Nim: 180204033
1. Defenisi Komunikasi
Komunikasi adalah istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan di terima oleh komunikan. Hovland mendefinisikan proses
komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan
rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain. (Mulyana, 2010: 62).
Biasanya, orangtua memberi nasihat dan meminta anak untuk mendengarkannya. Tapi
sebaliknya, bila saat ini orang tua yang diberi nasihat mungkin takkan berjalan dengan
semestinya. Terkadang sulit bagi beberapa lansia untuk menerima nasihat atau saran
dari anaknya.
Karena itu, memberikan saran sebaiknya dihindari kecuali Anda yakin telah diminta.
Biasanya lebih baik meminta pihak lain yang posisinya netral yang menjadi pemberi
saran. Meski demikian, Anda dapat memberikan dorongan dan dukungan, tanpa
memberikan nasihat.
Benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan sesepuh Anda. Jangan menyela atau
memotong pembicaraan. Dengarkan terlebih dulu apa yang diucapkan dan
disampaikan lansia. Kemudian, setelah itu Anda bisa mencoba mengutarakan apa
yang ingin disampaikan pada orang tua.
3. Terima perbedaan opini
Tak selamanya dalam satu sekeluarga ada satu kesepahaman. Karena itu, hormati
pendapat orang lain, dalam hal ini orang tua Anda dan jangan abaikan bila ia tidak
setuju dengan Anda. Dengarkan semua opininya, bila memungkinkan cobalah untuk
berkompromi ketika perlu mengambil sebuah keputusan.
Pastikan pengucapannya jelas, hindari bergumam dan berbicara terlalu cepat. Fokus
pada satu ide dan gunakan kalimat singkat serta sederhana. Jika orang yang Anda
cintai masih belum memahami apa yang Anda katakan, cobalah untuk
mengucapkannya secara berbeda dan menggunakan kata-kata yang berbeda.
5. Hindari merendahkan
Pastikan upaya Anda untuk "meningkatkan volume" dan memperlambat pola bicara
tidak dianggap merendahkan. Bahkan jika orang tua mengalami demensia atau
gangguan pendengaran yang ekstrem, hindari berbicara seolah-olah mereka anak-
anak.
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal
menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan
menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi.
Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong
pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan
yang terjadi.
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk
mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya.
Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi
yang seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk
memberikan pemahaman bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia terkadang
tetap merasa tidak aman sehingga terus melakukan penyerangan pada lawan
bicaranya.
Baca juga:
Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara atau
berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan menyepelekan
orang lain.
Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang lebih muda
dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat
sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik yang
membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi.
Banyak masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia.
Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi
masalah juga dalam komunikasi. Lansia tersebut akan membutuhkan alat bantu
dengar agar ia dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar.
Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus
menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut.
Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk penghinaan
dengan membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat
dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi
lansia agar komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5. Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi atau
tingkat stres yang dialami oleh lansia.
Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik yang ia alami,
maupun faktor lainnya.
Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak
mau mendengar apapun yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa
diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah diatasi.
Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah satu hal
yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia yang
selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan orang
lain di depan umum.
Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri mereka
sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung berhenti dan
tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun
begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan tidak merasa
melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.