Anda di halaman 1dari 62

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. H PADA GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL DIAGNOSA MEDIS ASAM URAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Indiviu Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Ns. Novita Wulan Sari, M.kep

DISUSUN OLEH :
FITRIANA NOOR SABRINA
( 20101440119048 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
TA 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang dikatakan
Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Undang-Undang No.13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila
telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun lebih.
Laju perkembangan penduduk lanjut usia di dunia termasuk Indonesia saat ini
menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi
penduduk lanjut usia. Besarnya jumlah penduduk Lansia menjadi beban jika Lansia
memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan secara
terus menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Badan Pusat Statistik, 2015).
Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia
terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia
di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa. Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di
Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya
akan mencapai 36 juta jiwa (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Sistem muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot dan kata
skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan otototot tubuh.
Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah myologi.
Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh, yang terdiri dari tulang dan sendi.
Ilmu yang mempelajari tentang skeletal atau osteo tubuh adalah osteologi. Muskulus
(muscle) otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik atau gerak sehingga dapat berkontraksi untuk

2
menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot
disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakkan
tulang. semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. otot
membentuk 40-50% berat badan, kira-kira sepertiganya merupakan protein tubuh dan
setengahnya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-
otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian kecil ada
yang melekat di bawah permukaan kulit. Gabungan otot berbentuk kumparan dan
terdiri dari 1) fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak.
fungsi fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat tambahan otot,
memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan menyediakan tempat peredaran
darah dan saraf; 2) ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang mengembung;
dan 3) tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan ikat
dan bersifat liat.
Sistem muskuloskeletal, semakin bertambahnya usia menyebabkan cairan
pada tulang akan menurun sehingga menyebabkan tulang mudah rapuh (osteoporosis),
bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot). Selanjutnya
perubahan pada genitourinaria dimana fungsi glomerulus dan tubulus ginjal menurun
sehingga menyebabkan kerusakan ginjal dan merupakan salah satu penyebab
terjadinya Gout Arthritis (Maryam, 2008).
Gout Arthritis adalah gangguan yang disebabkan akibat penimbunan asam urat
yaitu suatu produk akhir metabolisme purin, dalam jumlah lebih di jaringan. Gout
arthritis merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh penumpukan asam urat
yang menyababkan nyeri pada persendian (Doherty, 2009). Menurut Wijayakusuma
(2007) gout arthritis merupakan gangguan metabolik karena penumpukan asam urat
(uric acid) yang menumpuk dalam jaringan tubuh. Kesimpulannya gout arthritis
murupakan suatu penyakit sendi yang diakibatkan peningkatan dan penumpukan asam
urat dalam jaringan yang menyebabkan rasa nyeri pada persendian.
Penumpukan kristal urat pada persendian lama kelamaan akan mengakibatkan
kerusakan sendi dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan pada daerah
persendian akan mempengaruhi kenyamanan tubuh dan akan berdampak pada
penurunan aktifitas (immobilisasi), isolasi sosial akibat tidak berintraksi dengan
teman sebaya, gangguan tidur dan jatuh akibat dari penggunaan kaki yang sakit

3
dipergunakan untuk berjalan, serta depresi akibat rasa nyeri yang tidak sembuh-
sembuh (Pratintya, 2014). Selain itu juga dapat menyebabkan risiko komplikasi
seperti nefropati asam urat akut (Komariah, 2015).
Angka kejadian Gout Arthritis pada tahun 2016 yang dilaporkan oleh World
Health Organization (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia adalah
mereka yang berusia 55 tahun, prevalensi penyakit Gout Arthritis adalah 24,7%
prevalensi yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan lebih tinggi perempuan 13,4%
dibanding laki-laki 10,3%. Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun
2013 sebesar 81% penderita Gout Arthritis di Indonesia hanya 24% yang pergi ke
dokter, sedangkan 71% cenderung langsung mengkonsumsi obat pereda nyeri yang
dijual secara bebas. Sedangkan menurut Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa
penyakit Gout Arthritis di Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11.9%
dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah
diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa
Barat 32,1% dan Bali 30%.
Nyeri merupakan pengalaman yang sangat individual, karena tingkat nyeri
seseorang berbeda satu sama, nyeri yang tidak teratasi dapat menimbulkan bahaya
secara fisiologis maupun psikologis bagi kesehatan. Oleh karena itu peran perawat
komunitas sangat penting dalam hal ini. Perawat dapat memberikan pendidikan
kesehatan dan intervensinya untuk melakukan pencegahan dan perawatan kepada
lansia dengan nyeri sendi akibat Gout Arthritis.
Upaya promotif dilakukan untuk membantu mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak ke arah kesehatan yang optimal dengan cara memberikan penyuluhan-
penyulan mengenai penyakit Gout Arthritis dan pengobatan nya. Upaya preventif
yang dilakukan seperti program, konseling, dukungan nutrisi, Exercise, manajemen
stress. Selain itu peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia yaitu
sebagi manajer kasus (case manajer), sebagai penemu kasus (case finding) dan
memberikan informasi-informasi kesehatan. Perawat komunitas bekerja sama dengan
pemerintah setampat tentang kebijak-kebijakan usia lanjut, menghadiri pertemuan-
pertemuan tentang kesehatan lansia dan melakuakan lobi dalam melaksanakan
program (Maryam, 2008).

1.2 Rumusan Makalah

4
a. Bagaimana konsep lansia itu ?
b. Bagaimana konsep asam urat ?
c. Bagaiaman konsep asuhan keperawatan pasien lansia dengan asam urat ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


a) Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori lansia dan konsep asuhan keperawatan pasien lansia
yang menderita asam urat.
b) Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami konsep lansia.
b. Mampu mengetahui dan memahami konsep asam urat.
c. Mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pasien lanisa
dengan asam urat.

BAB II

5
DASAR TEORI

2.1 Konsep Lansia


a) Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang
masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

b) Batasan Lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
c) Ciri - Ciri Lansia
6
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan
kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada
juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang
lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua
RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik
diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.

7
d) Permasalahan Lansia Di Indonesia
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan
akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di
tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk
lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.
Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010, Lansia yang tinggal di
perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar
15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang
tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap
mengalami kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia
yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%)
dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927
(11,51%). Kecenderungan meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini dapat
disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban.
Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU
Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia
sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada
dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat
4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi
Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan
perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan
dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan

8
yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta
faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada
lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan,
demensia, osteoporosis, dsb.

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya


pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap
hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis. Selain itu, Pemerintah
wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok
lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya
peningkatan kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan. Upaya
promotif dan preventif merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk
mengurangi angka kesakitan pada lansia. Untuk mencapai tujuan tresebut, harus
ada koordinasi yang efektif antara lintas program terkait di lingkungan
Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi.

9
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam
kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut
diantaranya yaitu :
1. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta
daya tahan tubuh yang menurun, sehingga seringsakit.
2. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa
ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia
kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila
ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat
masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
4. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan
untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa
kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan
ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup
serius.

e) Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan
meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia
terdiri dari :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.

10
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang
optimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang
berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan
tenang dan bermartabat.
Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat
informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia.

f) Pendekatan Perawatan Lansia


1. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi 2 bagian:
a. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya
sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau
sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama
yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan
kesehatan.
2. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung terhadap segala
sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple
S yaitu sabar, simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan

11
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara
perlahan dan bertahap.
3. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan sosialisasi.
Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat
dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu dimotivasi
untuk membaca surat kabar dan majalah.

g) Prinsip Etika Pelayanan Kesehatan Lansia


Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia
adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
1. Empati: istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar
pengertian yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan
memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan,
sehingga tidak memberi kesan over protective dan belas-kasihan. Oleh
karena itu semua petugas geriatrik harus memahami peroses fisiologis dan
patologik dari penderita lansia.
2. Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia selalu didasarkan
pada keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari
tindakan yang menambah penderitaan (harm). Sebagai contoh, upaya
pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri,
pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina) yang cukup,
pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang
mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
3. Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak
untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri.

12
Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri
hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat membuat
keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran, seringakali
hal ini dibantu (atau menjadi semakin rumit ?) oleh pendapat keluarga
dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk melindungi
penderita yang fungsional masih kapabel (sedangkan non-maleficence dan
beneficence lebih bersifat melindungi penderita yang inkapabel).
4. Keadilan: yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan
yang sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang
penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar
karakteristik yang tidak relevan.
5. Kesungguhan hati: Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang
diberikan pada seorang lansia

h) Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan
sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif
pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh
lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan
terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai
perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih
banyak ditemukan pada faktor genetik.

13
i) Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono (2006)
yaitu :
1. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati,
2017).
2. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling
tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).
3. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia
ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %)
dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang
berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan
lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan
hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai
mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi
(Ratnawati, 2017).
4. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas
adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber
dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan
(3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).
5. Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa
pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang

14
bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan
diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono, 2006).
6. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016)
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat
kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan
derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.
7. Perubahan pada Lanjut Usia
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya
banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering,
penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,
pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.
Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat
lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus
menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
b. Perubahan Fungsional
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman
dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan
kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan
tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
c. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan
gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar
neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan
kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan
kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan
berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses
penuaan yang normal.

15
d. Perubahan Psikososial
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya
dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia
yang memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-
kehilangan sebagai berikut:
 Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
 Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
 Kehilangan teman/kenalan atau relasi
 Kehilangan pekerjaan/kegiatan
(Putri, 2019)

j) Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
1. Pria lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan
masalah kesehatan
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

2.2 Konsep Penyakit Sesuai Tema


a) Pengertian Asam Urat
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat yang
bernama purin. Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok
struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin yaitu
purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan
makanan seperti tanaman atau hewan. Asam urat sebenarnya memiliki fungsi
dalam tubuh yaitu sebagai antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel.
Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi
masalah ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal (Noviyanti, 2015).

16
b) Struktur Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari
komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul
C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat membentuk ion urat dua kali lebih
banyak daripada pH asam (Dianati, 2015)

Gambar 1. Struktur Asam Urat (Dianati, 2015)

Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat diubah menjadi asam urat
secara langsung. Pemecahan nukleotida purin terjadi pada semua sel, tetapi asam
urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang mengandung xhantine oxidase terutama
di hati dan usus kecil. Rata-rata sintesis asam urat endogen setiap harinya adalah
300-600 mg/hari, dari diet 600 mg/hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg/hari
dan ke usus sekitar 200 mg/hari (Dianati, 2015)

c) Metabolisme Asam Urat


Menurut Dianati (2015), mekanisme metabolisme asam urat berasal dari
pemecahan purin endogen dan diet yang mengandung purin. Pada pH netral, asam
urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat)
banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 μmol / L (7
mg/dL). Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase
yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada
manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Urat
dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di
darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya.
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa yaitu
5-phosphoribosyl-1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5 fosfat yang
disintesis dengan ATP (Adenosine triphosphate). Reaksi pertama, PRPP bereaksi
dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin

17
purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang
dihambat oleh produk nukleotida inosine monophosphat (IMP), adenine
monophosphat (AMP) dan guanine monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini
juga menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida
purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP (Dianati, 2015).
Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama yang
dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosine
monophosphat berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan guanin.
Adenosine monophospat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah
gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan
GTP (Guanosine triphosphate). Guanosine monophosphat (GMP) berasal dari IMP
melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin
purin, reaksi ini membutuhkan ATP. Adenosine monophosphate mengalami
deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi
menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang
mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta
guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine
akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat (Dianati, 2015).

d) Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat


Pembentukan asam urat dimulai dengan metabolisme dari DNA dan RNA
menjadi adenosine dan guanosine. Adenosine kemudian dimetabolisme menjadi
hypoxanthine, selanjutnya hypoxanthine dimetabolisme menjadi xanthine.
Sedangkan guanosine sendiri dimetabolisme menjadi xantine. Xantine hasil
metabolisme dari hypoxanthine dan guanosine kemudian dirubah menjadi asam
urat dengan bantuan xanthine oxidase. Asam urat akan langsung diekresi melalui
glomerulus (Marks, D. et al.2000).

18
Gambar 1. Metabolisme purin menjadi asam urat (Silbernagl, 2009)

e) Makanan Tinggi Purin


Purin merupakan bahan utama pembentuk asam urat. Purin dapat berasal dari
pemecahan asam nukleat tubuh dan asupan makanan (Wibowo, 2009). Makanan
yang mengandung tinggi purin, diantaranya : daging, ikan, kacang- kacangan juga
jeroan. Selain itu minuman beralkohol juga memiliki kadar purin tinggi (Vazquez,
Mellado dkk, 2004).

f) Kadar Asam Urat


Kadar asam urat darah dibedakan menurut usia dan jenis kelamin. Sebelum
pubertas kadar asam urat pada laki-laki dan perempuan rata-rata 3,5 mg/dL.
Setelah pubertas kadar asam urat pada laki-laki meningkat secara bertahap dan
dapat mencapai 5,2 mg/dL, sedangkan pada perempuan biasanya tetap rendah
karena memiliki hormon esterogen yang dapat mengeluarkan asam urat dari dalam
tubuh. Kadar asam urat pada perempuan mulai menunjukkan peningkatan pada
masa post menopause dan dapat mencapai 4,7 mg/dL. Herliana, 2013 mengatakan
kadar asam urat normal pada laki-laki dewasa 3,4-7,0 mg/dL dan pada perempuan
dewasa 2,4-5-7 mg/dL. Asam urat yang beredar dalam darah tidak akan
menimbulkan penyakit jika kadarnya berada pada batas normal.

19
g) Peningkatan Asam Urat
Meningkatnya asam urat dalam darah disebut hiperurisemia. Hiperurisemia
menimbulkan hipersaturasi asam urat, yaitu kelarutan asam urat dalam darah
melewati ambang batasnya sehingga menyebabkan timbunan asam urat dalam
bentuk garam (monosodium urat) di jaringan. Konsentrasi 7,0 mg/dl adalah batas
kelarutan monosodium urat dalam plasma, sehingga pada konsentrasi > 7,0 mg/dL
monosodium urat cenderung mengendap dalam jaringan (Pittman, 2009). Kondisi
hiperurisemia dapat diakibatkan karena produksi asam urat yang berlebih,
pembuangan asam urat melalui ginjal berkurang, atau kombinasi dari dua kondisi
tersebut (Syukri, 2007).
Hiperurisemia yang disebabkan karena produksi asam urat yang meningkat
dalam tubuh dapat terjadi pada kondisi :
1. Gangguan metabolisme purin bawaan akibat kekurangan enzim HGPRT
(Hipoxantin Guanin Phosporybhosil Transferase).
2. Kelainan herediter, yaitu terjadi aktivitas berlebih dari enzim
Phosporybhosil pyroposphat Sintetase (PRPP Sintetase)
Kondisi hiperurisemia yang disebabkan karena proses pembuangan asam urat
melalui ginjal yang berkurang dapat terjadi karena ketidak mampuan ginjal untuk
mengeluarkan asam urat. Hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor, seperti :
1. Konsumsi obat yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah
dalam waktu yang lama, seperti obat TB paru dan obat hipertensi.
2. Olah raga yang terlalu berat sehingga menyebabkan penumpukan asam
laktat di dalam otot.
3. Konsumsi alkohol yang berlebih.
4. Penyakit : hipertensi, gagal ginjal, hiperparatiroid.

h) Patofisiologi Asam Urat


Kondisi asam urat yang meningkat dalam tubuh menyebabkan terjadi
penumpukan asam urat pada jaringan yang kemudian akan membentuk kristal urat
yang ujungnya tajam seperti jarum. Kondisi ini memacu terjadinya respon
inflamasi dan diteruskan dengan serangan gout. Penumpukan asam urat dapat
menimbulkan kerusakan hebat pada sendi dan jaringan lunak dan dapat
menyebabkan nefrolithiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis

20
jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan segera (Kertia, 2009). Menurut
Michael A. Charter gout memiliki 4 tahapan klinis, yaitu :
1. Stadium I
Kadar asam urat darah meningkat tapi tidak menunjukkan gejala atau
keluhan (hiperurisemia asimtomatik).
2. Stadium II
Terjadi pembengkakan dan nyeri pada sendi kaki, sendi jari tangan,
pergelangan tangan dan siku (acut arthritis gout).
3. Stadium III
Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu
kurang dari 1 tahun jika tidak diobati (intercritical stadium).
4. Stadium IV
Timbunan asam urat terus meluas selama beberapa tahun jika tidak
dilakukan pengobatan, hal ini dapat menyebabkan nyeri, sakit, kaku serta
pembengkakan sendi nodular yang besar (cronic gout).

i) Pengobatan Asam Urat


Pengobatan untuk asam urat / gout dapat dikelompokkan menjadi 3 cara, yaitu :
1. Pengobatan Medis
Yaitu pengobatan menggunakan obat-obat kimia, cara ini dapat dilakukan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengobatan jangka pendek
adalah dengan pemberian obat anti nyeri yang bertujuan untuk mengurangi
rasa nyeri dan menghilangkan bengkak. Sedangkan pengobatan jangka
panjang dilakukan dengan pemberian obat yang berfungsi menghambat
xanthine oxidase. (Kelurahan & Makassar, 2017)
2. Pengobatan Non Medis
Yaitu menjalankan pola hidup sehat yang bertujuan untuk mencegah dan
mengobati penyakit asam urat. Cara ini dapat dilakukan melalui : diet
makanan, yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi purin dan
disetai dengan pola hidup sehat dengan cara melakukan olah raga secara
teratur (Wjayakusuma, 2007)

21
3. Pengobatan Herbal
Yaitu pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat yang mempunyai
khasiat anti inflamasi seperti : kunyit, sambiloto dan daun sendok atau
tanaman obat yang mempunyai khasiat penghilang rasa sakit (analgesik)
seperti : sandiguri dan biji adas. (Saputra, 2019)

j) Metode Pemeriksaan Asam Urat


Pemeriksaan kadar asam urat darah di laboratorium dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 metode yaitu metode stik dan metode enzimatik.
1. Metode stik
Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode stik dapat
dilakukan menggunakan alat Nesco Multicheck. Prinsip pemeriksaan
adalah blood uric acid strips menggunakan katalis yang digabung dengan
teknologi biosensor yang spesifik terhadap pengukuran asam urat. Strip
pemeriksaan dirancang dengan cara tertentu sehingga pada saat darah
diteteskan pada zona reaksi dari strip, katalisator asam urat memicu
oksidasi asam urat dalam darah tersebut. Intensitas dari elektron yang
terbentuk diukur oleh sensor Nesco Multicheck dan sebanding dengan
konsentrasi asam urat dalam darah. Nilai rujukan dengan menggunakan
metode stik untuk laki-laki : 3,5-7,2 mg/dL dan untuk perempuan : 2,6-6,0
mg/dL.
Pemeriksaan kadar asam urat metode strik ini mempunyai kelebihan
menggunakan sampel darah dalam jumlah yang sedikit karena darah yang
dipakai adalah darah kapiler yang diambil dari ujung jari pasien, selain itu
metode stik juga membutuhkan waktu pemeriksaan yang relatif cepat.
2. Metode enzimatik
Prinsip pemeriksaan kadar asam urat metode enzimatik adalah uricase
memecah asam urat menjadi allantoin dan hidrogen peroksida. Selanjutnya
dengan adanya enzim perokdidase, peroksida, Toos dan 4-
aminophenazone membentuk quinoneimine berwarna merah. Intensitas
warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam urat. Nilai
rujukan dengan menggunakan metode enzimatik untuk laki-laki : 3,4-7,0
mg/dL dan untuk perempuan : 2,4-5,7 mg/dL (Herliana, E. 2013).

22
Pemeriksaan kadar asam urat metode enzimatik ini menggunakan sampel
darah vena dan membutuhkan bahan pembantu yang lebih banyak serta
waktu pemeriksaan yang lebih lama dibandingkan dengan metode stik.

k) Hal – Hal Yang Mempengaruhi Asam Urat


Hasil laboratorium pemeriksaan asam urat yang akurat dapat diperoleh dengan
memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Pre analitik, meliputi : persiapan pasien, cara pengambilan sampel, jenis
sampel yang digunakan serta persiapan alat dan reagen untuk pemeriksaan.
2. Analitik yaitu petugas pemeriksa laboratorium (analis) yang handal, proses
penanganan sampel serta metode dan proses pemeriksaan laboratorium.
3. Pasca analitik adalah proses pelaporan hasil pemeriksaan. Dalam pelaporan
hasil perlu diperhatikan identitas pasien (usia dan jenis kelamin) karena ini
akan mempengaruhi hasil interpretasi kadar asam urat.

l) Komplikasi Asam Urat


Tingginya asam urat dalam tubuh yang menetap dalam jangka waktu yang
lama berpotensi menimbulkan komplikasi. Menurut Noviyanti (2015) komplikasi
penyakit asam urat meliputi :
1. Komplikasi pada ginjal
Secara garis besar, gangguan-gangguan pada ginjal yang disebabkan oleh
asam urat mencakup dua hal yaitu terjadinya batu ginjal dan risiko kerusakan
ginjal. Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang
membentuk kristal, seperti kalsium oksalat dan asam urat. Pada saat yang
sama, urine kekurangan substansi yang mencegah kristal menyatu sehingga
menjadikan batu ginjal terbentuk.
2. Komplikasi pada jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh membuat seseorang berpotensi terkena
serangan jantung dan stroke. Hubungan antara asam urat dengan penyakit
jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat merusak endotel/pembuluh
darah coroner.

23
3. Komplikasi pada hipertensi
Hipertensi terjadi karena asam urat menyebabkan renal vasokontriksi melalui
penurunan enzim nitrit oksidase di endotel kapiler, sehingga terjadi aktivasi
sistem. Peningkatan asam urat pada manusia juga berhubungan dengan
disfungsi endotel dan aktivasi rennin. (Megayanti, 2018)
4. Komplikasi pada diabetes mellitus
Meningkatnya kadar asam urat darah juga berisiko terkena penyakit diabetes
mellitus. Dalam penelitian Eswar (2011) didapatkan hasil kadar asam urat
yang tinggi dalam darah berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes hampir
20%. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan kadar asam
urat yang tidak terkontrol.

m) Faktor Risiko
Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah
pola makan, kegemukan, dan suku bangsa. Di dunia, suku bangsa yang paling
tinggi prevalensinya pada orang Maori di Australia. Prevalensi orang Maori
terserang penyakit asam urat tinggi sekali. Di Indonesia, prevalensi tertinggi pada
penduduk pantai dan paling tinggi di daerah Manado-Minahasa, karena kebiasaan
atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol menyebabkan
pembuangan asam urat lewat urine itu ikut berkurang sehingga asam uratnya tetap
bertahan di dalam darah. Konsumsi ikan laut yang tinggi juga mengakibatkan asam
urat. Asupan yang masuk ke tubuh juga mempengaruhi kadar asam urat dalam
darah (Ode, 2012). Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah
menopause,
kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan level
estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini menyebabkan artritis
gout jarang pada wanita muda (Widyanto, 2014).
Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi penyakit gout arthritis yaitu:
a. Gender pria
b. Usia
c. Diet : tinggi konsumsi daging dan makanan laut
d. Asupan alkohol, bir terutama
e. Konsumsi minuman ringan pemanis gula atau fruktosa

24
f. Obesitas
g. Medikasi : diuretik, aspirin (LeMone, 2015).

n) Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah, untuk mengukur kadar asam urat dan kreatinin dalam darah
2. Tes urine 24 jam, untuk memeriksa kadar asam urat dalam urine yang
dikeluarkan dan dikumpulkan pasien selama 24 jam
3. Tes cairan sendi, untuk mengidentifikasi kristal asam urat pada sendi dengan
mengambil sampel cairan pada sendi
4. Foto Rontgen, untuk melihat keadaan sendi
5. USG diagnostik, untuk mendeteksi kristal asam urat pada sendi dan tofus
6. Dual energy CT scan, untuk mendeteksi kristal asam urat di sendi tanpa
menggunakan cara invasif (dengan jarum suntik)
7. Biopsi sinovial, untuk mengidentifikasi kristal asam urat dengan mengambil
sebagian kecil jaringan (membran sinovial) di sekitar sendi yang terasa sakit

o) Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologi
Serangan akut Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID,
misalnya indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada
kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi
aspirin berkompetisi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan
akut gout
2. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan
pada pasein yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
a. Terapi Komplementer
Penatalaksanaan secara medik atau farmakologi, Selain mengurangi
nyeri dapat dilakukan dengan teknik nonfarmakologi yaitu dengan
menggunakan penatalaksanaan secara komplementer salah satunya

25
dengan menggunakan terapi herbal, ada beberapa tanaman obat asli
indonesia (OAT) yang mempunyai indikasi kuat untuk mengatasi
nyeri gout arthritis yang telah melalui prngujian klinis antara lain :
1. Daun Sirsat
Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis di
Benua Amerika, yaitu hutan Amazon (Amerika Selatan),
Karibia dan Amerika Tengah. Masuknya tanaman sirsak di
Indonesia diduga dibawa oleh Bangsa Belanda pada abad ke-
19. Tanaman ini nyatanya tumbuh subur dan berkembang
dengan baik karena iklim tropis Indonesia yang cocok bagi
tanaman sirsak (Dewi & Hermawati, 2013).
2. Daun Salam (Syzghium Polyanthum)
Berkhasiat sebagai Diuretika, Analgesik, dan anti radang yang
efektif. Tetapi dari sekian banyaknya tanaman herbal dalam
masyarakat biasanya jahe merahlah yang paling sering
dijadikan alternative pengobatan herbal untuk meredakan nyeri,
karena khasiatnya lebih baik dibandingkan dengan tanaman
obat yang lainnya yang digunakan untuk pengobatan nyeri dan
juga banyak penelitian mengenai manfaat jahe dan kelebihan
jahe untuk meredakan nyeri
3. Jahe merah ( Zingiber Officinale Var Rubrum )
Jahe (zingiber officinale rosc) termasuk dalam daftar prioritas
WHO sebagai tanaman obat yang paling banyak digunakan
didunia, rimpangnya yang mengandung zingiberol dan
kurkuminoid terbukti berkhasiat mengurangi peradangan dan
nyeri sendi.

2.3 Artikel Ilmiah Terkait Asam Urat


“PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT PASIEN ARTHRITIS GOUT THE EFFECT OF
INDONESIAN BAY-LEAF WATER STEW ON URIC ACID LEVEL IN PATIENTS
WITH GOUT ARTHRITIS”

26
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL DIAGNOSA MEDIS ASAM URAT

I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 19 Juli 2021
A. Identitas klien
Nama : Tn. H
Umur : 69 tahun
Alamat : Jekulo, Kudus
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
B. Status kesehatan saat ini
Tn. H mengeluh nyeri di bagian kaki. Nyeri dirasakan saat berjalan dan terasa senut-
senut dengan skala nyeri 6. Tn. H merasakan nyeri ini sudah selama 7 tahun, nyeri
tersebut hilang timbul. Nyeri akan hilang bila Tn. H beristirahat.
C. Riwayat penyakit dahulu
Tn. H mengatakan kalau tidak pernah sakit yang berat, cukup dibiarkan saja dan
isirahat sudah sembuh. Tn. H tidak memiliki alergi obat dan juga tidak pernah di
operasi.
D. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. H mengatakan di dalam keluarganya ada yang menderita penyakit Diabetes
mellitus yaitu ayah dan ibu nya.
E. Pola Kebutuhan Dasar (Bio-psiko-sosio-spiritual)
a) Psikososial
Sebelum dan selama sakit kemampuan Tn. H dalam bersosialisasi saat ini baik
sering mengobrol dengan tetangga didepan rumah.

27
b) Masalah emosional
Sebelum dan selama sakit Tn. H merasa jenuh dan bosan serta kadang menyendiri
di malam hari.
c) Spiritual
Sebelum dan selama sakit Tn. H beragama islam dan tetap melakukan sholat lima
waktu tidak pernah meninggalkan ibadah.

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan


Sebelum sakit
Tn. H mengatakan jika iya merasakan kondisi badan yang tidak enak ia langsung
beristirahat dengan meminum obat racikan yang ada di apotek dan mengatur pola
makan yang sehat terkadang masih curi kesempatan makan jeroan, namun jika
cara itu tidak kunjung sembuh ia pergi ke dokter untuk berobat.
Selama sakit
Tn. H mengatakan mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, jika Tn. H
merasakan sakit ia akan beristirahat dan memeriksakan kondisinya ke pelayanan
kesehatan terdekat. Tn. H mengatakan sudah mulai mengurangi makanan jeroan,
akan tetapi saat makan di luar, Tn. H masih mencuri-curi kesempatan untuk
makan jeroan.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit
Tn. H mengatakan semakin bertambah usia ia selalu menjaga pola makan yang
sehat, ia makan sehari 3-4x/sehari dengan porsi 1 piring lengkap ada nasi lauk,
dan sayur. Namun terkadang ia masih mencuri-curi kesempatan untuk memakan
jeroan padahal ia tau kalau jeroan sangat dipantang untuk dimakan.
Selama sakit
Tn. H mengatakan makan 3x sehari, memakan apa yang biasa dimasak istrinya
dengan pantangan mengurangi makanan jeroan dengan 1 porsi seperti biasa
namun biasanya 1 porsi dihabiskan ini hanya setengah saja, akan tetapi saat
makan di luar, ia masih mencuri-curi kesempatan untuk makan jeroan. Tn. H
minum air putih 2100 ml/hari.
Antopometri (IMT)
a. TB : 150 cm

28
b. BB : 80 kg
IMT = Berat Badan : (Tinggi Badan2)
= 80 kg : (1,52) m2
= 53,33 kg/m2
=
(OBESITAS)

3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum dan selama sakit Tn. H BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek
berwana kecokatan bau khas feses.
b. BAK
Sebelum dan selama sakit Tn. H mengatakan BAK 650cc/hari warna kuning
jernih, bau khas urin.

1) Pengkajian Inkontinensia Urine Akut


Tn. H mengatakan masih bisa BAK tanpa mengompol dan tidak pernah
menggunakan pempers.
2) Pengkajian Inkontinensia Urine Persisten
a. Riwayat
(1) Apakah anda mengeluarkan urine padahal anda tidak ingin BAK?
(ya/tidak)
(2) Apakah anda pernah memiliki masalah untuk ke kamar mandi
tepat pada waktunya, sehingga BAK di celana / tempat tidur?
(ya/tidak)
(3) Apakah anda pernah menggunakan bantalan/ pampers untuk
melindungi anda dari ngompol? (ya/tidak)
b. Sudah berapa lama anda memiliki masalah ngompol?
Tidak pernah
c. Seberapa sering anda ngompol?
Tidak pernah
d. Kapan anda biasanya ngompol?
Tidak pernah
e. Ketika anda ngompol, seberapa banyak urine yang keluar?

29
Tidak pernah
f. Apa yang menyebabkan anda ngompol?
Tidak pernah
g. Seberapa sering biasanya nada secara normal ngompol?
Tidak pernah
h. Apakah anda bangun malam hari untuk BAK?
Ya, namun jarang
i. Ketika anda merasa kandung kemih anda penuh, berapa lama anda
dapat menahannya?
Saya tidak dapat menahan terlalu lama sekitar 5-10 menit.
j. Apakah anda mengalami hal berikut ketika BAK?
BAK lancar, tidak mengalami masalah.
k. Apakah anda menggunakan salah satu alat dibawah ini untuk menolong
anda dari mengompol?
Tidak pernah mengompol sehingga tidak menggunakan pengalas
apapun.
l. Apakah anda merasa memerlukan evaluasi/ pengobatan lebih lanjut
mengenai masalah ngompol anda (ya/tidak)
m. Riwayat medis yang berkaitan:
Tidak ada data
n. Obat-obatan yang sedang digunakan:
Tidak ada data
o. Riwayat saluran kemih & kelamin:
Tidak ada data
p. Berdasarkan anamnesis ditetapkan jenis inkontinensia:
Tidak ada data

4. Pola Aktivitas dan Latihan (Activity Daily Life)


a. Indeks Katz
Termasuk kategori yang manakah klien?
A : mandiri dlm makan, kontinensia (BAB/BAK), enggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah& mandi

30
Keterangan:
Tn. H termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan
secara mandiri tanpa pengawasan , pengarahan atau bantuan dari orang lain.

b. Bartel
Termasuk yg manakah klien?
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah : secukupnya
Jenis : nasi, lauk, sayur
dengan pantangan makan
jeroan
2 Minum 10 Frekuensi : 2100 cc/hari
Jumlah : 2 botol aqua besar
dan 1 botol aqua sedang
Jenis : air putih
3 Berpindah, kursi roda ke 15 Mandiri
tempat tidur
4 Personal toilet (gosok gigi) 5 Frekuensi : 2x sehari
5 Keluar masuk toilet (cuci 10 Mandiri
pakaian)

6 Mandi 15 Mandiri
7 Jalan dipermukaan datar 5 Frekuensi : Saat berpindah
tempat, saat pergi ke sawah
dan akan ke dapur atau
kamar mandi
8 Naik turun tangga 10 Mandiri
9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri
10 Kontrol bowel (BAK) 10 Frekuensi : 650 cc/hari
Konsistensi : Kuning jernih
11 Kontrol bladder (BAB) 10 Frekuensi : 1x sehari
Warna : Kecoklatan
12 OR/ latihan 10 Frekuensi : Setiap pagi
selama 30 – 40 menit
Jenis : Jalan kaki
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 10 Tn. H jarang memanfaatkan
luang waktu luang dengan
keluarga, pasien sering
menyendiri di malam hari

Keterangan:
130 : mandiri
65-125 : ketergantungan sebagian
60 : ketergantungan total
Klien termasuk tipe yang mandiri
31
c. Pengkajian Risiko Jatuh
Postural Hipotensi
Ukur TD pasien dalam 3 posisi, yaitu:

1) Tidur : 167/105 mmHg


2) Duduk : 167/105 mmHg
3) Berdiri : 165/103 mmHg
5. Pola Kognitif dan Persepsi
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual, dengan identifikasi: Short
Portable Status Mental Quesionnaire (SPSMQ)
Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
B S No Pertanyaan
√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang ini?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Dimana alamat anda?
√ 5 Berapa umur anda?
√ 6 Kapan anda lahir? (minimal tahun terakhir)
√ 7 Siapa presiden indonesia sekarang?
√ 8 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dr 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
Nilai total
Keterangan:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Berdasarkan pertanyaan diatas Tn. M memperoleh kesalahan 0 - 2, maka Tn.
M tersebut memiliki intelektual utuh

b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan Mini Mental Status
Examination (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Max Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun, musim, tanggal, hari, bulan
5 5 Dimana kita sekarang berada?

32
Negara, provinsi, kota, PSTW, wisma
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek.1 detik untuk
masing-masing objek. Kemudian tanyakan
kepada klien 3 objek tadi
3 Perhatian& 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kalkulasi kurangi 7 sampai 5X.(jawaban:93, 86, 79,
72, 65)
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi objek pada
nomor 2 td. Jika benar, 1 point untuk
masing-masing objek.
5 Bahasa 9 9  Tunjukkan pada klien suatu
benda&tanyakan nama pada klien:..
 Minta klien untuk mengulang kata
berikut: tidak ada, jika, dan, atau, tetapi.
Bila benar nilai 1 point
 Minta klien untuk mengikuti 3 langkah:
ambil kertas di tangan anda, lipat 2 dan
taruh di lantai
Total nilai 30 30
Keterangan:
>23 : aspek kognitif dr fungsi mental baik
≤23 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental
Ket : >23 ( aspek kognitif dr fungsi mental baik )

6. Pola Persepsi-Konsep Diri


Sebelum sakit
Tn. H mengatakan bahwa ia tau kalau dia menderita asam urat, tetapi pengetahuan
Tn. H terkait asam urat sangat kurang. Hal itu di dukung Tn. H mengatakan ia
tidak rutin mengecek kadar asam urat nya secara berkala, dan terkadang pola
makannya tidak ia jaga, terkadang mencuri-curi kesempatan untuk makan jeroan,
jika asam urat nya kambuh ia hanya membeli obat racikan di apotek atau warung.
Selama sakit
Tn. H mengatakan bahwa sudah mengetahui tentang penyakitnya namun pola
makan tidak ia jaga masih makan jeroan, namun ia mengatakan sudah mengurangi
nya karena ia tahu jika jeroan bisa meningkatkan kadar asam urat nya. Jika asam
urat nya naik ia langsung pergi ke puskesmas untuk periksa dan mengecek kadar
asam uratnya.
7. Pola Tidur dan Istirahat
Kaji kualitas dan kuantitas tidur lansia dengan instrument sebagai berikut :
Kuesioner Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI)

33
Klien mengatakan jika tidur siang saat malam akan sulit untuk tertidur, biasanya
malam tertidur pukul 21.00 WIB dan pagi terbangun pukul 04.00 WIB.
Petunjuk Pengisian : Bacalah setiap pertanyaan, kemudian berilah jawaban dan
tanda checklist ( √ ) pada salah satu dari 4 jawaban yang telah disediakan. Pilihlah
jawaban :
1. Selama sebulan terakhir, Tidak 1x seminggu 2x seminggu ≥3x
seberapa sering Anda pernah seminggu
mengalami masalah tidur
karena..

a. Tidak bisa tidur dalam waktu √


30 menit
b. Tidak bisa bernafas dengan √
nyaman
c. Terbangun karena sering batuk √
di tengah malam hari
d. Terbangun untuk ke kamar √
mandi
e. Terasa nyeri di bagian dada √
atau adanya luka di bagian
dada
f. Merasa kedinginan dimalam √
hari
g. Merasa kepanasan dimalam hari √
h. Saat tidur merasakan mimpi √
buruk
2. Selama sebulan terakhir, √
seberapa sering Anda minum
obat (diresepkan) yang bisa
membantu Anda untuk tidur?
(penggunaan obat)
3. Selama sebulan terakhir, berapa √
banyak masalah yang Anda
dapatkan dan Anda selesaikan
permasalahan tersebut
4. Selama sebulan terakhir, √
seberapa sering Anda
mengantuk ketika melakukan
aktivitas disiang hari
Sangat Cukup Baik Cukup buruk Sangat
Baik (0) (1) (2) Buruk (3)

5. Selama sebulan terakhir, √


bagaimana Anda menilai
kepuasan tidur Anda

34
SKORING : Masing-masing komponen memiliki kisaran nilai 0 – 3 dengan 0 =
tidak pernah dalam sebulan terakhir, 1 = 1 kali seminggu, 2 = 2 kali seminggu dan
3 = lebih dari 3 kali seminggu.
Skor dari ketujuh komponen tersebut dijumlahkan menjadi 1 (satu) skor global
dengan kisaran nilai 0 – 21.
Ada dua interpretasi pada PSQI versi bahasa Indonesia yaitu:
 Kualitas tidur baik jika skor ≤ 5
 Kualitas tidur buruk jika skor >5
Total skor = 11 (Kualitas tidur buruk)

8. Pola Peran-Hubungan
Tn. H mengungkapkan bahwa ia merasa jenuh dan bosan serta kadang menyendiri
di malam hari. Tn. H mengungkapkan bahwa dia selalu memikirkan kondisi
rumah tangganya yang hampir berantakan.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Tn. H memiliki 3 anak, istri masih sehat.
10. Pola Toleransi Stress-Koping
Tn. H mengungkapkan bahwa ia merasa jenuh dan bosan serta kadang menyendiri
di malam hari.

Geriatric Depression Scale (Skala Depresi Geriatri)


Berikan nilai 1 pada jawaban ya !
No PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? √
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau √
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? √
4 Apakah anda sering merasa bosan? √
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? √
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada √
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? √
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? √
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan √
mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya √
ingat dibanding kebanyakan orang?
11 Apakah anda berpikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? √
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat √

35
ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? √
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? √
15 Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya √
daripada anda?
TOTAL NILAI 15
Keterangan:
0-4 : normal
5-9 : berisiko depresi
10-19 : depresi ringan
20-30 : depresi berat
Skor yang di dapat adalah 15, berarti Tn. M mengalami depresi ringan

11. Pola Nilai dan Keyakinan


a. Identifikasi masalah psikososial
Tn. H mengungkapkan bahwa dia selalu memikirkan kondisi rumah
tangganya yang hampir berantakan.
b. Identifikasi masalah emosional
1) Tahap 1:
a) Apakah klien mengalami kesukaran tidur? (Tidak)
b) Apakah klien sering merasa gelisah? (Tidak)
c) Ada gangguan / masalah / banyak pikiran? (Ya)
d) Apakah klien sering was-was/ kuatir? (Ya)
lanjutkan pertanyaan tahap ke-2, jika ≥ 1 jawaban “ya”

2) Tahap 2:
a) Keluhan > 3 bulan/ > 1 X dlm 1 bln? (Tidak)
b) Ada masalah/ banyak pikiran? (Ya)
c) Ada gangguan/ masalah dgn keluarga lain? (Tidak)
d) Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter? (Tidak)
e) Cenderung mengurung diri? (Tidak)

36
Bila ≥ 1 jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL (+)

c. Identifikasi spiritual
Tn. H selalu melaksanakan sholat 5 waktu, dan selalu mengikuti pengajian di
masjid dekat rumahnya. Klien sudah pasrah jika takdir kematian datang
menjemputnya.

II. PENGKAJIAN FISIK


1. Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. GCS : E4 M6 V4
d. TTV :
HR : 97x/menit
Suhu : 36,7 ℃
TD : 167/105 mmHg
RR : 24x/menit
e. Kadar Asam Urat : 10,7 mg/dl

2. Keadaan Fisik
a. Kepala dan Leher
 Kepala
Bentuk : Bulat lesi : (-)
Rambut : Putih kebersihan : (+)
 Mata
Mata pasien terlihat bersih, konjungtiva ananemis, penglihatan pasien
sudah mulai kabur. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
(kaca mata)
 Telinga :
Serumen : (-)

37
Fungsi pendengaran : Normal
 Mulut & Tenggorok :
Kebersihan : Bersih
Kondisi gigi : Baik
Kemampuan menelan : Baik, tidak ada gangguan
 Leher :
Pembesaran kelenjar limfe : (-)
Pembesaran kelenjar tiroid : (-)
Penojolan vena jugularis : Vena jugularis tidak teraba

b. Payudara dan Ketiak


Kebersihan : -
c. Dada
 Paru :
Inspeksi : Simetris antara kiri dan kanan
Perkusi : Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru
Palpasi : Tidak teraba nyeri tekan , tidak ada pembengkakan
Auskultasi :Tidak ada suara nafas tambahan / vesikuler
 Jantung :
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada
pembesaran pada jantung
Perkusi : Bunyi suara jantung redup
Palpasi : Tidak ada pembengkakan / benjolan, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi jantung I ( lup ) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada
bunyi tambahan, teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur
dan gallop
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, warna kulit sama,
tidak ada terdapat lesi
Auskultasi : Bising usus 12x/menit di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Terdengar bunyi timpani

38
e. Genitalia
Pasien tidak diperiksa , Pasien tidak terpasang kateter
f. Integumen (Pengkajian Skala Risiko Dekubitus)
Kulit tampak bersih
1) Menurut Norton
Keterangan 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang Kurang Buruk
Kesadaran Composmentis Apatis Delirium Stupor
Aktivitas Mandiri Berjalan Dengan Bedrest
dengan kursi roda
bantuan
Mobilitas Tidak terbatas Sedikit Sangat Imobilisasi
terbatas terbatas
Inkontinensia Tidak ada Kadang- Kadang Selalu
kadang urin keduanya
Keterangan:
< 10 : risiko sangat tinggi
10-13 : risiko tinggi
14-18 : risiko sedang
> 18 : risiko dekubitus masih rendah

g. Ekstremitas (atas dan bawah)


Kesemutan : Pada kedua kaki
Edema : Terkadang terdapat edema di lutut
Baal :-
Nyeri : dibagian kaki
h. Muskuloskeletal (atas dan bawah)
Nyeri sendi : dibagian kaki
Kekuatan otot :
5 5
4 4
Osteoporosis : -
i. Neurologis
 Pengkajian saraf cranial
- N. Olfaktori (Penciuman) : Baik, tidak ada gangguan penciuman
- N. Optikus (Penglihatan) : Tidak ada gangguan
- N. Okulomotoris : Pergerakan bola mata tidak terganggu
- N. Trochlearis : Pergerakan bola mata tidak terganggu
39
- N. Trigeminus : Reaksi sentuhan baik, pergerakan
rahang tidak terganggu
- N. Abdusen : Pergerakan mata tidak terganggu
- N. Fasialis : Tidak ada gangguan pengecapan,
mamppu mengekspresikan rasa manis, asam, pahit, asin dengan baik
- N. Verstibulocochlearis : Tidak ada gangguan
- N. Gosofaringeus : Tidak ada gangguan
- N. Vagus : Tidak ada gangguan
- N. Asesoris : Tidak ada gangguan
- N. Hipoglosus : Tidak ada gangguan
 Pemeriksaan refleks : Refleks cahaya (+/+)

H. Pemeriksaan Penunjang (jika ada)


1. Data laboratorium yang berhubungan
Kadar asam urat : 10,7 mg/dl

III. ANALISA DATA


No. Tanggal/ Data Fokus Masalah Etiologi TTD
Jam Keperawatan
1. 19 Juli 2021 DS : Nyeri Kronis Kondisi Fitri
/ Pukul a. Pasien mengeluh nyeri di (D.0077) muskuloskeletal
08.00 WIB bagian kaki kronis
b. P : Nyeri dirasakan saat
berjalan dan akan hilang
bila pasien beristirahat
c. Q : Terasa senut-senut.
d. R : Nyeri dibagian kaki
e. T : Pasien merasakan nyeri
ini sudah selama 7 tahun,
nyeri tersebut hilang
timbul
DO :
a. Pasien tampak meringis
kesakitan
b. Pola tidur berubah
c. Anoreksia
d. Fokus menyempit
e. Kadar asam urat kadar
asam urat :10,7 mg/dl
2. 19 Juli DS : Ansietas Disfungsi Fitri
2021/ Pukul a. Pasien mengungkapkan (D.0080) Sistem Keluarga
08.00 WIB bahwa dia selalu
memikirkan kondisi
rumah tangganya yang

40
hampir berantakan
b. Pasien mengungkapkan
bahwa pasien merasa
jenuh dan bosan serta
kadang menyendiri di
malam hari.

DO :
a. Pasien tampak
menyendiri di malam hari
b. Pasien tampak gelisah
c. TD : 167/105 mmHg
d. HR : 97 x/menit
e. RR : 24 x/menit
f. S : 36,7 o C

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri Akut (D. 0078) b.d kondisi muskuloskeletal kronis
b. Ansietas (D. 0080) b.d disfungsi sistem keluarga

V. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Nyeri Akut (D. Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI a) Untuk mengetahui
0078) b.d keperawatan selama 3x24 jam, (I.08238) karakteristik,
kondisi diharapkan tingkat nyeri (L.08066) Observasi kualitas dan
muskuloskelet pasien menurun, dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
al kronis a. Keluhan nyeri dari skala 1 a. Identifikasi lokasi, b) Untuk mengetahui
(meningkat) ke skala 4 (cukup karakteristik, durasi, skala nyeri
menurun) frekuensi, kualitas c) Untuk mengetahui
b. Kesulitan tidur dari skala 2 dan intensitas nyeri faktor yang
(cukup meningkat) ke skala 4 b. Identifikasi skala memperingan dan
(cukup menurun) nyeri memperberat nyeri
c. Anoreksia dari skala 1 c. Identifikasi factor d) Untuk mengurangi
(meningkat) ke skala 4 (cukup yang memperberat nyeri
menurun) dan memperingan e) Untuk mencukupi
d. Muntah dari skala 1 nyeri kebutuhan tidur
(meningkat) ke skala 5 d. Monitor keberhasilan pasien
(menurun) terapi komplementer f) Untuk mengetahui
e. Nafsu makan dari skala 1 yang sudah diberikan faktor penyebab
(memburuk) ke skala 5 nyeri
(membaik) Terapeutik g) Untuk mengurangi
f. Pola tidur dari skala rasa nyeri pada
1(memburuk) ke skala a. Berikan Teknik pasien
5(membaik) nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
b. Fasilitasi istirahat
dan tidur

41
Edukasi

a. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
b. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

a. Kolaborasi
pemberian anlgetik,
jika perlu

2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan REDUKSI ANSIETAS a) Untuk mengetahui


(D.0080) keperawatan selama 3x24 jam, (I.09134) kondisi, waktu atau
berhubungan diharapkan tingkat ansietas (L.09093) Observasi stressor tingkat
dengan pasien menurun, dengan kriteria hasil : a. Identifikasi saat ansietas berubah
Disfungsi a. Verbalisasi kebingungan dari tingkat ansietas b) Untuk mengetahui
Sistem skala 2(cukup meningkat) ke berubah (mis. kemampuan
Keluarga skala 5(cukup menurun) kondisi, waktu, mengambil
b. Verbalisasi khawatir akibat stressor) kepususan
kondisi yang dihadapi dari b. Identifikasi c) Untuk mengetahui
skala 1(meningkat) ke skala kemampuan tanda ansietas lebih
4(cukup menurun) mengambil lanjut
c. Perilaku gelisah dari skala keputusan d) Untuk menciptakan
1(meningkat) ke skala 4(cukup c. Monitor tanda-tanda suasana terapeutik
menurun) ansietas (verbal atau e) Untuk mengetahui
d. Tekanan darah dari skala nonverbal) situasi yang
1(meningkat) ke skala 4(cukup Terapeutik membuat ansietas
menurun) a. Ciptakan suasana f) Untuk memahami
e. Pola tidur dari skala 2(cukup terapeutik untuk dan mengetahui
menurun) ke skala menumbuhkan kecemasan
5(meningkat) kepercayaan denganpenuh
b. Pahami situasi yang perhatian
membuat ansietas g) Untuk
c. Dengarkan dengan menginformasikan
penuh perhatian diagnosis dan
Edukasi rencana tindak
a. Jelasan prosedur, lanjut terkait yang
termasuk sensasi dialami pasien
yang mungkin h) Untuk melatih
dialami teknik relaksasi
b. Infomasikan secara
faktual mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
c. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
42
d. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu

VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Tgl/ Jam No Implementasi Respon TTD/
Dx Nama
19 Juli 2021/ 1 a. Mengidentifikasi lokasi, S : Perawat menanyakan lokasi, Fitri
Pukul 09.00 karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan
WIB kualitas dan intensitas nyeri intensitas nyeri yang dirasakan kepada
pasien.
O : Pasien tampak menjawab bahwa
mengeluh nyeri di bagian kaki pada saat
berjalan dan terasa senut-senut, serta hilang
timbul.
b. Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan S : Perawat bertanya pada pasien faktor
nyeri yang menyebabkan nyeri terjadi.
O : Pasien menjawab jika nyeri dirasakan
saat berjalan.

S : Perawat menanyakan ketersediaan


c. Memonitor keberhasilan terapi
pasien untuk diberikan terapi komplementer
komplementer yang sudah diberikan
rebusan air daun sirsat dikarenakan
pasiennyeri karena asam urat.
O : Pasien bersedia diberikan terapi
tersebut.
S : Perawat selain memberikan terapi
komplementerair rebusan daun sirsat,
d. Memberikan teknik pasien dinjurkan melakukan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi relaksasi napas dala jika terasa nyeri.
rasa nyeri O : Pasien tampak mengikuti arahan
perawat.

S : Perawat menganjurkan klien untuk


e. Memfasilitasi istirahat dan tidur menepati waktu tidur, dan jika terasa nyeri
perbanyak istirahat dan tidur yang cukup.
O : Pasien tampak menjalankan anjurkan
perawat.

S : Perawat menjelaskan bahwa penyebab


f. Menjelaskan penyebab, periode dan nyeri yang dirasakan pasien karena pasien
pemicu nyeri ada asam urat, dan mengecek kadar asam
urat pasien.
O :Kadar asam urat pasien 10,7 mg/dl

S : Perawat selain memberikan terapi


g. Mengajarkan Teknik
komplementerair rebusan daun sirsat,
nonfarmakologis untuk mengurangi
pasien dinjurkan melakukan teknik
rasa nyeri
relaksasi napas dala jika terasa nyeri.
O : Pasien tampak mengikuti arahan
43
perawat.
2 a. Mengidentifikasi saat tingkat S : Perawat menanyakan tentang perubahan Fitri
ansietas berubah (mis. kondisi, tingkat ansietas pasien
waktu, stressor) O : Pasien tampak terjadi perubahan
kecemasan ketika ia sedang menyendiri di
malam hari memikirkan kondisi rumah
tangganya yang hampis berantakan.
b. Mengidentifikasi kemampuan S : Perwat menanyakan keputusan yang
mengambil keputusan diambil pasien terkait permasalahan yang
membuat ia cemas.
O : Pasien tampak walaupun tampak
memikirkan masalah keluarga nya ia tetap
beraktivitas menanam padi.
c. Menciptakan suasana terapeutik S : Perawat menciptakan suasana yang
untuk menumbuhkan kepercayaan nyaman agar pasien lebih nyaman untuk
mengungkapkan kegundahan hatinya.
O : Pasien tampak menceritakan isi hatinya
kepada perawat.
d. Memahami situasi yang membuat S :Perawat berusaha memahami apa yang
ansietas dikeluhkan pasien.
O : Pasien tampak menceritakan
kegundahan hatinya.
e. Mendengarkan dengan penuh S : Perawat bersedia mendengarkan cerita
perhatian atau keluh kesah pasien.
O: Pasien tampak bercerita kepada perawat.
S : Perawat menyampaikan dan
f. Menginfomasikan secara faktual menjelaskan tentang diagnosis pasien yaitu
mengenai diagnosis, pengobatan dan ansietas dan menjelaskan lebih lanjut
prognosis tentang itu, dan merencanakan pengobatan
untuk pasien ya itu dengan beribadah dan
mendekatkan tuhan agar diberikan
pertolongan.
O : Pasien tampak memahami dan
mengatakan selalu mencurahkan kepada
tuhan yang maha esa dengan sholat,
diperoleh TD : 167/105 mmHg, HR : 97
x/menit, RR : 24 x/menit, S :36,7 oC

S : Perawat memberikan saran agar pasien


g. Melatih teknik relaksasi jika mengalami kecemasan dan tidak bisa
mengotrolnya biisa melakukan relaksasi
napas dalam.
O : Pasien tampak melakukan relaksasi
napas dalam.
20 Juli 2021/ 1 a. Mengidentifikasi lokasi, S : Perawat menanyakan lokasi, Fitri
Pukul 10.00 karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan
WIB kualitas dan intensitas nyeri intensitas nyeri yang dirasakan kepada
pasien.
O : Pasien tampak menjawab bahwa
mengeluh nyeri di bagian kaki pada saat
berjalan dan terasa senut-senut, serta hilang
timbul.
b. Mengidentifikasi factor yang S : Perawat bertanya pada pasien faktor
memperberat dan memperingan yang menyebabkan nyeri terjadi.

44
O : Pasien menjawab jika nyeri dirasakan
nyeri saat berjalan.

S : Perawat menanyakan ketersediaan


c. Memonitor keberhasilan terapi pasien untuk diberikan terapi komplementer
komplementer yang sudah diberikan rebusan air daun sirsat dikarenakan
pasiennyeri karena asam urat.
O : Pasien bersedia diberikan terapi
tersebut.
S : Perawat selain memberikan terapi
d. Memberikan teknik komplementerair rebusan daun sirsat,
nonfarmakologis untuk mengurangi pasien dinjurkan melakukan teknik
rasa nyeri relaksasi napas dala jika terasa nyeri.
O : Pasien tampak mengikuti arahan
perawat.

S : Perawat menganjurkan klien untuk


menepati waktu tidur, dan jika terasa nyeri
e. Memfasilitasi istirahat dan tidur perbanyak istirahat dan tidur yang cukup.
O : Pasien tampak menjalankan anjurkan
perawat.

S : Perawat menjelaskan bahwa penyebab


nyeri yang dirasakan pasien karena pasien
f. Menjelaskan penyebab, periode dan ada asam urat, dan mengecek kadar asam
pemicu nyeri urat pasien.
O : Kadar asam urat pasien 8,5 mg/dl

S : Perawat selain memberikan terapi


g. Mengajarkan Teknik komplementerair rebusan daun sirsat,
nonfarmakologis untuk mengurangi pasien dinjurkan melakukan teknik
rasa nyeri relaksasi napas dala jika terasa nyeri.
O : Pasien tampak mengikuti arahan
perawat.
2 Fitri
a. Mengidentifikasi saat tingkat S : Perawat menanyakan tentang perubahan
ansietas berubah (mis. kondisi, tingkat ansietas pasien
waktu, stressor) O : Pasien tampak terjadi perubahan
kecemasan ketika ia sedang menyendiri di
malam hari memikirkan kondisi rumah
tangganya yang hampis berantakan.
b. Mengidentifikasi kemampuan S : Perwat menanyakan keputusan yang
mengambil keputusan diambil pasien terkait permasalahan yang
membuat ia cemas.
O : Pasien tampak walaupun tampak
memikirkan masalah keluarga nya ia tetap
beraktivitas menanam padi.
c. Menciiptakan suasana terapeutik S : Perawat menciptakan suasana yang
untuk menumbuhkan kepercayaan nyaman agar pasien lebih nyaman untuk
mengungkapkan kegundahan hatinya.
O : Pasien tampak menceritakan isi hatinya
kepada perawat.
d. Memahami situasi yang membuat S :Perawat berusaha memahami apa yang

45
ansietas dikeluhkan pasien.
O : Pasien tampak menceritakan
kegundahan hatinya.
e. Mendengarkan dengan penuh S : Perawat bersedia mendengarkan cerita
perhatian atau keluh kesah pasien.
O: Pasien tampak bercerita kepada perawat.
f. Menginfomasikan secara faktual S : Perawat menyampaikan dan
mengenai diagnosis, pengobatan dan menjelaskan tentang diagnosis pasien yaitu
prognosis ansietas dan menjelaskan lebih lanjut
tentang itu, dan merencanakan pengobatan
untuk pasien ya itu dengan beribadah dan
mendekatkan tuhan agar diberikan
pertolongan.
O : Pasien tampak memahami dan
mengatakan selalu mencurahkan kepada
tuhan yang maha esa dengan sholat, dan
diperoleh TD : 155/90 mmHg, HR : 90
x/menit, RR : 24 x/menit, S :36 oC

g. Melatih teknik relaksasi S : Perawat memberikan saran agar pasien


jika mengalami kecemasan dan tidak bisa
mengotrolnya biisa melakukan relaksasi
napas dalam.
O : Pasien tampak melakukan relaksasi
napas dalam.
21 Juli 2021/ 1 a. Mengidentifikasi lokasi, S : Perawat menanyakan lokasi, Fitri
Pukul 08.00 karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan
WIB kualitas dan intensitas nyeri intensitas nyeri yang dirasakan kepada
pasien.
O : Pasien tampak menjawab bahwa
mengeluh nyeri di bagian kaki pada saat
berjalan dan terasa senut-senut, serta hilang
timbul.
b. Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan S : Perawat bertanya pada pasien faktor
nyeri yang menyebabkan nyeri terjadi.
O : Pasien menjawab jika nyeri dirasakan
saat berjalan.
c. Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan S : Perawat menanyakan ketersediaan
pasien untuk diberikan terapi komplementer
rebusan air daun sirsat dikarenakan
pasiennyeri karena asam urat.
O : Pasien bersedia diberikan terapi
tersebut.
d. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi S : Perawat selain memberikan terapi
rasa nyeri komplementerair rebusan daun sirsat,
pasien dinjurkan melakukan teknik
relaksasi napas dala jika terasa nyeri.
O : Pasien tampak mengikuti arahan
perawat.

46
e. Memfasilitasi istirahat dan tidur S : Perawat menganjurkan klien untuk
menepati waktu tidur, dan jika terasa nyeri
perbanyak istirahat dan tidur yang cukup.
O : Pasien tampak menjalankan anjurkan
perawat.

f. Menjelaskan penyebab, periode dan S : Perawat menjelaskan bahwa penyebab


pemicu nyeri nyeri yang dirasakan pasien karena pasien
ada asam urat, dan mengecek kadar asam
urat pasien.
O :Kadar asam urat pasien 7,9 mg/dl
g. Mengajarkan Teknik S : Perawat selain memberikan terapi
nonfarmakologis untuk mengurangi komplementerair rebusan daun sirsat,
rasa nyeri pasien dinjurkan melakukan teknik
relaksasi napas dala jika terasa nyeri.
O : Pasien tampak mengikuti arahan
perawat.
2 Fitri
a. Mengidentifikasi saat tingkat S : Perawat menanyakan tentang perubahan
ansietas berubah (mis. kondisi, tingkat ansietas pasien
waktu, stressor) O : Pasien tampak terjadi perubahan
kecemasan ketika ia sedang menyendiri di
malam hari memikirkan kondisi rumah
tangganya yang hampis berantakan.
b. Mengidentifikasi kemampuan S : Perwat menanyakan keputusan yang
mengambil keputusan diambil pasien terkait permasalahan yang
membuat ia cemas.
O : Pasien tampak walaupun tampak
memikirkan masalah keluarga nya ia tetap
beraktivitas menanam padi.
c. Menciptakan suasana terapeutik S : Perawat menciptakan suasana yang
untuk menumbuhkan nyaman agar pasien lebih nyaman untuk
kepercayaan mengungkapkan kegundahan hatinya.
O : Pasien tampak menceritakan isi hatinya
kepada perawat.
d. Memahami situasi yang S :Perawat berusaha memahami apa yang
membuat ansietas dikeluhkan pasien.
O : Pasien tampak menceritakan
kegundahan hatinya.
e. Mendengarkan dengan penuh S : Perawat bersedia mendengarkan cerita
perhatian atau keluh kesah pasien.
O: Pasien tampak bercerita kepada perawat.
f. Menginfomasikan secara faktual S : Perawat menyampaikan dan
mengenai diagnosis, pengobatan menjelaskan tentang diagnosis pasien yaitu
dan prognosis ansietas dan menjelaskan lebih lanjut
tentang itu, dan merencanakan pengobatan
untuk pasien ya itu dengan beribadah dan
mendekatkan tuhan agar diberikan
pertolongan.
O : Pasien tampak memahami dan
mengatakan selalu mencurahkan kepada
tuhan yang maha esa dengan sholat, dan

47
diperoleh TD : 140/100 mmHg, HR : 97
x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36,5 oC

g. Melatih teknik relaksasi S : Perawat memberikan saran agar pasien


jika mengalami kecemasan dan tidak bisa
mengotrolnya biisa melakukan relaksasi
napas dalam.
O : Pasien tampak melakukan relaksasi
napas dalam.

VII. EVALUASI KEPERAWATAN


Tgl / No Evaluasi TTD/
Jam Dx Nama
19 Juli 1 S: Fitri
2021/ a. Pasien mengeluh nyeri di bagian kaki
Pukul b. P : Nyeri dirasakan saat berjalan dan akan hilang bila pasien beristirahat
11.00 c. Q : Terasa senut-senut.
WIB d. R : Nyeri dibagian kaki
e. T : Pasien merasakan nyeri ini sudah selama 7 tahun, nyeri tersebut hilang timbul
O:
a. Keluhan nyeri sedang
b. Kesulitan tidur cukup menurun
A : Masalah Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera fisik teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
a. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Memfasilitasi istirahat dan tidur
c. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2 S: Fitri
a. Pasien mengatakan selalu memikirkan kondisi rumah tangganya yang hampir
berantakan
b. Pasien mengatakan ia merasa jenuh dan bosan serta kadang menyendiri di malam
hari
O:
a. Verbalisasi kebingungan cukup menurun
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi cukup menurun
c. Perilaku gelisah cukup menurun
d. Tekanan darah cukup menurun
e. Pola tidur meningkat
f. TD : 167/105 mmHg
g. HR : 97 x/menit
h. RR : 24 x/menit
i. S : 36,7 oC
A : Masalah Ansietas bergubungan dengan disfungsi sistem keluarga teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
a. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b. Melatih teknik relaksasi
20 Juli 1 S: Fitri
2021/ a. Pasien mengeluh nyeri di bagian kaki
Pukul b. P : Nyeri dirasakan saat berjalan dan akan hilang bila pasien beristirahat
12.00 c. Q : Terasa senut-senut.
WIB d. R : Nyeri dibagian kaki
e. T : Pasien merasakan nyeri ini sudah selama 7 tahun, nyeri tersebut hilang timbul
O:
48
a. Keluhan nyeri cukup menurun
b. Kesulitan tidur cukup menurun
c. Kadar asam urat pasien 8,5 mg/dl
A : Masalah Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera fisik teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
a. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Memfasilitasi istirahat dan tidur
c. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2 S: Fitri
a. Pasien mengatakan selalu memikirkan kondisi rumah tangganya yang hampir
berantakan
b. Pasien mengatakan ia merasa jenuh dan bosan serta kadang menyendiri di malam
hari
O:
a. Verbalisasi kebingungan cukup menurun
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi cukup menurun
c. Perilaku gelisah cukup menurun
d. Tekanan darah cukup menurun
e. Pola tidur meningkat
f. TD : 155/90 mmHg
g. HR : 90 x/menit
h. RR : 24 x/menit
i. S : 36 oC
A : Masalah Ansietas bergubungan dengan disfungsi sistem keluarga teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
a. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b. Melatih teknik relaksasi
21 Juli 1 S: Fitri
2021/ a. Pasien mengeluh nyeri di bagian kaki
Pukul b. P : Nyeri dirasakan saat berjalan dan akan hilang bila pasien beristirahat
10.00 c. Q : Terasa senut-senut.
d. R : Nyeri dibagian kaki
e. T : Pasien merasakan nyeri ini sudah selama 7 tahun, nyeri tersebut hilang timbul
O:
a. Keluhan nyeri menurun
b. Kesulitan tidur menurun
c. Kadar asam urat pasien 7,9 mg/dl
A : Masalah Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera fisik teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
a. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Memfasilitasi istirahat dan tidur
c. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2 S: Fitri
a. Pasien mengatakan selalu memikirkan kondisi rumah tangganya yang hampir
berantakan
b. Pasien mengatakan ia merasa jenuh dan bosan serta kadang menyendiri di malam
hari
O:
a. Verbalisasi kebingungan cukup menurun
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi cukup menurun
c. Perilaku gelisah cukup menurun
d. Tekanan darah cukup menurun
e. Pola tidur meningkat
f. TD : 140/100 mmHg
49
g. HR : 97 x/menit
h. RR : 24 x/menit
i. S : 36,5 oC
A : Masalah Ansietas bergubungan dengan disfungsi sistem keluarga teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
a. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b. Melatih teknik relaksasi

50
BAB IV

PEMBAHASAN

(Pembandingan Antara Bab II dan Bab III)

Pada pembahasan di Bab II lebih kepada pembahasan konsep teori asam urat. Dan
juga membahas lebih lanjut terkait manfaat daun sirsat yang dapat digunakan sebagai terapi
komplementer untuk menurunkan nyeri pada penderita asam urat. Penanganan nyeri gout
dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi termasuk dalam terapi komplementer perawat
yaitu dengan penggunan bahan herbal. Salah satu terapi komplementer untuk menurunkan
asam urat dan keluhan nyeri sendi adalah daun sirsak. Terapi minum rebusan daun sirsak
terbukti efektif dalam menurunkan nilai asam urat darah dan keluhan nyeri sendi pada
penderita gout arthritis.

Sedangkan pada pembahasan Bab III lebih kepada membahas tentang asuhan
keperawatan pasien lansia yang menderita asam urat. Dalam asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, analisa data, penetapan diagnosa
keperawatan terkait asam urat sesuai dengan kasus pemicu, menentukan tujuan dan kriteria
hasil, menentukan intervensi keperawatan yang akan dilakukan, menentukan implementasi
keperawatan, dan evaluasi. Pada pembahasan ini lebih kepada penerapan asuhan keperawatan
yang secara realistis ada pada penderita asam urat, untuk diagnose yang diambil sesuai
dengan kasus pemicu yaitu Nyeri akut dan Ansietas. Mengapa mengambil diagnose itu
karena, pasien sesuai dengan kasus pemicu keluhan utama yang dirasakan adalah nyeri di
bagian kaki, dan pasien mengalami permasalahan yang mengakibatkan ia cemas terkait
permasalahan keluarga nya yang hamper berantakan.

51
BAB V
PENUTUP

4.1 Simpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat
yang bernama purin. Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah satu
kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama
purin yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang
didapatkan dari asupan makanan seperti tanaman atau hewan. Asam urat
sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh yaitu sebagai antioksidan dan
bermanfaat dalam regenerasi sel. Metabolisme tubuh secara alami
menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi masalah ketika kadar di dalam
tubuh melewati batas normal (Noviyanti, 2015).
Penanganan nyeri gout dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi
termasuk dalam terapi komplementer perawat yaitu dengan penggunan bahan
herbal. Salah satu terapi komplementer untuk menurunkan asam urat dan
keluhan nyeri sendi adalah daun sirsak. Terapi minum rebusan daun sirsak
terbukti efektif dalam menurunkan nilai asam urat darah dan menurunkan
keluhan nyeri sendi pada penderita gout arthritis.

4.2 Saran
Diharapkan pengobatan komplementer alternatif rebusan daun sirsak
bisa diterapkan dalam upaya menurunkan kadar asam urat dan keluhan nyeri
pada penderita gout dan melakukan sosialisasi pengobatan herbal berupa
penyuluhan tentang manfaat daun sirsak dan cara pengolahannya. Hendaknya
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian membandingkan daun
sirsak dengan obat farmakologi untuk penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi

52
DAFTAR PUSTAKA

Kelurahan, D. I., & Makassar, T. (2017). Efektivitas Daun Sirsak Dalam Menurunkan Nilai
Asam Urat Dan Keluhan Nyeri Pada Penderita Gout Di Kelurahan Tamalanrea
Makassar. Pharmacon, 6(2), 22–29. https://doi.org/10.35799/pha.6.2017.15834

Megayanti, N. L. S. (2018). Gambaran Kadar Asam Urat pada Sopir Bus Di Terminal
Mengwi. Karya Tulis Ilmiah, 5–22.

Putri, D. A. (2019). Status Psikososial Lansia Di Pstw Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta
Tahun 2019. Poltekkes Joga, 53(9), 1689–1699.

Saputra, R. (2019). Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Sitanggang, Yenni Ferawati, dkk. 2021. Keperawatan Gerontik. Sumatera Utara: Yayasan
Kita Menulis.

53
Lampiran

EFEKTIVITAS DAUN SIRSAK DALAM MENURUNKAN NILAI ASAM URAT


DAN KELUHAN NYERI PADA PENDERITA GOUT
DI KELURAHAN TAMALANREA MAKASSAR

Ilkafah1)
1)
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRACT

Pain is a common complain with gout. That pain caused increase uric acid level in
blood. Analgesic which constantly consumed will result in side effect so that needed
nonpharmacological therapy. One nonpharmacological therapy to reduce uric acid and pain are
Annona Muricata L extract. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of Annona
Muricata L extract to reduce uric acid and pain on gout patient at Tamalanrea Village Makassar
. This research was a pre-experimental pre-post test design and was evolved 32 respondents
were given extract Annona Muricata L leaf with purposive sampling. Inclusion criteria of
samples are not in analgesic and pharmachology medicine to reduce uric acid level. Respondent
drink extract Annona Muricata L leaf twicw a day after meal until 8 weeks. The datas were
analyzed by Paired Sample T-test with significance values p  0.05. The statistical results
showed reduce 87% to uric acid and 75% to pain after intervention (p = 0.00). Further research
is needed to comparation Annona Muricata L extract and pharmacology therapy in diabetes
mellitus and hypertension.

Keywords: Gout, Pain, Uric acid level, Annona Muricata L

ABSTRAK

Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum diderita orang dengan gout. Nyeri sendi
tersebut diakibatkan tinginya asam urat dalam darah. Obat analgesik yang terus-menerus
dikonsumsi akan mengakibatkan efek samping sehingga diperlukan terapi nonfarmakologi untuk
mengatasinya. Salah satu terapi nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri sendi dan menurunkan
nilai asam urat darah adalah rebusan daun sirsak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis efektifitas rebusan daun sirsak terhadap nilai asam urat dan keluhan nyeri pada
penderita gout di Kelurahan Tamalanrea Makassar. Desain penelitian yang digunakan adalah pre
eksperiment one group pretest-posttest design dengan cara memberikan rebusan daun sirsak pada
32 responden yang dipilih melalui teknik sampling yaitu purposive sampling dengan kriteria
sampel tidak sedang menggunakan terapi farmakologi untuk nyeri dan obat penurun asam urat.
Pemberian air rebusan daun sirsak selama 8 minggu diminum 2x sehari. Pengukuran nyeri sendi
menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Kadar asam urat diukur menggunakan pemeriksaan
laboratorium. Analisis penelitian ini menggunakan uji Paired Sample T-test dengan tingkat
signifikan α < 0,05. Uji statistik menunjukkan ada penurunan nyeri sendi sebesar 87% (p = 0,00)
dan juga terdapat penurunan nilai kadar asam urat dalam darah sebesar 75% (p = 0,00).
Diperlukan penelitian lanjutan melihat perbandingan daun sirsak dan terapi farmakologi untuk
penyakit diabetes mellitus dan hipertensi.

Kata Kunci: Gout, Nyeri Sendi, Nilai Asam Urat, Daun Sirsak

54
PENDAHULUAN 41 per 1000. Dalam studi ke dua,
prevalensi asam urat pada populasi orang
Peningkatan usia harapan hidup dan dewasa Inggris diperkirakan 1,4 %
status gizi bagi masyarakat pada dekade dengan puncak lebih dari 7 % pada pria
terakhir ini telah menyebabkan transisi berusia 75 tahun.
pola kebiasaan hidup termasuk pola Penelitian di Taiwan pada tahun
makan. Hal ini berdampak pada 2005- 2008 menunjukkan peningkatan
perubahan dari penyakit menular menjadi kejadian gout pada lansia wanita sebesar
penyakit tidak menular. Perubahan pola 19,7 % dan prevalensi gout pada lansia
penyakit itu berhubungan dengan pola pria sebesar 23,3 % (Irawan Y, 2014).
makan, dari pola makan yang tradisional Suatu survey epidemologik yang
yang mengandung banyak serat dan dilakukan di Jawa Tengah atas kerja
sayuran ke pola makan dengan sama WHO terhadap 4.683 sampel
komposisi banyak protein, lemak dan berusia antara 15-45 tahun, didapatkan
garam. Pola makan yang banyak prevalensi arthritis gout sebesar 24,3 %
mengandung purin apabila proses (Zakhiah., 2015).
metabolismenya terganggu maka kadar Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar
asam urat didalam darah akan meningkat (RISKESDA) tahun 2013, prevalensi
dan menimbulkan penumpukan kristal penyakit sendi di Indonesia sebanyak
asam urat (Zakhiah, 2015). Kristal asam 11,9 % dan berdasarkan diagnosis atau
urat ini akan membentuk endapan garam gejala sebanyak 24,7 %. Sedangkan data
urat yang menumpuk di dalam jaringan yang diperoleh dari puskesmas dan hasil
ikat di seluruh tubuh (endapan ini di pemeriksaan nilai asam urat di Kelurahan
sebut tofus). Keadaan ini akan memicu Tamalanrea didapatkan penderita gout
respon inflamasi yang menyebabkan arthritis sebanyak 73 orang dan hampir
terjadinya nyeri, inilah yang disebut seluruhnya mengeluh nyeri sendi yang
dengan penyakit gout (Kowalak, Welsh sangat mengganggu aktivitas.
& Mayer, 2011). Peradangan sendi pada gout dapat
Gout (pirai) yang dikenal juga terjadi pada seluruh sendi tubuh yang
sebagai gout arthritis merupakan menyebabkan pembengkakan, sendi
penyakit metabolik yang ditandai dengan teraba panas serta nyeri. Nyeri yang
endapan urat sendi sehingga sendi artritis dirasakan bervariasi, mulai dari nyeri
terasa menyakitkan (Paramita, 2011). ringan, nyeri sedang hingga nyeri berat
Penyakit ini disebabkan oleh produksi yang dapat mengganggu aktivitas
asam urat berlebih, ekskresi asam urat penderita. Peradangan ini apabila tidak
yang kurang atau keduanya serta adanya ditangani dapat menyebabkan kerusakan
penyakit lain yang menyebabkan sendi yang lama kelamaan akan merubah
peningkatan asam urat di dalam tubuh struktur sendi, fungsi sendi menurun dan
(Kowalak, et all, 2011). akhirnya cacat (Noviyanti, 2015).
Alexander (2010) menyatakan
prevalensi asam urat (gout) di Amerika
Serikat meningkat dua kali lipat
dalam populasi lebih dari 75 tahun antara
1990 dan 1999 dari 21 per 1000 menjadi
55
Penanganan yang dilakukan untuk Pada daun dan buahnya
mengurangi nyeri dapat dilakukan secara mengandung senyawa fruktosa, lemak,
farmakologis dan non farmakologis. protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A
Penanganan farmakologis yaitu pemberian dan vitamin B. Metabolit sekunder yang
obat kelompok salisilat dan kelompok obat terkandung didalamnya adalah senyawa
anti inflamasi nonsteroid, tetapi salah satu golongan tanin, fitosterol (Sumantri, et all
efek yang serius dari obat anti inflamasi 2014). Selain itu, daun sirsak juga
nonsteroid adalah perdarahan saluran mengandungsenyawa monotetrahidrofuran
cerna. Sedangkan penanganan non asetogenin; seperti anomurisin A dan
farmakologis tidak mengeluarkan biaya anomurisin B, gigantetrosin A, annonasin-
yang mahal dan tidak memiliki efek yang 10-one, murikatosin A dan B, annonasin
berbahaya. Dalam keperawatan terapi dan gonniotalamisin (Haryana, et all.,
nonfarmakologi disebut keperawatan 2013). Senyawa yang paling penting
komplementer. Terapi komplementer adalah tannin, resin dan magostine yang
merupakan terapi alamiah diantaranya mampu mengatasi nyeri sendi pada
adalah dengan terapi herbal. Jenis terapi penyakit gout (Lina & Juwita dalam
herbal yang dapat di gunakan dalam Wirahmadi, 2013).
mengurangi nyeri pada penderita gout Penelitian tentang daun sirsak
yaitu daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap nyeri gout belum banyak
(Wirahmadi, 2013). dilakukan oleh karena itu diperlukan
Sirsak merupakan tanaman yang penelitian tentang pengaruh rebusan daun
berasal dari daerah tropis di Benua sirsak terhadap penurunan nyeri sendi dan
Amerika, yaitu hutan Amazon (Amerika kadar asam urat pada penderita gout.
Selatan), Karibia dan Amerika Tengah.
Masuknya tanaman sirsak di Indonesia METODE PENELITIAN
diduga dibawa oleh Bangsa Belanda pada Jenis rancangan yang di gunakan
abad ke-19. Tanaman ini nyatanya tumbuh dalam penelitian ini yaitu pra
subur dan berkembang dengan baik karena eksperimental (one-group pra-post test
iklim tropis Indonesia yang cocok bagi design). Kelompok subyek di observasi
tanaman sirsak (Dewi & Hermawati, sebelum di lakukan intervensi, kemudian
2013). di observasi lagi setelah intervensi
(Nursalam, 2013).

56
Populasi dalam penelitian ini (100 mm) dengan penggambaran verbal
adalah seluruh penderita gout di Kelurahan pada masing-masing ujungnya, seperti
Tamalanrea Makassar sebanyak 73 angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10
responden. Sampel yang didapatkan oleh (nyeri berat). Nilai VAS 0 - < 4 = nyeri
peneliti sebanyak 32 responden (tidak ringan, 4 - < 7 = nyeri sedang dan 7 – 10 =
termasuk drop out) dengan metode nyeri berat. Sedangkan pengumpulan data
purposive sampling. Kriteria inklusi yaitu nilai asam urat diukur sebelum dan
penderita yang tidak mengkonsumsi obat- sesudah intervensi dengan menggunakan
obatan untuk nyeri sendi dan penurun jasa laboratorium klinik. Nilai normal
asam urat. Kriteria eksklusi adalah asam urat dalam darah pada laki-laki: 3,5 -
penderita gout dengan tofus, mengalami 7 mg/dl dan pada wanita: 2,6 - 6 mg/dl.
komplikasi penyakit ginjal dan mengalami Untuk mengukur adanya perbedaan
efek samping daun sirsak (diare ringan dan nilai sebelum dan sesudah intervensi
mual). Dari penelitian didapatkan digunakan uji statistik Paired Sample T-
penderita yang mengalami efek samping test karena data terdistribusi normal.
berupa mual setelah minum selama 4
minggu sebanyak 6 responden dan efek HASIL PENELITIAN
samping diare setelah minum 1 minggu Distribusi data demografi
sebanyak 2 responden sehingga 8 responden pada penelitian ini, dari 32
responden dinyatakan drop out dari responden didapatkan lebih banyak
penelitian. responden wanita (71,9%) dan rata-rata
Intervensi dilakukan dengan cara usia yaitu 56 tahun (nilai standart deviasi
meminum rebusan daun sirsak sebanyak 9). Sebanyak 76% responden
10 lembar direbus dengan 2 gelas air berpendidikan SMP dan SMU dan
hingga mendidih sampai tersisa 1 gelas sebagian besar responden wanita sebagai
(dengan api sedang), diminum 2x sehari ibu rumah tangga (65,2%), sedangkan dari
pada pagi dan sore hari 1 jam setelah responden laki-laki sebagian besar
makan rutin selama 8 minggu. pensiunan PNS (66,7%). Sebanyak 35%
Pengumpulan data nyeri dilakukan responden mempunyai IMT lebih dari
dengan cara mengukur tingkat nyeri normal dan 6,5% obesitas, sisanya IMT
sebelum dan sesudah intervensi dengan dalam batas normal. Sebanyak 28%
Visual Analog Scale (VAS) yang berupa responden mengatakan mempunyai
suatu garis lurus yang panjangnya 10 cm riwayat hipertensi dan dibuktikan dengan

57
tekanan darah diatas normal. Hampir Dari tabel dapat diketahui ada
seluruh responden (84,4%) mengatakan penurunan nilai skala nyeri. Rata-rata
olahraga ringan dengan jalan kaki pada penurunan skala nyeri adalah 5. Hasil
pagi hari. paired sample t-test menunjukkan
p=0,001, artinya terapi rebusan daun sirsak
Data nilai asam urat sebelum dan sesudah efektif dalam menurunkan nilai asam urat
intervensi dapat dilihat pada tabel 1. dalam darah.
Selain melihat keluhan nyeri dari
Tabel 1. Distribusi nilai asam urat dalam nilai skala/ data numerik, peneliti juga
darah sebelum dan setelah intervensi mengelompokkan klasifikasi nyeri
berdasarkan kategori nyeri. Data kategori
untuk keluhan nyeri sebelum dan setelah
intervensi berdasarkan pengelompokan
nyeri menurut skala VAST bisa dilihat
pada tabel 3.
Pre- Post-
Variabel intervensi intervensi
Dari tabel dapat diketahui ada
(f) (f)
penurunan nilai asam urat setelah Tidak nyeri 0 12
intervensi, rata-rata penurunannya adalah Nyeri ringan 5 16
Nyeri sedang 17 4
5,3 mg/dl. Hasil paired sample t-test
Nyeri berat 9 0
menunjukkan p=0,001, artinya terapi
rebusan daun sirsak efektif dalam Jumlah 32 32
Sumber: data primer November 2016
menurunkan nilai asam urat dalam darah.
Dari tabel 3 dapat disimpulkan
Nilai rata-rata keluhan nyeri
bahwa nyeri responden banyak yang
responden sebelum dan setelah intervensi
mengalami penurunan ke level nyeri
berdasarkan nilai skala VAST dapat dilihat
dibawahnya sehingga dapat dikatakan
pada tabel 2.
bahwa keluhan nyeri responden rata-rata
Media
Variabel Mean SD menurun.
n
Keluhan nyeri pre 7,4 7,0 1,9
Keluhan nyeri 3,2 3,0 1,3
post PEMBAHASAN
Nilai rata-rata asam urat dari 32
Sumber : Data Primer November 2016 responden sebelum dilakukan pemberian

58
rebusan daun sirsak yaitu 11,3 mg/dL. rata kategori berbeda. Tetapi dapat
Kondisi ini disebut hiperurisemia, dimana disimpulkan bahwa kebanyakan responden
nilai ini sudah melebihi nilai asam urat merasakan nyeri yang tidak ringan dan
normal baik untuk laki-laki maupun mengganggu aktivitas.
perempuan. Penyakit asam urat muncul Setelah diberikan rebusan daun
sebagai akibat dari kondisi hiperurisemia. sirsat selama 8 minggu rata-rata skala
Angka kejadian penyakit gout meningkat nyeri responden yaitu nyeri ringan dengan
pada keadaan asam urat tinggi yang lebih rata-rata skala VAST 3, 2 dengan standar
dari 9 mg/dL (Noviyanti, 2015). deviasi 1,3. Penurunan skala nyeri sebelum
Nilai rata-rata asam urat setelah dan sesudah sangat bermakna. Pada
pemberian rebusan daun sirsak yaitu minggu ke 4 penelitian keluhan nyeri juga
5,9mg/dL. Hasil ini menunjukkan ada diukur untuk melihat perkembangan terapi
penurunan kadar asam urat setelah herbal. Hasil yang didapatkan beberapa
pemberian rebusan daun sirsak pada responden mengalami penurunan nyeri
penderita gout. Sifat anti oksidan yang (56%) selebihnya tetap. Hasil penurunan
dimiliki oleh daun sirsak dapat nyeri signifikan didapatkan pada minggu
mengurangi terbentuknya asam urat ke 8. Penurunan nyeri ini karena daun
melalui penghambatan produksi enzim sirsak memiliki ekstrak etanol dan
xantin oksidase. Enzim ini berperan magostine yang berperan sebagai anti
penting dalam perubahan basa purin inflamasi dan mampu meredam nyeri pada
menjadi asam urat. Tanin dan resin penderita gout (Wijaya, 2012)
merupakan suatu senyawa yang Jumlah responden semula adalah
mengandung flavonoid yaitu antioksidan 40 orang tetapi 8 orang dropout karena
pada sirsak. mengalami efek samping berupa mual dan
Dari 32 responden rata-rata nilai diare pada minggu ke 4 penelitian
skala nyeri responden sebelum pemberian sehingga tersisa 32 responden. Menurut
rebusan daun sirsak menurut skala VAST penelitian daun sirsak tidak mempunyai
rata-rata adalah 7,4. Jika dikategorikan efek samping yang membahayakan,
maka rata-rata nyeri responden adalah mengkonsumsi rebusan daun sirsak dapat
nyeri berat. Data numeric nyeri mengurangi nyeri pada penderita gout
ditampilkan untuk memperjelas berapa arthritis tanpa ada efek samping karena
skala keluhan nyeri meskipun sudah ada tidak mengandung bahan kimia berbahaya
kategori karena rata-rata nilai dengan rata- (Lina & Juwita, 2012).

59
Efek samping mual yang dialami 6 khususnya pada visera, persendian,
responden disebabkan karena rebusan daun dinding arteri, hatidan kantong empedu.
sirsak diminum sebelum makan dan ada Reseptor nyeri dapat memberikan respon
yang diminum setelah makan tanpa jeda akibat adanya stimulasi atau rangsangan
sehingga menimbulkan mual dan rasa berupa kimiawi, termal, listrik atau
tidak enak. 2 responden mengalami diare mekanis. Stimulasi oleh zat kimiawi
bisa disebabkan karena usia dalam seperti histamine,bradikinin, prostaglandin
golongan lansia tua (65 tahun) sehingga dan macam-macam asam seperti adanya
saluran pencernaan mudah mengalami asam lambung yang meningkat pada
gangguan. Pada saat responden mengalami gastritis atau stimulasi yang dilepas
efek samping dan dinyatakan drop out dari apabila terdapat kerusakan pada jaringan
penelitian, nilai asam urat dan keluhan (Potter & Perry, 2007).
nyeri diukur oleh peneliti. Didapatkan data Daun sirsak mengandung senyawa
bahwa pada minggu ke- 4 minum rebusan tannin, resin dan crytallizable
daun sirsak sudah dapat menurunkan nilai magostineyang mampu mengatasi nyeri
asam urat sebesar 1,9 mg/dl dan keluhan sendi pada penyakit gout. Senyawa yang
nyeri menurun dari kategori sedang ke terkandung dalam daun sirsak tersebut
kategori nyeri ringan. berfungsi sebagai analgesik (pereda rasa
Nyeri adalah pengalaman sensori sakit) yang kuat serta bersifat sebagai
dan emosional yang tidak menyenangkan antioksidan. Kombinasi sifat analgesik dan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual anti inflamasi mampu mengurangi nyeri
atau potensial. Kadar asam urat dalam gout (Shabella, 2011).
darah apabila tidak terkontrol dapat Dari hasil penelitian 2 responden
menimbulkan suatu benjolan pada jaringan yang tidak mengalami perubahan nyeri
luar sendi yang berisi kristal-kristal urat (tetap dalam nyeri sedang dan nyeri
yang dapat menimbulkan nyeri. ringan) berjenis kelamin perempuan. Hal
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat ini dikarenakan perempuan lebih sensitif
dengan stimulus dan reseptor (Wirahmadi, dan peka terhadap rangsangan nyeri
2013). disbanding laki-laki. Menurut peneliti, dari
Reseptor nyeri yang dimaksud hasil wawancara pekerjaan responden
adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan yang
saraf bebas yang memiliki sedikit mielin dilakukan adalah mencuci, memasak,
yang tersebar pada kulit dan mukosa, membersihkan rumah dan mengurus

60
kebutuhan anggota keluarga. Pekerjaan asam urat dan keluhan nyeri pada
yang banyak ini dapat mengakibatkan penderita gout dan melakukan sosialisasi
peningkatan nyeri pada responden yang pengobatan herbal berupa penyuluhan
menderita nyeri gout. tentang manfaat daun sirsak dan cara
Dapat dilihat juga dari pola makan pengolahannya. Hendaknya peneliti
responden yang mengandung purin tinggi selanjutnya dapat mengembangkan
seperti kacang-kacangan dan bayam penelitian membandingkan daun sirsak
sehingga walaupun diberikan rebusan daun dengan obat farmakologi untuk penyakit
sirsak tetapi karena responden tetap diabetes mellitus dan hipertensi.
mengkonsumsi makanan tinggi purin maka
kadar asam urat dalam darah akan DAFTAR PUSTAKA
menetap. Kondisi ini dapat menimbulkan Dewi, H. A. S. C., & Hermawati, R.
benjolan pada jaringan di luar sendi yang (2013). Khasiat Ajaib Daun Sirsak.
berisi kristal-kristal urat dan dapat Malang : Padi.
menimbulkan nyeri.
Haryana, E., dkk. (2013). Daun Ampuh :
KESIMPULAN Basmi Berbagai Penyakit. Jogjakarta :
Penanganan nyeri gout dapat Nusa Creativa.
dilakukan dengan terapi nonfarmakologi
termasuk dalam terapi komplementer Kowalak, Welsh & Mayer. (2011). Buku
perawat yaitu dengan penggunan bahan Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
herbal. Salah satu terapi komplementer
untuk menurunkan asam urat dan keluhan Lina & Juwita. (2012). Ramuan & Khasiat
nyeri sendi adalah daun sirsak. Terapi Sirsak. Jakarta : Penebar Swadaya.
minum rebusan daun sirsak terbukti efektif
dalam menurunkan nilai asam urat darah Jurnal Metabolisme Vol. 2 No. 2 April
dan menurunkan keluhan nyeri sendi pada 2013, 2(2).
penderita gout arthritis.
Noviyanti. (2015). Hidup Sehat Tanpa
SARAN Asam Urat. Yogyakarta : Notebook.
Diharapkan pengobatan komplementer
alternatif rebusan daun sirsak bisa Rosmayanti, K. (2015). Uji Efektifitas
diterapkan dalam upaya menurunkan kadar Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L)

61
Sebagai Larvasida Pada Larva Aedes
aegypti Instar III/IV.

62

Anda mungkin juga menyukai