Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS

PADA Ny.M DENGAN MALASAH HIPERTENSI DI DESA


TANJUNG GUSTA

Oleh :
PINTA NIATEKU
220202057

PROGRAM PENDIDIKAN PROESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga dan Komunitas Asuhan Keperawatan
Pada Ny.M Dengan Masalah Hipertensi Di Dusun VI Tanjung Gusta” Tahun 2023.
Dalam penyusunan askep ini, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ivan Elizabeth Purba, M.Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutara Indonesia.
3. Ns. Rumondang Gultom, M.K.M Selaku Dosen Koordinator dan Pembimbing
Akademik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
4. Ns. Siska Evi Simanjuntak, MNS Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
5. Ns. Rinco Siregar, MNS Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga .
6. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
7. Ns. Masri Saragih, M.Kep selaku Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
8. Ns. Flora Sijabat MNS selaku Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
9. Seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny.M dengan masalah hipertensi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan
masalahhipertensi. Masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
asuhan keperawatan ini.
Medan, Februari 2023

Pinta Niateku
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut Nurarif
A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi merupakan
masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit
hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya.
Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang
akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah
dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia mencapai 8,4%


berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18 tahun, Berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi penderita hipertensi di Indonesia
adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi penderita hipertensi
di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah
tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar
8,3%. Data dari Riskesda tahun 2018 juga mengatakan bahwa prevalensi hasil
pengukuran darah pada penderita hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan
dengan prevalensi penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi
hasil pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri berdasarkan
hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu menempati posisi ke-13 dan
prevalensi rata-rata penderita hiperensi berada dibawah prevalensi penderita hipertensi
di Indonesia (Kemenkes, 2018).

Hipertensi pada lansia merupakan hal yang sering ditemukan dikarena sebagian besar
orang-orang paruh baya atau lansia berisiko terkena hipertensi. Hipertensi pada lansia
disebabkan oleh penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan katub jantung yang
membuat kaku katub, menurunnya kemampuan memompa jantung, kehilangan
elastisitas pembuluh darah perifer, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Penyebab lansia menderita hipertensi
diatas karena kemunduran fungsi kerja tubuh.
Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan unit
terkecil dalam masyarakat. Bila terdapat masalah satu anggota keluarga akan menjadi
satu unit kelurga. Karena ada hubungan yang kuat antara kelurga dengan status
anggota kelurganya. Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan
kesehatan anggota kelurganya, untuk itulah keluargalah yang berperan dalam
menetukan cara asuhan yang diperlukan oleh keluarga (Dion & Betan, 2013).

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan,
ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman ( 1998 ) dalam Dion
& Betan, ( 2013 ) yaitu : mengenal masalah dalam kesehatan keluarga, membuat
keputusan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat, menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Tugas keluarga tersebut harus
selalu dijalankan. Apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak
dijalankan justru akan menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga.

Berdasarkan Pengkajian yang telah dilakukan di Desa Tanjung Gusta didapatkan hasil
27.6 % yang mengalami hipertensi pada usia dewasa. Untuk itulah perlu dilakukan
upaya pelayanan kesehatan keluarga dengan hipertensi yang salah satunya adalah
keluarga Ny.N Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan
dengan asuhan keperawatan pada keluarga Ny. N
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
sebagai berikut :“Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Ny.M Dengan Masalah
Sistem Kardiovaskular : Hipertensi Di Dusun VI Tanjung Gusta”.
1.2 Tujuan
Penulis mampu memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan
hipertensi secara komprehensif.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi
pada Ny.M
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny.M dengan masalah
hipertensi
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada pasien Ny.M dengan masalah
hipertensi
3. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien Ny.M
dengan masalah hipertensi
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien Ny.M dengan
masalah hipertensi
5. Mahasiswa mampu evaluasi keperawatan pada pasien Ny.M dengan masalah
hipertensi
6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada pasien Ny.M dengan
masalah hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


2.1.1 Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan anaknya
(Menurut UU nomor 52 tahun, 2009).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan.

2.1.2 Tipe Keluarga

Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan yang berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai
tipe keluarga.
1. Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti)

Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau


kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari sebab
biologis maupun adopsi.

b) The Dyad Family (keluarga tanpa anak)

Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
suatu rumah.

c) The Childless Family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan


anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar karier / pendidikan
yang terjadi pada wanita.
d) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung jawab dalam
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak
e) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante, orang tua (kakek-
nenek), keponakan, dan lain-lain.
f) The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal
ini biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian, atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa
berkumpul dengan anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada
waktu-waktu tertentu.
h) Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.

i) Kin-Network Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur,
kamar mandi, televisi, telepon, dan lain-lain.

j) Blended Family (keluarga campuran)


Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihan
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
l) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai dimana anak
menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti,
ibu dan ayah dari berbagai macam kerja sama antara kerduanya serta waktu
yang digunakan dalam setiap rumah tangga.
2. Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang sangat
berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional yang paling umum saat
ini adalah:
a. The Unmaried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.
b. The Step Parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commne Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga kumpul kebo
heterosexual).
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagai ‘marital
partners’.
f. Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group-marrige family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu
termasuk seksual, yang membesarkan anaknya.
h. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain, dan saling menggunakan berang- barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertangguang jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga / saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi atau
problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.3 Tingkat Praktik Keperawatan Keluarga


Tingkat keperawatan keluarga yang dipraktikkan bergantung pada bagaimana
perawat keluarag mengonseptualisasikan keluarga dan berkerja dengannya.
Friedman (2003) menyatakan terdapat lima tingkatan praktik keperawatan keluarga :

Tingkat I : keluarga sebagai konteks

Ciri dari keluarga sebagai konteks diantaranya :

1. Keperawatan keluarga dikonseptualisasikan sebagai bidang dimana keluarga


dipandang sebagai konteks bagi klien atau anggota keluarga.
2. Asuhan keperawatan berfokus pada individu
3. Keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder dan individu bagian
terdepan atau fokus primer yang berkaitan pengkajian dan intervensi.
4. Perawat dapat melibatkan keluarga hingga tingkatan tertentu.
5. Kebanyak area spesialis memandang keluarga sebagai lingkungan sosial yang
krusial dari klien. Dengan demikian, keluarga menjadi sumber dukungan utama.
Ini disebut asuhan berfokus pada keluarga.

Tingkat II : keluarga sebagai penjumlahan anggotanya

1. Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah anggota keluarga secara


individu. Oleh karena itu, perawat diberikan kepada semua anggota keluarga.
2. Model ini dipraktikkan secara implisit dalam keperawatan kesehatan komunitas.
3. Dalam ikatan ini, garis depannya adalah masing-masing klien yang dilihat
sebagai unit yang terpisah dari unit yang berinteraksi.
Tingkat III : subsistem keluarga sebagai klien

1. Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima pengkajian serta intervensi.


2. Keluarga inti, keluarga besar, dan subsistem keluarga lainnya adalah unit analisi
dan asuhan.
3. Fokus keperawatan adalah hubungan anak dan orang tua, interaksi perkawinan,
isu-isu pemberian keperawatan, dan perhatian (concern) pada bonding attachment.
Tingkat IV : keluarga sebagai klien

1. Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian atau
asuhan.
2. Keluarga menjadi bagian depan dan anggota keluarga secara individu sebagai latar
belakang atau konteks.
3. Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi.
4. Fokus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi, dan struktur
keluarag sama baik dalam berhubungan dengan subsistem keluarga dalam
keseluruhan dan dengan lingkungan luarnya.
5. Sistem keperewatan keluarga menggunakan pengkajian klinik lanjut (advanced)
dan keterampilan intervensi berdasarkan integrasi keperawatan, terapi keluarga,
dan teori sistem.
Tingkat V : keluarga sebagai komponen sosial

Pada tingkatan ini, keluarga digambarkan sebagai salah satu bagian (subsistem) dari
sistem yang lebih besar, yaitu komunitas (sosial). Keluarga di pandang sebagai salah
satu lembaga dasar dimasyarakat, seperti lembaga pendidikan, kesejahteraan, atau
agama.
2.1.4 Struktur Keluarga

Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural fungsional.


Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-
unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli meletakan strutur pada
bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang memandang struktur keluarga
menggambarkan subsistem- subsistemnya sebagai dimensi.
Struktur keluaraga menurut Friedman (2003)

A. Pola dan proses komunikasi

Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk


menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi yang
jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan sarana penting untuk
mengembangkan makna diri. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi
dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada
dalam komponen komunikasi, seperti : sender, channel-media, massage,
environment, dan receinver.
Komunikasi didalam keluarga berfungsi adalah:

1. Karakteristik pengirim yang berfungsi :

Karakteristik yang berfungsi ketika menyampaikan pendapat, pendapat


yang disampaikan jelas dan berkualitas, meminta feedback dan mau
menerima feedback.

2. Pengirim yang tidak berfungsi adalah :

a. Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data


yang objektif )
b. Ekspresi yang tidak jelas : contoh marah yang tidak diikuti ekpresi
wajahnya.
c. Jugmental expression, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan
susuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang.
d. Tidak mampu mengemukkan kebutuhan
e. Komunikasi yang tidak sesuai.
3. Karakteristik penerima yang berfungsi
a. Mendengar
b. Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
c. Memvalidasi
4. Menerima yang tidak berfungsi
a. Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
b. Diskualifikasi
c. Offensive (menyerang bersifat negatif)
d. Kurang mengeplorasi (miskomunikasi)
e. Kurang memvalidasi
5. Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan keluarga.
Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan proses
dua arah yang dinamis sehingga tercipta interaksi fungsional.
a. Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira.
b. Komunikasi terbuka dan jujur
c. Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
d. Konflik keluarga dan penyelesaian
6. Pola komunikasi didalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:
a. Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu
b. Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
c. Kurang empati
d. Selalu mengulangi isu dan pemdapat sendiri
e. Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
f. Komunikasi tertutup
g. Bersifat negatif
h. Mengembangkan gosip

2.1.5 Struktur Peran

Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam
situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran biasanya
menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam
suatu sistem sosial tertentu.

a. Peran-peran formal dalam keluarga

Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homogen. Peran
formal yang standar dalam keluarga, antara lain: pencari nafkah, ibu rumah
tangga, pengasuh anak, supir, tukang renovasi rumah, tukang masak, dan lain-
lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang untuk memenuhi peran
tersebut, maka anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan beberapa
peran dalm waktu yang berbeda.
1. Peran parental dan perkawinan
2. Peran-peran dalam keluarga
3. Peran seksual perkawinan
4. Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
5. Peran kakek/nenek
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang antaranya :
a) Ayah

Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sabagai pencari nafkah,


pendidikan, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
b) Ibu

Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,


pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta
sebagai anggota masyarakat atau kelompok tertentu.
c) Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan


fisik, mental, sosial, dan spiritual.

b. Peran-peran informal keluarga

Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak


tampak permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional
atau untuk menjaga keseimbangan keluarga.

2.1.6 Fungsi Keluarga

Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi yang
terus-menerus antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh
organisasi (keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus).
Fungsi keluaraga menurut Friedman (2003)

1. Fungsi efektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan emosional


anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan
saat terjadi stress.
2. Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme kopig; memberikan feedback dan memberikan petunjuk
dalam penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.
4. Fungsi ekonomi : keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbungan, perkebangan,
dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
2.1.7 Stres dan koping keluarga

Secara terus menerus, keluarga dihadapkan pada perubaha. Stimulus untuk


perubahan ini datang dari luar dan dalam. Stimulus ini disebut dengan stresor.
Stresor merupakan agen pencetus stres atau penyebab yang mengaktifkan stres,
seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup serius (lingkungan, ekonomi,
sosial budaya) yang menimbulkan perubahan dalam sistem keluarga (Hill dalam
Friedman, 2003).
Ada tiga strategi untuk adaptasi menurut White dalam Friedman (2003), yaitu :
1. Mekanisme pertahanan
Mekanisme pertahanan merupakan cara-cara yang dipelajari, kebiasaan
otomatis untuk berespon yang bertujuan untuk menghindari masalah-masalah
yang dimiliki stresor dan biasanya digunakan apabila tidak ada penyelesaian
yang jelas dalam keluarga.
2. Strategi koping
Strategi koping merupakan perilaku koping atau upaya-upaya koping dan
merupakan strategi yang positif, aktif, serta khusus untuk masalah yang
disesuaikan untuk penyelesaian suatu masalah yang dihadapi keluarga.
3. Penguasaan
Penguasaan merupakan strategi adaptasi yang paling positif karena keadaan
koping benar-benar di atasi sebagai hasil dari upaya-upaya koping yang efektif
dan dipraktikkan dengan baik yang didasarkan pada kompetensi keluarga.

2.2 Konsep Hipertensi


2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).

Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan
systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.

2.2.2 Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10%
nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada
usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan
penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

2.2.3 Faktor Risiko


Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
1. Factor yang dapat diubah
a. Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai
penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan
hipertensi. Gaya hidup modern cenderung membuat berkurangnya
aktivitas fisik (olah raga). Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi,
merokok. Semua perilaku tersebut merupakan memicu naiknya
tekanan darah.

b. Pola makan tidak sehat


Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan
dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan,
tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan
bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari
kebiasaan menyantap makanan instan yang telah menggantikan bahan
makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat menuntut segala
sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi makanan. Padahal
makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet seperti
natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila
dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena adanya natrium yang berlebihan di dalam
tubuh.

c. Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya
melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang
minum air putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada
keturunan hipertensi maupun diabetes mellitus. Berat badan yang
berlebih akan membuat aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya
jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.Obesitas dapat
ditentukan dari hasil indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan alat
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas
18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu
hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012).

2. Factor yang tidak dapat diubah


a. Genetic
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar Sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara Potassium terhadap Sodium, individu dengan
orang tua yang menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih
besar daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi (Anggraini dkk, 2009).
b. Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah
usia seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan– perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas
pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009).
c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan
tetapi wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya
lebih terlindung daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang
belum menopause dilindungi oleh oleh hormone estrogen yang
berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan
hipertensi (Price & Wilson, 2006).

2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal
menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang


kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

2.2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi


nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing e. Mual
b. Lemas, kelelahan f. Muntah
c. Sesak nafas g. Epitaksis
d. Gelisah h. Kesadaran menurun

Menurut Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis


timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan
apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung
secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

2.2.6 Patofisiologi
Pengontrol mekanisme kontraksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
bagian pusat vasomotor didalam otak tepatnya di medulla. Dari sini
bermula jaras saraf simpatis, yang kemudian berlanjut kebawah korda
spinalis serta dikeluarkan dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan ini dikirim ke Impuls yang merambat
melalui sistem saraf menuju Gnglia simpatik. Hal ini , neuron preganglio
melepaskan asetilkolin, yang dapat merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah. Kemudian dilepaskan noreepineprin yang
berakibat pembuluh darah berkonstriksi

Banyak faktor yang mempengaruhi respon pembeluh darah terhadap


vasokonstriksi seperti cemas dan ketakutan. Penderita hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin. Hal ini berkaitan juga dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah dan kelenjar adernal sebagai respons
rangsang emosi yang berakibat bertambahnya aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang dapat mengakibatkan
vasokonstriksi. Kartisol dan steroid disekresi oleh korteks adrenal yang
dapat menguatkan respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan menurunnya aliran menuju ginjal, sehingga
menyebabkan rennin terlepas. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang selanjutnya diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang nantinya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon tersebut dapat mengakibatkan kelebihan natrium
serta air oleh tubulus ginjal, dan kenaikan volume intra vaskuler

Faktor faktor tersebut cenderung memicu situasi Hipertensi terdapat


perubahan Struktur serta fungsi sistem pembuluh darah perifer yang
bertanggung jawab atas perubahan tekanan darah dapat terjadi pada usia
rentan terutama lanjut usia. Perubahan ini termasuk Aterosklerosis, dimana
jaringan ikat kehilangan elastisitasnya dan dapat menurunkan relaksasi otot
polos pembuluh darah Yang nantinya mengurangi kapasitas serta daya
ekspansi peregangan pembuluh darah. Hal itu menyebabkan aorta serta
arteri mengalami kemunduran kapasitas dalam membantu memfasilitasi
volume darah yang dipompa oleh jantung. Yang menyebabkan turunnya
curah jantung dan meningkatnya tahanan perifer. Brunner & Suddarth
dalam (Nurhidayat, 2019)
2.2.7 Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala
terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian
tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau
lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak.
2. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
membrane glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

4. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung
kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot
jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.

5. Kerusakan pada mata


Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan saraf pada mata.

2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum
tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya,
pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan penanggung jawab.
2. Riwayat keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak).
3. Riwayat pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan
sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang
tinggi.
4. Riwayat lingkungan hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal
di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
5. Riwayat rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan.

6. Sumber/system pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat atau klinik.
7. Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia
dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual
ataupun aktivitas sebelum tidur.
8. Status kesehatan saat ini
Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status
kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan
utama, serta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
9. Obat-obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya,
atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep.
10. Status imunisasi
Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu.
11. Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola
konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya
pasien dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti
karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah
garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
12. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda
klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan
perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,
penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit,
kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan
bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum
nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang
telinga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan
lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae
menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada
pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan).

Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan


berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas),
palpasi (penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah
terdapat kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara
nafas tambahan).
Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada
tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas
jantung untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi
jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak bising/murmur).
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah,
warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau
peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat
nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien)
dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra,
anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan
muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan
eksremitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada pemeriksaan integument
meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit, tekstur kulit,
kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak. Pada
pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran
(GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik,
serta pemeriksaan reflex.

2. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a). Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap
klien pada orang lain, harapan- harapan klien dalam melakukan
sosialisasi

b).Identifikasi masalah emosional seperti: kesulitan tidur, merasa


gelisah, murung dan menangis, kuatir banyak pikira,masalah
dengan keluarga, menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran
dokter, mengurung diri, jiak lebih dari atau sama 1 jawaban “ya”
memiliki Masalah Emosional Positif (+)

3. Pengkajian Fungsional Klien (INDEKS KATZ)

Mengamati kemandirian dalam makan, kontinensia (BAB/BAK),


menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
apakah mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas,
atau mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain, mandiri
kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas, mandiri
kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang
lain, mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain atau ketergantungan untuk semua fungsi
dengan catatan Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan
atau bantuan efektif dari orang lain, seseorang yang menolak
untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun ia dianggap mampu Modifikasi Dari Barthel Indeks.
4. Pengkajian Status Mental
a) Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental
status questioner (SPSMQ)
b) Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke


sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan
aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan
dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman (Friedman & Marylin, 2010).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan
masalah hipertensi berdasarkan standar diagnosa keperawatan Indonesia
(SDKI) (PPNI, 2017).
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah.
b. Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
c. Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah.
d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115) berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
e. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah.
f. Koping tidak efektif (D.0096) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan.
g. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga menggunakan fasilitas keluarga.

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi
pada tahap perumusan diagnosis keperawatan.
1. Menetapkan prioritas masalah
Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan keluarga
adalah dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya
(2018).
No. Kriteria Skoring Bobot
1. Sifat masalah
Skala :
1. kesehatan 2 1

tidak atau kurang


sehat 3

2. ancaman 1

3. krisis
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala :
1. dengan mudah 2 2

2. hanya sebagian 1

3. tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk


dicegah
Skala :
1. tinggi 3 1
2. cukup 2
3. rendah 1
4. Menonjolkan masalah
Skala :
1. masalah berat 2 1

harus ditangani
2. ada masalah 1
tapi tidak
perlu ditangani
0
3. masalah tidak
dirasakan

2. Skoring

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif
dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian
rencana yang telah ditentukan tercapai.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai
keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada
kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose ,
perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


1. Data Umum
Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Ny. M
2. Umur : 45 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat :
8. Nomor :-
B. Komposisi Keluarga
Tabel 3.1

No. Nama L/P Umur Hub. klg Pekerjaan Pendidikan Ket


1. Tn. Z L 56 th Suami Wiraswasta SMA
2. Ny. M P 45 th Istri IRT SMA
3. Ny.S P 26 th Anak S1
4. Tn.A L 13 th Anak pelajar SMP
5. Ny.A P 11 th Anak pelajar SD
a. Genogram : (min 3 generasi)

X X X X

Ket :

: Laki – Laki : Menikah

: Perempuan : Keturunan

X : Meninggal : Tinggal Serumah

: Pasien
Ecomap Family :

Tempat
Ibadah
Keluarga
Keluarga Tn. M
tn .b

Keluarga
Ny. N Keluarga
Ny. P
Keluarga
Ny. E

Lahan
kosong

Tipe Keluarga : Tradisional Family


Jenis tipe keluarga : Nuclear famil
Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : tidak ada

Suku Bangsa : jawa


1. Asal suku bangsa : Indonesia
2. Budaya yang behubungan dengan kesehatan
Keluarga Ny.M termasuk suku bangsa jawa, bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari keluarga Ny.M adalah bahasa Indonesia dan jawa .Keluarga
Ny. Y tidak memiliki pantangan
Agama Dan Kepercayaan Yang Mempengaruhi Kesehatan :
Agama yang dianut oleh keluarga Ny. M adalah agama Islam dan menjalankan shalat
5 waktu.
Status Sosial Ekonomi Keluarga :
Ny. M dan Tn. Z berperan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Anggota keluarga yang mencari nafkah
Keluarga yang mencari nafkah Tn.Z dan Ny.M :Sumber pendapatan keluarga
diperoleh dari berdagang

Penghasilan : ± 1.600.000/bulan
Upaya lain : tidak ada upaya lain
Harta benda yang dimiliki (perabot,transportasi,dll)
Tv, Lemari, sofa, Kulkas, Kipas,Sepada Motor

Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan


Kebutuhan yang di keluarkan tiap bulan adalah untuk keperluan hidup

Aktivitas Rekreasi Keluarga


Keluarga jarang keluar untuk berlibur
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ny M Tahap perkembangan keluarga saat ini
yaitu, dengan anak pertama sudah menikah dan memiliki anak, berarti keluarga
Ny. M berada pada tahap perkembangan dewasa
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi
c. Riwayat Keluarga Inti:
Riwayat kesehatan keluarga inti:
Ny M” sebagai klien. Mempunyai riwayat pengobatan Hipertensi Jarang sakit
tidak mempunyai masalah dengan kesehatan dan kebutuhan dasar.

3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
 Luas rumah : 3 x 8
 Tipe rumah : Permanen
 Kepemilikan : Rumah sendiri
 Jumlah dan ratio kamar/ ruangan : Kamar tidur 2, kamar mandi 1, ruang
tamu, ruang nonton dan makan
 Ventilasi /jendela: terdapat ventilasi namun jarang di buka
 Pemanfaatan ruangan : terdapat 3 kamar tidur 1 kamar mandi, dapur,
ruang tamu,ruang dapur

K. M
K. T K. T

Dapur
R. Keluarga

K. T

R. Tamu
 Septi tank : ada
 Sumber air minum : PDAM
 Kamar Mandi : 1 Bersih
 Sampah : tidak memakai Limbah RT tempat yang tertutup
 Kebersihan lingkungan : Lingkungan sampah bersih
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
 Kebiasaan: Aktif dimasyarakat mengikuti pengajian, kegiatan
senam pagi dan Ny “M”
 Aturan/kesepakatan
Setiap bulan ada pengutipan uang sampah
 Budaya
Selalu saling tolong menolong
c. Perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering mengikuti wirit dan pengajian
d. System pendukung keluarga:
Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah untuk saat ini 4 orang,
yaiut Tn.Z, Ny. M dan anak-anak.

a. Pola/cara komunikasi keluarga: Anggota keluarga menggunakan bahasa bahasa


indonesia dalam berkomunikasi sehari-harinya dan mendapatkan informasi
kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.

b. Struktur kekuatan keluarga :Ny.M menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga


lainnya dalam keadaan sehat.

c. Struktur peran ( peran masing – maing anggota keluarga) : Ny.M berperan sebagai
kepala keluarga.

d. Nilai norma keluarga : Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur,
demikian pula

e. dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila
ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas

I. FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa
ke petugas kesehatan atau rumah sakit.
b. Fungsi sosialisasi

1) Kerukunan hidup dalam keluarga:

Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik
dan selalu mentaati norma yang baik.
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga : Interaksi dan hubungan keluarga baik
3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan: Ny.M
4) Kegiatan keluarga waktu senggang: Menonton TV
5) Partisipasi dalam kegiatan sosial : Selalu ikut dalam kegiatan gotong royong.
c. Fungsi perawatan kesehatan ( 5 tugas keluarga dibidang kesehatan)
1) Mengenal Masalah : Ny.M kurang mengetahui masalah kesehatan yang
dialaminya saat ini
2) Mengambil keputusan masalah terhadap keluarga yang sakit : keluarga hanya
mengetahui sedikit tentang kesehatan anggota keluarga, berusaha agar sakitnya
tidak parah
3) Merawat keluarganya yang sakit : bila ada anggota keluarga yang sakit keluarga
merawat
4) Memodifikasi lingkungan dalam dan luar rumah : keluarga selalu menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan : mengantarkan ke rumah sakit atau petugas
kesehatan
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak : tidak ada
2) Akseptor : Ya yang digunakan lamanya
3) Akseptor : Belum alasannya
4) Keterangan lain:

e. Fungsi ekonomi

1) Upaya pemenuhan sandang pangan : Ny.M mampu memenuhi kebutuhan


sandang dan pangan dari pendapatan yang diterimanya perbulan.
2) Pemanfaat sumber dimasyarakat : Tidak dapat bantuan
STRES DAN KOPING KELUARGA

a. Stressor jangka pendek : Ny.M sering mengeluh pusing

b. Stressor jangka panjang : Ny.M khawatir tentang penyakitnya dan takut akan lebih
parah

c. Respon keluarga terhadap stressor: Ny.M dan Keluarga selalu memeriksakan


anggota keluarga yang sakit ke puskesmas

d. Strategi koping individu : Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk


menyelesaikan masalah yang ada

e. Strategi adaptasi fungsional : Ny.M bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau
istirahat.

HARAPAN KELUARGA

a. Terhadap masalah kesehatannya: Ny.M berharap selalu sehat dengan usia yang
sudah 45 tahun, namuin harapannya selalu diberi Kesehatan.

b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Ny.M berharap petugas kesehatan selalu
memberikan pelayanan, pengobatan terbaik untuk masayarakat apalagi lansia.
PEMERIKSAAN FISIK
NAMA ANGGOTA KELUARGA
NO. VARIABEL
Tn.Z Ny.M Ny.S Tn.A Ny.A

1. Riwayat Penyakit . Klien


Saat Ini mengataka
n nyeri
pada
bagian
tengkuk
belakang.
2. Keluhan Yang Nyeri pada
Dirasakan bagian
tengkuk
belakang
3. Tanda Dan Gejala - Pusing
- Nyeri
kepala

4. Riwayat Penyakit -
Sebelumnya

5. Tanda – Tanda Vital 160/90


mmhg
6. Sistem -
Cardiovaskular

7. Sistem Respirasi Normal


8. Sistem Gi Tract

9. Sistem Persarafan

10. Sistem Tidak


Muskuluoskeletal kesulitan
berjalan
11. Sistem Genitallia

Typologi Masalah
No Daftar masalah kesehatan

1. ACTUAL
1. Defisit pengetahan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga Ny.M

2. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif pada Ny.M di keluarga Ny.M


berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
3. Penurunan Koping Keluarga tidak efektif pada Ny.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Ny.M mengambil keputusan
2. ANCAMAN
1. Resiko terjadinya komplikasi b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga
3 DEFISIT
-

.
9. Pengkajian 5 tugas keluarga

No Kriteria Pengkajian

1 Mengenal masalah Keluarga Ny.M tidak mampu mengenal masalah tentang


penyakit yang terjadi serta penanganan dari hipertensi

2 Mengambil keputusan yang tepat Keluarga Ny.M Setiap ada masalah selalu
dimusyawarahkan kepada semua anggota keluarganya.
Karena kurang pengetahuan keluaga membawa untuk
kepuskesmas dan menyiapkan makanan yang biasa

3 Merawat anggota keluarga yang Keluarga mengatakan tidak tau merawat Ny.M dan
sakit masih menyiapkan makanan yang biasa
4. Memodifikasi lingkungan Keluarga masih sudah mampu memodifikasi lingkungan

5. Memanfaatkan sarana kesehatan Keluarga mengatakan belum mampu memanfaatkan


sarana kesehatan

3.2 ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem

1 DS Ketidakmampuan Ketidakmampuan
- Klien mengatakan belum keluarga mengenal koping keluarga
tau seperti apa
masalah
penyakitnya
- Klien mengatakan jika
mengkomsumsi daging
atau makanan berlemak
maka akan menimbulkan
nyeri

DO
- Klien terlihat bingung
- Klien diam ketika diberi
pertanyaan seputar
penyakitnya

2 DS Ketidakmampuan Manajemen
- - Klien mengatakan jika keluarga Ny.M Kesehatan
terjadi serangan ia hanya Keluarga Ny.M
memanfaatkan
meminum obat dan istirahat Tidak Efektif
- - keluarga mengatakan jika fasilitas kesehatan
terjadi serangan tidak yang ada
membawa klien kepuskesmas

DO
- - Klien terlihat lemas
- - TD: 160/100 mmHg

3 DS: Manajemen Penurunan Koping


Kesehatan Keluarga Keluarga Ny.M
- Klien mengatakan sering Ny.M Tidak Efektif
merasa nyeri kepala dan
pusing oyong
- Klien mengatakan jika
terjadi nyeri dia hanya
istirahat

DO:

- Klien tampak sering


memijat kepalanya
- Klien tampak gelisah
- Ttv : Td : 160/100 mmHg

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


3.3.1 Skoring Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
keluarga. b.d Ketidakmampuan koping keluarga

NO. KRITERIA SKOR PEMBENARAN


1. Sifat masalah: Sudah terjadi hipertensi yang
 Tidak/kurang sehat 3/3 x 1 ditunjukkan dengan TD: 160/100
3 mmHg
=1
3

2. Kemungkinan masalah untuk Pengetahuan keluarga tentang


diubah: 2/2 x 2 akibat dari hipertensi masih
 Mudah =2 kurang, hipertensi dapat diatasi
jika Keluarga Ny.M melakukan
perawatan terhadap hipertensi
yang dialami Ny.M setelah
mendapat informasi dari perawat,
lebih dari sekadar membeli obat
penurun hipertensi.

Keluarga mau diajak bekerjasama


3. Potensial masalah untuk untuk mengatasi hipertensi pada
dicegah: 2/3 x 1 Ny.M setelah mengetahui bahwa
 Cukup = 2/3 hipertensi dapat menyebabkan
stroke.
4. Menonjolnya masalah: Keluarga menganggap hipertensi
 Ada masalah, tetapi 1/2 x 1 yang terjadi pada Ny.M
tidak perlu ditangani = 1/2 merupakan hal yang wajar.

Total 2 1/6

b. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif pada Ny.M di keluarga Ny.M


berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga Ny.M memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.

No. KRITERIA SKOR PEMBENARAN


1. Sifat masalah: 3 Ny.M belum mengalami stroke
2/3 x 1
 Ancaman Kesehatan 3 namun ada kemungkinan terjadi
= 2/3 jika tidak ditangani dengan benar.

2. Kemungkinan masalah Keluarga Ny.M kurang


untuk diubah: 1/2 x 2 mengetahui tentang penanganan
 Sebagian =1 tepat pada hipertensi, namun
keluarga dapat mengatasi resiko
stroke setelah mendapat edukasi
dari perawat.

Keluarga dapat diajak


Potensial masalah untuk bekerjasama mencegah terjadinya
3. dicegah: 2/3 x 1 stroke pada Ny.M setelah diberi
 Cukup = 2/3 informasi oleh perawat.

Keluarga menganggap hipertensi


pada Ny.M masih wajar dan
Menonjolnya masalah: belum perlu dibawa ke rumah
4.  Ada masalah, tetapi 1/2 x 1 sakit
tidak perlu ditangani = 1/2
Total 2 5/6

c. Penurunan Koping Keluarga pada Ny. A di keluarga Ny. A berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga Ny. A merawat anggota keluarga yang sakit.

No. KRITTERIA SKOR PEMBENARAN


1. Sifat masalah: 3 Ny. A mengalami nyeri, jika tidak
2/3 x 1
 Ancaman kesehatan 3 ditangani dengan baik maka
= 2/3 masalah akan menjadi aktual

2. Kemungkinan masalah untuk Keluarga mengatakan belum tahu


diubah: 1/2 x 2 bahwa hipertensi dapat
 Sebagian =1 menyebabkan stroke, namun
masalah dapat diatasi setelah
keluarga diedukasi oleh perawat.

3. Potensial masalah untuk Keluarga dapat diajak bekerjasama


dicegah: 2/3 x 1 untuk mencegah terjadinya masalah
 Cukup = 2/3 setelah diberi informasi oleh
perawat

4. Menonjolnya masalah: Keluarga tidak menyadari dan tidak


 Masalah tidak 0/2 x 1 mengetahui bahwa Ny. A beresiko
dirasakan =0 mengalami stroke karena hipertensi.
Keluarga menganggap hipertensi
pada Ny. A masih wajar.

Total 3 1/3

3.3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Defisit pengetahan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga Ny.M
b. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif pada Ny.M di keluarga Ny.M
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
c. Penurunan Koping Keluarga tidak efektif pada Ny.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Ny.M mengambil keputusan
3.4 INTERVENSI

No Masalah Tujuan Kriteria Intervensi


Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar

Defisit pengetahan Setalah dilakukan Setelah dilakukan 2 keluar keluarga mampu 1. Bina hubungan saling
berhubungan pendidikan kali pertemuan ga mengenal masalah percaya
1 kesehatan tentang keluarga mengerti mamp tentang kesehatan 2. Kaji tingkat
dengan
hipertensi keluarga tentang hipertensi u pengetahuan keluarga
Ketidakmampuan mengetahui apa itu meng 3. Berikan pendidikan
keluarga mengenal hipertensi enal kesehatan tentang
masal hipertensi
masalah hipertensi
ah 4. Evaluasi tingkat
yang terjadi pada tentan pengetahuan keluarga
keluarga Ny.M g
keseh
atan

Manajemen keluarga mampu Setelah dilakukan keluarga Keluarga mampu Anjurkan untuk untuk
Kesehatan m e n g g u n a k a n iintervensi 3 kali mampu memanfaatkan pergi atau
2 fasilitas pertemuan keluarga kepelayanan fasilitas memanfaatkan fasilitas
Keluarga Tidak
pelayanan mampu kesehatan kesehatan. kesehatan bila terjadi
Efektif pada Ny.M k e s e h a t a n . menggunakan serangan
di keluarga Ny.M pelayanan
kesehatan
berhubungan
dengan
Ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit

Penurunan Koping Setalah dilakukan Keluraga mampu Keluarga 1. Kaji skala nyeri
Keluarga tidak intervensi memutuskan mampu 2. Demonstrasikan cara
3 keperawatan untuk merawat, merawat Membuat jus tomat
efektif pada Ny.M
keluarga mampu meningkatkan atau anggota 3. kolaborasi pemberian
berhubungan merawat anggota memperbaiki keluarga obat sesuai indikasi
dengan keluarga yang sakit kesehatan untuk yang diberikan
meningkatkan
ketidakmampuan
atau
keluarga Ny.M memperbaiki
mengambil kesehatan.
keputusan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi

1 Senin, 30 Januari 5. Membina hubungan saling percaya S: Keluarga Ny.M mengatakan sudah
2023 6. Mengkaji tingkat pengetahuan
Pukul 17.00 WIB keluarga mengetahui tentang hipertensi
7. Memberikan pendidikan kesehatan O: Keluarga Ny.M mampu menyebutkan
tentang hipertensi kembali definisi, penyebab, tanda dan gejala
8. Mengevaluasi tingkat pengetahuan hipertensi
keluarga A: Masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan
- Mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga

2 Selasa, 31 Januari 1. Mengkaji skala nyeri S: Ny.M mengatakan nyeri kepala timbul saat
2023 2. Mendemonstrasikan cara membuat jus tomat mengkomsumsi daging
Pukul 17.00 WIB O:
- TD :160/100mmHg
- Suhu : 36,0 C
- Ny.I tampak memegangi kepala dan leher
A : Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervens
- Kaji skala nyeri
- Anjurkan klien teratur mengonsumsi jus tomat
- Kolaborasi pemberian obat
3 Rabu, 1 Februari Menganjurkan untuk untuk pergi atau S: Keluarga mengatakan sudah memanfaatkan
2023 memanfaatkan fasilitas kesehatan bila terjadi fasilitas kesehatan bila terjadi serangan
Pukul 16.00 WIB serangan O: -
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
BAB 4

PEMBAHASAN

1.1 Pengkajian
Setelah Pengakajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data
yang ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan
professional yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan.
Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber : wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan
anggota keluarga (Padila, 2012).

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada
keluarga Tn.Z dengan menggunakan format pengkajian keluarga, metode
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang
diperlukan. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 januari 2023 Ny.M
yang berusia 84 tahun mengalami hipertensi, menurut Black & Hawks (2014)
pada tinjauan pustaka orang yang beresiko hipertensi yaitu berusia antara 30-
50 tahun dan wanita lebih beresiko terjadi hipertensi.

1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan


pada pengkajian Dari hasil pengkajian yang dilakukan bahwa diagnosa yang
muncul pada Ny.M adalah :
a. Defisit pengetahan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga Ny.M

b. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif pada Ny.M di keluarga


Ny.M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
c. Penurunan Koping Keluarga tidak efektif pada Ny.M berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Ny.M mengambil keputusan
1. dengan data : Ny.M mengatakan jika terjadi serangan, Ny.M hanya minum
obat dan istirahat.
Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan pada diagnose 1 yaitu
pengukuran tanda-tanda vital, pengkajian nyeri secara komprenhensif
meliputi lokasi, karakteristik , durasi frekuensi kualitas, intensitas/ bertanya
nyeri, mendemonstrasikan cara membuat seduhan bawang putih untuk
menurunkan hipertensi, pada diagnose 2 dapat menjelaskan mengenai
penyakit yang ia derita.

1.3 Implementasi Keperawatan


Implementasi disesuaikan dengan rencana keperawatan tindakan keperawatan
yang telah penulis susun. Dalam proses implementasi penulis tidak
menemukan adanya perbedaan anatara intervensi yang dibuat dengan
implementasi.

1.4 Evaluasi Keperawatan


Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis dilakukan selama 3 hari. Hasil
evaluasi yang dilakukan adanya perubahan pada pasien sebelum dan sesudah
mengonsumsi jus tomat setiap pagi hari. Dan untuk pengetahuan pada penyakit
hipertensi yang diderita klien, klien sudah memahami tanda dan gejala serta
pencegahan pada hipertensi.
BAB 5
PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan


secara langsung pada pasien dengan diagnose medis Hipertensi di desa tanjung gusta
dusun VI Tanjung gusta, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran
yang dapat bermanfaat dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnose medis Hipertensi.

5.1 Kesimpulan
Pengkajian, berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data Ny.M dengan
keluhan sakit kepala, pusing, nyeri tengkuk, jantung terasa berdebar dan klien
mengatakan kesulitan tidur jika sakit kepala itu muncul. Klien mengatakan
bahwa dari anggota keluarga dari suami atau istri tidak ada yang memiliki
riwayat hipertensi hanya Ny.M yang mengalami hipertensi

Diagnosa Keperawatan priortias klien meliputi : Kurang pengetahuan tentang


penyakit b/d Ketidakmampuan mengenal masalah tentang hipertensi, diagnose
tersebut muncul ditunjang dengan data : Keluarga Ny.M mengatakan belum
mengetahui tentang penyakitnya.

Defisit pengetahan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga Ny.M

Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif pada Ny.M di keluarga Ny.M


berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
Penurunan Koping Keluarga tidak efektif pada Ny.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Ny.M mengambil keputusan

5.1 Saran
Penulis memberikan seran sebagai berikut :
1. Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan

hubungan yang baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan

lainnya.

2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan

tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada

Klien dengan Hipertensi.

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional

alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang

membahas tentang masalah kesehatan yang ada pada klien.


DAFTAR PUSTAKA

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
(Yogyakarta).

Ekarini, N. L. P., Wahyuni, J. D., & Sulistyowati, D. (2020). Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Hipertensi pada Usia Dewasa. 5(1), 61–73.

Fatmawati, B. R., Suprayitna, M., Prihatin, K., & Hajri, Z. (2022). Taklukkan
Hipertensi Cegah Dengan Diet Dash. Jurnal LENTERA, 2(2), 192–199.

Kadir, S. (2019). Pola Makan dan Kejadian Hipertensi. Jambura Health and Sport
Journal, 1(2), 50–60.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Mahayuni, K. S., Rasdini, I. G. A. A., & Rahayu, E. S. P. (2021). Gambaran Tingkat


Pengetahuan tentang Hipertensi pada Pasien Hipertensi di RSUD Kabupaten
Klungkung. Politeknik Keseatan Kementerian Kesehatan Denpasar.

Permata, F., Andri, J., Padila, P., Andrianto, M., & Sartika, A. (2021). Penurunan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Menggunakan Teknik Alternate Nostril
Breathing Exercise. Jurnal Kesmas Asclepius, 3(2), 60–69.

Sartika, A., Andri, J., & Padila, P. (2022). Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Intervention with Slow Deep Breathing Exercise (SDBE) on Blood Pressure of
Hypertension Patients. Journal of Nursing and Health, 2(2), 65–76.

WHO. (2019). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances.

Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017). Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Jurnal


Majority, 6(1), 25–33.

Zaenurrohmah, D. H. (2017). Hubungan pengetahuan dan riwayat hipertensi dengan


tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia. Jurnal Berkala Epidemiologi,
5, 174–184.

Anda mungkin juga menyukai