Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN PENANGANAN DIARE

PADA BAYI DI KLINIK PRATAMA PABERNA, MEDAN


SUNGGAL

DISUSUSN OLEH :

1. Annisa Amanda S (220202008) 11. Liberniati Hulu (220202044)

2. Ayu A. Saruksuk (220202010) 12. Maria Pandiangan (220202048)

3. Bertina Munthe (220202012) 13. Priskilla Zagoto (220202058)

4. Dean Rex Telaumbanua (220202017) 14. Reihanisya Fitra (220202060)

5. Elfrida Saragih (220202019) 15. Repianus Giawa (220202061)

6. Farahdilla Pratiwi (220202022) 16. Rizky Yanti Sagala (220202064)

7. Hemmia FlorentaTarigan (220202029) 17. Tiara Mahbengi (220202076)

8. Ika Namira Tanjung (220202030) 18. Yohana F. Pasaribu (220202080)

9. Jiwa S Sipayung (220202035) 19. Alhamdika A Lubis (220202082)

10. Juhri Sapitra (220202036) 20. Juskaria Situmeang (22020203)

PROGRAM PENDIDKAN PROFESI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

TAHUN 2022/2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan penyakit umum yang masih menjadi masalah kesehatan utama
pada anak terutama pada balita di berbagai negara-negara terutama di negara
berkembang. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer dan cair (Suriadi & Yuliana, 2006). Diare adalah penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah
dan/atau lendir (Suraatmaja, 2005). Penderita diare paling sering menyerang
anak dibawah lima tahun (balita). Berdasarkan data yang diperoleh dari World
Health Organization (WHO) pada tahun 2009 menyatakan bahwa lebih dari
sepertiga kematian anak secara global disebabkan karena diare sebanyak 35%.
United Nations International Children’s Emergensy Fund (UNICEF)
memperkirakan bahwa secara global diare menyebabkan kematian sekitar 3 juta
penduduk setiap tahun (Herman, 2009).
Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita.
Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari
sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali
seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari
empat kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Hasan, 2007). Diare juga merupakan
penyebab penting dari gizi buruk dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan anak-anak
cenderung makan lebih sedikit saat mengalami diare. Diare juga mempengaruhi
pencernaan makanan secara buruk. Akibatnya tubuh mungkin tidak dapat
memanfaatkan makanan dengan efektif (Ramaiah, 2000). Menurut data World
Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita
di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap
30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Diare
2. Apa saja penyebab diare pada bayi?
3. Apa saja tujuan dari penanganan diare pada bayi?
4. Apa saja alasan penanganan diare pada bayi?
5. Bagaimana metode penanganan diare pada bayi?
6. Bagaimana cara penanganan ibu pada bayi diare?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui pengertian Diare
2. Dapat mengetahui tentang Penyebab Diare pada Bayi
3. Dapat mengetahui tentang Jenis-Jenis Diare pada Bayi
4. Dapat mengetahui tentang Komplikasi Diare pada Bayi
5. Dapat mengetahui tentang Cara Penanganan Ibu pada Bayi Diare

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis :
Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam
mengidentifikasi dan menganalisis materi tentang penanganan diare pada bayi
untukmeningkatkan pengetahuan ibu.
2 Bagi pembaca :
agar pembaca lebih mengetahui tentang penanganan diare pada bayi.

3 Bagi Instansi/institusi :
Dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap pelaksanaan program-
program seperti penyuluhan tentang penanganan diare pada bayi untuk
meningkatkan pengetahuan ibu
1.5. Nama kegiatan
Penyuluhan tentang penanganan diare pada bayi untuk meningkatkan
pengetahuan ibu
1.6    Langkah Pencapaian Tujuan
1.      Tahap persiapan Membentuk kepanitiaan kegiatan

3
a.       Melakukan koordinasi untuk menetukan waktu pelaksanaan pertemuan.
b.      Menyusun proposal (pre planning).
c.       Melakukan proses bimbingan pelaksanaan kegiatan.
2.   Tahap- tahap pelaksanaan.
a.       Tempat           : Di Klink Pratama Paberna
b.      Waktu
Waktu : 10 November 2022
Durasi : 2 x 30 menit
c.       Pelaksana
1)       Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners USMI
2)      Dosen pembimbing Prodi Maternitas Profesi Ners USMI
d.      Strategi atau langkah pelaksanaan
1)      Kegiatan
a)      Kegiatan pendahuluan: perkenalan dan penjelasan penyuluhan kesehatan
pada kelompok maternitas di Klinik Pratama Paberna
b)      Kegiatan inti: penyampaian materi dan tanya jawab
c)      Kegiatan penutup: kesimpulan, doa penutup
2)      Metode: ceramah, spanduk,leaflet dan tanya jawab.
3)      Media: laptop, infokus, spanduk, leaflet, speaker,micropon materi
penyuluhan.
e.       Evaluasi
2. Sasaran evaluasi mencakup aspek :
3. Bagi penulis :
Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam
mengidentifikasi dan menganalisis materi tentang penanganan diare pada
bayi.
4 Bagi pembaca :
agar pembaca lebih mengetahui tentang penanganan diare pada bayi.
5 Bagi Instansi/institusi :
Dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap pelaksanaan program-
program seperti penyuluhan tentang penangan diare pada bayi.

4
1)      Proses pelaksanaan
Aspek-aspek yang dinilai selama peyuluhan:
a)      Penilaian untuk mengetahui proses penyelenggaraan penyuluhan.
b)      Komponen yang dinilai :
-          Penerimaan panitia
-          Penyediaan materi penyuluhan
-          Penyediaan ruang
-          Penyediaan alat bantu
-          Bantuan panitia dalam menyelesaikan masalah
-          Kegunaan materi penyuluhan
2)      Peserta
a)      Penilaian untuk mengetahui tingkat penyerapan materi oleh peserta
penyuluhan
b)      Komponen yang dinilai :
-          Kemampuan peserta menerima materi.
-          Sikap : penilaian tentang sikap perlu ada sistem penilaian yang dilakukan
terus menerus selama berlangsungnya penyuluhan.
-          Kesimpulan diberikan melalui diskusi pada akhir penyuluhan oleh
pembimbing atau pengajar yang memberikan penilaian.
-          Disiplin : kehadiran semua perserta dalam kegiatan sesuai jadwal yang lelah
ditentukan . melaksanakan kegiatan kegiatan tepat waktu.
-          Kerja sama:
a.       Pembimbing peserta dapat menerima pendapat atau saran dan kritik peserta
lain atau   penyelenggara.
b.      Pembimbing peserta mampu memberikan bantuan apabila diperlukan oleh
kelompok dan lingkungannya.

1.7. Materi Penyuluhan


1. Pengertian Diare
2. Penyebab Diare pada bayi
3. Jenis-Jenis Diare
4. Komplikasi Diare

5
5. Penanganan Diare pada bayi

1.8. Waktu Dan Tempat


Waktu : 10 November 2022
Durasi : 2 x 30 menit
Tempat : Di Klinik Pratama Paberna, Medan Sunggal

PENDANAAN

1. Pengadaan materi dan percetakan Rp.150.000


2. Konsomsi/snack Rp.200.000
3. Dana tak terduga Rp.50.000

TOTAL Rp.400.000

6
BAB II

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENANGANAN DIARE PADA


BAYI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN IBU DI KLINIK
PRATAMA PABERNA

Pokok Bahasan : Penanganan Diare Pada Bayi

Sub pokok bahasan :Mengetahui tentang tujuan dari penanganan diare pada bayi,
Mengetahui tentang alasan Penanganan Diare Pada
Bayi,Mengatahui tentang manfaat Penanganan Diare Pada
Bayi,Mengatahui tentang metode Penanganan Diare Pada Bayi
Mengetahui tentang kerugian bila tidak melakukan Penanganan
Diare Pada Bayi.

Sasaran : Pengetahuan Ibu Tentang Diare

Tempat : Klinik Pratama Paberna

Tanggal : Kamis, 10 November 2022

Waktu : 10.00-12.00 WIB

Perorganisasian waktu
a. Acara diawali dengan pembukaan oleh ketua : Dean Rex Azriel Telaumbanua
b. Penyuluhan tentang Penanganan Diare Pada Bayi sasaran dapat mengerti dan
memahami serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang disampaikan
selama 20 menit Ika Namira Tanjung
c. Penutup oleh Pembawa Acara : Tiara Mahbengi
Organisasi Kepanitiaan
Ketua Panitia : Dean Rex Azriel Telaumbanua
Sekretaris : Maria Pandiangan
Bendahara : Rizky Yanti Sagala
Pembawa Acara : Tiara Mahbengi
Penyaji/Leader : Ika Namira Tanjung

7
Sie. Perlengkapan :
1. Jiwa sukma sipayung
2. Juhri Sahpitra
3. Bertina Munthe
4. Hemmia Florenta

Sie. Konsumsi :
1. Ayu Ashari Saruksuk
2. Elfrida Saragih
3. Hemmia Florenta
4. Juskaria Situmeang
5. Yohana Fransisca

Sie. Dokumentasi :
1. Repianus
2. Faradhilla Pratiwi
3. Reihanisya

Sie Penerima Tamu :


1. Annisa Amanda
2. Alhamdika
3. Priskilla

Peserta : Ibu & Bayi Di Klinik Pratama Paberna

1. Uraian Tugas
a. Ketua panitia
Bertanggung jawab terhadap kelangsungan acara sejak perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga berakhirnya kegiatan serta
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
b. Sekretaris

8
Bertanggung jawab mendokumentasikan seluruh kegiatan (perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi).
c. Bendahara
Bertanggung jawab mempersiapkan dana untuk kegiatan
d. Penyaji
Bertanggung jawab memimpin dan mengarahkan proses acara,
merencanakan pertemuan berikutnya dan menutup acara.
e. Pembawa Acara
Bertanggung jawab dalam memfasilitasi peserta untuk menggali informasi
yang berhubungan dengan kesehatan, membuka dan menutup acara selesai.
f. Dokumentasi
Bertanggung jawab dalam memfasilitasi dokumentasi (Photo/Video) dari
setiap kegiatan yang dilakukan selama penyuluhan berlangsung.
g. Peralatan
Bertangguang jawab dalam penyediaan fasilitas media non media yang
diperlukan selama berlangsungnya kegiatan hingga selesai nya kegiatan.

2. Susunan Acara
a) Kata Sambutan
Ketua Panitian: Dosen USM-Indonesia

3. Settingan Tempat

9
Keterangan :
= Perawat

= Ibu & Bayi Di Klinik Pratama Paberna

4. Kriteria Evaluasi
1. Struktur evaluasi
Waktu pelaksanaan yang ditentukan yaitu :
Hari : Kamis
Waktu : 10.00 WIB
2. Proses Evaluasi
100% Ibu mengerti tentang penyuluhan yang dilaksanakan.
3. Evaluasi Hasil
I. Tujuan instruksi umum
Setelah dilaksanakan penyuluhan mengenai penanganan diare pada bayi sasaran
dapat mengerti dan memahami serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
II. Tujuan insruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
1. Mengetahui tentang tujuan dari penanganan diare pada bayi
2. Mengetahui tentang alasan penanganan diare pada bayi
3. Mengatahui tentang manfaat penanganan diare pada bayi
4. Mengatahui tentang metode penanganan diare pada bayi

10
5. Mengetahui tentang kerugian bila tidak melakukan penanganan diare pada
bayi
III. Sasaran
Ibu & anak di Klinik Pratama Paberna
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab/diskusi
V. Media

Laptop,infocus,powerpoint,spanduk,leaflet,speaker,mikrofhon,materi
penyuluhan.

VI. Kegiata penyuluhan

No Waktu Penyuluhan kegiatan Kegiatan peserta


1 10 Menit Pembukaan:
a. Salam pembukaan
b. Meperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
d. Menentukan kontrak waktu
e. Menyebutkan materi
penyuluhan
2 20 Menit
Pelaksanaan:
a. menjelaskan tentang tujuan
dari penanganan diare pada bayi
b. menjelaskan tentang alasan
penanganan diare pada bayi
c. menjelaskan tentang manfaat
penanganan diare pada bayi
d. menjelaskan tentang metode
penanganan diare pada bayi
e. menjelaskan tentang kerugian
bila tidak melakukan penanganan

11
diare pada bayi
f. memberikan kesempaatan
kepada peserta untuk bertanya

3 5 menit

Evaluasi
Menanyakan kepada peserta
penyuluhan tentang materi yang
diberikan

4 5 menit

Penutup:
a. mengucapkan terimakasih
kepada peserta penyuluhan
b. mengucapkan salam

MATERI
2.1 Pengertian Diare

12
Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air besar dengan
konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24
jam. (1) Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-
oral. Diaregolongan sosial. Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
kalangan anak-anak kurang dari 5 tahun. Secara global terjadi peningkatan kejadian diare
dan kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare
menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia tejadi
pada anak-anak dibawah 5 tahun. Data WHO (2017) menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus
diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap
tahunnya

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial


Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Berdasarkan data Profil
Kesehatan Indonesia (2016), terjadi KLB diare tiap tahun dari tahun 2013 sampai 2016
dengan disertai peningkataan CFR (Case Fatality Rate). Pada tahun 2013, CFR diare adalah
1,08% meningkat menjadi 1,14% pada tahun 2014. Peningkatan CFR 2 saat KLB di
Indonesia terus terjadi hingga 2,47% pada tahun 2015 dan 3,04% pada tahun 2016. Angka
CFR ini belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu <1%

2.2 Penyebab Diare Pada Bayi


Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga sebutan penyakit diare akan
mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :

a. Factor Infeksi
1). Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.

13
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis) Adeno-virus,
Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
2). Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media
akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting
dan tersering (intoleransi laktosa), Lemak dan Protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
diare, yaitu :
1.Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan
2. Menggunakan botol susu
3. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
4. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum
menjamaah makanan.

Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu


1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38 0C atau lebih
tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran pernafasan atas dan
diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan,
sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan terganggu,
malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat rekreasi (air kolam
renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan dapat sembuh sendiri dalam
wakru 2-3 hari.

2. Agens bacteri

14
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya. Biasanya anak
akan mengalami distensi abdomen, 16 demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau
dengan darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar individu, disebabkan
karena daging yang kurang matang, pemberian ASI tidak ekslusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis.
Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam,
BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri tekan ringan pada
abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan lainnya.

3.Keracunan Makanan

a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat pada
abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan yang
disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan yang berlapis krim.

b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami nyeri
epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang dan berat. Penularan bisa
lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah daging dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea,
vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang terkontaminasi.
Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat menimbulkan kematian
dengan cepat dalam waktu beberapa jam.

2.3 Tanda dan Gejala Diare


Menurut mediscatore.com, gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang terkadang disertai beberapa hal berikut :
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Tidak nafsu makan
d. Darah dan lendir dalam kotoran
e. Cengeng
f. Gelisah
g. Suhu meningkat

15
h. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan, tinja berwarna hijau
dan asam.
i. Anus lecet
j. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah berkurang, nadi cepat
dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun, dan diakhiri
dengan syok.
k. Berat badan turun
l. Turgor kulit menurun
m. Mata dan ubun-ubun cekung
n. Selaput lendir, serta mulut dan kulit menjadi kering (Putra, 2012)

Komplikasi Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120 kali/menit).
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogam).
d. Hipoglikemia.
e. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactose
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).
h. Gagal ginjal akut
i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
mengakibatkan kematian (Ngastiyah, 2007).
Sedangkan menurut menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2011) komplikasi diare
diantaranya :

a. Dehidrasi

1) Ringan (≤5% BB)

2) Sedang (≤5%-10% BB)

3) Berat (≤10%-15% BB)

b. Renjetan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15-20% BB akan menyebabkan TD


menurun)

16
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia

e. Kejan

f. Malnutrisi\

2.4 Komplikasi Diare

Menurut mediscatore.com, gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang terkadang disertai beberapa hal berikut :

a. Muntah

b. Badan lesu atau lemah

c. Tidak nafsu makan

d. Darah dan lendir dalam kotoran

e. Cengeng

f. Gelisah

g. Suhu meningkat

h. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan, tinja berwarna hijau dan
asam.

i. Anus lecet

j. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah berkurang, nadi cepat dan
kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.

k. Berat badan turun

l. Turgor kulit menurun

m. Mata dan ubun-ubun cekung

n. Selaput lendir, serta mulut dan kulit menjadi kering (Putra, 2012)

Komplikasi Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit mendadak
sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :

17
a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120 kali/menit).

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia, perubahan


elektrokardiogam).

d. Hipoglikemia.

e. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactose

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).

h. Gagal ginjal akut

i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat mengakibatkan
kematian (Ngastiyah, 2007).

Sedangkan menurut menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2011) komplikasi diare diantaranya :

a. Dehidrasi

1) Ringan (≤5% BB)

2) Sedang (≤5%-10% BB)

3) Berat (≤10%-15% BB)

b. Renjetan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15-20% BB akan menyebabkan TD


menurun)

c. Hipokalemia

d. Hipoglikemia

e. Kejang

f. Malnutrisi

18
2.4 Penanganan diare pada bayi

Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah tangga
bertujuan mencegah dehidrasi dan malnutrisi. Anak- anak tanpa tanda-tanda dehidrasi
memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan
elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. Ibu
atau keluarga harus diajarkan cara-cara mencegah dehidrasi di rumah dengan
memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah
kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak dan mengapa tindakan-tindakan
ini penting. Mereka juga harus tahu apa tanda- tanda yang menunjukkan bahwa anak
harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah- langkah tersebut dirangkum dalam
empat rencana terapi sebagai berikut:

langkah tersebut dirangkum dalam empat rencana terapi sebagai berikut:

Cara membuat larutan gula-garam:


Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1
gelas (200 cc) air matang. Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan
gula- garam yang siap digunakan.

Sumber: Jendela data dan informasi Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011

Aturan 2

beriakan suplementasi Zinc. Dosis zinc diberikan sesuai aturan: anak dibawah usia
6B bulan diberikan 10 mg, anak usia di atas 6 bulan diberikan 20 mg. Zinc diberikan
selama 10-14 hari berturut- turut meskipun anak telah sembuh dari diare.

19
Sumber: Jendela data dan informasi Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011

Sumber: Jendela data dan informasi Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011

Aturan 3

Tetap memberikan dukungan nutrisi untuk mencegah kurang gizi. ASI tetap diberikan
selama terjadinya diare pada diare akut cair maupun berdarah dan frekuensi
pemberian lebih sering dari biasanya. Bila anak sudah mendapat makanan tambahan
sebaiknya makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
saat anak sehat.

20
Aturan 4

bawa anak ke petugas kesehatan (Puskesmas atau dokter) bila:


 Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak bermanfaat
 Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit
kurang berhasil
 Terdapat tanda-tanda dehidrasi (seperti mata tampak cekung, ubun-ubun cekung
pada bayi, bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata meskipun menangis
turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut, nadi melemah
sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin, kencing berkurang, rasa haus
yang nyata sampai kejang atau kesadaran menurun).

BAB III

21
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Diare adalah frekuensi pengeluaran dan kekentalan feses yang tidak normal. Sedangkan
menurut WHO diare adalah buang air besar yang lunak atau cair dengan frekuensi 3 kali
atau lebih per hari. Biasanya merupakan gejala pada gastrointestinal yang dapat
disebabkan oleh berbagai agen infeksi seperti bakteri, virus, dan parasit. Infeksi dapat
menular dari makanan yang terkontaminasi dan hygiene yang kurang.

Pada umumnya balita yang mengalami diare dapat sembuh sendiri karena 40% diare
disebabkan oleh Rotavirus. Namun jika tidak dikenali dan ditangani secara dini dapat
menyebabkan dehidrasi.

Dehidrasi yang dibiarkan lama-kelamaan akan jatuh dalam keadaan berat hingga
menyebabkan kematian.

1.2 Saran

Sebaiknya ibu terus meningkatkan pengetahuan tentang penanganan pada bayi.


Agar bisa melakukan Pencegahan dan pengobatan diare, serta dapat
meningkatkan status kesehatan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

22
Askrening. (2007). Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian rehidrasi
oral pada Balita Diare di Kabupaten Purworejo. Library-ump.org/index.php
Kementerian Kesehatan RI (2011). Situasi Diare di Indonesia. Buletin jendela data
dan informasi kesehatan, Vol. II Triwulan II. Departemen Kesehatan RI Direktorat
jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
(2011).Lintas Diare lima langkah tuntaskan Diare. Buku saku petugas kesehatan.
Peran perawat dalam kesehatan masyarakat. (2009).
http://maydwiyurisantoso.wordpress.com. Diunduh tanggal 13 September 2012
Subargus, A. (2009). Promosi kesehatan dalam keperawatan.
http://hidayat2.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 13 September 2012
Rosjidi, C.H dan Verawati, M. (2008). Evaluasi perilaku Ibu dalam perawatan balita
Diare di Kabupaten Ponorogo. Library- ump.org/index.php

23
DAFTAR HADIR IBU NIFAS DI KLINIK PABERNA

No Nama No.Hp Alamat Tanda-tangan


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

24
25

Anda mungkin juga menyukai