I. LATAR BELAKANG
Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap
arteri utama yang berada di otak, stroke terjadi ketika pembuluh darah yang
mengangkut oksigen dan nutrisi menuju otak pecah atau terblokir oleh bekuan
sehingga pasokan darah ke otak tiba-tiba berhenti, oksigen dan glukosa tidak
dapat dikirim ke otak sehingga otak tidak mendapat darah yang dibutuhkannya. Jika
kejadian berlangsung lebih dari 10 detik akan menimbulkan
kerusakan permanen otak (Soeharto, 2004).
Sebesar 80% pasien stroke mengalami kelemahan pada salah satu sisi
tubuh/hemiparese (Scbaechter and Cramer, 2003). Kelemahan tangan maupun kaki
pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot
disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak belakang dan otak tengah,
sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula
spinalis. Kelainan neurologis dapat bertambah karena pada stroke terjadi
pembengkakan otak (oedema serebri) sehingga tekanan didalam rongga otak
meningkat hal ini menyebabkan kerusakan jaringan otak bertambah banyak. Oedema
serebri berbahaya sehingga harus diatasi dalam 6 jam pertama = Golden Periode
(Gorman, M et.,al, 2012).
Penderita stroke perlu penanganan yang baik untuk mencegah kecacatan
fisik dan mental. Sebesar 30% - 40% penderita stroke dapat sembuh sempurna
bila ditangani dalam waktu 6 jam pertama (golden periode), namun apabila dalam
waktu tersebut pasien stroke tidak mendapatkan penanganan yang maksimal maka
akan terjadi kecacatan atau kelemahan fisik seperti hemiparese. Penderita stroke post
serangan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan dan memperoleh
fungsi penyesuaian diri secara
maksimal. Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi cedera cerebral lanjut,
salah satu program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu
mobilisasi persendian dengan latihan range of motion (Levine, 2008).
IV. MATERI
1. Pengertian ROM
2. Tujuan ROM
3. Indikasi ROM
4. Kontraindikasi ROM
5. Prinsip dasar latihan rentang gerak ROM
6. Jenis ROM
7. Prosedur ROM aktif
V. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Leaflet
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
4. Menjelaskan memperhatikan
Tujuan
Pembelajaran
5. Mengali
pengetahuan awal
tentang gerakan
ROM
2 Kegiatan Inti 1 Menjelaskan 1. Mendengarkan dan
( 20 menit ) tentang pengertian memperhatikan
ROM
2 Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan dan
latihan ROM memperhatikan
3 Menjelaskan 3. Mendengarkan dan
indikasi ROM memperhatikan
4 Menjelaskan 4. Mendengarkan dan
Tentang memperhatikan
kontraindikasi ROM
5 Menjelaskan prinsip 5. Mendengarkan dan
dasar latihan ROM memperhatikan
6 Mempraktekkan 6. Mendengarkan dan
Prosedur ROM memperhatikan
7 Memberikan 7. Peserta bertanya
Kesempatan
peserta untuk
Bertanya
3 Penutup 1. Kesimpulan 1. Mendengarkan dan
5 menit dari memperhatikan
pembelajaran 2. Mendengarkan.
2. Salam penutup
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh
yaitu sesuai dengan tujuan khusus.
MATERI PENYULUHAN
1.1. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan rentang gerak merupakan
latihan gerak sendi yang dilakukan secara teratur dan secara maksimal. Latihan range
of motion adalah latihan dengan menggerakkan semua persendian hingga mencapai
rentang gerak penuh tanpa menyebabkan rasa nyeri (Ellis & Bentz, 2005). Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan
adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
(Arif, M, 2008).
1.2. Tujuan
Roring (2005) mengemukakan bahwa tujuan latihan range of motion, yaitu:
Latihan range of motion aktif
1 Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2 Memperkecil efek pembentukan kontraktur
3 Menjaga elastisitas otot
4 Merangsang sirkulasi darah
5 Mengurangi nyeri
6 Membantu proses penyembuhan pada daerah yang cedera
7 Mempertahankan kesadaran pasien
1.3. Indikasi
Roring (2005) mengemukakan bahwa indikasi latihan range of motion, yaitu:
Latihan range of motion aktif
1 Latihan range of motion aktif digunakan pada bagian jaringan yang meradang,
dimana gerak aktif akan merusak proses penyembuhan.
2 Pasien yang tidak mampu atau tidak memungkinkan untuk menggerakkan bagian
tubuh secara aktif seperti koma, lumpuh atau istirahat total.
1.4. Kontraindikasi
Ellis & Bentz (2005) mengemukakan bahwa kontraindikasi pada latihan range of
motion, yaitu sebagai berikut.
a Penyakit Jantung dan Pernafasan
Latihan range of motion tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki penyakit
jantung dan nafas karena latihan ini membutuhkan energy yang lebih besar serta
dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga menambah beban jantung dan
pernafasan dalam bekerja.
b Gangguan jaringan ikat
Latihan range of motion tidak boleh dilakukan pada sendi yang membengkak atau
meradang atau jika ada cidera pada sistem musculoskeletal di sekitar sendi karena
latihan ini memberikan tekanan pada jaringan lunak sendi dan struktur tulang
sehingga dapat menimbulkan nyeri.
1.7. Prosedur
1 Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
2 Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel.
3 Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan
minta klien untuk dapat bekerja sama.
4 Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan perawat dalam
bekerja, terhindar dari masalah
5 Posisikan klien denga posisi supinasi dekat dengan perawatan dan buka bagian
tubuh yang akan digerakkan.
6 Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masingmasing sisi
tubuh.
7 Kemnbalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi masing-
masing gerakan 3 kali.
8 Selama latihan pergerakan, kaji
Kemampuan untuk menoleransi gerakan;
Rantang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang bersangkutan.
9 Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap
latihan.
10 Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan pada
pergerakan klien, misalnya ada kekuatan atau kontraktur.
GERAKAN ROM PASIF
Ekstensi
Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula (buka genggaman tangan)
Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
d Abduksi
Buka dan pisahkan jari-jari tangan
Adduksi
Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula
f Oposisi
Sentuhkan masing-masing jari tangan dengan ibu jari
7. Gerakan Leher
Ambil bantal di bawah kepala klien
8. Gerakan Hiperekstensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat dengan perawat
a. Hiperekstensi leher
- Letakkan satu tangan di atas dahi, tangan yang lainnya pada kepala bagian
belakang
- Gerakkan kepala ke belakang
b. Hiperekstensi bahu
- Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan yang lainnya di bawah siku
klien
- Tarik lengan atas ke atas dan ke belakang
c. Hiperekstensi pinggul
- Letakkan satu tangan di atas pinggul. Tangan yang lainnya menyangga kaki
bagian bawah
- Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Edisi 4. Jakarta: EGC
Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta
: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.