Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) PASIF

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Range Of Motion (ROM) Aktif

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik penyuluhan : Range Of Motion (ROM)


Pasif Hari/Tanggal : Selasa, 2November 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : Medan
Sasaran : Pasien yang menjalani perawatan

I. LATAR BELAKANG
Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap
arteri utama yang berada di otak, stroke terjadi ketika pembuluh darah yang
mengangkut oksigen dan nutrisi menuju otak pecah atau terblokir oleh bekuan
sehingga pasokan darah ke otak tiba-tiba berhenti, oksigen dan glukosa tidak
dapat dikirim ke otak sehingga otak tidak mendapat darah yang dibutuhkannya. Jika
kejadian berlangsung lebih dari 10 detik akan menimbulkan
kerusakan permanen otak (Soeharto, 2004).

Sebesar 80% pasien stroke mengalami kelemahan pada salah satu sisi
tubuh/hemiparese (Scbaechter and Cramer, 2003). Kelemahan tangan maupun kaki
pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot
disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak belakang dan otak tengah,
sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula
spinalis. Kelainan neurologis dapat bertambah karena pada stroke terjadi
pembengkakan otak (oedema serebri) sehingga tekanan didalam rongga otak
meningkat hal ini menyebabkan kerusakan jaringan otak bertambah banyak. Oedema
serebri berbahaya sehingga harus diatasi dalam 6 jam pertama = Golden Periode
(Gorman, M et.,al, 2012).
Penderita stroke perlu penanganan yang baik untuk mencegah kecacatan
fisik dan mental. Sebesar 30% - 40% penderita stroke dapat sembuh sempurna
bila ditangani dalam waktu 6 jam pertama (golden periode), namun apabila dalam
waktu tersebut pasien stroke tidak mendapatkan penanganan yang maksimal maka
akan terjadi kecacatan atau kelemahan fisik seperti hemiparese. Penderita stroke post
serangan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan dan memperoleh
fungsi penyesuaian diri secara
maksimal. Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi cedera cerebral lanjut,
salah satu program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu
mobilisasi persendian dengan latihan range of motion (Levine, 2008).

Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan


atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan pergerakkan sendi secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Melakukan
mobilisasi persendian dengan latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi
seperti nyeri karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga
mobilisasi dini penting dilakukan secara rutin dan kontinyu. Memberikan latihan
ROM secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulasi
motor unit sehingga semakin banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi
peningkatan kekuatan otot, kerugian pasien hemiparese bila tidak segera ditangani
maka akan terjadi kecacatan yang permanen (Potter & Perry, 2009).

II. TUJUAN UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien mengetahui tentang gerakan
Range Of Motion (ROM) aktif

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga pasien mampu :
1. Mengetahui pengertian ROM
2. Mengetahui Tujuan ROM
3. Memahami indikasi ROM
4. Memahami kontraindikasi ROM
5. Mengetahui Prinsip dasar latihan rentang gerak
6. Mengetahui jenis ROM
7. Mampu melakukan gerakan ROM aktif

IV. MATERI
1. Pengertian ROM
2. Tujuan ROM
3. Indikasi ROM
4. Kontraindikasi ROM
5. Prinsip dasar latihan rentang gerak ROM
6. Jenis ROM
7. Prosedur ROM aktif

V. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab

VI. MEDIA
1. Leaflet
VII. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahapan waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta


1 Pembukaan 1. Mengucapkan 1. Menjawab
(5 menit) Salam 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan memperhatikan
Diri 3.
Menyetujui
3. Kontrak waktu 4.
Mendengarkan dan

4. Menjelaskan memperhatikan
Tujuan
Pembelajaran
5. Mengali
pengetahuan awal
tentang gerakan
ROM
2 Kegiatan Inti 1 Menjelaskan 1. Mendengarkan dan
( 20 menit ) tentang pengertian memperhatikan
ROM
2 Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan dan
latihan ROM memperhatikan
3 Menjelaskan 3. Mendengarkan dan
indikasi ROM memperhatikan
4 Menjelaskan 4. Mendengarkan dan
Tentang memperhatikan
kontraindikasi ROM
5 Menjelaskan prinsip 5. Mendengarkan dan
dasar latihan ROM memperhatikan
6 Mempraktekkan 6. Mendengarkan dan
Prosedur ROM memperhatikan
7 Memberikan 7. Peserta bertanya
Kesempatan
peserta untuk
Bertanya
3 Penutup 1. Kesimpulan 1. Mendengarkan dan
5 menit dari memperhatikan
pembelajaran 2. Mendengarkan.
2. Salam penutup
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh
yaitu sesuai dengan tujuan khusus.
MATERI PENYULUHAN

1.1. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan rentang gerak merupakan
latihan gerak sendi yang dilakukan secara teratur dan secara maksimal. Latihan range
of motion adalah latihan dengan menggerakkan semua persendian hingga mencapai
rentang gerak penuh tanpa menyebabkan rasa nyeri (Ellis & Bentz, 2005). Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan
adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
(Arif, M, 2008).
1.2. Tujuan
Roring (2005) mengemukakan bahwa tujuan latihan range of motion, yaitu:
Latihan range of motion aktif
1 Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2 Memperkecil efek pembentukan kontraktur
3 Menjaga elastisitas otot
4 Merangsang sirkulasi darah
5 Mengurangi nyeri
6 Membantu proses penyembuhan pada daerah yang cedera
7 Mempertahankan kesadaran pasien

1.3. Indikasi
Roring (2005) mengemukakan bahwa indikasi latihan range of motion, yaitu:
Latihan range of motion aktif
1 Latihan range of motion aktif digunakan pada bagian jaringan yang meradang,
dimana gerak aktif akan merusak proses penyembuhan.
2 Pasien yang tidak mampu atau tidak memungkinkan untuk menggerakkan bagian
tubuh secara aktif seperti koma, lumpuh atau istirahat total.
1.4. Kontraindikasi
Ellis & Bentz (2005) mengemukakan bahwa kontraindikasi pada latihan range of
motion, yaitu sebagai berikut.
a Penyakit Jantung dan Pernafasan
Latihan range of motion tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki penyakit
jantung dan nafas karena latihan ini membutuhkan energy yang lebih besar serta
dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga menambah beban jantung dan
pernafasan dalam bekerja.
b Gangguan jaringan ikat
Latihan range of motion tidak boleh dilakukan pada sendi yang membengkak atau
meradang atau jika ada cidera pada sistem musculoskeletal di sekitar sendi karena
latihan ini memberikan tekanan pada jaringan lunak sendi dan struktur tulang
sehingga dapat menimbulkan nyeri.

1.5. Prinsip Dasar Latihan Rentang Gerak


Suratun et al. (2008) mengemukakan bahwa prinsip dasar latihan range of motion,
yaitu:
a Latihan range of motion dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien.
b Program latihan range of motion direncanakan dengan memperhatikan umur pasien,
diagnosis, tanda-tanda vital, dan lamanya tirah baring.
c Latihan range of motion sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli
fisioterapi dan perawat.
d Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan range of motion adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tunit, kaki, dan pergelangan tangan.
e Latihan range of motion dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.
f Latihan range of motion dilakukan harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin telah dilakukan

1.6. Jenis – Jenis ROM


ROM itu ada dua jenis, yaitu :
1) ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan
otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang
digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai
ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2) ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif
adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.

1.7. Prosedur
1 Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
2 Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel.
3 Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan
minta klien untuk dapat bekerja sama.
4 Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan perawat dalam
bekerja, terhindar dari masalah
5 Posisikan klien denga posisi supinasi dekat dengan perawatan dan buka bagian
tubuh yang akan digerakkan.
6 Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masingmasing sisi
tubuh.
7 Kemnbalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi masing-
masing gerakan 3 kali.
8 Selama latihan pergerakan, kaji
 Kemampuan untuk menoleransi gerakan;
 Rantang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang bersangkutan.
9 Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap
latihan.
10 Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan pada
pergerakan klien, misalnya ada kekuatan atau kontraktur.
GERAKAN ROM PASIF

1. Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu :

a. Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memengang lengan.


b. Luruskan siku naikan dan turunkan legan dengan siku tetap lurus
c. Fleksi dan ekstensikan bahu.
Gerakkan lengan ke atas menuju kepala tempat tidur. Kembalikan ke posisi
sebelumnya
d. Abduksikan bahu.
Gerakkan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala klien sampai tangan di atas
kepala
e. Adduksikan bahu
Gerakkan lengan klien ke atas tubuhnya sampai tangan yang bersangkutan
menyentuh tangan pada sisi sebelahnya
f. Rotasikan bahu internal dan eksternal
- Letakkan lengan di samping tubuh klien sejajar dengan bahu
- Gerakkan lengan ke bawah hingga telapak tangan menyentyh kasur, kemudian
gerakkan ke atas hingga punggung tangan menyentuh tempat tidur

2. Gerakan menekuk dan meluruskan siku :


- Pegang lengan atas dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan meluruskan
siku
a. Fleksi dan ekstensikan siku
- Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu
- Luruskan kembali ke tempat semula
b. Pronasi dan supinasikan siku
- Genggam tangan kklien seperti orang yang sedang berjabat tangan
- Putar telapak tangan klien ke bawah dank e atas, pastikan hanya terjadi
pergerakan siku, bukan bahu
3. Gerakan memutar pergelangan tangan :
a Fleksikan pergelangan tangan
- Genggam telapak dengan satu tangan, tangan yang lainnya menyangga
lengan bawah
- Bengkokkan pergelangan tangan ke depan

b Ekstensi pergelangan tangan.


Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergerakan tangan ke posisi semula

c Fleksi radial/radial deviation (abduksi)


Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari

d Fleksikan ulnar/ulnar deviation (adduksi)


Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral kearah jari kelima

4. Gerakan jari-jari tangan :


a Fleksi
Bengkokkan jari-jari tangan dan ibu jari kea rah telapak tangan (tangan
menggenggam)

Ekstensi
Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula (buka genggaman tangan)
Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
d Abduksi
Buka dan pisahkan jari-jari tangan
Adduksi
Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula

f Oposisi
Sentuhkan masing-masing jari tangan dengan ibu jari

5. Gerakan Pinggul dan Lutut


Untuk melakukan gerakan ini, letakkan satu tangan dibawah lutut klien dan tangan yang
lainnya dibawah mata kaki klien
Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul
- Angkat kaki dan bengkokkan lutut
- Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
- Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki sampai pada kasur
Abduksi dan adduksi kaki
- Gerakkan kaki ke samping menjauhi klien
- Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya

Rotasikan pinggul internal dan eksternal


Putar kaki ke dalam, kemudian ke luar
6. Gerakan Telapak Kaki dan Pergelangan kaki dan telapak kaki
a Dorsofleksi telapak kaki
- Letakkan satu tangan di bawah tumit
- Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk menggerakkannya kearah kaki

Fleksi plantar telapak kaki


- Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya berada pada
tumit
- Dorong telapak kaki menjauh dari kaki

c. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki


- Letakkan satu tangan pada punggun kaki klien, letakkan tangan yang lainnya
pada pergelangan kaki
- Bengkokkan jari-jari ke bawah
- Kembalikan lagi pada posisi semula
Inversi dan eversi telapak kaki
- Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnya di atas
punggung kaki
- Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar

7. Gerakan Leher
Ambil bantal di bawah kepala klien

a Fleksi dan ekstensikan leher


- Letakkan satu tangan dibawah kepala klien, dan tangan yang lainnya diatas
dagu klien
- Gerakkan kepala ke depan sampai menyentuh dada, kemudian kembalikan ke
posisi semula tanpa disangga oleh bantal
b Fleksi lateral leher
- Letakkan kedua tangan pada pipi klien
- Gerakkan kepala klien kea rah kanan dan kiri

8. Gerakan Hiperekstensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat dengan perawat
a. Hiperekstensi leher
- Letakkan satu tangan di atas dahi, tangan yang lainnya pada kepala bagian
belakang
- Gerakkan kepala ke belakang
b. Hiperekstensi bahu
- Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan yang lainnya di bawah siku
klien
- Tarik lengan atas ke atas dan ke belakang
c. Hiperekstensi pinggul
- Letakkan satu tangan di atas pinggul. Tangan yang lainnya menyangga kaki
bagian bawah
- Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Edisi 4. Jakarta: EGC
Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta
: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.

Anda mungkin juga menyukai