Tahapan evaluasi dapat dilakuakn selama proses asuhan keperawatan atau pada
akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status
dan kemanjuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi
mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks keluarga,
membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan maslah serta kemajuan pencapaian tujuan
keperawatan
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : TN.A
2. Umur : 48
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Alamat : Jl Blok Gading, Dusun III Tanjung Gusta
8. Nomor :-
Komposisi Keluarga
N Nama L/P Umur Hub. Pekerjaan Pendidikan Ket
o Klg
1. TN.A L 48 Suami Karyawan Swasta SMA
2. Ny. S P 46 Istri IRT SMP
3. An. M P 13 Anak Pelajar SMP
4. An.I P 10 Anak pelajar SD
5. Ny. A P 82 Ibu IRT SD
Genogram : (min 3 generasi)

: laki-laki

: perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah
Ecomap Family :

Klien dan suami


Suami klien memiliki teman
telah dekat Klien seorang
Anak pertama meninggal janda dan
penuh tanggung bekerja sebagai
jawab dan sudah IRT
menikah

Orang tua dan


Anak kedua sudah
suami klien
menikah dan tinggal
telah meninggal
dengan suaminya

Anak ketiga bekerja


dan membantu Anak keempat
ibunya dirumah memiliki teman dan
sering bermain
dirumahnya
Keluarga beragama Anak keempat
islam dan memiliki mahasiswa dan kuliah
lingkungan yang online
ramah

Tipe Keluarga: Tradisional

Jenis tipe keluarga : Nuclear Family

Suku Bangsa : Jawa


1. Asal suku bangsa : Indonesia

2. Budaya yang behubungan dengan kesehatan


Keluarga Ny. Y termasuk suku bangsa jawa, bahasa yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari keluarga Ny. Y adalah bahasa Indonesia dan
jawa .Keluarga Ny. Y tidak memiliki pantangan, namun kebiasaan suku
yang diterapkan oleh Ny. Y kadang-kadang mengkonsumsi jamu “kunyit,
temulawak,dan madu” (sejenis tumbuhan) untuk mengurangi pegal-pegal
Agama Dan Kepercayaan Yang Mempengaruhi Kesehatan :
Agama yang dianut oleh keluarga Ny. Y adalah agama Islam dan
menjalankan shalat 5 waktu.

Status Sosial Ekonomi Keluarga :


Ny. A dan TN.A berperan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Anggota keluarga yang mencari nafkah


Keluarga yang mencari nafkah TN.A dan Ny. A (dari hasil kontrakan)

Penghasilan
Penghasilan : ± 1.500.000/bulan

Upaya lain : tidak ada upaya lain

Harta benda yang dimiliki (perabot,transportasi,dll)


- Tv, Lemari, sofa, Kulkas, Kipas

Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan


Kebutuhan yang di keluarkan tiap bulan adalah untuk keperluan hidup

Aktivitas Reaksi Keluarga


Keluarga jarang keluar untuk berlibur

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak usia
sekolah

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalannya :


Semua tahapan perkembangan saat ini sudah terpenuhi
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Dalam keluarga Ny. Y, Ny. Y memiliki penyakit rematik yang sudah
diderita sejak lama.

b) Riwayat kesehatan keluarga keturunan :


Keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan

c) Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga


No Nama Umu BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindaka
. r kesehata (BCG/Polio/ kesehatan n yang
n DPT/HB/ Campak) telah
dilakuka
n
1. TN.A 48 - Sehat - Tidak ada -
2. Ny. S 46 - Sehat - Tidak ada
3. An. M 13 - Sehat - Tidak ada
4. An. I 10 - Sehat - Tidak ada
5. Ny. A 82 - Nyeri - Nyeri pada
pada kaki kiri
kaki kiri

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan


Jika klien sakit maka klien berobat ke klinik terdekat, yaitu klikik
paberna

e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Sebelum mengalami sakit ini Ny. A tidak ada sakit yang lain.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik rumah
a) Luas rumah: 7,5x 19 meter
b) Tipe rumah : Permanen
c) Kepemilikan : Pribadi
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : Terdapat 3 kamar
e) Ventilasi/jendela : Terdapat 3 jendela
f) Pemanfaatan ruangan : Tidak ada ruangan kosong, semua ruangan di
manfaatkan dengan peralatan rumah tangga seperti lemari dan lainnya.
g) Septi tank : ada letak : Di belakang rumah
h) Sumber air minum: Air minum di peroleh dari membeli
i) Kamar mandi : Terdapat 1 kamar mandi
j) Sampah :
Keluarga TN.A mengelola sampah dengan cara bersih dan tertutup,
kemudian sampah akan dikumpulkan kemudian dibakar. Dipekarangan
terlihat daun kering yang berserakan.
k) Kebersihan lingkungan : Lingkungan terlihat bersih, tidak ada sampah
berserakan
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
a. Kebiasaan :
Kebiasaan warga setiap sore berkumpul di depan warung di simpang
gang
b. Aturan/kesepakatan :
c. Budaya : Jawa
c. Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga TN.A menempati rumah yang saat ini dan tidak pernah
berpindah rumah.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Keluarga TN.A aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
e. Sistem pendukung keluarga:
Ny. A mengatakan pertolongan pertama saat sakit yang dilakukan adalah
memeriksakan kesehatannya ke klinik terdekat

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara komunikasi keluarga:
Keluarga TN.A menggunakan cara komunikasi langsung dan terbuka
dalam membicarakan masalah dengan cara musyawarah untuk mencari
solusi bersama. TN.A merupakan anggota keluarga yang paling dominan
berbicara, dan bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi yaitu
bahasa Indonesia.Interaksi dan komunikasi keluarga paling sering terjadi
ketika malam hari dan dalam situasi nonton TV dan atau makan bersama
b. Struktur kekuatan keluarga :
Keluarga Ny.Y akan membantu dan mensuport bila ada anggota keluarga
yang mengalami masalah dimana yang menjadi power dan paling banyak
mengambil keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga yaitu TN.A.
c. Struktur peran ( peran masing – maing anggota keluarga):
TN.A sebagai kepala keluarga berperan sebagai pencari nafkah, panutan
dan pelindung kerja. Ny. S sebagai istri berperan merawat anak-anak,
sebagai pengatur rumah tangga. An. M sebagai anak pertama berperan
sebagai anak yang mengenyam pendidikan SMP .Anak kedua berperan
sebagai anak yang sekolah dan belajar mengenal anggota- keluarga serta
Ny. A sebagai orang tua dari Ny.S dan seorang nenek.
d. Nilai norma keluarga :
Keluarga TN.A hidup dalam nilai dan norma budaya jawa dimana tutur
kata dan sopan santun di keluarga sangat diperhatikan

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
TN.A dan Ny. S sangat menyayangi keluarga dan anak-anaknya, saling
menjaga dan mendukung antara anggota keluarga satu dengan anggota
keluarga yang lain.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Keluarga selalu bersilaturahmi, anak-anak Ny. A selalu datang
kerumhanya untuk berkumpul
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga:
Interaksi dan hubungan dalam keluarga baik
3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
Th.I adalah anggota keluarga yang paling dominan dalam mengambil
keputusan
4) Kegiatan keluarga waktu senggang:
Berkumpul dan bercerita
5) Partisipasi dalam kegiatan sosial :
Keluarga TN.A aktif dalam mengikuti kegiatan sosial
c. Fungsi perawatan kesehatan
Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit dan Penanganannya
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak:
2) Akseptor : Ya yang digunakan lamanya
3) Akseptor : Belum
Alasannya
4) Keterangan lain:
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan
Ny. A mampu memenuhi kebutuhan sandang pangan dari hasil
kontrakan rumahnya
2) Pemanfaat sumber dimasyarakat

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek :
Stresor jangka pendek keluarga TN.Adan Ny. A yaitu apabila banyak
kerjaan yang harus dikerjakan
b. Stressor jangka panjang:
Khawatir dengan komplikasi dari penyakitnya
c. Respon keluarga terhadap stressor:
Respon keluarga TN.A menghadapi stressor yaitu dengan tetap
menghadapi stressor yang datang dengan santai, namun kadang terjadi
perubahan perilaku anggota keluarga yang berubah menjadi kesal dan
cemas.Apabila menghadapi masalah, keluarga selalu memecahkan
masalahnya secara musyawarah untuk mencari solusi yang tepat.
d. Strategi koping individu:
Keluarga TN.A menggunakan strategi koping tetap santai, dan tetap
menghadapi masalah yang terjadi
e. Strategi adaptasi fungsional
Bila keluarga TN.A sedang mengalami masalah kesehatan, keluarga
cenderung berobat ke puskesmas, dan istirahat

VII. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya:
Ny. A berharap selalu sehat di umur yang sekarang, Bisa menghadapi
penyakitnya dengan ikhlas
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ny. A berharap petugas kesehatan tetap memberikan pelayanan
kesehatan, pengobatan yang terbaik untuk masyarakat
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
NO. VARIABEL NAMA ANGGOTA KELUARGA
TN.A Ny. S An. M An. I Ny. A
1 Riwayat Penyakit Saat Ini Tampak baik, Tampak baik, Tampak baik, Tampak baik, Klien
kesadaran CM kesadaran CM kesadaran kesadaran CM mengatakan
CM nyeri, kebas,
pada kaki
sebelah kiri

2 Keluhan Yang Dirasakan Tidak ada Tidak ada Tampak baik, Tampak baik, Nyeri pada kak
keluhan keluhan kesadaran kesadaran CM kiri dan kebas,
CM sulit berjalan

3 Tanda Dan Gejala Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Nyeri, Sulit,
berjalan

4 Riwayat Penyakit Sebelumnya Demam Tidak ada Demam, Diare Tidak ada
Batuk
5 Tanda – Tanda Vital TD: 120/70 TD: 140/90 - - TD: 140/100
mmHg mmHg x/i
HR: 89 x/i HR:

6 Sistem Cardiovaskular Irama jantung Irama jantung Irama jantung Irama jantung Irama jantung
irregular, tidak irregular, tidak irregular, irregular, tidak irregular, tidak
ada jantung ada jantung tidak ada ada jantung ada jantung
berdebar-debar berdebar-debar jantung berdebar-debar berdebar-debar
berdebar-
debar
7 Sistem Respirasi Normal Normal Normal Normal Normal

8 Sistem Gi Tract - - - - -

9 Sistem Persarafan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan

10 Sistem Muskuluoskeletal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Nyeri pada
keluhan keluhan keluhan keluhan kaki sebelah
kiri, sulit
berjalan,
terlihat
menggunakan
tongkat
11 Sistem Genitallia - - - - =
IX. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
DS: Ketidakmampuan keluarga Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada persendian kaki terutama di merawat anggota keluarga yang
lutut sakit
- Klien mengatakan nyeri bertambah saat aktifitas berat
- Klien mengatakan kekakuan saat berdiri lama

DO:
- Klien tampak sering memijat kakinya
- Klien tampak sulit berjalan
- Berjalan menggunakan tongkat
- Ttv : Td : 140/100 mmHg
- Skla nyeri: 6
2 DS Ketidakefektifan manajemen Kurang pengetahuan tentang
- Klien mengatakan belum tau seperti apa penyakitnya kesehatan keluarga penyakit
- Klien selalu bertanya tetang penyakitnya
-
DO
- Klien terlihat bingung
- Klien diam ketika diberi pertanyaan seputar
penyakitnya

3 DS - ketidakmampuan keluarga Risiko cedera b/d


Klien mengatakan sulit berjalan dan sering tertabrak barang- memodifikasi lingkungan ketdakmampuan keluarga
barang dirumah memodifikasi lingkungan

DO
- Rumah terlihat penuh dengan perabotan tidak tersusun
- Lampu tidak terang

X. Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen Kesehatan Keluarga B/D Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit
2. Ketidakmampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
3. Risiko cedera b/d ketdakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

XI. Scoring Prioritas Masalah


KRITERIA HITUNGAN SKOR PERHITUNGAN PEMBENARAN
Sifat masalah : 3 1 3/3 x1 Keluarga tidak memahami dengan baik bahwa penyakit rematik dapat
Aktual mengakibakan imobilisasi fisik

Potensi untuk 1 2 ½ x2 Apabila berobat dan control dengan teratur maka dapat menghidari dari
diubah : sebagian berbagai penyakit
Potensi untuk 2 1 2/3x1 Membantu keluarga atau Ny. A menghindari komplikasi yang ada dengan
dicegah :Cukup melakukan penyuluhan tentang rematik serta kompres jahe untuk nyeri

Menonjolnya 2 1 2/2x1 Keluarga tidak tahu penyakit rematik perlu dilakukam modifikasi
masalah: lingkungan untuk menghindari komplikasi
Masalah berat,
harus segera
Ditangani
TOTAL SKOR 8 5

XII. Kebutuhan Dasar


No Nama Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aktifitas
makan Minum BAK/ BAB Pola istirahat
1. TN.A Klien makan 1 Klien minum ± 8 Klien BAB Klien tidur ± 8 mandiri
hari 2x dengan 1 gelas/ hari dengan 1X/hari dan BAK jam/ hari
porsi/ piring habis air putih ± 4X/ hari Jarang tidur siang

2. Ny. A Klien makan 1 Klien minum ± 8 Klien BAB Klien tidur Klien Mandiri tanpa bantuan
hari 2x dengan 1 gelas/ hari dengan 1X/hari dan BAK tidur ± 10 jam/
porsi/ piring habis air putih ± 5X/ hari hari

3. An. M Klien makan 1 Klien minum ± 8 Klien BAB Tidur ± 8 jam/ hari Mandiri
hari 2x dengan 1 gelas/ hari dengan 1X/hari dan BAK
porsi/ piring habis air putih ± 4X/ hari Jarang tidur siang

XIII. Intervensi
No Masalah Tujuan Kriteria Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidakefektifan Setalah dilakukan Setelah dilakukan 3 keluarga 1. Bina hubungan saling
manajemen pendidikan kali pertemuan mampu percaya
kesehatan keluarga kesehatan tentang keluarga mengerti mengenal 2. Kaji tingkat
b.d kurang rematik keluarga tentang rematik masalah pengetahuan keluarga
pengetahuan mengetahui apa itu tentang 3. Berikan pendidikan
keluarga tentang rematik kesehatan kesehatan tentang
reumatik rematik
4. Evaluasi tingkat
pengetahuan keluarga

Nyeri akut b.d Setalah dilakukan Keluraga mampu Keluarga 1. Kaji skala nyeri
ketidakmampuan intervensi memutuskan mampu 2. Anjurkan keluarga
keluarga merawat keperawatan untuk merawat, merawat membantu TN.A untuk
anggota keluarga keluarga mampu meningkatkan atau anggota mandi air hangat,
yag sakit merawat anggota memperbaiki keluarga kompres sendi- sendi
keluarga yang sakit kesehatan untuk yang sakit dengan
meningkatkan kompres hangat
atau 3. Berikan masase yang
memperbaiki lembut
kesehatan. 4. Ajarkan teknik relaksasi
dan distraksi
5. Demonstrasikan cara
membuat kompres
hangat rebusan jahe
6. kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi
yang diberikan
Resiko cedera b.d keluarga mampu Setelah dilakukan keluarga Keluarga mampu 1. Anjurkan modifikasi
ketidakmampuan memodifikasi iintervensi 3 kali mampu memanfaatkan lingkungan yang sehat
keluarga modifikasi lingkungan. pertemuan keluarga memodifikasi fasilitas dan aman Lantai tidak
lingkungan mampu lingkungan. kesehatan. licin dan kotor
memodifikasi Penerangan lampu baik
lingkungan (tidak gelap dan tidak
terlalu terang)
XIV. POA
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Sumber daya
Penanggung Waktu Tempat Lokasi
jawab dana
Nyeri - pendidikan kesehatan Setelah dilakukan - Ny. A Keluarga: Kamis Posko Mahas
tentang rematik pendidikan kesehatan - Keluar Ny. A , 21 Mawar iswa
- Demonstrasi pembuatan tentang rematik ga Ny. Mahasiswa: april
kompres hangat jahe keluarga dapat A DONI 2022
mengetahui tentang SYAHDI
rematik dan
penangannya

XV. Implementasi dan Evaluasi


No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
1 14 April 2022 5. Membina hubungan saling percaya S: Keluarga TN.A mengatakan sudah
6. Mengkaji tingkat pengetahuan mengetahui tentang reumatik
keluarga O: Keluarga TN.A mampu menyebutkan
7. Memberikan pendidikan kesehatan kembali definisi, penyebab, tanda dan gejala reumatik
tentang rematik A: Masalah teratasi
8. Mengevaluasi tingkat pengetahuan P: Intervensi dipertahankan
keluarga - Mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga
2 14 April 2022 1. Mengkaji skala nyeri S: Ny.Y mengatakan nyeri dan kebas kaki terutama
2. Menganjurkan keluarga membantu TN.A untuk saat beraktivitas
mandi air hangat, kompres sendi- sendi yang sakit O:
dengan kompres hangat - TD :140/90 mmHg Nadi : 86 x/menit Suhu :
3. Memberikan masase yang lembut 36,0 C Respirasi : 20 x/menitt
4. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi - Skala nyeri 5
5. Mendemonstrasikan cara membuat kompres - Ny.I tampak memegangi kakinya
hangat rebusan jahe - Ny.I tampak mempraktekan teknik relaksasi
6. Mengkolaborasi pemberian obat sesuai dengan tarik nafas dalam
indikasi yang diberikan A : Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervens
- Kaji skala nyeri
- Anjurkan klien mandi air hangat
- Kompres hangat rebusan jahe
- Kolaborasi pemberian obat
3 15 April 2022 1. Menganjurkan modifikasi lingkungan yang sehat S: Keluarga mengatakan sudah menciptakan
dan aman Lantai tidak licin dan kotor lingkungan sehat dan aman, tapi lantai tetap licin
Penerangan lampu baik (tidak gelap dan tidak apabila hujan.
terlalu terang) O:
Lingkungan terlihat bersih dan penerangan lampu
baik, tidak ada pemicu klien jatuh
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis melakukan pembahasan Asuhan Keperawatan pada


keluarga TN.A dengan masalah utama rematik di dusun III Desa Tanjung
Gusta, dimana terdapat kesenjangan antara teori dengan keadaan yang ada
di dalam keluarga saat ini. Dalam melakukan askep keluarga, penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari tahap
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Penulis melakukan pembahasan keperawatan pada keluarga TN.A
membandingkan antara Bab II dan Bab III.
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 14 April 2022, data yang
diambil dari keluarga, pemeriksaan fisik, serta observasi langsung dimana
dalam pengumpulan data ini penulis tidak mengalami hambatan. Pada saat
penulis melakukan pengkajian observasi dan pemeriksaan fisik didapatkan
data terdapat nyeri kaki, kekakuan sendi yang dialami oleh Ny. A

Berdasarkan data di atas, bahwa tidak terdapat kesenjangan teori dengan


kenyataan, yaitu pada kasus Ny. A Gejala ditemukan adalah kekakuan dan
nyeri sendi yang merupakan gejala dari reumatik, yang mana biasanya
pada penderita rheumatoid biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku,
terutama saat bangun tidur atau setelah lama tidak beraktivitas.

B. Diagnosa
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian Dari hasil pengkajian yang dilakukan bahwa
diagnosa yang muncul pada Ny. A adalah :
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan
keluarga tentang reumatik, diagnosa tersebut muncul ditunjang dengan
data : Keluarga TN.A mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya.
2. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, diagnosa tersebut muncul ditunjang dengan data : Ny. A mengatakan
mempunyai keluhan nyeri pada pinggang dan kaki. Kekakuan sendi saat habis
bersila lama.
3. Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan, diagnosa
tersebut muncul ditunjang dengan data : Lantai licin pada pekarangan keluarga
Ny. A

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dibuat berdasarkan sifat masalah dan sumber-sumber yang
ada dalam keluarga. Penulis menentukan rencana sesuai dengan diagnosa
yang telah ditemukan dalam penilaian. Kemudian penulis menetukan
prioritas untuk mengetahui masalah yang paling tinggi skornya dan harus
ditangani. Dari hasil skoring, didapatkan Ny. A yang perlu dilakukan
intervensi dengan reumatik.
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan
keluarga tentang reumatik
TUK 1 : Keluarga mampu mengenal masalah tentang pengetahuan
kesehatan dan perilaku sehat
2. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
TUK 2 : Keluarga mampu memutuskan untuk merawat, meningkatkan atau
memperbaiki kesehatan
TUK 3 : Keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk meningkatkan
atau memperbaiki kesehatan.
3. Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
TUK 4 : Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.
TUK 5 : Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.

D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 15 April 2022
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah disepakati. Pada tahap ini penulis tidak mengalami hambatan saat
pelaksanaan, keluarga dapat mengerti maksud dan tujuan. Penulis
melakukan tindakan keperawatan antara lain :
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan
keluarga tentang reumatik
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang rematik
c. Evaluasi tingkat pengetahuan keluarga
2. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
a. Kaji skala nyeri
b. Anjurkan keluarga membantu TN.A untuk mandi air hangat, kompres
sendi- sendi yang sakit dengan kompres hangat
c. Berikan masase yang lembut
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
e. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi yang diberikan
3. Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan
a. Anjurkan modifikasi lingkungan yang sehat dan aman
b. Minta keluarga menunjukkan kartu JKN

E. Implementasi dan intervensi keperawatan


Dapat dilakukan bersama keluarga. Penulis tidak mendapatkan hambatan karena
pada saat melakukan asuhan keperawatan keluarga TN.A sangat kooperatif.

F. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan, penulis mengetahui keberhasilan
dengan menggukan SOAP dari hasil evaluasi didapatkan:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan
keluarga tentang reumatik dapat teratasi. Terbukti dengan keluarga TN.A
mampu menyebutkan defini, penyebab, tanda dan gejala reumatik.
2. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
tidak teratasi karena nyeri TN.A tidak sampai skala 0. Nyeri tetap dirasakan
setiap beraktifitas berat.
3. Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan, teratasi
sebagian. Dibuktikan keluarga mampu modifikasi lingkungan supaya bersih
dan aman, sedangkan lantai licin tidak bisa dihindari apabila kondisi cuaca
habis hujan. Karena memang lingkungan TN.A belum
pengerasan/pengaspalan.
BAB V
KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga TN.A dengan rematik di
Dusun III Tanjung Gusta
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan antara teori dan kasus, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian secara teori dan kasus aspek yang dikaji sama, data yang
diperoleh berbeda karena pada kasus disesuaikan dengan kondisi keluarga,
tidak ada faktor penghambat dalam melakukan pengkajian, sedangkan
faktor pendukungnya yaitu keluarga sangat kooperatif dan dapat bekerja
sama dengan perawat.
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus berdasarkan tipologi
yaitu aktual, sedangkan diagnosa resiko dan potensial tidak ditemukan
dikarenakan tidak ada data yang menunjang. Pada tahap ini penulis tidak
mengalami hambatan karena keluarga sangat kooperatif
3. Pada perencanaan yang direncanakan adalah meningkatkan pengetahuan
keluarga sesuai dengan tindakan fungsi, perawat hanya dapat
merencanakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan
informasi kepada keluarga terkait masalah yang dihadapi keluarga.
Sedangkan untuk afektif dan perilaku tidak direncanakan karena
keterbatasan waktu. Dalam perencanaan penulis tidak menemukan
hambatan, keluarga sangat kooperatif dan mau bekerjasama.
4. Pada tahap pelaksanaan tidak ditemukan adanya hambatan baik dari
keluarga maupun perawat seperti tercantum dalam teori. Pelaksanaan
tindakan disesuaikan dengan kondisi keluarga dan memperhatikan faktor
penghambat dalam teori
5. Pada evaluasi untuk evaluasi hasil berupa fungsi psikomotor dan perilaku
belum tercapai karena keterbatasan waktu pemberian asuhan keperawatan
keluarga. Untuk mengevaluasi aspek tersebut dibutuhkan asuhan yang
berkelanjutan, dari diagnosa keperawatan tujuan tercapai sebagian pada
TUK 3 dan TUK 4 karena keluarga belum melaksanakan secara maksimal.
Pada tahap ini penulis tidak mengalami hembatan.

B. Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi keluarga TN.A agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah
terbina dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai keluarga.
2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas
bekerjasama dengan kader kesehatan untuk menindaklanjuti asuhan
keperawatan keluarga yang telah dilakukan oleh penulis dan memotivasi
keluarga untuk tetap memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang terdapat didalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC


Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. (2013). Keperawatan Medikal bedah
Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Edisi 1. Alih bahasa : Yasmin
Asih,. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC
Darmojo, Boedhi dan Martono, H.Hadi. (2018). Olah Raga dan Kebugaran
Pada Lanjut Usia. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit Universitas
Indonesia.
LeMone, P, & Burke. (2001). Medical Surgical Nursing : Critical Thinking In
Client Care. (4thed). Pearson Prentice Hall: New Jersey
Maglaya. (2009). Family Health Nursing : The Proses. Philipina : Argonaunta
Corpotaion : Nangka Marikina
Mansjoer Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI. Moeleak, A.
Faried (1990) Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Depkes RI
Mubaraq, Chayatin, Santoso. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan
Aplikasi. Jakarta: sAlemba Medika
Nugroho Taufan.(2012). Luka Bakar dan Artritis Rhemathoid. Yogyakarta:
Numed
Setiawati, Santun dan Agus Citra Dermawan.2008. Penuntun Praktik Asuhan
Keluarga. Edisi 2. Jakarta: Trans Info Medika
uprajitno.(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik.
Jakarta: EGC
Tucker, Susan Martin. (1998) Standart Perawatan Pasien. Proses Keperawatan
Diagnosa dan Evaluasi. Volume 3. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Watson Roger. (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai