Anda di halaman 1dari 56

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HIPERTENSI

PADA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DEWASA

DI SRAGEN

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Keluarga


Dosen Pengampu : Ns. Novita Wulan Sari, M.Kep.

Disusun Oleh :
Rika Desiana Lydia Sari
(20101440118063)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan kesehatan
sehinggakami dapat menyusun makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HIPERTENSI PADA TAHAP
PERKEMBANGAN KELUARGA DEWASA DI SRAGEN”. Dimana makalah
ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini kami


banyak  menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan  referensi dan keterbatasan
penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki kami
maka kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan
sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, sebagai
manusia kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Demikian makalah yang kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.

                                                                                    Semarang, Mei 2020

                             
   Penyusun

ii
                                              
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keluarga...................................................................................................3
B. Konsep Penyakit Hipertensi .................................................................................7
C. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi............................................................16

BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan Keluarga..................................................................... 25
B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga ....................................................27
C. Data Lingkungan ...............................................................................................28
D. Struktur Keluarga ................................................................................................30
E. Fungsi Keluarga ..................................................................................................31
F. Stres dan Koping Keluarga .................................................................................32
G. Pemeriksaan Fisik ...............................................................................................33
H. Harapan Keluarga ...............................................................................................34
I. Analisa Data .......................................................................................................34
J. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................34
K. Skoring/Prioritas Diagnosa Keperawatan ...........................................................35
L. Intervensi ............................................................................................................36
M. Implementasi ......................................................................................................36
N. Evaluasi ..............................................................................................................38

iii
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........... ..............................................................................................40
B. Saran .................... ..............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................41
LAMPIRAN ...................................................................................................................42

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian
Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,
disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah
satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan
pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga
pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan
upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan
siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan
penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit
hipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia
18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2
orang dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang
hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap
lanjut dengan komplikasi seperti serangan jantung, stroke.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Ny. S.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Ny. S.
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Ny. S.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada Ny. S

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kelurga
1. Definisi
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kula dan warga.
“kulawarga” berarti anggota kelompok kerabat (Jhonson : & leny R, 2010).
Raisner (1980) : dua orang atau lebih yang memiliki hubungan kekerabatan
yang terdiri dari bapak, ibu, kakak, adik, nenek, dan kakek. Duvall (1986) :
sekumpilan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran ataupun adopsi.
Bailon dan Maglaya 91978) : dua tau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, yang saling
berinteraksi. Depkes RI (1998) : unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang anggota yang tinggal seatap dan
saling ketergantungan.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan karateristik
keluarga sebagi berikut : terdiri dari dua orang /lebih yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, saling berinteraksi satu sama lain
baik yang hidup bersama dalam satu atap ataupun terpisah dan memiliki
peran sosial : suami, istri, anak, kakak, dan adik.

2. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) terdapat lima fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif (the Affective Function
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi adalah saling
mengasihi, menerima, mendukung, menghargai antar anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Mengajarkan sosialisasi pada anak. Anggota keluarga belajar disiplin,
memiliki norma, budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga
sehingga individu mampu berperan dalam masyarakat.

3
c. Fungsi reproduksi ( the reproduction function)
Memeprtahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function)
Memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian, rumah sehingga
dalam keluarga harus memiliki sumber keuangan.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
Melakukan asuhan kesehatan terhadap anggota keluarga, sehingga
mencegah terjadinya sakit, serta melakukan perawatan kesehatan. Fungsi
ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.

3. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap
No Keterangan Tugas Perkembangan
Perkembangan
1. Keluarga baru Perkawinan 1. Membangun perkawinan yang memuaskan.
(beginning family) yang 2. Menghubungkan jaringan persaudaraan yang harmonis.
mendadak 3. Keluraga berencana (menetapkan status kependudukan
bermula sebagai orang tua).
keluarga baru 4. Menetapkan tujuan bersama.
namun belum 5. Persiapan menajdi orang tua.
memiliki anak. 6. Memahami prenatal care (kehamilan, persalinan, dan menjadi
orang tua).
Keluarga sedang Dimulai 1. Membentuk keluarga muda yang mantap.
mengasuh anak dengan 2. Mempertahankan kebutuhan perkawinan yang memuaskan.
(child bearing kelahiran anak 3. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah
family) pertama peran orang tua, kakek, nenek.
hingga bayi 4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
berusia 30 anak.
bulan. 5. Konseling KB post partum 6 minggu.
6. Menyiapkan biaya mengasuh anak.
7. Menata ruang untuk anak.
8. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan usia Keluarga 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga (tempat tinggal,
anak pra sekolah dengan anak privasi, dan rasa aman).
pertama yang 2. Membantu anak bersosialisasi.
berumur 30 3. Mempertahankan hubungan yang sehat baik dilingkungan
bulan sampai intern dan ekstern keluarga.
denangan 6 4. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
tahun. 5. Pembagian tanggung jawab dalam keluarga.
6. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak pertama 1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan
anak usia sekolah berusia 6 lingkungan.

4
sampai 13 2. Mempertahankan keintiman pasangan.
tahun. 3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Usia anak 1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
anak remaja pertama 13 jawab pada remaja.
tahun sampai 2. Memeprtahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
dengan 20 3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tahun. tua.
6. Keluarga dengan Anak pertama, 1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
anak dewasa meninggalkan 2. Mempertahankan keintiman pasangan.
rumah. 3. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit atau
memasuki masa tua.
4. Membantu anak mandiri di masyarakat.
5. Menata kembali peran dan kegiatan di rumah tangga.
7. Keluarga usia Anak terakhir 1. Mempertahankan kesehatan.
pertengahan meninggalkan 2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
rumah dan sebaya dan anak-anak.
berakhir saat 3. Meningkatkan keakraban pasangan.
pensiun. 4. Persiapan masa tua/pensiun.
8. Keluarga lanjut usia Salah satu 1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
pasangan 2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
memasuki kekuatan fisik, dan pendapatan.
masa pensiun, 3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
terus 4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
berlangsung masyarakat.
hingga salah 5. Melakukan life review masa lalu.
satu pasangan
meninggal
dunia.

4. Tahap Kemandirian Keluarga


Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
a. Keluarga mandiri tingkat I
1. Menerima petugas perawatan kesehatan
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
b. Keluarga mandiri tingkat II
1. Menerima petugas perawatan kesehatan
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehartannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sessuai dengan yang dianjurkan

5
c. Keluarga mandiri tingkat III
1. Menerima petugas perawatan kesehatan
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehartannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sessuai dengan yang dianjurkan
5. Memanfaat fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga mandiri tingkat IV
1. Menerima petugas perawatan kesehatan
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehartannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sessuai dengan yang dianjurkan
5. Memanfaat fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

B. Konsep Penyakit Hipertensi


1. Definisi
World Health Organization (WHO) dan The International Society of
Hypertension (ISH) menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika
tekanan darah (TD) sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini merupakan hasil rerata minimal dua kali
pengukuran setelah melakukan dua kali atau lebih kontak dengan petugas
(Yasmara, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini

6
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
satu periode, hal ini terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi.Kontriksi arteriole
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding
arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut akan menimbulkan kerusakan janntung dan pembuluh darah.
(Udjianti, 2013).

2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi
sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan
diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara
riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita
penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh
utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang
dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,
kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan
darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering
terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.

7
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik Diastolik
mmHg mmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(HipertensiRingan) mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(HipertensiSedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(HipertensiBerat) mmHg mmHg
Stadium 4 201 120
(HipertensiSangatBeratatauMaligna) mmHg mmHg
ataulebih ataulebih
Sumber : Heniwati, 2008
3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer (Reni, 2010). Penyebab terjadinya hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu yang dapat dirubah dan tidak dapat
dirubah. Factor yang tidak dapat dirubah diantaranya factor usia, jenis
kelamin, dan riwayat penyakit keluarga (Pratiwi, 2013). Dan untuk factor
yang dapat dirubah yaitu factor gaya hidup diantaranya kebiasaan merokok,
konsumsi garam berlebih, konsumsi lemak jenuh, dan obesitas, kurang
aktivitas fisik (Kartikasari, 2012).
4. Tanda dan Gejala

8
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging

Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-


tahun berupa:

a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intracranial
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Gejala lain yang yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006 dalam Reni, 2010).

5. Komplikasi
Menurut Nugraha (2016) beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh
hipertensi antara lain:
a. Retinopati Hipertensif
Retinopati merupakan kondisi rusaknya retina yang disebabkan oleh
tingginya tekanan intraocular akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil retina
sehingga menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah.
Penebalan tersebut menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah
yang berdampak pada penurunan aliran darah yang melaluinya.

9
Akibatnya adalah suplai darah ke retina berkurang sehingga terjadi
kerusakan di berbagai area retina tersebut. Gejala yang dapat dirasakan
oleh penderita adalah penglihatan ganda, penurunan daya lihat, nyeri
kepala, hingga kebutaan.
b. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita hipertensi ini adalah
penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensif. Penyakit
jantung koroner terkait dengan berbagai gejala yang muncul akibat
terganggunya suplai darah ke otot jantung sehingga menimbulkan
kerusakan, mulai dari iskemia, cedera hingga kematian otot jantung
tersebut.
c. Hipertensi Serebrovaskular (Stroke)
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling penting penyakit
stroke baik karena perdarahan maupun emboli. Risiko stroke akan
semakin bertambah dengan semakin tingginya tekanan darah. Tingginya
regangan pada dinding pembuh darah akan menyebabkan luka
mikroskopik yang dapat menjadi pemicu terbentuknya thrombus pada
area tersebut. Thrombus yang terbentuk menyebabkan penyempitan pada
lumen pembuluh darah sehingga bisa menurunkan aliran darah serebral.
Demikian pula ketika thrombus terlepas dan ikut bersama aliran darah,
maka ia akan menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah dengan
diameter yang lebih kecil. Penurunan aliran darah ini akan menyebabkan
iskemia hingga kematian sel-sel otak. Kondisi seperti ini dikenal dengan
stroke non-hemoragik.
d. Ensefalopati (Kerusakan Otak)
Hipertensi merupakan sindrom yang ditandai oleh perubahan neurologis
secara mendadak akibat peningkatan tekanan darah arteri. Sindrom
tersebut akan hilang jika tekanan darah dapat diturunkan kembali. Gejala
yang sering muncul biasanya nyeri kepala hebat, bingung, lamban,
muntah, mual, dan gangguan penglihatan. Gejala ini umumnya
bertambah berat dalam waktu 12-48 jam, pasien dapat mengalami kejang,

10
penurunan kesadaran, hingga kebutaan. Kondisi ini sering terjadi pada
hipertensi maligna yang mengalami peningkatan tekanan darah secara
cepat.

6. Pencegahan Hipertensi
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya
diperlukan disiplin dan kepatuhan dalam menjalani terapi hipertensi atau pola
hidup yang sehat, sabar, dan ikhlas dalam mengendalikan perasaan dan
keinginan atau ambisi. Disamping itu berusaha untuk memperoleh kemajuan,
selalu sadar atau mawas diri untuk ikhlas menerima kegagalan atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar
penyakitnya tidak menjadi lebih parah, tentunya harus disertai obat-obatan
yang ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi,
harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Presure),
antara lain dengan cara sebagai berikut (Gunawan, 2006).
a. Mengurangi Konsumsi Garam
Pembatasan mengkonsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram
garam dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari Kegemukan
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan normal
atau tidak. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih dari 10%
dari berat badan normal.
c. Membatasi Konsumsi Lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan, jika
endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat
kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Kadar
kolesterol normal dalam darah dibatasi maksimal 200 mg – 250 mg per
100 cc serum darah. Untuk menjaga agar kadar kolesterol darah tidak

11
bertambah tinggi. Himpunan Ahli Jantung Amerika AHA menganjurkan
agar konsumsi kolesterol dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg
setiap hari.
d. Makan Banyak Buah dan Sayuran Segar
Buah dan sayuran segar megandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
e. Tidak Merokok dan Tidak Minum Alkohol
Nikotin yang ada di dalam rokok dapat mempengaruhi seseorang, bisa
melalui pembentukan plak aterosklerosis, efek langsung nikotin terhadap
pelepasan hormone epinephrine dan norepinephrine, ataupun melalui
efek CO dalam peningkatan sel darah merah.
f. Latihan Relaksasi atau Meditasi
Relaksasi dan meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan
jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan
otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan
menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan
musik, atau bernyanyi.
g. Berusaha dan Membina Hidup yang Positif
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan
atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress
(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar
sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit
kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar
terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina
hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif
adalah sebagai berikut : a) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan
masalah
b) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu untuk kegiatan santai
sekaligus belajar mengalah, belajar berdamai.
7. Penatalaksanaan

12
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Pengobatan standart yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Commite on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretic,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita. Bila tekanan darah tidak dapat
di control selama satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis
maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat
pertama dengan obat golongan yang lain. Sasaran penurun tekanan darah
adalah kurang dari 140/90 mmHg dengan efek samping minimal.
Penurunan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan
yang sudah terkontrol dengan baik selama satu tahun (Gunawan, 2006).
Jenis obat anti-hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak volume air kencing,
mempertinggi pengeluaran garan (NaCl).
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah.
3) Beta-blocker
Diduga kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian,
tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya naik.
4) Vasodilator
Obat Vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriole
sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dari tekanan darah
menurun.
5) Antagonis Kalsium

13
Mekanisme obat Antagonis Kalsium adalah menghambat pemasukan
ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek
vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.
6) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan
menghambat Angiostensin Coverting Enziyme yang berdaya
vasokontriksi kuat.
b. Non Farmakologis
1) Terapi Diet
Terapi diet ini dikenal dengan istilah DASH (Dietary Approaches to
Stop Hipertension). Pengobatan ini pada umumnya mengubah pola
makan dan gaya hidupnya. Mungkin merasakan sebagian perbahan
terasa lebih berat dibandingkan terapi dengan yang lainnya(Sotomo,
2006). Macam Diet dan Indikasi Pemberian : Diet rendah garam
diberikan kepada penderita dengan oedema atau hipertensi
sebagaimana terdapat pada penyakit decompensasi cordis, chirosis
hepatis, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan
hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai
dengan keadaan penyakit, dapat diberikan berbagai tingkat diet
rendah garam (Gunawan, 2006).
a. Diet Rendah Garam I (200 mg – 400 mg Na)
Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur. Bahan
makanan tinggi garam dihindarkan. Makanan ini diberikan
kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi
berat. Meskipun melakukan diet rendah garam, dalam
mengkonsumsi makanan harus diperhatikan ukuran/tekanan
darah dan nilai gizi makan yang dikonsumsi.
b. Diet Rendah Garam II (600 mg – 800 mg Na)
Pemberian dalam pemasakan diperbolehkan menggunakan 0,25
sdt garam dapur (1 gr), bahan makanan tinggi Natrium

14
dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita oedema,
ascietas, dan hipertensi tidak terlalu berat.
c. Diet Rendah Garam III (1000 mg – 1200 mg Na)
Pemberian dalam pemasakan diperbolehkan menggunakan 0,5
sdt (2 gr) garam dapur. Makanan ini diperbolehkan kepada
penderita dengan oedema atau penderita hipertensi ringan.
2) Terapi olahraga
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan olah raga berhubungan
erat dengan penurunan tekanan darah. Mekanismenya tidak
seluruhnya jelas, tetapi kemungkinan berkaitan dengan perubahan
pola makan yang sering dilakukan pada saat berolahraga secara
teratur.
Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah tinggi
adalah olahraga aerobic dengan intensitas sedang (70-80%).
Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu, dengan lama latihan 30-60
menit sekali latihan. Olahraga seperti jalan kaki atau jogging yang
dilakukan selama 16 minggu akan mengurangi kadar hormone
norepineprin (noradrenalin) dalam tubuh yakni zat yang dikeluarkan
system saraf yang dapat menaikkan tekanan darah (Wolf, 2008).

C. Asuhan Keperawatan Dengan Hipertensi


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
1. Pengkajian

15
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :


a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.

16
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta
pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkansikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam

17
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan
dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5
bulan.
2. Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang
dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

18
2. Diagnosa Keperawatan
a. Tipologi Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga yang muncul dapat bersifat actual, resiko
dan sejahtera dengan penjabaran sebagai berikut :
1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu
dengan ciri dari pengkajian tanda dan gejala dari gangguan kesehatan,
seperti : nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Resiko (Ancaman Kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang tetapi belum terjadi gangguan,
misalnya lingkungan rumah kurang bersih, stimulasi tumbuh kembang
yang tidak adekuat seperti : resiko cidera berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah.
3) Wellness (Keadaan Sejahtera)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Khusus untuk diagnose
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi
(ADP, 2013).
3. Komponen Diagnosis Keperawatan Keluarga
a. Problem/Masalah
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat
diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya tidan terjadi. Masalah keperawatan yang
diangkat merujuk pada NANDA.
b. Etiologi
Etiologi untuk diagnosis keperawatan keluarga adalah salah satu dari
lima tugas keluarga yang paling dominan menyebabkan masalah

19
keperawatan tersebut. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah
kemampuan mengenal masalah kesehatan, kemampuan mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, kemampuan merawat
anggota keluarga yang sakit, kemampuan memodifikasi lingkungan
untuk keluarga agar tetap sehat, kemampuan memanfaatkan sarana
kesehatan yang tersedia di lingkungan
c. Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 2.1 Penentuan Prioritas masalah

NO Kriteria Skor Bobo


t
1 Sifat Masalah
a) Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
b) Ancaman Sejahtera 2 1
c) Keadaan Sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


a) Mudah 2
b) Sebagian 1 2
c) Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah


a) Tinggi 3
b) Sedang 2 1
c) Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
a) Masalah berat, harus segera ditangani 2
b) Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1 1
ditangani
0
c) Masalah tidak dirasakan
Skoring :
Skor
X Bobot
Angka Tertinggi

Catatan : skor dihitung bersama dengan keluarga

Nilai bobot diatas (1 – 2 – 1 – 1) merupakan sebuah


ketetapan, jadi tidak bisa diganti dengan angka 3, 4 ataupun
angka lainnya. Skoring maksimal adalah 5 (bobot maksimal =

20
1+2+1+1 = 5)

(1) Kriteria 1

Sifat masalah : bobot yang lebih berat diberikan pada


tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan
segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
(2) Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu
memperhatikan terjangkaunya factor-faktor sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan
tenaga.
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.
(3) Kriteria 3

Potensi masalah dapat dicegah, factor-faktor yang perlu


diperhatikan :

a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit


atau masalah.

b. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu


masalah itu ada.

c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan


yang tepat dalam memperbaiki masalah.

d. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka


menambah potensi untuk mencegah masalah.
(4) Kriteria 4

21
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai
skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga (ADP, 2013).

4. Intervensi
Intervensi adalah suatu proses merumuskan tujuan yang diharapkan sesuai
prioritas masalah keperawatan keluarga, memilih strategi keperawatan yang
tepat, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai
dengan kebutuhan klien. Perawat perlu menyeleksi sumber-sumber dalam
keluarga yang dapat dimanfaatkan, serta memprioritaskannya(Sudiharto,
2007).
a. Penetapan tujuan (ADP, 2013)
1) Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah pada
kemandirian klien (mengatasi problem NANDA). Tujuan umum ini
lebih mengarah kepada kemandirian klien dan keluarga sebagai
sasaran asuhan keperawatan keluarga. Dalam maslaah ini setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali tatap muka diharapkan
klien menjadi patuh dalam melakukan terapi diet hipertensi
2) Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupannya
(mengatasi 5 tugas kesehatan keluarga).

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
atau intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk
dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah

22
kesehatan, mengambil keputusan yang tepat terkait dengan persoalan
kesehatan yang dihadapi, merawat anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota
keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehapan terdekat
(Sudiharto, 2007).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standart yang telah di tetapkan untuk
melihat keberhasilannya(Suprajitno, 2004). Evaluasi keperawatan keluarga
adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarganya(Sudiharto, 2007

23
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA Tn. S KHUSUSNYA Ny. S

DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DEWASA DI


SRAGEN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. S
2. Alamat : Sidoharjo
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Pendidikan : SLTA
5. Komposisi keluarga : 3 Orang

Imunisasi
Nama Hubungan
Jenis (BCG, DPT,
No Anggota Dengan Umur Pendidikan KET
Kelamin POLIO,
Keluarga Keluarga
CAMPAK)
1. Tn. S L Suami 49 th SLTA Lengkap
2. Ny. S P Istri 52 th SLTA Lengkap
3. Sdr. H L Anak 23 th SLTA Lengkap
4. Nn. R P Anak 19 th SLTA Lengkap

25
6. Genogram

Ny. S Tn. S

Tn. H Nn. R

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

7. Tipe keluarga
Tipe pada keluarga Ny. S adalah tipe nuclear family atau keluarga inti
yaitu didalam keluarga terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anak
kandung.
8. Suku dan Bangsa
Keluarga Ny. S berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa
sehari-hari yang digunakan bahasa Jawa.

26
9. Agama
Ny. S dan keluarga beragama islam dan setiap hari menjalankan
ibadah sholat sehari 5 kali dirumah maupun dimasjid.
10. Status sosial ekonomi keluarga :
Ny. S mengatakan sumber pendapatan keluarga diperoleh dari bekerja
Tn. S menjadi sopir, dan Ny. S karyawan swasta untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
11. Aktifitas rekreasi keluarga
Ny. S mengatakan rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan
waktu dengan menonton televisi bersama dirumah, rekreasi diluar
rumah dilakukan maksimal 6 bulan sekali.

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ny. S merupakan tahap ke 6 dengan
keluarga anak usia dewasa.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ditemukan tahap perkembangan yang terpenuhi. Ny. S dan Tn. S
sudah melakukan tugasnya dengan baik dengan memberi perhatian
lebih dan bersama-sama mendiskusikan mengenai kuliah dengan
kedua anaknya, serta memberi kebebasan dalam batas tanggung jawab
dan hal yang paling penting mengkomunikasikannya dengan
komunikasi dua arah.
3. Riwayat keluarga inti
a. Tn. S sebagai kepala keluarga mengatakan jarang sakit dan tidak
mempunyai masalah kesehatan.
b. Ny. S mengatakan mempunyai penyakit hipertensi ketika kambuh
datang ke puskesmas. akhir-akhir 1 bulan ini Ny. S mengatakan
mempunyai masalah istirahat dan tidur dikarenakan banyak beban
pikiran.

27
Saat pengkajian :
TD : 140/95 mmHg RR : 20x/m
N : 84 x/m BB : 68 kg
TB : 156 cm
c. Tn. H jarang sakit dan tidak mempunyai masalah dengan istirahat,
makan, maupun kebutuhan dasar lainnya.
d. Nn. R jarang sakit dan tidak mempunyai masalah kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. S mengatakan ibunya mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan
sekarang menderita penyakit stroke dan untuk riwayat orang tua dari
Tn. S tidak ada riwayat penyakit apapun.

C. Data Lingkungan
1. Karateristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang
baik, dan memiliki sistem penerangan ruangan yang baik.
2. Denah rumah

D E U

B C

J I H

28
Keterangan :

A = Teras

B = Ruang Tamu

C = Ruang Keluarga

D, E, G = Kamar Tidur

F = Tempat Ibadah

H = Kamar Mandi

I = Dapur

J = Garansi

K = Halaman

Karateristik rumah
Rumah yang dimilki saat ini berbentuk rumah adat jawa dengan luas
12 m x 18 m, memiliki 3 tempat tidur, 1 ruang tamu, 1 tempat
keluarga, 1 tempat ibadah, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 garansi,
memiliki 11 ventilasi, memiliki 9 pintu untuk akses keluar masuk
rumah ada 2 depan garasi dan depan teras. semua fasilitas digunakan
dengan baik dan menjaga kebersihan satu sama lain. Keadaan
lingkungan sekitar rumah bersih dan tertata rapi terdapat pohon dan
tanaman dirawat dengan sebaik mungkin.
3. Karateristik tetangga dan komunitas RW
Lingkungan tempat tinggal yang ditempati Ny. S layak untuk
ditinggali. Banguanan rumah satu dengan yang lainnya saling
berdekatan. Hubungan antar tetangga saling membantu, apabila ada
tetangga yang membangun rumah dikerjakan saling gotong royong.
4. Mobilitas geografis keluarga
Sebagai penduduk kota Sragen, Ny. S tidak pernah transmigrasi
maupun imigrasi.

29
5. Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat
Ny. S mengatakan ikut aktif dalam organisasi PKK, pengajian rutin
setiap seminggu sekali dan arisan-arisan dikampungnya. Tn. S juga
aktif dalam perkumpulan RT, RW, pengajian yang diselenggarakan
setiap seminggu sekali dan ikut serta dalam arisan bapak-bapak.
6. Sistem pendukung keluarga
Ny. S mengatakan jika ada masalah mendiskusikannya dengan
kelurga inti dengan komunikasi terbuka satu sama lain. Ny. S
mengatakan selalu mendapatkan dukungan dari suami, maupun anak-
anaknya dalam menjaga kesehatan dan apabila salah satu anggota
keluarga yang sakit segera datang ke klinik ataupun RS terdekat.

D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain dan dalam keluarga
bebas menyatakan pendapat tetapi pengambil keputusan adalah Tn. S
sebagai kepala keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Ny. S saling menghargai satu sama lain, saling membantu
serta mendukung. Ny. S dan Tn. S mampu merawat diri sendiri dan
memebuhi kebutuhan sehari-hari. Apabila ada masalah Ny. S selalu
diskusi dengan suaminya dan juga minta nasehat kepada saudara-
saudaranya.
3. Struktur peran (formal & informal)
Formal :
Tn. S sebagai kepala keluarga, Ny. S sebagai istri, Sdr. H sebagai anak
dan Nn. R sebagai anak.
Informal :
Ny. S dibantu suami dalam mencari nafkah.
Sdr. H dan Nn. R tugas utamanya belajar.

30
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian
pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa setiap sakit
ada obatnya, apabila ada keluarga yang sakit dibawa ke RS atau klinik
terdekat.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif keluarga ini sudah terpenuhi Tn. S dan Ny. S saling
mengasihi, menerima, mendukung, menghargai antar anggota
keluarga.
2. Fungsi sosial
Ny. S mengatakan keluarga berhubungan baik dengan masyarkat
setiap hari berbincang-bincang disekitar.
3. Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ny. S mengatakan tidak memahami masalah kesehatan yang
dideritanya tentang penyakit hipertensi dan belum paham tentang
diet yang dianjurkan dan makanan yang dilarang serta perawatan
lainnya. Ny. S mengatakan keinginan untuk merubah masalah
hipertensi dan pencegahannya dan ingin cepat sembuh dari
penyakit hipertensinya.
b. Kemampuan keluarga dalam memutuskan tindakan yang tepat
Tn. S mengatakan jika istrinya kambuh dari penyakit hipertensinya
langsung memberikan obat yang diberikan dari puskesmas, jika
tidak kunjung membaik pihak keluarga segera membawanya ke
fasilitas kesehatan terdekat baik klinik maupun puskesmas.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Keluarga akan memeriksakan kondisi anggota keluarga yang sakit
dengan membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat yaitu klinik
maupun puskesmas.

31
d. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan
Ny. S mengatakan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar
dan apabila ada kaleng-kaleng yang tebuka segera menutupnya,
dan jika ada sampah segera disapu.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Fasilitas yang digunakan dalam keluarga Ny. S apabila ada anggota
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau klinik terdekat.
4. Fungsi reproduksi
Ny. S mengatakan mempunyai 2 orang anak. Anak pertama laki-laki
dan anak keduanya perempuan yang sudah berumur 19 tahun.
5. Fungsi ekonomi
Ny. S mengatakan penghasilan dari Ny. S dan Tn. S cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mempunyai tabungan yang bisa
digunakan kapan saja.

F. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stres jangka panjang dan pendek
Ny. S mengatakan bahwa ketika dirinya dan keluarga memiliki
masalah selalu di musyawarahkan sehingga tidak terlalu menjadi
fikiran namun jika dirinya stres akan diatasi dengan cara berjalan-
jalan dan mengaji.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Ny. S mengatakan selalu berobat jika merasa sakit, dan apabila ada
suatu masalah keluarga Ny. S selalu bersmusyawarah untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
3. Stategi kopping yang digunakan
Ny. S mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam
keluarga sehingga masukan keluarga dapat membantu
menyelesaikan masalahnya.

32
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak pernah terdapat perselisihan anggota keluarga dalam
pengambilan keputusan.

G. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan
No Tn. S Ny. S Tn. H Nn. R
Fisik
1. Kepala Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut hitam,
bersih, uban bersih, uban bersih, uban (+), bersih, uban (-),
(+), rontok (-) (+), rontok (+) rontok (-) rontok (+)
2. TTV TD : 125/85 TD : 140/95 TD : 120/90 TD : 115/90 mmHg
mmHg mmHg mmHg N : 90 x/m
N : 82 x/m N : 95 x/m N : 89 x/m S : 36,5 ˚C
S : 36,5 ˚C S : 36,5 ˚C S : 36,5 ˚C RR : 22x/m
RR : 22x/m RR : 20x/m RR : 21x/m

3. Mata Anemis (-) Anemis (-) Anemis (-) Anemis (-)


4. Hidung Sekret (-) Sekret (-) Sekret (-) Sekret (-)
Epitaksis (-) Epitaksis (-) Epitaksis (-) Epitaksis (-)
5. Mulut Mukosa Mukosa Mukosa lembab Mukosa lembab
lembab lembab
6. Leher Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar tyroid, kelenjar tyroid,
tyroid, limfe tyroid, limfe limfe (-) limfe (-)
(-) (-)
7. Dada Simetris, suara Simetris, suara Simetris, suara Simetris, suara
sonor, suara sonor, suara sonor, suara sonor, suara napas
napas napas napas vesikuler vesikuler
vesikuler vesikuler
8. Abdomen Simetris, suara Simetris, suara Simetris, suara Simetris, suara
tympani, nyeri tympani, nyeri tympani, nyeri tympani, nyeri
tekan (-) tekan (-) tekan (-) tekan (-)
9. Ekstermitas Oedema (-), Oedema (-), Oedema (-), Oedema (-), masih
masih dapat masih dapat masih dapat dapat gerak aktif
gerak aktif gerak aktif gerak aktif
10 Integumen Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit elastis,
elastis, nyeri elastis, nyeri elastis, nyeri nyeri tekan (-)
. tekan (-) tekan (-) tekan (-)

H. Harapan Keluarga
Harapan yang diinginkan keluarga Ny. S adalah dapat sembuh dan
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik.

33
I. Analisa Data

No Hari/ tanggal Data Fokus Etiologi Masalah


1. Senin, 04 Mei DS : Ketidakefektif kesulitan
2020 - Ny. S mengatakan tidak memahi an manajemen mengatasi
penyakit hipertensi. kesehatan komplesitas
- Ny. S mengatakan belum paham (00078) regimen
makanan yang dianjurkan dan terapeutik
makanan yang dilarang untuk
penyakit hipertensi.

DO :
- Ny. S tampak sedih
- Ny. S tampak melamun
- Ny. S tampak pucat
- RR 23x/m

2. Senin, 04 Mei DS : Kesiapan meningkatkan


2020 - Ny. S mengatakan keinginan untuk menigkatkan pengetahuan
merubah masalah hipertensi dan manajemen tentang penyakit
pencegahannya kesehatan hipertensi.
- Ny. S mengatakan ingin cepat (00169)
sembuh dari penyakit hipertensinya.

DO :
- Ny. S terlihat aktif dalam mengikuti
berbagai penyuluhan dari puskesma-
Ny. S tampak aktif dalam kegiatan
tentang kesehatan untuk menambah
pengetahuan.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078) b.d kesulitan
mengatasi komplesitas regimen terapeutik
2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (00162) b.d
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.

34
K. Skoring/Prioritas Diagnosa Keperawatan
Diagnosa I

No Kriteria Skala Bobot Skoring Keterangan


1. Sifat masalah : Ny. S mengatakan
Tidak/kurang sehat 3 ketika banyak pikiran
Ancaman 2 1 3/3x1 = dan susah tidur
Krisis 1 1 tekanan darahnya
langsung meningkat.

2. Kemungkinan masalah Ny. S mengatakan


untuk diubah : minum obat jika
Mudah 2 1 3/3x1 = tekanan darahnya
Sebagian 1 1 tinggi
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk Ny. S mengatakan
dicegah : selalu makan sayuran
Tinggi 3 1 3/3x1=1 hijau dan buat bit
Cukup 2 merah.
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah : Tekanan Ny. S saat
Masalah berat perlu segera 2 ini 140/85 mmHg
ditangani 1 2/2x1=1
Ada masalah tetapi tidak 1
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 4

Diagnosa II
No Kriteria Skala Bobot Skoring Keterangan
1. Sifat masalah : Ny. S dan keluarga mengatakan
Tidak?kurang sehat 3 1 3/3x1=1 sudah tahu tentang penyakit
Ancaman 2 hipertensi namun tidak begitu
Krisis 1 paham diit yang dianjurkan dan
perawatannya.
2. Kemungkinan masalah Ny. S mengatakan selama ini
untuk diubah : hanya minum obat dari
Mudah 2 2 2/2x1=1 puskesmas yang diberikan
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk Ny. S mengatakan rutin minum
dicegah : 3 obat dari puskesmas
Tinggi 2 1 3/3x1=1
Cukup 1
Rendah
4. Menonjolnya masalah : Tekanan Ny. S saat ini 140/85
Masalah berat perlu 2 mmHg

35
segera ditangani 1 2/2x1=1
Ada masalah tetapi tidak 1
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 4

No DIAGNOSA TUJUAN TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN UMUM KHUSUS
KELUARGA
1. Ketidakefektifan setelah dilakukan Setelah Pengajaran : Proses Penyakit
manajemen tindakan dilakukan (5602)
kesehatan (00078) keperawatan tindakan 1. Review pengetahuan pasien
b.d kesulitan selama 3 x 24 jam keperawatan mengenai kondisinya
mengatasi Ny. S dapat selama 3 hari Ny. 2. Jelaskan tanda dan gejala
komplesitas meningkatkan S dapat umum dari penyakit sesuai
regimen terapeutik ketidakefektifan mengetahui kebutuhan
manajemen tentang penyakit 3. Edukasi pasien mengenai
kesehatan (00078) hipertensi dari tindakan untuk mengontrol
b.d kesulitan berbagai gejala atau meminimalkan gejala
mengatasi sampai 4. Perkuat informasi yang
komplesitas pencegahan yang diberikan dengan anggota tim
regimen terapeutik terjadi. kesehatan lain, sesuai
kebutuhan
2. Kesiapan setelah dilakukan Setelah Pengajaran Peresepan Diit (5614)
meningkatkan tindakan dilakukan 1. Informasikan jenis-jenis
manajemen keperawatan tindakan makanan yang disarankan

36
kesehatan (00162) selama 3 x 24 jam keperawatan untuk diet hipertensi
b.d meningkatkan Ny. S dapat selama 3 hari Ny. 2. Informasikan jenis-jenis
pengetahuan tentang Kesiapan S dapat : makanan yang harus dihindari
penyakit hipertensi. meningkatkan 1. mengetahui penderita hipertensi
manajemen tentang diit 3. Pantau pemilihan makanan
kesehatan (00162) makanan yang yang dikonsumsi
b.d meningkatkan dianjurkan untuk
pengetahuan penyakit Pengajaran Peresepan Latihan
tentang penyakit hipertensi (5612)
hipertensi. 2. dapat 1. Terapi yang digunakan untuk
melakukan penurunan hipertensi
latihan terapi 2. Informasikan manfaat
relaksasi otot relaksasi otot progresif
progresif 3. Ajarkan teknik relaksasi otot
3.dapat progresif
mengetahui obat- Pengajaran Peresepan Obat-
obat sesuai Obatan (5616)
indikasi dan rute- 1. Tinjau pengetahuan pasien
rutenya. tentang obat hipertensi yang
biasa dikonsumsi
2. Jelaskan tujuan dan kerja obat
antihipertensi yang
dikonsumsi
3. Jelaskan dosis, rute, dan
durasi dari obat
4. Informasikan konsekuensi jika
tidak mengkonsumsi obat-
obatan tersebut

37
Implementasi

NO TUJUAN
EVALUASI
TANGGAL DX KHUSUS IMPLEMENTASI PARAF
FORMATIF
KEP. (TUK)
Senin, 04 Mei 1. Ny. S dan Review pengetahuan S : Ny. S mengatakan
2020 keluarga mampu pasien mengenai kondisi saya sudah
15.00 Wib mengetahui kondisinya lebih baik.
kondisi O : Ny.S tampak
hipertensi tenang

15.30 Wib 1. Ny. S dan Menjelaskan tanda dan S : Ny. S mengatakan


kelaurga mampu gejala umum dari benar-benar memahi
mengetahui penyakit hipertensi tanda dan gelaja
tanda dan gejala hipertensi
umum pada O : Ny. S tampak
hipertensi paham setelah
diberikan pendidikan
kesehatan
16.15 Wib 1. Ny. S dan Memberikan edukasi S : Ny. S mengatakan
keluarga mampu terkait tindakan untuk memahi untuk
mengetahui mengontrol atau tindakan yang
tindakan untuk meminimalkan gejala dilakukan mengontrol
mengontrol hipertensi atau meminimalkan
gejala hipertensi gejala hipertensi
setelah diberikan
pendidikan kesehatan
O : Ny. S tampak rasa
ingin tahunya tinggi
16.40 Wib 2. Ny. S dan Melakukan terapi S : Ny. S mengatakan
keluarga mampu relaksasi otot progresif bersedia diajarkan
mengetahui terapi relaksasi otot
terapi relaksasi progresif
otot progresif O : Ny. S tampak
benar-benar
mendalaminya.
Selasa, 05 Mei 2. Ny. S dan Menginformasikan S : Ny. S mengatakan
2020 keluarga mampu jenis-jenis makanan makanan yang harus
10.00 Wib mengetahui yang harus dihindari dihindari penyakit
jenis makanan penderita penyakit hipertensi adalah
yang harus hipertensi makanan yang banyak
dihindari mengandung garam
O : Ny. S tampak
antusias dalam
menjelaskan

38
10.45 Wib 2. Ny. S dan Menginformasikan S : Ny. S mengatakan
keluarga mampu jenis-jenis makan yang selalu menghindari
mengetahui disarankan untuk diit masakan yang
jenis makanan hipertensi mengandung garam.
yang disarankan O : Ny. S tampak
memahami makanan
yang disarankan
11.10 Wib 2. Ny. S dan Melakukan terapi S : Ny. S mengatakan
keluarga mampu relaksasi otot progresif bersedia berlatih
mengetahui kurang lebih selama 15
relaksasi otot menit.
progesif O:
11.30 Wib 2. Ny. S dan Menginformasikan S : Ny. S mengatakan
keluarga mampu manfaat relaksasi otot belum tahu manfaat
mengetahui progresif teknik relaksasi otot
manfaat otot progresif
progresif O : Ny. S tampak rasa
ingin tahunya tinggi
Rabu, 06 Mei Ny. S dan meninjau pengetahuan S : Ny. S mengatakan
2020 keluarga mampu pasien tentang obat saya minum obat dari
15.00 wib mengetahui hipertensi yang biasa puskesmas
tentang obat dikonsumsi O:
hipertensi
15.30 Wib 2. Ny. S dan Menjelaskan dosis, S : Ny. S mengatakan
keluarga mampu rute, dan durasi dari sudah paham tentang
mengetahui obat penjelasan yang
dosis, rute dan diberikan
durasi obat O:
16.00 Wib 2. Ny. S dan Melakukan terapi S : Ny. S mengatakan
keluarga mampu relaksasi otot progresif sudah melakukan
mengetahui terapi otot progresif
relaksasi otot pada pagi tadi.
progresif O:

Evaluasi

NO DX
TANGGAL EVALUASI SUMATIF PARAF
KEP.
Senin, 04 Mei 1. S : Ny. S mengatakan sudah mengetahui tetang penyakit
2020 yang dideritanya yaitu hipertensi
O : Ny. S mampu menjelaskan tanda dan gejala umum dari
penyakit sesuai kebutuhan
A : masalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan
(00078) belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit hipertensi
secara rinci.
2. S : Ny. S dan keluarga mengerti setelah diberikan pendidikan

39
kesehatan.
O : TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/m
S : 36˚ C
N : 98 x/m
A : masalah Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
(00162) belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-informasikan diiet yang dianjurkan untuk penyakit
hipertensi
- ajarkan teknik relaksasi otot progresif
Selasa, 05 Mei 1. S : Ny. S mengatakan masih ingat apa yang diberitahukan
2020 sebelumnya.
O : Ny. S mampu mengulangi apa yang dianjarkan
sebelumnya
A : masalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan
(00078) belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-berikan edukasi terkait mengontrol atau meminimalkan
kejadian hipertensi
2. S : ny. S mengatakan sedikit mahir untuk melakukan
relaksasi otot progresif
O : Ny. S tampak semangat
A : masalah Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
(00162) kesehatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-informasikan manfaat relaksasi otot progresif pada penderita
hipertensi
Rabu, 06 Mei 1. S : Ny. S mengatakan sudah paham dan mengerti mengenai
2020 penyakit hipertensi
O : Ny. S mampu menyebutkan dari pengertian sampai
pencegahan hipertensi
A : masalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan
(00078) teratasi
P : hentikan intervensi
2. S : Ny. S mengatakan sudah memahami teknik relaksasi otot
progresif dan manfaatnya
O : Ny. S tampak rileks
A : masalah Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
(00162) teratasi
P : hentikan intervensi

40
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).
karateristik keluarga sebagi berikut : terdiri dari dua orang /lebih
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, saling
berinteraksi satu sama lain baik yang hidup bersama dalam satu atap
ataupun terpisah dan memiliki peran sosial : suami, istri, anak, kakak, dan
adik.
Diagnosa dari asuhan keperawatan pada Ny. S adalah
Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d Kurang pengetahuan tentang
program terapeutik dan Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan b.d
Mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap faktor
resiko. Intervensi yang dilakukan adalah latihhan relaksasi otot progresif
yang mampu menurunkan tekanan darah.
B. Saran
1. Keluarga
Diharapkan keluarga dapat menerapkan pendidikan kesehatan yang
telah diberikan antara lain senam hipertensi secara teratur.
2. Puskesmas

41
Diharapkan pihak puskesmas dapat menindaklanjuti asuhan
keperawatan yang diberikan dan diintegrasikan dengan program
kunjungan rumah (home care) atau Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).

DAFTAR PUSTAKA

ADP, S. G. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV Trans Info


Media

Prasetyorini, H. &. (2012). Stress Pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi


Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Stikes, 61.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam


Praktik.Jakarta: EGC.

Wolf, H. (2008). Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak
Dini. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Triyanto, Endang. (2014).Pelayanan Keperawatan Bagi


Penderita Hipertensi SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of
reise blood pressure or contain the according to national circumstances

Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia

42
Lampiran :

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI UPT
PSLU MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO

A. Manfaat terapi relaksasi otot progresif :


1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolisme.
2. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen.
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokuskan perhatian serta relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan.
B. Kontrakindikasi terapi relaksasi otot progresif
Kontraindikasi dari latihan ini yaitu ketidaknyamanan musculoskeletal
(cidera akut serta penyakit jantung akut ataupun kronik) (Mashudi, 2015)
C. Alat
Sphygmomanometer.
D. Pelaksanaan latihan relaksasi otot progresif
Dalam pelaksanaan latihan teknik relaksasi progresif terdapat beberapa
tahap yaitu :
a. Tahap persiapan

43
Sebelum dimulai peneliti melakukan pengukuran tekanan darah
menggunakan Sphygmomanometer kemudian peneliti memposisikan tubuh
pasien secara nyaman mungkin pasien diinstruksikan untuk duduk semi
fowler dengan rileks, mata tertutup, melonggarkan pakaian disekitar leher
dan pinggang.

b. Tahap pelaksanaan
pada tahap ini responden melaksanakan latihan relaksasi otot progresif
dengan dibimbing peniliti sendiri.
c. Tahap penutup
Pada tahap ini peneliti melakukan pengukuran tekanan darah
menggunakan Sphygmomanometer kemudian pasien dianjurkan untuk
beristirahat setelah melakukan relaksasi otot progresif

 Tekanan darah sedang: 160-


normal: 120/80 179/100-109

Hipertensi adalah mmHg mmHg


tekanan darah sistolik  Tekanan darah  Tekanan darah
140 mmHg dan
tinggi tinggi
tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg. (Hipertensi) (Hipertensi)
ringan: 140- berat: 180-
PEMBAGIAN TEKANAN DARAH
159/90-99 mmHg 209/110-109
TINGGI (HIPERTENSI)
 Tekanan darah mmHg
tinggi  Tekanan darah
(Hipertensi) tinggi

44
(Hipertensi)  Serangan  Gangguan gerak
sangat berat: ≥ jantung/gagal
210/≥120 mmHg jantung
 Stroke
 Gagal ginjal

 Stress dan keseimbangan


 Merokok  Gangguan memori
 Penyakit lain  Kematian
(ginjal, syaraf)
 Keturunan PENANGANAN DAN

 Obesitas (berat PENCEGAHAN TEKANAN DARAH

bedan lebih) TINGGI (HIPERTENSI)

 Kurang aktifitas
fisik 1. Pengobatan dengan
 Mengkonsumsi obat-obatan
garam yang penurunan darah
berlebihan tinggi sesuai
anjuran dokter
TANDA DAN GEJALA
2. Merubah pola
hidup:
 Sakit kepala,  Berhenti
pusing merokok
 Rasa pegal pada  Mengurangi
tengkuk berat badan bagi
 Sukar tidur penderita yang
 Mata berkunang- gemuk
kunang  Menghindari
 Telinga berdenging konsumsi garam
berlebih
(mengurangi

45
makanan yang biskuit, kue asin, pindang
mengandung kering. dendeng, udang.
lemak dan  Daging, ikan,  Sayuran yang
garam) telur, susu diawetkan
 Menghindari  Kacang- dengan garam
makanan dan kacangan yang seperti: sayuran
minuman yang diolah tanpa kaleng, asinan
mengandung garam dapur  Durian dan
alkohol  Sayuran segar buah-buahan
 Istirahat yang dan sayuran yang diawetkan
cukup yang diawetkan dengan garam
 Mengurangi tanpa garam. dan soda.
stress: latihan  Semua buah-
meditasi
olah
dan
raga
buahan
dan
segar
diawetkan
TEKANAN
pemanasan
 Olah raga
tanpa garam dan
soda.
DARAH
teratur: aerobik,
jalan kaki,
 Minyak
margarin dan
TINGGI
bersepeda
berenang.
dan mentega
garam
tanpa
(HIPERTENSI)
MAKANAN YANG BOLEH MAKANAN YANG TIDAK
DIMAKAN BOLEH DIMAKAN

 Beras, kentang,  Roti biskuit dan


singkong, makanan yang
terigu, makanan dimasak dengan
yang diolah garam dapur
tanpa garam  Ikan asin, keju,
seperti mie, kormet, telur

46
tekanan 6. Mengatasi

Relaksasi darah

frekuensi
tinggi, insomnia,

depresi,

Otot jantung,

metabolisme.
laju kelelahan,

iritabilitas,

Progresif 2. Mengurangi
disritmia
spasme otot,

fobia ringan,
jantung, gagap ringan.
kebutuhan
Pengertian oksigen.
Langkah-Langkah
3. Meningkatkan Relaksasi Otot
Relaksasi otot gelombang Progresif

progresif adalah 1. Menggenggam


alfa otak yang
proses tangan sambil
terjadi ketika
menegangkan dan membuat suatu
klien sadar
mengendurkan kepalan.
dan tidak
bagian otot dalam Kepalan dibuat
memfokuskan
tubuh sesuai semakin kuat,
perhatian
urutan. sambil
serta relaks.
merasakan
4. Meningkatkan
Manfaat rasa
sensasi

ketegangan
kebugaran,
1. Menurunkan yang terjadi.
konsentrasi.
ketegangan Pada saat
5. Memperbaiki
otot, kepalan
kemampuan
kecemasan, dilepaskan
untuk
nyeri leher rasakan
mengatasi
dan punggung,
stress

47
rileksnya kedua kepalan

selama 10 detik ke pundak

2. Tekuk kedua sehingga otot-

lengan ke otot biceps

belakang pada akan menjadi

pergelangan tegang

tangan sehingga

otot-otot di

tangan bagian

belakang dan

lengan bawah

menegang, jari-

jari menghadap
4. Mengangkat
ke langit-langit
kedua bahu 5. Kengerutkan dahi

setinggi- dan alis sampai

tingginya seakan- otot-ototnya 

akan bahu akan terasa dan

dibawa hingga kulitnya keriput

menyentuh kedua 6. Tutup keras-

telinga. keras mata

sehingga dapat

dirasakan

ketegangan di
3. Genggam kedua sekitar mata dan
tangan sehingga otot-otot yang
menjadi kepalan mengendalikan
kemudian gerakan mata
membawa

48
7. Katupkan rahang, permukaan 12. Tarik nafas

diikuti dengan bantalan kursi panjang untuk

menggigit gigi- sedemikian rupa mengisi paru-


sehingga klien
gigi sehingga paru dengan
dapat merasakan
ketegangan di udara sebanyak-
ketegangan di
sekitar otot-otot bagian belakang banyaknya. Posisi

rahang leher dan ini ditahan

8. Bibir dimoncongk punggung atas. selama beberapa


10. Bawa kepala ke
an sekuat- saat, sambil
muka, kemudian
kuatnya sehingga merasakan
klien diminta
akan dirasakan ketegangan di
untuk
ketegangan di bagian dada
membenamkan
sekitar mulut. kemudian turun
dagu ke dadanya
ke perut.
11. Angkat tubuh

dari sandaran

kursi, kemudian

punggung

dilengkungkan,

lalu busungkan

dada sehingga

tampak seperti

pada gambar 6.

Kondisi tegang
9. Letakkan kepala
dipertahankan
sehingga dapat
beristirahat, selama 10 detik,
13. Tarik kuat-kuat
kemudian diminta kemudian rileks
perut ke dalam,
untuk menekankan
kepala pada kemudian

49
menahannya otot paha terasa

sampai perut tegang

menjadi kencang

dan keras.

Setelah 10 detik

dilepaskan bebas

14. Luruskan kedua

belah  telapak

kaki sehingga

50
54
55
56

Anda mungkin juga menyukai