Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI

(KATARAK)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4
1. BENEDICTA TELAUMBANUA (180204002)
2. ANGELYCA MAWANTI MANULANG (180204042)
3. BORISMAN HULU (180204031)
4. IWAN ALIANSY MAYBANG (180204033)
5. SURYA TAMBUNAN (180204027)
6. REYHANISYA FITRA (180204020)
7. YOHANA PASARIBU (180204030)
8. LYBERNIATI HULU (180204012)

Kelas : 4.1
Dosen pembimbing : Ns. Rumondang Gultom, M.KM

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat, serta peyertaan-Nya sehingga makalah konsep terapi keluarga dapat terselesaikan.

Kami juga mengucapkan terimakasih dan menyampaikan hormat kami kepada


1. Ketua Yayasan, Pak Perlindungan Purba, SH,MN
2. Rektor USMI, Dr. Ivan Elisabet Purba, M.kes
3. Ketua Prodi S1 keperawatan, Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, MNS
4. Dosen Pengajar Keperawatan Gerontik, Ns. Rumondang Gultom, M.KM

Yang telah menjadi inpirasi dan pedoman kami dalam menjalani studi kami
ini.Dalam penulisan makalah kami ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana, singkat dan mudah dipahami.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan serta masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah kami ini. Maka kami harap
kerjasamanya, supaya segala sesuatu bentuk kesalahannya mohon dimaklumi dan kami
berharap adanya masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Disusun
oleh

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki


angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5
persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak
adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak
tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.
Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996,
menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah
katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain
yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).
Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan di
Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%).
Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang
dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan
penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya
jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat,
tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata
yang masih terbatas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui gambaran umum asuhan keperawatan pasien
dengan penyakit Katarak.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan katarak.
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan katarak.
d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan
katarak.
A. Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien katarak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarhakies” yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya ( Anas
Tamsuri, 2011 ).
Sedangkan katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi
setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan
radiasi, pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain
seperti uveitis anterior. (Brunner & Suddart, 2002)

B. Penyebab
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Fisik : Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa.
2. Kimia : Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat
paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.
3. Usia : Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun
dan mengakibatkan katarak.
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin : Jika ibu pada saat mengandung terkena atau
terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi
tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung menderita rubella.
5. Penyakit : Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.

C. Klasifikasi
1. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Katarak congenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).
Biasanya terjadi karena adanya infeksi virus pada saat kehamilan/pertumbuhan janin,
infeksi maternal selama masa kehamilan seperti infeksi toksoplasmosis, ibu hamil
dengan diabetes melitus, kelainan genetik ; Trisomi 21, galaktosemia, sindrom lowe..
Lensa terbentuk pada usia kehamilan minggu ke 5 sampai ke 8, pada masa ini belum
terbentuk kapsul pelindung sehingga virus bisa masuk ke dalam jaringan lensa, seluruh
lensa buram tampak abu – abu putih. Katarak congenital digolongkan dalam :
1) Katarak kapsulo lentikuler
Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.
2) Katarak lentikuler
Merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.
Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln sampai
9 tahun .

b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah 40 tahun.
Katarak ini pertumbuhannya lamban dan biasanya tidak mengganggu penglihatan.
c. Katarak senile ( 95 % )
Katarak ini disebabkan oleh ketuaan ( lebih 60 tahun ).

Ada 4 stadium katarak senile :


a. Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa yang
masih jernih.
b. Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air.
c. Katarak matur : katarak yang telah mengenai seluruh bagian lensa. Lensa sudah keruh
seluruhnya sehingga Katarak ini dapat dioperasi.
d. Katarak hipermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari kapsul
lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya terdapat lipatan
kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai kapsul yang tebal
menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga
berbentuk seperti sekantong susu dengan nucleus yang terbenam yang disebut katarak
Morgageeni.

2. Berdasarkan penyebabnya :
a. Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma
tumpul, adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau bahan radio
aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai
tahun.
b. Katarak toksik: Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu ( korticostirot,
Klorpromasin / torasin, miotik, agen untuk pengobatan glaucoma).
c. Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid, Down sindrom dan
dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk perkembangan
katarak. Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat
mengurangi alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap
gula,alcohol dan melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada
tingkat osmolaritas yang normal lensa diletakan pada air.
d. Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan
okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan
retina detachement. Katarak ini biasanya unilateral.

A. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nekleus
mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah
diluar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.

Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat
kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama

Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi
penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan
berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa
secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan
densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih
tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central.

Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang
tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas
menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini,
menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada
akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian
lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh
lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada
retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak
yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan
menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.

E. Manifestasi Klinik

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b. Peka terhadap sinar atau cahaya.
c. Dapat melihat dobel pada satu mata ( diplopia )
d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
e. Lensa mata berubah menjadi buram atau keruh seperti kaca susu.

Pada katarak senil(usia lebih dari 40 tahun) dikenal 4 stadium:

INSIPIEN IMATUR MATUR HIPERMATUR


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans(hanya bila

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam


Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis, glaukoma

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : untuk pemeriksaan visus, mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : untuk mengetahui tekanan intra okuler, TIO normal 12 – 25
mmHg.
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit untuk mengetahui segmen anterior dan derajat kekeruhan
lensa
12. Biometri untuk mengukur power IOL
13. Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi
14. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
15. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak dan menyingkirkan adanya
kelainan selain katarak.

G. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Sebelum Pembedahan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata
yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Pencegahan terjadinya injury atau cidera karena adanya penurunan fungsi
penglihatan dan kaji fungsi mobilitas dan aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan
sehari – hari. Modifikasikan lingkungan sekitar klien dan lingkungan tempat tinggal
klien untuk menghindarkan klien dari cidera agar klien mampu beradaptasi dengan
kondisinya dan memudahkan klien dalam aktifitas dan mobilitas untuk memenuhi
kebutuhannya sehari – hari. Berikan edukasi tentang kondisi, resiko yang mungkin
terjadi serta perlunya klien untuk periksa ke fasilitas kesehatan.
Periksa kesehatan secara umum untuk menentukan kondisi klien, dilakukan
pemeriksaan mata untuk mencegah terjadinya penyulit pembedahan seperti; adanya
infeksi, glaukoma serta penyakit lain.

b. Setelah Pembedahan
Cegah terjadinya infeksi, cegah terjadinya komplikasi setelah pembedahan;
edema kornea, inflamasi, uveitis, atonik pupil, kekeruhan kapsul posterior, ablasio
retina, endoftalmus, sisa massa lensa. Anjurkan klien untuk memakai penutup mata
( kaca mata hitam ), berikan tetes mata sesuai anjuran, dan anjurkan klien untuk
menghindari menggosok mata yang sakit, tidak membungkuk terlalu lama,
membaca yang berlebih, tidak menonton TV, mengejan keras sewaktu BAB, bersin,
batuk, tidur pada sisi yang sakit, mencuci muka.

2. Medis
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit
mata lainnya, seperti uveitis yakni peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran
uvea) terdiri dari 3 struktur:
a. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
b. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa
fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada
objek jauh
c. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas
pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.

Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau
atas indikasi medis lainnya.

Indikasi dilakukannya operasi katarak :

a. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam


melakukan rutinitas pekerjaan.
b. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)


Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun
1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia. Pada pembedahan jenis ini lensa
diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan proses ini
dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami retinal
detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa
intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa
dibekukan dengan probe super dingin dan kemudian diangkat.

2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)


Terdiri dari 2 macam yakni:
a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manualsetelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
sehinggapenyembuhan lebih lama.
b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga
material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi
katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes
mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani
rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh
dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa
buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.
Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10
menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih
cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi
maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular
multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan.

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata
lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai
95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.
Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah
menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk
membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

H. Komplikasi
1. Sebelum Pembedahan
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka
akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa
Glaukoma dan Uveitis.
2. Setelah Pembedahan
a. Edema kornea
b. Inflamasi dan uveitis
c. Atonik pupil
d. Papillary captured
e. Kekeruhan kapsul posterior
f. TASS ( Toxic Anterior Segment Syndrom )
g. Ablasio retina
h. Endoftalmus
i. Sisa massa lensa

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Status
Perkawinan, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Tgl. Masuk RS, No. Register
Serta Penanggung Jawab.
b. Keluhan utama ; fugsi penglihatan yang menurun
c. Riwayat Kesehatan ; adanya trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid,
penyakit diabetes, hipothyroid, uveitis, glaukoma, stadium katarak.
d. Pengkajian khusus mata ; adanya gambaran kekeruhan lensa, diplopia, pandangan
berkabut, penurunan tajam penglihatan, bilik mata depan menyempit, tanda
glaukoma.
e. Psikososial ; kemampuan aktifitas, gangguan membaca, resiko jatuh
f. Pemeriksaan penunjang yang mendukung

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (visual) b.d perubahan resepsi, transmisi, dan atau
integrasi sensori ditandai dengan :
DS :
a. Klien mengatakan penglihatan tidak jelas
b. Klien mengatakan penglihatan ganda ( diplopia )
c. Klien mengatakan silau bila melihat cahaya

DO :

a. Lensa keruh
b. Perubahan visus pada pemeriksaan kartu snellen
c. Klien tampak kesulitan dalam membaca

NOC :

a. Pengendalian Resiko Masalah Penglihatan


1. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan penglihatan
2. Monitoring gejala kerusakan penglihatan
3. Mencari informasi terkini tentang masalah gangguan penglihatan
4. Memperoleh pemeriksaan mata
5. Memperoleh skrining glaucoma
6. Menggunakan lampu yang terang saat aktifitas

b. Perilaku kompensasi penglihatan


1. Pantau gejala semakin buruknya penglihatan
2. Mengompensasi defisit sensori dengan memaksimalkan indera yang tidak
rusak
3. Posisikan diri untuk meningkatkan penglihatan
4. Gunakan alat bantu penglihatan
NIC :

a. Peningkatan komunikasi tentang masalah penglihatan


1. Identifikasi/perkenalkan diri perawat ketika masuk ke ruang pasien
2. Catat reaksi pasien terhadap pengurangan penglihatan missal:depresi, menarik
diri, marah
3. Jalan satu atau dua langkah didepan pasien dengan tangan pasien di siku
perawat.
4. Gambarkan lingkungan ke pasien.
5. Jangan pindahkan barang di ruang pasien tanpa izin pasien.
6. Informasikan kepada pasien dimana lokasi suara
7. Kolaborasi: pembedahan

b. Perawatan mata

1. Tentukan derajat penurunan penglihatan atau tes tajam penglihatan


2. Monitor reflek kornea
3. Anjurkan klien untuk gunakan kacamata
4. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasan penglihatan
5. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan penglihatan

c. Manajemen Lingkungan

1. Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan


2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik dan
fungsi kognitif serta riwayat perilaku pasien
3. Kaji lingkungan terhadap kemungkinan bahaya terhadap keamanan
4. Tempatkan benda – benda di sekitar klien untuk mudah dijangkau
5. Tempatkan area penyimpanan pada daerah yang mudah dijangkau
6. Modifikasi lingkungan untuk meminimalisir resiko dan cidera
7. Bantu klien memperkuat jaringan sosial/ komunitas
2. Resiko cidera berhubungan dengan internal : disfungsi sensorik, usia perkembangan,
fisik ; rancangan struktur dan penataan bangunan atau peralatan

DS :
a. Klien mengatakan penglihatan kurang jelas
b. Klien mengatakan penglihatan ganda ( diplopia )
c. Klien mengatakan silau bila melihat cahaya

DO :

a. Lensa keruh
b. Perubahan visus pada pemeriksaan kartu snellen
c. Penataan ruangan, peralatan di sekitar klien yang kurang sesuai / rapi,
pencahayaan yang kurang terang

NOC :

a. Pengendalian resiko
1. Klien terbebas dari cidera
2. Memantau faktor resiko perilaku individu dan lingkungan
3. Mengembangkan strategi pengendalian resiko yang efektif
4. Menerapkan strategi pengendalian resiko pilihan
5. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
6. Klien mampu mengenali perubahan status kesehatan
7. Menggunakan penerangan yang cukup selama beraktifitas

b. Perilaku keamanan personal


1. Penggunaan alat bantu yang tepat
2. Pencegahan tindakan yang beresiko tinggi
3. Pengaturan lingkungan yang aman

c. Pengetahuan keamanan Pribadi


1. Klien mampu mendeskripsikan tindakan untuk mengurangi resiko cidera
2. Klien mampu mendeskripsikan tindakan keamanan di rumah

NIC :

a. Identifikasi resiko
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan
2. Kaji kemampuan penglihatan dan ingatkan klien untuk menggunakan
kacamata ketika ambulasi
3. Orientasikan kembali klien terhadap realitas dan lingkungan saat ini
4. Tempatkan bel atau lampu panggil pada tempat yang mudah dijangkau

b. Manajemen lingkungan : keamanan


1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
2. Identifikasi resiko keamanan lingkungan misal lingkungan yang licin
3. Pindahkan bahaya dari lingkungan bila mungkin modifikasi lingkungan
supaya tidak berbahaya bagi klien.
4. Lengkapi pasien dengan nomor gawat darurat.
5. Monitor lingkungan untuk mengganti status keamanan
6. Bantu pasien ke tempat yang lebih aman.
7. Edukasikan dari lingkungan yang berbahaya.
8. Kolaborasi dengan agensi lain untuk lingkungan yang aman
9. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau klien
10. Kaji keluarga dalam mengindentifikasi bahaya di rumah dan bagaimana
memodifikasikannya
11. Ajarkan keluarga tentang faktor resiko yang berkontribusi pada jatuh dan
bagaimana mengurangi resiko jatuh

3. Anxietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, stress

DS :
a. Kien mengungkapkan kekhawatiran karena perubahan dalam hidup
b. Klien mengungkapkan ketakutan karena kondisinya
c. Klien mengungkapkan bingung dengan prosedur therapi dan perawatan
d. Klien mengungkapkan ketakutan tentang prosedur therapi
e. Klien sering bertanya tentang kondisinya dan prosedur therapi yang akan
dilakukan

DO :

a. Klien tampak gelisah


b. Klien tampak bingung
c. Peningkatan tanda – tanda vital
d. Klien tampak murung

NOC :

a. Tingkat anxietas
1. Ansietas berkurang
2. Klien tampak tenang, rileks
3. Tanda – tanda vitas dalam rentang normal
4. Tidak ada tremor, berkeringat banyak

b. Pengendalian diri terhadap anxietas


1. Klien mampu mengidentifikasi gejala anxietas
2. Mampu menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi anxietas
3. Klien mampu mempertahankan performa peran

c. Koping
1. Klien mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
3. Klien melaporkan penurunan dari perasaan negatif / tidak nyaman
NIC :

a. Penurunan kecemasan / anxiety reduction


1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Identifikasi tingkat kecemasan
3. Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, prosedur therapi, dan prognosis
6. Temani klien
7. Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian
8. Ajarkan kklien tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

b. Peningkatan koping
1. Kaji kemampuan koping klien
2. Nilai dan diskusikan respon alternatif untuk situasi yang dihadapi
3. Bantu klien mengidentifikasi respon positif
4. Anjurkan klien menggunakan sumber spiritual

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik


DS :
a. Klien melaporkan nyeri secara verbal

DO :

a. Klien tampak gelisah


b. Ekspresi wajah menahan nyeri
c. Perubahan tanda – tanda vital

NOC :
a. Level nyeri
1. Klien melaporkan nyeri berkurang dari level 1-5
2. Ekspresi wajah rileks
3. Klien tidak gelisah
4. Tanda – tanda vital dalam rentang normal

b. Kontrol nyeri
1. Klien mengenal penyebab nyeri
2. Klien mengenal gejala nyeri
3. Klien melakukan tindakan pencegahan nyeri
4. Klien melakukan tindakan non analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Klien melaporkan gejala – gejala kepada tenaga kesehatan

c. Tingkat kenyamanan
1. Klien melaporkan kesejahteraan fisik
2. Klien melaporkan kepuasan dengan kontrol gejala
3. Klien mengekspresikan kepuasan hati dengan lingkungan fisik

NIC :

a. Manajemen nyeri
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi
2. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan komunikasi terapiutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
4. Tentukan dampak dari nyeri
5. Berikan informasi tentang nyeri; penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan
6. Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan ( penyinaran )
7. Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyaeri
8. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri
9. Beritahu dokter bila nyeri tidak berkurang dengan tindakan pengontrol nyeri

b. Manajemen lingkungan ; kenyamanan


1. Batasi pengunjung
2. Siapkan ruangan yang bersih dan tempat tidur yang nyaman
3. Atur penerangan sesuai aktifitas dan kebutuhan klien, hindarkan nyala lampu
secara langsung ke mata
4. Posisikan klien untuk memperoleh kenyamanan

c. Pemberian analgetik
1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan beratnya nyeri sebelum
diberikan pengobatan
2. Kaji adanya alergi obat
3. Berikan analgetik sesuai jam pemberian
4. Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang muncul

5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan utama tidak adekuat ;


prosedur invasive, jaringan yang luka
DS :

a. Klien mengungkapkan nyeri yang berlebihan pada area yang dioperasi ( mata )
b. Klien mengungkapkan suhu tubuh meningkat

DO :

a. Tampak adanya tanda – tanda infeksi ( tumor, kalor, dolor, rubor, fungsiolaesa )
b. Tampak ada exudat / sekret yang banyak
c. Oedem palpebra
d. Konjungtiva kemerahan

NOC :
a. Deteksi resiko
1. Klien mampu mengenal tanda – tanda dan gejala yang menunjukkan adanya
infeksi
2. Klien menggunakan sumber untuk mendapatkan informasi tentang adanya
potensi resiko
3. Klien mampu melakukan perawatan sesuai dengan kebutuhan

b. Kontrol resiko
1. Klien mengetahui resiko
2. Klien memperhatikan faktor resiko perilaku individu
4. Klien mampu mengikuti strategi yang dipilih
5. Klien mampu mengenali perubahan status kesehatan
6. Klien mampu menggunakan sistem pendukung pribadi untuk mengontrol resiko

c. Pengetahuan kontrol infeksi


1. Klien mampu mendeskripsikan tanda dan gejala infeksi
2. Klien mampu mendeskripsikan fakto – faktor yang menyebabkan infeksi
3. Kklien mampu mendeskripsikan tindakan pencegahan infeksi
4. Klien mampu mendeskripsikan cara pengobatan

d. Penyembuhan luka
1. Klien mampu menuruti tindakan pencegahan yang direkomendasikan
2. Tidak ada pengeluaran nanah/ exudat, perubahan suhu, perubahan warna, dan
nyeri yang berlebih
3. Klien mampu menggunakan alat yang benar

NIC :

a. Perlindungan terhadap infeksi


1. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan anjurkan untuk
melaporkan ke petugas kesehatan
2. Ajarkan klien dankeluarga cara mencegah infeksi
3. Ajarkan tehnik mencuci tangan yang benar
4. Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan dengan benar
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada klien
6. Pastikan tehnik perawatan luka yang benar
7. Lakukan terapi antibiotik yang benar
8. Tingkatkan pemasukan nutrisi yang tepat
9. Tingkatkan pemasukan cairan yang tepat

b. Manajemen lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien
2. Hindari objek yang berbahaya dari lingkungan
3. Sediakan tempat tidur yang bersih dan nyaman
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

I. DATA DEMOGRAFI LANSIA

1.1.Nama : .Ny. Y.S

1.2.Tempat tanggal lahir : Amarasi,7 0ktober 1935\86 thn

1.3.Jenis Kelamin : Perempuan

1.4.Suku : Timor

1.5Agama : Kristen Protestan

1.6.Pendidikan : SMP

1.7.Status perkawinan : sudah menikah

1.8.Alamat : amarasi

1.9.Tanggal masuk Panti : 03-04-2017

1.10.Alasan Msuk Panti : karna suaminya meninggal

1.11.Orang dekat yg dihubungi : yanto sontowi

II. RIWAYAT KELUARGA

2.1 Pasangan ( Apabila pasangan masih hidup):

2.1.1. Status kesehatan : .sudahmeninggal

2.1.2. Umur :

2.1.3. Pekerjaan : petani

2.2. Apabila pasangan telah meninggal,

2.2.1.Tahun meninggal : 1992

2.2.2.Penyebab kematian : kepalasakit

2.3. Anak –anak ( Apabila anak-anak masih hidup),

2.3.1. Nama dan alamat : amarasi

2.4. Apabila anak-anak sudah meninggal,


2.4.1. Tahun meninggal :

............................................................................
...................

2.4.2. Penyebab kematian :

..............................................................................
.................... III. RIWAYAT PEKERJAAN

3.1. Status pekerjaan saat ini : penghuniWisma

3.2. Pekerjaan sebelumnya : iburumahtanggah


3.3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : di
tanggungolehnegara
VI RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

4.1. Tipe tempat tinggal : Permanen

4.2. Jumlah kamar : 2 Kamar

4.3. Jumlah tingkat : Tidak Ada

4.4. Jumlah orang yang tinggal serumah : 2 Orang

V. RIWAYAT REKREASI

5.1. Hobi/minat : tenunkain

5.2. Keanggotaan klpk : tidakada

5.3. Liburan/perjalanan : TidakPernah

VI. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN

6.1. Dokter :

.....................................................................................................

6.2. Rumah sakit :

....................................................................................................
6.3. Klinik :

....................................................................................................

6.4. Pelayanan kesehatan di rumah :

.......................................................................................

VII. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

7.1. Penyakit yang diderita 1 tahun terakhir

Tidakada

7.2. Penyakit yang diderita saat ini.


Susah melihat

7.3. Keluhan yang dialami 1 tahun terakhir

Tidakada

7.4. Keluhan saat ini

Pxmengatakansusahmelihat

7.5. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan (mis. Diet


khusus, mengganti balutan)

PM mengatakantidakmengertitentangpenyakit yang dideritannya.

7.6. Penggunaan Obat

7.6.1.Nama obat :
7.6.2.Dosis obat :

7.6.3.Bagaimana/kapan menggunakan : Sesudahmakan

7.6.4.Dokter yang menginstruksikan :

..............................................................................

7.6.5 Tanggal resep :

....................................................................................

7.7. Riwayat Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)

7.7.1.Obat-obatan : Tidakada

7.7.2.Makanan :Tidakada

7.7.3.Kontak substansi : Tidakada

7.7.4.Faktor lingkungan : Tidakada

7. 8. Nutrisi ( ingat kembali diet 24 jam, termasuk intake cairan )

7.8.1. Kebiasaan makan (tinggi garam, kolesterol, purin)

7.8.2.Diet khusus, pembatasan makanan

7.9 Riwayat peningkatan/penurunan berat badan

TB : 142 cm, BB 55 kg,

7.10 Indeks Massa Tubuh


BB= 165kg
TB=155cm

7.11.Pola konsumsi makanan (misal frekuensi, sendiri/dengan orang lain)


Makan sendiri tanp abantuan orang lain

7.12. Masalah yang mempengaruhi intake makanan (mis. Pendapatan tidak

adekuat,
kurang transportasi, masalah menelan/mengunyah, stres
emosional,dll) Tidakada

7.13. Pola istirahat tidur


7.13.1. Lama tidur

Tidur siang 4 jam dan malam, 10 jam

7.14. Gangguan tidur yang sering dialami

Tidak ada

VII. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

7.1. Penyakit masa kanak-kanak

Batuk, Pilek dan demam

7.2. Penyakit serius/kronik

Tidak ada

7.3. Trauma
Tidak ada

7.4. Perawatan di rumah sakit (catat alasan, tanggal, tempat, alasan)


Tidakada

7.5. Pembedahan

Tidakada

7.6. Riwayat obsetri

Tidakada

VIII, RIWAYAT KELUARGA

8.1.Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi,
saudara k

andung, pasangan, anak-anak

x x
x

x x
x
Keterangan :

Laki – laki hidup

Laki – laki meninggal x


Perampuan hidup

Perampuan meninggal x

Tinggal serumah

8.2. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga

Tidak tau

IX. TINJAUAN SISTEM

9.1. Tingkat kesadaran:

9.1.1. Mata :Pasiendapatmembukamatatetapipenglihatanburam

9.1.2. Verbal :Bisaberbicaradenganbaik

9.1.3. Motorik :Dapatbergerakdenganbaik. Tapiterbtasruanggerak.

9.2. Tanda-tanda vital:


9.2.1.Tekanan darah : 150/90 mmHg

9.2.2.Nadi : 84x/mnt

9.2.3.Suhu : 36,5 c

9.2.4.RR : 24x/mnt

9.3. Penilaian umum

9.3.1.Kelelahan : (√ ) ya ( ) tidak

9.3.2.Perubahan BB satu tahun yang lalu: ( ) ya (√ ) tidak

9.3.3.Perubahan nafsu makan : ( ) ya ( √ ) tidak

9.3.4.Demam : ( ) ya ( √ ) tidak

9.3.5.Keringat malam : ( ) ya ( √ ) tidak

9.3.6.Kesulitan tidur : ( ) ya ( √ ) tidak

9.3.7.Sering pilek, infeksi : ( ) ya ( √ ) tidak

9.3.8.Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : ( √ ) ya ( )

tidak

9.3.9 Kemampuan melakukan ADL : ( √ ) ya ( ) tidak

9.4. Integumen
9.4.1.Lesi/luka : ( ) ya ( √ ) tidak
( √ ) tidak
9.4.2.Pruritus : ( ) ya (√ ) tidak
9.4.3.Perubahan pigmentasi : ( ) ya ( ) tidak
9.4.4.Perubahan tekstur : ( √ ) ya ( ) tidak
( ) tidak
9.4.5.Perubahan rambut : ( √ ) ya

9.4.6.Perubahan kuku : ( √ ) ya

9.4.7.Turgor : elastis.: ( ) ya ( √ ) tidak


9.5.1.Sakit kepala ( √ ) tidak
9.5.2.Trauma : ( ) ya ( √ ) tidak
9.5.3.Pusing : ( ) ya ( √ ) tidak
9.5.4.Gatal pada kulit kepala : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6. Mata

9.6.2.Kacamata/lensa kontak : ( √ ) ya ( ) tidak


9.6.3.Nyeri : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.4.Air mata berlebihan : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.5.Bengkak sekitar mata : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.6.Diplopia : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.7.Pandangan kabur : ( √ ) ya ( ) tidak
9.6.8.Fotofobia : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.9.Tanggal pemeriksaan paling akhir : 6 bln yang lalu
9.6.10.Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir : 6 bln yang lalu

9.6.11.Dampak pada penampilan ADL : tidak bias


beraktifitasdiluarwismasepertimenjemurpakianmaupunpergirekreasi.

9.7. Telinga

9.7.1.Perubahan pendengaran : ( ) ya (√ ) tidak

9.7.2.Tinitus : ( ) ya ( √ ) tidak

9.7.3.Sensitivitas pendengaran : ( ) ya ( √ ) tidak

9.7.4.Riwayat infeksi : ( ) ya ( √ ) tidak


9.7.5.Tanggal pemeriksaan paling akhir : tidakada

9.7.6.Kebiasaan perawatan telinga : .1 minggu 2 kali

9.7.7.Dampak pada penampilan ADL :tidakada

9.8. Hidung:

9.8.1.Rinorea : ( ) ya ( √ ) tidak
9.8.2.Epistaksis : ( ) ya ( √ ) tidak
( √ ) tidak
9.8.3.Obstruksi : ( ) ya ( √ ) tidak
9.8.4.Mendengkur : ( ) ya ( √ ) tidak
( √ ) tidak
9.8.5.Nyeri pada sinus : ( ) ya
9.9.1.Sakit tenggorokan : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.2.Lesi/ulkus : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.3.Serak : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.4.Perubahan suara : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.5.Kesulitan menelan : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.6.Perdarahan gusi : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.7.Karies : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.8.Alat-alat protesa : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.9.Riwayat infeksi : ( ) ya ( √ ) tidak
9.9.10.Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : tidakada
9.9.11.Pola menggosok gigi :3 kali sehari

9.9.12. Masalah dan kebiasaan membersihkan : .tidakada

9.9.13. Gigi palsu : ( ) ya ( √ ) tidak

9.10. Leher

9.10.1. Kekuan : ( ) ya ( √ ) tidak

9.10.2. Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya ( √ ) tidak

9.10.3. Benjolan/ massa : ( ) ya ( √ ) tidak

9.10.4. Keterbatasan gerak : ( ) ya ( √ ) tidak

9.11. Payudara

9.11.1. Benjolan/ massa : ( ) ya ( √) tidak

9.11.2. Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (√ ) tidak

9.11.3. Bengkak : ( ) ya (√ ) tidak


9.11.4. Keluar cairan dari puting susu : ( ) ya (√ ) tidak

9.11.5. Perubahan pada puting susu : ( ) ya ( √ ) tidak

9.11.6 Pola pemeriksaan payudara sendiri: ( ) ya ( √ ) tidak

9.11.7. Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir :tidakada

9.12. Pernafasan
9.12.1. Batuk :( ) ya ( √ ) tidak
9.12.2. Sesak nafas :( ) ya ( √ ) tidak
9.12.3. Hemoptisis :( ) ya ( √ ) tidak
9.12.4. Sputum :( ) ya ( √ ) tidak
9.12.5. Asma/alergi pernafasan : ( ) ya ( √ ) tidak

9.12.6. Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir :tidakada

9.13. Kardiovaskular

9.13.1. Ditensi vena jugularis : ( ) ya (√ ) tidak

9.13.2. Nyeri/ketidaknyamanan dada : ( ) ya (√ ) tidak

9.13.3. Palpitasi : ( ) ya (√ ) tidak

9.13.4. Sesak nafas : ( ) ya (√ ) tidak

9.13.5. Dispnea nocturnal paroksimal : ( ) ya (√ ) tidak

9.13.6. Ortopnea : ( ) ya (√ ) tidak

9.13.7. Murmur : ( ) ya (√ ) tidak

9.13.8. Edema : ( ) ya (√ ) tidak

9.14. Gastrointestinal

9.14.1. Disfagia : ( ) ya (√ ) tidak

9.14.2. Tidak dapat mencerna : ( ) ya (√ ) tidak

9.14.3. Nyeri ulu hati : ( ) ya (√ ) tidak

9.14.4. Mual/muntah : ( ) ya (√ ) tidak

9.14.5. Hematemesis : ( ) ya (√ ) tidak

9.14.6. Perubahan nafsu makan : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.7. Intoleransi makanan : ( ) ya (√ ) tidak

9.14.8. Nyeri : ( ) ya (√ ) tidak

9.14.9. Ikterik : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.10. Benjolan/massa : ( ) ya ( √ ) tidak


9.14.11. Perubahan kebiasaan defekasi : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.12. Diare : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.13. Konstipasi : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.14. Melena : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.15. Hemoroid : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.16. Perdarahan rektum : ( ) ya ( √ ) tidak

9.14.17.Pola defekasi biasanya : 1x sehari

9.15. Perkemihan

9.15.1. Disuria : ( ) ya ( √ ) tidak

9.15.2. Frekuensi BAK : ( ) 2x/sehari ( √ ) 2x/hari

9.15.3. Urine menetes : ( ) ya ( √ ) tidak

9.15.4. Dorongan miksi : ( ) ya ( √ ) tidak

9.15.5. Hematuria : ( ) ya ( √ ) tidak

9.15.6. Poliuria : ( √ ) ya ( ) tidak

9.15.7. Oliguria : ( ) ya ( √ ) tidak


9.15.8. Nokturia : ( ) ya ( √ ) tidak
( √ ) tidak
9.15.9. Inkontinensia : ( ) ya ( √ ) tidak
9.15.10. Nyeri saat berkemih :( ) ya
9.16.1. Lesi :( ) ya ( ) tidak
9.16.2. Rabas :( ) ya ( ) tidak
9.16.3. Nyeri testikular :( ) ya ( ) tidak
9.16.4. Massa testikular :( ) ya ( ) tidak
9.16.5. Masalah prostate :( ) ya ( ) tidak
9.16.6. Penyakit kelaminn :( ) ya ( ) tidak
9.17. Genitalia wanita

9.17.2. Rabas : ( ) ya (√ ) tidak


9.17.3. Dispareuni : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.4. Perdarahan pasca senggama : ( ) ya ( √ ) tidak
9.17.5. Nyeri pelvis : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.6. Sistokel/rektokel/prolpas : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.8. Penyakit kelamin : ( ) ya ( √ ) tidak
9.17.9. Infeksi : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.10. Riwayat menstruasi (usia awitan, tanggal periode menstruasi)
Tidaklagimens.

9.17.11. Riwayat menopouse (usia, gejala, masalah pasca menopouse)


Tidakmenssejakumur 50 tahun yang lalu

9.17.12.Tanggal dan hasil pap smear paling akhir

Tidakada

9.18 Muskuloskeletal

9.18.1. Nyeri persendian : ( √ ) ya ( ) tidak

9.18.2. Kekakuan : (√ ) ya ( ) tidak

9.18.3. Pembengkakan sendi : ( ) ya ( √ ) tidak


9.18.4. Deformitas : ( ) ya ( √ ) tidak

9.18.5. Spasme : ( ) ya ( √ ) tidak

9.18.6. Kelemahan otot : ( ) ya ( √ ) tidak

9.18.7. Masalah cara berjalan : ( ) ya ( √ ) tidak

9.18.8. Nyeri punggung : ( √ ) ya ( ) tidak

9.18.9. Prostesa : ( ) ya ( √ ) tidak

9.18.10. Kekuatan otot : 5 dapat bergerak normal


Tes koordinasi/keseimbangan

No. Aspek penilaian Keterangan Nilai


1 Berdiri dengan postur normal 4 4
2 Berdiri dengan postur normal (dengan mata 4 4

3 Berdiri dengan satu kaki Kanan :1 1

4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral 3 3


5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 2 3
6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit di depan 2 3

7 Berjalan sepanjang garis lurus 2 4


8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 2 3
9 Berjalan mundur 2 3
10 Berjalan mengikuti lingkaran 2 3
11 Berjalan dengan tumit 1 2
12 Berjalan dengan ujung kaki 1 1
JUMLAH 23 29

Kriteria penilaian

4 :melakukan aktifitas dg lengkap

3 :sedikit bantuan (untuk keseimbangan)

2 :dg bantuan sedang – maksimal

1 :tidak mampu melakukan aktivitas

Keterangan

42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap

28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan)

14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal

< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas

Dampak pada penampilan ADL : ..............................................................................


9.19. Sistem saraf pusat
9.19.1. Sakit kepala :( ) ya ( √ ) tidak
9.19.2. Kejang :( ) ya ( √ ) tidak
9.19.3. Sinkope/serangan jatuh :( ) ya ( √ ) tidak
9.19.4. Paralisis :( ) ya ( √ ) tidak
9.19.5. Paresis :( ) ya ( √ ) tidak
9.19.6. Masalah koordinasi : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.7. Tc/tremor/spasme : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.8. Masalah memori : ( ) ya ( √ ) tidak

X. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

10.1. Cemas : ( ) ya ( √ ) tidak

10.2. Stabilitas emosi

a. Labil (b). Stabil c. Iritable d. Datar

Jelaskan pasienbiasanyatenang

10.3. Permasalahan emosional dengan Pertanyaan tahap 1

10.3.1. Apakah klien mengalami susah tidur. Tidak

10.3.2. Apakah klien merasa gelisah. Tidak

10.3.3 Apakah klien murung menangis sendiri. Tidak

10.3.4 Apakah klien sering was-was atau kuatir. Tidak

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama dengan jawaban 1 ya

Pertanyaan tahap 2

10.3.5. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan.

10.3.6. Ada masalah atau banyak pikiran

10.3.7. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain

10.3.8. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter

10.3.9. Cenderung mengurung diri ?

Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah emosional
ada atau
ada gangguan
emosional
10.3.10. Insomnia : ( ) ya ( √ ) tidak

10.3.11. Gugup : ( ) ya ( √ ) tidak

10.3.12. Takut : ( ) ya ( √ ) tidak

10.3.13. Stres : ( ) ya ( √ ) tidak

10.3.14 Mekanisme koping yang biasa digunakan

Tidakada.

10.3.15. Pola respon seksual

XI. STATUS FUNGSIONAL


Pemeriksaan Indek barthel

No Jenis aktivitas Nilai Penilaian


Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10√ 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15√
15
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, 0 5√
5
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10√ 10
5 Mandi 0 5√ 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15√ 15
7 Naik turun tangga 5 10√ 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10√ 10
9 Mengontrol defekasi 5 10√ 10
10Mengontrol berkemih 5 10√ 10
Jumlah 95√ 95
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total

21 – 61 : Ketergantungan berat

62 – 90 : Ketergantungan moderat

91 – 99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri

XII. STATUS KOGNITIF

Pemeriksaan Short Portable Mental Status Questsionnaire

Benar Salah Nomor Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini?

√ 2 Hari apa sekarang?

√ 3 Apa nama tempat ini?

√ 4 Di mana alamat Anda?


√ 5 Kapan Anda lahir?

√ 6 Berapa umur Anda?

√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

√ 9 Siapa nama ibu Anda?

√ 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3

10 Jumlah
Keterangan :

Salah 0 – 3: fungsi intelektual utuh Salah 4 – 5: kerusakan


intelektual ringan

Salah 6 – 8: kerusakan intelektual sedang Salah 9 – 10: kerusakan


intelektual berat

XIII MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE) Maximal 5 minimal 1

ITEM TES NILAI MAX NILA


ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5

REGISTRASI

3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik,
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan 3
benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI

4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar.


Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
“DUNIA” (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum
5
kesalaahn; misalnya “a i u n d ”=3
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
3
BAHASA

6 Klien diminta menyebutkan nama benda yg ditunjukkan (pensil,


buku)
3
Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila”
7
5
Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan
8
tangan Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di lantai” 5
Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata
Anda” 4
TOTAL 22
Keterangan :

Skor 24-30 = normal

Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang


Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat
XIV N. STATUS FUNGSI SOSIAL
Pemeriksaan APGAR Keluarga
Selalu =2
Kadang-kadang =1

Hampir tidak pernah = 0


NO Pernyataan Kriteria Nilai
Selalu Kadang Hampir

1 Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) saya untuk √

2 Saya puas dgn cara keluarga (teman) saya membicarakan √

3 Saya puas bahwa keluarga (teman) saya menerima dan √

4 Saya puas dgn cara keluarga (teman) saya √


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi saya
seperti
5 Saya marah,
puas sedih,
dengan atauteman
cara mencintai
saya menyediakan waktu √

2 4
Keterangan
Nilai < 3 : disfungsi keluarga tinggi

Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang


ANALISA DATA
NO Data Masalah Etiologi
DS : Ny. Y.S mengatakan tidak tahu Defisit pengetahuan Kurang
tentang pengertian, penyebab, terpaparnya
dari penyakit yang dialami saat
ini. Informasi

DO : Ny. Y.S tampak cemas saat ditanya,


kurang percaya diri, ekspresi
bingung, sering bertanya tentang
penyakit yang dialami
DS : N..Y.S mengatakan sering Intoleransi aktivitas Kelemahan
mengalami kekakuan nyeri di fisik
punggung, . Hingga membuatnya
sulit bergerak

DO : Saat di observasi dan dilakukan


pemeriksaan status fungsional
pasien memiliki tingkat
ketergantungan yang normal,

70
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


PERENCANAAN

TGL DX TUJUAN TINDAKAN RASIONAL


DAN
KRITERIA
HASIL
29 1. setelah dilakukan kaji tingkat
pengetahuan
Mei asuhan
keperawatan selam
2021 pasien dan keluarga,
3x24 jam kurang
pengetahuan jelaskan patofisiologi
pasien dapat dari penyakit dan
teratasi dengan
kriteria hasil bagaimana hal tersebut
pasien dapat berhubungan dengan
menceritakan anatomi dan
penyakitnya, dapat
fisiologi,
mengetahui tanda
dan gejala dari
dengan cara yang
penyakit yang di
derita. tepat. Gambarkan
tanda dan gejala dan
proses penyakit,
identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat, dukung
pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second

Kaji kebutuhan
mengenai bantuan
Setelah dilakukan
pelayanan kesehatan
asuhan
mobilitas sendi dan
ketahanan.

IMPLEMENTASI

TGL JAM DX IMPLEMENTASI RASIONAL

29 07.00 1. kaji tingkat pengetahuan pasien


dan
Mei

2021 keluarga
,

08.00
jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
tersebut berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang


tepat.

09.00 Gambarkan tandan dan gejala dan


proses penyakit,

identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
10.00 tepat,
29 07.30 2. Kaji kebutuhan mengenai bantuan
2021 pelayanan kesehatan dirumah,

08.30 Ajarkan pasien dan


pantau penggunaan alat
bantu,

Ajarkan dan bantu pasien


dalam proses berpindah,
09.30

Berikan penguatan positif


10.30
selama beraktivitas,

11.30 mengobservasi tanda dan


gejala penurunan mobilitas
sendi dan ketahanan.

CATATAN PERKEMBANGAN

TGL JAM DX EVALUAS PARAF


I
29 14.00 1. S: Pasien mengatakan tahu tentang
penyakit
Mei
yang di alami
2021
A: masalah teratasi sebagian

29 14.00 S: Pasienmengatakan masih sulit


beraktivitas
Mei
karena sulit melihat
2021

O: pandangan kabur, nampak duduk


terdiam
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang
keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital, traumatic,
toksik, asosiasi, dan komplikata.

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak
mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga
tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Tamsuri. 2011. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC.
Sidarta, llyas. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA Intervensi
NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : EGC
Suddart, Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.3. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai