Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN (VERTIGO) DI RUANG IGD

RST dr. ASMIR SALATIGA

Disusun Untuk Memenuhi Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing : Ns. Ainnur Rahmawati, M. Kep

Disusun Oleh :

Rika Desiana Lydia Sari

20101440118063

PROGRAM D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV /DIPONEGORO

SEMARANG

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Vertigo
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan
keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun
penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi
ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan.
Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit
dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang
mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering
tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009).
Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan
penderita sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba
semuanya serasa berputar atau bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan
ini sering disusul dengan muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi
tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-gejala
penyakit telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002). Vertigo juga dapat
terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang serius,
misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif. 2008)
2. Klasifikasi Vertigo
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok
:
a. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna;
tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara
serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini
dibedakan menjadi :
1) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah :
Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris,Sindrom Lermoyes,
Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan
gigi/odontogen.
2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah :
Serangan iskemisepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren
ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu
(trigger labyrinth).
3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini
adalah :Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional
paroksismal benigna.
b. Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa
(Cermin Dunia KedokteranNo. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan
menjadi:
1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,
labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik,
tumor serebelopontin.
2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel,
kelainan okuler,intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan
kardiovaskuler, kelainan endokrin.
3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo
servikalis.
c. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus,
labirintitis akuta,perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada
auditiva interna/arteriavestibulokoklearis.
2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularisanterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika,
sklerosis multipleks, hematobulbi,sumbatan arteria serebeli inferior
posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik
dan visual.
3. Etiologi
Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf
yang menghubungkan antara telinga dengan otak dan di dalam otak
sendiri. Vertigo juga berhubungan dengan kelainan lainnya, selain
kelainan pada telinga, saraf yang menghubungkan telinga dalam dengan
otak, serta di otak, misalnya kelainan penglihatan atau perubahan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba (Putri & Sidharta, 2016). Faktor yang
mempengaruhi vertigo dibagi menjadi :
a. Usia : usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural berupa
degenerasi dan atrofi pada sistem vestibular, visual dan
proprioseptif dengan akibat gangguan fungsional pada ketiga
sistem tersebut. Usia lanjut dengan gangguan keseimbangan
memiliki risiko jatuh 2-3 kali dibanding usia lanjut tanpa gangguan
keseimbangan. Tiap tahun berkisar antara 20-30% orang yang
berusia lebih dari 65 tahun sering lebih banyak berada di rumah
saja karena masalah mudah jatuh. (Laksmidewi et al., 2016).
b. Stress berat : Tekanan stres yang terlampau besar hingga
melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala
seperti sakit kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur. Salah
satu respons yang muncul dari akibat stres adalah gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur. (Fransisca, 2013)
c. Keadaan lingkungan : motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
d. Gaya hidup, Obat-obatan : alkohol, Gentamisin Kelainan sirkulasi :
transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
e. Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan bening
paroxysmal positional vertigo)
4. Manifestasi Klinik
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,
lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
a. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi
dan pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia),
gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk
hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian
menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat
adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat
melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab
vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler
berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak,
serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang
otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
b. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
1) Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala
misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil
barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik
kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
2) Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman
pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita
biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan
kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan
tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika
menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan
membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan pemeriksaan
elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat
penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang
diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit
akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar
penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan
timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2
atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis
pada setiap penderi penyakit meniere.
3) Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu.
a) Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering
dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan
muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini
berlangsung  beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering
penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali
dari gejala bila ia berbaring diam. Pada Neuronitis vestibular
fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya
disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika
pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit
ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau
minggu. Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG)
menunjukkan penyembuhan total pada beberapa penyakit
namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo
posisional benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo
mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar.
Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak
bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan
berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang
bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh
penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu
mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma.

N VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL


O (VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina Sukar menelan
3 menurun Kelumpuhan otot-otot
4 Jantung berdebar wajah Sakit kepala yang parah
5 Hilang keseimbangan Kesadaran terganggu
6 Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu berkata-kata
7 Perasaan seperti mabuk Hilangnya koordinasi
8 Otot terasa sakit Mual dan muntah-muntah
9 Mual dan muntah-muntah Tubuh terasa lemah
10 Memori dan daya pikir
11 menurun
Sensitif pada cahaya terang dan
Suara
Berkeringat
5. Patofisiologi
6. Pathway
7. Komplikasi
a. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak
mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.
8. Data penunjang
a. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap
yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih
b. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
c. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula
d. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
e. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300
ketelinga penderita
f. Elektronistagmografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan
cepatnya nistagmus yang timbul
Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system
visual, vestibular dan somatosensorik
9. Asuhan keperawatan

10. Aktivitas / Istirahat


a. Letih, lemah, malaise
b. Keterbatasan gerak
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
11. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi
b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
c. Pucat, wajah tampak kemerahan.
12. Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi
c. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
13. Makanan dan cairan
a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c. Penurunan berat badan
14. Neurosensoris
a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h. Penurunan refleks tendon dalam
i. Papiledema.
15. Nyeri/ kenyamanan
a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis.
b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c. Fokus menyempit
d. Fokus pada diri sendiri
e. Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
16. Keamanan
a. Riwayat alergi atau reaksi alergi
b. Demam (sakit kepala)
c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
17. Interaksi sosial
a. Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
18. Penyuluhan / pembelajaran
a. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
b. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi
oral/hormone, menopause.

Anda mungkin juga menyukai