Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“DIARE PADA ANAK”

Disusun Oleh :

YULIAN DWI DAMAYANTI

2130107

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES HANG TUAH SURABAYA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Diare Pada Anak
Waktu : Kamis, 1 Oktober 2021
Tempat : Keboansikep RT05 RW04 Kecamatan Gedangan
Sasaran : Orang Tua Anak
Jenis : Pendidikan Kesehatan

A. Latar Belakang
Salah  satu  penyebab  kematian pada  anak  usia di bawah lima tahun (balita) adalah
diare di seluruh dunia yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita.
Virus, bakteri, dan protozoa merupakan penyebab terjadinya diare (Carvajal et al.,
2016). Kejadian diare yaitu 1,7 miliar  per tahun  760.000 balita meninggal akibat
diare (Sharif, Noorian, Sharif, & Taghavi, 2017). Diare merupakan penyakit endemis dan
menjadi dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia, khususnya Provinsi Sumbar diare
menjadi urutan ke 11 dengan 140.300 kasus dari 34 provinsi (Kemenkes, 2017).

Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare
disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu
diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan
kematian  (Cahyono,  2010).  Terdapat beberapa  faktor  yang  dapat  menyebabkan terjadinya
diare pada balita yaitu : 1). kesadaran dan pengetahuan ibu, 2). ketersedian sumber air
bersih dan  ketersediaan jamban keluarga, 3).  Faktor  hygine, lingkungan,  kesadaran orang
tua balita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor
yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada balita (Kemenkes RI, 2011).

Diare dapat merugikan kesehatan balita. Banyak dampak akibat diare diantaranya
adalah terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam dan basa, hipoglikemia, hipokalemia,
masalah status gizi, dan masalah sirkulasi (Adane, Mengistie, Kloos, Medhin, & Mulat,
2017). Proses homeostasis akan terjadi akibat dari dehidrasi sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan simulasi selama 30 menit diharapkan
sasaran dapat memahami tentang pengertian diare dan cara penangananya

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit sasaran mampu :
a. Memahami pengertian diare
b. Memahami penyebab diare
c. Memahami tanda dan gejala diare
d. Memahami Derajat dehidrasi pada Diare
e. Memahami bagaimana penularan diare
f. Memahami bentuk pencegahan dari diare
g. Memahami bentuk penanganan diare dirumah dengan pemberian cairan tambahan
untuk mencegah dehidrasi pada anak diare

B. Struktur Penyuluhan
1. Tempat : Keboansikep RT05 RW04 Gedangan
2. Pelaksanaan : 16.00 WIB
3. Durasi : 30 menit
4. Alat dan sarana : Leaflet

C. Pengroganisasian
1. Moderator, (Yulian Dwi Damayanti) bertugas :
a) Memimpin dan mengorganisasikan jalannya penyuluhan mulai dari pembukaan sampai
selesai
b) Mengarahkan penyuluhan
c) Memandu proses penyuluhan
2. Penyaji, (Yulian Dwi Damayanti) bertugas:
a) Menyampaikan atau menjelaskan pokok bahasan penyuluhan
b) Menggali pengetahuan peserta

3. Fasilitator, (Yulian Dwi Damayanti) bertugas:


a) Memfasilitasi peserta untuk bersiap mengikuti penyuluhan
b) Membimbing peserta untuk mengikuti jalannya penyuluhan
c) Memperhatikan respon peserta saat penyuluhan
4. Observer, (Yulian Dwi Damayanti) bertugas:
a) Mangawasi jalannya penyuluhan
b) Mencatat proses penyuluhan disesuaikan dengan rencana
c) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses penyuluhan
d) Menyusun laporan dan menilai hasil penyuluhan dibantu dengan moderator

D. Materi
1. Pengertian diare
2. Cara mengatasi diare
3. Pemberian cairan tambahan untuk mencegah dehidrasi pada anak diare

E. Kegiatan penyuluhan

Waktu Tahap Kegiatan Sasaran


kegiatan Penyuluhan
5 menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam kepada sasaran 2. Mendengarkan penyuluhan
2. Menyampaikan topic dan tujuan menyampaikan topic dan
pendkes kepada sasaran tujuan
3. Kontrak waktu untuk kesepakatan 3. Menyetujui kesepakatan
pelaksanaan pendkes dengan sasaran waktu pelaksanaan pendkes
20 menit Kegiatan 1. Mengkaji ulang pengetahuan sasaran 1. Menyampaikan
inti tentang materi diabetes melitus pengetahuannya tentang
2. Menjelaskan materi penyuluhan materi penyuluhan
kepada sasaran tentang diare pada 2. Mendengarkan penyuluhan
anak menyampaikan materi
3. Memberikan kesempatan kepada 3. Memperhatikan
sasaran untuk menanyakan hal-hal penyuluhan saat
yang belum dimengerti dari materi demonstrasi
yang dijelaskan penyuluh 4. Menanyakan hal-hal yang
tidak dimengerti dari materi
penyuluhan
5 menit Penutup 1. Kepada sasaran tentang materi diare 1. Menjawab pertanyaan yang
pada anak diajurkan penyuluhan
2. Menyimpulkan materi penyuluhan 2. Mendengarkan
diare pada anak yang telah penyampaian kesimpulan
disampaikan kepada sasaran 3. Mendengarkan penyuluhan
3. Menutup acara dan mengucapkan menutup acara dan
salam serta terimakasih kepada menjawab salam
sasaran

F. Antisipasi Masalah
Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti:
1. Apabila ada peserta yang akan meninggalkan proses penyuluhan: mencegah peserta dan
menganjurkan peserta untuk duduk kembali dan menjelaskan kepada peserta tentang
pentingnya diare
2. Apabila tidak ada peserta yang bertanya: memancing responden agar bertanya dengan cara
menanyakan kepada responden, sehingga responden akan termotivasi untuk bertanya.
3. Apabila responden tidak menjawab saat diberikan pertanyaan: penyaji sedikit mengulang
dan menjelaskan apa yang telah disampaikan lalu anjurkan peserta untuk mengulang apa
yang sudah disampaikan.
4. Apabila peserta ramai saat penyuluhan berlangsung: fasilitator memberikan instruksi kepada
peserta agar tidak ramai dan kembali fokus pada penyuluhan

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP
b. Kesiapan media dan tempat
c. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta di undang
d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP
c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan
e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya pendidikan kesehatan
diae pada anak
b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan yaitu pencegahan dan
penanganan pasien dengan diare
c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan

H. Materi
Terlampir
A. PENGERTIAN DIARE
Diare  adalah  keadaan  buang  air  besar  lebih  dari  3x  dalam  sehari  dengan  konsistensi
cair atau lunak (Nanda, 2015). Berdasarkan definisi dari WHO (World Health
Organization) DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi  lembek  atau  cair, bahkan  dapat  berupa air  saja dan  frekuensinya lebih  sering
dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. Diare kronis/persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

B. PENYEBAB
1. Adanya infeksi bakteri  & virus pada saluran  cerna meliputi  infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2. Makanan dan Minuman yang tidak sehat
a. Makanan Contoh: Makanan yang tidak dicuci bersih, makanan yang
terkontaminasi oleh debu, lalat, kecoa Makanan yang sudah basi atau
beracun.
b. Minuman  Contoh:  Mengonsumsi air minum yang dimasak tidak terlalu lama,
menggunakan air minum yang tercemar, menggunakan botol susu yang kurang
bersih
3. Lingkungan yang kumuh atau kotor.
4. Perilaku, contoh : tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudan buang air besar atau kecil, tidak membuang tinja disembarang
tempat.

C. TANDA DAN GEJALA
1. Buang air besar lebih dari 3x / hari dengan konsistensi cair.
2. Penderita merasa haus, mulut dan lidah kering, tulang pipi menonjol, mata cekung,
ubun-ubun tampak cekung pada bayi.
3. Kulit perut bila dicubit kembali keasal berlangsung pelan dan lambat.
4. Nafsu makan menurun, muntah, muka tampak pucat

5. Cengeng, gelisah dan demam cukup tinggi
D. DERAJAT DEHIDRASI DIARE
1. DIARE TANPA DEHIDRASI Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare.
Tanda-tandanya:
 Balita tetap aktif
 Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
 Mata tidak cekung
 Turgor kembali segera
2. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan
penderita diare.
Tanda-tandanya:
 Gelisah atau rewel
 Mata cekung
 Ingin minum terus/rasa haus meningkat
 Turgor kembali lambat
3. DIARE DEHIDRASI BERAT Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita
diare. Tanda-tandanya:
 Lesu/lunglai, tidak sadar
 Mata cekung
 Malas minum
 Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik

E. PENULARAN DIARE PADA ANAK TERJADI DENGAN CARA 4F
1. Feces (tinja)
Feces adalah ampas pembuangan makanan dari pencernaan tubuh yang berisi
kotoran dan kuman penyakit. Maka dari itu setelah buang air besar, sangat
diwajibkan untuk orang tua membiasakan pada anak-anak untuk mencuci tangannya
dengan sabun antiseptik hingga benar-benar bersih.
2. Finger (jari)
Sudah bukan hal aneh lagi jika anak-anak kecil sangat suka memasukkan jarinya
ke dalam mulut. Pada saat itulah  kemungkinan besar virus, kuman, bakteri, parasit,
dan  micro–organisme yang menempel pada jari anak masuk ke dalam tubuh.
3. Fly (lalat)

Lalat banyak hinggap di tempat-tempat kotor seperti tumpukan sampah. Setelah
hinggap di tumpukan sampah, lalat juga senang hinggap pada makanan. Makanan
yang tidak ditutup dan dihinggapi oleh lalat dapat memicu terjadinya perpindahan
sumber penyakit dari sampah ke makanan.
4. Food (makanan)
Makanan atau susu yang sudah terlalu lama terkena udara sudah tercemar dengan
parasit yang tidak terlihat mata. Begitu pula dengan makanan yang dimasak kurang
matang dan makanan yang disimpan dalam wadah yang tidak higienis
menjadi penyebab diare pada anak kecil.

F. PENCEGAHAN DIARE
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
a. Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai  umur 6  bulan.  Tidak  ada  makanan  lain  yang  dibutuhkan  selama  masa
ini.  ASI bersifat  steril,  berbeda  dengan  sumber susu lain  seperti  susu  formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah
6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya.  ASI  turut  memberikan  perlindungan  terhadap  diare.  Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih  besar terhadap  diare  daripada  pemberian  ASI  yang disertai  dengan  susu
botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:
o Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
o Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
o Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan  meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
o Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan  kuman  infeksius penyebab  diare ditularkan  melalui  Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko
terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
o Ambil air dari sumber air yang bersih
o Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.

o Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
o Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
o Cuci  semua  peralatan  masak  dan  peralatan  makan  dengan  air  yang  bersih
dan cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan,mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan  bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
o Keluarga  harus  mempunyai  jamban  yang  berfungsi  baik  dan  dapat  dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
o Bersihkan jamban secara teratur.
o Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak  benar karena tinja  bayi dapat pula menularkan  penyakit  pada anak-anak
dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
o Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
o Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya.
o Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
o Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
7. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk  mencegah
agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah
diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9
bulan.

b. Penyehatan lingkungan
1. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui
air antara  lain  adalah  diare,  kolera,  disentri,  hepatitis,  penyakit  kulit,  penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau  yang  tidak  sedap  dan  pemandangan  yang  tidak enak  dilihat. Oleh  karena
itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit
tersebut.  Tempat  sampah  harus  disediakan,  sampah  harus dikumpulkan  setiap
hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau
oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat
dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air  limbah  baik  limbah pabrik  atau  limbah  rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang  tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

G. PENANGANAN DIARE DIRUMAH MELALUI PEMBERIAN CAIRAN


TAMBAHAN UNTUK MENCEGAH DEHIDRASI PADA ANAK DIARE
1. Rencana Terapi A : Penangana Diare dirumah
a. BERI CAIRAN TAMBAHAN
 Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
 Jika anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang
sebagai tambahan
 Jika anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa
diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah
sayur, air tajin, air matang, dsb)
AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT.
BERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT (200 ML) UNTUK DIGUNAKAN
DIRUMAH
a. Cuci tangan sebelum menyiapkan
b. Siapkan 1 gelas (200 cc) air matang
c. Gunting ujung pembungkus oralit
d. Masukkan seluruh isi oralit ke dalam gelas yang berisi air tersebut
e. Aduk hingga bubuk oralit larut
f. Siap untuk diminum
TUNJUKKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK ORALIT/CAIRAN
LAIN YANG HARUS DIBERIKAN SETIAP KALI ANAK BAB :
 Sampai umur 1 tahun : 50 – 100ml setiap kali BAB
 Umur 1-5 tahun : 100 – 200ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu :
 Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat
 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
b. BERI OBAT ZINC
Zat gizi zinc dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat
regenerasi sel yang rusak. Penelitian telah membuktikan bahwa pada anak diare,
pemberian zinc dapat menurunkan keparahan diare 2-3 bulan berikutnya, bahkan
dapat meningkatkan selera makan anak.

 Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet zink
kecuali bayi muda
 Cara pemberian tablet zink
 Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok the
(tablet akan larut kurang lebih 30 detik), segera berikan pada anak
 Apabila anaka muntah sekitar setengah jam setelah pemberian
tablet zinc,  ulangi  pemberian  dengan  cara  memberikan potongan
lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh
 Ingatkan  ibu untuk memberikan  tablet zinc setiap hari selama 10
hari penuh, meskipun diare sudah berhenti
 Bila anak menderita diare dehidrasi berat dan memerlukan cairan
infus, tetap berikan tablet zinc segera setelah anak bisa minum
atau makan
Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI
 Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
c. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN
1. Berikan ASI sesuai keinginan bayi
2. Berikan makanan keluarga yang bervariasi seperti makanan hewani dan
buah-buahan yang kaya vitamin A serta sayuran
3. Berikan ¾ mangkuk sampai 1 mangkuk setiap makan (1 mangkuk = 250
ml)
4. Berikan 3-4 kali setiap hari
5. Tawari 1 atau 2 kali makanan selingan antara waktu makan. Anak akan
memakannya jika lapar
6. Lanjutkan memberi makan anak dengan pelan-pelan dan sabar. Dorong
anak untuk makan tapi jangan memaksa
d. KAPAN HARUS KEMBALI

Nasihati ibu untuk kembali segera jika : BAB anak bercampur darah, dan anak
malas untuk minum.
 Jika anak diare persisten maka kunjungan ulangnya 3 hari
 Jika anak diare dehidrasi ringan / sedang, jika tidak ada perbaikan maka
kunjungan ulangnya 3 hari
 Diare tanpa dehidrasi, jika tidak ada perbaikan kunjungan ulangnya yaitu 3
hari

2. Rencana Terapi B : Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit
Berikasn oralit di klinik sesuai anjuran selama periode 3 jam

Umur sampai < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
TENTUKAN DAN SEJUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA
Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (kg) X 75 ml Digunakan umur
hanya bila berat badan anak tidak diketahui
 Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman
diatas
 Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan
juga 100-200 ml air matang selama periode ini.

TUNJUKKAN CARA PEMBERIAN ORALIT
 Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih
lambat
 Lanjutkan ASI selama anak mau\
BERI TABLET ZINC SELAMA 10 HARI, KECUALI BAYI MUDA
SETELAH 3 JAM
 Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
 Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
 Mulailah memberi makan anak

JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN
SELESAI
1) Rujuk segera untuk pengobatan intravena
2) Jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama
dalam perjalanan
Apakah saudara telah dilatih menggunakan pipa orogstrik unutk rehidrasi?
Tidak Ya
1) Mulailah melakukan rehiddrasi dengan oralit melalui pipa
orogastrik : beri 20 ml/kg/jam (total120 ml/kg)
2) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam
    Jika anak muntah terus atau perut makin kembung,
beri cairan lebih lambat
    Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,
rujuk anak untuk pengobatan intravena
3.   Rencana Terapi C : Penangana Dehidrasi berat dengan cepat
3) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai
Dapatkah saudara memberi cairan intravena??
Tidak Ya
(A,B,C) unutk melanjutkan penanganan
Lanjutkan kebawah 1) Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
CATATAN : Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah
oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan. Beri
rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan
100m/kgBB cairan RL (ringer laktat), jika tidak tersedia
pemberian cairan oralit per oral
gunakan Naclyang dibagi sebagai berikut :
Umur                     Pemebrian              Pemberian
pertama 30           selanjutnya 70
ml/kg selama :        ml/kg selama :
Bayi (> 28 hari – 1 jam                         5 jam
<12 bulan
Anak (12 bulan -5 30 menit                   2 ½ jam
tahun

2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum
teraba, beri tetesan lebih cepat
3) Beri oralit (±5 ml/kg/jam)  segera setelah anak mau minum,
biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan
berianak    tablet    zinc sesuai dosis dan    jadwal yang
dianjurkan.
4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam
. nilai dehidrasinya. Kemudian pilih rencana terapi yang
Cocok
Apakah ada fasilitas cairan intravana yang terdekat (dalam 30 menit)?
Tidak Ya
3. Manfaat cuci
 tangan pakai sabun.
Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit dirumah
a) Tangan menjadi bersih
b) Tanngan menjadi harum
c) Bebas dari kuman
d) Mengurangi resiko diare
e) Mencegah cacingan
f) Mencegah infeksi
4. 5 waktu penting cuci tangan pakai sabun.
a) Setelah dari kamar mandi untuk kencing atau bab
b) Setelah membersihkan rumah
c) Sebelum menghidangkan makanan
d) Sebelum makan
e) Setelah memegang hewan/ benda kotor
5. 6 langkah cuci tangan dengan baik dan benar
a) Ratakan sabun pada kedua telapak tangan dengan gerakan memutar
b) Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan, sampai sela-sela jari dan
lakukan sebaliknya.
c) Gosok sela-sela jari dengan telapak tangan saling menempel
d) Gosok buku-buku jari dengan kunci ujung jari
e) Gosok jempol tangan kiri dalam genggaman dengan memutar dan keluar, lakukan
sebaliknya.
f) Gosok ujung jari kanan pada telapak tangan kiri lakukan sebaliknya [ CITATION Int17 \l
1057 ].
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2019. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta. 
Depkes RI

KemenKes RI. 2011. Buletin Situasi Diare di Indonesia. Jakarta. KemenKes RI

KemenKes RI. 2011. Panduan Sosialisasi tatalaksana diare balita. Jakarta

Mustikawati, I. S. (2017). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun. Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Esa Unggul, Jakarta, Volume 2, Nomor 1.

https://rsud.temanggungkab.go.id/home/berita/302/ayo-cuci-tangan-pakai-sabun
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai