Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Komunitas

Disusun Oleh Kelompok III :


1. Bruno Sorogi
2. Sarjin Danun
3. Soyran
4. Trundun Manau A
5. Pairah
6. Eni Ernawati
7. Etus Limbungan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANAKUKKANG MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan limpahan berkah dan karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Hipertensi”

yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Komunitas.

Makalah ini di susun sebagai salah satu Tugas Mata Kuliah Komunitas. Dalam

proses pembuatan hingga penyelesaian makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan

dan kerja sama dari anggota Kelompok III .

Kami menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam

Makalah ini, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

perbaikan di masa yang akan datang, semoga Allah SWT selalu merahmati kita

semua. Amin.

Makasar, Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Tentang Keluarga .................................................................4
B. Konsep Tentang Hipertensi ............................................................ .17
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga............................................31

BAB III PEMBAHASAN


A .Pengkajian ..........................................................................................42
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................42
C. Intervensi Keperawatan .....................................................................43
D. Implementasi Keperawatan ...............................................................44
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................. .........44

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 46
B. Saran ................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 48

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk

Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat

dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya

adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan

aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian

adalah beberapa hal yang di duga sebagai faktor yang berperan terhadap

hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta

dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi, hal ini berarti juga

menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeks,

yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indonesia. Untuk lebih mengenal

serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi.

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama

dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan diastolik lebih besar atau sama

dengan 90 mmHg (Anindya,2009).

Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisme,

gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau

jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-

gejala sebelumnya.Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai

organ seperti otak,jantung,ginjal,aorta, pembuluh darah perifer dan retina.

1
Oleh karena itu negara Indonesia yang sedang membangun di segala

bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah

timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif, dan

lain-lain sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses

pembangunan. Golongan umur 45 tahun keatas memerlukan tindakan atau

program pencegahan yang terarah, Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan

pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu

check-up kseshatan atau saat periksa ke dokter.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:


1. Apakah Definisi hipertensi ?
2. Apakah Etiologi/Faktor pencetus hipertensi ?
3. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6. Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ?
7. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

hipertensi.

2
2. Tujuan Khusus

- Mengetahui dan memahami definisi hipertensi


- Mengetahui dan memahami etiologi/faktor pencetus hipertensi
- Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi
- Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi
- Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi
- Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi
- Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan

terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang

dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun

berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya

sebagai keluarga.

UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau

ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya menurut

BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau lebih

yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan,

memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya. (Yolanda, 2017)

1. Bentuk keluarga

Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari

nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak


4
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012), Kelurga inti

adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang

direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena

kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga adopsi.

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung

jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang

tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling

menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang

tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak

adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

menginginkan mereka

(Friedman, 2010).

3) Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan

rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak /

adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan

oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan

membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan

menurut Sudiharto (2012), keluarga besar adalah Keluarga inti

ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya

kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti

orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan

pasangan sejenis.

5
4) Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,

ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa

bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri

atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti mereka

yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup

bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi anggota

keluarga yang penting (Yolanda, 2017).

6) Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang

kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu

dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau subkelompok

keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang

tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan

diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak seing kali

memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas

perkembangan mereka (Yolanda, 2017).

7) Keluarga binuclear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan

anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah

tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal

6
tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah

tangga (Yolanda, 2017).

2. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi

afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran

utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap

kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status social

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak tentang

cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian

status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada

anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi

saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat

yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.

7
d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

perlindungan terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah

fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang

cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui

proses pengambilan keputusan.

3. Struktur keluarga

Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur peran,

struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan

pengambilan keputusan.

a. Struktur peran.

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang

sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat

seseorang dalam suatu system social.

b. Struktur nilai keluarga

Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang

nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat

anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses

komunikasi disfungsonal.

8
1) Proses komunikasi fungsional.

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan

keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai

pengerim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi

pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai

intruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional.

Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional gambaran dar

komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunkasi

disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.

d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah

kemampua atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain.

Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik

kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang

dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan.

Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan

anggota keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan

bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan.

Lain halnya menurut menurut Padila (2012) dalam Yolanda (2017), struktur

keluargamenggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga

dimasyarakat. Ada beberapa strukturkeluarga yang ada di Indonesia

diantaranya adalah :

9
a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matriloka

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan

yang dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan

orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor

10
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap

masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan

perawatannya).

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.


3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,

psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pentingnya hiegine sanitasi.

11
4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

5. Peran perawat keluarga


Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam Yolanda

(2017) adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada

keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang memiliki masalah kesehatan

b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan

untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan

kesehatan.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

12
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat

menjadi

“entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap melalui

kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi

maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan

terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui

apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak

keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta

memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi

hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga

terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas

perawat untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang

mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam

mengatasi masalah.

13
g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalahmasalah

kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang

muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya

yang dipraktikkan keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan

keperawatan berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan

bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga

sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap anggota keluarga.

Melalui asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal,

setiap individu didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat,

tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negative sehingga

memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.

6. Tahap perkembangan keluarga

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru

dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan

intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas

perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang

memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan

jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30

bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi

siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah

14
membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil

( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki

hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan

kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan

yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan

keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi

kakek/nenek

c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat

ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan

suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara lakilaki, dan putri-saudara

perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan

yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai

anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,

mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar

keluarga

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu

penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai

pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota

keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga

maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah

15
menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,

mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau

perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung

selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal

dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada

keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga

untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar

dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda

f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)

Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak

pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,

ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada

tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewas

muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari

pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan

menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua suami

dan istri yang sudah menua dan sakit

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)

Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika

anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau

kematian salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap

16
ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,

mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua

yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension

salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan

pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan

perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka penataan

kehidupan yang memuaskan

(Yolanda, 2017).

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi

juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh

darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &

Hardhi 2015)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut

darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh

secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).

17
Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80

mmHg (Muttaqin, 2012).

2. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

18
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.

Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat

dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume

sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer (

Suzanne & Brenda, 2011).

3. Etiologi

Menurut Arif. M, (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi dua

bagian yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahui

penyebabnya.atau disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi esensial

biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada

akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat

dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau


19
“maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.

Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,

obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor

keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins

(2017), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau

esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti

:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi

garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam

hipertensi.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab

tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &

Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab

hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,

diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya

seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-

obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.

4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat

diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Riwayat keluarga

20
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada

seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi

dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat

menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien

dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko

hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.

2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.

Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang

berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan

darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena

merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan

kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke,

gagal jantung, dan penyakit ginjal.

3) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita

sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita

hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko

lebih besar.

4) Etnis

Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam

tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan

kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar

21
terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress

lingkungan.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah

1) Diabetes mellitus

Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien

diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis

dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh

darah besar.

2) Stress

Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung

serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah

permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang

menciptakan banyak stressor dan respon stress.

3) Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya

jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,

dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi

obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom

metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.

4) Nutrisi

Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi

pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan

hormone natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak

langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga

22
menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.

Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim,

kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam

pengembangan hipertensi.

5) Penyalahgunaan obat

Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa

penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko

hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta

obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah

secara langsung.

5. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus

optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri

koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai

hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan

beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik

yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan

23
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,

2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan

bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekanan intracranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat,

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.

24
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiofaskuler)


g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan atau adanya diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat

mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24

jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila

hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

resiko terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar

renin dapat juga meningkat.

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area

katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

25
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)

7. Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang

mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat

terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai

berikut :

a. Jantung

Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit

jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung

akan

meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan

diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak

nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,

apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

26
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat

menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat

lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya retinopati

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

8. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas

setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya

perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner &

Suddart, 2015).

a. Terapi nonfamakologis

Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non

farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya

hidup

sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi.

Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari

berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan

tekanan darah yaitu :1) Mempertahankan berat badan ideal

Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi


27
obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah

kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik

dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. 2) Kurangi asupan natrium

Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), pengurangan

konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan

tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak

2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry (2007) dalam

Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus dibatasi karena

konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi

empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum

berakohol. 4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium Kaplan,

(2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet

potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet

tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel

kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara

mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan

menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium

dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah

natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-

buahan sebanyak 3 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai

asupan potassium yang cukup. 5) Menghindari merokok menurut

Dalimartha (2011), merokok memang tidak berhubungan secara

28
langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat

menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti

penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena

dapat memperberat hipertensi. 6) Penurunan Stress Sheps (2005)

dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak menyebabkan

hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi

dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi. 7)

Terapi pijat Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada

prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah

untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan

hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur

energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka

risiko hipertensi dapat ditekan.

b. Terapi farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti

hipertensi. Setiabudy (2013), Ada 5 macam jenis obat anti

hipertensi yaitu:

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan

cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan di tubuh

berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

29
Contoh obat diuretik Kuat adalah Hidroklorotiazid, Klortalidon,

Indapamid, Bendroflumetiazid, Metolazon, Xipamid, dan Contoh obat

diuretik Kuat adalah Furosemid, dan Torsemid, Contoh obat diuretik

Hemat kalium adalah Amilorid, Triamteren.

2) Agen Penghambat Adrenegik (β-bloker)

(β-bloker) digunakan sebagai obat tahap pertama pada

hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit

jantung koroner (khususnya sesudah infark miokard akut). Beta bloker

dapat menyebabkan bradikardia, blokade AV, hambatan nodus SA dan

menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Contoh obat golongan ini

adalah Asebutolol, Atenolol,Metaprolol, Labetolol, dan Karvedilol.

3) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme).

ACE- inhibitor menghambat perubahan A l menjadi A ll

sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain

itu degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin

dalam darah meningkat dalam efek vasodilatasi ACE-inhibitor.

Contoh obat golongan ini adalah Kaptopril, Lisinopril, Benazepril,

Enalapril,

Ramipril,

4) Penghambat reseptor angiotensin (Angitensin receptor blocker,ARB)

Reseptor angiotensin terdiri dari dua kelompok besar yaitu

AT1 dan AT2. Reseptor AT1 terdapat terutama di otot polos pembuluh

darah dan di otot jantung, AT2 terdapat dimedula adrenal mungkin

juga di SSP. Pemberian obat ini akan menghambat semua efek

30
angiotensin seperti: vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf

simpatis. Contoh obat golongan ini adalah Valsartan, Losartan,

Irbesartan,

Telmisartan dan Candesartan.

5) Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena

kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini di ikuti oleh reflek

takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan

dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Contah obat pada golongan ini

adalah Nifedipin, Amlodipin, Felodipin, Isradipin, Verapamil dan

Diltiazem.

c. Komplikasi

Organ –organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain

mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan

sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh

darah otak.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

1. Pengkajian

Keperawatan adalah pelayanan esensial individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang dilaksanakan pada orang baik sehat maupun sakit secara

promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif dengan pendekatan proses

keperawatan melalui tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan,


31
perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. (Aziz, A,

2011).

Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang

diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :

a. Data umum

Data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga, Status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan

keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

32
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah

ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber

air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah

mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling

asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,

menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan.

2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,

hukuman, serta memberi dan menerima cinta.

3) Fungsi keperawatan; a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :

menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan

yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan

keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji

33
status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan

terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan. c) Praktik diet keluarga :

keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara

menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan. d) Peran keluarga dalam

praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki

status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan

keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah. e) Tindakan pencegahan

secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi

keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan

dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga

dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012). 5)

Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga

dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan

peningkatan status kesehatan.


e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe. Sebagai

berikut :

1) Keadaan umum ; lemah

2) Tanda-tanda vital; suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan

dangkal, nadi cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan

diastolik diatas 90 mmHg.


34
3) Review of sistem

a) B1 (breathing) ; sistem pernapasan sangat mendukung untuk

mengetahui masalah pada gangguan kardiovaskuler dimana

pemeriksaannya meliputi inspeksi pada bentuk dada ditemukan

bentuk dada phisis (panjang dan gepeng), empisematous (tong)

dan pektus eksavatus ( cekung kedalam). Pada palpasi

ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak

simetris dan getaran yang dirasakan tidak merata. Pada perkusi

ditemukan penurunan suara paru atau perubahan dari resonan.

Pada auskultasi ditemukan suara napas tambahan.

b) B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah dapat

secara langsung mengetahui masalah pada penyakit hipertensi

antara lain meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan

apeks jantung karena disebabkan adanya perubahan sumbu

jantung

karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut

apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi vena

jugularis. Pada perkusi biasanya tetap normal pada bunyi redup

tetapi didapatkan pembesaran jantung. Pada auskultasi

didapatkan bunyi kuat dan keras pada katup aorta dan katup

mitral.

c) B3 (brain) ; difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher

untuk mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang

gelisah, pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat

35
ikterus bilamana ada gagal jantung dan dilakukan pemeriksaan

neurosensori untuk mengetahui adanya pusing saat bangun dari

duduk, wajah meringis, menarik diri dan kehilangan kontak

mata.

d) B4 (bladder) : output urine merupakan indikasi fungsi jantung

yang penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan

penting yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan

apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi

urine atau karena ketidakmampuan klien untuk buang air kecil.

Dareah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval

dan diperkusi adanya tanda pekak yang menunjukkan kandung

kemih penuh.

e) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputi

perubahan nutrisi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit,

penurunan turgor kulit, kulit kering Atau berkeringat, muntah

dan penurunan berat badan. Adanya refluks hepatojuguler,

pembengkakan hepar adanya nyeri tekan pada abdomen.

f) B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, dada rasa

berdebar, sulit tidur karena ortopnea, dispnea nokturnal

paroksismal, berkeringat malam hari, sering terbangun karena

nyeri kepala dan sesak napas.

2. Diagnosa keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

system keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

36
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan

dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman ( Friedman, 2010).

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia, hipertropi ventrikuler

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan

informasi

e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

h. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik, gangguan cerebral

3. Intervensi Keperawatan Keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative
dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,
atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

37
Tabel. 3. Rencana intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1. Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat mengenal Pengajaran: proses


pemeliharaan penyakit
kesehatan masalah HT

a. Pengetahuan: Proses

penyakit

2. Keluarga dapat Dukungan perilaku


keputusan
mengambil

keputusan perawatan

HT

a. Partisipasi dalam

mengambil keputusan

38
3. Keluarga dapat merawat - Pengajaran : diet

anggota keluarga dengan HT

HT - Pengajaran:

a. Perilaku patuh: diet pengobatan HT

yang disarankan - Pengajaran latihan

b. Perilaku patuh: ( senam HT &

pengobatan yang relaksasi progresif)

dianjurkan - Monitor TTV

c. Perilaku patuh : - Manajemen nyeri

latihan yang

disarankan

d. TTV

e. Pain Level

4. Keluarga dapat Identifikasi faktor


resiko
memodifikasi

lingkungan untuk

perawatan penderita HT

a. Faktor resiko HT

5. Keluarga dapat Mengunjungi

menggunakan fasilitas kesehatan

fasilitas pelayanan

kesehatan

a. Kepatuhan: perilaku
menerima

39
pelayanan
kesehatan
2 Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat mengenal Pengajaran proses
penyakit
menajemen masalah HT
keluarga
a. Pengetahuan: Proses

penyakit

2. Keluarga dapat Dukungan membuat


keputusan
mengambil

keputusan perawatan

a. Berpartisipasi dalam
memutuskan perawatan
kesehatan

3. Keluarga mampu Peningkatan


keterlibatan keluarga
merawat anggota

keluarga yang

sakit:

a. Manajemen penyakit

kronis

b. Vital sign
4. Keluarga mampu Manajemen
lingkungan yang
memodifikasi aman

lingkungan

a. Pengendalian factor

resiko

40
5. Keluarga mampu Konsultasi

menggunakan

fasilitas pelayanan

kesehatan

a. Perilaku mencari

pelayanan

41
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan pengambilan data oleh perawat dengan ditandai

pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus dan sebagai keputusan

profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang dikumpulkan.

Pengumpulan data bersumber dari pasien maupun keluarga dengan mekanisme

wawancara, pemeriksaan fisik, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya serta

pengalaman anggota keluarga yang dilaporkan. (padila,2012). Pengkajian

keluarga menurut Muwarni (2011) adalah suatu tahapan dimana perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap keluarga yang menjadi

binaannya.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga adalah integrasi diagnosis ke sistem keluarga

yang erupakan hasil dari pengkajian keperawatan keluarga. Diagnosa

keperawatan keluarga terdiri dari masalah kesehatan keluarga baik aktual

maupun potensial.

(Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:

1. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).

2. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah

ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

3. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan

dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat

ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah hipertensi adalah (SDKI, 2018) :

1. Penurunan curah jantung

2. Intoleransi aktivitas

3. Nyeri (sakit kepala)

4. Kelebihan volume cairan

5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

6. Ketidakefektifan koping

7. Defisit pengetahuan

8. Ansietas

9. Resiko cidera

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana tindkan

mengkaji tau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau

secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan

masalah,

(Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan kesehatan dan

(Colaboration) yaitu tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lain yang

dilimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada perawat.

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosa

keperawatan, pernyataan keluarga dan perencanaan keluarga dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber

43
serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak atau standar tetapi

dirancang bagi keluarga tertentu. (Friedman, 2010).

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana

intervensi yang telah disusun berdasarkaan hasil analisa data dengan

memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga

dlam bidang kesehatan sehingga mampu memenuhi tugas keperawatan keluarga.

Klien dan keluarga dapat menilai potensi dan kemampuan sumber daya sendiri

dan mengembangkannya dalam implementasi yaitu mampu mengenal masalah

kesehatan anggota keluarga, mampu membuat keputusan untuk masalah

kesehatan keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang sakit, mampu

memodifikasi lingkungan untuk kesehatan keluarga dan mampu menggunakan

fasilitas kesehatan yang tersedia. (Muwarni, 2007).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan utuk mengukur kemajuan proses

keperawatan terhadap respon klien selama mendapatkan tindakan keperawatan

dan pencapaian dari indikator keberhasilan suatu tujuan dimana perawat

melakuka evaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau

kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Wijayaningsih, 2013).

Evaluasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang terjadi saat

melakukan kontak dengan klien dengan menggunakan metoda

SOAP(subyektif,obyektif,analisis dan planning) dimana S (subyektif) berisi data

subyektif dari wawancara atau ungkapan langsung pasien, O(obyektif) berisi data

analisa dan interpretasi yang didapatkan dari pemeriksaan fisik pasien,

A(analisis) berdasarkan simpulan penalaran perawat terhadap hasil tindakan dan

P (planning) adalah perencanaan selanjutnya terhadap tindakan baik asuhan

44
mandiri, kolaboratif, diagnosis laboratorium maupun konseling sebagai tindak

lanjut (Potter and Perry, 2011).

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses dimana penulis melakukan

penilaian terhadap keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatannya sehingga memiliki tingkkat produktifitas tinggi dan dapat

mengembangkan sumber daya dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep

evaluasi menurut Sugiharto,(2012) dimana menyatakan bahwa evaluasi adalah

tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan mudah atau sulit

dicapai dengan menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan terkait

masalah kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan mampu

memodifikasi lingkungan serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

yang tersedia.

45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain

seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,

makin besar resikonya. (Amin & Hardhi 2015) .

Menurut Arif. M, (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi dua

bagian yaitu Hipertensi primer atau esensial dan Hipertensi Sekunder atau

Hipertensi Renal.

Pemeriksaan Penunjang pada pasien dengan hipertensi adalah hemoglobin,

BUN, glukosa, kalium serum, kalsium serum, kolesterol dan trigeliserida serum,

pemeriksaan tiroid, urinalisa, VMA urin, asam urat, steroid urin dan juga IVP.

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai

darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ

tubuh seperti jantung, otak, ginjal dan juga mata.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan

kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau

referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

46
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan

makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga Makalah yang sederhana

ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kreativitas serta dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran untuk menambah

pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan pada

pasien hipertensi.

47
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berda
sarkan Diagnose Medis &NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan praktik. EGC.
Jakarta
Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta

Muttaqin, Arif, 2011. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan sistem


Kardiovaskuler. Salemba medika. Jakarta

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja. Yogjakarta

Padila, 2012. Buku ajar keperawatan keluarga. Nuha medika. Yogyakarta

Sugiharto, 2012. Asuhan keperawatan keluarga dengan pedekatan keperawatan


transkultural. EGC. Jaka

48

Anda mungkin juga menyukai